spo oral

Post on 05-Oct-2015

44 Views

Category:

Documents

7 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

spo oral

TRANSCRIPT

DAFTAR ISIBAB IPENDAHULUANA. Latar belakangPengertian obat secara umum, Obat adalah semua bahan tunggal/campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun luar guna mencegah, meringankan ataupun menyembuhkan penyakit.Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa,mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau untuk memperelok badan atau bagian badan manusia .Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan yang sesuai, tablet dapat berbeda ukuran, bentuk, berat, kekersan, dan ketebalalan, daya hancurnya dan aspek lain yang tergantung dengan pemakaian tablet dan Cara pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian secara oral. Kebanyakan tablet dibuat dengan penambahan zat warna dan zat pemberi rasa. Tablet lain yang penggunaanya dapat Cara sublingual, bukal, atau melalui vagina.B. Tujuan 1. Untuk mengetahui apa itu tablet2. Untuk mengetahui penggolongan tablet3. Untuk mengetahui keuntunngan dan kerugian tablet4. Untuk mengetahui kriteria tablet5. Untuk mengetahui sistem penghantaran obat secara oral terutama tablet

BAB IIPEMBAHASANA. Definisi tabletTablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan.Tablet adalah sediaan padat yang mengandung satu dosis dari beberapa bahan aktif dan biasanya dibuat dengan mengempa sejumlah partikel yang seragam (BP 2002). Tablet yang berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk obat hewan besar. Bentuk tablet umumnya berbentuk cakram pipih/gepeng, bundar, segitiga, lonjong dan sebagainya. Bentuk khusus ini dimaksudkan untuk menghindari, mencegah atau mempersulit pemalsuan dan agar mudah dikenali orang. Warna tablet umumnya putih. Tablet yang berwarna mungkin karena zat aktifnya memang berwarna, tetapi ada juga tablet yang sengaja diberi warna agar tampak lebih menarik, mencegah pemalsuan, dan untuk membedakan tablet yang satu dengan tablet yang lain.B. Penggolongan tablet Berdasarkan Metode PembuatanBerdasarkan metode pembuatannya, dikenal dua jenis tablet, yaitu tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetakTablet cetak dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi yang umumnya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan. Massa serbuk dibasahi dengan etanol persentase tinggi. Kadar etanol tergantung pada kelarutan zat aktif dan bahan pengisi dalam system pelarut, serta derajat kekerasan tablet yang diinginkan. Massa serbuk yang lembap ditekandengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kemudian dikeluarkan dan dibiarkan kering. Tablet cetak agak rapuh sehingga harus hati-hati dalam pengemasan dan pendistribusian. Kepadatan tablet bergantung pada ikatan Kristal yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak bergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan.Tablet kempaTablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Umumnya tablet kempa mengandung zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegrant dan lubrikan, tetapi dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak (pewarna yang diabsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis.Jenis-jenis tabletnya sebagai berikut: Tablet trituratTablet triturat merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya slindris, digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan obat. Tablet hipodermikTablet hipodermik adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air, harus steril dan dilarutkan lebih dahulu sebelum digunakan untuk injeksi hipodermik. Tablet sublingualTablet sublingual digunakan dengan Cara meletakkan tablet dibawah lidah sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral atau jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti tablet nitrogliserin. Tablet bukalTablet bukal digunakan dengan Cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut. Tablet efervesenTablet efervesen dibuat dengan Cara dikempa. Selain zat aktif, tablet mengandung campuran asam (asam sitrat, asam asam tartrat) dan natrium bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon dioksida. Tablet disimpan dalam wadah tertutup rapat atau dalam kemasan tahan lembap dan pada etiket tertera informasi bahwa tablet ini tidak untuk ditelan. Tablet kunyah (chewable)Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, meninggalkan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut. Diformulasikan untuk anak-anak, terutama formulasi multivitamin, antasida dan antibiotic tertentu. Dibuat dengan Cara dikempa, pada umumnya menggunakan manitol, sorbitol dan sukrosa sebagai bahan pengikat atau pengisi, serta mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa. Berdasarkan distribusi obat dalam tubuhBerdasarkan distribusi obat dalam tubuh, tablet dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: Bekerja lokal: misalnya tablet isap untuk pengobatan pada rongga mulut; ovula untuk pengobatan pada infeksi di vagina. Bekerja sistemik: Tablet yang bekerja sistemik dapat dibedakan menjadi:a.Yang bekerja short acting (jangka pendek); dalam satu hari memerlukan beberapa kali menelan obatb.Yang bekerja long-acting (jangka panjang); dalam satu hari cukup menelan satu tablet. Tablet jangka panjang ini dapat dibedakan lagi menjadi: Delayed action tablet (DAT)Dalam tablet ini terjadi penundaan zat berkhasiat karena pembuatannya adalah sebagai berikut. Sebelum dicetak, granul dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok pertama tidak diapa-apakan, kelompok kedua disalut dengan bahan penyalut yang akan pecah setelah beberapa saat, kelompok ketiga disalut dengan bahan penyalut yang pecah lebih lama dari kelompok kedua, demikian seterusnya, tergantung pada macam bahan penyalut dan lama kerja obat yang dikehendaki. Granul-granul dari semua kelompok dicampurkan dan baru dicetak. Repeat action tablet (RAT)Granul-granul dari kelompok yang paling lama pecahnya dicetak dahulu menjadi tablet inti (core tablet). Kemudian granul-granul yang kurang lama pecahnya dimampatkan di sekeliling kelompok pertama sehingga terbentuk tablet baru. Berdasarkan jenis bahan penyalutTujuan penyalutan tablet:a Melindungi zat aktif yang bersifat higroskopis atau tidak tahan terhadap pengaruh udara, kelembapan atau cahaya.b.Menutupi rasa dan bau yang tidak enak.c.Membuat penampilan lebih baik dan menarik.d.Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna. Misalnya tablet enteric yang pecah di usus.Macam-macam tablet salut:1.Tablet salut biasa/ salut gula (dragee), disalut dengan gula dari suspensi dalam air yang mengandung serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium karbonat, talk atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin. Kelemahan salut gula adalah waktu penyalutan yang lam adan perlu penyalut tahan air. Hal ini memperlambat disolusi dan memperbesar bobot tablet.2.Tablet salut selaput (film coated tablet, fct), disalut dengan hidroksipropilmetilselulosa, metilselulosa, hidroksipropilselulosa, Na-CMC, dan campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG yang tidak mengandung air atau mengandung air.3.Tablet salut kempa adalah tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang terdiri atas laktosa, kalsium fosfat, dan zat lain yang cocok. Mula-mula dibuat tablet inti, kemudian dicetak kembali bersama granulat kelompok lain yang sehingga terbentuk tablet berlapis (multi layer tablet). Tablet ini sering dipergunakan untuk pengobatan secara berulang (repeat action).4.Tablet salut enteric (enteric-coated tablet), atau tablet lepas tunda, yakni jika obat dapat rusak atau menjadi tidak aktif akibat cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung, maka diperlukan penyalut enteric yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.5.Tablet lepas-lambat (sustained-release tablet), atau tablet dengan efek diperpanjang, yang dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tetap tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan. Berdasarkan Cara pemakaian1.Tablet biasa/tablet telan. Dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral dengan Cara ditelan, pecah di lambung.2 Tablet kunyah (chewable tablet). Bentuknya seperti tablet biasa, Cara pakainya dikunyah dulu dalam mulut kemudian ditelan, umumnya tidak pahit. Contohnya tablet antasida.3.Tablet isap (lozenges, trochisi, pastiles), adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahan-lahan dalam mulut. Tablet ini dibuat dengan Cara tuang (dengan bahan dasar gelatin dan/atau sukrosa yang dilelehkan atau sorbitol) yang disebut pastiles, atau dengan Cara kempa menggunakan bahan dasar gula yang disebut trochisi. Diisap di dalam rongga mulut, digunakan sebagai obat lokal pada infeksi di rongga mulut atau tenggorokan. Umumnya mengandung antibiotic, antiseptic, dan adstringensia.4.Tablet larut (effervescent tablet). Contohnya Ca-D-Redoxon, tablet efervesen Supradin.5. Tablet implant (pelet). Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril dan berisi hormone steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan Cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan, kemudian kulit dijahit kembali. Zat khasiat akan dilepas perlahan-lahan.6.Tablet hipodermik (hypodermic tablet). Tablet steril, umumnya berbobot 30 mg, larut dalam air, digunakan dengan Cara melarutkan ke dalam air untuk injeksi secara aseptic dan disuntikkan di bawah kulit (subkutan).7.Tablet bukal (buccal tablet).8.Tablet sublingual.9. Tablet vagina (ovula).C. Kriteria tabletSuatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;7. Bebas dari kerusakan fisik;8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.D. Keuntungan tabletDibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai keuntungan antara lain :1.Tablet merupakan bentuk sediaan utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dibanding semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah. 2.Tablet merupakan sediaan yang biaya pembuatannya paling rendah.3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan sehingga mudah dibawa.4.Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk dikemas dan dikirim.5. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah, tidak memerlukan pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.6. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan, terutama tablet salut yang memungkinkan pecah/ hancurnya tablet tidak segera terjadi.7. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan di usus atau produk lepas lambat.8.Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi secara besar-besaran.9. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.10.Bau, rasa, dan warna yang tidak menyenangkan dapat ditutupi dengan penyalutan.11.Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah.12.Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil.13.Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil.14.Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air.15. Pemakaian oleh penderita lebih mudah.E. Kerugian tablet1.Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasinya, atau rendahnya berat jenis.2.Obat yang sukar dibasakan, lambat melarut, dosisnya tinggi, absorpsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat diatas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavailabilitas obat cukup3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaban udara perlu pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan penyalutan dulu. Pada keadaan ini kapsul dapat merupakan jalan keluar yang terbaik dan lebih murah.4.Kesulitan menelan pada anak-anak, orang sakit parah, dan pasien lanjut usia.F. Sistem Penghantaran