studi kasusdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · semoga laporan...
Post on 09-Feb-2018
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI PADA NY. S DENGAN EFUSI PLEURA
DI RUANG ANGGREK 1 RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
DI SUSUN OLEH:
SEPTIA PUTRI WAHYUNINGTYAS
NIM. P.09100
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012�
i��
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI PADA NY.S DENGAN EFUSI PLEURA
DI RUANG ANGGREK1 RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH:
SEPTIA PUTRI WAHYUNINGTYAS
NIM.P.09100
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
ii��
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Septia Putri Wahyuningtyas
NIM : P. 09100
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah :
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, April 2012
Yang Membuat Pernyataan
SEPTIA PUTRI W.
NIM. P. 09100
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY.S
DENGAN EFUSI PLEURA DI RUANG
ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
iii��
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Septia Putri Wahyuningtyas
NIM : P. 09100
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul :
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : ………………..
Hari/Tanggal : ………………..
Pembimbing : Erlina Windyastuti, S. Kep., Ns (…....………………….........)
NIK. 201187065
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI PADA NY. S DENGAN EFUSI PLEURA DI
RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
iv��
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Septia Putri Wahyuningtyas
NIM : P.09100
Progran Studi : DIII Keperawatan
Judul :
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi
DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal : 10 Mei 2012
DEWAN PENGUJI
Penguji I : Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns ( )
NIK : 201187065
Penguji II : Oktavianus, S.Kep.,Ns ( )
NIK : 201086056
Penguji III : Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns ( )
NIK : 201186076
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep., Ns
NIK. 201084050
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI PADA NY. S DENGAN EFUSI PLEURA DI
RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
v��
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Ny. S DENGAN EFUSI PLEURA DI
RUANG ANGGREK I RUMAH SAKIT RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA ”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagi pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk.
2. Setiyawan, S. Kep., Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
3. ErlinaWindyastuti, S. Kep., Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII
Keperawatan, sekaligus dosen pembimbing dan penguji I yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi
kesempurnaannya studi kasus ini.
4. Oktavianus, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji II yang telah memberikan saran,
kritik, masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam memfasilitasi
demi sempurnanya studi kasus ini.
vi��
5. Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji III yang telah memberikan
saran, kritik, masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta, staf, maupun karyawan yang telah memberikan bimbingan,
motivasi dengan sabar dan wawasanya serta ilmu yang bermanfaat.
7. Pihak Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta beserta staf keperawatan,
khususnya di ruang Anggrek 1 yang telah memberikan ijin dan kesempatan
bagi penulis untuk pengambilan data guna penyelesaian karya tulis ini.
8. Kedua orang tuaku, Bp. Sidiarto dan Ibu Hari Puji Hastuti yang selalu
memberi dukungan, inspirasi, dan doa untuk menyelesaikan pendidikan.
9. dr. Firma Nur R. dan Tegar Awan S. yang telah memberikan informasi
mengenai materi, peminjaman buku serta selalu memberikan motivasi,
semangat, dan dukungan hingga terselesaikannya tugas akhir ini.
10. Sahabat-sahabatku (Geng Bodrex) yang telah memberikan motivasi dan
selalu berjuang bersama, satu tujuan untuk meraih sukses bersama.
11. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak disebutkan satu-persatu,
yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan, Amin.
Surakarta, April 2012
Penulis
vii��
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………….......
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ……………………….
LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………
KATA PENGANTAR …………………………………………….
DAFTAR ISI ………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………...
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………...
B. Tujuan Penulisan ……………………………...
C. Manfaat Penulisan …………………………….
BAB II LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien ………………………………...
B. Pengkajian …………………………………….
C. Perumusan Masalah Keperawatan ……………
D. Perencanaan Keperawatan ……………………
E. Implementasi Keperawatan …………………..
F. Evaluasi Keperawatan ………………………..
Halaman
i
ii
iii
iv
v
vii
ix
x
1
3
4
7
8
12
13
14
16
viii��
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan …………………………………………..
B. Simpulan dan Saran ...……………………………….
Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
18
30
ix��
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar 2.1 Genogram Ny. S ..................................... 9
x��
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 3 Log Book Kegiatan Harian
Lampiran 4 Lembar Pendelegasian Pasien
Lampiran 5 Asuhan Keperawatan
xi�
LAMPIRAN
�
��
1��
�
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prevalensi penyakit saluran pernafasan di Indonesia adalah sebesar
923 per 100.000 populasi, yang terdiri dari 537 Penyakit Paru Obstruksi
Kronis dan 188 Asma (WHO, 2009). Pola 10 penyakit terbanyak pada
pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia tahun 2010 menurut Daftar
Tabulasi Dasar (DTD) menunjukkan bahwa nampak tingkat kematian
tertinggi pada 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit
adalah pneumonia sebesar 7,6%. Pada pasien rawat jalan, gambaran 10
penyakit terbanyak menunjukkan pola yang sedikit berbeda. Infeksi
saluran napas bagian atas akut lainnya memiliki jumlah kasus terbanyak
sebesar 291.356 kasus (Kemenkes RI, 2011).
Berdasarkan catatan medik Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang
jumlah prevalensi penderita efusi pleura semakin bertambah setiap
tahunnya yaitu terdapat 133 penderita pada tahun 2001. Dalam penelitian
ini didapatkan 18 penderita efusi pleura, distribusi jumlah penderita
perempuan 12 orang (66,7%) dan penderita laki- laki 6 orang (33,3%).
Sebagian besar penderita yaitu 13 orang (72,2%) berasal dari luar kota
Semarang, dan 5 orang (27,8%) dari kota Semarang. Sebanyak 10 orang
(55,6%) penderita efusi pleura memerlukan perawatan antara 1-10 hari.
1
�
2��
�
Penyebab efusi pleura terbanyak dalam penelitian ini adalah karena
neoplasma yaitu didapatkan 5 penderita (27,8%). Penderita perempuan
lebih banyak dari penderita laki-laki (Medikal Record, 2002).
Efusi pleura adalah penimbunan cairan dalam rongga pleura akibat
transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Pada
keadaan normal, rongga pleura hanya mengandung sedikit cairan sebanyak
10-20 ml yang membentuk lapisan tipis pada pleura parietalis dan
viseralis, dengan fungsi utama sebagai pelicin gesekan antara permukaan
kedua pleura pada waktu pernafasan. Penyakit- penyakit yang dapat
menimbulkan efusi pleura adalah tuberculosis, infeksi paru
nontuberkulosis, keganasan, sirosis hati, trauma tembus atau tumpul pada
daerah dada, infark pare, serta gagal jantung kongestif. Normalnya, dalam
rongga pleura terdapat sedikit cairan yang berguna untuk melumasi pleura
(visceral dan parietal) sehingga dapat bergerak. Pada gangguan tertentu,
cairan dapat berkumpul dalam ruang pleural pada titik dimana
penumpukan ini akan menjadi bukti secara klinis, dan hampir selalu
merupakan signifikan patologi. Efusi pleura yang luas akan menyebabkan
sesak napas yang berdampak pada pemenuhan kebutuhan oksigen,
sehingga kebutuhan oksigen dalam tubuh kurang terpenuhi. Hal tersebut
dapat menyebabkan metabolisme sel dalam tubuh tidak seimbang. Oleh
karena itu, diperlukan untuk pemberian terapi oksigen (Smeltzer, 2001).
