teori behavioristik
Post on 07-Jul-2015
146 Views
Preview:
TRANSCRIPT
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 1/25
Kamis, 30 Juli 2009
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN PENERAPANNYA DALAM
PEMBELAJARAN
A. Pengertian Belajar Menurut Pandangan Teori Behavioristik
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman(Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon
(Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan
output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa,sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh
guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikankarena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan
respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa(respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab
pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkahlaku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akansemakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka
responpun akan semakin kuat.Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment;
(2) Primary and Secondary Reinforcement;(3) Schedules of Reinforcement; (4) ContingencyManagement; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses
(Gage, Berliner, 1984).Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike,Watson, Clark Hull, Edwin
Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik.
a.1 Teori Belajar Menurut ThorndikeMenurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah
apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yangdapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta
didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati,
atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangatmengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah
laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme(Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukumkesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat
memperkuat respon.a.2 Teori Belajar Menurut Watson
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namunstimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 2/25
walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan
karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi
pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
a.3 Teori Belajar Menurut Clark HullClark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull,
seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan
pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentraldalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun
hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan munculmungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini,
tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).
a.4 Teori Belajar Menurut Edwin GuthrieAzas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus
yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakanyang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan
respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yangdilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi.
Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalanmencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara,
oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa
hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang
diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat.Siswa harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak
boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).a.5 Tori Belajar Menurut Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokohsebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih
komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melaluiinteraksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah
sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterimaseseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling
berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Responyang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang
nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahamitingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu
dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuaensiyang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengmukakan bahwa dengan
menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanyaakan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi,
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 3/25
demikian seterusnya.B. Analisis Tentang Teori Behavioristik
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah lakudimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang siswa dalam
berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan
kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengansuatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yangsederhana sampai yang komplek (Paul, 1997)
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semuateori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori
belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep
hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement),merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau
belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampumenjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.
Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa,walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat
menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yangrelatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas
sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulusdan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau
perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak
kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan
atau shaping, yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang berpengaruh yang mempengaruhi proses belajar. Jadi teori belajar tidak sesederhana yang
dilukiskan teori behavioristik.Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan
digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi siswa untuk berpikir dan
berimajinasi.Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada
beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:1) Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara.
2) Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa siterhukum) bila hukuman berlangsung lama.
3) Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan buruk)agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum
melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak
sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagaistimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 4/25
negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat.Misalnya, seorang siswa perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika siswa tersebut masih
saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan siswa (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan
pengurangan ini mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut
penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positivereinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons.
D. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan PembelajaranAliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah pengembangan teori dan praktek
pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang biladikenai hukuman.
Istilah-istilah seperti hubungan stimulus respon, individu atau siswa pasif, perilaku sebagai hasilyang tampak, pembentukan perilaku (shaping) dengan penataan kondisi secara ketat,
reinforcement dan hukuman, ini semua merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam teori behavioristik. Teori ini hingga sekarang masih merajai praktek pembelajaran di Indonesia. Hal
ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat yang paling dini,seperti kelompok bermain, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, bahkan
sampai Perguruan Tinggi, pembentukan perilaku dengan cara drill (pembiasaan) disertai denganreinforcement atau hukuman masih sering dilakukan.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti:tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran
yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behvioristik memandang
bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalahmemindahkan pengetahuan (transfer of knowledge)ke orang yang belajar atau siswa. Fungsi
mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir
seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Siswa diharapkan akanmemiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang
dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid (Degeng, 2006).Demikian halnya dalam proses belajar mengajar, siswa dianggap sebagai objek pasif yang selalu
membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standart-standart tertentu
dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para siswa. Begitu juga dalam prosesevaluasi belajar siswa diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal
yang bersifat unobservable kurang dijangkau dalam proses evaluasi.Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan
ruang gerak yang bebas bagi siswa untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkankemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam
menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot.Akibatnya siswa kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 5/25
mereka.Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai pengetahuan telah terstruktur rapi dan
teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas danditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam
belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan
atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilakuyang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu
keberhasilan belajar. Siswa atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai denganaturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri siswa
(Degeng, 2006).Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan,
sedangkan belajar sebagi aktivitas ³mimetic´, yang menuntut siswa untuk mengungkapkankembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi
atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi faktamengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara
ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut.
Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan
paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila siswamenjawab secara ³benar´ sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah
menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah darikegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini
menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara individual (Degeng, 2006).