Obat 1. Peran ObatObat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Obat berbeda dengan komoditas perdagangan, karena selain merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Seperti yang telah dituliskan pada pengertian obat diatas, maka peran obat secara umum adalah sebagai berikut: 1) Penetapan diagnosa 2) Untuk pencegahan penyakit 3) Menyembuhkan penyakit 4) Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan 5) Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu 6) Peningkatan kesehatan 7) Mengurangi rasa sakit 2. Parameter-parameter FarmakologiFarmakokinetika Farmakokinetika merupakan aspek farmakologi yang mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresinya (ADME). Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umunya mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi dari dalam tubuh. 1. Absorpsi dan Bioavailabilitas. Kedua istilah tersebut tidak sama artinya. Absorpsi, yang merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian, menyangkut kelengkapan dan kecepatan proses tersebut. Kelengkapan dinyatakan dalam persen dari jumlah obat yang diberikan. Tetapi secara klinik, yang lebih penting ialah bioavailabilitas. Istilah ini menyatakan jumlah obat, dalam persen terhadap dosis, yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh/aktif. Ini terjadi karena untuk obat-obat tertentu, tidak semua yang diabsorpsi dari tempat pemberian akan mencapai sirkulasi sestemik. Sebagaian akan dimetabolisme oleh enzim di dinding ususpada pemberian oral dan/atau di hati pada lintasan pertamanya melalui organ-organ tersebut. Metabolisme ini disebut metabolisme atau eliminasi lintas pertama (first pass metabolism or elimination) atau eliminasi prasistemik. Obat demikian mempunyai bioavailabilitas oral yang tidak begitu tinggi meskipun absorpsi oralnya mungkin hampir sempurna. Jadi istilah bioavailabilitas menggambarkan kecepatan dan kelengkapan absorpsi sekaligus metabolisme obat sebelum mencapai sirkulasi sistemik. Eliminasi lintas pertama ini dapat dihindari atau dikurangi dengan cara pemberian parenteral (misalnya lidokain), sublingual (misalnya nitrogliserin), rektal, atau memberikannya bersama makanan.2. Distribusi Setelah diabsorpsi, obat akan didistribusi ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat fisikokimianya. Distribusi obat dibedakan atas 2 fase berdasarkan penyebarannya di dalam tubuh. Distribusi fase pertama terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang perfusinya sangat baik misalnya jantung, hati, ginjal, dan otak. Selanjutnya, distribusi fase kedua jauh lebih luas yaitu mencakup jaringan yang perfusinya tidak sebaik organ di atas misalnya otot, visera, kulit, dan jaringan lemak. Distribusi ini baru mencapai keseimbangan setelah waktu yang lebih lama. Difusi ke ruang interstisial jaringan terjadi karena celah antarsel endotel kapiler mampu melewatkan semua molekul obat bebas, kecuali di otak. Obat yang mudah larut dalam lemak akan melintasi membran sel dan terdistribusi ke dalam otak, sedangkan obat yang tidak larut dalam lemak akan sulit menembus membran sel sehingga distribusinya terbatas terurama di cairan ekstrasel. Distribusi juga dibatasi oleh ikatan obat pada protein plasma, hanya obat bebas yang dapat berdifusi dan mencapai keseimbangan. Derajat ikatan obat dengan protein plasma ditentukan oleh afinitas obat terhadap protein, kadar obat, dan kadar proteinnya sendiri. Pengikatan obat oleh protein akan berkurang pada malnutrisi berat karena adanya defisiensi protein. 