strategi penertiban bangunan rumah masyarakat …
Post on 01-Dec-2021
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PROYEK PERUBAHAN
STRATEGI PENERTIBAN BANGUNAN RUMAH MASYARAKATBANTARAN SUNGAI KARANG MUMUS DI KOTA SAMARINDA
Disusun Oleh :
Drs. H. MUHAMMAD DARHAM, M.Si
NDH : 10
DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IIANGKATAN XII TAHUN 2019
PUSAT PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN DAN KAJIANDESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARASAMARINDA- KALIMANTAN TIMUR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Deskripsi..........................................................................................................................1B. Latar Belakang.................................................................................................................1
a. Urgensi.......................................................................................................................1b. Refrensi Sebelumnya.................................................................................................9
C. Tujuan dan Manfaat Untuk Organisasi Adaftif................................................................11a. Tujuan Proyek Perubahan..........................................................................................11b. Manfaat Proyek Perubahan........................................................................................14
D. Output dan Outcome........................................................................................................16E. Tahapan Perubahan Rencana Strategis............................................................................18F. Rencana Strategis Marketing...........................................................................................18
BAB II : PROYEK PERUBAHAN.....................................................................................20
A. Milestone / Tahapan .......................................................................................................20B. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ........................................................................................21C. Tata Kelola Proyek.........................................................................................................22
a. Tim Pengelola Administrasi.......................................................................................22b. Tim Pengelola Laporan..............................................................................................23
D. Identifikasi Stake Holder................................................................................................24E. Anggaran.........................................................................................................................24F. Identifikasi Potensi Kendala...........................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................25
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Bangunan rumah masyarakat sekitar sungai karang mumus di kota samarinda........4
Tabel 2. Jumlah Keseluruhan Jumlah Banguan Sekitar Bantaran SKM .................................5
Tabel 3. Perbandingan produk proyek perubahan.................................................................10
Tabel 4. Indikator Peta Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman................................13
Tabel 5. Teknik Komparasi Penentu Keberhasilan Dengan Metode SWOT.........................14
Tabel 6. Stakeholder..............................................................................................................24
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wa Rahmatullaji Wa Barakatuh
Segala puji hanya Milik Allah SWT dan atas limpahan karunia-Nya, penulis sebagai
project leader dalam Pendidikan dan Latihan Kepemimpinan Tingkat II Angkatan XII dapat
menyelesaikam tugas akhir berupa proyek perubahan dengan judul “ Strategi Penertiban
Bangunan Rumah Masyarakat Bantaran Sungai Karang Mumus di Kota Samarinda”. Proyek
perubahan ini merupakan salah satu syarat yang harus dilalui oleh para peserta untuk lulus
dalam pendidikan ini dan juga sebagai latihan kepemimpinan untuk menguji penguasaan
keilmuan dan keterampilan dalam membuat perubahan dan menggerakan stakeholder yang
terkait dengan pembuatan keputusan.
Selesai proyek perubahan ini tidak terlepas dari bimibingan, arahan, pendampingan
serta dukungan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Dr. H. Sugeng Chairuddin, M.Si sebagai mentor yang telah menyetujui, mendukung
serta memberi arahan dan petunjuk teknis dan non teknis dalam rangka penyusunan
Rancangan Proyek Perubahan.
2. Prof. Dr. Sukisno S. Riadi, M.M. sebagai coach yang telah memberi bimbingan
danarahan yang baik yang berkenaan teknis penyusunan proyek perubahan maupun
wawasan kepemimpinan yang dapat memberi semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan proyek perubahan ini.
3. Seluruh Tim Efektif Proyek Perubahan dan Staf Satuan Polisi Pamong Praja yang
telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan proyek
perubahan ini.
4. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan proyek perubahan ini.
Penulisan proyek perubahan ini jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun
teknik penulisanya. Untuk itu penulis dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran yang
konstruktif dari berbagai pihak untuk perbaikan proyek perubahan ini.
Wassalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh
Samarinda, Oktober 2019Project Leader
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Judul :
“STRATEGI PENERTIBAN BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT
BANTARAN SUNGAI KARANG MUMUS DIKOTA SAMARINDA.”
A. DESKRIPSI
1. Merumuskan kebijakan penertiban bangunan rumah masyarakat di Bantaran Sungai
Karang Mumus Kota Samarinda untuk mendukung program nasional.
2. Menyajikan data dan informasi penertiban rumah masyarakat tanpa IMB di
Bantaran Sungai Karang Mumus Kota Samarinda
3. Melakukan penanganan penertiban bangunan rumah masyarakat di Bantaran Sungai
Karang Mumus secara berkualitas dan terdokumentasi.
B. LATAR BELAKANG
a. Urgensi
Ditetapkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pusat dan Pemerintah Daerah, yang telah diganti dengan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah, membawa
implikasi terbukanya peluang pembangunan dengan pendekatan yang lebih sesuai
dengan karakteristik wilayah. Pembangunan dengan pendekatan tersebut akan memberi
peluang pada percepatan pembangunan daerah termasuk pembangunan daerah yang
relatif masih terbelakang.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, melalui Pasal 10 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah dan Pasal 2 dan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah, Pemerintah daerah
berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan dan peran serta masyarakat dalam pembangunan.
2
Pembangunan terjadi menyeluruh diberbagai tempat hingga ke pelosok-pelosok
daerah. Kegiatan pembangunan diharapkan dapat menunjang perekonomian negara,
sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan umum. Dalam hal ini pemerintahlah yang
mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk mengusahakan kesejahteraan bagi warga
negaranya. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya itu, menyebabkan begitu
banyak keterlibatan negara (pemerintah) dalam kehidupan warga negaranya, tidak
sebatas berinteraksi, tetapi sekaligus masuk dalam kehidupan warganya. Pemerintah
melaksanakan tugas negara, sementara di sisi lain warga juga mempengaruhi pemerintah
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya.1
Kota selalu berkembang baik secara alamiah maupun melalui proses perencanaan
dan perancangan. Perencanaan dan perancangan merupakan tuntutan kebutuhan dari
tujuan pembangunan kota,walau sering didapati kondisi yang tidak "ideal”. Terdapat tiga
orientasi pembangunan yang seharusnya diperhatikan dalam melakukan proses
pembangunan, yakni; orientasi pada pengembangan fisik (development orientation);
orientasi pada komunitas (community orientation) dan orientasi pada konservasi
(conservation orientation). Kepentingan pembangunan menjadi hal yang sangat
menentukan dalam keberhasilan/kegagalan "intervensi fisik” pembangunan kota. Sebagai
suatu proses, pembangunan kota seharusnya disadari merupakan suatu tindakan
menambah, merubah dan atau yang lama untuk menghadirkan sesuatu yang "baru” untuk
"memperbaiki” kondisi sebelumnya2. Kawasan perkotaan khususnya Kota Samarinda
dari waktu ke waktu terus mengalami kemajuan mengingat Samarinda merupakan tempat
yang strategis bagi kegiatan yang berkaitan dengan ekonomi dan sebagai destinasi wisata
dan pendidikan merupakan faktor pemikat pelaku bisnis properti lokal maupun luar
Samarinda.
Pemerintah Kota Samarinda melalui Satuan Polisi Pamong Praja(Satpol PP)
sebagai aparat Penegak Peraturan Daerah menertibkan daerahtersebut karena warga
bantaran Sungai Karang Mumuskarena tidak mempunyai ijinmendirikan bangunan di
atas tanah tersebut dan membuat tempat tersebutterlihat kumuh.
