diponegoro untold story

Upload: sidodoy

Post on 14-Apr-2018

283 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    1/166

    PANGERAN DIPONEGORO UNTOLD STORY

    Eramuslim.com

    Tahun 1647, Amangkurat I memancung kepala 6.000 ulama Jawa

    beserta keluarganya di alun-alun Kraton Plered, Yogyakarta. SyiarIslam di Tanah Jawa, paska era Wali Songo, pun mandeg. VOC,sekutu utama Raja Mataram itu, bergembira.

    Lebih satu abad kemudian, Diponegoro mengobarkan jihad fisabilillah untuk mengusir kaum kafir Belanda dan menegakkanpanji syahadat di Tanah Jawa, dalam bentuk sebuah negaramerdeka berasaskan Islam. Jihad fi sabilillah ini oleh sejarawanBelanda direduksi hanya sebagai perang sakit hati, yang hanya

    disebabkan perebutan tahta dan persoalan tanah makam leluhur.

    Sejarah selalu berulang. Dan hari ini, episode Amangkurat I,Pangeran Diponegoro, Sentot Alibasyah, Kiai Modjo, dan PatihDanuredjo pun kembali terjadi. Dalam bentuk yang lebih canggih,tapi lakonnya tetaplah sama. Persis sama... []

    Dengan penuh hormat dan kebanggaan, kupersembahkan kepadaanak keturunandan keluarga besar Pangeran Diponegoro, semoga kemuliaan

    perjuangan Beliau menginspirasi hidup kita semua...

    PROLOG

    Plered, Jawa Tengah, 1647

    APA YANG SEKARANG DILIHAT DENGAN mata dan kepalanyasendiri sungguh-sungguh membuat Dyah Jayengsari inginmuntah. Dua jam lalu, kepala juru masak kraton menyuruhnya

    membakar panci besi tebal. Bentuknya seperti topi. DyahJayengsari tidak berani bertanya untuk apa panci besi itu dibakar.Sebagai orang baru di kraton, dia harus tahu diri. Walau diliputitanda tanya besar, namun gadis dari Krapyak ini tidak beranibertanya macam-macam.

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    2/166

    Setelah panci itu membara, berubah jadi pijar panas yangmengerikan, dua prajurit Mataram menggotongnya dengansebuah gerobak kayu ke bagian selatan alun-alun yang tidak jauhdari tempat Dyah Jayengsari berdiri. Di sana berkerumun banyak

    orang. Para prajurit juga berjaga-jaga Menurut kabar burung,seorang pemberontak pengikut Pangeran Alit tertangkap. Diaakan segera dihukum. Gadis itu tidak tahu apa hubungannyadengan panci panas itu.

    Didorong penasaran, dia berjalan mendekati kerumunan. Dengansusah payah Dyah Jayengsari menyibak kerumunan orang, hinggaakhirnya dia berdiri dekat dengan seorang lelaki paruh baya,bertelanjang dada, yang sedang duduk bersimpuh dengan tanganterikat. Kedua matanya ditutup secarik kain hitam. Satu tombak

    di depan lelaki itu, terdapat sebuah lubang seukuran badan orangdewasa. Lima prajurit kraton berjaga di sampingnya.

    Tanda tanya besar masih memenuhi kepala gadis itu.

    Tiba-tiba seorang prajurit Mataram yang bertindak selaku algojomemerintahkan agar sang pesakitan dipendam di lubang yangada di depannya. Lima orang prajurit bertubuh besar yangberjaga di sekeliling lelaki itu bergegas mengangkatnya. Dengankasar mereka mengubur tubuh lelaki itu dari leher ke bawah.

    Anehnya, lelaki itu tidak meronta-ronta. Ketika kain hitam dibuka,kedua matanya tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. Sorotmatanya begitu tenang, menyiratkan kepasrahan yang total padakehendak Yang Maha Kuasa. Mulutnya terlihat komat-kamitmembaca doa-doa dalam bahasa Arab.

    Dari belakang, dua prajurit yang tadi ikut mengubur lelaki itumenggotong panci yang masih membara dan kemudian segera

    menangkupkan panci itu ke kepala sang pesakitan.

    Allahu Akbar!!!

    Lelaki itu melolong kesakitan. Begitu keras dan memilukan. Takkuat menahan sengatan sakit yang luar biasa, lelaki itu langsungpingsan. Topi besi panas itu melumerkan batok kepalanya.

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    3/166

    Suara gemerisik terdengar, seiring desis daging terbakar. Semuayang menonton menjerit ketakutan. Termasuk Dyah Jayengsari.Badan gadis itu menggigil hebat. Perutnya mual. Pandanganmatanya berkunang-kunang. Kesadarannya mulai hilang. Dyah

    Jayengsari akhirnya jatuh tak sadarkan diri.Gadis itu tiba-tiba tersadar. Dia menengok ke sekeliling ruangan.

    Tidak ada kerumunan orang. Dia ternyata sendirian di biliktidurnya. Mimpi itu ternyata terulang kembali. Mimpi nyata yangpernah dilihatnya beberapa pekan lalu.

    Dari atap rumbia yang bolong di sana-sini hingga menyisakanruang bagi sorot matahari yang menerobos ke dalam, Dyah

    Jayengsari tahu bahwa hari masih siang. Arah sinarnya ke timur

    menandakan Sang Surya telah mulai tergelincir ke barat.

    Entah mengapa, perasaan gadis itu tidak enak. Keringatnyamengucur deras membasahi bajunya. Jantungnya berdegup kerasmenggedor-gedor relung dadanya. Baru saja dia hendak berdiri,sebuah teriakan keras mengagetkan dirinya.

    Keluar! Atas nama Paduka Yang Mulia, semua yang ada di dalamrumah ini keluar!

    Dyah Jayengsari menggigil ketakutan. Gadis itu tahu, teriakan ituberasal dari prajurit kraton.

    Gerangan apa yang membuat mereka ke sini?

    Cepat keluar! Atau kami dobrak!

    Sambil berjalan, Dyah Jayengsari merenggut kerudung yangtersampir di bilik bambu dinding kamar dan menutupi kepalasekadarnya. Gadis itu bergegas keluar. Rumah sepi. Hanya adadirinya. Benar saja, di depan pintu telah berdiri tiga orang prajuritkraton lengkap dengan pedang dan tombak. Yang membuatnyakaget, ayahnya dan Wulung Ludhiraadik satu-satunya yangmasih berusia sepuluh tahunsudah berada di antara pasukan itudengan pengawalan ketat.

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    4/166

    Siapa lagi yang ada di dalam! hardik salah seorang prajurit.Tangan kanannya menggenggam tombak dengan ujung besimirip trisula.

    Tidak ada lagi, Tuan. Saya sendirian..., jawab Dyah pelan.Ketakutan segera menyergap dirinya. Tapi prajurit-prajurit kratonitu tidak percaya. Mereka mendobrak gubuk itu lalu menerabaske dalam. Sesaat kemudian mereka keluar tanpa membawa siapapun. Nihil.

    Dia benar. Tak ada lagi orang...

    Seorang prajurit yang sepertinya bertindak sebagai kepala regumemerintahkan semuanya pergi ke alun-alun. Dyah Jayengsari,

    ayah, serta adiknya hanya bisa mengikuti pasukan penjemputnyadengan menaiki seekor kuda yang telah diikat tali. Untunglahgubuk mereka tidak begitu jauh dengan alun-alun, sehinggadalam waktu singkat mereka sudah tiba di lapangan yang luas, dimana di sebelah selatannya berdiri bangunan Kraton Plered yangbelum rampung dibangun. Walau demikian, Raja Amangkurat Isudah menempatinya.

    Kraton Mataram Plered merupakan kraton baru. Yang lamaberada di Kerto, lima kilometer selatan Kotagede. AdalahSusuhunan Amangkurat I yang memindahkan pusat kerajaannyaitu dari Kerto setelah dua tahun berkuasa.

    Berbeda dengan kraton lama yang hanya berpagar kayu, makakraton baru ini lebih mirip sebuah benteng. Bangunannyadikelilingi dinding batubata dan semen, dengan tinggi limasampai enam meter. Tebalnya mencapai satu setengah meter.Sebuah parit buatan yang terhubung dengan Kali Opak dibuatmengelilingi kraton-benteng berbentuk belah ketupat ini,

    sehingga pusat kekuasaan Mataram di bawah Amangkurat Itampak seperti sebuah pulau di kelilingi daratan luas.

    Alun-alun kraton ada dua, di utara dan selatan. Antara alun-alundengan istana dihubungkan dengan sebuah jembatan yang selaludijaga ketat prajurit kraton. Model keraton-benteng inimengingatkan kita pada model istana-benteng raja-raja Eropa.

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    5/166

    Hanya saja, bangunan Keraton Mataram di Plered tidak dibuattinggi bertingkat-tingkat.

    Dari atas kudanya yang berjalan lambat, Dyah Jayengsari, WulungLudhira, dan Ki Ageng Ludhira baru memasuki jalan utamamenuju alun-alun kraton. Di sisi kanan dan kiri jalan utama yanglurus terbuat dari tanah yang dipadatkan, berjejer beringin putihsetinggi empat sampai lima meteran. Di tiap pohon beringin, duapasukan kraton bersenjatakan tombak berdiri dalam sikap siagaseolah tengah bersiap berperang.

    Ada apa gerangan, Nduk? bisik Ki Ageng Ludhira kepadaanaknya yang duduk di belakangnya mengapit Wulung.

    Gadis itu menggelengkan kepalanya, Aku ndak tahu, Pak. Tapiperasaanku ndak enak.

    Berdoa saja ya, Nduk. Perasaanku juga tidak enak. Mudah-mudahan tidak terjadi suatu apa.

    Walau berkata begitu, tetapi kedua mata Ki Ageng Ludhira tidakbisa membohongi anaknya. Dyah Jayengsari tahu jika sesuatuyang buruk pasti akan terjadi. Apa yang dilakukan prajurit-prajurit

    ini pasti atas perintah Susuhunan Amangkurat I. Dan semua yangdilakukan raja lalim ini semuanya pasti berakhir tragis. Karakterraja ini sangat buruk. Dia amat berbeda dengan ayahnya, SultanAgung Hanyokrokusumah, dan juga dengan adik-adiknya.

    Di awal kekuasaannya, Amangkurat I melakukan pembersihanterhadap loyalis ayahnya sendiri yang berada di dalamlingkungan kraton maupun di luar. Mereka dibunuh dengan carayang sangat keji. Jumlahnya mencapai tiga ribuan.

    Menurut bisik-bisik orang kraton sendiri, Amangkurat I memilikikegemaran yang tidak lazim. Selain memiliki nafsu yang takpernah terpuaskan terhadap perempuan-perempuan muda, rajaini juga gemar menyiksa rakyatnya. Bahkan sang rajamenciptakan sendiri cara-cara penyiksaan yang teramat sadis,terlebih kepada orang-orang yang dicurigai hendak melawan

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    6/166

    kekuasaannya. Cara-cara penyiksaan ala Amangkurat I diantaranya adalah:

    Pertama, dari bagian atas telinga, kepala pesakitan dikulitisampai batok kepalanya terlihat. Orang-orang yang mendapathukuman ini kebanyakan meninggal dunia. Namun ada pula yangmasih bisa bertahan hidup walau kemudian akhirnya jugamenemui ajal dengan amat menyakitkan.

    Kedua, kaki pesakitan diikat, lalu digantung dengan posisi kepaladi bawah. Di bawah kepala, ditaruh panci panas berukuran besarberisi minyak yang mendidih. Kemudian, kepala orang itudicelupkan ke dalam minyak yang bergolak sampai sebatastelinga hingga rambut dan kulit kepalanya mengelupas. Semua

    yang mengalami siksaan jenis ini menemui ajal karena sakit yangtak terperikan.

    Ketiga, siksaan yang tak kalah menakutkan adalah si terhukumdiperintahkan untuk mengenakan topi besi yang tebal yang telahdipanaskan hingga menjadi merah membara. Rambut akanhangus, kulit kepala terkelupas dan gosong, dan otaknya akanterbakar. Tak ada yang selamat dari jenis siksaan seperti ini.

    Dan sore ini, sesuatu yang mengerikan sepertinya akan terjadi.Dyah Jayengsari mendapati dirinya tidak sendirian. Dari berbagaiarah, juga berdatanganmengalir bagai air bahribuan ulama,guru ngaji, anak-anak santri dan santriwati, beserta seluruhkeluarganya, yang seluruhnya digiring dan dijaga ketat pasukanMataram ke alun-alun. Semuanya dikumpulkan di lapangan yangluas hingga tercipta lautan jubah putih.

    Di tanah lapang itu mereka semua dikumpulkan menjadi satu.Semuanya, tanpa kecuali, disuruh duduk bersila di atas tanah

    menghadap ke arah timur di mana sebuah bukit yang tidak begitutinggi tampak memanjang searah dengan aliran Kali Opak. Ribuanorang itu, besar dan kecil, tua dan muda, duduk di atas tanahdalam barisan yang diatur paksa oleh para prajurit.

