skripsi - eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/14047/1/skripsi indonesia.pdf · “kemampuan...
Post on 06-Jan-2020
0 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SKRIPSI
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA
YANG DIAJAR DENGAN MENERAPKAN MODEL MISSOURI
MATHEMATICS PROJECT DI SMP NEGERI 9 PAREPARE
NURJANNAH
1311440014
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018
i
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA
YANG DIAJAR DENGAN MENERAPKAN MODEL MISSOURI
MATHEMATICS PROJECT DI SMP NEGERI 9 PAREPARE
Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Matematika
NURJANNAH
1311440014
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil
karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar. Bila kemudian hari ternyata pernyataan saya
terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang telah diterapkan
oleh FMIPA UNM Makassar.
Yang membuat pertnyataan
...............................
Nama : Nurjannah
NIM : 1311440014
Tanggal : Agustus 2018
iv
PERSETUJUAN PUBLIKASI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Sebagai civitas akademika UNM Makassar, saya yang bertanda tangan dibawah
ini:
Nama : Nurjannah
NIM : 1311440014
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Matematika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan
kepada Universitas Negeri Makassar Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-
exclusive Royalty-Free Right) atas skripsi saya yang berjudul:
“Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang diajar dengan
Menerapkan Model Missouri Mathematics Project
di SMP Negeri 9 Parepare”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti Non-
eksklusif ini Universitas Negeri Makassar berhak menyimpan, mengalih media/
format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta, serta tidak dikomersialkan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Makassar
Pada tanggal : Agustus 2018
Menyetujui:
Penasehat Akademik,
Jafaruddin, S.Pd., M.Pd
NIDN 0005117808
Yang Menyatakan,
Nurjannah
NIM 1311440014
v
MOTTO
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(Q.S. Alam Nasyrah: 5-6)
Bukan kesulitan yang
membuat kita takut tapi
ketakutan yang membuat kita
sulit
PERSEMBAHAN
KARYA KECIL INI KU DEDIKASIKAN UNTUK ORANG
TUAKU TERCINTA AYAHANDA DAN IBUNDA,
SAUDARA-SAUDARAKU TERCINTA YANG SELALU
MEMBERIKAN DUKUNGAN DAN MOTIVASI SERTA
DO’A DAN HARAPAN YANG TAK HENTI-HENTINYA
UNTUK ANANDA SEHINGGA
DAPATMENYELESAIKAN SKRIPSI INI DAN SELALU
BERUSAHA MELAKUKAN YANG TERBAIK DEMI
MEMBANGGAKAN KEDUA ORANG TUAKU
vi
ABSTRAK
Nurjannah. 2018. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang
diajar dengan Menerapkan Model Missouri Mathematics Project di SMP Negeri 9
Parepare. Skripsi. Jurusan Matematika. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Makassar. Pembimbing:
Penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimen. Desain ekperimen yang
digunakan dalam penelitian adalah One-Group Pretest-Posttest Design yang
bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa kelas VIII 3 yang diajar dengan menerapkan model Missouri Mathematics
Projectdan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
kelas VIII 3 SMP Negeri 9 Parepare dan. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VIII di SMP Negeri 9 Parepare, yaitu 210 siswa Sampel dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VIII 3 yang terdiri dari 30 orang siswa sebagai
kelas eksperimen. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh siswa
mampu memecahkan masalah matematika berdasarkan indikator kemampuan
pemecahan masalah matematika yaitu memahami masalah, membuat rancangan
pemecahan masalah, melaksanakan rancangan pemecahan masalah; dan
memeriksa kembali pada materi persamaan garis lurus. Hasil uji hipotesis
menunjukkan: 1) Nilai rata-rata postest siswa memenuhi nilai KKM yang
ditetapkan yaitu lebih besar sama dengan 78. Ini berarti bahwa nilai rata-rata
postest secara signifikan lebih dari 77,9; 2) Rata-rata nilai gain ternormalisasi
melebihi kategori sedang baik. Ini berarti bahwa nilai rata-rata gain ternormalisasi
secara signifikan lebih dari 0,29; dan 3) Nilai postest yang diperoleh siswa telah
tuntas secara klasikal berdasarkan uji proporsi. Ini berarti bahwa ketuntasan
klasikal kemampuan pemecahan masalah matematika siswa setelah diterapkan
model pembelajaran Missouri Mathematics Project.secara signifikan lebih dari
0,849.
Kata kunci : Kemampaun Pemecahan Masalah, Missouri Mathematics Project
vii
ABSTRACT
Nurjannah. 2018. Mathematics Problem Solving Ability of Students taught by a
Missouri Mathematics Project at SMP Negeri 9 Parepare. Thesis. Mathematics
Department. Faculty of Mathematics and Sciences. State University of Makassar.
Advisers:
This research is pre experimental research. The experimental design used in the
research is One-Group Pretest-Posttest Design which aims to describe the problem
solving ability of students of class VIII 3 which is taught by Missouri
Mathematics Project and to know the problem solving ability of mathematics
students of grade VIII 3 SMP Negeri 9 Parepare. The population in this study is
the students of class VIII in SMP Negeri 9 Parepare, which is 210 students The
sample in this study is a class VIII 3 students consisting of 30 students as an
experimental class. Based on the results of research and discussion, students are
able to solve mathematical problems based on indicators of mathematical problem
solving ability that is understanding the problem, making problem-solving design,
implementing problem-solving design; and re-examine the equation of straight-
line equations. The result of hypothesis test shows: 1) The mean posttest score of
the students meets the determined KKM value that is greater equal to 78. This
means that the postest average value is significantly greater than 77.9; 2) The
average normalized gain value exceeds the medium category. This means that the
average value of the gain normalized significantly more than 0.29; and 3) The
posttest score obtained by the students has been completed by classical test based
on the proportion test. This means that the classical mastery of students'
mathematical problem solving abilities after the applied learning model of the
Missouri Mathematics Project is significantly more than 0.849.
Keywords: Problem-solving Abilities, Missouri Mathematics Project
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang diajar
dengan Menerapkan Model Missouri Mathematics Project di SMP Negeri 9
Parepare”. Selanjutnya shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW, keluarga,
sahabat dan orang-orang yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya sampai hari
akhir.
Melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak atas segala bantuan
yang diberikan selama ini, terutama kepada Bapak Dr. H. Djadir, M.Pd selaku
Pembimbing I dan Dr. Awi Dassa, M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa
memberikan bimbingan, motivasi, dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi,
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dan layak untuk dibaca.
Ucapan terima kasih teristimewa penulis haturkan kepada ibunda Hj.
Madeyana, ayahanda Bachri, Paman, Bibi, dan Kakek, yang telah merawat,
membesarkan dan mencurahkan segala kasih sayangnya, yang senantiasa
membimbing, menasehati, dan telah memberikan segala yang terbaik buat Ananda
baik berupa dorongan moril dan material serta doa tulusnya.
Dengan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini:
1. Bapak Prof. Dr. H. Husain Syam M TP., selaku Rektor Universitas Negeri
Makassar.
ix
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Rahman, M.Pd., selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
3. Bapak Dr. Awi, M.Si.,selaku Ketua Jurusan dan Sutamrin, S.Si.,
M.Si.selaku Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar.
4. Bapak Dr. Asdar, S.Pd., M.Pd.selaku ketua Program Studi Pendidikan
Matematika.
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Matematika FMIPA UNM yang telah
memberika arahan, bimbingan, dan ilmu kepada penulis selama mengikuti
proses perkuliahan.
6. Bapak Kamaruddin, S.Pd., M.Pd selaku Kepala SMP Negeri 9 Parepare
yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian dan Ibu
Rasniaty, S.Pd selaku guru bidang studi Matematika yang telah banyak
memberikan bantuan bagi penulis.Begitupulakepadasiswa-siswakelas VIII
3 yang telahbersediamenjadisampeldalampenelitian dan memberikan
semangat kepada penulis.
7. IbuNursakiah, S.Si., S.Pd., M.Pd. dan Bapak Muhammad Rizal, S.E.,
selaku staff Administrasi, serta Ibunda Hj. Sumra selaku pegawai
perpustakaan juruusan matematika yang telah memberikan bantuan selama
proses perkuliahan.
8. Kakak-kakakku Fitriyani, NoerHidayah, Kaharuddin dan Wahyullah, serta
keponakanku Muh. Alfath Fauzan yang telah memberikan semangat dan
dorongan.
x
9. Rekan-rekan di Jurusan Matematika Angkatan 2013 khususnya teman
seperjuangan di kelas ICP C2 Angkatan 2013 yang namanya tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu atas semua ilmu dan waktu yang begitu
berarti.
10. Sahabatku Vivi Sulistianingsih, Rika Riyanti dan Jumaliah yang setia
mendengar keluh kesahku
11. Seluruh pihak yang tidak sempat penulis sebutkan yang telah member
saran, kritik dan dukungannya selama ini, terima kasih untuk semuanya.
Sebagai mausia biasa dengan segala keterbatasan, penulis menyadari
bahwa skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi maupun
penulisan kalimat. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis snagat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dengan kesempurnaan
skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
dan menambah wawasan bagi kami pada khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita menuju jalan-Nya
dan melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya bagi semua pihak yang telah banyak
membantu kami dalam menyusun skripsi ini.
Makassar, Agustus 2018
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................... iii
PERSETUJUAN PUBLIKASI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 6
1. Pembelajaran Matematika ............................................................ 6
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ........................... 10
3. Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) ...... 16
B. Penelitian yang Relevan ..................................................................... 22
C. Kerangka Berfikir............................................................................... 24
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 26
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 27
A. Jenis Penelitian ................................................................................... 27
B. Desain Penelitian ................................................................................ 27
xii
C. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 28
D. Populasi dan Sampel .......................................................................... 28
E. Variabel Penelitian dan Perlakuan ..................................................... 28
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 29
G. Instrumen Penelitian........................................................................... 30
H. Uji Coba Instrumen ............................................................................ 35
I. Hasil Pengembangan Instrumen ......................................................... 37
J. Teknik Analisis Data .......................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 47
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 47
1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif ................................................ 47
a. Keterlaksanaan Pembelajaran ................................................ 47
b. Aktivitas Siswa ...................................................................... 49
c. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa .... 51
d. Angket Respons Siswa ........................................................... 55
2. Hasil Analisis Statistik Inferensial ............................................... 56
a. Uji Prasyarat ........................................................................... 56
b. Uji Hipotesis .......................................................................... 58
B. Deskripsi Hasil Wawancara ............................................................... 61
1. Narasumber 1: KRNWN .............................................................. 63
2. Narasumber 2 : AR....................................................................... 68
C. Pembahasan ........................................................................................ 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 74
A. Kesimpulan ........................................................................................ 74
B. Saran ................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 77
LAMPIRAN .................................................................................................. 79
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Tabel 3.1 One-Group Pretest-Posttest Design................................... 27
Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Missouri
Mathematics Project...........................................
30
Tabel 3.3 Kisi-kisi Observasi Aktivitas Siswa................................... 31
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika........................................................................
32
Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Respons Siswa........................................ 34
Tabel 3.6 Analisis Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa...............................................................
38
Tabel 3.7 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa.................................................
39
Tabel 3.8 Analisis Daya Pembeda Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa.................................................
40
Tabel 3.9 Analisis Reliabilitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa.................................................
41
Tabel 3.10 Teknik Pengkategorian Aktivitas Siswa............................. .42
Tabel 3.11 Kategori Penguasaan Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika...........................................................
43
Tabel 3.12 Kategori Ketuntasan Tes Hasil Belajar Matematika.......... 44
Tabel 3.13 Teknik Pengkategorian Respons Siswa............................... 45
Tabel 4.1 Analisis Data Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
dengan Menerapkan Model Pembelajaran Missouri
Mathematics Project...........................................................
48
Tabel 4.2 Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa............................ 49
Tabel 4.3 Data Statistik Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Sebelum Menerapkan Model
xiv
Pembelajaran Missouri Mathematics Project..................... 51
Tabel 4.4 Data Statistik Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Setelah Menerapkan Model
Pembelajaran Missouri Mathematics Project.....................
52
Tabel 4.5 Kategori dan Distribusi Frekuensi serta Persentase Nilai
Postest..................................................................................
53
Tabel 4.6 Kategori Ketuntasan Nilai Postest....................................... 53
Tabel 4.7 Klasifikasi Gain Ternormalisasi pada Peningkatan Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
dengan Menerapkan Model Pembelajaran Missouri
Mathematics Project...........................................................
54
Tabel 4.8 Kategori dan Distribusi Frekuensi serta Persentase Angket
Respons Siswa....................................................................
55
Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Normalitas Data..................................... 57
Tabel 4.10 Hasil Analisis Uji Homogenitas Data.................................. 58
Tabel 4.11 Hasil Uji-t One Sample t-Test Untuk Nilai
Postest...................................................................................
59
Tabel 4.12 Hasil Uji-t One Sample t-Test Untuk Nilai Gain
ternormalisasi.........................................................................
59
Tabel 4.13 Hasil Uji Proporsi Tunggal (Binomial Test) untuk
Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Setelah diterapkan model pembelajaran Missouri
Mathematics Project. (Nilai Postest).....................................
60
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Gambar 3.1 Bagan Kerangka Pikir.................................................... 25
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
A Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian….. 81
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.................................... 82
A.2 Lembar Kerja Siswa (LKS)………………………………. 112
A.3 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran dalam
Menggunakan Model Missouri Mathematics Project……
129
A.4 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran dengan
Menerapkan Model Missouri Mathematics Project ……………
132
A.5 Angket Respon Siswa terhadap Pelaksanaan Model Missouri
Mathematics Project………………………………
134
A.6 Pedoman Wawancara……………………………………….. 137
A.7 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika……....... 139
A.8 Tes Kemampuan pemecahan masalah (Posttest)………….. 141
B Hasil Analisis Uji Coba Instrumen……………….……… 153
B.1 Data Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika ………………………………………...
