skripsi on kbk di ptai
Post on 30-Jul-2015
86 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
PENGEMBANGAN KURIKULUM TARBIYAH
(Studi Analisis Problema Distribusi Mata Kuliah PAI
di Fakultas Tarbiyah UIN Malang tahun 2006)
SKRIPSI
Oleh :
Khurin Rakhmawati
03110047
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
Oktober, 2007
2
PENGEMBANGAN KURIKULUM TARBIYAH
(Studi Analisis Problema Distribusi Mata Kuliah PAI
di Fakultas Tarbiyah UIN Malang tahun 2006)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Uniersitas Islam Negeri Malang
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)
Oleh :
Khurin Rakhmawati
03110047
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
Oktober, 2007
3
LEMBAR PENGESAHAN
PENGEMBANGAN KURIKULUM TARBIYAH
(Studi Analisis Problema Distribusi Mata Kuliah PAI
di Fakultas Tarbiyah UIN Malang tahun 2006)
SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh
Khurin Rakhmawati (03110047)
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal
2 Oktober 2007 dengan nilai B+
dan dinyatakan telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar strata satu Sarjan Pendidikan Agama Islam
(S. Pd. I)
Pada tanggal : 3 November 2007
Panitia Ujian
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang
Drs.H. Agus Maimun, M. Pd M. Amin Nur, M. A
NIP. 150 289 468 NIP. 150 327 263
Penguji Utama, Pembimbing,
Drs. H. M. Djazuli, M. PdI Drs. H . Agus Maimun, M. Pd
NIP. 150 019 224 NIP. 150 289 468
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony
NIP. 150 042 031
4
PERSEMBAHAN
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw yang telah mengantarkan kita kepada cahaya ilmu
pengetahuan.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis sepenuhnya menyadari bahwa, tugas
akhir studi ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik tanpa dukungan serta bantuan dari
orang-orang terdekat penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan yang berbahagia ini penulis
ingin mempersembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang kusayangi.
Ayah dan Ibu tercinta, terimakasih atas segala ketulusan hati dalam memberikan
dukungan dan motivasi moril maupun materiilnya. Tentunya penulis menyadari bahwa tidak
hanya cukup dengan ucapan terimakasih saja, namun hanya itu yang bisa penulis
persembahkan saat ini. Semoga Ayah dan Ibu senantiasa dalam rahmat dan lindungan Allah
SWT.
Untuk suami tersayang Abdul Malik Karim Amrullah, mungkin penulis tidak dapat
mengungkapkan sesuatu yang lebih berharga dari ucapan terimakasih dari lubuk hati yang
terdalam. Karena begitu besar perannya atas terselesaikannya tugas ini dengan baik. Ucapan
maaf, beribu-ribu maaf penulis sampaikan kepada kakanda atas sikap dan perilaku penulis
selama ini yang mungkin sempat meninggalkan kesan yang kurang baik dihatimu. Terima
kasih, matur sembah nuwun, syukron katsir, kamsiah, and thank you so much……..Ya…
Allah lindungilah dan muliakanlah suamiku tercinta ini agar tetap sabar dalam menghadapi
hamba……
Dan yang terakhir untuk sahabat-sahabatku tersayang, Mbak Eri(met menempuh hidup
baru ya…), Tie-Toes (semoga cita-citamu dapat segera terwujud dan menemukan sosok yang
kau idamkan dalam mengarungi hidup ini, masak mo berpetualang terus sih pren ?
hehehe….), Lala (selamat ya pren ente udah selangkah lebih maju, kapan nih nikahnya ?), En-
en (Kalo inget yang satu ini bawaannya mo ketawa mlulu…hehehe…kadang romantis,
kadang juga culun…good luck ya pren…), and Icha (Suka deh nglihat icha yang kalem n
anteng…hehehe…makan yang banyak ya…). Kuucapkan banya kterima kasih atas motivasi
kalian dan kebersamaan kita selama ini, semoga Allah tetap menjaga silaturrahim kita
meskipun kita saat ini dah berjauhan ya….I love u all….
5
MOTTO
óó óóΟΟΟΟ ÏÏ ÏÏ%%%% rr rr'''' ss ssùùùù yy yy7777 yy yyγγγγ ôô ôô____ uu uuρρρρ ÈÈ ÈÈ ÏÏ ÏÏ ee ee$$$$#### ÏÏ ÏÏ9999 $$$$ ZZ ZZ����‹‹‹‹ ÏÏ ÏÏΖΖΖΖ yy yymmmm 44 44 || ||NNNN tt tt���� ôô ôôÜÜÜÜ ÏÏ ÏÏùùùù «« ««!!!! $$ $$#### ÉÉ ÉÉLLLL ©© ©©9999 $$ $$#### tt tt���� ss ssÜÜÜÜ ss ssùùùù }} }}¨̈̈̈$$$$ ¨¨ ¨¨ΖΖΖΖ9999 $$ $$#### $$$$ pp ppκκκκ öö öö���� nn nn==== tt ttææææ 44 44 ŸŸ ŸŸωωωω ŸŸ ŸŸ≅≅≅≅ƒƒƒƒ ÏÏ Ïω‰‰‰ öö öö7777 ss ss???? ÈÈ ÈÈ,,,, ùù ùù==== yy yy⇐⇐⇐⇐ ÏÏ ÏÏ9999 «« ««!!!! $$ $$#### 44 44 šš šš���� ÏÏ ÏÏ9999≡≡≡≡ ss ssŒŒŒŒ
ÚÚ ÚÚ ÏÏ ÏÏ ee ee$$$$!!!! $$ $$#### ÞÞ ÞÞΟΟΟΟ ÍÍ ÍÍ hh hhŠŠŠŠ ss ss)))) øø øø9999 $$ $$#### �� ��∅∅∅∅ ÅÅ ÅÅ3333≈≈≈≈ ss ss9999 uu uuρρρρ uu uu���� ss ssYYYY òò òò2222 rr rr&&&& ÄÄ ÄĨ̈̈̈$$$$ ¨¨ ¨¨ΖΖΖΖ9999 $$ $$#### ŸŸ ŸŸωωωω tt ttββββθθθθ ßß ßßϑϑϑϑ nn nn==== ôô ôôèèèè tt ttƒƒƒƒ ∩∩∩∩⊂⊂⊂⊂⊃⊃⊃⊃∪∪∪∪
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui (Q. S Ar-Rum: 30).
6
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka.
Malang, 22 September 2007
Khurin Rakhmawati
7
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.
Tak lupa sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, yang
telah membawa manusia menuju dunia ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi yang
berjudul “PENGEMBANGAN KURIKULUM TARBIYAH (Studi Analisis Problema
Distribusi Mata Kuliah PAI di Fakultas Tarbiyah UIN Malang tahun 2006)” ini tidak akan
terselesaikan bila tanpa adanya bantuan dari semua pihak, karena itu pada kesempatan ini
penulis dengan penuh kerendahan dan kesungguhan hati mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak. Prof. Dr. Imam Suprayogo, selaku Rektor UIN Malang
2. Bapak. Dr. H. M. Djunaidi Ghony,selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
3. Bapak. Drs. M. Padil, M. Pd. I, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN
Malang
4. Bapak. Drs. H. Agus Maimun, M. Pd, selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan motivasi dan mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini
5. Bapak. Drs. M. Zainuddin, MA, selaku Pembantu Dekan bidang akademik UIN
Malang yang telah memberikan informasi yang dibutuhkan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini
8
6. Ibu Miftahul selaku kepala Bagian Administrasi Akademik (BAAK) UIN Malang
yang juga telah membantu penulis dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
7. Ayah dan Ibu yang senantiasa dengan tulus memberikan dukungan dan motivasinya
dalam penulisan skripsi ini.
Semoga Allah berkenan memberikan balasan yang setimpal ataskebaikan yang nereka
berikan kepada penulis. Oleh karena itu, tiada sesuatu yang berharga yang ingin penulis
sampaikan kecuali ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Akhirnya penulis mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Mudah-
mudahan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Penulis
9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kartu Hasil Studi angkatan tahun 2005-2006, 2006-2007
Lampiran 2 : Daftar pertanyaan wawancara dan hasil wawancara
Lampiran 3 : Bukti Konsultasi
Lampiran Daftar Pertanyaan dan Hasil Wawancara
1. Bagaimana prosedur distribusi matakuliah di fakultas Tarbiyah ?
2. Apa yang mendasari Fakultas Tarbiyah merubah matakuliah?
3. Apakah ketika merubah matakuliah berpengaruh pada perubahan kode matakuliah?
4. Bagaimana prosedur perubahan matakuliah di Fakultas Tarbiyah?
5. Kendala-kendala apa yang dihadapi dalam distribusi matakuliah ?
6. Upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut ?
Menurut Pak Padil, Kajur Tarbiyah PAI
Pengelompokan mata kuliah PAI pada tahun 2006 sebenarnya didasarkan pada kurikulum
nasional 2004 yaitu dengan pengelompokan beberapa mata kuliah seperti MKDU (Mata
Kuliah Dasar Utama), MKDK, MKD. Mata kuliah MKDU ini akan didistribusikan pada
semester 1 dan 2. Berdasarkan kebijakan universitas maka MKDU hanya didistribusikan
pada semester 1 dan 2,dengan komposisi semester 1 hanya 19 sks dan semester 2 hanya 21.
Jadi pada dua semester ini mahasiswa tidak bisa mengambil jumlah sks yang lebih banyak
karena ada kendala teknis berkenaan dengan program andalan universitas yaitu PKPBA dan
PKPBI, selain itu juga mahasiswa semester ini diharuskan mengikuti kurikulum ma’had,
10
dimana kurikulum ma’had ini sangat berperan membentuk kedalaman spiritual sebagaimana
tercantum dalam visi dan misi UIN Malang yaitu membentuk mahasiswa yang memiliki empat
kekuatan, yaitu kedalaman spiritual, keagungan akhlak, keluasan ilmu dan kematangan
profesional.(1 September 2007, 19.30 dirmah Joyo Suko)
Pak Padil melanjutkan lagi
distribusi mata kuliah di fakultas PAI mempunyai prosedur sebagai berikut dilihat dari mata
kuliah yang disalurkan oleh universitas dan didadasarkan pada kelompok mata kuliah yang
akhirnya muncullah nama mata kuliah dari masing-masing kelompok mata kuliah. Kemudian
didasarkan pada prasyarat mata kuliah pilihan lantas muncul mata kuliah independen.
Mengomentari hal tersebut salah seorang staf pegawai bernama Imam Bani Mustolik
mengatakan bahwa
Mata kuliah ini sebenarnya diadakan untuk membekali mahasiswa pada ketrampilan yang
tidak diminati mahasiswa ketika muncul mata kuliah utama. Itu artinya tidak semua produk
yang diluncurkan oleh Tarbiyah akan langsung menghasilkan produk yang diinginkan oleh
mahasiswa, karena ada minat-minat lain yang ternyata ditemukan dan berkembang di
lapangan. Salah satu contoh mungkin kita kenal komar produk dari Tarbiyah yang masuk
wilayah seni dan banyak lagi yang masuk di wilayah-wilayah selain pendidikan.
Pak Zainuddin sendiri mengungkapkan bahwa :
Masa transisi UIN yang diawali dengan perubahan-perubahan status juga mengganjal
kinerja, karena akan berdampak pada perubahan standar kebijakan yang sudah ditetapkan.
Karena itu pak Padil mengomentari hal tersebut dengan memberikan beberapa langkah
kedepan dan saat ini sudah pernah dilakukan oleh fakultas Tarbiyah:
11
Dalam perubahan mata kuliah ini fakultas Tarbiyah membuat prosedur sendiri yang pertama
harus dilakukan oleh fakultas untuk merubah mata kuliah adalah dengan mengadakan
workshop dalam workshop tersebut dibentuklah tim perumus untuk merumuskan beberapa
mata kuliah yang layak diadakan oleh fakultas lalu di SK kan oleh dekan. Setelah sk keluar,
maka mata kuliah baru otomatis akan resmi diberlakukan
Wawancara dari beberapa pihak antara lain dari pihak BAK mengatakan bahwa :
pergantian mata kuliah yang terlalu cepat tidak banyak disosialisasikan pada Puskom
sehingga para anggota Puskom melakukan ijtihad untuk melakukan pengkodean tersebut
(lihat perbandingan kode dibawah)
Mengomentari hal tersebut pak Zainudin mengungkapkan
Kode matakuliah memang selama ini yang merumuskan adalah pihak BAK, fakultas masih
belum diberikan keleluasan penuh untuk merumuskan secara independen. Di BAK sendiri
masih banyak overlaping pada sistem komputer yang tidak bisa diubah, karenanya pihak
BAK masih kesulitan untuk mengendalikannya, ditambah lagi dengan program komputer
sekarang yang sudah lebih canggih.
Peneliti sendiri juga sempat melakukan wawancara terhadap salah satu personel
PUSKOM (tidak bisa disebutkan namanya) bahwa :
selama ini terjadi kesalahan beberapa kode mata kuliah disebabkan karena kebijakan
dari atas selalu berubah-ubah, selain itu juga ada beberapa oknum yang melanggar prosedur
yang sudah ditetapkan oleh PUSKOM dengan cara meng ACC beberapa mahasiswa yang
sebenarnya dianggap sudah menyalahi prosedur, karena itu PUSKOM juga dengan terpaksa
merubah sistem yang sudah dibakukan. Contoh yang sering terjadi adalah penambahan nama
12
pada absensi, secara otomatis kelas yang semestinya diisi dengan sekian mahasiswa menjadi
bertambah.
Ada beberapa tips dari pak Padil yaitu antara lain,
adanya workshop kurikulum Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) yang diadakan
oleh Universitas yang dilaksanakan di Lawang juga banyak membantu fakultas Tarbiyah
untuk mulai menata kembali kurikulum sampai dengan pendistribusian mata kuliah dari
kurikulum yang sudah dibakukan tersebut.
Kurikulum itu adalah perencanaan pembelajaran, karenanya menurut pak Zainuddin
memberikan komentar sebagai berikut:
Distribusi ini idealnya diiringi dengan penempatan dosen yang ahli dibidangnya, sehingga
akan memudahkan sebuah lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan yang sudah
dirumuskan dalam visi dan misi pendidikan. Keadaan seperti itu masih belum dilakukan oleh
fakultas Tarbiyah, hal itu didasarkan rekrutmen dosen yang terbentur dengan kebijakan
pusat.
Jadi dari statemen tersebut tampaknya fakultas Tarbiyah masih menerapkan sistem
pendidikan yang terpusat, karenanya hal itu menjadi kendala bagi fakultas Tarbiyah untuk
mencapai tujuan yang sudah dirumuskan dalam visi dan misi fakultas.
13
DAFTAR ISI
A. HALAMAN JUDUL ........................................................ i
B. HALAMAN SAMPUL ………………………………… ii
C. HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………… iii
D. HALAMAN PENGESAHA ………………………………… iv
E. HALAMAN PERSEMBAHAN .. ………………………………… v
F. MOTO …………………………………… vi
G. NOTA DINAS PEMBIMBING ....................................................... vii
H. SURAT PERNYATAAN ....................................................... viii
I. KATA PENGANTAR …………………………………….. ix
J. DAFTAR LAMPIRAN …………………………………….. xi
K. DAFTAR ISI ....................................................... xii
L. ABSTRAKSI …………………………………… xv
Bab I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................... 7
14
E. Batasan Masalah ....................................................... 7
Bab II. KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Kurikulum ....................................................... 8
B. Landasan Kurikulum ....................................................... 12
C. Desain Kurikulum ` ....................................................... 14
D. Komponen Kurikulum ....................................................... 19
E.. Prinsip-prinsip Kurikulum ....................................................... 20
F. Manajemen Administrasi Kurikulum ............................ 22
G. Analisis Pengembangan Kurikulum PTAI ............................ 27
Bab III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .......................................... 41
B. Lokasi Penelitian .................................................................... 41
C. Kehadiran Peneliti .................................................................... 42
D. Data dan Sumber Data ........................................................ 42
E. Prosedur Pengumpulan Data .......................................... 44
F. Analisis Data .................................................................... 45
G. Pengecekan Keabsahan Data ......................................... 46
BAB IV. PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
15
A. Profil Fakultas Tarbiyah PAI ........................................ 47
B. Kondisi Obyektif Kurikulum ........................................ 50
C. Dasar-dasar Distribusi Mata Kuliah PAI …………. .. ………. 55
D. Problem-problem Distribusi ....................................... 55
E. Upaya Tarbiyah mengatasi problem-problem distribusi……… 56
BAB V. PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN
A. Dasar-dasar Distribusi Mata Kuliah PAI ............. 57
B. Problem-problem Distribusi ....................................... 61
C. Upaya Tarbiyah mengatasi problem-problem distribusi……… 73
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN .................................................................. 76
SARAN ................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA ....................................................... 78
LAMPIRAN
16
ABSTRAK
Khurin Rakhmawati, PENGEMBANGAN KURIKULUM TARBIYAH (Studi Analisis
Problema Distribusi Mata Kuliah PAI di Fakultas Tarbiyah UIN Malang tahun 2006).
Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri
(UIN)Malang. Drs. H. Agus Maimun, M. Pd
Kurikulum adalah perencanaan pembelajaran, karena itu kurikulum harus
direncanakan untuk menghasilkan produk yang diiinginkan oleh sebuah lembaga. Karenanya
kurikulum akan dapat mengukur seberapa berhasilkah visi misi sebuah lembaga. Sebagai
salah satu bagian dari perguruan tinggi Islam, Fakultas Tarbiyah adalah fakultas yang akan
mencetak mahasiswa menjadi tenaga pendidik agama Islam pada jalur pendidikan formal dan
non formal yang mencakup kompetensi lulusan memiliki kompetensi dalam merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran PAI, melakukan pembimbingan dan pelatihan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah dan jenis pendidikan keagamaan Islam juga
membimbing dan menggerakkan kegiatan keagamaan Islam dan menjadi tenaga kependidikan
Islam yang mencakup memiliki kompetensi dalam membentuk, mengelola dan
mengembangkan program pendidikan keagamaan Islam.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana fakultas Tarbiyah menata
kurikulumnya sehingga akan menghasilkan produk yang diinginkan fakultas ini. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif. Peneliti disini menggunakan cara observasi
partisipatif, karena itu peneliti juga mengamati beberapa distribusi mata kuliah yang
dipasarkan, serta peneliti melakukan wawancara kepada beberapa pihak yang dianggap cocok
dan representatif dalam penelitian ini seperti Pembantu Dekan I, Kepala Jurusan Tarbiyah,
serta kepala BAAK.
17
Kebijakan pemerintah yang terus menerus “berubah” dari keputusan menteri Agama
RI Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum inti Perguruan Tinggi dan Keputusan Menteri
Agama RI Nomor 353 tahun 2004 tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi
agama Islam, juga karena perubahan bentuk UIIS menjadi UIN mengakibatkan penataan
kurikulum fakultas Tarbiyah ikut berubah dan tidak menentu sehingga peneliti menemui
beberapa kejanggalan dari penataan mata kuliah yang dipasarkan terutama pada pengkodean
mata kuliah mulai dari 2003 sampai 2007 ini, akan tetapi peneliti hanya membatasi penelitian
ini hanya pada distribusi mata kuliah tahun 2006.
Kurikulum fakultas Tarbiyah pada tahun 2006 masih menggunakan kurikulum
berbasis kompetensi, dimana fakultas Tarbiyah PAI mendesaign kurikulumnya menjadi 3
kompetensi mata kuliah. Yang pertama adalah Mata Kuliah Kompetensi Dasar, yang kedua
Mata Kuliah lingkup kompetensi utama, yang ketiga mata kuliah lingkup kompetensi
pendukung.Adapun yang mendasari distribusi mata kuliah tersebut adalah didasarkan pada
pedoman universitas yang harus dijabarkan oleh masing-masing fakultas, selanjutnya fakultas
Tarbiyah menata kurikulumnya sesuai dengan kompetensi lulusan yang dicapai. Peneliti juga
melihat fakultas tarbiyah mendistribusikan mata kuliah pendukung yang berorientasi pada
pengembangan minat dan bakat mahasiswa yang ingin mengembangkan keilmuannya
dibidang lain seperti pendidikan kewirausahaan dan pendidikan seni religius.
Fakultas Tarbiyah mempunyai kiat untuk mengantisipasi problem tersebut, yaitu
dengan cara membuat manual prosedur, mensosialisasikan, membakukan serta menaati
prosedur tersebut sehingga tidak ada orang yang mampu melanggar prosedur itu.
Kata kunci : Kurikulum, Distribusi Mata Kuliah
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum secara teori merupakan rencana pembelajaran yang dirangkai secara sistematis
dalam rangka mencapai tujuan yang dikehendaki oleh sebuah lembaga. Ibarat sebuah pabrik roti yang
ingin mencetak sebuah roti tentu dibutuhkan perencanaan yang matang untuk mencetak produk yang
telah ditentukan yaitu roti. Perencanaan tersebut tentunya dibutuhkan bahan seperti tepung, gula, telur
sebagai bahan utama dan dibutuhkan bahan pendukung seperti minyak tanah, kanji, serbuk coklat agar
menjadi cetakan roti yang mempunyai rasa tertentu.
Kurikulum juga seperti sebuah bahan yang dibutuhkan oleh sebuah pabrik dalam hal ini
sebuah lembaga. Sebuah lembaga tentunya ingin mencetak para muridnya sesuai dengan cita-cita
lembaga tersebut. Jika lembaga tersebut ingin mencetak murid yang dapat trampil dalam ilmu
pendidikan tentunya bahan dasar yang dibutuhkan adalah materi-materi yang berkenaan dengan
pendidikan agar murid akan dapat dicetak berupa seorang pendidikan yang baik.
Jadi sebuah produk yang dibutuhkan oleh lembaga akan sangat dinantikan oleh tiga komponen
besar yaitu masyarakat, dunia kerja dan lembaga yang bersangkutan. Masyarakat akan menunggu
bagaimana manfaat produk tersebut bagi dinamisasi atau bahkan perkembangan masyarakat tersebut,
sedangkan dunia kerja semakin menuntut produk yang bisa mendukung produktivitasnya sehingga
menguntungkan secara material dan lembaga yang bersangkutan akan menjadi lembaga yang
terpercaya sebagai lembaga yang bisa mencetak produk yang dinantikan masyarakat dan dunia kerja.
Sebagai bagian dari lembaga yang akan menghasilkan produknya, PTAI pada mulanya
didorong oleh beberapa tujuan, yaitu: (1) untuk melaksanakan pengkajian dan pengembangan ilmu-
ilmu agama Islam pada tingkat yang lebih tinggi secara lebih sistematis dan terarah; (2) untuk
melaksanakan pengembangan dan peningkatan dakwah Islam; dan (3) untuk melakukan reproduksi
19
dan kaderisasi ulama’ dan fungsionaris keagamaan, baik pada kalangan birokrasi negara maupun
sektor swasta, serta lembaga-lembaga sosial, dakwah, pendidikan dan sebagainya.
Pada perkembangannya PTAI menjadi sebuah lembaga tinggi yang eksis dan banyak diminati
oleh masyarakat. Banyak produk yang dihasilkan oleh kurikulum yang dibangun oleh PTAI. Namun
perkembangan jaman yang begitu cepat, menyebabkan posisi PTAI semakin diperbincangkan. Posisi
PTAI semakin tidak aman di mata masyarakat yang sudah mulai rasional, karena itu PTAI menjadi
lembaga yang “terpinggirkan”. Menurut Agus Maimun, perbincangan mengenai kurikulum PTAI saat
ini tidak bisa lepas dari komitmen para pejabat atau ahli pendidikan di lingkungan PTAI untuk lebih
meningkatkan mutu PTAI, mutu lulusannnya masih kurang memenuhi harapan masyarakat, dan
sumbangannya pada pengembangan ilmu agama Islam juga kurang signifikan. Hal tersebut antara lain
disebabkan karena kelemahan kurikulum PTAI, yaitu: (1) kurang relean dengan kebutuhan
masyarakat: banyak prodi yang tidak diminati masyarakat tetap dipertahankan; (2) kurang efektif,
yakni tidak menjamin dihasilkannya lulusan yang sesuai dengan harapan; (3) kurang efisien, yakni
banyaknya mata kuliah dan sks tidak menjamin dihasilkannya lulusan yang sesuai harapan; (4) kurang
fleksibel, yakni PTAI kurang berani secara kreatif dan bertanggungjawab mengubah kurikulum guna
menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat (setempat, nasional atau global); (5) readibility rendah,
tidak komunikatif (bisa menimbulkan banyak tafsir); (6) hanya berupa deretan mata kuliah; (7)
berbasis (berfokus) pada mata kuliah/ penyampaian materi, bukan pada tujuan kurikuler/hasil
belajar/mutu lulusan; dan (8) hubungan fungsional antara mata kuliah yang mengacu pada tujuan
kurikuler kurang jelas.1
Sebagai salah satu bagian dari perguruan tinggi Islam, Fakultas Tarbiyah adalah fakultas yang
akan mencetak mahasiswa menjadi tenaga pendidik agama Islam pada jalur pendidikan formal dan
non formal yang mencakup kompetensi lulusan memiliki kompetensi dalam merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran PAI, melakukan pembimbingan dan pelatihan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah dan jenis pendidikan keagamaan Islam juga membimbing dan
1 Arief Furchan, et all, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi Agama Islam (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2005), 32
20
menggerakkan kegiatan keagamaan Islam dan menjadi tenaga kependidikan Islam yang mencakup
memiliki kompetensi dalam membentuk, mengelola dan mengembangkan program pendidikan
keagamaan Islam.2
Jadi tujuan yang akan dicapai fakultas Tarbiyah sudah ditetapkan sebagai produk asli lembaga
tersebut, artinya sudah barang tentu ketika mahasiswa masuk ke fakultas Tarbiyah mereka sudah
memiliki gambaran sekaligus tujuan mereka masuk ke fakultas ini. Mahasiswa akan siap dan
disiapkan dengan “bahan-bahan” yang akan membentuk dan mencetak sesuai dengan harapan mereka.
Secara filosofis, tujuan pendidikan Islam yang dirumuskan oleh fakultas Tarbiyah Universitas
Islam Negeri (UIN) Malang adalah untuk membangun manusia (insan) “Ulul Albab” secara utuh,
integral dan komprehensif meliputi aspek spiritual, akhlak, intelektual, dan professional yang
sekaligus dijadikan sebagai visi pendidikannya. Alasan filosofis ini untuk mempertegas arah dunia
pendidikan, bahwa pembangunan sumber sebagai salah satu factor strategis pembangunan bangsa ini
tidak selayaknya hanya menekankan pada aspek fisik yang berwujud (tangible), tetapi juga aspek non
fisik yang tak berwujud (untangible) yang juga sangat penting seperti aqidah dan kedalaman spiritual.
Dalam bahasa yang khas, fakultas Tarbiyah hendak mengarahkan pendidikannya untuk mewujudkan
kreativitas spiritual, kreativitas konseptual dan kreativitas social.
Hal tersebut merupakan “janji-janji” produk yang akan dicetak oleh fakultas Tarbiyah.
Karenanya semua perencanaan yang berupa materi baik materi yang diarahkan menuju tercapainya
produk tersebut. Materi yang sudah disiapkan dengan segala perhitungan siap diditribusikan menjadi
materi Mata Kuliah yang wajib ditempuh oleh seorang mahasiswa yang mengikuti proses
pembelajaran di fakultas Tarbiyah.
Dalam teori pengembangan kurikulum, materi itu akan didistribusikan setidaknya ada 3 faktor
kebutuhan, yaitu kebutuhan industri (industrial need), kebutuhan sosial (social need), dan kebutuhan
profesional (profesional need). Ketiga faktor tersebut akan sangat menentukan didistribusikannya
2 Pedoman Pendidikan Fakultas Tarbiyah, 2006
21
produk mata kuliah, dengan tujuan agar peserta didik akan selalu dibutuhkan oleh 3 komponen
tersebut, sehingga produk akan siap bekerja dimanapun ia berada.
Dalam penelitian ini akan berupaya menganalisis isi kurikulum Tarbiyah yang sudah
dipasarkan dan juga akan mencari potensi-potensi pengembangan kurikulum fakultas Tarbiyah sampai
dimana sebenarnya produk yang akan dihasilkan oleh fakultas ini. Penelitian ini tentunya akan sangat
bermanfaat bagi pengembangan kebijakan akademik fakultas Tarbiyah agar bisa eksis dan terpercaya
oleh tiga komponen besar diatas.
Selain diartikan sebagai plan of learning kurikulum secara tradisional juga diartikan sebagai
mata kuliah. Disribusi mata kuliah hendaknya difokuskan pada kebutuhan stake holders yang akan
masuk dalam sebuah lembaga, jika distribusi mata kuliah lancar sesuai dengan prinsip-prinsip
manajerial yang baik, maka kesulitan-kesulitan yang bersifat administratif akan lebih mudah
diantisipasi oleh sebuah lembaga pendidikan.
Peneliti juga sempat melakukan kajian awal bagaimana keterkaitan antar mata kuliah satu
dengan yang lainnya di fakultas Tarbiyah. Dari situ peneliti juga mempunyai analisa awal bahwa
konstelasi antara mata kuliah satu dengan yang lain masih belum berimbang bahkan ada yang tidak
saling menyapa sama sekali. Kita ambil contoh mata kuliah politik, ekonomi yang menurut
pengamatan awal peneliti tidak mendukung sama sekali dengan pengembangan ketrampilan
mahasiswa Fakultas Tarbiyah terutama di jurusan PAI. Selain itu juga tampaknya ada beberapa
distribusi mata kuliah yang belum tertata dengan baik, hal itu terbukti ada beberapa mata kuliah yang
mestinya diposisikan sebagai mata kuliah penunjang namun disini ditemukan sebagai mata kuliah
utama contoh mata kuliah Perbandingan Agama.3 Selain itu juga peneliti melihat ada mata kuliah yang
mempunyai kode yang sama tetapi ada penambahan istilah seperti Psikologi Pendidikan pada tahun
2006 diganti dengan Psikologi Pendidikan Islam, sehingga ada beberapa teman yang sudah menempuh
mata kuliah tersebut, menempuh lagi dengan kode yang sama. Nah beberapa kasus ini dijadikan acuan
3 Ibid, 45
22
oleh peneliti untuk melakukan penelitian tentang kendala yang dihadapi oleh Fakultas Tarbiyah dalam
distribusi mata kuliah.
B. Rumusan Masalah
Untuk mengawali penelitian ini peneliti akan membuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi obyektif kurikulum PAI ?
2. Apa yang mendasari distribusi mata kuliah PAI ?
3. Bagaimana problem distribusi mata kuliah PAI ?
4. Bagaimana upaya mengatasi problem distribusi mata kuliah PAI?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mendeskripsikan Kondisi oyektif kurikulum PAI
b. Mendiskripsikan Dasar distribusi mata kuliah PAI
c. Mengidentifikasi Problem distribusi mata kuliah PAI
d. Menjelaskan Upaya Tarbiyah mengatasi problem distribusi mata kuliah PAI?
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk bahan kajian bagaimana mengembangkan kurikulum
Tarbiyah kedepan, terutama dalam manajemen kurikulum. Selain itu juga penelitian ini akan
digunakan sebagai awal tindak lanjut penelitian-penelitian lain yang ingin menelaah kembali arah
kebijakan kurikulum PAI. Disamping itu juga sebenarnya penelitian ini adalah sarana bagi peneliti
untuk mengasah ketrampilan meneliti, sehingga peneliti akan merasakan dampak dari pengalaman
yang berharga ini.
23
E. Batasan Penelitian
Dengan keterbatasan waktu dan dana Peneliti akan membatasi penelitian ini pada jurusan PAI
terutama pada mata kuliah yang dipasarkan tahun 2006. Istilah kurikulum yang dimaksud adalah
terbatas pada mata kuliah.
24
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Kurikulum
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik
pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya.
Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus
disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Anggapan ini ada sejak zaman Yunani Kuno,
dalam lingkungan atau hubungan tertentu pandangan ini masih dipakai sampai sekarang, yaitu
kurikulum sebagai “…a resource of subject matters tobe mastered”. Pendapat-pendapat
selanjutnya telah beralih dari menekankan pada isi menjadi lebih menekankan pada
pengalaman belajar.4Definisi ini semakin lama semakin mapan dan terus digunakan dalam
berbagai sistem pendidikan yang dilaksanakan pada dunia modern ini termasuk di Indonesia.
Menurut Zahara Idris latar belakang yang menuntut adanya inovasi dalam
pendidikan dan kurikulum di Indonesia adalah ;
1. Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan kemajuan teknologi yang
mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan Indonesia.
2. Laju eksplosi penduduk yang cukup pesat, sehingga daya tampung dan fasilitas
pendidikan sangat tidak seimbang.
3. Melonjaknya aspirasi masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
4. Mutu pendidikan yang menurun.
5. Kurang ada relevansi antara program pendidikan dan kebutuhan.
6. Belum berkembangnya alat organisasi yang efektif serta belum tumbuhnya susana
dalam masyarakat untuk mengadakan perubahan.5
4 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek (Bandung ; Rosdakarya, 2005),4 5 Zahara Idris, Dasar-dasar Kependidikan (Bandung; Angkasa, 1982), 25
25
Dalam pengembangan kurikulum pada hakikatnya sangat komplek karena itu banyak
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaanya, dan tiap kurikulum didasarkan atas
asas-asas tertentu, yakni :
1. asas filosofis, yakni pada hakikatnya menentukan tujuan umum pendidikan
2. asas sosiologis, yang memberikan dasar untuk menentukan apa yang akan dipelajari
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
3. asas organisatoris yang memberikan dasar-dasar dalam bentuk bagaimana bahan
pelajaran disusun, bagaimana luas dan urutannya.
4. asas psikologis yang memberikan prinsip-prinsip tentang perkembangan anak dalam
berbagai aspek serta caranya belajar agar bahan yang disediakan dapat dicernakan dan
dikuasai oleh anak sesuai dengan taraf perkembangannya.6
1
6 S. Nasution, Pengembangan Kurikulum (Bandung; Citra Aditya Bakti, 2003),1- 2
Merumuskan
Tujuan
Menentukan Proses
Belajar-Mengajar
Membuat
Alat Penilaian
Memilih
Bahan Pelajaran
26
Pada umumnya pengembangan kurikulum secara teoritis dimulai dengan perumusan
tujuan kurikulum, diikuti oleh penentuan atau pemilihan bahan pelajaran, proses belajar
mengajar, dan alat penilaianya, sebagaimana figure diatas.
