sop penanganan pascapanen bawang putih fileberdasarkan permentan no. 73 tahun 2013 sehingga dapat...
Post on 16-Mar-2019
258 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(PEDOMAN UMUM)
PENANGANAN PASCAPANEN
Bawang Putih
KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA
DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN TANAMAN SAYURAN DAN OBAT
2014
1
KATA PENGANTAR
Dalam rangka pengembangan bawang putih yang berdaya saing dan bermutu baik, serta
berorientasi pasar, maka penanganan pascapanen perlu menjadi prioritas. Salah satu upaya
yang dilakukan untuk memfasilitasi hal tersebut adalah dengan menyusun Buku SOP
(Standar Operasional Prosedur) Pascapanen Bawang Putih.
Buku SOP Pascapanen Bawang Putih ini diharapkan dapat sebagai acuan bagi pelaku
usaha/petani/petugas untuk melaksanakan penanganan pascapanen yang baik (GHP)
berdasarkan Permentan No. 73 Tahun 2013 sehingga dapat mempertahankan mutu hasil
bawang putih, menekan kehilangan hasil/kerusakan dan memperpanjang umur simpan.
Buku ini disusun bersama-sama dengan para pakar dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran,
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian, instansi terkait, para
petani bawang putih dan pelaku usaha yang menangani kegiatan pascapanen.
Kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku SOP Pascapanen Bawang Putih. Kami
menyadari Buku ini masih jauh dari sempurna, karena itu memerlukan saran dan masukan
dari berbagai pihak dan para pembaca yang budiman semoga buku pedoman ini akan
banyak manfaatnya.
Jakarta, Maret 2014
Direktur Budidaya dan Pascapanen
Sayuran dan Tanaman Obat
Plt.
Ir. Soesilo, M.Si.
2
TIM PENYUSUN
Penanggung Jawab : Ir. Soesilo, M.Si.
Plt. Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat
Tim Penyusun :
• Ir. Gabriella Susilowati, M.P.
• Lilis Suhaeti, SP.
• Ir. M. Tahir, M.P.
• Dr. Ali Asgar, MS.
• Dr. Ir. Ridwan Rahmat, M.Agr.
• Gunawan, S.Pd., MM.
• Jayanudin S., STP.
• Yetno Suprayitno
• Dede Sunarya
• Lili
• H. Muhtar Efendi
• Riza, SP.
• Ira Dwi Rachmani, STP.
• Dwiyanto Raharjo
• Rasim
Editor :
• Ir. Soesilo, M.Si.
• Ir. Gabriella Susilowati, M.P.
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………………………………………………
Tim Penyusun ……………………………………………………………………………………………………..
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………………
Daftar Gambar ……………………………………………………………………………………………………
Pendahuluan ………………………………………………………………………………………………………
Referensi ……………………………………………………………………………………………………………
SOP Pascapanen Bawang Putih ……………………………………………………………………………
I. Penentuan Waktu Panen dan Penanganan Panen …………………………………
II. Perlakuan Segera Setelah Panen …………………………………………………………
III. Pengeringan ……………………………………………………………………………………..
IV. Pembersihan ……………………………………………………………………………………..
V. Sortasi dan Grading ……………………………………………………………………………
VI. Penyimpanan …………………………………………………………………………………….
VII. Pengemasan ……………………………………………………………………………………...
VIII. Distribusi …………………………………………………………………………………………..
Buku Kerja …………………………………………………………………………………………………………
Deskripsi Varietas Bawang Putih ……………………………………………………………………………
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pemanenan bawang putih ………………………………………………………………………
Gambar 2. Bawang putih yang telah dipanen ……………………………………………………………
Gambar 3. Keranjang panen plastik berventilasi …………………………………………………………
Gambar 4. Bawang putih setelah pemotongan tajuk……………………………………………………
Gambar 5. Bawang putih yang telah dibersihkan ……………………………………………………….
Gambar 6. Bawang putih yang dikemas dalam kantung jaring/net ………………………………
5
PENDAHULUAN
Produksi bawang putih lokal yang mendapatkan stimulus dari pemerintah dirasakan cukup
memberikan konstribusi terhadap berkembanganya agribisnis bawang putih. Untuk itu, perlu
dilaksanakan pengembangan penanganan pascapanen bawang putih yang baik.
Penanganan teknologi pascapanen bawang putih oleh petani pada umumnya masih
dilaksanakan secara tradisional sehingga kehilangan hasil cukup tinggi, di sisi lain hasil-hasil
penelitian teknologi penekanan kehilangan hasil belum banyak diterapkan oleh petani.
Untuk itu perlu disusun SOP Pascapanen Bawang Putih. SOP Penanganan Pascapanen
Bawang Putih disusun sebagai panduan dalam rangka mempertahankan mutu hasil bawang
putih, dengan tingkat kehilangan hasil/kerusakan seminimal mungkin dan memperpanjang
umur simpan.
