teknik penyusunan program kegiatan...
Post on 20-Feb-2018
232 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
TEKNIK PENYUSUNAN PROGRAM KEGIATAN
SECARA PARTISIPATIF Oleh:
Rija Sudirja Dosen pada Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Kampus Unpad Jatinangor, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km 21, Jatinangor 40600 Telp./faks: 022-7796316 E-mail: rijasu@yahoo.com
PENGERTIAN
Apa itu rencana program ? Rencana program adalah lanjutan dari kegiatan pengkajian keadaan
masyarakat yang dilakukan untuk mengidentifikasi masalah, kebutuhan dan
potensi dengan menggunakan teknik-teknik tertentu secara partisipatif.
Rencana program harus bersifat:
• Sederhana
• Jelas
• Wajar
Apa tujuan perencanaan program ? • Memfasilitasi masyarakat P3A/GP3A untuk menyusun program
mereka sendiri berdasarkan kebutuhan dan potensi yang mereka
miliki.
• Mendapatkan perencanaan dari tingkat masyarakat P3A/GP3A yang
akan diprogramkan oleh lembaga pengembang program (Dinas
Teknis) sebagai bahan perencanaan program lembaga itu sendiri di
wilayah yang bersangkutan.
Benar-benar dapat dilaksanakan oleh masyarakat (P3A/GP3A) dengan dukungan dari lembaga terkait dan lembaga mitra yang mempunyai hubungan kerja
2
Manfaat Perencanaan program Bagi “orang dalam” (masyarakat)
• Proses belajar untuk membuat program kegiatan bersama
• Menimbulkan perasaan kebersamaan dan tanggungjawab
Bagi “orang dalam” (masyarakat)
• Dasar pengembangan program yang berasaskan aspirasi mayarakat
• Dasar pertimbangan bagi dinas teknis dalam menentukan bantuan
tambahan yang akan diberikan berdasarkan prioritas kebutuhan
Perencanaan irigasi partisipatif adalah perencanaan dalam setiap tahapan
kegiatan keirigasian yang melibatkan secara aktif petani/P3A/GP3A/IP3A
dan pihak-pihak terkait lainnya dalam pengambilan keputusan atau dalam
memilih alternatif-alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif --
berdasarkan kebutuhan dan potensi daerah-- untuk mencapai tujuan
tertentu.
Perencanaan irigasi partisipatif bersifat holistis, artinya selain
dilaksanakan pada setiap tahapan kegiatan keirigasian (seperti penelusuran
jaringan, penyusunan profil sosial ekonomi teknis dan kelembagaan, operasi
dan pemeliharaan, pengembangan kelembagaan, dan sebagainya) juga
dilakukan pada setiap level pengambilan keputusan, baik di tingkat Daerah
Irigasi (DI) maupun di tingkat kabupaten. Karena perencanaan irigasi
partisipatif merupakan komponen tak terpisahkan dari manajemen
keirigasian, maka perencanaan pun dilakukan pada semua komponen,
seperti perencanaan pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi.
Pe2 (d
(Pe
Se
Ka
aka
Pe
Ma
ren
LA
rencanaandua) progra
Program
kelemba
masyara
Program
kelemba
swadaya
dibawa
UDKP u
Tenaga
engairan) h
dangkan p
rena peren
an terlibat
rikanan, P
asukan-mas
ncana kegia
ANGKAH-LAA. PERSIA
a.
n partisipatam perenca
m-program
agaan dap
akat, dan
m-program
agaan terla
a oleh mas
ke tingkat m
untuk dimus
Pendampi
hanya mem
peserta uta
ncanaan pro
turut had
eternakan,
sukan dar
atan, sehing
ANGKAH PAPAN Bahan-bahSeluruh inf
kelembaga
mengenai;
Berb
Berb
tif di tingkanaan objek
yang se
pat dikelola
yang s
alu berat
syarakat. P
musyawara
syawarahka
ing Petani
mfasilitasi ke
amanya ad
ogram tingk
dir dalam
Koperasi,
ri mereka
gga akan m
PENYUSUN
han perencformasi ber
aan (PSET
bagai masa
bagai poten
3
at Daerah ktif.
ecara sos
a dan dila
ecara so
biayanya
Program ya
ah pembang
an secara p
(TPP) dan
egiatan pen
dalah peta
kat DI cuku
kegiatan
dan piha
akan sa
memudahka
NAN PROG
canaan rdasarkan p
TK) dikum
alah yang te
nsi yang ter
Irigasi (DI)
sial, ekon
akukan sec
osial, eko
untuk dap
ang kedua
gunan desa
partisipatif.
n Staf Lapa
nyusunan r
ani dalam
up besar, se
ini, seper
k penyand
ngat mem
an di dalam
GRAM KEG
profil sosio
mpulkan da
erkumpul
rkumpul
) akan men
nomi, tek
cara swad
nomi, tek
pat dikelol
ini selanjut
a (musbang
angan Dina
rencana pro
wadah P
ebaiknya p
rti Dinas P
dang dana
mbantu pe
pelaksana
GIATAN
ekonomi t
an dikaji
nghasilkan
nis, dan
daya oleh
knis dan
la secara
tnya akan
gdes) atau
as Teknis
ogram ini.
3A/GP3A.
pihak yang
Pertanian,
jika ada.
enyusunan
aannya.
teknis dan
bersama,
A
b.
W
c.
