tesis bab i bu hani
Post on 23-Jan-2016
226 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia bermuara pada satu tujuan pendidikan nasional. Sekolah
berperan membentuk sumber daya manusia dalam hal ini siswa yang berkualitas yang mampu
mengaktualisasikan diri dengan semua potensi yang ada pada dirinya. Sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional melalui pendidikan manusia diharapkan menjadi sumber daya yang
beriman, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab.
Guru merupakan garda terdepan dalam meningkatkan mutu pendidikan, oleh karena
itu harus kita sadari bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertanggung jawab
untuk membawa para peserta didik pada satu keadaan meningkatkan martabat manusia.
Guru sebagai profesi berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional lewat
pembelajaran kepada peserta didik. Guru dituntut untuk bertanggung jawab membawa para
peserta didik pada satu kedewasaan berfikir, tanpa kecuali apapun mata pelajarannya. Guru
adalah subjek yang sangat berperan dalam membelajarkan dan mendidik siswa, sedangkan
siswa merupakan subjek yang menjadi sasaran pendidikan.
Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran wajib untuk semua jenjang.
Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah, pada hakikatnya memberikan pengajaran dan
mengarahkan peserta didik agar mempunyai keterampilan berbahasa dan berkomunikasi.
Keterampilan berbahasa Indonesia dibagi ke dalam 2 (dua) aspek yakni keterampilan
berbahasa, dan keterampilan bersastra. Dalam implementasinya mencakup 4 (empat) aspek
yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek ini satu sama lain
saling melengkapi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pencapaian tujuan pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar sebagian besar
ditentukan oleh keberhasilan proses belajar mengajar di kelas. Keberhasilan proses belajar
mengajar di kelas dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor manajemen
pembelajaran.
Manajemen pembelajaran yang bagus dan terencana akan menghasilkan mutu
pembelajaran yang baik dan berkualitas, jika ditunjang oleh sarana dan prasarana yang
lengkap, serta sumber belajar yang memadai. Diperkuat dengan model dan metode
pembelajaran yang pas untuk setiap materi ajar. Maka mutu pendidikan yang diharapkan dan
sesuai standar Insya Allah akan terpenuhi.
Manakala mutu pembelajaran yang diharapkan memenuhi standar yang telah
ditetapkan, maka akan membuahkan hasil pembelajaran yang bisa dibanggakan. Selanjutnya
menghasilkan peserta didik yang kompetitif, berdaya saing, dan terampil. Salah satu faktor
penunjang keberhasilan mutu pembelajaran yang lain adalah interaksi yang komunikatif
antara guru dan siswa, serta perencanaan yang matang dalam pelaksanaannya.
Pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan selama ini kurang mendorong siswa
untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran hanya diarahkan kepada
kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan
menimbun berbagai informasi tanpa dituntut memahami informasi yang diingat untuk
menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari, pembelajaran kontekstual hanya ucapan
belaka, akan tetapi agak sulit mewujudkannya. Keadaan demikian berlaku untuk semua mata
pelajaran pada setiap tingkatannya.
Guru selama ini dalam pembelajarannya kepada siswa hanya menggunakan metode
yang berpusat pada guru (teacher centre), bukan berpusat pada siswa (student centre). Proses
pembelajaran banyak didominasi oleh guru, siswa umumnya hanya menerima informasi yang
diberikan guru.
Siswa lebih banyak mendengar dan menulis apa yang diinformasikan oleh guru.
Akibatnya proses pembelajaran menjadi membosankan, monoton, tidak mengembangkan
proses berfikir, tidak menarik, dan kurang motivasi. Dampaknya adalah mutu hasil belajar
menjadi rendah dan cenderung kurang memuaskan. Padahal siswa (anak) mempunyai rasa
keingintahuan yang tinggi pada setiap tingkatannya Puskur menyatakan (2008:7) merupakan
keharusan bagi guru di dalam pendekatan pembelajaran memelihara keingintahuan anak,
memotivasinya, dan mendorong siswa untuk mengetahui apa, mengapa, dan bagaimana
terhadap objek dan peristiwa yang dihadapinya.