    Di sekeliling lapangan, tiga lapis pasukan Mataram bersenjatapedang dan tombak mengepung orang-orang itu dalam formasi

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    7/166

    siaga. Agaknya Amangkurat I memerintahkan semua pasukannyamengepung alun-alun dengan rapat, hingga tak ada celah untukmeloloskan diri.

    Ketika hari sudah mulai gelap, ribuan ulama, santri, dankeluarganya dilarang untuk menunaikan sholat maghrib. Paraprajurit mengancam, siapa pun yang ketahuan mengerjakansholat, akan langsung ditebas lehenya. Beberapa ulama tidakmengindahkan ancaman itu dan tetap mengerjakan sholat, walausambil duduk. Celakanya, hal itu diketahui para prajurit. Tanpaampun lagi, mereka memenggal leher beberapa ulama tersebutdengan pedangnya. Jerit dan tangis segera pecah di tengahkerumunan massa. Namun suasana dengan cepat jadi senyapkembali karena para prajurit itu lagi-lagi mengeluarkan

    ancamannya akan melakukan hal yang sama jika ada yang beraniberteriak atau membuat ribut.

    Dalam kesenyapan yang mencekam itu tiba-tiba semua matamelihat ke arah pintu gerbang kraton yang menuju ke bukit disebelah timur alun-alun yang tanpak bercahaya. Dari gapura batukali setinggi enam meteran, serombongan orang denganmembawa tiang obor keluar dari dalam kraton. Di belakangpasukan obor terlihat sepuluh orang anggota Trisat Kenya,

    pasukan khusus pengawal raja yang semuanya terdiri dariperawan cantik dengan pakaian lelaki bersulam emas, terlihatmenyandang pedang dan tombak. Di bawah cahaya ratusan obor,pasukan itu terlihat begitu anggun dan gagah.

    Trisat Kenya..., ujar Dyah Jayengsari lirih. Ayahnya hanyamengangguk-anggukan kepalanya. Bibirnya yang sudah keringkarena tidak diberi air minum sejak berada di alun-alun, terusbergerak-gerak melantunkan doa kepada Yang Maha Kuasa. Bolakecil di tenggorokannya terus bergerak-gerak tak pernah

    berhenti.

    Ki Ageng Ludhira dan juga Dyah Jayengsari tahu, Trisat Kenyamerupakan pasukan khusus pengawal Susuhunan AmangkuratAgung I yang semuanya terdiri dari para perawan cantik yangdibekali olah kanjuragan tingkat tinggi. Disebut sebagai pasukanpengawal khusus karena tugas seorang Trisat Kenya bukan saja

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    8/166

    bertanggungjawab terhadap keamanan dan keselamatan fisiksang raja, namun juga wajib menjaga kewibawaan danmelindungi rahasia sang raja dalam hal yang paling pribadi sekalipun.

    Pasukan ini merupakan hal yang baru dalam tradisi MataramIslam. Adalah Kanjeng Ratu Ibu yang membentuk pasukan iniuntuk menjaga Amangkurat I. Sang Ibu sungguh-sungguh paham

    jika sejak kecil Amangkurat I yang memiliki perangai buruk,memang punya banyak musuh. Jauh di dalam hatinya, KanjengRatu Ibu sesungguhnya menyesal dan meratapi keberadaanRaden Mas Sayidin, nama kecil dari Susuhunan Amangkurat I,yang bersifat kurang baik, beda dengan adiknya, Pangeran Alit.

    Raden Mas Sayidin sangat temperamental, kekanak-kanakan, danmemiliki kegemaran yang tidak masuk akal dan tidak terpuaskanterhadap perempuan. Pada tahun 1637, ketika masih berstatussebagai putra mahkota, Raden Mas Sayidin sudah terlibat dalamskandal memalukan yang melibatkan isteri seorang abdi dalemsenior, Tumenggung Wiraguna. Tumenggung kepercayaan SultanAgung ini melaporkan hal itu kepada Sultan Agung. AkibatnyaRaden Mas Sayidin dihukum. Untuk beberapa lama, dia dibuangke hutan larangan.

    Kejadian ini kelak menimbulkan dendam membara di dada puteramahkota tersebut, sehingga di awal kekuasaanya, Raden MasSayidin yang telah menjadi Susuhunan Amangkurat I membunuh

    Tumenggung Wiraguna dan seluruh pengikutnya.

    Namun sebagai seorang ibu, apa dan bagaimana pun jugaperangai sang anak, dia tetaplah harus menjaga dan melindungianaknya, bahkan walau nyawanya sendiri jadi taruhan. Itulahyang dilakukan Kanjeng Ratu Ibu yang berinisiatif membentuk

    pasukan khusus pengawal raja.

    Awalnya, Kanjeng Ratu Ibualias Ratu Wetan, puteri dariTumenggung Upasanta yang merupakan Bupati Batangketurunan dari Ki Juru Martanimenginginkan sang raja dijagaprajurit lelaki pilihan. Namun Amangkurat I sendiri menolaknyadan mengatakan dia tidak bisa mempercayai laki-laki sedikit pun.

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    9/166

    Anaknya itu meminta agar seluruh anggota pasukan pengawalkhususnya hanya terdiri dari para perempuan muda, masihperawan, dan tentu saja harus cantik.

    Mereka harus dilatih dengan keras agar terampil menggunakansenjata, dan juga harus dibekali olah kanuragan yang mumpuni,ujar Amangkurat I kepada Kanjeng Ratu Ibu. ...dan tugas ataukeanggotaan setiap Trisat Kenya hanya akan berakhir manakalamereka dihadiahkan kepada para adipati atau bawahanku.

    Sang ibu hanya bisa mengangguk. Setiap keinginan sang rajabagaimana pun adalah sabda pandhita ratu, yang tidak bisaditolak sedikit pun. Akhirnya terbentuklah pasukan Trisat Kenyayang seperti sekarang tengah berjalan dengan langkah tegap

    menaiki bukit di timur alun-alun.

    Sepuluh Trisat Kenya yang berbaris paling depan adalah pembukajalan. Di belakangnya, sepuluh abdi dalem laki-laki bertelanjangdada tanpa dibekali senjata, menggotong tandu besar berisi kursiraja yang terbuat dari jati yang berat, lengkap dengan atapnyayang berumbai sutera dan bordiran benang emas. Di sekelilingraja, tigapuluh anggota Trisat Kenya berjaga. Ada yang membawapedang, keris, tombak, dan juga tulup, sejenis sumpit panjangyang diisi dengan panah kecil yang ujungnya beracun. Masing-masing Trisat Kenya punya keahlian berbeda dalam penggunaansenjata dan juga ilmu kanuragannya.

    Pelan tapi pasti, rombongan raja itu bergerak menaiki puncakperbukitan. Beberapa lelaki tua pembawa tiang obor setinggi duatombak berada paling depan membuka jalan. Di bagian palingbelakang juga ditutup sejumlah abdi dalem laki-laki sepuhmemegang tiang obor. Ketika singgasana diturunkan di tempatyang paling tinggi, para abdi dalem laki-laki semuanya langsung

    turun kembali ke bawah bukit. Demikian pula dengan yangmembawa obor. Sehingga sekarang hanya ada sang raja yangduduk dengan pongahnya di atas singgasana, dikelilingiempatpuluhan Trisat Kenya lengkap dengan senjatanya.

    Suasana kemudian bertambah hening. Kesenyapan selamabeberapa menit itu sungguh-sungguh meremas jantung. Semua

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    10/166

    mata memandang ke atas bukit, menanti apa yang hendakdilakukan atau diperintahkan oleh sang raja. Untuk beberapalama sang raja hanya duduk diam di atas singgasananya.Mungkin dia tengah menikmati lautan jubah putih yang

    memenuhi alun-alun yang berada di bawah kakinya. Entah apayang ada di dalam benaknya ketika itu.

    Dyah Jayengsari, Ki Ageng Ludhira, dan ribuan orang lainnya yangmasih duduk di alun-alun melihat dari kejauhan ketika SusuhunanAmangkurat I mulai bergerak turun dari singgasananya. Diaberjalan beberapa langkah ke depan, dan berdiri dengan keduatangan berkacak pinggang.

    Raja lalim itu terus berdiri dengan tegak. Kedua tangannya masihberkacak pinggang. Dia mengedarkan pandangan ke bawahkakinya, menyapu seluruh areal alun-alun kratonnya. Bibirnyayang menghitam mencibir. Sorot matanya yang dipenuhi dendamkesumat berbinar-binar tanda puas. Kepalanya mengangguk-angguk. Dengan tangan kanan masih berkacak pinggang, tiba-tiba tangan kirinya diangkat ke atas tinggi-tinggi. Sebuahperintah yang hanya dipahami seluruh pasukannya yang sedarisore telah siap dengan senjatanya.

    Habisi !!! teriak para komandan regu dengan suara yangmenggelegar.

    Seketika itu juga berlompatanlah para prajurit itu denganpedang terhunus ke tengah-tengah lapangan yang dipenuhilautan manusia tanpa daya. Dengan teramat ganas, pasukanMataram itu menyabetkan pedangnya ke kanan dan kiri,memenggal leher siapa pun yang ada di dekatnya tanpa pandangbulu, apakah itu laki-laki tua, perempuan, bahkan anak kecil. Jerit

    tangis, lolong kesakitan, dan kumandang doa memenuhi angkasaalun-alun kraton malam itu. Namun tak ada yang sanggupmenghentikan kegilaan yang tengah dipertontonkan pasukanMataram yang notabene kebanyakan juga sudah memeluk agamaIslam.

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    11/166

    Di atas bukit, Amangkurat I masih berkacak pinggangmenyaksikan pembantaian besar yang dilakukan prajuritnyaterhadap enam ribuan ulama, santri, dan seluruh keluarganya.Kepalanya mengangguk-angguk puas. Sesekali jemarinya memilin

    kumisnya yang tebal melintang. Dia benar-benar menikmatipemandangan di bawahnya. Betapa ribuan orang yang tengahmenanti ajal itu sebentar lagi akan lenyap dari muka bumi.Musuh-musuhnya akan semakin sedikit. Dan dia akan bisaberkuasa dengan tenang, tanpa diusik oleh siapa pun.

    Raja Jawa itu merasa sangat aman berada di atas bukit. Disekelilingnya berdiri dengan kewaspadaan penuh puluhan TrisatKenya.

    Dalam waktu teramat singkat, ribuan nyawa melayang dengankepala terpisah dari jasadnya. Tanah alun-alun yang begitu luasseketika berubah menjadi lautan darah. Dari cahaya ratusan tiangobor yang menyala di sekeliling alun-alun, terlihat pasukanMataram yang sudah belepotan darah itu masih saja bergerakbuas membunuh ke sana-kemari tanpa perlawanan. Pasukanyang sebagian pernah ikut menyerang VOC di Batavia semasakekuasaan Sultan Agung itu kini berbalik menjadi mesin penjagalbagi bangsanya sendiri.

    Pembantaian yang sangat mengerikan itu berlangsung tidaksampai setengah jam!

    Tiba-tiba terdengar lengkingan peluit panjang tiga kali yang ditiuppara pimpinan regu pasukan. Penyembelihan telah berakhir.Semua orang yang ada di dalam daftar berikut keluarganya sudahdihabisi. Mendengar isyarat peluit itu, Amangkurat I mengangkattangan kanannya tinggi-tinggi.

    Buang semua mayat itu ke parit!

    Sebagian prajurit yang masih bersiaga dengan pedang terhunusberjajar satu lapis dalam jarak tiap lima tombak mengepungalun-alun. Pedang dan badan mereka belepotan darah. Prajurityang lain menyambut datangnya gerobak-gerobak dorong yangsudah dipersiapkan sebelumnya. Gerobak-gerobak itu segera saja

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    12/166

    diisi dengan mayat-mayat tanpa kepala dan kepala tanpa jasadhingga penuh. Setelah gerobak penuh, prajurit yang membawagerobak itu mendorongnya ke arah parit buatan dan membuangsemua isinya ke dalam parit yang berair deras menuju ke Kali

    Opak. Berkali-kali mereka melakukan itu, mondar-mandir bagaikereta maut, hingga tak satu pun jasad tersisa.

    Air parit dan Kali Opak yang tadinya jernih berubah menjadikental berwarna merah. Bau anyir darah tercium di mana-mana.

    Tanpa diketahui siapa pun, Wulung Ludhira, bocah sepuluh tahunadik dari Dyah Jayengsari, ternyata masih hidup. Tubuhnya yangkecil tertutup oleh mayat-mayat tanpa kepala yang sebagiannyamenindih tubuhnya. Anak yang sudah ditinggal ibunya sejak bayi

    itu menggigil ketakutan. Ayah dan kakak satu-satunya sudahmeninggal dengan cara yang sangat mengerikan. Dia inginmenjerit dan menangis. Tapi suaranya tercekat oleh kengerianyang teramat sangat. Bocah itu hanya bisa diam tak bergerak.

    Tubuhnya dirasa amat lemas dan juga kaku. Seluruh badan,kepala, dan rambutnya basah oleh darah kental yang membanjirdi sekitarnya.