Terkait dengan rumah masyarakat tanpa IMB,pemerintah telah mengatur dengan
dikeluarkannya PeraturanMenteriDalamNegeriRepublik IndonesiaNomor32Tahun 2010,
TentangPedomanPemberianIMB,yangmenyatakan bahwa izinmendirikan
bangunan,yang selanjutnyadisingkatIMB,adalah perizinan yangdiberikanoleh
1 Y. Sri Pudyatmoko, Perizinan Problem dan upaya Pembenahan,PT.Grasindo,Jakarta, 2009, hlm..2.2 Wikantyoso, Respati. 2009. Pembangunan versus Pelestarian suatu “Dilema” Pembangunan KotaMalang, respati.ucoz.com /blog/pembangunan/2009 -11 -03 -13
3
pemerintahdaerah kepadapemohonuntuk membangunbaru,rehabilitasi/renovasi, danatau
memugar dalamrangka melestarikanbangunansesuai dengan persyaratan administratif
dan persyaratan teknis yang berlaku.3
Dwi menyatakan bahwa izin mendirikan bangunanatau yanglebihsering dikenal
IMB adalah izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan mambangunyang dapat
diterbitkan apabila rencanabangunandinilai telahsesuaidengan ketentuanyang
meliputiaspek pertanahan,aspek planologis (perencanaan), aspekteknis,aspek kesehatan,
aspek kenyamanan,danaspeklingkungan.4
Selanjutnya melalui Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 5 Tahun 2006,
Tentang IMB dijelaskanbahwadengan adanyaIzin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah
izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan untuk
mendirikan bangunan sehingga yang dimaksud agar desain, pelaksanaan pembangunan
dan bangunan sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku, sesuai dengan koefisien
dasar bangunan (KDB),koefisien lantai bangunan (KLB), koefisien ketinggian bangunan
(KKB) yang ditetapkan dan sesuai dengan syarat-syarat keselamatan bagi yang
menempati bangunan tersebut.5
Cara Pendirian bangunan/ hunian tersebut dilakukan tanpa ijin atau tanpa
sepengetahuan pejabat yang berwenang, hal tersebut sangat bertentangan dengan
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2006 tentang Izin Bangunan di Kota Samarinda.
Untuk menertibkan bangunan tanpa ijin atau yang sering disebut hunian liar tersebut
maka perlu menunjuk Satuan PolisiPamong Praja (Satpol PP) selaku penegak Peraturan
Daerah tersebut.
Dengan memperhatikan berbagai penjelasan di atas, maka diharapkan setiap
pembangunanyangdilaksanakanharus memiliki IMB dan benar-benar memanfaatkan
ruangyangamandannyamandalamrangkauntukmendukung terlaksananya
pembangunanperkotaan.Selanjutnya Izin MendirikanBangunan(IMB) berlakupula
untukbangunanrumahtinggallamayaitu bangunan rumahyangkeberadaannya secara
fisiktelahlamaberdiritanpaatau belum ber-IMB. Selainuntukrumahtinggal,izin
mendirikanbangunan jugaberlakuuntuk bangunan-bangunan dengan fungsi yang lain
seperti gedung perkantoran, gedung industri, dan bangunan fasilitas umum.
3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2010, TentangPedoman Pemberian IMB4 Dwi Yuni, Panduan Praktis Mengurus Izin Mendirikan Bangunan. Yogyakarta. (2008:11)5 Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 5 Tahun 2006, Tentang IMB
4
Izin mendirikan bangunan memilikidasar hukum yang harusdipatuhisehingga
mutlakharus dimiliki setiap orang yang berniat mendirikan sebuah bangunan. Fenomena
banyaknya bangunan yang tidakmemiliki izinmendirikanbangunan di Kota
Samarinda,disebabkanoleh faktor-faktor seperti kurangnya pengetahuanmasyarakat
mengenai izin mendirikan bangunan, kesulitan dalam pengurusannya,juga biaya yang
dirasakan terlalu mahal untuk mengurus perizinannya.Halinitentunya menjadi masalah
yang sangat krusial, karenaapabila tidak memiliki izinmendirikanbangunan, maka
bangunan yang dibangun tidak akan memperhatikan ketentuan-ketentuanyang telah
ditetapkan dalam peraturan yang harus dipatuhidalam pelaksanaanpembangunan,
sehinggatidak sesuaidenganrencanatata ruangkotadan bangunan tersebutdapat
menimbulkanmasalah karenamengganggu kepentingan umum dan lingkungan sekitarnya
bahkan keselamatan pemilik bangunan tidak terjamin.
Banyaknya Rumah Masyarakat yang tidak ada IMB dalam waktu beberapa tahun
terakhir khususnya yang berada di Bantaran Sungai Karang Mumus dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 1Bangunan Rumah Masyarakat Sekitar Bantaran Sungai Karang Mumus di
Kota Samarinda
No LOKASI Kelurahan Jumlah BangunanJembatan III Sungai Pinang Luar 137
Sidomulyo 66Jembatan IV Sungai Pinang Luar 187
Pelita 244Sidomulyo 295
Jembatan V Bandara 338Dadi Mulya 73Sidodadi 482
Jembatan VI Temindung Permai 140Jembatan VII Temindung Permai 299
Gunung Lingai 112Sempaja Utara 49
Jembatan VIII Sempaja Timur 68Jumlah Total 2.490
Sumber Dokumen :Keluarahan Terkait
Data pada tabel tersebut,jumlah bangunan yang berada di Bantaran Sungai
Karang Mumus Kota Samarinda akan dirinci berdasarkan Kelurahan, seperti pada tabel
berikut:
Tabel 2
5
Jumlah Keseluruhan Jumlah Banguan Sekitar Bantaran Sungai Karang MumusDi Kota Samarinda
No Kelurahan Jumlah Bangunan1 Sungai Pinang Luar 3242 Sidomulyo 3613 Pelita 2444 Dadi Mulya 735 Bandara 3386 Sidodadi 4827 Gunung Lingai 1128 Sempaja Timur 689 Sempaja Utara 4910 Temindung Permai 439
Jumlah Total 2.490Sumber Dokumen :Keluarahan Terkait
Proyek perubahan ini dilakukan, mengingat Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
merupakan hal penting sebagai syarat untuk berdirinya sebuah bangunan. Pemerintah
dengan Undang-Undang No.28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung di Indonesia
diwajibkan untuk memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)6. Untuk bangunan dengan
fungsi khusus, IMB dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Dasar utama
penerbitan IMB adalah Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung.
Pengertian bangunan gedung dalam Undang-Undang tersebut adalah wujud fisik hasil
pekerjaan kontruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagai atau
seluruhnya berada di atas dan atau didalam tanah dan air, yang berfungsi sebagai tempat
manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
Sebelum memulai mendirikan bangunan, sebuah rumah atau bangunan sebaiknya
memiliki kapasitas hukum atas kelayakan, kenyamanan, keamanan sesuai dengan
fungsinya. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) tidak hanya diperlukan untuk mendirikan
bangunan saja tetapi juga dibutuhkan untuk membongkar, merenovasi, menambah,
mengubah atau memperbaiki yang mengubah bentuk atau struktur bangunan. Tujuan
diperlukannya ijin mendirikan bangunan adalah untuk menjaga ketertiban, keselarasan,
kenyamanan, dan keamanan dari bangunan itu sendiri terhadap penghuninya maupun
lingkungan sekitarnya. Dalam pengurusan ijin mendirikan bangunan diperlukan
pengetahuan akan peraturan-peraturan sehingga dalam mengajukan ijin mendirikan
6 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung di Indonesia, Jakarta.
6
bangunan, informasi mengenai peraturan tersebut sudah didapatkan sebelum pembuatan
gambar kerja arsitektur.
