slamet pribadi - web.kominfo.go.id ii - 3... · f. memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan...

Post on 06-Feb-2018

224 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Oleh: Slamet Pribadi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA DIUNDANGAN PADA TANGGAL 12 OKT 2009

DASAR HUKUM

Tugas BNN

ps 70 UU 35/2009

a. menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional

mengenaipencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

b. mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap

Narkotika dan Prekursor Narkotika;

c. berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia

dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

d. meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan

rehabilitasi sosial pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan

oleh pemerintah maupun masyarakat;

e. memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan

dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

f. memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan

masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan

danperedaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

g. melakukan kerja sama bilateral dan multilateral, baik

regional maupun internasional, guna mencegah dan

memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor

Narkotika;

h. mengembangkan laboratorium Narkotika dan Prekursor

Narkotika;

i. melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan

terhadap perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap

Narkotika dan Prekursor Narkotika; dan

j. membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas

dan wewenang.

Narkotika (ps 1 butir 1)

Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongangolongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.

SUPPLY REDUCTION : MELAKUKAN OPERASI PENGUNGKAPAN JARINGAN DAN

MENINDAKNYA. MEMBUAT JARINGAN MISKIN (PEMBERANTASAN).

DEMAND REDUCTION : SEBANYAK MUNGKIN MEREHABILITASI

PENYALAHGUNA/KORBAN NARKOBA UNTUK DIPULIHKAN (REHABILITASI). JUMLAH

PENYALAHGUNA NARKOBA SEKITAR 3,8 JUTA ORANG (2,2 % JUMLAH PENDUDUK

INDONESIA).

MEMBUAT IMUN YANG BELUM TERKENA (PENCEGAHAN). 97,8 % YANG BELUM

TERKENA NARKOBA DIUPAYAKAN UNTUK TIDAK TERPENGARUH NARKOBA, BAIK

SEBAGAI PEMAKAI MAUPUN SEBAGAI PENGEDAR.

STRATEGI BNN DALAM MENANGANI MASALAH NARKOBA

BISNIS ILEGAL NARKOBA

• Berlaku hukum ekonomi:

Supply melimpah, Demand menurun, maka harga akan jatuh. Sebaliknya, supply kurang, demand meningkat, maka harga akan tinggi.

• Untuk itu, dalam menekan peredaran narkoba diperlukan upaya menekan supply sekaligus menekan demand. Apabila harga tidak bagus, maka orang tidak akan tertarik berbisnis narkoba, karena resikonya berat.

ULTIMUM REMIDIUM

TUGAS DEP PEMBERANTASAN

LANDASAN

UUD 45

UU 17/2007,ttg RPJPN 2005 -2025

UU 35/2009

LINGK MASYARAKAT / LSM

RPJPMN RENSTRA BNN

2015 - 2019

RENJA DEP BID

BRANTAS

PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS

GLOBAL REGIONAL NASIONAL

GAKKUM MEDIS TPPU

GAKKUM MEDIS TPPU

GAKKUM MEDIS TPPU

PENURUNAN

ANGKA

PREVALENSI

DEKRINALISASI

DEPENALISASI

PENYELIDIKAN/PENYIDIKAN

SUPLY & DEMAND YG SEIMBANG

RE ORIENTASI

1961, Singgle Convention on Drug, masalah Kecanduan narkotika merupakan kejahatan serius dan duhukum pidana penjara.

1972, Diamandemen dengan Protokol 1971 diperlukan terapi dan rehabilitasi thd pecandu narkoba.

Diratifikasi dengan UU 22/1972 ttg Narkotika

1998, sidang UN GASS (New York), deklarasi politik dalam menyelesaikan permasalahan narkotika dengan pedekatan seimbang, antara pendekatan hukum dan kesehatan.

Diratifikasi dg UU no 35/2009 ttg narkotika.

2009, High Level Segment (CND), menghasilkan deklarasi politik dan rencana aksi strategi pendekatan keseimbangan antara pemberantasan peredaran narkoba dan pendekatan kesehatan.

2014, merupakan tindak lanjut deklarasi 2009, menghasilkan deklarasi penyelesaian secara hukum, kesehatan dan sumber pembiayaan (pencucian uang dengan TPA Narkotika)

UU NO 35 / 2009, TTG NARKOTIKA

KESEIMBANGAN ANTARA HUKUM (co:PS 112 DLL), KESEHATAN (co: PS 54) DAN SUMBER PEMBIAYAAN (co: PS 137)

PERLU WAKTU UNTUK MERUBAH PARADIGMA.

