strategi guru pai dalam membina akhlak siswa di smp...
Post on 10-Mar-2019
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STRATEGI GURU PAI DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA
DI SMP ISLAM PLUS BAITUL MAAL PONDOK AREN
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S1
Dalam Bidang Pendidikan Agama Islam
Oleh :
SYAHLEFI
Nim : 207011000305
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, zat
Yang Maha Indah, dengan segala keindahan-Nya, zat Yang Maha Pengasih
dengan segala kasih sayang-Nya, yang terlepas dari segala sifat lemah semua
mahluk-Nya. Alhamdulillah berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, shalawat beserta salam mahabbah semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai pembawa risalah Allah
terakhir dan penyempurna seluruh risalah-Nya.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati izinkanlah penulis untuk
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang telah berjasa memberikan motivasi dalam rangka
menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis, menghaturkan terima kasih sedalam-
dalamnya kepada kepada :
1. Prof. Dr. H. Komaruddin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bahrissalim, MA selaku Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. Syafiuddin Siddik, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd., selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan banyak arahan, bimbingan serta motivasi,
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan penuh
keikhlasan serta dedikasi tinggi untuk menyampaikan bimbingan, arahan
vi
dan motivasi untuk selalu menambah wawasan dan tidak kenal berhenti
untuk mencari ilmu.
7. Segenap karyawan dan karyawati UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah membantu penulis selama studi dan penyusunan skripsi ini.
8. Ibunda tercinta (Rumyati) dan Ayahanda (Endung Nurdin), yang telah
memberikan segala yang terbaik kepada penulis hingga detik ini. Adik-
adik (Nur Apriyani dan Suami, Muhammad Kohar, Nur’aini, Muhammad
Nur Alim), beserta seluruh keluarga besar atas do’a dan dukungannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepala Sekolah (Susilo Edy, S.Si) beserta Dewan Guru dan Staff SMP
Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren, Tangerang Selatan-Banten. Terima
kasih atas waktu yang telah diberikan kepada penulis dalam melaksanakan
observasi, serta kontribusi yang konstruktif demi penyelesaian skripsi ini.
10. Rekan-rekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2007 (non
reguler) yang telah banyak memberikan saran dan kritik konstruktif
kepada penulis demi penyelesaian skripsi ini.
11. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada sahabat dan kerabat yang
tidak mungkin disebut satu persatu yang telah banyak membantu hingga
terselesaikannya skripsi ini.
Hanya kepada Allah jualah penulis berserah diri, semoga semua amal baik
yang telah diperbuat mendapat pahala yang setimpal. Akhirnya atas segala
kekurangan yang ada, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Harapan
penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan Pendidikan Islam.
Jakarta, 03 Januari 2013
Penulis,
Syahlefi
vii
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………… i
LEMBAR PERNYATAAN ………………………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ……………………… iii
ABSTRAK ……………………………………………………………. iv
KATA PENGANTAR ……………………………………………….. v
DAFTAR ISI …………………………………………………………. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang Masalah …………………………………… 1
B. Identifikasi Masalah ………………….……………………. 9
C. Pembatasan Masalah……….……………………………….. 9
D. Perumusan Masalah…..……………………………………. 9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian.…………………………… 10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembinaan Akhlak …………………………………………. 11
1. Pengertian Akhlak ……………………………………… 11
2. Sumber-sumber Ajaran Akhlak ………………………… 13
3. Pembinaan Akhlak Siswa ……………………………… 15
B. Peran Guru PAI dalam Membina Akhlak Siswa …………… 23
C. Hal-hal yang Menyebabkan Penyimpangan Akhlak Pada Siswa
1. Pengaruh Media ……………………………………….... 27
2. Pengaruh Lingkungan Terhadap Peserta Didik ………… 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………… 32
B. Metode dan Teknik Penelitian ……………………………… 32
C. Populasi dan Sampel ……………………………………….. 34
D. Teknik Pengumpulan Data …………………………………. 35
E. Teknik Pengolahan, Analisis dan Interpretasi Data ………… 36
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren 39
B. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ……………………………… 41
C. Sarana dan Prasarana …………………………………………. 43
D. Profil Tenaga Pendidik dan Kependidikan …………………… 45
E. Deskripsi Analisa dan Interpretasi Data ……………………… 50
1. Kegiatan Ibadah Siswa…..……………………………….. 51
2. Keteladanan………………….…………………………… 55
3. Penyelenggaraan Kegiatan Hari-hari Besar Islam ...……... 59
4. Pembiasaan dan Pembelajaran PAI di Kelas …………….. 61
5. Pembiasaan Sambut Pagi ………………………………… 67
6. Pengadaan Kultum ……………………………………….. 69
7. Pemberian Reward ……………………………………….. 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………... 72
B. Saran-saran …………………………………………………... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spriritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa
dan negara.1
Undan-undang tersebut menegaskan pentingnya Pendidikan Agama
Islam bagi setiap warga negara Indonesia, sehingga nilai-nilai spiritual
keagamaan diorientasikan dalam Sistem Pendidikan Nasional, hal itu
disebabkan karena Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama
Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Kewajiban orang tua untuk membekali anak-anaknya dengan ilmu, baik
ilmu umum maupun ilmu agama, sebagai bekal kehidupan di masa mendatang,
1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2008), h.2
2
dalam hal ini memberikan ilmu agama Islam, terutama tentang akhlak yang
baik, kepada anak-anak.
Syafaruddin Anzizhan mengatakan : “Sering kali kekeliruan yang ada
dalam mendidik anak adalah karena kesalahan orang tua. Dan ini bisa
menimbulkan hal-hal yang buruk bagi anak dan anggota masyarakat, bahkan
menurut kalangan ahli pendidik, karena jika orang tua gagal mendidik anak
sejak dini, maka jangan heran jika kelak anak itu menjadi musuhnya di
kemudian hari.”2
Hal ini pun seirama dengan Tujuan Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 2 Tahun 1989 pada Bab II Pasal 4 Tentang Tujuan Pendidikan
Nasional yaitu : Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.3
Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran merupakan suatu cita-cita yang
bernilai normatif. Sebab dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus
ditanamkan kepada anak didik. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak
didik bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosial, baik disekolah maupun
diluar sekolah.4
Akhlaq yang mulia adalah salah satu pokok ajaran Islam, karena itu
salah satu dari tujuan pendidikan agama Islam adalah membentuk anak didik
yang berahklaq mulia dan berkepribadian yang baik sehingga akan
menghasilkan manusia yang bermoral, berjiwa bersih, mempunyai kemauan
yang keras, tahu arti kewajiban, menghormati hak-hak orang lain serta dapat
membedakan mana perbuatan yang benar dan mana perbuatan yang salah.
2 Syafaruddin Anzizhan, Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan, (Jakarta : PT.
Grasindo, 2008), Cet. Ke-3, h. 55 3 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999), h. 74-75
4 Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Refika Aditama, Cet.
Ke-1, 2007), h. 13
3
Diharapkan mereka menjadi tunas-tunas bangsa yang tangguh, karena maju
mundurnya suatu bangsa serta hancur dan sejahteranya suatu bangsa, itu
tergantung dari kepribadian.
Dalam kondisi krisis moneter dan di tengah kebablasan sebuah
reformasi, anak-anak muslim menjadi sangat terancam, mereka sulit
menemukan sesuatu yang dapat dijadikan teladan dalam masyarakat. Lebih
banyak tontonan daripada tuntunan. Apa yang di idealkan dalam pelajaran
agama ternyata bukan sebuah nilai yang laris dalam masyarakat. Bahkan nilai-
nilai yang trend di dalam masyarakat justru yang menyimpang dari akhlaq yang
mulia. Khususnya di kota-kota besar terutama yang orang tuanya mampu,
dimana hampir semua anak-anaknya mengenal berbagai media informasi dan
komunikasi seperti : radio, televisi, telepon, handphone, komputer, internet
bahkan DVD player atau PS (play station).
Sudah sepantasnya jika para orang tua lebih teliti dalam memilih
pendidikan untuk anak. Anak adalah karunia terbesar yang dianugerahkan Allah
SWT kepada kita. Orang tualah yang mengarahkan anak-anaknya bersekolah
pada lembaga pendidikan Islam terutama anak usia dini, agar anak terbiasa
dengan suasana kehidupan yang dekat dengan nilai-nilai religius, berpegang
teguh pada al-Qur’an dan as-Sunnah.
Dengan penerapan konsep pendidikan agama Islam. Diharapkan tercipta
generasi penerus yang tangguh, berpengetahuan luas dan berkepribadian luhur.
Tidak lapuk diterjang badai kehidupan, memiliki nilai-nilai agama yang kuat
dalam generasi penerus bangsa.
Pendidikan akan menghasilkan apa yang diharapkan dengan proses
belajar mengajar yang tidak hanya mengandalkan kemampuan kognitif saja.
Akan tetapi juga mengandalkan kemampuan afektif dan psikomotorik pada
siswa, sehingga pendidikan bukan sekedar menyampaikan materi pelajaran,
akan tetapi suatu proses mengubah perilaku (akhlaq) siswa sesuai dengan tujuan
yang diharapkan. Oleh sebab itu, dalam proses mendidik terdapat kegiatan
membimbing dan membina siswa agar siswa berkembang sesuai dengan tugas-
tugas perkembangannya, melatih keterampilan baik keterampilan intelektual
4
maupun keterampilan motorik sehingga siswa dapat dan berani hidup dalam
masyarakat yang penuh tantangan dan rintangan.
Oleh karena itu seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan
mengimplementaikan berbagai strategi yang dianggap cocok dengan minat dan
bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa termasuk di dalamnya
memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin
efektifitas pembelajaran.5
Pada hakekatnya yang disebut pendidikan adalah “pengaruh bimbingan,
arahan dari orang dewasa kepada anak yang belum dewasa agar menjadi
dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang. Kepribadian
yang dimaksud adalah semua aspek yang sudah matang yaitu meliputi cipta,
rasa dan karyanya”.6
Salah satu tugas guru PAI dalam mewujudkan pendidikan akhlak adalah
mengembangkan Strategi Belajar Mengajar (SBM) selalu efektif, yaitu
menciptakan kondisi belajar yang kondusif bernuansa Islami, yang
mempengaruhi siswa agar mereka belajar dengan penuh konsentrasi dan tenang
sehingga mereka meraih prestasi yang memuaskan.
Dengan demikian Tujuan yang utama dalam pendidikan ialah pendidikan
akhlaq, baik perangai dan tingkah lakunya, manis tutur bahasanya, jujur dalam
segala perbuatannya, suci murni hatinya. Jiwa pendidikan dan penghidupan,
jiwa kemajuan, jiwa rumah tangga dan sekolah, haruslah pendidikan akhlaq.
Tidak berlebihan kalau kita katakan bahwa pendidikan adalah mencapai sifat
yang tinggi dan akhlaq yang sempurna dalam adat kebiasaan, dalam segala hal
dan dalam adab sopan santun dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi berbeda
sekali dengan fenomena yang terjadi saat ini, dalam era globalisasi yang serba
modern ini, banyak sekali remaja-remaja yang sikap dan keberagamaannya
sangat minim sekali, terutama dalam masalah akhlaq/tingkah laku, misalnya
banyak remaja yang terlibat dalam tawuran, narkoba, pakaian seksi dan sikap-
5 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2008), h. 14
6 Syaiful Bahri Jamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif , (Jakarta : PT.
Rineka Cipta,2000), Cet. Ke-I, h. 36
5
sikap kenakalan remaja lainnya. Berkaitan dengan hal ini, maka seseorang harus
memiliki ilmu tentang Pendidikan Agama Islam, khususnya tentang akhlaq,
sehingga dengan pengetahuannya itu seseorang dapat berakhlaq dengan baik
sesuai dengan norma-n
orma yang berlaku.7
Syamsul Nizar menyatakan : setidaknya ada dua hal yang melanda
peserta didik pada era modern dewasa ini, yaitu kosongnya jiwa dari peserta
didik dari nilai-nilai spiritual (akhlaq) dan tegarnya dimensi materialistis pada
kehidupan manusia modern. Atau sebaliknya dengan lebih dominan aspek
spiritual dan melepaskan aspek material. Untuk melepaskan dari kedua hal
tersebut, maka peserta didik memerlukan nilai spiritual dan memahami ajaran
agamanya secara totalitas, yang menurutnya lagi, adalah spirit Islam dengan
nilai-nilai moralnya yang tinggi untuk kebahagiaan kehidupan peserta didik
sebagai Khalifah di muka bumi.8
Telah disepakati bersama bahwa pembinaan akhlaq sangat penting
dilakukan oleh guru dalam rangka menciptakan peserta didik yang berkualitas.
Namun kenyataannya banyak institusi pendidikan dan guru-guru terutama guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang mengesampingkan pendidikan akhlaq. Hal
ini dapat diketahui dari minimnya jam pelajaran PAI di sekolah yang
mneyebabkan kesulitan bagi guru untuk membina akhlaq siswa karena muatan
pelajaran agama Islam sangat padat. Selain itu, sudah menjadi sebuah fenomena
masih terdapat guru PAI yang melaksanakan proses pembelajaran hanya
mengandalkan kemampuan berceramah, akibatnya pembelajaran PAI di sekolah
hanya menampilkan gejala verbalisme yang membosankan bagi siswa.
Sementara sekolah sendiri tidak memiliki program pembinaan akhlaq siswa
secara khusus dan berkelanjutan.
7 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1970), Cet. Ke-1, h.14
8 Syamsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta : Gaya
Media Pratama, 2001), Cet. I, h. 4
6
Segala sesuatu yang membawa pengaruh baik terhadap pendidikan dan
perkembangan anak, yaitu pengaruh-pengaruh yang membawa kepada hal-hal
yang yang baik dan berguna. Baik berguna bagi anak itu sendiri maupun
berguna bagi kehidupan bersama.
Pengaruh yang bersifat negatif ini sangat mudah merasuk dalam jiwa
anak. Pengaruh yang negatif ini bisa berasal dari buku-buku bacaan seperti
komik, majalah, koran dan sebagainya. Dan juga teman-teman sepergaulan baik
di sekolah maupun di lingkungan masyarakat tempat tinggal. Oleh karena itu
orangtua dan guru harus selalu mengadakan pengawasan yang teliti terhadap
anak didiknya, agar si anak tidak terlanjur memperoleh pengaruh-pengaruh yang
tidak diinginkan.
Walaupun pendidikan agama menjadi hal yang penting dalam membina
ahklaq siswa, namun banyak pendidikan Islam yang belum melakukan
pembinaan secara baik misalnya, sarana dan prasarana yang belum ada, tidak
adanya program pembelajaran akhlaq, dan media pembelajaran yang kurang
mendukung. Hal ini terjadi disebabkan oleh beberapa hal :
1. Tidak adanya itikad baik dari lembaga pendidikan untuk mengutamakan
Pendidikan Agama Islam, karena tidak diujikan di pendidikan Nasional.
2. Guru Pendidikan Agama Islam hanya memenuhi kewajiban mengajar
sebagai guru PAI.
3. Tidak adanya dukungan dari orang tua9.
Tidak semua sekolah mengabaikan pendidikan akhlaq siswa, masih ada sekolah-
sekolah yang berusaha menyelenggarakan pendidikan akhlaq. Salah satu sekolah
yang berusaha menerapkan pembinaan akhlaq adalah SMP Islam Plus Baitul
Maal, yang terletak di wilayah Tangerang Selatan, Kecamatan Pondok Aren.
Fenomena yang ada dalam Pendidikan Agama Islam khususnya
pendidikan akhlaq. Berkaitan dengan hal di atas dalam penelitian ini, penulis
ingin mencoba meneliti lebih dalam di sebuah sekolah yang memiliki nilai plus
diantara sekolah-sekolah lain yaitu SMP Islam Plus Baitul Maal yang terletak di
9 Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Islam Plus Baitul, Bapak Susilo Edy, S.Si.,
14 Januari 2012.
7
wilayah tangerang selatan tepatnya di Kecamatan Pondok Aren, SMP Islam Plus
Baitul Maal merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berasaskan Islam,
yang menanamkan nilai-nilai akhlaq/nilai-nilai Islami pada setiap siswa-
siswinya, bahkan kepada guru-gurunya pun harus menjadi qudwah (panutan)
yang pantas untuk ditiru dan diteladani oleh siswa-siswi SMP Islam Plus Baitul
Maal. Dengan landasan ini penulis ingin meneliti lebih dalam tentang akhlaq
siswa-siswi dan strategi yang diterapkan di sekolah tersebut.
Fenomena tersebut banyak terjadi diberbagai lembaga pendidikan, baik
lembaga pendidikan yang berlabel Islam apalagi lembaga pendidikan umum.
Walaupun demikian masih terdapat beberapa sekolah yang masih memiliki
program pembinaan akhlaq siswa secara jelas, terukur dan berkelanjutan. Salah
satu diantaranya adalah SMP Islam Plus Baitul Maal yang berlokasi di Jl.
Pesantren Ceger No. 62 Pondok Aren Tengerang Selatan.
Visi dan Misi Sekolah SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren:
Visi : “Terwujudnya sekolah Islami Unggul dengan membentuk Insan yang
Soleh, Cerdas, mandiri dan Bertanggung Jawab serta mampu berperan dalam
masyarakat”.
Misi :
1. Menyelenggarakan sistem sekolah berbasis mutu yang dipadukan dengan
konsep sekolah dakwah yang berorientasi pada pelayanan publik.
