kearifan lokal sistem bangunan rumah tra
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 Kearifan Lokal Sistem Bangunan Rumah Tra
1/15
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Pengertian rumah tradisional adalah konstruksi tempat tinggal
non-engineered yang ditransfer secara turun temurun dari nenek
moyang dimana mampu bertahan terhadap lingkungan (gempa bumi,
iklim, banjir, dan sebagainya) dan mudah diterima oleh masyarakat
lokal. Metoda dan sistem rumah tradisional adalah bagian dari
perkembangan kearifan lokal bagi masyarakat suatu daerah.
Perkembangan pengetahuan tentang material, keahlian pekerja (skill)
dan teknik yang digunakan pada suatu bangunan pada abad yang lalu
merefleksikan keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhan tempat
tinggal juga kebutuhan suatu masyarakat dalam menghadapi perilaku
alam seperti bencana. Rumah tradisional biasanya dibangun untuk
mempertemukan berbagai kepentingan, nilai, dan cara kehidupan
masyarakat lokal. Dalam konteks lingkungan dan sumberdaya yang
spesifik terdapat suatu perbandingan yang unik terhadap banyak
bangunan yang digunakan saat sekarang.
2.2 Metoda dan Sistem Bangunan Tradisional
Menurut Krisna Pribadi (2007), sejak jaman dulu, manusia
mencoba mengatur kondisi lingkungan dengan membuat dan menangani
segala bentuk kelemahan yang disebabkan oleh faktor alam.
Berdasarkan lingkungan manusia tinggal, metoda, ilmu pertukangan
yang telah berkembang sejak lama, dan material yang dipakai untuk
-
8/18/2019 Kearifan Lokal Sistem Bangunan Rumah Tra
2/15
5
suatu bangunan merupakan bentuk eksistensi dari keinginan tradisi dan
pengalaman. Sehingga, bangunan tradisional tetap berdiri kokoh
berabad-abad walaupun telah diterjang bencana khusunya gempa.
Bangunan tradisional mengikuti karakteristik sebagai berikut :
1.
Tidak didukung oleh teori formal atau prinsip struktur bangunan
2. Beradaptasi terhadap iklim dan lingkungan
3.
Dibangun secara bersama oleh masyarakat lokal menurut
kemampuan mereka
4.
Terdapatnya ornamen-ornamen atau simbol dari seseorang
5.
Bersifat terbuka terhadap alam (penggunaan material)
6.
Mengalami perubahan secara trial and error
Pada daerah gempa seperti Sumatera Barat, Rumah tradisional
Minangkabau tetap bertahan terhadap perilaku gempa bumi. Hal ini
mengindikasikan bahwa rumah tradisional secara umum memiliki
kemampuan yang bagus saat dan setelah terjadinya gempa.
2.4 Prinsip Dasar Rumah Tahan Gempa
Menurut Gutierrez (2004), secara konseptual sebuah konstruksi
yang tahan terhadap gempa harus mampu bertahan dengan kejadian
yang ekstrim dari getaran tanah dan gempa lainnya. Adapun prinsip-
prinsip tersebut adalah :
1.
Persiapan lahan
Hal utama yang dianjurkan untuk keamanan sebuah bangunan
adalah mempersiapkan lahan yang terseleksi. Bangunan harus
ditempatkan pada tanah yang mampu menahan tekanan yang
disebabkan oleh berat bangunan sendiri dan semua pengaruh lainnya
-
8/18/2019 Kearifan Lokal Sistem Bangunan Rumah Tra
3/15
6
untuk mencegah hal yang tak diinginkan seperti penurunan tanah.
Adapun beberapa kegagalan atau gangguan dari dalam tanah,
diantaranya :
a. Longsor dan berbagai bentuk ketidakstabilan lereng
b.
Likuifaksi
c. Tanah retak
d.
Tsunami
e.
Gempa
f.
Banjir.
2.
Proporsi Bangunan
Sebagai akselarasi oleh gaya inersia secara langsung adalah
proporsi massa bangunan dan isinya. Pengurangan beban dengan
pemilihan material banguan dan penghindaran masa yang tidak
berguna selalu dianjurkan. Selanjutnya, pada peristiwa runtuh
sebahagian atau keseluruhan, konsekuensi pada konstruksi
menimpa para penghuni secara dramatis yang mampu
meningkatkan korban luka atau kematian. Motto “fail easily but not
lethally’ digunakan untuk konstruksi rumah tradisional.