Target standar bawang putih yang akan dicapai dalam kerangka penerapan Standar
Operasional Prosedur ini adalah: ukuran bawang sesuai permintaan pasar, bentuk sesuai
deskripsi varietas, bawang putih tidak cacat, tidak terkontaminasi benda lain maupun residu
pestisida, menghasilkan bawang putih yang bermutu sesuai tujuannya, menekan tingkat
kehilangan hasil pascapanen dari tingkat petani sampai ke konsumen kurang dari 10 %, dan
meningkatkan efisiensi usaha agribisnis bawang putih.
6
REFERENSI
• Dr. Ali Asgar, MS. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang)
• Dr. Ir. Ridwan Rahmat, M.Agr. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca
Panen Pertanian)
• Pengalaman Petani dan Pelaku Usaha Bawang Putih dari Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Cianjur
7
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BAWANG PUTIH
Standar Operasional
Prosedur Nomor:
SOP BP. I
Tanggal Dibuat
……………..
Penentuan Waktu Panen dan
Penanganan Panen
Revisi……..
Tanggal……..
Disahkan
……………..
I. PENENTUAN WAKTU PANEN DAN PENANGANAN PANEN
A. Pengertian
Penentuan waktu panen pada bawang putih dapat dilakukan secara:
Visual: melihat kondisi tangkai daun 50 – 60% menguning, umbi mulai tampak di
permukaan tanah, warna umbi terlihat kemerahan, dan kulit lapisan terluar umbi
belum pecah.
Fisik: dengan perabaan, leher umbi keras
Komputasi: penentuan umur tanaman antara 90 – 125 HST (tergantung
varietas/kultivar, cuaca/musim, pemeliharaan tanaman).
Penanganan Panen dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun tanaman
secara manual dengan tangan atau dengan cungkilan.
B. Tujuan
Dapat melakukan pemanenan yang baik dan mendapatkan hasil panen bawang putih
dengan kuantitas dan kualitas yang baik.
C. Standar Penentuan Waktu Panen dan Penanganan Panen
1. Secara visual dengan melihat perkembangan fisik tanaman:
Melihat kondisi tangkai daun 50 – 60% menguning, umbi mulai tampak di
permukaan tanah, warna umbi terlihat kemerahan, dan kulit lapisan terluar umbi
belum pecah.
2. Secara komputasi:
Penentuan umur tanaman sejak tanam, tergantung varietas/kultivar,
cuaca/musim, tinggi tempat.
3. Panen dilakukan pada pagi hari setelah tidak ada embun dan tidak pada saat
turun atau menjelang hujan.
8
Standar Operasional
Prosedur Nomor:
SOP BP. I
Tanggal Dibuat
……………..
Penentuan Waktu Panen dan
Penanganan Panen
Revisi……..
Tanggal……..
Disahkan
……………..
4. Panen dilakukan dengan mencabut seluruh bagian tanaman, umbi terbawa
berikut akar dan diusahakan daun jangan patah. Umbi yang tidak tercabut
dilakukan pencungkilan dengan menggunakan alat (cotek).
5. Panen dilakukan serentak di seluruh petak untuk tanaman dengan umur yang
sama.
D. Alat dan Bahan
1. Data atau informasi untuk mengetahui waktu panen/tingkat kematangan bawang
putih, umur panen optimal bawang putih dan keunggulannya yang mempunyai
ketahanan daya simpan tinggi.
2. Cungkil (cotek) untuk mencungkil umbi bawang putih yang tidak bisa tercabut
3. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan
E. Prosedur Kerja Penentuan Waktu Panen dan Penanganan Panen
1. Tentukan waktu panen yang tepat sesuai deskripsi varietas
2. Amati kondisi cuaca saat panen (bila hujan pelaksanaan panen ditunda)
3. Siapkan alat panen dan tenaga kerja yang terampil dan atur pembagian tugas
pemanenan (mencabut dan mengumpulkan)
4. Lakukan pemanenan bawang putih pada petak yang sama dengan cara
mencabut secara hati-hati.
5. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan pada buku kerja
(Tabel 1, lampiran)
F. Sasaran
Hasil panen dengan kuantitas dan kualitas yang optimal melalui penentuan waktu
panen sesuai deskripsi varietas.
9
Standar Operasional
Prosedur Nomor:
SOP BP. I
Tanggal Dibuat
……………..
Penentuan Waktu Panen dan
Penanganan Panen
Revisi……..
Tanggal……..
Disahkan
……………..
Gambar 1. Pemanenan bawang putih
Gambar 2. Bawang putih yang telah dipanen
10
Standar Operasional
Prosedur Nomor:
SOP BP . II
Tanggal Dibuat
……………..