Perlu kiranya penerapan variasi-variasi, strategi, pendekatan, metode dan model-
model pembelajaran tertentu dikembangkan. Sehingga proses pembelajaran lebih efektif,
menarik dan menantang siswa untuk berfikir kritis, dinamis, dan analitis serta mencari
sendiri. Pada proses ini guru harus lebih profesional dalam strategi, kreatif, menguasai bahan,
dan menyenangkan.
Guru harus dapat memilah, memilih, serta mengembangkan materi atau bahan ajar
untuk membentuk kompetensi siswa sesuai dengan karakteristik individual masing-masing.
Guru harus lebih menyenangkan bukan saja bagi peserta didik tetapi juga bagi dirinya sendiri.
Harus menjadikan proses pembelajaran menjadi makanan pokok sehari-hari, dicintai,
membangkitkan gairah mengajar dengan rasa cinta pada siswa.
Tuntutan untuk terampil menggunakan berbagai metode dan model mengajar yang
sesuai dengan pokok bahasan adalah merupakan keharusan. Metode dan model pembelajaran
merupakan dua komponen dari banyak komponen penting dalam proses pembelajaran.
Sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, dan melatih. Kemudian menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Pada
era globalisasi saat ini guru dituntut untuk dapat meningkatkan martabat serta mampu
melaksanakan sistem pendidikan nasional guna mewujudkan tujuan pendidikan. Guru
sekarang harus menguasai Iptek, berwawasan luas, dan berani bersaing. Bukan lagi guru yang
monoton, konvensional, dengan gaya-gaya lama yang terus dipertahankan, karena ilmu
pengetahuan terus berkembang dan berinovasi.
Siswa sebagai peserta didik di dalam proses pembelajaran adalah individu yang
memilki keunikan tertentu. Siswa dalam perkembangannya bersifat dinamis, memiliki
potensi, kecakapan, kekuatan, motivasi, minat, kebiasaan serta karakteristik yang berbada-
beda baik secara fisik maupun fsikis. Di antara guru dan siswa harus terjadi interaksi yang
komunikatif, baik di dalam maupun di luar kelas untuk tercapainya tujuan pembelajaran
sesuai dengan apa yang telah ditetapkan, tanpa mengabaikan tahap perkembangan siswa yang
bersifat unik pada setiap jenjangnya.
Guru sebagai profesi dapat disebut profesional manakala elemen-elemen inti menjadi
integral dalam kehidupannya. Mulyasa (2008:12-13) mengatakan profesionalisme guru
merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Tabrani (1990:18) menyatakan bahwa kemampuan profesional guru mencakup antara lain kemampuan untuk: (1) mengerti dalam menerapkan landasan pendidikan baik filosofis, psikologis, dan sebagainya, (2) mengerti dan dapat menerangkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku peserta didik, (3) mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan kepadanya, (4) mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai, (5) mampu menggunakan berbagai macam alat pelajaran dan media serta fasilitas belajar lainnya, (6) mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran, (7) mampu melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar, (8) mampu menumbuhkan kemampuan peserta didik.
Kondisi ini dipengaruhi oleh tingkat kemampuan dan penguasaan guru pada bahan
pelajaran dan penguasaan konsep-konsep keilmuannya, serta pengelolaan kelas. Sebagai
manager dan agen guru bertanggung jawab dalam merencanakan pembelajaran,
melaksanakan proses, dan memberikan penilaian dan evaluasi terhadap apa yang diajarkan.
Kegiatan inti di kelas adalah proses belajar dan mengajar, kualitas belajar siswa dan
lulusan sangat ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan belajar dan mengajar, serta
ditentukan oleh fungsi dan peran guru dalam mengelola kelas. Istilah pengelolaan kelas dapat
disinonimkan dengan manajemen kelas. Kegiatan tersebut meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan, dan penilaian atau evaluasi.
Manajemen kelas perlu dilakukan agar kegiatan belajar mengajar dapat ditata dan
dikelola oleh guru dengan efektif dan efisien. Sebagaimana dikemukakan oleh Weber dalam
Cooper (1995:230) “Classroom management is a complex set of behaviors the techer uses to
establish and maintain classroom conditions that will enable students to achieve their
instructional objectives efficiently – that will enable them to learn “ pengelolaan kelas
merupakan seperangkat prilaku yang kompleks dimana guru menggunakan, menata, dan
memelihara kondisi kelas yang akan memandu siswa mencapai tujuan pembelajaran secara
efisien.
