skripsi diajukan kepada fakultas ekonomi dan bisnis untuk...
Post on 03-May-2019
245 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH PROFITABILITAS, KOMITE AUDIT, DAN KUALITAS
AUDIT TERHADAP TAX AVOIDANCE DENGAN MENGGUNAKAN
ANALISIS FRAUD TRIANGLE
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2014-2017)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Hilmy Mahdy Daulay
NIM : 11140820000002
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439H/2018M
ii
PENGARUH PROFITABILITAS, KOMITE AUDIT, DAN KUALITAS
AUDIT TERHADAP TAX AVOIDANCE DENGAN MENGGUNAKAN
ANALISIS FRAUD TRIANGLE
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2014-2017)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Hilmy Mahdy Daulay
NIM: 11140820000002
Di bawah Bimbingan:
Reskino, SE., M.Si., Ak., CA., CMA., CPMA
NIP. 19740928 200801 2 004
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu, 11 April 2018 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Hilmy Mahdy Daulay
2. NIM : 11140820000002
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Profitabilitas, Komite Audit, Dan Kualitas Audit
Terhadap Tax Avoidance Dengan Menggunakan Analisis
Fraud Triangle
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ketahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 Mei 2018
1. Atiqah, SE., M.S.A K ( )
NIP. 19820120 200912 2 004 Penguji I
2. Fitri Damayanti, SE., M.Si ( )
NIP. 19810731 200604 2 003
Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis, November 2018 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Hilmy Mahdy Daulay
2. NIM : 11140820000002
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi Pengaruh Profitabilitas, Komite Audit, dan Kualitas
Audit terhadap Tax Avoidance dengan Menggunakan
Analisis Fraud Triangle
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, November 2018
1. Hepi Prayudiawan SE., MM., Ak., CA ( )
NIP. 19720516 200901 1 006 Ketua Penguji
2. Drs. Abdul Hamid Cebba MBA., Ak., CA., CPA ( )
NIP : 19620502 199303 1 003 Penguji Ahli
3. Reskino,SE.,M.Si.,Ak.,CA., CMA., CPMA ( )
NIP :19740928 200801 2 004 Pembimbing
:
:
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Hilmy Mahdy Daulay
Nomor Induk Mahasiswa : 11140820000002
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan
sumber asli atau tanpa menyebut pemilik karya
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui
pembuktian yang dapat di pertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan
bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai
sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, November 2018
Yang menyatakan,
(Hilmy Mahdy Daulay)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Hilmy MahdyDaulay
2. Tempat, Tanggal Lahir : Paringgonan, 24 Februari 1995
3. Alamat : Desa Paringgonan Kec. Ulu
Barumun Kab. Padang Lawas Prov.
Sumatera Utara
4. Telepon : 081361673014
5. Email : hilmymahdydly@gmail.com
II. PENDIDIKAN
1. MI Negeri Paringgonan Tahun 2002-2008
2. MDA Al-Hakimiyah Paringgonan Tahun 2006-2008
3. MTs. S Darul Mursyid Tapanuli Selatan Tahun 2008-2011
4. MA. S Darul Mursyid Tapanuli Selatan Tahun 2011 - 2014
5. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014-2018
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Markom Galeri Investasi FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi
3. Anggota Scope FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Ketua KKN KOPI 092
IV. KEPANITIAAN
1. Divisi Acara OPAK Jurusan Akuntansi 2015
2. Koordinator ACC Fair Akuntansi 2015
3. Divisi Acara Company Visit HMJ Akuntansi 2016
4. LO Debat Economi Youth Economic Summit DEMA FEB 2016
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Hasnul Daulay
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tapanuli Selatan, 10 Mei 1968
3. Ibu : Nurhamidah Nasution
4. Tempat, Tanggal Lahir : Hapung, 16 Februari 1968
5. Anak ke dari : 4 dari 5 bersaudara
vii
THE EFFECT OF PROFITABILITY, AUDIT COMMITTEE AND AUDIT
QUALITY ON TAX AVOIDANCE USING TRIANGLE FRAUD ANALYSIS
ABSTRACT
The purpose of this study was to analyze the effect of profitability, audit committees
and audit quality on tax avoidance by using fraud triangle analysis. This research
was conducted at manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange
(IDX) for the period 2014 to 2017.
The research sample was selected using purposive sampling and obtained data of
50 companies per year, after data processing there were 6 outlier companies, the
total sample used in this study was 176 companies with 44 companies per year.