Perlakuan Segera
Setelah Panen
Revisi…….
Tanggal ……..
Disahkan
……………..
II. PERLAKUAN SEGERA SETELAH PANEN
A. Pengertian
“Perlakuan segera setelah panen” adalah tindakan yang harus dilakukan pada
komoditas bawang putih segera setelah panen. Pada bawang putih tindakan ini
berupa pelayuan dan pemotongan tajuk 3 cm dari leher umbi.
B. Tujuan
Perlakuan segera setelah panen untuk mengurangi kerusakan yang dapat terjadi
setelah panen dan menghasilkan bawang putih yang berkualitas dan daya simpan
panjang.
C. Standar Perlakuan segera setelah panen
1. Pelayuan daun: penumpukan umbi bawang putih di ruangan beraerasi cukup,
umbi ditata melingkar, di mana posisi umbi berada di bagian luar, dan daun
berada di bagian dalam lingkaran, selama 2 hari 2 malam.
2. Pemotongan tajuk: dilakukan pemotongan tajuk, disisakan sepanjang 2 – 3 cm
dari leher umbi. Pemotongan tajuk menggunakan pisau atau gunting yang tajam.
3. Pemotongan akar: Pemotongan akar menggunakan pisau dan gunting yang
tajam, sehingga berat umbi akan menjadi 60 – 70%.
4. Pewadahan ke dalam keranjang panen: bawang yang telah dipotong tajuknya
seperti tahapan nomor 2 selanjutnya dimasukkan ke dalam keranjang panen.
D. Alat dan Bahan
1. Pisau dan gunting yang tajam
2. Ruangan untuk pelayuan
3. Keranjang panen berventilasi dari plastik kapasitas netto 20 kg
4. Alat pencatatan digunakan untuk mencatat kegiatan
E. Prosedur Kerja
1. Tumpuk umbi bawang putih di ruangan beraerasi cukup.
11
2. Umbi ditata melingkar, di mana posisi umbi berada di bagian luar, dan daun
berada di bagian dalam lingkaran.
3. Perlakuan tersebut dilakukan selama 2 hari 2 malam.
4. Lakukan pemotongan tajuk
5. Sisakan tajuk sepanjang 2 – 3 cm dari leher umbi.
6. Lakukan pemotongan akar
7. Seluruh akar dipotong
8. Gunakan pisau atau gunting yang tajam dan bersih
9. Lakukan pewadahan ke dalam keranjang panen
10. Gunakan keranjang plastik berventilasi dengan kapasitas netto 20 kg
11. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan pada buku kerja
(Tabel 2, Lampiran)
Gambar 3. Keranjang panen plastik berventilasi
Standar Operasional
Prosedur Nomor:
SOP BP . II
Tanggal Dibuat
……………..
Perlakuan Segera
Setelah Panen
Revisi…….
Tanggal ……..
Disahkan
……………..
12
F. Sasaran
Hasil panen bawang putih yang berkualitas dan daya simpan lama.
Gambar 4. Bawang putih setelah pemotongan tajuk
Standar Operasional
Prosedur Nomor:
SOP BP . II
Tanggal Dibuat
……………..
Perlakuan Segera
Setelah Panen
Revisi…….
Tanggal ……..
Disahkan
……………..
13
Standar Operasional
Prosedur Nomor:
SOP BP. III
Tanggal Dibuat
……………..
Pengeringan Revisi…….
Tanggal ……..
Disahkan
……………..
III. PENGERINGAN
A. Pengertian
Pengeringan adalah penjemuran lanjutan bawang putih untuk menurunkan kadar air
umbi sehingga umur simpannya lebih lama.
B. Tujuan
Untuk menurunkan kadar air bawang putih yang sudah dipotong agar sesuai untuk
konsumsi.
C. Standar Pengeringan
1. Penjemuran dilakukan di lantai jemur atau lahan terbuka yang sudah dilengkapi
dengan saluran drainase, menggunakan alas jemur berupa anyaman bambu.
2. Penjemuran dilakukan langsung setelah pelayuan selama sekitar 7 – 8 hari dari
jam 8 sampai jam 13 dengan penyinaran cahaya matahari yang maksimal, pada
malam hari ditutup memakai plastik transparan.
3. Ketebalan penumpukan umbi yang dijemur paling banyak 2 – 3 umbi.
4. Jika hujan, bawang dikumpulkan di bagian tengah dan ditutup dengan plastik
transparan.
5. Penjemuran dianggap cukup bila kulitpaling luar umbi sudah kering (beratnya
menjadi 80 – 85% dihitung dari berat umbi setelah pemotongan)
D. Alat dan Bahan
1. Lantai jemur atau lahan terbuka yang dilengkapi saluran drainase
2. Anyaman bambu untuk alas jemur
3. Plastik transparan untuk menutup bawang putih pada waktu hujan/malam hari.
14
Standar Operasional
Prosedur Nomor:
SOP BP. III
Tanggal Dibuat
……………..
