tata upacara pengantin banjar

25
TATA UPACARA PENGANTIN BANJAR (DAERAH BARITO KUALA) Dalam uraian Adat Pengantin Daerah Banjar ini kita ketengahkan secara ringkas. Sebagaimana kita maklumi bahwa adat perkawinan atau pengantin ini mungkin belum lengkap sebagaimana mestinya. Dalam uraian ini akan kita bagi atas beberapa bagian atau babakan/tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tahapan melalamar (penjajagan). 2. Tahapan melamar atau meminang disebut badatang atau bapara. 3. Maatar jujuran (mengantar uang mahar). 4. Baninikahan (menikah). 5. Basalamatan (kenduri). 6. Pangantin batatai (bersanding). II. Tahapan-tahapan kegiatan 1. Tahapan malalamar (penjajagan). Dalam tahapan ini biasanya orang tua pihak lelaki mengadakan penjajagan dan penelitian terhadap gadis yang akan dilamar. Biasanya yang diteliti atau dijajagi menyangkut masalah yang dipandang pokok adalah: a. Budi pekertinya (tingkah laku dan sopan santunnya). b. Keturunannya (asal-usulnya). c. Pengetahuan yang dimilikinya. d. Ekonomi keluarganya. e. Keadaan wajah dan jasmaninya. f. Kemungkinan-kemungkinan lainnya. Mengenai budi pekertinya (tingkah laku dan sopan santunnya sudah barang tentu adalah yang tergolong baik Keturunannya (asal-usulnya) juga yang diharapkan adalah dari golongan yang baik-baik pula. Pengetahuan yang dimilikinya diutamakan berpengatahuan agama yang cukup di samping memiliki segala ketrampilan yang berguna untuk keluarga dan bermanfaat di masyarakat. Di bidang ekonomi sudah jelas dikehendaki yang cukupan pula. Berkenaan dengan wajah biasanya disesuaikan dengan keadaan wajah anaknya (si lelaki) dan diharapkan tidak lebih jelek. Serta diharapkan orangnya sehat jasmani termasuk rohani. Juga tidak cacat jasmani. Kemungkinan-kemungkinan lainnya yang perlu diselidiki ialah apakah sudah ada

Upload: nolis-marliati

Post on 20-Jul-2015

297 views

Category:

Education


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tata upacara pengantin banjar

TATA UPACARA PENGANTIN BANJAR

(DAERAH BARITO KUALA)

Dalam uraian Adat Pengantin Daerah Banjar ini kita ketengahkan secara ringkas.

Sebagaimana kita maklumi bahwa adat perkawinan atau pengantin ini mungkin belum

lengkap sebagaimana mestinya.

Dalam uraian ini akan kita bagi atas beberapa bagian atau babakan/tahapan.

Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahapan melalamar (penjajagan).

2. Tahapan melamar atau meminang disebut badatang atau bapara.

3. Maatar jujuran (mengantar uang mahar).

4. Baninikahan (menikah).

5. Basalamatan (kenduri).

6. Pangantin batatai (bersanding).

II. Tahapan-tahapan kegiatan

1. Tahapan malalamar (penjajagan).

Dalam tahapan ini biasanya orang tua pihak lelaki mengadakan penjajagan dan

penelitian terhadap gadis yang akan dilamar. Biasanya yang diteliti atau dijajagi

menyangkut masalah yang dipandang pokok adalah:

a. Budi pekertinya (tingkah laku dan sopan santunnya).

b. Keturunannya (asal-usulnya).

c. Pengetahuan yang dimilikinya.

d. Ekonomi keluarganya.

e. Keadaan wajah dan jasmaninya.

f. Kemungkinan-kemungkinan lainnya.

Mengenai budi pekertinya (tingkah laku dan sopan santunnya sudah barang

tentu adalah yang tergolong baik Keturunannya (asal-usulnya) juga yang diharapkan

adalah dari golongan yang baik-baik pula. Pengetahuan yang dimilikinya diutamakan

berpengatahuan agama yang cukup di samping memiliki segala ketrampilan yang

berguna untuk keluarga dan bermanfaat di masyarakat. Di bidang ekonomi sudah jelas

dikehendaki yang cukupan pula. Berkenaan dengan wajah biasanya disesuaikan

dengan keadaan wajah anaknya (si lelaki) dan diharapkan tidak lebih jelek. Serta

diharapkan orangnya sehat jasmani termasuk rohani. Juga tidak cacat jasmani.