Sementara itu tahapan pengembangan kurikulum juga dapat digambarkan sebagai
berikut :
PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
Proses pengembangan kurikulum dimulai dari kegiatan perencanaan kurikulum.
Dalam menyusun perencaan ini didahului oleh ide-ide yang akan dituangkan dan
dikembangkan dalam program. Ide kurikulum bisa berasal dari:
1) Visi yang dicanangkan
Visi (vision) adalah the statement of ideas or hopes, yakni pernyataan tentang cita-cita
atau harapan-harapan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pendidikan dalam jangka
panjang.
IDE
PROGRAM PENGALAMAN
SILABUS
E V A L U A S I
HASIL
27
2) Kebutuhan stakeholders (siswa, masyarakat, pengguna lulusan), dan kebutuhan studi
lanjut.
3) Hasil evaluasi kurikulum sebelumnya dan tuntutan perkembangan ipteks dan zaman.
4) Pandangan-pandangan para pakar dengan berbagai latar belakangnya.
5) Kecenderungan era globalisasi, yang menuntut seseorang untuk memiliki etos belajar
sepanjang hayat, melek sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi.7
Dalam prakteknya semua unsur itu dipertimbangkan tanpa urutan yang pasti.
Sekalipun telah dimulai dengan perumusan tujuan, masih ada kemungkinan perubahan atau
tambahan setelah mempelajari bahan yang dianggap perlu diberikan. Jadi dalam proses
pengembangannya tampak proses interaksi menuju perpaduan dan penyempurnaan.
B. Landasan Kurikulum
Dalam perspektif pendidikan Islam menurut asy-Syaibani ada empat dasar pokok
atau landasan dalam kurikulum pendidikan Islam, yaitu landasan religi, landasan falsafah,
landasan psikologis, landasan sosiologis dan Prof. Dr. Muhaimin menambahkan dengan
landasan organisatoris.8
Landasan religius (agama) yang ditetapkan berdasarkan nilai-nilai Ilahi dalam al
Qur'an dan as Sunah. Adapun landasan falsafah atau filosofis adalah susunan kurikulum
mengandung suatu kebenaran yang membawa rumusan kurikulum pendidikan Islam pada tiga
dimensi ontologi, dimensi epistemologi, dan dimensi aksiologi. Sedangkan landasan
psikologis mempertimbangkan tahapan psikis anak didik berkaitan dengan perkembangan
jasmaniah, kematangan, bakat, intelektual, bahasa, emosi, sosial, kebutuhan dan keinginan
individu. Landasan ini terbagi atas dua macam, yaitu psikologi belajar dan psikologi anak.
Adapun landasan sosiologis memberikan implikasi bahwa kurikulum pendidikan memegang
7 Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam, Sebuah Telaah Komponen Dasar Kurikulum (Solo; Ramadani ,1991), 29 8 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum (Jakarta; Rajwali Press, 2005), 12
28
peranan penting terhadap penyampaian dan pengembangan kebudayaan, proses sosialisasi
individu, rekonstruksi masyarakat. Dan yang terahir landasan organisatoris mengenai bentuk
penyajian bahan pelajaran yakni organisasi kurikulum.
Nana Sudjana menyebutnya ada 3 hal pokok yang menjadi landasan dalam
pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan kurikulum, yakni :
(1) Landasan filosofis, adalah cara berpikir yang radikal dan menyeluruh secara
mendalam kajian filsafat tentang hakikat manusia, apa sebenarnya manusia itu, apa
hakikat hidup manusia, apa tujuan hidup manusia dan sebagainya yang mencakup
logika, etika dan estitika. Kaitanya dengan kurikulum dari ketiga pandangan tersebut
sangat diperlukan dalam merumuskan arah dan tujuan pendidikan
(2) Landasan sosial budaya, kurikulum pendidikan harus dan sewajarnya pula dapat
menyesuaikan bahkan dapat mengantisipasi kondisi-kondisi yang bakal terjadi
disamping perlu penyesuaian dengan masyarakat.
(3) Landasan psikologis, yang berarti kurikulum senantiasa mempertimbangkan aspek
perubahan tingkah laku anak menuju kedewasaan. Semua proses belajar mengajar
selalu dikaitkan dengan teori-teori perubahan tingkah laku anak.9
C. Desain Kurikulum
Desain kurikulum menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen
kurikulum.10 Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horisontal
dan vertikal. Dimensi horisontal berkenaan dengan penyusunan dari ruang lingkup isi kurikulum
(scope). Susunan lingkup ini sering diintegrasikan dengan proses belajar dan mengajarnya. Ruang
lingkup (scope) merupakan keseluruhan materi pelajaran dan pengalaman yang harus dipelajari siswa.
Ruang lingkup bahan pelajaran sangat tergantung pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai. 11
Dimensi vertikal menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran. Bahan
9 Nana Sudjana, Prinsip dan landasan Pengembangan Kurikulum (Bandung; Rosdakarya, 1991), 9 10 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum (Bandung; Rosdakarya, 1999), 113
11 Hamid Syarief, Pengembangan Kurikulum ( Surabaya; PT. Bina Ilmu, 1996), 97
29
tersusun dari yang mudah, kemudian menuju pada yang lebih sulit, atau mulai yang dasar diteruskan
dengan lanjutan.12
Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa desain kurikulum pendidikan Islam ialah
pengorganisasian program pendidikan dan pengalaman belajar yang bercirikan ajaran Islam, baik asas-
asasnya maupun segala komponen-komponennya, yang direncanakan dan dilaksanakan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan Islam.
a. Pola Desain Kurikulum
Desain kurikulum, sangat tergantung pada asas organisatoris, yakni bentuk penyajian bahan
pelajaran atau organisasi kurikulum. Untuk menentukan bagaimana belajar berlangsung, organisasi
kurikulum dapat dipandang sebagai salah satu faktor penting. Setiap organisasi kurikulum mempunyai
kebaikan akan tetapi tidak lepas dari kekurangan ditinjau dari perspektif tertentu. Berikut beberapa
pola desain kurikulum :
a.1 Separated Subject Curriculum
Kurikulum ini dipahami sebagai kurikulum mata pelajaran yang terpisah satu sama lainnya.
Kurikulum mata pelajaran terpisah (separated subject curriculum), bahkan kurikulumnya
dimaksudkan dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah yang kurang mempunyai keterkaitan
dengan mata pelajaran lainnya. Konsekuensinya adalah anak didik diharuskan mengambil mata
pelajaran semakin banyak.13 Kurikulum ini dipandang sebagai "the oldest approach to curriculum
organization", model desain ini telah ada sejak lama, orang Yunani dan kemudian Romawi
mengembangkan Trivium dan Quadrivium. Trivium meliputi gramatika, logika, dan retorika,
sedangkan Quadrivium, matematika, geometri, astronomi dan musik. Tyler dan Alexander
menyebutkan, sebagaiman dikutip Soetopo dan Soemanto, jenis kurikulum ini telah digunakan sejak
beberapa abad hingga saat ini pun masih banyak didapatkan dilembaga-lembaga pendidikan.
12 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, 114 13 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek (Jakarta; GMP, 1999), 27
30
Kurikulum ini terdiri dari mata-mata pelajaran, yang tujuannya adalah anak didik perlu menguasai
bahan dari tiap-tiap mata pelajaran yang telah ditentukan secara logis, sistematis dan mendalam.14
Namun demikian bukan berarti desain kurikulum ini tanpa kritik,beberapa kritik yang juga
merupakan kekurangan model desain ini adalah :
1. pengetahuan diberikan secara terpisah-pisah, hal itu bertentangan dengan kenyataan, sebab
dalam kenyataan pengetahuan itu merupakan satu kesatuan
2. karena mengutamakan bahan ajar maka peran peserta didik sangat pasif
3. pengajaran lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa lalu.15
b.2. Correlated Curriculum
Kurikulum jenis ini mengandung makna sejumlah mata pelajaran dihubungkan antara yang
satu dengan yang lain, sehingga ruang lingkup bahan tercakup semakin luas. Pada dasarnya kurikulum
ini merupakan modifikasi dari separated subject curriculum, sehingga bagaimanapun juga, kurikulum
ini masih berorientasi pada mata pelajaran.16 Sebagai contoh pada pelajaran Fiqh dapat dihubungkan
dengan mata pelajaran Al Qur'an, Hadits. Pada saat anak didik mempelajari shalat maka dapat
dihubungkan dengan pelajaran Al Qur'an (Surat Al Fatihah dan surat lainya), hadits yang berhubungan
dengan shalat dan lain sebagainya. 17 Desain kurikulum ini dapat digambarkan sebagai berikut :
a) Dalam korelasi ini dapat dilakukan dengan memperhatikan tipe korelasinnya yakni
: korelasi insidental atau aksional, maksudnya korelasi dilaksanakan secara tiba-
14 Soetopa dan Soemanto, W, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum: Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), 78 15 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, 114
16 Hamid Syarief, Pengembangan Kurikulum, 59
17 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, 28
Pelajaran
al Qur'an
Pokok
Masalah
Pelajaran
Fiqh
31
tiba, yakni kebetulan ada pertalian dengan mata pelajaran lain. Misalnya, pada
pelajaran geografi dapat disinggung soal sejarah, ilmu hewan dan sebagainya.18
b) Korelasi sistematis, yang mana korelasi ini biasanya direncankan oleh guru.
Misalnya: mengenai bercocok tanam padi dibahas dalam geografi, ilmu tumbuh-
tumbuhan
c) Korelasi normatif yakni korelasi yang menekankan moral sosial antara dua atau
lebih mata pelajaran. Misalnya sejarah dikorelasikan dengan prinsip-prinsip moral
dan etika. 19
c.3. Learner- Centered Design
Sebagai reaksi sekaligus penyempurnaan terhadap beberapa kelemahan subject centered
design berkembang juga learner centered design. Desain ini berbeda dengan subject centered, yang
bertolak dari cita-cita untuk melestarikan dan mewariskan budaya dan karena itu mereka
mengutamakan peranan isi dari kurikulum. 20
Learner centered, memberi tempat utama kepada peserta didik. Guru hanya berperan sebagai
menciptakan situasi belajar mengajar, mendorong dan memberikan bimbingan sesuai dengan
kebutuhan peserta didik. Kurikulum ini bersumber dari konsep Rousseau tentang pendidikan alam,
menekankan perkembangan peserta didik. Pengorganisasian kurikulum didasarkan atas minat,
kebutuhan dan tujuan peserta didik.21
d.4. Problem Centered Design
Problem centered design berpangkal pada filsafat yang mengutamakan peranan manusia
(man centered). Berbeda dengan learner centered yang mengutamakan manusia atau peserta didik
secara individual, problem centered menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu
kesejahteraan manusia. Konsep pendidikan para pengembang model kurikulum ini berangkat dari
18 S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 192
19 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung; Sinar Baru,1989), 17
20 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, 117
21 Ibid, 118
32
asumsi bahwa manusia sebagai mahluk sosial selalu hidup bersama. Dalam kehidupan bersama ini
manusia menghadapi masalah-masalah bersama yang harus dipecahkan bersama pula.
Isi kurikulum berupa masalah-masalah sosial yang dihadapi peserta didik sekarang dan yang
akan datang. Sekuens bahan disusun berdasarkan kebutuhan, kepentingan dan kemampuan peserta
didik.22
e.5.Integrated Curriculum
Kurikulum terpadu (integrated curriculum) merupakan suatu produk dari usaha
pengintegrasian bahan pelajaran dari berbagai macam pelajaran. Integrated kurikulum didesain dengan
memusatkan pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan solusinya dengan materi atau bahan
dari berbagai disiplin atau mata pelajaran.23 Integrated curriculum meniadakan batas-batas antara
berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan, yang
penting bukan hanya bentuk kurikulum ini, akan tetapi juga tujuannya. Dengan kebulatan bahan
pelajaran diharapkan membentuk pribadi yang integrated, yakni manusia yang sesuai atau selaras
hidupnya dengan sekitarnya.24
Integrated curiculum dilaksanakan melalui pengajaran unit. Dalam pengajaran unit dengan
sengaja anak-anak dididik untuk berpikir secara ilmiah menurut langkah-langkah yang disebut Dewey
"the method of intellegence" . Langkah-langkah itu adalah :
1. Seorang berpikir bila ia menghadapi masalah. Masalah itu harus dirumuskan
setajam-tajamnya.
2. Memikirkan hipotesis-hipotesis, yaitu cara-cara yang mungkin memberi jawaban
atau penyelesaian masalah itu.
22 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, 120
23 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, 31
24 S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, 196
33
3. Untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis itu ia perlu mengumpulkan keterangan
atau data sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber sesuai
dengan sifat masalah itu.
4. Dengan keterangan-keterangan yang diperoleh itu ia menguji kebenaran hipotesis-
hipotesis.
5. Jika diperoleh jawaban berdasarkan pemikiran yang dibenarkan oleh bukti yang
faktual, maka kita bertindak secara rasional.
D. Komponen Kurikulum
Komponen kurikulum ada beberapa pendapat, ada yang mengemukakan 5 (lima) komponen
kurikulum dan ada yang mengemukakan hanya 4 (empat). Menurut Subandiyah ada 5 (lima)
komponen kurikulum yaitu; (1) komponen tujuan; (2) komponen isi/materi; (3) komponen media
(sarana dan prasarana); (4) komponen strategi dan; (5) komponen proses belajar mengajar.25
Sementara Kerr dalam Soemanto mengemukakan ada 4 (empat) komponen kurikulum, yaitu
(1) objective (tujuan); (2) knowledges (isi dan materi) dan; (3) school learning experiences
(pengalaman belajar mengajar di Sekolah) dan; (4) evaluation (penilaian).26
Dari paparan diatas dapatlah dikemukana bahwa komponen kurikulum pada intinya terdiri
dari : (1) tujuan; (2) content/ isi; (3) strategi pelaksanaan PBM (proses belajar mengajar) dan (4)
evaluasi.
E. Prinsip-prinsip Kurikulum
Dalam mengembangkan kurikulum setidaknya ada beberapa prinsip yang harus kita
perhatikan yaitu antara lain :
25 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum (Jakarta; Rajagrafindo Persada, 1992), 4-6 26 Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum sebagai Substansi Problem Adsministrasi Pendidikan (Jakarta; Bina Aksara, 1986), 15
34
Prinsip Relevansi
Relevansi adalah kesesuaian, keserasian pendidikan dengan tuntutan masyarakat. Pendidikan
dikatakan relevan jika hasil hasil pendidikan tersebut berguna secara fungsional bagi masyarakat.
Masalah relevansi pendidikan dengan masyarakat menyangkut : 1) Relevansi pendidikan dengan
lingkungan kehidupan peserta didik; 2) Relevansi pendidikan dengan kehidupan sekarang dan
kehidupan yang akan datang; 3) Relevansi pendidikan dengan tuntutan dunia kerja; 4) Relevansi
pendidikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Prinsip Efektivitas dan Efisiensi
1) Prinsip efektivitas : Efektivitas dalam kegiatan berkenaan dengan sejauh mana yang
direncanakan atau diinginkan dapat dilaksanakan/dicapai. Dalam program pendidikan
efektivitas yang dimaksud adalah efektivitas mengajar pendidik (sejauh mana KBM yang
direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik) dan efektivitas belajar peserta didik
(sejauh mana tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui KBM).
2) Prinsip efisiensi : Proses belajar mengajar dikatakan efisien jika usaha, biaya dan waktu
yang digunakan untuk menyelesaikan program pendidikan dapat merealisasikan hasil
yang optimal.
Prinsip Kesinambungan (kontinuitas)
Kurikulum sebagai wahana belajar yang dinamis perlu dikembangkan terus-menerus dan
berkesinambungan dalam pengembangan kurikulum yang menyangkut saling hubungan dan saling
menjalin antara berbagai tingkat dan jenis prodi. Kesinambungan antar berbagai bidang studi
menunjukkan bahwa dalam mengembangkan kurikulum harus memperhatikan keterkaitan antara
bidang studi yang satu dengan lainnya.
Prinsip Fleksibilitas
Prinsip ini menunjukkan bahwa kurikulum adalah tidak kaku. Hal ini berarti bahwa dalam
penyelenggaraan proses dan program pendidikan harus diperhatikan kondisi perbedaan yang ada
dalam diri peserta didik.
35
Prinsip Berorientasi pada Tujuan
Prinsip ini berarti bahwa sebelum bahan ditentukan maka langkah pertama yang dilakukan
oleh pendidik adalah menentukan tujuan terlebih dahulu. Dengan kejelasan tujuan ini, pendidik dapat
menentukan secara tepat tentang metode mengajar, alat pengajaran dan evaluasi.
Pengembangan kurikulum dilakukan secara bertahap dan terus-menerus, yaitu dengan jalan
mengadakannya terhadap pelaksanaan dan hasil-hasil yang telah dicapai untuk melakukan perbaikan,
pemantapan, dan pengembangan lebih berlanjut. (Drs. H. M. Ahmad, dkk, Pengembangan Kurikulum,
Pustaka Setia, Bandung, 1998 : 66-72)
Jika prinsip-prinsip tersebut bisa diterapkan oleh Fakultas Tarbiyah, maka kurikulum pasti
akan mengalami perkembangan yang signifikan baik dari proses maupun sampai pada produk
kurikulum.