Pengeringan Revisi…….
Tanggal ……..
Disahkan
……………..
E. Prosedur Kerja
1. Lakukan penataan bawang putih yang sudah dipotong tajuknya pada anyaman
bambu.
2. Lakukan penumpukan bawang putih paling banyak tiga lapis
3. Lakukan penjemuran di lantai jemur atau lahan terbuka yang dilengkapi dengan
saluran drainase
4. Lakukan penjemuran selama 7 – 8 hari dari jam 8 sampai jam 13 dengan asumsi
penyinaran matahari yang maksimal
5. Tutup plastik ketika malam/hujan
6. Buka plastik penutup pada saat siang hari
7. Plastik penutup tidak bersentuhan dengan umbi bawang, gunakan penyangga
plastik.
8. Hentikan pengeringan sampai kulit paling luar umbi kering (beratnya menjadi 80
– 85% dihitung dari berat umbi setelah pemotongan).
9. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan pada buku kerja
(Tabel 3, Lampiran).
F. Sasaran
Dihasilkan bawang putih yang kering untuk konsumsi.
15
Standar Operasional
Prosedur Nomor:
SOP BP. IV
Tanggal Dibuat
……………..
Pembersihan Revisi …….
Tanggal ………
Disahkan
……………..
IV. PEMBERSIHAN
A. Pengertian
Pembersihan adalah proses menghilangkan bagian yang tidak diperlukan (tanah,
daun kering, akar, kulit yang terkelupas).
B. Tujuan
Menghilangkan bagian yang tidak diperlukan (tanah, daun kering, akar, kulit yang
terkelupas) supaya umbi terlihat bersih dan menarik.
C. Standar Pembersihan
1. Menghilangkan tanah
2. Memotong tajuk 2 – 3 cm di atas leher umbi
3. Memotong seluruh akar
4. Membersihkan umbi bawang putih dari kulit kering dan kotoran lainnya.
D. Alat dan Bahan
1. Gunting/pisau untuk memotong tajuk dan akar bawang putih
2. Timbangan untuk menimbang bawang putih
3. Keranjang sampah untuk tempat sampah (kotoran).
4. Anyaman bambu sebagai tempat untuk mengeringkan bawang putih.
5. Bakul-tampi untuk membersihkan bawang putih protolan.
E. Prosedur Pelaksanaan
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebagai sarana pembersih umbi
2. Hilangkan tanah atau kotoran yang menempel di umbi.
3. Potong (trimming) bagian akar dengan menggunakan gunting/ pisau yang tajam
dan bersih.
4. Potong (trimming) tajuk 2 – 3 cm di atas leher umbi
16
Standar Operasional
Prosedur Nomor:
SOP BP. IV
Tanggal Dibuat
……………..
Pembersihan Revisi…….
Tanggal ……..
Disahkan
……………..
5. Buang bagian kulit yang terkelupas menggunakan bakul-tampi
6. Timbang umbi yang telah dibersihkan
7. Letakkan umbi bawang putih yang sudah dibersihkan pada keranjang yang telah
dipersiapkan untuk dikeringanginkan
8. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan pada buku kerja
(Tabel 4, Lampiran).
F. Sasaran
Bawang putih yang bersih dan menarik
Gambar 5. Bawang putih yang telah dibersihkan
17
Standar Operasional
Prosedur Nomor:
SOP BP. V
Tanggal Dibuat
……………..
Sortasi dan Grading Revisi ………
Tanggal ………..
Disahkan
……………..
V. SORTASI DAN GRADING
A. Pengertian
Kegiatan sortasi merupakan tindakan yang dilakukan untuk mendapatkan mutu
yang baik dengan cara memilah-milah antara produk yang baik dengan yang rusak.
Produk yang baik adalah produk yang bebas dari cacat atau kerusakan fisik akibat
kegiatan panen maupun serangan hama penyakit.
Produk yang rusak adalah produk rusak fisik akibat panen maupun kena serangan
hama penyakit. Setelah dilakukan pemisahan kedua kelompok produk tersebut
dilakukan proses pengkelasan (grading) sesuai dengan standar mutu, Standar
Nasional Indonesia (SNI), atau kesepakatan lainnya.
Grading adalah pengkelasan/penggolongan kubis berdasarkan kualitas seperti
keseragaman bentuk, kebersihan, kepadatan, bebas penyakit dan kerusakan serta
ukuran berat, panjang, diameter.
B. Tujuan
Untuk mendapatkan mutu yang baik dengan cara memilah-milah antara produk yang
baik dengan yang rusak dan sekaligus melakukan proses pengkelasan (grading)
berdasarkan kualitas sesuai dengan mutu Standar Nasional Indonesia (SNI) bawang
putih atau kesepakatan lainnya.