Permasalahan manajemen pembelajaran merupakan masalah yang sulit dipecahkan
seiring dengan kompleksitasnya perubahan lingkungan. Baik dari sisi perencanaan,
pelaksanaan, maupun penilaian dengan berbagai model pembelajaran.
Model-model pembelajaran seperti metode ceramah (preaching method), metode
diskusi (discussion method), metode demontrasi (demontration method), metode eksperimen
(experimental method), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) maupun
yang lainnya belum banyak dipahami oleh guru dalam pelaksanaannya. Guru sering
mendengar metode-metode tersebut akan tetapi dalam pelaksanaannya guru tetap hanya
terpaku pada satu metode konvensional yakni metode ceramah, yang pelaksanaannya terpusat
pada guru secara penuh.
Model pembelajaran Inquiri sebagai salah satu model pembelajaran diharapkan
mampu membuka wawasan guru terhadap permasalahan ini. Model pembelajaran Inquiri
merupakan model pembelajaran perluasan dari discovery yang mengedepankan proses
berfikir secara kritis dan analitis bagi siswa agar mereka dapat mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari satu permasalahan yang ditanyakan atau dimunculkan.
David L. Haury dalam artikelnya Teaching Science Throught Inquiry (1993)
mengatakan Inquiri merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia menjelaskan
secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu.
Model pembelajaran ini adalah mengajak siswa untuk berfikir kritis dan analitis
dengan suatu masalah. Agar masalah dapat dipecahkan atau dicari jawabannya oleh mereka
sendiri. Bentuk pengajarannya memberi motivasi kepada siswa untuk dapat menyelidiki
masalah dengan menggunakan cara-cara dan keterampilan ilmiah. Supaya model
pembelajaran ini menghasilkan suatu mutu yang dapat memuaskan, khususnya dalam proses
dan hasil akhir pembelajaran. Maka perlu dipersiapkan manajemen yang baik dalam
pelaksanaannya.
Manajemen pembelajaran perlu dilakukan Prosesnya yakni perencanaan, pada tahap
ini yang perlu dilakukan guru antara lain adalah: (1) apersepsi dan motivasi, (2) membagi
siswa menjadi beberapa kelompok, (3) siapkan sarana ruang kelas yang kondusif seperti
menyusun tempat duduk yang nyaman, (3) siapkan media pemebelajaran yang diperlukan, (4)
siapkan buku sumber belajar.
Pada tahap pelaksanaan yang perlu dilakukan adalah: (1) guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, (2) guru menjelaskan model pembelajaran yang akan dibahas, (3) guru
membagikan lembar kerja siswa, ke setiap kelompok dengan permasalahan yang berbeda, (5)
guru memberi kesempatan pada siswa untuk meneliti dan menjawab setiap permasalahan
dengan diskusi kelompok, (6) siswa memberikan laporan hasil penemuannya dan
mempresentasikan di depan kelas, (7) siswa yang lain memberikan komentarnya, (8) siswa
menyimpulkan hasil penemuannya masing-masing.
Tahap penilaian antara lain adalah: (1) penilaian dilakukan pada saat akan, sedang
dan setelah selesai pembelajaran, (2) berikan penilaian pada siswa terkait sikap siswa
terhadap materi pembelajaran, terhadap guru, terhadap proses, dan terhadap norma yang
berhubungan dengan materi ajar, (3) penilaian akhir model ini adalah berupa tes tertulis
( ulangan per kd, ulangan harian, ujian semester, ujian sekolah, dan ujian nasional).
Manajemen pembelajaran dengan model Inquiri dapat terlaksana dengan baik jika
guru punya kompetensi dan motivasi yang tinggi dalam pengelolaan kelas. Tetapi sebaliknya
jika guru kurang memahami apa yang harus dilakukan dengan model pembelajaran ini, maka
mutu pembelajaran tidak akan tercapai dan jauh dari yang diharapkan.