2. Menyelenggarakan pendidikan yang mengarahkan pada pembentukan
kepribadian muslim melalui pembiasaan di sekolah secara terstruktur
dan sistematis.
3. Membentuk generasi unggul memiliki kemampuan di bidang IMTAQ
dan IPTEK.
4. Menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan
quatum learning student aktive learning and fun learning.
5. Menyelenggarakan kegiatan rekayasa kurikulum dalam proses belajar
mengajar agar mampu meraih prestasi akademi tinggi.
8
6. Meningkatkan kesadaran peserta didik sebagai mahluk sosial dalam
tatanan kemasyarakatan dan aktif memelihara serta melestarikan
lingkungan.10
Tujuan Pendidikan di SMP Islam Plus Baitul Maal :
Tujuan pendidikan dasar dan menengah adalah meletakkan dasar-dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
1. Mempersiapkan siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT,
rajin beribadah, dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Mempersiapkan Sumber Daya Insan Kamil yang menguasai IPTEK
berdasarkan IMTAQ.
Dari beberapa penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
proses pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam bukan hanya melibatkan
intelektualitas saja tetapi juga melibatkan unsur spiritual, dan pendidikan juga
sangat menekankan perubahan perilaku/akhlaq peserta didik, jika dalam proses
pendidikan tidak terjadi perubahan dalam perilaku/akhlaq peserta didik, maka
dapat dikatakan pendidik belum berhasil. Oleh karena itu, tugas seorang guru
PAI bukan hanya mengajarkan materi saja tetapi juga dapat menanamkan dan
mengimplementasikan nilai-nilai akhlaq kepada murid-muridnya dalam
kehidupan sehari-hari, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Namun
untuk mencapai tujuan tersebut tidaklah mudah seperti membalikkan telapak
tangan. Akan tetapi membutuhkan kerja keras serta upaya yang maksimal, oleh
karena itu disamping menguasai materi yang akan diajarkan, seorang guru PAI
yang profesional juga selayaknya memiliki strategi khusus dalam pembelajaran
PAI di sekolah.
Kegiatan rohani Islam menjadi ciri khas sekolah ini, suasana belajar
mengajar sangat kondusif, karena didasari niat tulus ikhlas dari para pendidik
dan peserta didik.
10
Dokumen SMP Islam Plus Baitul Maal, Pondok Aren, 13 Januari 2012.
9
Dengan alasan dan landasan di atas, penulis ingin mengangkat sebuah
tema atau judul Skripsi yaitu “STRATEGI GURU PAI DALAM MEMBINA
AKHLAK SISWA DI SMP ISLAM PLUS BAITUL MAAL PONDOK
AREN”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana strategi guru PAI dalam membina akhlaq siswa di SMP Plus
Baitul Maal Pondok Aren ?
2. Apakah strategi yang diterapkan sudah efektif ?
3. Apakah tujuan-tujuan tersebut mudah tercapai ?
4. Masalah-masalah apa saja yang terjadi terkait dengan upaya mencapai
tujuan tersebut ?
5. Apakah masalah-masalah tersebut juga terjadi pada sekolah yang hendak
diteliti ?
C. Pembatasan Masalah
Penulisan topik yang terlalu luas ruang lingkupnya tidak akan mencapai
sasaran secara efektif, oleh karena itu untuk memudahkan dan mengarahkan
pembahasan, dalam hal ini dibatasi masalah pada :
1. Pembinaan akhlaq siswa SMP Islam Plus Baitul Maal.
2. Strategi guru PAI yang digunakan di SMP Islam Plus Baitul Maal dalam
membina akhlaq siswa ?
3. Objek penelitian adalah siswa kelas VII s/d IX Tahun Pembelajaran
2012-2013.
10
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, penulis
merumuskan masalah dalam penulisan Skripsi ini adalah :
1. Strategi apa saja yang tepat untuk diterapkan guru PAI membina akhlaq
siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren ?
2. Seberapa efektif strategi yang diterapkan guru PAI untuk membina
akhlaq siswa di sekolah SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mendeskripsikan strategi guru PAI dalam membina akhlaq siswa
di SMP Islam Plus Baitul Maal.
b. Untuk mengetahui efek strategi yang diterapkan guru PAI dalam
membina akhlaq siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan mampu :
a. Secara Umum
memberi manfaat bagi banyak pihak, terutama bagi guru PAI, kepada
sekolah dan mahasiswa calon guru PAI.
b. Secara Khusus
1) Memberikan input kepada guru PAI tentang strategi yang harus
digunakan dalam pembelajaran PAI.
2) Sebagai kontribusi bagi dunia pendidikan bahwa strategi mengajar
sangat mempengaruhi daya serap dan perubahan akhlaq siswa.
3) Bagi penulis sendiri penelitian ini diharapkan dapat menjadi
konsentrasi lebih lanjut sehingga dapat mengetahui permasalahan
yang dihadapi dan dapat dicari solusinya.
11
11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembinaan Akhlak Siswa
1. Pengertian Akhlak
Dilihat dari sudut bahasa, kata akhlak adalah bentuk jama‟ dari khuluk, khuluk di
dalam kamus al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Di dalam
kitab Da’aratul Ma’arif di katakan : “akhlak adalah sifat-sifat manusia yang terdidik”.
Dengan demikian orang yang berakhlak berarti memiliki sifat-sifat terdidik.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa
manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat
lahir berupa pebuatan baik, disebut akhlak yang mulia (akhlaq mahmudah), sedangkan
akhlak yang buruk (akhlaq mazmumah) disebut akhlak yang tercela sesuai
pembinaannya.
Ahmad Amin, mengatakan bah wa akhlak ialah kebiasaan kehendak1. Ini berarti
kebiasaan atau kehendak itu bisa dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut
akhlak. Bilakehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak
dermawan.
Dalamensiklopedi pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak,
kesusilaan (kesadaran etik dan moral), yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari
sikap jiwa yang benar terhadap Khaliqnya dan terhadap sesama manusia.2Pengertian ini
memberi kesan bahwa akhlak itu terkait dengan perilaku positif.
Pada dasarnya akhlak mengajarkan bagaimana seseorang seharusnya
berhubungan dengan Tuhan penciptanya, sekaligus bagaimana seseorang harus
berhubungan dengan sesama manusia. Istilah “sesama manusia” dalam konsep
1 Ahmad Al-Amin, Kitab Al-Akhlaq, (Cairo : Daarul Kutub Al-Misriya), h. 15
2 Soegarda Poerbawakatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta : Gunung Agung, 1976), h. 9
12
akhlakadalah bersifat universal, bebas dari batas-batas kebangsaan maupun perbedaan-
perbedaan lainnya.3
Menurut Ibnu Maskawaih akhlak adalah “keadaan jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan.”
Sejalan dengan itu Imam Al-Ghazali mengatakan , “akhlak ialah suatu sifat yang
tertanam di dalam jiwa yang darinya timbul perbuatan-perbuatan yang mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”
Berdasarkan beberapa definisi akhlak di atas, terdapat lima ciri dalam perbuatan
akhlak, yaitu sebagai berikut :
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa
pemikiran.
3. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang
yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
4. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya,
bukan main-main atau bersandiwara.
5. Perbuatan ahklak adalah perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas semata-mata
karena Allah SWT.
Akhlakmemiliki pengertian yang sangat luas dan hal ini memiliki perbedaan yang
signifikan dalam istilah moral dan etika. Standar atau ukuran baik buruk akhlak adalah
berdasarkan al-Qur‟an dan as-Sunnah sehingga bersifat universal dan abadi. Sedangkan
moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik dan buruk yang diterima oleh masyarakat
umum, adat istiadat menjadi standarnya. Sementara itu, etika lebih banyak dikaitkan
dengan ilmu atau filsafat, akal sebagai standarnya. Hal ini menyebabkan standar etika dan
moral bersifat temporal.4
Dalam pembahasan akhlak ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk
mengatakan akhlak tersebut. Istilah-istilah itu ialah :
a. Etika
Perkataan etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti adat kebiasaan.
Dalam pelajaran filsafat, etika merupakan bagian daripadanya. Di dalam
3 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2008), Cet. Ke-
2, h. 32 4 Aminuddin dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Jakarta :
PT. Ghalia Indonesia), hal. 152-153
13
ensiklopedi pendidikan dikatakan bahwa etika adalah filsafat tentang nilai,
kesusilaan tentang baik dan buruk, kecuali etika mempelajari nilai-nilai, ia
merupakan juga pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri.5
b. Moral
Perkataan moral berasal dari bahasa latin “mores” yaitu jamak dari kata mos yang
berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa
moral adalah baik buruk perbuatan dan kelakuan.
c. Kesusilaan
Selain istilah-istilah di atas, di dalam bahasa Indonesia untuk membahas baik
buruk tingkah laku manusia juga sering digunakan istilah kesusilaan. Kesusilaan
berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke- dan akhiran –an. Susila berasal
dari bahasa Sansekerta, yaitu su dan sila. Su berarti baik atau bagus dan sila
berati dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Di dalam kamus bahasa
Indonesia dikatakan, susila berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya. Dan
kesusilaan sama dengan kesopanan.6
2. Sumber-sumber Ajaran Akhlak
Sumber ajaran akhlak adalah al-Qur‟an dan Hadits, tingkah laku Nabi
Muhammad SAW merupakan contoh suri tauladan bagi umat manusia semua. Ini
ditegaskan oleh Allah SWT dalam al-Qur‟an Surat Al-Ahzab ayat 21 :
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.(Qs. Al-Ahzab : 21)
Tentang akhlak pribadi Rasulullah dijelaskan pula oleh „Aisyah ra. Diriwayatkan
oleh Imam Muslim dari „Aisyah ra. Berkata : “Sesungguhnya akhlakRasulullah itu
adalah al-Qur’an.” (HR. Muslim). Hadits Rasulullah meliputi perkataan dan tingkah
laku beliau, merupakan sumber akhlaq yang kedua setelah al-Qur‟an. Segala ucapan dan
5Asmaran, Pengantar Studi Akhlaq, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1994), Cet. 2,
h. 6 6Ibid,... h. 9-10
14
perilaku beliau senantiasa mendapatkan bimbingan dari Allah SWT, Sebagaimana Allah
SWT berfirman dalam al-Qur‟an Surat An-Najm ayat 3-4 :
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).(QS. An-Najm : 3-4).
Dalam ayat lain Allah SWT memerintahkan agar selalu mengikuti jejak
Rasulullah SAW dan tunduk terhadap apa yang dibawa oleh beliau, Allah SWT
berfirman :
Artinya : “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah
untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara
orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu,
Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya” (QS.
Al-Hasyr : 7 ).
Al-Qur‟an dan Al-Hadits adalah pedoman hidup yang menjadi asas bagi
setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber akhlaqul karimah
dalam ajaran Islam. Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul adalah ajaran yang paling mulia
dari segala ajaran maupun hasil renungan dan naluri manusia harus tunduk
mengikuti petunjuk dan pengarahan al-Qur‟an dan As-Sunnah.
Dari pedoman itulah diketahui kriteria mana perbuatan baik dan mana
perbuatan buruk. Nabi bersabda: “Aku tinggalkan untukmu dua perkara, kamu
15
tidak akan sesat selamanya jika kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu
al-Qur’an dan Sunnahku”.(HR. Al-Bukhari).7
3. Pembinaan Akhlak Siswa
a. Pengertian Pembinaan Akhlak
Secara bahasa strategi dapat diartikan sebagai “siasat, kiat, trik, atau
cara”. Sedang secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam
bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.8
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai “a plan, method or
series of activities designed to achieves a particular aducational goal”. Yaitu
strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian di atas. Pertama,
strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam
pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya,
arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.
Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran,
pemanfaatan berbagai fasilitas san sumber belajar semuanya diarahkan dalam
upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu
dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan
adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.9
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak
Terlaksananya berbagai kegiatan pembinaan akhlak di SMP Islam Plus
Baitul Maal, tentu saja adanya berbagai faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut antara lain :
7 M.Yatiman Abdullah, Studi Akhlaq dalam Persepektif Al-Qur’an,(Jakarta : Sinar
Grafika, 2007), cet. Ke-1, h. 22 8 Pupuh Fathurrahman dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Refika Aditama,
2007), Cet. 1, h. 3 9 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : PT. Prenada Media Group, 2008), cet-
5, h. 126
16
1) Adanya dukungan dari pihak sekolah terhadap pembinaan akhlak
Diantara hal yang ditempuh oleh pihak sekolah para guru-guru terutama
guru pendidikan agama Islam untuk mencapai tujuan pendidikan, adalah
dengan kegiatan-kegiatan pembinaan akhlak. Sekolah sebagai tempat lokasi
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, memiliki peran yang cukup penting
untuk tercapainya tujuan pembembinaan akhlak di sekolah. Situasi yang
kondusif dsertai dukungan dari seluruh tenaga pendidik dan kependidikan
memudahkan bagi para pengurus untuk berkoordinasi dengan semua pihak
dalam pembinaan akhlak siswa.
Pihak sekolah juga memberikan kepada guru pendidikan agama Islam
untuk mempergunakan ruang kelas, masjid dan sarana yang ada sebagai salah
satu bentuk dukungan yang diberikan terhadap berlangsungnya kegiatan
pembinaan akhlak siswa.10
2) Adanya dukungan dari guru-guru terhadap kegiatan pembinaan akhlak
Guru-guru sebaga ujung tombak pelaksana pendidikan merupakan salah
satu unsur pokok yang bersentuhan dengan siswa dalam kegiatan sehari-hari.
Dukungan dari guru-guru selain pengintegrasian nilai-nilai ajaran agama dalam
penyampaian materi pelajaran sehari-hari, juga pemberian motivasi kepada
para siswa untuk mengikuti kegiatan rohani Islam yang di bina oleh guru
pendidikan agama Islam.
3) Mayoritas siswa yang beragama Islam
Siswa sebagai subjek utama pendidikan, merupakan sumber daya yang
akan diarahkan perkembangannya sesuai dengan tujuan dalam pendidikan.
Dengan mayoritas jumlah siswa yang beragama Islam.11
, memang seharusnya
dapat dijadikan sebagai motivasi bagi tenaga pendidik khususnya guru
pendidikan agama Islam untuk mengembangkan potensi-potensi spriritual para
siswa sesuai dengan pencapaian dimensi-dimensi yang digariskan dalam
tujuan pendidikan, baik pendidikan Islam maupun pendidikan nasional.12
10
Wawancara dengan Bapak Edi Susilo, S.Si. tanggal 12 Januari 2012 11
Dokumen SMP Islam Plus Baitul Maal, Pondok Aren 13 Januari 2012. 12
Menurut Hasbullah, terdapat dua dimensi kesamaan yang ingin dicapai dalam
pendidikan Islam maupun pendidikan nasional, yaitu dimensi duniawi dan dimensi transendental.
17
Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Wina Sanjaya
dalam bukunya menyatakan, mengelompokkan kedalam strategi penyampaian
penemuan atau exposition-discovery learning, dan strategi pembelajaran
kelompok dan strategi pembelajaran individual atau group indiviual learning.
Dalam strategi exposition, bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam
bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Roy Killen
menyebutkan dengan strategi pembelajaran langsung (direct instruction).
Mengapa dikatakan strategi pembelajaran langsung, sebab dalam strategi ini,
materi pelajaran disajikan begitu saja kepada siswa, siswa tidak dituntut untuk
mengolahnya. Kewajiban siswa adalah menguasainya secara penuh. Dengan
demikian, dalam strategi eksposeri guru berfungsi sebagai penyampai informasi.
Berbeda dengan strategi discovery. Dalam strategi ini bahan pelajaran dicari dan
ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktifitas, sehingga tugas guru lebih
banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya yang
demikian, strategi ini sering juga dinamakan strategi belajar tidak langsung.
Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, dan
kelambatan dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh
kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana
mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri. Contoh dari strategi ini adalah
melalui modul, atau belajar bahasa melalui kaset audio.
Berbeda dengan strategi pembelajaran individual, belajar kelompok
dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar seseorang atau oleh beberapa
orang guru. Bentuk belajar kelompok itu bisa dalam pembelajaran kelompok
besar atau pembelajaran klasikal atau bisa juga siswa belajar dalam kelompok-
kelompok kecil atau buzz group. Strategi kelompok tidak memperhatikan
kecepatan belajar individual, setiap individu dianggap sama. Oleh karena itu,
belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang memiliki kemampuan tinggi
akan terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan biasa-biasa saja.
Lihat Hasbullah dalam bukunya Otonomi Pendidikan, Kebijakan Otonomi Daerah dan
Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, 2006.
18
Sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan yang kurang akan merasa tergusur
oleh siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi.
c. Strategi Pembinaan Akhlak Siswa
Yang dimaksud dalam bahasan ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan
dalam menggunakan strategi pembinaan. Prinsip umum penggunaan strategi
pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok dengan
semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Hal ini seperti
yang dikemukakan oleh Killen, “no teaching strategy is better than other in all
circumstances, so you have to be able to use a variety of teaching strategis, and
make rational descisions about when each of the teaching strategies is likely to
most effective.”Apa yang dikemukakan oleh Killen itu, jelas bahwa guru harus
mampu memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan. Oleh karena itu,
guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran
atau pembinaan sebagai berikut :
1) Berorientasi Pada Tujuan
Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus
digunakan guru. Guru yang senang berceramah, hampir setiap tujuan
menggunakan strategi penyampaian, seakan-akan dia berfikir bahwa segala
jenis tujuan dapat dicapai dengan strategi yang demikian. Hal ini tentu saja
keliru. Apabila kita menginginkan siswa terampil menggunakan alat
tertentu, katakanlah terampil menggunakan thermometer sebagai alat
pengukur suhu badan, tidak mungkin menggunakan strategi penyampaian.