3. Biotransformasi / Metabolisme Biotransformasi atau metabolisme obat ialah proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar, artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak sehingga lebih mudah diekskresi melalui ginjal. Selain itu, pada umumnya obat menjadi inaktif, sehingga biotransformasi sangat berperan dalam mengakhiri kerja obat. Tetapi, ada obat yang metabolitnya sama aktif, lebih aktif, atau tidak toksik. Ada obat yang merupakan calon obat (prodrug) justru diaktifkan oleh enzim biotransformasi ini. Metabolit aktif akan mengalami biotransformasi lebih lanjut dan/atau diekskresi sehingga kerjanya berakhir. Enzim yang berperan dalam biotransformasi obat dapat dibedakan berdasarkan letaknya dalam sel, yakni enzim mikrosom yang terdapat dalam retikulum endoplasma halus (yang pada isolasi in vitro membentuk mikrosom), dan enzim non-mikrosom. Kedua macam enzim metabolisme ini terutama terdapat dalam sel hati, tetapi juga terdapat di sel jaringan lain misalnya ginjal, paru, epitel, saluran cerna, dan plasma.4. Ekskresi Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Obat atau metabolit polar diekskresi lebih cepat daripada obat larut lemak, kecuali pada ekskresi melalui paru. Ginjal merupakan organ ekskresi yang terpenting. Ekskresi disini merupakan resultante dari 3 preoses, yakni filtrasi di glomerulus, sekresi aktif di tubuli proksimal, dan rearbsorpsi pasif di tubuli proksimal dan distal. Ekskresi obat melalui ginjal menurun pada gangguan fungsi ginjal sehingga dosis perlu diturunkan atau intercal pemberian diperpanjang. Bersihan kreatinin dapat dijadikan patokan dalam menyesuaikan dosis atau interval pemberian obat. Ekskresi obat juga terjadi melalui keringat, liur, air mata, air susu, dan rambut, tetapi dalam jumlah yang relatif kecil sekali sehingga tidak berarti dalam pengakhiran efek obat. Liur dapat digunakan sebagai pengganti darah untuk menentukan kadar obat tertentu. Rambut pun dapat digunakan untuk menemukan logam toksik, misalnya arsen, pada kedokteran forensik. Farmakodinamika Farmakodinamika mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respon yang terjadi. Pengetahuan yang baik mengenai hal ini merupakan dasar terapi rasional dan berguna dalam sintesis obat baru. 1. Mekanisme Kerja Obat Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada sel suatu organisme. Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan respons khas untuk obat tersebut. Reseptor obat merupakan komponen makromolekul fungsional yang mencakup 2 konsep penting. Pertama, bahwa obat dapat mengubah kecepatan kegiatan faal tubuh. Kedua, bahwa obat tidak menimbulkan suatu fungsi baru, tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah ada. Walaupun tidak berlaku bagi terapi gen, secara umum konsep ini masih berlaku sampai sekarang. Setiap komponen makromolekul fungsional dapat berperan sebagai reseptor obat, tetapi sekelompok reseptor obat tertentu juga berperan sebagai reseptor yang ligand endogen (hormon, neurotransmitor). Substansi yang efeknya menyerupai senyawa endogen disebut agonis. Sebaliknya, senyawa yang tidak mempunyai aktivitas intrinsik tetapi menghambat secara kompetitif efek suatu agonis di tempat ikatan agonis (agonist binding site) disebut antagonis. 2. Reseptor Obat Struktur kimia suatu obat berhubunga dengan afinitasnya terhadap reseptor dan aktivitas intrinsiknya, sehingga perubahan kecil dalam molekul obat, misalnya perubahan stereoisomer, dapat menimbulkan perubahan besar dalam sidat farmakologinya. Pengetahuan mengenai hubungan struktur aktivitas bermanfaat dalam strategi pengembangan obat baru, sintesis obat yang rasio terapinya lebih baik, atau sintesis obat yang selektif terhadap jaringan tertentu. Dalam keadaan tertentu, molekul reseptor berinteraksi secara erat dengan protein seluler lain membentuk sistem reseptor-efektor sebelum menimbulkan respons. 