Diposkan oleh Maziatul Churiyah, S.Pd., M.M di 21:09
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 6/25
Fkip Theologia Universitas Kristen Artha Wacana Kupang
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Theologi Universitas
Kristen Artha Wacana Kupang - Nusa Tenggara Timur
Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran
OPINI | 09 May 2010 | 10:14 5737 1 Nihil
A.Pandangan Teori Behaviorisme tentang Belajar
Teori behaviorisme merupakan salah satu bidang kajian psikologi eksperimental yang kemudian
diadopsi oleh dunia pendidikan. Meskipun dikemudian hari muncul berbagai aliran baru sebagaireaksi terhadap behaviorisme, namun harus diakui bahwa teori ini telah mendominasi
argumentasi tentang fenomena belajar manusia hingga penghujung abad 20.Menurut teori behaviorisme, belajar dipandang sebagai perubahan tingkah laku, dimana
perubahan tersebut muncul sebagai respons terhadap berbagai stimulus yang datang dari luar dirisubyek. Secara teoritik, belajar dalam konteks behaviorisme melibatkan empat unsur pokok
yaitu: drive, stimulus, response dan reinforcement. Apa yang dimaksudkan dengan drive yaitusuatu mekanisme psikologis yang mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhannya melalui
aktivitas belajar. Stimulus yaitu ransangan dari luar diri subyek yang dapat menyebabkanterjadinya respons. Response adalah tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan atau stimulus
yang diberikan. Dalam perspektif behaviorisme, respons biasanya muncul dalam bentuk perilakuyang kelihatan. Reinforcement adalah penguatan yang diberikan kepada subyek belajar agar ia
merasakan adanya kebutuhan untuk memberikan respons secara berkelanjutan.Pada bagian berikut ini secara berturut-turut akan dideskripsikan secara ringkas pandangan
empat tokoh behaviorisme yakni Ivan Petrovich Pavlov, Edward Thorndike, Watson, dan Skiner.Upaya mengedepankan teori empat tokoh ini tidak dimaksudkan untuk mengabaikan pandangan
para behavioris lainnya, melainkan semata-mata didasarkan pada pertimbangan bahwa teori behaviorisme Pavlov, Thorndike, Watson dan Skiner paling banyak dirujuk dalam dunia
pendidikan. Disamping itu, pandangan Pavlov, Thorndike, Watson, dan Skiner umumnya telah
digunakan secara luas sebagai asumsi dalam pengembangan model-model pembelajaran, maupundalam mempreskripsikan strategi pembelajaran yang berbasis pada teori behaviorisme.
A.1. Teori Classical Conditioning Ivan Pavlov
Teori belajar Pavlov dikenal juga dengan istilah Classical Conditioning. Dengan menggunakankata kunci conditioning, Pavlov hendak menekankan bahwa tidak semua stimulus dapat
dianggap sebagai variabel anteseden dari peristiwa belajar. Stimulus yang tidak menyebabkanterjadinya aktivitas disebut sebagai stimulus fisiologis terutama melalui sistem reseptor. Bagi
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 7/25
Pavlov, stimulus ini hanya melahirkan refleks dan karena itu tidak dapat dikatagorikan sebagairespons belajar. Stimulus fisiologis biasanya hanya dapat memunculkan refleks, sehingga
diperlukan adanya stimulus yang terkondisi untuk merubah refleks menjadi aktivitas belajar.Dengan demikian, respons belajar, lanjut Pavlov, hanya terjadi melalui stimulus yang terkondisi
dan terkontrol.
Proses terjadinya respons belajar melalui stimulus yang terkondisi menurut Pavlov, bersifatgradual sehingga diperlukan adanya reinforcement, untuk pemantapan respons belajar,menghindari terjadinya extinction, atau menghilangnya respons belajar yang diharapkan serta
mencegah terjadinya spontaneous recovery dalam waktu yang relatif singkat. Dalam argumentasiPavlov ini terlihat bahwa aktivitas belajar berlansung dalam suatu proses evolusi melalui
stimulus terkondisi yang dirancang secara sistematis dan dikontrol secara ketat untuk mendapat perilaku belajar yang memadai.
A.2. Teori Operant Conditioning Skiner
Teori belajar Skiner lebih dikenal dengan sebutan operant conditioning theory. Secara garis besar teori Skiner memiliki persamaan dengan teori Pavlov, namun aksentuasi analisisnya berbeda.