F. Manajemen Administrasi Kurikulum
a. Ruang lingkup Studi Administrasi Kurikulum
Pokok kegiatan utama studi administrasi kurikulum adalah meliputi bidang perencanaan dan
pengembangan, pelaksanaan, dan perbaikan kurikulum serta evaluasi kurikulum berikut terdapat
beberapa administrasi kurikulum dilihat dari asumsi berbagai sudut yaitu :
1) Perencanaan dan pengembangan kurikulum, yaitu: telah tersedia informasi dan data
tentang masalah-masalah dan kebutuhan yang mendasari disusunnya perencanaan yang
tepat.
2) Pelaksanaan kurikulum berdasarkan asumsi bahwa : kurikulum telah direncanakan
sebelumnya dan siap dioperasionalkan
3) Perbaikan kurikulum yaitu: bahwa kurikulum sekolah perlu diperbaiki dan dikembangkan
lebih lanjut untuk meningkatkan mutu pendidikan.
4) Evaluasi kurikulum bahwa: perbaikan, perencanaan dan pelaksanaan membutuhkan
informasi balikan yang akurat.
36
Dengan demikian jelaslah bahwa perencanaan dan pengembangan, pelaksanaan,
pengadministrasian, evaluasi dan perbaikan kurikulum bergerak dalam suatu sistem dalam siklus yang
berkesinambungan, yang berlangsung secara bertahap, bergilir dalam lingkaran proses system
pendidikan menyeluruh.
Studi administrasi dan supervisi kurikulum pada dasarnya bersumber dari studi administrsi
pendidikan, dimana fungsi manajemen telah tercakup didalamnya, yaitu: perencanaan, pelaksanaan,
supervisi dan evaluasi sebagai kerangka pikir yang cukup sederhana dan lebih mudah dipelajari secara
mendalam, maka ruang lingkup studi terdiri dari:
a) Administrasi pengembangan kurikulum. Dalam konteks ini akan dipelajari masalah
pengembangan kurikulum dan pengembangan selanjutnya. Bidang penting mendapat perhatian
karena akan terkait erat dengan factor-faktor mendasar. Peran berbagai pihak dan metodologi
pengembangan itu sendiri, sehingga merupakan suatu proses keseluruhan kegiatan
pengembangan kurikulum.
b) Administrasi pengembangan kurikulum. Bidang ini penting dipelajari sebab erat kaitannya
dengan keterlaksanaan kurikulum disekolah atau pada lembaga pendidikan dan latihan. Peranan
administrator (kepala sekolah) dan guru mendapat sorotan lebih tajam, dalam artian
administrative.
c) Supervisi administrasi kurikulum. Bidang ini penting dibahas agak lebih mendasar dan meluas,
sebab erat kaitannya dengan upaya pembinaan dan pengembangan kemampuan personal
sekolah, yang mendapat tanggung jawab dalam proses pelaksanaan kurikulum, dan dengan cara
bagaimana mereka seharusnya dipersiapkan agar mampu bertindak sebagai supervisor efektif
d) Pemantauan dan penilaian kurikulum. Bidang ini perlu dabhas karena peranan dan fungsinya
sangat penting dalam rangka pengembangan, pelaksanaan, supervise dan perbaikan kurikulum.
e) Administrasi perbaikan kurikulum. Bidang ini penting mendapat perhatian, sebab erat kaitannya
dengan upaya membina relevansi pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan sejalan dengan
37
perkembangan masyarakat secara menyeluruh yang pada akhirnya dapat dikembangkan suatu
kurikulum yang lebih baik.
b. Konsep Administrasi Pendidikan
Sondang S. Siagaan menyatakan bahwa salah satu administrasi pendidikan didefinisikan
sebagai Keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas
rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Dalam rumusan tersebut
terkandung lima konsep pokok, yaitu:
1. Administrasi sebagai suatu proses keseluruhan.
Suatu proses pada dasarnya adalah serangkaian kegiatan yang perlu dillakukan dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Proses administrasi adalah suatu keseluruhan yang terpadu. Dalam proses
administrasi yang menyeluruh terdapat berbagai komponen seperti: tujuan yang hendak dicapai,
manusia yang berusaha mencapainya, kegiatan-kegiatan pelaksanaan dan tugas-tugas yang harus
dikerjakan, alat, fasilitas, biaya, tenaga, waktu dan komponen luar yaitu masyarakat yang berada diluar
proses itu sendiri yang mempunyai pengaruh tertentu terhadap proses administrasi.
2. Manusia yang terlibat dalam proses administrasi.
Administrasi dilaksanakan bersama-sama oleh sekelompok manusia yang bekerja sama atas
dasar rasionalitas tertentu. Mereka bekerja sama untuk mencapai tujuan dan didorong oleh motivasi
baik instrinsik maupun ekstrinsik. Motivasi kebersamaan menyebabkan manusia bersatu dan bekerja
sama. Motivasi dapat timbul dari diri sendiri maupun tumbuh berkat pengaruh factor-faktor luar.
Karena adanya kebutuhan yang mendesak, maka dua orang atau lebih bermufakat untuk bekerja sama
mencapai tujuan bersama. Sejak adanya permufakatan dan usaha itu, sejak itu pula dimulainya proses
administrasi.
38
3. Proses administrasi senantiasa bertujuan.
Tujuan merupakan hasil yang diinginkan, artinya hasil yang ingin diperoleh oleh orang-orang
yang terlibat dalam proses administrasi. Tanpa tujuan maka administrasi tidak punya arah dan tujuan.
Selain itu tujuan administrasi menjadi dasar dalam menentukan jenis dan bentuk kegiatan administrasi
yang akan dilakukan oleh manusia yang terlibat di dalamnya. Dalam penentuan administrasi
ditentukan oleh orang dalam sendiri tetapi bisa juga dari pihak luar.27
4. Pada prinsipnya prosesnya administrasi dilaksanakan dalam bentuk kerjasama.
Pada hakekatnya kerjasama merupakan metode pencapaian tujuan administrasi yang paling
efisien. Pengembangan kerjasama dapat berbentuk kerjasama sukarela dan kerjasama paksaan. Bentuk
kerjasama pertama, para anggota lebih menyadari manfaat kerjasama itu bagi usaha pencapaian tujuan,
sedangkan bentuk kedua karena dipaksakan maka kemungkinan antagonisme. Karena itu menurut
pandangan demokrasi kerjasama bentuk pertama akan lebih berhasil dari pada kerjasama bentuk
kedua.
5. Proses administrasi memerlukan, dukungan, peralatan dan perlengkapan.
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan ditentukan berdasarkan factor-faktor seperti:
� Tujuan yang hendak dicapai
� Jenis kegiatan yang akan dilakukan
� Jumlah orang yang terlibat dalam proses
� Bentuk kerjasama yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan tugas-tugas.
Jika dalam proses administrasi hanya membutuhkan sedikit perlengkapan dan peralatan, tetapi
mencapai hasil yang optimal maka diartikan bahwa proses itu berlangsung secara efisien dan
produktif. Namun jika sebaliknya, berarti proses administrasi tidak berjalan secara efisien, dalam
keadaan mana diperlukan peninjauan ulang yang mencakup tujuan, kegiatan dan orang–orang yang
terlibat dalam proses administrasi tersebut.
27 Prof. Dr. Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), 50
39
G. Analisis Pengembangan Kurikulum PTAI
Model Pengembangan Kurikulum PTAI Berbasis Kompetensi
Gambaran Umum tentang KBK di PTAI
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi merupakan perwujudan dari pendekatan
teknologis, sehingga dalam menyususn kurikulum atau program pendidikan bertolak dari analisis
kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu.
Kompetensi adalah seperangkat tindakan inteligen dan penuh tanggung jawab yang harus
dimiliki sesorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang
pekerjaan tertentu. Sifat inteligen harus ditunjukkan sebagai kemahiran, ketepatan dan keberhasilan
bertindak. Sifat penuh tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan, baik dipandang
dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika. Dalam arti, tindakan itu benar ditinjau dari
sudut ilmu pengetahuan; efisien, efektif dan memiliki daya tarik dilihat dari sudut teknologi; dan baik
ditinjau dari sudut etika.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang dianggap memiliki kompetensi dalam
melakukan tugas atau pekerjaan tertentu memerlukan: (1) Basic skills: raeding, writing, arithmetic &
mathematics, speaking and listening; (2) Thinking skills: thinking creatively, making decisions,
solving problem, visualizing things in the mind's eye, knowing how to learn & reasoning; (3) Personal
quality: individual responsibility, elf-esteem, sociability, self management & integrity (Muhamin,
2002). Karena itu, ketiga kemampuan atau kecakapan tersebut harus termuat dalam pengembangan
kurikulum.
Sejak ditetapkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang
Pedoman Penyusunan Kurikulum dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, yang kemudian disusul
dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045/U/2000 tentang Kurikulum Inti
Penddikan Tinggi, dikalangan PTAI timbul perbincangan tentang model pengembangan kurikulum
untuk merespons keputusan tersebut. Pertemuan para Pembantu Rektor/Pembantu Ketua I (Bidang
40
Akademis) PTAI yang diselenggarakan pada tanggal 16-17 April 2001 di Jakarta merekomendasikan
agar masing-masing PTAI dapat merespons keputusan tersebut untuk selanjutnya akan dilakuakan
sharing ideas.
Rapat kerja para Rektor UIN/IAIN serta para ketua STAIN se Indonesia pada awal bulan
November 2002 yang lalu juga merespons beberapa SK tersebut di atas. Perbincangan tersebut
dilanjutkan dengan pertemuan para Pembantu Rektor I UIN dan IAIN serta Pembantu Ketua I STAIN
se Indonesia pada tanggal 22-24 Desember 2002. Perbincangan tersebut ditindaklanjuti dalam
pertemuan tim kecil dari beberapa pembantu rektor I IAIN dan Puket I STAIN, yang berlangsung
selama beberapa kali pertemuan. Pada tanggal 8-10 Juni 2003 ditindaklanjuti dengan pertemuan
Orientasi Peningkatan Mutu Akademis, yang dihadiri oleh seluruh Rektor UIN/IAIN dan Ketua STAN
seerta Pembantu Rektor I UIN/IAIN dan Pembantu Ketua I STAIN se Indonesia. Bahkan
ditindaklanjuti dengan pertemuan semua Ketua Program Studi di lingkungn PTAI se Indonesia, serta
pertemuan para pakar dalam bidangnya msing-masing, yang pembahasannya lebih terfokus pada
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi pada masing-masing jurusan/program studi yang
dikembangkan di PTAI. Hasil-hasil dari berbgai pertemuantersebut diharapkan akan dijadikan bahan
pertimbangan untuk terbitnya SK Menteri Agama RI dan/atau SK Dirjen Bagais tentang kurikulum
inti PTAI dan Program Studi.
Perbincangan tersebut tidak bisa dilepaskan dari komitmen mereka untuk lebih
meningkatkan mutu PTAI, yang menurut direktur Pertais, mutu lulusannya dianggap masih kurang
memenuhi harapan masyarakat, dan sumbangannya pada pengembangan ilmu agama islam masih
dianggap kurang signifikan. Hal tersebut antara lain disebabkan karena kelemahan kurikulum PTAI,
yaitu (1) kurang relevan dengan kebutuhan masyarakat: banyak program studi yang tidak diminati
masyarakat tetap dipertahankan; (2) kurang efektif, yakni tidak menjamin dihasilkannya lulusan yang
sesuai dengan harapan; (3) kurang efisien, yakni banyaknya mata kuliah dan sks tidak menjamin
dihasilkannya lulusan yang sesuai harapan; (4) kurang fleksibel, yakni PTAI kurang berani secara
kreatif dan bertanggung jawab mengubah kurikulum guna menyesuaikan dengan kebutuhan
41
masyarakat (setempat, nasional atau global); (5) readibility rendah, tidak komunikatif (bisa
menimbulkan banyak tafsir); (6) hanya berupa deretan mata kuliah; (7) berbasis (berfokus) pada mata
kuliah/penyampaian materi, bukan pada tujuan kurikuler/hasil belajar /mutu lulusan; dan (8) hubungan
fungsional antar mata kuliah yang mengacu pada tujuan kurikuler kurang jelas.
Untuk mengatasi berbagai kelemahan tersebut, maka direktur Pertais mengambil kebijakan
tentang pengembangan kurikulum, yaitu (1) kurikulum berbasis hasil belajar; (2) kurikulum terdiri
atas kurikulum inti dan kurikulum institusional; (3) kuriklum inti (40 %) ditetapkan oleh pemerintah
dan berlaku secara nasional, sedangkan kurikulum institusional (60 %) ditetapkan oleh PTAI dan
berlaku hanya di PTAI tersebut; (4) kurikulum secara keseluruhan (int dan institusional) ditetapkan
oleh PTAI; dan (5) kualitas kurikulum menjadi tanggung jawab PTAI.28
Kebijakan tersebut mengandung makna bahwa, (1) kurikulum perlu dikembangkan dengan
lebih menitikberatkan pada pencapaian target kompetensi daripada penguasaan materi; (2) lebih
mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia; (3)
memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di PTAI untuk mengembangkan
dan melaksanakan program pendidikan sesuai dengan kebutuhan; (4) menggunakan prinsip kesatuan
dalam kebijakan dan keragaman dalam pelaksanaan; dan (5) pengembangan kurikulum memuat
sekelompok mata kuliah pengembangan kepribadian (MPB) pada semua program studi, serta the four
pillars of education: learning to know (how and why/MKK), learning to do (MKB), learning to be or
capable to be (MPB), learning to live together (MBB).
Melalui pengembangan kurikulum berbasis kompetensi diharapkan agar:
1. mutu pendidikan lebih terjamin;
2. lebih dapat memenuhi kebutuhan lapangan kerja;
3. peran PTAI sebagai agen perubahan masyarakat dapat lebih terpenuhi 29.
28 Arief Furchan, et all, Pengembangan Kurikulum, 33 29Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A.,Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam: di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Rajawali Pers: Jakarta, 2005), 219-222
42
Desain Kurikulum Universitas Islam Negeri
Dalam memenuhi tuntutan dan kebutuhan UIN dalam memberikan pelayanan pendidikan
kepada mahasiswanya, maka kurikulum UIN haruslah didesain ulang, terutama distribusi mata kuliah
keagamaan (keislaman), yang selama ini mendominasi. Karena itu, desain kurikulum UIN haruslah
dirancang sedemikian rupa untuk melayani semua fakultas dan jurusan umum, di samping
memperhatikan kompetensi dasar pengetahuan keagamaan yang harus dimiliki.
Dengan kata lain, desain kurikulum UIN menerima semua substansi pengetahuan umum
yang ditawarkan oleh fakultas dan jurusan sebagaimana layaknya perguruan tinggi umum, tetapi
khusus mata kuliah keagamaan (keislaman) didesain secermat mungkin sesuai dengan kompetensi
dasar umum dan khusus jurusan yang harus dikuasai oleh mahasiswa.
Desain kurikulum, dengan memperhatikan kompetensi dasar umum dan khusus jurusan akan
memberikan peluang untuk mengakomodasikan nilai-nilai keislaman yang dibutuhkan untuk
mendukung program penjurusan. Dengan desain tersebut, akan diperoleh beberapa manfaat, antara
lain :30
1. Pengetahuan umum sebagai spesialisasi akan tercerahkan oleh nilai-nilai keislaman
sehingga akan lahir sarjana plus (dengan pengetahuan umum dan keislaman).
2. Akan diperoleh daya tahan (feability) dan daya hidup (elan vital) UIN.
3. Luasnya ruang gerak dan harapan peran yang akan dimainkan oleh lulusan UIN.
4. Akomodatifnya UIN dalam menampung lulusan pendidikan menengah.
5. Meningkatkan gairah keilmuan yang luas, melalui research university.
6. Berperannya UIN sebagai social agent dan social building.
Dengan terbentuknya UIN, diharapkan juga komposisi mata kuliah yang dibangun sebagai
bagian penting dari proses dan kinerja UIN tersebut dapat lebih ramping, dan menjurus sesuai dengan
spesialisasi jurusan.
30 Dr. Mukhtar, MPd, Merambah Manajemen Baru Pendidikan Islam (Jakarta, Misaka Galiza, 2003), 267
43
Sistem penyampaian dan penawaran mata kuliah kepada mahasiswapun harus dapat diarahkan
kepada adanya kompetensi spesialisasi jurusan, jangan justru semakin ke ujung, mata kuliah yang
ditawarkan kepada mahasiswa semakin mengambang dan bersifat umum. Karena hal ini akan
menyebabkan kurang komprehensifnya tingkat pemahaman ,ahasiswa dalam menyikapi spesialisasi
jurusan yang diambil.
Di sisi lain, komposisi mata kuliah dasar umum, haruslah memiliki perbandingan paling tidak
10-20 % dari mata kuliah jurusan yang ditawarkan. Komposisi mata kuliah tersebut dimaksudkan agar
mahasiswa dapat lebih mendalami materi mata kuliah jurusan yang ditawarkan kepadanya.
