mengatasi gangguan pernapasan

28
 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN (KASUS HENTI NAPAS DAN HENTI JANTUNG) Gangguan napas dapat disebabkan oleh banyak hal, diantaranya penyakit dan kecelakaan. Gangguan napas bisa berakibat fatal kalau kita tidak tahu cara menolongnya. Gangguan napas yang mungkin saja terjadi di lingkungan atau di rumah kita adalah gangguan akibat suatu kecelakaan atau tersedak, yang dapat menyebabkan terhentinya  jantung dan paru. Bagaimana Gangguan Napas Terjadi: Berkurangnya oksigen di dalam tubuh kita akan memberikan suatu keadaan yang disebut hipoksia. Hipoksia ini dikenal dengan istilah sesak napas. Frekuensi napas pada keadaan sesak napas lebih cepat daripada keadaan normal. Oleh karena itu, bila sesak napas ini berlangsung lama maka akan member ikan kel ela han pada otot- otot per napa san. Kel ela han otot-otot napa s aka n mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas CO2. Gas CO2 yang tinggi ini akan mempengaruhi susunan saraf pusat dengan menekan pusat napas yang ada di sana. Keadaan ini dikenal dengan istilah henti napas. Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat dipomp a kelua r dari jantung ke selur uh tubuh. Dengan berhentin ya napas maka oksigen tidak ada sama sekali di dalam tubuh sehingga jantung tidak dapat berkontraksi dan akibatnya terjadi keadaan yang disebut henti jantung. Penyebab Henti Napas dan Henti Jantung Penyebab henti napas dan henti jantung ini sangat banyak. Setiap peristiwa atau  pe nyaki t apapun ya ng me nyebabkan berkurangnya oks igen dala m tubuh dap at menimbulkan keadaan henti napas dan henti jantung. Penyakit dan keadaan yang dapat menyebabkan henti napas dan henti jantung antara lain: a. Penyakit paru-paru, seperti radang paru, TBC, asma, dan bronchitis.

Upload: musa-nuwa

Post on 12-Jul-2015

240 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 1/28

MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

(KASUS HENTI NAPAS DAN HENTI JANTUNG)

Gangguan napas dapat disebabkan oleh banyak hal, diantaranya penyakit dan

kecelakaan. Gangguan napas bisa berakibat fatal kalau kita tidak tahu cara menolongnya.

Gangguan napas yang mungkin saja terjadi di lingkungan atau di rumah kita adalah

gangguan akibat suatu kecelakaan atau tersedak, yang dapat menyebabkan terhentinya

 jantung dan paru.

Bagaimana Gangguan Napas Terjadi: Berkurangnya oksigen di dalam tubuh kita

akan memberikan suatu keadaan yang disebut hipoksia. Hipoksia ini dikenal dengan

istilah sesak napas. Frekuensi napas pada keadaan sesak napas lebih cepat daripada

keadaan normal. Oleh karena itu, bila sesak napas ini berlangsung lama maka akan

memberikan kelelahan pada otot-otot pernapasan. Kelelahan otot-otot napas akan

mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas CO2. Gas CO2

yang tinggi ini akan mempengaruhi susunan saraf pusat dengan menekan pusat napas

yang ada di sana. Keadaan ini dikenal dengan istilah henti napas.

Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat

dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas maka oksigen

tidak ada sama sekali di dalam tubuh sehingga jantung tidak dapat berkontraksi dan

akibatnya terjadi keadaan yang disebut henti jantung.

Penyebab Henti Napas dan Henti Jantung

Penyebab henti napas dan henti jantung ini sangat banyak. Setiap peristiwa atau

  penyakit apapun yang menyebabkan berkurangnya oksigen dalam tubuh dapat

menimbulkan keadaan henti napas dan henti jantung. Penyakit dan keadaan yang dapat

menyebabkan henti napas dan henti jantung antara lain:

a. Penyakit paru-paru, seperti radang paru, TBC, asma, dan bronchitis.

Page 2: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 2/28

 b. Penyakit jantung, seperti jantung koroner, jantung bawaan, dan penyakit jantung

lainnya.

c. Kecelakaan lalu lintas yang mengenai rongga dada.

d. Penyakit-penyakit yang mngenai susunan saraf.

e. Sumbatan jalan napas oleh benda asing, misal: tersedak.

Cara Mengatasi Henti Napas dan Henti Jantung

Bila di sekitar Anda ada orang atau bahkan balita Anda sendiri mengalami

kecelakaan yang mengakibatkan gangguan pernapasan, apa yang harus Anda lakukan :

Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang penolong korban henti napas

dan henti jantung dalam melakukan tindakan-tindakan bantuan hidup dasar.

1. Jalan napas korban harus dalam keadaan terbuka. Tujuannya agar oksigen bisa

masuk ke tubuh korban.

2. Pernapasan harus berlangsung terus sampai bantuan tenaga kesehatan datang. Hal

ini dimaksudkan agar oksigen masuk ke dalam aliran peredaran darah paru-paru.

3. Darah harus mengalir ke seluruh tubuh supaya oksigen dapat dibawa oleh darah

ke semua organ-organ tubuh terutama otak.

Sebelum melakukan langkah-langkah bantuan hidup dasar ini, penolong harusmenentukan kesadaran dari korban terlebih dahulu. Cara menentukan kesadaran

seseorang korban adalah dengan menilai respon korban terhadap sentuhan atau panggilan

dari penolong.

Langkah-langkah bantuan hidup dasar terdiri dari tiga tahap:

a. Memeriksa Jalan Napas

Pada korban yang tidak sadar akan terjadi relaksasi dari otot-otot termasuk otot-

otot di dalam mulut. Akibatnya lidah akan jatuh ke bagian belakang dari tenggorokan dan

akan menutupi jalan napas. Akibatnya, korban tidak dapat bernapas. Penutupan jalan

napas ini juga dapat disebabkan oleh gigi palsu, sisa-sisa muntahan, atau benda asing

lainnya.

Page 3: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 3/28

Di sini penolong memeriksa apakah korban masih bernapas atau tidak. Bila tidak 

 bernapas akibat adanya sumbatan maka penolong harus membersihkan jalan napas ini

agar menjadi terbuka.

Korban dibaringkan terlentang.

Penolong berlutut di samping korban sebelah kanan pada posisi sejajar dengan  

 bahu.

Letakkan tangan kiri penolong di atas dahi korban dan tekan kearah bawah dan  

tangan kanan penolong mengangkat dagu korban ke atas. Tindakan ini akan

membuat lidah tertarik ke depan dan jalan napas terbuka serta akan membentuk 

satu garis lurus sehingga oksigen mudah masuk.

Dekatkan wajah Anda ke wajah korban, dengar serta rasakan hembusan napas  

korban sambil melihat ke arah dada korban apakah ada gerakan dada atau tidak.

Bila korban masih bernapas maka:

o Baringkan korban di tempat yang aman dan nyaman

o Jangan dikerumuni

o Berikan posisi berbaring yang senyaman mungkin bagi korban

Bila Anda tidak dapat mendengar dan tidak merasakan napas korban serta tidak   

adanya gerakan dada, maka ini menunjukkan bahwa korban tidak bernapas. Setelah

itu lakukan langkah kedua.

 b. Melakukan Pernapasan Buatan

Ada dua macam pernapasan buatan, yaitu:

Pernapasan buatan dari mulut ke mulut

- Korban dalam posisi terlentang dengan kepala seperti pada langkah pertama, yaitu

kepala mendongak.

- Tangan kiri penolong menutup hidung korban dengan cara memijitnya dengan jari

telunjuk dan ibu jari, tangan kanan penolong menarik dagu korban ke atas.

- Penolong menarik napas dalam-dalam, kemudian letakkan mulut penolong ke atas

mulut korban sampai menutupi seluruh mulut korban jangan sampai ada kebocoran,

kemudian tiupkan napas penolong ke dalam mulut korban secara pelan-pelan sambil

memperhatikan adanya gerakan dada korban sebagai akibat dari tiupan napas

Page 4: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 4/28

 penolong. Gerakan ini menunjukkan bahwa udara yang ditiupkan oleh penolong itu

masuk ke dalam paru-paru korban, dan ini juga berarti oksigen telah masuk ke dalam

 paru-paru korban.

