cara mengatasi inflasi

105
Cara Mengatasi Inflasi Cara Mengatasi Inflasi Inflasi dapat diatasi dengan melakukan hal hal sebagai berikut : 1. Kebijakan moneter, meliputi: politik diskonto. Politik pasar terbuka, dan peningkatan kas ratio. 2. Kebijakan fiskal, Meliputi : Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah, dan menaikkan pajak. A.Definisi Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk mengelola atau mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau yangdiinginkan dengan cara mengubah-ubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Jadi,kebijakan fiskal mempunyai tujuan yang sama persis dengan kebijakan moneter. Perbedaannya terletak pada instrumen kebijakannya. Jika dalam kebijakan moneter pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar, maka dalam kebijakan fiskal pemerintah mengendalikan penerimaan dan pengeluarannya. Penerimaan pemerintah berasal dari pajak (tax) dengan notasi T, sementara untuk pengeluaran p e m e r i n t a h (goverment expenditure) notasinya G. KEBIJAKAN MONETER Kebijakan moneter identik dengan pengendalian inflasi dari sisi pengendalian jumlahuang beredar. Tetapi untuk mengendalikan tingkat inflasi tidak hanya mengandalkaninstrumen kebijakan moneter. Bank Indonesia bertanggungjawab dalam mengatur jumlah beredar untuk meredamtingkat inflasi A.Definisi Kebijakan Moneter

Upload: emmi-maliza-hutagaol

Post on 24-Jan-2016

73 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dd

TRANSCRIPT

Page 1: Cara Mengatasi Inflasi

Cara Mengatasi Inflasi

Cara Mengatasi Inflasi

Inflasi dapat diatasi dengan melakukan  hal hal sebagai berikut :1.      Kebijakan moneter, meliputi: politik diskonto. Politik pasar terbuka, dan peningkatan kas ratio.2.      Kebijakan fiskal, Meliputi : Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah, dan menaikkan

pajak.

A . D e f i n i s i K e b i j a k a n F i s k a l

Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk menge lo l a a t au menga rahkan pe rekonomian ke kond i s i yang l eb ih ba ik a t au yang diinginkan dengan cara mengubah-ubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Jadi,keb i j akan f i ska l mempunya i t u juan yang s ama pe r s i s dengan keb i j akan mone t e r .Perbedaannya terletak pada instrumen kebijakannya. Jika dalam kebijakan moneter   p e m e r i n t a h m e n g e n d a l i k a n j u m l a h u a n g b e r e d a r , m a k a d a l a m k e b i j a k a n f i s k a l  pemerintah mengendalikan penerimaan dan pengeluarannya. Penerimaan pemerintah be r a sa l da r i pa j ak ( tax) dengan no t a s i T , s emen ta r a un tuk penge lua ran pemer in t ah (goverment expenditure) notasinya G.

  KEBIJAKAN MONETER 

 Kebijakan moneter identik dengan pengendalian inflasi dari sisi pengendalian jumlahuang beredar. Tetapi untuk mengendalikan tingkat inflasi tidak hanya mengandalkaninstrumen kebijakan moneter. Bank Indonesia bertanggungjawab dalam mengatur jumlah beredar untuk meredamtingkat inflasi

A . D e f i n i s i K e b i j a k a n M o n e t e r

Yang d imaksud dengan keb i j akan mone t e r ada l ah upaya mengenda l i kan a t au mengarahkan perekonornian makro ke kondisi yang diinginkan (yang lebih baik) denganmenga tu r j umlah uang be reda r . Yang d imaksud dengan kond i s i l eb ih ba ik ada l ahmen ingka tnya ou tpu t ke se imbangan dan a t au t e rpe l i ha r anya s t ab i l i t a s ha rga ( i n f l a s i terkontrol). Melalui kebijakan moneter pemerintah dapat mempertahankan, menambaha t au mengurang i j umlah uang be reda r da l am upaya memper t ahankan kemampuan ekonomi bertumbuh, sekaligus mengendalikan inflasi.Jika yang dilakukan adalah menambah jumlah uang beredar, maka pemerintahdikatakan menempuh kebijakan moneter ekspansif (monetary expansive). Sebaliknya jika jumlah uang beredar dikurangi, pemerintah menempuh kebijakan moneter kontraktif (monetary contractive). Istilah lain untuk kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakanuang ketat (tight money policy).

Page 2: Cara Mengatasi Inflasi

B. Instrumen Kebijakan Moneter

1 . O p e r a s i P a s a r T e r b u k a ( O P T ) Operasi pasar terbuka (openmarket operation) adalah pemerintah mengendalikan  j umlah uang be reda r dengan ca r a men jua l a t au membe l i su r a t - su r a t be rha rga mi l i k    pemerintah ( government securities). Jika ingin mengurangi jumlah uang beredar, maka pemerintah menjual surat-surat berharga (open market selling ). Dengan demikian uangyang ada dalam masyarakat mengalir ke otoritas moneter, sehingga jumlah uang beredar  berkurang.

Jika ingin menambah jumlah uang beredar, maka pemerintah membeli kembalisurat-surat berharga tersebut (open market buying ). Guna lebih mengefektifkan operasi  pa sa r t e rbuka i n i , Bank Indones i a t e l ah mengembangkan kedua i n s t rumen t e r s ebu tdengan menambahkan f a s i l i t a sr epu rchase ag reemen t  ( r e p o ) k e m a s i n g - m a s i n g instrumen, sehingga saat ini dikenal SBI repo dan SBPU repo.

2 . F a s i l i t a s D i s k o n t o (  Discount Rate) Tingkat bunga diskonto adalah tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah atas  bank-bank umum yang meminjam ke bank sentral. Dalam kondisi tertentu, bank-bank  mengalami kekurangan uang, sehingga mereka harus meminjam kepada bank sentral.Kebu tuhan i n i dapa t d imanfaa tkan o l eh pemer in t ah un tuk mengurang i a t au menambah jumlah uang beredar. Bila pemerintah ingin menambah jumlah uang beredar,maka pemerintah menurunkan tingkat bunga pinjaman (tingkat diskonto). Dengan tingkat bunga pinjaman yang lebih murah, maka keinginan bank-bank untuk meminjam uangd a r i b a n k s e n t r a l m e n j a d i l e b i h b e s a r , s e h i n g g a j u m l a h u a n g b e r e d a r b e r t a m b a h . Seba l i knya b i l a i ng in menahan l a j u pe r t ambahan j umlah uang be reda r , pemer in t ah menaikkan bunga pinjarnan. Hal ini akan mengurangi keinginan bank-bank meminjamuang dari bank sentral, sehingga pertambahan jumlah uang beredar dapat ditekan.

3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement RatioPenetapan rasio cadangan wajib juga dapat mengubah jumlah uang beredar. Jikarasio cadangan wajib diperbesar, maka kemampuan bank memberikan kredit akan lebihkecil dibanding sebelumnya. Misalnya, jika rasio cadangan wajib mulanya hanya 10%,maka untuk setiap unit deposito yang diterima, perbankan dapat mengalirkan pinjamansebesar 90% dari deposito yang diterima perbankan. Dengan demikian angka multiplier  uang dari sistem perbankan adalah 10. Jika pemerintah ingin menurunkan jumlah uang yang beredar, maka pemerintah menaikkan rasio cadangan wajib, dan sebaliknya.

Page 3: Cara Mengatasi Inflasi

4 . I m b a u a n M o r a l ( Moral Persuasion)D e n g a n i m b a u a n m o r a l , o t o r i t a s m o n e t e r m e n c o b a m e n g a r a h k a n a t a u mengendalikan jumlah uang beredar. Misalnya, Gubernur Bank Indonesia dapat memberis a r an aga r pe rbankan be rha t i - ha t i dengan k r ed i t nya a t au memba ta s i ke ing inannya meminjam uang dan bank sentral.

Berikut adalah pihak-pihak yang diuntungkan dengan adanya inflasi:a. Para pengusaha, yang pada saat sebelum terjadinya inflasi, telah memiliki stock/persediaan produksi barang yang siap dijual dalam jumlah besar.b. Para pedagang, yang dengan terjadinya inflasi menggunakan kesempatan memainkan harga barang. Cara yang dipakai adalah dengan menaikkan harga, karena ingin mendapatkan laba/keuntungan yang besar.c. Para spekulan, yaitu orang-orang atau badan usaha yang mengadakan spekulasi, dengan cara menimbun barang sebanyak-banyaknya sebelum terjadinya inflasi dan menjualnya kembali pada saat inflasi terjadi, sehingga terjadinya kenaikan harga sangat menguntungkan mereka.d. Para peminjam, karena pinjaman telah diambil sebelum harga barang-barang naik, sehingga nilai riil-nya lebih tinggi daripada sesudah inflasi terjadi, tetapi peminjam membayar kembali tetap sesuai dengan perjanjian yang dibuat sebelum terjadi inflasi. Misalnya, para pengambil kredit KPR BTN sebelum inflasi yang mengakibatkan harga bahan bangunan dan rumah KPR BTN naik, sedangkan jumlah angsuran yang harus dibayar kepada BTN tetap tidak ikut dinaikkan.Sedangkan pihak-pihak yang dirugikan antar lain:a. Para konsumen, karena harus membayar lebih mahal, sehingga barang yang diperoleh lebih sedikit jika dibandingkan dengan sebelum terjadinya inflasi.b. Mereka yang berpenghasilan tetap, karena dengan penghasilan tetap, naiknya harga barang-barang dan jasa, mengakibatkan jumlah barang-barang dan jasa yang dapat dibeli menjadi lebih sedikit, sehingga pendapatan nyata berkurang, sedangkan kenaikan penghasilan atau pendapatan pada saat terjadi inflasi sulit diharapkan.c. Para pemborong atau kontraktor, karena harus mengeluarkan tambahan biaya agar dapat menutup pengeluaran-pengeluaran yang diakibatkan terjadinya inflasi dan mengakibatkan berkurangnya keuntungan yang diperoleh dari proyek yang dikerjakan.d. Para pemberi pinjaman/kreditor, karena nilai riil dari pinjaman yang telah diberikan menjadi lebih kecil sebagai akibat terjadinya inflasi. Misalnya, sebelum inflasi, pinjaman Rp 500.000,00 = 25 gram emas, sesudah inflasi = 20 gram emas.e. Para penabung, karena pada saat inflasi bunga yang diperoleh dari tabungan dirasakan lebih kecil jika dibandingkan dengan kenaikan harga yang terjadi. Di samping itu akibat naiknya harga barang-barang dan jasa, nilai uang yang ditabung menjadi lebih rendah/turun, jika dibandingkan dengan sebelum terjadi inflasi.Namun pemerintah juga mempunyai cara-cara tertentu untuk mengatasi inflasi yang terjadi. Cara-cara tersebut antara lain:1. Kebijakan MoneterPolitik diskoto (Politik uang ketat): bank menaikkan suku bunga sehingga jumlah uang yang beredar dapat dikurangi.Politik pasar terbuka: bank sentral menjual obligasi atau surat berharga ke pasar modal untuk menyerap uang dari masyarakat dan dengan menjual surat berharga bank sentral dapat menekan

Page 4: Cara Mengatasi Inflasi

perkembangan jumlah uang beredar sehingga jumlah uang beredar dapat dikurangi dan laju inflasi dapat lebih rendah.Peningkatan cash ratio: Menaikkan cadangan uang kas yang ada di bank sehingga jumlah uang bank yang dapat dipinjamkan kepada debitur/masyarakat menjadi berkurang. Hal ini berarti dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.2. Kebijakan FiskalMengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Pemerintah tidak menambah pengeluarannya agar anggaran tidak defisit.Menaikkan pajak. Dengan menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi jumlah konsumsinya karena sebagian pendapatannya untuk membayar pajak.3. Kebijakan Non MoneterMendorong agar pengusaha menaikkan hasil produksinya.Menekan tingkat upah.Pemerintah melakukan pengawasan harga dan sekaligus menetapkan harga maksimal.Pemerintah melakukan distribusi secara langsung.Penanggulangan inflasi yang sangat parah (hyper inflation) ditempuh dengan cara melakukan sneering (pemotongan nilai mata uang). Senering ini pernah dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1960-an pada saat inflasi mencapai 650%. Pemerintah memotong nilai mata uang pecahan Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 1,00.Kebijakan yang berkaitan dengan output. Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.Kebijakan penentuan harga dan indexing. Ini dilakukan dengan penentuan ceiling price.4. Kebijakan Sektor RiilPemerintah menstimulus bank untuk memberikan kredit lebih spesifik kepada UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Contohnya bank BRI mencanangkan tahun ini sebagai Microyear.Menekan arus barang impor dengan cara menaikkan pajak.Menstimulus masyarakat untuk menggunakan produk dalam negeri.Walaupun inflasi bisa berdampak positif maupun negatif terhadap perekonomian Indonesia, namun alangkah baiknya bila keadaan ekonomi di Indonesia tetap stabil. Sehingga tidak ada pihak yang mendapat keuntungan berlipat ganda, sedangkan pihak lain mengalami keterpurukan secara ekonomi. Hendaknya pencegahan inflasi secepatnya dilakukan sebelum terjadi inflasi yang berdampak buruk. Diperlukan keterampilan pemerintah dalam mengamati kondisi ekonomi yang terjadi saat ini. Ditambah dengan pola hidup masyarakat Indonesia yang cenderung konsumtif. Tidak jarang hal tersebut mengakibatkan inflasi. Semoga kelak perekonomian Indonesia bisa lebih baik lagi dan tidak menimbulkan kesenjangan masyarakat.

Diposkan oleh Fathur Rozi di 06.55 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest Label: Ekonomi

Page 5: Cara Mengatasi Inflasi

Pengertian dan Cara Mengatasi Inflasi

Belajar Ekonomi

(Belajar Ekonomi). Pengertian Inflasi adalah tingkat kenaikan harga umum akibat terganggunya keseimbangan antara arus uang dan barang. 

Inflasi (rimanews.com)

a. Jenis-jenis inflasi

Inflasi dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu tingkat keparahan, penyebab, dan asal.

Tingkat keparahan

Berdasarkan tingkat keparahannya inflasi dibagi menjadi empat, yaitu

inflasi ringan (di bawah 10% per tahun),

inflasi sedang (antara 10-30% pertahun),

inflasi berat (antara 30 -1 00% per tahun), dan

inflasi sangat berat atau hiperinflasi (di atas 100% per tahun).

b. Penyebab Inflasi

Inflasi ditinjau berdasarkan penyebabnya ada dua macam.

Demand pull Inflation adalah permintaan dari masyarakat yang terlalu besar tidak dapat dilayani oleh kapasitas produksi sehingga keseimbangan antara permintaan dan penawaran terganggu dan mengakibatkan harga-harga naik.

Page 6: Cara Mengatasi Inflasi

Cost push Inflation (kenaikan biaya produksi) adalah inflasi yang disebabkan karena kenaikan harga bahan baku atau kenaikan upah/gaji.

c. Asal Inflasi

Menurut asalnya, inflasi dibagi menjadi dua macam.

Imported inflation.lnflasi ini terjadi karena adanya inflasi di luar negeri yang mengakibatkan naiknya harga barang di dalam negeri. Hal ini banyak dialami oleh negara-negara yang sedang berkembang yang sebagian besar produksinya menggunakan bahan dan alat dari luar negeri.

Defisit anggaran belanja negara yang terus-menerus.

Penyebab terjadinya inflasi, antara lain karena adanya hubungan ekspor impor antarnegara dan teori mengenai uang beredar. Akibatnya, dapat merugikan orang yang berpenghasilan tetap, harga barang-barang ekspor menjadi mahal, dan orang-orang segan untuk menabung karena nilai nyata uang merosot.

d. Teori-teori inflasi 

Berikut macam-macam teori inflasi:

Teori kuantitas, menyatakan jika terjadinya inflasi karena jumlah uang yang beredar dan harapan masyarakat mengenai kenaikan harga di masa yang akan datang.

Teori Keynes, menyatakan terjadinya inflasi karena adanya kelebihan permintaan dari masyarakat.

Teori strukturalis, menyatakan terjadinya inflasi karena adanya kekakuan struktur perekonomian terutama di negara-negara berkembang.

e. Cara mengatasi inflasi 

Inflasi dapat diatasi dengan tiga kebijakan pemerintah, yaitu:

Kebijakan moneter: Adapun yang termasuk dalam kebijakan moneter, yaitu Politik diskonto, adalah politik bank sentral untuk memengaruhi peredaran uang dengan cara menaikkan dan menurunkan tingkat bunga; Politik pasar terbuka adalah dengan cara membeli dan menjual surat-surat berharga; Politik persediaan kas adalah politik bank sentral dengan cara menaikkan dan menurunkan persentase persediaan kas .

Kebijakan fiskal: Adapun yang termasuk dalam kebijakan fiskal adalah pengaturan pengeluaran pemerintah dan peningkatan tarif pajak. 

Page 7: Cara Mengatasi Inflasi

Nonmoneter: Kebijakan ini dapat ditempuh dengan cara peningkatan produksi, kebijakan upah, dan pengawasan harga.