154
B.2 Uji Analisis Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika………………………………………...
156
B.3 Uji Reliabilitas……………………………………………… 158
B.4 Uji Daya Pembeda………………………………………….. 159
B.5 Uji Tingkat Kesukaran……………………………………… 160
B.6 Tabel r………………………………………………………. 161
C Hasil Analisis Penelitian…………………………………... 162
C.1 Analisis Data Pretest……………………………………….. 163
xvii
C.2 Analisis Data Postest……………………………………….. 165
C.3 Data Pretest danPostest……………………………………. 167
C.4 Analisis Data Gain………………………………………….. 168
C.5 Analisis Statistik Deskriptif……………………………….... 169
C.6 Uji Normalitas Data………………………………………… 173
C.7 Uji Homogenitas Data……………………………………… 174
C.8 Uji One Sample TestUntuk Postet......................................... 175
C.9 Uji One Sample TestUntuk nilai Gain………........……….. 176
C.10 Uji proporsi tunggal (binomial test) untuk ketuntasan
klasikal.................................................................................
177
C.11 Data Angket Respons Siswa………………………………... 178
C.12 Hasil Analisis Data Keterlaksanaan Pembelajaran dalam
Menggunakan Model Missouri Mathematics Project……
180
C.13 Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa…………………... 183
C.14 HasilWawancara…………………………………………… 185
D Lembar Validasi Perangkat dan Instrumen
Penelitian……………………………………………………
193
E Dokumentasi Penelitian…………………………………… 194
F Surat-Surat Penelitian……………………………………..
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses untuk mempengaruhi siswa agar
mampu menyesuaikan diri dengan lingkunganya. Pendidikan mempunyai
peranan khusus dalam meningkatkan kualitas manusia. Tujuan Pendidikan
Nasional nomor 20 Tahun 2003 (Depdiknas, 2003) adalah mengembangkan
potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.
Mengingat pentingnya pendidikan, maka mutu pendidikan harus
ditingkatkan, salah satunya dengan meningkatkan kualitas pembelajaran siswa.
Pendidikan yang baik tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk
mendapatkan suatu jabatan, tetapi agar siswa dapat menyelesaikan persoalan
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang memegang peran
penting dalam ilmu pengetahuan, hal tersebut dapat dilihat disetiap jenjang
pendidikan, selain itu matematika juga merupakan aspek kehidupan manusia
yang sangat penting peranannya dalam upaya membina dan membentuk
manusia berkualitas tinggi. Pembelajaran matematika di sekolah merupakan
sarana berpikir yang jelas, kritis, kreatif, sistematis, dan logis. Karena untuk
2
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, mengenal pola-pola hubungan
dan generalisasi, pengalaman dan pengembangan kreatifitas.
Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang erat
kaitannya dengan persoalan atau permasalahan sehari-hari. Dengan matematika
siswa diharapkan dapat memecahkan masalah yang dihadapi dengan cara yang
lebih praktis, kreatif, sistematis dan logis.
Pembelajaran matematika juga mempunyai peranan yang penting dalam
membangun tujuan pendidikan nasional. Melalui pendidikan matematika yang
baik, siswa diharapkan memiliki potensi dalam menghadapi tantangan di era
global. Pendidikan matematika yang baik dapat terjadi jika proses
pembelajaran matematika di kelas berhasil membelajarkan siswa, baik dalam
berpikir maupun bersikap. Maka dari itu peran guru dalam merancang proses
pembelajaran dalam kelas sangat berpengaruh, salah satunya dengan
menentukan model pembelajaran yang akan digunakan.
Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang dapat
menarik minat belajar siswa, meningkatkan keaktifan, dan kemampuan
pemecahan masalah matematika, maka pembelajaran matematikan harus
diupayakan agar dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa.
Kemampuan memecahkan masalah secara tidak langsung akan
meningkatkan prestasi siswa. Meningkatkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah, tentunya tidak akan terlepas dari upaya peningkatan
kualitas pembelajaran di sekolah. Salah satunya yaitu dengan cara merubah
3
paradigma pembelajaran yaitu orientasi pembelajaran yang semula berpusat
pada guru beralih berpusat pada siswa. Satu inovasi yang dapat dilakukan
adalah dengan ditemukan dan diterapkannya model-model pembelajaran yang
dengan tepat.
Ada beberapa model dalam pembelajaran matematika, yang dapat
diterapkan diataranya model pembelajaran langsung, model pembelajaran
berbasis masalah, model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads
Together, dan model pembelajaran Missouri Mathematics Project.
Model pembelajarajan Missouri Mathematics Project (MMP)
menekankan siswa agar terlibat aktif dalam memahami materi saat proses
pembelajaran berlangsung, serta menenkankan kemandirian belajar siswa, serta
meningkatkan keterampilan dalam menyelesaikan berbagai macam soal atau
masalah-masalah matematika karena banyaknya latihan soal yang diberikan.
Dengan demikian, berdasarkan latar belakang diatas, peneliti berinisiatif
untuk melakukan penelitian dengan judul “Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa yang diajar dengan Menerapkan Model Missouri
Mathematics Project di SMP Negeri 9 Parepare”.
B. Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah deskripsi kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
kelas VIII 3 yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran Missouri
Mathematics Project?
4
2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
kelas VIII 3 SMP Negeri 9 Parepare setelah diajar dengan menerapkan
model pembelajaran Missouri Mathematics Project?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
kelas VIII 3 yang diajar dengan menerapkan model Missouri Mathematics
Project.
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas VIII 3 SMP Negeri 9 Parepare setelah diajar dengan
menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan penulis sebagai berikut:
1. Siswa, penenlitian ini merupakan media agar siswa lebih terampil dalam
menyelesaikan soal-soal, lebih memahami dan mendalami materi pelajaran
matematika serta lebih aktif belajar dalam kelas.
2. Pendidik, sebagai masukan untuk penggunaan model Missouri Mathematics
Project sebagai salah satu alternative model pembelajaran yang dapat
digunakan salam proses pebelajaran dengan harapan dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
5
3. Peneliti, sebagai bahan perbandingan bagi peneliti-peneliti yang ingin
mengembangkan dan menerapkan serta menyempurnakan pada objek yang
sama dengan tujuan yang lebih luas.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Matematika
Perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat menuntut
seseorang untuk terus mempelajari hal-hal baru. Belajar merupakan salah
satu usaha yang dapat dilakukan untuk menambah ilmu. Menurut W.S.
Winkel (2014: 59), belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan
sikap. Berdasarkan pendapat Erman Suherman (2001:8), belajar adalah
proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai hasil dari
pengalaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Fontana bahwa belajar
adalah proses perubahan individu yang relatif tetap sebagai hasil dari
pengalaman, sedangkan pembelajaran merupakan upaya penataan
lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan
berkembang secara optimal (Erman Suherman, 2003:7). Dari beberapa
pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa belajar adalah aktivitas yang di
dalam prosesnya terdapat perubahan tingkah laku manusia berasaldari
pengalaman yang dimiliki dari interaksi dengan lingkungannya. Kegiatan
belajar sendiri tidak akan terlepas dariproses pembelajaran.
7
Secara umum, pembelajaran adalah suatu kegiatan dimana di
dalamnya terdapat proses interaksi antara guru dan siswa. Menurut
Peraturan Pemerintah RI No 32 Tahun 2013, pembelajaran adalah proses
interaksi antar peserta didik, antara pendidik dan peserta didik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Sejalan dengan pendapat Cohen dan
Ball (Feldman, 2002) yang menyatakan bahwa pembelajaran harus dilihat
sebagai suatu interaksi antara guru, peserta didik, dan materi pembelajaran.
Menurut Suherman (Asep J. & Abdul H., 2008), pembelajaran merupakan
komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik
dalam rangka perubahan sikap. Dari berbagai pendapat tersebut dapat
dikatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses belajar dimana di
dalamnya melibatkan peran guru dan siswa sebagai pelaku terlaksananya
tujuan pembelajaran bersama yang di dukung oleh lingkungan yang
memiliki peran penting dalam proses belajar, termasuk dalam belajar
matematika.
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan
dan praktek elemental menghitung, mengukur, dan mendeskripsikan
bentuk objek. Dengan nalar dan perhitungan kuantitatif, dan
perkembangannya telah melibatkan peningkatan secara ideal dan abstraksi
dari materi. Sejak abad ke 17, matematika telah diperlukan untuk
tambahan pada fisika dan teknologi, dan pada masa sekarang, matematika
telah diasumsikan memiliki peranan penting dalam aspek kuantitatif ilmu
dalam kehidupan.
8
Selain itu Kline (Erman Suherman, dkk 2003:17), berpendapat
bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan yang menyendiri yang
dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu
terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai
permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Dari berbagaimacam
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang
terstruktur dan terorganisasi yang berkenaan dengan ide-ide sebagai alat
pikir, komunikasi, alat untuk memecahkan masalah dalam membantu
manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan di dalam
kehidupan. Pembelajaran matematika merupakan salah satu kegiatan yang
ada di sekolah.
Pembelajaran matematika harus dapat memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif agar dapat mengembangkan aspek sikap,
pengetahuan, dan kerampilannya. Sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Marpaung (2008:24) bahwa dalam suatu pembelajaran
matematika siswa perlu aktif melakukan proses matematisasi, yaitu siswa
diberi kesempatan merekontruksi pengetahuan lewat berbuat: mengamati,
mengklarifikasi, menyelesaikan masalah, berkomunikasi, berinteraksi
dengan yang lain termasuk dengan gurunya, melakukan refleksi,
melakukan estimasi, mengambil kesimpulan, menyelidiki keterkaitandan
sebagainya.
Menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM)
(2000), terdapat empat prinsip pembelajaran matematika, yakni:
9
a. Matematika sebagai pemecahan masalah;
b. Matematika sebaai penalaran;
c. Matematika sebagai komunikasi; dan
d. Matematika sebagai hubungan.
Keempat prinsip diatas sejalan dengan pendapat Reys bahwa
matematika adalah telaah tentang pola, hubungan, suatu jalan atau pola
berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat (Erman Suherman, dkk,
2003:17). Sejalan dengan yang dimaksudkan sebelumnya, bahwa
matematika yang diterapkan di sekolah seharusnya merupakan aktivitas
pemecahan masalah yang dilakukan siswa. Di dalam pemecahan masalah,
siswabelajar untuk melakukan penalaran agar dapat
mengkomunikasikannya dan mengetahui pola atau hubungan dalam
permasalah yang ada untuk menemukan solusi. Selain itu Erman
Suherman, dkk (2001:55), pembelajaran matematika perlu membiasakan
siswa untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-
sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki oleh sekumpulan objek
(abstraksi).
Dari beberapa pengertian diatas disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah proses interaksi peserta didik dalam matematika. Pada
proses tersebut siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan
matematikanya melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan
yang tidak dimiliki oleh sekumpulan objek (abstraksi) sehingga siswa
dapat menemukan ide atau konsep dalam matematika.
10
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Setiap kehidupan tidak terlepas dari suatu permasalah sehari-hari,
termasuk juga dalam dunia pendidikan. Permasalahan yang terjadi di
kehidupan sehari -hari pasti memiliki solusi yang didapatkan dari proses
pemecahan masalah. Menurut Herman Hudojo (2001:162), tujuan
pendidikan adalah suatu proses terus-menerus manusia untuk
menanggulangi masalah-masalah yang dihadapinya sepanjang hayat.
Menurut Abdurrahman (2003), pemecahan masalah adalah aplikasi dan
konsep keterampilan. Pemecahan masalah biasanya melibatkan
beberapa kombinasi konsep dan keterampilan dalam suatu situasi baru
atau situasi yangberbeda. Sebagai contoh, pada saat siswa diminta untuk
mengukur luas selembar papan, beberapakonsep dan keterampilan ikut
terlibat. Beberapa konsep yang terlibat adalah bujursangkar, garis sejajar
dan sisi; dan beberapa keterampilan yang terlibat adalah keterampilan
mengukur, menjumlahkan dan mengalikan.
Pemecahan masalah merupakan kompetensi strategik yang
ditunjukkan siswa dalam memahami, memilih pendekatan dan strategi
pemecahan, dan menyelesaikan model untuk menyelesaikan masalah.
Menurut Dodson dan Hollander (dalam http://amustofa70.wordpress.com)
kemampuan pemecahan masalah yang harus ditumbuhkan adalah 1)
kemampuan mengerti konsep dan istilah Matematika, 2) kemampuan
mencatat kesamaan, perbedaan, dan analogi, 3) kemampuan untuk
mengidentifikasi elemen terpenting dan memilikih prosedur yang benar, 4)
11
kemampuan untuk mengetahui hal yang tidak berkaitan, 5) kemampuan
untuk menaksirkan dan menganalisis, 6) kemampuan untuk
memvisualisasi dan mengimplementasi kuantitas atau ruang, 7)
kemampuan untuk memperumum (generalisasi) berdasarkan beberapa
contoh, 8) kemampuan untuk mengganti metode yang telah diketahui, 9)
mempunyai kepercayaan diri yang cukup dan merasa senang terhadap
materinya.
