tauhid di indonesia
Post on 13-Apr-2017
465 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MENYINGKAP SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU TAUHID
Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Tauhid
Oleh:
ABD.SHAMAD (E01211001, E01211002)
ABD. MUNIF
Dosen Pengampu:
H. GHOZI., Lc., M. FIL. I
NIP: 197710192009011006
JURUSAN AKIDAH FILSAFAT
FAKULTAS USHULUDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2012
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, berkat rahmat, hidayah dan inayah Allah kami dapat
merampungkan makalah ini. Walaupun banyak hal yang harus ditempuh
sebelumnya, namun hasil akhirnya sudah membanggakan kami secara pribadi.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai pembawa agama Islam. Shalawat dan salam juga semoga
tercurahkan kepada sahabat dan kerabat beliau yang telah membantu perjuangan
penyebaran agama Islam.
Dalam makalah yang berjudul Menyingkap sejarah Perkembangan Ilmu
Tauhid ini, kami mencoba memaparkan sejarah kelahiran dan perkembangan ilmu
tauhid sebagai bahan acuan membaca fenomena keagamaan modern yang sarat
dengan konflik keagamaan. Bahkan memberikan label baru pada Islam sebagai
agama kekerasan.
Terakhir kali, kami ucapkan banyak terimakasih kepada Dosen pengajar
dan teman-teman yang telah ikut berpatisipasi baik aktif maupun pasif dalam
merampungkan makalah ini. Dan Sebagai manusia yang tidak lepas dari lupa dan
salah, dalam makalah ini tentunya banyak ditemukan berbagai kesalahan dan
kelalaian. Maka dari itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam
kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan.
Harapan kami, semoga makalah ini memberikan kemanfaatan bagi para
pembaca, baik dari kalangan akademisi atau mereka yang ingin mengetahui
sejarah kelahiran ilmu tauhid dan perkembangannya serta dapat mengambil
pelajaran darinya.
Surabaya, 21 September 2012
Penulis
2ii
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
C. Tujuan .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
BAB II ILMU TAUHID DALAM SEJARAH
A. Definisi dan Fase Pertumbuhan Ilmu Tauhid . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
B. Faktor-Faktor Penyebab Lahirnya Aliran dalam Islam. . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
B. Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
3iii
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah agama lahir dengan beberapa syarat, salah satunya adalah adanya
Tuhan dan konsep ketuhanan dalam menanamkan keyakinan yang dapat
ditemukan dalam ilmu tauhid. Namun ketika masuk pada wilayah konseptual,
akan lahir banyak kontroversi sesuai dengan kacamata yang dipakai dalam
melihat dan mengkaji juga tak lepas dari pengaruh latar belakang social politik,
budaya dan pendidikan seseorang. Dan hal ini sudah menjadi hal yang biasa juga
tak dapat dihindari.
Pada masa Rasulullah, umat Islam datar-datar saja dan mengembalikan
semua urusan kepada Nabi baik urusan furu’iyah atau yang terkait dengan prinsip-
prinsip dasar Islam (akidah). Pada waktu itu, selalu mentaati perintah Allah dan
Rasul-Nya juga terhindar dari perselisihan paham.
Setelah Rasulullah wafat, keadaan mulai berubah. Gejolak-gejolak
keagamaan dan social politik mulai kentara. Namun hal itu masih dapat diredam
pada masa-masa awal kepemimpinan khulafaurrasyidin. Baru pada masa Khalifah
Ustman yang memicu banyak kontroversi, gejolak yang tertanam sebelumnya
tersaalurkan. Diawali dengan kematian Khalifah yang dipertanyakan sampai
lahirnya peristiwa tahkim pada masa pemerintahan Ali.