    Tiba-tiba Wulung Ludhira merasakan tubuh kecilnya ikut digotong

    dan dilempar ke dalam gerobak bersama belasan mayat lainnya.Ditumpuk begitu saja menjadi satu. Bocah itu sungguh-sungguhketakutan. Tubuhnya tidak bisa bergerak. Dia nyaris tidak bisabernafas.Tapi itu malah menyelamatkan nyawanya.

    Bocah kecil itu bisa merasakan jika gerobaknya ditarik dengankasar oleh sejumlah prajurit. Roda-rodanya yang terbuat kayudilapis karet hitam berderak-derak sebentar, lalu berhenti.Wulung Ludhira bisa merasakan gerobak tiba-tiba miring. Diabersama belasan mayat tanpa kepala dan kepala tanpa jasadyang masih hangat itu pun langsung meluncur bebas ke dalamparit yang deras airnya. Dia pun hanyut di parit yang sudahdipenuhi mayat.

    Walau pandai berenang, namun bocah itu kesulitanmenggerakkan tubuhnya disebabkan mayat dan kepala ada di

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    13/166

    mana-mana. Dengan menahan kengerian yang teramat sangat,dia berpegangan pada salah satu kaki jasad yang mengambang.Bocah kecil itu terus mengikut kemana air membawanya.

    Pekatnya malam membuatnya tak terlihat oleh pasukannyaAmangkurat I yang masih sibuk membersihkan alun-alun. Bocahkecil itu kelelahan. Semua kejadian malam itu menguras seluruhtenaga dan perasaannya. Akhirnya Wulung Ludhira pingsan. Diaterus hanyut dibawa air hingga jauh dari alun-alun. Hinggatubuhnya tersangkut akar beringin yang menjulur ke Kali Opak,beberapa kilometer ke selatan Kraton Plered.Entah sudah berapa lama Wulung Ludhira tak sadarkan diri.Ketika siuman, matahari sudah berada di atas kepalanya. Bocah

    kecil itu mendapati dirinya masih tersangkut suluran akarberingin yang tumbuh di pinggir kali. Sebagian badannya masihterendam di bawah air kali. Di beberapa tempat, jasad tanpakepala dan kepala tanpa badan juga tersangkut. Kengerian yangteramat sangat kembali menyergapnya. Walau seluruh tubuhnyasakit, dan juga lelah, dengan sisa-sisa tenaga bocah kecil ituberusaha merangkak naik ke pinggir kali, hingga dia tergeletak diatas rerumputan, satu meter dari air kali.

    Entah kini dia berada di mana. Bocah itu mengedarkanpandangannya ke sekeliling. Tidak ada rumah barang satu pun.

    Yang ada hanya hamparan rumput dengan tiga pohon beringinbesar yang tumbuh di dekat dirinya. Lainnya hanya berupa semakdan tumbuhan perdu. Anak kecil itu tidak tahu nama tempat ini.Perutnya yang tidak terisi sejak kemarin terasa perih. Tubuhnyadirasa makin lemah. Dia menggigil kedinginan. Bocah itu akhirnyatak sadarkan diri kembali. Dia tergeletak begitu saja di atasrerumputan, dinaungi pohon beringin besar yang ada didekatnya.

    Tak lama kemudian, seorang lelaki tua bertelanjang dada, dengankepala ditutupi caping yang sudah kusam, mendekati bocah itudengan hati-hati. Ketika mendapati ada bocah kecil yangmenggeletak di atas rumput, lelaki tua itu mengusap kepalaWulung Ludhira dengan lembut. Bibirnya yang sudah sedikitkeriput tersenyum tulus. Dengan penuh hati-hati akhirnya dia

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    14/166

    menggendong bocah itu dan bergegas pergi menghilang begitusaja ke arah barat...

    Bab 1178 tahun kemudian...Gua Selarong, Yogyakarta, 1825NYALI LEBIH PENTING KETIMBANG OTAK! Walau malam ini gelapgulita, tak ada bulan dan bintang yang menggantung di ataslangit, namun Ki Singalodra tidak perduli. Lelaki kekar denganwajah berewokan itu terus memacu kudanya seperti dikejarsetan. Derap kaki kudanya menggetarkan bumi. Kepulan debuyang ditinggalkannya membentuk tabir pekat yang tak tembus

    pandang. Semua hewan malam menyingkir dari jalan jika takingin tergilas kegilaan kuda dan penunggangnya itu.

    Jagoan dari Dusun Ngampilan ini memegang tali kekang hanyadengan sebelah tangan. Tangan yang satunya lagi memelukseorang bocah kecil yang tubuhnya berlumuran darah. Bocah itusudah tak bernyawa. Tubuh mungilnya bergerak-gerak, seiramagerak kuda yang terus berlari dengan amat cepat bagai terbangdi atas tanah.

    Dada Ki Singalodra sungguh-sungguh sesak, terbakaramarah. Setengah jam lalu dusunnya dibakar Belanda.Celakanya, saat itu dia tengah berada di dusun tetangga.Mendengar kabar mengejutkan itu, dia langsung pulang untukmenyelamatkan isteri dan anaknya. Namun terlambat. Gubuknyasudah terbakar habis. Seluruh isinya tlah jadi arang. Asap masihmengepul. Bara masih menyala merah di mana-mana. Denganhisteris tanpa memperdulikan bara yang terinjak kaki dan hawapanas yang masih menyengat kulit, lelaki itu terus mencari isteri

    dan anak semata wayangnya itu. Tapi nasi sudah jadi bubur.Isterinya ditemukan tergeletak tak bernyawa di dekat sumur.Perempuan yang sangat dicintainya itu terlihat sedang memelukanaknya yang nyaris seluruh tubuhnya terbakar.

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    15/166

    Dengan mata berkaca-kaca menahan kesedihan sekaliguskemarahan yang amat sangat, lelaki itu berteriak histeris.

    Dia segera mengambil anak itu dan memeluknya. Setelah

    mencium kening isterinya untuk yang terakhir kali, Ki Singalodralangsung melompat ke atas kuda hitamnya. Dengan sekaligebrak, kuda itu melesat pergi meninggalkan dusunnya.

    Londo anjing!!!Belanda telah menggali kapak peperangan dengan

    dirinya! Sia-sia saja selama ini dia mengabdi pada mereka, jikabalasan yang diterimanya ternyata seperti ini! Tekadnya telahbulat. Yang dulu kawan mulai malam ini menjadi lawanterbesarnya. Sekarang juga dia akan bergabung dengan pasukan

    Kanjeng Pangeran Diponegoro yang tengah menyusun kekuatanuntuk memerangi Belanda dari Tegalredjo dan Selarong.

    Aku akan menjadi pedang yang paling tajam bagi GustiKanjeng Pangeran!

    Bagi warga Merapi hingga sekitar Laut Kidul, nama KiSingalodra sudah tak asing lagi. Sejak pulang dari bertapa danberguru di berbagai gua, lembah, dan gunung beberapa tahun

    lalu, Ki Singalodra kembali ke dusunnya di Ngampilan danmenantang semua jagoan di sana. Tidak saja di Ngampilan, lelakiini juga berkeliling untuk mengadu kesaktian melawan para

    jagoan lainnya di sekitar Merapi, Merbabu, Dieng, dan Lawu.Walau sempat beberapa kali kepayahan dan menderita lukadalam sejumlah perkelahian, namun kecerdikan dankenekatannya membuat dirinya keluar sebagai pemenang. SosokKi Singalodra menjadi sosok yang ditakuti. Dia pun akhirnya bisamempersunting gadis idaman hatinya, bunga Dusun Ngampilan,yang sejak kecil telah mencuri perhatiannya.

    Ketenaran namanya didengar langsung ResidenYogyakarta. Pejabat Belanda ini akhirnya memerintahkan kepalapasukan setempat untuk merekrutnya. Tetapi karena KiSingalodra tidak mau ditempatkan sebagai kepala regu pasukan

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    16/166

    reguler yang harus bekerja tiap hari dan wajib memiliki disiplintinggi, akhirnya dia dipekerjakan sebagai tenaga khusus.

    Sekarang, Ki Singalodra sama sekali tidak menyangka.

    Pengabdiannya yang total selama ini kepada Belanda, ternyatadibalas dengan sangat menyakitkan.Ibarat pepatah, air susu dibalas dengan air tuba.

    Sebab itu, tidak ada jalan lain. Mulai malam ini, dia akanmengubah haluan hidupnya seratus delapan puluh derajat.Dendamnya teramat sangat besar. Darah harus dibalas dengandarah. Nyawa harus diganti nyawa. Kedua matanya merahmenyala-nyala.

    Belanda, Patih Danuredjo, dan orang-orang kraton cecungukasing itu sekarang menjadi musuh terbesarku!

    Kedua mata jagoan dari Dusun Ngampilan itu lagi-lagi melototgarang. Dadanya sesak oleh amarah dan dendam.

    Jalan tanah selebar tiga meter di depannya mulaimenanjak lurus. Sebentar lagi dia akan tiba di pelataran menujuGua Selarong, di mana Kanjeng Pangeran tengah berada.

    Mengingat sosok Pangeran Diponegoro, hatinya diliputi perasaanyang aneh. Antara semangat yang membara dan kerinduan yangteramat sangat.

    Inilah jalanku!

    Tiba-tiba kudanya berhenti dan mengangkat keduakakinya tinggi-tinggi. Ringkikannya memecah keheningan malamyang sepi. Hampir saja Ki Singalodra terjatuh jika dia tidak kuatmenahan tali kekangnya. Dia segera merapatkan tubuhnyadengan leher kuda sehingga keseimbangannya tetap terjaga.Sebelah tangannya tetap kuat mendekap tubuh anaknya. Tak

    jauh di depannya, empat lelaki dengan mengenakan baju wulunghitam dan ikat kepala yang juga hitam mencegatnya dengantombak dan pedang terhunus. Salah satunya membawa obor ditangannya.

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    17/166

    Berhenti! teriak mereka.

    Hendak kemanakah kisanakdan siapa yang digendong

    itu! teriak salah satunya. Dengan penuh kewaspadaan, lelakiyang satu itu mendekati Ki Singalodra dari sisi kanan. Sedangkanyang satunya lagi bergerak menyamping ke sisi yang berlainan.Dua lelaki lainnya masih berdiri menghadang dengan senjataterhunus.

    Ketika lelaki itu melihat wajah Ki Singalodra dengan jelas,wajah yang tak asing lagi dan sangat ditakuti orang-orangkampung, nyalinya agak bergetar. Namun bayangan sosokKanjeng Pangeran Diponegoro yang setiap waktu memberinya

    nasehat keagamaan membuat dirinya kuat dan berani.

    Takutlah kalian hanya kepada Allah Subhana wa Taala, bukankepada mahluk-Nya. Allah Maha Kuat, sedang mahluknyasangatlah lemah...

    Tangan lelaki itu memperkuat genggaman tangannyapada gagang pedangnya, Ternyata kau Singalodra. Hendakkemana engkau malam ini dan siapa lagi itu yang kau bunuh!

    Dengan penuh amarah, Ki Singalodra menjawab, Inianakku! Minggir kalian semua! Isteri dan anakku mati malam inidibunuh Belanda! Aku mau menghadap Gusti Kanjeng Pangeran!

    Keempat lelaki yang menghadangnya tak percaya.

    Apa katamu? Bukankah engkau pelayan kafir Belanda! Janganlahberdusta. Pulanglah sekarang. Kembalilah kepada tuanmu itusebelum kami membunuhmu!

    Wahai prajurit, aku bicara jujur. Aku sekarang inginmenghadap Gusti Kanjeng Pangeran. Aku mau bergabung dengankalian. Jika kalian masih saja menghadangku, maka terpaksatanganku ini yang akan berbicara! bentak Ki Singalodra dengansuara mengguntur. Semua orang tahu, Ki Singalodra memiliki

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    18/166

    ajian Brajamusti, suatu ilmu pukulan yang sangat mematikan.Bahkan korbannya bisa hangus terkena pukulan itu.

    Keempat lelaki bersenjata pedang dan tombak itubergerak mundur sesaat, namun mereka masih mengepung KiSingalodra dengan penuh kewaspadaan. Pedang dan tombakmasih terhunus. Masing-masing terdiam sejenak dalam situasisaling menunggu. Namun tiba-tiba suara derap kuda terdengarmendekat dari arah Gua Selarong.

    Tunggu! Berhenti! Siapa itu!

    Dalam formasi masih mengepung Ki Singalodra, keempat

    prajurit itu menoleh ke arah datangnya suara. Dari pekatnyamalam, muncul seorang penunggang kuda dengan wajah yangsangat berwibawa. Sorot matanya tajam dengan kumismelintang. Ki Singalodra tahu, lelaki ini pastilah Ki Guntur Wisesa,seorang ulama yang juga pendekar dari lereng utara GunungMerapi yang telah bergabung dengan barisan perlawananKanjeng Pangeran Diponegoro sejak dua tahun lalu. Dia belumpernah bertanding dengan orang ini karena Ki Guntur selalu sajamenghindar dan sama sekali tidak tertarik untuk melakukan uji

    kesaktian melawannya.