Starting point analisis Skiner lebih diarahkan pada persoalan reinforcement. Dalam perspektif teori Skiner reinforcement perlu diberikan secara terus menerus maupun secara selang-seling
dalam jangka waktu tertentu agar diperoleh hasil belajar yang memadai. Pemberianreinforcement biasanya dilakukan pada awal proses belajar, yaitu ketika seseorang memberikan
respons belajar secara benar.Jika contineous reinforcement diberikan pada awal peoses belajar, maka reinforcement selang-
seling diberikan ketika terjadi penurunan respons belajar. Tipe reinforcement ini dapat dibagimenjadi ratio yaitu pemberian reinforcement berdasarkan jumlah respons yang diberikan serta
interval yaitu pemberian reinforcement menurut rentang waktu tertentu.Hal penting yang dapat dipelajari dari teori belajar Skiner yaitu (1) prosers belajar hendaknya
dirancang untuk jangka waktu yang pendek beradasarkan tingkah laku yang dipelajari
sebelumnya; (2) pada awal proses belajar perlu ada reinforcement serta kontrol terhadapreinforcement yang diberikan; (3) reinforcement perlu segera diberikan begitu terlihat adanyarespons belajar yang benar; (4) subyek belajar perlu diberi kesempatan untuk melakukan
generalisasi, dan diskriminasi stimuli sebab hal ini akan memperbesar kemungkinankeberhasilan.
A.3. Teori Koneksionisme Edward Thorndike
Teori belajar Edward Thorndike sering disebut juga Connectionism Theory. Menurut teorikoneksionisme belajar merupakan perubahan perilaku sebagai akibat interaksi antara stimulus
dengan respons. Bagi Thorndike, perubahan perilaku belajar dapat berwujud perilaku yangkonkret dan dapat diamati (observable behavior) serta perilaku yang tidak tampak dan tidak
dapat diamati (hidden behavior). Kendati Thorndike tidak mengajukan prosedur pengukuran perilaku dalam teorinya, namun harus diakui bahwa teorinya telah memberikan inspirasi kepada para behaviorist yang datang sesudahnya.
A.4. Teori Behaviorisme Watson
Watson adalah salah seorang behaviorist yang datang sesudah Thorndike. Perspektif teoriWatson lebih ditekankan pada perubahan tingkah laku belajar yang harus dapat diamati
(observable behavior). Menurut Watson kegagalan utama Thorndike adalah membuka peluang
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 8/25
kepada proses mental yang tidak dapat diamati, sehingga bagi Watson teori Thorndike tidak memiliki justifikasi empirik untuk sebuah teori ilmiah.
Akibat dari penekanan terhadap obsevable behavior semacam ini, Watson cenderungmengabaikan berbagai proses perubahan mental yang mungkin saja terjadi dalam belajar.
Pengabaian Watson tersebut lebih didasarkan pada pertimbangan teknis pengukuran perilaku,
sebab menurutnya proses perubahan mental yang tidak tampak menyebabkan adanya kesulitanuntuk menentukan apakah seseorang telah belajar atau belum. Dengan asumsi semacam initerlihat sekali bahwa Watson sangat berkepentingan untuk mensejajarkan teorinya dengan
natural science yang sangat berorientasi pada fakta empirik yang bersifat kuantitatif.A.5. Implikasi Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran
Berangkat dari asumsi bahwa belajar merupakan perubahan perilaku sebagai akibat interaksiantara stimulus dengan respons, maka pembelajaran kemudian dipandang sebagai sebuah
aktivitas alih pengetahuan (transfer of knowledge) oleh guru kepada siswa. Dalam perspektif semacam ini, terlihat bahwa peran guru dipandang sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
Kedudukan siswa dalam konteks pembelajaran behaviorisme menjadi ³orang yang tidak tahuapa-apa´ dan karena itu perlu diberitahu oleh guru. Dengan demikian perubahan perilaku siswa
mesti bersesuaian dengan apa yang dikehendaki oleh guru. Jika terjadi perubahan perilaku yangtidak sesuai maka hal tersebut dipandang sebagai error behavior yang perlu diberikan ganjaran.
Pembelajaran dengan demikian dirancang secara seragam dan berlaku untuk semua konteks,tanpa mempersoalkan perbedaan karakteristik siswa maupun konteks sosial dimana siswa hidup.
Kontrol belajar dalam pembelajaran behavioristik tidak memberi peluang bagi siswa untuk berekspresi menurut potensi yang dimilikinya melainkan menurut apa yang ditentukan.
Mengacu pada berbagai argumentasi yang telah dipaparkan, maka secara ringkas implikasi teori behavioristik dalam pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a)Pembelajaran adalah upaya alih pengetahuan dari guru kepada siswa. b)Tujuan pembelajaran lebih ditekankan pada bagaimana menambah pengetahuan.
c)Strategi pembelajaran lebih ditekankan pada perolehan keterampilan yang terisolasi dengan
akumulasi fakta yang berbasis pada logika liner.d)Pembelajaran mengikuti aturan kurikulum secara ketat dan belah lebih ditekankan padaketerampilan mengungkapkan kembali apa yang dipelajari.
e)Kegagalan dalam belajar atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikansebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan atau kemampuan dikategorikan sebagai
bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.f)Evaluasi lebih ditekankan pada respons pasif melalui sistem paper and pencil test dan menuntut
hanya ada satu jawaban yang benar. Dengan demikian, evaluasi lebih ditekankan pada hasil dan bukan pada proses, atau sintesis antara keduanya.