3.
Kelayakan material dan kualitasnya
Kualitas material yang baik adalah esensi untuk setiap struktur.
Kuat, kokoh, lentur, elastis, daya lekat dan ketahanan terhadap efek
cuaca yang terjadi dan kenyamanan dibawah kondisi normal dan
peristiwa yang krusial seperti gempa dan bencana lainya. Secara
pasti, tidak semua material tahan terhadap gempa. Sebahagian perlu
adanya sistem konstruksi rumah yang tahan terhadap regangan,
gaya dalam dan gaya horizontal akibat getaran dalam tanah yang
-
8/18/2019 Kearifan Lokal Sistem Bangunan Rumah Tra
4/15
7
akan menimbulkan regangan dan tegangan. Kualitas konstruksi dan
kecukupan perlindungan terhadap kerusakan adalah jaminan bagi
suatu material untuk mampu mendapatkan dan mempertahankan
perilaku yang diharapakan. Segala kerusakan oleh waktu yang juga
dipengaruhi oleh faktor kelembaban. Kayu dan beberapa material
yang sama yang sangat mampu menahan gempa karena serat
selulosa yang sangat efektif untuk mengatasi regangan dan
tegangan terutama kayu yang tahan terhadap jamur dan serangga
xylophagus. Konstruksi rumah tradisional sebahagian kurang dalam
efektifitas detail konstruksi, seperti ketinggian rumah dari tanah,
atap yang terlalu lebar, perlindungan material, kelembaban tanah,
banjir dan hujan. Kemudian sebagian material cepat rusak dan
mempersingkat umur bangunan, prosedur konstruksi harus
mempunyai kemudahan dalam penempatan sehingga strategi untuk
senantiasa bertahan lama dengan melakukan penggantian pada
elemen-elemen yang telah mengalami kerusakan.
4. Kelayakan struktur
Struktur yang simetris dan beraturan secara umum merupakan
persyaratan pokok kelayakan terhadap perilaku gempa pada
bangunan untuk merespon kondisi seperti ini. Lendutan akibat
berat dan rotasi pada lantai serta adanya efek torsi yang tidak terlalu
signifikan konsekuensinya deformasi akan terdistribusi dengan baik
ke setiap elemen dan penyaluran gaya ke pondasi sederhana dan
efektif. Kebanyakan tanda-tanda gempa menunjukan keuntungan
dari simetris dan beranturan, keterbatasan tinggi bangunan. Ketika
tidak adanya pengaruh imitasi dan tren dari arsitektur modern,
-
8/18/2019 Kearifan Lokal Sistem Bangunan Rumah Tra
5/15
8
konstruksi rumah tradisional memiliki kencenderungan yang
simetris dan teratur. Hal yang terepenting adalah perencanaan yang
matang. Kemudian secara keseluruhan dimensi bangunan haruslah
berproporsi bagus, cukup tinggi dan cukup lebar , rasio panjang dan
lebar begitu juga ratio tinggi dan dan lebar dan jumlah bukaan yang
terdapat pada sisi dinding tersebut.
5.
Integritas struktur
Untuk semua kejadian sebahagian sangat penting untuk efek
gerakan tanah akibat gempa. Struktur yang komplek harus mampu
merespon sebagai suatu kesatuan sistem yang saling berintegrasi.
Berdasarkan teori dasar mekanika struktur jika sebuah struktur bisa
menahan gaya yang ada maka struktur itu akan bisa berdiri.
Integritas suatu struktur akan dijamin jika ada satu gaya konfigurasi,
contohnya sebuah bagian menopang dan susunan pengikat, yang
mencapai titik keseimbangan tanpa melampaui kekuatan dari
elemen struktur. Jelasnya, teori plastis mengasumsikan prilaku
plastis, mengikuti gaya distribusi dimana kekuatan material pada
bahagian tertentu. Bagaimanapun, distribusi yang dibutuhkan untuk
material mampu kuat menahan terhadap meningkatnya deformasi
yang diikuti distribusi gaya pada struktur. Penghubung antar elemen
dan komponen haruslah cukup kuat dan lentur untuk menahan
berbagai elemen yang ada secara bersama atau berdeformasi untuk
membatasi gaya yang ditularkan
6.