Agar didalam pelaksanaan pembangunan tidak menimbulkan masalah atau
hambatan perlu adanya sarana perangkat perizinan mendirikan bangunan dan rencana
tata ruang yang mantap. Rencana tata ruang yang mantap atau sudah operasional
merupakan sarana pengendali perkembangan fisik di dalam pelaksanaan pembangunan,
yang berarti bahwa rencana tersebut sudah diberikan landasan hukum pelaksanaannya
berupa peraturan daerah atau yang disingkat dengan PERDA. Sebagai syarat untuk
menjamin berfungsinya rencana tata ruang wilayah tersebut maka didalam proses
penyiapan, penyusunan, dan pelaksanaannya perlu dukungan dan instansi-instansi
vertikal atau dinas-dinas pemerintahan daerah Kota Samarinda maupun partisipasi
masyarakat didalam penanganannya.
Masalah yang muncul terkait Izin Mendirikan Bangunan (IMB), karena sebagian
masyarakat merasa prosedur perizinan cukup berbelit-belit serta ketiadaan biaya untuk
mengurus izin tersebut bagi masyarakat yang tidak mampu. Keresahan itu sebenarnya
berujung pada kurangnya sosialisasi tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang
dilakukan oleh instansi terkait, sehingga masyarakat belum memahami bahwa Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) adalah merupakan alat pengendali pemanfaatan ruang
serta berfungsi sebagai jaminan kepastian hukum atas bangunan tersebut.
Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat akan arti pentingnya memiliki IMB,
masih banyak dijumpai kegiatan pelanggaran pembangunan dan persoalan peruntukan
bangunan yang terjadi pada masyarakat, yaitu munculnya bangunan-bangunantanpa
IMB, Bangunan yang didirikan tidak sesuai dengan peruntukan dan tata ruang serta
bangunan bangunan liar di berbagai lokasi dan kawasan, yang akhirnya banyak terjadi
penggusuran bangunan secara paksa.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kebijakanIzin Mendirikan Bangunan (IMB)
di Kota Samarinda, diharapkan dapat memenuhi tujuan yang telah ditetapkan terutama
dalam hal penyederhanaan prosedur. Kepemilikan bangunan sering menjadi sengketa
publik yang berkepanjangan.
Permasalahan penertiban bangunan rumah masyarakat tanpa IMB yang dihadapi
saat ini tidak segera diantisipasi atau dicarikan solusinya, dihawatirkan akan berdampak
terhadap institusi dalam perumusan kebijakan. Faktor tersebut mempengaruhi efektif
atau tidaknya suatu peraturan hukum tidak efektif dapat ditemukan dalam kerangka
proses pengimplementasiannya oleh para pelaksana baik lembaga penerap sanksi
7
maupun masyarakat pemegang peran. Dalam hal ini model bekerjanya peraturan hukum
menurut Robert B. Siedmen dalam Soemitro7 dapatlah dijadikan acuan, seperti
digambarkan sutu diagram berikut :
Gambar 1
Gambar 2.Pengaruh Kekuatan Sosial, Politik, dan Ekonomi
Berdasarkan skema tersebutterdapat berbagai macam faktor yang dapat
mempengaruhi bekerjanya suatu peraturan hukum dalam masyarakat, seperti pengaruh
kekuatan sosial, politik, dan ekonomi (faktor non hukum). Adapun pengaruh-pengaruh
non hukum tersebut tertuju pada para pelaksana peraturan hukumnya seperti lembaga
penerapan sanksi dan pemegang peranan. Di samping itu pula penerapan sanksi juga
akan sangat berpengaruh pada tingkat kepatuhan para pemegang peran (masyarakat).
Faktor-faktor yang telah disebutkan di atas juga berpengaruh pada proses
bekerjanyastrategipenertiban bangunan rumah masyarakat tanpaIMB di Kota Samarinda.
Dengan bertolak pada model bekerjanya peraturan hukum dari Robert B. Siedmen.
Peraturan Daerah Kota Samarinda tentang IMB sebagai suatu bentuk peraturan
hukum tertulis dibuat untuk menegakkan perilaku dalam mendirikan bangunan hanya
dapat berfungsi secara efektif apabila apabila memenuhi tiga syarat yang menurut
Satjipto Rahardjo8adalah :
7 Ronny Hanitijo Soemitro, Politik, Kekuasaan, dan Hukum, Semarang : Badan PenerbitUniversitasDiponegoro, 1998, hal. 127.8 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung : Citra Aditya, Bakti, 2000), hal 20.
8
1. Syarat filosofis, yaitu bahwa hukum dapat memberikan keadilan bagi masyarakat
yang dijadikan sasarannya. Tidak boleh suatu hukum menimbulkan diskriminasi
tehadap beberapa individu atau kelompok masyarakat tertentu.
2. Syarat yuridis lebih menekankan pada segi kepastiaan hukumnya. Kepastian hukum
merupakan suatu ukuran/derajat yang mementukan ketegasan atau kejelasan dari
suatu ketentuan hukum tentang hak dan kewajiban orang/badan hukum (subyek
hukum) dalam kehidupan masyarakat, tentang apa-apa tindakan yang dapat dilakukan
oleh aparat penegak hukum terhadap perbuatan yang melawan hukum dan terhadap
pelakunya, dan lan-lain. Adanya kepastian hukum tersebut dapat diukur dari ada atau
tidaknya peraturan hukum itu sendiri serta sinkronisasi dengan peraturan hukum yang
ada di atasnya.
3. Syarat sosiologis, yaitu bahwa suatu hukum dapat berfungsi apabila norma-norma
yang masihbersifat abstrak seperti yang termuat dalam pasal-pasalnya
diimplementasikan oleh para pelaksananya baik masyarakat maupun aparat penegak
hukumnya.
Dalam kaitanya dengan permasalahan pada strategi penertiban bangunan rumah
masyarakat di Bantaran Sungai Karang Mumus dan tidak efektifnya Peraturan daerah
dalam mendisiplinkan masyarakat untuk memohonkan ijin sebelum membangun
bangunan,ketiga syarat tersebut belum terpenuhi seluruhnya, khususnyadalam hal ini
syarat sosiologis.
Dalam hal syarat sosiologis, Peraturan Daerah Kota Samarinda berkaitan dengan
penertiban bangunan masyarakat di Bantaran Sungai Karang Mumus Kota Samarinda
ternyata belum dapat diimplementasikan dengan baik oleh aparatpelaksananya dan
masyarakat Kota Samarinda itu sendiri. Penyebab utamanya adalah belum
tersosialisasinya mengenai penertiban bangunan masyarakat yang masuk jalur hijau
ataupun yang tanpa IMB kepada masyarakat dengan jelas dan tegas.
Satpol PP sebagaiSatuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan unsur
penyelenggara pemerintahandaerah yang dalam upaya mencapai keberhasilannya perlu
didukung dengan perencanaan yang baik sesuai dengan visi dan misi
organisasi.Pendekatan yang dilakukan adalah melalui perencanaan strategis yang
merupakan serangkaian rencana tindakan dankegiatan mendasar yang dibuat untuk
diimplementasikan oleh organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya.