Apabila di
oleh unit-u
senang bil
disampaika
KesepakatMasyaraka
penyusuna
kegiatan b
rencana p
Waktu pem
diantara m
atau 3 kali
Prese
an ma
Kajia
Peny
PersiapanPersiapan
Meny
masy
Meng
dalam
Mem
Mem
Mem
seloti
tingkat GP
unit P3A.
ladiminta u
annya send
tan waktuat P3A hen
an program
bersama,se
program m
mbahasan
mereka juga
pertemuan
entasi selu
asalah
n alternatif
usunan ren
teknis teknis yang
yepakati
yarakat
gundang b
m pertemua
persiapkan
persiapkan
persiapkan
f, alat tulis,
4
P3A/IP3A,
Berdasar
untuk mem
diri pada pe
ndaknya be
m kerja i
ehingga w
merupakan
dapat dise
a, akan tet
n untuk mem
ruh hasil p
pemecaha
ncana kegia
g perlu dilak
jadwal p
erbagai pi
an (dengan
n tempat pe
n jamuan (m
n alat-alat d
dll.)
persiapan
rkan penga
mpersiapkan
rtemuan di
enar-benar
ni meman
waktu perte
hasil kes
esuaikan d
tapi sekura
mbahas;
pertemuan
n masalah
atan
kukan anta
pertemuan
hak yang
lisan atau
rtemuan ya
minuman, m
dan bahan
bahan ini
alaman, m
n bahan y
desa.
mengetah
ng untuk
emuan pe
sepakatan
dengan kes
angnya dip
dan pengo
dan pilihan
ra lain adal
dengan
terlibat un
surat)
ang represe
makanan rin
(kartu, ke
dilakukan
masyarakat
ang akan
hui bahwa
membuat
enyusunan
bersama.
sepakatan
perlukan 2
organisasi-
n kegiatan
lah:
petani/
ntuk hadir
entatif
ngan)
ertas, lem,
5
B. PELAKSANAAN PENYUSUNAN PROGRAM KERJA BERSAMA a. Pembukaan, Penyampaian Maksud dan Tujuan
Umumnya pertemuan yang bersifat resmi, sulit untuk menghindari
formalitas sambutan-sambutan, misal dari kepala desa/camat dan
tokoh-tokoh masyarakat. Namun, TPP atau KTPP dapat memulai
dengan mengutarakan kembali maksud dan tujuan dari pertemuan
ini.
b. Penyajian Seluruh Hasil Informasi PSETK
Tahap selanjutnya penyampaian hasil PSETK, yang berisi
rangkuman dan masalah-masalah utama yang ditemukan di
masing-masing wilayah, beserta potensinya.
c. Pengorganisasian Masalah
Masalah-masalah yang muncul di masyarakat sangat beragam
dengan topik-topiknya, meskipun dalam kaitan ini pengelolaan
irigasi. Oleh karenanya perlu dilakukan “seleksi” dengan
pengorganisasian masalah, yaitu;
i. Pengumpulan Masalah
Setelah mencatat semua permasalahan, bisa saja ditawarkan
kembali kepada peserta untuk diteliti kembali, dan
kemungkinan muncul masalah-masalah yang di”drop” karena
tidak relevan, itu dapat saja terjadi.
ii. Pengelompokan Masalah
Tujuannya adalah:
- Menyederhanakan tampilan
- Mendiskusikan per-bidang/aspek yang paling banyak
masalah
Sepakati bersama setiap bidang yang ditentukan maupun
setiap masalah yang masuk dalam bidang tersebut. Dapat
pula menggunakan metaplan (masing-masing menulis
masalah dalam warna kartu yang sudah ditentukan, seperti
iii.
iv.
sosial=hij
gaan=biru
Kajian Hu
Tujuanny
- M
p
- M
m
A
- M
a
Manfaat k
- M
h
(
- M
k
p
Pengurut
Bagian y
bersama
dirasakan
(potensi)
dilaksana
Berd
mas
tabe
Disk
terse
jau, ekono
u)
ubungan Se
ya adalah:
Mengkaji m
penyebab d
Mengkaji m
menyebabk
AKAR MAS
Mengkaji m
akibat dari m
kajian hubu
Mesyarakat
hadapi sec
(bagan hub
Masyarakat
keadaan ya
perlu peme
tan Prioritas
yang terpe
adalah
n paling p
untuk mer
akan. Lang
dasarkan h
salah yang
el prioritas m
kusikan al
ebut (minta
6
mi=kuning,
ebab-Akiba
masalah-m
dari masala
masalah-m
kan masal
SALAH
masalah-m
masalah ya
ungan seba
t melihat
cara meny
ungan seba
t menilai pe
ang tidak da
cahan bers
s Masalah
enting dar
penyepaka
penting dan
rancang ke
gkah-langka
hasil poho
paling pen
masalah
lasan-alasa
alah pendap
teknis=me
at Masalah
asalah m
h yang lain
masalah ya
ah lainnya
asalah m
ang lain
ab-akibat an
permasala
yeluruh da
ab-akibat m
ermasalaha
apat dipisah
sama
ri penyusu
atan priorit
n juga me
giatan yang
ahnya adala
on masalah
nting untuk
annya dan
pat dari ban
erah, atau
ana yang
n
ang paling
a, disebut
ana yang
ntara lain ad
ahan yang
alam bent
masalah)
an itu seba
h-pisahkan
nan progr
tas masa
emiliki sum
g benar-be
ah:
h, pilihlah
dicantumk
n sepakat
nyak fihak)
kelemba-
menjadi
g banyak
t sebagai
menjadi
dalah:
g mereak
uk visual
agai suatu
sehingga
ram kerja
lah yang
mber daya
enar dapat
sejumlah
kan dalam
ti pilihan
d. Pem
Ber
kan
mas
mel
keg
pert
keb
pilih
ada
mod
Seju
untu
mas
Umumny
Kemende
umum, k
pendapat
mbahasan A
rdasarkan b
n gagasan
salah terse
lalui berbag
giatan yan
timbangan-
butuhan ala
han yang a
a, keteramp
dal, tempat
umlah mas
uk menguru
salah denga
a kriteria un
esakan, ma
ketersediaa
tan (mengh
Alternatif-a
bagan prior
kegiatan
ebut. Karen
gai cara, P
ng paling
-pertimbang
at dan bah
ada diband
pilan yang d
t, dan lain-la
7
salah utam
utkan mas
an teknik ba
ntuk memb
asalah utam
an potensi
hasilkan uan
lternatif Ke
ritas masa
yang dapa
na suatu m
3A/GP3A s
mungkin
gan tertent
han, sertaa
dingkan de
dimiliki, ten
ain.