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia dan merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem
3��
�
(kimia atau fisika). Oksigen (O2) merupakan gas tidak berawarna dan tidak
berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai
hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi,
penambahan karbon dioksida (CO2) yang melebihi batas normal pada
tubuh akan memberikan dapak yang cukup bermakna terhadap aktivitas
sel. Kapasitas (daya mulut) udara dalam paru- paru adalah 4.500-5.000 ml
(4,5-51). Udara yang diproses dalam paru- paru hanya sekitar 10% (±500
ml), yakni yang dihirup (inspirasi) dan yang dihembuskan (ekspirasi) pada
pernapasan biasa. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang
bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Oleh karena itu berbagai
upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini
terpenuhi dengan baik. Setiap perawat harus paham dengan manifestasi
tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi
berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut
(Mubarak, 2007).
Berbagai modalitas pengobatan digunakan ketika merawat pasien
dengan berbagai tipe gangguan pernapasan. Pilihan modalitas ini
didasarkan pada gangguan oksigenasi jika terdapat masalah dengan
ventilasi gas, difusi gas, atau keduanya. Terapi oksigen adalah pemberian
oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang ditentukan dalam
atmosfir lingkungan. Pada ketinggian laut, konsentrasi oksigen dalam
udara ruangan adalah 21%. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk
memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil
4��
�
menurunkan upaya bernapas dan mengurangi stres pada miokardium.
Transpor oksigen ke jaringan tergantung pada faktor- faktor seperti curah
jantung, kandungan oksigen arteri, konsentrasi hemoglobin yang adekuat,
dan kebutuhan metabolik. Semua faktor ini perlu diaplikasikan ketika
mempertimbangkan terapi oksigen (Bruner& Suddarth, 2001).
Berdasarkan observasi penulis pada tanggal 3 April 2012 di Ruang
Anggrek 1 RSUD Dr. Moewardi diperoleh data bahwa pasien dengan efusi
pleura 10 orang dari 48 pasien. Kasus ini menyebabkan kebutuhan oksigen
dalam tubuh pada pasien dengan efusi pleura kurang terpenuhi. Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah tentang
asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Ny. S
dengan efusi pleura di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan studi kasus tentang pemenuhan kebutuhan oksigenasi
pada Ny. S dengan Efusi Pleura di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. S pemenuhan
kebutuhan oksigenasi dengan efusi pleura.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. S
pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan efusi pleura.
5��
�
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. S
pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan efusi pleura.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. S pemenuhan
kebutuhan oksigenasi dengan efusi pleura.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. S pemenuhan
kebutuhan oksigenasi dengan efusi pleura.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada Ny. S
pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan efusi pleura.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Memperoleh dan memperluas wawasan untuk mengaplikasikan
asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan oksigen pada
pasien dengan efusi pleura, sehingga dapat dijadikan sumber ilmu dan
wawasan oleh penulis.
2. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan referensi tentang asuhan keperawatan dengan
pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan efusi pleura,
sehingga dapat digunakan bagi praktek mahasiswa keperawatan.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Manfaat penulisan ini dimaksudkan memberikan kontribusi laporan
kasus dengan pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan efusi
pleura bagi pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan
masalah khususnya dalam bidang/ profesi keperawatan.
6��
�
4. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan secara komprehensif khususunya
pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan efusi pleura.
7��
�
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 April 2012 jam 07.30 WIB,
kasus ini diperoleh dengan metode Auto dan Allo Anamnese, pengamatan,
observasi langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis, dan
catatan perawat, dari data pengkajian tersebut didapat hasil identitas klien,
bahwa klien bernama Ny. S, umur 60 tahun, agama Islam, alamat
Karangasem RT 5/3 Wirosari, Grobogan, pendidikan SD, pekerjaan
petani, nomor register 01120287, dirawat di Ruang Anggrek 1 kamar 1H
RSUD Dr. Moewardi, sudah sejak tanggal 29 Maret 2012 klien menjalani
perawatan dengan diagnosa oleh dokter Efusi Pleura. Yang bertanggung
jawab kepada klien adalah Ny. H, umur 30 tahun, pendidikan SD,
pekerjaan wiraswasta, yang beralamat di Karangasem RT 5/3 Wirosari,
Grobogan dan hubungan dengan klien adalah anak.
B. Pengkajian
Ketika dilakukan pengkajian tentang riwayat keperawatan, keluhan
utama yang dirasakan oleh klien adalah sesak nafas. Riwayat penyakit
sekarang Ny. S batuk sejak 3 bulan dengan dahak putih dan susah keluar,
2 minggu sebelumnya dahak kekuningan dan terkadang disertai bercak
darah. Klien mengeluh sesak nafas dan pada saat masuk rumah sakit
�
7
8��
�
Ny. S (60 th)
pernah mengalami gagal nafas. Ny. S sebelum dirawat inap di RSUD Dr.
Moewardi pernah dirawat di RS Panti Rahayu Purwodadi selama 5 hari
tetapi menurut keluarga klien, kondisi klien tidak membaik, kemudian
dirujuk ke RSUD Purwodadi selama 4 hari dan menurut hasil pemeriksaan
klien dinyatakan sakit maag. Setelah dilakukan perawatan dan
pemeriksaan akhirnya klien dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi guna
pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. Selama dirawat di RS Dr.
Moewardi Surakarta klien telah menjalani berbagai macam pemeriksaan
dan penanganan secara komprehensif. Saat pengkajian kondisi klien
tampak lemas dengan pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah 150/90
mmHg, nadi 110 kali per menit, pernapasan 30 kali per menit, suhu badan
37,8º C.
Pengkajian riwayat penyakit dahulu klien mengatakan belum
pernah menderita penyakit dengan keluhan yang sama, klien tidak
mempunyai riwayat alergi terhadap makanan, minuman, maupun kondisi
lingkungan/cuaca. Klien memiliki riwayat hipertensi stage 1, dan klien
tidak memiliki riwayat penyakit Diabetes militus, Asma.