Mengatasi Inflasi di Indonesia Melalui Kebijakan Pemerintah

Salah satu cara mengatasi inflasi dengan kebijakan pemerintah yaitu melalui kebijakan fiskal dan/ kebijakan moneter. Cara ini dilakukan pemerintah agar tidak menyebabkan dampak inflasi seperti meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (pengertian inflasi), menjadi tidak meluas. Karena inflasi dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sebaliknya, kebijakan yang diambil juga harus dapat mencegah penyebab inflasi maupun timbulnya deflasi.

Contoh kebijakan fiskal pemerintah, misalnya adalah menurunkan pungutan pajak secara dinamis, menaikkan insentif bagi dunia usaha yang melakukan perdagangan internasional, kebijakan ekspor-impor yang secara positif dapat menurunkan tingkat inflasi, kebijakan pembangunan infrastruktur yang tidak menekan dunia usaha, dll. Dampak positifnya, dapat meningkatkan gairah sektor-sektor industri yang pada akhirnya penyerapan tenaga kerja meningkat; bukan justru memperbanyak PHK dan pengangguran.

Sementara, kebijakan moneter dapat mendorong pertumbuhan perekonomian jika dapat mengatasi inflasi menjadi tidak lebih tinggi. Bank Indonesia umumnya mengandalkan jumlah uang yang beredar dan/ tingkat suku bunga dalam mengendalikan harga. Selain itu, Bank Indonesia juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik dan kurs rupiah terhadap mata uang asing, terutama dollar (USD).

Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi negara, yang pada akhirnya memberikan manfaat positif bagi peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Pentingnya pengendalian inflasi yang tinggi dan tidak stabil, dapat memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Sekali lagi, untuk mengatasi inflasi, pemerintah dan Bank Indonesia melalui kebijakan moneter, contohnya menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sampai dengan suku bunga dasar kredit perbankan. Jadi, moment ini gue pergunakan untuk investasi deposito dan tidak mengambil kredit di bank, yup.

Page 8: Cara Mengatasi Inflasi

Cara Mengatasi Inflasi, Deflasi, dan, Pengangguran

Cara mengatasi inflasi:

1.  pemerintah berusaha menekan inflasi serendah-rendahnya karena inflasi tidak dapat dihapuskan sama sekali.

2.  Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga.

3.  Kebijakan moneter dengan cara bank sentral untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar sehingga akan terjadi perubahan jumlah uang yang beredar.

4.  Memperkuat Politik diskonto (discount policy), yaitu politik bank sentral untuk mempengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikan dan menurunkan tingkat bunga.

5.  Kebijakan Pasar Terbuka (open market policy) yaitu dengan jalam membeli atau menjual surat-surat berharga.

6. menentukan cash ratio yaitu angka perbandingan minimum antara uang tunai yang dimiliki oleh bank umum dengan jumlah uang giral (cek.giro dan sebagainya) yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan.

Page 9: Cara Mengatasi Inflasi

7. Menurunkan cadangan minimum sehingga jumlah uang yang beredar cenderung naik dan sebaliknya jika cadangan minimum dinaikan jumlah uang yang beredar cenderung turun.

Kebijakan fiskal

1.       Pengaturan Pengeluaran Pemerintah

2.       Menaikan Tarif Pajak

3.       Mengadakan Pimjaman Pemerintah

Kebijakan Non-Moneter

a)               Menaikan Hasil Produksi

b)               Kebijakan upah adalah tindakan menstabilkan upah dan gaji dengan cara gaji tidak sering dinaikan.

c)               Pengaman harga dan distribusi barang

. Menghitung Laju Inflasi

1. GNP Deflator

GNP Deflator adalah rasio GNP (Gross National Product) nominal pada tahun tertentu terhadap GNP riil pada tahun tersebut.

Page 10: Cara Mengatasi Inflasi

2. Indeks Harga Konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI)

3.       Indeks Harga Produsen (IHP)

4.       4. Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).

5.       5. Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.

6.       6. Indeks harga barang-barang modal

Page 11: Cara Mengatasi Inflasi

Cara Mengatasi Deflasi

1.       menurunkan tingkat suku bunga.

2.       memberikan stimulus ekonomi berupa bantuan likuiditas ke sektor bisnis.

3.       Pemerintah juga dapat memotong pajak dan meningkatkan belanjanya sendiri untuk menggairahkan perekonomian.

4.       Dari sisi Bank Sentral, pemerintah juga dapat meningkatkan peredaran uang di masyarakat dengan membeli surat hutang sektor swasta dan menukarkannya dengan uang tunai.

5.       Kebijakan Moneter

a)      Politik Diskonto

b)      Kebijakan Pasar Terbuka

c)      Politik Persediaan Kas (cash ratio policy)

d)     Perubahan Cadangan Minimum

2. Kebijakan Fiskal

a)      Pengaturan Pengeluaran Pemerintah

b)      Menurunkan Tarif Pajak

c)      Mengadakan Pimjaman Pemerintah

Page 12: Cara Mengatasi Inflasi

3. Kebijakan Non-Moneter

b)      Kebijakan Upah

a)      Menurunkan Hasil Produksi

1.         Memperluas kesempatan kerja

3.         Meningkatkan kualitas kerja  dari tenaga  kerja yang  ada, sehingga mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan keadaan.

         Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja

         Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari

tempat dan sektor yang kelebihan ke tempat dan sektor

ekonomi yang kekurangan

isi  formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan

         Mengadakan  pelatihan  tenaga  kerja  untuk  meng

Page 13: Cara Mengatasi Inflasi

         Segera mendirikan industri padat karya di wilayah

yang mengalami pengangguran.

mendirikan industri- industri baru, terutama yang bersifat padat karya

         Deregulasi  dan  debirokratisasi  di  berbagai  bida

ng  industri  untuk merangsang timbulnya investasi baru

seperti home industry

         Menggalakkan pengembangan sektor informal,

         Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap

tenaga kerja di sektor agraris dan sektor formal lainnya.

         Pembukaan  proyek-

         Pemberian informasi cepat jika ada lowongan kerja

di sektor lain, dan

         Melakukan pelatihan di bidang ketrampilan lain untuk

memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.

Page 14: Cara Mengatasi Inflasi

         Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap

         Meningkatkan daya beli masyarakat.

barang dan jasa, dan

1.      Mendorong majunya pendidikan

2.      Meningkatkan latihan kerja untuk memenuhi kebutuhan ketrampilan seperti tuntutan

industri modern

3.      Meningkatkan dan mendorong kewiraswastaan

4.      Mendorong terbukanya kesempatan usaha-usaha informal

5.      Meningkatkan usaha transmigasi

6.      Meningkatkan pembangunan dengan sistem padat karya

7.      Mengintensifkan program keluarga berencana

8.      Membuka kesempatan bekerja ke luar negeri

Diposkan 3rd February 2013 oleh Siti Hajar

.

Bagus_Pu

Jumat, 11 Januari 2013

TUGAS MAKALAH PEDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENGARUH BUDAYA TERHADAP INFLASI KELOMPOK SANDANG DI INDONESIA

Page 15: Cara Mengatasi Inflasi

TUGAS MAKALAH PEDIDIKAN KEWARGANEGARAANPENGARUH BUDAYA TERHADAP INFLASI KELOMPOK SANDANG DI INDONESIA

Evi trihidayati (047)Yuldhika bagus purbiatmoko(134)Muhamad nur aprianto(013)Linda setyo pratiwi(145)Priyasminingsih(046)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat TUHAN YME yang telah memberikan hidayahnya kepada kami sehingga

dapat menyelesaikan makalah dengan tema ”PENGARUH BUDAYA TERHADAP INFLASI

KELOMPOK SANDANG DI INDONESIA “, guna memenuhi tugas Pendidikan

kewarganegaraan. Dimana Inflasi berasal dari luar negeri (imported inflation) adalah inflasi yang

terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini biasa terjadi akibat biaya produksi

barang diluar negeri tinggi atau adanya kenaikan tariff impor barang.

Penularan inflasi dari luar negeri kedalam negeri bisa pula terjadi melalui kenaikan harga

barang-barang ekspor dan saluran-salurannya, hanya sedikit berbeda dengan penularan lewat

kenaikan harga barang-barang impor dan juga bisa disebabkan oleh warga negara indonesia

sendiri yang sanga menyukai barang import dari pada barang lokal di indonesia.

Dalam penyusunan makalah ini, tentunya kami mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu

tidak lupa kami sampaikan ucapan terimakasih kepada pihak yang terkait dalam penyusunan

makalah diskusi ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah diskusi ini masih banyak kekurangan, baik

dari segi bahasa maupun yang lain, jauh dari sempurna. Untuk itu penulis memohon maaf.

Page 16: Cara Mengatasi Inflasi

Maka dari itu, demi sempurnanya makalah ini, penulis mohon kritik dan saran yang membangun

dari pembaca. Semoga makalah ini nanti dapat bermanfaat bagi siapa saja, khususnya bagi kami

sendiri.

Semarang,30 Desember 2012

Page 17: Cara Mengatasi Inflasi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................ 1

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................................................ 3

Tema :

PENGARUH BUDAYA TERHADAP INFLASI KELOMPOK SANDANG DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 4

A.    LatarBelakang.......................................................................................................................... 4

B.     RumusanMasalah..................................................................................................................... 4

C.     TujuanPenulisanMakalah......................................................................................................... 4

D.    ManfaatPenulisanMakalah....................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 5

BAB III PENUTUPAN............................................................................................................ 11

A.    Kesimpulan.............................................................................................................................. 11

B.     Saran........................................................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 13

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Page 18: Cara Mengatasi Inflasi

Banyaknya warga negara Indonesia yang lebih menyukai barang import dari pada barang

lokal, sehingga mengakibatkan barang-barang local kurang diminati, sehingga produsen barang

local mengalami persaingan dengan produsen barang import.

Jika keadaan ini terus berlangsung maka kelangsungan produsen barang local akan terancam

berhenti proses atau kegiatan produksinya.

Hal ini yang menyebabkan inflasi kelompok sandang di Indonesia mengalami peningkatan yang

tajam dan juga berpengaruh pada jiwa nasionalisme yang semakin memprihatinkan, seharusnya

sebagai warga negara yang baik harus dapat mencintai produk dalam negeri.

B.     Tujuan

1)      Untuk mengetahui tingkat inflasi kelompok sandang di Indonesia.

2)      Untuk mengetahui cara menstabikan inflasi.

3)      Untuk mengetahui pengertian pengaruh budaya terhadap infllasi di Indonesia.

4)      Untuk mengetahui siapa yang dirugikan atas inflasi tersebut.

C.     Rumusan Masalah

1)      Pengertian inflasi

2)      Penyebab inflasi

3)      Mengapa warga Indonesia lebih suka barang import.

4)      Bagaimana pengaruh inflasi terhadap ekonomi Indonesia.

5)      Cara untuk mencegah inflasi. Atau menstabilkan

6)      Siapa yang paling dirugikan terhadap inflasi.

7)      Kapan inflasi akan naik dan turun.

D.    Manfaat Makalah

Manfaat Penulisan Makalah

Makalah diskusi ini disusun dengan harapan memberikan manfaat bagi para pembaca.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Inflasi

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara

umum dan terus - menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan

oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di

Page 19: Cara Mengatasi Inflasi

pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya

ketidak lancaran distribusi barang, dengan kata inflasi juga merupakan lain proses menurunnya

nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-

rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan

inflasi. Inflasi adalah indicator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses

kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah

inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat

sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua

yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.

Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat,

dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10%

setahun; inflasi sedang antara 10% — 30% setahun; berat antara 30% — 100% setahun; dan

hiper inflasi lebih dari 100%.

B.     Penyebab Inflasi

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas

/uang /alattukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan/ atau distribusi

(kurangnya produksi (product or service) dan / atau juga termasuk kurangnya distribusi. Untuk

sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran Negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral),

sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran Negara dalam kebijakan eksekutor

yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) sepertifiskal (perpajakan / pungutan

/ insentif / disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll. Sedangkan inflasi

kelompok sandang disebabkan oleh sebab yang pertama, yaitu tarikan permintaan terhadap

barang impor yang semakin melonjak tinggi.

Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total

yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi

permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat

tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan

bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan

terhadap factor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi,

inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang

Page 20: Cara Mengatasi Inflasi

bersangkutan dalam situasi fullemployment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan

volume likuiditas dipasar yang berlebihan.

C.    Warga Indonesia lebih suka barang Impor

Warga Indonesia lebih suka memakai barang impor dikarenakan mereka lebih

mementingkan prestise (gengsi).

Tidak memungkiri juga bila warga Negara Indoesia menyukai barang impor dikarenakan

kebanyakan barang impor mengutamakan kualitas, terkadang model barang yang digunakan

berbagai kreasi menarik untuk konsumen.

Mereka dari pada memperhatikan inflasi akibat perbuatan mereka yang lebih memilih

brang import dari pada barang lokal di Negaranya sendiri dengan seperti itu maka secara

otomatis permintaan barang produk Negara sendiri akan mengalami penurunan dan itu sangat

menghambat pertumbuhan ekonomi nasional. Sehingga daya beli masyarakat rendah terhadap

barang sehingga hasil produksi banyak yang tidak sampai ke masyarakat akibatnya masyarakai

tidak bisa sejahtera.

Sebagian besar masyarakat yang memilih mengkonsumsi barang impor memiliki

alasan untuk dapat memberi kepuasan tersendiri bagi dirinya sekaligus sebagai status sosial yang

secara tidak langsung akan tersandang baginya jika mengkonsumsi barang-barang impor.

D.    Pengaruh Inflasi terhadap perekonomian Indonesia

Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara,

mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif,

kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, deficit neraca pembayaran, dan

merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

Proses produksi dalam penggunaan faktor-faktor produksi menjadi tidak efesien pada saat

terjadi inflasi . Perubahan daya beli masyarakat yang berdampak terhadap struktur permintaan

masyarakat terhadap beberapa jenis barang.

Inflasi bias menyebabkan kenaikan produksi. Biasanya dalam keadaan inflasi kenaikan

harga barang akan mendahului kenaikan gaji, halini yang menguntungkan produsen bila laju

inflasi terlalu tinggi akan berakibat turunnya jumlah hasil produksi, dikarenakan nilai riil uang

Page 21: Cara Mengatasi Inflasi

akan turun dan masyarakat tidak senang memiliki uang tunai, akibatnya pertukaran dilakukan

antara barang dengan barang.

E.     Cara menstabilkan Inflasi

Bila terjadi inflasi, Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan

inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada

tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam

artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral, termasuk

pemerintah. Sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen, salah

satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter

untuk mendorong perekonomian – justru akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.

Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga

sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban

mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah

mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat

ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh

Bank Indonesia.

Cara mengendalikan Inflasi:

Usaha untuk mengatasi terjadinya inflasi harus dimulai dari penyebab terjadinya inflasi

supaya dapat dicari jalan keluarnya. Secara teoritis untuk mengatasi inflasi relative mudah, yaitu

dengan cara mengatasi pokok pangkalnya, mengurangi jumlah uang yang beredar.

Kesadaran akan cinta tanah air dan produk dalam negeri, akan memberikan dampak

tersendiri bagi mereka yang masih mengkonsumi barang-barang impor.

Ada baiknya pengusaha dalam negeri meningkatkan kualitas serta kreatifitas produknya

sehingga dapat menarik minat masyarakat sekaligus dapat menyaingi pasar internasional.

F.     Pihak yang dirugikan Inflasi

a.       Para konsumen, karena harus membayar lebih mahal, sehingga barang yang diperoleh lebih

sedikit jika dibandingkan dengan sebelum terjadinya inflasi.

b.      Mereka yang berpenghasilan tetap, karena dengan penghasilan tetap, naiknya harga barang-

barang dan jasa, mengakibatkan jumlah barang-barang dan jasa yang dapat dibeli menjadi lebih

Page 22: Cara Mengatasi Inflasi

sedikit, sehingga pendapatan riil / nyata berkurang, sedangkan kenaikan penghasilan atau

pendapatan pada saat terjadi inflasi sulit diharapkan.

c.       Para pemborong atau kontraktor, karena harus mengeluarkan tambahan biaya agar dapat

menutup pengeluaran-pengeluaran yang diakibatkan terjadinya inflasi dan mengakibatkan

berkurangnya keuntungan yang diperoleh dari proyek yang dikerjakan.

d.      Para pemberi pinjaman / kreditor, karena nilai riil dari pinjaman yang telahdi berikan menjadi

lebih kecil sebagai akibat terjadinya inflasi. Misalnya, sebeluminflasi, pinjamanRp 500.000,00 =

25 gram emas, sesudahinflasi = 20 gram emas.

e.       Para penabung, karena pada saat inflasi bunga yang diperoleh dari tabungan dirasakan lebih

kecil jika dibandingkan dengan kenaikan harga yang terjadi. Di samping itu akibat naiknya harga

barang-barang dan jasa, nilai uang yang ditabung menjadi lebih rendah / turun, jika dibandingkan

dengan sebelum terjadi inflasi.