Berawal dari persoalan politik, kontroversi di kalangan umat Islam
merembet pada persoalan akidah sebagai prinsip umat Islam. Di sini politisasi
kegamaan mulai dipermainkan dalam memperoleh justifikasi agama yang
memiliki potensi besar dalam menggalang umat. Syi’ah, khawarij, murji’ah dan
aliran-aliran lain berjamuran dengan satu dasar dan satu Tuhan.
Berbagai fenomena di atas juga dapat ditemukan dalam keberagamaan
masyarakat Islam modern. Hanya saja dengan berbagai polesan dan bentuk yang
berbeda. Namun kalau menarik konteks tersebut ke dalam sejarah, maka akan
4
5
ditemukan berbagai kesamaan yang diadopsi atau bisa saja disebutkan bahwa
mereka sebagai perpanjangan tangan dan bentuk baru dari berbagai aliran
sebelumnya. Oleh karena itu, kami merasa tertarik untuk meninjau ulang sejarah
umat Islam dan menyusun makalah dalam menyingkap fenomena sejarah
khususnya yang berhubungan dengan perkembangan pemikiran ketauhidan.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kami akan membahas sedikit banyak tentang :
1. Apa definisi dan bagaimana pertumbuhan Ilmu Tauhid?
2. Apa saja faktor-faktor yang melatar belakangi lahirnya berbagai aliran
dalam Islam?
C. Tujuan
Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan memahami sedikit
banyak tentang :
1. Definisi dan fase pertumbuhan ilmu tauhid.
2. Faktor-faktor yang melatar belakangi lahirnya berbagai aliran dalam Islam
5
6
BAB II
SEJARAH KELAHIRAN ILMU TAUHID
A. Definisi dan Fase Pertumbuhan Ilmu Tauhid
Menentukan awal lahirnya ilmu tauhid tidak bisa lepas dari bagaimana
seseorang mendefinisikannya. Karena berangkat dari definisi lah semuanya akan
menjadi jelas, baik itu ruang lingkup dan kategori-kategori tertentu sesuatu dapat
masuk dalam wilayahnya. Ilmu tauhid di sini merupakan ilmu yang
membicarakan tentang cara-cara menetapkan akidah agama dengan menggunakan
dalil-dalil yang meyakinkan, baik dalil naqli, dalil aqli atau dalil wijdani (perasaan
halus)1. Dan banyak lagi definisi lain yang dipaparkan dengan gaya bahasa dan
sudut pandang masu/ing-masing, akan tetapi kesemuanya tetap berkisar dalam
persoalan kepercayaan dan cara menguraikannya. Ilmu ini disebut juga dengan
ilmu kalam, ilmu ushuludin dan ilmu teologi.
Setelah mengetahui definisi dari ilmu tauhid, maka baru dapat ditentukan
awal sejarah dan perkembangannya. Sebagai prinsip dasar agama, maka tauhid
(akidah) atau apa-apa yang masuk dalam bahasan ilmu tauhid sebenarnya datang
dana tumbuh berkembang bersamaan dengan agama itu sendiri.2 Hanya saja corak
ketauhidan pada waktu itu tidak sama dengan yang dikenal sekarang sebagaimana
keadaan Islam itu sendiri. Dan sudah menjadi prasyarat dari berdirinya suatu
agama adalah adanya Tuhan yang diyakini dan atau konsep-konsep ketuhanan
dalam mengantarkan para pemeluknya mengenal Tuhan dan meyakininya. Di sini
corak ketauhidan yang berkembang lebih bersifat praktis, ditanamkan pada jiwa
tiap individu untuk diaplikasikannya. Ilmu tauhid yang dikenal sebagai amaly
syuhudi atau praktikal dan penghayatan ini selanjutnya dikembangkan oleh para
sufi dengan penyucian jiwa dan tarbiyah kerohanian.
1 M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam, (Jakarta; PT. Bulan Bintang, 1990), 01
2Ibid., 03-06
6
7
Ada beberapa fase perkembangan ilmu tauhid sampai menjadi sebuah
disiplin keilmuan yang mandiri, lebih teoritis sebagaimana yang dikenal sekarang.