Pemecahan masalah merupakan bagian penting dari kurikulum
matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran
maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman
menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang sudah dimiliki untuk
diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Melalui
kegiatan-kegiatanini aspek-aspek kemampuan matematika penting seperti
penerapan peraturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola,
penggeneralisasian, komunikasi matematika, dan lain-lain dapat
dikembangkan secara lebih baik. Menurut Herman Hudojo (2005:123)
suatu pertanyaan akan merupakan suatu masalah hanya jika seseorang
tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan
untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut. Dengan demikian
suatu pertanyaan merupakan masalah bagi pesertadidik, namun belum
tentu merupakan masalah bagi peserta didik lain. Sehingga syarat
masalah bagi seorang peserta didik adalah sebagai berikut.
12
a. Pertanyaan yang dihadapkan haruslah dapat dimengerti oleh
peserta didik,namun pertanyaan tersebut harus merupakan
tantangan baginya untukmenjawab.
b. Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin
yang telah diketahui oleh peserta didik.
Adapun fungsi pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika
menurut NCTM (2000:335), meliputi:
a. Pemecahan masalah adalah alat penting mempelajari
matematika. Banyak konsep matematika yang dikenalkan secara
efektif kepada siswa melalui pemecahan masalah.
b. Pemecahan masalah dapat membekali siswa dengan
pengetahuan dan alat sehingga siswa dapat memformulasikan,
mendekati, dan menyelesaikan masalah sesuai dengan yang
telah mereka pelajari di sekolah.
Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika
diantaranya adalah mengembangkan kemampuan: (1) komunikasi
matematis, (2) penalaran matematis, (3) pemecahan masalah matematis,
(4) koneksi matematis, dan (5) reperesentasi matematis (NTCM, 2000:7).
Namun pada kenyataannya di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan
pemecahan masalah dalam proses pembelajaran matematika belum
dijadikan sebagai kegiatan utama. Padahal di negara- negara maju seperti
Amerika Serikat dan Jepang kegiatan pemecahan masalah dalam proses
pembelajaran matematika sekolah dapat dikatakan sebagai kegiatan inti.
13
Oleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah sangat diperlukan oleh
setiap manusia. Proses pemecahan masalah mengajarkan suatu proses
berpikir yang termasuk dalam pemecahan masalah matematika yang
mengajarkan proses berpikir secara matematis.
Berdasarkan teori belajar yang dikemukakan Gagne (Erman
Suherman, 2003:89), bahwa ketrampilan intelektual tinggi dapat
dikembangkan melalui pemecahan masalah. Pemecahan masalah
merupakan tipe belajar paling tinggi. Gagne membaginya menjadi
delapan tipe belajar yaitu belajar isyarat, belajar stimulus respon, belajar
rangkaian gerak, belajar rangkaian verbal, belajarmemperbedakan,
belajar pembentukkan konsep, belajar pembentukkan aturan, dan belajar
pemecahan masalah.
Menurut Polya (Erman Suherman, dkk: 2001) , terdapat empat tahap
dalam pemecahan masalah, yaitu:
a. Memahami Masalah (understanding the problem)
Saat siswa menghadapi suatu permasalahan, siswa tidak hanya
harus memahami masalah tersebut tetapi juga harus
berkeinginan untukmenyelesaikannya. Permasalahn yang
diberikan kepada siswa seharusnya menarik bagi siswa. Tahap
pertama dalam memahami masalah adalah memahami
perntayaan dalam masalah tersebut. Siswa harus mampu
menentukan hal yang tidak diketahui, data yang diketahui, dan
14
syarat yang terdapat pada masalah. Selain itu, siswa juga
menuliskan hal-hal tersebut dalam notasi matematika.
b. Merencanakan Penyelesaian Masalah (divising a plan)
Saat merencanakan penyelesaian masalah siswa harus
menguasai materi yang telah dipelajari sebelumnya dan
memiliki pengetahuan lain yang menunjang materi tersebut.
Pada tahap ini siswa dituntut untuk memikirkan langkah-
langkah yang harus dikerjakan. Semakin bervariasi
pengalaman siswa maka siswa akan cenderung semakin
kreatif dalam perencanaan penyelsaian masalah.
c. Menyelesaikan Masalah sesuai rencana (carry out the plan)
Pada tahap ini siswa menjalankan rencana penyelesaian
masalah yangtelah dibuat untuk mendapatkan solusi
permasalahan.Selain menjalankan perhitungan matematis,
siswa juga mencantumkan data dan informasi yang diperlukan
sehingga siswa dapat menyelesaikan soal yang dihadapi dengan
baik dan benar.
d. Melakukan Pengecekan Jawaban (carry out the plan)
Pada tahap ini siswa melakukan pengecekan terhadap jawaban
yang telah diperoleh melalui tahap pertama sampai tahap ketiga.
Proses pengecekan dilakukan dengan mempertimbangkan
dan menguji kembali jawaban yang diperoleh terhadap
permasalahan.
15
Sejalan dengan pendapat Polya, O'Connell (2007:17)
menyatakanbahwa membimbingpeserta didik untuk memecahkan
masalah memerlukan langkah sebagai berikut (1) memahami masalah; (2)
merencanakan penyelesaian masalah; (3) mencoba rencana tersebut; (4)
mengecek jawaban dan (5) merefleksikan apa yang telah dikerjakan.
Menurut Hudojo dan Sutawijaya (Herman Hudojo, 2001:177-186),
petunjuk sistematik untuk menyelesaikan masalah adalah sebagai berikut:
a. Pemahaman terhadap masalah
Pemahaman terhadap masalah meliputimembaca kembali
permasalahan dan memahami kata demi kata, mengidentifikasi
apa yang diketahui, yang ditanyakan, mengabaikan hal yang
tidak relevan dengan permasalahan, dan tidak menambah hal
yang tidak ada sehingga mengubah permasalahan yang
sebenarnya.
b. Perencanaan penyelesaian masalah
Perencanaan penyelesaian masalah berupa sejumlah strategi
yang dapat membantu penyelesaian masalah.
c. Melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah
Pemahaman terhadap masalah dan perencanaan penyelesaian
yang telah dilakukan dilanjutkan dengan pelaksanaan
perencanaannya sehingga didapatkan yang dinyatakan dalam
permasalahan.
16
d. Melihat kembali penyelesaian masalah
Melihat kembali penyelesaian permasalahan dapat dilakukan
dengan empat komponen yang terdiri dari melakukan
pengecekan jawaban, menginterpretasikan jawaban,
menanyakan pada diri sendiri apakah ada cara lain untuk
mendapatkan penyelesaian yang sama, dan bertanya pada diri
sendiri apakah ada penyelesaian yang lain.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematika adalah kemampuan sisa untuk
memcahkan masalah matematika yang diberikan dengan menggunakan
langkah-langkah pemecahan masalah sebagaimana yang telah diuraikan
sebelumnya, yakni: mampu menyelesaikan masalah (understanding the
problem), Membuat rancangan pemecahan masalah (divising a plan),
Melaksanakan proses penyelesaian yang telah dirancang (carry out the
plan), danMemeriksa hasil yang diperoleh (looking back).
3. Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project
a. Pengertian Missouri Mathematics Project
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial (Trianto,2007:1).
Menurut Good,Grouws dan Ebmeier (Slavin, 2005:31), Missouri
Mathematics Project adalah suatu program yang dirancang untuk
membantu guru secara efektif menggunakan latihan-latihan agar
17
guru mampu membuat siswa mendapatkan perolehan yang menonjol
dalam prestasinya. Intervensi guru terfokus kepada bagaimana cara
guru mengajar agar terjadi pembelajaran aktif, fokus pada
kebermaknaan belajar, mengatur seatwork, review harian dengan
latihan mental matematika, melakukan evaluasi dan instruksi.
Faulkner (Sunawan, 2008:19) menyatakan bahwa kajian yang
dilakukan oleh Good dan Grouws ditujukan untuk membuat
matematika lebih bermakna sehingga meningkatkan pembelajaran
yang dilakukan oleh siswa.
Krismanto (2003:11) menambahkan Missouri Mathematics
Project merupakan salah satu model yang terstruktur seperti halnya
Struktur Pengajaran Matematika (SPM). Model ini memberikan
ruang kepada siswa untuk bekerjadalam kelompok dalam latihan
terkontrol dan mengaplikasikan pemahaman sendiri dengan cara
bekerja mandiri dalam seatwork. Sebelum membahas mengenai
model Missouri Mathematics Project ada baiknya melihat dahulu
struktur pengajaran matematika.Struktur pengajaran matematika
adalah tahapan kegiatan dalam proses pembelajaran termasuk
perincian waktunya.
Komponen struktur pengajaran matematikaadalah sebagai
berikut:
1) Pendahuluan: Apersepsi/ revisi dan motivasi.
2) Pengembangan: Pembelajaran konsep.
18
3) Penerapan: Pelatihan penggunaan konsep, pengembangan
skiil dan evaluasi.
4) Penutup: Penyusunan rangkuman, penugasan.
Karakteristik dari model pembelajaran Missouri Mathematics
Project adalah Lembar Tugas Proyek. Israni dan Dewi (2012: 127)
menyatakan bahwa tugas proyek ini dimaksudkan untuk
memperbaiki komunikasi, penalaran, keterampilan membuat
keputusan dan keterampilan dalam memecahkan masalah. Tugas
proyek ini dapat dilakukan secara individu (pada langkah seatwork)
atau secara berkelompok (pada langkah latihan terkontrol) sehingga
tugas proyek ini merupakan suatu tugas yang meminta siswa untuk
menghasilkan sesuatu (konsep baru) dari dirinya (siswa) sendiri.
Tugas Proyek ini diharapkan untuk:
1) Memungkinkan siswa menjadi kreatif dalam
mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan yang
berbeda-beda,
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan
pertanyaan mereka sendirian kemudian mencoba
menjawabnya,
3) Memberikan siswa masalah-masalah sebagai cara
alternatif mendemonstrasikan pembelajaran dan
kompetensi siswa,
19
4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi
secara positif dan bekerja sama dengan teman sekelasnya,
dan
5) Memberikan forum bagi siswa untuk berbagi pengetahuan
dan kepandaian mereka dengan siswa lainnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model
Missouri Mathematics Project merupakan suatu model
pembelajaran yang dirancang untuk membiasakan siswa terhadap
latihan-latihan agar membantu siswa lebih mudah memahami materi
yang dijelaskan guru, yang terdiri dari lima langkah, yaitu review,
pengembangan, latihan terkontrol, seatwork, dan penugasan.
b. Prinsip-prinsip dalam Model Missouri Mathematics Project
Prinsip-prinsip atau unsur-unsur dalam model pembelajaran
Missouri Mathematics Project ada 2 (Rohani, 2004):
1) Belajar Kooperatif
Pada belajar kooperatif adanya prinsip ketergantungan
positif (dalam belajar kooperatif, keberhasilan dalam
penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan
oleh kelompok tersebut), adanya interaksi tatap muka
(memberikan kesempata yang luas kepada setiap anggota
kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan
diskusi untuk salingmemberi dan menerima informasi dari
20
anggota-anggota kelompok lain), adanya partisipasi dan
komunikasi (melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif
dan berkomunikasi aktif dalam kegiatan pembelajaran)
dan adanya tanggung jawab perseorangan (keberhasilan
kelompok sangat bergantung dari masing-masing anggota
kelompoknya).
2) Kemandirian Siswa
Kemandirian siswa dalam hal ini adalah siswa mampu
memutuskan dan mengerjakan soal-soal, latihan-latihan
maupun lembar kerja proyek yang diberikan oleh guru
denan mandiri atau tanpa adanya bantuan dari orang lain.
c. Langkah-langkah model Missouri Mathematics Project
Menurut Convey (Krismanto, 2003:12) menyebutkan bahwa
langkah-langkah model pembelajaran Missouri Mathematics Project
terdiri dari review, pengembangan, latihan terkontrol, seatwork dan
penugasan/PR. Adapun langkah-langkah Missouri Mathematics
Project sebagai berikut:
1) Pendahuluan atau Review
Pendahuluan atau Review yaitu guru dan siswa meninjau
ulang apa yang telah tercakup pada pelajaran yang lalu.
21
2) Pengembangan
Guru menyajikan ide baru dan perluasan konsep
matematika terdahulu. Siswa diberi tahu tujuan pelajaran
yang memiliki “antisipasi” tentang sasaran pelajaran.
Penjelasan dan diskusi interaktif antara guru dan siswa
harus disajikan termasuk demonstrasi kongkrit yang
sifatnya piktorial dan simbolik. Pengembangan akan lebih
bijaksana bila dikombinasikan dengan kontrol latihan
untuk meyakinkan bahwa siswa mengikuti penyajian
materi baru.
3) Latihan Terkontrol atau Belajar Kooperatif
Belajar Kooperatif yaitu siswa diminta merespon satu
rangkaian soal sambil guru mengamati siswa jika terjadi
miskomunikasi. Pada latihan terkontrol ini respon setiap
siswa sangat menguntungkan bagi guru dan siswa.
Pengembangan dan latihan terkontrol dapat saling
mengisi. Guru harus memasukkan rincian khusus
tanggung jawab kelompok dan ganjaran individual
berdasarkan pencapaian materi yang dipelajari. Siswa
bekerja sendiri atau dalam kelompok belajar kooperatif.
4) Latihan mandiri atau seatwork
Kerja mandiri yaitu untuk latihan perluasan mempelajari
konsep yang disajikan guru.
22
5) Penugasan
Penugasan yaitu memberikan penugasan kepada siswa
agar siswa juga belajar di rumah.
d. Kelebihan dan kelemahan model Missouri Mathematics
Project
Kelebihan dan kelemahan model Missouri Mathematics
Projectmenurut Widdiharto (2004:29) yaitu sebagai berikut:
1) Kelebihan model Missouri Mathematics Project (MMP)
adalah sebagai berikut :
a) Banyak materi yang bisa tersampaikan kepada siswa
karena tidak terlalu memakan banyak waktu. Artinya
pengguanaan waktunya dapat diatur relatif ketat.
b) Banyak latihan sehingga siswa terampil dengan
beragam soal.
