strategi pemberdayaan unit pelaksana teknis daerah...
Post on 01-Jan-2020
14 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STRATEGI PEMBERDAYAAN UNIT PELAKSANA
TEKNIS DAERAH (UPTD) LATIHAN KERJA PROVINSI
BANTEN TERHADAP PESERTA PELATIHAN DI
SERPONG TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Syarivan Qomaruzzaman
(1112054100046)
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H / 2019 M
STRATEGI PEMBERDAYAAN UPTD LATIEAN KERJAPROVINSI BANTEN TEREADAP PESERTA PELATIIIAN
DI SERPONG TANGERANG SELATAN
Skripsi
Dialuiian l(cpada Fakuitas IImu Dak\\,al.i dan Ilmu Komunikasill nruk Memenuhi Persyaratan lvlcmperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleb:
Srerya!-agagrczzgma!NIMr 1112054100046
PROGRAM STUDI KESEJAUTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAE DAN ILMU KOMUNIXASI
T'NI\,'ERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF EIDAYATULLAtr JAIiARTA
Di Bawah Bimbingan:
Nluhtadi,\M. SiNIP. 1975 0601 201411 1
1440 It / 2019 M
PtrNGISAHAN 1'.A.\ITI,\ UJI.\N
Sklipsi bc.tudLrl Sllrtcgi Pcml)er{trlann Unit pctltirinr Tckris t)aemh(LrP'lll) Lutihan Kcrir pr.o\ins; Ilxnten tcrhadnp l,crcr(x pcrilihan diScrponij'l,lngcrang Scl:rtan tclalt aliujii(a1i delenl sidellg rtLriter:litsvth |ekrLltas Duk*,tltdan llrn! I(omullikasi lllN S:rii HidayalrLllah Jxkilltll pada ]1 .luli 2019.
Skripsi i]li tclah (litcrinta sebasai salah satrr sYarilt gclar slriar)a (S.Sos) t)adx
f rogrllln studi I(ese jrlrtcrxan Sosiill.
Jakarta, 11 Juli 2019
Sidang Munaqasyah
Selfietaris
Penguji I
NIP. 197506012014r I r00r
KeturPenguji
NIP. 196708181998031002
197717212007 t01007
012018
Eglmt_Eqltlldr,M4NrP.196012081988031005
IIw
LEMBAR PERNYATAAN
De!1gal1 ini meflyatakai:
l. Skipsi ini rnerupakan hasil ka.rya saya sendiri yang
diajr*an untuk meme[uhi sa]ah satu persyaratan
nrcmpcroleh gclar strata I (Sl) Jurusan Kcscjahtc|aan
Sosial Fakultas Ilmu Dak.",;ah dan Ilmu Komunikasi
LJnivcrsitas Islixn Ncgcri Syarif Hida)etullah Jakarta.
ScmrLa sumbcr lang sava gunakan dalaur pcnLrlisan ini.
lclah sa.va cantlmlkao scsuai dcngan kctcntllan !ang
bcrlakLr di Univcrsitas Islam Ncgeri Syanl' I lidayalullah
-1akarla.
.Tika dikenrLrdiarr hari saya lerbukli bahua dalanr penulisan
skripsi ini bukan hasil karya s:r) a scndi aiau rnonpaka
hasil .iiplakan dari karya oralg lair (plagiat), naka salr
bersedia mel)erirna sa{ksi }ang berLaklr di Urlivercilas
Islan Negeri Slari l' Ilidavalullah Jakafl a
2.
Jakarra. l0 Juli l0l9
i
ABSTRAK
Syarivan Qomaruzzaman, 1112054100046
Strategi Pemberdayaan UPTD Latihan Kerja Provinsi
Banten Terhadap Peserta Pelatihan Di Serpong Tangerang
Selatan
Pengangguran merupakan salah satu masalah sosial yang
menjadi tugas pokok pemerintah pusat maupun daerah dan
perangkatnya untuk diatasi dengan meningkatan kesejahteraan
ekonomi rakyat. Peranan pemerintah bukan hanya dibutuhkan
dalam membuka lapangan kerja, tapi juga meningkatkan
kesadaran pengetahuan, dan keahlian masyarakat agar tercipta
sumber daya manusia yang memiliki kualitas sehingga
masyarakat memiliki modal untuk bersaing didunia kerja.
Pemberdayaan masyarakat dapat menjadi salah satu solusi yang
bisa dilakukan pemerintah dalam upaya menurunkan angka
pengagguran dengan memberikan pelatihan berbasis
pengorganisasian masyarakat sehingga dapat menciptakan
kondisi masyarakat yang mandiri secara ekonomi.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui serta
menganalisis bagaimana strategi UPTD Latihan Kerja Provinsi
Banten yang merupakan salah satu lembaga pelatihan dibawah
naungan pemerintah daerah dalam melakukan pemberdayaan
serta faktor pendukung dan penghambat pemberdayaan itu
sendiri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode wawancara, observasi serta analisis data-data terkait
untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian
ini.
Dari hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Strategi yang
dilaksanakan oleh UPTD Latihan Kerja Provisi Banten dengan
melakukan kegiatan pemberdayaan yang menimbulkan kesadaran
masyarakat untuk menigkatkan kehlian melalui pelatihan,
memiliki tujuan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi
masyarakat secara umum, khususnya provinsi banten dengan
menggunakan strategi pelatihan dalam sektor Industri sebagai
modal masyarakat untuk dapat mencari pekerjaan ataupun
menciptakan lapangan kerja.
Kata kunci: Pengangguran, Pemerintah, Pemberdayaan.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Tidak
lupa salawat serta salam penulis haturkan pada baginda alam
Nabi Muhammad SAW serta para sahabat dan kerabatnya yang
telah mengajarkan umatnya untuk bersungguh-sungguh dalam
menuntut ilmu dan terus berjalan di atas agama Allah.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan, baik dari segi isi maupun teknik penulisan, sekalipun
penulis sudah berusaha untuk menyusun skripsi ini sebaik
mungkin. Karena sesungguhnya kesempurnaan hanya miliki
Allah SWT.
Pada kesempatan ini penulis akan menyampaikan rasa
terimakasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan, motivasi, dan arahan serta saran terhadap penulis
sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua saya, Bapak Marsidi dan Ibu Titik
Purwani yang telah mendidik dan selalu mendoakan anak-
anaknya berada dalam lindungan Allah SWT. Serta
seluruh anggota keluarga penulis yang tidak pernah lelah
untuk memberi dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
2. Suparto M.Ed., Ph.D, sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
iii
Jakarta. Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW sebagai
Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. Rulli Nasrullah,
M.Si sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum.
Drs. Cecep Sastrawijaya, MA sebagai Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan.
3. Ahmad Zaky, M.Si sebagai Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang sekaligus sebagai Dosen Pembimbing bagi penulis.
Hj. Nunung Khoiriyah, MA selaku sekretaris Program
Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Muhtadi, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing Akademik.
5. Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, pengajaran, dan bimbingan selama penulis
menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi dan Civitas Akademika yang telah
memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, pengajaran,
dan bimbingan selama penulis menjalani perkuliahan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, penulis mengucapkan terimakasih karena telah
membantu dalam memberikan referensi buku, jurnal,
ataupun skripsi dari penelitian-penelitian terdahulu.
iv
8. Pengurus UPTD Latihan Kerja dalam proses penelitian,
peneliti sangat di sambut dengan keramahan yang tulus
dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
9. Keluarga besar mahasiswa Kesejahteraan Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berperan besar
dalam penulis selama menjadi mahasiswa dan menerima
penulis dalam keluarga Kesejahteraan Sosial UIN Jakarta.
10. HMI Cabang Ciputat, keluarga besar HMI KOMFAKDA,
Terimakasih telah memberikan cerita dan mengajarkan
banyak hal.
11. Teman-teman seperjuangan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dari awal masuk kampus. Terimakasih yang
sebesar-besarnya atas segala perbuatan baik yang
diberikan kepada penulis dan selalu mendukung penulis
selama menjadi mahasiswa.
Jakarta, 10 Juli 2019
Penyusun,
Syarivan Qomaruzzaman
1112054100046
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................... 1
B. Batasan Masalah ................................................ 9
C. Rumusan Masalah ............................................. 9
D. Tujuan Penelitian ............................................... 9
E. Manfaat Penelitian ............................................. 9
F. Metodologi Penilitian ........................................ 10
G. Tinjauan Pustaka ............................................... 13
H. Pedoman Penulisan ............................................ 14
I. Sistematika Penulisan ........................................ 15
BAB II KAJIAN TEORI
A. Strategi ............................................................... 17
1. Pengertian Strategi ..................................... 17
2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Strategi ....................................................... 19
B. Pemberdayaan.................................................... 21
1. Pengertian Pemberdayaan .......................... 21
2. Tahapan – Tahapan Proses
Pemberdayaan ............................................ 24
3. Pendekatan Pemberdayaan ......................... 26
4. Tujuan Pemberdayaan ................................ 28
vi
5. Strategi Pemberdayaan ............................... 30
C. Kerangka Berpikir ............................................. 32
BAB III PROFIL LEMBAGA
A. Profil UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten ..... 35
1. Sejarah Berdirinya UPTD Latihan
Kerja Provinsi Banten ............................ 35
2. Kedudukan, Tugas Dan Fungsi ............. 38
3. Visi dan Misi ......................................... 39
4. Maksud dan Tujuan Pelatihan ............... 40
5. Struktur Organisasi UPTD Latihan
Kerja Provinsi Banten ............................ 40
B. Program Pelatihan UPTD Latihan Kerja
Provinsi Banten ................................................. 46
1. Kejuruan/ Sub Kejuruan UPTD
Latihan Kerja Provinsi Banten .............. 47
2. Fasilitas Pelatihan / Sarana dan
Prasarana Pelatihan ................................ 48
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Strategi Rekrutmen Wargabinaan UPTD
Latihan Kerja Provinsi Banten .......................... 52
B. Strategi Pelatihan Watga Binaan UPTD
Latihan Kerja Provinsi Banten .......................... 53
C. Strategi Pemasaran dalam proses kerjasama
antara pemerintah Provinsi dan Provinsi
Kabupaten/Kota ................................................. 55
D. Jabatan Teknis yang Tersedia Sesuai Tugas
dan Fungsi ......................................................... 66
vii
E. Faktor Pendukung dan Penghambat
Pemberdayaan Masyarakat oleh UPTD
Latihan Kerja Provinsi Banten .......................... 67
BAB V ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN
A. Analisis Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Oleh UPTD Latihan Kerja Provisi Banten ........ 69
B. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan
Masyarakat Oleh UPTD LatihanKerja
Provinsi Banten ............................................... 74
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................ 75
B. Implikasi ............................................................ 77
C. Saran .................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 80
LAMPIRAN ............................................................................. 85
viii
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Sampel Kerangka Informan ................................. 12
Tabel II.1 Daftar Nama Instruktur Pelatihan ........................ 51
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Kerangka Berpikir ................................................ 34
Gambar III.1 Struktur Organisasi UPTD Latihan Kerja
Provinsi Banten .................................................... 46
Gambar IV.1 Pendaftaran Peserta UPTD Latihan Kerja
Provinsi Banten .................................................... 53
Gambar IV.2 Pelatihan Baris berbaris (FMD) .......................... 55
Gambar IV.3 Pelatihan berbasis masyarakat oleh UPTD
Latihan kerja Provinsi Banten .............................. 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengangguran merupakan salah satu masalah
sosial dinegara berkembang yang disebabkan oleh
beberapa faktor seperti minimnya lapangan pekerjaan,
kurangnya pengetahuan dan keahlian sumberdaya
manusia yang ada serta pembangunan yang telah
dilaksanakan tidak sebanding dengan kesempatan kerja
disuatu wilayah sehingga menjadi salah satu kesulitan
yang harus ditangani secara terstruktur, sistematis dan
massif.
Menurut sudut pandang makro ekonomi (Amir
2007, 29), pengangguran yang tinggi merupakan suatu
masalah. Salah satu gambaran dampak dari tingginya
tingkat pengangguran yaitu akan banyaknya sumber daya
yang terbuang percuma dan pendapatan masyarakat
berkurang.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia
pada bulan Februari 2018 menyatakan bahwa terdapat
angkatankerja sebanyak 133,94 juta orang. Namun di
provinsi Banten pada periode yang sama mengalami
peningkatan pengangguran terbuka dari 7,75 persen
menjadi 7,77 persen. Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) lulusan SMP menempati posisi tertinggi dibanding
2
jenjang pendidikan lain yaitu 12,02 persen pada Februari
2018.
Hal ini menjadi salah satu tugas pokok pemerintah
daerah dan perangkatnya untuk mengurangi angka
pengangguran dan meningkatan kesejahteraan ekonomi
raktyat. Peranan pemerintah bukan hanya dibutuhkan
dalam membuka lapangan kerja, tapi juga meningkatkan
kesadaran pengetahuan, dan kehlian masyarakat agar
tercipta sumber daya manusia yang memiliki kualitas
sehingga masyarakat memiliki modal untuk bersaing
didunia kerja. Pemberdayaan masyarakat dapat menjadi
salah satu solusi yang bisa dilakukan pemerintah dalam
upaya peningkatan skill. Perangkat pemerintahan di
daerah senantiasa dituntut mengambil peran yang besar di
dalam memberdayakan masyarakat yang ada di
wilayahnya.
Selaras dengan yang dikatakan Griffin yang
mengungkapkan bahwa masalah dan hal yang terpenting
terkait kebijakan desentralisasi yang memiliki hubungan
dengan hal pemberdayaan (Empowerment), adalah
menyerahkan kebebasan dan wewenang untuk pemerintah
daerah dalam membuat program, mengambil keputusan
dan meyepakati alternatif untuk menyelesaikan
permasalahan di daerahnya sendiri.
Shardlow (I. Rukminto 2011, 3) mengatakan
bahwa pemberdayaan selalu membahas tentang
bagaimana seorang individu, kelompok atau komunitas
3
berupaya mengendalikan keaadaan hidupnya sendiri dan
membentuk masa depan yang sejalan dengan apa yang
diinginkan.
Persoalan pemberdayaan masyarakat didasarkan
pada pemikiran community-based resource manegement
(pengelolaan sumberdaya lokal), yang merupakan salah
satu cara melakukan manajemen pembangunan untuk
mengatasi masalah pembangunan, seperti menurunnya
kualitas lingkugan hidup, minimnya partisipasi
masyarakat dan kemiskinan didalam proses pembangun
yang sebenarnya berkaitan dengan diri mereka sendiri.
Pemikiran ini juga merupakan suatu mekanisme
perencanaan people-centred development (pembangunan
yang berorientasi pada manusia) yang menitik beratkan
pada pembelajaran sosial dan strategi perumusan progam
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk mengaktualisasikan diri mereka
(empowerment).
Pemberdayaan juga dapat mengatasi ketidak
mandirian ekonomi seseorang atau kemiskinan yang
biasanya disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks.
Salah satunya adalah faktor mentalitas. Karena itu,
mengatasinya menjadi sangat berat. Membutuhkan
kerjasama berbagai pihak dengan dukungan sumebr daya
manusia yang unggul dan manajemen kerja yang teruji.
(Ismail 2008, 23) Al-Qur’an secara tegas menganalogikan
perjuangan untuk mengentaskan kemiskinan itu dengan
4
jalan yang mendaki seperti pada Q.S. Al-Balad ayat 12-
16:
“Dan tahukah kamu apa jalan yang mendaki dan
sukar itu? (yaitu) melepaskan perbudakan, atau
memberi makan pada hari terjadi kelaparan
(kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat,
atau orang miskin yang sangat fakir.”
Pemberdayaan masyarakat juga mencakup
pemberdayaan di bidang pendidikan, ekonomi, sosial
budaya, psikologi, dan politik. Dengan demikian
pemberdayaan masyarakat mencakup berbagai aspek yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai
komunitas bangsa.
UPTD Latihan Kerja merupakan wadah milik
pemerintah yang bertujuan untuk mengatasi masalah
pengangguran di masyarakat dengan memberikan
pelatihan dan keahlian. Dalam sejarahnya pemerintah
sudah menyediakan wadah untuk Latihan Kerja sejak
lama yaitu pada tahun 1985, didirikan berdasarkan
Keputusan Mentri Tenaga Kerja Nomor 181 tahun 1984.