ma terpilih,
alah utama
agan urutan
buat priorita
ma (akar ma
i (sumber
ng), dan ke
giatan
alah, P3A/G
at dilakuka
masalah da
sebaiknya d
n dilaksan
tu, misalny
a modal u
engan sum
aga kerja y
, lakukan
a tersebut
n (Matriks R
s masalah
asalah), ke
daya), m
eterangan la
GP3A meng
an untuk m
pat saja di
diajak untu
nakan be
ya mengka
ntuk masin
mberdaya a
yang tersed
penilaian
(prioritas
Ranking)
adalah:
pentingan
menambah
ainnya.
gembang-
mengatasi
ipecahkan
uk memilih
rdasarkan
aji dengan
ng-masing
alam yang
dia, waktu,
8
Tabel contoh matrik penilaian masalah
Masalah utama
Sebab-sebab
masalah Akibat
Penilaian masalah
Jum
lah
nila
i
Ran
king
Bia
ya
Men
desa
k
Kep
entin
gan
umum
K
eter
sedi
aan
baha
n
Mud
ah ti
dakn
ya
Tabel contoh matrik cara mengatasi masalah
Masalah utama Sebab-sebab Cara mengatasi masalah
9
e. Pemilihan dan Pengisian Bagan Rencana Kegiatan
Bagan alternatifpemecahan masalah yang telah disusun,
kemudian dijadikan bahan diskusi untuk melakukan pembuatan
bagan rencana kegiatan. Caranya adalah dengan memilih dari
alternatif-alternatif kegiatan tersebut, mana yang paling mudah
dilaksanakan. Bentuk penulisan perencanaan kegiatan dibuat atas
kesepakatan dengan masyarakat. Contoh bentuk penulisan
sederhana yang dapat dipertimbangkan penggunaannya berisikan:
i. Pemilihan (alternatif) kegiatan dan skala prioritas
berdasarkan tingkat kebutuhan petani
ii. Output Kegiatan (tujuan, sasaran, target, dan indikator
keberhasilan)
iii. Penentuan metode/strategi yang digunakan
iv. Penentuan penanggungjawab Kegiatan
v. Penetapan pendukung kegiatan (termasuk lembaga
donor yang dapat membiayai program kegiatan)
vi. Pembuatan jadwal pelaksanaan kegiatan
vii. Pembuatan alat evaluasi dan monitoring yang dapat
menentukan indikator keberhasilan masing-masing
program kegiatan yang terukur dan memiliki dimensi
tindak lanjut.
10
Contoh matrik pengisian bagan rencana program kegiatan
Mas
alah
Keg
iata
n
Out
put
Keg
iata
n
Met
ode/
st
rate
gi
Pela
ksan
a
Pena
nggu
ngja
wab
Pend
ukun
g
Wak
tu
Bah
an
Mon
ev
11
BAHAN RUJUKAN
Daniel Selener. 1977. Participatory Action Research and Sosial Change. Cornell University. New York.
Ditjen SDA DPU-RI. 2000. Pedoman Pengadaan Tenaga Pendamping Petani (TPP) untuk Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah. Jakarta.
FTP UGM – DEPDAGRI. Nopember 2000. Pembaharuan Kebijakan Pengelolaan Irigasi . Pelatihan untuk Pelatih (ToT) Tenaga Pendamping Petani. Yogyakarta.
Rija Sudirja. 2001. Modul Pelatihan Tenaga Pendamping Petani (TPP) dan Koordinator TPP. Bandung.
_________. 2004. Modul Pelatihan Perencanaan Partisipatif. Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat. Bandung.
Rianingsih Djohari, dkk. 1996. Berbuat Bersama Berperan Setara: Acuan Penerapan Participatory Rural Appraisal. Studio Driya Media untuk KPDTNT. Bandung.
12
Lampiran 1 Hasil Dialog Publik Rencana Kerja GP3A Menyusun Matriks Ranking (Skala Prioritas)
No MASALAH ALTERNATIF
PEMECAHANRANKING PENANGGUNG
JAWAB 1. Pemberdayaan Pembinaan dari
dinas/Pokja tentang fungsi/tugas kepengurusan dalam lembaga P3A/GP3A
7 Pokja
2. Penyerahan Pengelolaan Irigasi PPI : Status GP3A/P3A kedudukan P3A dalam pemerinta‐ Han daerah/desa
Harus ada perda yang jelas
3 Pokja
3. Pendanaan : Belum ada peraturan yang jelas tentang mekanisme pemungutan Ipair terutama dari pihak pabrik
‐Harus ada ketegasan dari propinsi mengenai masalah tersebut ‐Harus ada perda yang jelas
1 Semua instansi terkait dari tk. Kab s.d Kades Fasilitator; POKJA
4. PPI : P3A belum tersosialisasi ke seluruh masyarakat maupun pemerintahan daerah setempat desa
Sosialisasi harus dilakukan sampai tk. tersier dan melibatkan pihak‐pihak,yaitu: ‐GP3A ‐Dinas ‐LSM‐Camat/Kades
3 POKJA
5. FISIK : Dalam pelaksanaan konstruksi P3A/GP3A yang sudah punya Badan Hukum diberdayakan dalam pelaksanaannya,
Dalam pekerjaan fisik dilakukan oleh P3A didampingi oleh cabang dinas.