Untuk mencapai tujuan yang demikian, siswa harus praktik secara
langsung. Demikian halnya juga manakala kita menginginkan agar siswa
dapat menyebutkan hari dan tanggal proklamasi kemerdekaan suatu Negara,
tidak akan efektif kalau menggunakan strategi pemecahan masalah
(diskusi). Untuk mengejar tujuan yang demikian cukup guru menggunakan
strategi cermah atau pengajaran secara langsung.
19
2) Aktivitas
Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar
adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong
aktifitas siswa. Aktifitas tidak dimaksudkan terbatas pada fisik, akan tetapi
juga meliputi aktifitas yang bersifat psikis seperti aktifitas mental. Guru
sering lupa dengan hal ini. Banyak guru yang terkecoh oleh disikap siswa
yang pura-pura aktif.
3) Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa.
Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya
yang ingin kita capai adalah perubahan perilaku setiap siswa. Sama seperti
seorang dokter yang profesional manakala ia menangani 50 orang pasien,
seluruhnya sembuh dan dikatakan dokter yang tidak baik manakala ia
menangani 50 orang pasien 49 orang sakitnya bertambah parah atau bahkan
mati. Demikian juga halnya guru, dikatakan guru yang baik manakala ia
menangani 50 orang siswa, seluruhnya berhasil mencapai tujuan, dan
sebaliknya dikatakan guru yang tidak baik atau tidak berhasil tatkala ia
menangani 50 orang siswa, 49 orang siswa tidak mencapai tujuan
pembelajaran.
4) Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh
pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif
saja, akan tetapi juga meliputi perkembangan aspek psikomotorik. Oleh
karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek
kepribadian siswa secara terintegrasi. Penggunaan metode diskusi.
Contohnya, guru harus mampu merancang dan strategi pelaksanaan diskusi
tidak hanya terbatas pada pengembangan aspek intelektual saja, tetapi harus
mendorong siswa agar mereka bisa berkembang secara keseluruhan,
misalkan mendorong siswa agar berani mengeluarkan gagasan atau ide yang
20
orisinil, mendorong siswa untuk bersikap jujur, tanggung jawab dan
sebagainya.13
d. Pembinaan Akhlak
Pembinaan akhlak dapat diartikan perbuatan yang sungguh-sungguh dalam
rangka membentuk anak dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan
yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan
konsisten.Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa adalah
hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang
ada dalam diri manusia, termasuk didalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat,
fitrah, kata hati, dan intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan
yang tepat.
Dengan demikian, didalam peningkatan pendidikan agama di sekolah,
yang dimaksud dengan pendidikan agama bukan hanya bimbingan yang diberikan
oleh seluruh staf pengajar, staf pemimpin sekolah, pegawai, alat serta peraturan
dan tata tertib yang berlaku di sekolah.
Dalam pembentukan akhlaq siswa hendaknya setiap guru menyadari
bahwa dalam pembentukan akhlaq sangat diperlukan pembinaan dan latihan,
akhlaq pada siswa bukan hanya diajarkan secara teoritis, akan tetapi juga harus
diajarkan kearah kehidupan praktis, untuk itu pelaksanaannya dapat ditempuh
melalui cara berikut ini :
a) Pembiasaan
Islam memandang bahwa cara penanaman akhlaq melalui pembiasaan
adalah merupakan metode influentif yang paling meyakinkan
keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk siswa menjadi
berakhlaq. Hal ini karena perbuatan yang sudah menjadi kebiasaan sukar
untuk ditinggalkan. Penanaman akhlaq pada siswa seharusnya sudah
dimulai sejak ia kecil dengan pembiasaan dan latihan yang cocol dan
sesuai dengan perkembangan jiwanya.
b) Pengajaran
13
Wina, Op.cit, h. 131-133
21
Kalau pada tahap pertama merupakan upaya praktis agar siswa dapat
berbuat secara tepat, maka pada tahap kedua ini disamping kebiasaan
berakhlaq tetap dilanjutkan dengan penanaman pengertian melalui
pengajaran, hal ini bertujuan agar siswa tidak hanya berpedoman
pada“asal berbuat” tetapi siswa diusahakan tahu mengapa ia berbuat.
Penanaman pendidikan di sini mempertemukan antara pengertian
(teoritis) dengan latihan (pembiasaan).
Pengertian perlu ditanamkan pada siswa melalui pengajaran, karena
kebiasaan jika tidak diimbangi dengan memberikan berupa penjelasan,
maka kebiasaan-kebiasaan itu tidak akan bermakna. Untuk itu agar
kebiasaan itu bermakna, maka perlu diimbangi dengan penjelasan-
penjelasan supaya siswa tersebut dapat mengerti maknanya dan paham
hikmahnya, tahu maksud dan tujuannya mengapa perbuatan itu
dilakukan. Hal tersebut bila keduanya (toeritis dan praktis) sudah
ditanamkan pada siswa, maka akan terlihat perubahan sikap pada dirinya.
c) Keteladanan Guru
Guru sebagai pendidik yang memberi pengetahuan dan bimbingan pada
siswanya harus memberikan contoh yang baik kepada peserta didiknya,
karena tingkah laku dan perbuatan yang diperlihatkan guru dalam
pergaulan dan berperilaku akan menjadi gambaran bagaimana siswa akan
bersikap. Oleh karenanya seorang guru harus membari contoh berprilaku
yang baik dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan menjadi contoh
yang baik dalam perkembangan jiwa dan akhlaq para siswanya.
Perilaku dan akhlaq yang baik bagi seorang guru akan sangat
mempengaruhi jiwa anak yang nantinya akan menjadi teladan anak
dalam berbuat dan bertindak. Dengan sikap dan perilaku yang baik dari
seorang guru merupakan dasar siswa dalam berperilaku dan berakhlaq
yang baik.14
14
M. Athiyah Al-Abrasi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta : Bulan Bintang,
1970), cet-5, hal. 112
22
Ada beberapa faktor lainnya yang mendukung dalam pembinaan akhlak
siswa diantaranya :
a) Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan primer bagi setiap individu, di
dalamnya terjadi hubungan hubungan manusia yang paling intensif,
karena itulah keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam
kehidupan manusia, tempat ia belajar menyatakan diri sebagai manusia
sosial, dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.15
Faktor keluarga merupakan faktor utama yang sangat
mempengaruhi perkembangan anak. Menurut WA. Gerungan, yang
dimaksud dengan keutuhan keluarga adalah : pertama, keutuhan struktur
keluarga yaitu dengan adanya ayah, ibu dan anak, kedua, keutuhan
interaksi yang harmonis antar keluarga.
b) Sekolah
Sekolah adalah lingkungan pendidikan. Menurut Zakiah Daradjat,
sekolah adalah lembaga pendidikan yang melaksanakan pembinaan,
pemdidikan, pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana. Di dalam
kelas gurulah yang bertugas mendidik siswanya. Guru adalah tenaga
pendidikan yang secara teknis mempunyai bekal ilmu dan keterampilan
untuk membantu anak didik memperoleh sikap dan perilaku terpuji.
Begitu pula dengan guru Pendidikan Agama Islam. Pendidikan agama
akan berhasil bila gurunya memiliki personalitas yang utuh terhadap
kebenaran agama yang diajarkannya.
Masalah guru merupakan topik yang tidak habis-habisnya dibahas
dalam berbagai seminar, diskusi dan workshop untuk mencari berbagai
alternatif pemecahan terhadap berbagai persoalan yang dihadapi guru
dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik di
lingkungan sekolah. Hal ini disebabkan karena guru, berdasarkan
sejumlah penelitian pendidikan, diyakini sebagai faktor dominan yang
menentukan tingkat keberhasilan anak didik dalam melakukan
15
WA. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung : Eresco, 1988), Cet. Ke-1, hal. 180
23
transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta internalisasi etika dan
moral. Karena itu, tidaklah berlebihan apabila masyarakat yang
mempunyai kepedulian terhadap pendidikan selalu mengarahkan
perhatiannya pada berbagai aspek yang berkaitan dengan guru dan
keguruan.
Selain dihadapkan dengan berbagai persoalan internal, guru juga
mendapat dua tantangan eksternal, yaitu pertama, krisis akhlaq dan moral
anak bangsa, dan kedua, tantangan masyarakat global.16
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan agama
sebagai salah suatu proses penanaman, pengembangan dan pemantapan
nilai-nilai keimanan yang menjadi fundamental spiritual manusia yang
termanifestasikan melalui sikap dan tingkah laku sesuai dengan ajaran
agama.
c) Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan yang luas sekaligus paling banyak
menawarkan pilihan, karena sebagian besar waktu anak dalam sehari
dihabiskan dalam lingkugannya. Pada tahap pertama pengaruh
lingkungan masyarakat ini diawali dengan pergaulan antar teman. Pada
usia 9-15 tahun, hubungan perkawinan merupakan hubungan akrab yang
disebabkan oleh kesamaan minat dan kepentingan saling membagi
perasaan dan saling tolong-menolong untuk memecahkan masalah
bersama. Kuatnya pengaruh teman ini sering dianggap sebagai penyebab
buruknya tingkah laku anak, tetapi bagaimanapun segalanya kembali
pada dirinya sendiri.17
Selanjutnya seiring dengan perkembangan zaman dan bermunculan
fenomena kehidupan pembekalan setiap anak dengan pembinaan akhlaq
menjadi sangat urgen. Mentalitas anak-anak akan terbina apabila dalam
masyarakatnya sudah dibekali dengan baik oleh lingkungannya.
16
Indra Jati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar, (Jakarta : Paramadina, 2001), h. 38 17
Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), Cet.
Ke-4, hal. 129
24
B.Peran Guru PAI dalam Membina Akhlak Siswa
Seiring dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen, pada pasal 10 ayat (1) menyatakan “kompetensi guru
sebagaimana dimaksud pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi”18
Kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, sub kompetensi
dalam kompetensi pedagogik adalah :
1. Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi memahami
peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan
kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar awal
peserta didik.
2. Merancang pembelajaran termasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran yang meliputi, landasan pendidikan,
menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi
pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang
ingin dicapai dan materi ajar, dan menyusun Program Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) berdasarkan strategi yang dipilih.
3. Melaksanakan pembelajaran yang meliputi, menata latar (setting)
pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
4. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi,
merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil
belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis
hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat
ketuntasan belajar (mastery level), dan memanfaatkan hasil penilaian
pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara
umum.
18
www. Google.com, Perangkat Pembelajaran KTSP, Empat Kompetensi Bagi Guru
(Pondok Aren :19 Agustus 2012)
25
5. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensinya meliputi, memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan
berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi peserta didik untuk
kemampuan non akademik.
Kompetensi guru adalah kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan
tugas sebagai agen pembelajaran. Sebagai agen pembelajaran maka guru dituntut
untuk kreatif dalam menyiapkan metode dan strategi yang cocok untuk kondisi
anak didiknya.
Sehubungan dengan fungsi guru sebagai pengajar, pendidik dan
pembimbing. Maka perlu adanya berbagai peranan pada diri seorang guru, tidak
terkecuali guru Pendidikan Agama Islam. Peranan guru ini akan senantiasa
menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan berbagai interaksinya, baik
dengan siswa, sesama guru maupun dengan staf yang lain.19
Sebagai pengajar guru mempunyai tugas menyelenggarakan proses belajar
mengajar. Dengan demikian guru pendidikan agama Islam, haruslah
merencanakan, mempersiapkan, serta menyampaikan materi yang berkaitan
dengan pemdidikan agama Islam.
Sebagai pendidik, guru Pendidikan Agama Islam lebih cenderung untuk
melakukan pembiasaan terhadap materi yang sudah disampaikan. Maksudnya
siswa tidak hanya dituntut untuk memahami materi yang telah disampaikan.
Tetapi juga merealisasikannya. Seperti membiasakan sholat berjama’ah dan
diskusi tentang keagamaan.
Sebagai pembimbing, guru mempunyai tugas memberi bimbingan kepada
siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, sebab proses belajar siswa
berkaitan erat dengan bebagai masalah di luar kelas yang sifatnya non akademis,.
Oleh karenanya guru pendidikan agama Islam selalu memantau dan mendekati
siswa yang dianggap bermasalah untuk dicari faktor penyebabnya serta mampu
mencari solusinya.
19
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Pedoman Bagi Guru dan
Calon Guru, (Jakarta : CV. Rajawali, 1990), Cet. Ke-3, hal. 141
26
Dengan demikian dalam kaitannya dengan pembinaan akhlak siswa
seorang guru PAI harus mampu memahami peserta didik secara mendalam
melaksanakan pembelajaran dengan baik, melaksanakan evaluasi secara benar dan
memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan potensinya melalui
pembiasaan, pengajaran dan keteladanan guru.
Sebagai seorang guru yang profesional ketika ingin melakukan sebuah
tindakan, agar tindakannya dapat menghasilkan sesuatu yang dituju. Maka
selayaknya mempersiapkan sebuah strategi yang khusus. Disamping ia harus
menguasai materi yang akan diajarakan, seorang guru juga harus mempersiapkan
dan merencanakan strategi pembelajaran agar kegiatan pembelajaran yang
berlangsung dapat berjalan secara efektif dan efisien serta tidak menjenuhkan bagi
peserta didik.
Sebagaimana strategi guru Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Plus
Baitul Maal, banyak menghadapi karakteristik murid yang berbeda, disini seorang
guru dituntut untuk memiliki strategi yang khusus dan tepat dalam upaya
membina akhlaq siswa.
Pendidikan agama dimaksudkan untuk membangun aspek keimanan dan
ketaqwaan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang. Pendidikan agama
ini didefinisikan menjadi usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam
membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran agama Islam. Hal
ini dibedakan dari pengajaran agama yang dianggap hanya memberi pengetahuan
agama kepada anak agar mereka mempunyai ilmu pengetahuan agama.
Akhlak termasuk diantara makna yang terpenting dalam hal ini.
Tingkatannya berada sesudah aqidah. Akhlak berkaitan dengan hubungan
muammalah manusia dengan orang lain, baik secara individu maupun kelompok.
Tetapi perlu diingat akal tidak terbatas pada penyusunan hubungan antara manusia
dengan manusia lainnya, tetapi lebih dari itu mengatur hubungan manusia dengan
segala yang terdapat dalam wujud kehidupan ini, bahkan sampai mengatur
hubungan dengan antara hamba dengan Tuhan-Nya.
27
C. Hal-hal Yang Menyebabkan Penyimpangan Akhlak Siswa
1. Pengaruh Media
Menurut Arief S. Sadirman Media Pendidikan adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan dan minat siswa sedemikian rupa sehingga
proses belajar terjadi.20
Secara harfiah media memiliki arti perantara atau pengantar.21
Sedangkan
Education Association mendefinisikan sebagai benda yang dimanipulasikan,
dilihat, dibaca, didengar, atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan
dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas
program instruksional.
Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat
merangsang pikiran, perasaan dan kemauan audiensi (siswa) sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar mengajar pada dirinya. Penggunaan media
secara kreatif akan memungkinkan audiens (siswa) untuk belajar lebih baik dan
dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Kebanyakan para ahli pendidikan membedakan antara media dan alat
peraga, namun kedua istilah tersebut juga dapat digunakan saling bergantian.
Adapun yang membedakan keduanya terletak pada fungsi bukan pada
subtansinya. Sumber belajar dikatakan alat peraga jika hal tesebut fungsinya
hanya sebagai alat bantu saja dan dikatakan sebagai media jika sumber belajar itu
merupakan bagian yang integral dari seluruh kegiatan belajar.
Pendidikan akhlak semakin terasa diperlukan terutama pada saat di mana
semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari kemajuan dibidang
Iptek. Orang akan dengan mudah berkomunikasi dengan apapun yang ada di
dunia ini, yang baik ataupun yang buruk, karena ada alat teknologi informasi dan
komunikasi. Peristiwa yang baik atau yang buruk dengan mudah dapat dilihat di
televisi, internet, facebook, twitter dan media cetak seperti Koran, majalah, buku-
20
Arief S. Sadirman, Media Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996),
Cet. IV, hal. 5 21
Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hal. 12
28
buku bahkan tempat-tempat hiburan yang menyuguhkan adegan maksiat juga
banyak pola hidup yang hedonistic dan materlistik semakin menggejala.