B.Pandangan Teori Kognitif tentang Belajar
Sama halnya dengan behviorisme, teori kognitif juga merupakan bidang kajian psikologi yang banyak digunakan untuk menjelaskan fenomena belajar manusia. Dalam beberapa literatur,
psikologi kognitif dipandang sebagai sebuah sintesis antara psikologi behaviorisme dan psikologiGestalt.
Meskipun dipandang sebagai sebuah teori sintesis, namun dalam perkembangan selanjutnya,teori belajar kognitif mampu menunjukkan substansi kajian yang sama sekali berbeda dari
behaviorisme. Bahkan dalam derajat tertentu, justru teori belajar kognitif dipandang sebagai antitesis terhadap teori belajar behaviorisme yang terlalu mekanistik sehingga tidak dapat dipakai
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 9/25
sebagai teori yang representatif dalam menjelaskan fenomena belajar manusia.Teori belajar kognitif merupakan salah satu teori yang muncul sebagai reaksi terhadap
kelemahan mendasar dalam teori behaviorisme yang lebih mementingkan perubahan perilakuyang tampak. Bagi para penganut teori kognitif, belajar bukan hanya sekadar inteaksi antara
stimulus dan respons melainkan melibatkan juga aspek psikologis lain (mental, emosi, persepsi)
yang menyebabkan orang memberikan respons terhadap sebuah stimulus belajar.Dalam perspektif ini, stimulus bukanlah variabel tunggal yang menyebabkan terjadinya responsmelaikan terdapat variabel moderator tertentu yang turut mempengaruhi kemunculan suatu
respons. Variabel moderator inilah yang disebut sebagai faktor intenal seperti emosi, mental, persepsi, motivasi dan sebagainya. Pada awalnya, para penganut teori kognitif membangun
agumentasinya bahwa antara stimulus dan respons terdapat dimensi psikologis yangmenyebabkan terjadinya perubahan mental dan akibat dari perbuhan inilah menyebabkan orang
merespons suatu stimulus yang diberikan.Mengacu pada kerangka berpikir tersebut para penganjur teori kognitif berpendapat bahwa belajar merupakan proses pembentukan dan
perubahan persepsi akibat interaksi yang sustainable antara individu dengan lingkungan.Berikut ini dipaparkan pemikiran tiga tokoh garda depan dalam teori belajar kognitif yang sangat
berjasa dalam mengembangkan teori ini. Ketiga tokoh dimaksud yakni Jean Piaget, Emil Bruner,dan David P. Ausebel.
B.1. Teori Perkembangan Kognitif PiagetJean Piaget merupakan salah satu ilmuan berkebangsaan Prancis (lahir di Neuchetel,
Switserland), dan mendapat gelar Ph.D. dalam bidang ilmu Hewan, berminat dalam bidangfilsafat dan baru pada tahun 1940 ia menekuni bidang Psikologi.
Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun teorinya berdasarkan pada konsep Skema yaitu,stuktur mental atau kognitif yang menyebabkan seseorang secara intelektual beradaptasi dan
mengoordinasikan lingkungan sekitarnya (Suparno, 1997). Skema pada prinsipnya tidak statismelainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan kognitif manusia.
Berdasarkan asumsi itulah, Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses menyesuaikan
pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dipunyai seseorang. Bagi Piaget, proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan yakni: ASIMILASI, AKOMODASI dan EQUILIBRASI.1)ASIMILASI adalah proses penyesuian persepsi, konsep, pengalaman dan pengetahuan baru ke
dalam skema yang telah dimiliki seseorang.2)AKOMODASI yaitu, perubahan skemata ke dalam situasi yang baru. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara: (1) membentuk skema baru yang cocok dengan pengetahuan yang baru diperoleh,atau (2) memodifikasi skema yang telah ada agar cocok dengan pengetahuan yang baru
diperoleh.3)EQUILIBRASI yaitu, proses penyeimbangan berkelanjutan antara asimilasi dan akomodasi.
Menurut Paiget, belajar adalah proses perubahan secara kualitatif dalam struktur kognitif.Perubahan dimaksud terjadi, manakala informasi atau pengetahuan baru yang diterima sesorang
dimodifikasi sedemikian rupa sehingga bersesuaian (diasimilasikan) dengan struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya.