Testing this hypothesis uses a multiple linear regression analysis test.
The results of this study indicate that profitability and audit quality affect tax
avoidance, but the audit committee has not been able to explain the effect on tax
avoidance.
Keywords: profitability, audit committee, audit quality and tax avoidance
viii
PENGARUH PROFITABILITAS, KOMITE AUDIT DAN KUALITAS
AUDIT TERHADAP TAX AVOIDANCE DENGAN MENGGUNAKAN
ANALISIS FRAUD TRIANGLE
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh profitabilitas, komite audit
dan kualitas audit terhadap tax avoidance dengan menggunakan analisis fraud
triangle. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2014 sampai tahun 2017.
Sampel penelitian ini dipilih dengan menggunakan purposive sampling dan
diperoleh data sebanyak 50 perusahaan pertahunnya, setelah dilakukan pengolahan
data terdapat 6 perusahaan outlier, maka total sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 176 perusahaan dengan pertahunnya yaitu 44 perusahaan.
Pengujiam hipotesis ini menggunakan uji analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas dan kualitas audit
berpengaruh terhadap tax avoidance, namun komite audit belum mampu untuk
menjelaskan pengaruh terhadap tax avoidance.
Kata kunci: profitabilitas, komite audit, kualitas audit dan tax avoidance
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabilalamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Profitabilitas, Komite Audit, Dan Kualitas Audit
Terhadap Tax Avoidance dengan Menggunakan Analisis Fraud Triangle”.
Shalawat serta salam senantiasa penulis hanturkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari zaman jahiliyah menju zaman
kebenaran.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa terdapat banyak pihak yang telah membantu dalam proses
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Ayah Hasnul Daulay dan Ibu Nurhamidah Nasution Selaku orang tua
penulis, yang telah membesarkan dan mendidik ananda sejak kecil serta
selalu memberikan dukungan moril maupun materil. skripsi ini ananda
berikan sebagai hadiah dan ucapan terimakasih kepada ayah dan ibu yang
selalu berjuang dan mendoakan ananda hingga menjadi seorang sarjana.
Semoga ananda senantian bisa membuat kalian bangga dan bahagia.
2. Hasmi Daulay selaku kakak, Dedi Daulay dan Arianto Daulay selaku abang,
dan Hafni Daulay selaku adik yang telah memberikan dukungan serta doa
kepada penulis.
3. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM. selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Reskino, SE., M.Si., Ak., CA. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktu untuk membantu, mengarahkan dan selalu
memberikan motivasi kepada penulis selama penyusunan hingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
berbagi pengalaman selama penulis menjalani studi, semoga menjadi ilmu
yang bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
9. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
10. Cika Dewi Aninda tempat berbagi cerita dan ilmu, yang selalu memberikan
dukungan dan selalu siap setiap saat untuk memberikan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Widyawati, Yefananda, Ridwansyah dan Andara Utami yang selalu
menemani dan berbagi canda tawa bersama sehingga memberikan hiburan
tersendiri bagi penulis.
12. Seluruh teman-teman akuntansi 2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
terimakasih untuk bantuan dan perjuangan bersamanya dalam mengahadapi
berbagai keadaan kampus selama kurang lebih 3 tahun 8 bulan ini. Semoga
kita semua dimudahkan dalam mencapai kesuksesan.
13. Teman-teman KKN KOPI 092, terimakasih untuk pengalaman dan pembelajaran
singkat yang sangat berharga bagi penulis.
14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu saya,
memberikan dukungan, semangat dan mendoakan saya.