Provinsi Banten juga mengalami perubahan dari
waktu ke waktu dengan diterapkannya otonomi daerah di
tahun 2001, sebagai implikasinya terjadi desentralisasi
manajemen BLK. Hal ini mengakibatkan sebagian besar
BLK diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Pada periode
ini sebanyak 154 (seratus lima puluh empat) BLK
5
diserahkan kepada Pemda termasuk BLKI Tangerang
(BLKI Provinsi Banten saat itu) dan hanya 11 (sebelas)
BLK yang masih dikelola langsung oleh pemerintah
pusat, pada waktu itu BLK Tangerang diserahkan kepada
Pemerintah Kabupaten Tangerang sebagai UPT Diklat
Kerja Kab. Tangerang Tahun 2001 yang kemudian
berubah menjadi Bidang Diklat Kerja Badan Pendidikan
Pelatihan Penelitian & Pengembangan Kab. Tangerang
pada Tahun 2004. Selanjutnya kembali menjadi UPT.
Latihan Kerja Disnakertrans Kab. Tangerang Tahun 2008
dan akhirnya pada Tahun 2009 melalui Peraturan
Gubernur Banten Nomor 35 Tahun 2009 menjadi Balai
Latihan Kerja dan Industri Provinsi Banten yang berdiri di
bawah naungan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Banten.
Menurut data kelembagaan UPTD Latihan Kerja
provinsi Banten pada Tahun 2015 Balai Latihan Kerja dan
Industri provinsi Banten berhasil mempekerjakan total
559 warga binaannya ke berbagai perusahaan. Setahun
kemudian tepatnya sepanjang tahun 2016 sebanyak 242
orang yang terdaftar mengikuti pelatihan 128 diantaranya
sudah diterima kerja di berbagai perusahaan.
Pada tahun 2017 jumlah orang yang terdaftar
mengikuti pelatihan lebih banyak dibanding tahun
sebelumnya yaitu berjumlah 770 orang dan dari seluruh
jumlah tersebut 402 orang sudah bisa dikategorikan
6
mandiri karena mereka sudah diterima kerja di perusahaan
dan mempunyai penghasilan.
Pemberdayaan masyarakat berarti masyarakat
yang powerless (kurang berdaya/temah) diberi power
(kekuatan) melalui pemberdayaan sehingga masyarakat
itu menjadi powerfull (penuh, kekuatan). Secara lebih
jelas pemberdayaan masyarakat menyangkut peningkatan
kekuatan dari kelemahan rakyat. Tujuannya adalah
sebagai upaya pemerintah dalam memajukan
kesejahteraan masyarakat melalui kebijakan
mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan
masyarakat. Masyarakat bada posisi yang "lemah"
membutuhkan bantuan dari pemerintahnya agar lebih
berdaya dalam kemandirian, dan pada posisi ini
pemerintah yang komit terhadap pemberdayaan warganya
berarti telah melaksanakan sebagian dari prinsip
demokrasi.
Pemberdayaan masyarakat memang mutlak
dilakukan, dan setiap pemerintah daerah dan
perangkatnya harus berperan besar memberdayakan
warganya, terutama merangsang, mendorong, atau
memotivasi setiap individu agar mempunyai kemampuan
atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi
pilihan hidupnya.
Akan tetapi pada kenyataannya, upaya pemerintah
daerah selama ini dalam melakukan pemberdayaan
masyarakat tidaklah mudah. Perilaku birokrasi lokal yang
7
kurang mendukung, komitmen yang rendah aparatur
pelaksana, tingkat pendidikan masyarakat rendah, dan
partisipasi masyarakat yang rendah, masalah struktur
sosial yang menghambat, keterisolasian masyarakat,
adanya norma masyarakat yang bersifat negatif serta
persepsi keliru yang telah terbentuk di masyarakat
merupakan permasalahan umum pemerintah dalam
melaksanakan tugasnya sebagai “pemberdayaan
masyarakat”.
Berbagai upaya pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan oleh pemerintah masih belum mencapai tujuan
dan hasil yang optimal. Hal ini disebabkan antara lain
karena program pemberdayaan masyarakat dalam bentuk
pemberian keterampilan tersebut kurang melibatkan
partisipasi masyarakat secara langsung terutama dalam
proses pengambilan keputusan dalam merencanakan
program kecakapan hidup.
Seperti halnya dipaparkan dalam jurnal
internasional “Strategy Model of Economic Empowerment
to Efforts A Poverty Reduction”. Prasetyo: 2009. Di
jelaskan bahwa “Tujuan pembangunan sosial dan
ekonomi pada dasarnya sama, yaitu untuk menciptakan
kemakmuran bagi masyarakat, meskipun sudut pandang
dan pendekatan berbeda. pemberdayaan masyarakat
sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan kemiskinan
melalui pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial.
hasil penelitian menunjukkan bahwa kemiskinan
8
merupakan salah satu masalah sosial yang serius. Model
strategis akan lebih baik jika menggabungkan dengan
mendekati ranah politik, budaya, sosial-ekonomi.
Kemiskinan muncul dikarenakan adanya perbedaan dalam
modal dan sumber daya alam dan juga kurangnya sumber
daya manusia. Hal ini berarti, bahwa masyarakat miskin
akan selalu miskintidak bisa berkembang karena
kemiskinan. Karena itu, model strategis ekonomi rakyat
pemberdayaan oleh penguatan lokal dengan
meningkatkan potensinya, hal ini adalah salah satu yang
terbaik dan cepat untuk mengatasi kemiskinan”.
Tulisan ini menyoroti peranan pemerintah daerah
dan perangkatnya dalam melaksanakan tugas atau fungsi
pemberdayaan masyarakat yang mutlak dilaksanakan
sebagai salah satu cara mengurangi angka pengangguran.
Pemberdayaan masyarakat yang dimaksud difokuskan
pada berbagai aspek yang berkaitan dengan kehidupan
Masyarakat sebagai komunitas bangsa, yaitu
pemberdayaan di bidang peningkatan keahlian dan
ekonomi.
Maka, disinilah saya pikir mengapa pemberdayaan
masyarakat menjadi tidak kalah penting perannya dalam
perubahan (positif) yang terjadi di masyarakat. Sehingga,
terbentuklah sebuah ide untuk melakukan penelitian
mengenai “Strategi Pemberdayaan UPTD Latihan
Kerja Provinsi Banten dalam Terhadap Peserta
Pelatihan di Serpong Tangerang Selatan”
9
B. PEMBATASAN MASALAH
Setelah pemaparan yang cukup melalui sub bab
latar belakang masalah, agaknya menjadi hal yang cukup
penting untuk membatasi masalah dalam proposal ini
demi efisiensi dan efektifitas penelitian. Maka, penelitian
akan dibatasi seputar strategi pemberdayaan masyarakat
yang dilakukan oleh UPTD Latihan Kerja dan Provinsi
Banten.
C. RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana strategi pemberdayaan yang dilakukan
UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten terhadap
Peserta Pelatihan?
2. Apa faktor penghambat dan pendukung UPTD
Latihan Kerja Provinsi Banten dlam melakukan
pemberdayaan terhadap Peserta Latihan?
D. TUJUAN PENELITIAN
Berangkat dari perumusan masalah yang telah
penyusun tetapkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menggambarkan UPTD Latihan Kerja Provinsi
Banten dalam melaksanakan Pemberdayaan Masyarakat
yang telah dilaksanakan dalam rangka kepeduliannya
terhadap peningkatan kemampuan masyarakat tangerang.
10
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Akademis
Setiap karya ilmiah selayaknya membawa manfaat
bagi bidang keilmuan sebagai khasanah pengetahuan
bagi para akademisi maupun praktisi. Dengan adanya
penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan
pencerahan bagi pembaca serta dapat mempermudah
pemahaman mengenai pelaksanaan pemasaran sosial
dan membangun kesadaran etis di kalangan akademis.
2. Manfaat Praktis
Dalam hal ini penulis memiliki harapan agar
penelitian ini dapat menjadi salah satu kontribusi
sebagai partisipasi aktif dalam mendorong kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang akan dilakukan serta
memberikan dukungan terhadap gerakan masyarakat
dan menciptakan kesadaran masyarakat juga
organisasi pemberdayaan lain akan peran pentingnya
dalam mengembangkan potensi masyarakat yang
kurang beruntung sehingga berdampak pada masa
depan masyarakat dan bangsa.
F. METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Berdasarkan pada tujuan di atas, penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif. Dengan maksud
tujuan karena peneliti ingin melakukan penelitian
secara mendalam. (Moleong 2009, 10) Metode
11
penelitian kualitatif menyajikan secara langsung
hakikat hubungan antara peneliti dan responden.
Penelitian ini bersifat deskriptif data yang
dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan
bukan angka-angka. (Moleong 2009, 11) Hal itu
disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.
Selain itu, semuanya yang dikumpulkan
berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang
sudah diteliti. Dari pendekatan penelitian kualitatif di
atas berdasarkan tujuan penelitian yang ingin melihat
bagaimana strategi pemberdayaan yang dilakukan
oleh BLKI Provinsi Banten.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di UPTD Latihan
Kerja Provinsi Banten, Jalan Raya Serpong KM 12
BSD, Serpong Utara Tangerang Selatan – Banten.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan november
hingga juni 2019.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Pengumpulan Data dengan Wawancara
Secara defiitif wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
menciptakan makna dalam suatu topik tertentu.
Seperti ditegaskan oleh Licoln dan Guba
12
antara lain, (Moleong 2009, 135)
mengkonstruksi mengenai orang, kejadian,
kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi,
tuntutan, kepedulian dan yang dialami masa
lalu.
Peneliti melakukan wawancara jenis baku
terbuka, jenis wawancara ini adalah jenis
wawancara yang menggunakan seperangkat
pertanyaan baku. (Moleong 2009, 136) Urutan
pertanyaannya, kata-katanya, dan
penyajiannyapun sama untuk setiap responden.
Wawancara demikian digunakan jika
dipandang sangat perlu untuk mengurangi
variasi yang bisa terjadi antara seorang
informan yang diwawancarai dengan informan
lainnya.
No. Informasi yang di
cari
Inforaman Jumlah
Informan
1. Mengetahui
latar belakang
berdirinya UPTD
Provinsi Banten
proses
pemberdayaan
Ketua UPTD
Latihan Kerja
Provinsi Banten
1
orang
2. Mengetahui
strategi
Aggota
bagian
1
orang
13
pengembangan dan
pemasaran.
Pengembangan
dan Pemasaran
3. Mengetahui
tujuan serta
kegiatan yang
dilakukan dalam
pemberdayaan.
Anggota
bagian pelatihan
1
orang
Tabel I.1 Kerangka Sampel Informan 1
b. Pengumpulan Data dengan Observasi
Dalam hal ini, (Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif. 2011) peneliti dalam
melakukan pengumpulan data menyatakan
terus terang kepada sumber data, bahwa
sedang melakukan penelitian. Dengan begitu
peneliti dapat melakukan pengamatan
langsung bagaimana UPTD Latihan Kerja
Provinsi Banten menjalankan proses
pemberdayaan masyarakat.
c. Pengumpulan Data dengan Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. (Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif. 2011, 228) Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif.
14
G. TINJAUAN PUSTAKA
Sebelum penulis melanjutkan pembahasan dalam
tulisan ini, terdapat beberapa karya tulis yang juga
membahas tetang pemberdayaan. Yaitu:
1. Skripsi yang berjudul “Strategi Panti Asuhan
Baiturrahman dalam Pemberdayaan Anak Asuh di
Yayasan Masjid Jami’ Bintaro Jaya” ditulis oleh Iin
Nurhayati, NIM 10605400039, Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, tahun 2010. Skripsi ini
membahas tentang strategi pemberdayaan yang
dilakukan oleh panti asuhan dalam pemberdayaan
anak asuh melalui pelayanan dan pengembangan
bidang pendidikan, keagamaan, fisik, dan bantuan
sosial. Dalam penelitiannya tersebut difokuskan pada
program kemandirian anak asuh, melalui pembinaan
fisik, mental, kemandirian, maupun keterampilan
terhadap anak asuh.
2. Skripsi dengan judul “Startegi Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Program Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kelurahan Semper
Barat Jakarta Utara” yang ditulis oleh Erniyati, NIM:
104054002083, Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam (PMI), Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,Tahun 2011. Dalam
15
pembahasannya, penulis menjelaskan tentang strategi
pemberdayaan lingkup Mezzo yang dilakukan oleh
PPMK melalui pelatihan komputer dan dana bergulir.
H. PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI
Untuk tujuan mempermudah, teknik penulisan
yang dilakukan dalam skripsi ini merujuk pada buku
buku pedoman penelitian karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi) yang diterbitkan melalui keputusan rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017
sebagai pedoman penelitian skripsi ini.
I. SISTEMATIKA PENULISAN
Skripsi ini disusun berdasarkan buku “Petunjuk
Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi : Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini
terdiri dari enam bab. Untuk mempermudah pembahasan
dalam skripsi ini penulis membagi sistematika penulisan
sebagai berikut;
BAB I:
PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah,
pembatasan masalah, dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian,
serta sistematika penulisan.
16
BAB II:
KAJIAN
PUSTAKA
Membahas tentang kerangka teori pemberdayaan
masyarakat meliputi; pengertian pemberdayaan dan
strategi pemberdayaan.
BAB III:
GAMBARAN
UMUM LATAR
PENELITIAN
Meliputi Latar Belakang, Tujuan, Struktur
Organisasi, gambaran umum, fungsi dan divisi
yang bergerak di UPTD Latihan Kerja Tangerang
Selatan.
BAB IV:
DATA DAN
TEMUAN
PENELITIAN
Merupakan bentuk uraian penyajian data mengenai
strategi pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
oleh BLKI dan hasil dari temuan penelitian.
BAB V:
PEMBAHASAN
Analisis Strategi Pemberdayaan Masyarakat yang
dilakukakan oleh BLKI Provinsi Banten.
BAB VI:
PENUTUP
Dalam hal ini akan ditarik beberapa kesimpulan
dari pemikiran sebelumnya serta saran-saran
sebagai bentuk hasil dari analisa dalam penelitian
penyusun.
17
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Ditinjau secara etimologi, kata strategi berasal dari
Yunani yaitu Strategos yang diambil dari kata Strator
yang berarti militer dan Ag yang berarti memimpin.
Pada Konteks Awalnya, (Zulkiflimansyah,
Manajemen Strategi: Sebuah Konsep Pengantar 1999,
8) strategis diartikan sebagai Generalship atau siasat
yang dilakukan oleh para Jendral dalam membuat
rencana untuk menaklukan musuh guna
memenangkan perang.
Kata Strategos (Minner 1988, 20) dalam bahasa
Yunani juga memiliki arti jenderal.Kata Strategi
berasal dari peristiwa peperangan yang dimaknai
sebagai suatu siasat untuk mengalahkan musuh.
Namun kemudian (Djalil 1997, 76) kata strategi
mengalami perkembangan untuk semua kegiatan
organisasi termasuk keperluan ekonomi, sosial,
budaya dan agama. Menurut Drucker, (Wahyudi 1996,
16) Strategi dapat diartikan mengerjakan sesuatu yang
benar (doing the right things). Menurut Karl von
Clausewitz, (Wahyudi 1996, 16) strategi adalah
pembetukan rancangan pertempuran yang mejadi seni
untuk digunakan dalam perang.
18
Dalam kamus Bahasa Indonesia (Depdiknas
2002, 1092) disebutkan bahwa istilah strategi
merupakan suatu kajian ilmu yang menggunakan
sumber daya untuk melaksanakan kebijakan
tertentu.
Sedangkan definisi yang berbeda mengenai
strategi diberikan para ahli sebagai berikut:
a. Menurut Chandler yang dikutip oleh
Supriyono, (Supriyono 1985, 9) Strategi
adalah penetuan dasar goals jangka panjang
dan tujuan pemberdayaan masyarakat serta
pemakaian cara-cara dalam bertindak dan
alokasi sumber-sumber yang diperlukan untuk
mencapai suatu tujuan.
b. Menurut Sondang siagan, (Siagan 1986, 17)
strategi merupakan cara yang terbaik utuk
mempergunakan dana, daya, dan tenaga yang
tersedia, berkesesuaian dengan tuntutan
perubahan lingkungan.
c. Menurut Onong Uchjana, (Efendy 1999, 32)
Strategi pada dasarnya adalah sebuah
perencanaan dan manajemen untuk mencapai
tujuan.
d. Menurut Steinner dan Minner, (Minner 1988,
20) dalam pengertiannya strategi merupakan
penempatan misi, penetapan sasaran
organisasi, dengan mengingat kekuatan
19
eksternal dan internal dalam perumusan suatu
kebijakan untuk mencapai sasaran dan
implementasi secara tepat, sehingga sasaran
dan tujuan utama organisasi akan tercapai.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
strategi merupakan suatu kesatuan rencana yang
terpadu, yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan
yang terlah direncanakan. Penyusunan strategi
berkaitan dengan lingkungan organisasi sehingga
dapat disusun kekuatan strategi organisasi yang dalam
pencapaian tujuan organisasi juga diperlukan strategi-
strategi lain yang dapat dipertimbangkan dan harus
dipilih.
