teknologi pemetaan bawah laut
Post on 05-Jan-2016
12 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
A. PENDAHULUAN
Potensi sumberdaya laut di Indonesia sangatlah besar yang mencakup potensi
sumberdaya hayati dan non-hayati. Sumberdaya laut tersebut sampai sekarang belum
secara maksimal dapat dieksplorasi dan dieksploitasi selain minyak dan gas bumi
pada sektor sumberdaya non hayati. Demikian pula pada sektor sumberdaya hayati
laut, eksplorasi dan eksploitasi terhadap ikan-ikan laut dan sejenisnya membutuhkan
kearifan disamping teknologi canggih namun tidak merusak lingkungannya. Untuk
menunjang eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya laut, dapat digunakan teknologi
akustik bawah air (underwater acoustics). Teknologi ini dikenal luas denagn sebutan
teknologi akustik yang tidak lain adalah penggunaan gelombang suara yang dalam
dunia navigasi disebut Sonar atau Echosounder dan sejenisnya. Dengan pendekatan
fungsi, Sonar atau Echo sounder pada teknologi navigasi dapat disetarakan dengan
penggunaan Radar untuk pendeteksian objek di permukaan air. Dalam
pengelolaannya, perairan Indonesia dibagi dalam sembilan wilayah pengelolaan
perikanan dan kelautan dengan penamaan tertentu, seperi Laut Banda, Laut Arafura,
Laut Sulu, Laut Jawa dan seterusnya. Setiap area perairan tersebut mempunyai
karakter yang berbeda satu sama lainnya demikian pula perbedaan dengan laut
wilayah subtropis. Hal ini ditentukan oleh kondisi geografis masing-masing area
perairan, pola arus, perubahan temperatur dan salinitas, kedalaman air dan lain-lain.
Kondisi keberagaman tofografis, kedalaman terlebih lagi berada pada kawasan tropis
mengakibatkan melimpahnya sumberdaya yang beragam pula.
B.PEMBAHASAN
Sonar (Sound Navigation and Ranging) adalah sistem penginderaan bawah air
dengan menggunakan gelombang suara (akustik). Pada awal pengembangannya
sistem sonar ini lebih banyak digunakan dalam bidang militer terutama pada awal
perang dunia II dimana peperangan bawah air mulai menjadi taktik utama
pertempuran laut untuk menghancurkan kekuatan lawan. Dalam perkembangannya
teknologi penginderaan bawah air sangat banyak dipengaruhi oleh kemajuan
teknologi lainnya, terutama teknologi sensor, elektronika dan microprocessor.
Dengan kemajuan teknik pemrosesan sinyal maka penerapan dalam bidang non-
militer mulai dikembangkan untuk berbagai aplikasi misalnya untuk pemetaan dasar
laut, perikanan dan sebagainya.
Sonar adalah istilah yang pertama kali digunakan oleh orang Amerika. Sonar
merupakan singkatan dari Sound Navigation And Ranging. Sedangkan orang Inggris
lebih suka menyebutnya ASDIC yang merupakan singkatan dari Anti Submarine
Detection Investigation Committee. Tapi secara umum, bahkan di Indonesia juga,
lebih sering digunakan istilah yang digunakan oleh Amerika, Sonar. Sonar adalah
suatu metode yang memanfaatkan perambatan suara didalam air untuk mengetahui
keberadaan obyek yang berada dibawah permukaan kawasan perairan. Secara garis
besar sitem kerja sebuah peralatan sonar adalah mengeluarkan sumber bunyi yang
akan menyebar didalam air. Bunyi ini akan dipantulkan oleh obyek didalam air dan
diterima kembali oleh sistem sonar tersebut. Berdasarkan penghitungan kecepatan
perambatan suara didalam air maka letak obyek didalam air tersebut dapat diketahui
jaraknya dari sumber suara. Pada peralatan sonar yang lebih canggih, bentuk fisik
ataupun bahan pembentuk obyek itu dapat diketahui juga.
Side Scan Sonar merupakan salah satu teknologi hidroakustik yang digunakan
untuk memetakan dasar laut dan juga dapat digunakan untuk melacak pergerakan
kawanan ikan. Teknologi ini sudah cukup baik digunakan untuk mempelajari
kehidupan di laut. Teknologi Side Scan Sonar pertama kali dikembang oleh Dr.