Kemungkinan-kemungkinan lainnya yang perlu diselidiki ialah apakah sudah ada

Page 2: Tata upacara pengantin banjar

janji atau ikatan dengan orang lain sebelumnya. Bila ada ikatan maka mereka akan

surut. Terkecuali ikatan sudah putus (dibatalkan oleh kedua belah pihaknya).

2. Tahapan melamar atau meminang atau badatang (bapara).

Untuk malamar atau meminang ini biasanya pihak laki-laki mengutus orang

lain. Hal ini menghindari kemungkinan rasa malu bila ternyata ditolak orang

walaupun dengan berbagai alasan dari pihak perempuan tersebut Biasanya pihak laki-

laki jauh sebelumnya sudah memberi tahu bahwa pihaknya akan datang melamar.

Dalam pembicaraan pada acara bapaparaan (melamar) ini biasanya kedua belah pihak

saling menjaga pembicaraan atau kata-kata sebaik mungkin. Untuk menentukan

diterima atau tidaknya biasanya pihak perempuan berembuk (bermusyawarah).

Sedangkan si wanita anaknya pada umumnya taat kepada orang tuanya. Namun

biasanya juga ditanyai.

Bila ada persetujuan maka pihak lelaki menyerahkan uang tatalen/patalian

(uang pengikat) yang merupakan tanda jadi. Mengenai jumlahnya tidak menjadi

permasalahan bagi pihak si perempuan.

Sedangkan mengenai penetapan waktu maatar(mengantar) jujuran (uang

mahar) waktu untuk nikah. Hari perkawinan dan lain sebagainya bisa ditetapkan

waktu tersebut atau dirundingkan kemudian tergantung kesepakatan kedua belah

pihak.

3. Maatar jujuran (mengantar uang mahar).

Hal ini bisa dilakukan dua cara, tergantung atas kesepakatan kedua belah

pihak. Cara pertama diantar sebelum pelaksanaan nikah sehari, dua hari ataupun tiga

hari sebelumnya. Biasanya oleh ibu-ibu sebagai utusan pihak laki-laki. Dalam hal ini

tuan rumah mengadakan jamuan ringan terhadap pihak lelaki di samping pihak famili

dekat baginya. Cara yang kedua adalah diserahkan langsung pada waktu nikah.

4. Baninikahan (menikah).

Baninikahan (menikah) bisa dilaksanakan di rumah pihak perempuan. Bisa di

tempat Penghulu atau di Kantor Urusan Agama. Setelah akad nikah selesai biasanya

mempelai lelaki bersalaman dengan semua keluarga pihak perempuan. Terutama

sekali dengan kedua mertuanya.

5. Basalamatan (kenduri).

Pada hari pengantin akan bersanding (batatai), pihak mempelai lelaki mapun

perempuan mengdakan selamatan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Makna

yang terkandung dalam selamatan ini adalah rasa gembira dan bersyukur kepada

Page 3: Tata upacara pengantin banjar

Tuhan YME dan juga merupakan mohon do’a restu kepada seluruh keluarga, famili,

tetangga maupun kepada handai tolan dengan harapan mempelai tuntung pandang dan

selalu diberkahi oleh Allah Yang Maha Kuasa. Kenduri ini dilaksanakan pada pagi

hari sampai sekitar pukul 12.00 tergantung ketentuan tuan rumah.

Sebenarnya sebelum selamatan tersebut, sering pula ada kegiatan lain sebagai

pendahulu daripada selamatan dan Pengantin Batatai atau bersanding dimaksud, di

antarnya adalah:

a. Mengantar hadap-hadap (sejenis pendahuluan atas pertemuan dari pihak laki-laki

terhadap mempelai perempuan). Hal-hal yang dibawa (barang bawaan) biasanya

adalah seperangkat pakaian untuk mempelai perempuan berikut alat-alat make up

(mik ap), ayam dara, seikat kayu bakar, mayang pinang atau mayang kelapa, , anak

pisang, bibit kelapa, beras, gula merah, telur, rempah-rempah dapur, dsb. Hadap-

hadap ini diantar oleh ibu-ibu utusan pihak lelaki, dan diantar sehari sebelum

pelaksanaan selamatan dan bersanding.

b. Pada malam hari menjelang selamatan dan batatai juga kadang-kadang dilaksanakan

mandi bersama (bapapai) bisanya sehabis shalat Isya. Maknanya mungkin untuk

sekedar perkenalan pendahuluan. Acara ini ditangani oleh ibu-ibu yang tua-tua.

c. Sehabis itu tidak jarang pula melaksanakan khatam Qur’an di rumah masing-masing.