Adapun fase-fase tersebut adalah sebagai berikut:
a. Masa Rasulullah
Pada masa ini, merupakan masa-masa awal penanaman ketauhidan,
penetapan pokok-pokok akidah dan penyusunan hukum. Pembentukan umat
Islam menjadi perhatian pertama menanggapi berbagai keyakinan yang
berkembang di masanya. Di sini lah awal kemunculan Ilmu tauhid yang
dibawa Nabi dengan Islam dalam coraknya tersendiri.
Nabi sebagai pemimpin religio-politik menjadi rujukan umat Islam dalam
mengahadapi masalah, baik yang terkait dengan keagamaan atau social
kemasyarakatan. Nabi dengan didampingi Tuhan sanggup menyatukan dan
menjawab semuanya tanpa kontroversi. Berangkat dari yang satu ini lah
semua umat seragam. Dan pada akhirnya apa-apa yang disampaikan atau
dicontohkan Nabi menjadi rujukan umat setelahnya selain Alquran.
Pertentangan atau perdebatan lebih-lebih sampai saling menyalahkan dan
mengkafirkan adalah sesuatu yang terlarang. Bahkan meskipun hal tersebut
ditujukan kepada orang di luar Islam. Dalam Alquran banyak ayat yang
membahas hal tersebut seperti dalam surat Al Anfal 46
مع الله ان واصبروآ ريحكم وتذههب فتفشلوا تنازعوا وال وأطيعواالله
االنفال. ) )٤٦الصبرين
Artinya : “Dan ta’atilah olehmu oleh Allah dan Rasul-Nya dan janganlah
kamu berbantah-bantah yang menyebabkan kamu gagal dan
hilanglah kekuranganmu serta bersabarlah; sesumgguhnya Allah
beserta dengan orang yang sabar”. (Al Anfal 46)
Nabi juga bersabda:
: وما إلينا أنزل وما بالله آمنا والتكذبواهم،وقولوا الكتاب اهل التصدقوا
وإلهنا إليكم، أنزل. مسلمون له ونحن واحد وإلهكم
Artinya : “Janganlah kamu membenarkan ahlul kitab dan janganlah
mendustakan mereka. Dan aktakanlah: “Kami telah beriman
7
8
kepada Allah, kepada apa yang telah diturunkan kepada kami dan
kepada apa yang telah diturunkan kepada kamu”. Tuhan kami dan
Tuhan kamu adalah Tuhan yang Esa. Dan kami menyerahkan diri
kepada-Nya”.
Ilmu tauhid yang berkembang pada masa Nabi selanjutnya dimasukkan
dalam kategori tauhid amaly syuhudi/praktikal dan penghayatan di mana
ketauhidan ditanamkan dalam dada, dihayati dan dimanifestasikan dalam
bentuk perbuatan. Pembahasan ketauhidan sendiri hanya ada dalam Alquran
dan penyampaian Nabi baik lewat sabda atau lainnya berbeda dengan yang
ditemukan sekarang.
b. Masa Khulafaurrasyidin
Pada masa awal kekhalifahan, umat Islam disibukkan dengan pertahanan
kesatuan dan persatuan umat Islam sendiri yang sedikit goncang setelah
wafatnya Rasul juga menghadapi serangan-serangan baik dari luar atau umat
Islam sendiri yang membangkang. Karenanya, perhatian pada ilmu tauhid
berkuarang dan mereka hanya melakukan qudwah atau mengikuti apa yang
telah disampaikan Rasul atau yang ada dalam Alquran. Mereka juga
cenderung tekstualis dalam memahami Alquran dan hadis Nabi.