Pengkajian riwayat kesehatan keluarga
Gambar 2.1
Genogram Ny. S
�
9��
�
Keterangan : : laki – laki
: perempuan
: pasien
: meninggal
: tinggal 1 rumah
Pada pengkajian riwayat kesehatan lingkungan, klien saat ini
tingggal dan dirawat oleh anaknya di daerah Karangasem RT 5/3 Wirosari,
Grobogan, daerahnya termasuk dalam lingkungan pedesaan yang jauh dari
tempat pembuangan sampah akhir, pabrik yang memproduksi limbah
industri, maupun saluran pembuangan. Klien mengatakan lingkungan
sekitarnya bersih dan selalu dilakukan kerja bakti, dan dalam
lingkungannya tidak banyak terdapat vektor (lalat/nyamuk).
Pengkajian fungsi kesehatan menurut Gordon pada Ny. S untuk
pola aktivitas dan latihan, sebelum sakit klien dapat melakukan aktivitas
secara mandiri seperti makan/ minum, toileting, berpakaian, mobilitas di
tempat tidur, berpindah, dan ambulasi/ ROM. Tetapi selama sakit klien
merasa sesak nafas dan dada terasa ampeg pada saat beraktivitas dan
memerlukan tambahan oksigen, aktivitas klien dengan cara dibantu oleh
orang lain. Pada pola istirahat dan tidur, klien mengatakan mengalami
gangguan yaitu kualitas tidur yang kurang nyenyak dan jam tidur yang
kurang karena terganggu akibat sesak nafas yang dideritanya, yang
�
10��
�
sebelumnya sewaktu sehat klien mampu mengoptimalkan waktu tidur dan
kualitas tidur yang baik.
Pengkajian pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak lemah,
kesadaran composmentis, dan jumlah skor glasgow coma scale (GCS)
untuk respon motorik 6, respon verbal 5, respon eyes 4. Pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 110
kali per menit, pernapasan 30 kali per menit, suhu 37,6º C. Pemeriksaan
dada ditemukan hasil ekspansi dada yang tidak simetris (pergerakan dada
yang tertinggal pada sisi yang sakit), vokal fremitus pada paru kanan dan
kiri tidak sama. Terkesan pada paru kanan lebih redup karena terdapat
cairan dan massa tumor. Saat dilakukan perkusi pada lapang paru kiri
sonor, dan pada lapang paru kanan adalah redup (terasa kurang bergetar).
Ada suara tambahan pleural friction-rub (suara terdengar kering, seperti
suara amplas pada kayu).
Pemeriksaan penunjang yang dijalani oleh klien adalah radiologi,
pemeriksaan darah rutin, kimia klinik, dan elektrocardiograf (EKG). Data
penunjang dari pemeriksaan radiologi tanggal 30 Maret 2012, yaitu
pemeriksaan multi Slice CT- Scan pada toraks didapatkan hasil
pemeriksaan yang menyatakan kesan massa pulmo dekstralobus inferior
segmen apical dengan pembesaran kelenjar getah bening stasiun 10R,
efusi pleura bilateral, multiple nodul metastase pada pulmo bilateral,
asites.
11��
�
Pada pemeriksaan penunjang hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan pada tanggal 29 Maret 2012, yaitu hemoglobin 11,6 g/dl
(normal : 12,0-15,6), hematokrit 35% (normal : 35-45), leukosit 10,3
ribu/uL (normal : 4,5-11,0), trombosit 264 ribu/uL (normal : 350-450),
eritrosit 4,20 juta/uL (normal : 4,10-5,10), SGOT 33 U/L (normal : 0-35),
SGPT 16 U/L (normal : 0-4), bilirubin total 0,29 mg/dl (normal : 0,00-
1,00), protein total 7,3 g/dl (normal : 6,2-8,1), albumin 7,3 g/dl (normal :
3,2-4,6) kreatinin 10,5 mg/dl (normal : 0,6-1,1), ureum 38 mg/dl (normal
kurang dari 50), natrium 130 mmol/L (normal : 132-146), kalium 3,0
mmol/L (normal : 3,3-5,1), klorida 98 mmol/L (normal : 98-106). Pada
pemeriksaan kimia klinik didapatkan pada tanggal 31 Maret 2012, yaitu
pH 7,450 (normal : 7,310-7.426), be -3,3 mmol/L (normal : -2 - +3), PCO2
30,0 mmHg (normal : 27,0-41,0), PO2 80,0 mmHg (normal : 60,0-100),
total CO2 21,0 mmol/L (normal : 19,0-24,0), O2 saturasi 95,0% (normal :
94,0-98,0), HCO3 20,1 mmol/L (normal : 21,0-28,0). Interpretasi hasil
elektrocardiograf (EKG) adalah sinus takikardi.
C. Analisa Data
Analisa data yang didapat pada Ny. S, umur 60 tahun, nomor
register 01120287, diagnosa medis Efusi pleura yaitu pada tanggal 3 April
2012, ditandai dengan data subyektif klien mengatakan sesak nafas, dada
terasa ampeg pada saat beraktivitas ditunjukkan dengan ventilasi nafas
dalam (hiperventilasi) nafas tidak teratur, dan badan terasa lemas. Data
obyektif, pada pemeriksaan dada ditemukan hasil ekspansi dada yang tidak
12��
�
simetris (pergerakan dada yang tertinggal pada sisi yang sakit), palpasi
vokal fremitus redup (kurang bergetar), auskultasi suara napas pleural
friction-rub (suara terdengar kering), pernapasan 30 kali per menit hasil
radiologi efusi pleura bilateral. Ditemukan diagnosa keperawatan pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi.
D. Intervensi
Tujuan dari tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis
adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan sesak nafas pada Ny. S berkurang, dengan kriteria hasil
menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam
rentang normal dan paru jelas/bersih, berpartisipasi dalam aktivitas/
perilaku meningkatkan fungsi paru, pernapasan dalam rentang normal (16-
24), suara nafas tambahan tidak ada.
Intervensi keperawatan yang dilakukan penulis untuk mencapai
tujuan tindakan keperawatan adalah kaji keluhan utama untuk
mengobservasi keadaan klien, monitor tanda-tanda vital dan keadaan
umum untuk indikator keadekuatan volume sirkulasi, observasi status
pernapasan dan kedalaman pernapasan untuk mengetahui peningkatan dan
kedalaman kerja napas, auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi
nafas tambahan untuk mengetahui adanya obstruksi jalan napas/ kegagalan
pernapasan, berikan oksigenasi yang adekuat untuk memaksimalkan
bernapas dan menurunkan kerja napas, beri posisi semi fowler untuk
memudahkan ekspansi paru, modifikasi lingkungan yang nyaman untuk
13��
�
memberikan kenyamanan pada klien, anjurkan kepada klien untuk
bernafas secara efektif untuk memudahkan pernapasan, kolaborasi dengan
dokter memberikan terapi sesuai program untuk mengurangi tanda-gejala
yang muncul.
E. Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 3 April 2012
jam 08.00, yaitu mengkaji keluhan utama dengan respon subyektif klien
mengatakan sesak nafas, respon obyektif nafas klien dalam dan tidak
teratur. Jam 08.15, yaitu memberikan oksigenasi yang adekuat dengan
respon subjektif klien mengatakan seseg agak berkurang, respon obyektif
klien tampak nyaman dengan pemberian oksigenasi 3 liter per menit. Jam
10.30, yaitu mengobservasi status pernapasan dan kedalaman pernapasan
dengan respon subyektif klien mengatakan masih sesak nafas, respon
obyektif nafas klien tampak terengah-engah dan pernapasan 30 kali per
menit. Jam 11.10, yaitu memonitor tanda-tanda vital dengan respon
subyek klien mengatakan bersedia, respon obyektif klien tampak lemas,
tekanan darah 120/100 mmHg, pernapasan 30 kali per menit, nadi 84 kali
per menit, suhu 35,2o C.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 4 April 2012
jam 08.00, yaitu mengobservasi keadaan klien dengan respon subyektif
klien mengatakan masih seseg, respon obyektif klien tampak lemas dan
pucat. Jam 08.15, yaitu mengobservasi status pernapasan dan kedalaman
pernapasan dengan respon subyektif klien mengatakan masih sesak nafas,
14��
�
respon obyektif nafas klien tampak terengah-engah, pernapasan 24 kali per
menit. Jam 08.30, yaitu berkolaborasi dengan dokter memberikan terapi
sesuai program dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia,
respon obyektif mengganti infus ringer laktat (RL) dengan aminovel dan
nebulizer 0,8 berotec + 0,2 mg atrofent. Pada jam 09.10, yaitu
memberikan posisi semi fowler untuk memudahkan ekspansi paru respon
subyektif klien mengatakan sedikit nyaman, respon obyektif klien tampak
lemas. Pada jam 09.15, yaitu memodifikasi lingkungan dengan respon
subyektif klien mengatakan tidak dapat beristirahat, respon obyektif
meminta keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang panas dan pengap
dengan membuka jendela dan menghidupkan kipas angin.
Jam 11.30, yaitu menganjurkan kepada klien untuk bernafas secara
efektif (tidak cepat dan dangkal) dengan respon subyektif klien bersedia,
respon obyektif klien kooperatif. Jam 12.05, yaitu memonitor tanda-tanda
vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia, respon obyektif
klien tampak lemas, tekanan darah 150/100 mmHg, pernapasan 20 kali per
menit, nadi 80 kali per menit, suhu 35o C. Jam 12.25, yaitu mengauskultasi
bunyi napas dan mencatat adanya bunyi napas tambahan dengan respon
subyektif klien bersedia, respon obyektif klien terdengar suara tambahan
pleural friction-rub (suara terdengar kering, seperti suara amplas pada
kayu).
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 5 April 2012
jam 08.00, yaitu mengobservasi keadaan pasien dengan respon subyektif
15��
�
klien mengatakan masih seseg, respon obyektif klien tampak lemas. Jam
08.30, yaitu berkolaborasi dengan dokter memberikan terapi sesuai
program dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia, respon
obyektif klien memberi infus aminovel dan nebulizer 0,8 berotec + 0,2 mg
atrofent. Jam 09.15, yaitu mengobservasi status pernapasan dan
kedalaman pernapasan dengan respon subyektif klien mengatakan masih
sesak nafas, respon obyektif pernapasan 24 kali per menit. Jam 09.30,
yaitu memberikan oksigenasi yang adekuat dengan respon subyektif klien
mengatakan seseg agak berkurang, respon obyektif klien tampak nyaman
dengan pemberian oksigenasi 3 liter per menit.
Jam 11.45, yaitu memonitor tanda-tanda vital dan keadaan umum
dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia, respon obyektif klien
tampak lemas, tekanan darah 110/90 mmHg, pernapasan 24 kali per menit,
nadi 96 kali per menit, suhu 36o C. Jam 12.10, yaitu mengauskultasi bunyi
nafas dan catat adanya bunyi nafas tambahan dengan respon subyektif
klien bersedia, respon obyektif terdengar suara tambahan pleural friction-
rub (suara terdengar kering, seperti suara amplas pada kayu). Jam 12.30,
yaitu modifikasi lingkungan yang nyaman dengan respon subyektif klien
mengatakan tidak dapat beristirahat, respon obyektif meminta keluarga
untuk memodifikasi lingkungan yang panas dengan membuka jendela dan
menghidupkan kipas angin dan tenang. Keluarga klien meminta pulang
atas permintaan sendiri karena ada suatu hal yang tidak dapat ditinggalkan.
16��
�
F. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan
pada tanggal 3 April 2012 jam 13.30 WIB, dengan menggunakan metode
SOAP yang hasilnya pada data subyektif klien mengatakan sesak nafas,
obyektif klien tampak lemah dan pucat, nafas dalam dan tidak teratur,
pernapasan 30 kali per menit. Hasil analisa, masalah pola nafas tidak
efektif belum teratasi karena kriteria hasil yang ditentukan dalam tujuan
sama sekali belum tercapai. Rencana selanjutnya, kaji keluhan utama,
observasi status pernapasan dan kedalaman pernapasan, berikan oksigenasi
yang adekuat, monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan,
suhu) dan keadaan umum.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan
pada tanggal 4 April 2012 jam 13.30 WIB, dengan menggunakan metode
SOAP yang hasilnya pada data subyektif klien mengatakan sesak nafas
dan tidak dapat beristirahat, data obyektif klien tampak lemah dan pucat,
nafas dalam dan tidak teratur, pernapasan 20 kali per menit. Hasil analisa
masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi karena masih ada beberapa
kriteria hasil yang belum tercapai. Rencana selanjutnya, observasi status
pernapasan dan kedalaman pernapasan, beri posisi semi fowler untuk
memudahkan ekspansi paru, anjurkan kepada klien untuk bernafas secara
efektif, monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum, kolaborasi dengan
dokter memberikan terapi sesuai program, auskultasi bunyi nafas dan catat
adanya bunyi nafas tambahan, modifikasi lingkungan yang nyaman.
17��
�
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan
pada tanggal 5 April 2012 jam 13.30 WIB, dengan menggunakan metode
SOAP yang hasilnya pada data subyektif klien mengatakan masih seseg,
data obyektif klien tampak lemah dan berbaring di tempat tidur,
pernapasan 24 kali per menit. Hasil analisa masalah pola nafas tidak
efektif belum teratasi karena masih ada beberapa kriteria hasil yang belum
tercapai. Rencana selanjutnya, observasi keadaan klien, observasi status
pernapasan dan kedalaman pernapasan, monitor tanda-tanda vital dan
keadaan umum, kolaborasi dengan dokter memberikan terapi sesuai
program, berikan oksigenasi yang adekuat, auskultasi bunyi nafas dan
catat adanya bunyi nafas tambahan, modifikasi lingkungan yang nyaman.