6. Pengantin batatai (basanding).

Pengantin bersanding umumnya dilaksanakan pada waktu sudah siang sehabis

selamatan (antara jam 12.00 sampai jam 14.00). Sebelum bersanding kedua mempelai

di tempatnya masing-masing telah didandani sedemikian rupa sehingga kelihatan

lebih cantik. Setelah siap maka mempelai laki-laki dibawa turun untuk berangkat ke

tempat mempelai wanita yang didahului dengan Salawat Nabi serta dihamburi

(ditaburi) beras kuning. Untuk berangkat ke tempat mempelai wanita diapit oleh ibu-

ibu. Sesampai di rumah pengantin wanita disambut dengan taburan beras kuning dan

Salawat atas Nabi. Kebiasaannya dipersilahkan masuk dan dipertemukan dengan

mempelai wanitanya. Sesudah itu lalu bersanding baik di muka pintu depan, di

beranda muka, atau di tempat khusus yang sudah dipersiapkan sebelumnya untuk itu.

Pada waktu kegiatan acara bersanding biasa pula disertai dengan hiburan yang

disediakan. Juga biasa dilakukan pengusungan yang dinamai Usung Genggung. Yaitu

yang mengusungnya bergerak sambil menari sesuai dengan irama gendang dan bunyi

gong.

Page 4: Tata upacara pengantin banjar

Sehabis acara bersanding di luar rumah maka mempelai dibawa masuk

kembali ke dalam rumah. Di dalam rumah kembali ditatai dengan cara-cara tersendiri

yang diatur oleh ibu-ibu yang ahlinya, antara lain makan nasi hadap-hadap (nasi

badadapatan), berganti lempar dan lain-lain. Seterusnya dilanjutkan dengan sungkem

(sujud) kepada kedua ibu dan bapak mempelai perempuan beserta sanak keluarga

lainnya. Apabila rumah mertua pihak mempelai laki-laki tidak terlalu jauh, maka

mempelai dibawa sungkem (sujud) kepada kedua orang tua pihak laki-laki. Sesudah

itu kembali ke rumah mempelai perempuan.

Sebagai acara tambahan, yaitu pada malam pertama diadakan acara membaca

Maulid Diba oleh ibu-ibu muda atau para gadis.Ada pula yang mengadakan

keramaian seperti Wayang Kulit atau hiburan lainnya sesuai dengan kemauan dan

kesanggupan tuan rumah itu sendiri.

Pada hari kedua pengantin mengantar sujud kepada mertua pihak lelaki yang

disambut dengan kegiatan selamatan mengumpul sanak saudara dekatnya. Hari-hari

berikutnya baelang (berkunjung) kepada famili dari kedua belah pihak. Maksudnya

adalah untuk memperkenalkan dan untuk mempererat rasa kekeluargaan.

Setelah kunjungan (baelangan) tersebut selesai semuanya, maka kegiatan dianggap

berakhir.

2.4 Busana Adat Pengantin Banjar, Kalimantan Selatan

Secara umum, busana adat pengantin Banjar terdiri dari tiga jenis, yaitu bagajah

gamuling baular lulut, ba’amar galung pancaran matahari, dan babajukun galung pacinan.

Page 5: Tata upacara pengantin banjar

Akan tetapi secara khusus, sebagian orang menyebut ada empat jenis, yaitu dengan tambahan

babaju kubaya panjang.

1. Asal-usul

Suku Banjar di Kalimantan Selatan terdiri dari tiga subetnis berbeda, yakni Pahuluan,

Batang Banyu, dan Kuala. Ketiga subetnis ini disebut dengan orang Banua dan dikenal

memiliki kreasi kebudayaan yang unik dan penuh makna, salah satunya tercermin dalam

busana adat pengantin. Baik di kampung maupun di kota, busana adat pengantin Banjar

masih digunakan dalam perhelatan pernikahan mereka. Meskipun busana adat tersebut telah

mengalami penambahan mode dan assesoris, namun realitas ini mencerminkan bahwa orang

Banjar masih peduli dalam menjaga tradisi leluhur mereka.