Isolasi Getaran
Untuk mengurangi deformasi pada struktur dan gaya dalam yang
timbul akibat gempa dengan menguunakan alat isolasi, energi yang
-
8/18/2019 Kearifan Lokal Sistem Bangunan Rumah Tra
6/15
9
dihilangkan atau alat mass damper adalah sesuatu yang baru pada
rekayasa gempa. Walaupun demikian, yang harus menjadi perhatian
bahwa ini adalah suatu bentuk usaha awal. Beberapa konstruksi
rumah tradisional mengenalkan pada konsep jaman dulu.
Contohnya, pasir atau daun kelapa, yang ditempatkan diantara tanah
urugan dan konstruksi pondasi, telah digunakan untuk isolasi dan
suspensi tiang utama pada pagoda-pagoda di Jepang sebagai mass
damper pendulum yang efektif.
2.5 Perencanaan Rumah Sederhana Tahan Gempa
Menurut Teddy Boen (2004), Gempa pada dasarnya merupakan
suatu bencana alam. Dengan demikian gempa atau terjadinya suatu
gempa tidak dapat dihindarkan oleh manusia. Manusia hanya mendesain
agar bangunan yang dibuatnya tahan gempa, dengan pengertian bahwa
ketahanan terhadap gempa tersebut ada batasnya.
Dua faktor utama yang menjadi penyebab mengapa bangunan
yang dibuat manusia tidak ada yang 100% tahan gempa adalah :
1. Gempa merupakan suatu hal yang tidak dapat dipastikan dan
bersifat acak, baik dalam hal besar maupun frekuensi terjadinya
gempa
2. Manusia mempunyai kecendrungan untuk mengoptimalkan upaya-
upaya agar disain terhadap gempa yang dilakukan lebih efisien dan
ekonomis, sehingga selalu ada resiko yang diambil. Resiko yang
diambil berkaitan dengan kebijakan untuk membatasi beban gempa
rencana yang dipakai. Jadi, secara teoritis selalu ada kemungkinan
bahwa pada suatu saat beban gempa rencana terlampaui.
-
8/18/2019 Kearifan Lokal Sistem Bangunan Rumah Tra
7/15
10
2.5.1 Filosofi Rumah Tahan Gempa
Pengertian Rumah Sederhana Rumah yang dibangun oleh
masyarakat tanpa direncanakan dan dilaksanakan oleh para ahli
pembangunan. Adapun kondisi rumah tahan gempa bila terjadi gempa
adalah sebagai berikut :
1. Bila terjadi Gempa Ringan, bangunan tidak boleh mengalami
kerusakan baik pada komponen non-struktural
2.
Bila terjadi Gempa Sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan
pada komponen non-strukturalnya akan tetapi komponen struktural
tidak boleh rusak.
3.
Bila terjadi Gempa Besar, bangunan boleh mengalami kerusakan
baik pada komponen non-struktural maupun komponen
strukturalnya.
2.5.2 Perencanaan Rumah Beton Sederhana Tahan Gempa
Berdasarkan pada Perencanaan Bangunan Rumah Sederhana
Tahan Gempa memiliki beberapa batasan sebagai berikut :
1.
Denah Bangunan
Denah bangunan sebaiknya sederhana, simetris dan tidak terlalu
panjang
Simetris dan sederhana
Simetris tetapi tidak sederhana
-
8/18/2019 Kearifan Lokal Sistem Bangunan Rumah Tra
8/15
11
Simetris tetapi terlalu panjang,
harus diperhatikan perubahan bentuk pada
kedua ujungnya.
Gambar 2.1 Prinsip Denah Rumah Tahan Gempa
(Sumber : Teddy Boen 2004)
2.
Atap Bangunan
Konstruksi atap harus menggunakan bahan yang ringan dan
sederhana
Gambar 2.2 Atap Rumah Tahan Gempa(Sumber : Teddy Boen 2004)
3.
Pondasi
Sebaiknya tanah dasar pondasi merupakan tanah kering, padat,
dan merata kekerasannya. Dasar pondasi sebaiknya lebih dalam
dari 45 cm.
