tata upacara pengantin banjar
Post on 20-Jul-2015
297 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TATA UPACARA PENGANTIN BANJAR
(DAERAH BARITO KUALA)
Dalam uraian Adat Pengantin Daerah Banjar ini kita ketengahkan secara ringkas.
Sebagaimana kita maklumi bahwa adat perkawinan atau pengantin ini mungkin belum
lengkap sebagaimana mestinya.
Dalam uraian ini akan kita bagi atas beberapa bagian atau babakan/tahapan.
Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahapan melalamar (penjajagan).
2. Tahapan melamar atau meminang disebut badatang atau bapara.
3. Maatar jujuran (mengantar uang mahar).
4. Baninikahan (menikah).
5. Basalamatan (kenduri).
6. Pangantin batatai (bersanding).
II. Tahapan-tahapan kegiatan
1. Tahapan malalamar (penjajagan).
Dalam tahapan ini biasanya orang tua pihak lelaki mengadakan penjajagan dan
penelitian terhadap gadis yang akan dilamar. Biasanya yang diteliti atau dijajagi
menyangkut masalah yang dipandang pokok adalah:
a. Budi pekertinya (tingkah laku dan sopan santunnya).
b. Keturunannya (asal-usulnya).
c. Pengetahuan yang dimilikinya.
d. Ekonomi keluarganya.
e. Keadaan wajah dan jasmaninya.
f. Kemungkinan-kemungkinan lainnya.
Mengenai budi pekertinya (tingkah laku dan sopan santunnya sudah barang
tentu adalah yang tergolong baik Keturunannya (asal-usulnya) juga yang diharapkan
adalah dari golongan yang baik-baik pula. Pengetahuan yang dimilikinya diutamakan
berpengatahuan agama yang cukup di samping memiliki segala ketrampilan yang
berguna untuk keluarga dan bermanfaat di masyarakat. Di bidang ekonomi sudah jelas
dikehendaki yang cukupan pula. Berkenaan dengan wajah biasanya disesuaikan
dengan keadaan wajah anaknya (si lelaki) dan diharapkan tidak lebih jelek. Serta
diharapkan orangnya sehat jasmani termasuk rohani. Juga tidak cacat jasmani.
Kemungkinan-kemungkinan lainnya yang perlu diselidiki ialah apakah sudah ada
janji atau ikatan dengan orang lain sebelumnya. Bila ada ikatan maka mereka akan
surut. Terkecuali ikatan sudah putus (dibatalkan oleh kedua belah pihaknya).
2. Tahapan melamar atau meminang atau badatang (bapara).
Untuk malamar atau meminang ini biasanya pihak laki-laki mengutus orang
lain. Hal ini menghindari kemungkinan rasa malu bila ternyata ditolak orang
walaupun dengan berbagai alasan dari pihak perempuan tersebut Biasanya pihak laki-
laki jauh sebelumnya sudah memberi tahu bahwa pihaknya akan datang melamar.
Dalam pembicaraan pada acara bapaparaan (melamar) ini biasanya kedua belah pihak
saling menjaga pembicaraan atau kata-kata sebaik mungkin. Untuk menentukan
diterima atau tidaknya biasanya pihak perempuan berembuk (bermusyawarah).
Sedangkan si wanita anaknya pada umumnya taat kepada orang tuanya. Namun
biasanya juga ditanyai.
Bila ada persetujuan maka pihak lelaki menyerahkan uang tatalen/patalian
(uang pengikat) yang merupakan tanda jadi. Mengenai jumlahnya tidak menjadi
permasalahan bagi pihak si perempuan.
Sedangkan mengenai penetapan waktu maatar(mengantar) jujuran (uang
mahar) waktu untuk nikah. Hari perkawinan dan lain sebagainya bisa ditetapkan
waktu tersebut atau dirundingkan kemudian tergantung kesepakatan kedua belah
pihak.