2) Kelemahan model Missouri Mathematics Projectadalah
sebagai berikut :
a) Kurang menempatkan siswa pada situasi yang aktif.
b) Siswa menjadi cepat bosan terhadap pembelajaran
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitia ini adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayah Ansori dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project
23
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Di
SMP”. Menyimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa dalam
pembelajaran matematika menggunakan model Missouri Mathematics
Projectdi kelas VIII berada pada kategori baik dan dalam kemampuan
pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran matematika setelah
menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project di
kelas VIII berada pada kategori baik
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nova Farahdila dengan judul
“Eksperimentasi Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project
Pada Materi Pokok Luas Permukaan Serta Volume Prisma dan Limas
Ditinjau Dari Kemampuan Spasial Siswa Kelas VIII”. Menyimpulkan
bahwa model pembelajaran Missouri Mathematics Project
menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada
model pembelajaran langsung. Perbedaan penelitian ini adalah
variabel terikatnya yaitu kemampuan spasial siswa, sedangkan penulis
meneliti kemampuan pemecahan masalah matematis. Kesamaan
dalam penelitian ini adalah variable bebasnya yaitu sama-sama
menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project
3. Penelitian yang dilakukan oleh Miftahul Jannah dengan judul
“Penerapan Model Missouri Mathematics Project. Untuk
Meningkatkan Pemahaman Dan Sikap Positif Siswa Pada Materi
Fungsi Kelas XI SMK 1 Karanganyar”. Menyimpulkan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics
24
Projectmampu meningkatkan pemahaman siswa pada materi fungsi.
Perbedaan penelitian ini adalah variabel terikatnya yaitu untuk
meningkatkan pemahaman dan sikap positif siswa, sedangkan penulis
meneliti kemampuan pemecahan masalah matematis. Kesamaan
dalam penelitian ini adalah variabel bebasnya yaitu sama-sama
menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project.
C. Kerangka Berfikir
Salah satu tujuan pembelajaran matematika menurut Permendiknas Nomor
22 (Depdiknas, 2006) adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami
masalah, merancang model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Hal tersebut
tidak sejalan dengan proses pembelajaran yang terjadi di SMP Negeri 9 Parepare,
khususnya kelas VIII. 3. Berdasarkan hasil observasi, peserta didik kurang mampu
dalam menyelesaikan soal matematika dalam bentuk soal cerita. Pada proses
pembelajaran di kelas guru biasanya menggunakan model DirectInstruction
dalam menyampaikan materi. Guru melakukan ceramah, latihan soal, tanya jawab,
dan penugasan. Akan tetapi, siswa masih terlihat kurang aktif dalam melakukan
aktivitas belajar seperti membaca, bertanya, menjawab, berkomentar,
mengerjakan, mengkomunikasikan, presentasi, dan berdiskusi sehingga motivasi
kurang menyeluruh dan menyebabkan hasilbelajar beberapa siswa pada mata
pelajaran matematika belum mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah.
Berdasarkandeskripsi teori dan hasil penelitian yang relevan, peneliti
mengasumsikan bahwa model pembelajaran Missouri Mathematics Project
merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan
25
kemampuan pemecahan masalah matematika. Hal ini dikarenakan model
pembelajaran Missouri Mathematics Projectmerupakan model pembelajaran
yang terstruktur dengan pengembangan dan perluasan konsep sehingga siswa
dilatih untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika. Siswa
diperkenalkan secara langsung dengan objek real sehingga dapat meningkatkan
motivasi siswa untuk mengkaji dan menguasai materi pelajaran matematika.
Model pembelajaran Missouri Mathematics Projectmemungkinkan siswa
untuk lebih aktif selama proses pembelajaran sehingga mampu meningkatkan
hasil belajar. Melalui penerapan model pembelajaraan Missouri Mathematics
Project ini diharapkan akan memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar
matematika siswa, khususnya pada kelas VIII.3 SMP Negeri 9 Parepare Agar
mudah dalam memahami arah dan maksud dari penelitian ini, peneliti
menjelaskan penelitian ini dengan bagan sebagai berikut:
26
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
“Kemampuan Pemecahan Masalah matematika siswa meningkat setelah
diajar dengan menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project"
Penyebab:
a. Peserta didik kurang mampu dalam menyelesaikan
soal dalam bentuk soal cerita
b. Model, pendekatan dan metode yang digunakan
kurang efektif
Kemampuan pemecahan Masalah Matematika Peserta Didik
masih tergolong rendah
Solusi:
Penerapan Model pembelajaran Missouri Mathematics
Project (MMP)
Kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik
meningkat
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dikategorikan dalam penelitian eksperimen, namun karena
variabel lain yang mungkin ikut berpengaruh terhadap hasil eksperimen dalam
penelitian ini tidak dikendalikan secara ketat, maka jenis penelitian ini termasuk
pra eksperimen (pre experiment). Pada penelitian ini dibutuhkan satu kelas untuk
dijadikan sampel penelitian.
B. Desain Penelitian
Adapun desain ekperimen yang digunakan dalam penelitian adalahOne-
Group Pretest-Posttest Design, di mana peneliti dapat mengetahui ada tidaknya
pengaruh dengan membandingkan kemampuan siswa sebelum dansesudah
diberikan perlakuan.
𝑂1 𝑋 𝑂2
Tabel 3.1 One-Group Pretest-Posttest Design
(Sugiyono, 2015: 111)
Keterangan:
𝑂1: Hasil Pretest siswa sebelum diberikan treatment
𝑋: Treatment dengan model pembelajaran Missouri Mathematics Project
𝑂2: Hasil Posttest siswa setelah diberikan treatment
28
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di:
Tempat : SMP Negeri 9 Parepare, Sulawesi Selatan
Alamat Sekolah : Jl. Bau Massepe, No. 94A kota Parepare
Tipe sekolah : B.
Kode Pos : 91132
Telp. : 0421-21940
Jumlah Kelas : 27 kelas (dimana jumlah kelas VII,VIII, dan IX
adalah 7 kelas),
Jumlah Siswa : 810 siswa
Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 November – 2
Desember 2017.
D. Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 9
Parepare, Sulawesi Selatan yaitu 210 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VIII 3 yang terdiri atas 30 orang siswa.
E. Variabel Penelitian dan Perlakuan
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan
masalah matematika, aktivitas siswa dan respons siswa. Sedangkan perlakuan
yang diterapkan adalah model pembelajaran Missouri Mathematics Project.
29
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian
lapangan, yaitu peneliti datang langsung ke sekolah, mengadakan penelitian untuk
mendapatkan data yang akurat (data yang diperlukan). Untuk mengumpulkan data
yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis menempuh beberapa teknik,
diantaranya:
1. Teknik Tes
Memberikan soal pre-test dan post-test kepada siswa yang
berhubungandengan kemampuan pemecahan masalah matematika. Soal pre-
test dan post-test digunakan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sebelum dan sesudah
diajar dengan menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics
Project.
2. Teknik observasi
Observasi yang dilakukan digunakan untuk mendapatkan informasi
tentang keterlaksanaan model pembelajaran Missouri Mathematics Project.
dan aktivitas siswa kelas VIII 3 SMP Negeri 9 Parepare selama mengikuti
proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Missouri
Mathematics Project.
3. Teknik wawancara
Metode ini digunakan untuk mewawancara beberapa siswa (pemilihan
secara random) mengenai kemampuan siswa dalam memecahmkan masalah
yang diberikan.
30
4. Teknik angket
Teknik ini digunakan untuk mengetahui respons siswa kelas VIII 3
terhadap penerapan model pembelajran Missouri Mathematics Project
dalam kelas.
G. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 5 buah
instrument, yaitu:
1. Lembar Observasi
Instrumen observasi yang digunakan dalam penelitian terdiri atas dua
yaitu lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan lembar observasi
aktivitas siswa. Lembar obsrevasi keterlaksanaan pembelajaran berdasarkan
pada langkah-langkah model pembelajaran Missouri Mathematics Project.
Berikut kisi-kisi observasi keterlaksanaan pembelajaran disajikan pada
Tabel 3.2:
Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Missouri
Mathematics Project
No Indikator keterlakasanaan yang diamati sesuai
Model Pembelajaran Missouri Mathematics
Project
Banyak
aspek yang
diamati
1 Fase I : menyampaikan tujuan danmemotivasi siswa 3
2 Fase II : Review 1
3 Fase III: Pengembangan 7
4 Fase IV: Latihan terkontrol 2
5 Fase V: Seatwork 3
6 Fase VI :Penutup/Penugasan 4
Jumlah 20
31
Sedangkan lembar observasi aktivitas siswa berdasarkan indikator
aktivitas siswa. Berikut kisi-kisi obsrevasi aktivitas siswa disajikan pada
Tabel 3.3:
Tabel 3.3 Kisi-kisi Observasi Aktivitas Siswa
indikator Aktivitas siswa yang diamati Nomor Item
yang diamati
Siswa yang hadir pada proses pembelajaran 1
Siswa yang mengumpulkan pekerjaan rumah (khusus
pertemuan 2-4)
2
Siswa yang aktif bekerja sama dan berdiskusi dengan
siswa lain dalam kelompoknya
3
Siswa yang mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya
4
Siswa yang memerhatikan pembahasan materi pelajaran
yang diajarkan oleh guru
5
Siswa yang mencatat garis-garis besar pelajaran 6
Siswa yang mengajukan pertanyaan 7
Siswa yang menyelesaiakan soal-soal pada latihan
terkontrol
8
Siswa yang mengerjakan soal dipapan tulis 9
Siswa yang dapat mengerjakan soal LKS (secara
mandiri) pada sintaks seatwork
10
Siswa yang meminta bimbingan guru 11
Siswa yang membuat rangkuman materi 12
Siswa yang mencatat pekerjaan rumah 13
Jumlah 13
32
2. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Tes kemampuan pemecahan masalah matematika berupa soal uraian
yang terdiri dari 8 (delapan) soal pada materi persamaan garis lurus. Berikut
kisi-kisi instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematika
disajikan pada Tabel 3.4:
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika
Kompetensi
Dasar Materi Indikator Soal
No.
Soal Aspek
1.6
Menentukan
gradien,
persamaan dan
grafik garis
lurus.
Persamaan
Garis
Lurus
1. Menggambar
grafik persamaan
garis lurus
1 C1
2. Menyatakan
gradient dalam
persamaan
𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐
2,3a,6 C1,C2,C4
3. Menyatakan
gradient dalam
persamaan garis
𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 + 𝑐 = 0
3b C1,C2,C3
,dan C4
4. Menyatakan
gradient yang
melewati satu titik
dan sebuah
gradient
4b C2,C3C4
5. Menyatakan
gradient yang
melewati dua tiitk
4a,5 C2,C3C4
6. Menyatakan 5,6,7 C1,C2,C3
33
Kompetensi
Dasar Materi Indikator Soal
No.
Soal Aspek
gradient persamaan
yang saling sejajar
atau tegak lurus
,dan C4
7. Menentukan titik
potong dua garis
7 C2,C3,da
n C4
8. Menyelesaikan
masalah yang
berkaitan konsep
persamaan garis
lurus
8 C2,C3,da
n C4
Jumlah Soal 8
3. Pedoman Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada siswa. Wawancara berisi
informasi terkait pendapat siswa mengenai penerapan model pembelajaran
Missouri Mathematics Projectdalam proses pembelajaran. Isi wawancara
juga bertujuan untuk mengetahui cara siswa menyelesaikan soal pemecahan
masalah matematika yang diberikan. Jenis wawancara yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Berikut ini adalah
pertanyaan utama yang akan diajukan kepada subjek penelitian, jika
diperlukan makas wawancara akan dikembangkan berdasarkan jawaban-
jawaban sebelumnya yang diberikan oleh subjek penelitian:
a. Apa yang anda pahamia setelah membaca soal? Ceritakan !
34
b. Menurut Anda, langkah apa yang bisa ditempuh untuk
menyelesaiakan permasalahan tersebut?
c. Apa alasan Anda memilih dan menggunakan langkah/strategi seperti
itu?
d. Bagaimana cara Anda melakukan operasi hitung pada bagian ini?
e. Apakah Anda sudah yakin dengan jawaban Anda? Silahkan periksa
kembali!
4. Lembar Angket Respons Siswa
Angket respons siswa diberikan setelah penerapan model pembelajaran
Missouri Mathematics Projectdalam proses pembelajaran. Angket berisi 20
pernyataan, berupa pernyataan negatif dan pernyataan positif. Berikut kisi-
kisi angket respons siswa disajikan pada Tabel 3.5:
Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket respons Siswa
No Aspek Indikator Nomor pernyataan
Positif Negatif
1. Sikap siswa
terhadap
matematika
Menunjukkan minat
terhadap pelajaran
matematika
1,2 3,5
Menunjukkan
kegunaan mempelajari
matematika
4 6
2 Sikap siswa
terhadap
pembelajaran
dengan model
pembelajaran
Menunjukkan minat
terhadap pembelajaran
matematika dengan
model pembelajaran
Missouri Mathematics
8,15,20 7,10,17
35
No Aspek Indikator Nomor pernyataan
Positif Negatif
Missouri
Mathematics
Project
Project
Menunjukkan
kegunaan mengikuti
pembelajaran
matematika dengan
model pembelajaran
Missouri Mathematics
Project
11,12,14,
16
9,13,18
,19
H. Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian, maka dilakukan uji coba
instrumen pada siswa kelas IX SMP Negeri 9 Parepare. Berikut analisis yang
digunakan dalam pengujian instrumen yaitu:
1. Validitas butir soal
Untuk mencari koefisien validitas instrument mennggunakan rumus
Product Moment Pearson , yaitu :
𝑟𝑥𝑦 =𝑁 𝑋𝑌 − 𝑋 𝑌
(𝑁 𝑋2 − 𝑋 2) − (𝑁 𝑌2 − 𝑌 2)
Keterangan :
𝑟𝑥𝑦 : koefisien korelasi antara variable X dan variable Y
𝑁 : jumlah siswa
𝑋 : skor siswa pada tiap butir soal
𝑌 : skor total tiap siswa
36
2. Realibilitas
Realibilitas adalah suatu alat yang memberkan hasil pengukuran yang
tetap sama. Pada realibilitas ini hasil dari pengukurannya harus tetap sama,
walaupun diberikan pada subjek yang sama di waktu yang berbeda, orang
yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula maka hasil yang di dapat
haruslah tetap sama. Rumus yang digunakan untuk mencari realibilitas
instrument berbentuk uraian yaitu rumus Alfa Cronbach.