Gambar 2.3 Detail Pondasi Rumah Tahan Gempa
(Sumber :, Teddy Boen 2004)
-
8/18/2019 Kearifan Lokal Sistem Bangunan Rumah Tra
9/15
12
Pondasi sebaiknya dibuat menerus keliling bangunan tanpa
terputus. Pondasi dinding penyekat juga dibuat menerus. Bila
pondasi terdiri dari batu kali maka perlu dipasang balok
pengikat/sloof sepanjang pondasi tersebut. Pondasi setempat
perlu diikat kuat satu sama lain dengan memakai balok pondasi.
Gambar 2.4 Pondasi Batu Kali Rumah Tahan Gempa(Sumber : Teddy Boen 2004)
4.
Bangunan Pasangan Bata (Dinding Tembok)
a.
Sistem dinding pemikul
1)
Bangunan sebaiknya tidak dibuat bertingkat
2)
Besar lubang pintu dan jendela dibatasi. Jumlah lebar
lubang-lubang dalam satu bidang dinding tidak melebihi
½ panjang dinding itu. Letak lubang pintu/jendela tidak
terlalu dekat dengan sudut-sudut dinding, misalnya
minimum 2 kali tebal dinding. Jarak antara dua lubang
sebaiknya tidak kurang dari 2 kali tebal dinding.
-
8/18/2019 Kearifan Lokal Sistem Bangunan Rumah Tra
10/15
13
Gambar 2.5 Bukaan Pintu dan Jendela Rumah Tahan Gempa(Sumber : Teddy Boen 2004)
3) Apabila bidang dinding diantara dinding-dinding
penyekat lebih besar daripada itu maka Balok lintel
dibuat menerus keliling bangunan dan sekaligus
berfungsi sebagai pengaku horizontal.
Gambar 2.6 Penempatan Balok Lintel(Sumber : Teddy Boen 2004)
4)
Pada bagian atas dinding dipasang balok pengikat
keliling/ring balok. Ring balok dijangkarkan dengan
baik kepada pilaster.
-
8/18/2019 Kearifan Lokal Sistem Bangunan Rumah Tra
11/15
14
Gambar 2.7 Angkur pada ring balok(Sumber : Teddy Boen 2004)
5)
Pada sudut-sudut pertemuan dinding, hubungan antara
balok-balok pengikat keliling (ring balok) perlu dibuatkokoh.
6)
Hubungan antara bidang-bidang dinding pada pertemuan
dan sudut-sudut dinding perlu diperkuat dengan jangkar-
jangkar. Jangkar dapat berupa seng tebal dengan lubang-
lubang bekas paku atau berupa kawat anyaman.
7)
Disekeliling lubang pintu dan jendela dapat dipasang perkuatan ekstra
b.
Persyaratan Bahan dan Pengerjaan
1)
Bata Merah, Ukuran bentuk bata harus benar, tidak
mudah patah atau pecah, sudutnya-sudutnya siku-siku,
bebas dari debu dan kotoran yang menempel, bila
diketuk ringan dengan benda keras berbunyi nyaring.2) Semen Portland, harus memenuhi Standar Industri
Indonesia (SII) dan dihasilkan dari pabrik yang
mempunyai riwayat kualitas yang baik.
3)
Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%,
-
8/18/2019 Kearifan Lokal Sistem Bangunan Rumah Tra
12/15
15
4)
Komposisi campuran untuk adukan yaitu 1 PC : 5 Pasir :
dan 1 PC : 6 Pasir memenuhi persyaratan teknis
pasangan bata.
5. Ketentuan untuk Rangka Pemikul Beton
a.
Perkuatan dengan rangka sebaiknya memakai kolom praktis,
balok pondasi, dan balok pengikat (ring balok) ini biasanya
disebut rangka bangunan yang dapat dibuat dari beton
bertulang maupun kayu.
