tb paru dan komplikasinya
Post on 09-Aug-2015
127 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Alfiatur Rizki 110.2008.017
Dosen Pembimbing: dr. H. Subagyo, Sp. P
1
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo
30 April – 14 Juli 2012
Anatomi Paru
2(Dikutip dari 13)
Etiologi
3
Epidemiologi
4
(Dikutip dari 4)
Menurut Global TB – WHO tahun 1998, Indonesia
menempati urutan ketiga sebagai penyumbang
kasus terbesar setelah India dan
China
Epidemiologi (cont..)
5
Cara Penularan
6
Patogenesis
7
(Dikutip dari 9)
Patogenesis (cont..)
8
(Dikutip dari 8)
Klasifikasi TB Paru Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak :
9
Klasifikasi TB Paru (cont..)
Berdasarkan Kasus Kejadiannya
10
Klasifikasi TB Ekstra Paru
11
Alur Diagnosis TB Paru
12(Dikutip dari 4)
Faktor Resiko Kejadian TB
13(Dikutip dari 10)
Penatalaksanaan Prinsip Pengobatan :
1.OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2.Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
3.Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
14
Tahap Pengobatan
15
Pengobatan tahap awal (intensif )
16
Pengobatan tahap Lanjutan
17
TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks: lesi luas
Paduan obat yang dianjurkan :
1) 2 RHZE / 4 RH atau2) 2 RHZE / 4R3H3 atau3) 2 RHZE/ 6HE.
1.TB paru BTA (+), kasus baru
2.TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologik lesi luas (termasuk luluh paru)
3. Pasien TB ekstra paru
18
Jenis dan Dosis OAT
Obat Dosis(mg/
kgBB/Hari)
Dosis yang dianjurkanDosis maksimum
Dosis (mg) / BB (kg)
Harian(mg/kgBB/Hr)
Intermitten(mg/kgBB/Hr)
< 40 40-60 > 60
R 8-12 10 10 600 300 450 600
H 4-6 5 10 300 150 300 450
Z 20-30 25 35 750 1000 1500
E 15-20 15 30 750 1000 1500
S 15-58 15 15 1000 Sesuai BB
750 1000
19(Dikutip dari 4)
Dosis OAT KDT untuk kategori 1Berat Badan
Tahap Intensiftiap hari selama 56 hariRHZE (150/75/400/275)
Tahap Lanjutan3 kali seminggu selama 16
mingguRH (150/150)
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
20(Dikutip dari 4)
Dosis OAT Kombipak kategori 1Tahap
Pengobatan
Lama Pengobata
n
Dosis per hari / kali Jumlah hari / kali
menelan obat
Isoniazid @300mg
Rifampisin @450mg
Pirazinamid @500mg
Etambutol
@250mg
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 48
21(Dikutip dari 4)
TB Paru Kasus Kambuh
22
OAT Kategori 2Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:1. Pasien kambuh2. Pasien gagal3. Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Catatan:a)Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk
streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan.b)Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan
khusus.c) Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan
menambahkan aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg).
23
Dosis OAT KDT kategori 2
Berat BadanTahap Intensif
tiap hariRHZE (150/75/400/275) + S
Tahap Lanjutan3 kali seminggu
RH (150/150) + E(275)Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30 – 37 kg2 tab 4KDT
+ 500 mg Streptomisin inj.
2 tab 4KDT 2 tab 2KDT+ 2 tab Etambutol
38 – 54 kg3 tab 4KDT
+ 750 mg Streptomisin inj.
3 tab 4KDT 3 tab 2KDT+ 3 tab Etambutol
55 – 70 kg4 tab 4KDT
+ 1000 mg Streptomisin inj.