9
Satpol PP sebagai Lembaga Penegakan Hukum Perda IMB Belum Berfungsi
secara Optimal dalam melakukan penertiban bangunan masyarakat tanpa IMB dan
penerapan sanksi, begitu juga dalam pengawasan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengamanatkan bahwa setiap Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diwajibkan menyusun rencana strategis yang
selanjutnya disebut Renstra SKPD.Renstra SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi,
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya,
berpedoman pada RPJMD dan bersifat indikatif. Sementara itu, Undang- Undang Nomor
25 Tahun 2004 menyebutkan bahwa Renstra SKPD merupakandokumen perencanaan
SKPD untuk periode 5 (lima) tahun.
b. Referensi Sebelumnya
Untuk menjamin originalitas dan menghindari terjadinya plagiarism proyek
perubahan, maka telah dilakukan penelitian kepustakaan di perpustakaan dan beberapa
sumber pustaka lainnya, khususnya terhadap proyek-proyek perubahan yang telah dibuat
sebelumnya. Adapun beberapa proyek perubahan yang ada relevansinya dengan proyek
perubahyan ini, antara lain :
1. Proyek Perubahan Karya Danu Waspodo, SIK pada tahun 2018, dengan judul
“Strategi Penerbitan Asplikasi Pelaporan Berbasis Teknologi Informasi Guna
Meningkatkan Pelayanan Publik di Dit Polairud Polda Kepri”.9
2. Proyek Perubahan karya Dr. Asep N. Mulyana pada tahun 2019, dengan judul
“Strategi Penyiapan Bahan Kebijakan Penegakan Hukum Berbasis Tenologi
Informasi”.10
Proyek perubahan tersebut di atas, terdapat beberapa perbedaan mendasar antara
kedua proyek perubahan yang telah dibuat sebelumnya dengan Rancangan Proyek
Perubahan ini, antara lain :
1. Proyek Perubahan yang dibuat Danu Waspodo terkait dengan pelaporan pelayaran
dan aktivitas perairan di wilayah Provinsi Kepualauan Riau. Oleh karena aplikasi
pelaporan pelayaran berbasis teknologi yang dibuat dalam proyek perubahan
dimaksudkan untuk merespon laporan pengaduan masyarakat terkait kecelakaan
dan tindak pidana di laut.
9Danus Waspodo, Strategi Penerbitan Asplikasi Pelaporan Berbasis Teknologi Informasi GunaMeningkatkan Pelayanan Publik di Dit Polairud Polda Kepri, Jakarta : Penyetaraan Alumni PelatihanReform Leader Academy Angkatan I, Lembaga Administrasi Negara, 2018.10Asep N. Mulyana, Strategi Penyiapan Bahan Kebijakan Penegakan Hukum Berbasis TenologiInformasi. Jakarta : Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat II Angkatan III, LembagaAdministrasi Negara, 2019.
10
2. Proyek perubahan yang dibuat oleh Asep N. Mulyana terkait dengan pelaporan
kebijakan penegakan hukum di Kejaksaaan RI. Oleh karenanya pelaporan penyiapan
kebijakan berbasis teknologi yang dibuat dalam proyek perubahan dimaksudkan
untuk menjamin percepatan dan ketepatan dalam setiap menjalankan bussiness
process.
Sementara Rancangan Proyek Perubahan yang dibuat penulis terkait dengan
strategiPenertiban Bangunan Rumah Masyarakat Bantaran Sungai Karang Mumus di
Kota Samarinda, yang tidak saja meliputi penyajian data dan informasi penertiban
rumah masyarakat tanpa IMB melainkan juga merumuskan langkah-langkah
penanganan Bangunan Rumah Masyarakat tanpa IMB, agar tidak menimbulkan
permasalahan dalam penangannya. Upaya yang dapat dilakukan melalui peningkatan
pengawasan aparat Satpol PP, penerapan pola pembinaan yang tepat dan berdaya guna,
dan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.Berikut perbandingan Produk
Proyek Perubahan sebelumnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3Perbandingan Produk Proyek Perubahan
N
o
PROJECT LEADER JUDUL POPULER LOKUS & SUBSTANSI
1Danu Waspodo, SIK,
2018
Strategi Penerbitan Asplikasi Pelaporan
Berbasis Teknologi Informasi Guna
Meningkatkan Pelayanan Publik di Dit
Polairud Polda Kepri
Aplikasi Pelaporan Pelayaran di Kepri
2 Dr. Asep Mulyana, 2019
Strategi Penyiapan Bahan Kebijakan
Penegakan Hukum Berbasis Tenologi
Informasi
Bussiness Process, bank data dan template bahan
kebijakan Gakum terpadu Bidang Polhukam
3Drs. H. Muhammad
Darham, M.Si
Strategi Penertiban Bangunan Rumah
Masyarakat Bantaran Sungai Karang
Mumus di Kota Samarinda
peningkatan pengawasan aparat Satpol PP, penerapan
pola pembinaan yang tepat dan berdaya guna, dan
peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat
C. TUJUAN DAN MANFAAT UNTUK ORGANISASI ADAFTIPA.Tujuan Proyek Perubahan
Proyek perubahan ini bertujuan :
1. Menertibkanbangunan rumah masyarakat di Bantaran Sungai Karang Mumus
baik yang tidak memiliki IMB maupun yang memiliki IMB, karena wilayah
11
tersebut merupakan proyek nasional. Dengan penertiban itu diharapkan
bangunan yang ada sesuai denganfungsinya danmemenuhi persyaratan teknis.
2. Membangun, mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan kondisi dan potensi daerah dalam pelaksanaan pembangunan.
3. Mengharmonisasikandan mensinergikan kebijakanyang tertuang dalam
ketentuanatau peraturan perundang-undanganyang dibuat oleh pemerintah
sehingga memiliki sifat yang mengikat dan memaksa.
Mengingat bahwa pertambahan penduduk akan berpengaruh pada meningkatnya
kebutuhan ruang bagi tempat tinggal dan melakukan aktivitas lainnya, secara nyata juga
pertambahan serta perkembangan penduduk itu akan sangat mempengaruhi laju
pekerjaan pemerintahan Kota Samarinda. Ini akan terlihat jika peningkatan kebutuhan
ruang bagi penduduk akan terwujud pada penambahan jumlah bangunan yang akan
didirikan.
Beberapa bangunan yang didirikan tersebut akan membentuk sebuah lingkungan
dan kawasan-kawasan. Selanjutnya kawasan tersebut akan selalu berkembang sehingga
memerlukan penataan yang baik bagi kehidupan kedepan. Dan disinilah letak tugas
Satpol PP Kota Samarinda dalam mengawasi peruntukan bangunan dan yang tidak
memiliki IMB yang ada di Kota Samarinda. Dimana satu sisi Satpol PP ini diharapkan
mampu mengawasi bangunan yang tidak sesuai dengan peruntukannya dalam rangka
menciptakan kota yang nyaman, teratur, terarah dan serasi. Berdasarkan hal tersebut
diatas maka sudah selayaknya Satpol PP Kota Samarinda menjadi sebuah institusi formal
yang mengawasi bangunan tanpa izin dengan senantiasa mempertimbangkan dan
memperhatikan akses-akses yang dihasilkan dari penataan yang ada dengan tampilan
Kota Samarinda secara umum.
Pasal 255 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Pemerintah
Daerah telah menjelaskan bahwa pembentukan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
ini dengan tujuan untuk penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah,
melakukan penertiban umum dan ketentraman serta melindungi masyarakat. Satpol PP
merupakan jabatan fungsional pegawai negeri sipil yang ketetapannya telah dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
Kewenangan Satpol PP yaitu melakukan tindakan penertiban, tindakan
penyelidikan kepada masyarakat maupun badan hukum yang telah melakukan
pelanggaran pada Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.Penyidikan untuk
pelanggaran Peraturan Daerah dilakukan oleh pejabat penyidik atau dapat menunjuk
12
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) untuk selanjutnya hasil penyidikan ini dilaporkan
kepada penuntut umum dan berkoordinasi dengan penyidik kepolisian setempat.
Penegakan hukum terhadap pelanggaran Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di
Kota Samarinda dalam bidang perizinan di Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPTSP) dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) telah berjalan cukup efektif sesuai
dengan Undang-Undang dan Peraturan Daerah yang berlaku. Kedua dinas di Kota
Samarinda ini, telah menangani masalah Izin Mendirikan Bangunan sesuai dengan tugas
dan wewenangnya masing-masing, dimulai dari pelayanan, proses penerbitan, penertiban
izin, penanganan pengaduan secara langsung dan tidak langsung, surat peringatan jika
tidak memiliki IMB, surat penyegelan sampai pembongkaran maupun upaya lain yang
menyangkut tentang pelaksanaan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran Izin
Mendirikan Bangunan dan peruntukan bangunan.