Kompleksitas pengetahuan dan struktur kognitif tidak dengan sendirinya menyebabkanterjadinya asimiliasi secara mulus. Dalam kasus tertentu asimilasi mungkin saja tidak terjadi
karena informasi baru yang diperoleh tidak bersesuaian dengan stuktur kognitif yang sudah ada.Dalam konteks seperti ini struktur kongitif perlu disesuaiakan dengan pengetahuan baru yang
diterima. Proses semacam ini disebut akomodasi. Penekanan Piaget tentang betapa pentingnyafungsi kognitif dalam belajar didasarkan pada tahap perkembangan kognitif manusia yang
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 10/25
dikategorikan dalam suatu struktur hirarkhis terdiri dari enam jenjang, mulai dari tahap sensori-motorik sampai tahap berpikir universal.
B.2. Teori Kognitif Bruner
Berbeda dengan Piaget, Burner melihat perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan
kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungankebudayaan, terutama bahasa yang biasanya digunakan.Menurut Burner, perkembangan kongitif manusia terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh
caranya memandang lingkungan. Ketiga tahap dimaksud meliputi:�Tahap ENAKTIF yaitu, tahap dimana individu melakukan berbagai aktivitas yang berhubungan
dengan usahanya memahami lingkungan;�Tahap IKONIK yaitu, tahap individu memahami lingkungannya melalui gambar-gambar dan
visualisasi verbal;�Tahap SIMBOLIK yaitu, tahap dimana individu memiliki gagasan-gagasan abstrak yang banyak
dipengaruhi oleh bahasa dan logika.Dalam konteks berpikir yang demikian, Bruner berpendapat bahwa pembelajaran dapat
dilakukan kapan saja tanpa harus menunggu seorang anak sampai mencapai tahap perkembangantertentu. Apabila bahan pembelajaran didesain secara baik, maka individu dapat belajar
meskipun usianya belum memadai. Dengan logika lain, perkembangan kognitif seseorang dapatditingkatkan melalui materi yang dirancang sesuai dengan karakteristik kultural siswa.
Gagne dan Berliner menyimpulkan beberapa prinsip yang mendasari teori Bruner sebagai berikut:
�Makin tinggi tingkat perkembangan intelektual seseorang, makin meningkat pulaketidaktergantungan individu terhadap stimulus yang diberikan;
�Pertumbuhan seseorang tergantung pada perkembangan kemampuan internal untuk menyimpandan memproses informasi;
�Perkembangan intelektual meliputi peningkatan kemampuan untuk untuk mengutarakan
pendapat dan gagasan melalui simbol;�Untuk mengembangkan kognitif seseorang diperlukan interaksi yang intensif antara guru dansiswa;
�Perkembangan kongitif meningkatkan kemampuan siswa memikirkan beberapa alternatif secaraserentak, serta memberikan perhatian kepada beberapa stimulus dan situasi sekaligus.
B.3. Teori Belajar Bermakna Ausebel
Sama halnya dengan Piaget dan Bruner, Ausebel merupakan salah satu tokoh garda depan dalam psikologi kognitif yang juga menaruh perhatian pada masalah belajar manusia. Belajar menurut
Ausebel diartikan sebagai proses asimilasi pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yangtelah terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Agar belajar menjadi lebih bermakna, demikian
lanjut Ausebel, maka ada dua hal yang patut diperhatikan yaitu: (a) materi yang dipelajariharuslah merupakan materi yang bermakna sesuai dengan struktur kognitif siswa; (b) aktivitas belajar semestinya berlangsung dalam kondisi belajar yang bermakna. Dalam konteks demikian
aspek motivasional menjadi sangat penting, sebab tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru jika siswa tidak memiliki keinginan dan pengetahuan bagaimana melakukannya.
Meskipun kedua syarat tersebut telah terpenuhi, namun belajar belum dapat terjadi secara bermakna, karena masih diperlukan adanya advance organizer, yaitu kerangka abstraksi atau
ringkasan konseptual dari apa yang harus dipelajari berkaitan dengan penegetahuan yang telah
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 11/25
dimiliki siswa sebelumnya.Bagi Ausebel advance organizer dapat memeberikan tiga manfaat penting yaitu: (1) dapat
menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari oleh siswa; (2) berfungsi sebagai mnemonic (jembatan penghubung) antara apa yang sedang dipelajari ³saat ini´
dengan apa yang ³akan´ dipelajari siswa; (3) mampu membantu siswa untuk memahami bahan
belajar secara lebih mudah.Jika ditelaah secara mendalam, maka tampak bahwa terdapat beberapa persamaan antara pandangan Ausebel dan Bruner meskipun aksentuasinya berbeda. Terdapat empat keasamaan
antara teori Bruner dan Ausebel yaitu:�Keduanya menekankan pada makna dan pemahaman, walaupun penekanan Bruner lebih pada
masalah discovery secara induktif dan Ausebel pada internalisasi secara deduktif;�Esensi belajar bukan hanya pengulangan secara verbatim; baik Bruner maupun Ausebel sama-
sama menekankan pentingnya belajar konsep dan prinsip;�Sama-sama menekankan tentang struktur, waluapun Bruner lebih menkankan pada stuktur ilmu,
sedangkan Ausebel lebih menekankan pada struktur kognitif;�Proses belajar mestinya belangsung dalam dan berhubungan dengan situasi konkrit.
