skripsi eca triani pskg universitas sriwijaya palembang 2012
Post on 03-Aug-2015
366 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PREVALENSI MUCOCELE DAN RANULA DI POLI GIGI DAN MULUT
RSUP DR. MOHAMMAD HUSEN PALEMBANG
PERIODE JANUARI 2009 - JUNI 2012
SKRIPSI
Oleh :
E C A T R I A N I
0 4 0 8 1 0 0 4 0 5 3
Pembimbing 1 : Drg. ADIPRABOWO JAKTIONO, SpBM
Pembimbing 2 : Drg. PURWANDITO PUJORAHARJO
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak lesi di dalam rongga mulut yang terjadi melibatkan kelenjar saliva.
Contoh lesi di dalam rongga mulut yang melibatkan kelenjar saliva adalah mucocele
dan ranula. Lesi tersebut menyebabkan terbentuknya massa atau pembengkakan yang
dapat menimbulkan gangguan dalam rongga mulut. Untuk mengatasi hal itu, dokter
gigi harus mampu mengenali gejala penyakit serta mengetahui perawatan yang harus
dilakukan.1
Mucocele muncul sebagai nodul asimtomatik, berwarna kebiruan, lunak, dan
berfluktuasi. Diameter mucocele 1 milimeter hingga beberapa centimeter, tetapi
umumnya berdiameter kurang dari 1 cm. Mucocele dilapisi oleh epitel membentuk
kubah tetapi ada pula yang tidak dilapisi oleh epitel. Mucocele terjadi tunggal dan
jarang secara bilateral. Mucocele terbentuk akibat trauma pada duktus kelenjar saliva
minor, serta dapat terjadi karena obat-obatan yang memiliki efek mengentalkan
ludah. Manifestasi klinis dapat bervariasi tergantung pada ukuran. Lokasi paling
umum adalah bibir bawah antara garis tengah dan komisura, tetapi dapat timbul juga
di lokasi lain seperti mukosa pipi, palatum, dasar mulut, dan ventral lidah.1-5
Cohen dan kawan-kawan,5 mengamati bahwa dari 63 kasus mucocele, 82%
ditemukan di bibir bawah, 8% pada mukosa bukal, 3% di daerah retromolar dan 1%
di palatum. Armed Forces Institute of Pathology,5 mengumpulkan 2.339 data tentang
1
kasus mucocele dan menemukan bahwa 33,0% terjadi di bibir bawah, 7,7% pada
mukosa bukal, 6,3% di dasar mulut, 6,1% di lidah dan hanya 0,4% di bibir atas.5
Mucocele sering terjadi pada individu muda.6 Di Santo Paulo, Brazil pada
tahun 1991 hingga 2006, dari 104 pasien mucocele terdapat 36 pasien (34,6%)
berusia kurang dari 15 tahun dan yang termuda berusia 2 tahun.6 Penelitian lain dari
Yamasoba dan kawan-kawan,6 melaporkan 70 pasien mucocele berusia 2-63 tahun
dengan 70% pasien berusia kurang dari 20 tahun. Oliveira dan kawan-kawan juga
melaporkan dari 112 pasien mucocele, 62% berusia kurang dari 20 tahun.6
Frekuensi Mucocele berdasarkan predileksi jenis kelamin tidak ada
perbedaan.7,8 Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa mucocele lebih banyak
terjadi pada laki-laki daripada perempuan, tetapi ada pula hasil penelitian yang
menyebutkan bahwa perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Penelitian dari
Rumah Sakit Nepal periode Januari 2009 - Juni 2010,9 melaporkan 21 kasus
mucocele, 12 kasus (57%) adalah laki-laki dan 9 kasus (43%) adalah perempuan.
Penelitian serupa dari Departemen Kesehatan di Milano periode tahun 1994-2008
terdapat 158 kasus mucocele, 93 kasus adalah laki-laki dan 65 kasus adalah
perempuan.10 Penelitin lain dari Santo Paulo Brazil, dari 36 pasien terdapat 26 orang
pasien adalah perempuan dan 10 orang laki-laki.6
Ranula merupakan suatu pembengkakan yang berisi mucin di dasar mulut.
Diameter berkisar 1-6 cm, mukosa terlihat menegang, berwarna kebiruan dan terlihat
seperti perut katak. Etiologi ranula belum diketahui tetapi diduga akibat trauma dan
aneurisma duktus kelenjar saliva mayor. Secara umum ranula dibedakan atas dua tipe
1
yaitu ranula superfisial dan plunging ranula. Ranula superfisial tampak sebagai suatu
pembengkakan lunak, dapat ditekan, dan timbul dari dasar mulut sedangkan plunging
ranula adalah ranula yang menerobos di bawah otot milohiodeus dan menimbulkan
pembengkakan submental.2,4,11
Hasil penelitian dari Rumah Sakit Anak Valencia periode tahun 1998-2008
dari 57 pasien ranula, tiga puluh dua kasus ranula terletak di sisi kiri dasar mulut.
Diameter bervariasi yaitu 27 kasus berukuran 1-3 cm, 22 kasus kurang dari 1 cm, dan
8 kasus lebih dari 3 cm. Ranula muncul tanpa gejala, 54 kasus asimtomatik dan 3
kasus lain nyeri saat menelan.12
Ranula sering terjadi pada individu muda dan beberapa penelitian
menyebutkan ranula lebih sering terjadi pada perempuan.8,12,13 Penelitian dari Unit
Bedah Oral dan Maksilofasial Rumah Sakit Anak Valencia periode tahun 1998-2008
terdapat 57 pasien ranula, 21 anak laki-laki dan 36 anak perempuan dengan usia rata-
rata 5,1 tahun.12 Penelitian lain dari Unit Bedah Oral dan Maksilofasial Rumah Sakit
Al-Hada periode tahun 2005-2008 terdapat 24 kasus ranula, 10 kasus adalah laki-laki
dan 14 kasus adalah perempuan.8
Berdasarkan uraian di atas, masalah mucocele dan ranula harus lebih
diperhatikan oleh tenaga medis khususnya dokter gigi karena dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dan gangguan dalam rongga mulut. Pengetahuan masyarakat
mengenai mucocele dan ranula yang masih rendah juga mendorong penulis untuk
meneliti prevalensi mucocele dan ranula dengan melihat data rekam medik di Poli
Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 –
1
Juni 2012. Penulis memilih RSUP Dr. Mohammad Hoesin karena rumah sakit
tersebut merupakan rumah sakit rujukan terbesar di Sumatera Bagian Selatan,
sehingga dapat menjadi sumber informasi yang lengkap untuk dilakukan penelitian.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan
beberapa masalah, yaitu :
1. Berapa prevalensi mucocele di Poli Gigi dan Mulut RSUP. Dr. Mohammad
Hoesin Palembang periode Januari 2009 – Juni 2012?