G.    Kapan Inflasi naik

Inflasi akan mengalami kenaikan apabila dijumpai hal-hal sebagai berikut:

1. harga barang pada umumnya akan naik terus-menerus

2. jumlah uang yang beredar melebihi kebutuhan

3. nilai uang mengalami penurunan

Inflasi menyebabkan daya beli masyarakat rendah terhadap barang sehingga hasil

produksi banyak yang tidak sampai ke masyarakat akibatnya masyarakai tidak bisa sejahtera dan

tidak bagus buat ekonomi negara

H.    Contoh nyata pada Inflasi Sandang

JAKARTA - Inflasi yang meningkat menjadi 0,16 persen terbesar dikarenakan kenaikan inflasi

sandang. Inflasi sandang pada Oktober 2012 menjadi sumber inflasi terbesar, dengan kisaran

0,94 persen.

"Kelompok sandang pada Oktober 2012 mengalami inflasi 0,94, atau terjadi kenaikan indeks

dari 141,19 pada september 2012 menjadi 142,52 pada Oktober 2012," ujar Kepala Badan Pusat

Statistik (BPS), Suryamin, di kantornya, Jakarta, Kamis (1/11/2012).

Data sub kelompok-sub kelompok ini, pada Oktober 2012 seluruhnya mengalami inflasi. Sub

kelompok sandang laki-laki 0,03 persen, subkelompok sandang wanita 0,06 persen, sandang

Page 23: Cara Mengatasi Inflasi

anak-anak 0,05 persen, sub kelompok barang pribadi, dan sandang lain 2,08 persen.

Kelompok ini pada Oktober secara keseluruhan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,08

persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan terhadap inflasi nasional adalah emas

perhiasan 0,08 persen.

Inflasi terjadi adanya kenaikan harga yang ditunjukan oleh kenaikan indeks beberapa kelompok

pengeluaran, yaitu kelompok makanan jadi, minuman rokok dan tembakau 0,38 persen,

kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,42 persen.

Sementara kelompok sandang 0,94 persen, kelompok kesehatan 0,25 persen, dan kelompok

pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,21 persen. Sedangkan kelompok yang mengalami deflasi,

yakni kelompok bahan makanan 0,43 persen dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa

keuangan 0,02 persen. (mrt)

Page 24: Cara Mengatasi Inflasi

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Jadi, dapat di simpulkan bahwa inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga

secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat

disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya

likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi,

Salah satu penyebab terjadinya inflasi yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas /

uang / alattukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan / atau distribusi

(kurangnya produksi (product or service) dan / atau juga termasuk kurangnya distribusi.

Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran Negara dalam kebijakan moneter

(Bank Sentral),

Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara,

mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif,

kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidak stabilan ekonomi, deficit neraca pembayaran, dan

merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

Proses produksi dalam penggunaan faktor-faktor produksi menjadi tidak efesien pada saat

terjadi inflasi . Perubahan daya beli masyarakat yang berdampak terhadap struktur permintaan

masyarakat    terhadap beberapa jenis barang. Inflasi bias menyebabkan kenaikan produksi.

Cara mengendalikan Inflasi:

Usaha untuk mengatasi terjadinya inflasi harus dimulai dari penyebab terjadinya inflasi

supaya dapat dicari jalan keluarnya. Secara teoritis untuk mengatasi inflasi relative mudah, yaitu

dengan cara mengatasi pokok pangkalnya, mengurangi jumlah uang yang beredar.

Kesadaran akan cinta tanah air dan produk dalam negeri, akan memberikan dampak

tersendiri bagi mereka yang masih mengkonsumi barang-barang impor.

Ada baiknya pengusaha dalam negeri meningkatkan kualitas serta kreatifitas produknya

sehingga dapat menarik minat masyarakat sekaligus dapat menyaingi pasar internasional.

Page 25: Cara Mengatasi Inflasi

Salah satu contoh nyata inflasi di Indonesia JAKARTA - Inflasi yang meningkat menjadi

0,16 persen terbesar dikarenakan kenaikan inflasi sandang. Inflasi sandang pada Oktober 2012

menjadi sumber inflasi terbesar, dengan kisaran 0,94 persen.

B.     Saran

Sebaiknya kita sebagai warga negara yang baik harus dapat mengembangkan dan

mencintai produk dalam negeri sehingga tingkat inflasi akan berkurang. Sekaligus dengan kita

bersikap seperti itu dapat menambah penghasilan bagi negara Indonesia , dan untuk produsen

lokal , mulailah untuk tetap mengutamakan kualitas dan membuat inovasi - inovasi baru sehngga

dapat menarik konsumen.

INFLASI

 

PENYEBAB INFLASI

            Dari uraian tentang jenis-jenis inflasi dapat diidentifikasikan faktor-faktor penyebab terjadinya inflasi sebagai berikut:

1.Naiknya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa

Ketika pemerintah menaikkan gaji pegawai negeri sipil(PNS), biasanya diikuti dengan kenaikan permintaan barang dan jasa. Bila kenaikan besarnya permintaan ini tidak diimbangi dengan penambahan volume barang dan jasa di pasar, maka hal ini akan berakibat pada naiknya harga barang dan jasa. Kenaikan gaji PNS ini pada dasarnya mengidikasikan adanya kenaikan jumlah uang yang beredar. Jenis inflasi ini disebut demand-pull inflation

2.Kenaikan biaya produksi

Pada waktu pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), maka harga barang-barang di pasar juga akan meningkat. Karena kenaikan harga BBM berdampak pada kenaikan

Page 26: Cara Mengatasi Inflasi

biaya produksi, akibatnya perusahaan juga menaikkan harga jual barang dan jasanya. Disini terjadi cost-push inflation.

3. Defisit anggaran belanja (APBN)

Defisit APBN yang ditutup dengan percetakan uang baru oleh Bank Indonesia, akan berakibat pada bertambahnya jumlah uang beredar, Dimana hal ini akan berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa.

4. Menurunnya nilai tukar rupiah

Menurunnya nilai tukar terhadap valuta asing, seperti US dollar, Yen, Deutche Mark, akan berdampak pada semakin mahalnya barang-barang produksi impor. Hal ini berakibat pada kenaikan biaya produksi.

DAMPAK INFLASI

1. Dampak Postitif Inflasi

Apabila inflasi yang terjadi ringan, akan mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu

Meningkatkan pendapatan nasional Membuat orang bergairah untuk bekerja, Menabung dan mengadakan investasi. Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena

pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam.

Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar).

2.  Dampak Negatif Inflasi

Adapun dampak – dampak pada saat terjadi inflasi yang tak terkendali (hiperinflasi), antara lain:

Orang menjadi tidak bersemangat bekerja, menabung, mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Masyarakat enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Walaupun tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat

Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu. 

Page 27: Cara Mengatasi Inflasi

Dari berbagai dampak yang timbul tersebut muncul berbagai pihak yang di untungkan dan pihak yang di rugikan sebagai dampak adanya inflasi. Pihak-pihak tersebut antara lain:

Pihak Yang Diuntungkan:

a)      Para pengusaha yang pada saat sebelum terjadinya inflasi, telah memiliki stock/persediaan produksi barang yang siap dijual dalam jumlah besar.

a.)     Para pedagang yang dengan terjadinya inflasi menggunakan kesempatan memainkan harga barang. Cara yang dipakai adalah dengan menaikkan harga, karena ingin mendapatkan laba/keuntungan yang besar.

b.)     Para spekulan yaitu orang-orang atau badan usaha yang mengadakan spekulasi, dengan cara menimbun barang sebanyak-banyaknya sebelum terjadinya inflasi dan menjualnya kembali pada saat inflasi terjadi, sehingga terjadinya kenaikan harga sangat menguntungkan mereka.

c.)    Para peminjam karena pinjaman telah diambil sebelum harga barang-barang naik, sehingga nilai riil-nya lebih tinggi daripada sesudah inflasi terjadi, tetapi peminjam membayar kembali tetap sesuai dengan perjanjian yang dibuat sebelum terjadi inflasi.

Pihak  Yang Dirugikan:

a.)    Para konsumen, karena harus membayar lebih mahal, sehingga barang yang diperoleh lebih sedikit jika dibandingkan dengan sebelum terjadinya inflasi.

b.)    Mereka yang berpenghasilan tetap, karena dengan penghasilan tetap, naiknya harga barang-barang dan jasa, mengakibatkan jumlah barang-barang dan jasa yang dapat dibeli menjadi lebih sedikit, sehingga pendapatan riil/nyata berkurang, sedangkan kenaikan penghasilan atau pendapatan pada saat terjadi inflasi sulit diharapkan.

c.)    Para pemborong atau kontraktor, karena harus mengeluarkan tambahan biaya agar dapat menutup pengeluaran-pengeluaran yang diakibatkan terjadinya inflasi dan mengakibatkan berkurangnya keuntungan yang diperoleh dari proyek yang dikerjakan.

d.)   Para pemberi pinjaman/kreditor, karena nilai riil dari pinjaman yang telah diberikan menjadi lebih kecil sebagai akibat terjadinya inflasi.

 

CARA MENGATASI INFLASI

Dalam menyikapi inflasi agar tidak berkepanjangan dan tidak berpengaruh yang besar terhadap kondisi perekonomian Indonesia, maka pemerintah melakukan berbagai kebijakan antara lain

a.      Kebijakan Moneter.

Page 28: Cara Mengatasi Inflasi

     Kebijakan moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional dengan cara mengubah jumlah uang yang beredar. Pemerintah Indonesia lebih banyak menggunakan pendekatan moneter dalam upaya mengendalikan tingkat harga umum. Pada umumnya pendekatan moneter dipakai untuk mengatasi inflasi jangka pendek.

Kebijakan ini meliputi:

Politik diskonto dan bunga pinjaman: Dengan mengurangi jumlah uang yang beredar, dapat dilakukan dengan cara menaikan suku bunga bank, hal ini diharapkan permintaan kredit akan berkurang.

Politik pasar terbuka: Bank sentral menjual obligasi atau surat berharga ke pasar modal untuk menyerap uang dari masyarakat dan dengan menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga jumlah uang beredar dapat dikurangi dan laju inflasi dapat lebih rendah.

Peningkatan cash ratio: Menaikkan cadangan uang kas yang ada di bank sehingga jumlah uang bank yang dapat dipinjamkan kepada debitur/masyarakat menjadi berkurang. Hal ini berarti dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.

Kredit selektif, politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara memperketat pemberian kredit.

Penanggulangan inflasi yang sangat parah (hyper inflation) ditempuh dengan cara melakukan sneering (pemotongan nilai mata uang). Sneering ini pernah dilakukan oleh BI pada tanggal 13 Desember 1965 yang melakukan pemotongan nilai mata uang pecahan Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 1,00, pada saat itu inflasi mencapai 650%.    

b. Kebijakan Fiskal

    Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang berhubungan dengan finansial pemerintah. Bentuk kebijakan ini antara lain:

Pengurangan pengeluaran pemerintah, sehingga pengeluaran keseluruhan dalam perekonomian bisa dikendalikan.

 Menaikkan pajak, akan mengakibatkan penerimaan uang masyarakat berkurang dan ini berpengaruh pada daya beli masyarakat yang menurun, dan tentunya permintaan akan barang dan jasa yang bersifat konsumtif tentunya berkurang.

Mengadakan pinjaman pemerintah, misalnya pemerintah memotong gaji pegawai negeri 10% untuk ditabung, ini terjadi pada masa orde lama

c. Kebijakan Non- Moneter

         Kebijakan Non-Moneter dapat dilakukan dengan cara menaikan hasil produksi, kebijakan upah dan pengawasan harga dan distribusi barang.

Menaikan hasil produksi, cara ini cukup efektif mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah barang konsumsi tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar.

Kebijakan upah, merupakan upaya menstabilkan upah/gaji, dalam pengertian bahwa upah tidak sering dinaikan karena kenaikan yang relatif sering dilakukan akan meningkatkan

Page 29: Cara Mengatasi Inflasi

daya beli dan pada akhirnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan dan pada akhirnya akan menimbulkan inflasi.

Pengawasan harga dan distribusi barang, dimaksudkan agar harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang dilakukan pemerintah dalam menetapkan harga tertinggi (harga eceran tertinggi/HET). Pengendalian harga yang baik tidak akan berhasil tanpa ada pengawasan. Pengawasan yang baik biasanya akan menimbulkan pasar gelap. Untuk menghindari pasar gelap maka distribusi barang harus dapat dilakukan dengan lancar.  

Kebijakan yang berkaitan dengan output.  Kenaikan jumlah output  dapat dicapai misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Dengan bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung akan menurunkan harga.Kebijakan penentuan harga dan indexing ini dilakukan dengan penentuan ceiling price.

d. Kebijakan Sektor Riil

Pemerintah menstimulus bank untuk memberikan kredit lebih spesifik kepada UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Contohnya bank BRI mencanangkan tahun ini sebagai Microyear.

Menekan arus barang impor dengan cara menaikkan pajak. Menstimulus masyarakat untuk menggunakan produk dalam negeri.

 

Page 30: Cara Mengatasi Inflasi

Upaya Mengatasi Inflasi di Indonesia

 

Upaya Mengatasi Inflasi di Indonesia Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro

Dosen Pengampu : S.L Triyaningsih, SE.MM

 Janis Arifiantika (11210030)

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SLAMET RIYADI

SURAKARTA

2011/ 2012

 BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Salah satu permasalahan ekonomi makro yang timbul di Indonesia adalah masalah

Inflasi. Inflasi bukan hanya terjdi di Indonesia tetapi juga terjadi di negara-negara maju maupun

berkembang.

Page 31: Cara Mengatasi Inflasi

Masalah Inflasi dipilih karena pernah terjadi di Indonesia. Untuk mengetahui tinggi

rendahnya Inflasi maka digunakan indeks harga. Menurut Indikator Ekonomi, BPS, Mei, tahun

1989, laju Inflasi di 17 kota di Indonesia yaitu pada tahun 1988 terlihat bahwa Inflasi tertinggi

terjadi di kota Ambon. Dibanding Negara-negara lain di dunia, Indonesia tidak terlalu buruk.

Untuk Negara-negara berkembang di Asia menunjukkan laju Inflasi di Indonesia paling baik,

sementara dibandingkan Negara-negara Asean keadaan Inflasi Indonesia paling jelek.

Inflasi di Indonesia perlu diperbaiki untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat

Indonesia. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi Inflasi yaitu dengan menekan laju

pertumbuhan jumlah uang yang beredar atau mengurangi jumlah uang yang beredar.

Dengan adanya masalah Inflasi yang di bahas dalam program studi Akuntansi, penulis

berharap dapat mendalami mata kuliah Ekonomi Makro sekaligus dapat memberikan

pengetahuan kepada pembaca tentang masalah-masalah Inflasi yang pernah terjadi di Indonesia.

Masalah Inflasi pernah dibahas dalam beberapa referensi yang ada. Namun penulis ingin

membahas lebih dalam mengenai masalah Inflasi yang pernah terjadi di Indonesia melalui

beberapa buku referensi yang ada.

  B.    

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1.      Mengapa Inflasi terjadi di Indonesia?

2.      Mengapa pemerintah menekan laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar dalam mengatasi

masalah Inflasi?

3.      Mengapa pemerintah mengurangi jumlah uang yang beredar dalam mengatasi masalah Inflasi?

4.      Bagaimana cara pemerintah dalam menerapkan penaggulangan Inflasi?

C.     Tujuan Penulisan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah

sebagai berikut :

1.      Mendeskripsikan penyebab Inflasi yang pernah terjadi di Indonsia.

2.      Mendeskripsikan alasan pemerintah menekan laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar dalam

mengatasi masalah Inflasi.

Page 32: Cara Mengatasi Inflasi

3.      Mendeskripsikan alasan pemerintah mengurangi jumlah uang yang beredar dalam mengatasi

masalah Inflasi.

4.      Mendeskripsikan cara pemerintah dalam menerapkan penaggulangan Inflasi.

 BAB II

KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A.    Pengertian Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari tingkat harga untuk naik secara umum dan terus

menerus. Bukan hanya satu atau dua barang saja yang naik, melainkan harga dari sebagian besar

barang dan jasa, kenaikan bukan hanya satu kali saja tetapi secara terus menerus. Kenaikan

harga-harga seperti pada saat musiman, menjelang hari-hari besar atau yang terjadi sekali bukan

termasuk inflasi. Kenaika harga seperti ini tidak dianggap masalah dan tidak memerlukan

kebijaksanaan khusus untuk menanggulinya. (Boediono, 1998:155; M. Suparmoko 1991:187)

Tetapi ada suatu keadaan dimana adanya kenaikan harga yang tidak dicacat oleh Biro

Statistic, hal ini terjadi karena adanya harga-harga bebas atau tidak resmi yang harganya lebih

tinggi dari harga-harga resmi yang ditetapkan oleh pemerintah. Keadaan seperti ini disebut

suppressed inflation atau inflasi yang ditutupi, yang pada suatu saat akan terbukti karena ada

harga-harga resmi yang tidak sesuai dengan kenyataan. (Boediono, 1998:155)

B.     Macam-macam Inflasi

1.      Berdasarkan laju Inflasi

a.         Inflasi ringan (kurang dari 10% per tahun)

Page 33: Cara Mengatasi Inflasi

b.        Infasi sedang (antara 10-30% per tahun)

c.         Inflasi berat (antara 30-100% per tahun)

d.        Hiperinflasi (diatas 100% per tahun)

Pembedaan inflasi atas parah atau tidaknya berguna untuk mengetahui dampak dari

inflasi yang bersangkutan. Apabila inflasi ringan justru mempunyai dampak positif, dalam arti

dapat mendorong perekonomian untuk berkembang lebih baik yaitu:

a.         Meningkatkan pendapatan nasional.

b.       