18��
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas proses keperawatan pada
Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada tanggal 3-5 April 2012 di ruang
Anggrek 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Prinsip dari pembahasan ini
dengan memperhatikan aspek kehidupan proses keperawatan yang terdiri
dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
Efusi pleura, pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan viseral dan parietal, adalah proses penyakit primer
yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap
penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil
cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan
permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Brunner and Suddart,
2002).
1. Pengkajian
Pengkajian pada asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada Ny. S dengan Efusi Pleura di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Pengkajian dilakukan dengan metode auto dan allo
anamnese, dimulai dari biodata, riwayat kesehatan, pengkajian pola
18
�
19��
kesehatan, pengkajian fisik, dan didukung dengan hasil pemeriksaan
penunjang.
Pada pemeriksaan fisik terutama saat dilakukan pengkajian
keluhan utama adalah sesak nafas dalam (hiperventilasi). Dispnea
(kesulitan bernapas atau pernapasan labored, napas pendek) adalah
gejala umum pada banyak kelainan pulmonal dan jantung, terutama jika
terdapat peningkatan kekakuan paru dan tahanan jalan napas. Sesak
napas mungkin merupakan suatu tanda klinis yang signifikan. Secara
umum, penyakit paru- paru mengakibatkan tingkat dispnea yang lebih
parah dibanding penyakit kronis. Efusi pleura yang luas akan
menyebabkan sesak napas. Area yang mengandung cairan atau
menunjukkan bunyi napas minimal atau tidak sama sekali
menghasilkan bunyi datar, pekak saat diperkusi (Smeltzer & Bare,
2002). Cairan di rongga pleura dapat menyebabkan sesak napas dan
kemampuan fisik yang menurun bergantung pada jumlah cairan serta
kecepatan timbulnya cairan. Makin banyak cairan, makin jelas sesaknya
dan makin cepat terbentuknya cairan, makin cepat dan jelas pula
timbulnya keluhan (R. Sjamsuhidajat, 2005).
Riwayat penyakit sekarang Ny. S batuk sejak 3 bulan dengan
dahak putih dan susah keluar, 2 minggu sebelumnya dahak kekuningan
dan terkadang disertai bercak darah. Klien yang batuk cukup lama
hampir selalu membentuk sputum. Batuk hebat, berulang, atau tidak
terkontrol yang tidak produktif akan sangat melelahkan dan berpotensi
20��
membahayakan. Pembentukan sputum adalah reaksi paru- paru
terhadap setiap iritan yang kambuh secara konstan. Batuk tersebut juga
dapat berkaitan dengan rabas nasal. Jumlah sputum purulen yang sangat
banyak (kental dan kuning atau hijau) atau perubahan warna sputum
kemungkinan menandakan infeksi bakteri (Smeltzer & Bare, 2002).
Pengkajian riwayat penyakit dahulu klien mengatakan belum
pernah menderita penyakit dengan keluhan yang sama, klien tidak
mempunyai riwayat alergi terhadap makanan, minuman, maupun
kondisi lingkungan/ cuaca. Beberapa penelitian menyebutkan efusi
pleura merupakan proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain
(Smeltzer & Bare, 2002). Pada riwayat kesehatan lingkungan tidak
ditemukan riwayat paparan radiasi yang mendukung penegakkan
diagnosa.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital Ny. S, yaitu tekanan darah
150/90 mmHg, nadi 110 kali per menit, pernapasan 30 kali per menit,
suhu 37,6 ºC. Penurunan difusi oksigen dari alveoli ke darah, seperti
yang terjadi pada kasus pneumonia berpengaruh pada perubahan tanda
vital meliputi peningkatan frekuensi nadi dan peningkatan frekuensi
dan kedalaman pernapasan. Selama tahap awal hipoksia, tekanan darah
meningkat, kecuali jika kondisi tersebut disebabkan syok. Peningkatan
aktivitas metabolisme tubuh menyebabkan peningkatan kebutuhan
oksigen. Saat sistem tubuh tidak mampu memenuhi peningkatan tubuh
21��
ini, maka kadar oksigenasi menurun. Kerja pernapasan klien meningkat
dan pada akhirnya klien akan memperlihatkan tanda dan gejala
hipoksemia. Klien yang mengalami penyakit paru ini beresiko tinggi
mengalami hipoksemia dan hiperkapnea. Dari hasil pengkajian
diperoleh data-data, frekuensi dan kedalaman pernapasan yang
meningkat, terdapat penggunaan otot bantu pernapasan, bernapas
dengan mulut, dan penurunan toleransi aktivitas (Potter & Perry, 2006).
Pemeriksaan dada ditemukan hasil ekspansi dada yang tidak
simetris (pergerakan dada yang tertinggal pada sisi yang sakit), vokal
fremitus pada paru kanan dan kiri tidak sama. Terkesan pada paru
kanan lebih redup karena terdapat cairan dan massa tumor. Saat
dilakukan perkusi pada lapang paru kiri sonor, dan pada lapang paru
kanan adalah redup (terasa kurang bergetar). Pada pemeriksaan fisik
didapatkan inspeksi gerak dada pada saat bernafas tampak adanya
dinding dada kanan tertinggal pada saat bernafas. Palpasi gerak dinding
dada saat bernapas juga tampak adanya dinding dada kanan tertinggal
pada saat bernapas, vocal fremitus terasa kurang bergetar. Perkusi redup
pada intra costa ke 4 dan sonor pada lapang paru kiri. Pada inspeksi ada
hemitoraks kanan yang tertinggal, pada palpasi vocal fremitus melemah
di basal paru kanan, pada perkusi didapatkan redup serta melemahnya
suara dasar vesikuler pada paru kanan menunjukkan kemungkinan
adanya penumpukan cairan pada kavum pleura yang disebut dengan
efusi pleura (Sylvia A. & Wilson, 2005). Ada suara tambahan pleural
22��
friction-rub (suara terdengar kering, seperti suara amplas pada kayu).
Kelainan pada pemeriksaan klinis yang berhubungan dengan efusi
pleura didapati jika volume melebihi 500 ml. Hal ini termasuk suara
pernapasan yang menghilang, pekak pada perkusi, vokal fremitus yang
melemah, dan pleural friction-rub (Aziz, 2006).
Pemeriksaan penunjang yang dijalani oleh klien, data penunjang
dari pemeriksaan radiologi tanggal 30 Maret 2012, yaitu pemeriksaan
multi Slice CT- Scan pada toraks didapatkan hasil pemeriksaan yang
menyatakan kesan efusi pleura bilateral. Pemeriksaan Radiografi dada
merupakan sarana diagnostik digunakan untuk mendapatkan gambaran
kasar anatomis paru dan jaringan sekitarnya. Rontgen paru dapat
memberi informasi tentang seberapa besar masalah yang terjadi jika
terdapat gejala yang berat (Tamsuri, 2008).