Strategi mempunyai beberapa faktor untuk
menentukan apa yang seharusnya dikerjakan untuk
mengurangi hal-hal yang tidak pasti dan kegagalan
dalam perumusan sebuah rencana sehingga dapat
mencapai batas maksimal yang ditentukan.
2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Strategi
Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh dalam
perumusan strategi agar organisasi dapat diakui,
tangguh menghadapi perubahan, dan mampu
meningkatan efektifitas dan produktifitas. Faktor-
faktor tersebut antara lain sebagai berikut:
20
a. Tipe dan Struktur Organisasi
Pemelihan tipe dan struktur organisasi
(Kusuma 2002, 131) harus berhubungan
dengan kepribadian organisasi tersebut, sebab
setiap organisasi pasti memiliki kepribadian
yang khas. Untuk itu dalam sebuah struktur
organisasi setidaknya harus memiliki beberapa
unsur seperti spesialisasi kerja, standarisasi,
koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi
dalam pengambilan keputusan kerja.
b. Kompleksitas Lingkungan Eksternal
Lingkungan Eksternal organisasi yang dapat
bergerak secara dinamis (Kusuma 2002, 35)
mempunyai pengaruh pada cara pengelolaan
organisasi untuk merancang dan menetapkan
strategi. Dinamika tersebut harus dikenali,
dianalisa, dan dipertimbangkan secara matang
karena organisasi tidak mungkin terlepas dari
dampak lingkungan eksternal sehingga tujuan
dan sasaran organisasi dapat tercapai.
c. Gaya Manajerial
Teori kepemimpinan memiliki beberapa
tipologi dalam kepemimpinan, (Siagan 1986,
32) seperti tipe otokratik, parternalistik,
laizesfaire, demokratik dan kharismatik.
21
Namun secara teknis dilapangan atau dalam
pelaksanaannya tidak ada satu tipe yang sesuai
dan dapat digunakan secara konsisten pada
semua jenis organisasi.
B. PEMBERDAYAAN
1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah (Adi 2000, 32-34)
mengembangkan diri dari keadaan kurang berdaya
menjadi berdaya, untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik. Pemberdayaan membahas tentang
bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas
berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri
dengan keinginan mereka. Pemberdayaan dapa pula
dimaknai sebagai suatu proses yang relatif terus
berjalan untuk meningkatkan kepada perubahan.
Dalam konseptual, (Suharto 2005, 57)
pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment),
berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau
keberdayaan). Secara definitive pemberdayaan
diartikan sebagai upaya untuk memberikan daya
(empowerment) atau penguatan (strengthening)
kepada masyarakat. (Soebianto 2015, 26) oleh karena
itu, pemberdayaan dapat diartikan sama dengan
perolehan kekuatan dan akses terhadap sumberdaya
untuk mencari nafkah.
22
Pemberdayaan merupakan perubahan kepada arah
yang lebih baik, dari yang tidak berdaya menjadi
berdaya. Pemberdayaan memiliki hubungan dengan
upaya meningkatkan hidup ke tingkat yang lebih baik.
Pemberdayaan adalah (Diana 1997, 15) meningkatkan
kemampuan dan rasa percaya diri dengan
menggunakan daya yang dimiliki, tentunya dalam
menentukan tindakan kearah yang lebih baik lagi.
Pemberdayaan masyarakat pada dasarnya menjadi
proses aktualisasi komitmen masyarakat dalam
memecahkan masalah kesenjangan atau
ketidakseimbangan antar kelompok dalam masyarakat itu
sendiri, termasuk mengatasi masalah kelangkaan sumber
daya, kesempatan serta menjauhkan masyarakat dari
penderitaan sosial. Disinilah salah satu nilai yang
diterapkan oleh setiap program pengembangan
masyarakat dirancang untuk mendorong pengembangan
sumber daya, keterampilan dan peluang untuk hidup
secara lebih baik bagi rakyat kecil.
Dalam Al – Qur’an juga menjelelaskan bahwa
perubahan kearah yang lebih baik, sebagaimana
dijelaskan dalam Surah Al- Ra’ad: 11
ال يغير ما له معقبات من بين إنه للاه يديه ومن خلفه يحفظونه من أمر للاه
بقوم سوءا فال مرده له وما بقوم حتهى يغيروا ما بأنفسهم وإذا أراد للاه
(١١لهم من دونه من وال )
23
Artinya: “Bagi Manusia ada malaikat – malaikat
yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka
bumi dan dibelakanganya, mereka menjaganya
atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
akan merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah
mengkehendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali – kali tak ada pelindung bagi mereka
selain Dia.” (QS. Al- Ra’ad: 11).
Memaknai kandungan dalam surah diatas, bahwa
tidak ada suatu perubahan kearah yang lebih baik
kecuali perubahan itu dilakukan oleh diri sendiri. Hal
ini sangat lah sesuai dengan upaya pemberdayaan,
karena pemberian daya ataupun kekuatan menuju
kemandirian senantiasa dimulai dan dilakukan oleh
diri sendiri. Artinya pada ayat tersebut bahwa Agama
Islam memerintahkan penting adanya pemberdayaan
sosial menjaddikan masyarakt yang mandiri.
Secara teknis istilah pemberdayaan dapat
disamakan dengan istilah pengembangan. Menurut
Nanih Machendrawaty dan Agus Achmad Syafei
(Syafei 2001, 42) mengartikan bahawa pemberdayaan
masyarakat sebagai upaya untuk membangkitkan
potensi yang dimiliki masyarakat ke arah yang lebih
24
baik, baik dalam kehidupan sosial, politik, maupun
ekonomi.
Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai
(Sumodinigrat 1997, 165) usaha untuk menciptakan
kekuatan dengan memberikan motivasi dan
meningkatkan kesadaran akan potensi-potensi yang
telah dimiliki serta berusaha mengembangkannya.
Istilah pemberdayaan yang digunakan oleh T. Hani
Handoko adalah ”Pengembangan”, yaitu sebuah usaha
jangka panjang untuk memperbaiki pemecahan
masalah (Problem solving) dan melakukan hal-hal
baru.
Adapun pemberdayaan yang dikatakan Mc. Ardle,
(Adi 2000, 162) merupakan suatu kegiatan proses
pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara
terus menerus melakanakan keputusan tersebut. Orang
yang telah sampai pada tujuan kolektif
kemandiriannya perlu melakukan kegiatan
pemberdayaan bahkan merupakan ”keharusan” untuk
lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dari
akumulasi pengetahuan, keterampilan serta sumber
daya lainnya dalam rangka mencapai tujuan mereka
agar tidak bergantung pada pertolongan dari hubungan
eksternal. Namun demikian, Mc. Ardl maknai hal
tersebut bukan sebagai sebuah cara untuk mencapai
tujuan, melainkan makna pentingnya proses dalam
pengambilan keputusan.
25
Dalam hal pemberdayaan Payne, (Adi 2000, 163)
mengatakan bahwa suatu pemberdayaan
(empowerment), ditujukan guna membantu penerima
manfaat memperoleh daya untuk menentukan
tindakan dan mengambil keputusan yang akan
dilakukan yang berkaitan dengan diri mereka,
termasuk menvrai tahu hambatan pribadi dan sosial
dalam melakukan tindakan. Kegiatan ini dilaksanakan
dengan proses peningkatan potensi dan rasa percaya
diri untuk mengaktifkan kemampuan yang dimiliki.
Shardlow, (Adi 2000, 164) berpendapat bahwa
berbagai pengertian terkait pemberdayaan pada
intinya membahas tentang bagaimana individu,
kelompok ataupun komunitas berupaya membentuk
masa depan yang sesuai dengan keinginan mereka.
Dengan kata lain penerima manfaat didorong untuk
menentukan sendiri apa yang perlu dilakukan dalam
kaitan dengan usaha mengatasi permasalahan yang
dihadapi, sehingga penerima manfaat mempunyai
kesadaran dan kekuasaan penuh dalam membentuk
masa depan yang diinginkan.
Dari pengertian-pengertian diatas, dapat dambil
kesimpulan bahwa pemberdayaan dapat diartikan
sebagai sebuah gerakan penguatan sosial agar
masyarakat yang tadinya tidak berdaya, baik dalam
bidang sosial, ekonomi serta politik, diberdayakan
sehingga membangkitkan kesadaran masyarakat untuk
26
meningkatkan potensi yang mereka miliki, serta
menentukan tindakan berdasarkan keinginan mereka
secara mandiri melalui strategi dan pendekatan
tertentu yang dapat menjamin keberhasilan hakiki
dalam bentuk kemandirian.
2. Tahapan-tahapan dalam Proses Pemberdayaan
Sebuah proses pemberdayaan yang
berkesinambungan memiliki siklus yang terdiri dari
(Adi 2000, 173-174):
a. Menghadirkan ulang pengalaman yang
memberdayakan dan tidak memberdayakan
(recall depowering/ empowering experiences);
b. Mendiskusikan alasan-alasan mengapa
pemberdayaan pemberdayaan harus dilakukan
(discuss reasons for
depowerment/empowerment);
c. Mengidentifikasi suatu permasalahan ataupun
proyek (Identify one problem or project);
d. Mengidentifikasikan basis daya yang
dibutuhkan (identify useful power bases);
e. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan
mengimplementasikan dalam sebuah rencana
tindakan (develop and implement action
plans).
27
Upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat
dari tiga sudut pandang, (Soebianto 2015, 32)
yaitu:
Pertama, menciptakan suasana yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang
(enabling). Hal ini menitik beratkan pada
pengenalan bahwa setiap manusia, setiap
masyarakat memiliki potensi yang dapat
dikembangkan.
Kedua, memperkuat potensi atau daya
yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam
hal ini diperlukan langkah-langkah lebih positif,
selain dari hanya menciptakan suasana. Penguatan
ini mencakup tindakan-tindakan nyata yang juga
berkaitan dengan penyediaan berbagai masukan,
serta menjadikan sarana dan prasarana yang ada
sebagai peluang.
Ketiga, memberdayakan juga memiliki arti
melindungi. Dalam prosesnya pemberdayaan tidak
menjadikan yang lemah menjadi bertambah lemah,
dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu
perlindungan kepada yang lemah amat mendasar
sifatnya dalam konsep pemberdayaan.
3. Pendekatan Pemberdayaan
28
Proses pelaksanaan dan pencapaian tujuan dapat
dilakukan dengan menerapkan pendekatan
pemberdayaan (Suharto 2005, 67) yang disingkat
menjadi 5 P, yaitu:
a. Pemungkinan: membuat suasana yang
kondusif yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang secara optimal.
Pemberdayaan seharusnya dapat melepaskan
masyarakat dari batas-batas yang menghambat
terjadinya proses pemberdayaan.
b. Penguatan: menganalisis kemampuan
pengetahuan yang dimiliki masyarakat dalam
mencari solusi pada permasalahan yang
dihadapi untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu
mendorong kemandirian masyarakat dengan
mengembangkan seluruh kemampuan dan
kepercayaan diri masyarakat.
c. Perlindungan: memberikan perlindungan
kepada masyarakat terutama kelompok
minoritas dari kelompok mayoritas untuk
menghindari terjadinya persaingan yang tidak
seimbang.
d. Penyokongan: memberikan bimbingan dan
dukungan agar masyarakat dapat menjalankan
peran dan tugas kehidupannya. Pemberdayaan
harus menyokong masyarakat agar tidak
29
berada dalam keadaan dan posisi yang
semakin buruk dan termarjinalisasi.
e. Pemeliharaan: pemberdayaan harus mampu
menjamin keseimbangan sehingga setiap
orang memiliki kesempatan berusaha yang
sama dengan memelihara kondisi yang
kondusif agar tetap terjadi keseimbangan
distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok
dalam masyarakat.
Dalam proses pemberdayaan masyarakat Dubois
dan Miley (Suharto 2005, 68) memiliki beberapa cara
yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Membangun relasi pertolongan yang
merefleksikan respon empati, menghargai
pilihan dan hak klien dalam menentukan
nasibnya sendiri (self- determination),
menghargai keunikan dan perbedaan individu,
serta menekankan kerja sama klien (client
partnerships).
b. Menciptakan komunikasi yang menghargai
martabat dan harga diri klien, memberikan
pertimbangan keragaman individu, serta
menjaga kerahasiaan klien.
c. Terlibat langsung dalam pemecahan masalah
yang mendorong partisipasi klien dalam
proses pemecahan masalah, menghargai hak-
30
hak klien, membuat tantangan-tantangan
sebagai kesempatan belajar dan melibatkan
klie dalam pembuatan keputusan dan evaluasi.
d. Merefleksikan sikap dan nilai profesi
pekerjaan sosial dengan melaksanakan kode
etik profesi, keterlibatan dalam pengembangan
profesional, riset, dan perumusan kebijakan,
penerjemahan kesulitan-kesulitan pribadi ke
dalam isu-isu publik, juga penghapusan segala
bentuk diskriminasi dan ketidaksetaraan
kesempatan.
4. Tujuan Pemberdayaan
Tujuan pemberdayaan adalah (Suharto 2005, 60)
memperkuat kemampuan masyarakat, khususnya
kelompok lemah yang memiliki ketidak berdayaan,
baik karena kondisi internal (keadaan dirisendiri),
maupun karena kondisi eksternal (keadaan
lingkungan). Namun demikian, target dan tujuan
pemberdayaan itu sendiri dapat berbeda sesuai dengan
bidang pembangunan yang dijalankan. Tujuan
pemberdayaan yang dilakukan di bidang ekonomi
(Adi 2000, 163) mungkin berrbeda dengan tujuan
pemerdayaan di bidang sosial ataupun di bidang
pendidikan.
Berkenaan dengan proses pemberdayaan, Payne
(Adi 2000, 162) mengatakan bahwa suatu
31
pemberdayaan (empowerment), sebenarnya dilakukan
untuk:
“to help clients gain power of decision and
action over their own lives by reduing the effects
of social or personal blocks to exerising existing
power, by increasing capacity and self-confidence
to use power and by transferning power form the
environment to clients.”
(untuk membantu klien memperoleh
kekuatan dalam mengambil keputusan dan
menentukan tindakan yang akan dilakukan
berkenaan dengan diri mereka, dengan
meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri
dalam melakukan tindakan. antara lain melalui
transfer daya dari lingkungannya).
Berkenaan dengan apa yang dikatakan Payne
diatas pemberdayaan seharusnya memiliki berbagai upaya
perbaikan (Soebianto 2015, 112) sebagai berikut;
a. Perbaikan pendidikan (better education;
b. Perbaikan aksesibilitas (better accesibility);
c. Perbaikan tindakan (better action);
d. Perbaikan kelembagaan (better institusion),;
e. Perbaikan usaha (better bussiness);
f. Perbaikan pendapat (better income);
g. Perbaikan lingkungan (better environment),;
32
h. Perbaikan kehidupan (better living);
i. Perbaikan masyarakat (better community),
Sehingga pemberdayaan seharusnya tidak hanya
berdampak pada satu orang tapi juga pada kehidupan
masyarakat secara menyeluruh.
5. STRATEGI PEMBERDAYAAN
Seperti yang dikatakan Parsons et. al, sebuah
kegiatan pemberdayaan biasanya dilakukan secara
bersamaan (collective). Beliau berpendapat bahwa tidak
ada kajian yang mengatakan pemberdayaan dilakukan
dalam lingkup perserorangan. Meskipun pemberdayaan
seperti ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan
kemampuan diri klien, hal ini bukanlah strategi utama
pemberdayaan.
Namun demikian, tidak semua intervensi pekerjan
sosial dapat dilakukan melalui kolektivitas. Pada
beberapa kondisi, pemberdayaan dapat dilaksanakan
secara individual yang pada intinya kegiatan ini memiliki
keterkaitan dengan kolektivitas, dengan menghubungka
individu dengan faktor diluar dirinya. Dalam konteks
pekerjaan sosial, (Suharto 2005, 66) pemberdayaan dapat
dilakukan dengan tiga ranah (empowerment setting):
mikro, mezzo, dan makro.
1. Ranah Mikro. Pemberdayaan dilakukan
terhadap klien secara individu .