Fenomena di atas berubah setelah khalifah Usman berkuasa. Berawal dari
pengangkatannya yang menimbulkan kontroversi juga pemerintahan yang
banyak ditentang dengan tuduhan nepotisme dan lainnya, dilanjutkan dengan
pembunuhan Usman oleh para pemberontak menimbulkan berbagai
pertentangan di kalangan umat Islam. Hal ini memuncak setelah terjadi tahkim
dalam perang shiffin.3
c. Masa Umayyah
Dinasti umayyah merupakan masa transisi pemerintahan dari system
kekhalifahan ke system monarki absolute. Tidak ada lagi musyawarah atau
pemilihan dalam menentukan pemimpin, tetapi kepemimpinan berjalan secara
turun temurun. Dan usaha mempertahankan kedaulatan Islam sudah terhenti.
3Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisis Perbandigan, (Jakarta; UI Press, 1986), 4-6
8
9
Sehingga umat Islam memiliki banyak kesempatan untuk mempertanyakan
kembali dan membahas hokum-hukum Islam dan dasar-dasar akidahnya yang
sudah lama didiamkan oleh ulama salaf.
Selain itu, perpecahan umat Islam setelah terjadinya perang Shiffin juga
memiliki peran besar bagi umat Islam untuk meperhatikan dasar-dasar akidah.
Sehingga mereka yang terpecah dan sama-sama mengedepankan truth claim
dan mengkafirkan golongan lain mencari justisifikasi agama lewat tauhid
sebagai prinsip dasar agama. Persoalan-persoalan tauhid pun diketengahkan.
Pada masa ini juga mulai timbul usaha untuk menyusun ilmu (kitab)
terkait dengan akidah Islam. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh Wasil ibn
Atha yang menyusun kitab Al-Futuya, Kitabul Manzilati Bainal Manzilataini
dan Kitabut Tauhid. Jadi, Ilmu tauhid pada masa ini sudah mulai berkembang
berbeda dengan masa sebelumnya.
d. Masa Abbasiyah
Kekuasaan Abbasiyah ditandai dengan harmonisasi Bangsa Arab dengan
Bangsa Ajam (non-Arab) yang sebelumnya termarginalkan pan Arabisme
Umayyah. Banyak orang-orang non-Arab (Persia) diangkat menjadi pegawai
Istana dan mendapat tugas menerjemahkan kitab-kitab dengan bahasa mereka
ke bahasa Arab. Namun, sebagian penerjemah ada yang menyeleweng dan
memasukkan maksud-maksud buruk tertentu dengan kedok agama dalam
penerjemahan.
Pada masa Abbasiyah ini terjadi perkembangan intelektual dan budaya
yang menjadi titik perhatian. Penerjemahan kitab-kitab bahasa asing
khususnya filsafat Yunani dilakukan besar-besaran. Sehingga mempengaruhi
paradigma berpikir umat Islam dalam membahas dan mengkaji ulang
agamanya.
Penggunaan filsafat dalam penetapan akidah Islam memberikan warna
baru dalam perkembangan ilmu tauhid yang tidak ditemukan sebelumnya. Di
sini tauhid dituangkan ke dalam tulisan secara besar-besaran dengan
rasionalisasi dalam pembelaan agama dari serangan luar. Penggunaan filsafat
ini pun tak lepas dari mengadopsi metode musuh dalam menandinginya. Di
9
10
sini tauhid yang dikemas dengan ilmu kalam lebih bersifat teoritis (nadhari)
sebagai akibat dari pengaruh filsafat Yunani. Perkembangannya seiring
dengan perdebatan dan diskusi-diskusi yang terjadi di kalangan umat Islam.
e. Pasca Abbasiyah
Setelah kekuasaan Abbasiyah berahir, maka berakhir pula masa keemasan
Islam. Pada masa ini terjadi kerancuan dalam ilmu kalam dengan
pencampuradukan filsafat ke dalam ilmu kalam sebagi warna baru ilmu
tauhid. Prinsip-prinsip filsafat dimasukkan ke dalam akidah Islamiyah. Hal ini
dilakukan oleh sebagian pengikut Asy’ariyah yang terlalu menceburkan diri
dalam dunia filsafat.
