teknik pemeriksaan ct kepala sinusitis
Post on 05-Aug-2015
369 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Teknik Pemeriksaan CT-Scan Sinus Paranasal
2.4.1 Pengertian
Teknik pemeriksaan CT-Scan SPN merupakan pemeriksaan radiologi untuk mendapatkan gambaran irisan dari sinus paranasal baik secara aksial maupun coronal. CT-Scan SPN memberiakan pandangan yang memuaskan atas sinus dan dapt menilai opasitas, penyebab, dan jenis kelainan dari sinus. CT-Scan SPN baik dalam memperlihatkan dekstruksi tulang dan mempunyai peranan penting dalam perencanaan terapi serta menilai respon terhadap radioterapi. Hal-hal tersebut merupakan kelebihan CT-Scan SPN dibandingkan dengan foto polos SPN biasa.(Amstrong, 1989)
2.4.2 Indikasi Pemeriksaan
a. Sinusitis
Pada kasus sinusitis, CT-Scan akan menampakkan penebalan mukosa, air-
fluid level, perselubungan homogen atau tidak homogen pada satu atau lebih
sinus paranasal, dan penebalan dinding sinus dengan sklerotik (pada kasus-
kasus kronik).
b. Infeksi atau alergi
Udara dalam sinus digantikan oleh cairan/ mukosa yang menebal hebat
atau kombinasi keduanya.
c. Mukokel
Merupakan sinus yang mengalami obstruksi. CT-Scan SPN jelas
memperlihatkan ukuran dan luas mukokel.
d. Karsinoma sinus atau rongga hidung
CT-Scan SPN baik dalam menampakkan dekstruksi tulang akibat tumor,
luas dan invasi tumor.
(Amstrong, 1989)
2.4.3 Prosedur Pemeriksaan
a. Persiapan Pasien ( Seeram, 2001 )
Persiapan pasien untuk pemeriksaan CT-Scan SPN adalah sebagai berikut :
1. Semua benda metalik harus disingkirkan dari daerah yang diperiksa,
termasuk anting, kalung, dan jepit rambut.
2. Pasien harus diinstruksikan agar mengosongkan vesika urinarianya sebelum
pemeriksaan dilakukan, karena jika menggunakan media kontras intra vena
menyebabkan vesika urinaria cepat terisi penuh sehingga pemeriksaan tidak
akan terganggu oleh jeda waktu ke kamar kecil.
3. Jika menggunakan media kontras, alasan penggunaannya harus dijelaskan
kepada pasien.
4. Komunikasikan kepada pasien tentang prosedur pemeriksaan sejelas-
jelasnya (inform consern) agar pasien nyaman dan mengurangi pergerakan
sehingga dihasilkan kualitas gambar yang baik.
b. Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan bahan untuk pemeriksaan CT-Scan SPN dengan kasus sinusitis
diantaranya :
1. Pesawat CT-Scan
2. Alat-alat fiksasi kepala
Biasanya pemeriksaan CT-Scan SPN dengan kasus sinusitis dilakukan tanpa
menggunakan media kontras. (Ballinger, 1995)
c. Teknik Pemeriksaan
Pemeriksaan CT-Scan SPN dengan kasus sinusitis menggunakan dua jenis
potongan , yaitu potongan aksial dan potongan coronal. ( Ballinger, 1995 )
1. Potongan Aksial
a) Posisi pasien : pasien berbaring supine di atas meja pemeriksaan.
Kedua lengan di samping tubuh, kaki lurus ke bawah
dan kepala berada di atas headrest (bantalan kepala ).
Posisi pasien diatur senyaman mungkin.
b) Posisi objek : kepala diletakkan tepat di terowongan gantry, mid
sagital plane segaris tengah meja. Mid aksial kepala
tepat pada sumber terowongan gantry. (Weisberg,
1984)
Gambar 2.4 Posisi Pasien Potongan Aksial
(Amstrong, 1989)
2. Potongan Coronal
Potongan coronal merupakan teknik khusus.
a) Posisi pasien : pasien berbaring prone di atas meja pemeriksaan
dengan bahu diganjal bantal. Kepala digerakkan ke
belakang (hiperekstensi) sebisa mungkin dengan
membidik menuju vertikal. Gantry sejajar dengan
tulang-tulang wajah.
b) Posisi objek : kepala tegak atau digerakkan ke belakang
(hiperekstensi) sebisa mungkin dan diberi alat fiksasi
agar tidak bergerak. (Lowge, 1989)
Gambar 2.5 Posisi Pasien Potongan Coronal
(Amstrong, 1989)
d. Scan Parameter
Scanogram : cranium lateral
Slice thickness
aksial : 5 mm
coronal : 3 mm ( Seeram, 2001 )
Range
aksial : 5 mm di bawah sinus maksilaris sampai sinus frontalis
coronal : 5 mm posterior sinus sphenoideus sampai sinus frontalis
( Ballinger, 1995 )
Standar algoritma
aksial : algoritma tulang
coronal : algoritma standar
kV : 130
mAs : 60 ( Seeram, 2001)
Gambar yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT-Scan Sinus Paranasal adalah
sebagai berikut : ( Kelley dan Petersen, 1997 )
Gambar 2.6 Potongan aksial I
Keterangan :
iNC (inferior nasal conchae) ,M (maksila) , MS ( Maksilari Sinus ), NaS (Nasal
septum), Z (Zygoma)
Gambar 2.7 Potongan aksial II
Keterangan :
E (Ethmoid Bone), L (Lacrimal bone), sOF (superior orbital fissure), SpS (Sphenoid
Sinus), Z (Zygoma)
Gambar 2.8 Potongan aksial III
Keterangan :
aCL (anterior clinoid process), DS (dorsum sella), EtS (Ethmoid Sinuses), OpC
(optic canal), Z (Zygoma)
SpS
EtS
Gambar 2.9 Potongan aksial IV
Keterangan :
FrS (Frontal Sinus)
Gambar 2.10 Potongan coronal I
Keterangan :
aCL (anterior clinoid process), FR (foramen rotundum), mNC (middle nasal
conchae), sOF (superior orbital fissure), SpS (Sphenoid Sinus)
FrS
Gambar 2.11 Potongan coronal II
Keterangan :
EtB (Ethmoid Bone), EtS (Ethmoid Sinuses), Inf (Infundibulum), mME (middle
meatus), MS (Maksilari Sinus)
Gambar 2.12 Potongan coronal III
Keterangan :
EtS (Ethmoid Sinuses), MS (Maksilari Sinus)
EtS
MS
Gambar 2.13 Potongan coronal IV
Keterangan :
FrS (Frontal Sinus), N (nasal bone), Per (perpendicular plate of ethmoid), S
(septum)
S
top related