3. Maatar jujuran (mengantar uang mahar).
Hal ini bisa dilakukan dua cara, tergantung atas kesepakatan kedua belah
pihak. Cara pertama diantar sebelum pelaksanaan nikah sehari, dua hari ataupun tiga
hari sebelumnya. Biasanya oleh ibu-ibu sebagai utusan pihak laki-laki. Dalam hal ini
tuan rumah mengadakan jamuan ringan terhadap pihak lelaki di samping pihak famili
dekat baginya. Cara yang kedua adalah diserahkan langsung pada waktu nikah.
4. Baninikahan (menikah).
Baninikahan (menikah) bisa dilaksanakan di rumah pihak perempuan. Bisa di
tempat Penghulu atau di Kantor Urusan Agama. Setelah akad nikah selesai biasanya
mempelai lelaki bersalaman dengan semua keluarga pihak perempuan. Terutama
sekali dengan kedua mertuanya.
5. Basalamatan (kenduri).
Pada hari pengantin akan bersanding (batatai), pihak mempelai lelaki mapun
perempuan mengdakan selamatan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Makna
yang terkandung dalam selamatan ini adalah rasa gembira dan bersyukur kepada
Tuhan YME dan juga merupakan mohon do’a restu kepada seluruh keluarga, famili,
tetangga maupun kepada handai tolan dengan harapan mempelai tuntung pandang dan
selalu diberkahi oleh Allah Yang Maha Kuasa. Kenduri ini dilaksanakan pada pagi
hari sampai sekitar pukul 12.00 tergantung ketentuan tuan rumah.
Sebenarnya sebelum selamatan tersebut, sering pula ada kegiatan lain sebagai
pendahulu daripada selamatan dan Pengantin Batatai atau bersanding dimaksud, di
antarnya adalah:
a. Mengantar hadap-hadap (sejenis pendahuluan atas pertemuan dari pihak laki-laki
terhadap mempelai perempuan). Hal-hal yang dibawa (barang bawaan) biasanya
adalah seperangkat pakaian untuk mempelai perempuan berikut alat-alat make up
(mik ap), ayam dara, seikat kayu bakar, mayang pinang atau mayang kelapa, , anak
pisang, bibit kelapa, beras, gula merah, telur, rempah-rempah dapur, dsb. Hadap-
hadap ini diantar oleh ibu-ibu utusan pihak lelaki, dan diantar sehari sebelum
pelaksanaan selamatan dan bersanding.
b. Pada malam hari menjelang selamatan dan batatai juga kadang-kadang dilaksanakan
mandi bersama (bapapai) bisanya sehabis shalat Isya. Maknanya mungkin untuk
sekedar perkenalan pendahuluan. Acara ini ditangani oleh ibu-ibu yang tua-tua.
c. Sehabis itu tidak jarang pula melaksanakan khatam Qur’an di rumah masing-masing.
6. Pengantin batatai (basanding).
Pengantin bersanding umumnya dilaksanakan pada waktu sudah siang sehabis
selamatan (antara jam 12.00 sampai jam 14.00). Sebelum bersanding kedua mempelai
di tempatnya masing-masing telah didandani sedemikian rupa sehingga kelihatan
lebih cantik. Setelah siap maka mempelai laki-laki dibawa turun untuk berangkat ke
tempat mempelai wanita yang didahului dengan Salawat Nabi serta dihamburi
(ditaburi) beras kuning. Untuk berangkat ke tempat mempelai wanita diapit oleh ibu-
ibu. Sesampai di rumah pengantin wanita disambut dengan taburan beras kuning dan
Salawat atas Nabi. Kebiasaannya dipersilahkan masuk dan dipertemukan dengan
mempelai wanitanya. Sesudah itu lalu bersanding baik di muka pintu depan, di
beranda muka, atau di tempat khusus yang sudah dipersiapkan sebelumnya untuk itu.
Pada waktu kegiatan acara bersanding biasa pula disertai dengan hiburan yang
disediakan. Juga biasa dilakukan pengusungan yang dinamai Usung Genggung. Yaitu
yang mengusungnya bergerak sambil menari sesuai dengan irama gendang dan bunyi
gong.