1)
Ikatan Kolom dan Pondasi
Gambar 2.8 Perkuatan Pondasi
(Sumber : Teddy Boen 2004)
2) Ikatan Kolom Struktur dan Balok, Ring Balok
Gambar 2.9 Perkuatan Dinding
(Sumber : Teddy Boen 2004)
-
8/18/2019 Kearifan Lokal Sistem Bangunan Rumah Tra
13/15
16
3)
Ikatan Ring Balok pada sudut pertemuan dinding
Gambar 2.10 Perkuatan Ring Balok
(Sumber : Teddy Boen 2004)
b.
Persyaratan Material dan Pengerjaan
Perkuatan dengan rangka beton bertulang boleh dibangun
diseluruh wilayah gempa, dengan mutu campuran beton yang
dianjurkan yaitu 1 PC : 2 Pasir : 3 Kerikil. Untuk tulangan
menggunankan tulangan dengan diameter antara 10 -12 mm
dengan 4 tulangan utama dan sengkang dengan diameter 8
mm dengan jarak maksimal 10 cm. Kemudian, kolom dan
balok dilengkapi dengan angkur sebagai pengikat.
2.6 Teori Dasar Gempa Bumi
2.6.1 Pengertian Gempa Bumi
Gempa Bumi didefenisikan sebagai kejutan atau sentakan yang
terjadi di dalam bumi yang akibat getarannya dapat dirasakan di
permukaaan bumi. Gempa disebabkan oleh peningkatan aktivitas
geologi yang terjadi di dalam bumi, seperti terjadinya pergeseran-
pergeseran antar lempeng benua, meningkatnya suhu yang dapat
-
8/18/2019 Kearifan Lokal Sistem Bangunan Rumah Tra
14/15
17
menimbulkan penumpukan energi dalam waktu yang lama, sampai
akhirnya terlepas dan menyebabkan getaran dalam tanah.
2.6.2 Jalur Gempa Bumi di Indonesia
Menurut Teddy Boen: 2004, berdasarkan hasil pencatatan
tentang gempa-gempa tektonik yang terjadi, Indonesia dilalui oleh 2
(dua) jalur tersebut yaitu: Jalur Sirkum Pasifik (Circum Pacific Belt)
yang melalui Sulawesi Utara dan Papua dan Jalur Trans Asia (Trans
Asiatic Belt) yang melalui Bukit Barisan, Lepas pantai selatan P. Jawa,
Kep. Sunda Kecil, dan Maluku.
Di Indonesia pembagian jalur gempa bumi dibagi menjadi 6
Wilayah Gempa Sumatera Barat terletak pada wilayah gempa 5 dan 6
yang merupakan wilayah gempa yang berpotensi terjadinya gempa-
gempa besar. Adapun wilayahnya dapat dilihat pada gambar berikut,
Gambar 2.11 Pembagian wilayah gempa di Indonesia
(sumber : SK-SNI 03-1726-2002)
-
8/18/2019 Kearifan Lokal Sistem Bangunan Rumah Tra
15/15
18
Tabel 2.1 Skala Intensitas Gempa MMI
Richter
Magnitudo
Intensitas
maksimum
Pengaruh Tipikal
≤ 2.0 I – II Pada umumnya tidak terasa
3.0 IIITerasa oleh beberapa orang, tidak ada
kerusakan
4.0 IV – VDirasakan hampir setiap orang; tidak ada
kerusakan struktur
5.0 VI – VIITerjadi kerusakan kecil pada bangunan,
seperti retak pada dinding.
6.0 VII – VIIITerjadi kerusakan pada dinding dan retak
pada struktur.
7.0 IX – X
Kerusakan besar, sepeti hancurnya
bangunan lemah dan retak pada bangunan
yang kuat
≥8.0 XI – XII Kerusakan total
2.6.3 Sejarah Gempa Sumatera Barat
Sejarah mencatat bahwa Sumatera memiliki catatan gempa
gempa dengan intensitas yang cukup besar dari dulu sampai sekarang.
Beberapa di antaranya yang pernah dirasakan di Sumatera Barat adalah:
1.
26 September 1835 Magnitude 6.0 SR
2.
28 Juni 1926 Magnitude 6.5 SR
3.
8 Maret 1977 Magnitude 5.5 SR
4.
28 April 1979 Magnitude 5.8 SR
5.
27 Oktober 1995 Magnitude 7.0 SR
6. 16 Februari 2004 Magnitude 5.6 SR
7.
6 Maret 2007 Magnitude 6.2 SR