Dalam kehidupan sehari-hari dapat disaksikan bahwa tindak keragaman
oleh para anak-anak remaja khususnya pada dasarnya mereka peroleh dengan
meniru dari lingkungannya, baik berupa pembiasaan atau pengajaran yang
intensif. Para ahli ilmu sholat misalnya, mereka laksanakan karena hasil melihat
perbuatan jiwa menganggap bahwa dalam segala hal anak merupakan peniru yang
ulung.22
Begitu pula jika anak diberi teladan yang buruk. Apabila anak selalu
mendengar perkataan-perkataan yang buruk, celaan dan kata-kata yang munkar,
maka sudah barang tentu anak itu akan mudah meniru dan membiasakan diri
dengan kalimat tersebut, sehingga pada akhirnya akan merasa mengeluarkan kata-
kata keji dan munkar.23
Anak-anak pada umur 8 – 15 tahun ditandai dengan perkembangan
kecerdasan cepat. Pada usia ini anak berfantasi, berkhayal, dan menyukai cerita-
cerita baik dalam sinetron, film dan buku yang dipandang sebagai kenyataan. Hal
ini penting dan perlu mendapat perhatian, karena anak suka meniru seolah-olah
dirinya yang dikisahkan dalam cerita tersebut. Di sinilah letak pentingnya
pemilihan tokoh identifikasi dan figur yang positif yang seharusnya dijadikan
contoh bagi anak-anak.
Anak memiliki rasa heran kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan
pada anak. Berbeda dengan rasa kagum yang ada pada orang dewasa, maka rasa
kagum anak ini belum bersifat kritis dan kreatif. Mereka hanya kagum pada sifat
keindahan lahiriah saja. Hal ini merupakan langkah pertama dari pernyataan
kebutuhan anak akan dorongan untuk mengenal (new ecperience). Rasa kagum
mereka dapat disalurkan melalui media-media yang menimbulkan rasa takjub.24
22
Jalaludin, Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Kalam Mulia, 1987), Cet.
Ke -1, hal. 30 23
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, terj. (Semarang :
CV. As-Syifa, 1981), Cet. I, Hal. 190 24
Jalaludin, Ramayulis, Op.Cit., hal. 31
29
Karena bukan manusia saja yang memiliki pengaruh besar terhadap
perkembangan peserta didik, media yang berwujud berbagai bentuk, seperti
televisi, video, computer, internet dan handphone. Media-media ini telah
membuat wawasan anak-anak dan remaja berkembang lebih cepat daripada masa
sebelumnya. Perubahan yang terlihat dalam realita masyarakat dari dampak
kemajuan teknologi pada media informasi dan telekomunikasi memang
berpengaruh positif, namun dampak negatif yang ditimbulkan juga cukup besar.
Akibatnya para orangtua merasakan mendidik anak zaman sekarang sangat sulit
dan melelahkan.
2. Pengaruh Lingkungan Terhadap Peserta Didik
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia (peserta
didik). Ia dapat berupa manusia dan dapat pula bukan berupa manusia seperti
tumbuh-tumbuhan, binatang, sungai, gunung, laut udara dan sebagainya.25
Bahkan
selain itu ada pula sesuatu yang berada di luar diri manusia yang tidak tampak
oleh manusia (gaib), tetapi keberadaannya pasti. Hal ini dapat diketahui melalui
informasi dari kitab suci (Al-Qur’an). Golongan ini meliputi Jin dan Malaikat.
Di antara lingkungan tersebut, ada yang memiliki pengaruh besar dalam
perkembangan peserta didik, yaitu lingkungan keluarga (orang tua), teman dan
setan. Ketiga hal ini sering mewarnai kehidupan peserta didik. Hal ini perlu
diketahui pendidik agar dapat menentukan sikap dan bertindak sesuai dengan
kebutuhan pendidikan.
a). Pengaruh lingkungan Keluarga
Orang tua adalah orang yang paling berpeluang mempengaruhi peserta
didik. Hal itu dimungkinkan karena merekalah yang paling awal bergaul dengan
anaknya, paling dekat dalam berkomunikasi, dan paling banyak menyediakan
waktu untuk anak, terurama ketika ia masih kecil. Tidak sulit dipahami apabila
orangtua memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan anaknya.
25
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), Cet. Ke-I, hal.
107
30
Peluang besar dalam mempengaruhi anak seperti di atas perlu
dimanfaatkan oleh setiap orangtua secara maksimal. Ia harus menciptkan suasana
yang kondusif agar semua potensi anak dapat berkembang optimal. Apabila orang
tua tidak mendidik anak dengan sungguh-sungguh maka akibatnya anak tidak
dapat berkembang sesuai dengan harapan. Bahkan potensi anak yang paling asasi
(fitrah diniyah) dapat bergeser.
b). Pengaruh Teman
Teman sangat berarti bagi setiap manusia. Dari anak-anak sampai
orangtua, baik laki-laki maupun perempuan, baik yang kaya maupun yang miskin,
baik orang-orang baik maupun orang tidak baik, semuanya membutuhkan teman.
Rasanya, kebahagiaan ini tidak lengkap apabila tidak memiliki teman. Buktinya,
ketika gembira, orang membutuhkan teman dan pada waktu sedih orang juga
membutuhkan teman atau sahabat.
Teman itu bervariasi. Kadang-kadang teman membawa berkah, rezeki dan
kebahagiaan. Akan tetapi, perlu juga hati-hati karena banyak juga orang yang
rusak, bahkan sengsara karena teman. Bahkan banyak yang terjerumus dalam
pergaulan bebas, obat-obatan terlarang (narkotika) karena bergaul dengan teman
yang berprilaku buruk. Teman sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang.
Ada orang yang perilakunya buruk berubah menjadi baik setelah berteman dengan
orang baik. Begitu pula sebaliknya, tidak sedikit orang yang pada awalnya
akhlaknya baik, tetapi kemudian akhlaknya menjadi buruk setelah bergaul dengan
teman yang berprilaku buruk. Ada orang tua yang telah berusaha membimbing
anak di rumah dengan sebaik-baiknya, tetapi anak terpengaruh oleh temannya
yang berakhlak buruk sehingga ia mempertunjukkan perilaku buruk dihadapan
orang tua. Jangan kaget, teman dapat mewarnai, bahkan dapat mengubah agama
seorang anak.
c). Pengaruh Setan
Dalam Al-Qur’an dikemukakan bahwa setan telah banyak
menghancurkan kehidupan manusia, mulai dari manusia pertama (Nabi Adam As)
31
sampai sekarang, bahkan sampai manusia di akhir zaman. Kurang lebih terdapat
113 kata yang berarti setan dalam al-Qur’an.
Untuk mengatasi masalah di atas diperlukan upaya yang sangat serius
pula. Semua komponen masyarakat terkait yang meliputi orang tua, pemilik
warnet, pemilik stasiun televisi, pengelola mall, dan play station seyogianya
peduli terhadap perkembangan anak dan remaja. Program-program yang disajikan
harus diseleksi sedemikian rupa, jadwal operasi yang juga dipertimbangkan agar
anak dan remaja tidak larut menikmatinya sehingga melupakan pelajaran,
kewajiban dan tugas-tugas penting lainnya sebagai generasi masa depan.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren,
yang beralamat : Jalan Pesantren No.62 B Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan
Kode Pos 15222, Telp. 021-7358755, Faximile (021) 7357622.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari tanggal 02 Oktober 2012 sampai dengan skripsi
ini ditulis.Dalam melaksanakan penelitian ini, langkah-langkah yang ditempuh
adalah sebagai berikut :
a. Tahap pendahuluan;
b. Menginventarisasikan jumlah siswa yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini;
c. Melaksanakan pengumpulan data melalui angket yang telah disebarkan
yaitu sebanyak 2 eksemplar/orang;
d. Mengadakan wawancara dengan kepala sekolah, guru dan siswa;
B. Metode dan Teknik Penelitian
1. Metode Penelitian
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
yaitu metode penelitian yang tentunya pada pemecahan masalah yang terjadi
sekarang dan bersifat aktual.
33
Sebagaimana diungkapkan oleh Nana Suryana sebagai berikut: ”…Metode
penelitian deskriptif digunakan apabila bertujuan mendeskripsikan atau
menjelaskan peristiwa-peristiwa dan kegiatan yang ada dimana sekarang yang ada
pada metode ini adalah studi kasus, studi pengembangan, studi komunikasi”.1
Metode penelitian deskriptif bisa mendeskripsikan satu variabel atau lebih dari
satu variabel.
2. Teknik Penelitian
Untuk mengumpulkan data yang diharapkan dalam penelitian ini penulis
menggunakan teknik pengumpulan data yaitu : obeservasi, angket, wawancara,
ceklist dan studi dokumentasi.
a. Observasi yaitu dengan cara melakukan pengamatan secara langsung ke
tempat yang dijadikan objek, yakni SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok
Aren. Untuk memperoleh gambaran konkret mengenai masalah yang
dibahas dalam penelitian ini;
b. Angket merupakan alat pengumpulan data dengan cara menggunakan
komunikasi tidak langsung dengan sejumlah responden yaitu melalui
daftar pertanyaan secara tertulis. Dalam penelitian ini responden adalah
pelajar SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren;
c. Wawancara, menurut Suaharsini Arikunto adalah sebagai berikut :
”......sebuah dialog yang dilakukan oleh pewancara untuk memperoleh
informasi dari terwawancara”.2Dalam melakukan wawancara ini penulis
mengajukan pertanyaan langsung dengan cara berdialog untuk
memperoleh sejumlah informasi tentang masalah yang diteliti. Dalam
penelitian ini yang menjadi responden yaitu kepala sekolah, guru dan
siswa SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren.
d. Ceklist dan Studi Dokumentasi, data ini diambil dari dokumentasi
berdasarkan kenyataan praktis yang berlangsung di lokasi penelitian.
Yaitu SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren, Kel. Jurang Mangu
1Sofian Effendi, MetodePenelitianSurvei, (Jakarta : PT. Pustaka LP3S Indonesia, 1995),
h.5 2SuharsiniArikunto, MetodePenelitian, (Jakarta : RinekaCipta, 1994), Cet. Ke-1, h. 15
34
Timur, Kec. Pondok Aren-Kota Tangsel. Studi dokumentasi ini juga
untuk mengetahui data yang tidak mungkin diambil melalui observasi,
seperti keadaan gedung, sarana dan prasarana sekolah, arsip, laporan
tentang data guru, siswa, bentuk-bentuk sarana fisik.
Adapun metode yang peneliti gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut :
a. Metode penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan cara
mengumpulkan data dengan cara mengumpulkan bahan-bahan bacaan,
baik dari buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan strategi guru PAI
dalam membina akhlak siswa.
b. Penelitian lapangan, penelitian lapangan adalah mendatangi SMP Islam
Plus Baitul Maal Pondok Aren dan mengadakan wawancara atau tanya
jawab secara lisan, kepada guru-guru di SMP Islam Plus Baitul Maal
Pondok Aren, agar penulis mendekati masalah yang dibahas, sehingga
kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah ”keseluruhan objek penelitian apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada diwilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi studi atau penelitian juga disebut populasi studi
atau studi sensus”.3
2. Sampel
Sampel adalah ”sebagian atau wakil populasi yang diteliti, bertujuan untuk
menggeneralisasikan hasil penelitian sampel”.4 Dalam penelitian ini yang menjadi
populasi adalah siswa kelas VII dan VIII SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok
Aren berjumlah 105 orang dengan sampelnya sebanyak 30 orang siswa.
3SuharsiniArikunto, ProsedurPenelitianSuatuPengantarPraktek, (Jakarta : RinekaCipta,
1998), Cet. Ke-2, h. 117 4SuharsiniArikunto, Ibid, h. 117
35
Tabel 1
Sampel Penelitian5
No. Populasi Jumlah Sampel Rombel
1 105 30 2
Jumlah 105 30 2
Adapun teknik pengambilan sampel, penulis menggunakan teknik random
sampling, teknik ini digunakan dengan dasar memberikan kesempatan kepada
seluruh anggota sampel, dengan demikian kecenderungan penulis untuk memihak
kepada anggota sampel yang diperkirakan dapat memberikan jawaban yang
dikehendaki penulis dapat terjawab.
Menjabarkan indikator menjadi butir-butir soal berdasarkan kajian teori yang
mendukung. Selanjutnya dikemukakan pula indikator akhlaq siswa, sebagai
berikut :
a. Mengamati
b. Mendengarkan
c. Mengingat
d. Mencatat
e. Melakukan kegiatan-kegiatan positif
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam upaya pengumpulan data penyusunan skripsi ini, menggunakan dua
metode pendekatan penelitian, yakni:
1. Library Research (penelitian kepustakaan)
Peneliti mencari sumber-sumber buku yang ada di perpustakaan UIN
Syahid dan buku-buku lain yang berisi teori-teori yang berkaitan dengan
permasalahan yang akan diteliti dalam skripsi ini.
5Dokumen SMP Islam Plus BaitulMaal, PondokAren, 21 Agustus 2012
36
2. Field Research (penelitian lapangan)
Penulis melakukan penelitian langsung ke tempat yang dijadikan objek
penelitian, yakni SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren, Kota Tangerang
Selatan-Banten, adapun penelitian ini menggunakan teknik sebagai berikut :
a. Wawancara, penulis mengadakan wawancara dengan kepala sekolah dan
guru PAI dalam membina akhlak siswa;
b. Angket, yakni memberikan beberapa pertanyaan kepada responden,
dalam hal ini penulis menyebarkan angket kepada siswa/i sekolah
tersebut yang semuanya berjumlah 30 orang, questioner dalam penelitian
ini berbentuk pilihan ganda (tertutup) berisi 10 pertanyaan dan bersifat
tidak langsung berisi 10 pertanyaan.
E. Teknik Pengolahan, Analisis dan Interpretasi Data
Pengolahan data ini dimaksudkan untuk membuat data berbicara dan
mempunyai arti sehingga dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan yang
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Pengolahan data adalah “usaha konkret untuk membuat data tersebut dapat
berbicara, sebab berapun besar jumlah dan tinggi nilai data yang terkumpul
(sebagai fase pelaksanaan pengumpulan data) apabila tidak tersusun dalam suatu
organisasi dan diolah menurut sistematika yang baik”.6(Dikdasmen, 2003 : 35).
Adapun kegiatan penulis sehubungan dengan pengolahan data ini ada
beberapa tahap lagi yang harus ditempuh untuk sampai pada hal yang diperlukan
yaitu dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Menyeleksi Data
Langkah pertama yang penulis lakukan dalam pengolahan data ini, adalah
memeriksa dan menyeleksi data yang telah terkumpul dari responden ini
memenuhi syarat criteria sebagai berikut :
a. Setiap lembar angket yang penulis sebarkan kepada responden dalam
kondisi lengkap, dalam artian tidak ada bagian yang hilang atau rusak;
6DepartemenPendidikanNasional,ManajemenBerbasisSekolah, (Jakarta :
DirektoratPendidikanDasardanMenengah, 2003), h. 35
37
b. Pengisian sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan pengisiannya
jelas/pemilihan yang dilakukan responden sehingga tidak menimbulkan
keraguan. Selain itu berdasarkan hasil penelitian angket tersebut
kenyataan hasil sesuai yang diharapkan.
2. Tabulasi Data
Tabulasi data antara lain bertujuan untuk melihat kecenderungan jawaban
dari setiap pertanyaan dalam angket, dan mengetahui frekuensi dari masing-
masing alternatif jawaban yang lainnya. Adapun tujuan tersebut dapat dicapai
melalui pentabulasian data sebagai berikut:
a. Menyediakan jalur-jalur yang sesuai dengan kebutuhan penelitian,
misalnya dalam bentuk table yang terdiri atas kolom, nomor, alternative
jawaban dan frekuensi.
b. Menghitung frekuensi dan prosentase untuk setiap kategori untuk setiap
kategori jawaban-pertanyaan.
3. Penentuan pedoman pengumpulan data, agar yang diperoleh dapat diolah
secara tepat yang sesuai dengan kebutuhan penelitian sehingga dapat ditarik
kesimpulan yang dapat dipercaya, maka perlu ditetapkan teknik pengolahan
data yang digunakan sebagai pedoman hasil penelitian yang dilakukan.
Setelah data sudah dikumpulkan, penulis menjabarkan dalam bentuk
uraian dan interpretasi untuk diambil kesimpulannya.
Setelah data yang ada dan diklasifikasikan lalu dilakukan analisis data.
Dari teknik analisa yang dipandang tepat untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu
teknik deskriptif (persentase) dengan rumus :
Rumus P = F X 100 %
N
Keterangan :
P = Prosentase
F = Frekwensi yang dihasilkan
N = Jumlah Populasi yang ada
100 % = Bilangan Tetap
38
Selanjutnya untuk menguji validitas data, digunakan uji statistik dengan
teknik korelasi dan regresi sederhana dengan menentukan hubungan masing-
masing variebel X dan Y, regresi sederhana untuk menentukan kontribusi variabel
X dan varibel Y.