MERUPAKAN CITA CITA HUKUM INDONESIA.

NEGARA WAJIB MEREHABILITASI.

PECANDU DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN, BERHAK UNTUK SEHAT, SEMBUH.

de·kri·mi·na·li·sa·si /dékriminalisasi/ de·kri·mi·na·li·sa·si /dékriminalisasi/ n penggolongan suatu

perbuatan yg pd mulanya dianggap sbg peristiwa pidana, tetapi kemudian dianggap sbg perilaku biasa.

Bahkan dalam proses dekriminalisi ini juga dihapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan.

Sebab terjadinya deksriminalisasi: 1. Masyarakat sudah dapat menerima bahwa perbuatan yang tadinya dikenakan sanksi tersebut merupakan perbuatan yang sudah dapat diterima sebagai perbuatan yang pantas. 2. Timbul keragu-raguan yang sangat kuat apakah perbuatan itu dikenakan sanksi atau tidak. 3. Adanya keyakinan yang kuat bahwa biaya sosial untuk menetapkan sanksi tertentu sangat besar.

http://kbbi.web.id/dekriminalisasi http://pendidikanonline.com/info-2254-pengertian-kriminalisasi-dekriminalisasi-dan-depenalisasi.html

Depenalisasi

adalah sebagai suatu perbuatan yang semula bisa di hukum pada suatu saat bisa menjadi tidak bisa di hukum oleh UU.

Sanksi yang bersifat pidana dihilangkan, sebetulnya perbuatannya masih tetap bersifat melawan hukum, tetapi sanksi diganti dengan sanksi perdata atau administrasi.

Pemidanaan bersifat bersifat ultimum remedium

http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/09/pengertian-depenalisasi-kriminologi.html

http://pendidikanonline.com/info-2254-pengertian-kriminalisasi-dekriminalisasi-dan-depenalisasi.html

KEBIJAKAN DEKRIMINALISASI DAN DEPENALISASI merupakan amanat konvensi internasional,

hasil sidang PBB mengenai narkotika, dimana pengguna narkoba diberi alternatif penghukuman berupa rehabilitasi, dan diminta negara-negara peserta sidang untuk menyiapkan sumber daya manusia dan fasilitasnya untuk merehabilitasi pengguna narkoba.

Diarakan kepada pengguna narkoba bagi diri sendiri, karena melakukan pelanggaran maka perbuatan diancam dengan hukuman pidana (diterapkan pasal 127, red). Namun sanksinya tidak pidana penjara, tapi sanksinya rehabilitasi. Alternatip penghukuman.

BEBERAPA CIRI2 KEJAHATAN NARKOTIKA

Trans National Crime. Lintas Negara: Negara asal narkoba, Negara transit, Negara tujuan pemasaran.

Pelaku/jaringan melibatkan multi kewarganegaraan

Lintas demografis dan geografis.

Penangannya perlu kerja sama internasional.

Jaringan tertutup/rahasia, sistem sel

Bagi pengedar, berulang ulang melakukan kejahatan, tidak kapok dg pemenjaraan.

Bagi penyalahguna, ada kecenderungan meningkat.

Memanfaatkan kelemahan tehnologi, sistem hukum, kondisi geografis dan demografis indonesia.

Selalu ada big bos, dari dalam lapas maupun diluar lapas.

Sasaranya adalah orang yang lemah scara sosiologis, ekonomis dan psikologis.

Menggunakan Komunikasi canggih, hp, email, fb, twitter, menggunakan sandi2

SEBAGAI EXTRA ORDINARY CRIME

Korban luas dan masiv, korban meninggal 50 orang seluruh dunia.

Kerugian sangat besar, /th 50 T (uang yg diserap dari hasil penjualan, biaya rehabilitasi sos/medis)

Merusak kesehatan dan masa depan generasi.

Pelakukanya melibatkan jaringan yg luas, memiliki dana yg sangat besar.

Memerlukan cara penanganan khusus dan UU khusus. Extra Ordinary.

Ancaman serius thd keamanan negara.

Melibatkan oknum aparat yang mempunyai kewenangan dan senjata.