3 Membuat orang menjadi semangat dalam bekerja.

c.         Ada insentif untuk bekerja.

d.        Menabung.

e.         Mengadakan investasi.

Tetapi sebaliknya apabila terjadi hiperinflasi, keadaan perekonomian menjadi kacau balau.

Orang menjadi tidak bersemangat dalam bekerja, menabung, mengadakan investasi, maupun

produksi. Hal ini disebabkan harga meningkat sangat cepat, sedangkan para penerima

pendapatan tetap. Para penerima pendapatan seperti pegawai negeri dan swasta akan kewalahan

dalam mengimbangi kenaikan barang dan jasa, sehingga taraf hidup menjadi merosot. (M.

Suparmoko, 1991:188-189)

Demikian pula para pengusaha yang menghasilkan barang dan jasa. Pada saat barang

akan siap untuk dijual, harga jual tersebut tidak dapat menutup biaya. Sehingga para pemilik

modal berspekulasi dengan membeli barang, kemudian menyimpannya, dan menjualnya pada

saat harga barang sudah lebih tinggi. Orang juga semakin enggan menabung dan digantikan

dengan Hoarding. Hoarding yaitu menyimpan dalam bentuk barang bukan uang. Hal ini sama

yang dilakukan oleh para investor, yaitu membeli, menyimpan, dan kemudian menjualnya pada

saat harga barang itu sudah naik. Para investor yang melakukan hal tersebut tidak akan rugi

dengan adanya inflasi. (M. Suparmoko, 1991:189)

2.      Berdasarkan Penyebabnya

a.       Inflsi Tarikan Permintaan (Demand Full Inflation)

Inflasi tarikan permintaan adalah inflasi yang disebabkan oleh adanya tarikan permintaan

terhadap barang dan jasa. Biasanya inflasi ini timbul karena adanya pembelanjaan defisit atau

Page 34: Cara Mengatasi Inflasi

anggaran belanja pemerintah yang defisit (Defisit Financing). Anggaran belanja yang defisit

adalah anggaran belanja dimana pendapatan Negara lebih kecil daripada belanja Negara. Untuk

menutup defisit pemerintah mencetak uang. Dengan pencetakan uang itu maka akan terjadi

inflasi. (M. Suparmoko, 1991:193)

Ada penyabab lain terjadinya inflasi tarikan permintaan yaitu apabila permintaan

agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian atau dengan

menarik harga keatas untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan agregat. (M.

Suparmoko, 1991:193)

b.      Inflasi Penawaran/ Inflasi Dorongan Biaya (Cost-Push Inflation)

Inflasi penawaran atau sering disebut sebagai inflasi dorongan biaya. Inflasi Dorongan

Biaya (wage push inflation) adalah inflasi yang ditimbulkan karena desakan kenaikan biaya

produksi, terutana kenaikan biaya tenaga kerja atau upah buruh. (M. Suparmoko, 1991: 193)

Apabila kaum buruh bersatu untuk menuntut kenaikan gaji atau upah, dan perusahaan

mengabulkannya, maka gaji akan naik. Tetapi perusahaan tidak mau rugi, tentu perusahaan akan

mencari sumber dana untuk menutup biaya tenaga kerja yang lebih tinggi. Cara yang baik dan

masuk akal adalah dengan menaikkan harga jual. (M. Suparmoko, 1991: 193)

c.       Inflasi Spiral (Spiral Inflation)

Inflasi ini sama dengan Inflasi Penawaran. Dengan adanya kenaikan harga maka para

buruh akan merasakaanya dan mereka akan menuntut kenaikan gaji lagi. Apabila permintaan

tersebut dikabulkan oleh perusahaan harga akan naik lagi dan begitu seterusnya. Dengan adanya

hal tersebut akan terjadi Inflasi Spiral. (M. Suparmoko, 1991: 193)

3.      Berdasarkan asalnya

a.       Inflasi Yang Berasal Dari Dalam Negeri

Hal ini timbul karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan yang

baru. (Boediono, 1998:158)

b.      Inflasi Yang Berasal Dari Luar Negeri

Inflasi yang timbul Karena kenaikan harga-harga di luar negeri/ di negara-negara

langganan berdagang Negara kita. (Boediono, 1998:158)

Penularan inflasi dari luar ataupun dari dalam mudah terjadi pada Negara-negara yang

perekonimiannya terbuka seperti Indonesia, korea, Taiwan, Singapura, Malaysia dsb). Namun

Page 35: Cara Mengatasi Inflasi

seberapa parah inflasi yang ditularkan tergantung pada kebijaksanaan pemerintah yang di ambil.

Dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan moneter dan perpajakan tertentu pemerintah dapat

mengendalikan kecenderungan inflasi yang berasal dari luar negeri. (Boediono, 1998:158)

Inflasi yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri bisa melalui barang yang

diimpor maupun diekspor. Kenaikan harga dari luar negeri ke dalam negeri melalui kenaikan

harga barang-barang ekspor :

1.        Bila harga barang ekspor naik, maka indeks biaya hidup akan naik pula sebab barang-barang ini

langsung masuk daftar barang-barang yang tercakup dalam indeks harga.

2.        Bila harga barang naik, ongkos produksi akan naik dan kemudian harga jualnya akan naik pula.

3.        Kenaikan harga barang-barang ekspor naik maka penghasilan eksportir akan naik

4.        Kenaikan harga dari luar negeri ke dalam negeri melalui kenaikan harga barang-barang impor

5.        Secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagian dari barang-barang yang tercakup

didalamnya berasal dari impor.

6.        Sara tidak angsung menaikkan biaya produksi karena bahan mentah dan mesin yang diimpor.

7.        Secara tidak langsung menimbulkan kenaikan dalam negeri karena kenaikan harga barang-

barang impor mengakibatkan kenaikan pngeluaran pemeritah/ swasta. (Boediono, 1998:158-159)

C.     Timbulnya Inflasi

Salah satu penyebab timbulnya inflasi adalah pemerintah mencetak uang terlalu banyak.

Alasan pemerintah mencetak uang terlalu banyak karena pemerintah membutuhkan uang untuk

operasi keamanan, adanya pertarungan politik diantara golongan-golongan politik didalam

negeri. Untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya inflasi, merumuskannya kemudian

melaksanakan kebijaksanaan untuk menaggulanginya yaitu dengan mempertimbangkan

beberapa teori :

1.      Teori Kuantitas

Teori kuantitas mengenai inflasi mengatakan bahwa penebab utama dari inflasi adalah

pertambahan jumlah uang yang beredar dan “psikologi” masyarakata mengenai harga- harga

dimasa mendatang. Tambahan jumlah uang yang beredar sebesar x% bisa menumbuhkan inflasi

kurang dari x%, sama dengan x% atau lebih besar dari x%, tergantung kepada apakah

masyarakat tidak mengharapkan harga naik lagi, akan naik tidak lebih buruk daripada sekarang

atau masa-masa lampau, atau akan naik lebih cepat dari sekarang atau masa-masa lampau.

(Boediono, 1998:169)

Page 36: Cara Mengatasi Inflasi

2.      Teori Keynes

Teori Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup diluar batas

kemampuan ekonomisnya. Teori menyoroti bagaimana perebutan rezeki antara golongan-

golongan masyarakat bisa menimbulkan permintaan agregat yang lebih besar daripada jumlah

barang yang tersedia. Selama infantionary gap tetap ada, selama itu pula proses inflasi

berkelanjutan. Teori ini menarik karena menyoroti peranan system distribusi pendapatan dalam

proses inflasi dan menyarankan hubungan antara inflasi dan factor-faktor non-ekonomis.

(Boediono, 1998:159)

3.      Teori Strukturalis

Teori strukturalis adalah tori inflasi jangka panjang karena menyoroti sebab-sebab inflasi

yang berasal dari kekuatan struktur ekonomi, khususnya kebutuhan bahan makanan dan barang

ekspor. Karena sebab-sebab structural pertambahan produksi barang-barang ini terlau lambat

dibanding dengan pertumbuhan kebutuhannya, sehingga menaikkan bahan makanan dan

kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya, adalah kenaikan harga-harga lain, sehingga terjadi inflasi.

Inflasi semacam ini tidak dapat teratasi hanya dengan cara yang biasa , tetapi harus dengan

pembangunan sektor bahan makanan dan ekspor. (Boediono, 1998:159)

D.    Dampak Inflasi

1.      Dampak terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan

Distribusional utama dari inflasi berasal dari perbedaan bentuk aktiva dan kewajiban

yang dimiliki oleh masyarakat. Pada saat terjadi inflasi maka suku bunga bank akan ikut naik dan

hal ini akan berdamapak pada pendapatan bunga masyarakat. Hal ini akan merugikan bank

karena nilai uang waktu sebelum inflasi dan setelah inflasi akan berbeda. Hal ini harus

diantisipasi oleh bank sebelum terjad inflasi dan segera melakukan penyesuaian yaitu dengan

memperkirakan. Misalnya suku bunga 3%, apabila diperkirakan harga-harga meningkat 9% per

tahun maka suku bunga akan menjadi 12%. (Samuelson, Paul A, dan William D. Dord Baus,

1995: 314-315)

2.      Pengaruh pada output dan efisiensi ekonomi

a.       Dampak Pada Perekonomian Secara Makro

Pengaruh pertama adalah terhadap tingkat output keseluruhan. Inflasi yang tinggi

biasanya berjalan seiring dengan kesempatan kerja output yang tinggi pula. Peningkatan inflasi

muncul pada saat terjadi investasi yang sangat cepat, dan pekerjaan berlimpah. Inflasi dapat

Page 37: Cara Mengatasi Inflasi

berhubungan dengan output dan kesempatan kerja yang tinggi ataupun yang rendah. (Samuelson,

Paul A, dan William D. Dord Baus, 1995: 315)

b.      Dampak Pada Perekonomian Secara Mikro

Dampak secara mikro yaitu terhadap efisiensi ekonomi. Semakin tinggi laju inflasi,

semakin tingg pula distorsi terhadap harga-harga relative. Distorsi terjadi pada saat harga-harga

keluar dari garis relative terhadap biaya dan pemintaan. (Samuelson, Paul A, dan William D.

Dord Baus, 1995: 315-316)

E.     Cara Penaggulangan Inflasi

1.      Menekan laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar

Dengan pendekatan gradual kebijakan yang ditempuh adalah dengan sedikit pengurangan

laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar. Tindakan ini akan mengurangi laju peningkatan

harga, tetapi juga akan menambah tingkat pengangguran. (M. Suparmoko, 1991: 199)

2.      Mengurangi jumlah uang yang beredar

Cara penaggulangan inflasi yang kedua yaitu dengan pendekatan secara drastic dengan

mengurangi jumlah uang yang beredar. Pengambil kebijakan berusaha menghilangkan inflasi

secara cepat. Dengan mengurangi jumlah uang yang beredar akan menciptakan suatu resesi yang

hebat dan inflasi akan menurun sedikit saja. Hal ini terjadi karena penurunan kesempatan kerja

yang drastic yang membarengi turunnya laju inflasi, justru akan menyebabkan tingkat upah

meningkat. Dengan bertambahnya tingkat pengangguran, maka upah untuk golongan pekerja

yang memiliki keahlian khusus akan semakin tinggi harganya. (M. Suparmoko, 1991: 199)

Pedekatan ini akan mendorong turunnya tingkat inflasi sehinga jumlah produksi nasional

dan tingkat kesempatan tingkat kerja menjadi pulih pada tingkat kesempatan kerja penuh. (M.

Suparmoko, 1991: 199)

3.      Kebijakan penghasilan (income policy)

Kebijakan penghasilan adalah kebijakan yang mencoba megurangi kenaikan tingkat upah

secara epat. Penekanan tingkat upah secara cepat baik dengan perundang-undangan atau dengan

himbauan (persuasion). Misalnya pemerintah dapat mengadakan pengawasan upah dan

pengawasan harga (wage and price control), atau pemerintah dapat menghimbau para pimpinan

organisasi buruh tersebut. Hanya saja ada bahayanya, apabila kebijakan itu dilaksanakan terlalu

lama, sehingga akan terjadi suatu alokasi yang salah dari factor-fktor produksi. (M. Suparmoko,

1991: 200)

Page 38: Cara Mengatasi Inflasi

4.      Kebijakan Insenif Perpajakan (Tax Incentive Plan)

Pemerintah akan mengenakan pajak tambahan terhadap perusahaan-perusahaan yang

menaikkan tingkat upah, dan justru mengurangi pajak terhadap perusahaan yang tidak

melakukan kenaikan tingkat upah. Cara ini dapat diterima oleh Negara-negara maju, tetapi untuk

Negara berkembang belum bisa melakukannya. Hal ini disebabkan tingkat upah di negara-negara

berkembang masih sangat rendah dan sangat tertinggal dengan kenaikan harga barang. (M.

Suparmoko, 1991: 200)

Untuk berhasilnya kebijakan penghasilan dan insentif perpajakan guna menaggulangi

inflasi, sebaiknya harus ditempuh pula dengan kebijakan yamg menekan permintaan agregat.

Sebagai contoh pada tahun 1968 telah ditempuh kebijakan pengehamatan melalui anggaran

belanja pemerintah, hanya pengeluaran-pengeluaran yang perlu saja yang boleh dilaksanakan.

Dengan cara ini kebutuhan uang tunai untuk transaksi akan berkurang dan akan membantu

menekan kenaikan harga pada umumnya. (M. Suparmoko,1991: 200)

 BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Inflasi adalah kecenderungan dari tingkat harga untuk naik secara umum dan terus

menerus. Bukan hanya satu atau dua barang saja yang naik, melainkan harga dari sebagian besar

barang dan jasa, kenaikan bukan hanya satu kali saja tetapi secara terus menerus.

Inflasi dibagi menjadi beberapa macam yaitu berdasarkan laju Inflasi (inflasi ringan,

inflasi sedang, inflasi berat, dan hiperinflasi), berdasarkan penyebabnya (inflasi permintaan dan

inflasi penawaran), berdasarkan asalnya (inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang

berasal dari luar negeri).

Page 39: Cara Mengatasi Inflasi

Untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya inflasi, merumuskan inflasi kemudian

melaksanakan kebijaksanaan untuk menaggulangi inflasi yaitu dengan mempertimbangkan

beberapa teori yaitu teori kuantitas, teori keynes, teori strukturalis.

Inflasi berdampak pada perekonomian. Dampak yang pertama, yaitu dampak terhadap

distribusi pendapatan dan kekayaan. Dampak yang kedua yaitu pengaruh pada output dan

efisiensi ekonomi, meliputi dampak perekonomian secara makro maupun dampak pada

perekonomian secara mikro.

Untuk menanggulangi inflasi ada beberapa cara yang dapat ditempuh oleh pemerintah

yaitu dengan menekan laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar, mengurangi jumlah uang

yang beredar, kebijakan penghasilan (income policy), dan kebijakan insenif perpajakan (tax

incentive plan).

  B.    

12 Saran

Inflasi yang paling mungkin terjadi di Indonesia adalah inflasi yang berasal dari luar

negeri. Hal ini disebabkan Indonesia banyak mengimpor barang dan jasa dari luar negeri. Dalam

menangani laju inflasi pemerintah seharusnya menetapkan kebijaksanaan fiskal dan

kebijaksanaan moneterDengan begitu laju pertumbuhan inflasi di Indonesia dapat dikendalikan.

DAFTAR PUSTAKA Boediono, 1998, Ekonomi Makro, BPFE, Yogyakarta.

M. Suparmoko, 1991, Pengantar Ekonomi Makro, BPFE, Yogyakarta.

Samuelson, Paul A, dan William D. Dord Baus, 1995, Makro Ekonomi, Erlangga, Jakarta.

11 

Page 40: Cara Mengatasi Inflasi

BAB II

PEMBAHASAN

A.                   Pengertian Inflasi

1.      Kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan secara terus-menerus. (Boediono, 1985: 161)

2.      Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus selama periode tertentu. (Nopirin, 1990: 25)

3.      Suatu keadaan dimana terjadi senantiasa turunnya nilai uang. (Mannullang, 1993: 83)4.      Inflasi terjadi apabila tingkat harga-harga dan biaya-biaya umum naik, harga beras, bahan bakar,

harga mobil naik, tingkat upah, harga tanah, dan semua barang-barang modal naik. (Samuelson dan Nordhaus, 1993: 293)

Inflasi mempunyai pengertian sebagai sebuah gejala kenaikan harga barang yang bersifat

umum dan terus-menerus. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga secara terus-menerus yang

bersumber dari terganggunya keseimbangan antara arus uang dan barang. Dari pengertian ini,

inflasi mempunyai penjelasan bahwa inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi

kenaikan harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi tidak hanya

di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia. Kenaikan harga ini

berlangsung secara berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga barang tersebut jika

tidak ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan – penyimpangan yang menyebabkan

terjadinya inflasi tersebut.