xi
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
banyak kekuarangan yang disebabkan oleh masih terbatasnya pengetahuan serta
pengalaman yang dimiliki oleh penulis.Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk
penyempurnaan skripsi ini. Besar harapan penulis bahwa dengan adanya skripsi
ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi
penulis pada khususnya dan bagi pihak lain pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, November 2018
Hilmy Mahdy Daulay
xii
DAFTAR ISI
COVER
COVER DALAM ...……………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF....……... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ……….......... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………………….... vi
ABSTRACT……………………………………………………….... vii
ABSTRAK……………..…………………………………………... viii
KATA PENGANTAR……...…………………..………………….. ix
DAFTAR ISI .................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 11
A. Tinjauan Literatur ................................................................. 11
1. Teori Perilaku Terencana (Theory Planned Behavior) ..... 11
2. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) ................................ 15
3. Profitabilitas ...................................................................... 19
4. Komite Audit ..................................................................... 21
5. Kualitas Audit .................................................................... 23
6. Kecurangan (Fraud) .......................................................... 25
7. Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle) ............................. 28
8. Fraud Diamond Theory ..................................................... 40
xiii
9. Fraud Pentagon Theory .................................................... 43
B. Hasil Penelitian Terdahulu ..................................................... 46
C. Kerangka Berpikir .................................................................. 51
D. Perumusan Hipotesis .............................................................. 52
1. Keterkaitan Profitabilitas dengan Tax Avoidance ............. 52
2. Keterkaitan Komite Audit dengan Tax Avoidance ............ 53
3. Keterkaitan Kualitas Audit dengan Tax Avoidance .......... 54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................... 56
A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 56
B. Metode Penentuan Sampel ..................................................... 57
C. Metode Pengumpulan Data .................................................... 57
D. Metode Analisis Data ............................................................. 58
1. Statistik Deskriptif ............................................................ 58
2. Uji Asumsi Klasik ............................................................. 58
a. Uji Normalitas Data ................................................... 59
b. Uji Multikolinearitas .................................................. 60
c. Uji Autokorelasi ......................................................... 61
d. Uji Heteroskedastiditas .............................................. 61
3. Uji Hipotesis Penelitian ..................................................... 62
a. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ......................... 63
b. Uji Signifikansi Parameter Individu (Uji Statistik t) .. 64
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ..................................... 64
a. Variabel Dependen ..................................................... 64
b. Variabel Independen .................................................. 65
1. Profitabilitas ........................................................ 65
2. Komite Audit ....................................................... 66
3. Kualitas Audit ..................................................... 67
xiv
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN.................................... 69
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .......................... 69
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ............................................... 71
1. Hasil Analisis Deskriptif .................................................. 71
2. Hasil Uji Asumsi Klasik .................................................. 73
a) Uji Normalitas ............................................................ 73
b) Uji Multikolinieritas ................................................... 75
c) Uji Heteroskedastisitas ............................................... 76
d) Uji Autokorelasi ......................................................... 79
3. Hasil Uji Hipotesis ........................................................... 80
a. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ......................... 80
b. Uji Statistik Parameter Individual (Uji Statistik t) ..... 81
C. Pembahasan ............................................................................ 83
BAB V PENUTUPAN ...................................................................... 93
A. Kesimpulan ............................................................................ 93
B. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 94
C. Saran ...................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 96
LAMPIRAN – LAMPIRAN ............................................................ 101
xv
DAFTAR TABEL
1.1 Realisasi Penerimaan Negara ....................................................... 2
1.2 Kasus Penghindaran Pajak ........................................................... 4
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ........................................................... 46
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ........................................... 68
4.1 Tahapan Seleksi Sampel Penelitian ............................................. 69
4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................................ 71
4.3 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ................................................... 75
4.4 Hasil Uji Multikolinieritas ........................................................... 76
4.5 Uji Heterokedastisitas dengan White ........................................... 78
4.6 Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson ....................................... 79
4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi .................................................. 80
4.8 Hasil Uji Statistik t ....................................................................... 81
xvi
DAFTAR GAMBAR
2.1 Model Theory of Planned Behavior ............................................. 12
2.2 Fraud Triangle ............................................................................. 29
2.3 Fraud Diamond Theory ............................................................... 41
2.4 Fraud Pentagon ........................................................................... 44
2.5 Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................... 51
4.1 Grafik Histogram ......................................................................... 73
4.2 Grafik P-P Plot ............................................................................. 74
4.3 Scatterplot .................................................................................... 77
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan Sampel ................................... 102
Lampiran 2 Data Profitabilitas ........................................................... 104
Lampiran 3 Data Komite Audit ......................................................... 106
Lampiran 4 Data Kualitas Audit ........................................................ 108
Lampiran 5 Data Tax Avoidance ........................................................ 110
Lampiran 6 Output Hasil Pengujian Data .......................................... 112
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang diselenggarakan secara terus-
menerus dan berkesinambungan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat (Suradi, 2012). Pembangunan nasional dalam suatu negara
diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat yang dilakukan secara
bersama-sama agar pembangunan nasional tersebut dapat berjalan sesuai dengan
harapan, sehingga dapat terciptanya masyarakat yang adil dan makmur seperti
yang telah diamanatkan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dan
pancasila (Muzakki & Darsono, 2015).