2. Berapa prevalensi mucocele berdasarkan jenis kelamin di Poli Gigi dan Mulut
RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 – Juni 2012?
3. Berapa prevalensi mucocele berdasarkan umur di Poli Gigi dan Mulut RSUP. Dr.
Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 - Juni 2012?
4. Berapa prevalensi ranula di Poli Gigi dan Mulut RSUP. Dr. Mohammad Hoesin
Palembang periode Januari 2009 - Juni 2012?
5. Berapa prevalensi ranula berdasarkan jenis kelamin di Poli Gigi dan Mulut RSUP.
Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 - Juni 2012?
6. Berapa prevalensi ranula berdasarkan umur di Poli Gigi dan Mulut RSUP. Dr.
Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 - Juni 2012?
1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui prevalensi mucocele di Poli Gigi dan Mulut RSUP. Dr. Mohammad
Hoesin Palembang periode Januari 2009 - Juni 2012.
2. Mengetahui prevalensi mucocele berdasarkan jenis kelamin di Poli Gigi dan Mulut
RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 - Juni 2012.
3. Mengetahui prevalensi mucocele berdasarkan umur di Poli Gigi dan Mulut RSUP.
Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 - Juni 2012.
4. Mengetahui prevalensi ranula di Poli Gigi dan Mulut RSUP. Dr. Mohammad
Hoesin Palembang periode Januari 2009 - Juni 2012.
5. Mengetahui prevalensi ranula berdasarkan jenis kelamin di Poli Gigi dan Mulut
RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 - Juni 2012.
6. Mengetahui prevalensi ranula berdasarkan umur di Poli Gigi dan Mulut RSUP.
Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 - Juni 2012.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Peneliti
Memperoleh pengetahuan tentang besarnya prevalensi mucocele dan ranula
serta mendapatkan pengalaman melaksanakan penelitian di Poli Gigi dan Mulut
RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
1
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber referensi dan
acuan penelitian berikutnya, khususnya mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas
Sriwijaya.
1.4.3 Bagi Institusi Rumah Sakit
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran
mengenai mucocele dan ranula sehingga kasus-kasus tersebut dapat ditangani dengan
baik.
1.4.4 Bagi Masyarakat
Diharapkan dengan penelitian ini masyarakat memperoleh informasi yang
benar mengenai mucocele dan ranula serta dapat menghilangkan kebiasaan buruk
yang menjadi penyebab penyakit tersebut.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelenjar Saliva
2.1.1 Definisi
Kelenjar saliva terletak di sekitar mulut dan tenggorokan. Kelenjar saliva
berfungsi memproduksi saliva yang bermanfaat untuk membantu pencernaan,
mencegah mukosa mulut dari kekeringan, memberikan perlindungan pada gigi
terhadap karies serta mempertahankan homeostasis. Kelenjar saliva terbagi menjadi
kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari
kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis (gambar 1).13,14
Gambar 1. Kelenjar Saliva13
1
2.1.2 Klasifikasi
2.1.2.1 Kelenjar Saliva Mayor
Kelenjar saliva mayor terdiri dari:
1. Kelenjar parotis
Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak bilateral pada
permukaan otot masseter yang berada di belakang ramus mandibula, di
anterior dan inferior telinga. Kelenjar ini menghasilkan sekret serosa yang
akan disalurkan melalui duktus Stensen yang keluar dari sebelah anterior
kelenjar, yaitu sekitar 1,5 cm di bawah zigoma. Duktus ini memiliki panjang
sekitar 4-6 cm dan berjalan ke anterior menyilang pada otot masseter, berputar
ke medial dan menembus otot buccinator dan berakhir di seberang molar
kedua atas.13,15,16
2. Kelenjar submandibularis
Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar saliva terbesar kedua setelah
kelenjar parotis. Kelenjar ini menghasilkan sekret mukus maupun serosa,
berada di submandibula yang pada bagian anterior dan posterior dibentuk oleh
otot digastrikus dan inferior oleh mandibula. Sekret dialirkan melalui duktus
Wharton yang keluar dari permukaan medial kelenjar dan berjalan di antara
otot milohyoid, dan otot hioglossus menuju otot genioglossus. Duktus ini
memiliki panjang kurang lebih 5 cm, berjalan bersama dengan nervus
hipoglossus di sebelah inferior dan nervus lingualis di sebelah superior,
kemudian berakhir di sebelah lateral frenulum lingual di dasar mulut.13,15
1
3. Kelenjar sublingualis
Kelenjar sublingualis merupakan kelenjar saliva mayor terkecil yang
mensekresi mukus. Kelenjar ini terletak pada dasar mulut antara mandibula
dan otot genioglossus di bagian lateral, sedangkan di bagian inferior dibatasi
oleh otot milohyoid.13,15
2.1.2.2 Kelenjar Saliva Minor
Kelenjar saliva minor merupakan kelenjar saliva berukuran kecil yang terletak
di dalam mukosa atau sub mukosa. Kelenjar saliva ini tersebar di regio bukal, labial,
palatum, lingual, dan juga dapat ditemukan pada superior tonsil palatina (kelenjar
Weber), pilar tonsilaris, serta di pangkal lidah. Kelenjar-kelenjar ini diberi nama
berdasarkan lokasi atau nama pakar yang menemukan.13,15,16 Kelenjar saliva labial
terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan asinus-asinus seromukus. Kelenjar
saliva bukal terdapat pada mukosa pipi. Kelenjar saliva Bladin-Nuhn atau yang sering
disebut kelenjar lingualis anterior terletak pada bagian bawah ujung lidah. Kelenjar
saliva Von Ebner terletak pada pangkal lidah, yang disebut juga kelenjar lingualis
posterior.16 Kelenjar saliva minor terutama menghasilkan cairan mukus, kecuali pada
kelenjar saliva Von Ebner yang menghasilkan cairan serosa.13,17
1
2.2 Mucocele
2.2.1 Definisi