Terkait dengan rendahnya mutu pembelajaran, rendahnya mutu hasil belajar di
Indonesia merupakan gambaran dari rendahnya mutu Sistem Pendidikan di Indonesia.
Human Development Index dari UNDP tahun 2005 yang diterbitkan tahun 2007 menjelaskan
bahawa Indonesia menempati urutan ke 107 dari 135 negara yang dijadikan sampel
penelitian dengan tingkat pendidikan terendah. Hal ini sangat mengkhawatirkan semua yang
terlibat dalam ruang lingkup pendidikan.
Mutu pendidikan yang rendah bisa juga diakibatkan oleh buruknya manajemen dalam bidang
pendidikan.
Manajemen dalam bidang pendidikan merupakan sesuatu yang penting saat ini Menurut Suryosubroto (2004:30) bidang garapan manajemen Pendidikan di sekolah meliputi: 1) Manajemen Kurikulum, 2) Manajemen Kesiswaan, 3) Manajemen Personalia, 4) Manajemen Sarana dan prasarana, 5) Manajemen Tatalaksana Sekolah, 6 ) Manajemen Keungan, 7) Pengorganisasian Sekolah, dan 8) Hubungan Sekolah dan Lingkungannya.
Manajemen sekolah yang baik dan terencana dapat menghasilkan sekolah yang
bermutu terutama pada output peserta didiknya, dan salah satunya bermuara pada manajemen
pendidikan dengan guru sebagai ujung tombaknya.
Dalam Undang-undang (UUGD) nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan guru adalah: pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik di jalur formal SD, SMP dan SMA. Sementara itu peserta didik dalam hal ini
siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pembelajaran tertentu.
Sebagaimana dinyatakan oleh Sukmadinata (2005:52)
Siswa sebagai peserta didik di dalam proses pembelajaran adalah individu yang memilki dua karakteristik utama, pertama setiap individu memilki keunikan sendiri-sendiri , kedua dia selalu berada dalam proses perkembangan yang dinamis. Bersifat unik tiap individu memilki sejumlah potensi, kecakapan, kekuatan, motivasi, minat, kebiasaan, persepsi, serta karakteristik fisik dan psikis yang berbeda-beda; sedangkan dinamis setiap individu berada dalam proses perkembangan-perkembangan mulai tahap aspek fisik-motorik, intelektual, sosial dan moral.
Ditinjau dari kedua pendapat di atas dapat diinterpretasikan bahwa guru dan siswa
adalah dua orang yang terkait satu sama lain yang tidak bisa dipisahkan, khususnya dalam
proses pembelajaran. Maka antara pendidik (guru) dan peserta didik (siswa) harus ada
interaksi yang komunikatif agar materi ajar dapat dipahami dengan mudah oleh peserta didik
(siswa) pada proses pembelajarannya. Guna mencapai tujuan pembelajaran yang berlangsung
dalam lingkungan kelas tanpa mengabaikan tahap perkembangannya dan karakteristik siswa
masing-masing.
Pengembangan kemampuan profesionalisme guru banyak dilakukan. Direktorat
Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional (2005)
menyebutkan beberapa alternatif program pengembangan profesionalisme guru sebagai
berikut: (1) Program peningkatan kualifikasi pendidikan guru, (2) Program penyetaraan dan
sertifikasi, (3) program pelatihan terintegrasi berbasis kompetensi.
Pada akhirnya pengembangan kemampuan guru secara profesi diharapkan dapat
meningkatkan mutu belajar siswa, karena substansi kajian dan konteks pembelajaran selalu
berkembang dan berubah menurut dimensi ruang dan waktu.
Penguasaan dan keterampilan guru pada bahan pelajaran, penguasaan guru pada
konsep-konsep keilmuan, serta kemampuan guru dalam pengelolaan kelasnya, akan
menjadikan guru lebih profesional. Guru profesional adalah guru yang mempunyai
keterampilan-keterampilan dalam proses mengajarnya.
Menurut Sa,ud (2008:55) keterampilan yang harus dimiliki guru dalam proses belajar
mengajar antara lain: (1) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (2) keterampilan
menjelaskan, (3) keterampilan bertanya, (4) keterampilan memberi penguatan, (5)
keterampilan menggunakan media pembelajaran, (6) keterampilan membimbing diskusi, (6)
keterampilan mengelola kelas, (8) keterampilan mengadakan variasi, (9) keterampilan
mengajar perorangan.