- Setelah itu angkat mulut penolong dan lepaskan jari penolong dari hidung korban. Hal

ini untuk memberi kesempatan pada dada korban kembali ke posisi semua sebelum

 pernapasan buatan berikutnya diberikan.

Pernapasan buatan dari mulut ke hidung

- Sama dengan cara dari mulut ke mulut, hanya bedanya penolong meniup napasnya

melalui hidung korban. Mulut korban harus menutupi seluruh hidung korban,

sementara meniup napas, mulut korban dalam keadaan tertutup.

- Setelah melakukan langkah ke-2 ini, penolong memeriksa denyut nadi korban

melalui denyut nadi yang ada di sebelah kanan dan kiri leher korban. Caranya:

a. Tentukan garis tengah leher yang melewati adam’s apple (jakun)

 b. Geser jari penolong ke kiri atau ke kanan sejauh 2 jari. Di situlah tempat meraba

denyut nadi leher.

c. Raba denyut nadi leher tersebut dengan menggunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari

tengah)

Apabila tidak teraba denyut nadi, ini menandakan bahwa jantung korban tidak 

 berdenyut, maka lanjutkan ke langkah 3.

c. Membuat peredaran darah buatan

Tujuan dari langkah ke-3 ini adalah untuk membuat suatu aliran darah buatan

yang dapat menggantikan fungsi jantung sehingga oksigen yang diberikan dapat sampai

ke organ-organ yang membutuhkan. Adapun mekanismenya sebagai berikut:

Bila dilakukan penekanan pada tulang dada di atas jantung maka darah akan  

terdorong keluar dari jantung masuk ke jaringan tubuh.

Bila penekanan tersebut dilepaskan maka darah akan terisap kembali ke jantung.

Mekanisme ini sama dengan cara kerja dari jantung saat jantung memompa  

darah.

Page 5: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 5/28

Cara membuat peredaran darah buatan

Untuk menentukan letak dari tempat penekanan adalah dengan menelusuri tulang  

rusuk korban yang paling bawah dari kiri dan kanan yang akan bertemu di garis

tengah, dari titik pertemuan itu naik 2 jari kemudian letakkan telapak tangan

 penolong di atas 2 jari tersebut.

Tangan penolong satunya diletakkan di atas dari telapak tangan di atas 2 jari tadi.

Lakukan penekanan sedalam kira-kira 1/3 dari tingginya rongga dada korban dari  

atas korban, biasanya antara 3-5 cm.

Harus diingat, pada saat melakukan penekanan, siku penolong tidak boleh ditekuk.

Bantuan hidup dasar ini dapat dilakukan oleh satu orang atau bisa juga dilakukan oleh

dua orang penolong. Bila hanya satu orang penolong maka kombinasi antara pernapasan

 buatan dan peredaran darah buatan dilakukan dengan frekuensi 15:2. Artinya 15 kali

 penekanan dada diberikan 2 kali pernapasan buatan. Bila ada dua orang penolong maka

diberikan dengan frekuensi 5:1, yang artinya setiap 5 kali penekanan dada diberikan 1

kali pernapasan buatan. Bantuan hidup dasar ini diberikan oleh penolong sampai tenaga

kesehatan datang.

RESUSITASI JANTUNG PARUResusitasi kardiopulnomal dan serebral (RKPS) terbagi dalam 3 tahap: Bantuan

hidup dasar/Basic Life Support, Bantuan lanjut/Advanced Life Support, dan Bantuan

 jangka panjang/Prolonged Life Support.

Tahap 1 : Bantuan dasar (Basic life support)

A. Airway control, menguasai jalan napas agar bebas dan bersih

B. Breathing support, bantuan pernapasan, vertilasi bantuan darurat dan oksigenasi

 paru

C. Circulation support, bantuan sirkulasi, diagnosis nadi hilang, kompresi jantung

luar (KJL), atasi pendarahan dan posisi stock, kemudian minta bantuan Dinas

Gawat Darurat setempat. Tindakan Resusitasi tidak boleh dihentikan.

 

Page 6: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 6/28

Tahap 2 : Bantuan Lanjut (Advanced Life Support)

Bantuan lanjut untuk mengembalikan sirkulasi spontan dan stabilitasi sistem

kardiovaskular, terdiri atas tindakan :

D. drugs and fluid – pemberian cairan dan obat

E. Electrokardiografi – electrokardioscopy

F. Firbilation treament – devibrillation

Tindakan pada tahap II harus dilakukan segera, karena kompresi jantung luar hanya

menghasilkan sirkulasi buatan sebesar 6 – 30% daripada aliran darah normal.kompresi

 jantung dada terbuka lebih efektif karena menghasilkan lebih kurang 50% daripada aliran

darah normal, tapi hanya dapat dilakukan di rumah sakit.

Tahap 3 : Bantuan Jangka Panjang (Prongoled Life Support)

Bantuan jangka panjang merupakan tindakan perawatan pasca resusitasi yang

terdiri atas

G. Gauging, menentukan dan mengobati penyebab dan menilai dapat tidaknya

 penderita diselamatkan dan ditolong terusH. Human Mentation. Apakah fungsi otak normal dapat pulih kembali dengan

tindakan resusitasi

I. Intersive Care, Long Term Resuscication, perawatan intensif jangka panjang,

Brain Oriented Intersive Care pada kegagalan alat tubuh anda (multiple organ

failure) pada tahap ini harus dilakukan sampai penderita sadar kembali atau

sampai dapat memastikan aeanya kematian serebral dan adanya penyakit

 penyebap lain yang tak dapat disembukan.

Bantuan dasar untuk pertolongan pertama (Life Supporting First Aid) tanpa

mempergunakan alat harus dapat dikerjakan oleh masyarakat umum. Tahap ini terdiri

atas tindakan A dan B dan tidak termasuk KJL. Bantuan dasar termasuk mengatasi

Page 7: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 7/28

 pendarahan luar dan pemasangan bebat, memindahkan penderita segera, menjaga posisi

agar jalan napas tetap terbuka mengatasi shock dan mencegah komplikasi lanjut.

Resusitasi pada trauma meliputi tahap dan tindakan resusitasi kardiopulmonal dan

serebral, dengan beberapa pengecualian.

1. Pada tindakan A, mengangkat rahang dan membuka mulut tidak boleh dilakukan

ekstensi kepala maksimal karena kemungkinan adanya kerusakan tulang leher.

2. Pada tindakan B, osigen lebih penting daripada vertilasi buatan karena henti

napas jarang timbul pada trauma, sedang hipoksemia lebih sering timbul.

3. Pada tindakan C, usaha penghentian pendarahan sering lebih dibutuhkan daripada

tindakan kompresi jantung.

4. Pada tindakan D, pemberian cairan, pemasangan CVP dan tindakan lainnya

untuk mengatasi shock trauma lebih mendesak daripada pemberian obat.

5. Tindakan E dan F harus tersedia pada kasus trauma tetapi jarang dibutuhkan,

kecuali pada tahap trauma toraks.

6. Pada tindakan G, H, dan I amat penting, terutama pada trauma ganda dan

kerusakan kepala dada.

 

RESUSITASI JANTUNG PARUResusitasi jantung paru tidak dilakukan pada semua penderita yang mengalami

gagal jantung atau pada orang yang sudah mengalami kerusakan pernafasan atau sirkulasi

yang tidak ada lagi kemungkinan untuk hidup, melainkan yang mungkin untuk hidup

lama tanpa meninggalkan kelainan di otak.

Keberhasilan resusitasi dimungkinkan oleh adanya waktu tertentu diantara mati

klinis dan mati biologis. Mati klinis terjadi bila dua fungsi penting yaitu pernafasan dan

sirkulasi mengalami kegagalan total. Jika keadaan ini tidak ditolong akan terjadi mati

 biologis yang irreversibel.

Resusitasi jantung paru yang dilakukan setelah penderita mengalami henti nafas

dan jantung selama 3 menit, presentasi kembali normal 75 %tanpa gejala sisa. Setelah 4

menit presentasi menjadi 50 % dan setelah lima menit menjadi 25 %. Maka jelaslah

waktu yang sedikit itu harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin .

Page 8: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 8/28

Disamping mati klinis dan biologis dikenal dengan istilah mati social yaitu

keadaan dimana pernafasan dan sirkulasi terjadi spontan atau secara buatan, namun telah

mengalami aktifitas kortikal yang abnormal. Penderita dalam keadaan sopor atau koma

tanpa kemungkinan untuk sembuh dan dinyatakan dalam keadaan vegetatif.

Agar resusitasi dapat berjalan maksimal tentu saja memerlukan penolong yang

cekatan dan terampil. Waktu satu menit sangat berguna dalam memberikan pertolongan

 pertama pada penderita.

Definisi Resusitasi jantung paru merupakan usaha yang dilakukan untuk 

mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest)

dan atau henti jantung (cardiac arrest) pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh

suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi

tersebut bekerja kembali5.

Anatomi dan Fisiologi Pemakaian oksigen dan pengeluaran karbon dioksida

sangat diperlukan untuk menjalankan fungsi normal selular didalam tubuh. Pemakaian

tersebut melalui suatu proses pernafasan sehingga secara harfiah pernafasan dapat

diartikan pergerakan oksigen dari atmosfer menuju sel ke udara bebas. Proses pernafasan

terdiri dari beberapa langkah dimana sistem pernafasan, sistem saraf pusat dan sistem

kardiovaskuler memegang peranan yang sangat penting

Saluran pernafasan udara mulai dari hidung hingga mencapai paru adalah :hidung, faring, laring, trakhea, bronkhus dan bronkhiolus. Saluran pernafasan dari hidung

sampai bronkhiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia. Ketika udara masuk ke

dalam rongga hidung udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Kemudian

udara mengalir ke faring menuju laring. Laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan

yang dihubungkan oleh otak dan mengandung pita suara. Diantara pita suara terdapat

ruang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci. Permukaan

 posterior agak pipih dan letaknya tepat didepan esophagus. Bronkhus utama kanan dan

kiri tidak simetris, yang kanan lebih pendek, lebih lebar dan merupakan kelanjutan

trakhea. Cabang utama bronkhus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkhus lobaris

dan bronkhus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkhus yang

ukurannya semakin kecil yang berakhir menjadi bronkhiolus terminalis.

Page 9: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 9/28

Oksigen pada proses pernafasan dipindahkan dari udara luar ke dalam jaringan

dan stadium pertama ventilasi, yaitu masuknya campuran gas ke dalam dan keluar paru.

Transportasi masuknya campuran gas yang keluar masuk paru terdiri dari beberapa aspek 

yaitu

.1.Difusi gas antara alveolus dan kapiler paru, dan antara darah sistemik dan sel

 jaringan.

2.Distribusi darah dalam sirkulasi pulmoner dan penyesuaiannya dengan

distribusi udara dalam alveolus.

3.Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah.Stadium

yang ketiga adalah respirasi sel, yaitu saat dimana metabolit dioksida untuk 

mendapatkan energi dan karbondioksida terbentuk sebagai sampah metabolisme

sel dan dikeluarkan oleh paru- paru.

Anatomi dan Fisiologi Kardiovaskuler. Jantung merupakan salah satu organ yang

terletak dalam mediastinum di rongga dada, yaitu diantara kedua paru. Perikardium

sendiri terbagi menjadi dua, yaitu perikardium parietalis dan pericardium visceralis.

Perikardium parietalis melekat pada tulang dada sebelah depan dan kolumna vertebralis

 bagian belakang, sedangkan ke bawah pada diafragma. Perikardium visceralis langsung

melekat pada permukaan jantung.

Jantung sendiri terbagi dari 3 lapisan yaitu epikardium (lapisan terluar),miokardium (lapisan dalam) dan endokardium (lapisan terdalam). Ruangan jantung

terbagi menjadi 2 bagian jantung bagian atas atrium dan ventrikel terletak sebelah bawah,

yang secara anatomi mereka terpisah oleh suatu annulus fibrosus. Keempat katup jantung

terletak dalam cincin ini. Secara fungsinal jantung terbagi menjadi dua yaitu alat pompa

kanan dan alat pompa kiri yang memompa darah sistemik. Pembagian fungsi ini

mempermudah konseptualisasi dari urutan aliran darah secara anatomi.

Fisiologi siklus jantung ventrikel kiri memompa darah ke aorta melalui katup

semilunaris aorta, dari aorta darah akan dialirkan menuju arteri kemudian ke jaringan

melalui cabang kecil arteri (arteriola), dari arteriola kemudian menuju ke venula.

Kemudian akan melalui vena darah akan dialirkan ke atrium kanan, dari atrium kanan

darah menuju ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis, dari ventrikel kanan kemudian

darah dipompa menuju arteri pulmonalis melewati katup semilunaris pulmonalis. Dari

Page 10: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 10/28

arteri pulmonalis ke pulmo. Dari pulmo darah keluar melalui vena pulmonalis ke atrium

kiri, dari atrium kiri kemudian menuju ventrikel kiri melalui katup bicuspidalis atau

mitralis. Demikian seterusnya darah akan mengalir melalui siklus tersebut1.

Resusitasi jantung paru bertujuan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan

atau sirkulasi, dan penanganan akibat henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti

  jantung (cardiac arrest), yang mana fungsi tersebut gagal total oleh sebab yang

memungkinkan untuk hidup normal.Adapun sebab henti nafas adalah .

1.Sumbatan jalan nafas Bisa disebabkan karena adanya benda asing, aspirasi,

lidah yang jatuh ke belakang, pipa trakhea terlipat, kanula trakhea tersumbat,

kelainan akut glotis dan sekitarnya (sembab glotis, perdarahan)

2.Depresi pernafasan Sentral : obat, intoksikasi, Pa O2 rendah, Pa CO2 tinggi,

setelah henti jantung, tumor otak dan tenggelam. Perifer : obat pelumpuh otot,

 penyakit miastenia gravis, poliomyelitis.

Sebab- sebab henti jantung: Penyakit kardiovaskuler, Penyakit jantung sistemik,

infark miokardial akut, embolus paru, fibrosis pada sistem konduksi (penyakit lenegre,

sindrom adams stokes, noda sinus atrioventrikulaer sakit).Kekurangan oksigen akut Henti

nafas, benda asing di jalan nafas, sumbatan jalan nafas oleh sekresi, asfiksia dan hipoksia.

Kelebihan dosis obat dan gangguan asam basa Digitalis, quinidin, antidepresan trisiklik,

  propoksifen, adrenalin dan isoprenalin. Syok listrik dan tenggelam. Refleks vagalPeregangan sfingter anii, penekanan atau penarikan bola mata.

Anestesi dan pembedahan.Terapi dan tindakan diagnostik medis Syok 

(hipovolemik, neurogenik, toksik dan anafilaktik) Kebanyakan henti jantung yang terjadi

di masyarakat merupakan akibat penyakit jantung iskemik, 40 % mati mendadak. Dari

 penyakit jantung iskemik terjadi dalam waktu satu jam setelah dimulainya gejala dan

 proporsinya lebih tinggi, sekitar 60 % diantara umur pertengahan dan yang lebih muda.

Lebih dari 90 % kematian yang terjadi di luar rumah sakit disebabkan oleh fibrilasi

ventrikuler, suatu kondisi yang potensial reversibel1.

Henti jantung dan henti nafas bukanlah kejadian yang sering terjadi walaupun di

Rumah Sakit. Pada banyak kasus sebenarnya kematian mendadak sebagai akibat sroke

infark, kelebihan dosis obat dan trauma hebat, dapat dicegah bila tindakan resusitasi

dilakukan secara tepat. Setiap tenaga kesehatan harus menguasai teknik resusitasi jantung

Page 11: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 11/28

 paru. Pada tahun 1974, The American Association menerbitkan penuntun pertama teknik 

  bantuan hidup ini kemudian direvisi pada tahun 1980, tahun 1986 di negara lain

mengikutinya1,Pengajaran resusitasi jantung paru otak dibagi dalam 3 fase, yaitu :

Bantuan Hidup Dasar (BDH), Bantuan Hidup Lanjut (BHL), Bantuan Hidup Jangka

Lama. Dan dalam 9 langkah dengan .