C. Standar Sortasi dan Grading
1. Sortasi dan grading berdasar ukuran umbi.
• Kelas mutu I, diameter umbi 3 – 4 cm, tidak ada cacat, bentuk umbi normal,
tidak ada serangan hama atau penyakit pada umbi bawang putih.
• Kelas mutu II, diameter umbi 2 – 3 cm, tidak ada cacat, bentuk umbi normal,
tidak ada serangan hama atau penyakit pada umbi bawang putih.
2. Umbi memiliki tekstur keras, berwarna putih tulang sesuai deskripsi varietas,
bentuk umbi normal sesuai deskripsi varietas, tidak cacat dan tidak terinfeksi
18
hama penyakit.
3. Umbi yang rusak dan terluka dipisahkan karena mudah terkena infeksi mikrobia
pembusuk
4. Sortasi dan grading dilakukan oleh tenaga kerja yang terampil.
D. Alat dan Bahan:
1. Pengki untuk memindahkan umbi bawang putih yang akan disortasi dan
digrading
2. Keranjang plastik berventilasi untuk meletakkan umbi yang sudah disortasi dan
digrading.
3. Terpal digunakan sebagai alas sortasi dan grading
4. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan
E. Prosedur Pelaksanaan:
1. Siapkan pengki untuk memindahkan umbi bawang putih akan disortasi dan
degrading
2. Siapkan sejumlah keranjang/wadah terpisah untuk masing-masing kelas umbi
bawang putih
3. Pilih umbi yang sudah bersih, pisahkan umbi berdasarkan:
• ada tidaknya cacat pada umbi bawang putih
• normal tidaknya bentuk dan ukuran umbi bawang putih.
• ada tidaknya serangan hama atau penyakit pada umbi bawang putih.
4. Lakukan pengkelasan mutu I dan II umbi.
5. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan pada buku kerja
(Tabel 5, lampiran)
F. Sasaran
Untuk memisahkan bawang putih berdasarkan kriteria kualitas.
Standar Operasional
Prosedur Nomor:
SOP BP. V
Tanggal Dibuat
……………..
Sortasi dan Grading Revisi ………
Tanggal ………..
Disahkan
……………..
19
Standar Operasional
Prosedur Nomor:
SOP BP. VI
Tanggal Dibuat
……………..
Peyimpanan Revisi ………
Tanggal ………..
Disahkan
……………..
VI. PENYIMPANAN
A. Pengertian
Penyimpanan adalah proses menyimpan hasil panen sampai hasil tersebut akan
dipasarkan dengan tetap mempertahankan mutu.
B. Tujuan
Untuk mempertahankan mutu selama menunggu saat pemasaran yang tepat.
C. Standar Pengeringan dan Penyimpanan
1. Penyimpanan di dalam gudang/ruang yang teduh, atap sebaiknya dari seng
agar ada penerangan dapat digunakan atap dari fiber glass dan tertutup,
ventilasi ruangan cukup baik, suhu 25- 30oC dan kelembaban 70 - 75%.
2. Gudang penyimpanan dan rak-rak/para-para yang akan digunakan harus bersih.
Penyimpanan bawang putih untuk konsumsi maksimal 2 bulan.
D. Alat dan Bahan
1. Gudang/ruang penyimpanan digunakan sebagai tempat penyimpanan bawang
putih yang telah selesai dibersihkan, disortasi dan degrading.
2. Keranjang plastik berventilasi (tumpukan maksimal 6 susun)
3. Sikat dan sapu lidi untuk membersihkan tempat penyimpanan/para-para/rak
4. Ember, air bersih, sabun/detergen untuk mencuci para-para
5. Tangga untuk memanjat ketika meletakkan umbi bawang putih ke para-
para/rak
6. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan
E. Prosedur Pelaksanaan
1. Bersihkan rak/para-para dan lantai gudang dengan sikat, air dan sabun.
2. Letakkan umbi bawang putih di para-para atau tetap di dalam keranjang
20
berventilasi.
3. Lakukan pencatatan sesuai format pada buku kerja (Tabel 6, lampiran).
F. Sasaran
Mendapatkan hasil bawang putih kering yang disimpan di para-para dengan tujuan
menunggu waktu pemasaran maksimal 2 bulan.
Standar Operasional
Prosedur Nomor:
SOP BP. VI
Tanggal Dibuat
……………..
Peyimpanan Revisi ………
Tanggal ………..
Disahkan
……………..
21
Standar Operasional
Prosedur Nomor:
SOP BP. VII
Tanggal Dibuat
……………..
Pengemasan Revisi ………
Tanggal ………..
Disahkan
……………..