Terkait dengan keterampilan guru dalam proses pembelajaran di kelas penggunaan
model ajar tertentu untuk menyampaikan materi pelajaran sering kali mengalami kesulitan.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti kemampuan guru dalam memberikan materi ajar
memang lemah, serta respon peserta didik kurang. Hal yang kelihatan yang dihadapi dalam
kegiatan belajar mengajar kita selama ini adalah lemahnya proses pembelajaran.
Lemahnya proses pembelajaran bisa disebabkan kurangnya perencanaan yang
maksimal atau matang ketika guru akan menyampaikan materi ke dalam kelas. Ketika proses
pembelajaran tidak sesuai apa yang diharapkan, serta tidak mencapai target biasanya akan
berdampak pada mutu pembelajaran. Hal ini seharusnya tidak boleh terjadi, jika guru
memiliki kemampuan manajerial yang bagus dan mumpuni.
Tertarik dengan masalah-masalah yang telah dibahas, maka penulis akan
mengadakan penelitian di dua SMA swasta berbeda di Cicalengka. Penulis akan mencari data
dan informsi di sekolah ini tentang manajemen pembelajaran dengan model Inquiri dan guru
bahasa Indonesia sebagai subjek utama penelitian. Penelitian dituangkan dalam satu judul
Tesis “ MANAJEMEN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI UNTUK MENINGKATKAN
MUTU PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XII (Studi Deskriptif Pada
SMA PGRI dan SMA YADIKA Cicalengka Kabupaten Bandung) ”.
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
1. Perumusan Masalah
Instrumental Input Kurikulum
Sarana dan PrasaranaPembiayaan
Sumber Daya Manusia (SDM)
Model PembelajaranInquiriJigsawPBL
OutputMutu Pembelajaran
Raw InputSiswa
Environment InputKeluargaMasyarakatStakeholder
Instrumental Input Kurikulum
Sarana dan PrasaranaPembiayaan
Sumber Daya Manusia (SDM)
Manajemen Model
PembelajaranInquiri
OutputMutu PembelajaranRaw Input
Siswa
Environment InputKeluargaMasyarakatStakeholder
Mengacu pada pendapat Arikunto (2006:22) “Agar penelitian dapat dilaksanakan
sebaik-baiknya, maka peneliti harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus
memulai, kemana harus pergi dan dengan apa”. Maka dalam suatu penelitian, terlebih dahulu
harus dirumuskan masalah yang diteliti secara jelas agar maksud dan tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian lebih terarah dan mudah dalam menentukan metode mana yang
cocok untuk dapat digunakan dalam pemecahan masalah tersebut.
Rumusan masalah dalam penelitian dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
1.1 Gambar : Rumusan Masalah
2. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
1.2 Gambar: Pembatasan Masalah
Berdasarkan diagram di atas maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Perencanaan penggunaan model Inquiri dalam meningkatkan mutu pembelajaran
Bahasa Indonesia kelas XII di SMA PGRI dan SMA Yadika Cicalengka Kabupaten
Bandung.
b. Pelaksanaan penggunaan model Inquiri dalam meningkatkan mutu pembelajaran
Bahasa Indonesia kelas XII di SMA PGRI dan SMA Yadika Cicalengka Kabupaten
Bandung
c. Penilaian dan evaluasi penggunaan model pembelajaran Inquiri dalam meningkatkan
mutu pembelajaran Bahasa Indonesia kelas XII di SMA PGRI dan SMA Yadika
Cicalengka Kabupaten Bandung.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian untuk menambah khasanah dan keilmuan serta
mengetahui penerapan model pembelajaran Inquiri dalam meningkatkan mutu
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XII Sekolah Menengah Atas (SMA).
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui perencanaan model Inquiri dalam meningkatkan
mutu pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XII SMA PGRI dan SMA
Yadika Cicalengka Kabupaten Bandung
2) Untuk mengetahui pelaksanaan model Inquiri dalam meningkatkan mutu
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XII SMA PGRI dan SMA Yadika
Cicalengka Kabupaten Bandung.