PERSOALAN SOSIAL SEPUTAR NARKOTIKA

Sumber kejahatan

Ancaman non militer

Menyerang otak (neuro transmiter), berdaya rusak tinggi, ada dampak ikutan

Perubahan perilaku

Insting binatang lebih menonjol dari pada insting manusia

Cemas belebihan

Mengarah ke free sex

Mafia selalu mensiasati hukum positip.

Produktifitas sangat menurun

Perkembangan jaringan lebih cepat daripada perkembangan penegak hukum.

Bisnis yang sangat menguntungkan.

Jalur lundup memanfaatkan kelengahan sistem.

Kondisi geografis Indonesia yang sangat luas, darat , laut.

Pelabuhan sebagai pintu masuk

BNN harus sinergi dg pemangku tugas yang lain.

KONVENSI WINA 1988, PENANGANAN SOAL NARKOTIKA, PRIORITAS. KONVENSI UNGASS 1998, SIDANG CND 2014, KESEIMBANGAN ANTARA PENDEKTAN KESEHATAN DAN PENDEKATAN HUKUM

UU MEMERINTAHAKAN BAGI PARA PECANDU DAN KORBAN LAHGUN NARKOTIKA WAJIB REHABILITASI.

PROGRAM WAJIB LAPOR BAGI PECANDU YG BELUM DEWASA DAN DEWASA.

PERADILAN PIDANA BELUM MENYELESAIKAN PERSOALAN NARKOTIKA SECARA TUNTAS.

DE KRIMINALISASI DAN DE PENALISASI BAGI PECANDU DAN KORBAN LAHGUN NARKOTIKA. MAFIA, BANDAR, PENGEDAR, DIHUKUM SEBERAT-BERATNYA.

UU MEMERINTAHKAN PENANGANAN SEIMBANG ANTARA PENEGAKAN HUKUM DAN PEMULIHAN, PENGOBATAN

AZAS HUKUM RESTORATIVE JUSTICE.

PENEGAK HUKUM DICETAK SEBAGAI TUKANG MEMENJARAKAN PENJAHAT.

BANYAK ZAT BARU NARKOTIKA (DUNIA 356, INDONESIA 34)

KORBAN LAHGUN NARKOTIKA 4 JUTA ORANG YG HARUS DIPERBAIKI KONDISINYA.

PENGHUNI LAPAS SELURUH INDONESIA , 60% (27.000) ADL KEJAHATAN NARKOTIKA

Ancaman non Militer (ps 7 ayat 3 UU no 3

th 2002 ttg Haneg)

Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman nonmiliter menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa.

KAMDAGRI (Pasal 1 ayat 6 UU no 2 tahun 2002 ttg

Kepolisian Negera RI)

Keamanan dalam negeri adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Pertahanan Negara bertujuan: Untuk menjaga dan melindungi kedaulatan

negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman.

Ps 4 UU Pertahanan Negara

PERJALANAN PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DARAT

LAUT

UDARA

TRANS NATIONAL CRIME

Lintas Negara: Negara asal narkoba, Negara transit, Negara tujuan pemasaran.

Pelaku/jaringan melibatkan multi kewarganegaraan

Penangannya perlu kerja sama internasional.

Jaringan tertutup/rahasia, sistem sel

Komunikasi canggih, hp, email, fb, twitter, menggunakan sandi2

Ancaman non Militer (ps 7 ayat 3 UU no 3

th 2002 ttg Haneg)

Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman nonmiliter menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa.

KAMDAGRI (Pasal 1 ayat 6 UU no 2 tahun 2002 ttg

Kepolisian Negera RI)

Keamanan dalam negeri adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Pertahanan Negara bertujuan: Untuk menjaga dan melindungi kedaulatan

negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman.

Ps 4 UU Pertahanan Negara

PERJALANAN PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DARAT

LAUT

UDARA

DETEKSI NARKOTKA

Benda: Kristal Butiran Tablet Penyamaran bawaan Manusia Mencurigakan Duduk dibelakang Kurang tenang kalau sdg ada pemeriksaan (

melarikan diri, tolak pemeriksaan).

PERAN MASYARAKAT

PENCEGAHAN/DEMAND

Kontrol sosial

Program Rehabilitasi

Sosialisasi dan kader Anti Drug Abuse

PEMBERANTASAN/SUPLY

Informasi Publik

Kontrol sosial

Intelejen publik.