Dari segi kurikulum, UIN akan memformulasikan kurikulum ideal yang diinginkan dengan
memasukkan pengetahuan umum, sehingga akan kelihatan menjadi lebih hidup dan tidak terkesan
kaku, hal ini akan semakin memperluas kurikulum UIN, yang tidak hanya terbatas pada pengetahuan-
pengetahuan Islam saja. Dari segi kurikulum, UIN sudah pada waktunya melihat pengetahuan umum
sebagai bagian integral dari pendidikan Islam sehingga UIN haruslah mampu mengintegrasikan
pengetahuan umum tersebut ke dalam bingkai pendidkan Islam.
Akan tetapi, dalam bingkai pendidikan Islam di UIN, atribut keIslaman hendaknya tidak
dimunculkan ke permukaan, baik pada tingkat fakultas, jurusan, maupun gelar akademik, tetapi justru
atribut (label) Islam, hanya dimunculkan pada tingkatan universitas dan kurikulum.
Pada tingkat universitas, label Islam perlu dimunculkan untuk memberikan perbedaan khas
dengan universitas negeri lainnya yang tidak mencantumkan atribut Islam di dalamnya. Sementara,
pada tingkat kurikulum, atribut Islam dimaksudkan untuk memberikan spirit bagi penguasaan-
penguasaan berbagai pengetahuan umum melaluu sejumlah fakultas dan jurusan sehingga kurikulum
Islam dipersyaratkan sebagai mata kuliah yang wajib lulus dengan nilai yang tinggi, minimal dengan
nilai baik.
44
Ketatnya perolehan nilai ini, dimaksudkan untuk memberi nuansa islami di dalamnya,
sehingga meskipun tidak semua mata kuliah yang ditawarkan kepada mahasiswa, akan cukup
mempengaruhi nuansa Islam di dalamnya.
Untuk mencapai perolehan nilai yang tinggi minimal baik tersebut, mata kuliah keagamaan
(keislaman) yang diasuh oleh dosen bersangkutan, haruslah dirancang sesuai dengan kompetensi dasar
minimal yang dicapai oleh mahasiswa.
Apabila hal itu tercapai, maka mahasiswa baru dapat lulus dalam suatu mata kuliah.
Sebaliknya, jika hal tersebut tidak tercapai, maka mahasiswa harus menguasai kompetensi dasar
minimal tersebut sampai lulus.
Kompetensi yang seharusnya dikembangkan oleh UIN haruslah memenuhi standar kualitas
minimal yang ditetapkan. Tanpa pemenuhan standar kualitas minimal tersebut, maka UIN akan
memberikan tingkat pelayanan yang rendah, yang pada akhirnya, kualitasnya pun akan dipertanyakan.
Kompetensi dasar yang dimaksud adalah: (a) penguasaan bahasa asing, (b) kemampuan analitis, (c)
karya ilmiah, (d) sanksi akademis, (e) spesialisasi dosen dan mata kuliah, dan (f) kompetensi
manajerial.
Kompetensi dasar berupa penguasaan bahasa asing, kemampuan analitis dan karya ilmiah,
dimaksudkan untuk membekali mahasiswa dengan keunggulan-keunggulan kompetitif untuk dapat
mengembangkan dan menggunakannya secara lebih luas yang pada akhirnya menumbuhkan sikap
kemandirian dan dapat melepaskan diri dari ketergantungan. Kompetensi dasar berupa sanksi
akademis meliputi penghargaan dan penegakan hukum akademis, spesialisasi dosen dan mata kuliah,
sampai kepada kompetensi manajerial yang dimaksudkan untuk memberikan kemampuan UIN sebagai
center of exellence for Islamic integrated (pusat keunggulan kajian integrasi pengetahuan Islam dan
umum).
Dalam memenuhi pencapaian nilai seperti ini, mahasiswa dipersyaratkan untuk menempuh
pendidikan tambahan yang diselenggarakan oleh pihak UIN. Untuk ke arah ini, UIN hendaknya
45
mengupayakan pusat-pusat studi di lingkungan kampus yang meliputi studi keagamaan dan bahasa
terutama bahasa Arab.
Akan tetapi, pendidikan tambahan melalui pusat studi keagamaan dan bahasa seperti ini, tidak
masuk ke dalam SKS, jadualnya diatur sendiri, pembiayaan diatur sedemikian rupa dengan
rasionalisasi kepada mahasiswa.
Setelah lulus mata kuliah keagamaan dan bahas tersebut, barulah mahasiswa tersebut berhak
untuk memperoleh nilai yang tinggi minimal baik. Dengan lulusnya mata kuliah keagamaan dan
bahasa tersebut, barulah mahasiswa tersebut dapat menempuh ujian terakhir (ujian).
Di samping persyaratan lulus mata kuliah keagamaan yang ketat, juga harus diupayakan
beban-beban materi kuliah keagamaan, memuat materi keagamaan secara padat, sehingga
memungkinkan mahasiswa untuk menguasai secara teoritis dan praktis. Tanpa usaha ke arah ini, maka
tidak mustahil pengetahuan keagamaan (keislaman) akan termarjinalkan, yang juga berarti terjadi
sekulerisasi pendidikan tinggi (UIN).
Sisi lain yang perlu dicermati, adalah kurikulum UIN jangan terlalu banyak berorientasi
kepada studi masa lalu (historical studies), tetapi diharapkan lebih banyak berorientasi pada masa
depan (for tomorrow). Agus Maimun sendiri mengungkapkan dalam menghadapi compititienes di
masa kini dan masa depan, PTAI harus mengembangkan pendidikan kualitas total (total quality
education/TQE). Menurut Semiawan TQE memfokuskan pada dua persoalan mendasar, yaitu: pertama
stimulasi dari koherensi proses belajar mengajar, sehingga tidak terjadi disintegrasi kurikulum. Kedua,
unsur dasar yang lain adalah analisis kebutuhan berbagai kelompok mahasiswa. Mahasiswa perlu
perhatian khusus, karena kelak akan memasuki dunia kerja atau realitas sosial yang sangat
problematis. Untuk itu, orientasi terhadap mahasiswa adalah kunci utama untuk TQE. Hal ini
mencakup penghargaan,kepedulian, dan penilaian terhadap nilai-nilai fundamental lembaga
pendidikan.31
31 Arief Furchan, Pengembangan Kurikulum, 56
46
Sikap seperti ini, bukan berarti menafikan peran studi sejarah (historical studies) tersebut,
tetapi justru lebih ditekankan kepada adanya kebutuhan UIN yang semakin kompleks dan mendesak,
disamping tawar-menawar (bargaining) atas adanya desain kurikulum UIN seperti ini.
Hal yang lebih menarik lagi adalah manakala dihadapkan kepada persoalan perluasan misi
UIN untuk memenuhi kebutuhan stakeholder-nya, yakni adanya dinamka kehidupan masyarakatyang
tidak hanya meliputi aspek kehidupan keagamaan, tetapi menyangkut semua nilai kehidupan, sehingga
pada akhirnya, UIN nantinya diharapkan mampu menghasilkan sarjana-sarjana yang tidak hanya
kental dengan nuansa-nuansa Islam dan sejarah, tetapi justru kering dari keilmuan, teknologi, dan
sumber daya.
Pada akhirnya, dengan penguasaan keislaman yang diintegrasikan ke dalam pengetahuan
umum, teknologi dan sumber daya, harapan peran (role expectation) yang dilakukan oleh UIN akan
sesuai dengan yang diharapkan, di samping untuk mewarnai ruang gerak keilmuan yang dibangun itu
sendiri.
Tawar-menawar (bargaining) atas adanya kemungkinan desain kurikulum UIN seperti ini,
akan lebih menarik manakala dihadapkan kepada persoalan perluasan misi UIN untuk menjaring calon
mahasiswa baru dengan label perguruan tinggi Islam.
Masalah lain yang mungkin dapat timbul dari komposisi mata kuliah seperti ini adalah kurang
tersedianya tenaga dosen yang spesialis. Untuk itu, UIN harus mampu mendatangkan dosen-dosen
tamu, baik dari dalam maupun luar negeri untuk memenuhi kebutuhan tersebut secara berkala.
Dosen-dosen tamu yang didatangkanpun, harus dapat merata bagi UIN di daerah, sehingga
kualitas yang diharapkan juga akan merata bagi UIN baik di kota-kota besar maupun di daerah. Untuk
menjamin ke arah ini, pihak pemimpin UIN harus merencanakan secara matang kemungkinan
mendatangkan dosen-dosen tamu, dengan mengusulkan sendiri atau meminta kepada pemerintah.
47
Terintegrasikannya ilmu pengetahuan umum ke dalam Islam melalui desain kurikulum UIN,
tidak akan dapat menjamin tercapainya manfaat yang diperlukan, manakala tidak dibarengi dengan
strategi pembelajaran, yaitu:
1. Penggunaan metodologi yang tepat.
2. Pembelajaran berbasis mahasiswa (student based learning).
3. Berdasarkan pada tujuh pilar pembelajaran UNESCO, yaitu:
- Learning how to know/learning how to think (belajar mengetahui/belajar
berpikir),
- Learning how to learn (belajar bagaimana belajar),
- Learning how to do (belajar berbuat),
- Learning how to live together (belajar hidup bersama),
- Learning how to be (belajar menjadi diri sendiri),
- Learning how to have a mastery of local (belajar menyesuaikan diri dengan
kebutuhan lokal),
- Learning how to understand the nature/God made (belajar memahami
lingkungan sekitar).
Pendekatan Pembelajaran
Untuk mendukung strategi pembelajaran tersebut, perlu pula dikembangkan beberapa
pendekatan, yaitu pendekatan supportif, evidentif, dan rasionalistik.
Pendekatan Supportif
Pendekatan supportif melihat bahwa pengetahuan mahasiswa harus dibangun melalui
peningkatan gairah keilmuan yang dimiliki oleh mahasiswa, misalnya dorongan untuk menulis karya
ilmiah dalam jurnal, buletin, surat kabar, sampai buku, disamping dorongan-dorongan lainnya.
Misi utama dari pendekatan ini adalah untuk membantu mahasiswa dalam mengembangkan
pengetahuan sebagai calon ilmuan, melalui proses penemuan potensi (internalisasi diri) menuju
48
kemandirian dan kematangan diri sebagai pribadi yang utuh, bukan sebagai pribadi yang pecah (split
personality).
Pendekatan Evidentif
Pendekatan evidentif melihat bahwa ilmu pengetahuan itu selalu berkembang menuju titik
kesempurnaan. Karena itu, mahasiswa haruslah ditantang untuk lebih meningkatkan potensi dirinya
melalui pencarian bukti-bukti dan fakta-fakta ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, sebagai
penemuan dan hak paten. Pendekatan evidentif seperti ini akan melahirkan mahasiswa yang
compatible dan marketable, bahkan go international.
Misi utama pendekatan ini adalah mencari format-format baru yang lebih manusiawi dan lebih
berperadaban menuju terbentuknya UIN sebagai research university. Karakteristik yang diharapkan
dari pendekatan ini adalah:
1. Mahasiswa tertantang untuk mencari penemuan-penemuan sebagai ciri keilmuan.
2. Mahasiswa akan aktif dan sibuk melakukan aktivitas dan kajian-kajian khusus.
3. Akan lahir mahasiswa yang inovatif.
Pendekatan Rasionalistik
Pendekatan rasionalistik melihat bahwa proses pendidikan di UIN, merupakan konsekuensi
prinsip idealis dan eksternalisasi diri mahasiswa, dengan sejumlah harapan peran yang dicita-citakan.
Karena itu, UIN harus mampu melihat kondisi seperti ini sebagai sebuah kebutuhan alami.
Jaminan masa depan yang lebih baik dan jaminan kepastian hidup, merupakan konsekuensi
lain yang perlu dicermati oleh UIN, agar mampu mengantarkan mahasiswanya menuju gerbang
kemandirian dan cita-cita yang dinginkan.
Misi utama dari pendekatan rasionalistik ini adalah melihat bahwa mahasiswa UIN sebagai
suatu ikatan yang saling bertanggung jawab atas perubahan masa depan yang lebih baik32.
32 Opcit, 272
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dengan metode kualitatif dengan memakai bentuk studi kasus
(case study). Dalam penelitian ini data yang akan dikumpulkan oleh peneliti bukan berupa angka-
angka atau statistik melainkan data tersebut berasal dari hasil wawancara, hasil catatan di lapangan,
dokumen pribadi seperti KPS, KRS dan dokumen resmi yang lainnya, lalu peneliti berusaha
memaknai hasil pengumpulan data tersebut dengan instrumen prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan realitas empiris dibalik fenomena yang
ada secara mendalam, rinci dan tuntas
Distribusi mata kuliah tentunya sangat terkait dengan visi dan misi fakultas dan universitas,
karena itu keterkaitan ini disebut peneliti sebagai sebuah fenomena. Bagaimana dasar pemikiran ketika
mata kuliah tersebut didistribusikan dalam beberapa klasifikasi.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan mengambil lokasi di fakultas Tarbiyah jurusan PAI sebagai pusat
data, sedangkan untuk data-data sekunder peneliti juga akan meneliti alur pemasaran mata
kuliah yang ada di unit BAK UIN Malang. Peneliti memilih fakultas Tarbiyah, sebenarnya
didasarkan pada posisi Tarbiyah yang selama ini dikenal sebagai fakultas pendidikan Islam
tertua di jawa timur dan banyak menghasilkan produk yang handal baik lokal maupun
nasional. Selain itu juga dalam masa transisi ini peneliti melihat banyak kejadian-kejadian
yang tidak seyogyanya terjadi, karena itu peneliti ingin ikut andil dalam membangun fakultas
Tarbiyah dengan menyajikan data-data yang selama ini tidak diperhatikan oleh semua pihak.
C. Kehadiran peneliti
50
Dalam penelitian ini peneliti akan hadir di lapangan, karena peneliti merupakan
instrumen utama dalam menggali dan memaknai data yang ada di lapangan. Peneliti akan
berusaha dengan hati-hati menghadapi informan kunci yang akan membuka pintu bagi
peneliti untuk menggali data lebih dalam di lapangan.
Peneliti memposisikan sebagai seorang perencana, pelaksana pengumpulan data,
penganalisis data dan sekaligus sebagai pelapor dari hasil penelitian. Karena itu peneliti
menempuh prosedur-prosedur yang dirasa standard dalam penelitian “kualitatif formal” yang
ada di fakultas Tarbiyah yaitu (a) peneliti meminta izin kepada pihak Fakultas secara formal
dan menyiapkan segala peralatan yang diperlukan seperti tape recorder, camera; (b) peneliti
menyerahkan surat izin, memperkenalkan diri pada semua elemen yang ada di lembaga
tersebut serta menyampaikan tujuan; (c) mengadakan observasi di lapangan untuk memahami
latar penelitian sebenarnya; (d) membuat jadwal kegiatan berdasarkan kesepakatan antara
peneliti dan subyek penelitian dan; (e) melaksanakan kunjungan untuk mengumpulkan data
sesuai jadwal yang telah disepakati
D. Data dan Sumber Data
Data yang akan dicari adalah pemasaran mata kuliah yang ada di fakultas Tarbiyah
jurusan PAI dan juga pemasaran yang ada di unit BAK. Selain itu juga peneliti akan mencari
data di buku-buku pedoman fakultas Tarbiyah 2006. Peneliti juga sempat memotret
permasalahan teman-teman yang pernah mengalami masalah berkenaan dengan mata kuliah
yang mereka ambil antara lain :
1. Syamsul Huda semester XII “Dulu mata kuliah Aplikom adalah mata kuliah
penunjang dan sekarang mata kuliah tersebut diganti namanya dengan Teknologi
Informasi sehingga kesulitan untuk mengikuti ujian Komprehensif, sedangkan dia
sudah mengikuti lebih 160 sks yang semestinya sudah bisa mengikuti komprehensif
51
tapi karena masih belum mengambil mata kuliah Aplikom, dan sekali lagi mata kuliah
tersebut sudah diganti namanya.
2. Syamsul Arifin semester XII mahasiswa transfer dari D2 “Saya sudah menempuh sks
lebih dari 160 yang semestinya bisa mengikuti ujian komprehensif, akan tetapi karena
masih belum menempuh perbandingan agama, maka saya tidak bisa mengikuti
komprehensif, sedangkan mata kuliah perbandingan agama pada saat saya jadi
mahasiswa merupakan mata kuliah dasar umum tapi sekarang menjadi mata kuliah
utama.
3. Peneliti sendiri mengalami permasalahan tentang pergantian jumlah sks PKLI, jika
semester kemarin yang satu angkatan dengan saya jumlah sksnya 6 tetapi sekarang
peneliti sendiri hanya dapat 4 sks
4. Peneliti juga mengalami hal serupa yaitu pada mata kuliah civic education yang di
KRS 2 sks tetapi di transkip nilai yang dikeluarkan BAK menjadi 3 sks
5. Di dalam buku pedoman ada perbedaan nama mata kuliah yang cukup
membingungkan bagi mahasiswa yang akan menempuh ulang yaitu sosiologi
pendidikan dengan sosiologi pendidikan Islam
E. Prosedur Pengumpulan Data
Sebagai sumber data dari penelitian ini adalah program pemasaran mata kuliah pada tahun
ajaran 2006 dan juga meneliti bagaimana isi sebagian silabus dari beberapa mata kuliah utama dengan
harapan peneliti menemukan beberapa materi perkuliahan yang masih tergolong rancu karena bisa
juga tumpang tindih antara satu mata kuliah dengan mata kuliah yang lain. Untuk mendapatkan data,
maka peneliti membuat prosedur pengumpulan data sebagai berikut :
• Metode dokumenter yaitu pengumpulan dokumen-dokumen yang berupa program-program
yang dipasarkan dari jurusan PAI, dan juga pengumpulan beberapa silabus mata kuliah,
52
metode ini digunakan untuk menelaah apakah ada keterkaitan antara mata kuliah satu dengan
yang lain.