    Ketika melihat Ki Singalodra yang berkuda sambil menggendongseorang bocah yang berlumuran darah, Ki Guntur Wisesamenyapanya lembut, Assalamualaikummusalamwarahmatullahi wabarakatuh, wahai Singalodra. Apa geranganyang membawamu ke sini! Anak siapa yang kau bawa itu?

    Ketika mendengar sapaan yang lembut, hati Ki Singalodrayang tadinya panas mendadak sejuk, bagai bara api tersiram airpegunungan.

    Waalaikumusalam... Aku ingin bergabung denganbarisan Kanjeng Gusti Pangeran, wahai Ki Guntur Wisesa. Inianakku, Surya Mandriga. Dia mati dibunuh Belanda tadi malam,

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    19/166

    juga isteriku... Izinkan aku menghadap Kanjeng Gusti Pangeransekarang juga.

    Ki Guntur Wisesa bergerak meminggirkan kudanya,

    memberi jalan pada tamunya.Silakan Kisanak. Kami akan mengawal Kisanaksampai diatas sana...

    Terima kasih, Ki Guntur...

    Ki Singalodra mengangguk takzim pada ulama-pendekaritu dan kembali memacu kudanya, namun tidak sekencang tadi.Kuda Ki Guntur Wisesa berjalan di depan. Sedangkan keempatanak buahnya mengapit di kiri kanan dan belakangnya. Merekaberiringan melintasi jalan utama yang terus menanjak menuju

    Gua Selarong yang berada di bawah sebuah bukit batu yangbesar.

    Setibanya mereka di pelataran yang landai di mana dihadapan mereka terbentang batu karang yang besar dengansebuah tangga batu menuju ke atas, Ki Guntur Wisesa memberiaba-aba dengan sebelah tangannya yang diangkat ke atas.Ya, kita berhenti sampai disini. Kita turun dan berjalan kaki ke

    atas sana.Ki Guntur yang mengenakan pakaian serba putih melompat darikuda dan menambatkannya pada salah satu pokok pohon yangada di pinggir pelataran. Ki Singalodra juga melompat turun darikudanya sambil masih menggendong Surya Mandriga.

    Mari Kisanak, ikut aku, ajak Ki Guntur Wisesa. Dia menghampiriKi Singalodra dan menawarkan diri untuk membantumenggendongkan anaknya. Namun Ki Singalodra menolaknya.

    Biar aku saja... Tolong tunjukkan saja jalannya.

    Kemudian Ki Guntur memerintahkan seorang anak buahnyaberlari terlebih dahulu ke atas untuk memberitahukankedatangan Ki Singalodra kepada Kanjeng Pangeran Diponegoro.Anak buah itu segera berlari ke atas.

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    20/166

    Sekarang kita tunggu dulu disini, Kisanak..., ujar Ki Guntur.

    Ki Singalodra menganggukkan kepala dan tetap berdiri dengan

    tegap di ujung bawah susunan bebatuan yang membentuk anaktangga menuju ke gua yang ada di atasnya.

    Tak lama kemudian, anak buah yang tadi ke atas tampakberlompatan menuruni anak tangga yang sama. Dia langsungmelapor kepada Ki Guntur yang berdiri di sisi kanan Ki Singalodra.

    Kanjeng Gusti Pangeran siap menerimanya....

    Anak buah itu kemudian bergerak menggeserkan badannya ke

    samping, memberi jalan kepada Ki Guntur dan Ki Singalodra.Keduanya lalu berlompatan bagai Kijang Kencana menaiki tanggabatu yang cukup curam. Hanya dengan beberapa kali hentakanloncatan, badan mereka sudah melambung ke atas dengan cepat.Keempat prajurit muda yang melihatnya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan takjub. Mereka segera menyusulkedua orang itu dengan berlari menaiki tangga.

    Setibanya di atas, Ki Singalodra tampak sedang diterima

    Pangeran Diponegoro. Ustadz Muhammad Taftayani, PangeranNgabehi Jayakusuma alias Pangeran Bei[1], Ki Guntur Wisesa, danbeberapa alim-ulama lainnya yang seluruhnya berpakaian putih-putih tampak mendampinginya.Semuanya menyandang senjata. Ada yang menyelipkan keris dipinggang, ada pula yang memegang pedang.

    Sebagaimana kawulo-alit yang bertemu dengan rajanya, sambilterus memeluk jasad anaknya, Ki Singalodra segera berlutut.Dengan kepala menunduk, lelaki dengan janggut dan cambangyang lebat ini berkata pelan, Kanjeng Gusti Pangeran, hamba....

    Belum selesai lelaki itu mengucapkan perkataannya, PangeranDiponegoro yang mengenakan jubah serba putih lengkap dengan

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    21/166

    surban hijau lembut yang menutupi sebagian kepalanya menyapadengan lembut,Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh wahai Ki

    Singalodra... Semoga Allah Subhana wa taala selalu melindungi,merahmati, dan memberkati Kisanak...

    Badan Ki Singalodra menggigil mendengar suara yangsangat berwibawa itu. Entah mengapa, mendengar salam dariorang-orang berjubah itu dia merasakan satu getaran yang anehdi dalam dirinya. Getaran yang tidak pernah dia rasakansebelumnya. Ki Singalodra tidak berani mengangkat wajahnyadari tanah. Dia tidak menjawab apa pun. Bibirnya yang jugabergetar bagaikan terkunci rapat.

    Bangunlah saudaraku. Tidak perlu berlutut seperti itu.Kita adalah sama. Semua manusia itu sederajat. Yangmembedakan di antara manusia bukanlah keturunan, pangkat,atau jabatan, melainkan ketakwaannya kepada Allah subhana wataala..., ujar Diponegoro lagi.

    Lelaki dengan pakaian serba hitam itu perlahan bangundan berdiri. Tangannya tetap memeluk jasad anaknya dengan

    erat. Ki Singalodra masih saja tidak berani menatap langsungwajah Diponegoro. Dia hanya melihat ke bawah.

    Gerangan apa yang membuatmu ke sini Kisanak?

    Maafkan saya Kanjeng Gusti Pangeran... Saya inginbergabung dengan Kanjeng Gusti Pangeran...

    Diponegoro tersenyum. Ustadz Muhammad Taftayaniyang berdiri di samping Diponegoro membisikkan sesuatu ketelinga anak didiknya itu, Sebaiknya kita urus dahulu jenazahanak itu...

    Pangeran Diponegoro mengangguk dan memanggil duapengawalnya untuk mengurus jenazah anak dari Ki Singalodra itu.

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    22/166

    Maafkan saya Kisanak. Sebaiknya jenazah anak Kisanakdiurus terlebih dahulu dengan baik. Sebagai Muslim, kita wajibmemperlakukan jenazah dengan layak. Serahkan saja padakita...

    Ki Singalodra segera menuruti perkataan Diponegoro.Dengan hati-hati dan berlinang airmata dia menyerahkan jenazahputeranya itu kepada dua orang pengawal yang segeramenyambutnya.

    Setelah jenazah anak itu dibawa, Pangeran Diponegoro berkatakembali, Nah, apakah seorang Ki Singalodra sungguh-sungguhingin berjihad di sisi kami dalam menegakkan kalimah tauhid ditanah Jawa ini? Mengusir kaum kafir Belanda dari negeri ini?

    Dengan mantap lelaki itu mengangguk, Ya, Kanjeng Gusti

    Pangeran. Saya bersungguh-sungguh.

    Apakah Kisanak mengetahui apa yang sedang kamiperjuangkan disini?

    Melawan Belanda...?

    Itu betul. Namun tujuan kami lebih mulia dari itu semua.Belanda bukanlah musuh kami. Sebagaimana kami tidakmemusuhi Danurejo dan orang-orangnya. Musuh kami adalahkekufuran dan kezaliman. Itu yang kami perangi. Kami tidakmemerangi orang, tapi kami memerangi sistem yang melawanperintah Allah. Kami memerangi sistem thagut.Thagut...?Ya. Sebelum bergabung dengan kami, sebaiknya Kisanak bisamemahami dengan benar apa yang harus diperjuangkan oleh kitasemua, kaum Muslimin, di dalam hidupnya. Untuk itu, jika tidakkeberatan, Kisanak terlebih dahulu akan mengikuti pengajianyang akan disampaikan Ki Guntur atau Ustadz Taftayani.Beliaulah yang akan menerangkan kepada kita semua tentangapa dan bagaimana seharusnya berperang di dalam Islam. Saya

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    23/166

    pun saat ini masih selalu belajar memperdalam ilmu agama. Marikita sama-sama belajar mendalami ilmu, karena itu adalahperintah agama.

    Berperang di dalam Islam..?Ya. Itu benar, Kisanak. Jihad fi sabilillah namanya.

    Semuanya nanti akan diterangkan oleh ustadz-ustadz yang ada disini. Dan satu lagi...

    Ki Singalodra mengkerutkan dahinya. Dia benar-benartidak mengerti apa yang dimaksudkan dengan perang dalamIslam. Baginya perang adalah membunuh musuh sebanyak-banyaknya, mengalahkannya, hingga musuh takluk. Itu saja.

    Pangeran Diponegoro melanjutkan kalimatnya, ...semua

    yang ada disini harus memperbaharui akidahnya. Jika Kisanakbersedia, silakan mengikuti perkataan saya sekarang.Bagaimana?

    Lelaki berewokan itu menganggukkan kepalanya, BaikKanjeng Gusti Pangeran, saya bersedia.

    Nah, sekarang ikuti perkataan saya...

    Di depan gua yang gelap pekat tanpa penerangan obor,dengan perlahan namun jelas, Pangeran Diponegoro berjalanmendekati Ki Singalodra yang masih berdiri mematung. Tanparagu Diponegoro mengangkat kedua tangannya memegangkedua bahu lelaki itu. Kemudian dia mulai mengucapkan duakalimah syahadah yang diikuti kata demi kata oleh Ki Singalodra.

    Asyhadu ala Ilaha Ilallah... wa asyhadu alla Muhammadar-Rasulullahu... Saya bersaksi, tiada tuhan yang patut disembahkecuali Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalahRasul utusan Allah...

    Dengan terbata-bata, jagoan dari Dusun Ngampilan yangjika mendengar namanya saja orang kebanyakan bisa gemetar itu

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    24/166

    mengucapkan dua kalimah syahadat. Ki Singalodra cukup cerdas.Sekali saja Diponegoro menuntunnya, dia sudah bisamengikutinya. Setelah selesai, semuanya mengucapkan syukur.

    Alhamdulillahi Rabb alAmien...Pangeran Diponegoro kemudian langsung memeluk Ki

    Singalodra dengan hangat. Bagai pelukan seorang kekasih yanglama tak berjumpa. Sama sekali tidak ada kecanggungan tampakdi sana. Diponegoro, sang putera Sultan Hamengku Buwono III,dengan sangat akrab dan hangat memeluk erat seorang jagoanyang tangannya banyak berlumur darah orang lain. Hal inilangsung membuat hati Ki Singalodra luluh. Lelaki ini lumer danmenangis terisak.

    Dosa-dosaku sudah banyak, Kanjeng Gusti Pangeran...

    Apakah ada cara untuk menebusnya agar nanti saya bisaberkumpul dengan anak dan isteriku di surga?

    Pangeran Diponegoro masih memegang kedua bahu KiSingalodra. Kedua matanya yang tajam tapi menyejukkanmenatap langsung ke dalam mata lelaki itu.

    Saudaraku, Allah Maha Pengampun dan Penyayang. Semua dosaumat-Nya akan diampuni asalkan kita mau bersungguh-sungguhbertobat, terkecuali dosa syirik, yaitu dosa karena menyekutukanAllah dengan sesuatu. Dosa syirik adalah dosa yang takterampuni.

    Bagaimana caranya agar saya bisa kembali berkumpulnanti dengan keluargaku di surga? ulang Ki Singalodra.

    Berjihadlah dengan ikhlas, semata-mata demi tegaknyatauhid. Li ila kalimatillah. Asal kita tidak berhutang pada oranglain, setiap orang yang menemui kematian di jalan jihad, syahid fisabilillah, dijamin Allah langsung masuk surga...tanpa dihisab.

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    25/166

    Kedua mata Ki Singalodra berbinar. Wajahnya menjadicerah. Terima kasih, Kanjeng Gusti Pangeran. Terima kasih. Sayaakan berjihad disamping Paduka.

    Ustadz Taftayani maju ke depan. Dia kemudianmenyalami dan juga memeluk Ki Singalodra. Setelah itu salahseorang guru dari Pangeran Diponegoro ini berdiri danmemberikan sambutannya, Dahulu ketika menghadapi kaummusyrikin Quraisy, Allah subhana wa taala mengirimkan seorangHamzah bin Abdul Muthalib, untuk memperkuat barisan kaumMuslimin. Hamzah adalah Singa Allah dan Rasul-Nya. Dialah yangmenjadi pahlawan Perang Badr dan Uhud. Dan sekarang, Allahsubhana wa taala mengirimkan bagi kita seorang Ki Singalodrayang gagah berani. Insya Allah, dengan izin Allah, dengan

    bergabungnya Ki Singalodra, barisa kita akan bertambah kuat.Cahaya kemenangan semakin dekat. Saya yakin, Ki Singalodraadalah Hamzah yang dikirimkan Allah kepada kita.Allahu akbar!