YG DIBUTUHKAN DLM KERMA INTERNASIONAL UNTUK MENGATASI PEREDARAN GELAP NARKOTIKA

Kerjasama Intelejen.

Kerjasama Penyelidikan.

Kerjasama Penyidikan.

Kerjasama Pelatihan.

Laboratorium. (NPS)

Kerjasama mengatasi TPPU

Antara lain (timbal balik) :

Perbantuan Pencarian bukti

Pemeriksaan Saksi

Pencarian Tersangka

Penangkapan Tersangka WNI/WNA

yg pernah melakukan kejahatan

narkotika di Indonesia, atau sebaliknya

Pelacakan Aset

dll

PEMIDANAAN

KLASIK

Penjara

Dlm kasus Narkotika, ditangkap dan ditahan.

Memperhatikan hak masyarakat.

MODERN

Tahanan, Pembinaan, Pemasyarakatan.

Tangkap, tahan plus Rehab (+). pengedar

Tangkap, Rehab (+) pecandu dan korban

Memperhatikan hak masy dan hak individu

Aplikasi Hk Pidana

General Preventip

Azas Legalitas

Azas Subsidiaritas

Azas Ultimum Remedium

KORBAN NARKOBA

PENGGUNA

KERUSAKAN OTAK PERMANEN, (KUALITAS SDM MENURUN, WAKTU DAN KESEMPATAN HILANG, DLL)

KELUARGA(TENAGA, WAKTU, BIAYA, PIKIRAN, PERASAAN, DLL)

MASYARAKAT (NYAWA, MATERI, DLL) CONTOH KASUS XENIA.

PELINDUNGAN HUKUM BAGI PARA WAJIB LAPOR.DLM UU

NO 35/2009

1. UU Nomor 35 / 2009 Tentang Narkotika;

2. PP Nomor 25 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika.

3. Inpres Nomor 12 / 2011 Tentang Strategi Nasional Dan Rencana Aksi Nasional P4GN;

4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 218/MENKES/SK/VII/2012 tanggal 9 Juli 2012 tentang Penunjukkan Institusi Penerima Wajib Lapor.

5. Surat Keputusan Menteri Sosial Nomor 31/HUK/2012 tanggal 17 April 2012 tentang Penunjukkan Lembaga Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA sebagai Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL).

6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 2171 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika Tahun 2011.

Dasar

Pasal 54

Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Pasal 55

(1) Orang tua atau wali dari Pecandu Narkotika yang belum cukup umur wajib melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

(2) Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur wajib melaporkan diri atau dilaporkan oleh keluarganya kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Pasal 134 (1) Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur dan

dengan sengaja tidak melaporkan diri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah).

(2) Keluarga dari Pecandu Narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dengan sengaja tidak melaporkan Pecandu Narkotika tersebut dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

Pasal 128 (1) Orang tua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang sengaja tidak melapor, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

(2) Pecandu Narkotika yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) tidak dituntut pidana.

(3) Pecandu Narkotika yang telah cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani rehabilitasi medis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit dan/atau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak dituntut pidana.

KRITERIA KEPARAHAN KECANDUAN

Ringan (A) : Penggunaan coba2, penggunaan rekreasional, penggunaan situuasional, pengggunaan ,3 hari/minggu.

Sedang (B): Penggunaan lebih 3 hari/minggu baik 1 atau jenis narkoba.

Berat (C): penggunaan setiap hari dan atau dengan frekuensi lebih dari 1 kai/hari, pengguna narkoba suntik, pengguna dengan komplikasi medis psikis, punya masalah sosial dan atau hukum

KENDALA REHABILITASI

Persepsi yg belum sama antara medis dan Penyidikan. Termasuk diantara penegak hukum,

Kebijakan yg belum sama di dalam mengaplikasikan pasal 54 UU Narkotika.

Belum ada SOP tatacara rehab fasilitas Rehab yang memadai di setiap wilayah, baik negara maupun swasta.

Masih banyak wilayah yg belum mempunyai tempat rehabilitas.

OTAK SEHAT

OTAK NARKOBA

NARKOTIKA JENIS BARU

Menurut UNODC per 2012 ada + 354

new psychoactive substances.

Penelitian BNN di Indonesia, +31

Jumlah Korban narkotika di Indonesia

Data Puslidatin BNN + 4 Juta siapa yang mau menambah lagi. X X X X X X X

Cara bekerjanya jaringan

Hubungan dekat

Hubungan perkawinan

Hubunga profesi (Peg negeri, Olah raga, pembalap, sesama artis, dll)

Sesama penghuni penjara.