Untuk mengetahui analisis regresi terdapat beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi, yaitu : (1) sampel diambil secara acak, (2) variabelnya
berhubungan secara linier, dan (3) variabelnya berdistribusi normal. Adapun
langkah-langkah analisis penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Analisis parsial, untuk menjawab variabel X dan Y, dilakukan analisis
parsial variabel dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menghitung rata-rata dari skor jawaban pada tiap item dengan rumus :
X=∑ fx
∑ f
Keterangan :
X = nilai rata-rata
F = frekwensi jumlah siswa
X= nilai angket
b. Menghitung skor rata-rata dari tiap indikator jawaban
c. Menghitung rata-rata skor responden dari seluruh item dalam suatu
variabel, selanjutnya diinterpretasikan dalam lima norma absolut
sebagai berikut:
100 % Seluruhnya
75 % Sebagian besar
51 % - 74 % Lebih dari setengahnya
50 % Setengahnya
25 % - 49 % Hampir setengah
1 % - 24 % Sebagian kecil
0 % Tidak ada
Setelah dilakukan kajian penelitian maka penulis menyimpulkan hasil-
hasil penelitian tersebut dengan melakukan penafsiran terhadap yang diperoleh
dari hasil kajian statistik. Dengan demikian, akan diketahui hasil penelitian ini
secara pasti dan sesuai dengan rumusan penelitian yang dibahas.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Latar Belakang Berdirinya SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren
SMP Islam Plus Baitul Maal terletak di Kelurahan Jurang Mangu,
Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan, Propinsi Banten. Sekolah ini
didirikan pada tahun 2005.Dan berada di bawah naungan Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten, sehingga sekolah ini SMP
Islam bukan Madrasah Tsanawiyah. Yayasan Baitul Maal ini didirikan oleh tiga
orang yang memiliki visi misi yang sama terhadap dunia pendidikan khususnya di
wilayah Pondok Aren yaitu, Bpk. Imanul Hakim, M.Sc., Bpk. Budi Setiawan
M.Si., dan Bpk. Budi Prayogo, SE., MM.
Letaknya yang sangat nyaman dan asri membuat proses belajar mengajar
menjadi lebih kondusif. Apalagi didampingi oleh para guru yang profesional dan
berkompeten. Dengan kondisi yang seperti ini, memungkinkan bagi para siswa
untuk dapat belajar lebihnyaman karena lokasinya yang jauh dari keramaian jalan
raya. Meskipun demikian, di lain sisi kenyataan ini juga mengharuskan para siswa
untuk menempuh lokasi yang cukup jauh untuk mencapai sekolah (+ 300 M) yang
pada umumnya ditempuh dengan berjalan kaki, karena belum adanya angkutan
umum yang melewati jalur ini. Tahun pertama didirikannya SMP Islam Plus
Baitul Maal memiliki siswa sebanyak 42 siswa (tahun pelajaran 2005/2006), tahun
kedua sebanyak 89 siswa (tahun pelajaran 2006/2007), dan pada tahun ketiga
sebanyak 155 siswa tahun pelajaran 2007/2008).
40
Jumlah siswa SMP yang mendaftar dan yang diterima dalam kurun waktu
3 tahun terakhir adalah sebagai berikut :
Tahun
Pendaftar
Diterima
L P Jml L P Jml
2008/2009 24 26 48 16 21 37
2009/2010 24 22 46 12 11 23
2010/2011 35 27 62 20 16 36
*Dokumen SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren.
SMP Islam Plus Baitul Maal menjadi salah satu sekolah yang sangat
diminati masyarakat di wilayah Pondok Aren, tingginyaminat masyarakat untuk
menyekolahkan anaknya di sekolah ini.Terbuktidengan banyaknya orang tua yang
ingin menyekolahkan anaknya di SMP tersebut, contohnya pada tahun pelajaran
2010/2011 saja yang mendaftar 62 orang sedangkan yang diterima hanya 36
orang, disamping karena keterbatasan ruang kelas, juga rombongan ruang belajar
yang tidak terlalu banyak dimaksudkan agar proses belajar mengajar berlangsung
lebih efektif.SMP Islam Plus Baitul Maal sejak awal mula berdiri hingga sekarang
telah mengalami tiga pergantian kepala sekolah yaitu :
1. Bpk. Agus Winarjo, S.Pd. (2005-2008)
2. Ibu Lina Noviyanti, S.Pd. (2008-2010)
3. Bpk. Susilo Edy, S.Si (2010-Sekarang)1
Sejarah berdirinya SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren dilatar belakangi
hal-hal sebagai berikut :
a. Mengingat masyarakat Kelurahan Jurang Mangu Timur, Kec. Pondok
Aren sebagian besar beragama Islam, maka didirikanlah SMP Islam Plus
Baitul Maal.
b. Banyaknya permintaan dari orang tua wali murid SD Baitul Maal agar
didirikannya SMP Islam Plus Baitul Maal.
1Dokumen, SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren 27 Desember 2012
41
c. Adanya peluang di wilayah Pondok Aren karena belum adanya SMP Islam
Terpadu
d. Karena berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan Nasional
(Kemendiknas).2
B. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah
Pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia secara mental dan spiritual guna menghadapi tantangan
masa depan. Agar terwujud suatu pendidikan yang dapat menciptakan manusia
yang berkualitas, lembaga pendidikan sebagai mediatornya dituntut untuk dapat
mengembangkan dan membenahi tujuan pendidikan yang disesuaikan dengan
tuntutan dan perkembangan zaman terutama berkaitan dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek) yang semakin cepat. Tanpa adanya penyesuaian tuntutan dan
perkembangan tersebut, lembaga pendidikan dipastikan akan semakin tertinggal
oleh kemajuan zaman dan akhirnya tidak lagi diminati oleh masyarakat.
Untuk alasan itulah diperlukan arah dan kebijakan bagi setiap lembaga
sekolah dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan, antara lain berupa visi,
misi dan tujuan sekolah. Visi sekolah merupakan unsur utama dalam organisasi,
yang akan menggerakkan ke mana sekolah akan memusatkan segala aktivitasnya.
Sekalipun visi sangat bersifat abstrak dalam bentuk suatu harapan dari nilai yang
akan dicapai organisasi, tapi mampu untuk merencanakan serangkaian aktivitas
organisasi untuk menuju tercapainya visi tersebut.
Visi sekolah dapat diartikan sebagai imajinasi moral yang menggambarkan
profil sekolah yang diinginkan di masa mendatang. Imajinasi seperti itu akan
selalu diwarnai oleh peluang dan tantangan yang diyakini akan terjadi di masa
datang. Misalkan kita mengimajinasikan sekolah yang bermutu bagus, diminati
oleh masyarakat, memiliki jumlah guru yang cukup dengan kualitas yang baik,
fasilitas sekolah yang baik, dan sebagainya.3Misi diartikan dengan tindakan atau
upaya untuk mewujudkan visi, jadi misi merupakan penjabaran visi dalam bentuk
2Wawancaradengan Kepsek., Bpk. Susilo Edy, S.Si., (Pondok Aren, 09 November 2012).
3 Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta : Depdiknas
Dirjen Dikdasmen, 2002), h. 8
42
rumusan tugas, kewajiban, dan rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk
mewujudkan visi. Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi
tuntutan yang dituangkan dalam bentuk visi dengan berbagai indikatornya.4
Bertolak dari visi dan misi, selanjutnya sekolah merumuskan tujuan. Jika
visi dan misi terkait dengan jangka waktu yang sangat panjang, maka tujuan
dikaitkan dengan jangka waktu menengah. Dengan demikian tujuan pada
dasarnya merupakan tahapan atau langkah untuk mewujudkan visi sekolah yang
telah dicanangkan.
Adapun Visi SMP Islam Plus Baitul Maal adalah :
1. Visi SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren
“Terwujudnya sekolah Islami Unggul dengan membentuk Insan yang
Soleh, Cerdas, mandiri dan Bertanggung Jawab serta mampu berperan dalam
masyarakat”.
2. Misi SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren
Untuk mewujudkan Visi tersebut maka dirumuskanlah Misi SMP Islam
Plus Baitul Maal Pondok Arenadalah :
a. Menyelenggarakan sistem sekolah berbasis mutu yang dipadukan dengan
konsep sekolah dakwah yang berorientasi pada pelayanan publik.
b. Menyelenggarakan pendidikan yang mengarahkan pada pembentukan
kepribadian muslim melalui pembiasaan di sekolah secara terstruktur dan
sistematis.
c. Membentuk generasi unggul memiliki kemampuan di bidang IMTAQ dan
IPTEK.
d. Menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan quatum
learning student aktive learning and fun learning.
e. Menyelenggarakan kegiatan rekayasa kurikulum dalam proses belajar
mengajar agar mampu meraih prestasi akademi tinggi.
f. Meningkatkan kesadaran peserta didik sebagai mahluk sosial dalam
tatanan kemasyarakatan dan aktif memelihara serta melestarikan
lingkungan.5
4Ibid, ... h. 13.
43
3. Tujuan SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren
a. Mampu meraih hasil UAN di atas rata-rata dan lulus 100 %
b. Memiliki gugus depan yang mampu finalis di tingkat Kabupaten / Kota
c. Meningkatkan kualitas peserta didik dibidang ekstra kurikuler olah raga
dengan membentuk tim volley ball, Sepak Bola, dan Pencak Silat.
d. Memperkenalkan peserta didik tentang kemajuan IPTEK “Komputer”.6
C. Sarana dan Prasarana
Salah satu faktor pendukung dalam mempengaruhi proses belajar
mengajar adalah sarana dan yang memadai. Keberhasilan sebuah pendidikan
sangat ditentukan oleh kelengkapan fasilitas dan sumber belajar. Sebaliknya
pendidikan tanpa didukung oleh sarana atau fasilitas yang kurang memadai
pendidikan tersebut akan mengalami kesulitan dalam mencapai keberhasilan
tujuan pendidikan. Oleh karena itu, sarana dan prsarana dan sumber belajar
merupakan hal yang sangat esensial dan perlu dipertimbangkan dalam proses
pembaharuan pendidikan.
Untuk mencapai program yang telah digariskan dalam kurikulum
penunjang di sekolah ini terdiri dari :
1. Gedung
Gedung sekolah SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren, cukup baik
untuk tempat pendidikan, karena gedung ini memenuhi syarat sebagai sarana
pendidikan. Syarat yang dimiliki gedung tersebut adalah gedungnya permanen.
2. Perpustakaan
SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren, memiliki satu buah ruang
khusus perpustakaan yang terdiri dari 4 lemari buku, untuk berbagai macam buku
bacaan. Dan banyak pula dari para siswa yang menghabiskan jam istirahat sekolah
untuk membaca buku-buku bacaan yang tersedia di perpustakaan sekolah, kerena
ruangannya yang nyaman bersih dan ber-AC serta jumlah buku yang sangat
5 Dokumen SMP Islam Plus Baitul Maal, Pondok Aren, 03 Juli 2012.
6Wawancara Khusus, Kepala Sekolah SMP I Baitul Maal, Bpk. Susilo Edy, S.Si, (23
Oktober 2012)
44
memadai sesuai kebutuhan para siswa dalam menunjang proses pembelajaran di
sekolah ini.7
3. Peralatan Olahraga
1. Futsal
2. Bola Basket
3. Matras Pencak Silat.8
4. Administrasi Sekolah
Untuk tercapainya pendidikan yang telah ditentukan dalam kurikulum,
perlu adanya pengadministrasian pelaksanaan kurikulum yang menjadi tugas dan
tanggung jawab masing-masing sekolah.
Administrasi mempunyai dua pengertian, pengertian secara sempit dan
pengertian secara luas. Pengertian secara sempit sering diartikan sebagai tata
usaha, sedangkan pengertian secara luas adalah “aktivitas-aktivitas untuk
mencapai suatu tujuan”.9
Adapun data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan kepala
sekolah, bahwa administrasi yang digunakan di SMP I Plus Baitul Maal Pondok
Aren meliputi:
a. Administrasi pengajaran yang meliputi jadwal pelajaran tata tertib
sekolah, daftar kenaikan kelas, dan rekapitulasi nilai, pedoman
kegiatan ekstra kurikuler dan sebagainya.
b. Administrasi kesiswaan meliputi : masalah buku pokok, buku induk,
buku point pelanggaran tata tertib, buku penghubung orangtua siswa
dan guru.
c. Administrasi personalia meliputi : daftar riwayat hidup guru,
pekerjaan guru serta menjaga lembaran-lembaran guru kelas, daftar
aktivitas guru, daftar induk pegawai.
7 Wawancara Khusus, Kepsek SMP Islam Baitul Maal, Bpk Susilo Edy, S.Si., (Pondok
Aren, 23 Oktober 2012). 8 Wawancara Khusus, Waka. Bidang Kurikulum dan Guru PAI, Ibu Endang Retnosari,
S.Pd.I, (Pondok Aren 05November 2012). 9 Abu Ahmadi, Administrasi Pendidikan, (Semarang : CV. Toha Putra, 1998), Cet. Ke-1,
h. 8
45
d. Administrasi sarana dan prasarana meliputi : daftar inventaris buku-
buku, daftar inventaris alat-alat pelajaran, perabotan, perpustakaan,
daftar pengeluaran alat-alat tulis dan sebagainya.10
D. Profil Tenaga Pendidik dan Kependidikan
1. Keadaan Guru dan Siswa
a. Keadaan Guru
Guru sebagai pendidik urutan kedua setelah orang tua, peranan guru
sangat besar artinya dalam proses pendidikan, mengingat seorang guru adalah
orang yang membimbing dan mengarahkan peserta didik, guru sebagai
pendidik yang telah dipercaya untuk mendidik, sudah tentu memiliki
kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki orang tua. Misalnya, seorang guru
dalam mendidik harus mempunyai persiapan yang matang, sehingga
pendidikan itu akan terarah, juga seorang guru juga memiliki waktu yang
telah disediakan untuk mendidik murid-muridnya.
Dalam menjalankan tugas, seorang guru harus membimbing, mencari
pengalaman-pengalaman pada murid, memiliki pengetahuan yang
diharapakan dan harus mampu pula untuk senantiasa mengintrospeksi dirinya
sendiri.
Demikian halnya guru SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren
kiranya mampu untuk memberikan pendidikan, nampak sekali guru-guru
pada sekolah tersebut sangat bersemangat dalam menjalankan tugasnya.
Dengan adanya semangat yang tinggi diharapkan, guru di SMP Islam Plus
Baitul Maal mampu membimbing dan membina perkembangan murid, agar
kelak mereka hidup layak, serta mampu berdiri sendiri serta dewasa jasmani
dan rohani, sesuai dengan latar belakang berdirinya SMP Islam Plus Baitul
Maal tersebut.
b. Profil Guru PAI SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren Tangsel
10
Wawancara Khusus, Kepsek. SMP IslamPlus Baitul Maal, Bpk. Susilo Edy, S.Si.,
(Pondok Aren, 23 Oktober 2012).
46
SMP Islam Plus Baitul Maal memiliki 2 (dua) orang guru PAI yang
mana kedua guru tersebut memiliki latar belakang studi agama yang
mumpuni karena keduanya lulusan pondok pesantren, adapun profil guru PAI
yang mengampu jam pelajaran PAI di kelas IX SMP Islam Plus Baitul Maal
Pondok Aren.Bernama bapak Abdul Madjid, S.Pd.I, beliau lahir di Wonosobo
pada tanggal 05 September 1976, dan bertempat tinggal di wilayah pondok
aren yaitu komplek Taman Mangu Indah, Blok E-13, No. 02, RT. 03/06
Pondok Aren Tangerang Selatan.Riwayat pendidikan beliau dari SD Negeri
Kali Urang II melanjutkan sekolah Madrasah Tsanawiyah di pondok
pesantren Hidatul Mubtadi’ di Purwodadihingga tamat Madrasah Aliyah
masih di pondok pesantren Hidatul Mubtadi’ Purwodadi, setelah tamat
MA/Aliyah beliau kuliah Strata satu (S.1)di Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAI) Sholahuddin Al-Ayyubi di wilayah Tanjung Priuk Jakarta Utara.
Abdul Madjid memulai karirnya sebagai guru pada tahun 2000 hingga
sekarang di SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren, selain mengajar di
sekolah beliau juga aktif mengajar lesprivate baca tulis al-Qur’an dari rumah
ke rumah (door to door).Serta mendapat tugas tambahan sebagai Kepala Unit
Umum di SMP Islam Plus Baitul Maal sejak tahun 2009 sampai sekarang
bagian sarana dan prasarana sekolah.Abdul Madjid juga memiliki
pengalaman organisasi sebagai Ketua Remaja Masjid Al-Falah pada tahun
1998 kepala bidang dakwah dan pendidik Masjid Al-Falah tahun 2006 sampai
sekarang. Pengalaman workshop dan karya ilmiah yang pernah diikuti
diantaranya, seminar ekonomi Islam di Universitas Indonesia pada tahun
2007, seminar BAZNAS tahun 2005, serta menulis karya ilmiah berupa
modul untuk mahasiswa PAUD “Metode Pengembangan Moral dan Nilai
Agama”. Dan modul untuk perkuliahan Diploma tiga (D.3) yang berjudul
“Meniti Jalan Islam”.Sehingga dengan bekal keilmuan dan pengalaman yang
telah dimilikinya, beliau di amanahkan oleh Waka.bidang kurikulum untuk
mengampu mata pelajaran PAI, dengan bekal tersebut diharapakan mampu
membina akhlak siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren.
47
Sedangkan guru PAI yang kedua yang mengampu jam pelajaran PAI di
kelas VII dan VIII adalah Ibu Endang Retnosari, S.Pd.I, beliau lahir
Pekalongan pada tanggal 01 Juni 1984, alamat rumah beliau di Jl.
Pesanggrahan Raya No. 32 RT. 01/03, Kel. Pondok Betung, Pondok Aren,
Kota Tangerang Selatan. Riwayat pendidikan beliau SDN 04 Jakarta Selatan,
dan melanjutkan ke sekolah menengah pertama di Pondok Pesantren Nurul
Khotimah di daerah Kuningan-Jawa Barat hingga tamat Madrasah Aliyah.