Mucocele merupakan lesi mukosa oral yang jinak. Mucocele adalah istilah
klinis yang digunakan untuk menggambarkan pembengkakan akibat saliva yang
tersumbat oleh trauma lokal atau mekanik.7,17 Lesi kelenjar saliva ini terbentuk akibat
terjadi ruptur pada kelenjar atau duktus kelenjar saliva minor.1,17 Mucocele dapat
terjadi di setiap lokasi yang terdapat kelenjar saliva minor, seperti di mukosa pipi,
palatum, dasar mulut, dan ventral lidah (gambar 2), tetapi lebih sering ditemukan di
bibir bawah (gambar 3).1-3,5,17
Gambar 2. Mucocele pada anterior median line permukaan ventral lidah6
Gambar 3. Mucocele di bibir bawah5
2.2.2 Etiologi
1
Mucocele terbentuk akibat trauma lokal atau mekanik pada duktus kelenjar
saliva minor, akumulasi mukus dalam duktus ekskresi yang tersumbat, dan obat-
obatan yang berefek mengentalkan ludah.6-8,10,17,18
Mucocele yang disebabkan oleh trauma lokal atau mekanik disebut mucocele
ekstravasasi mukus.6,7,10,17 Trauma lokal atau mekanik ini menyebabkan suatu duktus
terputus, diikuti oleh akumulasi mukus di luar duktus kelenjar saliva dalam jaringan
ikat.4 Trauma lokal atau mekanik ini dapat disebabkan karena trauma pada mukosa
mulut yang melibatkan duktus kelenjar saliva minor akibat pengunyahan atau
kebiasaan buruk. Kebiasaan buruk ini misalnya kebiasaan menghisap mukosa bibir
antara gigi yang diastema, menggigit-gigit bibir, menggesek-gesekkan bagian ventral
lidah pada permukaan gigi rahang bawah dan pada anak yang memiliki kebiasaan
minum susu melalui botol atau dot.7
Mucocele yang diakibatkan karena akumulasi mukus dalam duktus ekskresi
yang tersumbat dan melebar disebut mucocele retensi mukus.7,10,17 Akumulasi mukus
dapat disebabkan karena batu kelenjar saliva (sialolith) yang menyebabkan obstruksi
pada kelenjar saliva minor. Obtruksi kelenjar saliva minor tersebut mengakibatkan
mukus terakumulasi, sehingga menimbulkan pembengkakan pada mukosa mulut yang
disebut mucocele.4,10,19
1
2.2.3 Klasifikasi
Berdasarkan etiologi, mucocele dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:6,10
1. Mucocele ekstravasasi mukus dengan etiologi trauma lokal atau mekanik
yang memutuskan suatu duktus, diikuti oleh akumulasi mukus di luar duktus
kelenjar saliva dalam jaringan ikat.4,18,20
2. Mucocele retensi mukus dengan etiologi plug mukus yang tersumbat akibat
batu kelenjar saliva (sialolith) atau inflamasi pada mukosa mulut yang
menyebabkan duktus kelenjar saliva tertekan dan tersumbat secara tidak
langsung.8,20
2.2.4 Patogenesis
Mucocele terjadi karena sumbatan pada duktus kelenjar saliva minor.
Sumbatan ini dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu trauma lokal atau mekanik
maupun karena akumulasi mukus yang tersumbat dalam duktus ekskresi. Kebiasaan
buruk seperti menggigit-gigit bibir, menghisap-hisap mukosa bibir, serta menggesek-
gesekkan bagian ventral lidah dapat menyebabkan ruptur pada duktus kelenjar saliva
minor. Duktus kelenjar saliva minor yang ruptur menyebabkan saliva keluar menuju
lapisan submukosa, sehingga cairan mukus terdorong dan hasil sekresi tertahan dan
terbentuk inflamasi yang mengakibatkan penyumbatan. Penyumbatan tersebut
menyebabkan pembengkakan lunak, berfluktuasi, translusen kebiruan pada mukosa
mulut yang disebut mucocele.1,21 Mucocele banyak ditemukan di bibir bawah, namun
1
dapat juga ditemukan di bagian lain dalam mulut, seperti di palatum dan di mukosa
bukal 1,3,4,5,18
2.2.5 Gambaran Klinis
Mucocele sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, namun dapat juga
terjadi di segala usia termasuk bayi dan lansia.6 Mucocele memiliki gambaran klinis
yang khas, yaitu pembengkakan lunak berfluktuasi dan berwarna translusen kebiruan
(gambar 4).1,3,4,6 Sebagian besar mucocele tidak disertai sakit, namun cukup
mengganggu terutama pada saat pengunyahan dan berbicara. Mucocele berdiameter 1
milimeter hingga beberapa centimeter, beberapa literatur menuliskan diameter
mucocele umumnya kurang dari 1 cm.1,3-6,10,17
Gambar 4. Mucocele tampak lunak dan berwarna translusen kebiruan6
2.2.6 Histopatologis
Gambaran histopatologi mucocele tipe ekstravasasi mukus berbeda dengan
tipe retensi mukus. Gambaran histopatologi mucocele tipe ekstravasasi
memperlihatkan kelenjar yang dikelilingi oleh jaringan granulasi (gambar 5).22
1
Mucocele tipe retensi mukus menunjukkan kelenjar yang dikelilingi oleh epithel yaitu
stratified squamous epithelium (gambar 6).2,22
Gambar 5. Gambaran histopatologi mucocele tipe ekstravasasi mukus24
Gambar 6. Gambaran histopatologi mucocele tipe retensi mukus24
2.2.7 Diagnosa Banding
Beberapa penyakit mulut memiliki kemiripan gambaran klinis dengan
mucocele, yaitu lipoma, hemangioma, limfangioma, dan kista nasolabial.11 Riwayat
massa yang timbul, gambaran klinis, dan pemeriksaan penunjang yang akurat seperti
pemeriksaan laboratorium dan radiografi diperlukan untuk dapat membedakan
mucocele dengan penyakit-penyakit lain.23
2.2.7.1 Lipoma
1
Lipoma adalah tumor jinak dari jaringan lemak, dan relatif jarang terjadi
dalam rongga mulut. Gambaran klinis berupa tumor tanpa gejala yang jelas, berwarna
kekuningan atau merah muda, palpasi terasa lunak, kadang-kadang berfluktuasi, dan
memiliki ukuran bervariasi dari 0,5 cm sampai 3 cm. Lipoma dapat terjadi pada
perempuan maupun laki-laki antara usia 40 dan 60 tahun. Regio yang paling sering
terkena adalah mukosa bukal, dasar mulut, dan lidah.21
2.2.7.2 Hemangioma
Hemangioma merupakan tumor jinak pembuluh darah yang berproliferasi dari
sel-sel endotelium pembuluh darah diikuti involusi terus menerus meyebabkan
kelainan yang merupakan hasil dari anomali perkembangan pleksus vaskular.