3. Transmisi Sinyal Biologis Penghantaran sinyal biologis ialah proses yang menyebabkan suatu substansi ekstraseluler (extracellular chemical messenger) menimbulkan suatu respons seluler fisiologis yang spesifik. Sistem hantaran ini dimulai dengan pendudukan reseptor yang terdapat di membran sel atau di dalam sitoplasmaoleh transmitor. Kebanyakan messenger ini bersifat polar. Contoh, transmitor untuk reseptor yang terdapat di membran sel ialah katekolamin, TRH, LH. Sedangkan untuk reseptor yang terdapat dalam sitoplasma ialah steroid (adrenal dan gonadal), tiroksin, vit. D. 4. Interaksi Obat-Reseptor Ikatan antara obat dan reseptor misalnya ikatan substrat dengan enzim, biasanya merupakan ikatan lemah (ikatan ion, hidrogen, hidrofobik, van der Waals), dan jarang berupa ikatan kovalen. 5. Antagonisme Farmakodinamika Secara farmakodinamika dapat dibedakan 2 jenis antagonisme, yaitu antagonisme fisiologik dan antagonisme pada reseptor. Selain itu, antagonisme pada reseptor dapat bersifat kompetitif atau nonkompetitif. Antagonisme merupakan peristiwa pengurangan atau penghapusan efek suatu obat oleh obat lain. Peristiwa ini termasuk interaksi obat. Obat yang menyebabkan pengurangan efek disebut antagonis, sedang obat yang efeknya dikurangi atau ditiadakan disebut agonis. Secara umum obat yang efeknya dipengaruhi oleh obat lain disebut obat objek, sedangkan obat yang mempengaruhi efek obat lain disebut obat presipitan. 6. Kerja Obat yang tidak Diperantarai Reseptor Dalam menimbulkan efek, obat tertentu tidak berikatan dengan reseptor. Obat-obat ini mungkin mengubah sifat cairan tubuh, berinteraksi dengan ion atau molekul kecil, atau masuk ke komponen sel. 7. Efek Obat Efek obat yaitu perubahan fungsi struktur (organ)/proses/tingkah laku organisme hidup akibat kerja obat. Obat akan bekerja dengan manjur dan aman jika kadarnya berada di atas konsentrasi minimum efektif (MEC) tetapi di bawah konsentrasi maksimum yang dapat menimbulkan gejala keracunan (MTC). Makin dekat jarak antara MEC dan MTC, maka perhitungan farmakokinetika dilakukan dengan teliti. Pada umumnya obat diberikan dalam bentuk sediaan seperti tablet, kapsul , suspensi dan lain-lain. Suatu bentuk sediaan obat terdiri dari bahan obat dan bahan-bahan pembantu yang tersusun dalam formula dan diikuti dengan petunjuk cara proses pembuatan. Kita mengetahui bahwa sangat banyak sediaan farmasi dengan obat, dosis dan bentuk sediaan yang sama, diproduksi oleh industri-industri farmasi dengan nama-nama yang berbeda.Dengan berbagai alasan dari industri-industri, maka umumnya formula sediaan tersebut berbeda. Pada akhir tahun lima puluhan dan awal tahun enam puluhan bermunculan laporan, publikasi dan diskusi yang mengemukakan bahwa banyak obat-obat dengan kandungan, dosis dan bentuk sediaan yang sama dan dikeluarkan oleh industri farmasi yang berbeda memberikan kemanjuran yang berbeda. Laporan-laporan dan publikasi-publikasi tersebut menyebabkan munculnya ilmu baru dalam bidang farmasi yaitu biofarmasi. Riegelman, John Wagner dan Geihard Levy dinamakan sebagai pelopor biofarmasi. Pada tahun 1961 dalam suatu artikel review di Journal of Pharmaceutical Sciences dikemukakan definisi dari biofarmasi sebagai berikut Biofarmasi adalah cabang ilmu farmasi yang mempelajari hubungan antara sifat-sifat fisiko kimia dari bahan baku obat dan bentuk sediaan dengan efek terapi sesudah pemberian obat tersebut kepada pasien. Perbedaan sifat fisiko kimia dari sediaan ditentukan oleh bentuk sediaan, formula dan cara pembuatan, sedangkan perbedaan sifat fisiko kimia bahan baku obat dapat berasal dari bentuk bahan baku ( ester , garam, kompleks atau polimorfisme) dan ukuran partikel.Selanjutnya perkembangan ilmu biofarmasi , melihat bentuk sediaan sebagai suatu drug delivery system yang menyangkut pelepasan obat berkhasiat dari sediaannya, absorpsi dari obat berkhasiat yang sudah dilepaskan, distribusi obat yang sudah diabsorpsi oleh cairan tubuh, metabolisme obat dalam tubuh serta eliminasi obat dari tubuh. Sedangkan drug delivery sistem adalah suatu bentuk sediaan yang melepaskan satu atau lebih bahan berkhasiat secara kontinyu menurut pola yang telah ditetapkan sebelumnya atau pada organ sasaran yang spesifik. Sedangkan kecepatan pelepasan obat dipengaruhi