Pada pemeriksaan penunjang hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan pada hemoglobin 11,6 g/dl (normal : 12,0-15,6) menurun,
pH 7,450 (normal :7,310-7.426) meningkat, be -3,3 mmol/L (normal :
-2-+3) menurun, PCO2 30,0 mmHg (normal : 27,0-41,0) normal, PO2
80,0 mmHg (normal : 60,0-100) normal, HCO3 20,1 mmol/L (normal :
21,0-28,0) menurun. Alkalosis respiratorik ditandai dengan penurunan
PaCO2 dan penurunan konsentrasi ion hidrogen (peningkatan pH),
diakibatkan oleh penghembusan karbondioksida yang berlebihan (pada
waktu napas) atau oleh hiperventilasi (Potter & Perry, 2006).
Interpretasi hasil elektrokardiograf (EKG) adalah sinus takikardi.
23��
Mempunyai konsekuensi hemodinamika pada klien yang mengalami
kerusakan jantung karena tidak mampu mempertahankan beban kerja
yang meningkat (peningkatan konsumsi oksigen miokard) yang dibawa
oleh peningkatan denyut jantung yang persisten (Potter & Perry, 2006).
2. Perumusan Masalah Keperawatan
Perumusan masalah keperawatan yang diambil oleh penulis
adalah pemenuhan kebutuhan oksigenasi : pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan hiperventilasi yang ditunjukkan dengan data yang
menunjang yaitu data subyektif klien mengatakan sesak nafas, dada
terasa ampeg pada saat beraktivitas ditunjukkan dengan ventilasi nafas
dalam (hiperventilasi) nafas tidak teratur, dan badan terasa lemas. Data
obyektif, pada pemeriksaan dada ditemukan hasil ekspansi dada yang
tidak simetris (pergerakan dada yang tertinggal pada sisi yang sakit),
palpasi vokal fremitus redup (kurang bergetar), auskultasi suara napas
pleural friction-rub (suara terdengar kering), pernapasan 30 kali per
menit hasil radiologi efusi pleura bilateral, yang telah disesuaikan
dengan diagnosa keperawatan NANDA. Pola nafas tidak efektif adalah
ventilasi atau pertukaran udara inspirasi dan atau ekspirasi tidak
adekuat. Batasan karakteristik : penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi,
penurunan ventilasi per menit, dispnea, napas pursed-lip (dengan bibir),
timing rasio, penyimpangan dada (NANDA, 2005).
Penulis memprioritaskan diagnosa gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi : pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
24��
hiperventilasi dengan alasan mengacu pada indikator ketidakefektifan
pola napas yaitu memiliki frekuensi pernapasan dalam batas normal
dibandingkan nilai dasar (8-24 kali per menit), mengekspresikan
membaiknya perasaan sesak napas (Wahit, 2007).
3. Intervensi
Secara umum, tujuan asuhan keperawatan untuk klien dengan
masalah oksigenasi adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan
kenyamanan dan kemudahan saat bernapas, mempertahankan dan
meningkatkan ventilasi dan oksigenasi paru, meningkatkan kemampuan
untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik, serta mencegah berbagai
risiko yang terkait dengan masalah oksigenasi (misal : kerusakan
jaringan, gangguan keseimbangan asam-basa) (Mubarak, 2007).
Intervensi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan
kebutuhan dan respon klien, sehingga rencana tindakan dapat
dilaksanakan dengan spesifik (jelas), measurable (dapat diukur),
acceptance, rasional dan timing. Di dalam buku Rencana Asuhan
Keperawatan yang dikarang oleh Doengoes tahun 2000 pembahasan
dari intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil dan tindakan yaitu
pada diagnosa pemenuhan kebutuhan oksigenasi : pola napas tidak
efektif berhubungan dengan hiperventilasi mempunyai tujuan yaitu
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
sesak nafas pada Ny. S berkurang, dengan kriteria hasil menunjukkan
pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang
25��
normal dan paru jelas/bersih, berpartisipasi dalam aktivitas/ perilaku
meningkatkan fungsi paru, pernapasan dalam rentang normal (16-24),
suara nafas tambahan tidak ada. Intervensi yang dibuat sesuai dengan
teori pada buku Rencana Asuhan Keperawatan yang dikarang oleh
Doengoes mengacu pada pola pernapasan tidak efektif adalah kaji
frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi dada, auskultasi bunyi
napas dan catat adanya bunyi napas tambahan, tinggikan kepala dan
bantu mengubah posisi, observasi pola batuk dan karakter sekret,
dorong/bantu pasien dalam napas dalam dan batuk efektif, berikan
oksigen tambahan, berikan humidifikasi tambahan misal nebuliser.
Intervensi untuk pola pernapasan tidak efektif khususnya monitor
tanda-tanda vital dan keadaan umum, modifikasi lingkungan yang
nyaman tidak ada dalam teori tetapi penulis menambahkan intervensi
tersebut karena didasarkan pada kebutuhan dasar klien. Monitor tanda-
tanda vital dan keadaan umum untuk indikator keadekuatan volume
sirkulasi (Doengoes, 2000). Modifikasi lingkungan yang nyaman untuk
memberikan kenyamanan pada klien (Doengoes, 2000). Namun dalam
kasus ini penulis tidak mencantumkan kriteria hasil pola napas belum
dapat diukur karena memiliki manfaat klinis yang terbatas, yaitu pada
situasi ketika perawat secara pasti dapat mengatasi masalah (Tamsuri,
2008). Sedangkan penentuan waktu pencapaian selama tiga hari
mungkin terlalu singkat untuk dapat dicapai, mengingat pola nafas tidak
efektif mungkin tidak akan hilang sepenuhnya dalam kurun waktu
26��
tersebut. Penyusunan intervensi dalam kasus ini tidak sepenuhnya
sesuai dengan teori, namun disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan
klien. Intervensi untuk pola pernapasan tidak efektif khususnya
observasi pola batuk dan karakter sekret, dorong/ bantu pasien dalam
napas dalam dan batuk efektif terdapat dalam teori tetapi penulis tidak
menambahkan intervensi tersebut karena pada saat penulis melakukan
pengkajian pada klien tidak ditemukannya pola batuk dan karakter
sekret.
4. Implementasi
Penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana yang
telah disusun sebelumnya. Tindakan keperawatan tersebut adalah
mengkaji keluhan utama untuk mengobservasi keadaan klien
(Doengoes, 2000). Mengobservasi status pernapasan dan kedalaman
pernapasan untuk mengetahui peningkatan dan kedalaman kerja napas.