3) Untuk mengetahui penilaian model Inquiri dalam meningkatkan mutu
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XII SMA PGRI dan SMA Yadika
Cicalengka Kabupaten Bandung.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1) Untuk mengembangkan keilmuan yang berkaitan dengan model
pembelajaran Inquiri dalam meningkatkan mutu pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas XII Sekolah Menengah Atas ( SMA).
b. Manfaat Praktis
1) Guru
Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
memilih model pembelajaran dalam meningkatkan mutu pembelajaran
Bahasa Indonesia di kelas XII Sekolah Menengah Atas (SMA).
2) Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam
belajar dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran melalui model
pembelajaran Inquiri pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas XII
Sekolah Menengah Atas (SMA).
3) Bagi Sekolah/lembaga
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
menerapkan inovasi model pembelajaran guna meningkatkan mutu hasil
belajar.
D. Asumsi dan Pertanyaan Penelitian
1. Asumsi Penelitian
Menurut Endang (2008:7) asumsi dasar atau anggapan dasar (postulat) adalah sebuah
titik tolak pemikiran yang kebenarannya di terima oleh penyelidik (peneliti). Jadi asumsi
penelitian dapat diartikan sebagai anggapan dasar tentang suatu hal yang menjadi pedoman
berfikir peneliti.
Model pembelajaran Inquiri merupakan sebuah model pembelajaran inovatif yang
memiliki ciri utama sebuah proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. David L. Haury dalam
jurnalnya Teaching Science Through Inquiry (1993) dengan mengutif pendapat Alfred Novak
menyatakan ” Inquiri merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk
menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan
kata lain Inquiri berkaitan dengan aktivitas pemahaman dan pengetahuan untuk memuaskan
rasa keingintahuan”.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam manajemen model pembelajaran Inquiri
mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan penilaian. Hal ini sejalan dengan
pendapat GR Terry ( dalam Manullang,2013:6) “Management is Planning, Organizing,
Actuating, Controlling permormed to determine and accomplish stated objectives by the use
of human being”.
Langkah-langkah ini diarahkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Yang dimaksud
dengan mutu pembelajaran adalah gambaran mengenai baik buruknya hasil yang tercapai
oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Hal ini sependapat dengan
Sutrisno (1989:97) menyatakan mutu pembelajaran merupakan mutu aktivitas pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru dan peserta didik di kelas dan di tempat lain yang terwujud
dalam hasil belajar nyata yang dicapai peserta didik dalam bentuk nilai.
2. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah:
1. Apa yang dilakukan dalam perencanaan model pembelajaran Inquiri dalam
meningkatkan mutu pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XII SMA PGRI
dan SMA YADIKA Cicalengka Kabupaten Bandung?
2. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran Inquiri dalam meningkatkan mutu
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XII SMA PGRI dan SMA YADIKA
Cicalengka Kabupaten Bandung?
3. Bagaimana penilaian model pembelajaran Inquiri dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XII SMA PGRI dan SMA
YADIKA Cicalengka Kabupaten Bandung?
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif. Menurut
Nasution (2006:63) “Penelitian deskriptif kualitatif disebut kegiatan pengumpulan data untuk
memberikan gambaran atau gagasan suatu konsep atau gejala, juga menjawab pertanyaan-
pertanyaan sehubungan dengan status subjek penelitian pada saat ini”.
Surakhmad (1985:139) menyatakan” Penelitian deskriptif diarahkan untuk memecahkan
masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan apa adanya terhadap hasil
penelitian”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang
memberikan gambaran terhadap subjek penelitian yang terjadi pada saat ini.
