tesis teknologi pendidikan pengembangan media pembelajaran sepak bola
Post on 29-Dec-2015
499 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang – Undang
No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 adalah mengembangkan potensi peserta didik supaya
menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokrasi serta bertanggung jawab. Ini merupakan tanggung jawab bersama
khususnya guru demi turut mencerdaskan bangsa, di antaranya melalui pendidikan
formal mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang amat komplek bukan saja menyangkut aspek kejiwaan
tetapi juga aspek fisik, maka guru harus berupaya semaksimal mungkin dalam
menata lingkungan belajar dan perencanaan materi pembelajaran yang matang
agar terjadi proses pembelajaran yang efektif baik itu di dalam maupun di luar
kelas guru harus mengenal substansi yang dipelajari menyangkut aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor.
Perkembangan teknologi komunikasi dan informsi (TIK) yang sangat
cepat juga telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan masyarakat dan
menciptakan kultur baru bagi semua orang di seluruh dunia. Dunia pendidikan
pun tak luput dari pengaruhnya. Pengaruh yang paling utama dalam hal
penggunaan teknologi komunikasi dan informasi dalam pembelajaran terkait
dengan mata pelajaran di sekolah adalah bergesernya paradigma pembelajaran
dari teacher oriented menuju student oriented.
2
Perkembangan TIK juga mengubah paradigma masyarakat dalam
mencari dan mendapatkan informasi yang tidak lagi hanya terbatas pada media
cetak, radio dan televisi, tetapi juga menjadikan teknologi jaringan global, internet
sebagai salah satu sumber informasi utama. Guru dapat memperoleh berbagai
informasi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bahan pembelajaran,
seperti teks, foto, video, animasi, dan simulasi. Teknologi internet juga
memberikan kemudahan bagi siswa untuk mendapatkan tambahan informasi
dalam rangka memenuhi tuntutan kompetensi dan juga pengayaan. Penggunaan
TIK dalam pembelajaran diharapkan dapat mendorong timbulnya komunikasi,
kreativitas, dan mampu memecahkan masalah – masalah yang dihadapi peserta
didik.
Melihat perkembangan saat ini maka bukan waktunya lagi guru untuk
memberikan pengajaran secara konvensional (teacher centered) dengan hanya
menggunakan metode ceramah dan hapalan, hal ini diperkuat oleh Stine (dalam
Rusman, 2011:2),
“Cara belajar sistem pendidikan kita yang diterapkan kepada kita sejak kanak – kanak, yaitu cara belajar kuno dan tidak produktif. Pendekatan model lama ini sebenarnya lebih menimbulkan keburukan daripada kebaikan dan membuat proses belajar menjadi sulit bagi anak. Sejak dulu sistem sekolah mengajarkan kepada anak – anak untuk menghafal tanpa berpikir”.
Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran, yakni pembelajaran
yang tadinya berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik (child centered). Saat ini guru bukanlah satu – satunya sumber
belajar yang ada, bahkan guru pun harus terus belajar apabila tidak ingin
ketinggalan informasi dari siswanya.
3
Pendekatan pembelajaran berpusat pada peserta didik menghasilkan
peserta didik yang berkepribadian pintar, cerdas, aktif, mandiri tidak bergantung
pada kepada pengajar melainkan kepada dirinya sendiri. Peserta didik merupakan
subjek bukan semata – mata objek yang hanya menerima informasi dari pengajar,
peserta didik mempunyai peran dan aktivitas yang lebih besar. Kemajuan di
bidang teknologi komunikasi berupa internet memungkinkan bagi siapapun untuk
dapat mengakses berbagai informasi dengan lebih cepat tanpa batas waktu.