Hemangioma sering terjadi pada bayi dan anak-anak, dan lebih sering terjadi pada
perempuan. Hemangioma terbagi menjadi tiga jenis, yaitu hemangioma kapiler,
hemangioma kavernosum, dan hemangioma campuran. Hemangioma kapiler tampak
sebagai bercak merah menyala, tegang, berbentuk lobular, berbatas tegas, yang dapat
timbul pada berbagai tempat di tubuh. Berbeda dengan hemangioma kapiler, lesi pada
hemangioma kavernosum tidak berbatas tegas, dapat berupa makula eritematosa atau
nodus yang berwarna merah sampai ungu, bila ditekan mengempis dan akan cepat
mengembung kembali apabila tekanan dihilangkan. Hemangioma campuran
merupakan gabungan dari jenis kapiler dan jenis kavernosum. Lesi berupa tumor
yang lunak, berwarna merah kebiruan, serta pada masa perkembangan dapat
memberikan gambaran keratotik dan verukosa. Hemangioma campuran ini sering
ditemukan pada ekstremitas inferior dan unilateral.24
1
2.2.7.3 Limfangioma
Limfangioma adalah tumor jinak dari saluran limfatik yang terjadi pada masa
awal kehidupan, tanpa predileksi jenis kelamin. Limfangioma dapat terjadi pada kulit
atau membran mukosa, tetapi paling banyak terjadi di dalam rongga mulut yaitu pada
permukaan dorsal dan lateral anterior lidah, bibir dan mukosa bibir. Limfangioma
superfisial yang berukuran kecil mempunyai tonjolan-tonjolan papil tak teratur yang
menggambarkan suatu papiloma. Papiloma tersebut lunak serta dapat ditekan dan
memiliki warna yang bervariasi dari merah muda normal sampai keputih-putihan,
sedikit translusen atau biru.4
2.2.7.4 Kista Nasolabial
Kista nasolabial adalah kista jaringan lunak yang langka dan tumbuh terbatas
hanya di jaringan lunak vestibulum regio anterior maksila, di bawah hidung regio
nasolabial crest.2 Pasien kista nasolabial tampak ada pembengkakan pada bibir,
sehingga kartilago alar terangkat dan tampak meluas hingga ke dasar hidung serta
sulkus labialis.1 Pasien kadang mengeluh hidung tersumbat, tidak nyaman, atau
kesulitan dalam menggunakan gigi tiruan. Kista ini sering terjadi pada perempuan,
antara usia 40 sampai 50 tahun.20
2.2.8 Diagnosa dan Perawatan
1
Upaya menegakkan diagnosa mucocele harus dilakukan prosedur-prosedur
yang meliputi beberapa tahap. Tahap-tahap itu meliputi anamnesa pasien,
pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan ekstra oral dan
pemeriksaan intra oral, serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiografi apabila diperlukan.23
Perawatan mucocele dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan
gangguan fungsi rongga mulut yang dirasakan pasien akibat ukuran dan keberadaan
massa..7,17 Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan
perawatan bedah. Penanggulangan faktor penyebab bertujuan untuk menghindari
terjadi rekurensi. Rata-rata mucocele dengan etiologi trauma akibat kebiasaan buruk
maupun trauma mekanik dapat menyebabkan rekurensi walaupun sudah pernah
dilakukan perawatan bedah jika kebiasaan buruk tidak dihilangkan.1,2
Pembedahan pada mucocele dilakukan dengan cara eksisi (gambar 8). Eksisi
dilakukan dengan anestesi lokal, dan dilakukan dengan hati-hati agar lesi tidak pecah
sehingga pembuangan tidak menjadi rumit.25 Mucocele ekstravasasi mukus tidak
memiliki epithel dan apabila pecah maka lesi mucocele akan sulit dilihat. Lesi
mucocele dapat dengan mudah dibuang jika massa tetap utuh, dan penjahitan
dilakukan untuk penutupan luka (gambar 9).2,25
1
Gambar 7. Lesi mucocele26
Gambar 8. Pembuangan lesi mucocele26
Gambar 9. Penjahitan lesi26
1
Gambar 10. Mucocele yang telah dibuang dari mukosa mulut26
Ranula
Definisi
Ranula adalah istilah yang digunakan untuk menyebut mucocele yang terletak
di dasar mulut.1,2,4,7,17 Kata ranula berasal dari bahasa latin rana yang berarti perut
katak, karena ranula menyerupai bentuk tenggorokan bagian bawah dari
katak.1,2,4,7,10,,27 Ranula merupakan pembengkakan dasar mulut yang berhubungan dan
melibatkan kelenjar sublingualis atau kelenjar submandibula. Ukuran ranula dapat
membesar, dan apabila tidak segera diatasi akan mengganggu fungsi bicara,
mengunyah, menelan, dan bernafas.4,27
Etiologi
Etiologi ranula tidak diketahui namun diduga akibat trauma, obstruksi
kelenjar saliva, dan aneurisma duktus kelenjar saliva.4 Ranula terbentuk sebagai
akibat sumbatan pada aliran saliva melalui duktus ekskretori mayor yang membesar
1
atau terputus dari kelenjar sublingual (duktus Bartholini) atau kelenjar submandibula
(duktus Wharton).2,4
Klasifikasi
Berdasarkan letak, ranula dibedakan menjadi dua, yaitu:4
1. Ranula superfisial
Ranula superfisial disebut juga dengan oral ranula merupakan ranula yang
terbentuk karena obstruksi duktus kelenjar saliva tanpa diikuti dengan duktus
yang ruptur. Letak ranula superfisial tidak melewati submandibula, dengan
kata lain tidak menerobos atau berpenetrasi ke otot milohioideus.4,28
2. Plunging ranula
Plunging ranula merupakan ranula yang terbentuk akibat terjadi ruptur pada
duktus kelenjar saliva yang kemudian menerobos di bawah otot milohiodeus
dan menimbulkan pembengkakan submental.4,28
Patogenesis
Patogenesis ranula superfisial terbagi menjadi dua konsep. Pertama akibat
obstruksi duktus saliva dan kedua pembentukan massa yang diakibatkan oleh trauma
pada duktus.27 Obstruksi duktus saliva dapat disebabkan oleh batu kelenjar saliva
(sialolith), malformasi kongenital, dan lain-lain.8
Patogenesis plunging ranula yang berpenetrasi ke otot milohioideus terjadi
karena sekresi mukus mengalir ke arah leher melalui otot milohioideus dan menetap
1
di dalam jaringan fasial sehingga terjadi pembengkakan yang difus pada bagian
lateral atau submental leher. Sekresi saliva yang terus berlangsung pada kelenjar
sublingual akan menyebabkan akumulasi mukus sehingga terjadi pembesaran massa
secara konstan.8
Gambaran Klinis
Ranula merupakan massa lunak yang berfluktusi, berwarna translusen
kebiruan, dan terletak di dasar mulut atau bagian bawah lidah (gambar 11).2,4,12
Ranula tidak diikuti rasa sakit, berdiameter 1-6 cm dan mukosa terlihat menegang.2,4
Ranula yang semakin membesar akan membuat mulut pasien terasa penuh dan lidah
terangkat ke atas. Apabila tidak segera diatasi akan terus mengganggu fungsi bicara,
mengunyah, menelan, dan bernafas.12 Plunging ranula yang terbentuk akibat terjadi
ruptur pada duktus kelenjar saliva yang kemudian menerobos di bawah otot
milohiodeus akan menimbulkan pembengkakan submental (gambar 12).4,29,30
Gambar 11. Ranula di dasar mulut12
1
Gambar 12. Plunging ranula yang menimbulkan pembengkakan submental30
Histopatologi
Dilihat secara histopatologi, kebanyakan ranula tidak mempunyai lapisan
epitel dan dinding ranula terdiri dari jaringan ikat fibrous yang menyerupai jaringan
granulasi. Dinding ranula didominasi oleh histiosit dan juga dijumpai mucin (gambar
14).27
Gambar 13. Gambaran histopatologi ranula31
1
Diagnosa Banding
Beberapa penyakit mulut memiliki kemiripan gambaran klinis dengan ranula,
yaitu kista dermoid, sialolithiasis, kista duktus tiroglosus, dan kista higroma.