4 tab 4KDT 4 tab 2KDT+ 4 tab Etambutol
≥ 71 kg1000mg Streptomisin inj. 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT
+ 5 tab Etambutol24(Dikutip dari 4)
Dosis OAT Kombipak Kategori 2
Tahap Pengobat
an
Lama Pengobata
n
Dosis per hari / kaliEtambuto
l@400mg
Streptomisin
injeksi
Jumlah hari / kali menelan
obat
Isoniazid @300mg
Rifampisin
@450mg
Pirazinamid
@500mg
Etambutol
@250mg
Tahap Intensif (dosis
harian)
2 bulan1 bulan
11
11
33
33
--
0.75gr-
5628
Tahap Lanjutan (dosis 3x seminggu
)
4 bulan 2 1 - 1 2 - 60
25(Dikutip dari 4)
Efek Samping OAT
26
27
Efek samping minor OAT dan penatalaksanaannya
Efek samping Minor Kemungkinan Penyebab Tatalaksana
OAT diteruskan
Tidak nafsu makan, mual,sakit perut
Rifampisin Obat diminum malam sebelum tidur
Nyeri sendi Pirazinamid Beri aspirin/allopurinol
Kesemutan sampai denganrasa terbakar di kaki
Isoniazid Beri vitamin B6 1x100 mg/hari
Warna kemerahan pada airSeni
Rifampisin Beri penjelasan, tidak perlu diberi apa-apa
28(Dikutip dari 4)
Efek samping mayor OAT dan penatalaksanaannya
Efek Samping Mayor Kemungkinan Penyebab Tatalaksana
Hentikan PengobatanGatal dan Kemerahan pada kulit Semua Jenis OAT Beri antihistamin, dan evaluasi
ketatTuli Streptomisin Streptomisisn dihentikan,
ganti etambutolGangguan Keseimbangan (vertigo
dan nistagmus)Streptomisin Streptomisin dihentikan, ganti
etambutolIkterik / Hepatitis imbas obat Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT
sampai ikterik menghilangdan boleh diberikan
hepatoprotektor
Muntah dan bingung(suspect drug-induced preicteric
hepatitis)
Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT danlakukan uji fungsi hati
Gangguan Penglihatan Etambutol Hentikan Etambutol Kelainan sistemik, termasuk
syok dan purpuraRifampisin Hentikan Rifampisin
29(Dikutip dari 4)
Kriteria Sembuh
30
Evaluasi Pengobatan
31
Evaluasi Klinik1. Pasien dievaluasi setiap 2 minggu pada 1
bulan pertama pengobatan selanjutnya setiap 1 bulan
2. Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta ada tidaknya komplikasi penyakit
3. Evaluasi klinik meliputi keluhan , berat badan, pemeriksaan fisik.
32
Evaluasi Bakteriologik(0 - 2 - 6 /9 bulan pengobatan)1. Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya
konversi dahak2. Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan
mikroskopik1. Sebelum pengobatan dimulai2. Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)3. Pada akhir pengobatan
3. Bila ada fasiliti biakan : dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
33
Evaluasi Radiologik(0 - 2 – 6/9 bulan pengobatan)
Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada:
1. Sebelum pengobatan2. Setelah 2 bulan pengobatan (kecuali pada
kasus yang juga dipikirkan kemungkinan keganasan dapat dilakukan 1 bulan pengobatan)
3. Pada akhir pengobatan34
Efek samping secara klinikBila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa
fungsi hati, fungsi ginjal dan darah lengkapFungsi hati; SGOT,SGPT, bilirubin, fungsi
ginjal : ureum, kreatinin, dan gula darah , serta asam urat untuk data dasar penyakit penyerta atau efek samping pengobatan
Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid
35
Cont..Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila
menggunakan etambutol (bila ada keluhan)Pasien yang mendapat streptomisin harus diperiksa
uji keseimbangan dan audiometri (bila ada keluhan)Pada anak dan dewasa muda umumnya tidak
diperlukan pemeriksaan awal tersebut. Yang paling penting adalah evaluasi klinik kemungkinan terjadi efek samping obat. Bila pada evaluasi klinik dicurigai terdapat efek samping, maka dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikannya dan penanganan efek samping obat sesuai pedoman
36
Evaluasi keteraturan berobat
Ketidak teraturan berobat akan menyebabkan timbulnya masalah resistensi. Evaluasi pasien yang telah sembuh
37
RESISTEN GANDA (MULTI DRUG RESISTANCE)
38
Penyebab terjadinya resistensiPemakaian obat tunggal dlm pengobatan OAT
Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan dgn baik
Penggunaan Panduan OAT yang tidak adekuat
Penyediaan obat yang tidak reguler
Pemberian obat yang tidak teratur
Pengirimannya yang sampai berbulan-bulan
Pengobatan yang tidak berhasil
Pemakaian OAT cukup lama
Pengetahuan pasien kurang ttg TB
39
Pengobatan OAT MDRKriteria utama berdasarkan data biologikal
dibagi menjadi 3 kelompok OAT:1.Obat dengan aktivitas bakterisid:
aminoglikosid, tionamid dan pirazinamid yang bekerja pada pH asam
2.Obat dengan aktivitas bakterisid rendah: fluorokuinolon
3.Obat dengan akivitas bakteriostatik, etambutol, cycloserin dan PAS
40
Pengobatan pada keadaan Khusus
41
42
Komplikasi
43
Komplikasi (cont..)Batuk Darah Pleuritis Eksudatif
Karena pada dasarnya proses TB adalah proses nekrosis, kalau di antara jaringan yang mengalami nekrosis terdapat pembuluh darah, besar kemungkinan penderita akan mengalami batuk darah, yang bervariasi dari jarang sekali sampai sering atau hampir setiap hari.