Setelah tamat MA beliau melajutkan ke perguruan tinggi di Institut Ilmu Al-
Qur’an (IIQ) Jakarta hingga meraih gelar Sarjana Pendidikan Islam. Riwayat
pekerjaan diantaranya, mengajar TPA, pernah mengajar di Sekolah Dasar
selama enam bulan, dan mengajar di SMP Islam Plus Baitul Maal yang kini
telah memasuki tahun keenam masa pengabdiannya di SMP
tersebut.Pengalaman-pengalaman organisasi yang pernah di ikuti diantaranya,
sekretaris di OSIS sewaktu masih di Madrasah Aliyah, Sie. Dakwah dan
Ruhiyah di Remaja Masjid tempat beliau tinggal selain itu, beliau juga
memiliki pengalaman berupa workshop dan karya ilmiah yang pernah dibuat
diantaranya modul bahasa Arab kelas VII untuk SMP/Madrasah
TsanawiyahSe-Kecamatan Pondok Aren.
Untuk menunjang Proses Belajar Mengajar (PBM) perlu didukung oleh
tenaga pendidik dan kependidikan. Jumlah guru yang terdapat di SMP Islam
Plus Baitul Maal yaitu berjumlah 23 orang, jumlah guru tersebut sebagian
besar merupakan Sarjana Strata 1 yang memiliki kemampuan diberbagai
macam disiplin ilmu, ada tiga orang yang masih Diploma tiga (D.3).
48
Tabel Tenaga Pendidik danKependidikan11
No Nama Guru Tempat/Tgl
Lahir
Status
Pegawai
Mata
Pelajaran
Tugas
Tambahan
1 Susilo Edy, S.Si. Pati,
14/07/1974 GTY -
Kepsek
2 Ermawati, S.Pd. Jakarta,
25/11/1971 GTY IPS Kesiswaan
3 Endang Retnosari,
S.Pd.I
Pekalongan,
01/06/84 GTY PAI Kurikulum
4 Abdul Malik, SE.I Jakarta,27/09
/1983 GTY IPS -
5 Ridha Muslimah,
S.Pd.
Mentok,
03/12/1974 GTY
Bhs.
Indonesia -
6 Yayat Riatna,S.Pd.
Cirebon,15/1
2/1985 GTY
Bhs.
Inggris -
7 Asnah, S.Psi.
Jakarta,
08/06/1977 GTY BK -
8 Hasyim, S.Pd. Tangerang,0
3/05/1982 GTY Matematik -
9 Uswatun
Hasanah,S.Pd.
Brebes,
03/02/1985 GTY IPA -
10 Octavia Indrasari, SE. Jakarta,25/10
/1981 GTY IPS -
11 Ahmad Fauzi, S.Hum. Tangerang,0
6/03/1986 GTY
Bahasa
Arab -
12 M. Lutfi Firdaus,
S.Pd.
Tangerang,2
5/05/1988 GTT Matematik -
13 Sri Mukholifah, S.Pd.I Tangerang,2
5/09/1988 GTT PKn -
14 M. Chandra P., A.Md. Plaju,17/04/1
977 GTT TIK -
15 Rina Noviani, S.Pd. Jakarta,
16/11/1973 GTY
Bimbingan
Konseling -
16 Agus Winardjo, S.Pd.I Surabaya,23/
08/1970 GTY Penjaskes -
17 Abdul Madjid, S.Pd.I Wonosobo,0
5/09/1974 GTY PAI -
18 Surati, S.Pd. Jakarta,21/07
/1971 GTY SBK -
19 Feri Triswantoro, SE. Jakarta,29/03
/1974 GTY TIK -
20 Diah P. , A.Md Jakarta,30/09
/1974 GTY
Mulok Al-
Qur’an -
11
Dokumen, SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren, 23Oktober 2012
49
21 Maya Yunus, S.Ag. Jakarta,21/03
/1974 GTY
Mulok Al-
Qur’an -
22 Moch. Chalim, S.Pd.I Pekalongan,0
1/02/1984 Staff - Tata Usaha
23 Isgiantoro, A.Md. Jakarta,
20/02/1979 Staff - Tata Usaha
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar guru
yang mengajar di SMP Islam Plus Baitul Maal adalah merupakan lulusan
(S.1) pendidikan. Di samping itu, guru-guru di SMP Islam Plus Baitul Maal
sebagian besar mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan keahliannya,
sehingga mereka dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik.
Namun demikian, masih ada sebagian kecil guru yang mengajar tidak sesuai
dengan bidang ilmu yang dikuasainya. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi
pembelajaran yang dilakukannya. Karena mereka sudah menjadi bagian dari
SMP Islam Plus Baitul Maal, maka hal tersebut kiranya perlu mendapatkan
perhatian dari kepala sekolah untuk dilakukan pelatihan yang dapat
membantu mereka dalam menjalankan tugas dan kewajibannya agar kegiatan
belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan bersama-sama dapat tercapai.
c. Keadaan Murid
Murid adalah objek pertama dalam proses belajar mengajar, maka
dalam pendidikan pertolongan yang diberikan oleh guru terhadap murid atas
pertumbuhan seorang anak untuk dibina ketingkat kedewasaan murid, perlu
ada bimbingan dan pengarahan yang positif dari orang dewasa, baik dari
lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
Tabel Keadaan Murid12
SMP Islam Plus Baitul Maal Tahun Pelajaran 2012/2013
No. Kelas Rombel Putra Putri Jumlah
1 VII 2 20 21 41
2 VIII 2 21 17 38
3 IX 2 14 12 26
Jumlah 6 55 50 105
12
Dokumen, SMP IslamPlus Baitul Maal Pondok Aren, Tangsel.
50
Secara umum PAI bertujuan untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang ajaran-
ajaran agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini senada dengan tujuan
pendidikan dasar yang berfungsi untuk meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian dan akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.13
E. Deskripsi, Analisa dan Interpretasi Data
1. Strategi Guru PAI Dalam Membina Akhlak Siswa
Pembinaan akhlak siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren
dilaksanakan baik dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah. Pembinaan
dilingkungan sekolah dilakukan kegiatan “Sambut Pagi” yang rutin dilaksanakan
setiap hari dimulai dari hari senin hingga jum’at, materi dari kegiatan tersebut
diantaranya : shalat dhuha berjama’ah, tadarrus, tahsin dan tartil al-Qur’an,
kultum dari para siswa yang dibimbing oleh guru-guru PAI yang ada di SMP
Islam Plus Baitul yaitu Bpk. Abdul Madjid, S. Pd.I dan Ibu Endang Retnosari,
S.Pd.I secara bergantian sesuai jadwal yang telah dibuat oleh kepala sekolah.
Selain itu, ada pula pembinaan akhlak yang sifatnya pemberianpenghargaan
(reward) kepada siswa yang dalam kurun waktu satu semester tidak pernah
melanggar aturan sekolah berupa pembebasan biaya SPP, dan bagi siswa yang
melanggar pun ada sanksi yang telah ditentukan oleh pihak sekolah sehingga
upaya ini diharapkan mampu membina akhlak di SMP Islam Plus Baitul Maal
agar berakhlak terpuji. Tidak hanya sampai disitu saja, upaya sekolah pun
menggalang kerjasama dengan orang tua siswa di rumah dengan memberikan
buku pemantauan kegiatan ibadah yang wajib ditanda tangani oleh orang tua
siswa masing-masing. Dan pada hari-hari besar Islam, pihak sekolah
menyelenggarakan kegiatan dengan mengundang pembicara dari luar sekolah
13
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya, 2007), h. 13.
51
untuk memberikan motivasi kepada para siswa agar senantiasa memiliki akhlak
terpuji, karena sekolah memandang betapa pentingnya akhlak terpuji bagi para
siswa di sekolah. Sehingga guru PAI yang diberi tanggung jawab selalu berupaya
bagaimana mencari solusi tepat dalam upaya pembinaan akhlak siswa di sekolah
tersebut.
Dalam upaya membina akhlak siswa ada beberapa strategi atau langkah-
langkah yang dilakukan oleh guru PAI, yaitu :
a. Kegiatan Ibadah Siswa
Ibadah yang dimaksud disini meliputi aktivitas-aktivitas yang tercakup
dalam rukun Islam ditambah ibadah-ibadah lainnya yang bersifat sunnah.
Kegiatan ibadah bagi siswa didasarkan pada prinsip implementasi
pengalaman atas rukun Islam dan penjabaran maknanya bagi kehidupan nyata
di SMP Islam Plus Baitul Maal kegiatan ini disebut “Sambut Pagi”, misalnya
bahwa sholat merupakan benteng bagi seseorang untuk menghindarkan diri
dari perbuatan keji dan munkar, zakat sebagai upaya membersihkan jiwa dan
harta, puasa sebagai latihan untuk mengembangkan sifat sabar dan kejujuran
serta melahirkan kepedulian sosial, serta ibadah haji yang memiliki nilai-nilai
historis.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru PAI kelas IX, Bapak
Abdul Madjid, S.Pd.I mengatakan“………….Pengamalan bentuk-bentuk
ibadah yang merupakan pondasi dasar hukum Islam ini, akan memungkinkan
timbulnya rangsangan dari dalam diri siswa untuk dapat secara mendalam
memahami kegiatan agamanya dan mampu menerjemahkannya dalam
kehidupan sehari-hari”14
. Secara akademis kegiatan ini merupakan bentuk
implementasi praktis dari pengetahuan teoritik dan kognitif yang diperoleh
siswa mengenai ajaran dan bentuk-bentuk ritual keagamaannya.
Kegiatan keagamaan ini bertujuan untuk menjadikan siswa sebagai
seorang muslim yang disamping berilmu juga mampu mengamalkan ajaran
agama dalam kehidupan sehari-hari.
14
Wawancara Khusus, dengan Guru PAI Bpk. Abdul Madjid, S.Pd.I, (Pondok Aren,
09November 2012)
52
Tabel 1
Keikutsertaan Siswa dalamKegiatan Ibadah
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban S
Prosentase
%
1
Saya mengikuti
setiap kegiatan
ibadah yang
diselenggarakan
oleh sekolah.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
22
6
2
0
75,25
17,30
4,45
0,00
Jumlah 30 100%
Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa keikutsertaan siswa
dalam kegiatan ibadah yang dilakukan sekolah tergolong tinggi, hanya
sebagian saja yang tidak intensif mengikuti ibadah.Namun demikian, hal
tersebut perlu menjadi perhatian guru PAI kedepan agar setiap siswa tanpa
terkecuali dapat mengikuti kegiatan ibadah yang diselenggarakan oleh
sekolah.
Berdasarkan pada tabel di atas dapat ditafsirkan bahwa seluruh siswa
SMP Islam Plus BM, sebagian besar 72,5% menyatakan selalu mengikuti
setiap kegiatan ibadah yang diselenggarakan oleh sekolah, sedangkan ada
0,00% siswa yang menyatakan tidak pernah.
Tabel 2
Pemantauan Kegiatan Ibadah Siswa Oleh Pihak Sekolah
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel
Prosentase
%
2
Sekolah memantau
setiap kegiatan
Ibadah.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
22
7
1
0
73,00
20,33
6,67
0,00
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru PAI,
adanya upaya dari sekolah untuk senantiasa memantau setiap kegiatan ibadah
yang dilakukan oleh siswa dengan memberikan buku pemantauan ibadah
yang ditanda tangani oleh guru pembimbing dan orang tua siswa masing-
53
masing.Tujuannya agar orang tua dapat membantu guru pembimbing dalam
hal ini guru PAI dalam membina anak-anak mereka di sekolah.
Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa seluruh siswa SMP Islam
PlusBM lebih dari setengahnya menyatakan bahwa sekolah memantau setiap
kegiatan ibadah yang dilaksanakan dalam hal pembinaan akhlak siswa.
Tabel 3
Pengisian Buku Pemantauan Ibadah
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel
Prosentase
%
3
Setiap kegiatan
ibadah, saya
mengisi buku
pemantauan ibadah.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-
kadang
d. Tidak Pernah
16
10
3
1
57,00
30,00
9,65
3,35
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan data pada tabel 3 di atas, para siswa di SMP Islam PlusBM
Pondok Aren sebagian besar mengisi buku pemantauan ibadah, dikarenakan
buku pemantauan tersebut menjadi nilai tambah bagi para siswa jika di isi.
Apabila buku pemantauan ibadah tersebut tidak di isi sudah dikategorikan
pelanggaran oleh pihak sekolah, walaupun masih ada sebagian kecil 3,35%
yang tidak pernah mengisi dan mereka menerima sanksi yang telah ditentukan
oleh sekolah. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa seluruh siswa SMP
Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren lebih dari setengahnya menyatakan selalu
mengisi buku pemantauan ibadah yang diberikan oleh sekolah.
Tabel 4
Kegiatan Sholat Dhuha di Sekolah
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel
Prosentase
%
4
Saya sholat dhuha
sesuai anjuran dari
sekolah.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
14
10
5
1
47,00
35,00
15,00
3,00
Jumlah 30 100 %
54
Guru PAI di SMP Islam Plus BM seringkali menjelaskan tentang faedah
shalat dhuha, sehingga para siswa di sekolah tersebut melaksanakan sholat
dhuha merasa lebih kepada satu kebutuhan, orientasinya bukan karena anjuran
sekolah lagi, akan tetapi lebih kepada kesadaran individu. Hal ini disebabkan
karena para siswa paham akan manfaat yang di dapat oleh seorang hamba
Allah, apabila mereka taat dalam beribadah dan dilaksanakan secara terus-
menerus (dawam). Walaupun masih ada sebagian kecilnya 3,00% yang tidak
pernah mengikuti kegiatan dhuha terutama siswa yang suka melanggar aturan
dan telah diberi sanksi tegas oleh pihak sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PAI para siswa di SMP Islam
Plus Baitul Maal Pondok Aren sangat antusias dalam melaksanakan sholat
dhuha berjama’ah, termasuk materi-materi yang diberikan oleh guru PAI
selaku pembimbing dan siswa yang mendapat giliran kultum. Dengan demikian
dapat dilihat pada jawaban angket walaupun kurang dari setengahnya sebagian
besar siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal sangat setuju melaksanakan sholat
dhuha sesuai anjuran sekolah.
Tabel 5
Pemantauan Orang Tua di Rumah Berkaitan dengan Ibadah
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel
Prosentase
%
5
Di rumah orang tua
saya menegur saya
jika tidak
mengerjakan sholat
lima waktu.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
12
10
8
0
40,00
33,3
26,7
0,00
Jumlah 30 100%
Kerjasama antara orang tua murid dan guru sangat diperlukan, terutama
dalam hal pembinaan akhlak. Karena dalam dua puluh empat jam siswa lebih
banyak waktunya di rumah, di sekolah hanya tujuh jam selebihnya orang tua
memiliki waktu yang lebih luas dalam memantau perkembangan anaknya di
rumah terutama dalam melaksanakan ibadah. Sebagai umat Islam sholat
merupakan ibadah yang sifatnya urgen. Berdasarkan hasil wawancara kepala
sekolah dibantu guru juga melibatkan orang tua siswa dalam pembinaan
55
akhlak.Sekolah memberikan buku pemantauan ibadah yang dilaksanakan siswa
di sekolah maupun di rumah dan disertai tanda tangan orang tua siswa dan guru
PAI.
Tabel 6
Kebiasaan Sholat Dhuha di Rumah
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel
Prosentase
%
6
Sholat dhuha di
sekolah mendorong
saya untuk terbiasa
sholat dhuha sehari-
hari.
a. Setuju
b. Sangat setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
10
12
8
0
33,3
40,0
26,7
0,00
Jumlah 30 100%
Kebiasaan yang baik ternyata tidak hanya dilakukan di sekolah, para siswa
di SMP Islam Plus BM merasa terbiasa melaksanakan shalat dhuha walaupun
mereka sedang berada di rumah. Saat libur di hari sabtu dan minggu kegiatan
ibadah shalat dhuha rutin dilaksanakan di rumah, dan orang tua para siswa
tersebut ikut memantau kegiatan ibadah di rumah dengan mengisi buku
pemantauan ibadah untuk orang tua siswa yang telah diberikan oleh pihak
sekolah pada setiap awal semester.
Berdasarkan data tabel 6di atas 33,3% responden menyatakan setuju, 40%
responden menyatakan sangat setuju, sebagian kecil 26,7% responden
menyatakan kurang setuju, dan 0,00% responden menyatakan tidak setuju.
Sebagian besar siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal menyatakan sangat setuju
terbiasa melaksanakan sholat dhuha sehari-hari atas dorongan dari sekolah,
karena mereka diberi pemahaman akan makna dan nilai-nilai yang ada pada
sholat dhuha sehingga mereka terbiasa untuk melaksanakannya.
2. Keteladanan
Pendidikan Agama Islam di sekolah pada dasarnya bertujuan untuk
membina kepribadian siswa agar tumbuh dan berkembang serta memiliki
pemahaman tentang agama Islam. Dengan adanya pemahaman yang mendalam
tentang agama Islam, maka akan menimbulkan kesadaran untuk melaksanakan
ajaran-ajaran agama Islam. Kegiatan ektrakurikuler yang diadakan berkaitan
56
dengan berbagai bentuk kegiatan-kegiatan PAI dimaksudkan untuk melatih siswa
agar senantiasa melaksanakan ajaran-ajaran pokok dalam ajaran Islam.
Pembinaan akhlak melalui kegiatan di luar jam sekolah (ekskul) merupakan
kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar jam pelajaran yang materinya tidak
terdapat dalam uraian kompetensi dasar atau silabus pendidikan agama Islam.