B.4. Implikasi Teori Kognitifisme dalam Pembelajaran
Bagi para penganut aliran kognitifisme, pembelajaran dipandang sebagai upaya memberikan bantuan kepada siswa untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baru melalui proses
discovery dan internalisasi.Agar discovery dan internalisasi dapat berlangsung secara benar maka perlu diperhatikan
beberapa prinsip pembelajaran yang perlu sebagai berikut:
Setiap siswa perlu dimotivasi oleh guru agar merasa bahwa belajar i merupakan suatukebutuhan, dan bukan sebaliknya sebagai beban;
Pembelajaran hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkrit ke hal-hal yang abstrak;i Setiap usaha mengkonseptualisasikan matari pembelajaran hendaknya diatur sedemikian rupa
sehingga memudahkan siswa belajar;i Pembelajaran hendaknya dirancang sesuai dengan pengalaman belajar siswa dengan
memperhatikan tahap-tahap perkembangannya;i
Materi pelajaran hendaknya dirancang dengan memperhatikan sequencing penyajian secara
logis.i
C.Pandangan Teori Konstruktivisme tentang Belajar Menurut asalnya, teori konstruktivime bukanlah teori pendidikan. Teori ini berasal dari disiplin
filsafat, khususnya filsafat ilmu. Pada tataran filsafat, teori ini membahas mengenai bagaimana proses terbentuknya pengetahuan manusia. Menurut teori ini pembentukan pengetahuan terjadi
sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas yang dihadapinya.
Dalam perkembangan kemudian, teori ini mendapat pengaruh dari disiplin psikologi terutama psikologi kognitif Piaget yang berhubungan dengan mekanisme psikologis yang mendorongterbentuknya pengetahuan. Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa
mengkostruksi pengetahuan. Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut:
Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yangi mereka lihat, dengar,
rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai;
Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus seumur hidup;i
Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih berorientasii pada pengembangan
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 12/25
berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasildari perkembangan melainkan perkembangan itu sendiri. Suatu perkembangan yang menuntun
penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang;
Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorangi dalam keraguan yang
merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi disekuilibrium merupakan situasi yang baik untuk
belajar;Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungan siswa;i
Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang sudah diketahuinya.i Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu, bukan
suatu proses mekanis untuk mengumpulkan fakta. Dalam konteks yang demikian, belajar yang bermakna terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik pengertian dan selalu terjadi pembaharuan
terhadap pengertian yang tidak lengkap.Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik sebuah inferensi bahwa menurut teori
konstruktivisme belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa dengan realitas baik realitas pribadi, alam,
maupun realitas sosial. Proses konstruksi pengetahuan berlangsung secara pribadi maupun sosial.
Proses ini adalah proses yang aktif dan dinamis. Beberapa faktor seperti pengalaman, pengetahuan awal, kemampuan kognitif dan lingkungan sangat berpengaruh dalam proseskonstruksi makna.
Argumentasi para konstruktivis memperlihatkan bahwa sebenarnya teori belajar konstrukvismetelah banyak mendapat pengaruh dari psikologi kognitif, sehingga dalam batas tertentu aliran ini
dapat disebut juga neokognitif.Walaupun mendapat pengaruh psikologi kognitif, namun harus diakui bahwa stressing point teori
ini bukan terletak pada berberapa konsep psikologi kognitif yang diadopsinya (pengalaman,asimilasi, dan internalisasi).melainkan pada konstuksi pengetahuan. Konstruksi pengetahuan
yang dimaksudkan dalam pandangan konstruktivisme yaitu pemaknaan realitas yang dilakukansetiap orang ketika berinteraksi dengan lingkungan. Dalam konteks demikian, konstruksi atau
pemaknaan terhadap realitas adalah berlajar itu sendiri. Dengan asumsi seperti ini, sebetulnyasubstansi konstrukvisme terletak pada pengakuan akan hekekat manusia sebagai homo creator
yang dapat mengkonstruksi realitasnya sendiri.
C.1. Implikasi Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari gurukepada siswa, melainkan suatu penciptaan suasana yang memungkinkan siswa membangun
sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi aktif guru bersama-sama siswa dalammembangun pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan
justifikasi. Jadi mengajar adalah belajar itu sendiri. Menurut prinsip konstruktivisme, guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan
sebagaimana mestinya. Sebagai fasilitator dan mediator tugas guru dapat dijabarkan sebagai berikut:
Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggungi jawab dalammerencanakan aktivitas belajar, proses belajar serta hasil belajar yang diperolehnya. Dengan
demikian menjadi jelas bahwa memberi kuliah atau ceramah bukanlah tugas utama guru.