Menurut sejarahnya, secara umum busana adat pengantin Banjar terdiri dari tiga jenis,

yaitu bagajah gamuling baular lulut, ba’amar galung pancaran matahari, dan babajukun

galung pacinan. Akan tetapi secara khusus, sebagian orang menyebut ada empat jenis, yaitu

dengan tambahan babaju kubaya panjang. Busana jenis keempat ini merupakan

perkembangan busana adat pengantin Banjar di era modern, dan biasanya dengan tambahan

jilbab untuk pengantin perempuannya.

Ketiga jenis busana adat pengantin ini memiliki asal-usul perbedaan yang jauh, baik

dari sisi wujud, assesoris, warna, tata cara pemakaian, maupun makna simbolnya. Perbedaan

ini disebabkan oleh perbedaan terciptanya ketiga busana tersebut. Terlepas dari kontroversi

yang ada, perbedaan-perbedaan ini menunjukkan bahwa leluhur Banjar memiliki daya cipta

yang kaya. Busana adat pengantin Banjar menjadi ciri identitas kebudayaan orang Banjar

yang berkepribadian terbuka terhadap perkembangan zaman.

Busana adat pengantin jenis bagajah gamuling baular lulut menurut sejarah diciptakan

leluhur Banjar sekitar abad ke 15-16 M (Masehi) dan diangggap sebagai busana adat

pengantin yang pertama. Busana adat jenis ini dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu yang

tercermin dari pengantin laki-laki yang hanya bertelanjang dada. Busana jenis yang sama

juga dapat dilihat dari daerah Jawa, Bali, Dayak, atau Lombok. Dalam sejarahnya, daerah-

daerah tersebut juga mendapatkan pengaruhi kebudayaan Hindu.

Berbeda dengan jenis yang pertama, busana adat pengantin jenis ba’amar galung

pancaran matahari, dipercaya telah diciptakan oleh leluhur Banjar pada abad ke 17-18 M.

Busana pengantin jenis ini dipercaya sebagai busana Banjar kedua yang dipengaruhi

kebudayaan Hindu dan Islam. Hal ini dikarenakan pada abad tersebut Islam mulai masuk ke

wilayah Banjar.

Page 6: Tata upacara pengantin banjar

Sementara itu, busana adat pengantin jenis babajukun galung pacinan dipercaya telah

tercipta pada abad ke 19 M. Busana jenis ketiga ini dipengaruhi oleh budaya Arab dan

Tiongkok, hal ini terlihat dari wujud busana dan nama pacinan. Pada abad tersebut, suku

Arab dan Cina banyak bermukim di Banjar dan berbaur dengan masyarakat asli Banjar.

Dalam kehdiupan bermasyarakat terjadi akulturasi perilaku diantara sesama penduduk Banjar

.

Dari semua jenis busana adat pengantin Banjar di atas, jenis ba’amar galung pancaran

matahari adalah yang paling populer dan digemari masyarakat, karena wujudnya yang

tampak mewah dan wibawa jika dipakai, apalagi saat ini sudah dimodifikasi dengan

tambahan assesoris modern, seperti mahkota yang dibuat mewah. Meskipun demikian,

sebuah keluarga Banjar yang akan menggelar pernikahan, biasanya akan memilih salah satu

dari tiga jenis busana tersebut.

Pemilihan busana biasanya didasarkan pada kesukaan, biaya yang mereka mampu,

serta pola pikir mereka (ada yang mau sederhana dan ada yang mau mengkikuti adat

seluruhnya). Menurut para perias, pemilihan ini dapat terjadi karena perbedaan selera

masyarakat. Selain itu, hal ini justru memudahkan orang Banjar yang ingin menikah, karena

mereka memiliki banyak pilihan busana adat yang bagus-bagus dan bersahaja.

2. Jenis dan Bentuk Busana

a. Jenis bagajah gamuling baular lulut

1). Pengantin laki-laki

Busana jenis ini untuk pengantin laki-laki terdiri dari beberapa hal, yaitu:

• Mahkota terbuat dari logam bundar berbentuk dua ekor ular lidi yang melingkar dan

kepalanya saling bertemu

• Baju poko berupa kemeja lengan pendek tanpa kerah. Baju ini merupakan modifikasi

sekarang, karena aslinya pengantin laki-laki hanya bertelanjang dada

• Selawar (celana panjang), tingginya lebih kurang 10 cm di atas mata kaki dengan

bentuk kecil bagian bawah, lalu diberi hiasan motif pucuk rebung dari amnik-manik

dan mote-mote

• Tapih (sabuk pendek) bermotif khas binatang halilipan dalam posisi merayap ke

bawah berhias sulaman benang emas dan manik-manik atau mote

• Warna busana kuning cerah, merah atau hijau

Page 7: Tata upacara pengantin banjar

• Hiasan berupa kalung samban, kilat bahu garuda mungkur paksi sedang melayang,

pending atau ikat pinggang emas dengan kepala motif gula kelapa, dan keris pusaka

khas Banjar berbentuk sempana

• Hiasan bunga-bunga dari daun nyiur berbentuk halilipan, karang jagung berbentuk

belalai gajah yang dipasang di badan bagian depan, mawar dan melati kuncup yang

diuntai, dan bunga keris.

2). Pengantin perempuan

Busana jenis ini untuk pengantin perempuan terdiri dari beberapa hal, yaitu:

• Mahkota terbuat dari logam bundar berbentuk dua ekor ular lidi yang melingkar dan

kepalanya saling bertemu. Pada bagian depan diletakkan amar atau mahkota

berbentuk kepala ular naga berebut kumala. Sementara itu, pada bagian ekor ular,

diletakkan hiasan garuda mungkur paksi ketika melayang. Pada sekeliling mahkota,

diberi hiasan kembang goyang yang berjumlah ganjil

• Sanggul dengan rambut yang dihias kembang goyang dan untaian kuncup kembang

melati

• Udat atau kemben sebagai penutup dada yang dihias manik-manik. Namun, saat ini

sudah dimodifikasi dengan torso (penutup kepala yang sudah jadi)

• Selendang sebagai penutup punggung bagian belakang dan dada

• Kida-kida atau hiasan berbentuk bulat segilima penutup dada

• Kayu apu, kain untuk ikat pinggang

• Tapih berupa sarung panjang dengan motif khas halilipan berhias sulaman benang

emas dan manik-manik

• Hiasan kembang goyang, bonel (anting beruntai panjang), kalung kebun raja, kalung

samban pedaka, pending (ikat pinggang), gelang tangan, cincin permata, gelang kaki,

dan selop tutup (pada mulanya tanpa kaki)

• Bunga berupa karang jagung, anyaman janur, mawar dan melati wungkul, malai

depan (kalung dari mawar), bunga tangan berupa hiasan bunga dan daun sirih, untaian

melati, mawar, dan cempaka.

b. Jenis ba’amar galung pancaran matahari

1). Pengantin laki-laki

Busana jenis ini untuk pengantin laki-laki terdiri dari beberapa hal, yaitu:

• Laung atau destar

• Baju dalam atau kemeja putih lengan panjang berenda

Page 8: Tata upacara pengantin banjar

• Jas buka tanpa kancing

• Celana panjang

• Sabuk, sarung, atau tapih pendek bermotif khas binatang halilipan yang disulam

benang emas

• Tali wenang yaitu kain berwarna kuning sebagai ikat pinggang di atas sabuk

• Selop tutup berhias sulaman benang emas dan manik-manik

• Kembang untuk kalung dari mawar dan kembang diuntai untuk hiasan keris

• Hiasan berupa kalung emas pancaran matahari, keris pusaka khas Banjar berbentuk

sempana, gelang kaki berbentuk akar tatau, dan cincin permata.

2). Pengantin perempuan

Busana jenis ini untuk pengantin perempuan terdiri dari beberapa hal, yaitu:

• Mahkota amar galung pancaran matahari berupa permata yang tengahnya bermotif

buah nanas dan matahari

• Sanggul berbentuk bulan sabit

• Baju poko lengan pendek tanpa kerah dan pada ujung lengan dihias manik-manik

serta rumbai-rumbai

• Kida-kida penutup dada berbentuk bulat segilima

• Kayu apu sabuk selebar lebih kurang 15-20 cm yang berfungsi menutup baju poko

dan sarung

• Tapih atau sarung panjang motif khas binatang halilipan

• Hiasan berupa kembang goyang berumpun sebanyak 11-13 kuntum, sisir emas

berbentuk melati dengan lima kelopak, anting beruntai panjang, kalung cikak, kalung

kebun raja, kalung bentuk biji kurma, ikat pinggang emas, kilat bahu berbentuk

garuda paksi, gelang tangan berbentuk kembang jepun, cincin berbentuk pagar

mayang, gelang kaki, dan selop tutup bersulam benang emas

• Bunga-bunga berupa karang jagung berjumlah ganjil, kalung dari bunga mawar dan

melati yang sedang kuncup, daun sirih buah tangan yang terbuat dari daun sirih dan

dihias dengan bunga mawar, janur, serta bunga kenanga yang diuntai.