Pemerintah daerah Kota Samarinda dalam pelaksanaannya telah melakukan
sosialisasi untuk menyebarluaskan informasi terkait dengan pentingnya Izin Mendirikan
Bangunan dan wilayah yang masuk jalur hijau secara langsung maupun tidak langsung
seperti lewat media elektronik dan media cetak.Dalam melakukan penyebaran informasi
ini merupakan salah satu harapan pemerintah dalam meningkatkan kesadaran masyarakat
terkait dengan IMB dan membangun rumah pada tanah yang sesuai dengan
peruntukannya.Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda (DPTSP) telah
mengadakan agenda khusus yang dinamakan rapat mingguan yaitu sosialisasi ke
kecamatan dan desa.DPTSP Kota Samarinda juga telah berkerjasama dengan Babinsa
dan Bhabinkamtibnas dalam melakukan pengawasan terkait Izin Mendirikan Bangunan.
Berbeda dengan DPTSP, Satpol PP dalam melakukan sosialisasinya mereka lebih
mendekatkan diri dengan masyarakat secara informal, seperti pada saat ada kegiatan
lingkungan sekitar RT atau RW maupun desa, pihak Satpol PP ikut bergabung dengan
tujuan untuk mendekatkan diri dengan masyarkat dan mensosialisasikan terkait dengan
IMB.
Untuk mencapai tujuan proyek perubahan, perlu penyusunan strategi bagi suatu
Institusi dilandaskan pada suatu metode analisis atau metode pendekatan, sehingga
dalam melakukan penertiban bangunan rumah masyarakat bantaran Sungai Karang
Mumus tidak mengalami hambatan.
Jika kita membicarakan topik ini maka sebagian orang akan membayangkan
tentang “bagaimana” penyusunan strategi bagi suatu organisasi dalam melakukan metode
analisis. Dalam perkembangannya metode analisis yang dapat dipergunakan dalam
13
perencanaan strategi, yang salah satunya adalah Instrumen analisis SWOT. Analisis
SWOT adalah model langsung yang menganalisis strength (kekuatan), weakness
(kelemahan), opportunity (peluang) dan threat (ancaman) organisasi untuk menciptakan
fondasi strategi marketing. Untuk melakukannya, perlu diperhitungkan apa yang
organisasi tidak dapat lakukan serta kondisi potensial, baik yang menguntungkan
maupun yang tidak menguntungkan.
Untuk dapat menetapkan faktor kunci keberhasilan dalam rangka menentukan
strategi penertiban bangunan rumah masyarakat di Bantaran Sungai Karang Mumus Kota
Samarinda dilakukan analisis faktor lingkungan internal dan lingkungan eksternal
dengan pendekatan SWOT. Indikator faktor kunci lingkungan internal maupun eksternal
tersebut berupa peta kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4Indikator Peta Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Dalam rangkaStrategiPenertiban Rumah Masyarakat di Bantaran Sungai Karang Mumus
Kekuatan (S) Kelemahan (W)a. a.b. b.C CDst Dst
Peluang (O) Ancaman (T)a. a.b. b.C CDst Dst
Analisis kekuatan faktor internal dan eksternal dengan menggunakan teknik
komparasi yaitu dengan membandingkan tiap faktor internal (kekuatan dan kelemahan)
dan faktor eksternal (peluang dan ancaman), mana yang lebih kuat diparioritaskan.
Adapun tabulasi teknik komparasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5Teknik Komparasi Penentu Keberhasilan dengan Metode SWOT
Internal
Eksternal
Kekuatan (S) Kelemahan (W)a.b.c.dst
a.b.c.dst
Peluang (O) Strategi (S-O) Strategi (W-O)
14
a.b.c.
dst
Ancaman (T) Strategi (S-T) Strategi (W-T)a.b.c.
dst
Sedangkan analisis ekonomi dan sosial budaya dalam proyek perubahan ini, model
analisis data yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif.Model analisis ini dimaksudkan
untuk melakukan penggambaran dan pemahaman secara utuh, kontekstual dan aktual
apa yang dilakukan, dikatakan, diyakini dan diharapkan oleh masyarakat (publik) dan
pemerintah terkait dengan Strategi Penertiban Bangunan Rumah Masyarakat Bantaran
Sungai Karang Mumus di Kota Samarinda. Konsekuensi logis dari model dari analisis
ini adalah data wawancara dan pengamatan termasuk juga data yang tertulis yang
menjadi basis analisis.
B. Manfaat Proyek Perubahan
Sacara praktis, proyek perubahan ini memberi manfaat dalam merespon secara
tepat mengenai pelanggaran aturan yang memerlukan penanganan kebijakan secara
terpadu danmelakukan langkah-langkah strategis dalam pelaksanaan tugasnya dengan
berbagai program dan kegiatan di bidang Penataan Ruang dan Perumahan, salah satunya
adalah strategipenertiban bangunan rumah masyarakatBantaran Sungai Karang Mumus
diKota Samarinda baik yang tidak memiliki IMB maupun yang memiliki IMB, karena
wilayah tersebut merupakan program secara nasional, agar menjaga kelangsungan fungsi
sungai dan bangunan sungai.
Selain manfaat praktis, proyek perubahan ini juga dapat memberikan manfaat
padaPenegakan hukum administrasi terhadap pelanggaran ketentuan IMB yaitu:
a. Bersifat Preventif
Penegakan hukum yang bersifat preventif ini adalah penegakan hukum yang bersifat
mencegah, berikut penegakan hukumnya:
1) Dilakukannya sosialisasi tentang Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 15
Tahun 2016 Tentang IMB.
2) Melakukan tindakan persuatif, pengawasan secara terpadu dengan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD). Dalam melakukan pengawasan pada bangunan
15
gedung, Satuan Polisi Pamong Praja bekerja sama dengan BABINSA dan
BHABINKAMTIBMAS untuk terjun langsung dilapangan dengan cara menemui
bangunan gedung yang terlihat sedang dalam tahap pembangunan dan
menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan IMB.
3) Satuan polisi Pamong Praja Kota Samarinda melakukan tindakan tegasdengan cara
memberikan sanksi administrasi apabila diketahuiadanya suatu pelanggaran.
b. Bersifat Represif
Penegakan hukum yang bersifat represif ini adalah penegakanhukum yang
dilakukan setelah terjaadinya pelanggaran hukum, berikutpenegakan hukumnya:
1) Pembinaan Persuatif
Dalam penegakan hukumnya pembinaan persuatif inibertujuan agar perilaku
seseorang dapat berperilaku dengan sesuaiyang diperintahkan.
2) Surat Peringatan
Pemilik bangunan yang melakukan pelanggaran maka akandiberikan surat
peringatan sebagai sarana pembinaan dari SatpolPP. Sebagaimana diatur dalam
Peraturan DaerahNo 5 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi
Pamong Praja Kota Samarinda.Dalam melakukan pembinaan terhadap pelanggar IMB
dilakukandengan cara memberikan tiga kali surat peringatan, suratperingatan pertama
dengan tenggang waktu tujuh hari sementarasurat teguran kedua dan ketiga dengan
tenggang waktu tiga hari.Tiga kali pemberian surat peringatan dilakukan apabila
pelanggartelah mengabaikan surat pertama, kemudian dilakukan penegasanterhadap
surat peringatan pertama dengan cara memberikan suratkedua, apabila pelanggar
masih mengabaikannya maka akan diberikan surat peringatan ketiga yang memuat
tentang penegasan dalam surat peringatan pertama dan kedua.
Dalam penertiban bangunan rumah masyarakat di Bantaran Sungai Karang
Mumus Kota Samarinda melibatkan stakehoulders yang terdiri dari tim efektif, seperti
DPTSP, PUPR, PERKIM, DLH, KODIM, POLRES, CAMAT dan LURAH.