    Amien ya Rabb! Allahu akbar! teriak semua yang adadisitu. []--------------------------------

    [1] Putera Sultan Hamengku Buwono II.

    --------------------------------------

    Bab 2ISLAM TIDAK PERNAH BERSEKUTU DENGAN Thagut, sebagaimanaair yang tidak pernah bersatu dengan minyak, atau pun al-haqyang tidak akan pernah berdamai dengan kebathilan. UstadzMuhammad Taftayani menegaskan salah satu prinsip Islam ini di

    dalam setiap pengajiannya. Seperti juga malam ini, digelar taklimdadakan yang hanya diikuti tujuh orang anggota pasukan baru,yakni Ki Singalodra dan enam orang lainnya yang di antaranyapara senopati terpilih yang sengaja dikirim oleh Raja Surakarta,Kanjeng Susuhunan Paku Buwono VI[1] yang juga merupakankeponakan Diponegoro. Hal ini dilakukan Paku Buwono VI untukmembantu persiapan perjuangannya pamannya itu.

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    26/166

    Selain sejumlah senopati pilihan, Susuhunan Paku Buwono VI jugamengirimkan pasukan-pasukan kraton terlatih dan dana perangyang tidak sedikit.

    Di dalam gua dengan penerangan sebuah obor kecil disudut belakang, terhalang tiga gundukan batu yang besar, Ustadz

    Taftayani duduk bersila di atas batu datar menghadap ke bagianpintu gua. Dari tempat bersilanya, ulama dari Minangkabau yangsudah menetap di Tegalredjo tersebut bisa melihat dua sosokprajurit yang berjaga di pintu masuk gua. Walau hanya duduk,tidak berdiri seperti layaknya orang yang tengah berjaga, namunmereka tetap waspada.

    Malam ini, setelah bergabungnya Ki Singalodra ke dalambarisan Mujahidin, beserta sejumlah orang baru, UstadzMuhammad Taftayani segera menggelar pengajian yangbertujuan untuk menyamakan persepsi tentang perjuangan yangtengah dipersiapkan melawan kafir Belanda dan antek-anteknya.Semua anggota pasukan Diponegoro harus memiliki persepsiyang sama di dalam jihad fi sabilillah, sebab itu, setiap adaanggota baru yang bergabung, maka dia setidaknya harusmelewati tiga tahapan penting: bertobat dan memperbaharui

    syahadatnya, serta memiliki pemahaman yang lurus dan benartentang makna jihad di Jalan Allah.Materi pertama malam ini adalah akidah atau Panji Syahadatain.Salah satu bagiannya mengupas tentang Thagutatau tuhan yanglain.

    Dengan suara yang pelan namun jelas, Ustadz Taftayanimenerangkan, ...Thaghutmerupakan tuhan selainAllah subhanawa taala. Segala pandangan hidup, keyakinan, hukum, norma,peraturan, tradisi, dan sebagainya yang tidak berasal dari hukumAllah, atau malah bertentangan dengan syariat dan akidah Allah,maka itulah Thagut... Apakah ada yang ingin bertanya?

    Ki Singalodra mengacungkan tangannya, Ustadz, apakahbea kerig-aji[2]juga bisa dianggap sebagai Thagut?

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    27/166

    Bea kerig aji, sama saja dengan bea pacumpleng[3], beapangawang-awang[4], bea pajigar[5], bea wikah-welit[6], beapajongket[7], bea bekti[8], bea jalan, bea pertunjukan[9], beapenimbangan[10], dan banyak lagi yang lainnya. Semua ini

    merupakan sebagian kecil dari banyak sekali jenis-jenis pajakyang dibebankan penjajah kafirin Belanda kepada rakyat kecil.Jika tidak salah, sekarang ini ada lebih dari 34 jenis pajak yangharus dibayarkan rakyat kepada pemerintah kafir Belanda.Berbagai pajak ini amat menyusahkan rakyat kecil yang memanghidupnya melarat. Kezaliman ini tentu bertentangan denganIslam. Dan sistem kekuasaan seperti ini, dimana rakyatnya hidupsusah, namun para pejabatnya hidup bermewah-mewah, jelasmerupakan sistem Thagut. Sistem ini harus diakhiri, dihancurkan,dan diganti dengan sistem yang adil....

    Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...Tiba-tiba Pangeran Diponegoro sudah berada di dalam gua bergabungdengan mereka.

    Waalaikumusalam warahmatullahi wabarakatuh..., jawabUstadz Taftayani dan seluruh yang hadir. Sang Pangerankemudian duduk bersila di belakang Ki Singalodra. Ketikamenyadari siapa yang duduk di belakangnya, lelaki brewokan itu

    segera bergeser untuk memberi ruang kepada Diponegoro. Diabenar-benar tidak enak hati jika harus duduk membelakangiKanjeng Pangeran. Tetapi Diponegoro dengan lembut malahmenahannya.

    Biarlah saya di sini saja. Kisanaktetap di situ..., bisiknyasambil tersenyum.

    Ki Singalodra tidak bisa berbuat apa-apa selain tetapduduk pada tempatnya semula. Walau hatinya merasa teramatsungkan.

    Pangeran, ujar Taftayani. ... kita disini sedangmembahas pajak dan Thagut. Apakah ada yang inginditambahkan?

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    28/166

    Apakah soal pajak di Tanah Jawa ini sudah disinggung,Ustadz?

    Sedikit. Silakan paparkan...

    Diponegoro terdiam seperti tengah mencari sesuatu. Mungkinkalimat pembuka. Dia kemudian mulai berbicara. Suaranyaterdengar halus, namun mengandung kekuatan.Pajak awalnya diniatkan sebagai salah satu cara untuk mengisipundi-pundi kas suatu negeri, agar negeri tersebut dapatmengelola dan membangun wilayahnya, termasuk rakyatnya...,paparnya.

    Kemudian dia melanjutkan, ...Keberadaan pajak sangat penting,

    jika suatu negeri memang tidak punya sumber lain yang bisadimanfaatkan, misalnya sumber daya atau kekayaan alam.Namun tidak di Tanah Jawa, tidak juga di Nusantara. Allahsubhana wa taala telah menitipkan sebagian kekayaan yang adadi surga di tanah ini. Tanah ini sangat subur. Emas permata adadi mana-mana. Belum lagi kekayaan alam lainnya, baik yang adadi darat, laut, maupun udara. Kalau dikelola dengan baik, negeriini bisa memakmurkan rakyatnya tanpa memungut pajak sedikitpun. Memungut pajak di negeri yang kaya seperti di Tanah Jawa

    ini adalah haram hukumnya...

    Ki Singalodra dan keenam orang lainnya hanya tertegunmendengar kalimat yang disampaikan Pangeran Diponegoro.Sangat jelas dan tegas.

    Lantas mengapa kafir Belanda memajaki rakyat kita sepertisekarang? Bahkan orang-orangnya Patih Danuredjo jugamemusuhi rakyatnya sendiri... tanya Pangeran Diponegoro.Kemudian dia sendiri yang menjawabnya, Karena kafir Belandaadalah penjajah bagi bangsa ini. Penjajah selalu melakukanperampokan terhadap bangsa yang dijajahnya. Baik perampokanyang dilakukan terang-terangan, juga perampokan yangdilakukan secara diam-diam, atau berkedok macam-macam, yaseperti pajak yang sekarang ada. Pajak sekarang ini sudahmenjadi sumber bagi pejabat untuk memperkaya diri sendiri dan

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    29/166

    keluarganya. Para pejabat di negeri ini kian hari kian rakusdengan kelezatan dunia. Kegilaan mereka ini tidak pernahterpuaskan. Yang menjadi korban adalah rakyat kebanyakan...

    Apakah sebab itu kita harus memerangi mereka? Bagaimanaberperang atau jihad fisabilillah itu? tanya salah seorangsenopati yang kemarin baru dikirim Paku Buwono VI.

    Diponegoro menengokkan wajahnya ke arah Ustadz Taftayani.Namun ustadz itu malah mempersilakan Diponegoro untukmenanggapinya, Silakan Pangeran...

    Perang di dalam Islam bersifat membebaskan, jawabDiponegoro, ...sebab itu, jika suatu kota atau negeri telah

    ditaklukkan oleh kaum Muslimin, maka istilahnya bukanlahpenaklukan, kalah, dan sebagainya, tetapi Futuh. Futuh berasaldari bahasa arab yang berarti pembebasan ataumembebaskan. Membebaskan dari apa? Yaitu membebaskanmanusia dari penghambaan kepada selain Allah subhana wataala, baik itu ketundukan kepada hukum yang zalim, sistemyang salah, penguasa yang korup, dan sebagainya. Itulah esensiperang di dalam Islam, membebaskan manusia dari kebathilandan kezaliman...

    Mendengar itu, Ustadz Taftayani tersenyum puas. Dia benar-benar menyayangi murid yang satu ini. Ulama rendah hati daritanah seberang ini tahu jika Pangeran Diponegoro, yang terlahirdengan nama Bendoro Raden Mas Mustahar, yang kemudiandikenal sebagai Bendoro Raden Mas Ontowiryo, pada 11November 1785 di Kraton Yogyakarta ini memiliki banyakkeistimewaan.Diponegoro[11] adalah anak tertua dari Sultan HamengkuBuwono III dan Raden Ayu Mangkarawati. Ketika melihat danmemangku bayi Diponegoro, Sultan Hamengku Buwono I haqul

    yaqin jika suatu hari nanti Diponegoro akan tumbuh menjadipembebas rakyat dari kezaliman dan kesengsaraan.

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    30/166

    Bayi ini akan menjadi orang yang memimpin perang besar untukmengusir penjajah Belanda dari tanah Jawa. Dia akanmenimbulkan kerusakan yang sangat besar pada kafir Belanda.Dia akan menjelma menjadi orang besar yang dicintai rakyatnya,

    melebihi diriku, tegas Sultan Hamengku Buwono I yang jugakakek buyut dari Diponegoro. Sebab itu, Sultan secara khususmengamanahkan agar bayi Diponegoro kelak diasuh dan dididikpermaisurinya sendiri, Ratu Ageng. (Bersambung)----------------------------

    [1] Kanjeng Susuhunan Paku Buwono VI lahir di Surakarta, 26April 1807 dan meninggal dalam pembuangan Belanda di Ambon,pada tanggal 2 Juni 1849. Nama aslinya Raden Mas Sapardan.Beliau naik tahta dalam usia 16 tahun dan setahun kemudian,

    dalam usia 17 tahun, beliau telah menjadi pendukung perjuanganPangeran Diponegoro yang loyal walau terikat perjanjian denganBelanda. Pakubuwana VI meninggal dunia di Ambon pada tanggal2 Juni 1849. Menurut keterangan resmi Belanda, beliau meninggalkarena kecelakaan saat berpesiar di laut.Di tahun 1957, jasad Pakubuwana VI dipindahkan dari Ambon keAstana Imogiri, kompleks makam keluarga raja Mataram. Padasaat makamnya digali, ditemukan bukti bahwa tengkorakPakubuwana VI berlubang di bagian dahi. Menurut analisis

    Jenderal TNI Pangeran Haryo Jatikusumo (putera Pakubuwana X),lubang tersebut seukuran peluru senapan Baker Riffle. Ditinjaudari letak lubang, kematian Pakubuwana VI jelas ditembak padabagian dahi, bukan kecelakaan.[2] Pajak atas kepala atau pajak yang dikenakan pada setiaporang, besar dan kecil tanpa perkecualian.[3] Pajak atas pintu rumah.[4] Pajak atas pekarangan rumah.[5] Pajak atas hewan ternak.[6] Pajak atas kepemilikan lahan kebun atau sawah, walauluasnya hanya sedikit.[7] Pajak yang dikenakan bila hendak pindah rumah.[8] Pajak jika seseorang bertukar tuan tanah atau majikan.[9] Pajak pertunjukkan resminya dikenakan pemerintah kepadawarga desa jika ada pertunjukkan kesenian atau hiburan lainnya.

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    31/166

    Namun nyatanya, walau tidak pernah ada pertunjukkan hiburan,rakyat tetap diharuskan membayar jenis pajak ini.[10] Pajak penimbangan padi dilakukan ketika panen. Tapifaktanya, seperti juga pajak pertunjukkan, padi-padi hasil panen

    para petani tidak pernah ditimbang, namun tetap dikenakanpajak. Bahkan banyak petani miskin diwajibkan kerja di lahanpertanian milik bupati tanpa dibayar sepeser pun.[11] Nama asli Diponegoro adalah Bendoro Raden Mas (BRM)Mustahar. Lahir di keraton Jogyakarta, pada Jum'at Wage, 7Muharram Tahun Be (11 Nopember 1785). Tahun 1805, SultanHB II mengganti namanya menjadi Bendoro Raden Mas (BRM)Ontowiryo. Adapun nama Diponegoro dan gelar Pangeran barudisandangnya sejak tahun 1812 ketika ayahnya naik takhta.-------------------------------------------------

    Di masa itu, perempuan-perempuan dan laki-laki Jawatermasukdi kalangan bangsawan kratonlazim menikah di usia yangmasih relatif sangat muda. Ketika Diponegoro dilahirkan, RadenAyu Mangkarawati, sang ibu, masih berusia 14 tahun, danayahnya 16 tahun[1]. Dan sudah menjadi kelaziman jika sanganak kemudian diasuh oleh nenek atau buyutnya. Hal inimerupakan tradisi leluhur agar sang anak mendapatkanpendidikan dan pengasuhan yang benar dari seseorang kerabatyang jauh lebih matang dan dewasa. Suatu konversi budaya yang

    saat ini sudah punah.Sesuai amanah khusus dari Hamengku Buwono I, bayi Diponegorodiasuh oleh nenek buyutnya, Ratu Ageng. Ratu Ageng dikenalsebagai seorang permaisuri yang sangat taat pada agama danluas ilmunya. Sampai tahun 1792, ketika suaminya masihberkuasa, Ratu Ageng mengasuh Diponegoro di kraton dankemudian meneruskannya di Puri Tegalredjo setelah suaminyawafat.