• Metode wawancara : dengan metode ini peneliti akan mewawancarai beberapa personal yang
terkait dengan sistem distribusi mata kuliah yang ada di fakultas Tarbiyah PAI seputar
orientasi fakultas Tarbiyah jurusan PAI dan kendala-kendala apa yang menghambat
pengembangan kurikulum Tarbiyah. Metode ini sangat bermanfaat sebagai bahan kajian dan
perbandingan antara idealitas dengan realitas fakultas Tarbiyah.
Adapun alur pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut
1. Peneliti membuat instrumen ukur untuk menentukan bagaimana kondisi obyektif
distribusi kurikulum Tarbiyah, adapun instrumen tersebut berupa pertanyaan-
pertanyaan wawancara kepada pembantu dekan 1 dan kajur dan pihak BAK tentang
bagaimana prosedur distribusi mata kuliah yang sudah dilakukan. Jika sudah
dilakukan wawancara maka peneliti akan membuat alur, dari situ peneliti akan tahu
apakah ada alur yang putus. Alur yang putus akan dianalisis oleh peneliti bagaimana
hal itu bisa terjadi. Dan analisa itu akan di crosscheck dengan dokumen yang sudah
diperoleh oleh peneliti
2. Peneliti juga akan menanyakan dasar pikiran distribusi mata kuliah yang bermasalah
kepada beberapa pihak diatas.
F. Analisa Data
Metode analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif dan content analysis.
Dalam hal ini landasan teori tentang prinsip-prinsip pengembangan kurikulum sebagai instrumen
utama dalam mengukur ketepatan kurikulum Tarbiyah disamping peneliti juga memaknai secara
reflektif berdasarkan data-data yang sudah dikumpulkan peneliti.
Untuk menganalisa data, penulis menggunakan metode “content analysis” yang menurut
Holsti:
53
“Bahwa analisis isi adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui
usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis”. Sebagai suatu
teknik penelitian, analisis ini mencakup prosedur-prosedur khusus yang menurut para ahli berupa
objektivitas, pendekatan sistematis dan generalisasi. Hal ini berfungsi untuk pemrosesan data secara
ilmiah, sebagaimana teknik penelitian. Ia bertujuan memberikan pengetahuan, membuka wawasan
baru dan panduan praktis pelaksanaannya.33
Selain itu juga peneliti menggunakan analisis komparatif yaitu membandingkan ide-ide,
pendapat–pendapat dan pengertian agar mengetahui persamaan dari berbagai macam ide dan sekaligus
mengetahui perbedaan dengan ide lainnya, kemudian dapat ditarik konklusi baru. Hal ini sebagaimana
yang telah diungkapkan oleh Winarno Surahmad bahwa suatu penyelidikan dapat dilakukan dengan
meneliti hubungan lebih dari suatu fenomena sejenis dengan menunjukkan unsur-unsur persamaan dan
unsur-unsur perbedaan.34
G. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk mengecek apakah data-data yang peneliti ambil cukup valid, maka peneliti akan
mengecek data-data hasil wawancara tersebut dengan dokumen-dokumen tertulis, seperti
KRS ataupun KHS
33 Soejono Abdurrahman, 1999, Metode Penelitian, Suatu Pemikiran dan Penerapan, Rineka Cipta: Jakarta, hal: 14-15. 34 Sutrisno Hadi, 1985, Dasar dan Teknik Research, Tarsito: Bandung, hal: 136.
54
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Profil Fakultas Tarbiyah PAI
Fakultas Tarbiyah adalah cikal bakal lahirnya Universitas Islam Negeri (UIN)Malang.
Berdiri tahun 1961 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No 17
tahun 1961. Peresmian Fakultas Tarbiyah dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1961 oleh
Menteri Agama RI di Surabaya. Sebagai fakultas tertua diantara fakultas-fakultas lain di
lingkungan UIN Malang, fakultas Tarbiyah dalam perannya sebagai penyelenggara
pendidikan bidang kependidikan Islam telah banyak melahirkan pemikir, pengembang dan
praktisi Pendidikan Islam yang turut berperan membangun Indonesia. Kita lihat saja beberapa
tokoh seperti KH. Hasyim Muzadi, Drs. Djumransyah, Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony,
Prof.H.Imam Suprayogo, Prof.H. Muhaimin, dan masih banyak lagi praktisi dan pengembang
pendidikan Islam yang telah banyak berkiprah di masyarakat.
Arah pengembangan program-program studi di fakultas Tarbiyah Universitas Islam
Negeri (UIN) Malang, setidaknya didasarkan pada empat alasan strategis, yakni ; teologis,
filosofis, sosio-psikologis dan historis.Secara teologis, sebagaimana diyakini oleh para
pemeluk Islam, bahwa Islam merupakan agama yang serba mencakup (all-sufficient), utuh
(holistic), serba hadir (omni present) dan universal. Oleh karena itu, tidak selayaknya ada
pemisahan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum, sebagaimana halnya yang terjadi
pada perkembangan pendidikan di lingkungan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri
maupun swasta (PTAIN/PTAIS) yang berjalan di Indonesia selama ini. Hal ini sejalan dengan
landasan ontologis, bahwa semua ilmu itu milik Allah SWT, sumber dari segala sumber ilmu.
Karena itu, tidak layak jika ilmu itu dipisah-pisahkan. Alasan tersebut untuk menghindari
55
kesan bahwa Islam itu sempit, fokus pengembangan jurusan/program-program studi hanya
untuk mempelajari ilmu-ilmu agama saja.
Secara filosofis, tujuan pendidikan Islam yang dirumuskan oleh fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang adalah untuk membangun manusia “Ulul Albab”
secara utuh, integral dan komprehensif meliputi aspek kedalaman spiritual, keagungan akhlak,
kematangan profesional dan keluasan ilmu yang sekaligus dijadikan sebagai visi
pendidikannya. 35
Alasan filosofis ini untuk mempertegas arah dunia pendidikan, bahwa pembangunan
sumber daya manusia sebagai salah satu faktor strategis pembangunan bangsa ini tidak
selayaknya hanya menekankan pada aspek fisik yang berwujud (tangible), tetapi juga
aspeknon fisik yang tak berwujud (untangible) yang juga sangat penting seperti aqidah dan
kedalaman spiritual. Dalam bahasa yang khas, Fakultas Tarbiyah hendak mengarahkan
pendidikannya untuk mewujudkan kreatiitas spiritual, kreatiitas konseptual dan kreativitas
sosial.
Secara sosio-psikologis, arah pengembangan program studi fakultas Tarbiyah ini
untuk menghilangkan kesan bahwa PTAIN/PTAIS selama ini hanya menghasilkan lulusan
yang hanya dibekali sejumlah kemampuan untuk berpartisipasi di bidang pendidikan agama,
tetapi mereka tidak dibekali untuk mampu menjalankan fungsi sosialnya secara lebih luas,
kompleks dan penuh persaingan di era yang semakin mengglobal ini. Kesan ini muncul antara
lain disebabkan oleh pandangan masyarakat atas dunia Islam secara sempit, padahal Islam itu
pada hakekatnya adalah agama universal yang membawa rahmat bagi sekalian alam
(rahmatan lil alamin). Konsekuensinya kita sebagai generasi penerus kenabian (warasat al-
anbiya’) harus mampu berperan aktif dalam dunia yang serba kompleks dan global ini dalam
rangka mewujudkan kerahmatan untuk semua.
35 Buku Pedoman UIN 2004-2006, 9
56
Secara historis, bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam pernah
mengalami kemajuan yang pesat di tangan para ulama’ atau cendikiawan muslim pada
pereode klasik yang kemudian mengalami kemunduran pada fase-fase sesudahnya. Selain itu,
dalam sejarah peradaban Islam tidak pernah terjadi pertentangan yang hebat antara agama di
satu sisi dengan ilmu pengetahuan disisi lain sebagaimana yang pernah dialami oleh Barat
pada zaman renaissance. Hal itu antara lain mengandung makna bahwa dunia Islam pernah
memiliki peradaban Islam, yakni ilmu pengetahuan berkembang pesat sesuai dengan nilai-
nilai dan kebutuhan pemeluk Islam pada waktu itu. Sejalan dengan latar belakang historis ini,
pengembangan pendidikan ilmu ketarbiyahan pada dasarnya hendak mengambil pelajaran dari
fenomena historis tersebut, antara lain ;
Pertama, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat dilepaskan dari
nilai-nilai Islam yang bersifat universal; kedua, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut harus sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya; ketiga, oleh karena antara
agama dan sains tidak ada benturan yang saling menafikan, tetapi justru saling melengkapi,
maka kajian ilmu pendidikan Islam hendak mengintegrasikan antara agama dan sains itu
kedalam kurikulumnya.
Berdasarkan empat alasan strategis di atas, arah pengembangan jurusan/program studi
di fakultas tarbiyah memiliki sejumlah perbedaan mendasar itu tercermin dalam visi, misi dan
program pengembangan jurusan/program studi di lingkungan fakultas Tarbiyah.36
B. Kondisi Obyektif Kurikulum Tarbiyah 2006
Pada tahun 2006 Fakultas Tarbiyah PAI masih menggunakan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Sebagai operasionalisasi dari arah pengembangan program studi di Fakultas
Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, maka Tarbiyah mengembangkan kurikulum yang
mengarahkan pada pembentukan kompetensi lulusan masing-masing jurusan dan program studi.
36 Buku Pedoman Fakultas Tarbiyah 2006, 23
57
Fungsi dan kompetensi lulusan setiap jurusan/program yang ada di Fakultas Tarbiyah secara ringkas
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Fungsi dan kompetensi lulusan jurusan PAI dijabarkan kedalam matrik sebagai berikut:
No Fungsi Kompetensi Lulusan
1 Menjadi tenaga pendidik agama Islam pada jalur pendidikan formal dan non-formal
1. Memiliki kompetensi dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran PAI, menilai hasil pembelajaran PAI, melakukan pembimbingan dan pelatihan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dan jenis pendidikan Islam
2. Membimbing dan menggerakkan kegiatan keagamaan Islam
2 Menjadi tenaga kependidikan Islam
Memiliki kompetensi dalam membentuk, mengelola, dan mengembangkan program pendidikan keagamaan Islam
Dari kompetensi tersebut Tarbiyah mendistribusikan mata kuliah yang akan mencetak
kompetensi lulusan tersebut. Adapun mata kuliah yang didistribusikan adalah sebagai berikut dibagi
ke dalam tiga kelompok mata kuliah,yaitu : kelompok matakuliah lingkup kompetensi dasar (57 sks),
kelompok matakuliah lingkup kompetensi utama (93 sks) dan kelompok matakuliah lingkup
kompetensi pendukung (10 sks).
1. Mata Kuliah Lingkup Kompetensi Dasar
No Kode Mata Kuliah SKS Prasyarat
1 11101 Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan
2
2 11102 Pengantar Studi Islam 3
3 11103 Akhlak Tasawuf 3
4 11104 Ilmu Alamiah Dasar 2
5 11105 Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
3
58
6 11106 Bahasa Indonesia 2
7 11107 Maharat al-Istima’ I 2
8 11108 Maharat al-Kalam I 3
9 11109 Maharat al-Qira’ah I 2
10 11110 Maharat al-Kitabah I 2
11 11111 Maharat al-Istima’ II 2 11107
12 11112 Maharat al-Kalam II 3 11108
13 11113 Maharat al-Qira’ah II 2 11109
14 11114 Maharat al-Kitabah 2 11110
15 11115 Bahasa Inggris I 3
16 11116 Bahasa Inggris II 3 11115
17 11117 Studi al-Qur’an 3
18 11118 Studi al-Hadis 3
19 11119 Studi Fiqh 2
20 11120 Ilmu Tauhid/Ilmu Kalam 2
21 11121 Pengantar Filsafat Ilmu 2
22 11122 Sejarah Peradaban Islam I 2
23 11123 Manajemen Teknologi Informasi (MTI)
2
Jumlah 57
2. Mata Kuliah lingkup Kompetensi Utama
NO Kode Mata Kuliah SKS Prasyarat
1 11201 Dasar-dasar Pendidikan Islam 2
2 11202 Filsafat Pendidikan Islam 3
3 11203 Ilmu Pendidikan Islam 3 11201, 11202
4 11204 Manajemen Pendidikan Islam 3
5 11205 Psikologi Pendidikan 2
59
6 11206 Perkembangan Peserta Didik 2
7 11207 Sosiologi Pendidikan Islam 2
8 11208 Sejarah Pendidikan Islam 2
9 11209 Teori Belajar dan Pembelajaran 3
10 11210 Pengembangan Kurikulum PAI 3
11 11211 Metodologi Pembelajaran PAI 3
12 11212 Pengembangan Sumber Belajar PAI 2
13 11213 Desain Pembelajaran PAI 2
14 11214 Inovasi Pendidikan Islam 2
15 11215 Evaluasi Pembelajaran PAI 3
16 11216 Statistika Pendidikan 2
17 11217 Metodologi Penelitian I 3 11216
18 11218 Metodologi Penelitian II 3 11217
19 11219 Tafsir dan Hadis 3 11117, 11118
20 11220 Tafsir dan Hadis Tarbawi I 3 11219
21 11221 Tafsir dan Hadis Tarbawi II 3 11120
22 11222 Sejarah Peradaban Islam II 3 11122
23 11223 Ushul Fiqh 3 11119
24 11224 Fiqh 2 11223
25 11225 Himatut Tasyri’ 2
26 11226 Masail al-Fiqhiyyah I 3 11224
27 11227 Masail al-Fiqhiyyah II 3 11226
28 11229 Filsafat Islam 2
29 11230 Bimbingan Membahas Kitab 3
30 11231 Perbandingan Agama 2
31 11232 PPL I/Ketrampilan Dasar Mengajar 3
32 11233 PPL II 4 11232
33 11234 Program Pengabdian kepada 4
60
Masyarakat (PPM)
34 11235 Seminar Proposal 0
35 11236 Komprehensif 0
36 11237 Skripsi 6
Jumlah 93
3. Mata Kuliah Lingkup Kompetensi Utama
NO Kode Mata Kuliah Sks Prasyarat
1 11301 Sosiologi Agama 2
2 11302 Manajemen Dakwah 2
3 11303 Bimbingan dan Penyuluhan PAI 2
4 11304 Psikologi Agama 2
5 11305 Pendidikan Kewirausahaan 2
6 11306 Pemikiran Pendidikan Islam 3
7 11307 Isu-isu Pendidikan Kontemporer 2
8 11308 Pendidikan Perbandingan 3
9 11309 Strategi Pembelajaran Kitab 2
10 11310 Kapita Selekta Pendidikan 2
11 11311 Ilmu Jiwa Umum 2
12 11312 Bimbingan Penulisan Karya Tulis Ilmiah
2
13 11313 Media Pembelajaran PAI 2
14 11314 Pendidikan Seni Religius 2
Jumlah 30
4. Rekapitulasi Mata Kuliah
No Jenis Kompetensi Sks
1 Kompetensi Dasar 57
61
2 Kompetensi Utama 93
3 Kompetensi Pendukung dan lainnya 10
Jumlah 160
C. Dasar-dasar Distribusi Matakuliah PAI
Distribusi matakuliah PAI secara keseluruhan didasarkan pada pedoman uniersitas yang
kemudian dijabarkan menjadi pedoman pendidikan fakultas. Dalam hal ini fakultas tarbiyah
mendasarkan pada kurikulum nasional 2004 dengan beberapa kelompok matakuliah yaitu MKDU,
MKDK, MKD. Berdasarkan kebijakan universitas maka MKDU hanya didistribusikan dengan beban
maksimal 19-21 sks pada semester 1 dan 2, namun kenyataannya di lapangan peneliti menemukan ada
yang menempuh lebih dari jumlah sks yang ditetapkan dalam kebijakan tersebut pada angkatan 2006-
2007,yaitu ada yang menempuh sampai 21-24 sks (lihat KHs yang dilampirkan). Selain itu dalam
mendistribusikan matakuliah fakultas tarbiyah PAI juga mendasarkannya pada minat dan bakat
mahasiswa yang tidak semuanya ada dalam bidang pendidikan,sehingga muncullah matakuliah
pendukung yang diadakan untuk membekali mahasiswa pada ketrampilan yang tidak diminati
mahasiswa yang ada pada matakuliah utama.
D. Problem Distribusi Matakuliah PAI
Secara ideal perubahan matakuliah memang harus disertai dengan perubahan kode matakuliah,
karena akan berpengaruh pulapada pola pengajaran. Hal inilah yang tampaknya menjadi problem
paling besar dari analisis peneliti.
Adapun problema yang dihadapi fakultas Tarbiyah dalam hal ini antara lain :
1. Perubahan kode matakuliah yang tidak sesuai dengan perubahan matakuliahnya
2. Jumlah sks yang didstribusikan oleh fakultas dan BAK yang berbeda, sehingga
menambah beban sks yang harus ditempuh oleh mahasiswa.