Sedangkan tim Eksternal melibatkan Ormas-Ormas dan Pemerhati Lingkungan.
D. OUTPUT DAN OUTCOME
Output dari proyek perubahan ini adalah :
16
(1). Dipahaminya secara benar tentang pengertian,tujuan, manfaat penertiban bangunan
rumah masyarakat bantaran Sungai Karang Mumus di Kota Samarinda.
(2).Terluruskannya stigma negative terkaitpenertiban bangunan rumah masyarakat di
Bantaran Sungai Karang Mumus Kota Samarinda
(3). Dipahaminya secara benar dan tepat tentang proses penertiban bangunan masyarakat
sesuai peraturan yang ada
(4). Dipahaminya konsekuensi dari setiap tahapan proses penertiban bangunan rumah
masyarakat
5). Termotivasinya masyarakat untuk membongkar rumahnya dalam rangka mendukung
program nasional
(7) Dipahaminya peran strategis masyarakat dan pemerintah terkait penataan bangunan
dan tata ruang Kota Samarinda untuk mendukung visi Kota Tepian.
Setelah dihasil output dari proyek perubahan tersebut, maka diharapkan akan
memberikan outcome11 berupapenataan kembali penggunaan tanah secara jelas sehingga
penggunaan tanah akan betul–betul diarahkan pemanfaatannya secara optimal guna
kesejahteraan rakyat. Menata penggunaan tanah adalah bermaksud agar supaya jangan
sampai terjadi sebidang tanah dimanfaatkan tidak sesuai dengan fungsi dan nilai dari
adanya penentuan lokasi pembangunan secara tidak konstan dari pihak penguasa
setempat yang kadang-kadang harus diiringi dengan penggusuran- penggusuran atau
pembebasan tanah yang sering menimbulkan keresahan dikalangan masyarakat. Hal ini
dikarenakan pentingnya penataan kota yang lebih baik, mengingat perkembangan kota
Samarinda yang sangat dinamis, sehingga harus tetap diperhitungkan dan dalam
merancang sebuah pola tata ruang kedepannya.
Dalam rangka menumbuhkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
nasional, maka masyarakat diikut sertakan dalam kegiatan pembangunan, eksploitasi dan
pemeliharaan sungai, penanggulangan bahaya banjir, maupun pengamanan sungai,
sehingga dapat merasa ikut memiliki dan dengan demikian ikut merasa
bertanggungjawab, misalnya dengan memikul sebagian tanggungjawab pembiayaan
pembangunan, eksploitasi dan pemeliharaan.
Kondisi sungai dan daerah di sepanjang bantaran sungai yang termasuk dalam
wilayah garis sempadan dewasa ini sudah sangat memprihatikan, bangunan-bangunan
11Outcome adalah dampak, manfaat atau harapan dari suatu program. Dengan kata lain outputadalah hasil yang dicapai dalam jangka pendek, sedangkan outcome adalah hasil yang dicapaisetelah kegiatan jangka pendek.
17
yang didirikan tanpa izin pejabat pemerintah yang berwenang menyebabkan terjadinya
perubahan bentuk dan kondisi sungai, yang dapat menyebabkan bencana banjir,
khususnya di daerah bantaran Sungai Karang MumusKota Samarinda yang dipadati
dengan hunian liar.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka PemerintahKota Samarinda
memandang perlu diadakan normalisasi kondisilingkungan sungai yang sudah tidak
sesuai dengan manfaatnya sertauntuk mencegah adanya bencana banjir yang disebabkan
perubahankondisi sungai. Bersama dengan adanya normalisasi kondisi sungaitersebut,
Pemerintah Kota Samarinda sekaligus mengadakan penertibanhunian/ bangunan liar/
tanpa izin yang berada di bantaran sungai yangtermasuk dalam wilayah garis sempadan.
Sebagai salah satu sungai, Bantaran Karang Mumus sering menimbulkan banjir
akibat meluapnya debit air sungai. Sungai Karang Mumus telah terjadi penyempitan
aliran sungai yang disebabkan oleh banyaknya perumahan ilegal yang berdiri di bantaran
sungai Karang Mumus. Banyaknya permasalahan yang terdapat pada sungai Karang
Mumus ini turut berdampak pada kesejahteraan warga Kota Samarinda pada umumnya.
Untuk itu, perlu adanya upaya perbaikan kualitas sungai Karang Mumus, baik untuk
kualitas sungainya itu sendiri maupun kualitas lingkungan sekitar. Banyaknya
perumahan ilegal di bantaran Sungai Karang Mumus perlu dilakukan penataan lebih
lanjut. Hal ini dapat dilakukan melalui penataan kota yang lebih baik diharapkan
kawasan permukiman kumuh dapat diperbaiki untukdapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat sehingga dapat membantu memberantas kemiskinan kota12
E. TAHAPAN PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS
Dalam jangka pendek, proyek perubahan ini akan merumuskan strategi
penertiban bangunan masyarakat tanpa IMB di Kota Samarinda. Strategi merupakan alat
untuk mencapai tujuan, dalam pengembangannya konsep mengenai strategi harus terus
memiliki perkembangan.Strategi sangatlah di butuhkan untuk pencapaian visi dan misi
12 Christy Vidiyanti, Strategi Penataan Kembali Kawasan Bantaran Sungai (ITB,Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, 2014)
18
yang sudah di terapkan oleh organisasi, maupun untuk pencapaian sasaran atau tujuan,
baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang.
Perumusan strategi, dilakukan melalui:
a. Pengembangan Visi dan Misi
b. Identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi
c. Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal
d. Penetapan tujuan jangka panjang
e. Pencarian strategi-strategi aternatif
F. RENCANA STRATEGIS MARKETING
Strategi marketing dalam proyek perubahan ini adalah strategi yang berupaya
meningkatkan dan memperbaiki atau memodifikasi produk/jasa yang sudah
ada.Pengembangan produk biasanya memerlukan biaya yang besar untuk penelitian dan
pengembangan. Strategi sudah menjadi istilah yang sering digunakan oleh masyarakat
untuk menggambarkan berbagai makna seperti suatu rencana, taktik atau cara untuk
mencapai apa yang diinginkan. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning)
dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan.Tetapi, untuk mencapai
tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah
saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.
Didalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema,
mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan
gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan dan memiliki taktik untuk mencapai
tujuan secara efektif. Jadi perencanaan strategis penting untuk memperoleh keunggulan
bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan
dukungan yang optimal dari sumberdaya yang ada.
Untuk itu diperlukan strategi komunikasi berfungsi sebagai pematangan rencana
agar komunikasi yang dilakukan menjadi efektif. Tujuannya adalah:
19
1. Memberitahu (Announcing)
Strategi bertujuan untuk memberitahukan informasi inti dari pesan yang ingin
disampaikan guna menarik sasaran, yang nantinya akan memunculkan informasi-
informasi pendukung lainnya ke permukaan.
2. Memotivasi (Motivating)
Sesorang melakukan tindakan dimulai dari motivasi yang ia ciptakan, maka dari
itu strategi bertujuan untuk memotivasi seseorang agar melakuan hal berkaitan dengan
tujuan atau isi pesan yang hendak disampaikan.
3. Mendidik (Educating)
Lebih dari sekedar memberitahu, strategi bertujuan untuk mendidik melalui pesan
yang disampaikan sehingga masyarakat dapat menilai baik buruk atau perlu tidaknya
menerima pesan yang kita sampaikan.
4. Menyebarkan informasi (Informing)
Untuk mengefektifkan komunikasi, strategi bertujuan untuk menyebarkan
informasi secara spesifik sesuai dengan sasaran atau target komunikan yang telah
ditentukan.
5. Mendukung pembuatan keputusan (Supporting decision making)
Strategi marketing yang digunakan dalam proyek perubahan ini adalah
customer, product, price, place dan promotion13 atau menggunakan formula 1C + 4 P.