Sehabis acara bersanding di luar rumah maka mempelai dibawa masuk
kembali ke dalam rumah. Di dalam rumah kembali ditatai dengan cara-cara tersendiri
yang diatur oleh ibu-ibu yang ahlinya, antara lain makan nasi hadap-hadap (nasi
badadapatan), berganti lempar dan lain-lain. Seterusnya dilanjutkan dengan sungkem
(sujud) kepada kedua ibu dan bapak mempelai perempuan beserta sanak keluarga
lainnya. Apabila rumah mertua pihak mempelai laki-laki tidak terlalu jauh, maka
mempelai dibawa sungkem (sujud) kepada kedua orang tua pihak laki-laki. Sesudah
itu kembali ke rumah mempelai perempuan.
Sebagai acara tambahan, yaitu pada malam pertama diadakan acara membaca
Maulid Diba oleh ibu-ibu muda atau para gadis.Ada pula yang mengadakan
keramaian seperti Wayang Kulit atau hiburan lainnya sesuai dengan kemauan dan
kesanggupan tuan rumah itu sendiri.
Pada hari kedua pengantin mengantar sujud kepada mertua pihak lelaki yang
disambut dengan kegiatan selamatan mengumpul sanak saudara dekatnya. Hari-hari
berikutnya baelang (berkunjung) kepada famili dari kedua belah pihak. Maksudnya
adalah untuk memperkenalkan dan untuk mempererat rasa kekeluargaan.
Setelah kunjungan (baelangan) tersebut selesai semuanya, maka kegiatan dianggap
berakhir.
2.4 Busana Adat Pengantin Banjar, Kalimantan Selatan
Secara umum, busana adat pengantin Banjar terdiri dari tiga jenis, yaitu bagajah
gamuling baular lulut, ba’amar galung pancaran matahari, dan babajukun galung pacinan.
Akan tetapi secara khusus, sebagian orang menyebut ada empat jenis, yaitu dengan tambahan
babaju kubaya panjang.
1. Asal-usul
Suku Banjar di Kalimantan Selatan terdiri dari tiga subetnis berbeda, yakni Pahuluan,
Batang Banyu, dan Kuala. Ketiga subetnis ini disebut dengan orang Banua dan dikenal
memiliki kreasi kebudayaan yang unik dan penuh makna, salah satunya tercermin dalam
busana adat pengantin. Baik di kampung maupun di kota, busana adat pengantin Banjar
masih digunakan dalam perhelatan pernikahan mereka. Meskipun busana adat tersebut telah
mengalami penambahan mode dan assesoris, namun realitas ini mencerminkan bahwa orang
Banjar masih peduli dalam menjaga tradisi leluhur mereka.
Menurut sejarahnya, secara umum busana adat pengantin Banjar terdiri dari tiga jenis,
yaitu bagajah gamuling baular lulut, ba’amar galung pancaran matahari, dan babajukun
galung pacinan. Akan tetapi secara khusus, sebagian orang menyebut ada empat jenis, yaitu
dengan tambahan babaju kubaya panjang. Busana jenis keempat ini merupakan
perkembangan busana adat pengantin Banjar di era modern, dan biasanya dengan tambahan
jilbab untuk pengantin perempuannya.
Ketiga jenis busana adat pengantin ini memiliki asal-usul perbedaan yang jauh, baik
dari sisi wujud, assesoris, warna, tata cara pemakaian, maupun makna simbolnya. Perbedaan
ini disebabkan oleh perbedaan terciptanya ketiga busana tersebut. Terlepas dari kontroversi
yang ada, perbedaan-perbedaan ini menunjukkan bahwa leluhur Banjar memiliki daya cipta
yang kaya. Busana adat pengantin Banjar menjadi ciri identitas kebudayaan orang Banjar
yang berkepribadian terbuka terhadap perkembangan zaman.