Gambaran klinis serta hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
akurat dibutuhkan untuk membedakan ranula dengan penyakit-penyakit tersebut.23
Kista Dermoid
Kista dermoid merupakan kista yang memiliki ciri khas berupa bentukan-
bentukan jaringan dermis seperti folikel rambut, kelenjar keringat, atau kelenjar
sebaceous. Kista ini dapat ditemukan pada bayi baru lahir, tetapi umumnya
ditemukan pada usia 15 sampai 35 tahun. Lokasi yang paling umum terjadi adalah di
midline dasar mulut dan dapat menyebabkan pembengkakan di regio leher.2,4 Pasien
kista dermoid ditemukan pembengkakan di dasar mulut sampai menyebabkan lidah
terangkat, sehingga mengalami kesulitan berbicara, makan, bernafas, dan menutup
mulut.2
Sialolithiasis
Sialolithiasis merupakan pengerasan kompleks kalsium di dalam duktus saliva
yang menyumbat aliran saliva sehingga dapat menyebabkan pembengkakan di dasar
mulut. Pembentukan sialolit terjadi paling sering pada usia lebih dari 25 tahun, dua
kali lebih sering pada laki-laki daripada perempuan dan kelenjar submandibula yang
paling sering terlibat. Sialolit berbentuk oval dan licin atau memiliki permukaan yang
tidak teratur. Penyumbatan aliran saliva oleh sialolit akan mengakibatkan
pembengkakan dasar mulut yang keras, nyeri, dan sakit. Pembengkakan dapat meluas
1
di sepanjang aliran duktus ekskretoris dan berlangsung selama berjam-jam atau
berhari-hari, tergantung pada penyumbatan.4
Kista Duktus Tiroglosus
Kista duktus tiroglosus merupakan kista yang banyak ditemukan di regio
leher, timbul karena infeksi pada saluran pernapasan, sakit ketika dipalpasi, dan
kadang sampai terjadi abses dan drainase spontan berupa pus. Kista ini ditemukan
sebagai massa bulat di regio tulang hyoid dan terlihat bergerak pada waktu proses
menelan. Gerakan pada proses menelan tersebut terjadi karena sebagian massa kista
melekat pada tulang hyoid. Kista duktus tiroglosus ini tumbuh dari sisa-sisa sel epitel
embrionik rongga mulut yang membentuk kelenjar tiroid.2
Kista Higroma
Kista higroma merupakan pertumbuhan abnormal yang berakibat pada dilatasi
saluran limfe. Kista higroma sering terjadi di daerah wajah dan leher, dan dapat juga
muncul di bagian tubuh yang lain. Bagian wajah yang terlibat akan terjadi
pembengkakan, tidak sakit dan lunak, sedangkan daerah kulit yang terlibat berwarna
kebiruan dan bengkak yang transilluminasi. Kista ini ditemukan saat lahir dan
kepastian diagnosa ditegakkan sebelum usia dua tahun.2,4
Diagnosa dan Perawatan
Beberapa prosedur yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa ranula
meliputi beberapa tahap, yaitu anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan
1
ekstra oral dan intra oral. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium
dan radiografi. 24
Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan
pembedahan. Penanggulangan faktor penyebab dimaksudkan untuk menghindari
rekurensi.17 Pembedahan massa ranula dilakukan dengan marsupialisasi.
Marsupialisasi adalah membuka sebagian dinding ranula dengan tujuan melakukan
dekompresi agar secara perlahan ranula semakin mengecil dan menghilang.2,27
Marsupialisasi ranula dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:21,29,32
1) Anastesi blok kemudian lakukan aspirasi untuk membantu menegakkan
diagnosa sementara ranula.
2) Insisi pada ranula dan membuat preparasi akses dengan pisau bedah (scalpel).
3) Membuang cairan ranula dan bila mungkin dilakukan pemeriksaan visual
pada lapisan jaringan ranula yang tersisa (gambar 16).
4) Ranula dieksisi dan rongga kosong hasil insisi dibersihkan (gambar 17).
5) Menutup rongga kosong hasil insisi dengan kassa iodoform yang telah
dioleskan benzoin atau salep antibiotik.
6) Menjahit batas dinding ranula sekitar kavitas pada mukosa mulut dengan
jahitan terputus dan dijahit ke dinding samping insisi (gambar 18).
1
Gambar 14. Lesi ranula32
Gambar 15. Membuang cairan ranula32
Gambar 16. Eksisi ranula marsupialisasi32
1
Gambar 17. Penjahitan pasca operasi marsupialisasi32
Gambar 18. Kontrol 14 hari pasca operasi32
2.4 Prevalensi
2.4.1 Definisi
Prevalensi merupakan jumlah total penyakit tertentu yang terjadi pada periode
waktu tertentu di wilayah tertentu.33-36 Prevalensi ditekankan pada keberadaan jumlah
penderita di dalam suatu populasi pada suatu titik waktu tertentu atau dalam suatu
periode waktu tertentu. Angka prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan
lamanya sakit. Lamanya sakit adalah suatu periode mulai dari didiagnosanya suatu
penyakit hingga berakhirnya penyakit tersebut yaitu sembuh, kronis, atau mati.33,34,36
1
Manfaat Prevalensi :33,34
1. Menggambarkan tingkat keberhasilan program pemberantasan penyakit.
2. Mendeskripsikan beban penyakit pada populasi.
3. Mendeskripsikan status penyakit pada populasi.
4. Menafsirkan frekuensi paparan.
5. Menafsirkan kebutuhan pelayanan kesehatan untuk individu-individu yang
terkena penyakit.