c. Jenis babajukun galung pacinan

1). Pengantin laki-laki

Busana jenis ini untuk pengantin laki-laki terdiri dari beberapa hal, yaitu:

• Kopyah alpe setinggi 15 cm berlilitkan surban dan dihias dengan untaian bunga melati

yang kuncup

Page 9: Tata upacara pengantin banjar

• Baju gamis dan jubah

• Selempang berupa kain panjang bersulam benang emas

• Selop tutup bersulam benang emas

• Hiasan kalung rantai dari emas, kalung permata yang dirajah ayat Al quran, dan

cincin bermata satu dari zamrud.

• Kembang tangan.

2). Pengantin perempuan

Busana jenis ini untuk pengantin perempuan terdiri dari beberapa hal, yaitu:

• Mahkota berbentuk setengah lingkaran bertahtakan permata

• Sanggul galung pacinan berbentuk bulat

• Kebaya lengan panjang berbentuk cheong sam dan berkerah shanghai, bersulam

benang emas dengan motif bunga teratai. Kebaya dipasangkan dengan rok besar

berhias sulaman motif Cina dengan taburan manik-manik

• Hiasan berupa kembang goyang berumpun sebanyak sepuluh kuntum, tusuk konde

berbentuk huruf Lam dengan permata batu mulia, tusuk bunga lima buah, tusuk konde

berbentuk burung hong beruntai manik-manik 2-4 buah berhias permata, kalung

kebun raja dari emas atau permata, kalung rantai panjang, anting-anting, gelang

tangan permata, gelang kaki berbentuk belah rotan, cincin permata, dan sisir emas dua

buah.

• Bunga-bunga berupa karang jagung tiga buah, sisir melati lima buah, dan bunga

tangan.

3. Nilai-nilai

Keunikan dan keanggunan busana adat pengantin Banjar, Kalimantan Selatan, sarat akan

nilai-nilai penting dalam kehidupan orang Banjar, antara lain:

• Simbol. Nilai ini tampak dari beragam hiasan yang memenuhi tiga jenis busana adat

pengantin Banjar. Simbol ular naga pada mahkota misalnya, dianggap orang Banjar

sebagai simbol tingginya derajat pemakainya, karena naga dipercaya sebagai raja ular.

Ular lidi menyimbolkan kecerdikan namun tetap rendah hati. Burung garuda paksi

sedang terbang melayang menyimbolkan ketangkasan. Bunga mawar melambangkan

keberanian, melati melambangkan kesucian, dan melati yang kuncup melambangkan

bahwa pengantin perempuan masih gadis (perawan). Sementara itu, binatang halilipan

melambangkan sifat rendah hati, jujur, tidak akan mengganggu orang lain kecuali jika

Page 10: Tata upacara pengantin banjar

diganggu lebih dahulu. Semua simbol-simbol ini dimaksudkan agar kedua mempelai

(juga semua orang) mengambil maknanya lalu mengaplikasikan pada dirinya.

• Seni. Nilai ini tercermin jelas dari wujud ketiga busana adat pengantin yang

diciptakan begitu indah dan detil. Sebuah hasil karya yang indah, detil, dan terlihat

mewah tentunya membutuhkan kreatifitas seni yang tinggi, tanpa itu semua, maka

busana-busana tersebut tidak akan menjadi busana adat. Nilai seni ini juga terlihat

dari beragam hiasan yang menempel pada busana, mahkota, dan ikat pinggang yang

semuanya terlihat mewah dan semakin membuat elegan pemakainya. Pemakaian

warna dan benang emas menjadikan busana-busana tersebut terlihat mahal dan

megah.

• Filosofis. Nilai ini terekam dari makna simbol yang terdapat pada ketiga jenis busana

adat. Dari nilai inilah masyarakat Banjar meletakkan busana adat pengantin mereka

sangat berharga sehingga mereka menggunakannya untuk perhelatan upacara

pernikahan. Dalam konteks ini, nilai filosofis menjadi penguat dan pendorong

masyarakat Banjar dengan hasil budaya leluhur mereka.