Kegiatan ini dilakukan baik di sekolah maupun di luar jam sekolah dengan
maksud memperluas pengetahuan dan wawasan siswa dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan. Agar kegiatan eksktrakurikuler dapat terlaksana dengan baik
dan memperoleh hasil serta manfaat yang optimal, perlu diperhatikan beberapa hal
berikut, Adanya program kerja atau kerangka acuan untuk masing-masing
kegiatan ekstrakurikuler, Jenis program kegiatan ekstrakurikuler yang
dilaksanakan hendaknya diprioritaskan pada : Kegiatan yang banyak diminati
siswa, adanya Pembina yang mempunyai kemampuan/kompetensi dibidangnya,
ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, kegiatan yang dilakukan dalam
rangka upaya mendukung keimanan dan ketaqwaan, adanya dukungan dari orang
tua siswa, tidak menganggu waktu efektif belajar sekolah.
Tabel 7
KeteladanKepala Sekolah
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban S
Prosentase
%
7
Menurut saya
Kepsek sudah
memberikan
keteladanan dengan
baik.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Kurang Setuju
d. Tidak setuju
20
8
2
0
65,00
25,00
10,00
0,00
Jumlah 30 100%
Siswa sebagai amanah yang diberikan oleh orang tua kepada sekolah,
maka ia harus di bina dengan cara yang terbaik. Dalam segala hal seorang kepala
sekolah harus memberikan keteladanan yang baik kepada guru-guru dan anak
didiknya (siswa). Seringkali kekeliruan dalam mendidik siswa adalah kesalahan
kepala sekolah contohnya, sekolah menyuruh siswanya disiplin sementara ada
kepala sekolah yang masih datang tidak tepat waktu atau semaunya. Hal ini dapat
menimbulkan perilaku buruk bagi guru dan siswa. Namun tidak demikian halnya,
57
pada SMP Islam Plus Baitul Maal kedisiplinan sudah dimulai dari kepala sekolah
mereka yang datang selalu lebih awal dari siswa dan guru, berdasarkan hasil
wawancara dengan kepala sekolah, hal tersebut dimaksudkan guna memberi
keteladanan kepada para guru dan siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok
Aren agar senantiasa menghargai waktu, karena apabila kepala sekolah dan guru
terlambat datang maka pembelajaran akan terkurangi akibat keterlambatan datang
ke sekolah.
Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa sebagian besar siswa SMP
Islam Plus Baitul Maal lebih dari setengahnya menyatakan setuju jika kepala
sekolah mereka sudah memberikan keteladanan dengan baik.
Tabel 8
Keteladanan Guru PAI
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel
Prosentase
%
8
Menurut saya guru
PAI saya mampu
menjadi teladanyang
baik.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Kurang Setuju
d. Tidak setuju
18
8
3
1
60,0
25,0
10,2
3,00
Jumlah 30 100 %
Pendidikan dengan teladan dapat dilakukan oleh para pendidik dengan
menampilkan perilaku yang baikdi depan peserta didik. Penampilan perilaku yang
baik (akhlakul karimah) dapat dilakukan dengan sengaja maupun dengan tidak
sengaja. Keteladanan yang disengaja adalah keadaan yang diadakan oleh pendidik
agar diikuti atau ditiru oleh peserta didik, seperti memberikan contoh cara
membaca al-Qur’an yang benar dan mengerjakan shalat dengan benar.
Keteladanan itu disertai penjelasan atau perintah agar diikuti. Demikian halnya
dengan guru PAI di SMP Islam Plus BM yang senantiasa menampilkan perilaku
yang baik di depan para siswa dan mempraktekkannya secara langsung, seperti
ketaatan dalam ibadah apabila waktu dzuhur telah tiba guru terlebih dahulu
mengambil air wudhu, setelah itu mengarahkan para siswa untuk menuju ke
masjid. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru PAI, umumnya para
58
guru di SMP Islam PlusBM diharuskan memberi keteladanan yang baik kepada
para siswa, hal ini sesuai dengan anjuran kepala sekolah di SMP tersebut.
Tabel 9
Keteladanan Oleh Orang Tua
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel
Prosentase
%
9
Orang tua saya
memberi teladan
yang baik tentang
perilaku dalam
kehidupan sehari-
hari.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
10
12
8
0
33,3
40,00
26,7
0,00
Jumlah 30 100%
Sudah sepatutnya orang tua apabila menghendaki generasi yang berakhlak
mulia maka harus dimulai dari diri sendiri.Dalam hal ini adalah orang tua, kepala
sekolah dan guru.Orang tua adalah teladan bagi anak-anaknya, anak cenderung
meniru perilaku yang nampak disekitarnya.Jika yang terlihat itu baik maka besar
kemungkinan anak pun mengikutinya.Pendidikan dengan keteladan dilakukan
oleh orang tua dengan mengajak anak-anaknya mengetahui intisari suatu perkara
yang disaksikan, diperhatikan, diinduksi dan ditimbang-timbang.Misalnya anak
diajak untuk merenungkan kisah Nabi Yusuf yang dianiaya oleh saudara-
saudaranya dan mengambil pelajaran dari kisah tersebut.
Berdasarkan data tabel di atas 33,3% responden menyatakan selalu, 40,0%
responden menyatakan sering, sebagian kecil 26,7% responden menyatakan
kadang-kadang, dan 0,00% yang menyatakan tidak pernah. Maka dapat
disimpulkan bahwa hampir seluruhnya para orang tua di SMP Islam Plus Baitul
Maal memberi teladan yang baik tentang perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
59
3. Penyelenggaraan Kegiatan Hari-hari Besar Islam
Tabel 10
Penanda Tanganan Buku Pemantauan Ibadah Oleh Orang Tua
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel
Prosentase
%
10
Orang tua saya
menanda tangani
buku pemantauan
ibadah.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
9
15
6
0
52,5
30,7
16,75
0,00
Jumlah 30 100%
Buku pemantauan ibadah adalah buku yang telah diberikan oleh pihak
sekolah kepada seluruh orang tua siswa, tujuannya adalah agar orang tua di SMP
Islam Plus BM ikut serta dan membantu memantau kegiatan ibadah yang telah
dilakukan oleh putra-putri mereka di sekolah tersebut. Penanda tanganan buku
dilakukan oleh guru pembimbing kegiatan oleh guru PAI dan disertai pula tanda
tanda tangan dari masing-masing siswa, jika ada siswa yang membolos dalam
melakukan kegiatan, maka orang tua dapat langsung melihat tanda tangan guru
pembimbing dalam buku tersebut.
Berdasarkan data pada tabel 10 sebagian besar siswa (52,5%) responden
menyatakan selalu, sebagian kecil (30,7%) responden menyatakan sering,
responden menyatakankadang-kadang (16,75%) dan sebagian lainnya (0,00%)
responden menyatakan tidak pernah. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa
seluruh siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren menyatakan selalu
orang tuanya menanda tangani buku pemantauan ibadah.
Tabel 11
Penyelenggaraan Acara PHBI
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel
Prosentase
%
11
Setiap hari besar
Islam, sekolah saya
mengadakan acara.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
20
6
4
0
63,23
17,35
11,37
0
Jumlah 30 100 %
60
Maksud dari kegiatan hari-hari besar Islam adalah kegiatan yang
dilaksanakan untuk memperingati dan merayakan hari besar Islam sebagaimana
biasa dilaksanakan oleh masyarakat Islam di Indonesia atau bahkan di seluruh
dunia, berkaitan dengan peristiwa-peristiwa bersejarah, seperti maulid Nabi
Muhammad SAW, Isra Mi’raj, 1 muharram dan lain sebagainya.
Realisasi dari bentuk kegiatan ini diharapkan siswa-siswi SMP Islam Plus
Baitul Maal mampu memahami betapa pentingnya perilaku terpuji dalam
kehidupan dan berbagai hal yang baik sehingga tujuan pihak sekolah mengundang
para penceramah yang untuk memberikan motivasi tentang pentingnya akhlak
terpuji dapat tercapai bagi para siswa di sekolah ini.
“……….tujuan diadakannya peringatan dan perayaan hari-hari besar
Islam ini antara lain adalah untuk melatih para siswa untuk berperan serta dalam
upaya-upaya menyemarakkan syi’ar Islam yang berkembang dalam masyarakat
melalui kegiatan yang positif dan bernilai baik bagi pembinaannilai-nilai akhklak
Islamiyahbaik untuk diri dan masyarakatnya”.15
Tabel 12
Pemberian Motivasi Akhlak Oleh Pihak Luar Sekolah
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel
Prosentase
%
12
Dalam
memperingati hari
besar Islam, sekolah
saya mengundang
pembicara untuk
memberi motivasi
kepada siswa agar
berakhlak terpuji.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
16
9
5
0
55,0
30,0
15,0
0,00
Jumlah 30 100%
Berdasarkan data tabel di atas, dalam membina akhlak siswa agar menjadi
terpuji (mulia) seorang guru tidak dapat bekerja sendiri harus melibatkan pihak
orang tua dan para pembicara (da’i) yang di undang ke sekolah melalui
momentum hari-hari besar Islam tujuannya agar siswa tidak jenuh hanya
mendengar dari gurunya saja di sekolah, hal ini rutin dilakukan oleh SMP Islam
15
Wawancara, Kepsek SMP Islam Plus Baitul Maal, Bpk. Susilo Edy, S.Si., (Pondok
Aren, 09 November 2012).
61
Plus BM dalam rangka pembinaan akhlak di sekolah.Berdasarkan hasil
wawancara penulis dengan kepala sekolah, kegiatan tersebut setahun bisa sampai
empat kali yaitu, peringatan maulid Nabi Saw, peringatan Isra’ Mi’raj Nabi
Muhammad Saw, peringatan 1 Muharram dan kegiatan pesantren kilat di bulan
Ramadhan.
Berdasarkan data tabel diatas, dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa
lebih dari setengahnya 55,0% responden menyatakan sekolah selalumengundang
para pembicara dalam memperingati hari-hari besar Islam untuk memberi
motivasi kepada siswa agar berakhlak terpuji (akhlakul karimah).
4.Pembiasaan dan Pembelajaran PAI di Kelas
Tabel 13
Suasana Kelas Ketika Pelajaran PAI
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel
Prosentase
%
13
Setiap pelajaran PAI
berlangsung, kelas
terasa berisik.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
0
1
9
20
0,00
5,00
30,0
65,0
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru PAI di SMP Islam Plus
BM, pelanggaran-pelanggaran yang kadang dilakukan siswa adalah berisik di
kelas, biasanya dimulai dari satu siswa apabila mendengar satu keributan yang
lain ikut serta, berisik tersebut disebabkan apabila teman-teman mereka mulai
iseng pada saat menulis catatan materi di papan tulis (whiteboard).
Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa keadaan di dalam kelas pada
saat proses belajar mengajar berlangsung berjalan kondusif sesuai dengan
pernyataan responden yang lebih dari setengahnya 65,0 % menyatakan kadang-
kadang berisik di kelas. Dan 0,00 % menyatakan selalu maka dapat disimpulkan
bahwa Proses Belajar Mengajar (PBM) di kelas pada SMP Islam Plus Baitul Maal
tidak selalu berisik sesuai dengan hasil wawancara dengan guru PAI di sekolah
tersebut.
62
Tabel 14
Suasana Pembelajaran di Kelas
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel
Prosentase
%
14
Ketika pelajaran
berlangsung, siswa
bercanda di kelas.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
0
1
19
10
0,00
3,30
65,0
32,0
Jumlah 30 100%
Dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif, salah satunya adalah
dengan cara menegur siswa yang bercanda. Tabel di atas menunjukkan bahwa
masih terdapat siswa yang masih melanggar aturan untuk tidak bercanda di kelas.
Ini berarti bahwa guru kurang jeli dalam menguasai kelas, padahal menguasai
kelas menjadi tugas guru guna menjamin kenyamanan siswa dalam belajar.
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa kondisi seperti ini
disebabkan karena karakteristik siswa yang berbeda-beda, waktu belajar yang
sangat sempit, sehingga guru lebih banyak mengejar target materi dan kurang
mempedulikan hal-hal yang dianggap tidak terlalu penting.Berdasarkan tabel di
atas responden yang menyatakan selalu (0,00%) sebagian kecil (3,30%) responden
menyatakan sering, dan sebagian besar lebih dari setengahnya (65,0%) responden
menyatakan kadang-kadang, dan (3,30%) responden menyatakan tidak pernah.
Tabel 15
Kesan Siswa
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel Prosentase %
15
Saya merasa
nyaman dan senang
belajar PAI.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
20
9
1
0
65,00
30,00
5,00
0,00
Jumlah 30 100%
Guru PAI disebut juga sebagai bapak ruhani (spiritual father) bagi peserta
didik, yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan
meluruskan perilaku yang buruk.Hal tersebut sudah nampak pada guru PAI di
63
SMP Islam BM, dimana siswa mereka merasa nyaman dan senang apabila jam
pembelajaran PAI berlangsung.
Berdasarkan tabel di atas menandakan bahwa tidak semua siswa merasa
nyaman dan senang belajar PAI karena masih ada yang menyatakan kadang-
kadang, walaupun sebagian besar 65,00% responden menyatakan, 30,00 %
responden menyatakan sering, dan hanya sebagian kecil saja 5,00% responden
kadang-kadang, dan 0,00% menyatakan tidak pernah.
Tabel 16
Manfaat Mempelajari PAI
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel
Prosentase
%
16
Dengan
mempelajari PAI,
perilaku saya
menjadi lebih baik.
a. Setuju
b. Sangat setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
16
10
4
0
55,00
30,00
15,00
0,00
Jumlah 30 100%
Dalam paradigma Jawa, pendidik diidentikkan dengan guru (gu dan ru)
yang berarti “digugu” dan “ditiru”. Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru
memiliki seperangkat ilmu yang memadai, yang karenanya mereka (guru)
memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan
ini.Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang utuh, yang
karenanya segala tindak-tanduknya patut dijadikan panutan dan suri teladan oleh
siswanya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa peran guru PAI sangat berkaitan dengan
perilaku siswa agar menjadi lebih baik, menggunakan bahasa yang baik dan benar
ketika melaksanakan pembelajaran, sehingga siswa dapat memahami materi
pembelajaran.Dengan demikian pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru PAI
dapat berjalan dengan baik karena tidak ada kendala yang yang dihadapi oleh
siswa dalam memahami penjelasan yang disampaikan oleh guru.
Guru PAI di SMP Islam Plus BM sudah memiliki latar belakang
pendidikan dan pengalaman organisasi yang cukup memadai, karena keduanya
(Bpk. Abdul Madjid,S.Pd.I dan Ibu Endang Retnosari, S.Pd.I) telah mengenyam
64
pendidikan selama 6 tahun di pondok pesantren dan masing-masing berpendidikan
strata satu (S.1) program studi bidang Pendidikan Agama Islam, sehingga
denganbekal tersebut keduanya diamanahkan mengampu mata pelajaran PAIdi
sekolah tersebut. Berdasarkan tabel di atas 55,00% responden menyatakan setuju,
30,00% menyatakan sangat setuju, 15,00% responden menyatakan kurang setuju,
sebagian kecil 0,00% responden menyatakan tidak setuju.
Tabel 17
Pelaksanaan Tugas
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel
Prosentase
%
17
Sepengetahuan saya,
siswa-siswa
mengerjakan tugas
tepat pada
waktunya.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
16
10
3
0
55,0
33,0
10,0
0,00
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa kondisi seperti ini
disebabkan karena karakteristik siswa yang berbeda-beda, waktu belajar yang
sangat sempit, sehingga guru lebih banyak yang mengejar target materi dan
kurang mempedulikan hal-hal yang tidak dianggap terlalu penting.
Kegiatan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran adalah
memeriksa tugas-tugas yang telah diberikan untuk memastikan apakah seluruh
siswa sudah mengerjakan dan siap untuk belajar. Di samping itu, hal ini dilakukan
untuk meningkat mutu belajar siswa dan menanyakan pemahaman siswa tentang
materi yang sudah dibahas sehingga siswa merasa mendapat perhatian dari guru.
Dengan demikian berdasarkan tabel di atas dapat ditafsirkan bahwa siswa
di SMP Islam Plus Baitul Maal selalu mengerjakan tugas tepat pada waktunya
sesuai dengan data angket yang lebih dari setengahnya 55,0% responden
menyatakan selalu menyelesaikan tugas tepat waktu.
65
Tabel 18
Pemberian Sanksi Kepada Siswa Yang Berisik di Kelas
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel
Prosentase
%
18
Guru memberi
sanksi kepada siswa
yang berisik di
kelas.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
15
12
3
0
55,3
35,3
6,60
0,00
Jumlah 30 100%
Guru sebaiknya memberikan sanksi kepada siswa yang berisik di kelas,
agar memberikan efek jera terhadap siswa yang melanggar dan siswa yang tidak
melanggar agar lebih mentaati segala tata tertib yang berlaku di sekolah. Dan hal
ini sudah dilakukan oleh guru di SMP Islam Plus BM, sesuai dengan pernyataan
responden yang hampir setengahnya 55,5% menyatakan selalu, responden yang
menyatakan sering 35,3% dan 5,5% responden menyatakan kadang-kadang, akan
tetapi masih ada juga guru yang tidak memberi sanksi hanya sebagian kecilnya
saja 4,1% responden yang menyatakan tidak pernah.