Pemberdayaan ini biasa dilakukan dengan
33
melakukan bimbingan, konseling, stress
management, crisis intervention. Tujuan
utamanya adalah membimbing atau melatih
klien dalam menjalankan tugas- tugas
kehidupannya. Model ini sering disebut
sebagai pendekatan yang Berpusat pada Tugas
(task centered approach).
2. Ranah Mezzo. Pemberdayaan dilakukan
terhadap sekelompok klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan
kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan
dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya
digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan
kesadaran. Pengetahuan, keterampilan dan sikap-
sikap klien agar memiliki kemampuan
memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
3. Ranah Makro. Pendekatan ini disebut juga
sebagai Strategi Sistem Besar (large- system-
strategy), karena sasaran perubahan yang
diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih
kompleks. Perumusan kebijakan, perencanaan
sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying,
Pengorganisasian masyarakat, manajemen
konflik, (Suharto 2005, 67) merupakan bentuk
strategi yang digunakan dalam pendekatan ini.
34
Strategi ini melihat klien sebagai orang yang
mempunyai kompetensi untuk memahami
situasi- situasi mereka sendiri, dan dapat
memilih serta menentukan strategi yang tepat
untuk bertindak.
Pemberdayaaan masyarakat dapat dilakukan
dengan melakukan dua pendekatan (Adi 2000,
228), yaitu;
a. Pendekatan Direktif, merupakan pedekatan
pemberdaayaan yang berlandaskan asumsi
bahwa community worker mengetahui apa
yang dibutuhkan dan baik untuk masyarakat.
Dalam pendekatan ini peran masyarakat
sedikitdan interaksi yang dilakukan lebih
bersifat instruktif. Community worker
menjadikan masyarakat sebagai objek
sehingga sangat dominan dalam menentukan
kebutuhan masyarakat.
b. Pendekatan Non Direktif, merupakan
pendekatan yang berlandaskan pada
masyarakat mengetahui apa yang sebenarnya
mereka butuhkan. Pelaku utama dalam
pendekatan ini adalah masyarakat itu sendiri,
community worker menjadi katalisator dalam
membantu masyarakat menggali potensi
35
masyarakat, interaksi yang dilakukan dalam
kegiatan ini bersifat partisipatif.
C. KERANGKA BERPIKIR
Dalam melakukan aktivitas pemberdayaan perlu
adanya pengetahuan terkait pemberdayaan, tahapan-
tahapan pemberdayaan, pendekatan yang dilakukan dalam
melakukan pemberdayaan seehingga menciptakan
strategi-stretegi yang dapat mendukung pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan yang matang agar mencapai
tujuan yang dicanangkan dalam kegiatan tersebut.
Proses pemberdayaan selalu memiliki standarisasi
yang dapat menjadi strategi yang digunakan dalam
melakukan pemberdayaan. Strategi-stretegi tersebut
memiliki tujuan khusus sehingga proses pemberdayaan
dapat dilakukan secara maksimal sesuai degan apa yang
diharapkan.
UPTD Latihan Kerja yang merupakan salah satu
lembaga pemberdayaan berbasis masyarakat yang
mempunyai pedoman kerja yang dirancang untuk
melaksanakan kegiatan pemberdayaan itu sendiri. Untuk
membantu penyusunan penulisan dalam penilitian kali
ini, penulis membuat kerangka berpikir sebagai acuan
yang digambarkan dalam bagan sebagai berikut;
36
BAGAN KERANGKA BERPIKIR
Gambar II.I Kerangka Berpikir
UPTD LATIHAN
KERJA
STRATEGI
REKRUTMEN
STRATEGI
PELATIHAN
STRATEGI
PEMASARAN
PEMBERDAYAAN BERBASIS
PENGORGANISASIAN
MASYARAKAT
37
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil UPTD Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Provinsi Banten
1. Sejarah berdirinya UPTD Latihan Kerja Provinsi
Banten
Balai Latihan Kerja yang disingkat BLK lahir
pertama kali di Solo, Jawa Tengah pada tahun 1947.
Pada mulanya BLK-BLK didirikan hanya di Pulau
Jawa. Pendirian BLK di luar Pulau Jawa dimulai pada
tahun 1957dengan dibangunnya BLK di Padang,
Sumatera Barat. Seiring dengan perkembangan jaman
dan kebutuhan akan ketersediaan SDM yang kompeten,
jumlah BLK (Balai Latihan Kerja, Balai Latihan
Transmigrasi dan Balai Produktivitas) meningkat
secara pesat dan kini telah berjumlah 321 (Tiga Ratus
Dua Puluh Satu) BLK yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia.
Menurut sejarahnya, perkembangan BLK di
Indonesia dibagi menjadi 7 periode yaitu:
•Periode 1945-1950
BLK pertama dibangun di Solo pada tahun 1947.
Pada awal periode ini, sebanyak 10 (sepuluh) BLK
seluruhnya dibangun di Pulau Jawa. Program pelatihan
di BLK dalam periode ini lebih difokuskan pada
38
keterampilan industri seperti konstruksi, elektronika
dan listrik.
•Periode 1950an: Ekspansi BLK ke Luar Jawa
Pembangunan BLK di luar Pulau Jawa pertama
kali dilakukan pada tahun 1957, yaitu dibangunnya
BLK Padang di Sumatera Barat. Kemudian dilanjutkan
dengan BLK lainnya termasuk di Jayapura, Manokwari
dan Palembang. Selanjutnya perkembangan BLK
selama periode tahun 1950an ditandai dengan
meningkatnya BLK yang dibangun di luar Pulau Jawa.
Pada periode ini mulai dikembangkan “Unit-Unit
Pelatihan Keliling (MobileTraining Unit/MTU)” untuk
mencapai kelompok sasaran yang berada di daerah
pedesaan.
•Periode 1970 an: Awal Pertumbuhan BLK
Pada periode ini dibangun 21 (dua puluh satu)
BLK di seluruh wilayah Indonesia.
•Periode 1980an: Puncak Pertumbuhan BLK
Pada periode ini perkembangan BLK memasuki
tahap perkembangan puncak dengan dibangunnya 16
(enam belas) BLK tipe B dan 104 (seratus empat) BLK
tipe C (BLK Kecil), sehingga pada akhir Repelita IV di
tahun 1988 secara keseluruhan terdapat 157 (seratus
lima puluh tujuh) BLK. Program pelatihan di BLK
dalam periode ini dititikberatkan pada pelatihan untuk
para penganggur dan dilaksanakan berdasarkan prinsip
Trilogi Latihan yaitu:
39
a. Latihan Kerja harus sesuai dengan kebutuhan
pasar kerja/kesempatankerja;
b. Latihan Kerja harus senantiasa mengikuti
perkembangan dan kemajuan IPTEK;
c. Latihan Kerja merupakan kegiatan yang
bersifat terpadu, baik dalam pengertian proses
(kaitan antaralatihan, pendidikan dan
pengembangan) Maupun implementasinya
(keterpaduan antara Depnaker, Departemen
lain dan swasta).
•Periode 1990-1997: BLK Menuju Kemandirian
Pada periode ini diadakan reformasi pengelolaan
BLK yang diarahkan untuk menata ulang seluruh
sistem pengelolaan BLK agar bisa mandiri baik dari
segi manajemen maupun finansial. Program pelatihan
disusun sebagai kegiatan usaha yang beriorientasi pada
permintaan.
•Periode 1998-2006: Masa Transisi
Dengan diterapkannya otonomi daerah di tahun
2001, sebagai implikasinya terjadi desentralisasi
manajemen BLK. Hal ini mengakibatkan sebagian
besar BLK diserahkan kepada Pemerintah Daerah.
Pada periode ini sebanyak 154 (seratus lima puluh
empat) BLK diserahkan kepada Pemda termasuk BLKI
Tangerang (BLKI Provinsi Banten saat itu) dan hanya
11 (sebelas) BLK yang masih dikelola langsung oleh
40
pemerintah pusat, pada waktu itu BLK Tangerang
diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang
sebagai UPT.
Diklat Kerja Kab. Tangerang Tahun 2001 yang
kemudian berubah menjadi Bidang Diklat Kerja Badan
Pendidikan Pelatihan Penelitian & Pengembangan Kab.
Tangerang pada Tahun 2004 selanjutnya kembali
menjadi UPT. Latihan Kerja Disnakertrans Kab.
Tangerang Tahun 2008 dan akhirnya pada Tahun 2009
melalui Pergub 35 Tahun 2009 tentang Pembentukan,
Organisasi dan Tata Kerja Balai Latihan Kerja Industri
Pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi
Banten BLKI resmi bergabung menjadi UPTD
Pemerintah Provinsi Banten di bawah Disnakertrans
Provinsi Baten. Pada tahun 2018 Balai Latihan kerja
Industri berubah menjadi UPTD Latihan Kerja yang
termasuk dalam Peraturan Gubernur Banten no.18
2018 dalam ruanglingkup analisis beban kerja.
2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Dengan ditetapkannya Balai Latihan Kerja
Industri sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis
pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi
Banten maka lingkup pelayanan semakin luas yakni
menyelenggarakan Program Pelatihan berbasis
kompetensi dan sertifikasi kompetensi untuk
perorangan, Sekolah, Lembaga Masyarakat maupun
Instansi Pemerintah dan Swasta dengan lingkup
41
pelayanan di seluruh wilayah/ daerah yang berada di
Provinsi Banten dan daerah lain yang membutuhkan.
Cakupan wilayah kerja yang semakin luas tersebut
dan dalam era globalisasi merupakan tantangan serta
menuntut BLKI untuk memperluas bidang pelayanan
sesuai kebutuhan pasar kerja baik lokal, nasional
maupun Internasional. BLKI memiliki tugas pokok
untuk melaksanakan pelatihan kerja, peningkatan
keterampilan dan uji kompetensi.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut
Balai Latihan Kerja Industri sesuai Peraturan Gubernur
Banten Nomor 86 Tahun 2016 Tentang Pembentukan
Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Di
Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten Pasal 89
adalah :
a. penyusunan rencana program BLKI;
b. penyusunan dan pengembangan kurikulum
pelatihan kerja;
c. pelaksanaan pelatihan kerja dan uji
kompetensi;
d. promosi program dan pemasaran lulusan;
e. pelaksanaan On The Job Training peserta
latihan kerja di perusahaan.
3. Visi dan Misi
Visi dari UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten
adalah “Menjadi Balai latihan KerjaUnggul dalam
Bidang Keahlian dan keterampilan“.
42
Misi dari UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten
adalah;
Menghasilkan dan mengembangkan sumber daya
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Sebagai Institusi pelatihan yang berperan aktif
dalam meningkatkan keahlian dan keterampilan
yang berbasis kompetensi
Menghasilkan tenaga kerja terampil , berkualitas,
berjiwa wirausaha, mandiri, berbudaya,
bermentalitas dan beretika serta berwawasan
lingkungan dan mampu bersaing ditingkat nasional.
Meningkatkan kemampuan dibidang teknologi
terapan yang berdayaguna bagimasyarakat dan
Bangsa Indonesia.
4. Maksud dan Tujuan Pelatihan
Maksud dari penyelenggaraan pelatihan adalah
Menyelenggaraan Pelatihan Tenaga Kerja yang
berbasis kompetensi yang berorientasi kepada
penempatan kerja serta mampu meningkatkan kualitas
SDM, dengan di ditunjang Sarana dan Prasarana
Pelatihan yang memadai untuk mendukung upaya
peningkatan kualitas pelayanan pelatihan yang
diberikan kepada masyarakat.
Adapun tujuan pelatihan adalah ;
43
a. Memberikan kompetensi (pengetahuan,
keterampilan dan sikap) kepada peserta
pelatihan diberbagai jurusan yang
dilaksanakan/ dibuka, agar setiap akhir
pelatihan peserta dapat dinyatakan kompeten
untuk mengisi lowongan kerja sesuai
kebutuhan pasar kerja;
b. Diharapkan peserta mampu menciptakan
lapangan kerja secara mandiri;
c. Menciptakan perluasan kesempatan kerja dan
mengurangi pengangguran;
d. Program Pelatihan BLKI yang dibiayai oleh
Pemerintah Daerah Provinsi Banten,dapat
dilaksanakan secara institutional dan non
institutional serta OJT di Perusahaan;
e. Program Pelatihan
Mandiri/Swadana/Kerjasama, yakni pelatihan
atas permintaan masyarakat yang biayanya
ditanggung secara mandiri oleh peserta
pelatihan atau Pihak ke III melalui Perjanjian
Kerjasama (Permenaker Nomor 2 Tahun
Tentang Pendauagunaan Fasilitas Latihan
Kerja hanya sejak dikelola oleh Provinsi
Banten belum dapat dilaksanakan karena
belum adanya payung hukum Peraturan
Daerah sebagai dasar pelaksanaannya).
44
5. Struktur Organisasi UPTD Latihan Kerja Provinsi
Banten
Struktur Organisasi UPTD Latihan Kerja Provinsi
Banten Provinsi Banten terdiri dari:
a. Kepala UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten
Kepala/ Ketua mempunyai rincian tugas
memimpin, mengkoordinasikan, mengawasi,
mengendalikan dan melaksanakan tugas fungsi dan
tata kerja. Kepala UPTD Latihan Kerja Provinsi
Banten mempunyai fungsi:
1. penyusunan rencana teknis operasional BLKI;
2. pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
pelatihan kerja, peningkatan keterampilan dan
uji kompetensi;
3. pelaksanaan promosi program dan pemasaran
lulusan;
4. pelaksanaan pengawasan, pengendalian,
monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan
BLKI;
5. pelaksanaan koordinasi, kerjasama dan
fasilitasi pelatihan kerja, peningkatan
keterampilan dan uji kompetensi.
b. Subbagian Tata Usaha
Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas
melaksanakan urusan surat menyurat, inventaris
perlengkapan kantor, kepegawaian, keuangan dan
45
urusan umum. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
mempunyai fungsi :
1. perencanaan program kerja dibidang
kepegawaian, keuangan serta sarana dan
prasarana;
2. pelaksanaan perencanaan pedoman dan
pengelolaan bahan perumusan kebijakan yang
berkaitan dengan program bidang latihan kerja
dan ketatausahaan meliputi kepegawaian, surat
menyurat serta keuangan;
3. pelaksanaan pemberian fasilitasi dan dukungan
pelayanan teknis administrasi;
a) pengelolaan surat menyurat dan inventaris
barang;
b) pemeliharaan sarana dan prasarana
perlengkapan dan aset BLKI;
c) pelaksanaan pengelolaan administrasi dan
penatausahaan keuangan dilingkup BLKI;
d) pelaksanaan koordinasi, evaluasi dan
pelaporan dibidangnya.
c. Seksi Pelatihan
Kepala Seksi Pelatihan mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan rencana program,
penyiapan dan pelaksanaan pelatihan serta uji
kompetensi. Kepala Seksi Pelatihan mempunyai
fungsi:
46
1. penyusunan rencana teknis operasional dibidang
pelatihan dan uji kompetensi;
2. perencanaan program kerja dibidang pelatihan
dan uji kompetensi;
3. pelaksanaan penyiapan penyusunan rencana dan
program pelatihan;
4. pelaksanaan pelatihan dan uji kompetensi;
5. pelaksanaan rekruitmen dan seleksi calon peserta
pelatihan;
6. pelaksanaan koordinasi, evaluasi dan pelaporan
dibidangnya.
d. Seksi Pengembangan dan Pemasaran
Kepala Seksi Pengembangan dan Pemasaran
mempunyai tugas melaksanakan pemasaran program,
fasilitasi, hasil produksi, jasa, hasil pelatihan serta
penyediaan On The Job Training (OJT). Kepala Seksi
Pengembangan dan Pemasaran mempunyai fungsi :
1. penyusunan rencana teknis operasional dibidang
pengembangan dan pemasaran;
2. penyiapan bahan penyusunan dan pengembangan
kurikulum latihan kerja;
3. pelaksanaan promosi program;
4. pelaksanaan pemasaran jasa, hasil pelatihan dan
hasil produksi;
5. pelaksanaan pemberian informasi pelatihan;
6. pelaksanaan penyediaan On The Job Training;
47
7. pelaksanaan evaluasi hasil latihan kerja;
8. pelaksanaan koordinasi, evaluasi dan pelaporan
dibidangnya.
Bagan Struktur organisasi
UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten
Gambar III.1 Bagan Struktur Organisasi UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten
Instruktur dan tenaga kepelatihan sesuai dengan
Kompetensi Kejuruan yang berpengalaman dan memiliki
kompetensi sesuai bidang kejuruan dengan tingkat pendidikan
para Instruktur/ tenaga pengajar dan tenaga kepelatihan
minimum D III sampai dengan S2 dan S3.