6. Untuk penyusunan perencanaan pelayanan kesehatan, misalnya penyediaan
obat-obatan, tenaga kesehatan, dan ruangan.
7. Menyatakan banyaknya kasus yang dapat di diagnosa.
8. Digunakan untuk keperluan administratif lainnya.
2.4.2 Klasifikasi Prevalensi
Prevalensi terbagi atas 2 bagian yaitu :33,36
1. Periode prevalensi
Periode prevalensi mencakup total individu yang pernah mengalami penyakit
yang menjadi sorotan pada satu titik dalam periode waktu tertentu. Periode prevalensi
dimulai pada satu titik waktu dan berhenti pada satu titik waktu. Semua orang dengan
penyakit yang telah diderita pada periode waktu sebelumnya atau menjadi sakit pada
akhir periode waktu dimasukkan dalam perhitungan. Perhitungan periode prevalensi
memasukkan kasus baru yang terjadi selama periode waktu studi, serta kekambuhan
(rekurensi) penyakit selama satu periode yang berurutan (biasanya satu tahun). Nilai
1
periode prevalensi ini berhubungan dengan besar insidensi dan lama sakit, selain itu
untuk menghitung rata-rata digunakan jumlah penduduk pada waktu tertentu.33,36
2. Poin prevalensi
Poin prevalensi merupakan jumlah kasus individu yang mengalami suatu
penyakit atau kesakitan pada satu titik waktu yang spesifik atau jumlah kasus yang
ada pada satu titik waktu. Poin prevalensi meningkat pada imigrasi penderita,
emigrasi orang sehat, imigrasi tersangka penderita atau mereka dengan risiko tinggi
untuk menderita, masa sakit meningkat, dan jumlah penderita baru meningkat. Poin
prevalensi menurun pada imigrasi orang sehat, emigrasi penderita, angka kesembuhan
meningkat, angka kematian meningkat, jumlah penderita baru menurun, masa sakit
jadi pendek.33,36
BAB III
METODE PENELITIAN
1
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan sebuah deskriptif survei dengan mengidentifikasi
data sekunder dari buku register dan rekam medik pasien dengan kasus mucocele dan
ranula yang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan umur pada Poli Gigi dan
Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 – Juni 2012.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 10 - 17 september 2012.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien yang datang berobat dan
tercatat dalam buku register pasien di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang periode Januari 2009 – Juni 2012.
3.3.2 Sampel Penelitian
1
Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah pasien dengan kasus mucocele
dan ranula dalam periode Januari 2009 – Juni 2012.
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling
yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang ditetapkan yaitu kasus mucocele
dan ranula.
3.5 Variabel Penelitian
1. Mucocele
2. Ranula
3. Jenis Kelamin
4. Umur
3.6 Definisi Operasional
VariabelDefinisi
OperasionalAlat Ukur Cara Ukur Hasil ukur
Skala ukur
MucocelePembengkakan lunak, berwarna translusen kebiruan, ukuran 1 milimeter hingga beberapa centimeter tetapi umumnya < 1 cm, dapat muncul di lidah, bibir atas, palatum, mukosa bukal, tetapi paling umum dibibir bawah.
Check List Observasional Sakit atau tidak sakit
Nominal
1
Ranula Pembengkakan lunak, berwarna translusen kebiruan, mukosa terlihat menegang, ukuran 1-6 cm, terletak pada dasar mulut.
Check List Observasional Sakit atau tidak sakit
Nominal
Umur Lama waktu hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan.
Check List Observasional Umur < 20 tahun
Umur 20 -40 tahun
Umur > 40 tahun
Interval
Jenis Kelamin
Perbedaan anatomi dan fisiologis antara laki-laki dan perempuan.
Check List Observasional Laki-laki Perempuan
Nominal
3.7 Cara Kerja
Sampel diperoleh dari buku register dan rekam medik pasien yang datang
berobat ke Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode
Januari 2009 – Juni 2012. Data yang diperoleh dikumpulkan menurut variabel.
3.8 Cara Penyajian Data
Data yang telah dikumpulkan dikalkulasikan berdasarkan variabel dan diolah
dengan membuat tabel distribusi prevalensi dan dipresentasikan dalam bentuk
persentase.
BAB IV
1
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pasien yang datang berobat ke Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang pada periode Januari 2009 – Juni 2012 berjumlah 32.403 orang.
Jumlah pasien yang datang berobat setiap tahun dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Pasien di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Periode Januari 2009 – Juni 2012.
Periode Jumlah Pasien
Januari 2009 – Desember 2009 8.408
Januari 2010 – Desember 2010 8.342
Januari 2011 – Desember 2011 9.918
Januari 2012 – Juni 2012 5.735
Jumlah 32.403
Tabel di atas memperlihatkan jumlah pasien yang berkunjung ke Poli Gigi dan
Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin setiap tahunnya yaitu pada tahun 2009
sebanyak 8.408 orang, tahun 2010 sebanyak 8.342 orang, pada tahun 2011 sebanyak
9.918 orang, dan pada Januari - Juni 2012 berjumlah 5.735 orang.
Data pasien dengan kasus mucocele dan ranula didapatkan dari catatan rekam
medik di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang yang
1
kemudian dikalkulasikan menurut variabelnya. Kasus mucocele dan ranula ini adapun
variabel yang diambil adalah jenis kelamin dan umur.
Tabel 2. Prevalensi Kasus Mucocele dan Ranula di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Periode Januari 2009– Juni 2012.
Periode
Mucocele Ranula
JumlahPersentase
(%)Jumlah
Persentase
(%)
Januari-
Desember 200926 0,31 10 0,12
Januari-
Desember 201024 0,29 4 0,05
Januari-
Desember 201149 0,49 8 0,08
Januari-Juni
201210 0,19 2 0,03
Jumlah 109 0,34 24 0,07
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 32.403 pasien yang datang ke Poli Gigi dan
Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dalam periode Januari 2009 – Juni
2012 terdapat kasus mucocele yaitu sebesar 109 pasien dengan jumlah pasien terbesar
pada tahun 2011 sebanyak 49 pasien (0,49%), sedangkan untuk kasus ranula yaitu
sebesar 24 pasien dengan jumlah pasien terbesar pada tahun 2009 berjumlah 10
pasien (0,12%).