Fase I : untuk oksigenasi darurat, terdiri dari (A) Airway Control : penguasaan

 jalan nafas. (B) Breathing Support : ventilasi bantuan dan oksigen paru darurat. (C)

Circulation Support : pengenalan tidak adanya denyut nadi dan pengadaan sirkulasi

 buatan dengan kompresi jantung, penghentian perdarahan dan posisi untuk syok.

Fase II : untuk memulai sirkulasi spontan terdiri dari (D) Drugs and Fluid

Intravenous Infusion : pemberian obat dan cairan tanpa menunggu hasil EKG. (E)

Electrocardioscopy (Cardiography) dan (F) Fibrillation Treatment : biasanya dengan syok 

listrik (defibrilasi).

Fase III : untuk pengelolaan intensif pasca resusitasi, terdiri dari (G) Gauging :

menetukan dan memberi terapi penyebab kematian dan menilai sejauh mana pasien dapat

diselamatkan. (H) Human Mentation : SSP diharapkan pulih dengan tindakan resusitasi

otak yang baru dan (I) Intensive Care : resusitasi jangka panjang. Dalam makalah ini

hanya dibicarakan resusitasi jantung paru yang memang harus betul- betul dikuasai oleh

setiap tenaga kesehatan terutama mereka yang bekerja di bidang anesthesia, unit darurat,kamar operasi dan kamar bersalin. Fase I (Bantuan Hidup Dasar) Bila terjadi nafas

 primer, jantung terus dapat memompa darah selama beberapa menit dan sisa O2 yang

 berada dalam paru darah akan terus beredar ke otak dan organ vital lain. Penanganan dini

 pada korban dengan henti nafas atau sumbatan jalan nafas dapat mencegah henti jantung.

Bila terjadi henti jantung primer, O2 tidak beredar dan O2 yang tersisa dalam organ vital

akan habis dalam beberapa detik. Henti jantung dapat disertai dengan fenomena listrik 

 berikut : fibrilasi fentrikular, takhikardia fentrikular, asistol ventrikular atau disosiasi

elektromekanis. Penilaian tahapan BHD sangat penting.

Tindakan resusitasi meliputi posisi pembukaan jalan nafas buatan dan kompresi

dada luar dilakukan kalau memang betul dibutuhkan. Ini ditentukan penilaian yang tepat.

Setiap langkah ABC RJP dimulai dengan penentuan tidak ada respon, tidak ada nafas dan

tidak ada nadi. Pada korban yang tiba- tiba kolaps, kesadaran harus segera ditentukan

Page 12: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 12/28

dengan tindakan goncangan atau teriak yang terdiri dari menggoncangkan korban dengan

lembut dan memanggil keras. Bila tidak dijumpai tanggapan hendaknya korban

diletakkan dalam posisi terlentang dan ABC BHD hendaknya dilakukan. Sementara itu

mintalah pertolongan dan bila mungkin aktifitaskan sistem pelayanan medis darurat.

1. Airway (Jalan Nafas).Sumbatan jalan nafas oleh lidah yang menutupi dinding

 posterior faring adalah merupakan persoalan yang sering timbul pada pasien yang tidak 

sadar dengan posisi terlentang.Resusitasi tidak akan berhasil bila sumbatan tidak diatasi.

Tiga cara telah dianjurkan untuk menjaga agar jalan nafas tetap terbuka yaitu dengan

metode ekstensi kepala angkat leher, metode ekstensi kepala angkat dagu dan metode

angkat dagu dorong mandibula, dimana metode angkat dagu dorong mandibula lebih

efektif dalam membuka jalan nafas atas daripada angkat leher.Pendorongan mandibula

saja tanpa ekstensi kepala juga merupakan metode paling aman untuk memelihara jalan

nafas atas tetap terbuka, pada pasien dengan dugaan patah tulang leher.

Bila korban yang tidak sadar bernafas spontan dan adekuat dengan tidak ada

sianosis, korban sebaiknya diletakkan dalam posisi mantap untuk mencegah aspirasi. Bila

tidak diketahui atau dicurigai ada trauma kepala dan leher, korban hanya digerakkan atau

dipindahkan bila memang mutlak diperlukan karena gerak yang tidak betul dapat

mengakibatkan paralisis pada korban dengan cedera leher. Disini teknik dorong

mandibula tanpa ekstensi kepala merupakan cara yang paling aman untuk membuka jalannafas, bila dengan ini belum berhasil dapat dilakukan sedikit ekstensi kepala.

2. Breathing (Pernafasan) Setelah jalan nafas terbuka, penolong hendaknya segera

menilai apakah pasien dapat bernafas spontan atau tidak. Ini dapat dilakukan dengan

mendengarkan gerak nafas pada dada korban. Bila pernafasan spontan tidak timbul

kembali diperlukan ventilasi buatan Untuk melakukan ventilasi mulut ke mulut penolong

hendaknya mempertahankan kepala dan leher korban dalam salah satu sikap yang telah

disebutkan diatas dan memencet hidung korban dengan satu tangan atau dua kali ventilasi

dalam. Kemudian segera raba denyut nadi karotis atau femoralis. Bila ia tetap henti nafas

tetapi masih mempunyai denyut nadi diberikan ventilasi yang dalam sebesar 800 ml

sampai 1200 ml setiap 5 detik.

Bila denyut nadi karotis tidak teraba, dua kali ventilasi dalam harus diberikan

sesudah tiap 15 kompresi dada pada resusitasi yang dilakukan oleh seorang penolong dan

Page 13: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 13/28

satu ventilasi dalam sesudah tiap 5 kompresi dada pada yang dilakukan oleh 2 penolong.

Tanda ventilasi buatan yang adekuat adalah dada korban yang terlihat naik turun dengan

amplitudo yang cukup ada udara keluar melalui hidung dan mulut korban selama

respirasi sebagai tambahan selama pemberian ventilasi pada korban, penolong dapat

merasakan tahanan dan pengembangan paru korban ketika diisi

Pada beberapa pasien ventilasi mulut ke hidung mungkin lebih efektif daripada

fentilasi mulut ke mulut. Ventilasi mulut ke stoma hendaknya dilakukan pada pasien

dengan trakeostomi. Bila ventilasi mulut ke mulut atau mulut ke hidung tidak berhasil

 baik walaupun jalan nafas telah dicoba dibuka, faring korban harus diperiksa untuk 

melihat apakah ada sekresi atau benda asing.Pada tindakan jari menyapu, korban

hendaknya digulingkan pada salah satu sisinya. Sesudah dengan paksa membuka mulut

korban dengan satu tangan memegang lidah dan rahangnya, penolong memasukkan jari

telunjuk dan jari tengah tangan yang lain kedalam satu sisi mulut korban dalam satu

gerakan menyapu. Bila tindakan ini gagal untuk mengeluarkan benda asing, hendaknya

dikerjakan hentakan abdomen atau hentakan dada, sehingga tekanan udara dalam

abdomen meningkat dan akan mendorong benda untuk keluar. Hentakan dada dilakukan

 pada korban yang terlentang, teknik ini sama dengan kompresi dada luar. Urutan yang

dianjurkan adalah :Berikan 6 sampai 10 kali hentakan abdomen. Buka mulut dan lakukan

sapuan jari. Reposisi pasien, buka jalan nafas dan coba beri ventilasi buatan dapatdilakukan dengan sukses. Bila sesudah dilakukan gerak tripel (ekstensi kepala, buka

mulut dan dorong mandibula), pembersihan mulut dan faring ternyata masih ada

sumbatan jalan nafas, dapat dicoba pemasangan pipa jalan nafas. Bila dengan ini belum

 berhasil perlu dilakukan intubasi trakheal. Bila tidak mungkin atau tidak dapat dilakukan

intubasi trakheal, sebagai alternatifnya adalah krikotomi atau fungsi membrane

krikotiroid dengan jarum berlumen besar (misal dengan kanula intravena 14 G). Bila

masih ada sumbatan di bronkhus maka perlu tindakan pengeluaran benda asing dari

 bronkhus atau terapi bronkhospasme dengan aminophilin atau adrenalin

3. Circulation (Sirkulasi).Bantuan ketiga dalam BHD adalah menilai dan

membantu sirkulasi. Tanda- tanda henti jantung hádala: Kesadaran hilang dalam waktu

15 detik setelah henti jantung.Tak teraba denyut nadi arteri besar (femoralis dan karotis

 pada orang dewasa atau brakhialis pada bayi).Henti nafas atau megap- megap.Terlihat

Page 14: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 14/28

seperti mati.Warna kulit pucat sampai kelabu.Pupil dilatasi (45 detik setelah henti

 jantung) Tidak ada nadi yang teraba pada arteri besar, pemeriksaan arteri karotis sesering

mungkin merupakan tanda utama henti jantung. Diagnosis henti jantung dapat ditegakkan

 bila pasien tidak sadar dan tidak teraba denyut arteri besar. Pemberian ventilasi buatan

dan kompresi dada luar diperlukan pada keadaan sangat gawat.