B. Program Pelatihan UPTD Latihan Kerja Provinsi
Banten
Dalam upaya meningkatkan Sumber Daya
Manusia yang berdaya saing sekaligus melaksanakan
amanat undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenaga Kerjaan pasal 13 (1) bahwa Pelatihan kerja
KEPALA
SUB BAGIAN
TATA USAHA
SEKSI PENGEMBANGAN DAN
PEMASARAN
SEKSI
PELATIHAN
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
48
diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kerja pemerintah
dan/atau lembaga Provinsi Banten melalui Disnakertrans
memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk dapat
mengikuti Pelatihan Berbasis Kopetensi di Balai Latihan
Kerja Industri Provinsi Banten, dengan ketentuan syarat
sebagai berikut;
a. Syarat mengikuti pelatihan Minimal memiliki
ijazah SMP berusia 17 Tahun maksimal 35
Tahun memiliki Kartu Identitas (KTP)
Provinsi Banten;
b. Bersedia mengikuti Pelatihan yang
dilaksanakan selama 240 jam (40) hari dan 480
jam (90) hari, Senin sampai dengan Jum’at
dimulai pukul 07.30-16.00;
1. Kejuruan/Sub Kejuruan UPTD Latihan Kerja
Provinsi Banten
Kejuruan/Sub Kejuruan Balai Latihan Kerja
Industri Provinsi Banten terbagi menjadi beberapa
bagian, diantaranya:
a. Teknik Informatika Komputer;
Operator Komputer
Multimedia
b. Las;
Las Listrik
Las CO2
c. Mesin;
49
Mesin Produksi
CNC ( Computer Numeric Control )
Autocad Gambar Manufaktur
d. Listrik;
Teknik Pendingin
Instalasi Penerangan
Otomasi industri ( Mekanotrika )
Instalasi Tenaga
e. Otomotif;
Roda 2
Roda 4
f. Sipil;
Autocad Gambar Bangunan/Sipil
Furniture
g. Menjahit
h. Tata Kecantikan;
Tata Kecantikan Rambut
Tata kecantikan Wajah/Kulit
2. Fasilitas Pelatihan / Sarana Pra Sarana Pelatihan
Seluruh kegiatan pelatihan menggunakan
fasilitas yang dimiliki BLKI Provinsi Banten,
yakni :
a. Bengkel, tempat pembelajaran praktek,
terdiri dari : 9 Kejuruan
b. Kelas merupakan tempat proses belajar
mengajar teori.
c. Laboratorium computer
50
d. Asrama
e. Aula
f. Mushola
g. Kantin
h. Pos keamanan 24 Jam
i. Parkir Area
j. Selama Pelatihan Seluruh Siswa diberikan
Seragam (Kemeja, Pakaian Olahraga ,
Warepack), ATK dan Makan Siang
Adapun sarana prasarana di BLKI Provinsi Banten yang
bersumber dari APBD Provinsi Banten sebagian masih
merupakan limpahan dari Kemenakertrans RI semenjak di
dirikannya BLKI yang pada perjalanannya telah mengalami
beberapa kali renovasi. Berdiri di atas lahan seluas 26.690 m2
tercatat total sebanyak 30 gedung yang berdiri di area BLKI
Provinsi Banten dimana 5 diantaranya semenjak berdirinya
Kota Tangerang Selatan sampai saat ini digunakan oleh
Pemerintah Kota Tangerang Selatan sebagai Kantor BP2T
Kota Tangerang Selatan.
Kemudian Peralatan yang tersedia di Balai Latihan Kerja
Industri beberapa diantaranya masih merupakan ‘warisan’ dari
Kemenakertrans RI, namun beberapa Peralatan baru telah
hadir di Balai Latihan Kerja Provinsi Banten saat ini
disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan atas permintaan
Pasar Kerja saat ini. beriut ini merupakan daftar nama
51
instruktur pelatihan UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten per
tahun 2017 – sekarang.
NO NAMA/NIP PANGKAT/
GOLONGAN JABATAN
1 SUGENG, ST, M.Kom
NIP.
19610207.198103.1.007
Pembina Tk. I
(IV/b)
Instruktur
Madya
Kej. Listrik
2 Drs. SUHARTONO
NIP.
19590325.198303.1.008
Pembina
(IV/a)
Instruktur
Madya
Kej. Listrik
3
WAWAN GUNAWAN,
S.Pd, MT
NIP. 19600406 198303 1
016
Pembina
(IV/a)
Instruktur
Madya
Kej. Listrik
4 JUMARNO, S.Pd
NIP. 19650720 198603 1
011
Pembina
(IV/a)
Instruktur
Madya
Kej. Tekmek
5 H. MISWAN, ST
NIP. 19620208 198303 1
010
Pembina
(IV/a)
Instruktur
Madya
Kej. Tekmek
6 DEDI EDIONO, S.Pd
NIP. 19610712 198303 1
017
Pembina
(IV/a)
Instruktur
Madya
Kej. Tekmek
7 SUDARNO, S.Pd
NIP. 19590620 198303 1
010
Pembina
(IV/a)
Instruktur
Madya
Kej. Tekmek
8 SURATMIN, ST
NIP. 19600127 198603 1
017
Pembina
(IV/a)
Instruktur
Madya
Kej. Listrik
9 H. HAMZAH, ST
NIP. 19590317 198603 1
011
Pembina
(IV/a)
Instruktur
Madya
Kej. Tekmek
10
DADANG MUHAMAD,
S.Pd
NIP. 19650415 198603 1
015
Penata Tk.I
(III/d)
Instruktur
Madya
Kej. Las
11 H. AGUS SLAMET, ST
NIP. 19600830 198703 1
002
Penata Tk.I
(III/d)
Instruktur
Madya
Kej. Las
12 MUHAYAT, S.Pd
NIP. 19590709 198603 1
014
Penata Tk.I
(III/d)
Instruktur
Muda
Kej. Las
52
13 YANA MULYANA, A.Md
NIP. 19600816 198104 1
001
Penata Tk.I
(III/d)
Instruktur
Penyelia
Kej. Tekmek
14 JOSNER SIAMBATON
NIP. 19611110 198603 1
030
Penata Tk.I
(III/d)
Instruktur
Penyelia
Kej. Bangunan
15 SUHERMAN
NIP. 19600703 198403 1
008
Penata
(III/c)
Instruktur
Penyelia
Kej. Otomotif
16
DIKI KURNIAWAN,
S.Kom
NIP. 19850919 201101 1
001
Penata Muda Tk.I
(III/b)
Instruktur
Pertama
Kej.
Informatika
17
NUNUNG SETIAWATI,
ST
NIP. 19881128 201212 2
002
Penata Muda Tk.I
(III/b)
Instruktur
Pertama
Kej. Bangunan
18 HERDIANA, ST
NIP. 19820523 201503 1
001
Penata Muda
(III/a)
Instruktur
Pertama
Kej. Las
19 TRISNA WIBOWO, ST
NIP. 19820718 201503 1
001
Penata Muda
(III/a)
Instruktur
Pertama
Kej. Listrik
20 FAHRUL MUNAJAT, ST
NIP. 19860922 201503 1
001
Penata Muda
(III/a)
Instruktur
Pertama
Kej. Otomotif
21 NANA MURDIANA, ST
NIP. 19880824 201503 1
001
Penata Muda
(III/a)
Instruktur
Pertama
Kej. Bangunan
22 SANDI JENICIPTA
NIP. 19910204 201503 1
001
Penata Muda
(III/a)
Instruktur
Pertama
Kej. Listrik
23
DANNY FAUZAN LIBRI,
ST
NIP. 19911010 201503 1
004
Penata Muda
(III/a)
Instruktur
Pertama
Kej. Las
Tabel III.1 daftar nama instruktur pelatihan 1
53
BAB IV
Data dan Temuan Lapangan
Dalam bab ini penulis mencoba memaparkan hasil data dan
temuan lapangan terkait strategi pemberdayaan pada UPTD
Latihan Kerja Provinsi Banten. Teknik pengambilan data dan
temuan lapangan ini merupakan hasil dari observasi lapangan,
wawancara dan dokumentasi. Dari hasil penelitian yang sudah
dilakukan, terdapat strategi pemberdayaan serta faktor pendukung
dan hambatan yang dilakukan oleh BLKI Provinsi Banten dalam
melaksanakan kegiatan pemberdayaan untuk masyarakat sekitar.
Oleh karena itu perlu sekiranya penulis memaparkan hasil
temuan lapangan terkait strategi pemberdayaan dan faktor-faktor
pendukung serta hambatan dalam melaksanakan kegiatan
pemberdayaan tersebut. Dalam melaksanakan kegiatan
pemberdayaan UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten memiliki
Tahapan Pelatihan-pelatihan yang dalam pembentukan karakter
dan sikap.
A. Strategi rekruitmen wargabinaan UPTD Latihan
Kerja Provinsi Banten
Pendaftaran, Tes Saringan Masuk Dan Penerimaan
Pelatihan
1. Pengumuman Pendaftaran Siswa Min 1 Bulan
sebelum Penerimaan melalui media cetak (brosur) ,
Sosmed (Facebook : BLKI PROVINSI BANTEN,
54
Instagram: blkiprovinsibanten), Online:
https://www.blki.bantenprov.go.id ;
2. Peserta Tes yang telah mendaftar
yang memenuhi kriteria syarat
Kualifikasi calon peserta dihubungi
via telp/sms atau dapat melihat via
Sosmed (Facebook : BLKI
PROVINSI BANTEN, Instagram:
blkiprovinsibanten);
3. Penyelenggaraan Tes dilaksanakan Max 1
Minggu dari batas akhir Pendaftaran,
dengan pelaksanaan test 1 hari sekaligus
pengumpulan syarat kualifikasi fisik (FC
KTP,KK, Ijazah Trerakhir, Foto);
3. Pengumuman Penerimaan Siswa Max 1 Minggu
sebelum Proses Pelatihan dimulai melalui Media
Sosmed (Facebook : BLKI PROVINSI BANTEN,
Instagram: blkiprovinsibanten), Online:
www.blki.bantenprov.go.id, Telepon,SMS;
4. Pembukaan Pelaksanaan Pelatihan Min 2 hari setelah
Pengumuman Peserta Pelatihan oleh Kepala
DISNAKERTRANS Provinsi Banten atau yang
mewakili.
B. Strategi Pelatihan wargabinaan UPTD Latihan Kerja
Provinsi Banten
gambar IV.1
pendaftaran peserta
55
a) Tugas dan Tanggung Jawab: Instruktur, Toolman dan
Peserta Pelatihan;
1. Instruktur Wajib Mempersiapkan Materi Pelatihan
baik teori dan praktek sesuai dengan Kurikulum
yang mengacu SKKNI;
2. Toolman bertugas dan ber tanggung jawab
terhadap peralatan dan ruang tempat praktek
dalam dan luar serta membantu Instruktur dalam
melaksanakan tugas-tugasnya ;
3. Siswa peserta pelatihan Wajib Hadir 30 Menit
sebelum Bel Upacara / Olah raga dibunyikan;
4. Sebelum melaksakan kegiatan peserta pelatihan
wajib mengikutiupacara/olahraga yang dipimpin
Instruktur;
5. Siswa peserta pelatihan wajib mengenakan
seragam pelatihan dan membawa ATK yang telah
disediakan sebelum Pelajaran Teori dan praktek
dimulai;
6. Makan siang dibagikan ketika ISHOMA
b) Materi pelatihan
1. Fisik Mental Disiplin (FMD) dan Outbound;
Hal ini disampaikan oleh Bagian Pelatihan
UPTD Latihan Kerja, Betty Suhartini
56
“Untuk FMD itu 8 jam, untuk
out bound juga 8 jam. Karena
waktu pelatihan 240 jam sisanya
masuk bengkel untuk praktek
dan teori. Adanya FMD itu
mereka dilatih untuk disiplin
karena unruk masuk perusahaan
kan harus disiplin”.
2. Pembelajaran teori dalam mengenal materi yang
berkesesuaian dengan jurusan yang dipilih;
3. Mengoperasikan alat produksi yang sesuai dengan
jurusan dipilih;\
4. Evaluasi teori dan praktek.
C. Strategi Pemasaran dalam proses kerjasama antara
Pemerintah Provinsi Dan Pemerintah
Kabupaten/Kota
Sampai saat ini telah beberapa kali BLKI Provinsi
Banten melaksanakan kegiatan Kerjasama Pelatihan
dengan Disnaker beberapa Kabupaten/Kota, seperti dalam
2 Tahun terakhir ini melakukan kerjasama dengan
Dinsosnaker Kota Tangerang Selatan dalam
melaksanakan kegiatan Pelatihan Kendaraan Roda Dua
dan Menjahit. Kemudian semenjak tahun 2011 BLKI
Provinsi Banten melakukan Pelatihan Berbasis
Kemasyarakatan dengan teknis pelaksanaan
gambar IV.2 pelatihan baris berbaris
57
memanfaatkan fasilitas Mobil Training Unit yang berisi
Peralatan dan Instruktur untuk menjakau masyarakat
yang berlokasi di pelosok-pelosok daerah seperti
Pandeglang dan Lebak untuk memberikan pelatihan
kepada masyarakat melalui wadah-wadah organisasi
kemasyarakatan yang ada di daerah.
Sebagaimana disampaikan oleh Bagian
Pemasaran UPTD Latihan Kerja, Yogi Nugraha:
”Kita dulu ada pelatihan
berbasis kemasyarakatan
namanya itu sebetulnya
konsepnya sama hanya
metodenya kita jemput bola,
kita punya MTU namanya,”
“Fokus kita membuat
masyarakat mandiri karena
keterbatasan mereka tidak bisa
datang kesini makanya kita
jemput bola,” jelas Yogi.
Akan tetapi semenjak 2016 sesuai PERDA Nomor
4 Tahun 2016 Tentang Ketenaga Kerjaan di Provinsi
Banten dan Pergub Nomor 83 Tahun 2016 Tentang
Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi, Tipe, Susunan
Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi
Banten Program ini menjadi Tupoksi Bidang
gambar IV.3 pelatihan kemasyarakatan
58
Pengembangan, Pelatihan dan Produktivitas Disnakertrans
Provinsi Banten.
“Ini agak mundur, pelatihan berbasis
pemasyarakatan pertahun 2016 perda no.4
dinas ketenagakerjaan provinsi Banten menjadi
kewenangannya dinas,” tutur Yogi.
Maka strategi yang digunakan untuk
mempersiapkan Pelatihan Kerja bagi Pencari Kerja
(Penganggur) dan Pelatihan Kerja bagi Buruh/Karyawan
(yang sudah bekerja) antara lain sebagai berikut;
1. Pelatihan Kerja bagi Pencari Kerja
Sebagaimana telah disampaikan, bahwa
pencari kerja di Propinsi Banten masih cukup
besar yaitu pada tahun 2013 sebanyak 494,17 ribu
orang dan mengalami peningkatan menjadi 498,60
orang tahun 2016. Kondisi ini ditambah dengan
hasil perkiraan tentang kebutuhan tenaga kerja
yang mengalami peningkatan yang akan berjumlah
0,67 juta orang pada tahun 2017-2021. Oleh sebab
itu sebagai dasar pengembangan program
pelatihan bagi Balai Latihan Kerja Industri (BLKI)
di Provinsi Banten dapat diarahkan untuk berbagai
aspek seperti :
a) Sosialisasi dan Pemasaran
59
Sosialisasi dan pemasaran program
pelatihan BLKI dapat dilakukan dengan cara
membangun komunikasi yang baik dengan
seluruh lapisan masyarakat seperti kunjungan
ke Kelurahan dan Sekolah-sekolah ditunjang
media Promosi baik cetak maupun elektronik.
Ketua UPTD Provinsi Banten, Subhan
Syafaat mengungkapkan
“Salah satu strateginya itu mengadakan
sosialisasi-sosialisasi ke sekolah-sekolah
dan karang taruna. Kita mengumpulkan
Kepsek, Wakepsek, guru-guru untuk kita
kumpulkan di suatu tempat dimana tujuan
kita mensosiasialisasikan keberadaan kita
ini agar alumni-alumni bapak ibu ini kan
setiap murid ekonominya beda-beda. Ada
yang lanjut kuliah, kursus, ada yg
langsung kerja. Nah itu kita sasarannya
itu supaya mereka nantinya sebelum
bekerja di perusahaan itu sudah punya
keahlian.”.
b) Pengembangan Instruktur Pelatihan
Pengembangan Instruktur Pelatihan dapat
dilakukan dengan cara melakukan sertifikasi
kompetensi bagi Instruktur dan
Mengembangkan kerja sama dengan
60
perusahaan dan pelaku bisnis serta dinas
terkait seperti studi banding bagi para
Instruktur.