Kondisi yang seperti di atas tidak jauh berbeda dengan kondisi
pembelajaran penjas yang selama ini berlangsung di SD yang ada di Kec. Bangun
Purba. Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan didapatkan bahwa
kegiatan pembelajaran penjas yang selama ini berlangsung sebagian besar masih
menggunakan metode ceramah, guru masih sangat jarang memanfaatkan media
selain buku dalam kegiatan pembelajaran terlebih lagi media yang berbasis
komputer/multimedia malah belum pernah digunakan sehingga kurang
menciptakan situasi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan
semangat belajar siswa. Guru belum melakukan inovasi dalam cara mengajar
dengan menggunakan berbagai sumber dan media yang lebih bervariasi yang
nantinya akan membuat siswa merasa tertarik dalam mengikuti proses
pembelajaran di kelas. Begitu juga dengan keterbatasan kemampuan guru penjas
dan ketersediaan media multimedia pendukung pembelajaran. Belum lagi tuntutan
kriteria ketuntasan hasil belajar minimal nilai 70. Bila belum tercapai maka
diadakan remedial.
Mengingat kegagalan para pemain sepak bola tim SD Kec. Bangun Purba
dilihat prestasi pada POPKAB Deli Serdang di bawah ini, maka guru penjas
4
dalam mengajarkan materi teknik – teknik dasar permainan sepak bola dengan
menggunakan media video pembelajaran yang merupakan alternatif solusi untuk
meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Berikut adalah prestasi pemain sepak
bola tim SD Kec. Bangun Purba dalam Tabel 1.
Tabel 1 : Data Prestasi Pekan Olahraga Pelajar Kabupaten (POPKAB) dari Kontingen Kecamatan Bangun Purba Cabang Olahraga Sepak Bola
No. Tahun Babak Akhir Prestasi yang diraih1. 2010 Perempat Final Posisi ke 52. 2011 Perempat Final Posisi ke 53. 2012 Perempat Final Posisi ke 74 2013 Penyisihan Tidak dapat Posisi (nol)
Sumber : Data BAPOPSI Kec. Bangun Purba pada tahun 2010 – 2013
Kenyataan yang ada di lapangan khususnya pada siswa – siswa SD di Se-
Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang masih belum mendapatkan
perhatian dalam teknik dasar sepak bola sehingga diperlukan metode ataupun cara
agar memiliki teknik dasar yang baik secara terprogram. Namun, seberapa dalam
dan seberapa luas materi pembelajaran ini untuk siswa, dari mana saja sumber
materi pembelajaran ini dapat diperoleh, dan bagaimana mengemas materi
pembelajaran ini, tentu saja memerlukan pemahaman yang lebih dalam tentang
pengembangan materi pembelajaran.
Selama ini guru penjas dalam membelajarkan sepak bola secara talk and
chalk (berbicara dan kapur tulis) dan menggunakan buku teks (media cetak),
sementara materi – materi dalam penjas dilakukan tidak hanya di dalam ruangan
saja/kelas yang dalam arti teori melainkan praktik di lapangan. Dalam praktik di
lapangan sering sekali didapati pembelajaran penjas yang kurang efektif dan
efisien. Dalam pengajaran materi, kebanyakan guru tidak menggunakan media
atau alat bantu elektronik berupa media kaset video pembelajaran (media non
5
cetak). Padahal jika dikaji lebih mendalam, dengan menggunakan alat bantu
elektronik informasi/pesan yang akan disampaikan akan lebih mudah ditangkap
dan dicerna oleh siswa sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan efisien. Hal
ini disinyalir karena tidak tersedianya alat bantu elektronik tersebut dan
kurangnya kreativitas para guru. Tidak tersedianya media pembelajaran/alat bantu
elektronik di sekolah menjadi salah satu faktor penyebab guru malas dan kurang
kreatif dalam mengelola pembelajaran sehingga hanya bermodalkan talk and
chalk, dan menggunakan buku teks.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas pembelajaran
dengan menggunakan ICT lebih baik dibanding dengan pembelajaran tradisional
atau konvensional. Hasil penelitian Wilfrid Laurier University pada tahun 1998,
menunjukkan bahwa mahasiswa yang menggunakan web dalam pembelajaran
terbukti dua kali lebih cepat waktu belajarnya dibanding mahasiswa klasikal, 80%
mahasiswa tersebut berprestasi baik dan amat baik, serta 66% dari mereka tidak
memerlukan bahan cetak. Sementara hasil penelitian disertasi Rusman (2006)
menunjukkan hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis komputer
model tutorial dan drill and practice jauh lebih baik ketimbang pembelajaran
konvensional.