Memberikan sejumlah kegiatan yang dapat merangsang keingintahuan siswai dan mendorongmereka untuk meng-ekspresikan gagasan-gagasannya serta mengkomukasikan-nya secara
ilmiah;
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 13/25
Menyediakan sarana belajar yang merangsang siswa berpikir secarai produktif. Guru hendaknyamenciptakan rangsangan belajar melalui penyediaan situasi problematik yang memungkinkan
siswa belajar memecahkan masalah;
Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan tingkat perkembangan berpikir i siswa. Guru dapat
menunjukkan dan mempertanyakan sejauh mana pengetahuan siswa untuk menghadapi
persoalan baru yang berkaitan dengan pengetahuan yang dimilikinya. (Ditulis OlehDrs.Agustinus Maniyeni, M.Pd - Dalam buku ³Wawasan Pembelajaran´ halaman 1-15)
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 14/25
Teori Belajar Behavioristik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah
dirapikan, tolong hapus pesan ini.
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman [1]
.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143).
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh
karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon)harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran
merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah lakutersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akansemakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka
respon juga semakin kuat.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik , meliputi: (1) Reinforcement and Punishment;
(2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 15/25
Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses(Gage, Berliner, 1984).
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin
Guthrie, dan Skinner . Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan
analisis serta peranannya dalam pembelajaran.
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalahapa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang
dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan pesertadidik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi
perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati,atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat
mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah
laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukumlatihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana
hal-hal tertentu dapat memperkuat respon
Artikel atau bagian dari artikel ini diterjemahkan dari Teori Belajar Behavioristik di
en.wikipedia.org. Isinya mungkin memiliki ketidakakuratan. Selain itu beberapa bagian yang
diterjemahkan kemungkinan masih memerlukan penyempurnaan. Pengguna yang mahir
dengan bahasa yang bersangkutan dipersilakan untuk menelusuri referensinya dan
menyempurnakan terjemahan ini.
(Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat)
Daftar isi
[sembunyikan]
y 1 Teori Belajar Menurut Watson
y 2 Teori Belajar Menurut Clark Hull
y 3 Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie
y 4 Teori Belajar Menurut Skinner
y 5 Analisis Tentang Teori Behavioristik
y 6 Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 16/25
y 7 Rujukan
[sunting] Teori Belajar Menurut Watson
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namunstimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadiwalaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses
belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkankarena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang
belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
[sunting] Teori Belajar Menurut Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan
pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull,seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar
organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral
dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpunhampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul
mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini,tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).
[sunting] Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulusyang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan
yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus danrespon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang
dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi.Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan
mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara,oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar
hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwahukuman ( punishment ) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang
diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat.Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru
tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).
[sunting] Teori Belajar Menurut Skinner
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 17/25
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokohsebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih
komprehensif . Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melaluiinteraksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah
sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima
seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi respon yang dihasilkan. Responyang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang
nantinya memengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahamitingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu
dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensiyang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan
menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanyaakan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi,
demikian seterusnya.
[sunting] Analisis Tentang Teori Behavioristik
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah lakudimana r einforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam
berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakankurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan
suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yangsederhana sampai yang komplek (Paul, 1997).
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua
teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori
belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsephubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (r einforcement ),
merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar
yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu
menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.
Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar,
walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapatmenjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yangrelatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas
sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulusdan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau
perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 18/25
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan
atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehinggamenjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang
memengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping .
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkandigunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan
penguat negatif (negative r einforcement ) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi.
Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada
beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:
y Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara;
y Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum)
bila hukuman berlangsung lama;y Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan buruk)
agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum
melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.
Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak
sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagaistimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat
negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat.Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika pebelajar tersebut
masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah)
dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yangdisebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif ( positive
r einforcement ). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons.
[sunting] Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan
praktik pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran inimenekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik
dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individuyang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akanmenghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti:
tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 19/25
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telahterstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar
adalah memindahkan pengetahuan (t r ansfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar.Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui
proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses
berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya,apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu
membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu
dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam prosesevaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-
hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikanruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan
kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalammenghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot.
Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada dirimereka.
Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur,maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan
ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan
atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku
yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentukeberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan
aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan,sedangkan belajar sebagi aktivitas ³mimetic´, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan
kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isiatau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta
mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara
ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut.Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila
pebelajar menjawab secara ³benar´ sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 20/25
terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.