6 Dinas PU Pengairan
13
No MASALAH ALTERNATIFPEMECAHAN
RANKING PENANGGUNG JAWAB
karena dari hasil pelaksanaan sebelumnya terbukti pekerjaan yang dilakukan P3A/GP3A lebih baik daripada hasil kerja kontraktor.
6. PPI : Pencemaran air oleh pabrik sehingga kualitas air mulai menurun
Ada himbauan dari Dinas/instansi terkait terhadap perusahaan
4 Dinas/Instansi terkait
7. FISIK : Sempadan saluran digunakan oleh masyarakat sehingga tidak ada jalan infeksi untuk melakukan rehab/normalisasi saluran
‐Kesadaran masyarakat tentang masalah ini perlu ditingkatkan ‐Harus ada peraturan yang lebih tegas dalam masalah pendirian bangunan di sepanjang sempadan jalan
2 Semua Dinas terkait Fasilitator: POKJA
8. FISIK : Bocoran‐bocoran di sepanjang saluran masih banyak. Dalam musim kemarau di Wangisagara kekurangan air
‐Harus ada pengkirmiran‐Ada suplesi lain/dari ciharus
5 PU pengairan
14
Lampiran 2 Contoh Penyusunan Program Kerja Berbasis Profil Sosial Ekonomi Teknik dan kelembagaan (PSETK) di Daerah Irigasi Pasir Angin Kabupaten Bandung
Keadaan Umum
Daerah irigasi Pasir Angin merupakan salah satu daerah irigasi teknis yang berlokasi di Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat mengairi areal sawah seluas 525 ha, meliputi 4 desa yaitu :
1. Desa Sumur Bandung 51 ha 2. Desa Cipatat 50 ha 3. Desa Kerta Mukti 274 ha 4. Desa Sari Mukti 159 ha Daerah Irigasi Pasir Angin terdiri dari dua saluran, yaitu Saluran Induk
Cimeta sepanjang 11,3 km dan Saluran Suplesi Cipicung sepanjang 3,6 km. Bendung Cimeta pada DI Pasir Angin merupakan bendung peninggalan jaman Belanda (telah ada sejak tahun 1913) dan telah mengalami beberapa kali renovasi/ perbaikan sampai tahun 1986. Sejak itu menjadi bendung permanen, kemudian mendapat biaya rehabilitasi dan Program Tersierisasi dari PIJB pada tahun 1983/1984. Sedangkan Bendung Suplesi Cipicung dibangun dengan dana Inpres Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung pada tahun 1976/1977. DI Pasir Angin merupakan salah satu DI yang dicanangkan menjadi lokasi uji coba PPI di Kabupaten Bandung.
Daerah Irigasi Pasir Angin berada dalam wilayah kerja Cabang Dinas PU Pengairan Wilayah I Padalarang, Dinas PU Pengairan Kabupaten Bandung. Lokasi Kantor Cabang Dinas PU Pengairan Wilayah I Padalarang berada dijalur jalan propinsi antara Bandung dan Cianjur tepat disamping Situ Ciburuy sebelah timur, beralamat di Jl Raya Ciburuy no. 272 Tlp. (022) 6806740 Padalarang, dengan ketinggian kurang lebih 687 m dpl.
Lokasi Bendung Cimeta pada DI Pasir Angin berada di sebelah barat kota Padalarang sejauh 13.50 km, terletak di kampung Singaparna Desa Sumur Bandung Kecamatan Cipatat. Dari jarak 13,50 km hanya 12 km yang dapat dilalui kendaraan roda empat dan roda dua sedangkan 1,5 Km hanya dapat ditempuh dengan jalan kaki.
Kondisi Awal (PSETK)
DI Pasir Angin terletak di daerah tebing sepanjang 8 km dan semi datar sepanjang 3 km. Masyarakat yang memanfaatkan air irigasi hidup di sepanjang saluran irigasi dengan kondisi jalan yang terjal, tanah berlumpur dan sempit. Lebar jalan sepanjang 8 km adalah satu meter sehingga tidak bisa dijangkau oleh mobil, bahkan motor pun sulit mencapai daerah ini terutama di musim hujan, sehingga untuk dapat sampai ke daerah ini hanya dapat dilakukan dengan berjalan kaki. Kesulitan askes ini mengakibatkan harga kebutuhan pokok sangat mahal sementara hasil produksi pertanian dinilai dengan sangat murah.
Fasilitas kesehatan di daerah ini belum ada. Kondisi perekonomian masyarakat setempat umumnya miskin, bermata pencaharian sebagai petani padi dengan kepemilikan lahan rata-rata 100 tumbak per orang dengan hasil produksi 2-
15
7 kg per 100 tumbak, sehingga untuk menutupi kebutuhan sehari-hari masyarakat menyambi bekerja sebagai kuli/buruh bangunan di kota. Namun demikian kebiasaan gotong royong saling tolong menolong antar tetangga masih sangat kuat. Sifat ramah dan familier masih bisa dirasakan terbukti dengan penerimaan masyarakat terhadap TPP (Tenaga Pendamping Petani) sangat baik sehingga pada saat pengerukan irigasi, masyarakat yang terlibat cukup banyak. Pembinaan dari TPP relatif diterima dan diikuti.