Perlu diingat bahwa kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi.

Page 41: Cara Mengatasi Inflasi

B.                    Penggolongan Inflasi

1. Berdasarkan Parah Tidaknya Inflasi

Inflasi Ringan (Di bawah 10% setahun)

Inflasi Sedang

Inflasi Berat ( antara 50-100% setahun)

Hiper Inflasi (di atas 100% setahun)

Laju inflasi dapat berbeda antar asatu Negara dengan Negara lainnya atau dalam satu Negara

dalam waktu yang berbeda. Atas dasar besarnya laju inflasi maka Inflasi dapat di bagi ke dalam

tiga kategori yaitu :

-Inflasi merayap (creeping Inflation)

Di tandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun). Kenaikan harga berjalan

secara lambat, dengan persentase yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama.

-Inflasi Menengah (galloping Inflation)

Ditandai dengan laju inflasi yang cukup besar dalam waktu yang relatif pendek serta

mempunyai sifat akselerasi (harga dalam waktu mingguan atau bulanan) efeknya terhadap

perekonomian lebih besar daripada inflasi yang merayap (creeping inflation)

-Inflasi tinggi (Hyper inflation)

Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali lipat.

Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang sebab nilai uang merosot dengan

tajam sehingga perputaran uang semakin cepat dan harga naik secara akselerasi. Biasanya

keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja yang dibelanjakan

dan ditutupi dengan mencetak uang.

Page 42: Cara Mengatasi Inflasi

2. Berdasar Sebab musabab awal dari Inflasi

      Demand Inflation, karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat

      Cost Inflation, karena kenaikan biaya produksi

a.           Inflasi permintaan (Demand Inflasi) yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai

barang bertambah terlalu kuat akibat tingkat harga umum naik (misalnya karena bertambahnya

pengeluaran perusahaan).

b. Inflasi biaya (cost-Push inflation)

Inflasi jenis ini timbul karena kenaikan ongkos produksi. Inflasi ini dikenal dengan istilah cost-

push inflation atau supply inflation. Untuk lebih jelasnya simak baik-baik kurva di atas. Apabila

ongkos produksi ini misalnya disebabkan kenaikan harga alat-alat produksi yang didatangkan

dari luar negeri atau kenaikan bahan mentah maupun bahan baku.

c. inflasi campuran

Kedua mmacam inflasi yang telah dijelaskan di atas jarang sekali di jumpai dalam praktik

sehari-hari. Pada umumnya, inflasi yang terjadi di berbagai negara merupakan campuran dari

kedua macam inflasi tersebut. Inflasi campuran merupakan campuran antara inflasi permintaan

(demand-pull inflation) dan inflasi biaya (cost-push inflation).

2. Berdasar asal dari inflasi

Domestic Inflation, Inflasi yang berasal dari dalam negeri

Page 43: Cara Mengatasi Inflasi

Domestic Inflation (inflasi domestik) adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestik).

Kenaikan harga disebabkan karena adanya perilaku masyarakat maupun perilaku pemerintah

dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan. Kenaikan harga-harga tejadi secara absolut yang

berdampak terjadinya inflasi atau semakin meningkatnya angka (laju) inflasi.

Imported Inflation, Inflasi yang berasal dari luar negeri

Imported Inflation adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan

harga dari luar negeri. Kenaikan harga di dalam negeri terjadi karena dipengaruhi oleh kenaikan

harga dari luar negeri terutama barang-barang impor atau kenaikan bahan baku industri yang

masih belum dapat diproduksi di dalam negeri. Kenaikan Indeks Harga Luar Negeri (IHLN)

akan mengakibatkan kenaikan pada Indeks Harga Umum (IHU) dan Indeks Harga Dalam Negeri

(IHDN) yang secara otomatis ikut mempengaruhi laju pertumbuhan inflasi di dalam negeri.

C. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Inflasi

1.  Jumlah uang beredar

Menurut sudut pandang kaum moneteris jumlah uang beredar adalah faktor utama yang di

tuding sebagai penyebab timbulnya inflasi di setiap Negara berkembang, tidak terkecuali di

Indonesia. Di Indonesia jumlah uang beredar ini lebih banyak diterjemahkan dalam konsep

narrow money (MI). Hal ini terjadi karena masih adanya tanggapan, bahwa uang dikuasai hanya

merupakan bagian dari likuiditasi perbankan. Sejak tahun 1976 presentase uang kuartal yang

beredar (48,7%) lebih kecil daripada presentase jumlah uang giral yang beredar

(51,3%).sehingga mengindikasikan bahwa telah terjadi proses modernisasi di sektor moneter

Indonesia juga mengindikasikan bahwa semakin sulitnya proses pengendalian jumlah uang

beredar di Indonesia, dan semakin meluasnya moneterisasi dalam kegiatan perekonomian

subsisten, akibatnya memberikan kecenderungan meningkatnya laju inflasi. Menurut data yang

dihimpun dalam Laporan Bank Dunia menunjukan laju pertumbuhan rata-rata jumlah uang

Page 44: Cara Mengatasi Inflasi

beredar di Indonesia pada periode tahun 1980-1992 relatif tinggi jika dibandingkan dengan

Negara-negara ASEAN lainnya (kecuali Filipina).kenaikan jumlah uang beredar di Indonesia

pada tahun 1970-an sampai awal tahun 1980-an lebih disebabkan oleh pertumbuhan kredit

likuiditas dan defisit anggaran belanja pemerintah. Pertumbuhan ini dapat merupakan efek

langsung dari kebijakan Bank Indonesia dalam sector keuangan (terutama dalam hal penurunan

reserve requirement)

2.  Defisit Anggaran Belanja Pemerintah

Seperti halnya yang umum terjadi pada Negara berkembang, anggaran belanja pemerintah

Indonesia pun sebenarnya mengalami defisit, meskipun Indonesia menganut prinsip anggaran

berimbang. Defisitnya anggaran belanja ini banyak sekali disebabkan oleh hal-hal yang

menyangkut keterangan struktural ekonomi Indonesia, yang acap kali menimbulkan kesenjangan

antara kemauan dan kemampuan untuk membangun. Selama pemerintahan Orde lama defisit

anggaran belanja ini acapkali di biaya dari dalam negeri dengan cara melakukan pencetakan

uang baru, mengingat orientasi kebijaksanaan pembangunan ekonomi yang inward looking

policy, sehingga menyebabkan tekanan inflasi yang hebat, tetapi sejak era Orde Baru, defisit

anggaran belanja ini di tutup dengan pinjaman luar negeri yang nampaknya relatif aman terhadap

tekanan inflasi.

Dalam era pemerintahan Orde baru, kebutuhan terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi

yang telah dicanangkan sejak Pembangunan Jangka Panjang, menyebabkan kebutuhan dana

untuk melakukan pembangunan sangat besar. Dengan mengingat bahwa potensi mobilisasi dana

pembangunan dari masyarakat (baik dari sektor tabungan masyarakat maupun pendapatan pajak)

di dalam negeri pada saat itu yang sangat terbatas (belum berkembang), juga kemampuan sector

swasta yang terbatas dalam melakukan pembangunan, menyebabkan pemerintah harus berperan

sebagai motor pembangunan. Hal ini menyebabkan pos pengeluaran APBN menjadi lebih besar

daripada penerimaan rutin. Artinya, peran pengeluaran pemerintah dalam investasi tidak dapat di

imbangi dengan penerimaan, sehingga menimbulkan kesenjangan antara pengeluaran dan

penerimaan Negara, atau dapat dikatakan telah defisit struktural dalam keuangan Negara.

Pada saat terjadinya oil booming, era tahun 70-an, pendapatan pemerintah di sector migas

meningkat pesat, sehingga jumlah uang primer pun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan

kemampuan pemerintah untuk berekspansi investasi di dalam negeri semakin meningkat.

Page 45: Cara Mengatasi Inflasi

Dengan kondisi tingkat pertumbuhan produksi domestic yang relatif lebih lamban akibat

kapasitas produksi nasional yang masih berada dalam keadaan under-employment, peningkatan

permintaan (investasi) pemerintah menyebabkan terjadi relokasi sumberdaya dari masyarakat ke

pemerintah, seperti yang terkonsep dalam analisis Keynes tentang inflasi. Hal inilah yang

menyebabkan timbulnya tekanan inflasi. Tetapi, sejak berubahnya orientasi ekspor Indonesia ke

komoditi non migas, sejalan dengan merosotnya harga minyak bumi di pasar ekspor (sejak

1982), menyebabkan kemampuan pemerinntah untuk membiayai pembangunan nasional

semakin berkurang pula, sehingga pemerintah tidak dapat lagi mempertahankan posisinya

sebagai penggerak (motor) pembangunan. Dengan kondisi seperti ini, menyebabkan secara

bertahap peran sebagai penggerak utama pembangunan nasional, dengan demikian sumber

tekanan inflasi pun beralih dari pemerintah ke non pemerintah (swasta). Tekanan inflasi pada

periode ini lebih di sebabkan oleh meningkatnya tingkat agresifitas sektor swasta dalam

melakukan ekspansi usaha, yang didukung oleh perkembangan sektor perbankan yang semakin

ekspansif pula. Dengan kondisi sumberdaya modal domestic yang masih saja relatif terbatas,

maka pinjaman luar negeri yang sifatnya komersial maupun non komersial pun semakin

meningkat. Peran pemerintah ini dapat dimaklumi karena kemampuan swasta nasional dalam

pembangunan infrastruktur ekonomi masih sangat terbatas.

Penyebab Inflasi, dapat dibagi menjadi :

1.                     Demand Side Inflation, yaitu disebabkan oleh kenaikan permintaan agregat yang

melebihi kenaikan penawaran agregat

2.                     Supply Side Inflation, yaitu disebabkan oleh kenaikan penawaran agregat yang

melebihi permintaan agregat

3.                     Demand Supply Inflation, yaiti inflasi yang disebabkan oleh kombinasi antara

kenaikan permintaan agregat yang kemudian diikuti oleh kenaikan penawaran agregat,sehingga

harga menjadi meningkat lebih tinggi

4.                     Supressed Inflation atau Inflasi yang ditutup-tutupi, yaitu inflasi yang pada suatu

waktu akan timbul dan menunjukkan dirinya karena harga-harga resmi semakin tidak relevan

dalam kenyataan.

Page 46: Cara Mengatasi Inflasi

D.  Efek Yang Ditimbulkan Dari Inflasi

1. Efek terhadap pendapatan (Equity Effect)

Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang di

untungkan dengan adanya Inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan

oleh adanya inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp. 500.000,00 per

tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan pendapatan riil

sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp.50.000,00

2. Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect)

Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi

melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong

terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan alokasi

faktor produksi menjadi tidak efisien.

3. Efek terhadap Output (Output Effect)

Dalam menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effect) digunakan suatu

anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap

distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.

4. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi.

Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakan perkembangan ekonomi. Biaya yang

terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik

modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara lain tujuan ini

dicapai dengan pembeli harta-harta tetap setiap tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena

pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, investasi produktif

akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak

pengangguran akan terwujud.

Page 47: Cara Mengatasi Inflasi

5. Inflasi dan Kemakmuran masyarakat.

Disamping menimbulkan efek buruk di atas kegiatan ekonomi Negara, inflasi juga akan

menimbulkan efek-efek berikut kepada individu masyarakat :

a. Inflasi akan menimbulkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.

b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.

c. Memperburuk pembagian kekayaan.

E.  Cara Mencegah Inflasi

1. Kebijakan Moneter

Kebijakan ini adalah kebijakan yang berasal dari bank sentral dalam mengatur jumlah uang

yang beredar melalui instrument-instrumen moneter yang dimiliki oleh bank sentral. Melalui

instrument ini diharapkan peredaran uang dapat diatur dan inflasi dapat di kendalikan sesuai

dengan yang telah ditargetkan sebelumnya. Terdapat tiga kebijakan yang dapat di tempuh bank

sentral dalam mengatur inflasi :

a.   Kebijakan Diskonto.

 Kebijakan diskonto (discount policy) adalah kebijakan bank sentral untuk mempengaruhi

peredaran uanng dengan jalan menaikkan dan menurunkan tingkat bunga. Kaitannya dengan

bank syari'ah yaitu dengan jalan menaikkan dan menurunkan tingkat nisbah bagi hasil.

b.   Operasi Pasar Terbuka. 

Yaitu dengan jalan membeli dan menjual surat-surat berharga.

c.    Kebijakan Persediaan Kas (cash ratio policy).

Yaitu kebijakan bank sentral untuk mempengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan

dan menurunkan presentasi persediaan kas dari bank.

2. kebijaksanaan Fiskal

Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serrta

perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian

akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan

Page 48: Cara Mengatasi Inflasi

fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat

mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.

3. Kebijaksanaan yang berkaitan dengan Output.

Kenaikan Output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai

misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung

meningkat. Bertambahnya jumlah barang didalam negeri cenderung menurunkan harga.

4. kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing.

Ini dilakukan dengan penentuam ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga tertentu

untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik

maka gaji/upah juga dinaikan.

5.  Kebijakan Lain

 1.  Peningkatan Produksi. 

Meski jumlah uang beredar bertambah jika di iringi dengan peningkatan produksi, maka tidak

akan menyebabkan inflasi. Bahkan hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan

ekonomi.

2.  Kebijakan Upah. 

Inflasi dapat diatasi dengan menurunkan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable

income) masyarakat.

3. Pengawasan Harga. 

Kecenderungan dinaikkannya harga oleh pengusaha dapat diatasi dengan adanya pengawasan

harga pasar.

6.  Perbaikan Prilaku Masyarakat

Dalam mengatasi inflasi, selain kebijakan-kebijakan di atas perlu adanya perbaikan prilaku

masyarakat. Sesungguhnya stabilitas nilai mata uang tidak didasarkan kepada zat mata uang,

sehingga berefek pada tindakan revolusioner yang mengubah seluruh zat mata uang dari kertas

ke logam mulia emas dan perak, melainkan dengan perbaikan perilaku ekonomi manusia yang

berada di sekitar mata uang tersebut.

Page 49: Cara Mengatasi Inflasi

Ciri kerusakan mata uang dînâr-dirham dan mata uang kertas adalah sama, yakni sama-sama

diakibatkan oleh perilaku ekonomi yang destruktif. Mata uang dînâr-dirham pernah rusak karena

penimbunan dan pemalsuan, sedangkan mata uang kertas pernah rusak karena pembungaan dan

spekulasi. Krisis moneter di akhir tahun sembilan puluhan dan krisis global yang terjadi baru-

baru ini, bersumber dari pembungaan dan spekulasi tersebut.

Sedangkan menurut M. Hatta[2] setidaknya ada tujuh kebijakan moneter Islam yang dapat

mengendalikan inflasi baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu: Dinar dan dirham

sebagai mata uang, hukum jual beli mata uang asing, hukum pertukaran mata uang, hukum

bunga, hukum pasar modal, hukum perbankan, hukum pertukaran internasional, dan otoritas

kebijakan moneter

F.  Cara Mengatasi Inflasi

Untuk mengatasi terjadinya Inflasi, bisa dilakukan kebijakan uang ketat meliputi :

1. Peningkatan tingkat suku bunga

2. Penjualan surat berharga

3. Peningkatan cadangan Kas

4. Pengetatan pemberian kredit

Dalam pemulihan makro ekonomi, tim ekonomi pemerintah harus mampu menciptakan

kestabilan makro ekonomi, dengan menekan inflation rate menjadi single digit, sekitar 8%.

Makro ekonomi yang menyangkut tiga komponen yaitu interest rate, inflation rate dan exchange

rate, yang semuanya saling tergantung dan saling mempengaruhi satu sama lain. Di sisi lain,

dengan diturunkannya BI rate, hal tersebut berpengaruh pada turunnya suku bunga perbankan

dan akan mendorong investor menanamkan investasi lebih banyak. Aktivitas perekonomian terus

berputar. Dengan demikian akan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar secara

bertahap, sehingga pendapatan masyarakat akan ikut naik. Dalam rangka menungkatkan iklim

investasi secara nasional guna menanggulangi dan meningkatkan di sektor riil.

Page 50: Cara Mengatasi Inflasi

G. Peran Bank Sentral

Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu

negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar.

Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa

kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral -termasuk pemerintah. Hal

ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen

-- salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan

moneter untuk mendorong perekonomian -- akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.

Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga

sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban

mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah

mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat

ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh

Bank Indonesia.

Page 51: Cara Mengatasi Inflasi

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga secara umum dan terus

menerus atau penurunan nilai mata uang. Indonesia merupakan salah satu Negara

berkembang yang pernah terkena dampak Krisis Ekonomi Global. Pada tahun 1998

Indonesia benar – benar merasakan dahsyatnya goncangan krisis financial yang

merembet pada kepercayaan. Setelah itu Ekonomi Indonesia mulai bergerak dan

bangkit kembali, namun pada tahun 2004 perlahan kondisi Ekonomi Indonesia

mulai merasakan tekanan kembali yang merupakan imbas dari kenaikan harga

minyak dunia dengan diumumkannya kenaikan harga BBM oleh Menteri Koordinator

Abu Rizal Bakri pada tanggal 1 Maret 2004. Dan baru – baru ini kenaikan BBM

kembali terjadi tepatnya pada tanggal 21 Juni 2013 lalu.