Dari berbagai kondisi dan potensi yang ada, upaya yang dapat dilakukan
berkenaan dengan peningkatan kualitas di sekolah adalah mengembangkan sistem
pembelajaran yang berorientasi pada siswa (children center) dan memfasilitasi
kebutuhan siswa akan kebutuhan belajar yang menantang, aktif, kreatif, inovatif,
efektif dan menyenangkan dengan mengembangkan dan menerapkan
pembelajaran berbasis TIK.
6
Tersebarnya informasi yang makin meluas dan seketika, serta informasi
dalam berbagai bentuk yang bervariasi tersaji dalam waktu yang cepat. Penyajian
pesan pada era informasi ini senantiasa menggunakan media. Media pembelajaran
sangat bermanfaat memudahkan peserta didik dalam belajar dan menjadi proses
belajar lebih interaktif, efektif, efisien dan berdaya tarik. Untuk itu perlu
diupayakan suatu pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang
mengarah kepada pengembangan keterampilan dan pengetahuan yang dapat
menumbuhkan inovasi peserta didik. Dengan memanfaatkan media pembelajaran
yang tepat, peserta didik lebih leluasa untuk mengembangkan daya pikir. Untuk
itu peningkatan mutu pengetahuan peserta didik tidak cukup dengan pembaharuan
kurikulum, penyediaan buku – buku dan perbaikan saran belajar lainnya, tetapi
juga perlu disertai peningkatan penggunaan media pembelajaran yang tepat baik
elektronik maupun non elektronik.
Salah satu bentuk media komunikasi elektronik adalah media audio-visual.
Untuk memanfaatkannya diperlukan hardware misalnya video player, VCD-
player, DVD player, CD-ROM computer, TV, monitor, multimedia proyektor, dan
sebagainya.
Dengan deskripsi seperti di atas, untuk mencapai tujuan pembelajaran,
telah disusun sejumlah pokok bahasan yang tentunya memerlukan bahan
pembelajaran yang sesuai. Beberapa bahan pembelajaran yang dijadikan referensi
yang tertuang masih terbatas pada media cetak berupa buku teks dan contoh –
contoh gambar yang ada di perpustakaan.
Bahan pembelajaran merupakan komponen isi pesan dalam kurikulum
yang harus disampaikan kepada siswa. Komponen ini memiliki bentuk pesan yang
7
beragam, ada yang berbentuk fakta, konsep, prinsip/kaidah, prosedur, problema
dan sebagainya. Komponen ini berperan sebagai isi atau materi yang harus
dikuasai siswa dalam proses pembelajaran. Materi pembelajaran telah tersusun
secara sistematis dalam struktur organisasi kurikulum pendidikan dan pelatihan.
Selanjutnya dari hasil survei, berikut keadaan pembelajaran penjas, orkes:
(a) guru dalam menyampaikan materi dengan metode ceramah dan demonstrasi,
(b) bahan ajar masih terbatas pada buku teks saja, (c) media pembelajaran yang
mendukung pembelajaran secara mandiri masih kurang, (d) belum dimanfaatkan
video pembelajaran sebagai media pembelajaran.
Pada saat pembelajaran akan dilaksanakan, hendaknya seorang tenaga
pendidik yang profesional harus memahami karakteristik isi pesan pembelajaran
yang akan disampaikan, agar tidak salah dalam memilih strategi pembelajarannya,
interaksi pembelajaran, pengelolaan kelas, pemilihan bahan pembelajaran dan
media pembelajaran, serta alat evaluasi yang akan digunakan.