“Dulu di tahun 2014 kita pernah
bekerjasama dengan B3. Tapi sayangnya
tidak berlanjut. Terus dulu bahkan di
bawah tahun 90an intruktur yang lama
ini perbedaanya dengan instruktur yang
baru dia di diklatkan 2 tahun. 1 tahun di
luar, 1 tahun di Indonesia. Kemudian
kita juga diendorse sama misalkan kalau
ada satu perusahaan besar dari luar
negeri, contoh di kita ada dari Austria
dia ada produk untuk plat-plat mobil,
nah mereka endorse peralatan juga
intsrukur yang dari Austria ke sini
setelah lulus. Dulu namanya On the Job
Training. Kalau On the Job Training kita
tidak dapat uang, kalau magang
diaturannya dapet 60%. Mereka
diberangkatkan ke luar negeri 1 tahun
dan akan diseleksi mana yang akan tetap
di sana dan mana yang akan
dipulangkan.” Jelas Yogi.
c) Pengembangan kurikulum pelatihan berstandar
kompetensi
61
Pengembangan kurikulum pelatihan
berstandar kompetensi dapat dilakukan dengan
mempelajari Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI) untuk setiap
Jabatan. SKKNI ini dapat dijadikan bahan
dalam penyusunan kurikulum setiap pelatihan
yang dilaksanakan.
Betty menuturkan:
“Kita ada pelatihan yang 2 bulan dan 3
bulan. Kalau yang 3 bulan, sertifikatnya
yang pertama dari pemerintah daerah
yang kedua dari BNSP (Badan Nasional
Sertifikasi Profesi) itu berlaku
internasional dan perpanjangannya 3
tahun. Nah ini bisa digunakan diseluruh
dunia. Kalau untuk yang 2 bulan hanya
dari BLKI saja tapi perlu dicatat lulusan
dri BLKI ini karena kita menggunakan
standar SKKNI nah ini diakui oleh seluruh
Indonesia.”
d) Pembangunan Sarana dan Prasana
Pembangunan sarana dan Prasaran seperti
ruangan kelas dan Laboratorium sangat
diperlukan dalam melaksankan pelatihan.
Dalam rangka pembangunannya maka
62
diperlukan data dan informasi tentang
pelaksanaan pekerjaan di setiap perusahaan.
Hal ini penting agar sarana dan prasana yang
dibangun sesuai dengan kondisi pekerjaan
(link and match)
e) Pengembangan Kejuruan/sub kejuruan
Pengembangan Kejuruan/Sub kejuruan
perlu dilaksanakan di BLKI sesuai dengan
tuntutan kebutuhan tenaga kerja di setiap
lapangan usaha. Untuk 5 (lima) tahun yang
akan datang bahwa yang sangat dominan
kebutuhan tenaga kerjanya adalah Lapangan
usaha Perdagangan, Industri Pengolahan,
Lapangan Usaha Pertanian dan Jasa
Kemasyarakatan. Secara khusus menyangkut
Bidang Jasa Pariwisata menyangkut Usaha
kegiatan Biro Perjalanan, Penyelenggaraan dan
Penjualan Paket Perjalanan, Penyediaan
Layanan Pramuwisma, Penyediaan Layanan
Angkutan Pariwisata, Pengurusan Dokumen
Perjalanan, Penyelenggaraan Perjalanan ibadah
Agama dan lain sebagainya. Oleh sebab itu
untuk lebih jelasnya perlu dikaji lebih dalam
untuk berbagai jabatan di setiap lapangan
usaha tersebut.
63
f) Peningkatan Manajemen Pelatihan
Peningkatan manajemen pelatihan
diarahkan untuk mempersiapkan
penganggaran, pengadministrasian, evaluasi
dan monitoring pelaksanaan pelatihan. Dalam
rangka itu, perlu dipersiapkan dan disusun
anggaran yang diperlukan baik untuk
pembiayaan instruktur, sarana dan prasarana
serta kebutuhan untuk pelaksanaan evaluasi
dan monitoring kegiatan pelatihan. Demikian
pengelola pelatihan harus benar-benar
sumberdaya manusia yang kompeten. Hal lain
yang perlu dilaksanakan adalah evaluasi
terhadap pelaksanaan pelatihan, dan
pelaksanaan monitoring terhadap lulusan hasil
BLKI.
“Intinya program kerja itu ada pertahun
anggaran. Nah kita juga sudah membuat
rancangan kerja 2020. Apa nih
kebutuhannya misalya kita butuh satu
kelas lagi nih karena disini gak mungkin
lahan, paling kita naik ke atas. Kan
umumnya daerah sini kan lahan mahal ya
apalagi di luar, kalau sudah punya
bangunan tuh pasti membangun pondasi
yang untuk ditingkatkan. Kita jg
mencanangkan satu program yang
64
peminatnya banyak. Kalau peminat
banyak kan kelas nambah. Kelas itukan
terkait dengan ruangan. Paling kita
megusulkan untuk ditingkat aja.” tutur
Subhan Syafaat.
2. Pelatihan Kerja bagi Buruh/Karyawan
Pelatihan kerja bagi pekerja dan karyawan
ditujukan agar pekerja atau karyawan tersebut
dapat bekerja lebih produktif dan berdisplin yang
tinggi sebagai sarana Promosi bagi Lulusan BLKI.
Perusahaan sangat membutuhkan
pekerja/karyawan yang mampu untuk mencapai
tujuan perusahaan. Dalam rangka itu Pelatihan
kerja perlu menetapkan program pelatihan yang
bisa diadakan dan dilaksanakan oleh Balai Latihan
Kerja yaitu :
a) Training Need Analysis atau Need Assesment
Training
Program ini perlu dilaksanakan oleh BLKI
untuk mengetahui kebutuhan training yang
diperlukan oleh pekerja/karyawan disetiap
perusahaan dan Badan Usaha. Dengan
melaksanakan analisis ini, maka dapat
diperoleh informasi setiap jabatan di setiap
Perusahaan dan Badan Usaha.
65
b) Melaksanakan Pelatihan kerja berbasis Uji
Kompetensi.
Saat ini, karyawan/pekerja untuk setiap
jabatan harus kompeten. Oleh sebab itu
pelatihan kerja yang dilaksanakan harus diuji
untuk mengetahui kompetensi setiap lulusan
pelatihan dan diberikan sertifikasi kompetensi.
c) Pelatihan kerja yang bersifat lintas fungsional-
pelatihan
Pelatihan kerja ini ditujukan bagi
karyawan/pekerja yang mengharuskan setiap
kayawan melakukan fungsi atau aktivitas kerja
yang berbeda dari tugas dan pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya.
d) Pelatihan kerja dalam bentuk Tim-Pelatihan
Pelatihan kerja ini diarahkan untuk melatih
karyawan/pekerja agar mempunyai
kemampuan dalam bekerja sama dengan
karyawan lain yang berada dalam satu
kelompok demi mencapai tujuan bersama.
e) Pelatihan kerja yang fokus pada kreativitas dan
Etika Kerja
Pelatihan ini ditujukan untuk
meningkatkan kretivitas dan etika kerja
66
karyawan/pekerja dalam melaksanakan
pekerjaan. Pelatihan ini sangat penting agar
karyawan/pekerja dapat menyampaikan
gagasannya dan secara produktif melaksankan
pekerjaan sesuai dengan biaya dan waktu
yang telah ditargetkan.
D. Jabatan Teknis Yang Tesedia Sesuai Tugas Dan
Fungsi
Tenaga Pelatihan pada Balai Latihan Kerja Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten meliputi :
a) Tenaga Struktural
Tenaga Struktural terdiri dari :
1. Kepala Balai Latihan Kerja: 1 Orang (Esselon III)
2. Kasubbag Tata Usaha : 1 Orang (Esselon IV)
3. Kepala Seksi Pelatihan: 1 Orang (Esselon IV)
4. Kepala Seksi Pengembangan dan Pemasaran: 1
Orang (Esselon IV)
b) Tenaga Fungsional Umum
Tenaga Fungsional Umum terdiri dari :
1. Staf Tata Usaha: 7 Orang
2. Staf Pelatihan : 3 Orang
3. Staf Pengembangan Dan Pemasaran : 3 Orang
c) Tenaga Fungsional Tertentu
67
Tenaga Fungsional Tertentu adalah Instruktur pada
beberapa kejuruan, yang terdiri dari :
1. Instruktur Listrik/Elektronika : 6 Orang
2. Instruktur Tekmek/Mesin: 6 Orang
3. Instruktur Las: 5 Orang
4. Instruktur Otomotif: 2 Orang
5. Instruktur T.Sipil/Bangunan : 3 Orang
6. Instruktur TIK/Komputer : 1 Orang
E. Faktor pendukung dan penghambat pemberdayaan
UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten
1. Faktor pendukung dalam program pelatihan adalah
anggaran dana dari pemerintah daerah dan pusat yang
diberikan setiap pelaksanaan kegiatan, instruktur yang
kompeten, perusahaan-perusahaan yang bekerjasama
dengan UPTD Provinsi Banten dan fasilitas yang
menunjang seperti ruang kamar, mushollah dan lain-
lain.
2. Faktor penghambat program pelatihan ini adalah masih
tidak adanya regenerasi instruktur yang optimal, juga
daya tampung warga binaan yang berbanding jauh
dengan jumlah calon peserta yang mendaftar.
68
BAB V
ANALISIS DATA TEMUAN LAPANGAN
A. Analisis Strategi pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan oleh UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten
Dalam mengkaji Strategi pemberdayaan yang
dilakukan oleh UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten,
perlu dilakukan analisis pada temuan-temuan yang sudah
dijabarkan pada bab sebelumnya untuk kemudian
dikaitkan dengan teori-teori pemberdayaan yang
digunakan dalam penelitian ini.
Dalam setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat
perlu dilandasi oleh strategi kerja (Tharesia 2014) yang
tepat demi keberhasilannya mencapai tujuan yang di
inginkan. Pemberdayaan masyarakat yang merupakan
sebuah konsep mencerminkan paradigma baru
pembangunan, yakni yang bersifat “people-centered,
participatory, empowering, and sustainable”
pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat
yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan
adalah memampukan dan memandirikan masyarakat
lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka
miliki.
69
UPTD Balai Latihan kerja Industri merupakan
sebuah lembaga pemerintah berada dibawah naungan
pemerintah provinsi yang memiliki strategi kerja untuk
mensejahterakan masyarakat di provinsi Banten. Hal ini
berkesusaian dengan pengertian diatas sehingga Balai
Latihan Kerja industri juga merupakan lembaga
pemberdayaan guna meningkatkan kompetensi,
kesadaran, dan kemandirian ekonomi masyarakat provinsi
Banten.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti, maka peneliti menemukan bahwasannya strategi
pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Balai
latihan Kerja Industri sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Edi Suharto yaitu Strategi ranah
Makro. Strategi ranah makro (Suharto, membangun
masyrakat memberdayakan rakyat 2006) adalah
pemberdayaan dilakukan terhadap kelompok besar atau
masyarakat karena sasaran perubahan diarahkan pada
sistem lingkungan yang lebih luas. Pemberdayaan
dilakukan dengan pembentukan kebijakan, perencanaan
sosial, serta pengorganisasian masyarakat sebagai media
intervensi. Berdasarkan Peraturan Gubernur Banten
nomor 18 tahun 2018, UPTD Balai Latihan Kerja Industri
ini termasuk dalam ruang lingkup peraturan gubernur
dalam analisis beban kerja.
Ranah makro memandang klien sebagai orang
yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-
70
situasi mereka sendiri, memilih serta menetukan strategi
yang tepat untuk bertindak. Strategi yang dilakukan
biasanya digunakan sebagai upaya dalam meningkatkan
kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap
masyarakat agar memiliki kemampuan memecahkan
permasalahan yang dihadapinya.
Upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
oleh UPTD Latihan Kerja Industri Provinsi Banten ini
dilakukan dengan melakukan sosialisasi kesekolah-
sekolah, memberikan sertifkat kepada peserta pelatihan
dan bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan sebagi
penyerapan tenaga kerja peserta pelatihan UPTD BLKI
Banten membuat program-program pelatihan antara lain
Teknik Informatika Komputer, Las, Mesin, Listrik,
otomotif, sipil, menjahit dan tata kecantikan yang masing-
masing memiliki kejuruan yang dibuka secara luas untuk
masyarakat provinsi Banten.
Apabila dilihat dari aras makro dan tujuan
pelatihan yang dilakukan oleh UPTD Balai Latihan Kerja
Industri provinsi Banten adalah pengorganisasian
masyarakat dengan mengelompokkan wargabinaan
kedalam kelompok-kelompok sesuai dengan peminatan
yang dipilih untuk membekali masyarakat dengan
keahlian agar mampu hidup mandiri dan tidak bergantung
dengan orang lain. Pada pelatihan-pelatihan ini
diharapkan dapat mengembangkan keahlian masarakat
71
dengan ilmu yang dipelajari sehingga berpengaruh kepada
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Setiap masyarakat, memilliki potensi yang dapat
dikembangkan artinya, tidak ada masyarakat yang sama
sekali tanpa daya jadi setiap masyarakat mempunyai
kemampuan yang berpotensi untuk maju jika kita mau
mengembangkannya. Pemberdayaan adalah sebuah upaya
untuk membangun daya itu, dengan mendorong,
memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi
yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya.
Pendekatan yang digunakan UPTD Latihan kerja
dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan adalah
Pendekatan Direktif, yang merupakan pedekatan
pemberdaayaan yang berlandaskan asumsi bahwa
community worker mengetahui apa yang dibutuhkan dan
baik untuk masyarakat. Dalam pendekatan ini peran
masyarakat sedikitdan interaksi yang dilakukan lebih
bersifat instruktif. Community worker menjadikan
masyarakat sebagai objek sehingga sangat dominan dalam
menentukan.
Hal ini dilakukan dengan membuat materi-materi
selama pelatihan yang akan digunakan. Peserta pelatihan
wajib mengikuti setiap rangkaian kegiatan yang menurut
UPTDLatihan Kerja berguna untuk membentuk sikap dan
menambah pengetahuan peserta latihan.
72
Dalam pemberdayaaan masyarakat yang dilakukan
UPTD Balai Latihan Kerja Industri dapat dianalisis
dengan upaya pemberdayaan menurut Totok Mardikanto
dan Poerwoko Soebianto (Mardikanto 2012) dapat dilihat
dari tiga sisi, yaitu sebagai berikut:
1. Menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat
berkembang (enabling). Adanya UPTD BLKI
Provinsi Banten sebagai sebuah lembaga
pelatihan merupakan bukti pemerintah ingin
memiliki peran dalam melakukan
pemberdayaan terhadap masyarakat. Disini
titik tolaknya adalah membuka pemahaman
masyarakat bahwa setiap manusia, setiap
masyarakat memiliki potensi yang dapat
dikembangkan.
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki
masyarakat (empowering). Dalam rangka ini
diperlukan langkah-langkah lebih positif,selain
dari hanya menciptakan iklim dan suasana.
Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata,
dan menyangkut penyediaan berbagai masukan
(input), serta pembukaan akses kedalam
berbagai peluang (opportunities) yang akan
membuat masyarakat menjadi berdaya.
Hal ini berkesesuaian dengan data temuan
lapangan bahwa UPTD BLKI Provinsi Banten
73
mengadakan pelatihan-pelatihan berbasis
peningkatan kompetensi sesuai degan
kebutuhan masyarakat.
3. Memberdayakan mengandung pula arti
melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus
dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah,
oleh karena kekurangan pemberdayaan dalam
menghadapi yang kuat. Oleh karena itu
perlindungan kepada yang lemah amat
mendasar sifatnya dalam konsep
pemberdayaan.
Pelindungan yang dilakukan oleh UPTD
BLKI Provinsi Banten adalah menyediakan
sarana prasana yang dibutuhkan selama
pelatihan, sepeti menyediakan tempat tinggal
sementara untuk mempermudah warga binaan
yang bertempat tinggal jauh dari lokasi
pelatihan.