Busana adat pengantin jenis bagajah gamuling baular lulut menurut sejarah diciptakan
leluhur Banjar sekitar abad ke 15-16 M (Masehi) dan diangggap sebagai busana adat
pengantin yang pertama. Busana adat jenis ini dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu yang
tercermin dari pengantin laki-laki yang hanya bertelanjang dada. Busana jenis yang sama
juga dapat dilihat dari daerah Jawa, Bali, Dayak, atau Lombok. Dalam sejarahnya, daerah-
daerah tersebut juga mendapatkan pengaruhi kebudayaan Hindu.
Berbeda dengan jenis yang pertama, busana adat pengantin jenis ba’amar galung
pancaran matahari, dipercaya telah diciptakan oleh leluhur Banjar pada abad ke 17-18 M.
Busana pengantin jenis ini dipercaya sebagai busana Banjar kedua yang dipengaruhi
kebudayaan Hindu dan Islam. Hal ini dikarenakan pada abad tersebut Islam mulai masuk ke
wilayah Banjar.
Sementara itu, busana adat pengantin jenis babajukun galung pacinan dipercaya telah
tercipta pada abad ke 19 M. Busana jenis ketiga ini dipengaruhi oleh budaya Arab dan
Tiongkok, hal ini terlihat dari wujud busana dan nama pacinan. Pada abad tersebut, suku
Arab dan Cina banyak bermukim di Banjar dan berbaur dengan masyarakat asli Banjar.
Dalam kehdiupan bermasyarakat terjadi akulturasi perilaku diantara sesama penduduk Banjar
.
Dari semua jenis busana adat pengantin Banjar di atas, jenis ba’amar galung pancaran
matahari adalah yang paling populer dan digemari masyarakat, karena wujudnya yang
tampak mewah dan wibawa jika dipakai, apalagi saat ini sudah dimodifikasi dengan
tambahan assesoris modern, seperti mahkota yang dibuat mewah. Meskipun demikian,
sebuah keluarga Banjar yang akan menggelar pernikahan, biasanya akan memilih salah satu
dari tiga jenis busana tersebut.
Pemilihan busana biasanya didasarkan pada kesukaan, biaya yang mereka mampu,
serta pola pikir mereka (ada yang mau sederhana dan ada yang mau mengkikuti adat
seluruhnya). Menurut para perias, pemilihan ini dapat terjadi karena perbedaan selera
masyarakat. Selain itu, hal ini justru memudahkan orang Banjar yang ingin menikah, karena
mereka memiliki banyak pilihan busana adat yang bagus-bagus dan bersahaja.
2. Jenis dan Bentuk Busana
a. Jenis bagajah gamuling baular lulut
1). Pengantin laki-laki
Busana jenis ini untuk pengantin laki-laki terdiri dari beberapa hal, yaitu:
• Mahkota terbuat dari logam bundar berbentuk dua ekor ular lidi yang melingkar dan
kepalanya saling bertemu
• Baju poko berupa kemeja lengan pendek tanpa kerah. Baju ini merupakan modifikasi
sekarang, karena aslinya pengantin laki-laki hanya bertelanjang dada
• Selawar (celana panjang), tingginya lebih kurang 10 cm di atas mata kaki dengan
bentuk kecil bagian bawah, lalu diberi hiasan motif pucuk rebung dari amnik-manik
dan mote-mote
• Tapih (sabuk pendek) bermotif khas binatang halilipan dalam posisi merayap ke
bawah berhias sulaman benang emas dan manik-manik atau mote
• Warna busana kuning cerah, merah atau hijau
• Hiasan berupa kalung samban, kilat bahu garuda mungkur paksi sedang melayang,
pending atau ikat pinggang emas dengan kepala motif gula kelapa, dan keris pusaka
khas Banjar berbentuk sempana
• Hiasan bunga-bunga dari daun nyiur berbentuk halilipan, karang jagung berbentuk
belalai gajah yang dipasang di badan bagian depan, mawar dan melati kuncup yang
diuntai, dan bunga keris.