Sistem sel/terputus

Pemakaian awal yg gratis sampai ybs kecanduan

Iming2 kentungan

Masuk kedalam penegak hukum (Polisi, BNN, jaksa, Hakim, Sipir Penjara, TNI, Birokrasi,

Dll

SIAGA MERAH Penghancuran keamanan dalam negeri,

Ipoleksusbudhan tanpa senjata, tapi menggunakan Narkotika.

Narcoterorrism.

BNN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

BNN merupakan lembaga pemerintah nonkementerian yang berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden.

UU NO 35/2009

Mengatur hukum materiil

Mengatur hukum formil, namun masih tunduk pada KUHAP.

1. Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian-bagiannya termasuk buah dan jeraminya, kecuali

bijinya.

2. Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah tanaman Papaver Somniferum L yang hanya mengalami pengolahan sekedar untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa

memperhatikan kadar morfinnya.

3. Opium masak terdiri dari :

a. candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentetan pengolahan khususnya dengan

pelarutan, pemanasan dan peragian dengan atau tanpa penambahan bahan-bahan lain, dengan maksud

mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan.

b. jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan apakah candu itu dicampur dengan

daun atau bahan lain.

c. jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.

4. Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae termasuk buah dan

bijinya.

5. Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk serbuk dari semua tanaman genus

Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae yang menghasilkan kokain secara langsung atau melalui

perubahan kimia.

6. Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun koka yang dapat diolah secara langsung untuk

mendapatkan kokaina.

7. Kokaina, metil ester-1-bensoil ekgonina.

8. Tanaman ganja, semua tanaman genus genus cannabis dan semua bagian dari tanaman termasuk biji,

buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis.

9. Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta semua bentuk stereo kimianya.

10. Delta 9 tetrahydrocannabinol, dan semua bentuk stereo kimianya.

11. Asetorfina

12. Acetil – alfa – metil fentanil

13. Alfa-metilfentanil 14. Alfa-metiltiofentanil 15. Beta-hidroksifentanil 16. Beta-hidroksi-3-metil-fentanil 17. Desmorfina 18. Etorfina 19. Heroina 20. Ketobemidona 21. 3-metilfentanil 22. 3-metiltiofentanil

23. MPPP 24. Para-fluorofentanil 25. PEPAP 26. Tiofentanil 27. BROLAMFETAMINA

28. DET

29. DMA 30. DMHP 31. DMT 32. DOET 33. ETISIKLIDINA 34. ETRIPTAMINA. 35. KATINONA 36. ( + )-LISERGIDA 37. MDMA

39. METKATINONA :

40. 4- metilaminoreks

41. MMDA

42. N-etil MDA

43. N-hidroksi MDA

44. Paraheksil

45. PMA

46. psilosina, psilotsin :

47. PSILOSIBINA :

48. ROLISIKLIDINA,

49. STP, DOM 50. TENAMFETAMINA

51. TENOSIKLIDINA

52. TMA 53. AMFETAMINA 54. DEKSAMFETAMINA 55. FENETILINA 56. FENMETRAZINA 57. FENSIKLIDINA

58. LEVAMFETAMINA

59. Levometamfetamina 60. MEKLOKUALON 61. METAMFETAMINA 62. METAKUALON 63. ZIPEPPROL 64. Opium Obat

65. Campuran atau sediaan opium obat dengan bahan lain bukan narkotika

1. Alfasetilmetadol

2. Alfameprodina

3. Alfametadol

4. Alfaprodina

5. Alfentanil :

4-(metoksimetil)-4-pipe ridinil]-N-fenilpropanamida

6. Allilprodina

7. Anileridina

8. Asetilmetadol

9. Benzetidin

10. Benzilmorfina

11. Betameprodina :

12. Betametadol

13. Betaprodina

14. Betasetilmetadol

15. Bezitramida

16. Dekstromoramida

17. Diampromida

18. Dietiltiambutena

19. Difenoksilat

20. Difenoksin

21. Dihidromorfina

22. Dimefheptanol

23. Dimenoksadol

24. Dimetiltiambutena

25. Dioksafetil butirat

26. Dipipanona :

27. Drotebanol

28. Ekgonina, termasuk ester dan

derivatnya yang setara dengan

ekgonina dan kokaina.