Bila terdapat proses TB di bagian paru yang dekat sekali dengan pleura, pleura akan ikut meradang dan menghasilkan cairan eksudat. Dengan lain perkataan, terjadilah pleuritis eksudatif. Tidak jarang proses TB-nya masih begitu kecil, sehingga pada foto paru belum tampak ada kelainan.
44
Komplikasi (cont..)Pneumothoraks Hidropneumothoraks
Pecahnya dinding kavitas yang kebetulan berdekatan dengan pleura, sehingga pleura pun ikut robek. Bila udara yang masuk ke rongga pleura terbatas dan tak terus menerus bertambah (mediastinum tidak sampai tersedak ke sisi sehat dan penderita tak menjadi sesak secara progresif)
Kalau pleuritis eksudatif dan pnemotoraks terjadi bersama-sama, maka disebut hidropnemotoraks ; dan bila cairannya mengalami infeksi sekunder, terjadilah piopnemotoraks. Kalau infeksi sekunder mengenai cairan eksudat pada pleuritis eksudatif, terjadilah empiema atau disebut pula piotoraks).
45
Komplikasi (cont..)Abses paru Cor Pulmonale
Infeksi sekunder dapat pula mengenai jaringan nekrotis itu langsung, sehingga akan terjadi abses paru.
Makin parah destruksi paru dan makin luas proses fibrotic di paru (termasuk proses atelektasis), resistensi perifer dalam paru akan makin meningkat. Kelaninan jantung karena kelainan paru diberi nama umum penderita - penderita dengan’destroyed lung’
46
DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORT COURSE (DOTS)
47
DOTS (cont..)Tugas PMO1. Bersedia mendapat penjelasan di poliklinik2. Melakukan pengawasan terhadap pasien dalam hal minum
obat3. Mengingatkan pasien untuk pemeriksaan ulang dahak
sesuai jadwal yang telah ditentukan4. Memberikan dorongan terhadap pasien untuk berobat
secara teratur hingga selesai5. Mengenali efek samping ringan obat, dan menasehati
pasien agar tetap mau menelan obat6. Merujuk pasien bila efek samping semakin berat7. Melakukan kunjungan rumah8. Menganjurkan anggota keluarga untuk memeriksa dahak
bila ditemui gejala TB48
(DOTS cont..)Syarat Penyuluhan PMO bersedia dengan
sukarela membantu pasien
PMO diutamakan petugas kesehatan/kader kesehatan
Perorangan (individu)
Kelompok
49
Pencegahan
50
Daftar Pustaka1. Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis Paru. Dalam: Sudoyo et.al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II. 4th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2006. p. 988-1000.2. Raviglione MC, Snider DE, Kochi Arata, Global Epidemiology of Tuberculosis JAMA 1995 ;
273 : 220-26.3. Broekmans, JF. Success is possible it best has to be fought for, World Health Forum An
International Journal of Health Development. WHO, Geneva, 1997 ; 18 : 243 – 47.4. Republik Indonesia . Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta, 20065. Behrman, Kliegman, Arvin “Ilmu Kesehatan Anak”, Nelson, Vol.2, 1028-1042, 1996. 6. Robbins, Cotran, Kumar. Buku Ajar Patologi. 7th ed. Jakarta: EGC 2007 ; 544-5517. Harrison’s., Principle of Internal Medicine, 16th edition, editors Kasper, D.L., et. al.,
McGarw-Hills Companies, New York, 2005.8. PDPI. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, Jakarta. 2002.9. Widodo, Eddy. Upaya Peningkatan Peran Masyarakat Dan Tenaga Kesehatan Dalam
Pemberantasan Tuberkulosis. IPB, Bogor. 2004.10. Werdhani, Retno Asti. Patofisiologi, Diagnosis, Dan Klafisikasi Tuberkulosis. Departemen
Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, Dan Keluarga FKUI. 2002.11. Mukhtar Ikhsan. Dep. Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI
SMF Paru RS Persahabatan Jakarta12. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem edisi 2. Jakarta: EGC; 1996. Hal.
410-41513. www.google.com , diakses pada tanggal 09 Mei 2012.
51
top related