Korban hendaknya terlentang pada permukaan yang keras agar kompresi dada

luar yang dilakukan efektif. Penolong berlutut di samping korban dan meletakkan sebelah

tangannya diatas tengah pertengahan bawah sternum korban sepanjang sumbu

 panjangnya dengan jarak 2 jari dari persambungan episternum. Tangan penolong yang

lain diletakkan diatas tangan pertama, jari- jari terkunci dengan lurus dan kedua bahu

tepat diatas sternum korban, penolong memberikan tekanan ventrikel ke bawah yang

cukup untuk menekan sternum 4 sampai 5 cm. Setelah kompresi harus ada relaksasi,

tetapi kedua tangan tidak bo;eh diangkat dari dada korban, dianjurkan lama kompresi

sama dengan lama relaksasi.

Bila ada satu penolong, 15 kompresi dada luar (laju 80 sampai 100 kali/ menit)

harus diikuti dengan pemberian 2 kali ventilasi dalam (2 sampai 3 detik). Dalam satu

menit harus ada 4 siklus kompresi dan ventilasi (yaitu minimal 60 kompresi dada dan 8

ventilasi). Jadi 15 kali kompresi dan 2 ventilasi harus selesai maksimal dalam 15 detik.

Bila ada 2 penolong, kompresi dada diberikan oleh satu penolong dengan laju 80 sampai100 kali/ menit dan pemberian satu kali ventilasi dalam 1 sampai 1,5 detik oleh penolong

kedua sesudah tiap kompresi kelima. Dalam satu menit minimal harus ada 60 kompresi

dada dan 12 ventilasi. Jadi lima kompresi dan satu ventilasi maksimal dalam 5 detik.

Kompresi dada harus dilakukan secara halus dan berirama. Bila dilakkan dengan

 benar, kompresi dada luar dapat menghasilkan tekanan sistolik lebih dari 100 mmHg, dan

tekanan rata- rata 40 mmHg pada arteri karotis. Kompresi dada tidak boleh terputus lebih

dari 7 detik setiap kalinya, kecuali pada intubasi trakheal, transportasi naik turun tangga

dapat sampai 15 detik. Sesudah 4 daur kompresi dan ventilasi dengan rasio 15 : 2,

lakukan reevaluasi pada pasien. Periksa apakah denyut karotis sudah timbul (5 detik).

Bila tidak ada denyut lanjutkan dengan langkah berikut.Periksa pernafasan 3 sampai 5

detik bila ada, pantau pernafasan dan nadi dengan ketat. Bila tidak ada lakukan ventilasi

 buatan 12 kali per menit dan pantau nadi dengan ketat. Bila RJP dilanjutkan beberapa

Page 15: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 15/28

menit dihentikan, periksa apakah sudah timbul nadi dan ventilasi spontan begitu

seterusnya. Fase II (Bantuan Hidup Lanjut).Bantuan hidup lanjut berhubungan dengan

teknik yang ditujukan untuk memperbaiki ventilasi dan oksigenasi korban dan pada

diagnosis serta terapi gangguan irama utama selama henti jantung. Bantuan hidup dasar 

memerlukan peralatan khusus dan penggunaan obat. Harus segera dimulai bila diagnosis

henti jantung atau henti nafas dibuat dan harus diteruskan sampai bantuan hidup lanjut

diberikan.

Setelah dilakukan ABC RJP dan belum timbul denyut jantung spontan, maka

resusitasi diteruskan dengan langkah DEF.1. Drug and Fluid (Obat dan Cairan)Tanpa

menunggu hasil EKG dapat diberikan.Adrenalin : 0,5 – 1,0 mg dosis untuk orang dewasa,

10 mcg/ kg pada anak- anak. Cara pemberian : iv, intratrakeal lewat pipa trakeal (1 ml

adrenalin diencerkan dengan 9 ml akuades steril, bukan NaCl, berarti dalam 1 ml

mengandung 100 mcg adrenalin). Jika keduanya tidak mungkin : lakukan intrakardial

(hanya oleh tenaga yang sudah terlatih). Di ulang tiap 5 menit dengan dosis sama sampai

timbul denyut spontan atau mati jantung .Natrium Bikarbonat : dosis mula 1 mEq/ kg

(bila henti jantung lebih dari 2 menit) kemudian dapat diulang tiap 10 menit dengan dosis

0,5 mEq/ kg sampai timbul denyut jantung spontan atau mati jantung, cara pemberian

hanya iv. Penggunaan natrium bikarbonat tidak lagi dianjurkan kecuali pada resusitasi

yang lama, yaitu pada korban yang diberi ventilasi buatan yang lama dan efisien, sebabkalau tidak asidosis intraseluler justru bertambah dan tidak berkurang. Penjelasan untuk 

keanehan ini bukanlah hal yang baru. CO2 yang tidak dihasilkan dari pemecahan

 bikarbonat segera menyeberangi membran sel jika CO2 tidak diangkut oleh respirasi .

EKG Meliputi fibrilasi ventrikuler, asistol ventrikuler dan disosiasi elektro mekanis.

Fibrilation Treatment (Terapi Fibrilasi) Elektroda dipasang disebelah kiri puting susu kiri

disebelah kanan sternum atas, defibrilasi luar arus searah 200 – 300 joule pada dewasa.

100 – 200 joule pada anak. 50 – 100 joule pada bayi.

Fase III (Bantuan Hidup Jangka Lama atau Pengelolaan Pasca Resusitasi) Jenis

 pengelolaan pasien yang diperlukan pasien yang telah mendapat resusitasi bergantung

sepenuhnya kepada resusitasi. Pasien yang mempunyai defisit neurologis dan tekanan

darah terpelihara normal tanpa aritmia hanya memerlukan pantauan intensif dan

observasi terus menerus terhadap sirkulasi, pernafasan, fungsi otak, ginjal dan hati.

Page 16: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 16/28

Pasien yang mempunyai kegagalan satu atau lebih dari satu sistem memerlukan bantuan

ventilasi atau sirkulasi, terapi aritmia, dialisis atau resusitasi otak. Organ yang paling

terpengaruh oleh kerusakan hipoksemik dan iskemik selama henti jantung adalah otak.

Satu dari lima orang yang selamat dari henti jantung mempunyai defisit neurologis. Bila

 pasien tetap tidak sadar, hendaknya dilakukan upaya untuk memelihara perfusi dan

oksigenasi otak. Tindakan ini meliputi penggunaan agen vasoaktif untuk memelihara

tekanan darah sistemik yang normal, penggunaan steroid untuk mengurangi sembab otak 

dan penggunaan diuretik untuk menurunkan tekanan intracranial. Oksigen tambahan

hendaknya diberikan dan hiperventilasi derajad sedang juga membantu.

Keputusan Untuk Mengakhiri Upaya Resusitasi Semua tenaga kesehatan dituntut

untuk memulai RJP segera setelah diagnosis henti nafas atau henti jantung dibuat, tetapi

dokter pribadi korban hendaknya lebih dulu diminta nasehatnya sebelum upaya resusitasi

dihentikan. Tidak sadar ada pernafasan spontan dan refleks muntah dan dilatasi pupil

yang menetap selama 15 sampai 30 menit atau lebih merupakan petunjuk kematian otak 

kecuali pasien hipotermik atau dibawah efek barbiturat atau dalam anesthesia umum.