2). Pengantin perempuan
Busana jenis ini untuk pengantin perempuan terdiri dari beberapa hal, yaitu:
• Mahkota terbuat dari logam bundar berbentuk dua ekor ular lidi yang melingkar dan
kepalanya saling bertemu. Pada bagian depan diletakkan amar atau mahkota
berbentuk kepala ular naga berebut kumala. Sementara itu, pada bagian ekor ular,
diletakkan hiasan garuda mungkur paksi ketika melayang. Pada sekeliling mahkota,
diberi hiasan kembang goyang yang berjumlah ganjil
• Sanggul dengan rambut yang dihias kembang goyang dan untaian kuncup kembang
melati
• Udat atau kemben sebagai penutup dada yang dihias manik-manik. Namun, saat ini
sudah dimodifikasi dengan torso (penutup kepala yang sudah jadi)
• Selendang sebagai penutup punggung bagian belakang dan dada
• Kida-kida atau hiasan berbentuk bulat segilima penutup dada
• Kayu apu, kain untuk ikat pinggang
• Tapih berupa sarung panjang dengan motif khas halilipan berhias sulaman benang
emas dan manik-manik
• Hiasan kembang goyang, bonel (anting beruntai panjang), kalung kebun raja, kalung
samban pedaka, pending (ikat pinggang), gelang tangan, cincin permata, gelang kaki,
dan selop tutup (pada mulanya tanpa kaki)
• Bunga berupa karang jagung, anyaman janur, mawar dan melati wungkul, malai
depan (kalung dari mawar), bunga tangan berupa hiasan bunga dan daun sirih, untaian
melati, mawar, dan cempaka.
b. Jenis ba’amar galung pancaran matahari
1). Pengantin laki-laki
Busana jenis ini untuk pengantin laki-laki terdiri dari beberapa hal, yaitu:
• Laung atau destar
• Baju dalam atau kemeja putih lengan panjang berenda
• Jas buka tanpa kancing
• Celana panjang
• Sabuk, sarung, atau tapih pendek bermotif khas binatang halilipan yang disulam
benang emas
• Tali wenang yaitu kain berwarna kuning sebagai ikat pinggang di atas sabuk
• Selop tutup berhias sulaman benang emas dan manik-manik
• Kembang untuk kalung dari mawar dan kembang diuntai untuk hiasan keris
• Hiasan berupa kalung emas pancaran matahari, keris pusaka khas Banjar berbentuk
sempana, gelang kaki berbentuk akar tatau, dan cincin permata.
2). Pengantin perempuan
Busana jenis ini untuk pengantin perempuan terdiri dari beberapa hal, yaitu:
• Mahkota amar galung pancaran matahari berupa permata yang tengahnya bermotif
buah nanas dan matahari
• Sanggul berbentuk bulan sabit
• Baju poko lengan pendek tanpa kerah dan pada ujung lengan dihias manik-manik
serta rumbai-rumbai
• Kida-kida penutup dada berbentuk bulat segilima
• Kayu apu sabuk selebar lebih kurang 15-20 cm yang berfungsi menutup baju poko
dan sarung
• Tapih atau sarung panjang motif khas binatang halilipan
• Hiasan berupa kembang goyang berumpun sebanyak 11-13 kuntum, sisir emas
berbentuk melati dengan lima kelopak, anting beruntai panjang, kalung cikak, kalung
kebun raja, kalung bentuk biji kurma, ikat pinggang emas, kilat bahu berbentuk
garuda paksi, gelang tangan berbentuk kembang jepun, cincin berbentuk pagar
mayang, gelang kaki, dan selop tutup bersulam benang emas
• Bunga-bunga berupa karang jagung berjumlah ganjil, kalung dari bunga mawar dan
melati yang sedang kuncup, daun sirih buah tangan yang terbuat dari daun sirih dan
dihias dengan bunga mawar, janur, serta bunga kenanga yang diuntai.
c. Jenis babajukun galung pacinan
1). Pengantin laki-laki
Busana jenis ini untuk pengantin laki-laki terdiri dari beberapa hal, yaitu:
• Kopyah alpe setinggi 15 cm berlilitkan surban dan dihias dengan untaian bunga melati
yang kuncup
• Baju gamis dan jubah
• Selempang berupa kain panjang bersulam benang emas
• Selop tutup bersulam benang emas
• Hiasan kalung rantai dari emas, kalung permata yang dirajah ayat Al quran, dan
cincin bermata satu dari zamrud.