• Pelestarian budaya. Sebagai sebuah hasil karya leluhur, maka menggunakan busana

adat pengantin dalam setiap perhelatan pernikahan merupakan sebuah upaya nyata

terhadap pelestarian budaya. Hal ini sepertinya telah dilakukan oleh para generasi

muda Banjar yang peduli terhadap budaya mereka, yaitu dengan memodifikasi busana

adat pengantin mereka namun tetap tidak meninggalkan unsur aslinya.

• Identitas dan solidaritas sosial dan budaya. Busana adat pengantin Banjar adalah satu

penanda identias kebudayaan Banjar. Dengan menggunakan busana adat dalam

pernikahan, secara imajinatif menjadikan orang Banjar merasa memiliki identitas

sosial dan budaya yang kuat dan berbeda dengan suku bangsa lain di negeri. Melalui

imajinasi ini, jika sesama orang Banjar bertemu dalam sebuah acara kebudayaan atau

pernikahan Banjar, maka akan menambah rasa solidaritas mereka antarsesama orang

Banjar. Dalam konteks ini, busana adat telah menjadi media positif bagi persatuan dan

kesatuan masyarakat. Hal ini tinggal menjadi tugas budayawan dan pemerintah Banjar

untuk memanfaatkannya.

2.4 Tata Rias dan Busana Pengantin

1. Rias Wajah.

Tata cara merias wajah pengantin Kalimantan selatan;

• Pembersihan dan penyegaran

Page 11: Tata upacara pengantin banjar

• Alas bedak dan bedak kekuning-kuningan

• Bayangan mata : hijau, kuning menyerupai pelangi

• Alis seperti/dibentuk gugunungan dan ujungnya dibentuk kiliran taji (runcing),

warna hitam

• Celak dan mascara tanpa bulu mata palsu

• Pemerah pipi merah samar-samar

• Pemerah pipi merah sirih

• Catik, diantara alis di tengah-tengah,bentuk belah ketupat terbuat dari daun

sirih

• Lalintang di kanan kiri pelipis, berbentuk bulat seperti daun sirih

2. Rias Dahi

• Pada dahi dibuat gigi haruan berbentuk segitiga sama kaki, panjang gigi

haruan 2,5 cm, ujungnya pakai air guci, jumlahnya 7 atau 9.

• Membuat cecantung atau godek.

3. Rias Rambut/sanggul

Tata cara membuat riasan rambut/sanggul;

• Namanya GALUNG TINGGI BAGADANG

• Rambut dibagi menjadi 2 bagian, bagian belakang diikat di ubun-ubun,

bagian depan disasak dirapikan dijepit pada ikatan karet.

• Membuat susunggaran dikanan kiri

Contoh riasan dahi

Page 12: Tata upacara pengantin banjar

• Pada ikatan karet, dipasang GADANG, terbuat dari gedebok pisang, cara

membuat siku-siku 900 (lipat pandan), disesuaikan besar kecilnya kepala

• Lalu dipasang cemara yang panjngnya 1 m

• Cara membuat : cemara dibawa ke kanan, melingkar keatas gadang lalu

kebelakang,kedepan kiri jadi seperti membuat angka delapan.

Page 13: Tata upacara pengantin banjar

• Sisa rambut disatukan dan dihilangkan, dibuat rapi lalu dipakaikan harnet

• Hiasan sanggul;

• Memasang amar didepan galung

• Memasang karang jagung melati di belakang amar, membentuk kipas.

Dipasang dijari dari ujung amar kanan/kiri.

Gambar ; roncean melati

• Memasang karang jagung merak di belakang karang jagung melati.

• Dikanan/dikiri dipasang bogam

• Diatas bogam dipasang sumping, dipasang di kanan/kiri.

• Dipasang kembang goyang 7 atau 9 9 satu kembang goyang terdiri

dari 5 rumpun/7 rumpun, meletakkannya diatas karang jagung

berbentuk kipas

• Memasang malai

• Memasang surui bulan, dibelakang malai.

• Memasang sumping melati

Page 14: Tata upacara pengantin banjar

.