Pengalaman belajar dapat diperoleh melalui kegiatan di dalam dan di luar
kelas. Di dalam kelas pengalaman belajar diperoleh melalui interaksi antar peserta
didik dengan obyek penelitian, percobaan di laboratorium, kerja praktik. Di luar
kelas pengalaman belajar diperoleh melalui interaksi obyek dan/atau sumber
belajar seperti mengamati sesuatu atau kejadian yang berada di sekitarnya. Bentuk
pengalaman belajar dapat berupa kegiatan tatap muka, yaitu interaksi dan
komunikasi secara langsung antara pengajar dengan peserta didik, seperti
mendengarkan, mencatat pelajaran yang disampaikan pengajar, berdiskusi, dan
lain – lain. Dapat pula dengan tidak bertatap muka, yaitu interaksi dan komunikasi
secara tidak langsung antara pengajar dengan peserta didik, seperti
8
mendemonstrasikan, mempraktikkan, mensimulasikan, mengadakan eksperimen,
menganalisis, mengaplikasikan, menemukan, mengamati, meneliti, menelaah, dan
lain – lain.
Untuk itu pengalaman belajar menurut Edgar Dale (1969) dan Peter Shea
(Depdiknas, 2004: 14) dalam Munir (2008:67-69) menyimpulkan bahwa sebanyak
90% dari yang peserta didik menjalani pembelajaran dengan mengatakan dan
melakukan; 70% dari yang peserta didik mengatakan; 50% dari yang peserta didik
melihat dan mendengar; 30% dari yang peserta didik melihat; 20% dari yang
peserta didik mendengar; dan hanya 10% dari yang peserta didik membaca.
Kerucut pengalaman mengungkap bahwa pembelajaran secara verbalisme
atau pun ucapan dengan kata – kata (ceramah) merupakan pengalaman belajar
rendah. Untuk meningkatkan pengalaman belajar peserta didik, pengajar perlu
memberikan suatu variasi dalam pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran tertentu, sehingga pengalaman belajar tersebut tidak terlalu abstrak.
Berdasarkan pada keadaan tersebut di atas, maka siswa relatif mengalami
kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, serta berdasarkan pada
karakteristik materi pelajaran, bahan pembelajaran yang digunakan selama ini
dipandang kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran sehingga perlu
ditopang oleh bahan pembelajaran yang dirancang khusus untuk materi teknik
dasar sepak bola. Dengan asumsi ini, ditawarkan pengembangan media video
pembelajaran yang memiliki spesifikasi dan diperkirakan dapat mengatasi
masalah belajar siswa baik dari segi teori maupun praktik.
Dipilihnya media video pembelajaran teknik dasar sepak bola atas dasar
pertimbangan: (a) dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa materi teknik dasar
9
sepak bola, (b) dapat digunakan guru sebagai sarana strategi dalam proses
pembelajaran, dan (c) dapat digunakan siswa belajar secara mandiri.
Kegiatan olahraga yang dilakukan secara baik dan benar memiliki dampak
positif dalam perkembangan siswa baik di sekolah maupun di lingkungan
masyarakat. Karena kegiatan olahraga selain memberi manfaat kesehatan fisik
juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan sosialisasi siswa di berbagai
bidang, salah satunya adalah dengan cabang olahraga Sepak Bola.
Sepak bola merupakan permainan beregu, masing – masing terdiri dari
sebelas pemain dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir
seluruhnya menggunakan tungkai/kaki, kecuali penjaga gawang yang dibolehkan
menggunakan tangan/lengannya di daerah tendangan hukumannya. Dalam
perkembangannya permainan ini dapat dimainkan di luar lapangan (out door) dan
di dalam ruangan tertutup (in door).