• Kembang tangan.
2). Pengantin perempuan
Busana jenis ini untuk pengantin perempuan terdiri dari beberapa hal, yaitu:
• Mahkota berbentuk setengah lingkaran bertahtakan permata
• Sanggul galung pacinan berbentuk bulat
• Kebaya lengan panjang berbentuk cheong sam dan berkerah shanghai, bersulam
benang emas dengan motif bunga teratai. Kebaya dipasangkan dengan rok besar
berhias sulaman motif Cina dengan taburan manik-manik
• Hiasan berupa kembang goyang berumpun sebanyak sepuluh kuntum, tusuk konde
berbentuk huruf Lam dengan permata batu mulia, tusuk bunga lima buah, tusuk konde
berbentuk burung hong beruntai manik-manik 2-4 buah berhias permata, kalung
kebun raja dari emas atau permata, kalung rantai panjang, anting-anting, gelang
tangan permata, gelang kaki berbentuk belah rotan, cincin permata, dan sisir emas dua
buah.
• Bunga-bunga berupa karang jagung tiga buah, sisir melati lima buah, dan bunga
tangan.
3. Nilai-nilai
Keunikan dan keanggunan busana adat pengantin Banjar, Kalimantan Selatan, sarat akan
nilai-nilai penting dalam kehidupan orang Banjar, antara lain:
• Simbol. Nilai ini tampak dari beragam hiasan yang memenuhi tiga jenis busana adat
pengantin Banjar. Simbol ular naga pada mahkota misalnya, dianggap orang Banjar
sebagai simbol tingginya derajat pemakainya, karena naga dipercaya sebagai raja ular.
Ular lidi menyimbolkan kecerdikan namun tetap rendah hati. Burung garuda paksi
sedang terbang melayang menyimbolkan ketangkasan. Bunga mawar melambangkan
keberanian, melati melambangkan kesucian, dan melati yang kuncup melambangkan
bahwa pengantin perempuan masih gadis (perawan). Sementara itu, binatang halilipan
melambangkan sifat rendah hati, jujur, tidak akan mengganggu orang lain kecuali jika
diganggu lebih dahulu. Semua simbol-simbol ini dimaksudkan agar kedua mempelai
(juga semua orang) mengambil maknanya lalu mengaplikasikan pada dirinya.
• Seni. Nilai ini tercermin jelas dari wujud ketiga busana adat pengantin yang
diciptakan begitu indah dan detil. Sebuah hasil karya yang indah, detil, dan terlihat
mewah tentunya membutuhkan kreatifitas seni yang tinggi, tanpa itu semua, maka
busana-busana tersebut tidak akan menjadi busana adat. Nilai seni ini juga terlihat
dari beragam hiasan yang menempel pada busana, mahkota, dan ikat pinggang yang
semuanya terlihat mewah dan semakin membuat elegan pemakainya. Pemakaian
warna dan benang emas menjadikan busana-busana tersebut terlihat mahal dan
megah.
• Filosofis. Nilai ini terekam dari makna simbol yang terdapat pada ketiga jenis busana
adat. Dari nilai inilah masyarakat Banjar meletakkan busana adat pengantin mereka
sangat berharga sehingga mereka menggunakannya untuk perhelatan upacara
pernikahan. Dalam konteks ini, nilai filosofis menjadi penguat dan pendorong
masyarakat Banjar dengan hasil budaya leluhur mereka.