Tabel 19
Pemberian Sanksi Kepada Siswa Yang Bercanda di Kelas
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel
Prosentase
%
19
Guru memberi
sanksi kepada siswa
yang bercanda di
kelas.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
23
5
2
0
75,00
15,00
10,00
0,00
Jumlah 30 100%
Setiap sekolah memang selalu ada saja siswa yang melanggar aturan,
namun sejauhmana upaya guru dalam meminimalisir siswa yang bercanda, yaitu
dengan cara memberi sanksi bagi siswa yang suka bercanda di kelas terasa cukup
efektif di SMP Islam Plus Baitul Maal karena para siswa pun merasa takut akan
sanksi yang diberikan apabila bercanda. Hal ini dapat di lihat pada tabel di atas
hampir keseluruhan 75,0% responden menyatakan selalu ada sanksi bagi siswa
yang bercanda di kelas. Berdasarkan tabel di atas sebagian besar (75,0%)
66
responden menyatakan selalu, (15,0%) responden menyatakan sering, sebagian
kecil (10,0%) responden menyatakan kadang-kadang dan (0,00%) responden
menyatakan tidak pernah.
Tabel 20
Sanksi Kepada Siswa Yang Tidak Mengerjakan Tugas
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel
Prosentase
%
20
Guru memberi
sanksi kepada siswa
yang tidak
mengerjakan tugas
tepat waktu.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
21
7
2
0
70,00
23,75
6,25
0,00
Jumlah 30 100%
Tugas merupakan salah satu faktor penting untuk mengevaluasi
pembelajaran, dengan memberikan tugas para siswa akan lebih bersemangat untuk
mengikuti pembelajaran. Tugas-tugas yang diberikan dapat berupa soal dari
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Pekerjaan Rumah (PR), agar para siswa yang
diberikan tugas tersebut mengerjakan tugas tepat waktu guru di SMP Islam Plus
Baitul Maal memberikan sanksi, sehingga dengan sanksi tersebut para siswa
merasa khawatir apabila tugas-tugas yang telah diberikan tidak dikerjakan tepat
pada waktunya.
Tabel 21
Sikap Siswa Atas Sanksi Yang Diberikan
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel
Prosentase
%
21
Siswa yang diberi
sanksi atas
pelanggaran yang
dilakukan siswa
menerima dan
menyadarinya.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
16
13
1
0
55,00
40,00
5,00
0,00
Jumlah 30 100%
Setiap pelanggaran yang dilakukan para siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal
ada sanksinya sesuai dengan buku kredit point yang dibuat dan disetujui oleh
orang tua wali murid yang disertai materai, sehingga apabila dikemudian hari ada
yang melanggar siswa menyadari dan menerima sanksi tersebut. Berdasarkan
67
tabel di atas sebagian besar 55,0% responden menyatakan selalu, 40,0%
responden menyatakan sering, sebagian kecil 5,00% responden menyatakan
kadang-kadang, dan 0,00% responden menyatakan tidak pernah.
Tabel 22
Penerapan Sanksi Berat Bagi Siswa Yang Berulangkali Melanggar
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel
Prosentase
%
22
Siswa yang
berulang-ulang
melanggar diberi
sanksi yang berat.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
14
10
5
1
47,00
35,00
15,00
3,00
Jumlah 30 100%
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PAI, para siswa di SMP Islam
Plus Baitul Maal sejauh ini tidak ada siswa yang melakukan pelanggaran yang
berat, seperti tawuran antar sekolah, kasus narkoba dan lain sebagainya. Hanya
sebatas berisik dan bercanda di kelas pun sudah dianggap pelanggaran terhadap
aturan sekolah. Berdasarkan hasil angket 47,0% responden menyatakan selalu,
sebagian responden 35,0% menyatakan sering, 15,0% menyatakan kadang-
kadang, sebagian kecil 3,00% menyatakan tidak pernah.
5. Pembiasaan Sambut Pagi
Tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membiasakan,
menyucikan, membimbing dan mengarahkan hati manusia untuk dekat (taqarrub)
kepada Allah Swt. Hal tersebut karena tujuan utama pendidikan Islam adalah
upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Jika pendidik belum mampu
membiasakan diri dalam peribadatan kepada peserta didik, berarti ia mengalami
kegagalan di dalam tugasnya, sekalipun peserta didik memiliki prestasi akademis
yang luar biasa. Hal tersebut mengandung arti akan keterkaitan antara ilmu dan
amal shaleh.
68
Tabel 23
Keikut Sertaan Siswa dalam Sambut Pagi
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel
Prosentase
%
23
Saya senang
mengikuti sambut
pagi di sekolah saya.
a. Setuju
b. Sangat Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
20
7
3
0
60,0
25,0
15,0
0,00
Jumlah 30 100%
Dalam istilah bahasa arab guru dikenal juga dengan sebutan mu’addib
adalah orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab
dalam membangun peradaban yang jelas dan berkualitas.16
Dalam hal ini, para
siswa di SMP Islam Plus BM dibiasakan untuk memiliki tanggung jawab dalam
mengikuti kegiatan “Sambut Pagi” yang memang sudah menjadi kewajiban untuk
mengikutinya. Karena dalam kegiatan tersebut, ada buku pemantauan ibadah yang
di tanda tangani oleh guru pembimbing dan orang tua. Sejauhmana pemahaman
siswa akan nilai-nilai ibadah dapat dilihat dari buku pemantauan tersebut.
Berdasarkan tabel 23 sebagian besar (60,0%) responden menyatakan
setuju, (25,0%) responden menyatakan sangat setuju, dan sebagian kecil (15,0%)
responden menyatakan kurang setuju, (0,0%) responden menyatakan tidak setuju.
Dengan demikian lebih dari setengahnya siswa di SMP Islam PlusBM Pondok
Aren menyatakan setuju dengan kegiatan sambut pagi di sekolah mereka.
Tabel 24
Manfaat Sambut Pagi
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel Prosentase %
24
Bagi saya kegiatan
sambut pagi
membuat saya
merasa lebih dekat
kepada Allah SWT.
a. Setuju
b. Sangat setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
7
20
3
0
25,00
60,00
15,00
0,00
Jumlah 30 100%
16
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Amzah, 2010), cet. Ke-1, hal. 90
69
Hasil dari data tabel menunjukkan bahwa program pembinaan akhlak siswa
yang di laksanakan pihak SMP Islam Plus BM ternyata sangat berpengaruh
terhadap nilai-nilai religius kepada sang pencipta (khalik). Dengan jawaban
responden lebih dari setengahnya menyatakan sangat setuju dengan kegiatan
sambut pagi di sekolah.Berdasarkan tabel di atas sekitar (25,00%) responden
menyatakan setuju, lebih dari setengahnya (60,00%) responden menyatakan
sangat setuju, sebagian kecil (15,00%) responden menyatakan kurang setuju,
(0,00%) responden menyatakan tidak setuju.
6. Pengadaan Kultum
Maksud dan tujuan PAI adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan
kepribadian manusia (peserta didik) secara menyeluruh dan seimbang yang
dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran, (intelektual), diri manusia yang
rasional, perasaan dan indra. Maksud dan tujuan diadakan pemberian kultum di
oleh para siswa di SMP Islam PlusBM adalah melatih sikap tanggung jawab yang
rasional, menumbuhkan keberanian tampil dihadapan teman-teman dan guru
pembimbing mereka untuk memberikan ceramah agama.Orientasinya apabila ada
salah satu dari siswa yang mendapat tugas mengisi acara pada saat PHBI pun pada
umumnya siswa tidak merasa canggung lagi karena sudah dibiasakan pada saat
kegiatan “Sambut Pagi”.Dan kegiatan kultum tersebut biasanya dilaksanakan
setelah shalat dhuha berjama’ah. Untuk materi yang disampaikan sudah dibuatkan
konsep oleh guru PAI, siswa hanya tinggal menghapal materi kultum yang akan
disampaikan.
Tabel 25
Kesiapan Mengisi Kultum
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel Prosentase %
25
Saya siap untuk
mengisi kultum jika
mendapat giliran.
a. Setuju
b. Sangat setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
12
10
8
0
40,0
33,3
26,7
00,0
Jumlah 30 100%
70
Pembagian tugas kultum yang sudah terjadwal membuat siswa di SMP Islam
PlusBM tidak canggung berdiri didepan teman-temannya untuk memberi ceramah
agama, karena mereka sudah membaca, memahami dan menghapal konsep yang
telah diberikan guru PAI sebelum tampil mengisi kultum. Berdasarkan data tabel
di atas 40,0% responden menyatakan setuju, 33,3% responden menyatakan sangat
setuju, sebagian kecil 26,7% menyatakan kurang setuju. Namun dapat
disimpulkan bahwa hampir seluruhnya siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal siap
untuk mengisi kultum jika mendapat giliran.
7. Pemberian Reward
Setiap perbuatan baik pasti akan ada balasan kebaikannya pula, hal inilah
yang selalu ditanamkan oleh SMP Islam Plus BM dalam rangka membina akhlak
para siswanya. Pemberian penghargaan (reward) kepada siswa yang berperilaku
baik akan menumbuhkan semangat dan persaingan yang sehat antara sesama
siswa. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru PAI, siswa yang pernah
mendapatkan reward berupa pembebasan SPP selama 6 bulan semakin giat dalam
belajar dan selalu menunjukkan perilaku yang baik, hal ini menandakan efektifitas
reward sangat berperan dalam membina akhlak para siswa di sekolah tersebut.
Dan reward itu sendiri diberikan setiap akhir semester (enam bulan sekali) yang
dinilai dari berbagai aspek yaitu, ibadah, perilaku, pengerjaan tugas tepat waktu
dan tidak melanggar aturan yang telah dibuat oleh pihak sekolah.
Tabel 26
Efek Pembebasan SPP
No. Pernyataan Alternatif
Jawaban Sampel
Prosentase
%
26
Pembebasan SPP
bagi siswa yang
berperilaku baik
mendorong saya
untuk tidak
melanggar aturan.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
15
13
8
0
55,0
35,0
20,0
0,00
Jumlah 30 100%
Fase usia SMP biasanya berlangsung antara 12 sampai dengan 15 tahun. Fase
ini ditandai dengan semakin meningkatnya sikap sosial.Gejala yang dominan pada
71
masa ini adalah kecenderungan untuk bersaing yang berlangsung antar teman
sebaya dan lingkungan jenis kelamin yang sama.17
Pada periode ini ada
kesempatan yang sangat baik untuk membantu siswa, menumbuhkan sikap
bertanggung jawab dan menguasai nilai-nilai akhlak, terutama yang bersumber
dari agama Islam.
Pemberian penghargaan (reward)kepada siswa yang berperilaku baik dapat
menjadi motivasi dan juga dapat menumbuhkan persaingan yang sehat antara
sesama siswa. Namun pada kenyataannya tidak semua guru yang melakukannya,
hal tersebut berdasarkan hasil angket yang menunjukkan bahwa 55,0% guru yang
selalu memberikan reward, 35,0% responden menyatakan sering, dan hanya
sebagian kecil 20,0% responden yang menyatakan kadang-kadang, dan 0,00%
responden menyatakan tidak pernah.
17
Ibid,...h. 121
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari serangkaian studi penelitian tentang strategi guru PAI dalam
membina akhlak siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren Kota
Tangerang Selatan, hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Terdapat beberapa strategi yang diterapkan oleh sekolah atau guru PAI di
SMP Islam Plus Baitul Maal dalam membina akhlak siswa diantaranya dengan
membuat perencanaan yang jelas dan otentik untuk setiap kegiatan yang
dilaksanakan ternyata mampu mengarahkan akhlak para siswanya menjadi
lebih baik, diantaranya adalah : kegiatan sambut pagi, sholat dhuha
berjama’ah, tadarrus dan tahsin al-Qur’an, memberi keteladanan yang baik
dari orang tua dan guru di sekolah, mengundang para pembicara dari luar
sekolah untuk memberikan motivasi tentang akhlak terpuji, pelatihan kultum
bagi siswa serta pemberian penghargaan (reward) kepada para siswa yang
tidak pernah melanggar aturan ternyata cukup efektif dalam hal pembinaan
akhlak di SMP Islam Plus Baitul Maal. Terbukti dari sekian banyak siswanya
73
tidak ada yang pernah melakukan pelanggaran berat karena khawatir akan
sanksi yang diberikan oleh pihak sekolah dan termotivasi dengan reward yang
diberikan sekolah.
2. Berdasarkan dari hasil penelitian, bahwa srategi yang diterapkan oleh sekolah
dan guru PAI cukup efektif. Terbukti dari akhlak para siswa-siswi di sekolah
tersebut yang mencerminkan akhlak yang mulia. Hal ini dapat terwujud
karena adanya dukungan dari pihak sekolah terhadap kegiatan pembinaan
akhlak siswa, serta adanya pemberian kesempatan untuk mempergunakan
sarana dan prasarana sekolah dalam kegiatan pembinaan akhlak. Kedua,
adanya dukungan dari para guru dan kepala sekolah yang senantiasa
memberikan keteladanan akhlak terpuji kepada para siswanya di setiap
pembelajaran khususnya pelajaran PAI. Ketiga, keikutsertaan pihak luar pun
ikut mempengaruhi dalam memotivasi para siswa agar berakhlak terpuji.
Keempat, dukungan berupa jumlah siswa yang mayoritas beragama Islam
sebagai peserta didik.
B. Saran-saran
Setelah membahas skripsi ini, penulis memberikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Kaitannya dengan pembinaan akhlak, hendaknya kepala sekolah
memberikan pelatihan yang lebih mendalam berkenaan dengan teori dan
konsep pembinaan akhlak dan aplikasinya di lingkungan sekolah kepada
para guru, sehingga dapat menunjang pengelolaan berbagai aktifitas yang
ada, agar dapat berjalan secara efektif dan efisien.
2. Pihak-pihak penyelenggara pendidikan hendaknya meningkatkan
kerjasama dengan orang tua bagaimana meningkatkan motivasi para siswa
agar berakhlak terpuji. Perlu adanya kerjasama dengan pihak orang tua
dikarenakan waktu siswa sebenarnya lebih banyak berada di luar sekolah,
sehingga para orang tua siswa diharapkan mampu untuk membantu para
74
guru baik untuk mengarahkan maupun dengan memberikan contoh-contoh
teladan hal-hal yang berkaitan dengan ajaran agama Islam.
3. Orang tua dan guru hendaklah mampu membimbing dan mengarahkan
anak-anak mereka dengan maksimal dalam upaya menanamkan dan
membiasakan nilai-nilai agama pada anak, sehingga anak akan terbiasa
melakukan amalan-amalan yang baik sesuai dengan ajaran agama Islam
dan dapat menjadi modal dasar dalam kehidupan dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Administrasi Pendidikan, Semarang, Toha Putra, 1991, cet. I
Ahmad, Khursyid, Prinsip-prinsip Pendidikan Islam (terj.), Semarang, Pustaka
Progresif, 1992, cet. Ke-2
Al-Abrasi, Athiyyah M, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan
Bintang, 1970, cet. V
Arikunto, Suharsini, Metode Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, 1994, cet. I
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar Praktek, Jakarta :
Rineka Cipta, 1998, cet. II
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1994),
cet. II.
Anzizhan, Syafarudin, Sistem Pengambilan Keputusan, Jakarta : PT. Grasindo,
2008, cet. III
Aminudin, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, Jakarta :
PT. Ghalia Indonesia, 2008
Bahri, Saiful Jamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta :
PT. Rineka Cipta, 2000, cet. II
Daradjat, Dzakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 1970, cet. I
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang
: CV. Toha Putra, 1989, cet. II
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta, Balai Pustaka, 1999.
Departemen Pendidikan Nasional, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta :
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, 2003)
Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta :
Depdiknas, Dirjen Dikdasmen, 2002.
Effendi, Sofian, Metode Penelitian Survei, Jakarta : PT. Pustaka LP3S Indonesia,
1995
Faturrahman, Pupuh, Strategi Belajar dan Mengajar, Bandung : Refika Aditama,
2007, cet. I
Gerungan, WA., Psikologi Sosial, Bandung, Eresco, 1988, cet. I
Gunarsa, Singgih, D., Psikologi Perkembangan, Jakarta : BPK Gunung Mulia,
1995, cet. Ke-2
Tapangsara, Humaidi, Akhlak Yang Mulia, Surabaya, PT. Bina Ilmu, 1980
http://www.google.com, Perangkat Pembelajaran KTSP, Empat Kompetensi
Bagi Guru,12/08/2012
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan
Disertasi, Ciputat, Logos, 2000
Kartono, Kartini, Psikologi Umum, Bandung, Mandar Maju, 1996, cet. Ke-3
Jati Sidi, Indra, Menuju Masyarakat Belajar, Jakarta : Paramadina, 2001
Mulyasa, E., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2007
Nizar, Syamsul, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta :
Hida Karya Agung, 1961
Poerbawakatja, Soegarda, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta : Gunung Agung,
1976
Sabri, Alisuf, Ilmu Pendidikan, Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999
Sardiman, AM., Interaksi dan Motivasi Mengajar, Pedoman Bagi Guru dan
Calon Guru, Jakarta : CV. Rajawali, 1990, cet. III
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran, Jakarta : Kencana, 2008
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2008,
cet. II
Wirawan, Sarlito, Psikologi Remaja, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997, cet.
Ke-7
Yatiman, Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta : Sinar
Grafika, 2007, cet. I
top related