Kegiatan O&P di bendung dan jaringan utama dilaksanakan oleh staf Cabang Dinas PU Pengairan Wilayah I Padalarang. Juru Pengairan DI Pasir Angin dibantu oleh Petugas Penjaga Bendung (PPB) , 4 Penjaga Pintu Air (PPA), sedangkan pengelolaan air di jaringan tersier dilaksanakan oleh P3A yang tergabung dalam wadah P3A Mitra Cai, pelaksana teknis (ulu-ulu) yang dibantu oleh ketua blok. Seluruh hamparan areal DI Pasir Angin sesuai kebutuhan telah terbentuk 1 GP3A yang terdiri dari 4 unit P3A desa.
Keadaan Bendung (Head Work) Secara umum kondisi bendung cukup baik setelah dilakukan rehabilitasi bendung dan seluruh jaringan pada tahun 1983/1984 dan 1985/1986. Lebar Bendung Pasir Angin 15 m, dilengkapi pintu penguras 1 buah dengan lebar 2 m dan pintu pengambilan 2 buah dengan lebar 1 m. Kondisi pintu rusak berat (bes ulir baik pintu penguras maupun pintu pengambilan hilang ) sehingga semua pintu tidak dapat dioperasikan secara sempurna (baik). Terdapat kerusakan sayap bendung sebelah kanan bagian hilir, serta fasilitas O&P seperti Papan Perikal dan Operasi perlu perbaikan. Begitu pula Bendung Suplesi Cipicung kondisinya rusak berat, sepanjang fondasi mercu bendung hilir dan sayap kiri bagian hilir juga rusak.
Keadaan Bangunan Air
Kondisi bangunan rata-rata cukup baik, pada Saluran Induk DI Pasir Angin ada 3 buah bangunan bagi sadap, 20 buah bangunan sadap, 3 buah penguras, 1 buah bangunan pelimpah, 9 buah gorong-gorong, 1 buah talang, 1 buah bangunan terjun/got miring dan 1 buah bangunan ukur. Pada Saluran Suplesi Cipicung ada 1 buah bangunan sadap, 1 buah bangunan penguras, 1 buah bangunan pelimpah dan 7 buah bangunan gorong-gorong. Dari semua bangunan bagi/sadap, bangunan sadap, bangunan penguras dan pelimpah pintu-pintunya rusak dan ada pasangan dari bangunan-bangunan tersebut yang rusak yang memerlukan perbaikan.
Keadaan Saluran
Kondisi saluran umumnya cukup baik, saluran induk maupun saluran suplesi merupakan saluran yang berada di lereng perbukitan terdiri dari saluran tertutup, saluran pasangan dan saluran tanah. Keadaan saluran rawan longsor dan banyak bocoran. Di beberapa tempat perlu dilakukan penambahan saluran tertutup, perbaikan saluran pasangan/keermur, perbaikan bocoran dan pengadaan normalisasi lebar dasar dan tanggul saluran.
GP3A Tirta Mukti terbentuk dari unit-unit P3A yang berada di wilayah DI Pasir Angin Desa Kerta Mukti Kecamatan Cipatat. Unit P3A yang bernama Tirta
16
Mukti ini berdiri sejak tanggal 23 April 1993 dengan susunan pengurus sebagai berikut :
Ketua : Yuyun Yusuf Wakil Ketua : Anduy Sekretaris : Abah Tarkaya Bendahara : Amar Ulu-Ulu : Iim Samsudin Ketua Blok : Enceh/Gozim Setelah ada rencana PKPI (Pembaharuan Kebijakan Pengelolaan Irigasi)
pada tahun 1999, maka dibentuklah GP3A berdasarkan hasil musyawarah unit-unit P3A dari 4 Desa, yaitu :
1. P3A Unit Desa Sumur Bandung 2. P3A Unit Desa Cipatat 3. P3A Unit Desa Kerta Mukti 4. P3A Unit Desa Sari Mukti Kegiatan tersebut dihadiri juga oleh kepala desa dan camat yang turut
menyaksikan pembentukan GP3A Tirta Mukti. GP3A Tirta Mukti berkantor di DI Pasir Angin Desa Kerta Mukti Kecamatan Cipatat.
Susunan kepengurusan unit P3A, semuanya pasif. Pengurus yang aktif hanya pengurus inti, baik dalam pemungutan Ipair, menggerakkan pemeliharaan jaringan maupun menghadiri rapat-rapat. Namun motivasi pengurus untuk memajukan organisasi P3A cukup baik, sehingga peluang untuk mengaktifkan semua pengurus dan anggota P3A sangat memungkinkan. Kendati pengetahuan mereka tentang P3A, irigasi, ketersediaan air, dan segala manfaatnya sangat minim, namun petani sudah mempunyai kesadaran untuk membayar ipair dengan sistem 2 kg/patok atau 56 kg/ha (1 patok = 25 tumbak). Pembayaran dilakukan setiap musim, namun yang sudah mampu membayar baru mencapai 10 % dari jumlah keseluruhan yang wajib bayar.