Adapun yang menjadi produk dari business processproyek perubahan ini adalah
terlaksananya gagasan dan pelaksanaan proyek perubahan ini, maka akan dilakukan
sosialisasi melalui media massa/online, media sosial maupun media promosi lainnya.
Kesemua pelaksanaan proyek perubahan ini membutuhkan biaya yang tidak hanya
berupa anggaran yang bersifat moneter, namun juga berupa non moneter dalam bentuk
social reward and puishment.
BAB II
PROYEK PERUBAHAN
A. Milestone / Tahapan13Menurut Serrat (2010:3) yang dimaksud pemasaran sektor publik adalah serangkaian aktivitas danproses yang saling berhubungan untuk mengidentifikasi, menciptakan, berkomunikasi dalam rangkamelayani kebutuhan dan kepentingan masyarakat pada umumnya. Dalam hal setidaknya terdapat 5(lima) elemen dalam pemasaran sektor publik, yaitu :customer, product, price, place dan promotion.Anonim, Marketing Sektor Publik, Jakarta : Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat II, 2019, hlm.4-5.
20
1. Membangun Komitmen Bersama ( Juli s/d September ).a. Membangun Komitmen Bersama.b. Konsultasi dengan Sekretaris Daerah Kota Samarinda.c. Konsultasi dan Persetujuanh Mentor ( Assisten 1 ).d. Konsultasi / Dukungan Kepala Bappeda Kota Samarinda.e. Konsultasi / Dukungan Kepala PUPR Kota Samarinda.f. Konsultasi / Dukungan Kepala Disperkim Kota Samarinda.g. Dukungan Kepala Dinas Kominfo Tentang Penyebarluasan Informasi Sebelum
Pelaksanaan Penertiban Bangunan Rumah Masyarakat Bantaran Sungai Karang Mumus Kota Samarinda.
h. Dukungan Kepala Dinas Pariwisata Tentang destinasi Sungai Karang Mumus.i. Dukungan Balai Wilayah Sungai Kalimantan III PUPR Provinsi kalimantan Timur.
2. Membentuk Tim Efektif ( Juli 2019 ).
a. Rapat Membentuk Tim Kerja.b. Penerbitan SK Tim Efektif .
3. Penyusunan draft SK Walikota tentang Rumah Masyarakat Bantaran Sungai
Karang Mumus. ( Agustus s/d Oktober 2019 ).a. Rapat persiapan dan Masukan Materi-Materi SK Bersama Tim Efektif.b. Rapat dan masukan-masukan dari beberapa Stakeholder tentang rumah masyarakat
bantaran sungai karang mumus.c. Perumusan draft SK Walikota oleh tim efektif dengan bagian hukum Pemerintah
Kota Samarinda.
4. Jangka Menengah ( Oktober s/d Desember 2019 ).a. Sosialisasi SK Walikota di lingkungan Pemerintah Kota Samarinda dan Instansi
terkait.
5. Jangka Panjang ( Januari 2020 s/d 2022 ).
a. Sosialisasi SK Walikota tentang pemukiman rumah masyarakat di bantaran sungai karang mumus ke warga yang masih menempati rumah tersebut.
b. Implementasi SK Walikota terhadap warga yang bermukim di bantaran sungai karang mumus.
B. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
No Uraian kegiatanWAKTU
OUTPUTJuli Agustus September oktober
21
1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1Membentuk Komitmen Bersama(jangka pendek, Juli s/d September 2019)
XUndangan, Notulen, Absensi Kehadiran dan Dokumentasi
2Konsultasi dengan Sekretaris Daerah Kota Samarinda.
X Konsultasi Judul
3Konsultasi dan Persetujuan Judul RPP ke Mentor
Surat Persetujuan Mentor
4 Rapat Pembentukan Tim Efektif XUndangan, Notulen, Absensi Kehadiran dan Dokumentasi
5Penertiban Surat Keputusan TimEfektif
XSurat Keputusan Tim Efektif
6Konsultasi dan Dukungan Kepala Bappeda Kota Samarinda
√ √ X
7Konsultasi/Dukungan Kepala PUPR Kota Samarinda
X
8Konsultasi/Dukungan Kepala Disperkim Kota Samarinda
X
9Konsultasi/Dukungan Kepala Diskominfo Kota Samarinda
X
10Konsultasi/Dukungan Kepala Dinas Pariwisata Kota Samarinda
X
11
Konsultasi/Dukungan Balai Wilayah SungaiKalimantan III PUPR Provinsi Kalimantan Timur
X
12Konsultasi/Dukungan dari Bagian Hukum Setda kota Samarinda
X
13Rapat Persiapan dan Masukan-Masukan materi SK bersama Tim Efektif
XUndangan, Notulen, Absensi Kehadiran dan Dokumentasi
14
Rapat dan masukan materi dari beberapa Stakeholder tentang rumah masyarakat bantaran sungai karang mumus
XUndangan, Notulen, Absensi Kehadiran dan Dokumentasi
15
Rapat dan masukan materi dari beberapa Stakeholder tentang rumah masyarakat bantaran sungai karang mumus
XUndangan, Notulen, Absensi Kehadiran dan Dokumentasi
16
Penelaahan materi-materi dari hasil rapat dengan Stakeholder dengan tim efektif oleh bagian hukum sekretariat Kota Samarinda
X X X X
Surat keputusan Walikota Tentang Rumah Masyarakat Bantaran Sungai Karang Mumus
22
17Pembuatan SK Walikota tentangRumah Masyarakat bantaran sungai karang mumus.
X
No Uraian kegiatan
WAKTUOUTPUT
Oktober Nopember Desember
3 4 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
18
Sosialiasi SK Walikota tentang rumah bangunan masyarakat bantaran sungai karang mumus di Kota Samarinda
X X X X X X X X X X ASN dan Warga
19
Sosialisasi dan Implementasi SKWalikota tentang rumah masyarakat bantaran sungai karang mumus Kota Samarinda
2020 s/d 2022
Warga yang masih tinggal di bantaran sungai karang mumus
C. TATA KELOLA PROYEK
Dalam menyusun Proyek Perubahan Strategi Penertiban Rumah Masyarakat
Bantaran Sungai Karang Mumus di Kota Samarinda, dibentuk beberapa tim sesusai
dengan kebutuhan dalam penyusunan kebijakan Walikota berupa Surat keputusan
terdiri dari :
a. Tim Pengelola Administrasi
1. Mentor
a.1. Memberikan dukungan penuh kepada peserta dalam mengimplementasikan
Proyek Perubahan, karena mentor juga bertindak sebagai user dan sebagai
atasan alangsung memberikan kesepakatan dan persetujuan atas dokumen
Proyek Perubahan.
a.2. Berperan sebagai instrumen bagi peserta diklat dalam melakukan inovasi-
inovasi yang deiperlukan.
a.3. memantau setiap perkembangan Proyek Perubahan dengan meminta ProgresReport setiap minggunya.
a.4. Memantau capaian yang didapat peserta sesuai dengan milestone yang telahditetapkan oleh peserta dalam Proyek Perubahan.
2. Coach
b.1. Memberikan dorongan dan motivasi kepada peserta.
23
b.2. Memberikan masukan pada peserta terkait usulan Proyek Perubahan yang
sedang dirumuskan selama tahap Ownership.
b.3. Melakukan monitoring kegiatan peserta selama tahap Taking Ownership.