oleh bentuk sediaan, formula dan cara pembuatan sehingga bisa terjadi sebagian obat dilepas disaluran cerna dan sebagian lagi masih belum dilepas sehingga belum sempat diabsorpsi sudah keluar dari saluran cerna. Malah sekarang ini pelepasan obat dari sediaan bisa diatur atau dikontrol sehingga absorpsi bisa terjadi lama di saluran cerna, maka timbulah sediaan farmasi yang semula dipakai tiga kali sehari menjadi satu kali sehari. Umumnya obat yang sudah terlarut dalam cairan saluran cerna bisa diabsorpsi oleh dinding saluran cerna, tetapi dilain pihak obat yang sudah terlarut itu bisa terurai tergantung dari sifatnya , sehingga sudah berkurang obat yang diabsorpsi.Sedangkan sistem penghantaran obat yang ideal : 1. satu kali pemberian untuk seluruh periode pengobatan2. Menghasilkan kadar obat dalam darah yang konstan selama periode waktu tertentu3. Efek obat optimal.4. Menghantarkan obat langsung kesasaran (drug targeting)Sebagai contoh sistem penghantaran obat yaitu sediaan oral ( tablet enziplex ) yang dipakai digunakan sebagai obat untuk membantu proses pencernaan dan meringankan rasa mual, kembung, nyeri lambung, dan sebab akibat gangguan pencernaan. Suatu obat dapat mencapai tempat kerja yang diinginkan setelah masuk dalam tubuh dengan jalur yang terbaik. Dalam beberapa hal, obat dapat diberikan langsung pada tempatnya bekerja., seperti pemberian topikal obat anti-inflamasi pada kulit atau membran mukosa yang radang. Dalam keadaan lain obat dapat diberikan intravena dan beredar dalam darah langsung ke saluran darah bagian tubuh tempat efek obat diharapakan. Lebih umum lagi, obat diberikan dalam kompartemen tubuh, misalnya usus dan mesti berpindah ketempatnya bekerja yaitu kompartemen yang lain misalnya otak. Dalam hal ini obat harus diabsorbsi kedalam darah dari tempat pemberiannya dan didistribusikan ketempatnya bakerja, melalui permeasi berbagai penghambat yang memisahkan kompartemen ini. Obat yang diberikan peroral seperti enziplex untuk mendapatkan efek disusunan saraf pusat perlu melewati sawar seperti didinding usus, dinding kapiler yang mengaliri usus sawar otak-darah yaitu dinding kapiler yang mengaliri otak. Akhirnya sesudah memberikan efek obat harus dikeluarkan dengan kecepatan tertentu melalui inaktifasi metabolik, melalui eksresi dari tubuh atau gabungan kedua proses ini.

BAB IIIPENUTUP1 KesimpulanTabletadalah campuran zat aktif dan zat pengikat, biasanya dalam bentukbubuk, yang dibentuk menjadi padatan.Tablet merupakan sediaan obat padat kempak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih, dengan atau tanpa bahan tambahan. Macam-macam obat tablet diantaranya tablet kunyah, tablet hisap, tablet sublingual, tablet efervescent, dan lain-lain.Keuntungan: Pemberian obat peroral merupakan Cara yang paling banyak dipakai karena ini adalah Cara yang paling mudah,murah, aman dan nyaman bagi pasien.Kerugian: Kelemahan dari pemberian obat peroraladlah pada aksinya yang lambat sehingga cara ini tidak mudah dipakai pada keadaan gawat. Obat yang diberikan peroral biasanya membutuhkan waktu 30- 45 menit sebelum diabsorbsi dan efek puncaknya dicapai setelah 1- 1 jam. Rasa dan bau obat yang tidak enak sering mengganggu pasien.Kontraindikasi: Cara peroral tidak dapat dipakai pada pasien yang mengalami mual-mual, muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pengisapan cairan lambung serta pada pasien yang mengalami gangguan menelan.Indikasi:Cara peroral dapat dipakai pada pasien yang tidak mengalami mual-mual,muntah,semi koma, pasien yang tidak akan menjalani pengisapan cairan lambung serta pada pasien yang tidak mengalami gangguan menelan

DAFTAR PUSTAKASyamsuni, Drs. H. A., Apt.2007. Ilmu Resep. Jakarta: EGChttp://shiciro.blogspot.com/2010/11/teori-sediaan-tablet.htmlhttp://adiyugatama.wordpress.com/2012/04/11/sediaan-tablet/http://medicafarma.blogspot.com/2008/09/tablet.html

top related