Permasalahan dan Potensi Pemecahan Masalah
Secara umum kondisi fisik jaringan di DI Pasir Angin adalah rusak berat, yang disebabkan oleh :
- Tanahnya labil (mudah longsor), - Terjadi sedimentasi, - Tanggul jebol, - Banyak bocoran, - Bendung utama sayap kiri hancur, - Pintu-pintu rusak,
Kerusakan-kerusakan di atas selain karena kondisi alam yang kurang
menunjang, disebabkan juga oleh : 1. Bangunan jaringan irigasi masih banyak warisan Belanda, yang
dibangun pada tahun 1913. 2. Lokasi saluran irigasi yang kurang tepat (saluran irigasi ada di pinggir
tebing dan jurang),
17
3. Di atas saluran ada sawah, tidak ada pohon-pohon atau tanaman penguat sawah,
4. Pemeliharaan saluran cukup sulit dilakukan karena sulit dijangkau, 5. Bangunannya sudah tua dan rapuh. Akibat kondisi fisik jaringan irigasi seperti disebutkan di atas, maka areal
potensial DI Pasir Angin yang seharusnya seluas 521 ha, hanya mampu terairi seluas 400 ha karena debit air sangat kecil untuk sampai di hilir yaitu Desa Mukti Sari. Bahkan ada areal yang dulunya merupakan persawahan, sekarang sudah tidak bisa lagi digunakan sebagai sawah karena aliran air tidak sampai.
Melihat kondisi seperti itu, TPP dan Pokja yang terdiri dari unsur : Bapeda, Dinas Pengairan, Dinas Perikanan, dan Dinas Pertanian setelah mengadakan penelusuran jaringan, sepakat untuk memperbaiki kerusakan tersebut melalui dana APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) tahun 2002.
Berdasarkan identifikasi masalah, GP3A Tirta Mukti telah dibentuk pada tahun 1999 berdasarkan hasil musyawarah unit-unit P3A yang disaksikan oleh kepala desa dari empat desa di wilayah DI Pasir Angin dan disaksikan juga oleh Camat Kecamatan Cipatat. Proses pembentukan GP3A berdasarkan kebutuhan pemerintah bukan berangkat dari kebutuhan petani sehingga nuansa top down masih sangat kental.
Namun demikian para pengurus GP3A yang terpilih sebagian besar tokoh masyarakat yang berpengaruh, contohnya wakil ketua dan sekretaris adalah mantan kepala desa setempat, ada pula pensiunan PNS dan ABRI maupun tokoh agama. Sehingga dengan memperhatikan potensi pengurus GP3A yang relatif dinamis dan menjadi panutan warga, walau ada ketidak puasan dari unsur unit P3A maupun masyarakat diharapkan tujuan dan harapan Program PKPI dapat mengejawantah.
Berkaitan dengan Pokja PKPI Kabupaten Bandung, dari hasil pengamatan dan penerimaan masyarakat, Pokja yang ada sudah menunjukkan kontribusinya sebagai pendukung kegiatan PKPI. Hal ini diindikasikan dengan:
- Telah dikeluarkannya SK Bupati tentang Pembentukan Pokja, - Ada sosialisasi PKPI yang dilakukan oleh Pokja bersama TPP, - Rapat rutin Pokja yang dihadiri oleh dinas terkait, LSM dan masyarakat, - Penyelenggaraan pelatihan P3A bersama dinas KPL dan TPP, - Evaluasi kegiatan PKPI dibahas bersama-sama antara koordinator
TPP, GP3A dan Pokja. Disisi lain KPL masih sangat rendah kinerjanya, sehingga masih butuh waktu
untuk memperbaikinya.
Program Kerja Kegiatan TPP:
1. Sosialisasi PKPI di tingkat petani, 2. Mengadakan penyegaran pengurus unit P3A, 3. Membantu GP3A melakukan pendataan luas areal dan besaran wajib
bayar Ipair, 4. Memfasilitasi komunikasi antara P3A/GP3A dengan desa dan
kecamatan,
18
5. Mengadakan pembinaan sesuai dengan kesepakatan TPP, petugas dan petani secara rutin,
6. Koordinasi dengan Pokja menyangkut perkembangan di lapangan, 7. Mengupayakan dana rehabilitasi bersama-sama dengan Pokja, 8. Mengadakan pembenahan-pembenahan baik di bidang administrasi
maupun kelembagaan.
Program Kerja Partisipatif meliputi: 1. Melakukan inventarisasi masalah sosial, ekonomi dan kelembagaan, 2. Penelusuran jaringan bersama-sama antara TPP, GP3A dan Pokja, 3. Melakukan pengerukan sedimentasi pada saluran irigasi, 4. Melakukan sosialisasi Ipair, 5. Menyusun rencana kerja GP3A.
Pelaksanaan dan Hasil yang Dicapai
Sosialisasi tentang Inpres No.3 tahun 1999 dilakukan dengan cara kunjungan dan silaturahmi pada masyarakat petani dari rumah ke rumah, dari blok ke blok dan dari unit P3A yang satu ke unit P3A berikutnya yang ada di 4 desa yang termasuk wilayah DI Pasir Angin, sehingga diharapkan program PKPI ini diketahui oleh berbagai lapisan. Selanjutnya diharapkan ada kesadaran petani untuk kumpul bersama-sama dalam wadah P3A dan menyadari akan pentingnya operasional dan pemeliharaan irigasi oleh petani.
Pada saat sosialisasi PKPI pertama kali dilakukan pengetahuan petani tentang P3A dan irigasi sangat minim, bahkan ada petani yang sama sekali tidak tahu tentang P3A. Hal ini merupakan bukti keterbatasan petugas yang ada dalam melakukan pembinaan. Kondisi ini membuat TPP semakin yakin bahwa petani sangat menginginkan kunjungan petugas yang peduli terhadap kesulitan-kesulitan petani.
Untuk melengkapi identifikasi potensi dan masalah, TPP bersama-sama GP3A dan Pokja melakukan penelusuran jaringan di DI Pasir Angin sepanjang 11,3 km dari hulu Desa Sumur Bandung sampai hilir Desa Sari Mukti dengan tujuan :
1. Mengetahui kerusakan-kerusakan yang ada di sepanjang saluran irigasi secara benar dan akurat bersama-sama petani, P3A/ GP3A dan instansi terkait.