Gambar; roncean melati untuk sumping

Contoh hasil jadi riasan sanggul;

Contoh lagi hasil riasan sanggul tampak depan dan tampak belakang;

Sumping melati

Amar

Karang jagung melati

Kembang goyang

Bogem

Suri bulan

Page 15: Tata upacara pengantin banjar

Gambar;tampak depan

Amar

Bogem

malai

Sumping melati

Kembang goyang

Page 16: Tata upacara pengantin banjar

Gambar;tampak belakang

4. Busana

Busana Pengantin Banjar adalah jenis busana pengantin suku Banjar yang

terdiri 4 macam yaitu :

1. Bagajah Gamuling Baular Lulut, yaitu suatu jenis busana pengantin klasik yang

berkembang sejak zaman kerajaan Hindu yang ada di Kalimantan Selatan.

Usus-usus

Bunga mawar

Page 17: Tata upacara pengantin banjar

Gambar 8 : pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut

2. Baamar Galung Pancar Matahari, yaitu suatu jenis busana pengantin yang

berkembang sejak zaman munculnya pengaruh agama Islam dan kerajaan Islam

yang ada di Kalimantan Selatan. Amar artinya mahkota kecil yang dipakai

pengantin wanita, di Sumatera disebut sunting.

Page 18: Tata upacara pengantin banjar

Gambar 9 ; Pengantin Baamar Galung Pancar Matahari

3. Babaju Kun Galung Pacinan, yaitu suatu jenis busana pengantin yang

mencerminkan masuknya pengaruh pedagang Gujarat dan China di Kalimantan

Selatan.

Page 19: Tata upacara pengantin banjar

Gambar 10 ; Pengantin Babaju Kun Galung Pacinan

4. Babaju Kubaya Panjang, yaitu suatu jenis busana pengantin yang menggunakan

kebaya panjang.

Page 20: Tata upacara pengantin banjar

Gambar 11 ; Pengantin Babaju Kubaya Panjang

Cara pemakaian busana;

• Kain/tapih harus ada halilipan,air guci boleh penuh/tidak di baju poko atau

dikida-kida, kida adalah penutup dada.

• Arah kain boleh boleh kekiri/kanan, asal tumpal di depan

• Warna baju poko apa saja asal tidak hitam.

• Panjang baju sampai kepalan dam panjang lengan sampai siku

• Selop tertutup, disesuaikan warna baju boleh warna hitam tanpa border.

Page 21: Tata upacara pengantin banjar

5. Perhiasan

• Memakai kalung cekak dan kalung kebun raja/kalung rangkap

• Memakai anting-anting

• Memakai gelang kebun raja

• Memakai pending gula kelapa

• Kilat bahu

• Memakai cincin/utas, litring mata 5

3 atau pagar mayang terdiri dari mata

semua

• Memakai gelang kaki akar tata atau buku manisan

• Memegang bunga tangan

• Memakai kalung bunga malai.

Alung

Baju poko

Tapih pendek

Celana panjang

Selop bertutup

Kida-kida

Baju poko lengan pendek

Tapih

Page 22: Tata upacara pengantin banjar

Gambar;pengantin Kalimantan selatan

Gambar busana pengantin banjar

Busana Baamar Galung Rancanan Matahari

Kalung bogam

Bunga keris

Kilat bahu

Kalung cikak

Kalung bunga malai

Pendeng bertabur permata

Gelang kebun raja

Gelang kaki akar tata

Page 23: Tata upacara pengantin banjar

Busana Baamar Galung Modifikasi

Busana Babajukan Galung Pacinan

Busana Pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut

Page 24: Tata upacara pengantin banjar

Keterangan busana pengantin :

Busana Pengantin Banjar adalah jenis busana pengantin suku Banjar yang terdiri 4 macam

yaitu :

1. Bagajah Gamuling Baular Lulut, yaitu suatu jenis busana pengantin klasik yang

berkembang sejak zaman kerajaan Hindu yang ada di Kalimantan Selatan. Pengantin

wanita hanya memakai kemben yang disebut udat.

2. Baamar Galung Pancar Matahari, yaitu suatu jenis busana pengantin yang

berkembang sejak zaman munculnya pengaruh agama Islam dan kerajaan Islam yang

ada di Kalimantan Selatan. Amar artinya mahkota kecil yang dipakai pengantin

wanita, di Sumatera disebut sunting.

3. Babaju Kun Galung Pacinan, yaitu suatu jenis busana pengantin yang

mencerminkan masuknya pengaruh pedagang Gujarat dan China di Kalimantan

Selatan.

4. Babaju Kubaya Panjang, yaitu suatu jenis busana pengantin yang menggunakan

kebaya panjang.

Page 25: Tata upacara pengantin banjar