Kemudian datanglah Ibn Taimiyah yang mebela mazhab salaf dan
memurnikan kembali akidah Islam dengan mengembalikannya kembali pada
Alquran dan hadis. Sebagaimana kaum salafy, Ibnu Taimiyah lebih tekstual
dan mengikuti makna dzahir ayat tanpa takwil.
Kedatangan Ibn Taimiyah menimbulkan pro dan kontra. Sebagian
kalangan menolak pemikirannya bahkan ada yang menganggapnya sesat.
Karena Ibn Taimiyah lebih berpegang pada makna dzahir ayat tanpa takwil
menanggapi ayat mutasyabihat yang menjadi bahan perbincangan. Selain
mereka yang menolak, sebagian yang lain mengamininya dan mengikuti
pendapatnya yang nantinya menjadi pemicu matinya kreativitas (menurut
sebagian kalangan).
Setelah masa ini, umat Islam mulai tumpul kemauannya dan mati
kreativitasnya. Mereka hanya mengatakan makna-makna lafadz dan ibarat-
ibarat yang ada dalam kitab warisan para pendahulunya seakan mereka ahli
penerjemah saja. Perkembangan intelektual Islam berhenti di sini sampai
datanganya Muhammad Abduh yang membangun kembali ilmu-ilmu agama.
10
11
B. Faktor-Faktor Penyebab Lahirnya Aliran dalam Islam
Dalam perkembangan ilmu tauhid sampai pada corak barunya yang lebih
teoritis (ilmu kalam) dengan berbagai aliran yang berkembang di dalamnya
dipengaruhi oleh beberapa factor yang secara global dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
a. Internal
Faktor internal adalah factor yang berasal dari dalam Islam dan umat Islam
sendiri, di antaranya:
1. Alquran selain membahas tentang akidah Islam juga membahas berbagai
keyakinan lain yang disesatkan, membahas tentang syirik, murtad, ahli
kitab, Nasrani dan Yahudi juga keyakinan lain yang membuat umat Islam
bertanya-tanya dan tertarik untuk mengkajinya.
2. Banyak ayat-ayat mutasyabihat yang disebutkan dalam Alquran dan ayat-
ayat yang secara dzahir kontradiktoris.
3. Adanya kesempatan besar kaum muslim untuk membahas kembali tentang
dasar-dasar akidah setelah sebelumnya diterima begitu saja. Dan
kesempatan itu datang setelah umat Islam sudah semakin besar.
4. Peristiwa terbunuhnya Khalifah Usman yang menjadi pemicu perselisihan
dan perang saudara sampai terjadinya tahkim di Shiffin. Dari sini muncul
berbagai aliran dan perhatian lebih terhadap akidah dalam mencari
justifikasi agama.4
b. Eksternal
Factor eksternal adalah factor yang tidak berasal dari dalam Islam dan
kaum muslimin, di antaranya:
1. Banyak di antara umat islam yang dulunya Bergama Yahudi, Nasrani dan
lainnya bahkan menjadi pembesarnya, setelah masuk Islam dan keadaan
sudah tenang mereka mengingat kembali ajaran agamanya dan
dicampuradukkan dengan Islam. Sehingga butuh sebuah ilmu tentang
akidah dalam memurnikannya.
4A. Hanafi M, Theology Islam (Ilmu Kalam), (Jakarta; Bulan Bintang, 1982), 13-18
11
12
2. Masuknya budaya-budaya lain dengan mudah setelah terjadinya berbagai
penaklukan dan banyak diterjemahkannya kitab-kitab asing khususnya
filsafat Yunani yang mempengaruhi cara berpikir umat Islam.