VII. PENGEMASAN
A. Pengertian
Pengemasan adalah proses perlindungan bawang putih dengan cara mengepak umbi
untuk tujuan pemasaran, sehingga terhindar dari gangguan faktor luar yang dapat
mempengaruhi masa simpannya dengan menggunakan media (wadah/tempat
dengan bahan tertentu). Hanya komoditas yang baik yang dikemas.
B. Tujuan
Untuk melindungi bawang putih dari kerusakan mekanis, fisik, kimiawi, maupun
biologis, menciptakan daya tarik bagi konsumen, memberikan nilai tambah produk
tersebut dan memperpanjang umur simpan.
C. Standar Pengemasan
1. Jenis kemasan yang digunakan untuk umbi bawang putih harus dapat
melindungi dan mempertahankan mutu bawang putih dari pengaruh luar dan
kerusakan mekanis, fisik, kimiawi maupun biologis.
2. Bahan kemasan terbuat dari bahan yang aman dan tidak mengkontaminasi
bawang putih. Kemasan yang umum digunakan adalah keranjang plastik,
kardus berventilasi, kantung plastik, dan kantung jaring/net.
D. Alat dan Bahan :
1. Keranjang plastik, kardus, kantung plastik, kantung jaring/net.
2. Label berisi keterangan tentang produk yang dikemas
3. Timbangan
4. Merk
5. Alat tulis/blangko isian untuk mencatat kegiatan
22
E. Prosedur Pelaksanaan :
1. Lakukan pengemasan bawang putih untuk pasar lokal menggunakan karung
jaring plastik atau keranjang plastik dengan kapasitas 20 kg.
2. Lakukan pengemasan bawang putih untuk pemasaran luar daerah
menggunakan kardus berventilasi.
3. Lakukan pengemasan bawang putih untuk pasar swalayan dan restauran/rumah
makan dikemas dengan jaring, berukuran 1 atau 5 kg netto.
4. Lakukan pengemasan bawang putih untuk ekspor dengan kardus khusus dari
eksportir, diberi label berisi keterangan tanggal panen, berat netto, serta
ditempel merk. Kardus diberi ventilasi berupa lubang sebanyak 8 lubang,
masing-masing 2 lubang di keempat sisi tegak kardus dengan ukuran diameter
lubang 2 cm, ukuran kardus 10 kg netto.
5. Lakukan pencatatan sesuai format pada buku kerja (Tabel 7, lampiran)
F. Sasaran
Untuk melindungi bawang putih dari kerusakan mekanis, fisik, kimiawi maupun
bilogis dan memudahkan pengangkutan
Gambar 6. Bawang putih yang dikemas dalam kantung jaring/net
Standar Operasional
Prosedur Nomor:
SOP BP. VII
Tanggal Dibuat
……………..
Pengemasan Revisi ………
Tanggal ………..
Disahkan
……………..
23
Standar Operasional
Prosedur
Nomor:
SOP BP. VIII
Tanggal Dibuat
……………..
Distribusi
(Pengangkutan / Penyimpanan Berjalan)
Revisi …………
Tanggal ………….
Disahkan
……………..
VIII. DISTRIBUSI
A. Pengertian
Distribusi adalah proses memindahkan bawang putih dari produsen ke pasar atau
konsumen akhir.
B. Tujuan
Untuk mendistribusikan bawang putih sampai ke pasar atau konsumen akhir dengan
aman.
C. Standar Pendistribusian
Dalam pendistribusian harus diketahui tempat tujuan, jumlah dan tanggal
pengiriman. Alat transportasi yang digunakan dalam pendistribusian harus layak dan
aman
D. Alat dan Bahan
1. Alat transportasi yang memadai untuk mengangkut bawang putih ke tempat
tujuan atau pasar
2. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan
E. Prosedur Pelaksanaan
1. Lakukan pengecekan tanggal, lokasi dan jumlah yang hendak dikirim.
2. Siapkan alat transportasi yang memadai.
3. Pindahkan bawang putih yang telah dikemas ke alat transportasi secara hati-
hati
4. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan pada buku kerja
(Tabel 8, lampiran)
F. Sasaran
Mengangkut dan memasarkan bawang putih disesuaikan dengan alat transportasi
sehingga sampai di produsen dengan kondisi baik.