Pembangunan nasional tidak hanya terfokus pada pembangunan sektor
politik yang telah berhasil dilaksanakan, tapi juga pada sektor ekonomi
(Ginandjar, 1996). Pada masa kepemimpinan presiden Joko Widodo yang
dimulai pada awal tahun 2015, sudah memfokuskan untuk melakukan
pembangunan nasional yang berkelanjutan, yaitu pembangunan ekonomi yang
dimulai dari pembangunan proyek infrastruktur untuk meningkatkan ekonomi
yang berkelanjutan tersebut (Wibowo, 2017).
Untuk membiayai seluruh proyek infrastruktur tersebut, pemerintah
membuat 3 skema pembiayaan. APBN sebagai sumber terbesar pembiayaan
proyek infrastruktur yaitu 148,2 milliar dollar AS atau sekitar 41,3 persen dari
total pembiayaan saat ini yang sudah mencapai 359,1 miliar dollar AS
(www.properti.kompas.com diakses 19 september 2018). Penerimaan
19
pendapatan negara terbesar saat ini adalah pajak, yaitu sebesar 85,6% pada tahun
2017. Semakin besar penerimaan pajak, maka semakin besar pula anggaran yang
dapat dianggarkan untuk pembangunan proyek infrastruktur. (UU APBN 2017).
Fakta dilapangan menunjukkan bahwa fenomena dimana sampai saat ini
pendapatan negara dari sektor pajak belum maksimal (Rosalia & Sapari, 2017).
Dalam suatu wawancara yang dilakukan oleh majalah Tempo, Anwar Nasution
yang juga mantan ketua BPK mengatakan, rasio penerimaan pajak tahun 2017
terhadap PDB masih rendah yang berada di angka 10 persen. Jika dibandingkan
dengan negara berkembang lainnya yang berada di angka 20 persen, rasio
penerimaan pajak Indonesia hanya setengahnya (www.bisnis.tempo.co diakses
11 September 2018) . Jumlah penerimaan negara yang berasal dari perpajakan
sesuai dengan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik dari tahun
2014-2017 dimuat dalam tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 1.1
Realisasi Penerimaan Negara (Milyaran Rupiah), 2014-2017
Sumber Penerimaan 2014 2015 2016 2017
Penerimaan Perpajakan 1.146.865 1.240.418 1.539.166 1.495.893
Pajak Dalam Negeri 1.103.217 1.205.478 1.503.294 1.461.818
Pajak Perdagangan Internasional 43.648 34.939 35.871 34.075
Penerimaan Bukan Pajak 398.590 255.628 245.083 240.362
Sumber: http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1286
Berdasarkan tabel 1.1 menjelaskan bahwa negara dalam hal ini Direktorat
Jendral Pajak perlu mengoptimalkan penerimaan pajak demi percepatan
pembangunan nasional. Namun upaya untuk mengoptimalkan penerimaan pajak
ini mengalami banyak kendala, salah satunya adalah adanya aktivitas
penghindaran pajak atau disebut tax avoidance (Swingly & Sukartha, 2015).
20
Pada tanggal 31 Maret 2017 program amnesti pajak di Indonesia yang telah
dijalankan selama sembilan bulan sejak 1 Juli 2016 berakhir. Program tersebut
secara keseluruhan dapat dikatakan berhasil dengan memiliki indikator
diantaranya berupa nilai repatriasi harta yang dilaporkan sebesar Rp146 triliun
atau sekitar 1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2016. Capaian
tersebut jauh lebih baik jika dibandingkan dengan hasil amnesti yang telah
dijalankan di Indonesia sebelumnya, maupun capaian amnesti negara-negara
lain di dunia. Sebagai salah satu momentum peningkatan kepatuhan Wajib Pajak
di Indonesia, beberapa indikasi awal telah menunjukkan tanda-tanda positif.
Pada tahun 2017, terdapat lebih dari 870 ribu Wajib Pajak peserta amnesti pajak
yang menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan (Kemenkeu, 2018).
Berbeda dengan negara, perusahaan sebagai wajib pajak menempatkan
pajak sebagai suatu beban (Saputra, 2017). Perusahaan sebagai wajib pajak akan
berusaha untuk memaksimalkan laba melalui berbagai macam efisiensi beban,
termasuk beban pajak. Dalam upaya efisiensi beban pajak, banyak perusahaan
melakukan penghindaran pajak (Hanafi, 2014).