29. Etilmetiltiambutena

30. Etokseridina

31. Etonitazena

32. Furetidina

33. Hidrokodona

34. Hidroksipetidina

35. Hidromorfinol

36. Hidromorfona

37. Isometadona

38. Fenadoksona

39. Fenampromida

40. Fenazosina

41. Fenomorfan

42. Fenoperidina

43. Fentanil

44. Klonitazena

45. Kodoksima

46. Levofenasilmorfan

47. Levomoramida

48. Levometorfan

49. Levorfanol

50. Metadona

51. Metadona intermediate

52. Metazosina

53. Metildesorfina

54. Metildihidromorfina

55. Metopon

56. Mirofina

57. Moramida intermediate

58. Morferidina

59. Morfina-N-oksida

60. Morfin metobromida dan turunan morfina

nitrogen pentafalent lainnya termasuk bagian

turunan morfina-N-oksida, salah satunya

kodeina-N-oksida

61. Morfina

62. Nikomorfina

63. Norasimetadol

64. Norlevorfanol

65. Normetadona

66. Normorfina

67. Norpipanona

68. Oksikodona

69. Oksimorfona

70. Petidina intermediat A

1. Asetildihidrokodeina

2. Dekstropropoksifena

3. Dihidrokodeina

4. Etilmorfina

5. Kodeina

6. Nikodikodina

7. Nikokodina

8. Norkodeina

9. Polkodina

10. Propiram

11. Buprenorfina

12. Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut diatas

13. Campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan lain bukan narkotika

14. Campuran atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain bukan narkotika

Methylone 3,4 – Methylenedioxy Methcathinone

• adalah senyawa kimia derivate/turunan cathinone, yang mana bila dikonsumsi / digunakan dapat menimbulkan efek farmakologi bersifat stimulan, yang mempengaruhi sistem saraf pusat dimana mirip dengan kerja amphetamine derivate, namun afilitas (daya aksinya) lebih kuat dari MDMA (methylanedioxy methamphetamine “derivate amphetamine/ATS”)

• Literatur : (Cozzi et all (1999) Eur J Pharmacy 381:63); nagae et all (2007) Eur J Pharmacy 559:132

Efek yang ditimbulkan METHYLONE

• Denyut jantung meningkat dan berdebar sampai dengan keram jantung.

• Tekanan darah tinggi

• Pupil mata melebar

• Mual dan muntah

• Sakit Kepala

• Sulit tidur

• pada dosis tinggi menimbulkan halusinasi dan psikosis

Pasal 13

(1) Pecandu Narkotika yang telah melaksanakan Wajib Lapor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 wajib menjalani rehabilitasi

medis dan/atau rehabilitasi sosial sesuai dengan rencana rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2).

(2) Kewajiban menjalani rehabilitasi medis dan/atau rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga bagi

Pecandu Narkotika yang diperintahkan berdasarkan:

a. Putusan pengadilan jika Pecandu Narkotika terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika;

b. Penetapan pengadilan jika Pecandu Narkotika tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika.

(3) Pecandu Narkotika yang sedang menjalani proses peradilan dapat ditempatkan dalam lembaga rehabilitasi medis dan/atau

rehabilitasi sosial.

(4) Penempatan dalam lembaga rehabilitasi medis dan/atau rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan

kewenangan penyidik, penuntut umum, atau hakim sesuai dengan tingkat pemeriksaan setelah mendapatkan rekomendasi dari

Tim Dokter.

(5) Ketentuan penempatan dalam lembaga rehabilitasi medis dan/atau rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan

ayat (4) berlaku juga bagi Korban Penyalahgunaan Narkotika.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan penempatan dalam lembaga rehabilitasi medis dan/atau rehabilitasi sosial

sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan instansi terkait

Pasal 14

(1) Setiap penyelenggara program rehabilitasi wajib mempertahankan dan meningkatkan kualitas layanan.

(2) Pembinaan dan pengawasan atas kualitas layanan dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial, bersama-

sama dengan Badan Narkotika Nasional.

PERATURAN PEMERINTAH NO. 25 TAHUN 2011 TENTANG

PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

SEMA NO.4 TAHUN 2010

SEMA NO.4 TAHUN 2010

SEMA NO. 3 TAHUN 2011

• Dilatarbelakangi permasalahan tentang pecandu, korban penyalahgunaan narkotika, semakin meningkat jumlahnya.