𝑟11 = 𝑛
𝑛 − 1 1 −
𝜎𝑡2
𝜎𝑡2
Dimana :
𝑟11: Realibilitas yang dicari
𝑛 : Banyaknya jumlah soal
𝜎𝑡2: Jumlah variansi butir soal
𝜎𝑡2 : Variansi total
3. Daya Pembeda
Untuk mengetahui daya pembeda pada butir soal digunakan rumus:
𝐷𝑃 =𝑅𝑈 − 𝑅𝐿
𝑛
Dimana :
𝑅𝑈 : jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar atau
jumlah benar kelompok atas
𝑅𝐿 : jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
atau jumlah benar kelompok bawah
𝑛 : Jumlah siswa
37
4. Tingkat kesukaran
Suatu soal dapat dikatakan sulit jika sebagian besar siswa gagal dalam
menyelesaikan soal tersebut, namun sebaliknya jika soal dikatakan mudah
jika sebagian besar siswanya berhasil mengerjakan soal tersebut. Berikut ini
adalah cara sederhana untuk mengetahui indeks tingkat kesukaran soal.
𝑇𝐾 =𝑅𝑈 + 𝑅𝐿
2𝑛
Dimana :
𝑅𝑈 : Jawaban benar kelompok atas
𝑅𝐿 : Jawaban benar kelompok bawah
𝑛 : Jumlah siswa kelompok atas/ kelompok bawah
I. Hasil Pengembangan Instrumen
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 9 Parepare, SMP Negeri 9 Parepare
terletak di Jl. Bau Massepe No. 94A kota Parepare, terdiri dari 27 ruang kelas
dengan jumlah siswa 810 siswa. Penelitian ini dilakukan di kelas delapan yaitu
kelas VIII 3 dengan jumlah 30 siswa. Uji coba tes dilakukan pada 30 siswa kelas
IX SMP Negeri 9 Parepare. Data uji coba instrument dapat dilihat pada lampiran
B.
1. Uji Validitas
Validitas instrument tes penelitian ini menggunakan validitas isi dan
korelasi Product Moment. Validitas isi merupakan suatu penelitian terhadap
kesesuaian tes dengan tujuan instruksional khusus dari suatu materi
pelajaran (kisi-kisi tes). Uji validitas isi dilakukan oleh 3 validator yaitu 2
38
dosen dari jurusan pendidikan matematika Universitas Negeri Makassar
(Bapak Dr. Asdar, S.Pd., M.Pd selaku validator 1 dan Bapak Nasrullah,
S.Pd., M.Pd selaku validator 2) dan guru mata pelajaran matematika dari
SMP Negeri 9 Parepare (Ibu Rasniaty, S.Pd). Berdasarkan hasil validitas isi
kepada tiga validator didapat bahwa dari delapan soal uraian layak untuk
digunakan hanya perlu diperbaiki tata bahasanya. Uji validitas
menggunakan rumus korelasi product moment dengan taraf signifikan 5 atau
taraf signifikannya 0,05. Data hasil uji coba instrumen tes kemampuan
pemecahan masalah matematika dapat dilihat pada lampiran (B.1).
Rangkuman hasil analisis butir soal tes kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6 Analisis Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa
Butir Soal Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan
1 0,715 0,374 Valid
2 0,563 0,374 Valid
3 0,387 0,374 Valid
4 0,739 0,374 Valid
5 0,601 0,374 Valid
6 0,641 0,374 Valid
7 0,548 0,374 Valid
8 0,622 0,374 Valid
Catatan : r tabel (n – 2 = 28, α=5%) = 0,374
Berdasarkan Tabel 3.6 diperoleh nilai r hitung lebih besar
daripada nilai r tabel. Dengan demikian, seluruh butir soal tes
39
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dinyatakan valid/
layak untuk digunakan dalam penelitian.
2. Uji Tingkat Kesukaran
Uji tingkat kesukaran pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah soal yang diujikan tergolong sukar, sedang dan mudah. Adapun hasil
analisis tingkat kesukaran butir soal dapat dilihat pada Tabel3.7 berikut:
Tabel 3.7 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa
Butir Soal Nilai Mean Kategori
1 0,88 Mudah
2 0,80 Mudah
3 0,62 Sedang
4 0,86 Mudah
5 0,69 Sedang
6 0,20 Sukar
7 0,17 Sukar
8 0,78 Mudah
Berdasarkan Tabel 3.7 menunjukkan bahwa butir soal 6 dan 7
termasuk dalam kategori soal sukar, butir soal 3 dan 5 termasuk dalam
kategori soal sedang dan butir soal 1, 2, 4 dan 8 termasuk dalam kategori
soal mudah.
3. Uji Daya Pembeda
Uji daya pembeda pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa jauh kemampuan butir soal dapat membedakan antara siswa
berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Adapun hasil
40
analisis daya pembeda butir soal kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8 Analisis Daya Pembeda Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa
Butir Soal Nilai r hitung Kategori
1 0,715 Soal Baik
2 0,563 Soal Baik
3 0,387 Soal diterima dan diperbaiki
4 0,739 Soal Baik
5 0,601 Soal baik
6 0,641 Soal baik
7 0,548 Soal baik
8 0,622 Soal baik
Berdasarkan Tabel 3.8 menunjukkan bahwa butir soal 1,2, 4, 5, 6, 7,
dan 8 termasuk dalam kategori soal baik, sedangkan hanya butir soal 3
termasuk dalam kategori soal diterima dan diperbaiki.
4. Uji Reliabilitas
Setelah butir soal dilakukan uji validitas, uji tingkat kesukaran, dan
daya pembeda selanjutnya butir soal diujikan kedalam reliabilitas. Uji
reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui kekonsistenan butir soal. Suatu
tes dikatakan mempunyai reliabilitas jika butir tes tersebutmempunyai nilai
reliabilitas 0,600. Adapun hasil analisis reliabilitas soal kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut:
41
Tabel 3.9 Analisis Reliabilitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa
Nilai Cronbach's Alpha Kategori
0,751 Tinggi
Berdasarkan Tabel 3.9 menunjukkan bahwa nilai Cronbach's Alpha
diperoleh nilai 0,751 dan termasuk dalam kategori tinggi. Dengan demikian,
instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematikasiswadikatakan
reliabel dan instrumen dapat digunakan dalam pengambilan data penelitian.
J. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan ada dua yaitu analisis data statistik deskriptif
dan analisis data statistik inferensial.
1. Analisis Statistik Deskriptif
a. Analisis Data Keterlaksanaan Pembelajaran
Data keterlaksanaan pembelajaran dianalisis dengan menghitung
nilai rata-rata keterlaksanaan setiap pertemuan. diperoleh dengan rumus:
Penilaian keterlaksanaan pembelajaran kemudian dikategorikan
beradasarkan kriteria sebagai berikut:
3,00 < KP ≤ 4= Sangat Baik
2,00 < KP ≤ 4= Baik
1,00< KP ≤ 2,00= Kurang Baik
KP ≤ 1,00= Tidak Baik
Rata − rata (KP) =jumlah skor indikator
banyaknya item keterlaksanaan
42
b. Analisis Data Aktivitas Siswa
Hasil data observasi aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi
yang dianalisis dengan menghitung persentase skor rata-rata yang
diperoleh siswa setiap pertemuan berdasarkan indikator aktivitas yang
diberikan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Hasil yang diperoleh kemudian dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 3.10 Teknik Pengkategorian Aktivitas Siswa
Interval Kategori
86 – 100 Sangat Baik
76 – 85 Baik
60 – 75 Cukup Baik
55 – 59 Kurang Baik
0 – 54 Tidak Baik
(Ngalim Purwanto, 2002: 103)
c. Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa ada dua
yaitu pre-test dan post-test dianalisis dengan statistik deskriptif
menggunakan program SPSS, kemudian selanjutnya dikategorikan
dengan skala lima menurut Nurkancana & Sunartana (1990: 93), yaitu
sebagai berikut:
90%−100% berada pada tingkat penguasaan “sangat tinggi”
80%−89% berada pada tingkat penguasaan “tinggi”
65%−79% berada pada tingkat penguasaan “sedang”
55%−64% berada pada tingkat penguasaan “rendah”
P(Persentase) =jumlah skor indikator
jumlah skor maksimum× 100%
43
0%−54% berada pada tingkat penguasaan “sangat rendah”
Berdasarkan pengkategorian tersebut kemudian dikonversikan ke
dalam skor kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan
skor ideal 100 diperoleh:
Tabel 3.11 Kategori Penguasaan Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika
Tingkat penguasaan Kategori
90-100
80-89
65-79
55-64
0-54
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Ketuntasan belajar dapat diartikan sebagai pendekatan dalam
pembelajaran yang mempersyaratkan siswa dalam menguasai secara
tuntas seluruh standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang
telah ditetapkan.
Hasil belajar siswa juga diarahkan pada pencapaian hasil belajar
secara individual dan klasikal. Kriteria seorang siswa dikatakan tuntas
belajar apabila memiliki nilai paling sedikit 78 sesuai dengan KKM yang
ditetapkan oleh pihak sekolah, sedangkan ketuntasan klasikal tercapai
apabila lebih besar sama dengan 85% siswa di kelas tersebut mencapai
nilai 78.
44
Tabel 3.12 Kategori Ketuntasan Tes Hasil Belajar Matematika
Tingkat Penguasaan Kategori
78-100
0-77
Tuntas
Tidak Tuntas
Sumber : Dokumen Ketuntasan Kelas VIII SMP Negeri 9 Parepare
Data tes kemampuan pemecahan masalah matematika terkumpul,
maka untuk mengetahui signifikansi peningkatan rata-rata kemampuan
pemecahan masalah matematikasiswasebelum dan sesudah penerapan
model pembelajaran Missouri Mathematics Projectdiolah dengan
menggunakan Indeks gain yang dihitung dengan rumus indeks gain dari
Meltzer (Barka dalam Khususwanto, 2008: 49), yaitu:
Indeks gain =Skor 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠𝑡 − skor 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
SMI − Skor 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
Adapun untuk krtiteria rendah, sedang dan tinggi mengacu pada
kriteria Hake (Barka dalam Khususwanto, 2008: 49), yaitu sebagai
berikut:
Indeks gain < 0,30 : rendah
0,30 ≤Indeks gain ≤ 0,70 : sedang
Indeks gain > 0,70 : tinggi
d. Analisis Data Respons Siswa
Data tentang respons siswa diperoleh dari angket respons siswa
terhadap pelaksanaan model pembelajaran Missouri Mathematics
Project. Persentase respons siswa dapat dihitung dengan rumus:
45
Hasil yang diperoleh kemudian dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 3.12 Teknik Pengkategorian Respons Siswa
Interval Kategori
86 – 100 Sangat Baik
76 – 85 Baik
60 – 75 Cukup Baik
55 – 59 Kurang Baik
0 – 54 Tidak Baik
(Ngalim Purwanto, 2002: 103)
2. Analisis Statistik Inferensial
Data pre-test, data data post-test yang diperoleh dianalisis dengan
statistik inferensial yang menggunakan program SPSS, yaitu sebagai
berikut:
a. Uji Prasyarat Analisis
1) Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Uji
Kolomogorov-Smirnov Z dengan kriteria pengujian normalitas
yaitu sebagai berikut:
a) Jika nilai p-value≥ 0,05, maka data berdistribusi normal.
b) Jika nilai p-value< 0,05, maka data tidak berdistribusi
normal.