Tindakan yang dilakukan diperlukan untuk mengetahui adanya
frekuensi atau pola pernapasan dari kriteria standar/dasar dan adanya
perubahan frekuensi nadi dari nilai standar/dasar (Tamsuri, 2008).
Memberikan oksigenasi yang adekuat untuk memaksimalkan bernapas
dan menurunkan kerja napas. Memberikan oksigen secara kontinu
dengan aliran 1-6 liter per menit dengan konsentrasi 24% - 44%, aliran
lebih dari 6 liter per menit dapat menyebabkan nyeri sinus dan
mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat (Harahap,
2005).
27��
Memberi posisi semi fowler untuk memudahkan ekspansi paru,
anjurkan kepada klien untuk bernafas secara efektif untuk memudahkan
pernapasan. Diperlukan untuk memberikan kenyamanan dan membantu
mempertahankan stabilitas kerja jantung, sedangkan pemantauan
terhadap aliran oksigen merupakan hal yang penting karena
peningkatan aktivitas metabolisme tubuh menyebabkan peningkatan
kebutuhan oksigen. Saat sistem tubuh tidak mampu memenuhi
peningkatan tubuh ini, maka kadar oksigenasi menurun, sehingga
pemberian oksigen yang adekuat perlu dipertahankan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut (Doengoes, 2000).
Memonitor tanda-tanda vital dan keadaan umum untuk indikator
keadekuatan volume sirkulasi. Peningkatan pada tekanan darah sistem
vaskular paru, keadaan ini sering dijumpai pada penyakit
kardiovaskuler atau pernapasan yang serius (Wolff, 2005).
Berkolaborasi dengan dokter memberikan terapi sesuai program (ISO,
2010). Pemasukan cairan salah satunya adalah pemberian infus ringer
laktat (RL) adalah isotonik yang berfungsi untuk mengembalikan
keseimbangan elektrolit pada dehidrasi. Terapi yang didapatkan untuk
pemasukan cairan infus aminovel adalah vitamin dan elektrolit yang
berfungsi pada gangguan saluran gastrointestinal, anorexia dan
gangguan saluran gastrointestinal berat, peningkatan kebutuhan
metabolik (ISO, 2010).
28��
Terapi nebulizer 0,8 berotec + 0,2 mg atrofent adalah larutan
inhalasi yang berfungsi untuk mengobati obstruksi kronis saluran napas
yang reversibe, terutama bronkitis kronis disertai atau tidak emfisema
paru (Mim’s, 2009).
Terapi oksigen berfungsi untuk memenuhi kebutuhan oksigen di
seluruh bagian tubuh. Klien mengalami nafas dalam dan dangkal
menunjukan terjadinya asidosis atau pH darah menurun (asam). Terjadi
peningkatan kadar PCO2 dalam darah sedangkan kadar oksigen (O2)
menurun dalam darah. Klien akan bernafas dengan cepat yang berguna
untuk kompensasi untuk mengeluarkan karbon dioksida (CO2) dalam
darah. Terapi oksigen dibutuhkan untuk menyeimbangkan kadar
oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) dalam darah (Andry H, 2008).
Mengauskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas
tambahan untuk mengetahui adanya obstruksi jalan napas/kegagalan
pernapasan. Terdengar suara tambahan pleural friction-rub (suara
terdengar kering, seperti suara amplas pada kayu). Mengetahui bahwa
pleural friction-rub terjadi karena peradangan pleura, terdengar
sepanjang fase pernapasan (inspirasi sepenuhnya) (Aziz, 2006).
Memodifikasi lingkungan yang nyaman untuk memberikan
kenyamanan pada klien. Meminta keluarga untuk memodifikasi
lingkungan yang panas dengan membuka jendela dan menghidupkan
kipas angin dan tenang (Doengoes, 2000).
29��
5. Evaluasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan selama tiga hari sudah
dilakukan secara komprehensif dengan acuan Rencana Asuhan
Keperawatan (Doengoes, 2000) serta telah berkolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya didapatkan data hasil evaluasi keadaan klien dengan
kriteria hasil belum tercapai, maka gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi : pola napas tidak efektif pada Ny.S belum teratasi.
B. Simpulan
Simpulan yang didapatkan pada asuhan keperawatan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi pada Ny. S dengan Efusi Pleura sebagai berikut:
1. Pengkajian didapatkan Ny. S mengatakan sesak nafas, dada terasa
ampeg pada saat beraktivitas ditunjukkan dengan ventilasi nafas
dalam (hiperventilasi) nafas tidak teratur, dan badan terasa lemas.
Pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah 150/90 mmHg, nadi
110 kali per menit, pernapasan 30 kali per menit, suhu badan 37,8º.
Pola aktivitas dan latihan, klien merasa sesak nafas pada saat
beraktivitas dan memerlukan tambahan oksigen, aktivitas klien
dibantu oleh orang lain. Pada pola istirahat dan tidur, klien
mengatakan mengalami gangguan tidur akibat sesak nafas.
Pemeriksaan dada ditemukan hasil ekspansi dada yang tidak
simetris, palpasi vokal fremitus redup, auskultasi suara napas pleural
friction-rub, pernapasan 30 kali per menit, hasil radiologi efusi
pleura bilateral.
30��
2. Diagnosa keperawatan pada Ny. S yaitu pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan hiperventilasi.
3. Tujuan dilakukan intervensi keperawatan pada Ny. S adalah setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan sesak
nafas pada Ny. S berkurang, dengan kriteria hasil menunjukkan pola
nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal
dan paru jelas/ bersih, berpartisipasi dalam aktivitas/perilaku
meningkatkan fungsi paru, pernapasan dalam rentang normal (16-
24), suara nafas tambahan tidak ada. Intervensi keperawatan yang
dilakukan yaitu mengkaji keluhan utama, observasi status
pernapasan dan kedalaman pernapasan, berikan oksigenasi yang
adekuat, beri posisi semi fowler, anjurkan kepada klien untuk
bernafas secara efektif untuk memudahkan pernapasan, monitor
tanda-tanda vital dan keadaan umum, kolaborasi dengan dokter
memberikan terapi sesuai program, auskultasi bunyi nafas dan catat
adanya bunyi nafas tambahan, modifikasi lingkungan yang nyaman.
4. Implementasi keperawatan pada Ny. S pada tanggal 3-5 April 2012
yang dilakukan penulis adalah mengkaji keluhan utama,
mengobservasi status pernapasan dan kedalaman pernapasan,
memberikan oksigenasi yang adekuat, memberi posisi semi fowler,
menganjurkan kepada klien untuk bernafas secara efektif, memonitor
tanda-tanda vital dan keadaan umum, berkolaborasi dengan dokter
memberikan terapi sesuai program, mengauskultasi bunyi nafas dan
31��
catat adanya bunyi nafas tambahan, memodifikasi lingkungan yang
nyaman.