Kasus-kasus mengenai penghindaran pajak yang terjadi di Indonesia adalah
dimuat dalam berita online pada bulan januari 2015. Dalam pertemuan bersama
Pemimpin Redaksi media massa mantan Menteri Keuangan Bambang
Brodjonegoro menjelaskan bahwa ada 4000 perusahaan berstatus PMA tidak
pernah bayar pajak selama hidupnya (www.m.detik.com diakses 01 agustus
2018). Kasus besar yang pernah dilakukan oleh perusahaan global dapat dilihat
pada tabel 1.2 sebagai berikut:
21
Tabel 1.2
Kasus Penghindaran Pajak
No. Nama Perusahaan Tuduhan Kasus Kecurangan
1. IKEA (2016) Dituduh tidak membayar pajak lebih dari €1 miliar
selama enam tahun dari tahun 2009 hingga 2014.
Menurut Greens/European Free Alliance, pada
tahun 2014 Ikea menyebabkan hilangnya
pemasukan pajak di Jerman senilai 35 juta euro, 24
juta euro di Prancis dan 11,6 juta euro di Inggris.
2. PT RNI (2016) PT. RNI sebagai PMA menyalahgunakan Peraturan
Pemerintah 46/2013 tentang Pajak Penghasilan
khusus UMKM, dengan tarif final 1 persen.
3. HSBC (2015) Sejumlah orang mempergunakan kerahasian bank
untuk memiliki rekening yang tidak diumumkan.
Raksasa perbankan HSBC membantu kliennya
menghindari pembayaran pajak ratusan juta
poundsterling. Banyak orang menggunakannya
untuk menyembunyikan uang kontan dari petugas
pajak. HSBC menghadapi penyelidikan dugaan
tindakan kejahatan di Amerika Serikat, Prancis,
Belgia dan Argentina.
4.
PT Asian Agri
(2015)
Direktur PT Asian Agri melakukan kecurangan
terhadap laporan perpajakannya hingga merugikan
negara begitu besar, yaitu diperkirakan sebesar
786,3 miliar.
5. PT CCI (2014) Diduga mengakali pajak sehingga menimbulkan
kekurangan pembayaran pajak senilai Rp 49,24
miliar. Kasus ini terjadi tahun pajak 2002-2006.
6. Google (2014) Google memindahkan pendapatan senilai $12
miliar ke sebuah perusahaan penambung di
Bermuda, afiliasi terdaftar Irish yang dikenal
dengan Google Ireland Holding. Google
menggunakan strategi yang dikenal dengan istilah
“Double Irish With a Dutch Sandwich”, yang
membantu perusahan induknya, Alphabet,
menikmati tarif pajak efektif hanya 6% dari
keuntungan di luar Amerika Serikat.
7. Apple Inc (2012) Menyembunyikan uang pendapatan senilai US$ 11
miliar di negara-negara yang mendapatkan
keringanan pajak (tax heaven) antara lain Virginia
Island, Irlandia dan Luxembourg. Sehingga pajak
yang seharusnya dibayarkan menjadi kecil.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
22
Penghindaran pajak yang terjadi merupakan praktik yang dilakukan secara
sengaja. Penghindaran pajak dapat masuk kedalam kebijakan perusahaan yang
diambil oleh eksekutif (Dyreng, et al., 2010). Eksekutif yang memiliki tax-
minded secara aktif menerapkan strategi penghematan pajak pribadi, juga turut
menerapkan strategi untuk menurunkan pajak perusahaan (Cavazos et al., 2015).
Lima sektor penyumbang terberbesar penerimaan pajak bersumber dari
sektor Industri Pengolahan (Manufaktur), Perdagangan (Besar dan Eceran), Jasa
Keuangan, Kontruksi dan Pertambangan yang berkontribusi sekitar 76, % dari
total penerimaan. Dua sektor utama, yakni sektor industri pengolahan dan
perdagangan secara umum merupakan kontributor utama perekonomian
nasioanal (mencakup sekitar 33 persen PDB nasional). (Kemenkeu, 2018).
Dengan sistem pemungutan pajak di Indonesia yang menggunakan self
assesment system, perusahaan dapat melakukan upaya untuk menghindari beban
pajak (Rosalia & Sapari, 2017). Putri & Launtania (2016) melakukan penelitian
untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap penghindaran pajak dan
diperoleh hasil bahwa ROA yang merupakan proksi dari profitabilitas
berpengaruh secara parsial terhadap penghindaran pajak. Sedangkan penelitian
Rosalia dan Sapari (2017) memperoleh hasil bahwa profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Banyaknya perusahaan yang melakukan penghindaran pajak membuktikan
bahwa fungsi pengawasan oleh komite audit perusahaan-perusahaan publik di
Indonesia belum sepenuhnya dilakukan. Sarra (2017) menemukan bahwa komite
audit berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Hasil berbeda
23
dikemukakan oleh Swingly & Sukartha (2015), dimana dalam penelitiannya ia
menemukan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran
pajak.