• Pelestarian budaya. Sebagai sebuah hasil karya leluhur, maka menggunakan busana
adat pengantin dalam setiap perhelatan pernikahan merupakan sebuah upaya nyata
terhadap pelestarian budaya. Hal ini sepertinya telah dilakukan oleh para generasi
muda Banjar yang peduli terhadap budaya mereka, yaitu dengan memodifikasi busana
adat pengantin mereka namun tetap tidak meninggalkan unsur aslinya.
• Identitas dan solidaritas sosial dan budaya. Busana adat pengantin Banjar adalah satu
penanda identias kebudayaan Banjar. Dengan menggunakan busana adat dalam
pernikahan, secara imajinatif menjadikan orang Banjar merasa memiliki identitas
sosial dan budaya yang kuat dan berbeda dengan suku bangsa lain di negeri. Melalui
imajinasi ini, jika sesama orang Banjar bertemu dalam sebuah acara kebudayaan atau
pernikahan Banjar, maka akan menambah rasa solidaritas mereka antarsesama orang
Banjar. Dalam konteks ini, busana adat telah menjadi media positif bagi persatuan dan
kesatuan masyarakat. Hal ini tinggal menjadi tugas budayawan dan pemerintah Banjar
untuk memanfaatkannya.
2.4 Tata Rias dan Busana Pengantin
1. Rias Wajah.
Tata cara merias wajah pengantin Kalimantan selatan;
• Pembersihan dan penyegaran
• Alas bedak dan bedak kekuning-kuningan
• Bayangan mata : hijau, kuning menyerupai pelangi
• Alis seperti/dibentuk gugunungan dan ujungnya dibentuk kiliran taji (runcing),
warna hitam
• Celak dan mascara tanpa bulu mata palsu
• Pemerah pipi merah samar-samar
• Pemerah pipi merah sirih
• Catik, diantara alis di tengah-tengah,bentuk belah ketupat terbuat dari daun
sirih
• Lalintang di kanan kiri pelipis, berbentuk bulat seperti daun sirih
2. Rias Dahi
• Pada dahi dibuat gigi haruan berbentuk segitiga sama kaki, panjang gigi
haruan 2,5 cm, ujungnya pakai air guci, jumlahnya 7 atau 9.
• Membuat cecantung atau godek.
3. Rias Rambut/sanggul
Tata cara membuat riasan rambut/sanggul;
• Namanya GALUNG TINGGI BAGADANG
• Rambut dibagi menjadi 2 bagian, bagian belakang diikat di ubun-ubun,
bagian depan disasak dirapikan dijepit pada ikatan karet.
• Membuat susunggaran dikanan kiri
Contoh riasan dahi
• Pada ikatan karet, dipasang GADANG, terbuat dari gedebok pisang, cara
membuat siku-siku 900 (lipat pandan), disesuaikan besar kecilnya kepala
• Lalu dipasang cemara yang panjngnya 1 m
• Cara membuat : cemara dibawa ke kanan, melingkar keatas gadang lalu
kebelakang,kedepan kiri jadi seperti membuat angka delapan.
• Sisa rambut disatukan dan dihilangkan, dibuat rapi lalu dipakaikan harnet
• Hiasan sanggul;
• Memasang amar didepan galung
• Memasang karang jagung melati di belakang amar, membentuk kipas.
Dipasang dijari dari ujung amar kanan/kiri.
Gambar ; roncean melati
• Memasang karang jagung merak di belakang karang jagung melati.
• Dikanan/dikiri dipasang bogam
• Diatas bogam dipasang sumping, dipasang di kanan/kiri.
• Dipasang kembang goyang 7 atau 9 9 satu kembang goyang terdiri
dari 5 rumpun/7 rumpun, meletakkannya diatas karang jagung
berbentuk kipas
• Memasang malai
• Memasang surui bulan, dibelakang malai.
• Memasang sumping melati
.