2) Uji Homogenitas variansi dilakukan dengan menggunakan Uji
Shapiro-Wilk atau Uji Levene dengan kriteria pengujian
homogenitas yaitu sebagai berikut:
P(Persentase) =jumlah skor indikator
jumlah skor maksimum× 100%
46
a) Jika nilai p-value≥ 0,05, maka data bervariansi homogen.
b) Jika nilai p-value< 0,05, maka data tidak bervariansi
homogen.
b. Uji Hipotesis
1) 𝐻0: 𝜇 = 77,9 𝑙𝑎𝑤𝑎𝑛 𝐻1 ∶ 𝜇 > 77,9
Keterangan :𝜇 = parameter rata-rata posttest
2) 𝐻0: 𝜋 = 0,849 𝑙𝑎𝑤𝑎𝑛 𝐻1 ∶ 𝜋 > 0,849
Keterangan :𝜋= parameter proporsi siswa yang mencapai KKM
3) 𝐻0: 𝜇𝑔 = 0,29 𝑙𝑎𝑤𝑎𝑛 𝐻1 ∶ 𝜇𝑔 > 0,29
Keterangan :𝜇𝑔= parameter rata-rata gain postest
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
a. Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran Missouri Mathematics Project diukur dengan
menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Lembar
observasi keterlaksanaan pembelajaran bertujuan untuk melihat
keterlaksanaan langkah-langkah model pembelajaran Missouri
Mathematics Projectoleh guru dan untuk mengetahui seberapa baik
keterlaksanaan pembelajaran dilakukan. Lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran digunakan setiap kali pembelajaran
berlangsung dengan menerapkan model pembelajaran Missouri
Mathematics Project pada kelas eksperimen. Dalam mengisi lembar
observasi keterlaksanaan pembelajaran, peneliti membutuhkan observer
untuk mengamati setiap langkah-langkah model pembelajaran Missouri
Mathematics Project. Adapun data yang diperoleh dari lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
Missouri Mathematics Projectdapat dilihat pada lampiran C. Adapun
rangkuman data observasi keterlaksanaan pembelajaran disajikan pada
Tabel 4.1:
48
Tabel 4.1 Analisis Data Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
dengan Menerapkan Model Pembelajaran Missouri
Mathematics Project
Langkah- langkah Model
Pembelajaran Missouri
Mathematics Project
Pertemuan Ke-
I II III IV
Fase I : menyampaikan tujuan
danmemotivasi siswa 3,0 3,0 3,3 3,7
Fase II : Review 3,0 3,0 3,0 3,0
Fase III: Pengembangan 3,4 3,6 3,6 4,0
Fase IV: Latihan terkontrol 3,0 3,0 3,5 4,0
Fase V: Seatwork 3,3 3,3 3,3 3,3
Fase VI :Penutup/Penugasan 3,3 3,3 4,0 4,0
Rata-rata setiap pertemuan 3,2 3,2 3,5 3,7
Kategori SB SB SB SB
Rata-rata secara keseluruhan 3,4
Kategori Sangat Baik
Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh rata-rata keterlaksanaan
pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua sama yaitu sebesar 3,2
termasuk dalam kategori terlaksana sangat baik (SB), mengalami
peningkatan pada pertemua ketiga dengan rata-rata keterlaksanaan
pembelajaran diperoleh sebesar 3,5 termasuk dalam kategori terlaksana
sangat baik (SB), dan pada pertemuan keempat rata-rata keterlaksanaan
pembelajaran diperoleh sebesar 3,7 termasuk dalam kategori terlaksana
sangat baik (SB). Dengan demikian, secara keseluruhan rata-rata
keterlaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
Missouri Mathematics Projectdiperoleh sebesar 3,4 termasuk dalam
kategori terlaksana sangat baik (SB).
49
b. Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa diperoleh melalui instrumen lembar
observasi aktivitas siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran.
Berikut analisis data observasi aktivitas siswa disajikan pada Tabel 4.2:
Tabel 4.2 Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa
No Indikator Aktivitas yang
diamati
Persentase (%)
Pertemuan Ke-
I II III IV
1 Siswa yang hadir pada proses
pembelajaran 96,7 90,0 93,3 83,3
2 Siswa yang mengumpulkan
pekerjaan rumah (khusus
pertemuan 2-4) 92,6 100,0
3 Siswa yang aktif bekerja
sama dan berdiskusi dengan
siswa lain dalam
kelompoknya
69,0 63,0 78,6 92,0
4 Siswa yang
mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya 10,3 14,8 14,3 16,0
5 Siswa yang memerhatikan
pembahasan materi pelajaran
yang diajarkan oleh guru 86,2 88,9 100,0 100,0
6 Siswa yang mencatat garis-
garis besar pelajaran 100,0 100,0 100,0 100,0
7 Siswa yang mengajukan
pertanyaan 13,8 18,5 25,0 20,0
8 Siswa yang menyelesaiakan
soal-soal pada latihan
terkontrol 72,4 92,6 89,3 100,0
9 Siswa yang mengerjakan soal
dipapan tulis 13,8 25,9 17,9 40,0
50
No Indikator Aktivitas yang
diamati
Persentase (%)
Pertemuan Ke-
I II III IV
10 Siswa yang dapat
mengerjakan soal LKS
(secara mandiri) pada sintaks
seatwork
69,0 74,1 89,3 88,0
11 Siswa yang meminta
bimbingan guru 51,7 40,7 32,1 44,0
12 Siswa yang membuat
rangkuman materi 100,0 100,0 100,0 100,0
13 Siswa yang mencatat
pekerjaan rumah 100,0 100,0 100,0 100,0
Rata-rata setiap pertemuan 67,2 69,3 70,0 75,6
Kategori Cukup Cukup Cukup Baik
Rata-rata secara keseluruhan 70,0
Kategori Cukup
Berdasarkan Tabel 4.2 tampak bahwa rata-rata persentase aktivitas
siswa pada pertemuan pertama sebesar 67,2% termasuk dalam kategori
cukup, pada pertemuan kedua rata-rata persentase aktivitas siswa sebesar
69,3% termasuk dalam kategori cukup, pada pertemuan ketigameningkat
menjadi sebesar 70,0% termasuk dalam kategori cukup dan pada
pertemuan keempat rata-rata persentase aktivitas siswa sebesar 75,6%
termasuk dalam kategori baik. Dengan demikian, secara keseluruhan
rata-rata persentase aktivitas siswa diperoleh sebesar 70,0% termasuk
dalam kategori cukup.
51
c. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
1) Deskripsi Nilai Pretest Kelas VIII 3 Sebelum Menerapkan
Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project
Hasil statistik yang berkaitan dengan nilai pretest sebelum
menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics
Projectselengkapnya dapat dilihat pada lampiran C. Rangkuman
dari lampiran tersebut disajikan pada Tabel 4.3:
Tabel 4.3 Data Statistik Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Sebelum
Menerapkan Model Pembelajaran Missouri
Mathematics Project
Statistik Nilai Statistik
Ukuran Sampel 30
Nilai Rata-rata 20,60
Nilai Tertinggi 40
Nilai Terendah 13
Rentang 27
Standar Deviasi 6,829
Variansi 46,662
Berdasarkan Tabel 4.3, diperoleh banyaknya siswa yang
mengikuti pretest yaitu sebayak 30 siswa, dengan nilai rata-rata
pretest sebesar 20,60 nilai tertinggi sebesar 40 dan nilai
terendah yang diperoleh sebesar 13 dengan rentang sebesar 27.
Nilai standar deviasi yang diperoleh sebesar 6,829 dengan
variansi sebesar 46,662.
52
2) Deskripsi Nilai Postest Kelas VIII 3 Setelah Menerapkan
Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project
Hasil statistik yang berkaitan dengan nilai postest setelah
menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics
Projectselengkapnya dapat dilihat pada lampiran C. Rangkuman
dari lampiran tersebut disajikan pada Tabel 4.6:
Tabel 4.4 Data Statistik Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Setelah Menerapkan
Model Pembelajaran Missouri Mathematics
Project
Statistik Nilai Statistik
Ukuran Sampel 30
Nilai Rata-rata 84,73
Nilai Tertinggi 96
Nilai Terendah 67
Rentang 29
Standar Deviasi 7,593
Variansi 57,651
Berdasarkan Tabel 4.4, diperoleh banyaknya siswa yang
mengikuti postest yaitu sebayak 30 siswa, dengan nilai rata-rata
postest sebesar 84,73 nilai tertinggi sebesar 96 dan nilai terendah
yang diperoleh sebesar 67 dengan rentang sebesar 29. Nilai
standar deviasi yang diperoleh sebesar 7,593 dengan variansi
sebesar 57,651. Jika nilai postest tersebut dikategorikan ke dalam
skala 5, maka diperoleh daftar distribusi frekuensi pada Tabel
4.5:
53
Tabel 4.5 Kategori dan Distribusi Frekuensi serta
Persentase NilaiPosttest
Interval Kategori Postest
Frekuensi %
90 – 100 Sangat Tinggi 9 30,0
80 – 89 Tinggi 13 43,3
67 – 79 Sedang 8 26,7
55 – 64 Rendah 0 0
0 – 54 Sangat Rendah 0 0
Jumlah 30 100
Berdasarkan Tabel 4.5, menunjukkan bahwa terdapat9
siswa (30,0%) yang memperoleh nilai postest dalam kategori
sangat tinggi, terdapat 13 siswa (43,3%) yang memperoleh nilai
postest dalam kategori tinggi, terdapat 8 siswa (26,7%) yang
memperoleh nilai postest dalam kategori sedang, dan tidak ada
siswa (0%) yang memperoleh nilai postest dalam kategori rendah
dan sangat rendah.
Sementara itu merujuk pada Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang berlaku di SMP Negeri 9 Parepare yaitu standar
minimal 78, maka tingkat pencapaian kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa disajikan pada Tabel 4.6:
Tabel 4.6 Kategori Ketuntasan Nilai Postest
Interval Kategori Postest
Frekuensi %
78 – 100 Tuntas 26 86,7
0 – 77 Tidak Tuntas 4 13,3
Jumlah 30 100
54
Berdasarkan Tabel 4.6, menunjukkan bahwa setelah
diterapkan model pembelajaran Missouri Mathematics
Projectterdapat 26 siswa (86,7%) yang memperoleh nilai
kemampuan pemecahan masalah matematika lebih besar dari 78
dan terdapat 4 siswa (13,3%) yang memperoleh nilai
kemampuan pemecahan masalah matematika belum mencapai
KKM atau tidak tuntas belajar.
3) Deskripsi Peningkatan Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa dengan Menerapkan Model
Pembelajaran Missouri Mathematics Project
Klasifikasi peningkatan tes kemampuan pemecahan
masalah matematika dengan menerapkan model pembelajaran
Missouri Mathematics Project dapat dihitung dengan rumus gain
ternormalisasi. Adapun hasil analisis data gain yang diperoleh
dapat dilihat pada lampiran C. Jika peningkatan tes kemampuan
pemecahan masalah matematikasiswa dikelompokkan kedalam
kategori gain, maka dapat diperoleh distribusi frekuensi dan
persentase sebagai berikut:
Tabel 4.7 Klasifikasi Gain Ternormalisasi pada Peningkatan
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa dengan Menerapkan Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project
Koefisien
Normalisasi Gain Kategori
Nilai Gain
Frekuensi %
g < 0,30 Rendah 0 0
0,30 ≤ g ≤ 0,70 Sedang 3 10,0
g > 0,70 Tinggi 27 90,0
Jumlah 30 100
55
Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa tidak ada
siswa yang peningkatan tes kemampuan pemecahan masalah
matematikanya berada pada kategori rendah dan terdapat 27 siswa
(90%) yang peningkatan tes kemampuan pemecahan masalah
matematikanya berada pada kategori tinggi dan hanya 3 siswa
(10%) yang peningkatan tes kemampuan pemecahan masalah
matematikanya berada pada kategori sedang. Dengan demikian,
diperoleh nilai rata-rata gain sebesar 0,8 termasuk dalam kategori
tinggi.
d. Angket Respons Siswa
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data respons siswa
adalah angket respons siswa. Pemberian angket respons siswa diberikan
kepada siswa setelah diterapkan model pembelajaran Missouri
Mathematics Project. Ada 20 butir pernyataan yang diberikan kepada 30
siswa. Hasil analisis data respons siswa dapat dilihat pada lampiran C.
Adapun rangkuman analisis data respons siswa disajikan pada Tabel
4.10:
Tabel 4.8 Kategori dan Distribusi Frekuensi serta Persentase Angket
Respons Siswa
Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)
86 – 100 Sangat Baik 1 3,3
76 – 85 Baik 11 36,7
60 – 75 Cukup Baik 14 46,7
55 – 59 Kurang Baik 4 13,3
0 – 54 Tidak Baik 0 0
Jumlah 30 100
56
Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa hanya 1 siswa (3,3%)
yang responnya terhadap penerapan model pembelajaran Missouri
Mathematics Projectdalam kategori sangat baik, terdapat 11 siswa
(36,7%) yang responnya terhadap penerapan model pembelajaran
Missouri Mathematics Projectdalam kategori baik, terdapat 14 siswa
(46,7%) yang responnya terhadap penerapan model pembelajaran
Missouri Mathematics Projectdalam kategori cukup baik dan terdapat 4
siswa (13,3%) yang responnya terhadap penerapan model pembelajaran
Missouri Mathematics Projectdalam kategori Baik. Rata-rata respons
siswa terhadap penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics
Projectdiperoleh sebesar 71,8% termasuk dalam kategori cukup baik.
2. Hasil Analisis Statistik Inferensial
Hasil analisis statistik inferensial dimaksudkan untuk menguji
hipotesis penelitian yang telah dirumukan.
a. Uji Prasyarat
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu
dilakukan uji prasyarat. Uji prasyarat yang dilakukan adalah uji
normalitas data dan uji homogenitas data.