Akan tetapi tidak adanya tanggapan jantung terhadap tindakan resusitasi. Tidak ada

aktivitas listrik jantung selama paling sedikit 30 menit walaupun dilakukan upaya RJP

dan terapi obat yang optimal menandakan mati jantung.

Seseorang dilakukan mati bilamana Fungsi spontan pernafasan dan jantung telah berhenti secara pasti atau irreversibel. Tidak terbukti terjadi kematian batang otak dalam

keadaan darurat, tidak mungkin untuk menegakkan diagnosis mati batang otak. Dalam

resusitasi darurat, seseorang dinyatakan mati, jika Terdapat tanda- tanda mati jantung.

Sesudah dimulai resusitasi pasien tetap tidak sadar, tidak timbul ventilasi spontan dan

refleks muntah serta pupil tetap dilatasi selama 15 sampai 30 menit atau lebih, kecuali

kalau pasien hipotermik atau dibawah pengaruh barbiturat atau anestesia umum. Dalam

keadaan darurat resusitasi dapat diakhiri bila ada salah satu dari berikut ini Telah timbul

kembali sirkulasi dan ventilasi spontan yang efektif. Upaya resusitasi telah diambil alih

oleh orang lain yang lebih bertanggung jawab meneruskan resusitasi (bila tidak ada

dokter).Seorang dokter mengambil alih tanggung jawab (bila tidak ada dokter 

sebelumnya).Penolong terlalu capek sehingga tak sanggup meneruskan resusitasi. Pasien

dinyatakan mati Setelah dimulai resusitasi ternyata diketahui bahwa pasien berada dalam

Page 17: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 17/28

stadium terminal suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau hampir dapat

dipastikan bahwa fungsi serebral tak akan pulih (yaitu sesudah setengah atau satu jam

terbukti tidak ada nadi pada normotermia tanpa RJP).

Dengan penemuan tindakan diagnostik dan resusitasi mutakhir maka kematian

tidak dianggap sebagai saat berhenti kerja jantung. Sekarang dikenal spektrum keadaan

fisiologik yang meliputi kematian klinis, serebral dan organis. Tanpa pertolongan

tindakan resusitasi maka henti sirkulasi akan menyebabkan disfungsi serebral dan

kemudian organis dengan kerusakan sel irreversible. Resusitasi untuk mengembalikan

fungsi nafas dan sirkulasi akibat dari henti nafas dan henti jantung, yang dilakukan

setelah tiga menit presentasi keberhasilan 75 %, jika setelah empat menit presentasi

keberhasilan 50 % dan setelah lima menit maka presentasi keberhasilan resusitasi

menjadi 25 %.Tindakan awal yang harus dilakukan pada penderita henti jantung paru

adalah melakukan ABC, yang merupakan Bantuan Hidup Dasar fase I, Bantuan Hidup

Lanjut fase II meliputi DEF dan dilanjutkan dengan fase III meliputi GHI. Resusitasi

  jantung paru ini dilakukan pada pasien yang mungkin hidup lama dan tanpa

meninggalkan kelainan pada otak. Keberhasilan resusitasi ini tergantung dari penyebab,

waktu penderita mulai ditolong, ketrampilan penolong, alat penunjang dan tenaga medis

yang ada.

DAFTAR PUSTAKA.

1.Prince and Wilson, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit, Edisi

IV, Jilid I & II, EGC, Jakarta, 1994.

2.S. Sunartio, Jusrafli Joenoerham, Anestesiologi, Fakultas Kedokteran UI,

Jakarta, 1989.

3.Snow JC, Manual of Anesthesia, Boston, Tokyo : Little, Brown and co. 2nd ed,

Igaku Shion Ltd, 1980.

4.Caltron DG, Test Anestesiologist Hand Books, Baltimore, London, Tokyo :

University Park Press, 1977.<br />

5.Olaan Sm Siahaan, Resusitasi Jantung Paru dan Otak, Cermin Dunia

Kedokteran, No. 80, Edisi Khusus, 1992.

Page 18: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 18/28

Pertolongan Darurat

Jika Terjadi Kecelakaan

Jika Anda mendengar teriakan atau melihat darah, berarti ada suatu kecelakaan, dan

kemungkinan ada seseorang yang terluka. Anda menyadari ia butuh pertolongan, dan

Anda berada paling dekat dengannya. Sadarilah bahwa tindakan pertolongan Anda

selama beberapa menit ke depan bisa menjadi penentu.

Seberapa Serius Kecelakaannya?

Jangan panik. Cobalah mengetahui seberapa serius kecelakaannya secara cepat. Ini akan

mempermudah Anda dalam bertindak cepat untuk menolongnya, apa pun bentuk 

 pertolongan yang dibutuhkannya.

Jangan Panik 

Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah menentukan seberapa baik Anda dapat

mencegah cideranya bertambah parah. Yang paling penting sebelum melakukan

  penanganan adalah memindahkan korban dari tempat kecelakaan bila situasinya

membahayakan. Anda harus mengetahui penyebab kecelakaan dan menghentikannya,

apakah itu berupa penghentian crane, pemadaman api, atau pemindahan mesin. Maka, jangan panik, namun tetap waspada!

Pertolongan Darurat

Bila Anda mengetahui bahwa korban membutuhkan pertolongan secepatnya, penting bagi

Anda untuk mengetahui keadaan sirkulasi saluran pernapasan:

A. Saluran pernapasan korban jangan sampai terhalang.

B. Bila korban tidak bernapas, segera lakukan pernapasan buatan.

C. Bila tidak ada denyut nadi, lakukan Resusitasi Jantung Paru-RJP (Cardio Pulmonary

Resuscitation-CPR).

Untuk panduan lebih jelas, silakan lihat di Resusitasi Jantung Paru-RJP (Cardio

Pulmonary Resuscitation-CPR).

Page 19: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 19/28

Cari Bantuan Bila Diperlukan

Anda harus bisa menentukan apakahAnda bisa menangani korban sendirian. Bila Anda

merasa memerlukan bantuan, carilah bantuan secepatnya. Bertindaklah secara tenang

sambil menilai situasi. Jangan lupa untuk melakukan pertolongan pertama secara terus-

menerus dan dampingi korban sampai bantuan datang.

Selalu simpan nomor-nomor telpon penting di tempat yang mudah dilihat.

RESUSITASI JANTUNG PARU-RJP

(CARDIO PULMONARY RESUSCITATION-CPR)

Bila penderita tidak bernapas dan nadinya teraba tidak berdenyut, mulailah

lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau juga dikenal sebagai Cardio Pulmonary

Resuscitation (CPR). CPR adalah kombinasi pemijatan (masase) jantung dari luar dan

resusitasi mulut ke mulut. Untuk melakukan hal ini, sebaiknya penolong telah mengikuti

  pelatihan P3K untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dalam melakukan tindakan

agar tidak menambah cidera pada penderita.

Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus Anda lakukan.

Jika pasien ternyata tidak menunjukkan adanya denyut dan biji mata melebar dan tampak 

seperti mati:

Cari bantuan.

Atur Posisi korban.

Tengadahkan kepala pasien ke belakang.

Carilah titik tekanan yang tepat dengan terlebih dahulu menentukan letak titik 

ujung tulang dada (sternum). Titik tekanan terletak sejauh dua Lebar jari diatasnya.

Letakkan telapak tangan Anda di atas titik tekanan tersebut. Angkat jari Anda

menjauhi permukaan dada.

Tekan lurus ke bawah sebanyak 80 hingga 100 kali per menit. Tekan seeara

vertikal, siku pada posisi lurus.

Page 20: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 20/28

Tekan ke bawah ke arah dada sedalam 2 hingga 3 cm untuk orang dewasa.

Ingat bahwa setelah setiap tekanan ke-30, Anda harus meniupkan udara ke dalam

 paru-paru dua kali secara berurutan.

Anak kecil tentu saja hanya diberi tekanan yang ringan. Teruskan tindakan tersebut

untuk menyadarkan pasien hingga denyutnya normal.