3. Mengimbangi musuh yang menyerang Islam dengan menggunakan
filsafat. Sehingga tidak boleh tidak umat Islam juga harus
menggunakannya dalam mengimbanginya.5
5Ibid., 18-19
12
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu tauhid di sini merupakan ilmu yang membicarakan tentang cara-cara
menetapkan akidah agama dengan menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan,
baik dalil naqli, dalil aqli atau dalil wijdani (perasaan halus). Sebagai prinsip dasar
agama, maka tauhid (akidah) atau apa-apa yang masuk dalam bahasan ilmu tauhid
sebenarnya datang dana tumbuh berkembang bersamaan dengan agama itu sendiri
Ada beberapa fase perkembangan ilmu tauhid sampai menjadi sebuah
disiplin keilmuan yang mandiri, lebih teoritis sebagaimana yang dikenal sekarang.
Adapun fase-fase tersebut dengan karakternya masing-masing adalah sebagai
berikut:
1. Masa Rasulullah
2. Masa Khulafaurrasyidin
3. Masa Umayyah
4. Masa Abbasiyah
5. Pasca Abbasiyah
Dalam perkembangan ilmu tauhid sampai pada corak barunya yang lebih
teoritis (ilmu kalam) dengan berbagai aliran yang berkembang di dalamnya
dipengaruhi oleh beberapa factor yang secara global dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
a. Internal
Faktor internal adalah factor yang berasal dari dalam Islam dan umat Islam
sendiri, misalnya, Alquran selain membahas tentang akidah Islam juga
membahas berbagai keyakinan lain yang disesatkan, membahas tentang syirik,
murtad, ahli kitab, Nasrani dan Yahudi juga keyakinan lain yang membuat
umat Islam bertanya-tanya dan tertarik untuk mengkajinya. Selain itu, banyak
ayat-ayat mutasyabihat yang disebutkan dalam Alquran dan ayat-ayat yang
13
14
secara dzahir kontradiktoris. Di nsamping adanya kesempatan besar kaum
muslim untuk membahas kembali tentang dasar-dasar akidah setelah
sebelumnya diterima begitu saja. Dan kesempatan itu datang setelah umat
Islam sudah semakin besar. Dari segi politik diwakili peristiwa terbunuhnya
Khalifah Usman yang menjadi pemicu perselisihan dan perang saudara sampai
terjadinya tahkim di Shiffin. Dari sini muncul berbagai aliran dan perhatian
lebih terhadap akidah dalam mencari justifikasi agama.
b. Eksternal
Factor eksternal adalah factor yang tidak berasal dari dalam Islam dan
kaum muslimin, misalnya, banyak di antara umat islam yang dulunya
Bergama Yahudi, Nasrani dan lainnya bahkan menjadi pembesarnya, setelah
masuk Islam dan keadaan sudah tenang mereka mengingat kembali ajaran
agamanya dan dicampuradukkan dengan Islam. Sehingga akidahingga butuh
sebuah ilmu tentang akidah dalam memurnikannya. Selain itu, masuknya
budaya-budaya lain dengan mudah setelah terjadinya berbagai penaklukan dan
banyak diterjemahkannya kitab-kitab asing khususnya filsafat Yunani yang
mempengaruhi cara berpikir umat Islam. Apa lagi musuh yang menyerang
Islam menggunakan filsafat. Sehingga tidak boleh tidak umat Islam juga harus
menggunakannya dalam mengimbanginya.
B. Saran
Umat Islam khususnya golongan-golongan ekstrem seharusnya belajar
dari sejarah dan tidak mengulangi sejarah kelam lagi. Bagaimana berbagai
pertentangan harus disikapi dengan fair sebagai sesuatu yang alami, bukan lantas
menjadi pemicu pertumpahan darah sesama umat Islam dan merusak
keutuhannya.
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi. 1982. Theology Islam (Ilmu Kalam). Jakarta: Bulan Bintang.
Nasution, Harun. 1986. Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisis
Perbandingan. Jakarta: UI-Press.
Shiddieqy, M. Hasbi. 1990. Sejarah Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam. Jakarta: PT.
Bulan Bintang.
15
top related