Selain pengawasan internal, dibutuhkan juga pengawasan dari pihak
eksternal. Auditor eksternal harus melaporkan kepada manajemen atas setiap
risiko yang terindikasi, dan memberikan saran untuk mengelola risiko-risiko
tersebut (Wallace & Zinkin, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Safa et al.,
(2017) menemukan bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap penghindaran
pajak. Sedangkan penelitian Rosalia & Sapari (2017) menemukan bahwa
kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Penggunaan analisis fraud triangle secara umum yang digunakan untuk
mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan sudah banyak dilakukan dalam
penelitian sebelumnya (Reskino & Fahri, 2016; Masumi, 2017; Aprilia et. al.,
2015; Martantya & Daljono, 2013; Skousen, 2008), belum banyak untuk
memprediksi dan menjelaskan kecurangan pajak. Penelitian sebelumnya
menjelaskan bahwa penghindaran pajak dilakukan karena adanya tekanan untuk
mencapai terget keuangan (Suprapti, 2016). Keterbatasan penelitian Suprapti
(2016) hanya menggunakan ROA dan Size sebagai proksi tekanan. Sedangkan
dalam penelitian Suprapti (2017) yang mengembangkan penelitian dari Suprapti
(2016) menjelaskan bahwa fenomena penghindaran pajak yang bergeser kearah
tindakan tidak legal, mendorong atau memotivasi perilaku penghindaran pajak
ketika ada tekanan keuangan internal maupun eksternal.
24
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berkaitan dengan kecurangan perpajakan. Hal yang membuat penelitian ini unik
dan menarik untuk diteliti adalah sebagai berikut:
1. Peneliti menggunakan teori fraud triangle untuk menganalisis kecurangan
terhadap penghindaran pajak. Penelitian sebelumnya dilakukan untuk
mendeteksi kecurangan laporan keuangan secara umum, belum banyak
untuk memprediksi dan menjelaskan penghindaran pajak.
2. Penelitian ini melengkapi penelitian sebelumnya (Suprapti, 2017) yang
hanya fokus pada tekanan (pressure) baik internal maupun eksternal.
3. Peneliti menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang merupakan
salah satu penyumbang terbesar dalam penerimaan pajak dan kontributor
utama perekonomian nasional (Kemenkeu, 2018).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Komite Audit dan Kualitas
Audit Terhadap Tax Avoidance Dengan Menggunakan Analisis Fraud
Triangle (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2014-2017)”.
25
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitin yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance)?
2. Apakah Komite Audit berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance)?
3. Apakah Kualitas Audit berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance)?
4. Apakah Profitabilitas, Komite Audit, dan Kualitas Audit berpengaruh
terhadap penghindaran pajak (tax avoidance)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris tentang:
a. Untuk menganalisis pengaruh Profitabilitas terhadap penghindaran pajak
(tax avoidance).
b. Untuk menganalisis pengaruh Komite Audit terhadap penghindaran pajak
(tax avoidance).
c. Untuk menganalisis pengaruh Kualitas Audit terhadap penghindaran pajak
(tax avoidance).
d. Untuk menganalisis pengaruh Profitabilitas, Komite Audit, dan Kualitas
Audit terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
26
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini antara lain
adalah sebagai berikut:
a. Kontribusi Teoritis
Manfaat penelitian yang diharapkan untuk kontribusi teoritis antara lain
adalah sebagai berikut:
1) Mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai
bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk
menambah ilmu pengetahuan.
2) Masyarakat, sebagai sarana informasi untuk menambah
pengetahuan akuntansi.
3) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang
akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta
menambah referensi mengenai topik ini.
b. Kontribusi Praktis
Manfaat penelitian yang diharapkan untuk kontribusi praktis antara lain
adalah sebagai berikut:
1) Bagi Direktorat Jenderal Pajak (DJP), sebagai referensi agar dapat
memberikan perhatian yang lebih terhadap praktik penghindaran
pajak yang merugikan negara serta bahan pertimbangan untuk
membuat keputusan mengenai aturan perpajakan yang lebih baik
dimasa yang akan datang;
27
2) Bagi perusahaan, agar perusahaan dapat mengelola sumber daya
manusia yang dimiliki dengan lebih baik guna meningkatkan kinerja
dan kepatuhan terhadap peratuan akuntansi dan perpajakan yang
berlaku;
3) Bagi investor, sebagai pengetahuan agar lebih berhati-hati dalam
menanamkan investasinya di setiap perusahaan dan terhindar dari
dampak negatif yang akan ditimbulkan atas penghindaran pajak yang
dilakukan perusahaan.