[sunting] Rujukan
1. ^ [Gage, N.L., & Berliner, D. 1979. Educational Psychology . Second Edition, Chicago: Rand Mc.
Nally]
y Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali
y Moll, L. C. (Ed.). 1994. V ygotsky and Education: Instructional Implications and A pplication of
Sociohistorycal Psychology . Cambridge: Univerity Press
y Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Il mu Pengajaran Taksonomi V ariabl e. Jakarta: Depdikbud
y Gagne, E.D., (1985). The Cognitiv e Psychology of School Learning. Boston, Toronto: Little, Brown
and Company
y Light, G. and Cox, R. 2001. Learning and T eacT eori Belajar Behavioristik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah
dirapikan, tolong hapus pesan ini.
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman [1].
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143).Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon
berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak
dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, olehkarena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon)
harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 21/25
merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah lakutersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan
semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) makarespon juga semakin kuat.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment;(2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency
Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses(Gage, Berliner, 1984).
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, EdwinGuthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan
analisis serta peranannya dalam pembelajaran.
Daftar isi [sembunyikan] 1 Teori Belajar Menurut Thorndike 2 Teori Belajar Menurut Watson 3Teori Belajar Menurut Clark Hull 4 Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie 5 Teori Belajar
Menurut Skinner 6 Analisis Tentang Teori Behavioristik 7 Aplikasi Teori Behavioristik dalamPembelajaran 8 Rujukan
[sunting] Teori Belajar Menurut Thorndike Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksiantara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar
seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkanrespon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa
pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat
diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapatmenjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike
ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum
latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimanahal-hal tertentu dapat memperkuat respon.
[sunting] Teori Belajar Menurut Watson Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi
antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati(observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental
dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai halyang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris
murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atauBiologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat
diamati dan diukur.
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 22/25
[sunting] Teori Belajar Menurut Clark Hull Clark Hull juga menggunakan variabel hubunganantara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh
oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkahlaku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu
Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction)
adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus(stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis,walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah
laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler,1991).
[sunting] Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum
kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbulkembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga
menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus
sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.
Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat
lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu
mengubah tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat.Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru
tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).
[sunting] Teori Belajar Menurut Skinner Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang
belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan
respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya.
Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulusyang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi
respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi.Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya memengaruhi munculnya perilaku (Slavin,
2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami
hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkindimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat
untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yangdigunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
[sunting] Analisis Tentang Teori Behavioristik Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar
sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 23/25
stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakankerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan
menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul,
1997).
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semuateori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori
belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep
hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement),merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar
yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu
menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.
Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar,
walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapatmenjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang
relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugassangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus
dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak
kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukanatau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga
menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yangmemengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan
digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan
berimajinasi.
Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada
beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:
Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara; Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila
hukuman berlangsung lama; Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain(meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat
mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahanyang diperbuatnya. Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif.
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 24/25
Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukumanharus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah
ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang samamenjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan.
Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan.
Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi(bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaikikesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah
penguatan positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah
mengurangi agar memperkuat respons.
[sunting] Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran
hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yangtampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentudengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin
kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti:tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah
terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar.
Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui
proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya,
apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu
membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu
dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam prosesevaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-
hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikanruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan
kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalammenghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot.
Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada dirimereka.
5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 25/25
Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur,maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan
ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan
atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang
perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilakuyang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentukeberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan
aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan,sedangkan belajar sebagi aktivitas ³mimetic´, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan
kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isiatau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta
mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secaraketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan
penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut.Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan
paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara ³benar´ sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa
pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yangterpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan
pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.
[sunting] Rujukan ^ [Gage, N.L., & Berliner, D. 1979. Educational Psychology. Second Edition,
Chicago: Rand Mc. Nally] Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta:CV. Rajawali Moll, L. C. (Ed.). 1994. Vygotsky and Education: Instructional Implications and
Application of Sociohistorycal Psychology. Cambridge: Univerity Press Degeng, I NyomanSudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta: Depdikbud Gagne, E.D., (1985).
The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Toronto: Little, Brown and CompanyLight, G. and Cox, R. 2001. Learning and Teaching ini Higher Education. London: Paul
Chapman Publising Slavin, R.E. 1991. Educational Psychology. Third Edition. Boston: Allynand Bacon Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition.
Boston: Allyn and Bacon Diperoleh dari"http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik " hing ini Higher Education. London:
Paul Chapman Publising
y Slavin, R.E. 1991. Educational Psychology . Third Edition. Boston: Allyn and Bacon
y Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and
Bacon
top related