Semenjak peristiwa kenaikan BBM tersebut, Indonesia benar – benar

mengalami inflasi. bukan hanya harga BBM yang melambung namun harga barang

– barang pokok pun ikut melambung. Hal ini cukup membuat beban masyarakat

Indonesia semakin berat. Walaupun dengan adanya BLSM, Masyarakat tidak dapat

sepenuhnya memenuhi kebutuhan pokoknya. Selain itu turunnya nilai mata uang

rupiah juga dirasakan oleh semua orang, Khususnya masyarakat golongan

menengah ke bawah.

Dalam pembahasan kali ini, penulis akan membahas bahasan pokok masalah

“inflasi” utamanya yang terjadi di Indonesia.

B.       Rumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang masalah tersebut diatas maka masalah yang

dapat di rumuskan yaitu :

-          Seperti apa inflasi yang terjadi di Indonesia?

-          Apa yang menyebabkan inflasi di Indonesia?

Page 52: Cara Mengatasi Inflasi

-          Bagaimana pengendalian yang dilakukan oleh Pemerintah menyangkut inflasi yang

terjadi di Indonesia?

Page 53: Cara Mengatasi Inflasi

C.      Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk memaparkan hasil tinjauan penulis

tentang terjadinya inflasi di Indonesia.

Page 54: Cara Mengatasi Inflasi

BAB II

LANDASAN TEORI

A.      Pengertian Inflasi

Menurut ilmu Ekonomi, inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga

barang yang bersifat secara umum dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama

atau terus – menerus ( continue ). Inflasi juga memiliki definisi sebagai suatu proses

menurunnya nilai mata uang suatu Negara secara continue, dalam definisi ini inflasi

bukan hanya tinggi - rendahnya harga, artinya tingkat harga yang tinggi belum

tentu menunjukkan inflasi. Sedangkan menurut salah satu para ahli yaitu Ekonom

Parkin dan Bade menyimpulkan inflasi merupakan pergerakan ke arah atas dari

tingkatan harga. Secara mendasar ini berhubungan dengan harga, hal ini bisa juga

disebut dengan berapa banyaknya uang (rupiah) untuk memperoleh barang

tersebut.

B.       Penyebab Inflasi

Inflasi selalu dihubungkan dengan jumlah uang yang beredar. Ada beberapa

teori yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya inflasi yaitu :

a.         Teori Kuantitas

Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi, tetapi dalam

perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para ahli ekonomi

Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model kaum moneteris

(monetarist models). Teori ini menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan

harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya

inflasi. Inti dari teori ini adalah sebagai berikut :

-             Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uang

kartal maupun giral.

-            Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar  dan oleh

harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang.

Page 55: Cara Mengatasi Inflasi

b.        Keynesian Model

Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi karena

masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga

menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang (permintaan

agregat) melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (penawaran agregat),

akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang

(penawaran agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi

tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Oleh

karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist, Keynesian models ini lebih

banyak dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek. Dengan

keadaan daya beli antara golongan yang ada di masyarakat tidak sama

(heretogen), maka selanjutnya akan terjadi realokasi barang-barang yang tersedia

dari golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang relatif rendah kepada

golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang lebih besar. Kejadian ini akan

terus terjadi di masyarakat. Sehingga, laju inflasi akan berhenti hanya apabila salah

satu golongan masyarakat tidak bisa lagi memperoleh dana (tidak lagi memiliki

daya beli) untuk membiayai pembelian barang pada tingkat harga yang berlaku,

sehingga permintaan efektif masyarakat secara keseluruhan tidak lagi melebihi

supply barang (inflationary gap menghilang).

c.         Mark-up Model

Pada teori ini dasar pemikiran model inflasi ditentukan oleh dua komponen,

yaitu cost of production dan profit margin. Relasi antara perubahan kedua

komponen ini dengan perubahan harga dapat dirumuskan sebagai berikut :

Price = Cost + Profit Margin

Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan sebagai suatu

prosentase tertentu dari jumlah cost of production, maka rumus tersebut dapat

dijabarkan menjadi :

Price = Cost + ( a% x Cost )

Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada komponen-komponen

yang menyusun cost of production dan atau penaikan pada profit margin akan

menyebabkan terjadinya kenaikan pada harga jual komoditi di pasar.

Page 56: Cara Mengatasi Inflasi

d.        Teori Struktural

Banyak study mengenai inflasi di negara-negara berkembang, menunjukan

bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena moneter, tetapi juga

merupakan fenomena struktural atau cost push inflation. Hal ini disebabkan karena

struktur ekonomi negara-negara berkembang pada umumnya yang masih bercorak

agraris. Sehingga, goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya

gagal panen (akibat faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat, bencana

alam, dan sebagainya), atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar

negeri, misalnya memburuknya term of trade; utang luar negeri; dan kurs valuta

asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik.

Fenomena struktural yang disebabkan oleh kesenjangan atau kendala

struktural dalam perekonomian di negara berkembang, sering disebut dengan

structural bottlenecks. Strucktural bottleneck terutama terjadi dalam tiga hal,

yaitu :

-            Supply dari sektor pertanian (pangan) tidak elastis.

Hal ini dikarenakan pengelolaan dan pengerjaan sektor pertanian yang masih

menggunakan metode dan teknologi yang sederhana, sehingga seringkali terjadi

supply dari sector pertanian domestik tidak mampu mengimbangi pertumbuhan

permintaannya.

-             Cadangan valuta asing yang terbatas (kecil) akibat dari pendapatan

ekspor yang lebih kecil daripada pembiayaan impor.

Keterbatasan cadangan valuta asing ini menyebabkan kemampuan untuk

mengimpor barangbarang baik bahan baku; input antara; maupun barang modal

yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan sektor industri menjadi terbatas pula.

Belum lagi ditambah dengan adanya demonstration effect yang dapat

menyebabkan perubahan pola konsumsi masyarakat. Akibat dari lambatnya laju

pembangunan sektor industri, seringkali menyebabkan laju pertumbuhan supply

barang tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan permintaan.

-            Pengeluaran pemerintah terbatas.

Hal ini disebabkan oleh sektor penerimaan rutin yang terbatas, yang tidak

cukup untuk membiayai pembangunan, akibatnya timbul defisit anggaran belanja,

Page 57: Cara Mengatasi Inflasi

sehingga seringkali menyebabkan dibutuhkannya pinjaman dari luar negeri ataupun

mungkin pada umumnya dibiayai dengan pencetakan uang (printing of money).

Dengan adanya structural bottlenecks ini, dapat memperparah inflasi di

Negara berkembang dalam jangka panjang, oleh karenanya fenomena inflasi di

negaranegara yang sedang berkembang kadangkala menjadi suatu fenomena

jangka panjang, yang tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang pendek.

Berbeda dengan kaum monetaris yang memandang inflasi sebagai fenomena

moneter, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam sektor moneter akibat

dari ekspansi jumlah uang beredar, kaum neo-structuralist menekankan pada

struktur sektor keuangan. Dasar pemikiran kaum neo-structuralist ini adalah

pengaruh uang terhadap perekonomian terutama ditransmisikan dari supply side

atau roduksi. Menurut pemikiran kaum neo-structuralist, uang merupakan salah

satu factor penentu investasi dan produksi. Bila jumlah uang yang tersedia untuk

investasi melimpah, menyebabkan harga uang (suku bunga) akan murah, maka

volume investasi akan meningkat. Dengan meningkatnya volume investasi, volume

produksi juga akan meningkat. Sehingga, penawaran barang meningkat, yang pada

gilirannya akan menekan tingkat inflasi. Dengan dasar pemikiran yang seperti ini,

timbul pendapat bahwa deregulasi di sektor finansial dan peningkatan jumlah uang

beredar akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi seraya menekan inflasi.

Kaum strukturalis berpendapat, bahwa selain harga komoditi pangan,

penyebab utama terjadinya inflasi di negara-negara berkembang adalah akibat

inflasi dari luar negeri (imported inflation). Hal ini disebabkan antara lain oleh harga

barangbarang impor yang meningkat di daerah asalnya, atau terjadinya devaluasi

atau depresiasi mata uang di negara pengimpor. Menurut kesimpulan dari

penelitian M.N. Dalal dan G. Schachter (1988), bila kontribusi impor terhadap

pembentukan output domestik sangat besar, yang artinya sifat barang impor

tersebut sangat penting terhadap price behaviour di negara importir, maka

kenaikan harga barang impor akan menyebabkan tekanan inflasi di dalam negeri

yang cukup besar. Selain itu, semakin rendah derajat kompetisi yang dimiliki oleh

barang impor (price inelastic) terhadap produk dalam negeri, akan semakin besar

pula dampak perubahan harga barang impor tersebut terhadap inflasi domestik.

C.      Jenis – Jenis Inflasi

Page 58: Cara Mengatasi Inflasi

Inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis dalam pengelompokan

tertentu, antara lain :

a.       Berdasarkan asalnya

inflasi digolongkan menjadi dua yaitu :

-           Inflasi yang berasal dari dalam Negeri ( Domestic Inflation ). yaitu inflasi yang

sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan pengelolaan perekonomian baik di sektor

riil ataupun di sektor moneter di dalam negeri oleh para pelaku ekonomi dan

masyarakat.

-           Inflasi yang berasal dari luar negeri ( Imported Inflation ), yaitu inflasi yang

disebabkan oleh adanya kenaikan harga-harga komoditi di luar negeri (di negara

asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara yang bersangkutan).

Inflasi ini hanya dapat terjadi pada negara yang menganut sistem perekonomian

terbuka (open economy system). Dan, inflasi ini dapat ‘menular’ baik melalui harga

barang-barang impor maupun harga barang-barang ekspor.

Terlepas dari pengelompokan-pengelompokan tersebut, pada kenyataannya

inflasi yang terjadi di suatu negara sangat jarang (jika tidak boleh dikatakan tidak

ada) yang disebabkan oleh satu macam / jenis inflasi, tetapi acapkali karena

kombinasi dari beberapa jenis inflasi. Hal ini dikarenakan tidak ada faktor-faktor

ekonomi maupun pelaku-pelaku ekonomi yang benar-benar memiliki hubungan

yang independen dalam suatu sistem perekonomian negara. Contoh : imported

inflation seringkali diikuti oleh cost push inflation, domestic inflation diikuti dengan

demand pull inflation, dan sebagainya.

b.      berdasarkan keparahannya

Inflasi apabila digolongkan berdasarkan tingkat keparahannya dibedakan menjadi 4,

yaitu :

-          Inflasi Ringan atau inflasi merangkak (creeping inflation), yaitu inflasi yang lajunya

kurang dari 10% per tahun, inflasi seperti ini wajar terjadi pada negara berkembang

yang selalu berada dalam proses pembangunan.

-          Inflasi Sedang, Inflasi ini memiliki ciri yaitu lajunya berkisar antara 10% sampai 30%

per tahun.Tingkat sedang ini sudah mulai membahayakan kegiatan ekonomi.Perlu

diingat laju inflasi ini secara nyata dapat dilihat garak kenaikan harga.Pendapatan

riil masyarakat terutama masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti

Page 59: Cara Mengatasi Inflasi

buruh ,mulai turun dan kenaikan upah selalu lebih kecil bila dibandingkan dengan

kenaikan harga.

-           Inflasi Berat, yaitu inflasi yang lajunya antara 30% sampai 100%.Kenaikan harga

sudah sulit dikendalikan.Hal ini diperburuk lagi oleh pelaku-palaku ekonomi yang

memanfaatkan keadaan untuk melakukan spekulasi.

-          Inflasi Liar (hyperinflation ), yaitu inflasi yang lajunya sudah melebihi dari 100% per

tahun. Inflasi ini terjadi bila setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat

sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus

merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hyperinflastion).

Page 60: Cara Mengatasi Inflasi

c.       Berdasarkan Penyebabnya

Penggolongan inflasi selanjutnya dapat dibedakan menurut penyebabnya yaitu

itu tarikan permintaan dan tarikan desakan ( tekanan ) biaya / produksi / distribusi.

Secara singkat sebab yang pertama ( tarikan permintaan ) lebih cenderung

dipengaruhi dari peran Negara dalam kebijakan moneter ( Bank Sentral ),

sedangkan sebab yang kedua lebih cenderung dipengaruhi dari peran Negara

dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah misalnya

Fiskal, kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dan lainnya.

a)         Tarikan permintaan

Hal ini terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana

biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan

yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat

tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa

mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut.

Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan

harga faktor produksi meningkat.

Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu

perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana

biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang

berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor

selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran

jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi

yang terjadi di sektor industri keuangan.

secara singkat tarikan permintaan ini terjadi akibat adanya kenaikan

pemintaan Agregat yang terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran

atau produksi Agregat.

b)        desakan biaya

hal terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya

kelangkaan distribusi, meskipun permintaan secara umum tidak ada perubahan

yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau

berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat

memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran,

Page 61: Cara Mengatasi Inflasi

atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk

tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri

bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi

(pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk

menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu

kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama

dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan

peranan yang sangat penting.

d.      Berdasarkan cakupan pengaruh terhadap harga

Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap

harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua

barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun,

apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu

disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan

inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan

meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai

uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).

Page 62: Cara Mengatasi Inflasi

BAB III

PEMBAHASAN

A.      Inflasi yang Terjadi di Indonesia

Seperti halnya yang terjadi pada negara-negara berkembang pada umumnya,

fenomena inflasi di Indonesia masih menjadi satu dari berbagai “penyakit” ekonomi

makro yang meresahkan pemerintah terlebih bagi masyarakat. Memang, menjelang

akhir pemerintahan Orde Baru (sebelum krisis moneter) angka inflasi tahunan dapat

ditekan sampai pada single digit, tetapi secara umum masih mengandung

kerawanan jika dilihat dari seberapa besar prosentase kelompok masyarakat

golongan miskin yang menderita akibat inflasi. Lebih-lebih setelah semakin

berlanjutnya krisis moneter yang kemudian diikuti oleh krisis ekonomi, yang

menjadi salah satu dari penyebab jatuhnya pemerintahan Orde Baru, angka inflasi

cenderung meningkat pesat (mencapai lebih dari 75 % pada tahun 1998), dan

diperparah dengan semakin besarnya presentase golongan masyarakat miskin.

Sehingga bisa dikatakan, bahwa meskipun angka inflasi di Indonesia termasuk

dalam katagori tinggi, tetapi dengan meninjau presentase golongan masyarakat

ekonomi bawah yang menderita akibat inflasi cukup besar, maka sebenarnya dapat

dikatakan bahwa inflasi di Indonesia telah masuk dalam stadium awal dari

hyperinflation.

contoh peristiwa Inflasi

a.       Pasca Kenaikan Harga BBM subsidi

Baru – baru ini Pemerintah Indonesia menaikkan harga BBM pada tanggal 21

Juni lalu. hal ini membuktikan bahwa bangsa kita benar – benar mengalami masalah

naiknya harga BBM. Hal ini terjadi dikarenakan permintaan masyarakat akan

konsumsi BBM melambung tinggi sementara stock atau persediaan BBM semakin

menipis. Berbagai upaya telah pemerintah lakukan untuk mengatasi krisis BBM ini,

awalnya pemerintah melakukan pembatasan pengguna BBM subsidi. pembatasan

ini dilakukan pada BBM premium yang menjadi sasaran utama oleh Pemerintah

kepada kendaraan dinas. namun usaha ini dapat dikategorikan gagal karena

terbukti masih banyak kendaraan dinas yang menikmati BBM subsidi yaitu dengan

cara membeli kepada pedagang eceran sehingga BBM non subsidi kurang laku di

pasaran. menanggapi pemakaian BBM subsidi yang diukur masih tinggi, Pemerintah

menaikkan harga BBM atau mngurangi jatah subsidi yang diberikan oleh

Page 63: Cara Mengatasi Inflasi

Pemerintah. Kenaikan harga BBM memperberat beban hidup masyarakat terutama

mereka yang berada di kalangan bawah dan juga para pengusaha, karena kenaikan

BBM menyebabkan turunnya daya beli masyarakat dan itu akan mengakibatkan

tidak terserapnya semua hasil produksi banyak perusahaan sehingga akan

menurunkan tingkat penjualan yang pada akhirnya juga akan menurunkan laba

perusahaan.

Naiknya harga BBM di indonesia diawali oleh naiknya harga minyak dunia.

yang membuat pemerintah tidak dapat menjual BBM kepada masyarakat dengan

harga yang sama dengan harga sebelumnya, karena hal itu dapat menyebabkan

pengeluaran APBN untuk subsidi minyak menjadi lebih tinggi. Maka pemerintah

mengambil langkah untuk menaikkan harga BBM.