    Selain seorang pendidik, Ratu Ageng juga merupakan PanglimaBregada Langen Kesumakesatuan pasukan elit khususperempuan pengawal raja, seperti hanya Trisat Kenya di zamanAmangkurat Ipada masa kekuasaan Mangkubumi.

    Bregada Langen Kesuma merupakan kesatuan khusus pengawalraja yang sangat tangguh. Walau semua anggotanya perempuan,

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    32/166

    namun pasukan berkuda ini dilengkapi dengan senjata api laraspanjang dan pendek, pedang, keris, tombak, trisula, dwisula, danlain sebagainya. Keterampilan mereka dalam olah senjata danolah kanuragan jangan diragukan lagi.

    Ada sebuah kisah yang terjadi pada bulan Juli 1809. Ketika ituMarshall Hermann Wilhelm Daendels berkunjung ke KratonNgayogyakarta Hadiningrat. Dalam salah satu jamuanpenyambutan, diperlihatkan atraksi dari Bregada Langen Kesumadan dia terkagum-kagum melihat atraksi pasukan khususperempuan ini. Sejarawan Carey mengatakan jika Langen Kesumamerupakan satu-satunya kesatuan militer pribumi yang mampumembuat Daendels berdecak kagum ketika melihatnya.

    Selain Daendels, J. Greeve bersama Residen Surakarta Hartsinchjuga pernah menyaksikan Bregada Langen Kesuma ini. Merekadisambut dengan salvo senapan dan meriam yang dipergilirkandengan amat sempurna.Markas dari kesatuan istimewa ini berada di PesanggrahanMadyaketawang. Lapangan latihan menembak bagi pasukan iniberada di alun-alun Pungkuran, di selatan kraton. SeratRerenggan Karaton, Pupuh XXII, Sinom, menyebutkan:

    Sanggrahan Madya Ketawang, lamun miyos Sri Bupati,pratameng Langenkusuma, lir priya praboting jurit, tinontonsaking tebih, saengga priya satuhu, samya munggeng turangga,myang yen gladhi neng praja di, angreh kuda neng ngalun-alun

    pungkuran.Artinya lebih kurang sebagai: Di Pesanggrahan Madyaketawang,dan datanglah Sri Bupati (maksudnya Sri Sultan) untukmenyaksikan mereka, seorang perempuan yang menjadipemimpin pasukan Langen Kesuma, penampilannya mirip prajuritlelaki, dilihat dari jauh, tampak seperti prajurit laki-lakisungguhan, semua naik kuda, menuju tempat latihan di ibukota,yaitu di Alun-alun Pungkuran.

    Selain menempa pasukan khusus perempuannya dengan ilmuperang dan kanuragan, Ratu Ageng juga membekali mereka

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    33/166

    dengan ilmu agama sehingga pakaian pasukan ini terbilangsangat sopan, dengan tetap mengedepankan kebebasan gerakuntuk berperang. Ratu Ageng sebagai pengasuh PangeranDiponegoro adalah panglima pasukan khusus ini. Bukan hanya

    sebagai panglima, Ratu Ageng juga merupakan seorangpermaisuri raja yang sangat peduli dengan nilai-nilai keislaman.Sebab itulah, selain menempa seorang Diponegoro dengan cara-cara seorang ksatria, Ratu Ageng juga membekali cicitkesayangannya ini dengan ilmu agama yang cukup dalam.Namun berbeda sikapnya dengan Diponegoro, terhadap anakkandungnya sendiri Ratu Ageng malah tidak akur. Ini disebabkankarena Raden Mas Sundoro dianggap tidak taat dalammenjalankan perintah agama, walau Raden Mas Sundoro sendiridikenal sangat anti terhadap penjajah Belanda.

    Sebab itulah, ketika Hamengku Buwono I turun tahta dandigantikan oleh Raden Mas Sundoro yang kemudian dikenalsebagai Hamengku Buwono II di tahun 1792, Ratu Ageng memilihuntuk keluar dari lingkungan kraton yang dianggapnya sudahcemar oleh tradisi kafir Belanda. Ratu Ageng lebih memilih tinggaldi sebuah dusun terpencil yang kelak dikenal sebagai Tegalredjo,berjarak sekira tiga kilometer barat kraton. Diponegoro ikutdiboyong keluar dari kraton dan tinggal di dusun di tengah-

    tengah rakyatnya sendiri.

    Dari Kraton, Puri Tegalredjo tepat berada di arah barat laut, arahyang dijadikan kiblat bagi umat Islam di Nusantara untuk sholat.Di dalam kompleks puri, Ratu Ageng juga membangun sebuahmasjid di sebelah barat laut bangunan utama puri yang berupapendopo utama.

    Karena dibesarkan dalam lingkungan kawulo alit ataurakyat kecil, maka dalam jiwa seorang Diponegoro tumbuh rasakepedulian yang sangat besar kepada orang-orang kecil. Apalagisejak kecil Diponegoro melihat dengan mata kepalanya sendiribetapa seorang Ratu Ageng, permaisuri seorang raja, tidakmerasa rendah ketika harus bergaul dengan kawulo alit. BahkanRatu Ageng ikut terjun langsung bercocok tanam di sawahdengan kaki dan tangan penuh lumpur. Ratu Ageng harus

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    34/166

    bekerja, karena dia harus menghidupi keluarganya sendiridisebabkan dia menolak bantuan keuangan dari kraton yangdianggapnya sudah dikotori oleh kemaksiatan dan kezaliman.

    Akan jauh lebih mulia di hadapan Allah jika aku bekerjadengan tangan dan kakiku sendiri, ketimbang hidup denganbertumpu pada uang kotor yang berasal dari memeras keringatdan darah rakyat! tegasnya.

    Diponegoro juga melihat betapa Ratu Ageng sangatgandrung pada literatur-literatur keagamaan, sejarah, dan jugasastra, sehingga rumahnya yang sederhana di Tegalredjobagaikan sebuah perpustakaan kecil. Sebaliknya, terhadap hartabenda, Ratu Ageng tidak memiliki minat yang besar. Dia hanya

    memiliki barang-barang primer yang memang dibutuhkan dalamrumah tangga seperti kebanyakan orang.

    Semua pengajaran yang diberikan Ratu Ageng dan paraulama yang dipanggil maupun yang didatangi langsung olehDiponegoro muda menyebabkan Pangeran Diponegoro menjadiseorang pemuda yang bersahaya. Seluruh kehidupannyadiusahakan dengan keras mengikuti teladan Rasulullah SAW. Diasering menyamar sebagai orang kebanyakan, mengenakan ikat

    kepala dan kain wulung dan berbaju hitam. Diam-diam dia seringmembaur bersama para santri di pondok-pondok pesantren dipedesaan dengan menggunakan nama samaran Ngabdurakhim.Di saat samarannya hampir terbongkar, dia akan segera pindahke pondok pesantren yang lain. Selain itu, Diponegoro jugasenang mengembara, keluar masuk hutan, tinggal di gua-guauntuk menyendiri, dan menatap lama-lama deburan ombak danlangit Laut Kidul.

    Pangeran Diponegoro tahu betul, kehidupan parapembesar kraton yang sebagian besar masih kerabatnya, kianhari malah kian jauh dari tuntunan agama. Para pejabat kratonyang notabene sudah memeluk Islam, semakin hari malahsemakin mesra dengan kafir Belanda. Islam bagi merekahanyalah identitas formal, sedangkan kelakuannya sudah tidakada beda lagi dengan kelakuan kaum kafir Belanda yang

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    35/166

    menyukai dansa-dansi sampai pagi, minum-minuman keras, gilaharta dan judi dengan taruhan gadis-gadis penari.

    Martabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang tadinya begitu

    tinggi dan mulia kini sudah cemar, dikotori kafir Belanda dansebagian besar pembesar kraton sendiri yang sudah lupa denganjatidirinya.

    Sebab itu, ketika Hamengku Buwono III, ayahkandungnya, hendak menobatkannya sebagai putera mahkotawalau Diponegoro bukan berasal dari permaisuri, namun selirdengan tegas dia menolaknya. Ustadz Taftayani tahu, penolakanDiponegoro lebih disebabkan ketidaksukaannya terhadap campurtangan Belanda dalam kekuasaan kraton. Bahkan pengangkatan

    seorang raja pun harus disetujui Belanda dan Residen Belanda-lahyang melantik seorang raja. Diponegoro amat muak dengansemua ini. Itulah yang melatarbelakangi penolakannya untukmenjadi raja di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

    Dengan penuh keikhlasan, dia menunjuk adiknya yangmasih belia, Raden Mas Jarot, untuk menerima posisi sebagaiputera mahkota. Dihadapan orang-orang terdekatnya,Diponegoro ketika itu mengatakan,

    Rakhmanudin dan kau Akhmad, jadilah saksi saya, kalau-kalausaya lupa, tolong ingatkan pada saya, bahwa saya bertekad tidakmau dijadikan pangeran mahkota, walau pun seterusnya akandiangkat menjadi raja, seperti ayah atau nenenda. Saya sendiritidak ingin itu terjadi. Cukuplah saya menjadi seperti apa yangada sekarang, dekat dengan Gusti Allah dan rakyatku. Sayabertobat kepada Allah Yang Maha Besar. Hidup di dunia tiadaakan lama dan saya tidak ingin hidup saya ini nantinya dikotorioleh kafir Belanda. Saya tidak ingin hidup dengan menanggungdosa...[2]

    Bagi Diponegoro, kehidupan penuh glamor di dalamkraton sama sekali tidak menarik hatinya. Baginya kraton adalahtempat yang penuh dengan dosa, dan dia tidak mau ikutterkotori. Diponegoro lebih menyukai hidup dan berada di tempat

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    36/166

    yang sepi, untuk mencari kesejatian dan makna hidup, menggaliilmu agama, dan pengetahuan yang bermanfaat.

    Seorang Diponegoro lebih menyukai menjalin silaturahim dengan

    para alim-ulama dan rakyat biasa, ketimbang berdekat-dekatandengan penguasa. Sejumlah ulama besar yang dekat denganDiponegoro antara lain Kiai Muhammad Bahwi, penghulu utamakraton, lalu Haji Baharudin yang menjadi Komandan PasukanSuronatan, Kiai Kasongan, Kiai Papringan, juga dengan KiaiBaderan ayah dari Kiai Mojo, dan lain-lain. Dan seorang UstadzMuhammad Taftayani merasa bersyukur bisa menjadi salah satuguru bagi orang yang berhati mulia ini.Ustadz... silakan lanjutkan paparannya. Saya hendak keluar

    dahulu, ujar Pangeran Diponegoro membuyarkan semua ingatanMuhammad Taftayani[3] tentang murid kesayangannya itu.

    Astaghfirullah.. saya melamun. Silakan Pangeran. Dankarena hari sudah semakin malam, pengajian kali ini kitacukupkan sampai disini dahulu. Mudah-mudahan iman Islam yangkita miliki mampu untuk mengikat hati kita semua dalamperjuangan yang sebentar lagi akan mendatangi kita. Cepat ataulambat, semuanya akan diuji oleh perjuangan ini. Saya berdoa

    agar Allah subhana wa taala nanti memasukkan danmengumpulkan kita semua di dalamjannah-Nya.Amien ya Rabb.Apakah kisanaksemua masih ada pertanyaan?

    Ketujuh lelaki dewasa yang ada di hadapan UstadzTaftayani saling berpandangan dan kemudian menggelengkankepala.

    Baiklah. Nanti kita akan berkumpul kembali dalampengajian berikutnya. Untuk saat ini saya cukupkan.Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

    Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,jawab semuanya.