62
3. Fakultas tarbiyah masih terikat dengan sistem pendidikan yang terpusat
E. Upaya untuk Mengatasi Problema Distribusi Matakuliah PAI
Fakultas Tarbiyah berencana mengantisipasi kendala-kendala tersebut dengan cara
mengusulkan kepada pemerintah untuk mencanangkan perubahan kurikulum minimal 4 kali dalam
setahun, hal ini lebih memudahkan untuk membuat kebijakan-kebijakan fakultas yang bersifat
administratif. Diantara upaya-upaya yang dilakukan adalah :
1. Workshop kurikulum matakuliah pengembangan kepribadian (MPK) di Lawang
2. Membuat manual prosedur
3. Mensosialisasikan, membakukan serta mentaati prosedur tersebut sehingga tidak
terjadi pelanggaran terhadap prosedur yang berlaku.
63
BAB V
PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN
A. Dasar-dasar Distribusi Mata Kuliah PAI
Distribusi mata kuliah PAI secara keseluruhan didasarkan pada pedoman Universitas
kemudian di jabarkan menjadi pedoman pendidikan fakultas. Secara rinci distribusi
matakuliah PAI tahun 2006 didasarkan pada kurikulum nasional 2004, yaitu dengan
pengelompokan beberapa matakuliah seperti MKDU yang didistribusikan pada semester 1
dan 2 dengan komposisi maksimal masing-masing pada semester tersebut 19 sks dan 21 sks,
MKDK, dan MKD.
Kenyataan dilapangan peneliti menemukan beberapa temuan dari jumlah sks yang
ditempuh oleh semester 1 dan 2 pada angkatan 2006/2007. Pada semester pertama peneliti
menjumpai seorang mahasiswi yang menempuh 21 sks, sedangkan semester kedua ada 24 sks,
hal itu terlihat pada KHS yang dilampirkan peneliti dari hasil pelacakan peneliti.
Di samping itu, fakultas juga mendistribusikan matakuliah-matakuliah pilihan untuk
membekali mahasiswa pada ketrampilan yang tidak diminati mahasiswa yang ada pada
matakuliah-matakuliah utama. Hal ini disebabkan karena kenyataan dilapangan menunjukkan
ada bakat dan minat lain (di luar bidang pendidikan) dari produk fakultas tarbiyah PAI yang
ternyata berkembang lebih pesat.
Secara teori memang hal ini diperlukan, karena kurikulum memang harus disusun
mendasarkan pada 3 kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan industri (industrial needs), kebutuhan
sosial (social needs), dan kebutuhan profesional (profesional needs). Kebutuhan industri,
akan terus berubah karena memang industri akan terus menerapkan teknologi mutkahir.
64
Industri dari fakultas Tarbiyah tentu saja sekolah. Sebelum ada teknologi komputer, sekolah
memakai teknologi mesin ketik manual sehingga pada saat itu mahasiswa diharuskan
mengikuti mata kuliah ketrampilan mengetik, akan tetapi sekarang mesin ketik sudah
ditinggalkan, yang dipakai adalah mesin komputer walhasil mahasiswa diharuskan mengikuti
mata kuliah Manajemen Teknologi Informasi (MTI).
Kebutuhan profesional dari fakultas Tarbiyah sendiri dituangkan dalam kompetensi
utama. Dari kompetensi utama tampaknya fakultas Tarbiyah membagi menjadi 3 (tiga)
kompetensi sebagai seorang guru. Yang pertama adalah seorang guru agama harus dibekali
penguasaan materi (cognitif), karena itu didistribusikanlah mata kuliah seperti Ushul Fiqh,
Masail al-Fiqhiyah, Fiqh, Bimbingan Membahas Kitab, Hikmah Tasyri’. Yang kedua adalah
seorang guru disamping menguasai materi dia harus juga trampil dalam mengajar
(psikomotorik) di kelas. Trampil menguasai materi artinya seorang guru harus dapat
mengembangkan pengajarannya, cara mengukur keberhasilan, bagaimana merencanakan
pembelajaran dan evaluasinya, karenanya didistribusikanlah mata kuliah seperti Metodologi
Pembelajaran, Pengembangan Kurikulum, Metodologi Penelitian. Yang ketiga adalah seorang
guru harus mempunyai sikap yang baik dan cara mendidik yang baik karenanya
didistribusikan mata kuliah seperti Akhlak Tasawuf, Psikologi Pendidikan, Psikologi Agama
Selain mendasarkan pada 3 kebutuhan tersebut, fakultas Tarbiyah juga mendasarkan
pada kurikulum pendidikan nasional yang ingin menghasilkan sikap sebagai warga negara,
sikap sebagai warga muslim, dan sikap sebagai mahasiswa. Sikap sebagai warga negara harus
berdasarkan Undang-undang dasar 1945 dan Pancasila dan wawasan nasional, karenanya
didistribusikan mata kuliah pendidikan kewarganegaraan, ilmu alamiah dasar dan ilmu sosial
dasar. Jadi produk fakultas Tarbiyah harus menjadi salah satu dari indikator keberhasilan
pendidikan nasional yang ingin mencerdaskan kehidupan bangsa dengan kata lain mahasiswa
fakultas Tarbiyah adalah bagian dari warga negara Indonesia. Selain sebagai warga negara
65
Indonesia juga sebagai warga muslim dan juga warga mahasiswa. Sebagai warga Muslim,
maka didistribusikan mata kuliah pembelajaran bahasa Arab, Sejarah Peradaban Islam.
Sedangkan sebagai komunitas mahasiswa, maka mahasiswa fakultas Tarbiyah dituntut untuk
mempunyai pemikiran yang kritis karenanya didistribusikan mata kuliah Filsafat Ilmu.
Untuk lebih jelasnya bisa kita lihat pada tabel dibawah ini.
Kebutuhan
kurikulum
Kompetensi yang
ingin dicapai
Distribusi mata kuliah
Industrial needs Ketrampilan dan
kecakapan teknologi
informasi
Manajemen Teknologi Informasi,
Pendidikan Bahasa Inggris
Social needs Kecakapan hidup
bermasyarakat
Perbandingan Agama, Ilmu Sosial
Dasar, Sosiologi Agama, Program
Pengabdian Masyarakat (PPM)
Profesional needs Kecakapan sebagai
seorang guru Agama
Aspek kognisi; Ushul Fiqh, Fiqh,
Masail al-Fiqhiyah, Hikmah
Tasyri’, Baca Kitab
Aspek Psikomotorik; Teori Belajar
dan Pembelajaran, PPL
I/Ketrampilan Dasar Mengajar
Aspek Afeksi; Akhlak Tasawuf
Sikap sebagai warga
negara
Sikap cinta tanah air Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Bahasa
Indonesia
66
Sikap sebagai warga
Islam
Sikap cinta
Pendidikan dan atau
Agama Islam
Filsafat Pendidikan Islam, Tafsir
dan Hadis Tarbawi, Inovasi
Pendidikan Islam, Manajemen
Pendidikan Islam, Sosiologi
Pendidikan, Psikologi Pendidikan,
Pendidikan Bahasa Arab, Sejarah
Peradaban Islam
Sikap sebagai
mahasiswa
Sikap mahasiswa
yang kritis
Filsafat Ilmu
Tabel 1
B. Problem Distribusi Mata Kuliah
Secara ideal mestinya perubahan mata kuliah memang harus disertai dengan perubahan kode,
karena akan berpengaruh pula pada pola pengajaran. Masalah ini tampaknya yang paling besar dari
analisis peneliti. Di sini perlu ditegaskan bahwa yang menjadi problem distribusi matakuliah PAI
bukan karena adanya perubahan-perubahan kebijakan kurikulum, melainkan problemnya adalah
terjadinya kesalahan pengkodean matakuliah yang dirubah/diganti dan perbedaan jumlah beban sks
yang didstribusikan oleh fakultas dan BAK sehingga menambah beban/bobot matakuliah yang harus
ditempuh oleh mahasiswa.
Kesalahan tersebut terjadi akibat kurang disosialisasikannya pergantian kurikulum kepada
pihak yang bertugas mengadministrasi perubahan distribusi matakuliah, adanya beberapa oknum yang
melanggar prosedur yang sudah ditetapkan oleh PUSKOM dengan cara meng-ACC beberapa
mahasiswa yang telah menyalahi prosedur administrasi, kewenangan untuk mengadministrasi masih
berada dipihak pusat artinya fakultas belum mempunyai kewenangan penuh untuk mengadministrasi
secara otonom.
67
Estimasi sementara peneliti, jika jumlah sks pada tahun angkatan 2006/2007 yang
mendasarkan pada produk BAK, maka bisa jumlah sks yang ditempuh akan melebihi dari 160 sks,
padahal dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor 232/u/2000
tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa,
Bab III tentang Beban Studi Mahasiswa, pasal 5 disebutkan “Bebab studi program sekurang-
kurangnya 160 (seratus enam puluh) sks yang dijadwalkan untuk 8 (delapan) semester dan dapat
ditempuh dalam waktu kurang dan 8 semester dan selama-lamanya 14 (empat belas) semester setelah
pendidikan menengah”. Estimasi tersebut didasarkan pada pengalaman peneliti sebagai sebagai
mahasiswa PAI yang mengalami hal yang sama yaitu menempuh 164 sks (lihat lampiran).
Mungkin kita harus mempelajari sejarah bagaimana perjalanan kurikulum nasional kita.
Sejak ditetapkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, yang kemudian disusul dengan
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045/U/2000 tentang Kurikulum Inti Penddikan
Tinggi, dikalangan PTAI timbul perbincangan tentang model pengembangan kurikulum untuk
merespons keputusan tersebut. Pertemuan para Pembantu Rektor/Pembantu Ketua I (Bidang
Akademis) PTAI yang diselenggarakan pada tanggal 16-17 April 2001 di Jakarta merekomendasikan
agar masing-masing PTAI dapat merespons keputusan tersebut untuk selanjutnya akan dilakuakan
sharing ideas.
Rapat kerja para Rektor UIN/IAIN serta para ketua STAIN se Indonesia pada awal bulan
November 2002 yang lalu juga merespons beberapa SK tersebut di atas. Perbincangan tersebut
dilanjutkan dengan pertemuan para Pembantu Rektor I UIN dan IAIN serta Pembantu Ketua I STAIN
se Indonesia pada tanggal 22-24 Desember 2002. Perbincangan tersebut ditindaklanjuti dalam
pertemuan tim kecil dari beberapa pembantu rektor I IAIN dan Puket I STAIN, yang berlangsung
selama beberapa kali pertemuan. Pada tanggal 8-10 Juni 2003 ditindaklanjuti dengan pertemuan
Orientasi Peningkatan Mutu Akademis, yang dihadiri oleh seluruh Rektor UIN/IAIN dan Ketua STAN
seerta Pembantu Rektor I UIN/IAIN dan Pembantu Ketua I STAIN se Indonesia. Bahkan
68
ditindaklanjuti dengan pertemuan semua Ketua Program Studi di lingkungn PTAI se Indonesia, serta
pertemuan para pakar dalam bidangnya msing-masing, yang pembahasannya lebih terfokus pada
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi pada masing-masing jurusan/program studi yang
dikembangkan di PTAI. Hasil-hasil dari berbgai pertemuantersebut diharapkan akan dijadikan bahan
pertimbangan untuk terbitnya SK Menteri Agama RI dan/atau SK Dirjen Bagais tentang kurikulum
inti PTAI dan Program Studi.
Perbincangan tersebut tidak bisa dilepaskan dari komitmen mereka untuk lebih
meningkatkan mutu PTAI, yang menurut direktur Pertais, mutu lulusannya dianggap masih kurang
memenuhi harapan masyarakat, dan sumbangannya pada pengembangan ilmu agama islam masih
dianggap kurang signifikan. Hal tersebut antara lain disebabkan karena kelemahan kurikulum PTAI,
yaitu (1) kurang relevan dengan kebutuhan masyarakat: banyak program studi yang tidak diminati
masyarakat tetap dipertahankan; (2) kurang efektif, yakni tidak menjamin dihasilkannya lulusan yang
sesuai dengan harapan; (3) kurang efisien, yakni banyaknya mata kuliah dan sks tidak menjamin
dihasilkannya lulusan yang sesuai harapan; (4) kurang fleksibel, yakni PTAI kurang berani secara
kreatif dan bertanggung jawab mengubah kurikulum guna menyesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat (setempat, nasional atau global); (5) readibility rendah, tidak komunikatif (bisa
menimbulkan banyak tafsir); (6) hanya berupa deretan mata kuliah; (7) berbasis (berfokus) pada mata
kuliah/penyampaian materi, bukan pada tujuan kurikuler/hasil belajar /mutu lulusan; dan (8) hubungan
fungsional antar mata kuliah yang mengacu pada tujuan kurikuler kurang jelas.
Untuk mengatasi berbagai kelemahan tersebut, maka direktur Pertais mengambil kebijakan
tentang pengembangan kurikulum, yaitu (1) kurikulum berbasis hasil belajar; (2) kurikulum terdiri
atas kurikulum inti dan kurikulum institusional; (3) kuriklum inti (40 %) ditetapkan oleh pemerintah
dan berlaku secara nasional, sedangkan kurikulum institusional (60 %) ditetapkan oleh PTAI dan
berlaku hanya di PTAI tersebut; (4) kurikulum secara keseluruhan (int dan institusional) ditetapkan
oleh PTAI; dan (5) kualitas kurikulum menjadi tanggung jawab PTAI.37
37 Arief Furchan, et all, Pengembangan Kurikulum, 33
69
Kebijakan tersebut mengandung makna bahwa, (1) kurikulum perlu dikembangkan dengan
lebih menitikberatkan pada pencapaian target kompetensi daripada penguasaan materi; (2) lebih
mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia; (3)
memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di PTAI untuk mengembangkan
dan melaksanakan program pendidikan sesuai dengan kebutuhan; (4) menggunakan prinsip kesatuan
dalam kebijakan dan keragaman dalam pelaksanaan; dan (5) pengembangan kurikulum memuat
sekelompok mata kuliah pengembangan kepribadian (MPB) pada semua program studi, serta the four
pillars of education: learning to know (how and why/MKK), learning to do (MKB), learning to be or
capable to be (MPB), learning to live together (MBB).
Melalui pengembangan kurikulum berbasis kompetensi diharapkan agar:
1. mutu pendidikan lebih terjamin;
2. lebih dapat memenuhi kebutuhan lapangan kerja;
3. peran PTAI sebagai agen perubahan masyarakat dapat lebih terpenuhi 38.
Prof. Djunaidi Ghony dalam pidato pengukuhannya juga melontarkan bagaimana sejarah
perubahan kurikulum Fakultas Tarbiyah dari waktu ke waktu. Fakultas Tarbiyah IAIN Malang terlihat
ketidakteraturan rentangannya, yaitu 1960-1970 (10 tahun), 1970-1975 (5 tahun), 1975-1982 (7
tahun), 1982-1988 (6 tahun), dan 1988-1995 (7 tahun). Masing-masing rentangan sesungguhnya
memiliki landasan pikir, latar belakang, dan filosofi yang berbeda-beda, sekalipun diantara masing-
masing pereode itu ditemukan juga adanya kesamaan dalam beberapa hal seperti yang tampak pada
kasus di Fakultas Tarbiyah UIN Malang. Jika konsep rentang waktu lima tahun rencana pembangunan
bangsa Indonesia sebagai suatu perencanaan pembangunan dapat diterima, maka rentang waktu
perubahan kurikulum idealnya juga 5 tahun, karena dengan rentang waktu ini dapat mengevaluasi
sejauhmana kurikulum yang dipergunakan pada pereode sebelumnya dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan pembangunan nasional. Akan tetapi, rentang waktu ideal tersebut belum dapat
menjamin adanya perubahan yang ideal. Apalagi pendidikan yang ideal bukan merupakan pendidikan
38Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A.,Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam: di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Rajawali Pers: Jakarta, 2005), 219-222
70
ad hoc, bukan merupakan pendidikan yang diarahkan pada kebutuhan-kebutuhan langsung, bukan
pendidikan utilitarian, melainkan pendidikan yang diperhitungkan untuk mengembangkan pikiran.