B. Tahapan-tahapan Pemberdayaan
Tahapan Pendekatan Pemberdayaan yang
dilakukan oleh UPTD BLKI Provinsi Banten dalam
Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan
pemberdayaan juga sesuai dengan apa yang dikatakan Edi
suharto (Suharto 2005) melalui penerapan pendekatan
pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5 P, yaitu:
a. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang
74
secara optimal. Pemberdayaan harus mampu
membebaskan masyarakat dari sekar-sekar kultural
dan struktural yang menghambat, hal ini dilakukan
oleh UPTD BLKI Provinsi Banten melalui
sosialisasi/pengenalan lembaga pemberdayaan
pemerintah kepada masyarakat dengan berkunjung ke
sekolah-sekolah menengah atas atau menegah
kejuruan, melakukan seminar, pemberian brosur dan
membuat website agar masyarakat mudah untuk
mengakses informasi terkait pelatihan yang
dilaksanakan.
b. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan
yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan
masalah dan memenuhi kebutuhan- kebutuhannya.
Pemberdayaan harus mampu menumbuh kembangkan
segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat
yang menunjang kemandirian mereka.
Penguatan dilakukan melalui proses pendaftaran
sesuai dengan kebutuhan calo peserta dan tes seleksi
yang dilakukan untuk menciptakan rasa percaya diri
ketika berhasil terpilih sebagai warga binaan untuk
mengikuti program pelatihan yang diadakan UPTD
BLKI Provinsi Banten.
c. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama
kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh
kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan
yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang
75
kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi
kelompok kuat terhadap kelompok lemah.
Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan
segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak
menguntungkan rakyat kecil.
Semua peserta pelatihan yang sudah masuk
melalui tahapan seleksi memiliki peluang yang sama
untuk meningkatkan potensi diri sesuai dengan
kejuruan yang mereka pilih. Setiap peserta wajib
mengikuti seluruh kegiatan dari awal- akhir untuk
dinyatakan lulus dan mendapatkan sertifkat sebagai
bentuk pengakuan bahwa mereka memiliki
kompetensi pada bidang tersebut.
d. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan
agar masyarakat mampu menjalankan peranan dan
tugas-tugas kehidupannya. UPTD BLKI Provinsi
Banten menyediakan Instruktur pelatihan yang wajib
mempersiapkan materi Pelatihan baik teori dan
praktek sesuai dengan Kurikulum yang mengacu
SKKNI.
Pelatihan juga dilaksanakan dengan Alat-alat
produksi yang mendukung sehingga warga binaan
dapat melakukan latihan praktek kerja dengan
maksimal. Pemberdayaan harus mampu menyokong
masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan
posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.
Sehingga masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki
76
kesempatan untuk bersaing didunia kerja pada
akahirnya mempunyai kompetensi yang dibuktikan
dengan sertifikat lulus pelatihan kerja industri.
e. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar
tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara
berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan
harus mampu menjamin keselarasan dan
keseimbangan yang memungkinkan setiap orang
memperoleh kesempatan berusaha.
Hal ini dilakukan UPTD Provinsi Banten dengan
membuat data base peserta yang dinyatakan lulus,
membuat gropu untuk informasi lowongan kerja dari
perusahaan-perusahaan yang bekerja sama dengan
UPTD Provinsi Banten. Juga memberikan uang saku
sebagai modal awal warga binaan untuk mereka
mencari kerja.
77
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Unit Pelaksana Teknis Daerah Latihan Kerja
Provinsi Banten merupakan wadah milik pemerintah yang
bertujuan untuk mengatasi masalah pengangguran di
masyarakat dengan memberikan pelatihan dan keahlian
dibawah naungan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Banten. Pelatihan meningkatan keahlian ini
merupakan upaya pemerintah dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu solusi
mengurangi angka pengangguran. Pemberdayaaan
masyarakat yang dilakukan UPTD Latihan Kerja Provinsi
Banten bertujuan untuk memberikan kompetesi kepada
orang-orang yang tidak melanjutkan jenjang pendidikan
formal sehingga mereka mempunyai komptensi untuk
selanjutnya bersaing di dunia kerja.
UPTD Latihan kerja Provinsi Banten melakukan
pemberdayaan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan
berbasis kompetensi yang dilaksanakan setiap tahun.
Sosialisasi dilakukan secara berkala dengan memberikan
informasi secara langsung yaitu mengadakan pertemuan-
pertemuan dengan sekolah menengah atas dan kejuruan,
mencetak brosdur, serta membuat website sebagai bentuk
usaha penyadaran kepada masyarakat bahwa setiap
manusia memiliki kesempatan yang sama untuk memiliki
78
keahlian yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-
hari.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
melalui observasi, studi dokumentasi dan wawancara
yang dilakukan oleh peneliti mengenai peran pendamping
serta tahapan pemberdayaan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Strategi pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan
oleh Balai latihan Kerja Industri yaitu Strategi Aras
Makro yang dilakukan dengan pembentukan
kebijakan, perencanaan sosial, serta pengorganisasian
masyarakat sebagai media intervensi. Berdasarkan
Peraturan Gubernur Banten nomor 18 tahun 2018,
UPTD Balai Latihan Kerja Industri ini termasuk
dalam ruang lingkup peraturan gubernur dalam
analisis beban kerja. Apabila dilihat dari aras makro
dan tujuan pelatihan yang dilakukan oleh UPTD Balai
Latihan Kerja Industri provinsi Banten adalah
pengorganisasian masyarakat untuk membekali
masyarakat dengan keahlian agar mampu hidup
mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain
karena pada pelatihan-pelatihan ini diharapkan dapat
mengembangkan keahlian masarakat dengan ilmu
yang ia pelajarin yang akhirnya berpengaruh kepada
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
2. Faktor pendukung dalam program pelatihan adalah
anggaran dana dari pemerintah daerah dan pusat yang
79
diberikan setiap pelaksanaan kegiatan, instruktur yang
kompeten, perusahaan-perusahaan yang bekerjasama
dengan UPTD Provinsi Banten dan fasilitas yang
menunjang seperti ruang kamar, mushollah dan lain-
lain.
3. Faktor penghambat program pelatihan yang
dilaksanakan UPTD Latihankerja Provinsi Banten
adalah masih tidak adanya regenerasi instruktur yang
optimal, juga daya tampung warga binaan yang
berbanding jauh dengan jumlah calon peserta yang
mendaftar.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini berupa deskripsi tentang
Strategi Pemberdayaan yang dilakukan oleh UPTD
Latihan Kerja Provvinsi Banten. Penelitian ini
menunjukkan bahwa pemerintah juga memiliki peran
dalam melakukan pemberdayaan masyarakat dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan
tambahan kepada pengusrus UPTD Latihan Kerja.
Diharapkan juga penilitian ini dapat memberikan
pengetahuan tambahan bagi lembaga swadaya masyarakat
lainnya yang bergerak dalam lingkup pemberdayaan
masyrakat sehingga kedepannya pemberdayaan dapat
dilakukan secara optimal sesuai dengan apa yang
dibutuhkan masyarakat.
80
C. Saran
Secara akademis, penelitian ini bermanfaat untuk
meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
tentang strategi pemberdayaan serta faktor-faktor
pendukung dan penghambat dari pelaksanaan program
pemberdayaan yang disusun oleh pemerintah untuk
mengurangi angka pengangguran dimasyarakat.
Secara praktis, penelitian ini mampu memberikan
informasi dan gambaran bagi aktivis ataupun praktisi
yang bergerak di bidang pekerjaan sosial tentang sasaran
target serta tahapan yang akan dilaksanakan untuk
melakukan kegiatan pemberdayaan serta faktor-faktor
pendukung dan penghambat dari pelaksanaan program
pemberdayaan bagi peneliti selanjutnya.
Mengacu pada penelitian dan hasil analisa yang
telah dilakukan, bukan berarti segala sesuatu yang sudah
peneliti lakukan sudah maksimal. Kita sadar bahwa di
dunia yang fana ini tidak ada sesuatu yang sempurna.
Maka dengan itu perlu adanya saran, yang dimaksudkan
untuk bahan evaluasi serta masukan untuk hal yang lebih
baik lagi ke depannya.
81
DAFTAR PUSTAKA
Adi Rukminto, Isbandi. Pemberdayaan Pengembangan
Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta: Fakultas
Ekonomi UI, 2000.
Amir, Amri. Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Pengangguran Di Indonesia. Jambi: Jurnal Inflasi dan
Pengangguran Vol. 1, 2007.
Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, 2002.
Diana. Perencanaan Sosial Negara Berkembang.
Yogyakarta: Gajah Mada Universty Press, 1997.
Djalil, Rafi’udin dan Maman Abdul. Prinsip dan Strategi
Dakwah. Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Efendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1999.
Kusuma, M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Wudjaja.
Pengantar Manajemen Syariah. Jakarta: Khairul Bayaa, 2002.
Mardikanto, Totok. Pemberdayaan Masyarakat dalam
perspektif kebijakan publik. Bandung: CV alfabeta, 2012.
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung:
IKAPI, 2011.
Minner, George Steiner dan John. Manajemen Strategi.
Jakarta: Erlangga, 1988.
Moleong, Lexy J. Metodolgi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009.
82
Rukminto, Isbandi. Pemberdayaan, Pengembangan
Masyarakat dan Intervensi Komunitas (pengantar pada
pemikiran dan pendekatan praktis). Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi UI, 2011.
Siagan, Sondang. Analisis Serta Perumusan Kebijakan
dan Strategi Organisasi. Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986.
Soebianto, Totok Mardikanto dan Poerwoko. Pemberdayaan
Masyarakat dalam Perspektif Kebijakan Publik. Bandung:
Alfabeta, 2015.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan
Rakyat. Bandung: PT Refika Aditama, 2005.
Sumodinigrat, Gunawan. Pengembangan Daerah dan
Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Bina Rena Pariwara, 1997.
Supriyono. Manajemen Strategi dan kebijakan bisnis.
Yogyakarta: BBFC, 1985.
Syafei, Nanih Machendrawaty dan Agus Achmad.
Pengembangan Masyrakat Islam. Bandung: Rosda Karya, 2001.
Tharesia, Aprillia. Pembangunan Berbasis Masyarakat.
Bandung: Alfabeta, 2014.
Wahyudi, Agustinus Sri. Manajemen Strategik Pengantar
Proses Berpikir Strategik. Jakarta: Bina Rupa Aksara, 1996.
Zulkiflimansyah, Setiawan Hari Purnomo dan.
Manajemen Strategi: Sebuah Konsep Pengantar. Jakarta: LPEE
UI, 1999.
83
Lampiran 1
Transkip Wawancara Mendalam Untuk Strategi UPTD
Latihan Kerja Provinsi Banten Dalam Melakukan
Pemberdayaan Terhadap Warga Binaan Di Serpong
Tangerang Selatan
Tanggal : Jumat, 31 Mei 2019
Nama Informan : Subhan Syafaat S.H
Jabatan : Ketua UPTD Latihan Kerja Provinsi
Banten
1. Bagaimana sejarah berdirinya UPTD Latihan Kerja
Provinsi Banten?
Kalo meurut sejarahnya sih mas, dulu ini masyarakat
taunya namanya masih BLK ya bukan UPTD latihan Kerja.
Pertama kali adanya BLK itu dibangun dulu di Solo tahun
1947an. Nah, pada masa itu Program pelatihan di BLK dalam
lebih banya diarahkan sama keterampilan industri gitu mas
seperti konstruksi, elektronika dan listrik. Lalu seiring
berkembangnya jaman, waktu itu ada yang namanya masa
transisi kira-kira tahun 1998-2006 kalo gasalah, itu diterapkan
otonomi daerah.
Otonomi daerah itu memberikan dampak pada
desentralisasi manajemen BLK diseluruh wilayah. Sehigga
pada masa itu BLK diserahkan kepada Pemerintah Daerah,
termasuk Pemda Banten yang sebelumnya masih dipegang
langsung sama pemerintah pusat, pada waktu itu BLK
84
Tangerang diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten
Tangerang sebagai UPT. Sampai akhirnya sekarang akhirnya
berubah nama menjadi UPTD Latihan Kerja ini sesuai dengan
Peraturan Gubernur Banten no.18 tahun 2018 dalam
ruanglingkup analisis beban kerja dibawah naungan Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten, gitu mas
kira-kira.
2. Apa tujuan awal pembentukan UPTD Latihan Kerja?
Memang dulu sasarannya untuk calon-calon tenaga
kerja dan untuk yang memiliki keahlian dibidang industri.
Karena banyak perusahaan-perusahaan yang kesini tupoksi
dari lembaga kita ini adalah mendidik biar terampil calon-
calon tenaga kerja disini. Diantaranya yaitu alumni SMA tapi
dipersyaratan kita dipelatihan itu memang minimal berijazah
SMP, tapi kita lihat umumnya setelah kita evaluasi banyaknya
dari lulusan SMA/SMK.
3. Bagaimana strategi UPTD Latihan Kerja dalam
melakukan pemberdayaan?
Salah satu strateginya itu mengadakan sosialisasi-
sosialisasi ke sekolah-sekolah kita mengumpulkan kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru untuk kumpul
disuatu tempat dimana tujuan kita mensosiasialisasikan
keberadaan kita ini agar alumni-alumni bapak ibu ini kan
setiap murid ekonominya beda-beda yang lanjut kuliah,
kursus ada yang langsung kerja. Nah itu kita sasarannya itu
85
supaya ,mereka intinya sebelum bekerja diperusahaan itu
sudah punya keahlian.
4. Bagaimana bentuk pemberdayaan yang dilakukanUPTD
Latihan Kerja?
Kita memberikan pelatihan untuk meningkatkan keahlian
kepada seluruh warga binaan yang sudah lolos tahap seleksi,
seusai dengan yang mereka minat saat daftar walaupun
misalnya ada warga binaan yang lulusan SMK. Terus kenapa
harus dilatih dulu? Kan gitu ya kira-kira pertanyaanya.
Menurut kita walaupun di SMK itu sudah jurusan ya, beda
sama SMA macam-macamlah jurusan di SMK itu karena kita
memiliki standart kegiatan yang nantinya akan menjadi acuan
apakah mereka ini pantes untuk dapet sertifikasi buat modal
kerja nanti. Kita memang melihat tingkat pengangguran di
Banten itu cukup tinggi ya. Makanya gubernur dan wakil
gubernur kita merespon sangat baik terkait adanya pelatihan-
pelatihan. karena ini dapat meminimalisir pengangguran.
Nah, setelah sudah mengikuti pelatihan dan dinyatakan
lulus trus dapet sertifiikat kitakan MOUan sm perusahaan
yang ada di banten nah mereka disini terdiri dari beberapa
jurusan ya. Nah dari berbagai jurusan itu selesai pelatihan
biasanya semuanya lulus tapi diambil 10 besar gitu sama
instruktur sebagai peserta terbaik itu biasanya ditawarakn ke
peruahaan-prusahaan yang sudah MOU sama kita ataupun yg
belum MOU kalo mereka membutuhkan. Karena kita
mengharapkan perusahaan-perusahaan yang udah ada itu
gausah repot-repot merekrut dalam arti pengumaman kemana
86
mana gitu. Tapi begini pengumuman perlu cuma calon
pekerjanya sudah ada dikita jika dibutuhkan. Biarin mereka
aja yang menilai, karena kita ini tugasnya bukan menciptakan
lapangan pekerjaan. Kita hanya melatih tidak juga
menempatkan, karena masalah penempatan tenaga kerja itu
adanya di dinas tenaga kerja.
5. Jadi dinas bekerja sama dengan UPTD LK pak untuk
penempatan?
Bukan-bukan penempatan tapi untuk perekrutan. Kalo
perusahaan butuh tenaga kerja listrik, las, computer, nih ada
dari alumni kita.
6. Saat ini kendalaya apa pak?
Kalo kendala sih ya saat ini masih reltif bisa kita tangani
ada hal yang sebenernya paling urgen dari kita ini karena
pesertanya dr kabupaten kota tidak hanya tangerang yakan
dari lebak dari serang. Nah siswa-siswa ini merasa kurang
efektif karena jauh dari rangkas bitung dari lebak,
pandeglang, dari anyer juga ada gakmungkin lah mereka
pulang-pergi apalagi mereka siswa siswi. Jadi kita dari hal
penginapan Alhamdulillah oleh gubernur kita sudah
difalisitasi ada gedung asrama tapi sampai tahun ini belum
difungsikan karena baru selesai tahun ini. Ini kalo udah
selesai dan sudah diresmikan sama pimpinan itu pasti mereka
semua tuh kesana ikut pelatihannya itu kesana. Gedung 3
lokal dengan masjid dengan aula cukuplah. Itu sudah cukup
representatiflah untuk mereka tinggal disini.