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    37/166

    Pengajian telah berakhir malam itu. Para prajurit ada yangberistirahat, ada pula yang bertugas jaga. Sedangkan duasenopati, sejumlah sesepuh, dan pimpinan pasukan lainnyabergabung di sebuah rumah yang cukup besar di bagian bawah

    Gua Selarong. Seperti yang dilakukan setiap malam, semuanyaakan mendengar pemaparan perkembangan terakhir situasiYogyakarta dan juga kraton dari para telik sandi atau mata-matayang dikirim ke berbagai tempat. Pangeran Diponegoro akanlangsung memimpin pertemuan tersebut. []------------------------------[1] Bendoro Raden Mas Mustahar atau Bendoro Raden MasOntowiryo atau Pangeran Diponegoro dilahirkan 11 November1785. Ayahnya, Raden Mas Surojo atau yang kemudian dikenal

    sebagai Hamengku Buwono III dilahirkan pada 20 Februari 1769.[2] Kalimat yang diucapkan Pangeran Diponegoro ini tertulis didalam Babad Diponegoro jilid I hal.39-40.[3] Menurut laporan Residen Belanda tahun 1805, Ustadz

    Taftayani yang berasal dari Sumatera Barat itu mampumemberikan pengajaran dalam bahasa Jawa dan pernahmengirimkan anak-anaknya ke Surakarta, pusat pendidikanagama pada waktu itu. Di Surakarta, Taftayani menerjemahkankitab fiqih Sirat Al-Mustaqim karya Nuruddin Ar Raniri ke dalam

    bahasa Jawa. Ini mengindikasikan, Pangeran Diponegoro belajarIslam dengan serius. (Dr. Kareel A. Steenbrink, 1984, BeberapaAspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke 19, Penerbit BulanBintang, Jakarta hal. 29).-------------------------------------

    Bab 3SUROMENGGOLO BERSAMA TIGA LELAKI LAINNYA sudah duduk

    bersila di ruangan agak besar berdinding bambu yang tidak

    dilabur dengan kapur, sehingga bilik-biliki bambu yang mengikatdengan saling-silang itu menampakkan keasliannya. Sebuahpelita kecil sengaja diikatkan di pokok bambu, tepat di bagiantengah atas ruangan. Keempat orang itu merupakan bagian daripasukan telik sandi yang sengaja dikirim Diponegoro ke daerah-

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    38/166

    daerah musuh untuk menggali informasi sebanyak-banyaknyatentang berbagai hal.

    Di luar, suara hewan malam terdengar bersahut-sahutan.

    Sesekali di kejauhan, lenguhan monyet menimpali. Suaranyabegitu memilukan, bagai meneriakkan nasib rakyat pribumi yangterus-menerus menderita di bawah kekejaman Belanda danantek-anteknya.

    Suromenggolo sungguh-sungguh kagum dengan Susuhunan PakuBuwono IV. Keponakan dari Pangeran Diponegoro inilahbersamaPangeran Mangkubumi[1]yang menganjurkan agar pamannyamemilih Gua Selarong sebagai basis perlawanan gerilya. WilayahSelarong dengan beberapa guanya memang sangat strategis.

    Tempatnya berada di ketinggian sebuah bukit, dikelilingi hutanyang masih lebat walau tidak luas. Jalan dari dan menuju guahanya satu dan itu pun kecil sehingga sulit dilalui kereta yangditarik kuda. Walau berada di ketinggian, namun Gua Selarongyang berada di selatan Yogyakarta ini tak begitu jauh dengandengan garis pantai Laut Kidul, tempat yang disukai Diponegorountuk tafakur .

    Di bawah Gua Selarong terdapat perkampungan yang sudah

    ramai oleh rumah penduduk. Walau demikian, kontur daerah inimemang menjadikannya sangat cocok untuk dijadikan markaskomando dalam kacamata militer.

    Setelah menyimak dan menimbang saran dari Paku Buwono VI,Pangeran Diponegoro akhirnya mengakui jika usul keponakannyatersebut memang tepat. Gua Selarong memang sebuah bentengalami yang cukup tangguh.

    Sebagai seseorang yang dididik dan dibesarkan panglimapasukan khusus pengawal raja, Pangeran Diponegoro tahubanyak soal strategi perang. Ratu Ageng tidak hanya memberinyapengetahuan keagamaan, tetapi juga membekalinya dengandasar-dasar kepemimpinan dan kemiliteran, pengetahuantentang taktik perang, penggunaan senjata, manajemen pasukan,dan lain sebagainya.

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    39/166

    Sebab itulah, walau tidak dilakukan tiap malam, selepaspengajian dan di saat yang lain sudah beristirahat atau kembaliberjaga di posnya masing-masing, Pangeran Diponegoro selalu

    mengadakan pertemuan terbatas dengan para telik sandi terpilihuntuk memantau perkembangan di luar sana.

    Pangeran Diponegoro percaya dengan informasi yangdisampaikan para telik sandinya. Di sisi lain, tanpasepengetahuan para telik sandinya, Diponegoro juga membentukunit kontra intelijen yang mengawasi dan mengecek semuainformasi yang diterima dari bawahannya. Yang terakhir inidirekrut dari orang-orang yang sangat dipercayainya, walau pun

    jumlahnya tidak banyak. Ustadz Taftayani sendiri yang telah

    membaiat mereka dengan kitab suci al-Quran di atas kepala.

    Tiba-tiba pintu bilik yang bagian luarnya terbuat daribambu bergerak terbuka. Deritnya terdengar pelan. Dari pintuyang terbuka tampak Ki Guntur Wisesa yang pertama memasukiruangan, diikuti Pangeran Diponegoro, Ustadz Taftayani,Pangeran Bei, seorang pengawal khusus, dan kemudian barulahbeberapa orang sesepuh dan para senopati. Salam punditebarkan, dijawab kembali dengan salam saling mendoakan

    kebaikan bagi semuanya. Mereka duduk melingkar di tengahruangan, diterangi temaram satu-satunya pelita kecil yang diikatdi atas dekat wuwungan.

    Tidak ada yang bersuara hingga Ustadz Taftayanimembuka pertemuan.

    Bagaimana laporanmu Suromenggolo? bisiknyalangsung ke pokok pertemuan.

    Lelaki yang disapa Suromenggolo mengangguk pelan.Murid sekaligus orang kepercayaan Kiai Mojo, ulama kharismatikdari Desa Mojo yang berada di utara Surakarta, ini tidak segeramenjawab. Dia mengedarkan terlebih dahulu pandangannya kesekeliling ruangan. Walau nyaris gelap, namun dia bisamerasakan jika seluruh pimpinan pasukan jihad fi sabilillahKanjeng Gusti Pangeran berkumpul di sini.

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    40/166

    Setelah mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, masihsambil duduk bersila, Suromenggolo membungkukkan badan danmulai mengeluarkan suaranya. Terdengar seperti orang berbisik,namun bisa didengar dengan jelas.

    Alhamdulillah. Semakin banyak ulama dan para pendekar yangmenyatakan dengan tegas jika mereka akan bergabung dengankita....

    Pangeran Diponegoro dan semua yang ada di dalam ruangantersebut juga mengucapkan hamdallah tanda syukur kepada Allahsubhana wa taala. Beberapa tahun lalu, Pengeran Diponegorodan yang lainnya memang bergerak di segenap penjuru negeriuntuk menggalang kekuatan untuk memerangi dan mengusir

    Belanda.Orang pertama yang dikunjungi Diponegoro adalah Kiai Abdanidan Kiai Anom di Bayat, Klaten. Kedua kiai ini tidak sajamenyatakan dengan tegas kesanggupannya untuk bergabungnamun juga memberi Diponegoro tambahan ilmu bela diri. DariBayat, Diponegoro bersama Pangeran Mangkubumi melanjutkanperjalanan ke Sawit, Boyolali, untuk menemui Kiai Modjo, seorangKiai kepercayaan Kanjeng Susuhunan Pakubuwono VI. Kiai Modjopun mendukung penuh Pangeran Diponegoro. Lalu dengan

    diantar Kiai Modjo, Pangeran Diponegoro menemui TumenggungPrawirodigdoyo di Gagatan. Tumenggung ini adalah orangkepercayaan Susuhunan Paku Buwono VI.Dan atas saran Kiai Modjo dan Tumenggung Gagatan inilah,Pangeran Diponegoro pun menemui Paku Buwono VI, keponakanDiponegoro sendiri.

    Hampir semua ulama yang saya temui di sekitar Merapi, Dieng,Merbabu, Kulon Progo, dan lainnya, semua siap bergabungdengan Kanjeng Pangeran. Bukan saja para ulama, namun jugapara pendekar dan jagoan-jagoan setempat. Mereka sudah muakdengan Belanda. Mereka hanya tinggal menunggu perintah dariKanjeng Pangeran.

    Ustadz Taftayani mengangguk-angguk. Alhamdulillah, iniperkembangan yang baik. Namun ketahuilah, jika perang yang

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    41/166

    akan kita lakukan ini adalah perang sabil, Jihad fi sabilillah.Perang yang semata-mata bertujuan untuk meninggikan kalimatAllah dan menghapuskan segala kezaliman. Sebab itu, kita harusmengaktifkan pengajian-pengajian di seluruh negeri, agar semua

    yang nantinya bergabung dengan kita memahami apa tujuan danhakikat perang ini. Bagaimana Pangeran?

    Insya Allah, saya juga berpendapat sama. Kita akan memetikkemenangan. Tidak ada sedikit pun rasa takut dan cemasmenghadapi hari esok bagi orang-orang beriman. Kematianadalah kepastian. Dan hanya orang-orang beriman dan tawakalyang kematiannya akan benar-benar indah. Insya Allah, Ustadz,dan juga yang lainnya, para senopati dan para ulama, mulaibesok kita akan menggencarkan pengajian kepada semua orang

    yang bersedia bergabung dalam kafilah tauhid ini. Insya Allah..,ujar Diponegoro.

    Lantas, bagaimana dengan Danuredjo, Kisanak? tanya UstadzTaftayani kembali kepada Suromenggolo.

    Danurejo makin tak terkendali, Ustadz. Tadi pagi seorang ibuyang sedang hamil tua bersama dua orang anak kecil yangdibawanya dilarang lewat jembatan di Desa Jotawang, hanya

    karena uang yang dimiliki sang ibu tadi untuk bayar pajakjalannya kurang. Danurejo ada di sana. Dia tengah menginspeksipos-pos jalan utama. Dia sendiri yang kemudian memerintahkanibu itu dan anak-anaknya untuk menyeberangi Kali Code yangberbatu-batu yang ada di bawah jembatan. Akhirnya ibu dananak-anaknya itu pun terpaksa menyeberangi kali. Dan celaka,mereka jatuh dan terbawa hanyut air kali yang deras. Tidak adayang berani menolongnya karena Danurejo dan pasukannyamelarang semua orang yang ada di situ untuk menolongmereka....

    Astaghfirullah al-adziem...., desis semua yang ada disana.

    Dasar anjing Belanda! umpat Ki Singalodra geram.Giginya sampai terdengar bergemeletuk saking marahnya.

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    42/166

    Teruskan Kisanak..., ujar Ustadz Taftayani.

    -----------------------------[1] Pangeran Mangkubumi merupakan anak dari SultanHamengku Buwono II atau yang lebih populer disebut sebagaiSultan Sepuh. Sultan Hamengku Buwono II ini sangat antipenjajah Belanda. Sikap ini diwariskan oleh PangeranMangkubumi. Pangeran Diponegoro sendiri lebih dekat kepadaSultan Sepuh ketimbang terhadap ayahnya sendiri, SultanHamengkubu Buwono III yang tidak begitu tegas, bahkanbeberapa kali dengan jelas mendukung Belanda.

    ------------------------------------

    Suromenggolo melanjutkan paparannya, Danurejo juga telahmemerintahkan dua orang kepercayaannya, PangeranMurdaningrat dan Pangeran Ponular untuk menaikkan tarif pajakdi beberapa ruas jalan yang makin ramai. Siapa saja yang tidaksanggup bayar, dilarang melintas di jalan itu...

    Pangeran Diponegoro bergumam, Murdaningrat dan

    Ponular, jahat benar mereka...

    Suromenggolo mendengar gumamannya, Ya, benarKanjeng Gusti Pangeran. Mereka berdua telah benar-benarmenjadi kaki tangan bagi Danurejo dan juga kafir Belanda.Bukankah mereka yang menggantikan Kanjeng Gusti Pangerandan Pamanda Kanjeng Gusti Mangkubumi di dewan perwalian?

    Diponegoro mengangguk. Ya, mereka yang

    menggantikanku danPaman Mangkubumi di Dewan Perwalian Kraton.

    Ustadz Taftayani dan semua orang yang berkumpul diruangan itu tahu benar jika sesungguhnya Dewan PerwalianKraton hanyalah alat bagi kepentingan Belanda untuk menipurakyat.

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    43/166

    Awalnya adalah ketika Sultan Hamengku Buwono III wafat padatahun 1814. Saat itu Raden Mas Jarot, adik dari PangeranDiponegoro, baru berusia sepuluh tahun. Rakyat menginginkan

    agar Diponegoro yang menjadi raja. Namun Diponegoro sejakawal menolak. Dan Belanda pun tidak menyukai Diponegoro yangtidak mau tunduk pada kepentingannya. Akhirnya Raden Mas

    Jarot pun naik tahta, menjadi Sultan Hamengku Buwono IV dalamusia belia. Belanda menunjuk Paku Alam I sebagai walipemerintahannya.