Bagaimana Cara Melakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru)

Beberapa bulan yang lalu,kita dikejutkan dengan kematian mendadak artis

komedian ternama ketika sedang bermain futsal. Ketika datang ke rumah sakit, beliau

dinyatakan sudah meninggal. Diduga karena serangan jantung mendadak. Jantung yang

harusnya berdenyut mengantarkan darah 6-7 liter/menit dan kaya akan kandungan

oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh kita, tiba tiba berhenti mendadak.

Dan butuh waktu kurang dari 3 menit (optimal) untuk melakukan pertolongan awal untuk 

melakukan RJP. Barangkali jika teman-teman sang Artis tersebut bisa melakukan

 pertolongan awal, mungkin ceritanya akan berakhir lain.

Demikian juga sering kita mendengar ada atlit sedang berolah raga, politikus

sedang berbicara,orang sedang bercanda dengan koleganya, tiba-tiba tersungkur karena

henti jantung mendadak yang banyak sekali penyebabnya. Dan pertolongan pertama,

seyogyanya harus segera dilakukan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya.

Oleh karena itulah, di Amerika Serikat, Pemerintah membuat program pelatihan

Resusitasi Jantung dan Paru untuk orang awam misal Satpam , penjaga pantai, Polisi dan

sebagainya. Saya teringat dengan kisah nyata di majalah anak-anak dulu ketika masih

kecil. Dikatakan bahwa ada serombongan siswa sekolah dasar di SD yang sedang

melakukan pertandingan sepakbola melawan SD lainnya. Ketika turun hujan,

 pertandingan terus dilanjutkan. Sampai kemudian turunlah petir yang menyambar salah

seorang siswa yang harus menghentikan pertandingan tersebut. Beruntung bagi sang anak 

tersebut, karena sang ibu yang kebetulan hadir menonton pertandingan, mengetahui

dasar-dasar RJP. Dengan bantuan ibu-ibu yang lain, mereka bahu membahu melakukan

RJP sampai pertolongan medis datang. Nyawa sang anak dapat diselamatkan, walaupun

Page 21: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 21/28

dia mengalami gangguan kognisi yang hebat. Dan dengan kesabaran sang Ibu dalam

mendampingi sang Anak dan ditunjang dengan pengobatan medis, dalam jangka waktu 2

tahun, Sang Anak dapat kembali pulih seperti semula dan dapat bermain bola kembali

 bersama teman-temannya.

Kapan kita melakukan Resusitasi Jantung dan Paru?

Kita harus mengetahui terlebih dahulu tentang definis mati:

Mati klinis

Penderita dinyatakan mati secara klinis apabila berhenti bernapas dan jantung

 berhenti berdenyut. Pada keadaan ini masih dapat diusahakan agar penderita hidup

kembali apabila dilakukan RJP.

Mati biologis

Kerusakan sel otak dimulai 4-6 menit setelah berhentinya pernapasan dan sirkulasi

darah. Setelah 10 menit biasanya sudah terjadi kematian biologis. Pada keadaan ini

 penderita tidak dapat ditolong lagi.

Apa yang dimaksud dengan Pemijatan jantung?

Jantung dapat dibuat seolah-olah berdenyut dengan menekan dada dari luar. Pada

tindakan ini kita menekan dada sehingga tekanan dalam rongga dada menjadi sangat

tinggi, dan saat melepaskan tekanan pada dinding dada, rongga dada akan kembali ke bentuk semula karena elastis, dan terjadi penurunan tekanan dalam rongga dada.

RJP harus dilakukan sedini mungkin dan dilakukan sampai :

Penolong lelah dan tidak dapat melanjutkan.

Penderita telah dialihkan pada petugas lain yang lebih ahli atau sudah diserahkan pada

Rumah Sakit.

Penderita sudah dinyatakan meninggal.

Langkah-langkah sebelum melakukan RJP:

Sebelum kita melakukan RJP pada penderita kita harus :

Pastikan bahwa penderita tidak sadar 

Pastikan bahwa penderita tidak bernapas

Pastikan bahwa nadi tidak teraba

Page 22: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 22/28

Untuk penderita yang tidak sadar, cari denyutan nadi karotis :

Letakkan dua jari di atas laring (jakun), jangan gunakan ibu jari.

Geserkan jari penolong ke samping. Hentikan di sela-sela antara laring dan otot leher.

Rasakan nadi. Tekan selama 5-10 detik, hindari penekanan yang terlalu keras pada arteri.

RJP untuk orang dewasa

RJP dengan satu penolong pada orang dewasa.

Lakukan penekanan dada dengan perbandingan 2 x tiupan diikuti 30 x penekanan dada.

Buka jalan nafas, kemudian berikan 2 tiupan yang masing2 waktunya 1,5 sampai 2 detik.

Pastikan kita menarik nafas yang dalam sebelum memberikan tiupan nafas.

Lanjutkan sampai 4 kali putaran dari 15 tekanan dan 2 ventilasi.

RJP dengan 2 penolong pada orang dewasa.

Penderita harus lurus dan terlentang, pada permukaan yang datar & padat. Jika memakai

 baju buka bajunya sehingga kita dapat melihat tulang dadanya.

Penolong pertama berlutut pada ujung kepala penderita. Penolong kedua berlutut pada

sisi kanan dada penderita.

Lalu lakukan penekanan dada :Lokasi penekanan pada area, dua jari di atas proxesus xifoideus.

Penekanan dilakukan dengan menggunakan pangkal telapak tangan. Dengan posisi satu

tangan diatas tangan yang lain.

Cara melakukan penekanan dada :

a. Tekanan pada tulang dada dilakukan sedemikian rupa sehingga masuk 3-4 cm

(pada orang dewasa).

 b. Jaga lengan penolong agar tetap lurus, sehingga yang menekan adalah bahu (atau

lebih tepat tubuh bagian atas) dan bukan tangan atau siku.

c. Pastikan tekanan lurus ke bawah pada tulang dada karena jika tidak, tubuh dapat

tergelincir dan tekanan untuk mendorong akan hilang.

Gunakan berat badan saat kita berikan tekanan.

e. Dorongan yang terlalu besar akan mematahkan tulang dada

Page 23: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 23/28

f. Waktu untuk menekan dan waktu untuk melepas harus sama waktunya.

g. Jangan melepaskan tangan dari atas dada penderita.

h. Ingat bahwa tekanan yang efektif dilakukan hanya akan mencapai 25%-30% dari

sirkulasi darah normal.

Hitungan saat melakukan penekanan sebanyak 15 kali dengan tidak terlalu cepat,

karena satu kali penekanan harus menggunakan waktu kurang dari detik. Setelah

 penekanan seperti diatas lakukan 2 kali tiupan masing-masing selama 1,5 sampai 2 detik.

Untuk lebih jelasnya bisa klik link video ini

Pemantauan

Pemantauan merupakan tanggungjawab penolong yang melakukan tiupan

(ventilasi). Setelah satu menit melakukan RJP, periksa nadi penderita. Periksa 3 sampai 5

detik pada arteri karotis.

a. Bila nadi tdk teraba dan pernapasan tidak ada teruskan RJP

 b. Bila nadi teraba,pernapasan tidak ada berikan pernapasan buatan.

c. Bila nadi teraba dan penderita bernapas adekuat, hentikan RJP, pantau

 pernapasan dan nadi penderita.

Ringkasan RJP pada orang dewasa:Dalamnya kompresi 3-5 m, laju penekanan dada 80-100 kali per menit.

Lama ventilasi : 1,5-2 detik 

Lokasi mencari nadi : arteri karotis

RJP sendiri : 30 penekanan– 2 tiupan

RJP berdua : 30 penekanan-2 tiupan

Tanda-tanda keberhasilan RJP:

Dada harus naik dan turun dengan setiap tiupan (ventilasi).

Pupil bereaksi atau tampak berubah normal (pupil harus mengecil saat diberikan cahaya).

Denyut jantung kembali terdengar 

Reflek pernapasan spontan dapat terlihat

Kulit penderita pucat berkurang atau kembali normal.