2. Data dan Sumber Data
Setiap penelitian akan selalu dihadapkan pada penentuan sumber data atau dengan kata
lain subjek penelitian. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dijadikan informasi baru
sebagai hasil dari penelitian. Data kemudian diperifikasi ke dalam dua kelompok data, yakni
data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer atau data utama diperoleh dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah
bidang kurikulum, kesiswaan, sarana prasarana, guru bidang study bahasa Indonesia, dan
siswa. Data primer adalah data berupa kata-kata atau informasi baik sikap atau tindakan yang
diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung maupun tidak langsung. Untuk
mendapatkan data ini perlu sekali kehati-hatian dalam mengumpulkannya. Karena data
primer ini berkenaan dengan optimalisasi peningkatan mutu pada sekolah yang bersangkutan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data pelengkap atau data pendukung dari data primer. Data ini
berupa data tertulis yang dibutuhkan dari sekolah yang bersangkutan, internet, koran, majalah
\, catatan, transkip, jurnal, serta data lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
3. Teknik pengumpulan data terdiri dari:
a. Observasi
Menurut Ali (1992:72) observasi merupakan teknik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan terhadap objek baik secara langsung maupun tidak langsung. Dari
sisi pelaksanaannya observasi ini termasuk ke dalam jenis observasi langsung.
Yana (2008:162) menyatakan Observasi langsung yaitu observasi yang dilakukan
secara langsung terhadap objek yang diteliti seperti mengadakan pengamatan langsung
terhadap proses belajar mengajar di kelas.
b. Wawancara
Wawancara menurut Meleong (2005:135) adalah percakapan dengan maksud tertentu,
percakapan dilalukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan, dan
yang diwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Pendapat lain (Ali, 1992:64) menyatakan bahwa wawancara adalah teknik
pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden, jawaban responden
dicatat dan direkam.Wawancara bisa dilakukan secara lengsung maupun tidak langsung .
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pedoman wawancara dalam bentuk “Semi
Structured”. Yaitu wawancara dengan cara mula-mula peneliti menanyakan yang sudah
terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam untuk kemudian mengorek keterangan lebih
lanjut terhadap data yang diperlukan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi (Sutrisno,1989:72) yaitu mencari dan mengenal hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkif, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, legger, dan
sebagainya. Teknik dokumentasi pada penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan antara
lain data tentang profil sekolah, program kerja sekolah, pembagian tugas mengajar,
administrasi persiapan mengajar guru, hasil penilaian pembelajaran, serta data lain yang
mendukung kepada penelitian.
4. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat yang dipakai dalam teknik pengumpulan
data. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini yakni pedoman wawancara, pedoman
observasi, serta pedoman studi dokumentasi.
5. Teknik Analisis Data
a) Reduksi Data
Data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau laporan terperinci.
Laporan yang disusun kemudian direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan
pada hal-hal yang penting agar menjadi mudah dalam menganalisisnya.
b) Display Data atau Penyajian Data
Data yang diperoleh disajikan dan diklasifikasikan dalam bentuk tabel, daftar, atau
juga matriks untuk mempermudah analisis peneliti terhadap rumusan masalah penelitian.
c) Penarikan Kesimpulan
Peneliti membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diproses melalui reduksi
dan display data. Setelah data direduksi, ditampilkan dalam bentuk tabel-tabel, selanjutnya
dilakukan pembahasan pada hasil penelitian.
6. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah SMA Swasta PGRI Cicalengka yang beralamat di Jalan Stasiun
Cicalengka Kabupaten Bandung, dan SMA Swasta Yadika yang beralamat di Jalan Haji
Darham Cicalengka Kabupaten Bandung. Kedua sekolah yang dimaksud adalah Sekolah
Menengah Atas swasta dengan jumlah siswa cukup banyak, telah terakreditasi dengan
akreditasi A. Waktu penelitian akan dilakukan awal September sampai dengan Oktober 2015.
F. Sistematika Penulisan
Bab1 : Pendahuluan, mengemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi dan
pertanyaan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan teori, mengemukakan tentang teori-teori yang mendukung dan
relevan dengan permasalahan penelitian ini.
Bab III : Metode penelitian, mengemukakan metode penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, sumber penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,
teknik analisis penelitian, pemeriksaan keabsahan data.
Bab IV: Hasil penelitian dan pembahasan, mengemukakan pembahasan hasil-hasil
yang diperoleh dalam penelitian
Bab V : Simpulan, implikasi, dan rekomendasi mengemukakan kesimpulan penelitian
yang telah diperoleh selama penelitian, implikasi terhadap proses dan mutu
pembelajaran, serta sejumlah rekomendasi yang bersifat masukan dan motivasi
bagi lembaga yang bersangkutan.
top related