    Pada tanggal 20 Januari 1820, ketika Hamengku Buwono IV sudahhampir berusia enambelas tahun, Paku Alam I meletakkan

    jabatan sebagai wali raja. Namun pemerintahan mandiri

    Hamengku Buwono IV hanya berjalan selama dua tahun, karenapada tanggal 6 Desember 1822 tengah hari, ketika baru sajasepulangnya dari tamasya, dia meninggal dunia. Sebab itulahHamengku Buwono IV disebut juga sebagai Sultan Seda ingPesiyar, Sultan yang meninggal dunia ketika tengah tamasya.Menurut keterangan Belanda, sakitlah yang menjadi sebabkematiannya. Namun banyak orang yang percaya, jika Belandaatau orang-orangnya telah meracuni Sultan. Belanda berbuat ituagar kekuasaan Patih Danuredjo IV bisa lebih besar.[1] Patih

    Danuredjo IV, yang berasal dari keluarga Danurejan yangmemang sejak lama menjadi kaki tangan Belanda, kemudianmenempatkan saudara-saudaranya menduduki jabatan-jabatanpenting di kraton. Dengan meninggalnya Hamengku Buwono IV,maka otomatis, Raden Mas Gatot Menol, anaknya yang baruberusia tiga tahun akan naik tahta. Dengan adanya raja balita ini,maka Patih Danuredjo akan sangat leluasa untuk menguasaiseluruh kraton. Dan kepentingan Belanda pun akan terjamindalam waktu yang lama.

    Dan memang demikian adanya. Raden Mas Gatot Menol yangbaru berusia tiga tahun pun diangkat menjadi Sultan HamengkuBuwono V. Untuk mendampingi raja kecil ini, Belanda bersamaPatih Danuredjo IV membentuk Dewan Perwalian Kraton, yangterdiri dari orang-orang terdekat dari sang raja. Dewan inidibentuk salah satunya untuk menghilangkan kecurigaan rakyat

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    44/166

    banyak soal sebab kematian Hamengku Buwono IV. Denganadanya Dewan Perwalian, maka Patih Danuredjo bisa berlindungdi balik dewan ini atas semua tindak-tanduknya.

    Naiknya Raden Mas Gatot Menol menjadi Hamengku Buwono Vdan dibentuknya Dewan Perwalian Kraton menimbulkan dilematersendiri bagi seorang Pangeran Diponegoro. Dia sudah curiga

    jika Dewan Perwalian hanyalah hasil akal-akalan dari seorangDanuredjo. Karena keputusan final pemerintahan tetap berada ditangan Patih Danuredjo IV bersama-sama dengan ResidenBelanda.

    Namun jika dia tidak bergabung di dalamnya, maka kraton akansepenuhnya dikuasai Danuredjo dan para penjilat kafir Belanda

    lainnya. Setelah bertafakur cukup lama di Parangkusumo, denganmengucapkan Bismillah, maka Pangeran Diponegoro pun memilihuntuk mau bergabung sebagai anggota Dewan Perwalian,bersama dengan Mangkubumi, pamannya yang sangat dihormatiDiponegoro. Diponegoro berharap dengan bergabungnya dia danMangkubumi di dalam Dewan Perwalian Kraton, maka merekabisa mewarnai kraton agar lebih memihak umat ketimbangmemihak penguasa kafir Belanda.

    Namun kenyataan berkata lain. Hampir setiap hari rapat demirapat berlangsung, memutuskan ini dan itu terkait kebijakankraton terhadap berbagai macam masalah menyangkut rakyatbanyak, namun segala keputusan Dewan Perwalian ternyata tidakberjalan sebagaimana mestinya. Semua kebijakan pemerintahternyata tidak sejalan dengan hasil musyawarah ataurekomendasi dari Dewan Perwalian. Patih Danuredjo yang sangatlicin dan mahir berbicara ini. bahkan dengan menyitir banyakayat Quran, hadits, dan juga siroh Rasul, selalu menelikungsemua keputusan Dewan ini. Sehingga keberadaan Dewan seolahtidak ada artinya, kecuali hanya sebagai panggung sandiwara.Danuredjo bisa dengan mudah dan leluasa memutuskan segalahal walau itu bertentangan dengan hasil musyawarah DewanPerwalian Kraton. Patih Danuredjo lebih berkuasa ketimbangDewan Perwalian itu sendiri. Dewan yang berfungsi sebagaimana

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    45/166

    layaknya Dewan Syuro ini tidak memiliki kekuatan apa-apa jikaDanuredjo berkehendak lain.

    Semua ini membuat Pangeran Diponegoro bertambah muak.

    Maka dengan tegas, Diponegorobersama Mangkubumimenyatakan keluar dari dewan ini dan bersama-sama umatberjuang dari luar lingkaran kekuasaan yang bertambah korup.Danuredjo sendiri mengiming-imingi kedudukan dan uang yangbanyak kepada Diponegoro, namun Sang Pangeran tidak goyahdan tetap memilih berjuang dari luar tembok kraton sepenuhnya.

    Dengan tetap mengecilkan volume suara, Suromenggolomelaporkan semua informasi yang diterimanya di lapangan, baikberkenaan dengan pergerakan pasukan Belanda dan antek-

    anteknya, juga kebijakan baru yang diambil oleh Patih Danuredjoyang kian menyusahkan rakyat.

    Di akhir laporannya, Suromenggolo dan kedua rekan anggotapasukan telik sandi-nya bersepakat jika perkembangan di luarsemakin panas dan bukan tidak mungkin Belanda dan Danuredjoakan mengambil suatu langkah untuk memprovokasi PangeranDiponegoro untuk memulai perang.

    Maaf Kanjeng Pangeran.., ujar Suromenggolo. ...saat iniKanjeng Pangeran dan semua yang ada di sini harap lebihwaspada dan hati-hati. Dari berbagai informasi yang kamidapatkan di lapangan, kami yakin jika Belanda dan PatihDanuredjo tengah menyusun siasat agar kita semua terpancing .Mereka ingin kita melawan mereka secara terbuka terlebihdahulu. Semua ini agar mereka memiliki alasan untuk menangkapdan membunuh kita semua di sini... []------------------------------

    [1] Peter Carey di dalam The Power of Prophecy: PrinceDipanagara and the end of an old order in Java 1785-1855 (2007)menulis, ...bagaimana dia wafat sangat mengerikantampaknyaia mendadak kena serangan penyakit ketika sedang makandantubuhnya langsung membengkak, suatu pertanda menurutdugaan beberapa orang masa itu, bahwa dia telah diracuni...

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    46/166

    Kematian itu datang dengan tiba-tiba setelah Hamengku BuwonoIV menerima nasi dan makanan Jawa dari Patih Danuredja IV.------------------------------

    Bab 4Pertengahan Juli 1825MALAM TELAH TURUN MENYELIMUTI LANGIT KratonNgayogyakarta Hadiningrat. Di aula kraton, musik RatuWilhelmina terdengar mendayu-dayu dari piringan hitam yangdiputar. Gelak tawa para pembesar Belanda dan para pejabatkraton yang tengah dimabuk whisky dan Brandy dalam pesta

    jamuan makan malam yang mewah terdengar kencang. Diseling

    cekikikan genit para Noni Belanda dan perempuan-perempuanmuda yang didatangkan orang-orangnya Patih Danuredjo entahdari mana.

    Di salah satu ruangan utama kraton, Patih DalemDanuredjo IV tampak duduk semeja dengan Anthonie HendriksSmissaert, Residen Yogyakarta. Penggila pesta dan minumankeras itu, dan tentu saja juga wanita, merupakan Residen Belandake-18 untuk Yogyakarta. Sejak bertugas tahun 1823, hampir tiap

    pekan Smissaert menggelar pesta dansa-dansi dan minumankeras dengan mengundang koleganya, termasuk para pembesarkraton seperti halnya Patih Danuredjo IV dan sebagian pangeranserta pejabat lainnya.

    Di hadapan meja yang dipenuhi abu cerutu dan beberapabotol Whisky yang sudah berkurang isinya, Patih Danuredjotengah berembug dengan residen itu untuk menangkap PangeranDiponegoro dan para pengikutnya yang makin lama makinmencemaskan mereka.

    Dari para mata-mata yang disebar Belanda dan juga kraton,mereka mendapatkan keterangan jika kian hari kian banyak sajaorang yang bergabung dengan Diponegoro. Apalagi di Puri

    Tegalredjo, tempat kediaman Diponegoro dan Ratu Ageng, sudahlama tercium adanya pelatihan-pelatihan ilmu bela diri bagipribumi yang dipimpin oleh sejumlah ulama pendekar dan para

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    47/166

    jagoan yang menyatakan setia kepada Diponegoro. Pelatihan itutidak saja dilakukan dengan tangan kosong, namun jugamenggunakan berbagai macam senjata.

    Patih, Kowe musti bisa bikin cara supaya Diponegoro itu bisasegera ditangkap!

    Patih Danuredjo tersenyum. Dengan suaranya yanglembut dan kalimat yang teratur rapi, dia menjawab, Insya Allah,

    Tuan Residen tenang saja. Saya dan anak buah saya sedangmencari jalan supaya dia bisa sesegera mungkin ditangkap.

    Kapan? Kowe tidak bisa berlama-lama begitu! Apa mautunggu sampai pengikutnya banyak? Jadi susah kita nantinya!

    sergah Smissaert sambil menenggak sebotol Whisky dari botolnyalangsung. Jakunnya yang besar terlihat bergerak naik turun dilehernya. Dia kemudian menopangkan sebelah kakinya yangpendek naik di atas meja ke atas kaki yang lain. Tapak sepatu larsSmissaert kini menghadap lurus ke wajah Danuredjo. PatihDanuredjo benar-benar direndahkan olehnya. Tapi patih itu hanyaberdiam diri sambil tetap tersenyum, walau hatinya serasa panasdiperlakukan seperti itu.

    Melihat Danuredjo yang belum juga menjawabpertanyaannya, dengan tidak sabaran lelaki kecil berwajah bulatdengan rambut tipis berwarna putih keperakan dan bermata biruitu berkata, Aah, jangan-jangan kowe berkomplot denganDiponegoro hah!

    Danuredjo yang ikut minum Whisky, hanya saja diameminumnya dari sloki, tersedak. Airnya sampai tumpahmembasahi pakaiannya.

    Tidak, bukan begitu, Tuan. Tuan salah besar jika sampaimenduga hal itu. Saya sebenarnya sejak beberapa hari laluberpikir jika kita sebenarnya punya cara yang bagus untukmenangkap Diponegoro itu...

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    48/166

    Kenapa kowe dari tadi diam saja? ketus Smissaertdengan sinis. Bekas Residen Rembang yang ditunjuk Gubernur

    Jenderal Van Der Capellen pada 3 Januari 1823 menjadi ResidenYogyakarta ini, walau bertubuh kecil dan kikuk, namun sikapnya

    sangat percaya diri.

    Saya baru mau cerita, Tuan...Ya, cepatlah cerita!

    Danuredjo membetulkan posisi duduknya. Kinipunggungnya ditegakkan tanpa bersandar ke bagian sandarankursi rotan yang tinggi. Setelah terbatuk-batuk kecil sebentar diamulai memaparkan rencana bulusnya.

    Tuan Residen, Tuan pasti tahu proyek jalan lurus dari Yogyakartake Magelang yang sedang kita kerjakan bukan?

    Smissaert mengangguk-anggukkan kepalanya, Ya, ya,saya tentu tahu. Ada apa dengan proyek itu?

    Wajah Danuredjo mendadak cerah. Dia memang selalubegitu jika sedang merencanakan sesuatu. Raut wajahnya yangsedemikian licik mengingatkan Smissaert pada salah satu tokoh

    penasehat Kurawa dalam epik Bharata Yudha yang pernahdibacanya semasa masih kecil di Bataaf, kampung kelahirannya.

    Ya, orang ini mirip sekali dengan Patih Sasngkuni!

    Tuan Residen, bagaimana jika jalan yang tadinya dibuatlurus itu, melewati Muntilan, dibelokkan sedikit ke barat, melewati

    Tegalredjo. Jalan itu kita buat sengaja menerabas tanah makamleluhur Diponegoro dan juga kebun miliknya. Kita tancapkan sajapatok-patok proyek jalan di sana. Jika kita melakukan itu,Diponegoro pasti akan marah....

    Residen Smissaert menurunkan kedua kakinya dari atasmeja. Wajahnya ikutan cerah. Kedua matanya yang biru terlihatberbinar-binar. Ha! Ini baru namanya Patih Danuredjo! Tak sia-

  • 7/27/2019 Diponegoro Untold Story

    49/166

    sia Belanda punya orang seperti kowe! Ayo, ayo, teruskanceritamu!

    Disanjung demikian, Danuredjo tersenyum lebar. Dengan

    sikap yang dibuat-buat dia merendahkan diri dengan mengatakanjika dirinya biasa saja dan hanya bekerja semaksimal mungkindemi kemuliaan ratu Belanda.

    Tuan pasti sudah bisa menebak kemana arahnya. KalauDiponegoro marah, dia pasti akan mengirim utusannya kesiniuntuk mengajukan protes. Kita acuhkan saja protesnya dan tetapmematoki tanah itu untuk dibuat jalan. Bahkan kita k