2. Sebagai sarana duduk bersama antara petani dan pemerintah dalam melaksanakan operasional dan pemeliharaan irigasi.
3. Proses penampungan aspirasi dalam pelaksanaan rehabilitasi baik dari petani maupun pemerintah.
4. Mencari kemungkinan-kemungkinan atau mengoptimalkan saluran untuk kepentingan kesejahteraan petani.
Untuk menambah pengetahuan petani di bidang teknologi pertanian, irigasi, perikanan dan peternakan, TPP secara bersama-sama dengan Pokja mengadakan pelatihan yang dihadiri oleh anggota dan pengurus P3A dari empat desa yang materinya disesuaikan dengan kebutuhan petani itu sendiri yang dihadiri oleh unsur:
1. Kepala Desa, 2. BPD, 3. Petani,
19
4. Pengurus P3A, 5. Pengurus GP3A, 6. Tokoh Agama, 7. Petugas PPL, KCD, Ulu-Ulu, 8. Dan lain-lain. Sedangkan Narasumber yang hadir adalah : 1. Bapeda Kabupaten Bandung, 2. PU Pengairan Kabupaten Bandung, 3. Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, 4. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung, 5. Koordinator Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman, 6. Pokja. Hasil yang dicapai dari kegiatan-kegiatan di atas adalah: 1. Timbul motivasi petani untuk meningkatkan pemeliharaan irigasi dalam
rangka mempertahankan kelangsungan usahatani masyarakat di sekitar DI Pasir Angin.
2. Ada kesadaran P3A dan GP3A untuk melengkapi kepengurusannya karena begitu berat beban yang harus mereka pikul.
3. Semangat gotong royong bertambah. 4. Terjadi peningkatan kesadaran untuk membayar Ipair karena
operasional dan pemeliharaan membutuhkan dana yang tidak sedikit. 5. Pokja peduli sehingga merasa perlu untuk merehabilitasi saluran irigasi
yang rusak melalui APBD II tahun 2002. 6. Timbul kesadaran bersama dari hulu sampai hilir akan perlunya
pemeliharaan jaringan irigasi. 7. Pemerintah lebih serius memperhatikan kondisi masyarakat yang hidup
miskin di sepanjang DI Pasir Angin, sehingga timbul kemauan untuk memberikan bantuan.
8. Terjadi kemungkinan peningkatan hasil produksi karena serangan hama relatif bisa dikendalikan.
9. Timbul kemauan GP3A untuk berbadan hukum. 10. Timbul kemauan GP3A untuk mendirikan koperasi. 11. Administrasi lebih lengkap dan mudah dibaca. 12. Kelembagaan lebih baik, hasil pendataan tentang areal dan anggota
P3A/GP3A yang bayar Ipair lebih jelas/tegas.
20
Lampiran 4 Slide Penyusunan Program Kegiatan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
TEKNIK PENYUSUNAN PROGRAM KERJA
TIPS1. Jelaskan secara singkat tujuan modul ini dan
uraikan secara singkat latar belakang modul ini. 2. Mintalah masing-masing peserta untuk menyusun
rencana tindak lanjut setelah berakhirnyapelatihan ini dengan mengajukan pertanyaan:
a. Tindak lanjut "apa" yang perlu saya lakukan setelahlatihan / lokakarya ini?
b. Bagaimana itu dilakukan ? c. Kapan mulai dan kapan selesai ?
3. Berikan cukup waktu bagi masing-masing pesertauntuk menyelesaikan Rencana Tindak Lanjut(RTL) perorangan tersebut secukupnya.
4. Mintalah masing-masing peserta untukmenyajikan RTL nya secara singkat.
21
Mengkaji Program
• Apa tujuan jangka panjang dan tujuan khusus program?
• Apakah tujuan khusus itu sudah sesuai/belum dengan rencana ? Mengapa?
• Apakah masalah tersebut bisa diatasi?
• Dengan bantuan media? atau • Dengan mengubah strategi
program?
Mengidentifikasi Masalah
• Secara umum, perubahan apa saja yang kiranya bisa mengatasi atau mengurangi masalah-masalah itu ?
• Bagaimana cara mengukurnya agar perubahan-perubahan itu tepat dan cocok?
• Bagaimana kemajuan/keberhasilan itu dapat diukur ?
22
Tahapan Pemberdayaan
Tahap 1: Penentuan lokasiTahap 2: Sosialisasi pemberdayaan P3ATahap 3: Proses pemberdayaan P3A
• Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif• Pengembangan Kelompok• Penyusunan Rencana dan Pelaksanaan Kegiatan
• Monitoring dan Evaluasi Partisipatif
Tahap 4: Pemandirian masyarakat P3A
RENCANA PROGRAM
Apa itu rencana program ?Rencana program adalah lanjutan darikegiatan pengkajian keadaan masyarakatyang dilakukan untuk mengidentifikasimasalah, kebutuhan dan potensi denganmenggunakan teknik-teknik tertentu secarapartisipatif.
Rencana program harus bersifat:• Sederhana• Jelas• Wajar
Benar-benar dapat dilaksanakan oleh masyarakat (P3A/GP3A) dengan dukungan
dari lembaga terkait dan lembaga mitra yang mempunyai hubungan kerja denganwilayah
bersangkutan
23
Apa tujuan perencanaanprogram ?
• Memfasilitasi masyarakat P3A/GP3A untukmenyusun program mereka sendiriberdasarkan kebutuhan dan potensi yang mereka miliki.
• Mendapatkan perencanaan dari tingkat masyarakat P3A/GP3A yang akan diprogramkan oleh lembaga pengembang program (Dinas Teknis) sebagai bahan perencanaan program lembaga itu sendiri di wilayah yang bersangkutan.