87
7. Kendala lain selain tempat yang belum memungkinkan,
misalkan alumni yang sudah mengikuti pelatihan dan
kerja setelah mengikuti pelatihan dengan yg punya usaha
sendiri itu persentasenya tinggi atau engga?
Yang lulus dari sini yang kita infentarisir alumni-alumni
yang cukup baik nilainya 10 orang misalnya yang ikut
didaftarkan diperusahaan A, dari 10 orang misalnya
perusahaan cuma butuh 3 atau 4 tenaga nah berarti dari 10
itukan sudah ada 3 atau 4 nah berartikan yg belum kerja 7 nah
7 itu bbisa kita pekerjakan diperusahaan lain yang bekerja
sama dengan kita. Jdi kita tahun ini bisa memasukkan dan
memfasiliasti mereka ke perusahaan-perusahaan.
8. Pak harapannya buat kedepannya gimana pak?
Harapannya sih lebih bisa sinergis dengan lembaga-
lembaga pendidikan yang ada, perusahaan-perusahaan yg ada.
Jadi karena perusahaan-perusahaan ini sekarang kan tidak
semuanyakan bisa kita rangkul, saking banyaknya perusahaan
di banten paling kita hanya bisa menjadwalkan tahun ini kita
MOU dengan beberapa perusahaan. Trus misalnya kalo
harapan kedepan terkait sarana dan prasarana aja jadi
dimodernisasi dalam artian kalo kaya mesin bur kok kita
masih ada yang konvensional sekarangkan kebanyakan
banyak yang otomatis, ada beberapa yang masih ini tapikan
masih kurang tuh untuk sarana dan prasarana yg sesuai
dengan tenaga kerja. Tapi Alhamdulillah sampai sekarang
walaupun kita ada beberapa alat atau mesin yang memang
belum kita miliki, dengan mesin yang ada motor juga adakan
88
kita roda 4 juga ada bahkan sampai dengan menjahit dan
kecantikan kita ada.
Kita Cuma ada 2 kejuruan yang belum ada instrukturnya,
menjahit dan kecantikan rambut kita belum ada instruktur nah
instruktur yang ada inikan kita umumnya ASN yang
fungsional statusnya. Nah didua jurusan ini blm ada.
Jadi kami juga berharap mendapatkan ASN yang memang
fungsional. Kalo udh fugsionalkan mereka udah bisa standby
aja disini. Tp kalaupun belom kita bisa mengambil dari luar
yang memang keahliannya dimenjahit berpengalaman terus
kecantikan kulit atau penataan rambutkita sudah ada dan itu
kita ambil dari luar. Dari luar kalo yang dri kejuruan itu kalo
yang lainmah kita udah punya yang standby. Cumankan
namanya ASN seiring waktu dengan bertambahnya usia
ASNkan pasti pension tahun ini ada 2 yang pension
berartikan kosong tuh. Tahun depan ada jg yg pension. ya
kurang regenerasinya, nanti kita sudah kirim surat bahwa kita
ini ASN semakin tahun semakin berkurang karena usia
pension.
89
Lampiran 2
Transkip Wawancara Mendalam Untuk Strategi UPTD
Latihan Kerja Provinsi Banten Dalam Melakukan
Pemberdayaan Terhadap Warga Binaan Di Serpong
Tangerang Selatan
Tanggal : Senin, 10 Juni 2019
Nama Informan : Betty Suhartini
Jabatan : Anggota bagian pelatihan
1. Bagaimana strategi pelatihan yg dilakukan terhadap
wargainaan UPTD Latihan Kerja?
Iya, disini ada pelatihan yang 200 jam yang 240 jam
untuk pertama kali siswa siswa itu registrasi terus kita ada tes
tulis ada wawancara. Bagi yang keterima untuk selajutnya
diwajikan mengikuti FMD (fisik mental disiplin) nah itu dari
kodim. Terus nanti out bound instrukturnya dari badan diklat
pandeglang setelah itu baru masuk pelatihan. Untuk FMD itu
8 jam untuk outbound juga 8 jam. Kalo 240 jam nah sisanya
masuk kelas untuk praktek dan teori. Adanya fmd itu mereka
dilatih untuk disiplin karenauntuk masuk perusahaakan harus
disiplin.
90
2. Apa saja pelatihan yang paling banyak diminati di UPTD
Latihan Kerja Provinsi?
Dari seluruh data yang kita punya itu ada 8 kor kejuruan.
Ada las, mesin ada 3 otocad manufaktur, manual sm CNC
kemudian yang otomotif dibagi 2, listrik dibagi 3, kemudian
ada TIK, computer sama multimedia, kemudian ada furniture
dibagi menjadi 2 pelatihan membuat furniture, maaf ada sipil
dibagi 2, sipil furnituredan otocad furniture, kemudian ada
kecantikan kulit, rambut, sama menjahit.
3. Pelatihan yang paling bayak diminati apa bu?
Dari semua yang kita buka paling menjadi favorit di 2th
belakangan ini mesin dan las, padahal katakanlah kita punya
balai besar loh mungkin karena kita melatih dilevel dasar
keluar dari BBLK itu ada yang langsung ke supervisi.
4. Apa tujuan dari kegiatan-kegiatan selama pelatihan?
Sebenernya pelatihan skill kaya salon, bengkel, itukan
kalo mereka punya modal bisa bikin usaha sendiri. Punya
keahlian gitu teknisi motor kebanyakan mereka berpikir juga
bekerja untuk perusahaan, nah sebenarnya kita mengharapkan
carapikir harus mandiri. Nah kita punya keahlian itu buka
lapangan kerja sendiri. Begitu sebenernya target utamanya
adalah mendidik mereka mandiri. kan umumnya ada
perusaahan kita pengen kerja disana efeknya phk, nah kalo
usaha sendirikan maju mundurnya tergantung kita sendiri,
gimana kita yang atur. Kalo adek misalnya punya keahlian
komputer buka kursus komputer kan bisa mengatur waktu.
Kita jangan terkucil dinegeri sendiri. Kita sebagai anak
bangsa harus bisa mengendalikan diri sendiri. Jadi kita bisa
91
menciptakan peluang usaha sendiri, jangan berharap kepada
rekrutmen kalo memang kita punya keahlian sendiri kita bisa
buka aja sendiri, sama kaya permodalan perbankan kan begitu
modalnya. Menciptakan wirausaha barulah istilahnya.
5. Berapa lama proses pelatihan berlangsung?
Proses pelatihan dlaksanaka ada yang 3 bulan ada yang 2
bulan. Kalo yang 3 bulan sertifikatnya yang pertama dari
pemerintah daerah yang kedua dari BNSP (Badan Nasional
Sertifikasi Profesi) itu berlaku internasional dan
perpanjangannya 3 tahun. Nah ini bisa digunakan diseluruh
dunia. Kalo untuk yang 2 bulan hanya dari BLKI saja tapi
perlu dicatat lulusan dri BLKI ini karena kita menggunakan
standar SKKNI nah ini diakui oleh seluruh Indonesia.
Nah pelatihannya tiap hari dan metodenya begini, 20
persen itu teori 80 persennya praktek. Itu yang membedakan
dengan SMA dan SMK. Anak SMK nanya; kan sama aja? Oh
tidak, kami lebih mengedepankan praktek di banding teori.
Kami lebih mementingkan atmosfir industrinya dibanding
pembentukan karakternya saja. Nah sebetulnya berbicara
pembentukan karakter, seharusnya mereka sudah bawa sejak
lulus SMA. Nah, kalau misalnya ada yang komplen ke kita,
kita terima saja. Akan kita perbaiki. Misalnya perusahaan
minta 3s *sapa, senyum, salam* harus dibiasakan di sini,
sehingga nanti jika sudah keterima di perusahaan minimal
diliat yang ounya perusahaan punya adab.
6. Apa harapan UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten
Terhadap warga binaan?
92
Yaa.. karena lembaga ini berbasis kemasyarakatan
berbentuk pelatihan-pelatihan yang bersifat wirausaha
sehingga lulusan sini juga diharapkan bisa berdiri dikakinya
sendiri. Contoh; las, kemudan otocad sipil, kita bisa
memanfaatkan medsos misalnya membuat jasa bangunan. Ini
juga merupakan suatu bentuk kemandirian. Kemudian soal
otocad manufaktur dia membuat program untuk CNC, nanti
akan diterjemahkan lagi menjadi kursus CNC (Computer
Numeric Control). Mesin molding cetak dikendalikan dengan
kode-kode tertentu tentu melalui CNC itu. Tapi sebelumnya
dibutuhkankan softwarenya nah itu otocad manufaktur.
Nah inikan dua-duanya tidak harus tok dipabrik bahkan
tidak menutupkan kemungkinan kita bisa jalankan suatu
program keluar negeri bahkan tetapi itu tadi bedanya mungkin
dengan yang lain kalo otodidak ya tidak bersertifikat paling
saingan kita sama orang yang belajar formal melalui insttitut
atau akademi, menurut saya sih itu.
Walaupun dulu jenis pelatihannya sama kenapa kita
bedakan pelatihan berbasis kemasyarakatan dengan
kompetensi kemasyaraktan. Karena kalo kompetensi disini
langsung kita tawarkan strategi pemasaran kita keindustri.
Nah kalo berbasis kemasyarakatan nanti akan kita ajukan
melalui dinas sosial, CSR, ada kube itu untuk masyarakat
UMKM, dan sekrang dinas yang sudah berjalan dinas
UMKM. Pelatian membuat sepatu dengan pelatihan membuat
sablon baju.
93
Lampiran 3
Transkip Wawancara Mendalam Untuk Strategi UPTD
Latihan Kerja Provinsi Banten Dalam Melakukan
Pemberdayaan Terhadap Warga Binaan Di Serpong
Tangerang Selatan
Tanggal : Kamis, 13 Juni 2019
Nama Informan : Yogie Noegraha, S.e, M.Si
Jabatan : Anggota bagian Pengembangan dan
Pemasaran
1. Bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan BLKI
Banten saat proses rekrutmen peserta pelatihan?
Kalo untuk pemasarannya sendiri per2016 lalu kami
punya website, kami manfaatkan medsos. Alhamdulillah,
tahun-tahun sebelumnyakan kami juga melakukan strategi
Pemasaran ini kita kenalkan program pelatihan disini terus
kita menyaring masukan industri terkait potensi wilayah.
Karena blki itu dibuka berdasarkan supply dan demand. Jadi
apa yang menjadi potensi wilayah itulah yang kta buka.
Informasinya potensi wilayah kita cari dengan kita
adakan forumkomunikasi industri. Nah sebelum ada media
sosial seperti skrg kita lakukan roadshow ke sekolah-sekolah
untuk memperkenalkan program-program pelatihan yang
94
didukung brosur segala macem. Dan sekarang Alhamdulillah
dengan adanya medsos ini kami sangat terbantu.
Kasus ditahun 2016 satu angkatan itukan 1000 dibagi 5
angkatan, berartikan sekitar 200 pendaftar itu maksimal 300
bahkan pernah terjadi juga kita kekurangan pendaftar dengan
medsos kita bersyukur karena satu kali buat pendaftran itu
bisa sampe 1000 yang diterima Cuma 200. Nah itu menjadi
tantangan buat kita.
2. Siapa target sasaran UPTD Latihan Kerja Provinsi
Banten ?
Dulu disini dibuat untuk memfasilitasi orang yang
kurang mampu untuk melanjutkan kejenjang pendidikan
berikutnya kita berniat mereka harus punya skill, punya
kompetensi, harus punya kemampuan, keahlian. Kompetensi
itu gabungan dari skill, attitude dan knowledge. Nah dulu kita
buka kejuruan-kejuruan yang tidak mungkin dilakukan
masyarakat makanya ada industri yang makannya
peralatannya cukup memakan biaya yang sangat besar. Nah
inilah tugas pemerintah untuk memfasilitasi itu. Tetapi
berkembangnya zaman juga masyarakat terus berkembang
ekonomi kreatifnya. Nah akhirnya kita dulu ada pelatihan
berbasis kemasyarakatan namanya itu sebetulnya konsepnya
sama hanya metodenya kita jemput bola, kita punya MTU
namanya, monitoring Unit. Misalnya mas syarivan orang
rangkas kita datangi dengan instruktur.
3. Bagaimana cara meningkatkan kesadaran masyarakat
terkait pelatihan-pelatihan yang ada di UPTD Latihan
Keja?
95
Nah itu tadi yang menjadi bahan kita untuk jangan putus
asa. Banyak yang perpikir ikut pelatihan disini bukan hanya
ikut pelatihan saja. Kenapa harus dilakukan seleksi tulis dan
wawancara agar kita bisa melihat sejauh mana keseriusan
calon wargabinaan. Adapun kalo sudah diterima itu
hubungannya langsung sama pihak ketiga kadang-kadang
juga didukung oleh faktor keberuntungan. Blki tidak
mengikat latar belakang pendidikan atau misalnya masyarivan
ingin belajar teknik atau kecantikan tidak menutup
kemungkinan. Kita membuka pelatihan itu tadi buat peserta
berdasarkan passion. Kita mencoba memfasilitasi fenomena
yangterjadi hari ini penyumbang terbesar provinsi banten
berdasarkan data yang ada 730 sekolah yang ada dibanten itu
sma/smk negeri maupun swasta beberapa memang
menyumbang tenaga kerja artinya begitu lulus bisa langsung
ditempatkan tapi ada juga yang engga berharap BLKI menjadi
pemecah kebuntuan itu.
4. Bagaimana strategi yang digunakan dalam melakukan
pengembangan UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?
untuk pengembangan itu metodenya tadi sih sebenernya
kita bisa melalui peran komunikasi, trus kemudian kita juga
membuka kesempatan dalam pergub 19 itu salah satu tupoksi
kita melakukan kerjasama kepelatihanan namanya On the Job
Training. Nah melalui Job Training ini yang kalo di SMK
mungkin namanya PKL kita buat pelatihan 2 bulan nnti kita
kasi kesempatan 1 minggu diperusahaan yang bekerjasama
denan kita sekaligus memberikan perusahaan untuk lgsg
menyeleksi bahkan kita sendiri membuat kesepakatan dengan
96
perusahaan dari pada melalu outsourcing. Misalnya ada salah
satu perusahaan contoh perusahaan panci, dia mau
developting produknya panci untuk dijual kira2 yang
berhubungan dengan panci apa? Dia butuh orang yang paham
selain mesin juga welder/ngelas nah dri awal dia akan siapkan
kebutuhan-kebutuhan manusianya spesifikasinya seperti apa
kemudian keterampilan yang diberikan seperti apa
bekerjasama dengan kita, bisa kita persiapkandan itu gratis.
Nah cuman, ada perda no.1 th 2019 tentang retribusi jadi kalo
ada peusahaan yg ingin meningkatkan kompetensinya bisa
bekerjasama dengan kita apabila dia mau pake gedung kita itu
ada biaya resmi dari pemerintah. Rekeningnya lgsg masuk ke
pemerintah pusat tidak kekami.
5. Kalo dari segi Strategi pengembangan dan pemasaran
apa pak kendalanya?
itu tadi dengan sekarang semakin dikenalnya BLKI,
peminat cukup banyak sementara daya tamping sedikit
sehingga kita harus pintar seleksi didukung dengan sarana
prasarana yang memadai. Kemudian dari instruktur sendiri
memang ini kendala juga, memang BLKI inikan dalam
sejarahya punya kementrian setelah otonomi daerah
dihibahkan ke Kabupaten/kota dulu tangerang mungkin
secara financial mereka masih berat akhirnya diserahka
keprovinsi, tapi instrukturnya ini tidak pernah ada regenerasi
baru terjadi sekali ditahun 2015. Ada 23 instruktur dan yang
betul-betul baru hanya 6 orang. Jadi menjelang 2019-2020 ini
dipastikan kalo tidak ada regenerasi lagi instruktur tinggal 7.
97
Lampiran 4
Dokumentasi Kegiatan
gambar 1. Wawancara Narasumber
gambar 2. Pendaftaran Peserta Latihan
98
gambar 3. pelatihan design
gambar 4. pelatihan berbasis masyarakat 1
99
gambar 5. FMD (Fisik Mental Disiplin)
gambar 6. praktek otomotif 1
100
gambar 7. praktek otomotif 2
gambar 7. kelas menjahit
101
gambar 8. ujian tulis pelatihan
gambar 9. pelatihan design atomotif
102
gambar 10. belajar teori
gambar 11. kelas otomotif
103
gambar 12. fasilitas ruangan kelas
gambar 13. Pelatihan Kecantikan
top related