5. Evaluasi pada tanggal 3-5 April 2012 terhadap keberhasilan yang
dilakukan selama tiga hari sudah dilakukan secara komprehensif
dengan acuan Rencana Asuhan Keperawatan (Doengoes, 2000) serta
telah berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya didapatkan hasil
evaluasi keadaan klien dengan kriteria hasil belum tercapai, maka
masalah pola nafas tidak efektif pada Ny. S dengan efusi pleura
belum teratasi.
6. Tanda dan gejala yang muncul pada Ny.S adalah klien mengatakan
sesak nafas, dada terasa ampeg pada saat beraktivitas ditunjukkan
dengan ventilasi nafas dalam (hiperventilasi) nafas tidak teratur, dan
badan terasa lemas. Pemeriksaan dada ditemukan hasil ekspansi dada
yang tidak simetris, palpasi vokal fremitus redup, auskultasi suara
napas pleural friction-rub, pernapasan 30 kali per menit, hasil
radiologi efusi pleura bilateral. Diagnosa medis pola napas tidak
efektif pada Ny. S dengan efusi pleura dapat dipastikan karena tanda
dan gejala yang ada pada Ny.S sesuai dengan konsep teori dan
didukung dengan pemeriksaan rontgen dimana hasilnya terdapat
efusi pleura bilateral.
32��
C. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan
Efusi Pleura, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif
khususnya dibidang kesehatan antara lain :
1. Bagi Pendidikan
Diharapkan dengan mengetahui kasus pemenuhan kebutuhan
oksigenasi dapat dijadikan referensi dan daftar kepustakaan. Dapat
meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas
dan professional yang mampu memberikan asuhan keperawatan
secara menyeluruh dan secara komprehensif berdasarkan kode etik
keperawatan.
2. Bagi Profesi Keperawatan
Dapat digunakan sebagai referensi dan pengetahuan yang mampu
dikembangkan untuk memberikan pelayanan pada klien dengan efusi
pleura yang lebih berkualitas dengan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan.
3. Bagi Rumah Sakit
Bagi institusi pelayanan kesehatan, diharapkan Rumah Sakit
khususnya RSUD Dr. Moewardi Surakarta dapat memberikan
pelayanan dan mempertahankan hubungan kerja sama yang baik
antara tim kesehatan dengan klien yang ditujukan untuk
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal
pada umumnya dan klien efusi pleura pada khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Official Journal of The Indonesian Society of Respirology, Volume
30, No. 3, Jurnal Respirologi Indonesia Majalah resmi perhimpunan Dokter
Paru Indonesia. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/Jtptunimus-gdl-
handayaning-5251-3-bab3.pdf. Diakses tanggal 16 April.
Ariyanti, Tatik. 2003. Karakteristik dan penyebab Efusi Pleura pada penderita yang
dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Karyadi Semarang.
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/efusi%20pleura%20maligna.pdf. Diakses
tanggal 16 April 2012.
Aziz, M. Farid, Andrijono, Abdul Bari Saifuddin, 2006. Onkologi ginekologi : Buku
acuan nasional/editor, Edisi 1, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
Doengoes, E.Marilyn, Marry F.M., & Alice CM. Geissler, 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien, Edisi 3, Penerjemah I Made Kariasa, S.Kp, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Hartono Andry. 2008. Rawat Ginjal, Cegah Cuci Darah, Penerbit Kanisius,
Yogjakarta, Hal. 34.
Harahap, Ikhsanuddin Ahmad. 2005. Oksigenasi dalam suatu Asuhan Keperawatan,
Volume 1, Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30756/4/chapter%20II.pdf.
Diakses tanggal 18 April 2012.
ISO. 2010. ISO Informasi Spesialis Obat-obat Indonesia, Penerbit Ikatan Apoteker
Indonesia, Jakarta.
NANDA Internasional, (2010), Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2009-2010, Penerjemah Made Sumarwati, dkk, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
MIMS. 2008/2009. Petunjuk Konsultasi, Penerbit PT. InfoMaster lisensi dari CMP
Medica, Jakarta.
Mubarak, Wahid. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan Aplikasi
dalam Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal 205-219.
Pemerintah provinsi Jawa Tengah Dinas Kesehatan. 2006. Profil kesehatan provinsi
Jawa Tengah.
Potter, Patricia A. & Anne G. Perry, (2005), Fundamental of Nursing : Concepts,
Process, and Practice, Penerjemah Renata Komalasari, S.Kp, dkk, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Price, Sylvia A dan Lorrine M. Wilson, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit, Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, Jika Tidak
Dikendalikan 26 Juta Orang Di Dunia Menderita Kanker,
puskom.publik@yahoo.co.id,info@puskom.depkes.go.id,kontak@puskom.de
pkes.go.id. Diakses 6 April 2012.
R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Smeltzer, Suzzane C., Brenda G. Bare, (2002), Brunner & Suddarth’s Textbook of
Medical Nursing, Vol. 2, 8th
Ed, Penerjemah Esty Wahyuningsih, S.Kep., Ns.,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Tamsuri, Anas, S.Kp.,Ns. 2008. Klien gangguan pernapasan : seri asuhan
keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Wolff, Hans P., (2005), Speaking of High Blood Pressure, Penerjemah Liliy Endang
J., Penerbit PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
World Health Organization. 2009. Organisation Mondiale de la Sante : Departement
of Measurement and Health Information.
Wilkinson, Judith M., (2007), Nursing Diagnosis Handbook with NIC Interventions
and NOC Outcomes, 7th
Ed, Penerjemah Widyawati, S.Kep., M. Kes., dkk,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Septia Putri Wahyuningtyas
Tempat, tanggal lahir : Surakarta, 24 September 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : Perum Bumi Kencana Indah, Rt 01/ XVI, Colomadu,
Karanganyar
Riwayat Pendidikan : - TK : TK Aishiyah, Ngabeyan, Kartasura (tahun 1996)
� SD : SD Negeri Pucangan 04 (tahun 2003)
� SMP : SMP Negeri 1 Kartasura (tahun 2006)
� SMA : SMA Negeri 1 Kartasura (tahun 2009)
Riwayat Pekerjaan : -
Riwayat Organisasi : - Tahun2007: OSIS SMA Negeri 1 Kartasura (Sekretaris 2)
� Tahun 2007 : Dewan Ambalan (Pembina SMP)
� Tahun 2008 : ROHIS SMA Negeri 1 Kartasura (Bid.Humas)
� Tahun 2008 : KAPA Anti Narkoba (Ka.2)
� Tahun 2010 : IKM Kusuma Husada Surakarta (Bid. Pend)
� Tahun 2010 : FORMAKEP Jawa Tengah (Bid. Pendidikan)
� Tahun 2011 : KSR PMI Surakarta (Bidang Humas)
� Tahun 2011 : BEM STIKES Kusuma Husada (Sekretaris 2)
Publikasi : -
top related