• Sementara upaya pengobatan / perawatan melalui proses rehab bagi yang bersangkutan belum optimal dan implementasi belum terdapat keterpaduan diantara penegak hukum

• Dijelaskan secara rinci melalui PP No. 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika

SEMA NO. 3 TAHUN 2011

Pemusnahan tanaman ganja secara simbolik Oleh Ka BNN, pada pukul 09.30 s/d 11.30 bertempat di Desa Pulo, Kemukiman Lamteuba, Kecamatan Seulimeun, Kabupaten Aceh Besar, seluas 2.5 ha pada titik koordinat N 05.29.30.3 derajat, long 095 derajat 37.53.7, ketinggian 327m hingga 336m diatas permukaan laut

MESIN PEMUSNAHAN

Narkotika yg diselipkan diantara barang belanjaan di sebuah minimarket. Kedoya Maret 2014

Dimasukkan dalam tas kemudian di tanam di hutan. Pelabuhanratu Feb 2014

Shabu disembunyikan dalam paket Batu Nisan

modus operandi

modus operandi

Penyembunyian “Menyumpal Tubuh”

modus operandi

HEROIN DAN XTC DISIPKAN DALAM BUKU TEBAL (LUAR NEGERI)

modus operandi

HEROIN DISISIPKAN DALAM HAK SEPATU

modus operandi

600 GR HEROIN DITEMPEL PADA TUBUH

modus operandi

21 RIBU BTR XTC DLM BODY WRAPPING

modus operandi

DAUN GANJA DALAM PLAVON MOBIL

modus operandi

COCAINE DALAM PAPAN SELANCAR

modus operandi

EKSTASY disembunyikan dalam kaset

modus operandi

modus operandi

NARKOBA DILILITKAN PADA TUBUH, PERUT DAN PINGGANG

modus operandi

NARKOBA DALAM BENTUK PIL DISEMBUNYIKAN PADA ALAT

KEMALUAN

modus operandi

BARANG BUKTI : 3 KG HEROIN BENTUK KAPSUL YANG DIKEMAS DALAM MAKAN KALENG BERBENTUK COKLAT

modus operandi

BARANG BUKTI : YANG DISIMPAN DALAM TAS KOPER DILAPISI PELINDUNG ALUMINIUM FOIL

modus operandi

BB : DIKEMAS DALAM BENTUK SUSU BUBUK ENFAGROW

modus operandi

Kitab Suci Al Qur’an dalam sebuah paket dengan pengiriman DHL Express

modus operandi

BB : SHABU YANG DIKEMAS DLM BOTOL SHAMPOO, MAKANAN RINGAN & PAKAIAN WANITA YG DISIMPAN DLM KOPER

modus operandi

BB : SHABU YANG DIKEMAS DLM BOTOL KOSMETIK & PERALATAN MANDI

MODUS OPERANDI

modus operandi

BB : SHABU YANG DIKEMAS DLM PLASTIK & PAKAIAN YG DISELIPKAN DLM KOPER

modus operandi

BARANG BUKTI : SHABU YANG DISERAP DLM HANDUK

BB : SHABU YANG DISELIPKAN PADA KAKI PALSU

modus operandi

modus operandi

BB : SHABU YANG DISIMPAN DALAM TABUNG OKSIGEN & BOTOL KALENG

TANTANGAN DAN KENDALA

• Politik hukum di Indonesia belum menjadikan masalah Narkoba sebagai prioritas. Lebih memprioritaskan Tipikor dan Terorisme.

• Jumlah Demand terus meningkat.

• Peredaran gelap di Indonesia di back up jaringan internasional.

• Metoda rehabilitasi dalam kasus Narkotika belum satu persepsi di kalangan penegak hukum. Karena paradigma masih belum berubah. Kebijakan penempatan ps 127 dan Rehabilitas sbg komoditi negosiasi.

• Lapas memberikan andil bagi tempat pertemuan para bandar.

• Terlalu mudahnya pemakaian dan kepemilikan celluler.

SEKIAN & TERIMA KASIH

Jl. MT. Haryono No. 11 Cawang Jakarta Timur Telepon : (62-21) 80871566, 80871567

Faksimili : (62-21) 80885225, 80871591, 80871592

Call Center : 021- 80 88 00 11

SMS : 081-221-675-675

top related