Harold Edgerton dari Massachusetts Institute of Technology pada tahun 1960.
Edgerton yang merupakan seorang profesor teknik elektro juga telah
mengembangkan cahaya kecepatan tinggi untuk fotografi pada tahun 1930. Edgerton
menyadari bahwa fotografi tidak cocok digunakan di air yang keruh, untuk itu ia
menggunakan prinsip dari tabung cahaya untuk akustik. Dengan memancarkan energi
suara secara cepat adan merekam kembalu pantulannya, ia dapat menciptakan suatu
perangkat yang dapat memetakan dasar perairan. Pada tahun 1963, untuk pertama kali
Edgerton menggunakan Side Scan Sonar untuk mencari bangkai kapal Vineyard di
Teluk Elang, Massachusetts.
Dari tahun 1963 sampai 1967, tim Edgerton yang dipimpin oleh Martin Klein
berhasil mengembangkan side scan sonar dengan dua chanel. Teknologi tersebut juga
telah digunakan untuk membantu Alexander McKee dalam menemukan Kapal Mary
Rose yang telah lama hilang. Edgerton membuat beberapa ekspedisi si seluruh dunia
menggunakan side scan sonar untuk menacarai beberapa bangkai kapal dan bahkan
juga mencari monster Loch Ness. Di tahun 1975, Edgerton dan Jacques Cousteau
menggunakan side scan sonar untuk mencari bangkai kapal HMHS Britannic di Laut
Aegean. Britanic merupakan kapal rumah sakit Inggris yang tenggelam pada Perang
Dunia I tepatnya tanggal 21 November 1916. Sekarang ini kapal tersebut merupakan
situs sejarah yang paling terkenal di dunia. Hasil dari teknologi side scan yang
sebenarnya berupa gambar-gambar dalam lembaran kertas, bukanlah dalam layar
komputer. Lembaran kertas ini dibuat dengan memplotkan gambaran sonar pada
kertas gulung. Barulah pada tahun 1980 dimana teknologi komputer telah banyak
berkembang, hasil dari side scan sonar dibuat dalam bentuk digital. Kemajuan
teknologi ini mempermudah pengguna dalam menampilkan dan menyimpan data.
Sampai saat ini, side scan sonar telah banyak mengalami pengembangan. Sekarang
ini side scan sonar telah dilengkapi dengan GPS sehingga dapat menentukan
kedudukan suatu lokasi secara geografis. Aplikasi side scan sonar juga telah banyak
dipergunakan dalam berbagai kegiatan, diantaranya kegiatan komersial, militer dan
aplikasi liburan pipa lepas pantai termasuk lokasi dan survei, penegakan hukum dan
operasi pemulihan pencarian, arkeologi laut, kapal karam berburu dan mencari ikan.
C. CARA KERJA SONAR
Side scan sonar digunakan dengan cara menariknya di kolom perairan. Selama
perjalannya, side scan sonar secara terus-menerus memancarkan pulsa akustik ke arah
tegak lurus terhadap arah perjalanan. Gelombang akustik yang dipancarkan tersebut
akan mengenai dasar perairan ataupun objek lain di dasar perairan dan kemudian
akan dipantulkan kembali ke bagian penerima. Gelombang pantulan inilah yang kita
kenal dengan backscatter. Waktu selama gelombang akustik dipancarkan sampai
diterima kembali akan terus dicatat bersama dengan amplitudonya untuk diplotkan
secara deret waktu yang kemudian akan dikirim ke user. Oleh user data tersebut di
ditampilkan untuk kemudian diinterpretasikan. Proses ini berlangsung secara terus
menerus sehingga terbentuk gambar dari dasar perairan. Secara garis besar pengunaan
akustik bawah air dalam kelautan dan perikanan dapat dikelompokkan menjadi lima
yakni untuk survey, bududaya perairan, penelitian tingkah laku ikan, mempelajari
penampilan dan selektifitas alat-alat penangkapan ikan dan lain-lain. Dalam survey
kelautan dapat digunakan untuk menduga spesies ikan, menduga ukuran individu
ikan, kelimpahan/stok sumberdaya hayati laut (plankton dan ikan).