Manfaat Perencanaan program
Bagi “orang dalam” (masyarakat)• Proses belajar untuk membuat program
kegiatan bersama• Menimbulkan perasaan kebersamaan dan
tanggungjawabBagi “orang dalam” (masyarakat)• Dasar pengembangan program yang
berasaskan aspirasi mayarakat• Dasar pertimbangan bagi dinas teknis dalam
menentukan bantuan tambahan yang akandiberikan berdasarkan prioritas kebutuhan
24
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PROGRAM KEGIATAN
• A. PERSIAPAN• - Bahan-bahan perencanaan• - Kesepakatan waktu• - Persiapan teknis• B. PELAKSANAAN PENYUSUNAN PROGRAM• KERJA BERSAMA• - Pembukaan, Penyampaian Maksud dan Tujuan• - Penyajian Seluruh Hasil Informasi PSETK• - Pengorganisasian Masalah• - Pembahasan Alternatif-alternatif Kegiatan• - Pemilihan dan Pengisian Bagan Rencana Kegiatan
a. Bahan-bahan perencanaan
• Seluruh informasi berdasarkan profil sosioekonomi teknis dan kelembagaan (PSETK)dikumpulkan dan dikaji bersama, mengenai;– Berbagai masalah yang terkumpul– Berbagai potensi yang terkumpul
• Apabila di tingkat GP3A/IP3A, persiapan bahan inidilakukan oleh unit-unit P3A. Berdasarkanpengalaman, masyarakat senang biladiminta untukmempersiapkan bahan yang akan disampaikannyasendiri pada pertemuan di desa
25
b. Kesepakatan waktu• Masyarakat P3A hendaknya benar-benar
mengetahui bahwa penyusunan program kerja inimemang untuk membuat kegiatan bersama,sehingga waktu pertemuan penyusunan rencanaprogram merupakan hasil kesepakatan bersama.Waktu pembahasan dapat disesuaikan dengankesepakatan diantara mereka juga, akan tetapisekurangnya diperlukan 2 atau 3 kali pertemuanuntuk membahas;
– Presentasi seluruh hasil pertemuan danpengorganisasian masalah
– Kajian alternatif pemecahan masalah danpilihan kegiatan
– Penyusunan rencana kegiatan
c. Persiapan teknis• Menyepakati jadwal pertemuan dengan
petani/ masyarakat• Mengundang berbagai pihak yang terlibat
untuk hadir dalam pertemuan (denganlisan atau surat)
• Mempersiapkan tempat pertemuan yangrepresentatif
• Mempersiapkan jamuan (minuman,makanan ringan)
• Mempersiapkan alat-alat dan bahan(kartu, kertas, lem, selotif, alat tulis, dll.)
26
a. Pembukaan, Penyampaian Maksuddan Tujuan
Umumnya pertemuan yang bersifat resmi, sulit untuk menghindari formalitas sambutan-sambutan, misal dari kepala desa/camat dan tokoh-tokoh masyarakat. Namun, TPP atau KTPP dapat memulai dengan mengutarakan kembali maksud dan tujuan dari pertemuan ini.
b. Penyajian Seluruh Hasil InformasiPSETK
Tahap selanjutnya penyampaian hasilPSETK, yang berisi rangkuman danmasalah-masalah utama yang ditemu-kan di masing-masing wilayah, besertapotensinya.
27
c. Pengorganisasian Masalah
• Pengumpulan Masalah• Pengelompokan Masalah• Kajian Hubungan Sebab-AkibatMasalah
• Pengurutan Prioritas Masalah
d. Pengurutan Prioritas Masalah
Berdasarkan bagan prioritas masalah, P3A/GP3A mengembangkan gagasan kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Karena suatu masalah dapat saja dipecahkan melalui berbagai cara, P3A/GP3A sebaiknya diajak untuk memilih kegiatan yang paling mungkin dilaksanakan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, misalnya mengkaji dengan kebutuhan alat dan bahan, sertaa modal untuk masing-masing pilihan yang ada dibandingkan dengan sumberdaya alam yang ada, keterampilan yang dimiliki, tenaga kerja yang tersedia, waktu, modal, tempat, dan lain-lain.
28
Bentuk penulisan sederhana yang dapat dipertimbangkan penggunaannya
Pemilihan (alternatif) kegiatan dan skala prioritasberdasarkan tingkat kebutuhan petaniOutput Kegiatan (tujuan, sasaran, target, danindikator keberhasilan)Penentuan metode/strategi yang digunakanPenentuan penanggungjawab KegiatanPenetapan pendukung kegiatan (termasuk lembagadonor yang dapat membiayai program kegiatan)Pembuatan jadwal pelaksanaan kegiatanPembuatan alat evaluasi dan monitoring yang dapat menentukan indikator keberhasilan masing-masing program kegiatan yang terukur dan memiliki dimensi tindak lanjut.
PELKO
T
LATIHANORDINAT
TEKNIK
PEJ
N TENAGATOR TEN
Hotel P
K PENYSEC
Dos
EMERINJl. Braga No
A PENDANAGA PEN
DALAM RPermata –
YUSUNACARA P
RIJAsen Fakulta
NTAH PRo. 137 Telp
Ban
AMPING MNDAMPINRANGKABandung,
AN PROPARTIS
Oleh:
A SUDIRJas Pertania
ROPINSIp. (022) 42dung 40111
MASYARANG MASY
A PISP , 25 Juni 2
OGRAMSIPATIF
JA an UNPAD
I JAWA B233401 421
AKAT (TPYARAKAT
2007
M KEGIAF
D
BARAT 239047
PM) DANT (KTPM)
ATAN
N )
top related