28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Bahavior)
Perilaku yang ditampilkan manusia cukup unik dan beragam, akibat
keberagaman dan keunikan tersebut muncul beberapa teori yang
mendasarinya. Salah satu teori yang mendasari perilaku adalah teori
perilaku terencana. Teori perilaku terencana atau planned behavior adalah
teori yang mengasumsikan perilaku ditentukan oleh keinginan individu
untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu (Mahyarni,
2013).
Teori perilaku terencana atau TPB (theory of planned behavior)
merupakan pengembangan lebih lanjut dari Teori Perilaku Beralasan
(theory of reasoned action). TPB merupakan teori perilaku yang memiliki
keunggulan dibandigkan dengan teori keperilakuan lainnya, karena teori
ini dapat mengidentifikasikan keyakinan seseorang terhadap sesuatu yang
akan terjadi dari hasil perilaku, sehingga membedakan antara perilaku
seseorang yang melakukan tindakan dan tidak melakukan tindakan (Ajzen,
1991).
Teori Reasoned Action dikembangkan tahun 1967 yang selanjutnya
teori ini dikembangkan dan diperluas kembali oleh Icek Ajzen dan Martin
Fishbein. Pada tahun 1998, Ajzen mengembangkan theory of reasoned
action dengan menambahkan kepercayaan individu dan persepsi individu
29
mengenai kontrol perilaku, yaitu kepercayaan bahwa individu dapat
melakukan suatu periaku didasari oleh kemampuan untuk melakukannya
(Lee & Kotler, 2011, hal 198). Hal itu dilakukan untuk melengkapi
kekurangan yang ditemukan oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein melalui
penelitian yang mereka lakukan terhadap teori reasoned action. Teori ini
dinamakan dengan Teori Perilaku Terencana (theory of planned bahavior).
Theory of Reasoned Action (TRA) dan Theory of Plannedd Behavior
(TPB) memiliki asumsi utama yaitu bahwa individu akan rasional dalam
mempertimbangkan tindakan mereka dan implikasi dari tindakan mereka.
Rasionalitas pengambilan keputusan mengasumsikan bahwa keputusan
tersebut dibuat dibawah ketidakpastian (Mahyarni, 2013).
Gambar 2.1
Model Theory of Planned Behavior
Penjelasan singkat terkait model teori planned behavior adalah
sebagai berikut:
30
a. Sikap (Attitude)
Sikap terhadap perilaku ditentukan oleh keyakinan yang diperoleh
mengenai konsekuensi dari suatu perilaku atau disebut juga Behavioral
Beliefs. Belief berkaitan dengan subjektif seseorang dengan dunia
sekitarnya. Cara mengetahui belief dalam teori planned behavior adalah
menghubungkan dan mengevaluasi suatu perilaku dengan macam-
macam manfaat dan kerugian yang mungkin diperoleh apabila kita
melakukan atau tidak melakukannya. Sebuah perilaku tergantung dari
penilaian individu terhadap hasil yang diharapkan dari perilaku (Ajzen,
2005).
b. Norma Subjektif (Subjective Norm)
Ajzen 2005 menjelaskan bahwa norma subjektif merupakan
pandangan individu mengenai pemikiran orang lain yang akan
mendukung atau tidak mendukungnya dalam melakukan sesuatu, karena
pandangan ini bersifat subjektif maka variabel ini dinamakan norma
subjektif. Norma subjektif berdasarkan pada tekanan sosial yyang
dihadapi oleh individu untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Sikap dan perilaku memiliki hubungan yang sangat menentukan
dengan keyakinan (belief), maka norma subjektif juga dipengaruhi oleh
keyakinan, perbedaannya adalah hubungan sikap dan perilaku
merupakan keyakinan terhadap perilaku yang akan dilakukan.