1) Normalitas Data
Uji normalitas data yang digunakan adalah uji
Kolmogorov-Smirnov Test. Tujuannya adalah untuk
mengetahui bahwa data penelitian berasal dari populasi yang
57
berdistribusi normal. Berikut hasil uji normalitas data disajikan
pada Tabel 4.9:
Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Normalitas Data
Prostest Nilai Gain
Syarat Normalitas Nilai p > 0,05
Nilai p 0,662 0,066
Hasil 0,662> 0,05 0,066> 0,05
Kesimpulan Data Berdistribusi
Normal
Data Berdistribusi
Normal
Berdasarkan Tabel 4.9, hasil uji normalitas data
berdasarkan pada nilai p. Untuk nilai protest diperoleh nilai p
sebesar 0,662 lebih besar dari nilai p= 0,05 (0,662> 0,05)
artinya data nilai protest berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Sedangkan untuknilai gain diperoleh
nilai p sebesar 0,066 lebih besar dari nilai p= 0,05 (0,066>
0,05) artinya data nilai gain berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas data yang digunakan adalah uji
Levene. Tujuannya adalah untuk mengetahui bahwa data
penelitian berasal dari variansi yang homogen. Berikut hasil uji
homogenitas data disajikan pada Tabel 4.10:
58
Tabel 4.10 Hasil Analisis Uji Homogenitas Data
Hasil Uji Levene
Syarat Homogenitas Nilai p > 0,05
Nilai p
Hasil 0,560> 0,05
Kesimpulan Data Homogen
Berdasarkan Tabel 4.10, hasil uji homogenitas data
berdasarkan pada nilai p. Hasil uji Levene diperoleh nilai p
sebesar 0,560 lebih besar dari nilai p= 0,05 (0,560> 0,05)
artinya baik data pretest maupun data postest berasal dari
variansi yang homogen.
b. Uji Hipotesis
Adapun hipotesisnya sebagai berikut:
1) H0: μ= 77,9 lawan H1 : μ > 77,9
Keterangan : μ = parameter rata-rata postest
2) H0: π=0,85 lawan H1 : π >0,85
Keterangan : π= parameter proporsi siswa yang mencapaiKKM
3) H0: μg= 0,30 lawan H1 : 𝜇𝑔 > 0,30
Keterangan : μg = parameter rata-rata gain postest
Hasil uji-t satu sampel (one sample t-test) untuk nilai
postest dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut:
59
Tabel 4.11 Hasil Uji-t One Sample t-Test Untuk Nilai Posttest
Hasil Uji-t Nilai Postest
Hipotesis H0: μ= 77,9 lawan H1 : μ > 77,9
Keterangan : μ = parameter rata-rata postest
Kriteria H0 diterima jika nilai p-value> 0,05
H0 ditolak jika nilai p-value< 0,05
Nilai p-value 0,000
Hasil 0,000< 0,05
Kesimpulan H0 ditolak
Berdasarkan Tabel 4.11, hasil uji-t satu sampel (one sample
t-test) untuk nilai postest diperoleh nilai p-value = 0.002. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai p-value = 0,000< 0,05 sehingga H0
ditolak. Ini berarti bahwa nilai rata-rata postest secara signifikan
lebih dari 77,9. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara inferensial,
rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswasetelah
diterapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project.
Mengalami peningkatan.
Berikut hasil uji-t satu sampel (one sample t-test) untuk
nilai gain ternormalisasi dapat dilihat pada Tabel 4.12berikut:
Tabel 4.12 Hasil Uji-t One Sample t-Test Untuk Nilai Gain
ternormalisasi
Hasil Uji-t Nilai Gain
Hipotesis H0: μg= 0,29 lawan H1 : μg> 0,29
Keterangan : μg = parameter rata-rata
gain posttest
Kriteria H0 diterima jika nilai p-value> 0,05
60
H0 ditolak jika nilai p-value< 0,05
Nilai p-value 0,000
Hasil 0,000< 0,05
Kesimpulan H0 ditolak
Berdasarkan Tabel 4.12, hasil uji-t satu sampel (one
sample t-test) untuk nilai gain ternormalisasi diperoleh nilai p-
value = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p-value 0,000<
0,05 sehingga H0 ditolak. Ini berarti bahwa nilai rata-rata gain
ternormalisasi secara signifikan lebih dari 0,29. Jadi dapat
disimpulkan bahwa secara inferensial, rata-rata nilai gain
ternormalisasi telah terpenuhi sesuai yang diharapkan.
Berikut hasil uji proporsi tunggal (Binomial Test) untuk
ketuntasan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswasetelah diterapkan model pembelajaran Missouri Mathematics
Project.dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut:
Tabel 4.13 Hasil Uji Proporsi Tunggal (Binomial Test) untuk
Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Setelah diterapkan model
pembelajaran Missouri Mathematics Project.(Nilai
Postest)
Hasil Uji Proporsi Tunggal Nilai KKM
Hipotesis H0: π=0,849 lawan H1 : π > 0,849
Keterangan : π= parameter proporsi siswa yang
mencapai KKM
Kriteria H0 diterima jika nilai p-value> 0,05
H0 ditolak jika nilai p-value< 0,05
Nilai p-value 0,000
61
Hasil 0,001 < 0,05
Kesimpulan H0 ditolak
Berdasarkan Tabel 4.13, hasil proporsi tunggal (Binomial
Test) untuk ketuntasan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswasetelah diterapkan model pembelajaran Missouri Mathematics
Project.diperoleh nilai p-value = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai p-value 0,000< 0,05 sehingga H0 ditolak. Ini berarti bahwa
ketuntasan klasikal kemampuan pemecahan masalah matematika
siswasetelah diterapkan model pembelajaran Missouri Mathematics
Project.secara signifikan lebih dari 0,849. Jadi dapat disimpulkan
bahwa secara inferensial, ketuntasan klasikal kemampuan
pemecahan masalah matematika siswameningkat setelah diterapkan
model pembelajaran Missouri Mathematics Project.
B. Deskripsi Hasil Wawancara
Hasil analisis data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara siswa yang
kaitannya dengan indikator tes kemampuan pemecahan masalah matematika yang
telah dikerjakan. Ada delapan soal tes kemampuan pemecahan masalah
matematika yang telah dikerjakan oleh siswadengan menerapkan model
pembelajaran Missouri Mathematics Project dalam proses pembelajaran. Dalam
penyelesaian tes tersebut terdapat indikator kemampuan pemecahan masalah
matematika yang dinilai meliputi 1) Memahami masalah (understanding the
problem); 2) Membuat rancangan pemecahan masalah (divising a plan); 3)
Melaksanakan rancangan pemecahan masalah (carry out the plan) dan 4)
62
Memeriksa hasil kembali (looking back). Wawancara dilakukan pada dua orang
siswa yang bernama Kurniawan (KRNWN) dan Audy Ramadani (AR). Berikut
paparan hasil wawancara dengan siswa ditinjau dari kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa yaitu:
1. Narasumber 1 : KRNWN
a) Memahami masalah (understanding the problem)
Pada langkah ini siswa harus dapat menentukan data-data
yang diketahui, data apa yang dapat diketahui dari data yang sudah
ada, dan hal apa yang akan ditanyakan. Berikut beberapa penggalan
hasil wawancara peneliti dengan narasumber 1 yaitu:
Peneliti : Kalau begitu bagaimana penyelesaian soal
ini (sambil tunjuk soal post test no.6)?
Narasumber 1 : Kalau yang itu kak. Pertama tulis dulu yang
diketahui sama yang ditanyakan kak
Peneliti : Apa yang diketahui sama ditanyakan dek?
Narasumber 1 : Yang diketahui itu titik A (-4,3) sama garis
ℎ ∶ 3𝑦 = −5𝑥 + 6. garisnya juga sejajar.
Terus yang ditanyakan itu garis g kak
(jawaban narasumber 1 sesuai dengan
jawaban tertulis sebagai berikut)
63
Dari paparan tersebut terlihat bahwa hasil wawancara
sesuai dengan jawaban tertulis siswa. Narasumber 1 secara lisan
mampu menyebutkan unsur-unsur yang diketahui dan apa yang
ditanyakan dari soal sesuai dengan jawaban tertulis narasumber 1,
sehingga peneliti menginterpretasi bahwa narasumber 1
memahami masalah yang diberikan.
b) Membuat rancangan pemecahan masalah (divising a plan)
Pada langkah ini siswa menentukan strategi yang akan
digunakan dalam penyelesaian suatu masalah.Berikut beberapa
penggalan hasil wawancara peneliti dengan narasumber 1 yaitu:
Peneliti : Terus apa lagi langkah-langkanya dek?
Narasumber 1 : ee, itu kak membuat rancangan
Peneliti : Apa mi itu rancangannya? Bisa ki langsung
tentukan?
Narasumber 1 : eee itu kak,
1. Misalkan dulu yang titik A
kak−4 𝑖𝑡𝑢 𝑥13 𝑖𝑡𝑢 𝑦1
2. Cari gradiennya h kak
3. Trus cari mi gradien g kak pakai rumus
(jawaban narasumber 1 sesuai dengan
jawaban tertulis sebagai berikut)
Peneliti : Kenapa kita misalkan yang titik A dek:
Narasumber 1 : Itu kak, supaya dikasi masuk nanti nilainya
dirumus kak
Peneliti : Apa rumusnya dek kalau mau dicari garis g
nya? Bagaimana itu yang sejajarnya?
Narasumber 1 : iyye kak, eee 𝑦 − 𝑦1 = 𝑚(𝑥 − 𝑥1) kak. Itu
kan bilang ki kalau sejajar itu sama ji nilai
mnya kak.
(jawaban narasumber 1 sesuai dengan
64
jawaban tertulis sebagai berikut)
Peneliti : Kenapa gunakan rumus yang itu dek
?(sambil tunjuk rumus yang ditulis)
Narasumber 1 : itu kak, karena mau dicari persamaan
garisnya g, jadi rumus begitu dipakai.
Dari paparan tersebut terlihat bahwa hasil wawancara
sesuai dengan jawaban tertulis siswa. Narasumber 1 secara lisan
mampu menyebutkan rancangan pemecahan masalah yang
digunakan dalam menjawab soal dan sesuai dengan jawaban
tertulis narasumber 1, sehingga peneliti menginterpretasi bahwa
narasumber 1 mampu membuat rancangan pemecahan masalah
yang berkaitan dengan soal yang diberikan..
c) Melaksanakan rancangan pemecahan masalah (carry out the plan)
Pada langkah ini siswa melaksanakan proses penyelesaian
masalah sesuai dengan rencana pemecahan masalah yang telah
disusun sebelumnya.Berikut beberapa penggalan hasil wawancara
peneliti dengan narasumber 1 yaitu:
Peneliti : Oh iya. Kalau sudah buat rancangan apa
lagi?
Narasumber 1 : itu kak, dikerja mi kak sesuai itu langkah-
langkahnya (sambil kerja langkah-
langkahnya)
(jawaban narasumber 1 sesuai dengan
jawaban tertulis sebagai berikut)
65
Dari paparan tersebut terlihat bahwa hasil wawancara
sesuai dengan jawaban tertulis siswa. Narasumber 1 mampu
melaksanakan rancangan pemecahan masalah dengan menuliskan
kembali langkah-langkah menyelesaikan masalah, sehingga
diperoleh penyelesaian dari masalah tersebut yakni
d) Memeriksa hasil kembali (looking back).
Pada langkah ini siswa memeriksa kembali setiap langkah
yang telah dikerjakan, untuk memastikan bahwa setiap langkah atau
proses penyelesaian dianggap sudah benar.narasumber 1 yaitu:
Peneliti : Nah kalau sudah mi, diapa lagi?
Narasumber 1 : itu kak, langkah terakhir mi yang periksa
ulang,, ee betul mi kah jawaban yang
didapat
Peneliti : Bagaimana cara periksa ulangnya dek ?
Narasumber 1 : itu kak, dikasi masuk itu titik A ke
persamaan yang didapat kak. Kalau sama ji
nilainya betul mi kak
(jawaban narasumber 1 sesuai dengan
jawaban tertulis sebagai berikut)
Dari paparan tersebut terlihat bahwa hasil wawancara tidak
sesuai dengan jawaban tertulis siswa, pada tahapan memeriksa
kembali, siswa hanya menuliskan kesimpulan dari soal tanpa
66
melakukan pemeriksaan kembali dengan memasukkan titik A ke
persamaan garis yang diperoleh. Dengan demikian,peneliti
menginterpretasikan bahwa narasumber 1 belum dapat menuliskan
pemeriksaan kembali kebenaran jawaban yang diperoleh dengan
menunjukkan cara memeriksa kebenaran jawaban yakni menguji
kembali titik A ke persamaan yang telah diperoleh sebelumnya.
2. Narasumber 2: AR
a) Memahami masalah (understanding the problem)
Pada langkah ini siswa harus dapat menentukan data-data
yang diketahui, data apa yang dapat diketahui dari data yang sudah
ada, dan hal apa yang akan ditanyakan. Berikut beberapa penggalan
hasil wawancara peneliti dengan narasumber 2 yaitu:
Peneliti : Kalau begitu bagaimana penyelesaian soal
ini (sambil tunjuk soal post test no.6)?
Narasumber 1 : dikerja pakai itu 4 langkah kak?
1. Tulis dulu yang diketahui sama
ditanyakan
2. Buat rancangan
3. Melaksanakan rancangan
4. Memeriksa kembali
Peneliti : Apa yang diketahui sama ditanyakan dek?
Narasumber 1 : Yang diketahui itu titik A (-4,3) sama garis
ℎ ∶ 3𝑦 = −5𝑥 + 6. Terus yang ditanyakan itu garis g yang
sejajar h kak
67
Dari paparan tersebut terlihat bahwa hasil wawancara
sesuai dengan jawaban tertulis siswa. Narasumber 2 secara lisan
mampu menyebutkan unsur-unsur yang diketahui dan apa yang
ditanyakan dari soal sesuai dengan jawaban tertulis narasumber 2,
sehingga peneliti menginterpretasi bahwa narasumber 2
memahami masalah yang diberikan.
b) Membuat rancangan pemecahan masalah (divising a plan)
Pada langkah ini siswa menentukan strategi yang akan
digunakan dalam penyelesaian suatu masalah.Berikut beberapa
penggalan hasil wawancara peneliti dengan narasumber 2 yaitu:
Peneliti : Terus apa lagi langkah-langkahnya dek?
Narasumber 1 : ee, itu kak membuat rancangan
Peneliti : Apa mi itu rancangannya? Bisa ki langsung
tentukan?