Sebab, walaupun ada perbedaan lingkungan, hakikat manusia tetap sama dimana saja dan tugas
pendidikan ialah mengajarkan kebenaran universal yang sama dimana saja diatas dunia ini dan oleh
karenanya mahasiswa diajari mata pelajaran yang memperkenalkannya dengan hal-hal yang
berlangsung secara ajeg dan memiliki pola di dunia ini, melalui pelajaran bahasa, sejarah, sains,
filsafat, matematika, dan agama.39
Dari paparan diatas jelas bahwa kurikulum seharusnya disusun secara terencana dengan waktu
yang pas. Berbeda dengan kondisi di lapangan yang terjadi adalah perubahan yang terus menerus
dilakukan dengan rentang waktu yang cukup cepat, karena itu fakultas Tarbiyah juga mengalami
kesulitan-kesulitan terutama pengadministrasian. Secara garis besar ada beberapa problem yang
ditemui oleh peneliti, yaitu pada tabel sebagai berikut:
A. Mata Kuliah Lingkup Kompetensi Dasar
No Kode Mata Kuliah SKS Prasyarat
1 11101 Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan (dalam KHS tahun 2006/2007 yang dikeluarkan BAK tertulis kode yang berbeda dengan buku pedoman 0511001, lihat lampiran dan kode diatas)
2
2 11102 Pengantar Studi Islam (dalam KHS angkatan 2006/2007 yang dikeluarkan BAK tertulis kode yang berbeda dengan buku pedoman 0511003, lihat lampiran dan kode diatas)
3
3 11103 Akhlak Tasawuf (dalam KHS angkatan 2006/2007 yang dikeluarkan BAK
3
39 Djunaidi Ghony, Paradigma Pengembangan Kurikulum dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Tinggi Islam (Malang; UIN Malang, 2007), 30
71
tertulis kode yang berbeda dengan buku pedoman 0511004, lihat lampiran dan kode diatas)
4 11104 Ilmu Alamiah Dasar (dalam KHS tahun 2006/2007 yang dikeluarkan BAK tertulis kode 0511002)(lihat lampiran dan kode diatas)
2
5 11105 Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
3
6 11106 Bahasa Indonesia 2
7 11107 Maharat al-Istima’ I (dalam KHS angkatan 2006/2007 yang dikeluarkan BAK tertulis kode yang berbeda dengan buku pedoman 0411112, lihat lampiran dan kode diatas)
2
8 11108 Maharat al-Kalam I (dalam KHS angkatan 2006/2007 yang dikeluarkan BAK tertulis kode yang berbeda dengan buku pedoman 0411110, lihat lampiran dan kode diatas)
3
9 11109 Maharat al-Qira’ah I (dalam KHS angkatan 2006/2007 yang dikeluarkan BAK tertulis kode yang berbeda dengan buku pedoman 0411108, lihat lampiran dan kode diatas)
2
10 11110 Maharat al-Kitabah I (dalam KHS angkatan 2006/2007 yang dikeluarkan BAK tertulis kode yang berbeda dengan buku pedoman 0411106), lihat lampiran dan kode diatas
2
11 11111 Maharat al-Istima’ II 2 (sks yang diterbitkan
11107
72
BAK ada 3)
12 11112 Maharat al-Kalam II 3 11108
13 11113 Maharat al-Qira’ah II 2 11109
14 11114 Maharat al-Kitabah 2 11110
15 11115 Bahasa Inggris I 3
16 11116 Bahasa Inggris II 3 11115
17 11117 Studi al-Qur’an 3
18 11118 Studi al-Hadis 3
19 11119 Studi Fiqh 2
20 11120 Ilmu Tauhid/Ilmu Kalam 2 (jumlah sks yang dikeluarkan BAK adalah 3)
21 11121 Pengantar Filsafat Ilmu 2
22 11122 Sejarah Peradaban Islam I 2
23 11123 Manajemen Teknologi Informasi (MTI)
2
Jumlah 57
B. Mata Kuliah lingkup Kompetensi Utama
NO Kode Mata Kuliah SKS Prasyarat
1 11201 Dasar-dasar Pendidikan Islam (dalam KHS yang dikeluarkan oleh BAK tertulis Dasar-Dasar Kependidikan dengan kode 0511005, lihat lampiran dan kode diatas)
2
2 11202 Filsafat Pendidikan Islam 3
3 11203 Ilmu Pendidikan Islam 3 11201, 11202
4 11204 Manajemen Pendidikan Islam 3
73
5 11205 Psikologi Pendidikan 2
6 11206 Perkembangan Peserta Didik 2
7 11207 Sosiologi Pendidikan Islam 2
8 11208 Sejarah Pendidikan Islam 2
9 11209 Teori Belajar dan Pembelajaran 3
10 11210 Pengembangan Kurikulum PAI 3
11 11211 Metodologi Pembelajaran PAI 3
12 11212 Pengembangan Sumber Belajar PAI
2
13 11213 Desain Pembelajaran PAI 2
14 11214 Inovasi Pendidikan Islam 2
15 11215 Evaluasi Pembelajaran PAI 3
16 11216 Statistika Pendidikan 2
17 11217 Metodologi Penelitian I 3 11216
18 11218 Metodologi Penelitian II 3 11217
19 11219 Tafsir dan Hadis 3 11117, 11118
20 11220 Tafsir dan Hadis Tarbawi I 3 11219
21 11221 Tafsir dan Hadis Tarbawi II 3 11120
22 11222 Sejarah Peradaban Islam II 3 11122
23 11223 Ushul Fiqh 3 11119
24 11224 Fiqh 2 11223
25 11225 Himatut Tasyri’ 2
26 11226 Masail al-Fiqhiyyah I 3 11224
27 11227 Masail al-Fiqhiyyah II 3 11226
28 11229 Filsafat Islam 2 (jumlah sks yang didistribusikan BAK ada 3)
29 11230 Bimbingan Membahas Kitab 3
30 11231 Perbandingan Agama 2
74
31 11232 PPL I/Ketrampilan Dasar Mengajar
3
32 11233 PPL II 4 11232
33 11234 Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPM)
4
34 11235 Seminar Proposal 0
35 11236 Komprehensif 0
36 11237 Skripsi 6
Jumlah 93
C. Mata Kuliah Lingkup Kompetensi Penunjang
NO Kode Mata Kuliah Sks Prasyarat
1 11301 Sosiologi Agama 2
2 11302 Manajemen Dakwah 2
3 11303 Bimbingan dan Penyuluhan PAI 2
4 11304 Psikologi Agama 2
5 11305 Pendidikan Kewirausahaan 2
6 11306 Pemikiran Pendidikan Islam 3
7 11307 Isu-isu Pendidikan Kontemporer 2
8 11308 Pendidikan Perbandingan 3
9 11309 Strategi Pembelajaran Kitab 2
10 11310 Kapita Selekta Pendidikan 2
11 11311 Ilmu Jiwa Umum 2
12 11312 Bimbingan Penulisan Karya Tulis Ilmiah
2
13 11313 Media Pembelajaran PAI 2
14 11314 Pendidikan Seni Religius 2
Jumlah 30
75
D. Rekapitulasi Mata Kuliah
No Jenis Kompetensi Sks
1 Kompetensi Dasar 57
2 Kompetensi Utama 93
3 Kompetensi Pendukung dan lainnya 10
Jumlah 160 (jika ditambah dengan sks yang diterbitkan BAK, maka jumlah sks total adalah 163)
Tabel 2
Dari paparan diatas, bisa dilihat beberapa problem sebagai berikut;
MK Kode MK yang didistribusikan dalam buku pedoman Tarbiyah 2006 /2007 dan jumlah sks
Kode MK yang didistribusikan dalam buku pedoman UIN 2006 /2007 dan jumlah sks
Kode MK yang didistribusikan BAK dan jumlah sks 2006/2007
Kode MK dan jumlah sks yang didistribusikan BAK 2005/2006
Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan
11101, 2 sks 2 sks 0511001, 2 sks 11001, 2 sks
Pengantar Studi Islam
11102, 3 sks 3 sks 0511003, 3 sks 11003, 3 sks
Akhlak, Tasawuf
11103, 3 sks 3 sks 0511004, 3 sks 11004, 3 sks
IAD 11104, 2 sks 2 sks 0511002, 2 sks 11002, 2 sks
ISD 11105, 3 sks 3 sks 0511105, 3 sks 11105, 3 sks
Bahasa Indonesia
11106, 2 sks 2 sks 0511106, 2 sks 11106, 2 sks
Maharat al- 11107, 2 sks 3 sks 0411112, 2 sks 11107, 2 sks
76
Istima’ I
Maharat al-Kalam I
11108, 3 sks 2 sks 0411110, 3 sks 11108, 3 sks
Maharat al-Kitabah I
11110, 2 sks 2 sks 0411106, 2 sks 11110, 2 sks
Maharat al-Qira’ah I
11109, 2 sks 2 sks 0411108, 2 sks 11109, 2 sks
Maharat al-Istima’ II
11111, 2 sks 3 sks 0511111, 3 sks 11111, 2 sks
Maharat al-Kalam II
11112, 3 sks 2 sks 0511112, 2 sks 11112, 3 sks
Maharat al-Kitabah II
11114, 2 sks 2sks 0511114, 2 sks 11114, 2 sks
Maharat al-Qira’ah II
11113, 2 sks 2 sks 0511113, 2 sks 11113, 2 sks
Ilmu Kalam 11120, 3 sks 3 sks 0511120, 3 sks 11120, 3 sks
Pengantar Filsafat Ilmu
11121, 2 sks 2 sks 0511121, 2 sks 11121, 2 sks
Sejarah Peradaban Islam I
11122, 2 sks 2 sks 0511122, 2 sks 11122, 2 sks
Dasar-dasar Pendidikan Islam
11201, 2 sks 2 sks 0511005, 2 sks (Dasar-dasar Kependidikan)
11005, 2 sks (Dasar-dasar Kependidikan)
Filsafat Islam 11229, 2 sks 2 sks 0511229, 3 sks -
Tabel 3
Peneliti juga sempat mengecek kebenaran statemen itu dengan fenomena yang terjadi dan
ternyata salah satu penyebab dari kesalahan itu juga karena sistem scan yang belum disosialisasikan
bagaimana cara mengisinya sehingga banyak dari mahasiswa yang dirugikan karena sistem ini. Akan
tetapi sebenarnya sistem scan ini sebenarnya sangat efektif dan efisien untuk mengantisipasi
banyaknya jumlah mahasiswa yang semakin meningkat dari tahun ketahun. Akan tetapi karena sistem
scan tersebut tidak disosialisasikan dengan baik, maka banyak mahasiswa yang semestinya 24 sks
77
yang keluar bisa hanya 18, secara tidak langsung mahasiswa protes dan menghadap ke kepala BAK
untuk diizinkan mengikuti perkuliahan yang namanya tidak tercantum dalam absensi kelas.
C. Upaya untuk mengatasi Problem-problem distribusi mata kuliah
Fakultas Tarbiyah berencana mengantisipasi kendala-kendala tersebut dengan cara
mengusulkan kepada pemerintah untuk mencanangkan perubahan kurikulum minimal 4 kali dalam
setahun, hal ini lebih memudahkan untuk membuat kebijakan-kebijakan fakultas yang bersifat
administratif. Selain itu juga fakultas tarbiyah sudah mulai membuat Manual Prosedur untuk
memastikan sebuah rencana dan menjamin kelancarannya. Sementara ini memang Manual Prosedur
yang mulai disosialisasikan masih terbatas pada skala prioritas dengan prinsip continous improvement,
karena Tarbiyah menginginkan proses ini mulai dari yang terkecil dan terus diperbarui satu demi satu.
Kemudian diadakannya workshop kurikulum Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) yang
diadakan oleh Universitas yang dilaksanakan di Lawang.
Menurut Undang-undang pedoman kurikulum yang baru disebutkan bahwa MPK (kelompok
mata kuliah pengembangan kepribadian) yaitu kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk
mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi
pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggungjawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Workshop MPK tersebut telah menetapkan beberapa mata kuliah
(lihat lampiran). sebagai berikut;
NO Mata Kuliah Jumlah sks Kode MK
1 Ilmu Kalam 2 sks
2 Akhlak Tasawuf 2 sks
3 Studi al-Qur’an 2 sks
4 Studi al-Hadis 2 sks
78
5 Sejarah Peradaban Islam 2 sks
6 Pendidikan Kewarganegaraan 3 sks
7 IAD 1 sks
8 IBD 1 sks
9 ISD 1 sks
10 Bahasa Indonesia 2 sks
11 Bahasa Arab (PKPBA) 12 sks
12 Bahasa Inggris (PKPBI) 12 sks
13 Filsafat Ilmu 2 sks
Total 44 sks
Tabel 2
Karena itu pihak Universitas menuntut fakultas untuk melanjutkan lagi workshop kurikulum
setelah MPK, yaitu dengan membahas MKK atau kelompok mata kuliah keilmuan dan ketrampilan
yaitu kelompok bahan kajian dan pelajaran yang ditujukan terutama untuk memberikan landasan
penguasaan ilmu dan ketrampilan tertentu, MKB atau kelompok mata kuliah keahlian berkarya yaitu
kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan
berdasarkan dasar ilmu dan ketrampilan yang dikuasai, MPB atau kelompok mata kuliah perilaku
berkarya yaitu kelompok bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan seseorang untuk membentuk
sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan
dasar ilmu dan ketrampilan yang dikuasai, MBB atau kelompok mata kuliah berkehidupan
bermasyarakat yaitu kelompok bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan seseorang untuk dapat
memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.
79
Selain itu juga posisi dosen wali sangat berperan dalam upaya mengantisipasi problem-
problem ini. Dosen wali harus mengetahui prosedur yang sudah disosialisasikan sehingga dosen wali
tidak gegabah untuk memberikan keleluasan kepada mahasiswa untuk mengambil mata kuliah yang
diluar kemampuan mahasiswa tersebut.
.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1) Kurikulum fakultas Tarbiyah pada tahun 2006 masih menggunakan kurikulum berbasis
kompetensi, dimana fakultas Tarbiyah PAI mendesaign kurikulumnya menjadi 3 kompetensi
mata kuliah. Yang pertama adalah Mata Kuliah Kompetensi Dasar, yang kedua Mata Kuliah
lingkup kompetensi utama, yang ketiga mata kuliah lingkup kompetensi pendukung.
2) Adapun yang mendasari distribusi mata kuliah tersebut adalah didasarkan pada pedoman
universitas yang harus dijabarkan oleh masing-masing fakultas, selanjutnya fakultas Tarbiyah
menata kurikulumnya sesuai dengan kompetensi yang diinginkan
3) Yang selama ini menjadi problem distribusi mata kuliah di fakultas Tarbiyah 2006 adalah
dengan adanya perubahan kurikulum yang terlalu cepat yaitu dari kurikulum 1994, kurikulum
berbasis kompetensi, dan kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan juga perubahan status UIN
yang berubah-ubah juga menyebabkan pengadministrasian kurikulum berjalan tidak
sempurna.
80
4) Fakultas Tarbiyah mempunyai kiat untuk mengantisipasi problem tersebut, yaitu dengan cara
membuat manual prosedur, mensosialisasikan, membakukan serta menaati prosedur tersebut
sehingga tidak ada orang yang mampu melanggar prosedur itu.
SARAN
Sebagai calon alumni fakultas Tarbiyah, maka peneliti memberikan saran agar problem-
problem penataan mata kuliah yang selama ini banyak dibincangkan oleh teman-teman cepat
diselesaikan dengan sistematis dan terbuka. Dan hendaknya fakultas Tarbiyah PAI diberi hak otonom
untuk mengatur segala kegiatan administrasi yang berkaitan dengan proses perkuliahan,agar tidak
terjadi kesalahan-kesalahan administratif seperti yang telah terjadi dan untuk membantu pihak pusat
(BAK) agar lebih mudah dalam menjalankan tugasnya. Peneliti disini hanya bermaksud untuk ikut
andil dalam mensukseskan fakultas Tarbiyah agar kedepan fakultas ini semakin jaya. Karena itu data
yang ditulis peneliti ini semoga menjadi bermanfaat untuk perkembangan fakultas Tarbiyah amin…
81
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad.M, Pengembangan Kurkulum untuk IAIN dan PTAIS. Pustaka Setya ; Bandung, 1998
Bakker, Anton dan Zubair, Achmad Haris, Metodologi Penelitian Filsafat, Kanisius:
Yogyakarta 1990
Furchan, Arif. et all. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi di PTAI. Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2005
Ghony, Djunaidi, Paradigma Pengembangan Kurikulum dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Tinggi
Islam (Pidato Pengukuhan), UIN Malang Press, Malang, 2007
Hadi, Sutrisno. Dasar dan Teknik Research, Tarsito: Bandung, 1985.
Idi, Ahamad. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek .Jakarta; GMP, 1999
Idris, Zahara. Dasar-dasar Kependidikan .Bandung; Angkasa, 1982
Moleong. J Lexy, Metodolog Penelitian Kualitatif PT Remaja Rosdakarya ; Bandung, 2001
82
Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam, Sebuah Telaah Komponen Dasar Kurikulum. Solo;
Ramadani ,1991
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam : di Sekolah, Madrasah, dan
Perguruan Tinggi, Rajawali Pers : Jakarta, 2005
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum. Jakarta; Rajawali Press, 2005
Mukhtar, Merambah Manajemen Baru Pendidikan Tinggi Islam, Jakarta, Misaka Galiza, 2003
Pedoman Pendidikan Fakultas Tarbiyah UIN Malang. UIN Press, 2006
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum .Jakarta: Bumi Aksara, 2003
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum. Bandung; Citra Aditya Bakti, 2003
Soetopa dan Soemanto, W, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum: Sebagai Substansi
Problem Administrasi Pendidikan .Jakarta: Bumi Aksara, 1993
Soetopo, Hendyat dan Soemanto, Wasty. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum sebagai
Substansi Problem Adsministrasi Pendidikan. Jakarta; Bina Aksara, 1986
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta; Rajagrafindo Persada, 1992
Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung; Sinar Baru,1989
Sudjana, Nana. Prinsip dan landasan Pengembangan Kurikulum. Bandung ; Rosdakarya,
1991
Syaodih Sukmadinata, Nana. Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek. Bandung ;
Rosdakarya, 2005
Syaodih Sukmadinata, Nana. Pengembangan Kurikulum. Bandung; Rosdakarya, 1999
Syarief, Hamid. Pengembangan Kurikulum. Surabaya; PT. Bina Ilmu, 1996
83
84
top related