Gambar; roncean melati untuk sumping
Contoh hasil jadi riasan sanggul;
Contoh lagi hasil riasan sanggul tampak depan dan tampak belakang;
Sumping melati
Amar
Karang jagung melati
Kembang goyang
Bogem
Suri bulan
Gambar;tampak depan
Amar
Bogem
malai
Sumping melati
Kembang goyang
Gambar;tampak belakang
4. Busana
Busana Pengantin Banjar adalah jenis busana pengantin suku Banjar yang
terdiri 4 macam yaitu :
1. Bagajah Gamuling Baular Lulut, yaitu suatu jenis busana pengantin klasik yang
berkembang sejak zaman kerajaan Hindu yang ada di Kalimantan Selatan.
Usus-usus
Bunga mawar
Gambar 8 : pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut
2. Baamar Galung Pancar Matahari, yaitu suatu jenis busana pengantin yang
berkembang sejak zaman munculnya pengaruh agama Islam dan kerajaan Islam
yang ada di Kalimantan Selatan. Amar artinya mahkota kecil yang dipakai
pengantin wanita, di Sumatera disebut sunting.
Gambar 9 ; Pengantin Baamar Galung Pancar Matahari
3. Babaju Kun Galung Pacinan, yaitu suatu jenis busana pengantin yang
mencerminkan masuknya pengaruh pedagang Gujarat dan China di Kalimantan
Selatan.
Gambar 10 ; Pengantin Babaju Kun Galung Pacinan
4. Babaju Kubaya Panjang, yaitu suatu jenis busana pengantin yang menggunakan
kebaya panjang.
Gambar 11 ; Pengantin Babaju Kubaya Panjang
Cara pemakaian busana;
• Kain/tapih harus ada halilipan,air guci boleh penuh/tidak di baju poko atau
dikida-kida, kida adalah penutup dada.
• Arah kain boleh boleh kekiri/kanan, asal tumpal di depan
• Warna baju poko apa saja asal tidak hitam.
• Panjang baju sampai kepalan dam panjang lengan sampai siku
• Selop tertutup, disesuaikan warna baju boleh warna hitam tanpa border.
5. Perhiasan
• Memakai kalung cekak dan kalung kebun raja/kalung rangkap
• Memakai anting-anting
• Memakai gelang kebun raja
• Memakai pending gula kelapa
• Kilat bahu
• Memakai cincin/utas, litring mata 5
3 atau pagar mayang terdiri dari mata
semua
• Memakai gelang kaki akar tata atau buku manisan
• Memegang bunga tangan
• Memakai kalung bunga malai.
Alung
Baju poko
Tapih pendek
Celana panjang
Selop bertutup
Kida-kida
Baju poko lengan pendek
Tapih
Gambar;pengantin Kalimantan selatan
Gambar busana pengantin banjar
Busana Baamar Galung Rancanan Matahari
Kalung bogam
Bunga keris
Kilat bahu
Kalung cikak
Kalung bunga malai
Pendeng bertabur permata
Gelang kebun raja
Gelang kaki akar tata
Busana Baamar Galung Modifikasi
Busana Babajukan Galung Pacinan
Busana Pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut
Keterangan busana pengantin :
Busana Pengantin Banjar adalah jenis busana pengantin suku Banjar yang terdiri 4 macam
yaitu :
1. Bagajah Gamuling Baular Lulut, yaitu suatu jenis busana pengantin klasik yang
berkembang sejak zaman kerajaan Hindu yang ada di Kalimantan Selatan. Pengantin
wanita hanya memakai kemben yang disebut udat.
2. Baamar Galung Pancar Matahari, yaitu suatu jenis busana pengantin yang
berkembang sejak zaman munculnya pengaruh agama Islam dan kerajaan Islam yang
ada di Kalimantan Selatan. Amar artinya mahkota kecil yang dipakai pengantin
wanita, di Sumatera disebut sunting.
3. Babaju Kun Galung Pacinan, yaitu suatu jenis busana pengantin yang
mencerminkan masuknya pengaruh pedagang Gujarat dan China di Kalimantan
Selatan.
4. Babaju Kubaya Panjang, yaitu suatu jenis busana pengantin yang menggunakan
kebaya panjang.
top related