3. Project Leaderc.1. Mengambil inisiatif dalam dialog dengan mentor.c.2. Menggalang komunikasi dan kesepakatan dengan para Stakeholeder
(Internal/Eksternal).c.3. Mempersiapkan atau merencanakan (dokumen/instrumen) waktu yang
diperlukan dengan baik sebelum pertemuan dengan mentor.c.4. Menggerakan seluruh elemen Stakeholder baik dari internal maupun
eksternal dalam mendukung keseluruhan tahap Implementasi ProyekPerubahan.
c.5. Mengembangkan Instrumen Monitoring dan melakukan perekamanterhadap setiap progres yang dihasilkan dalam proses Implementasi ProyekPerubahan.
b. Tim Pengelola Laporan
1. Memberikan masukan dalam proses penyusunan Proyek Perubahan.
2. Menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan pembagian pekerjaan masing-masing
sehingga pengumpulan data dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan target.
STRUKTUR TIM EFEKTIF PROYEK PERUBAHAN
D. INDENTIFIKASI STAKEHOLDER
24
Project Leader selain membagi Stakeholder Internal dan eksternal, Project
Leader juga membagi kekuatan berdasarkan penekanan strategi.
Tabel 6Stakeholder
Yang terjadilangsung
1. Project Leader2. Tim Efektif
Internal
1. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Samarinda2. Sekretaris Satuan Polisi Pamong Praja Kota Samarinda3. Kepala Bidang Satuan Polisi Pamong Praja Kota Samarinda4. Kasi dan Staff Satuan Polisi Pamong Praja Kota Samarinda
Eksternal
1. Walikota Samarinda2. Wakil Walikota Samarinda3. Sekretaris Daerah kota Samarinda4. Assisten 1 Sekretariat Kota Samarinda5. Coach (Prof. Dr. Sukisno S. Riadi, MM)6. OPD Terkait di Lingkungan Pemerintah Kota Samarinda7. Kecamatan dan Kelurahan8. Organisasi Masyarakat (Pemerhati Lingkungan)9. Masyarakat
E. ANGGARAN
Dalam Proyek Perubahan Strategi Penertiban Bangunan Rumah Masyarakat
Bantaran Sungai Karang Mumus di Kota Samarinda untuk pendanaan dalam jangka
pendek dan menengah di usulkan melalui anggaran murni tahun 2020 sedangkan
jangka panjang sampai dengan 2022.
F. IDENTIFIKASI POTENSI KENDALA
Hambatan dan Resiko1. Pembiayaan Rencana Proyek Perubahan.2. Waktu Rencana Proyek Perubahan yang Sekitar 6 Bulan.3. Banyak SK dan Perwali yang belum selesai sesuai dengan urutan. Strategi1. Membentuk tim yang solid dalam persiapan SK Walikota.2. Konsultasi yang terus menerus dengan Walikota, Sekretaris Daerah dan Assisten 13. Konsultasi komunikasi dengan pihak terkait baik bagian hukum, dan organisasi
perangkat daerah terkait.4. Memantau usulan anggaran dan berkomunikasi dengan pihak Bappeda.
25
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN.
Dari hasil Implementasi Proyek Perubahan Strategi Penertiban Bangunan Rumah
Masyarakat Bantaran Sungai Karang Mumus di Kota Samarinda. dapat disimpulkan
bahwa :
1. Dalam rangka menumbuhkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pembangunan,
eksploitasi dan pemeliharaan sungai, penanggulangan banjir, maupun pengamanan
sungai, sehingga dapat merasa ikut memiliki dan ikut merasa bertanggung jawab.
2. Kondisi sungai dan daerah bantaran sungai yang termasuk dalam wilayah garis
sepadan sudah sangat memprihatikan, bangunan-bangunan yang didirikan tampa ijin
pejabat pemerintah yang berwenang menyebabkan perubahan bentuk dan kondisi
sungai yang dapat menyebabkan banjir, khususnya didaerah bantaran sungai karang
mumus Kota Samarinda yang dipadati dengan hunian liar.
3. Keperdulian dan kesadaran masyarakat akan pungsi sungai dan tempat peruntukan
untuk pemukiman sangat diharapkan serta taat terhadap aturan yang ada .
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang ada maka disarankan sebagai berikut :
1. Pemerintah Kota Samarinda memandang perlu diadakan normalisasi kondisi
lingkungan sungai yang sudah tidak sesuai lagi dengan manfaatnya.
2. Perlu mengadakan penertiban hunian / bangunan liar / tampa ijin yang berada di
banataran sungai yang termasuk garis sepadan.
3. Perlunya dibentuk tim terpadu dalam menangani masalah sosial masyarakat yang
bermukim disepanjang bantaran sungai khususnya sungai karang mumus di Kota
Samarinda.
26
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung di Indonesia,Jakarta. 2003.
Anonim, Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 5 Tahun 2006, Tentang IMB.Samarinda.
Anonim, Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 32 Tahun2010, Tentang Pedoman Pemberian IMB. Jakarta.
Anonim, Marketing Sektor Publik, Jakarta : Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat II,2019, hlm. 4-5.
Asep N. Mulyana, Strategi Penyiapan Bahan Kebijakan Penegakan Hukum BerbasisTenologi Informasi. Jakarta : Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat IIAngkatan III, Lembaga Administrasi Negara, 2019.
Christy Vidiyanti, Strategi Penataan Kembali Kawasan Bantaran Sungai (ITB, SekolahArsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan), 2014.
Danus Waspodo, Strategi Penerbitan Asplikasi Pelaporan Berbasis Teknologi InformasiGuna Meningkatkan Pelayanan Publik di Dit Polairud Polda Kepri, Jakarta :Penyetaraan Alumni Pelatihan. Reform Leader Academy Angkatan I, LembagaAdministrasi Negara, 2018.
Dwi Yuni. 2008. Panduan Praktis Mengurus Izin Mendirikan Bangunan. Yogyakarta.
Pudyatmoko, Y. Sri, Perizinan Problem dan upaya Pembenahan, PT. Grasindo,Jakarta,2009.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung : Citra Aditya, Bakti, 2000.
Soemitro, Ronny Hanitijo, Politik, Kekuasaan, dan Hukum, Semarang : Badan PenerbitUniversitas Diponegoro, 1998.
Wikantyoso, Respati. 2009. Pembangunan versus Pelestarian suatu “Dilema”Pembangunan Kota Malang, respati.ucoz.com /blog/pembangunan/2009 -11 -03 -13
27
LAMPIRAN KEGIATAN
Gambar / Foto 1Konsultasi Rancangan Proyek Perubahan dengan Sekretaris Daerah Kota Samarinda
LAMPIRAN KEGIATAN
Gambar / Foto 2Konsultasi / Dukungan Rancangan Proyek Perubahan dengan Assisten I Sekretariat
Kota Samarinda
LAMPIRAN KEGIATAN
Gambar / Foto 3Konsultasi / Dukungan Proyek Perubahan dengan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Kota Samarinda
LAMPIRAN KEGIATAN
Gambar / Foto 4Konsultasi / Dukungan Proyek Perubahan dengan Sekretaris Dinas Perumahan dan
Permukiman Kota Samarinda
LAMPIRAN KEGIATAN
Gambar / Foto 5Konsultasi / Dukungan Proyek Perubahan dengan Kepala Dinas Pariwisata
Kota Samarinda
LAMPIRAN KEGIATAN
Gambar / Foto 6Konsultasi / Dukungan Proyek Perubahan dengan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika
Kota Samarinda
LAMPIRAN KEGIATAN
Gambar / Foto 7Konsultasi / Dukungan Balai Wilayah Sungai Kalimantan III
Provinsi Kalimantan Timur
LAMPIRAN KEGIATAN
Gambar / Foto 8Konsultasi / Dukungan PLT Kabag Hukum Sekretariat daerah Kota Samarinda
LAMPIRAN KEGIATAN
Gambar / Foto 9Konsultasi dan Dukungan dengan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota
Samarinda
LAMPIRAN KEGIATAN
Gambar / Foto 10Penandatanganan Berkas Proyek Perubahan dan Dukungan Walikota Samarinda
top related