Penderita dapat menggerakkan tangan atau kakinya

Page 24: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 24/28

Penderita berusaha untuk menelan

Penderita menggeliat atau memberontak 

Defibrilasi

Seluruh Provider BHD harus dilatih untuk dapat memberikan tindakan defibrilasi

karena fibrilasi ventrikel merupakan irama yang paling sering terjadi pada orang dewasa

yang tidak sadar dan tidak trauma, untuk korban demikian angka keberhasilan akan

Page 25: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 25/28

meningkat ketika penolong melakukan defibrilasi dalam waktu 3-5 menit setelah

kejadian. Defibrilasi segera merupakan terapi terpilih untuk fibrilasi ventrikel pada

korban tidak sadar yang tersaksikan. Hasil dari RJP sebelum dilakukan defibrilasi adalah

memperpanjang irama fibrilasi ventrikel, ketika petugas datang dalam waktu 4- 5 menit

setelah mendapatkan informasi, periode singkat dari RJP yang telah dilakukan (1-3

menit) sebelum defibrilasi dapat meningkatkan keberhasilan untuk kembali kepada

sirkulasi spontan dan angka keberhasilan RJP.

RJP pada situasi yang Khusus Tenggelam

Tenggelam merupakan penyebab kematian yang masih dapat dicegah.

Keberhasilan menolong korban yang tenggelam tergantung dari lama dan beratnya

derajat hipoksia. Penolong harus melakukan RJP, terutama sekali bantuan pernapasan,

secepat mungkin setelah korban tenggelam dikeluarkan dari air. Ketika menolong semua

usia korban yang tenggelam, seorang petugas kesehatan melakukan 5 siklus (kira-kira 2

menit) RJP sebelum meninggalkan korban untuk mengaktifkan sistem gawat darurat.

Ventilasi mulut ke mulut di dalam air mungkin dapat menolong jika dilakukan oleh

 penolong yang terlatih. Kompresi dada sangat sukar dilakukan di dalam air, mungkin

tidak akan efektif dan dapat membahayakan keduanya. Tidak ada peristiwa yang terjadi

dimana air menyebabkan sumbatan jalan napas. Manuver yang dilakukan untuk menghilangkan sumbatan jalan napas tidak direkomendasikan untuk korban tenggelam

karena manuver tersebut tidak biasa dilakukan dan dapat menyebabkan trauma, muntah,

dan aspirasi serta memperlambat RJP. Penolong harus mengeluarkan korban tenggelam

dari dalam air secepat mungkin dan memulai resusitasi sesegera mungkin.

Hipotermia

Pada korban tidak sadar dengan hipotermia, petugas kesehatan harus menilai pernapasan

untuk mengetahui ada tidaknya henti napas dan menilai denyut nadi untuk menilai ada

tidaknya henti jantung atau adanya Bradikardi selama 30-45 detik karena frekuensi

  jantung dan pernapasan dapat sangat lamban, tergantung dari derajat hiportemia, jika

korban tidak bernapas mulailah pemberian bantuan pernapasan. Jika denyut nadi korban

Page 26: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 26/28

tidak ada, segera mulailah melakukan kompresi dada. Jangan menunggu suhu tubuh

menjadi hangat untuk memulai RJP. Untuk mencegah hilangnya panas, lepaskan pakaian

yang basah dari tubuh korban; lindungi korban dari hembusan angin, panas, atau dingin,

dan jika mungkin berikan ventilasi dengan oksigen yang hangat.

Posisi Sisi Mantap (Recovery Position)

Posisi sisi mantap dipergunakan untuk korban dewasa yang tidak sadar yang telah

 bemapas dengan normal dan sirkulasi yang efektif. Posisi ini dibuat untuk menjaga agar 

  jalan napas tetap terbuka dan mengurangi risiko sumbatan jalan napas dan aspirasi.

Korban diletakkan pada posisi miring pada salah satu sisi badan dengan tangan yang

dibawah berada didepan badan.

Sumbatan Jalan Napas Oleh Benda Asing Sumbatan Jalan Napas oleh Benda Asing

( Tersedak)

Kematian akibat tersedak tidak biasa terjadi tetapi merupakan penyebab kematian

yang dapat dicegah. Banyak laporan kasus tersedak pada orang dewasa yang disebabkan

oleh makanan dan terjadi pada saat sedang makan. Kejadian tersedak pada bayi dan anak-anak juga terjadi pada saat sedang makan atau bermain.

Mengenali adanya sumbatan jalan napas akibat benda asing

Dikarenakan mengenali adanya sumbatan jalan napas merupakan kunci

keberhasilan menolong korban yang tersedak. Ini sangat penting untuk dapat

membedakan kegawat daruratan dari pingsan, serangan jantung, atau keadaan lain yang

dapat menyebabkan gangguan pernapasan, sianosis, atau kehilangan kesadaran. Benda

asing merupakan salah satu penyebab sumbatan komplit/total atau sumbatan

sebagian/parsial pada jalan napas. Penolong harus membantu jika melihat korban yang

mengalami sumbatan jalan napas akibat tersedak. Tanda korban yang tersedak antara lain

kesulitan bernapas, sianosis, sulit berbicara. Korban biasanya memegang lehernya,

Page 27: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 27/28

segeralah bertanya "apakah anda tersedak" jika korban menganggukkan kepalanya berarti

dia tersedak.

Membebaskan sumbatan jalan napas oleh benda asing Manuver Heimlich

Untuk mengatasi obstruksi jalan napas oleh benda asing dapat dilakukan manuver 

Heimlich (hentakan subdiafragma-abdomen). Suatu hentakan yang menyebabkan

 peningkatan tekanan pada diafragma sehingga memaksa udara yang ada didalam para-

  paru untuk keluar dengan cepat sehingga diharapkan dapat mendorong atau

mengeluarkan benda asing yang menyumbat jalan napas. Setiap hentakan harus diberikan

dengan tujuan menghilangkan obstruksi, mungkin dibutuhkan pengulangan hentakan 6-

10 kali untuk membersihkan jalan napas. Pertimbangan penting dalam melakukan

manuver Heimlich adalah kemungkinan kerusakan pada organ-organ besar. Manuver 

Heimlich pada korban sadar dengan posisi berdiri atau duduk Penolong harus berdiri di

 belakang korban, melingkari pinggang korban dengan kedua lengan, kemudian kepalkan

satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan pada perut korban, sedikit diatas

 pusar dan dibawah ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan tangan

lainnya. Tekan kepalan ke perut dengan hentakan yang cepat kearah atas. Setiap hentakan

harus terpisah dan dengan gerakan yang jelas.

Manuver Heimlich pada korban yang tergeletak (tidak sadar)

Korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka keatas. Penolong

 berlutut disisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada perut korban di garis tengah

sedikit di atas pusat dan jauh dibawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan

diatas tangan pertama. Penolong menekan kearah perut dengan hentakan yang cepat

kearah atas. Manuver ini dapat dilakukan pada korban sadar jika penolongnya terlampau

 pendek untuk memeluk pinggang korban.

Page 28: MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN

5/11/2018 MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mengatasi-gangguan-pernapasan-55a23656c35a0 28/28

Manuver Heimlich pada yang dilakukan sendiri

Pengobatan diri sendiri terhadap obstruksi jalan napas : Kepalkan sebuah tangan,

letakkan sisi ibu jari pada perut diatas pusat dan dibawah tulang sternum, genggam

kepalan itu dengan kuat dan berikan tekanan ke atas kearah diafragma dengan gerakan

cepat, jika tidak berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi meja

atau belakang kursi.

Penyapuan jari

Manuver ini hanya dilakukan atau digunakan pada korban tidak sadar, dengan

muka menghadap keatas buka mulut korban dengan memegang lidah dan rahang diantara

ibu jari dan jari-jarinya, kemudian mengangkat rahang bawah. Tindakan ini akan

menjauhkan lidah dan kerongkongan serta menjauhkan benda asing yang mungkin

menyangkut ditempat tersebut. Masukkan jari telunjuk tangan lain menelusuri bagian

dalam pipi, jauh kedalam kerongkongan dibagian dasar lidah, kemudian lakukan gerakan

mengait untuk melepaskan benda asing serta menggerakkan benda asing tersebut ke

dalam mulut sehingga memudahkan untuk diambil. Hati-hati agar tidak mendorong

 benda asing lebih jauh kedalam jalan napas.