Menurut beberapa ahli sejarah, sepak bola modern yang kita kenal
sekarang ini berasal dari Inggris. Waktu itu, 1848, peraturan sepak bola sudah
mulai dibuat di Universitas Cambridge, Inggris. Bahkan, pada 1863, asosiasi
sepak bola Inggris didirikan. Padahal, jika mau menelusuri sejarah, didapatkan
data bahwa bangsa Cinalah yang mula – mula memainkan olahraga mirip
sepakbola yang dinamakan Tsu Chu. Tsu Chu dimainkan untuk melatih fisik para
tentara Cina agar tetap bugar. Diperkirakan, olahraga Tsu Chu sudah ada sejak
5000 SM. Biasanya, Tsu Chu diadakan ketika Kaisar Cina berulang tahun.
Pada saat ini pengembangan permainan sepak bola melalui sekolah belum
berjalan dengan baik, hingga pencapaian prestasi pun belum mencapai prestasi
10
yang diharapkan untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan berbagai hal seperti
minat, bakat, kondisi fisik, infrastruktur, dana dan suatu sistem latihan.
Sepak bola berkembang dengan pesat dikalangan masyarakat karena
permainan ini dapat dimainkan oleh laki – laki dan perempuan, anak – anak,
dewasa dan orang tua. Bukti nyata permainan dapat dilakukan wanita yaitu
diselenggarakan sepak bola wanita pada kejuaraan Dunia 1999. Dalam final hasil
tim Amerika Serikat melawan China, sesungguhnya tidak kalah menarik dengan
partai final World Cup 1998 antara Perancis melawan Brazil.
Untuk menguasai permainan sepak bola dibutuhkan latihan yang kontinyu
dan sistematis sesuai dengan prinsip latihan, maka dari itu guru dituntut berbagai
usaha yang gigih dan motivasi yang tinggi kepada siswa untuk belajar. Permainan
sepak bola merupakan permainan yang komplek artinya permainan yang bukan
melibatkan keterampilan dasar saja akan tetapi sudah melibatkan keterampilan
yang tinggi, koordinasi dan antisipasi.
Untuk bisa bermain sepak bola dengan baik dan benar para pemain harus
menguasai teknik – teknik dasar dan peraturan permainan sepak bola. Untuk
bermain bola dengan baik pemain dibekali dengan teknik dasar yang baik, pemain
yang memiliki teknik dasar yang baik pemain tersebut cenderung dapat bermain
sepak bola dengan baik pula. Tetapi kalau bermain sepak bola tidak mengetahui
peraturan permainan maka permainan sepak bola tidak begitu seru dan tidak
menciptakan sikap sportif. Maka para pemain harus juga mengetahui peraturan
permainan sepak bola untuk mencapai tujuan seperti di atas.
Setiap cabang olahraga mempunyai tujuan dari permainannya. Tujuan
permainan sepak bola adalah pemain memasukkan bola sebanyak – banyaknya ke
11
gawang lawannya dan berusaha menjaga gawang sendiri agar tidak kemasukan
bola. Suatu regu dinyatakan menang apabila regu tersebut dapat memasukkan bola
terbanyak ke gawang lawannya dan apabila sama maka permainan dinyatakan
draw/seri.
Tujuan dari permainan tersebut diatas hanya merupakan tujuan sementara
saja atau tujuan antara dari permainan sepak bola. Tujuan yang paling utama dan
yang paling diharapkan untuk dunia pendidikan terutama pendidikan jasmani
adalah sepak bola merupakan salah satu mediator untuk mendidik anak agar kelak
menjadi anak yang cerdas, terampil, jujur, sopan, dan sportif. Selain itu melalui
permainan sepak bola kita mengharapkan dalam diri anak akan tumbuh dan
berkembang semangat persaingan (competition), kerjasama (cooperation),
interaksi sosial (social intercation) dan pendidikan moral (moral education).