1
Tabel 3. Prevalensi Kasus Mucocele dan Ranula Berdasarkan Jenis Kelamin di Poli Gigi
dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode Januari 2009 – Juni
2012.
Jenis Kelamin
Mucocele Ranula
JumlahPersentase
(%)Jumlah
Persentase
(%)
Laki-laki 45 41,28 9 37,50
Perempuan 64 58,71 15 62,50
Jumlah 109 100 24 100
Tabel 3 menunjukkan prevalensi kasus mucocele dan ranula berdasarkan
pedileksi jenis kelamin. Tabel tersebut menunjukkan dari 109 kasus mucocele di Poli
Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 –
Juni 2012 ditemukan 45 pasien berjenis kelamin laki-laki (41,28%) dan 64 pasien
berjenis kelamin perempuan (58,71%), sedangkan untuk kasus ranula diperoleh 24
kasus, 15 pasien berjenis kelamin perempuan (62,50%) dan 9 pasien berjenis kelamin
laki-laki (37,50%).
1
Tabel 4. Prevalensi Kasus Mucocele dan Ranula Berdasarkan Umur di Poli Gigi dan Mulut
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode Januari 2009 – Juni 2012.
Umur
Mucocele Ranula
JumlahPersentase
(%)Jumlah
Persentase
(%)
< 20 79 72,48 12 50,00
20-40 16 14,68 7 29,17
> 40 14 12,84 5 20,83
Jumlah 109 100 24 100
Tabel 4 menunjukkan prevalensi kasus mucocele dan ranula berdasarkan
tingkatan umur. Prevalensi mucocele terbanyak pada umur < 20 tahun sebanyak 79
pasien (72,48%), pada umur 20-40 tahun sebesar 16 pasien (14,68%), dan pada umur
> 40 tahun berjumlah 14 pasien (12,84%). Prevalensi ranula terbanyak pada umur <
20 tahun sebesar 12 pasien (50,00%), kemudian pada umur 20-40 tahun sebanyak 7
pasien (29,17%), dan pada umur > 40 tahun berjumlah 5 pasien (20,83%).
4.2 Pembahasan
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan di Poli Gigi dan Mulut RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Sumber data adalah buku register dan kartu
rekam medik pasien dengan kasus mucocele dan ranula di Poli Gigi dan Mulut RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 – Juni 2012.
1
Penelitian mengenai mucocele dan ranula ini dapat dikembangkan lebih lanjut
dengan menambahkan mengenai lokasi lesi, hubungan dengan tingkat pendidikan dan
pekerjaan, serta rencana perawatan yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan karena
dengan meneliti tentang hal tersebut dapat diketahui kebiasaan buruk yang paling
sering dilakukan di rongga mulut pasien, kaitannya dengan pengetahuan dan sosial
ekonomi pasien, dan mengetahui perawatan apa yang sering dilakukan sehingga dapat
membuat rencana perawatan yang paling tepat kepada pasien. Akan tetapi, hal
tersebut memiliki kendala yaitu pengisian status pasien di buku register dan kartu
rekam medik kurang lengkap.
Tabel 1 menunjukkan jumlah pasien yang datang ke Poli Gigi dan Mulut
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 – Juni 2012 adalah
sebanyak 32.403 pasien. Jumlah pasien pada tahun 2009 sebesar 8.408 orang, tahun
2010 sebanyak 8.342 orang, tahun 2011 berjumlah 9.918 orang, dan pada Januari-
Juni 2012 berjumlah 5.735 orang.
Data pasien yang diambil sebagai sampel penelitian sebaiknya dilakukan
selama 5 tahun karena penyimpanan kartu rekam medik pasien paling lama disimpan
dalam periode tersebut, selain itu sampel yang akan diperoleh akan lebih banyak
sehingga data akan lebih lengkap. Periode pengambilan sampel pada penelitian ini
dilakukan selama 3,5 tahun yaitu periode Januari 2009 – Juni 2012, hal ini
dikarenakan pengambilan data pada periode 5 tahun tidak dapat dilakukan sebab data
pada tahun 2007 dan 2008 tidak lengkap. Data yang tidak lengkap disebabkan karena
terdapat perubahan sistem pencatatan manual menjadi sistem komputerisasi dan buku
1
registrasi pasien bulan April – Desember tahun 2007 dan bulan Januari – November
tahun 2008 hilang.
Jumlah seluruh pasien yang datang berobat ke Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 – Juni 2012 berjumlah 32.403
pasien dengan kasus mucocele sebanyak 109 pasien dan kasus ranula sebesar 24
pasien. Jumlah kasus mucocele dan ranula yang diperoleh dalam periode 3,5 tahun,
yaitu Januari 2009 – Juni 2012 menunjukkan bahwa di Sumatera Selatan khususnya
Palembang kasus tersebut cukup menonjol untuk kasus pembengkakan yang
melibatkan kelenjar saliva.
Prevalensi kasus mucocele dan ranula berdasarkan predileksi jenis kelamin
menunjukkan bahwa pasien perempuan lebih banyak daripada laki-laki, yaitu dari
109 kasus mucocele terdapat 41,28% berjenis kelamin laki-laki dan 58,71% berjenis
kelamin perempuan, sedangkan untuk kasus ranula yang berjumlah 24 pasien,
62,50% berjenis kelamin perempuan dan 37,50% berjenis kelamin laki-laki.