24
BUKU KERJA
Tabel. 1 Form Catatan
Kegiatan Penentuan Waktu dan Penanganan Panen Bawang Putih
Nama Petani :
Alamat Lahan :
Tanggal Luas (Ha) Cara Panen Jumlah Hasil
Panen Petugas
25
Tabel 2. Form Perlakuan Segera Setelah Panen
Identitas petani :
Tanggal panen :
Luas lahan :
Luas panen:
Hasil panen ( Ikat) :
Waktu Jumlah yang
diikat Jumlah
Protolan
Jenis/ Jml
(%) Kerusakan
Perlakuan Petugas
Tabel 3. Form Pengeringan Bawang Putih
Identitas petani :
Tanggal panen :
Luas lahan :
Luas panen:
Hasil panen (Ikat) :
Hari Stlh
Panen
Kondisi
cuaca Perlakuan
Jenis/ Jml (%)
Kerusakan
Solusi
(a/b) Petugas
1 Mulai
menjemur
2 Penjemuran
3 Pembalikan
penjemuran
a. Ditutup plastik tunel
b. Pembalikan ditunda
26
Perlakuan Berat awal Berat
akhir
Lamanya
penjemuran
% susut
bobot
Petugas
Ditutup
plastik
tunel
Pembalikan
ditunda
27
Tabel. 4 Form Catatan Kegiatan Pembersihan Bawang Putih
Nama Petani :.............
Alamat Lahan :.............
Tgl Pembersihan Petugas
28
Tabel 5. Form Catatan Kegiatan Sortasi dan Grading Bawang Putih
Nama Petani : …………………..
Alamat Kebun : …………………..
Tanggal Jumlah
(kg) Lokasi
Jumlah Dalam Kelas Mutu
(kg) %
Rusak Petugas
I II III
29
Tgl Grading Pasar
Lokal
Grading Pasar
Swalayan
Grading Pasar
Ekspor Petugas
30
Tabel. 6 Form Catatan Penyimpanan Bawang Putih
Nama Petani : …………………..
Alamat Kebun : …………………..
Tanggal Volume Tujuan
Pemasaran Tujuan Benih Petugas
31
Tabel. 7 Form Catatan Pengemasan Bawang Putih
Nama Petani : …………………..
Alamat Kebun : …………………..
Tanggal Jenis Pengemasan Tujuan
Pemasaran Volume (Ton) Petugas
32
Tabel. 8 Form Catatan Kegiatan Distribusi Bawang Putih
Nama Petani : …………………..
Alamat Kebun : …………………..
Tanggal Jumlah
Kemasan Daerah Tujuan
Jenis Alat
Transportasi
Lama
Perjalanan
(hari)
Petugas
33
DESKRIPSI BAWANG PUTIH VARIETAS SANGGA SEMBALUN
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR : 79/Kpts/TP.240/2/1995 TANGGAL : 3 Pebruari 1995
Asal : Sembalun, Lombok Timur, NTB
Umur tanaman : 105 – 110 hari
Tinggi tanaman : 80 – 85 cm
Dimeter batang semu : 0,9 – 1,2 cm
Kemampuan berbunga : tidak berbunga
Bentuk daun : silindirs/pipih
Warna daun : hijau muda
Banyak daun : 11 – 12 helai
Habitus tanaman : tegak berserak
Bentuk umbi : bulat telur, ujung agak runcing dan dasar agak rata
Besar umbi : diameter 4,5 – 5,5 cm, panjang 3,4 – 4,5 cm
Warna umbi : petih keunguan
Jumlah siung/umbi : 12 – 14 siung
Bentuk siung : panjang 2,3 – 2,7 cm, lebar 1,2 – 1,3 cm
Warna siung : putih keunguan
Bau dan aroma : tidak terlalu tajam
Rata-rata hasil : 8,75 ton/ha umbi kering
Susut bobot umbi : 65 %
Ketahanan terhadap penyakit : agak tahan terhadap Alternaria sp dan Puccinin sp
Keterangan : cocok untuk dataran tinggi
Peneliti : M. Zain dan Maman A.