Kalau kita perhatikan gerak – gerak pada permainan sepak bola, disitu
terdapat gerak lari, lompat, loncat, menendang, menghentakkan, dan menangkap
bola bagi penjaga gawang. Semua gerakan tersebut terangkai dalam suatu pola
gerak yang diperlukan pemain dalam menjalankan tugasnya bermain sepak bola.
Gerakan yang paling dominan dari permainan ini adalah menendang.
Dengan gerakan menendang saja anak – anak sudah dapat bermain sepak bola.
Jika dilihat dari rumpun gerak dan keterampilan dasar, terdapat tiga dasar
keterampilan diantaranya adalah lokomotor, non lokomotor, dan manipulatif.
Gerak lokomotor adalah gerakan berpindah tempat, seperti lari kesegala arah,
meloncat/melompat, dan meluncur. Gerakan – gerakan yang tidak berpindah
tempat seperti menjangkau, melenting, membungkuk, meliuk. Gerakan tersebut
tergolong ke dalam gerak non lokomotor. Gerak manipulatif dalam permainan
12
sepak bola meliputi, menendang bola, menggiring bola, menyundul bola, merebut
bola, dan menangkap bola bagi penjaga gawang atau lemparan ke dalam untuk
memulai permainan setelah bola keluar lapangan.
Dari analisis gerakan – gerakan bermain sepak bola terdapat pola gerak
bersifat dominan. Pola gerak dominan (PGD) inilah yang menjadi ciri khas dari
permainan sepak bola. Seperti gerakan lari ke berbagai arah untuk mengikuti
irama permainan, meloncat/lompat pada waktu menyundul bola, merebut bola dan
menangkap bola. Gerakan menendang, menahan, menggiring, menyundul,
merebut, dan menangkap bola merupakan pola – pola gerak dominan dalam
bermain sepak bola. Pola gerak dominan inilah yang membedakan karakteristik
cabang olahraga satu dengan yang lainnya. Akan tetapi ada kalanya cabang –
cabang olahraga memiliki pola gerak dominan yang hampir sama.
Produk yang dikembangkan sudah sesuai dengan kebutuhan siswa dan
guru, sebab produk yang dikembangkan belum pernah ada di lokasi penelitian
yaitu di Kecamatan Bangun Purba ini. Produk ini sangat diperlukan untuk
pengembangan inovatif dalam pembelajaran yang sangat berpengaruh dalam
keberhasilan pembelajaran.
Untuk itu dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk mengembangkan
sebuah media video pembelajaran dalam permainan sepak bola yang nantinya
media tersebut dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa sekaligus dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dimana pembelajaran tersebut akan membuat
siswa menjadi aktif, kreatif dan mandiri serta membuat pembelajaran lebih
menyenangkan dengan memanfaatkan fasilitas laboratorium komputer yang ada di
sekolah.
13
B. Identifikasi Masalah
1. Pembelajaran Penjas selama ini dilakukan dengan cara monoton hanya
memanfaatkan media cetak dalam bentuk buku teks sehingga siswa kurang
dapat merespon dengan baik.
2. Sulitnya memperoleh media pembelajaran yang efektif untuk pelajaran
Penjas, orkes di sekolah sehingga kegiatan pembelajaran kurang efektif
dan menarik.
3. Siswa merasa kesulitan dalam memahami materi pelajaran Penjas, orkes
khusus dalam bentuk praktik langsung atau demonstrasi.
4. Media video pembelajaran untuk materi teknik dasar sepak bola belum
dikembangkan di sekolah, sehingga guru dalam proses pembelajaran
masih menggunakan latihan atau demonstrasi.