Hasil penelitian tentang mucocele berdasarkan predileksi jenis kelamin
didapatkan bahwa pasien perempuan lebih banyak daripada laki-laki, hal ini sama
dengan beberapa penelitian sebelumnya.6,37,38 Hasil penelitian lain yang dilakukan
Rashid dkk di Rumah Sakit Penang periode Januari 2000 – Desember 2005
menunjukkan jumlah pasien laki-laki lebih besar daripada perempuan.3 Penelitian dari
Mustafa IZ dan Boucree SA menyatakan bahwa prevalensi kasus mucocele tidak ada
perbedaan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.8
1
Hasil penelitian tentang ranula berdasarkan predileksi jenis kelamin
didapatkan bahwa pasien perempuan lebih banyak daripada laki-laki, hal ini sama
dengan beberapa penelitian sebelumnya.9,12,38 Penelitian lain oleh Krol DM dan Keels
MA menyatakan bahwa ranula tidak memiliki perbedaan predileksi jenis kelamin
antara laki-laki dan perempuan.7
Beberapa penelitian tentang mucocele dan ranula menunjukkan hasil yang
sama dengan penelitian ini, yaitu mucocele dan ranula lebih banyak terjadi pada
perempuan dibandingkan laki-laki.9,10,12,37,38 Hal ini berkaitan dengan faktor etiologi
mucocele dan ranula karena trauma lokal akibat stres. Perempuan secara psikologis
lebih mudah stres dibandingkan laki-laki sehingga perempuan lebih rentan untuk
melakukan kebiasaan buruk seperti menggigit-gigit bibir, menghisap mukosa bibir
antara gigi yang diastema, dan menggesek-gesekkan bagian ventral lidah untuk
mengalihkan stres dan kepanikan.5,22,25,27 Selain itu, perempuan lebih memperhatikan
kesehatan dan estetika dibandingkan laki-laki sehingga apabila terdapat kelainan yang
mengganggu kenyamanan atau penampilan di dalam rongga mulut, perempuan
cenderung segera ingin melakukan perawatan dibandingkan laki-laki yang lebih
memilih membiarkan lesi tersebut pecah sendiri.25,31
Prevalensi kasus mucocele dan ranula berdasarkan tingkatan umur sering
terjadi pada usia muda. Hasil penelitian yang dilakukan di Poli Gigi dan Mulut
RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari – Juni 2012 menunjukkan
bahwa kasus mucocele dan ranula sering terjadi pada pasien berumur < 20 tahun.
Persentase pasien mucocele pada umur < 20 tahun adalah 72,47%, pada umur 20-40
1
tahun sebesar 14,67%, dan pada umur > 40 tahun sebanyak 12,84%. Prevalensi ranula
terbanyak pada umur < 20 tahun yaitu 50,00%, kemudian pada umur 20-40 tahun
sebesar 29,16%, dan pada umur > 40 tahun sebanyak 20,83%.
Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut besarnya prevalensi kasus mucocele
dan ranula berdasarkan tingkatan umur sesuai dengan beberapa penelitian terdahulu
yang menyatakan bahwa mucocele dan ranula banyak terjadi pada usia muda < 20
tahun.38,39 Hasil penelitian serupa tentang mucocele dilakukan di Santo Paulo, Brazil
pada tahun 1991-2006, dari 104 pasien mucocele terdapat 36 pasien (34,6%) berusia
kurang dari 15 tahun dan yang termuda berusia 2 tahun.6 Penelitian tentang ranula
yang dilakukan di Rumah Sakit Anak Valencia periode tahun 1998-2008
menunjukkan bahwa pasien yang datang berobat berusia rata-rata 5,1 tahun.12 Hasil
penelitian serupa yang ditemukan di China pada tahun 2009 bahwa ranula sering
terjadi pada usia 3-16 tahun.25
Berdasarkan beberapa penelitian tersebut dapat diketahui bahwa faktor usia
berhubungan dengan jumlah kasus mucocele dan ranula. Hal ini berkaitan dengan
faktor etiologi mucocele dan ranula yang banyak terjadi pada usia muda, yaitu karena
trauma lokal akibat stres psikologis sehingga menyebabkan seseorang melakukan
kebiasaan buruk seperti menggigit-gigit bibir, menghisap mukosa bibir antara gigi
yang diastema, dan menggesek-gesekkan bagian ventral lidah.5,25,27
Faktor perkembangan mental turut mempengaruhi angka kejadian mucocele
dan ranula pada usia muda. Semakin tua umur seseorang maka proses perkembangan
mentalnya bertambah baik, sehingga pada orang tua cenderung dapat mengalihkan
1
beban psikologis yang dialami karena memiliki kematangan dalam berpikir dan
pengalaman hidup dibandingkan pada usia muda.13,25 Faktor anatomis yang ikut
berperan dalam pembentukan lesi mucocele dan ranula adalah produksi saliva.
Semakin tua umur seseorang maka produksi saliva akan semakin menurun, sehingga
pada orang tua apabila terjadi trauma pada duktus kelenjar saliva maka akumulasi
saliva akan menjadi lebih lama atau bahkan sulit terjadi karena orang tua cenderung
mengalami xerostomia. Selain itu, pada anak-anak dapat terjadi trauma akibat
kebiasaan minum susu botol atau dot, trauma akibat gigi radiks, dan kebiasaan
menghisap mukosa antara gigi permanen yang belum tumbuh.7,15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa
di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari
2009 – Juni 2012 :
1. Pasien yang berkunjung ke Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang periode Januari 2009 – Juni 2012 berjumlah 32.403
orang dengan kasus mucocele sebanyak 109 orang ( 0,34% ) dan kasus
ranula sebesar 24 orang ( 0,07% ).
2. Jumlah kasus mucocele di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang periode Januari 2009 – Juni 2012 sebanyak 109 pasien
dengan jumlah pasien terbesar pada tahun 2011 yaitu 49 pasien (0,49%).
3. Jumlah kasus ranula di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang periode Januari 2009 – Juni 2012 sebanyak 24 pasien
dengan jumlah pasien terbesar pada tahun 2009 yaitu 10 pasien (0,12%).
4. Prevalensi kasus mucocele berdasarkan jenis kelamin menunjukkkan 45
pasien berjenis kelamin laki-laki (41,28%) dan 64 pasien perempuan
(58,71%).
5. Prevalensi kasus ranula berdasarkan jenis kelamin menunjukkan 9 pasien
berjenis kelamin laki-laki (37,50%) dan 15 pasien perempuan (62,50%).
6. Prevalensi kasus mucocele berdasarkkan umur menunjukkan kasus
terbanyak pada umur < 20 tahun sebesar 79 pasien (72,48%), pada umur
1
20-40 tahun sebanyak 16 pasien (14,68%), dan pada umur > 40 tahun
berjumlah 14 pasien (12,84%).
7. Prevalensi kasus ranula terbanyak pada umur < 20 tahun sebesar 12 pasien
(50,00%), kemudian pada umur 20-40 tahun sebanyak 7 pasien (29,17%),
dan pada umur > 40 tahun berjumlah 5 pasien (20,83%).
5.2 Saran
1. Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan
menambahkan tentang lokasi lesi, hubungan dengan tingkat pendidikan
dan pekerjaan, serta rencana perawatan.
2. Perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat secara lebih intensif untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut secara rutin sehingga
dapat menghilangkan kebiasaan buruk yang menjadi penyebab lesi
mucocele dan ranula tersebut.
3. Bagi para staf rumah sakit baik medis maupun non paramedis diharapkan
untuk mengisi kartu rekam medik dan buku register dengan lebih akurat,
lengkap dan jelas.
1
top related