Dan untuk mengimbangi masalah melonjaknya harga BBM setiap tahunnya,

pemerintah mengeluarkan kebijakan subsidi BBM. Kebijakan subsidi BBM (Bahan

Bakar Minyak) bertujuan mengatasi kelebihan beban APBN. Sebab jika tidak, APBN

dipastikan akan mengalami penurunan yang berdampak langsung pada mandeknya

pembangunan nasional.

Kenaikan BBM ini menimbulkan berbagai dampak yaitu meningkatnya harga

barang – barang baik barang pokok maupun jasa. meskipun Pemerintah telah

mengadakan program baru sementara yang berupa BLSM kepada masyarakat

miskin namun bantuan tersebut tidak dapat menutupi keseluruhan kekurangan –

kekurangan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari mereka. bahkan terbukti

terkadang BLSM tersebut masih melenceng dari masyarakat miskin. banyak

masyarakat miskin yang tidak menerima bantuan tersebut. selain itu daya beli

kebutuhan sehari – hari masyarakat berkurang karena uang yang biasanya cukup

untuk membeli seluruh kebutuhan – kebutuhan kini tidak cukup lagi untuk membeli

semua kebutuhan dikarenakan harganya terpaut melambung tinggi. apabila

kebutuhan – kebutuhan masyarakat kurang, maka dapat menyebabkan

meningkatnya tindakan – tindakan criminal sehingga keamanan lingkungan pun

akan menurun. kebijakan tersebut tidak hanya berimbas kepada kebutuhan pokok

namun berimbas juga kepada laju pertumbuhan ekonomi. pertumbuhan ekonomi

diperkirakan akan melamban dan daya saing akan menurun.

Apabila pemerintah ingin menaikkan harga BBM harusnya tidak langsung

melonjak seperti ini dikarenakan harga – harga barang pun ikut melambung tinggi.

seharusnya Pemerintah menaikkan harga BBM cukup per tahun atau dua tahun

Page 64: Cara Mengatasi Inflasi

sekali dinaikkan sebesar Rp500,- di tahun – tahun sebelumnya, sehingga harga –

harga barang kebutuhan pokok akan lebih terkendali.

b.      Krisis Moneter di Indonesia

Krisis moneter yang melanda negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia,

telah menyebabkan rusaknya sendi-sendi perekonomian nasional. Krisis moneter

menyebabkan terjadinya imported inflation sebagai akibat dari terdepresiasinya

secara tajam nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, yang selanjutnya

mengakibatkan tekanan inflasi yang berat bagi Indonesia. Fenomena inflasi di

Indonesia sebenarnya semata-mata bukan merupakan suatu fenomena jangka

pendek saja dan yang terjadi secara situasional, tetapi seperti halnya yang umum

terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang lainnya, masalah inflasi di

Indonesia lebih pada masalah inflasi jangka panjang karena masih

terdapatnyahambatan- hambatan struktural dalam perekonomian negara. Dengan

demikian, maka pembenahan masalah inflasi di Indonesia tidak cukup dilakukan

dengan menggunakan instrumen-instrumen moneter saja. Devaluasi menjadi

penyebab utama terjadinya krisis ekonomi di Asia dan akhirnya menimbulkan

masalah inflasi di dalam negeri. Inflasi merupakan masalah ekonomi makro yang

mempengaruhi perekonomiaan secara riil karena memberikan tekanan bagi

investasi dan menghalangi pertumbuhan ekonomi. Penelitian World Bank (World

Bank Institute Home Page, retrieve Februari 2000) mengenai inflasi dan

pertumbuhan di 127 negara antara tahun 1960-1992 menunjukkan adanya

hubungan yang erat antara tingkat inflasi dan penurunan pertumbuhan ekonomi.

Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa pada tingkat inflasi yang rendah-

menengah (20-40%) tidak secara langsung menyebabkan penurunan pertumbuhan

sedangkan tingkat inflasi diatas 40% merupakan inflasi yang sangat

membahayakan. Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas inflasi merupakan

masalah ekonomi makro yang perlu mendapat perhatian baik untuk mencari

penyebab maupun solusi untuk mengatasinya. Banyak pendapat yang mengatakan

bahwa inflasi di Indonesia lebih didominasi oleh penyebab non ekonomis.

Permasalahan penyebab ekonomis dan non ekonomis di Indonesia memang

menimbulkan kontroversi yang cukup tinggi. Aspek-aspek non ekonomis terkadang

memberikan pengaruh yang signifikan bagi perubahan-perubahan indikator

ekonomi.

Page 65: Cara Mengatasi Inflasi

Dalam tulisan ini, faktor-faktor non ekonomis dieliminir dan diasumsikan

tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada tingkat inflasi. Fenomena inflasi di

Indonesia sendiri memunculkan banyak pendapat mengenai sumber inflasi dan

aspek kausalitas. inflasi di Indonesia dipicu oleh Jumlah uang beredar yang

terlampau besar dan di sisi lain terdapat kelompok yang mengatakan bahwa inflasi

di Indonesia disebabkan karena ketergantungan Indonesia bagi barang impor. Sisi

kausalitas inflasi muncul karena inflasi itu tidak hanya merupakan akibat dari faktor

ekonomi namun juga dapat menyebabkan perubahan faktor ekonomi yang lain.

c.       Turunnya Nilai Riil Kekayaan Masyarakat

Inflasi menyebabkan turunnya nilai riil kekayaan masyarakat yang berbentuk

kas, karena nilai tukar kas tersebut akan menadi lebih kecil, karena secara nominal

harus menghadapi harga komoditi per satuan yang lebih besar. Sebagai misal, jika

uang Rp. 10.000,- tadinya bisa dibelikan 10kg beras yang berharga Rp.1000,-/kg,

maka setelah adanya inflasi uang Rp.10.000,- tersebut hanya dapat ditukarkan

dengan 5kg beras saja, karena sekarang harga beras menjadi lebih mahal

(Rp.2000,-/kg). Sebaliknya mereka yang memiliki kekayaan dalam bentuk aktiva

tetap (umumnya golongan ekonomi menengah ke atas) justru diuntungkan dengan

kenaikan harga akibat inflasi tersebut. Dengan demikian inflasi akan membuat

jurang kesenjang akan semakin lebar.

B.       Penyebab Timbulnya Inflasi di Indonesia

Apabila ditelaah lebih lanjut, terdapat beberapa faktor utama yang menjadi

penyebab timbulnya inflasi di Indonesia, yaitu :

a.       Jumlah uang beredar

Menurut sudut pandang kaum moneteris jumlah uang beredar adalah factor

utama yang dituding sebagai penyebab timbulnya inflasi di setiap negara, tidak

terkecuali di Indonesia. Di Indonesia jumlah uang beredar ini lebih banyak

diterjemahkan dalam konsep narrow money ( M1 ). Hal ini terjadi karena masih

adanya anggapan, bahwa uang kuasi hanya merupakan bagian dari likuiditas

perbankan.

Sejak tahun 1976 presentase uang kartal yang beredar (48,7%) lebih kecil

dari pada presentase jumlah uang giral yang beredar (51,3%). Sehingga,

mengindikasikan bahwa telah terjadi proses modernisasi di sektor moneter

Indonesia. Juga, mengindikasikan bahwa semakin sulitnya proses pengendalian

jumlah uang beredar di Indonesia, dan semakin meluasnya monetisasi dalam

Page 66: Cara Mengatasi Inflasi

kegiatan perekonomian subsistence, akibatnya memberikan kecenderungan

meningkatnya laju inflasi.

Menurut data yang dihimpun dalam Laporan Bank Dunia, menunjukan laju

pertumbuhan rata-rata jumlah uang beredar di Indonesia pada periode tahun 1980-

1992 relatif tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Dan,

tingkat inflasi Indonesia juga relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara

ASEAN lainnya (kecuali Filipina). Kenaikkan jumlah uang beredar di Indonesia pada

tahun 1970-an sampai awal tahun 1980-an lebih disebabkan oleh pertumbuhan

kredit likuiditas dan defisit anggaran belanja pemerintah. Pertumbuhan ini dapat

merupakan efek langsung dari kebijaksanaan Bank Indonesia dalam sektor

keuangan (terutama dalam hal penurunan reserve requirement).

b.      Defisit Anggaran Belanja Pemerintah

Seperti halnya yang umum terjadi pada negara berkembang, anggaran

belanja pemerintah Indonesia pun sebenarnya mengalami defisit, meskipun

Indonesia menganut prinsip anggaran berimbang. Defisitnya anggaran belanja ini

banyak kali disebabkan oleh hal-hal yang menyangkut ketegaran struktural

ekonomi Indonesia, yang acapkali menimbulkan kesenjangan antara kemauan dan

kemampuan untuk membangun.

Selama pemerintahan Orde Lama defisit anggaran belanja ini acapkali

dibiayai dari dalam negeri dengan cara melakukan pencetakan uang baru,

mengingat orientasi kebijaksanaan pembangunan ekonomi yang inward looking

policy, sehingga menyebabkan tekanan inflasi yang hebat. Tetapi sejak era Orde

Baru, deficit anggaran belanja ini ditutup dengan pinjaman luar negeri yang

nampaknya relative aman terhadap tekanan inflasi.

Dalam era pemerintahan Orde Baru, kebutuhan terhadap percepatan

pertumbuhan ekonomi yang telah dicanangkan sejak Pembangunan Jangka Panjang

I, menyebabkan kebutuhan dana untuk melakukan pembangunan sangat besar.

Dengan mengingat bahwa potensi memobilisasi dana pembangunan dari

masyarakat (baik dari sektor tabungan masyarakat maupun pendapatan pajak) di

dalam negeri pada saat itu yang sangat terbatas (belum berkembang), juga

kemampuan sector swasta yang terbatas dalam melakukan pembangunan,

Page 67: Cara Mengatasi Inflasi

menyebabkan pemerintah harus berperan sebagai motor pembangunan. Hal ini

menyebabkan pos pengeluaran APBN menjadi lebih besar daripada penerimaan

rutin. Artinya, peran pengeluaran pemerintah dalam investasi tidak dapat diimbangi

dengan penerimaan, sehingga menimbulkan kesenjangan antara pengeluaran dan

penerimaan negara, atau dapat dikatakan telah terjadi defisit struktural dalam

keuangan negara.

Pada saat terjadinya oil booming, era tahun 1970-an, pendapatan pemerintah

di sektor migas meningkat pesat, sehingga jumlah uang primer pun semakin

meningkat. Hal ini menyebabkan kemampuan pemerintah untuk berekspansi

investasi di dalam negeri semakin meningkat. Dengan kondisi tingkat pertumbuhan

produksi domestik yang relatif lebih lambat, akibat kapasitas produksi nasional

yang masih berada dalam keadaan under-employment, peningkatan permintaan

(investasi) pemerintah menyebabkan terjadi realokasi sumberdaya dari masyarakat

ke pemerintah., seperti yang terkonsep dalam analisis Keynes tentang inflasi. Hal

inilah yang menyebabkan timbulnya tekanan inflasi.

Tetapi, sejak berubahnya orientasi ekspor Indonesia ke komoditi non migas,

sejalan dengan merosotnya harga minyak bumi di pasar ekspor (sejak tahun 1982),

menyebabkan kemampuan pemerintah untuk membiayai pembangunan nasional

semakin berkurang pula, sehingga pemerintah tidak dapat lagi mempertahankan

posisinya sebagai penggerak (motor) pembangunan. Dengan kondisi seperti ini,

menyebabkan secara bertahap peran sebagai penggerak utama pembangunan

nasional beralih ke pihak swasta nasional, dengan demikian sumber tekanan inflasi

pun beralih dari pemerintah beralih ke non pemerintah (swasta).

Tekanan inflasi pada periode ini lebih disebabkan oleh meningkatnya tingkat

agresifitas sektor swasta dalam melakukan ekspansi usaha, yang didukung oleh

perkembangan sektor perbankan yang semakin ekspansif pula. Dengan kondisi

sumberdaya modal domestik yang masih saja relatif terbatas, maka pinjaman luar

negeri yang sifatnya non komersial maupun komersial pun semakin meningkat.

Akibatnya, tetap saja terjadi defisit anggaran belanja negara dan neraca

pembayaran, salah satu sebabnya karena pemerintah tetap saja harus

menyediakan infrastruktur dan suprastruktur pembangunan ekonomi yang

kebutuhannya semakin meningkat. Peran pemerintah ini dapat dimaklumi karena

kemampuan swasta nasional dalam pembangunan infrastruktur ekonomi masih

sangat terbatas.

Page 68: Cara Mengatasi Inflasi

c.       Faktor – factor dalam penawaran agregat dan luar negeri

Kelambanan penyesuaian dari faktor-faktor penawaran agregat terhadap

peningkatan permintaan agregat ini lebih banyak disebabkan oleh adanya

hambatan-hambatan struktural (structural bottleneck) yang ada di Indonesia. Harga

bahan pangan merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap tingkat inflasi

di Indonesia. Hal ini antara lain disebabkan oleh ketegaran structural yang terjadi di

sektor pertanian sehingga menyebabkan inelastisnya penawaran bahan pangan.

Ketergantungan perekonomian Indonesia yang besar terhadap sector pertanian,

yang tercermin oleh peranan nilai tambahnya yang relatif besar dan daya serap

tenaga kerjanya yang sedemikian tinggi serta beban penduduk yang cukup tinggi,

mengakibatkan harga bahan pangan meningkat pesat. Umumnya, laju penawaran

bahan pangan tidak dapat mengimbangi laju permintaannya, sehingga sering

terjadi excess demand yang selanjutnya dapat memunculkan inflationary gap.

Timbulnya excess demand ini disebabkan oleh percepatan pertambahan penduduk

yang membutuhkan bahan pangan tidak dapat diimbangi dengan pertambahan

output pertanian, khususnya pangan. Di sisi lain, kelambanan produksi bahan

pangan disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya adalah tingkat modernisasi

teknologi dan metode pertanian yang kurang maksimal; adanya faktor-faktor

eksternal dalam pertanian seperti, perubahan iklim dan bencana alam; perpindahan

tenaga kerja pertanian ke sektor non pertanian akibat industrialisasi; juga semakin

sempitnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian, yang disebabkan semakin

banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi sebagai lokasi perumahan; industri;

dan pengembangan kota.

Lebih lanjut, menurut hasil study empiris yang pernah dilakukan oleh Sri

Mulyani Indrawati (1996), selain harga bahan pangan, kontributor inflasi di

Indonesia lainnya dari sisi penawaran agregat adalah imported inflation,

administrated goods, output gap, dan interest rate.

Pertama, imported inflation ini terjadi akibat tingginya derajat

ketergantungan sektor riil di Indonesia terhadap barang-barang impor, baik capital

goods; intermediated good; maupun row material. Transmisi imported inflation di

Indonesia ini terjadi melalui dua hal, yaitu depresiasi rupiah terhadap mata uang

asing dan perubahan harga barang impor di negara asalnya.

Bila suatu ketika terjadi depresiasi rupiah yang cukup tajam terhadap mata

uang asing, maka akan menyebabkan bertambah beratnya beban biaya yang harus

Page 69: Cara Mengatasi Inflasi

ditanggung oleh produsen, baik itu untuk pembayaran bahan baku dan barang

perantara ataupun beban hutang luar negeri akibat ekspansi usaha yang telah

dilakukan. Hal ini menyebabkan harga jual output di dalam negeri (khususnya untuk

industri subtitusi impor) akan meningkat tajam, sehingga potensial meningkatkan

derajat inflasi di dalam negeri. Tetapi, untuk industri yang bersifat promosi ekspor,

depresiasi tersebut tidak akan membawa dampak buruk yang signifikan.

Berkaitan dengan posisi hutang luar negeri Indonesia, pada periode tahun

1990-an, telah membengkak dengan tingkat debt service ratio yang semakin tinggi,

yaitu lebih dari 40 %, dan presentase tingkat hutang yang bersifat komersial telah

melampaui hutang non komersial. Menyebabkan, timbulnya hal yang sangat

membahayakan ketahanan ekonomi nasional, terutama pada sektor finansial,

apabila terjadi fluktuasi (memburuknya) nilai tukar (kurs), disamping dapat

mengakibatkan tekanan inflasi yang berat, khususnya imported inflation.

Kedua, administrated goods adalah barang-barang yang harganya diatur dan

ditetapkan oleh pemerintah. Meskipun pengaruhnya secara langsung sangat kecil

dalam mempengaruhi tingkat inflasi, tetapi secara situasional dan tidak langsung

pengaruhnya dapat menjadi signifikan. Contoh, apabila terjadi kenaikan BBM, maka

bukan saja harga BBM yang naik, harga barang atau tarif jasa yang terkait dengan

BBM juga akan ikut dinaikan oleh masyarakat. Akibatnya, dapat memperberat

tekanan inflasi.

Ketiga, output gap adalah perbedaan antara actual output (output yang

diproduksi) dengan potential output (output yang seharusnya dapat diproduksi

dalam keadaan full employment). Adanya kesenjangan (gap) ini terjadi karena

faktor-faktor produksi yang dipakai dalam proses produksi belum maksimal dan

atau efisien.