C. Pembatasan Masalah
Identifikasi masalah yang telah diuraikan menunjukkan perlunya
pengembangan media video pembelajaran untuk mengatasi masalah – masalah
yang terindifikasi. Maka pengembangan ini dibatasi pada ruang lingkup yang
dapat dijangkau oleh peneliti. Adapun yang menjadi ruang lingkup dari penelitian
pengembangan ini adalah sebagai berikut:
1. Materi pembelajaran yang dikembangkan meliputi berdasarkan Standar
Kompetensi, yaitu “Mempraktikan berbagai variasi gerak dasar ke dalam
permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi dan nilai-
nilai yang terkandung didalamnya.” Kompetensi Dasar, yaitu
“Mempraktikkan variasi teknik dasar salah satu permainan dan olahraga
14
bola besar, serta nilai – nilai kerjasama, sportifitas dan kejujuran.” Dengan
materi pokok yaitu teknik dasar permainan sepak bola, dengan indikator
yang terdiri dari: (1) teknik mengumpan (passing), (2) teknik mengontrol
(controlling), (3) teknik menggiring (dribbling), (4) teknik menyundul
(heading) dan (5) teknik melakukan tembakan (shooting) untuk kelas V
Sekolah Dasar semester genap.
2. Media pembelajaran yang dikembangkan hanya dalam bentuk media video
pembelajaran yang aplikasinya didesain dengan Software Program
Windows Media Player dan dibantu oleh software pendukung lainnya.
3. Analisis kebutuhan hanya dilakukan pada Siswa SD di Kecamatan Bangun
Purba Kabupaten Deli Serdang.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah pengembangan media video pembelajaran yang diterapkan
merupakan media pembelajaran yang sesuai memenuhi syarat sebagai
media pembelajaran yang baik dan layak digunakan untuk pembelajaran.
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan media video
pembelajaran pada materi teknik dasar permainan sepak bola.
3. Bagaimanakah keefektifan media video pembelajaran yang dikembangkan
pada materi teknik dasar permainan sepak bola tersebut?
15
E. Tujuan Pengembangan
Pengembangan ini bertujuan untuk :
1. Menghasilkan suatu desain media yang sesuai dengan karakteristik
pembelajaran penjas di SD yang berkualitas, mudah dipelajari siswa dan
dapat digunakan untuk pembelajaran individual/mandiri.
2. Untuk mengetahui hasil implementasi media video pembelajaran pada
materi teknik dasar permainan sepak bola.
3. Untuk mengetahui kefektifan media video pembelajaran yang
dikembangkan pada materi teknik dasar permainan sepak bola.
F. Manfaat Pengembangan
Manfaat pengembangan ini secara praktis adalah sebagai berikut:
1. Dapat membantu siswa dalam memperkaya materi pelajaran penjas dengan
pembelajaran yang menarik, dan menyenangkan bagi setiap siswa khususnya
materi teknik dasar permainan sepak bola yang pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar.
2. Sebagai salah satu alternatif dalam pemanfaatan media video pembelajaran
yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
sehingga pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja tanpa
harus menuntut adanya kehadiran guru secara fisik.
3. Sebagai gambaran bagi guru bahwa untuk meningkatkan efektifitas
pembelajaran yang dikaitkan dengan pemberian media video pembelajaran
yang sesuai dengan kondisi siswanya.
16
Sedangkan secara teoritis manfaat pengembangan ini adalah sebagai
berikut:
1. Membangkitkan minat siswa untuk melanjutkan penelitian tentang
pengembangan dan termotivasi untuk mengembangkan media video
pembelajaran yang mudah, singkat, menyenangkan dan murah.
2. Diharapkan konsep pembelajaran dengan menggunakan media video
pembelajaran dapat direkomendasikan sebagai inovasi dalam dunia pendidikan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dan akhirnya pembelajaran
akan menjadi lebih berkualitas.
3. Dapat disosialisasikan untuk proses pembelajaran pada mata pelajaran lainnya.
4. Bahan perbandingan bagi peneliti yang lain, yang akan membahas dan meneliti
permasalahan yang sama.
top related