Narasumber 1 : eee itu kak,
1. Cari gradiennya h kak
2. Misalkan dulu yang titik A
kak−4 𝑖𝑡𝑢 𝑥13 𝑖𝑡𝑢 𝑦1
3. Terus cari mi gradien g kak pakai rumus
4. periksa kembali
(jawaban narasumber 2 sesuai dengan
jawaban tertulis sebagai berikut)
Peneliti : Kenapa kita misalkan yang titik A dek:
Narasumber 1 : begitu memang kak, karena mau nanti dikasi
masuk dirumus kak
Peneliti : Apa rumusnya dek kalau mau dicari garis g
68
nya? Bagaimana itu yang sejajarnya?
Narasumber 1 : iyye kak, eee 𝑦 − 𝑦1 = 𝑚(𝑥 − 𝑥1) kak. Itu
kan bilang ki kalau sejajar itu sama ji nilai
mnya kak. (jawaban narasumber 2 sesuai
dengan jawaban tertulis sebagai berikut)
Peneliti : Kenapa gunakan rumus yang itu dek
?(sambil tunjuk rumus yang ditulis)
Narasumber 1 : begitu kalau mau ki tentukan persamaan
garisnya kak
Dari paparan tersebut terlihat bahwa hasil wawancara
sesuai dengan jawaban tertulis siswa. Narasumber 2 secara lisan
mampu menyebutkan rancangan pemecahan masalah yang
digunakan dalam menjawab soal dan sesuai dengan jawaban
tertulis narasumber 2, sehingga peneliti menginterpretasi bahwa
narasumber 2 mampu membuat rancangan pemecahan masalah
yang berkaitan dengan soal yang diberikan..
c) Melaksanakan rancangan pemecahan masalah (carry out the plan)
Pada langkah ini siswa melaksanakan proses penyelesaian
masalah sesuai dengan rencana pemecahan masalah yang telah
disusun sebelumnya.Berikut beberapa penggalan hasil wawancara
peneliti dengan narasumber 2 yaitu:
Peneliti : Oh iya. Kalau sudah buat rancangan apa
lagi?
Narasumber 1 : itu kak, dikerja mi kak sesuai itu langkah-
langkanya (sambil kerja langkah-
langkahnya) (jawaban narasumber 2 sesuai
dengan jawaban tertulis sebagai berikut)
69
Dari paparan tersebut terlihat bahwa hasil wawancara
sesuai dengan jawaban tertulis siswa. Narasumber 2 mampu
melaksanakan rancangan pemecahan masalah dengan menuliskan
kembali langkah-langkah menyelesaikan masalah, sehingga
diperoleh penyelesaian dari masalah tersebut yakni
d) Memeriksa hasil kembali (looking back).
Pada langkah ini siswa memeriksa kembali setiap langkah
yang telah dikerjakan, untuk memastikan bahwa setiap langkah atau
proses penyelesaian dianggap sudah benar.narasumber 2 yaitu:
Peneliti : Nah kalau sudah mi, diapa lagi?
Narasumber 1 : itu kak, langkah terakhir mi yang periksa
ulang,, ee betul mi kah jawaban yang
didapat
Peneliti : Bagaimana cara periksa ulangnya dek ?
Narasumber 1 : itu kak, dikasi masuk itu titik A ke
persamaan yang didapat kak. Kalau sama ji
nilainya betul mi kak (jawaban narasumber
2 sesuai dengan jawaban tertulis sebagai
berikut)
70
Dari paparan tersebut terlihat bahwa hasil wawancara
sesuai dengan jawaban tertulis siswa. pada tahapan memeriksa
kembali, siswa mampu melakukan pemeriksaan kembali dengan
memasukkan titik A ke persamaan garis yang diperoleh. Dengan
demikian, peneliti menginterpretasikan bahwa narasumber
2mampu menuliskan pemeriksaan kembali kebenaran jawaban
yang diperoleh dengan menunjukkan cara memeriksa kebenaran
jawaban yakni menguji kembali titik A ke persamaan yang telah
diperoleh sebelumnya.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi peneliti di SMP Negeri 9 Parepare, dan
setelah memberikan test kepada siswa kelas VIII 3 jauh berbeda dengan nilai post
testnya. Kemudian setelah data nilai pretest dianalisis dapat disimpulkan bahwa
hasil pretest siswa kelas VIII 3 lebih kecil daru nila KKM.
Berdasarka hasil posttest, nilai maksimum kelas ekperimen yang
memperoleh pebelajaran matematika dengan menggunakan model Missouri
Mathematics Project lebih baik dan meningkat dibandingan sebelumnya. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan perlakuan. Sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Dewi 2014) menyebutkan bahwapeningkatan kemampuan
pemecahan masalahmatematis siswa yang mendapat modelpembelajaran Missouri
Mathematics Project lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan
menggunakan model konvensional.
71
Pada kelas eksperimen yaitu kelas yang memperoleh pembelajaran
matematika dengan menggunakan model Missouri Mathematics Project siswa
lebih cepat memahami materi yang diajarkan dan siswa mampu mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah matematis karena pada model pembelajaran
Missouri Mathematics Projectpenggunaan latihan – latihan yang berupa latihan
terkontrol atau Lembar Kerja Siswa (LKS), tugas mandiri dan tugas tindak lanjut
dapat dioptimalkan sehingga siswa lebih banyak berlatih mengerjakan soal – soal
yang diberikan. Olehkarena itu, siswa mampu mengembangkan kemampuan
pemecahan maslah matematisnya berdasarkan pada pengalamannya. Hal ini sesuai
dengan keunggulan model Missouri Matehematics Project dimana pada model ini
penggunaan latihan-latihan sangat dioptimalkan. Keadaan ini memungkinkan
siswa memperoleh pengalaman yang lebih baik dalam menyelesaikan masalah
matematika.
Hasil uji-t satu sampel (one sample t-test) untuk nilai postest diperoleh
nilai p-value = 0.002. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p-value = 0,000< 0,05
sehingga H0 ditolak. Ini berarti bahwa nilai rata-rata postest secara signifikan
lebih dari 77,9. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara inferensial, rata-rata
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa mengalami peningkatan
setelah diterapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project.
Berdasarkan nilai pretest dan postest, maka peningkatan tes kemampuan
pemecahan masalah matematika dengan menerapkan model pembelajaran
Missouri Mathematics Project dapat dihitung dengan rumus gain ternormalisasi.
Adapun hasil analisis data gain yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata nilai
72
gain yang diperoleh sebesar 0,8 (kategori tinggi) dengan klasifikasi tidak ada
siswa yang peningkatan tes kemampuan pemecahan masalah matematikanya
berada pada kategori rendah dan terdapat 27 siswa (90%) yang peningkatan tes
kemampuan pemecahan masalah matematikanya berada pada kategori tinggi dan
hanya 3siswa (10%) yang peningkatan tes kemampuan pemecahan masalah
matematikanya berada pada kategori sedang.
Hasil proporsi tunggal (Binomial Test) untuk ketuntasan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa setelah diterapkan model pembelajaran
Missouri Mathematics Project.diperoleh nilai p-value = 0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai p-value 0,000 < 0,05 sehingga H0 ditolak. Ini berarti
bahwa ketuntasan klasikal kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
setelah diterapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project.secara
signifikan lebih dari 0,849. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara inferensial,
ketuntasan klasikal kemampuan pemecahan masalah matematika siswa setelah
diterapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project.telah terpenuhi.
Berdasarkan hasil analisis data respon siswa, dapat dilihat bahwa rata-rata
respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaranMissouri Mathematics
Projectdalam kategori sangat baik, dilihat dari hasil analisis angket respon siswa
dimana rata-rata respon siswa terhadap penerapan model Missouri Mathematics
Project diperoleh sebesar 71,8% termasuk dalam kategori cukup baik.
Indikator peningkatankemampuan pemecahan masalahmatematika siswa
dilihat dari nilai postest, nilai gain ternormalisasi, dan ketuntasan klasikal.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa: (1) rata-rata nilai
73
postestsiswamemenuhi nilai KKM yang ditetapkan yaitu 78 baik secara deskriptif
dan inferensial; (2) rata-rata nilai gain ternormalisasi melebihi kategori sedang
(0,29) baik itu secara deskriptif maupun inferensial; dan (3) siswa telah tuntas
secara klasikal berdasarkan uji proporsi. Dengan demikian kemampuan
pemecahan masalahmatematika siswameningkat setelah diterapkan model
pembelajaran Missouri Mathematics Project
74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dipaparkan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa meningkat
setelah diajar dengan menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics
Project pada siswa kelas VIII 3 SMP Negeri 9 Parepare., yang ditunjukkan
sebagai berikut:
1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII 3 yang diajar
dengan menerapkan model Missouri Mathematics Projectdinilai berdasarkan
indikator kemampuan pemecahan masalah matematika yaitu 1) memahami
masalah; 2) membuat rancangan pemecahan masalah; 3) melaksanakan
rancangan pemecahan masalah; dan 4) memeriksa kembali.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII 3 SMP
Negeri 9 Parepare mengalami peningkatan yang ditunjukkan oleh:
a. Nilai rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
sebelum penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics
Projectsebesar 20,60 meningkat menjadi sebesar 84,73 setelah
penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Projectdengan
rata-rata peningkatan sebesar 0,8 (kategori tinggi).
b. Tidak ada siswa yang tuntas belajar sebelum penerapan model
pembelajaran Missouri Mathematics Project meningkat menjadi 26
75
siswa (86,7%) yang tuntas belajartatau mencapai standar KKM yang
ditetapkan yaitu lebih besar sama dengan 78setelah penerapan model
pembelajaran Missouri Mathematics Project.
c. Respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran Missouri
Mathematics Projectsebesar 71,8% termasuk dalam kategori cukup
baik.
d. Aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran memperoleh nilai rata-
rata persentase aktivitas siswa sebesar 70,0% termasuk dalam kategori
cukup.
e. Hasil uji hipotesis menunjukkan:
1) Nilai rata-rata postest siswa memenuhi nilai KKM yang ditetapkan
yaitu lebih besar sama dengan 78 dengan nilai p-value = 0,000<
0,05 sehingga H0 ditolak. Ini berarti bahwa nilai rata-rata postest
secara signifikan lebih dari 77,9.
2) Rata-rata nilai gain ternormalisasi melebihi kategori sedang baik
dengan nilai p-value 0,000< 0,05 sehingga H0 ditolak. Ini berarti
bahwa nilai rata-rata gain ternormalisasi secara signifikan lebih dari
0,29.
3) Nilai postest yang diperoleh siswa telah tuntas secara klasikal
berdasarkan uji proporsi dengan nilai p-value 0,000< 0,05 sehingga
H0 ditolak. Ini berarti bahwa ketuntasan klasikal kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa setelah diterapkan model
76
pembelajaran Missouri Mathematics Project.secara signifikan lebih
dari 0,849.
B. Saran
Mengacu pada pembahasan penelitian dan kesimpulan, maka disarankan
kepada:
1. Para peneliti untuk dapat melakukan penelitian yang lebih luas dan
mendalam untuk mendapatkan gambaran yang lebih umum tentang
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
2. Guru juga diharapkan mampu menerapkan berbagai pendekatan, metode
dan model pembelajaran matematika yang mampu memberikan pemahaman
konsep yang baik pada siswa agar konsep tersebut dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan dan dapat meningkatkan mutu
pembelajaran matematika.
77
DAFTRA PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono.2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Anonim. http://amustofa70.wordpress.com, diakses pada 11 Agustus 2017
Ansori, Hidayah. Penerapan Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Di SMP.
Skripsi.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2006.
Jakarta: Depdiknas.
Erman Suherman. dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: Jica.UPI
Farahdila, Nova. Eksperimentasi Model Pembelajaran Missouri Mathematics
Project Pada Materi Pokok Luas Permukaan Serta Volume Prisma dan
Limas Ditinjau Dari Kemampuan Spasial Siswa Kelas VIII. Skripsi.
Israni, Hardini dan Dewi Puspiasari. (2012). Srategi Pembelajaran Terpadu.
Yogyakarta: Familia.
Hudojo, Herman. 2001. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan kebudayaan.
_____________. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang.
Krismanto, M.Sc. 2003. Beberapa Teknik, Model dan Strategi dalam
Pembelajaran Matematika. PPPG Matematika. Yogyakarta.
Khususwanto. 2008. Model Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan
Pendekatan Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Peserta didik. Skripsi: FPMIPA UPI. (Online)
Terdapat pada: a-
research.upi.edu/operator/upload/s_mat_0603386_chapter3.pdf. Diakses
tanggal 18 Agustus 2017.
Jannah, Miftahul. 2013.“Penerapan Model Missouri Mathematics Project (MMP)
UntukMeningkatkan Pemahaman dan Sikap Positif Siswa pada Materi
Fungsi SMK Kelas XI Tahun Ajaran2012/2013”, (Jurnal Pendidikan
Matematika Solusi Vol. 1 No. 1 Maret 2013), h. 2-3.
78
Jihad,AsepdanAbdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi.
Pressindo
Marpaung, Y. 2008. Pembelajaran Matematika dengan Model PMRI. Yogyakrta:
PPPG Matematika.
NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston : NCTM
Nurkancana, Wayan danSunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya:
Usaha Nasional.
O’Connel, Susan. 2007. Introduction to Problem Solving.
Portsmouth: Heinemann.
Purwanto, M. Ngalim. 2002. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan pengajaran dikelas. Jakarta: Rineka Cipta
Slavin, Robert E, 2005, Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik,.
Bandung: Nusa Media.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&B. Bandung:
Aflabeta.
Sunawan. 2008. Pengaruh Pembelajaran Model Missouri Mathematics Project
terhadap Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP ditinjau dari
Intelegence Quetiont (IQ). Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Grasindo
Widdiharto, Rachmadi. 2004. Model-model Pembelajaran Matematika SMP.
Yogyakarta: Depdiknas.
Winkel, W.s. 2014. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Sketsa.
top related