34
DESKRIPSI BAWANG PUTIH VARIETAS TAWANGMANGU BARU
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR : 771/Kpts/TP.240/11/1989 TANGGAL : 1 Nopember 1989
Asal : Tawamangun, Karanganyar
Umur tanaman : 120 – 140 hari (panen)
Tinggi tanaman : 60 – 80 cm
Diameter batang semu : 0,8 – 1,2 cm
Kemampuan berbunga : tidak dapat
Bentuk daun : pipih (panjang 50 – 55 cm , lebar 20 – 24 cm)
Warna daun : hijau kebiru-biruan
Banyak daun : 8 – 10 helai per tanaman
Habitus tanaman : tegak
Bentuk umbi : bulat telur, ujung meruncing dan dasar tidak rata
Besar umbi : diameter 4 – 5 cm
Warna umbi : putih
Jumlah siung per umbi : 12 – 16 buah
Bentuk siung : besar (panjang 2,5 – 3,5 cm, lebar 1,5 – 2,5 cm)
Warna siung : putih keunguan
Bau dan aroma : kuat
Rata-rata hasil : 8 – 12 ton per hektar umbi kering
Susut bobot umbi : 40 – 45 % (dari basah ke kering)
Kepekaan terhadap penyakit : agak tahan terhadap Alternia sp, peka terhadap
Thrips, Nematoda dan Pyrenospora
Keterangan : baik ditanam pada tanah berstruktur remah
dengan ketingiian tempat minimal 1.000 m di atas
permukaan laut
Peneiliti : Mulyono Herlambang, Surachmat Kusumo
35
DESKRIPSI BAWANG PUTIH VARIETAS LUMBU HIJAU
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR : 894/Kpts/TP.240/11/1984 TANGGAL : 12 Nopember 1984
Asal : lokal Batu, Malang
Umur : panen 112 – 120 hari
Tinggi tanaman : 63 – 75 cm
Diameter batang semu : 1,0 – 1,2 cm
Kemampuan berbunga : tidak dapat berbunga
Bentuk daun : silindris, pipih
- panjang 48,6 – 52,4 cm
- lebar 1,9 – 2,1 cm
Warna daun : hijau muda, agak ungu kemerahan
Banyak daun : 7 – 9 helai per tanaman
Habitus tanaman : berserak (roset)
Bentuk umbi : bulat telur, ujung meruncing dan dasar datar
(rata)
Besar umbi : diameter 3,3 – 3,9 cm, panjang 2,6 – 2,8 cm
Warna umbi : putih keunguan
Jumlah siung per umbi : 13 – 20 buah
Bentuk siung : panjang 2,1 cm, lebar 1,1 – 1,2 cm
Warna siung : putih keunguan
Bau dan aroma : kuat
Produksi umbi : 8 – 10 ton umbi kering/ha
Susut bobot umbi (basah-kering) : 43 %
Ketahanan terhadap penyakit : -
Kepekaan terhadap penyakit : peka terhadap penyakit Alternaria sp
Keterangan : baik untuk daerah dengan ketinggian 900 –
1.100 m di atas permukaan laut
Peneliti : Surachmat Kusumo, Dasi D.W. dan Aliudin
36
DESKRIPSI BAWANG PUTIH VARIETAS LUMBU KUNING
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR : 895/Kpts/TP.240/11/1984 TANGGAL : 12 Nopember 1984
Asal : lokal Batu, Malang
Umur : panen 105 – 116 hari
Tinggi tanaman : 57 – 58 cm
Diameter batang semu : 0,9 – 1,1 cm
Kemampuan berbunga : tidak dapat berbunga
Bentuk daun : silindris, pipih
- panjang 43 – 44 cm
- lebar 1,8 cm
Warna daun : hijau muda, agak kekuningan
Banyak daun : 7 – 8 helai per tanaman
Habitus tanaman : berserak (roset), agak tegak
Bentuk umbi : bulat telur, ujung meruncing dan dasar datar
(rata)
Besar umbi : diameter 3,0 – 3,8 cm
panjang 2,5 – 2,8 cm
Warna umbi : putih agak keunguan
Jumlah siung per umbi : 14 – 17 buah
Bentuk siung : panjang 2,0 – 2,1 cm, lebar 1,04 – 1,1 cm
Warna siung : putih keunguan
Bau dan aroma : kuat
Produksi umbi : 6 – 8 ton umbi kering/ha
Susut bobot umbi (basah-kering) : 40 %
Ketahanan terhadap penyakit : -
Kepekaan terhadap penyakit : peka terhadap penyakit Alternaria sp
Keterangan : baik untuk daerah dengan ketinggian 600 – 900
m diatas permukaan laut
Peneliti : Winarno dan Aliudin
37
DESKRIPSI BAWANG PUTIH VARIETAS LUMBU PUTIH
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR : 273/Kpts/TP.240/4/1988 TANGGAL : 21 April 1988
Asal : lokal D.I. Yogykarta
Umur : 100 – 110 hari
Tinggi tanaman : 52 – 65 cm
Diameter batang semu : 1,25 – 1,50 cm
Kemampuan berbunga : tidak berbunga
Bentuk daun : silindris pipih
- panjang 35,0 – 43,0 cm
- lebar 1,3 – 1,5 cm
Warna daun : hijau tua, agak keabu-abuan
Banyak daun : 8 – 9 helai per tanaman
Habitus tanaman : berserak-agak tegak
Bentuk umbi : bentuk dasar bulat, mengarah kesegitiga
dengan dasar datar (rata)
Besar umbi : diameter 3,5 – 6,0 cm
panjang 2,6 – 4,0 cm
Warna umbi : putih, dengan garis-garis ungu tidak merata
pada ujung umbi
Jumlah siung per umbi : 17 – 27 buah
Bentuk siung : panjang 2,3 – 3,1 cm, lebar 1,3 – 1,7 cm
Warna siung : putih agak cream
Bau dan aroma : kurang kuat
Rata-rata hasil : 6,0 – 8,0 ton umbi kering per hektar
Susut bobot umbi : 35 – 40 %
Keterangan : baik ditanam didataran rendah dengan
ketinggian tempat sekitar 6 – 200 meter dari
muka laut
top related