Aplikasi dalam budidaya perairan dapat digunakan dalam
penentuan/pendugaan jumlah biomass dari ikan dalam jaring/ kurungan pembesaran
(penned fish/enclosure), untuk menduga ukuran individu ikan dalam jaring/kurungan
dan untuk memantau tingkah laku ikan (dengan telemetering tags), khususnya
aktifitas makan (feeding activity). Sedangkan dalam penelitian tingkah laku ikan
dapat digunakan untuk pergerakan/migrasi ikan (vertical dan horizontal) dan orientasi
ikan (tilt angel), reaksi menghindar (avoidance) tewrhadap gerak kapal dan alat
penangkapan ikan, respon terhadap rangsangan (stimuli) cahaya, suara, listrik,
hydrodinamika, kimia, mekanik dan sebagainya. Untuk kegiatan aplikasi studi
penampilan dan slektifitas alat penangkapan ikan terutama dalam studi pembukaan
mulut trawl, kedalam, posisi dan sebagainya. Dalam slektifitas penangkapan
(prosentase ikan yang tertangkap
terhadap yang terdeteksi didepan mulut trawl atau didalam lingkaran purse seine).
Kegiatan lain yang dapat dikaji dengan teknologi akustik bawah air adalah sifat sifat-
sifat akustik dari air laut dan obyek bawah air, pendeteksian kapal selam dan obyek-
obyek lainya. Menurut Arnaya (1991) Kegunaan lain dari akustik bawah air adalah
untuk penentuan kedalaman air dalam pelayaran, jenis dan komposisi dasar laut
(lumpur, pasir, kerikil, karang dan sebagainya), untuk penentuan contour dasar laut,
lokasi kapal berlabuh atau pemasangan bangunan laut, untuk eksplorasi minyak dan
mineral didasar laut, mempelajari proses sedimentasi dan untuk pertahanan keamanan
(pendeteksian kapal-kapal selam dengan pemasangan buoy-system) Berikut adalah
penerapan teknologi akustik bawah air untuk eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya
non-hayati laut, berikut ini merupakan bagian dari peranan sonar yaitu :
1. Pengukuran Kedalaman Dasar Laut (Bathymetry) Pengukuran kedalaman dasar
laut dapat dilakukan dengan Conventional Depth Echo Sounder dimana kedalaman
dasar laut dapat dihitung dari perbedaan waktu antara pengiriman dan penerimaan
pulsa suara. Dengan pertimbangan sistim Side-Scan Sonar pada saat ini, pengukuran
kedalaman dasar laut (bathymetry) dapat dilaksanakan bersama-sama dengan
pemetaan dasar laut (Sea Bed Mapping) dan pengidentifikasian jenis-jenis lapisan
sedimen dibawah dasar laut (subbottom profilers). 2)
2. Pengidentifikasian Jenis-jenis Lapisan Sedimen Dasar Laut (Subbottom Profilers)
Seperti telah disebutkan diatas bahwa dengan teknologi akustik bawah air, peralatan
side-scan sonar yang mutahir dilengkapi dengan subbottom profilers dengan
menggunakan prekuensi yang lebih rendah dan sinyal impulsif yang bertenaga tinggi
yang digunakan untuk penetrasi kedalam lapisan-lapisan sedimen dibawah dasar laut.
Dengan adanya klasifikasi lapisan sedimen dasar laut dapat menunjang dalam
menentukkan kandungan mineral dasar laut dalam. Dengan demikian teknologi
akustik bawah air dapat menunjang esplorasi sumberdaya non hayati laut. 3)
3. Pemetaan Dasar Laut (Sea bed Mapping) Dengan teknologi side-scan sonar dalam
pemetaan dasar laut, dapat menghasilkan tampilan peta dasar laut dalam tiga dimensi.
Dengan teknologi akustik bawah air yang canggih ini dan dikombinasikan dengan
data dari subbottom profilers, akan diperoleh peta dasar laut yang lengkap dan rinci.
Peta dasar laut yang lengkap dan rinci ini dapat digunakan untuk menunjang
penginterpretasian struktur geologi
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/5279112/Teknik_Eksplorasi_Kelautan_Paper (Di akses
pada tanggal 14 Oktober 2014 pukul 00.33 wib)
http://www.mgi.esdm.go.id/content/side-scan-sonar-teknologi-penginderaan-bawah-
laut (Di akses pada tanggal 14 Oktober 2014 pukul 00.39 wib)
top related