Keempat, interest rate juga merupakan faktor penting yang menyumbang

angka inflasi di Indonesia. Memang pada awalnya merupakan hal yang cukup

membingungkan dalam menentukan manakah yang menjadi independent variable

atau dependent, antara inflasi dan suku bunga. Tetapi, bila ditilik dari sisi biaya

produksi dan investasi (sisi penawaran), maka jelaslah bahwa suku bunga dapat

dikatagorikan dalam komponen biaya-biaya tersebut. Dengan relatif tingginya

tingkat suku bunga perbankan di Indonesia, menyebabkan biaya produksi dan

investasi di Indonesia, yang dibiayai melalui kredit perbankan, akan tinggi juga.

Jadi, apabila tingkat suku bunga meningkat, maka biaya produksi akan meningkat,

Page 70: Cara Mengatasi Inflasi

selanjutnya akan meningkatkan pula harga output di pasar, akibatnya terjadi

tekanan inflasi. Akhirnya, relasi antara tingkat suku bunga dan inflasi ini bisa

menjadi interest rate-price spiral.

C.      Pengendalian Inflasi di Indonesia

Sebagaimana halnya yang umum terjadi pada negara – negara berkembang,

inflasi di Indonesia relatif lebih banyak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat

struktural ekonomi bila dibandingkan dengan hal-hal yang bersifat monetary

policies. Sehingga bisa dikatakan, bahwa pengaruh dari cosh push inflation lebih

besar dari pada demand pull inflation.

Memang dalam periode tahun-tahun tertentu, misalnya pada saat terjadinya oil

booming, tekanan inflasi di Indonesia disebabkan meningkatnya jumlah uang

beredar. Tetapi hal tersebut tidak dapat mengabaikan adanya pengaruh yang

bersifat struktural ekonomi, sebab pada periode tersebut, masih terjadi

kesenjangan antara penawaran agregat dengan permintaan agregat, contohnya di

sub sector pertanian, yang dapat meningkatkan derajat inflasi.

Pada umumnya pemerintah Indonesia lebih banyak menggunakan pendekatan

moneter dalam upaya mengendalikan tingkat harga umum. Pemerintah Indonesia

lebih senang menggunakan instrumen moneter sebagai alat untuk meredam inflasi,

misalnya dengan open market mechanism atau reserve requirement. Tetapi perlu

diingat, bahwa pendekatan moneter lebih banyak dipakai untuk mengatasi inflasi

dalam jangka pendek, dan sangat baik diterapkan peda negara-negara yang telah

maju perekonomiannya, bukan pada negara berkembang yang masih memiliki

structural bottleneck. Jadi, apabila pendekatan moneter ini dipakai sebagai alat

utama dalam mengendalikan inflasi di negara berkembang, maka tidak akan dapat

menyelesaikan problem inflasi di negara berkembang yang umumnya

berkarakteristik jangka panjang.

Seperti halnya yang terjadi di Indonesia pada saat krisis moneter yang

selanjutnya menjadi krisis ekonomi, inflasi di Indonesia dipicu oleh kenaikan harga

komoditi impor (imported inflation) dan membengkaknya hutang luar negeri akibat

dari terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan mata uang

asing lainnya. Akibatnya, untuk mengendalikan tekanan inflasi, maka terlebih

dahulu harus dilakukan penstabilan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing,

khususnya dolar Amerika.

Page 71: Cara Mengatasi Inflasi

Dalam menstabilkan nilai kurs, pemerintah Indonesia cenderung lebih banyak

memainkan instrumen moneter melalui otoritas moneter dengan tight money policy

yang diharapkan selain dapat menarik minat para pemegang valuta asing untuk

menginvestasikan modalnya ke Indonesia melalui deposito, juga dapat

menstabilkan tingkat harga umum.

Tight money policy yang dilakukan dengan cara menaikkan tingkat suku bunga

SBI (melalui open market mechanism) sangat tinggi, pada satu sisi akan efektif

untuk mengurangi money suplly, tetapi di sisi lain akan meningkatkan suku bunga

kredit untuk sektor riil. Akibatnya, akan menyebabkan timbulnya cost push inflation

karena adanya interest rate-price spiral. Apabila tingkat suku bunga (deposito)

perbankan sudah terlalu tinggi, sehingga dana produktif (dana untuk berproduksi

atau berusaha) yang ada di masyarakat ikut terserap ke perbankan, maka akan

dapat menyebabkan timbulnya stagnasi atau bahkan penurunan output produksi

nasional (disebut dengan Cavallo effect). Lebih lagi bila sampai terjadi negatif

spread pada dunia perbankan nasional, maka bukan saja menimbulkan kerusakan

pada sektor riil, tetapi juga kerusakan pada industri perbankan nasional (sektor

moneter). Jika kebijaksanaan ini terus dilakukan oleh pemerintah dalam jangka

waktu menengah atau panjang, maka akan terjadi depresi ekonomi, akibatnya

struktur perekonomian nasional akan rusak.

Jika demikian halnya, maka sebaiknya kebijaksanaan pengendalian inflasi bukan

hanya dilakukan melalui konsep kaum moneterist saja, tetapi juga dengan

memperhatikan cara pandang kaum structuralist, yang lebih memandang perlunya

mengatasi hambatan-hambatan struktural yang ada.

Dengan berpedoman pada berbagai hambatan dalam pembangunan

perekonomian Indonesia yang telah disebutkan di atas, maka perlu berbagai upaya

pembenahan, yaitu :

a.         Meningkatkan Supply Bahan Pangan

Meningkatkan supply bahan pangan dapat dilakukan dengan lebih

memberikan perhatian pada pembangunan di sektor pertanian, khususnya sub

sektor pertanian pangan. Modernisasi teknologi dan metode pengolahan lahan,

serta penambahan luas lahan pertanian perlu dilakukan untuk eningkatkan laju

produksi bahan pangan agar tercipta swasembada pangan.

b.        Mengurangi Defisit APBN

Page 72: Cara Mengatasi Inflasi

Mungkin dalam masa krisis ekonomi mengurangi defisit APBN tidak dapat

dilaksanakan, tetapi dalam jangka panjang (setelah krisis berlalu) perlu dilakukan.

Untuk mengurangi defisit anggaran belanja, pemerintah harus dapat meningkatkan

penerimaan rutinnya, terutama dari sektor pajak dengan benar dan tepat karena

hal ini juga dapat menekan excess demand. Dengan semakin naiknya penerimaan

dalam negeri, diharapkan pemerintah dapat mengurangi ketergantungannya

terhadap pinjaman dana dari luar negeri. Dengan demikian anggaran belanja

pemerintah nantinya akan lebih mencerminkan sifat yang relative independent.

c.         Meningkatkan Cadangan Devisa

Pertama, perlu memperbaiki posisi neraca perdagangan luar negeri (current

account), terutama pada perdagangan jasa, agar tidak terus menerus defisit.

Dengan demikian diharapkan cadangan devisa nasional akan dapat ditingkatkan.

Juga, diusahakan untuk meningkatkan kinerja ekspor, sehingga net export harus

semakin meningkat.

Kedua, diusahakan agar dapat mengurangi ketergantungan industri domestic

terhadap barang-barang luar negeri, misalnya dengan lebih banyak memfokuskan

pembangunan pada industri hulu yang mengolah sumberdaya alam yang tersedia

di dalam negeri untuk dipakai sebagai bahan baku bagi industri hilir. Selain itu juga

perlu dikembangkan industri yang mampu memproduksi barang-barang modal

untuk industri di dalam negeri.

Ketiga, mengubah sifat industri dari yang bersifat substitusi impor kepada

yang lebih bersifat promosi ekspor, agar terjadi efisiensi di sektor harga dan

meningkatkan net export.

Keempat, membangun industri yang mampu menghasilkan nilai tambah yang

tinggi dan memiliki kandungan komponen lokal yang relatif tinggi pula.

d.        Memperbaiki dan Meningkatkan Kemampuan Sisi Penawaran Agregat

Pertama, mengurangi kesenjangan output (output gap) dengan cara

meningkatkan kualitas sumberdaya pekerja, modernisasi teknologi produksi, serta

pembangunan industri manufaktur nasional agar kinerjanya meningkat. Kedua,

memperlancar jalur distribusi barang nasional, supaya tidak terjadi kesenjangan

penawaran dan permintaan di tingkat regional (daerah). Ketiga, menstabilkan

Page 73: Cara Mengatasi Inflasi

tingkat suku bunga dan menyehatkan perbankan nasional, tujuannya untuk

mendukung laju proses industrialisasi nasional. Keempat, menciptakan kondisi yang

sehat dalam perekonomian agar market mechanism dapat berjalan dengan benar,

dan mengurangi atau bahkan menghilangkan segala bentuk faktor yang dapat

menyebabkan distorsi pasar. Kelima, melakukan program deregulasi dan

debirokrasi di sektor riil karena acapkali birokrasi yang berbelit dapat menyebabkan

high cost economy.

Dengan menggunakan dua pendekatan (moneterist dan strukturalist) pada

komposisi yang tepat, maka diharapkan bukan saja dalam jangka pendek inflasi

dapat dikendalikan, tetapi juga dalam jangka panjang. Dan, bila ada upaya yang

serius untuk memperkecil atau bahkan menghilangkan hambatan-hambatan

struktural yang ada, maka akan berakibat pada membaiknya fundamental ekonomi

Indonesia.

Page 74: Cara Mengatasi Inflasi

BAB IV

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Dari analisa pembahasan pada bab sebelumnya penulis menyimpulkan

sebagai berikut :

inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga secara umum yang terjadi

secara terus menerus namun juga mempengaruhi menurunnya nilai mata uang

Negara. Misalnya apabila persediaan uang yang semakin sedikit dapat

menyebabkan kenaikan harga secara umum. Dan harga yang tinggi namun

persediaan uang cukup banyak maka tidak menunjukkan terjadinya Inflasi.

masalah inflasi di Indonesia bukanlah hanya sekedar masalah dalam kurun

waktu jangka pendek namun inflasi tersebut bisa menjadi masalah yang

berkepanjangan apabila tidak segera di atasi dengan benar. inflasi yang terjadi di

Indonesia ini benar – benar membuat Indonesia semakin terpuruk khususnya yang

dirasakan oleh masyarakat. namun inflasi yang terjadi di Indonesia bukan lah

semata – mata disebabkan oleh gagalnya pelaksanaan kebijakan – kebijakan

moneter oleh pemerintah tetapi juga mengindikasikan masih adanya hambatan –

hambatan structural dalam perekonomian Indonesia yang belum sepenuhnya dapat

diatasi.

Defisit APBN; peningkatan cadangan devisa; pembenahan sektor pertanian

khususnya pada sub sektor pangan; pembenahan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi posisi penawaran agregat merupakan hal-hal yang perlu

mendapatkan penanganan yang serius untuk dapat menekan inflasi ke tingkat yang

serendah mungkin di Indonesia, disamping tentunya pengelolaan tepat dan

pembenahan di sektor moneter.

B.       Saran

Setelah menganalisa pembahasan pada bab sebelumnya penulis menyarankan

agar pemerintah segera menangani tingkat inflasi yang terjadi di Indonesia, agar

masyarakat merasa terlindungi dari inflasi khususnya masyarakat menengah ke

bawah. kebijakan – kebijakan yang pemerintah ambil diharapkan tidak hanya

berguna untuk negaranya saja namun dengan kebijakan – kebijakan yang ada

haruslah juga menguntungkan masyakat. apabila inflasi dibiarkan berkepanjangan

Page 75: Cara Mengatasi Inflasi

maka daya beli masyarakat akan semakin menurun. dan hal ini akan sangat

menyengsarakan rakyat.

Dalam mengatasi inflasi sekarang ini, bukan hanya pemerintah yang

diharapkan untuk berusaha mengatasi inflasi ini, namun masyarakat juga harus

mendukung pemerintah dengan ikut serta dalam penghematan pemakaian BBM

dengan melakukan efisiensi energy pada transportasi yang ada. serta tidak ikut –

ikutan untuk menaikkan harga barang – barang pokok dengan tingkat harga yang

melmabung tinggi.

Page 76: Cara Mengatasi Inflasi

DAFTAR PUSTAKA

-          http://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi

-           https://www.facebook.com/notes/adi-wicaksono/pengertian-inflasi-dan-deflasi/

10151600410346075

-           http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&sqi=2&ved=0CC8QFjAB&url

=http%3A%2F%2Fpuslit.petra.ac.id%2Fjournals%2Frequest.php%3FPublishedID

%3DAKU99010105&ei=etXgUanoOpHvkAXvqYHgDw&usg=AFQjCNGBpXiNbaWJY_gv

g2zY-cHOrtIXDg&sig2=T9hvtFCCYZNjxQ-FyebN9g&bvm=bv.48705608,d.dGI

-          http://aneka-makalah.blogspot.com/2013/02/makalah-tentang-inflasi.html

-          http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/07/pengertian-dan-jenis-inflasi.html

Mengatasi Inflasi di Indonesia Melalui Kebijakan Pemerintah

Salah satu cara mengatasi inflasi dengan kebijakan pemerintah yaitu melalui kebijakan fiskal dan/ kebijakan moneter. Cara ini dilakukan pemerintah agar tidak menyebabkan dampak inflasi seperti meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (pengertian inflasi), menjadi tidak meluas. Karena inflasi dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sebaliknya, kebijakan yang diambil juga harus dapat mencegah penyebab inflasi maupun timbulnya deflasi.

Contoh kebijakan fiskal pemerintah, misalnya adalah menurunkan pungutan pajak secara dinamis, menaikkan insentif bagi dunia usaha yang melakukan perdagangan internasional, kebijakan ekspor-impor yang secara positif dapat menurunkan tingkat inflasi, kebijakan pembangunan infrastruktur yang tidak menekan dunia usaha, dll. Dampak positifnya, dapat meningkatkan gairah sektor-sektor industri yang pada akhirnya penyerapan tenaga kerja meningkat; bukan justru memperbanyak PHK dan pengangguran.

Sementara, kebijakan moneter dapat mendorong pertumbuhan perekonomian jika dapat mengatasi inflasi menjadi tidak lebih tinggi. Bank Indonesia umumnya mengandalkan jumlah uang yang beredar dan/ tingkat suku bunga dalam mengendalikan harga. Selain itu, Bank Indonesia juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik dan kurs rupiah terhadap mata uang asing, terutama dollar (USD).

Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi negara, yang pada akhirnya memberikan manfaat positif bagi peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Pentingnya pengendalian inflasi yang tinggi dan tidak stabil, dapat memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Page 77: Cara Mengatasi Inflasi

Sekali lagi, untuk mengatasi inflasi, pemerintah dan Bank Indonesia melalui kebijakan moneter, contohnya menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sampai dengan suku bunga dasar kredit perbankan. Jadi, moment ini gue pergunakan untuk investasi deposito dan tidak mengambil kredit di bank, yup.

Penyebab Terjadinya Inflasi di Indonesia

Seperti kita ketahui, pengertian inflasi adalah meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kemudian, apa penyebab inflasi? Faktor penyebab terjadinya inflasi adalah besarnya permintaan terhadap barang (berlebihnya likuiditas/uang sebagai alat tukar). Sementara, produksi serta distribusinya kurang.

Tingkat inflasi di Indonesia selama 10 tahun terakhir rata-rata 7,98%. Penyebab inflasi di Indonesia, contohnya turunnya nilai mata uang rupiah terhadap dollar (USD), naikknya harga BBM, aksi spekulasi di sektor industri keuangan dan investasi, serta dampak dan pengaruh kebijakan moneter negara besar seperti Amerika Serikat. Selama ini, tinggi rendahnya inflasi memang bergantung pada kemampuan bank sentral dalam mengatasi tingkat inflasi yang terjadi di Indonesia.

Teori inflasi menyebutkan, besarnya permintaan dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter pemerintah. Sedangkan ketidaklancaran distribusi dan macetnya produksi dapat dipengaruhi oleh kebijakan fiskal pemerintah, contohnya naiknya pungutan pajak (insentif/disinsentif) serta perubahan kebijakan pembangunan infrastruktur. Dampaknya, akan menjadi tekanan terhadap dunia usaha.

Tekanan ini bisa menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Meningkatnya biaya produksi juga dapat disebabkan oleh naiknya harga bahan baku serta kenaikan upah buruh dan/ gaji PNS. Hal ini menyebabkan, dunia usaha akan menaikkan harga barang-barangnya. Melalui survey dan sensus, iInformasi dan data naiknya harga barang menjadi wewenang dan tugas Badan Pusat

Page 78: Cara Mengatasi Inflasi

Statistik (BPS) untuk publikasi.    

Pengertian lainnya, komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten disebut inflasi inti, yaitu interaksi permintaan-penawaran, nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang, dan ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen. Sedangkan inflasi non inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya, hal ini dipengaruhi oleh selain faktor fundamental, contohnya: panen dan/gagal panen, gangguan alam, naik turunnya harga komoditas pangan, serta harga yang diatur Pemerintah seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, dan tarif angkutan. Negara memang berhak menaikkan harga-harga ini untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri, tapi penting juga untuk membuat kebijakan dengan melihat tingkat kemampuan rakyatnya yup.