(behavioral belief) maka norma subjektif adalah keyakinan individu
31
berdasarkan pandangan orang lain yang berhubungan dengan individu
tersebut (normative belief) (Mahyarni, 2013).
c. Kontrol Perilaku (Perceived Behavioral Control)
Dalam Ajzen 2005 menyebutkan bahwa perilaku merupakan
pandangan kemudahan atau kesulitan dalam melakukan suatu perilaku
dan diasumsikan untuk memberikan pandangan pengalaman yang
lampau dan halangan ataupun rintangan yang dihadapi. Kontrol perilaku
merupakan hal yang penting dalam teori planned behavior karena
merupakan faktor pembeda antara teori reasoned action dengan teori
planned behavior. Hal yang paling penting dalam kontrol perilaku adalah
kepercayaan diri.
Respon positif dan norma subjektif yang medukung suatu perilaku
lebih banyak serta adanya kontrol perilaku yang lebih baik maka niat
seseorang untuk melakukan suatu perilaku dengan pertimbangan akan
semakin kuat.
Praktik penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan tidak bisa
lepas dari adanya Theory of Planned Bahavior. Teori tersebut membantu
menjelaskan kecenderungan penghindaran pajak perusahaan yang
direncanakan. Berdasarkan model Theory of Planned Behavior dapat
dijelaskan bahwa perilaku individu untuk tidak patuh terhadap ketentuan
perpajakan dipengaruhi oleh niat (intention) untuk berperilaku tidak
patuh (Widi Hidayat & Argo Adhi Nugroho, 2010).
32
TPB relevan untuk menjelaskan perilaku wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebelum individu melakukan
sesuatu, individu tersebut akan memiliki keyakinan mengenai hasil yang
akan diperoleh dari perilakunya tersebut. Penghindaran pajak yang
dilakukan oleh perusahaan bukan merupakan suatu kebetulan. Keputusan
untuk melakukan penghindaran merupakan hasil kebijakan perusahaan
(Hanafi, 2014). Wajib pajak yang sadar pajak, akan memilki keyakinan
mengenai pentingnya membayar pajak untuk membantu
menyelenggarakan pembangunan negara (behavioral beliefs)
(Mustikasari, 2007).
2. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Dalam suatu negara, pajak merupakan salah satu sumber terbesar
yang menjadi penerimaan negara. Akan tetapi, tidak semua wajib pajak
mau melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan yang
seharusnya. Aumeerun et al, (2016) menyebutkan bahwa ketidakpatuhan
pajak adalah sebuah tindakan yang tidak mematuhi hukum dan peraturan
perpajakan sebuah negara dengan tidak membayar pajak atau tidak
melaporkan jumlah pendapatan yang sesungguhnya, yang mana dapat
mencakup menghindari pajak dalam cara yang legal, yaitu penghindaran
pajak dan ilegal, yaitu penggelapan pajak.
Beban pajak dihitung berdasarkan tarif pajak dikali dengan laba
perusahaan. Laba perusahaan menurut PSAK 46 dibagi menjadi laba
akuntansi dan laba fiskal. Perbedaan perhitungan laba akuntansi yang
33
terdapat dalam laporan keuangan dengan laba fiskal yang dihitung
menurut peraturan perpajakan merupakan celah yang dapat dimanfaatkan
untuk menghindari pembayaran pajak (Hanafi, 2014).
Ada beberapa cara yang digunakan perusahaan untuk menghindari
pajak yang dapat dilakukan secara legal dan ilegal. Cara yang dapat
ditempuh untuk menghindari beban pajak secara legal (tax planning)
yaitu: pertama, tax saving adalah upaya wajib pajak menghindari hutang
pajaknya dengan jalan menahan diri untuk tidak membeli produk yang
ada pajak pertambahan nilainya atau mengurangi jam kerja, sehingga
menurunkan penghasilan yang akan terhindar dari pajak yang lebih besar.
Kedua adalah tax avoidance yang merupakan upaya penghindaran pajak
dengan metode dan teknik yang digunakan cenderung memanfaatkan
kelemahan-kelemahan (grey area) yang terdapat dalam undang-undanng
dan peraturan perpajakan yang berlaku, untuk memperkecil jumlah pajak
yang terutang (Saputra, 2017).
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi beban pajak yang
harus dibayarkan disebut sebagai penghindaran pajak. Penghindaran
pajak adalah melakukan tindakan meminimalkan kewajiban pajak dalam
koridor hukum (Aumeerun et al., 2016). Oleh sebab itu, pada umumnya
penghindaran pajak dianggap sebagai pengeksploitasian kompleksitas,
teknikalitas, dan celah dalam hukum perpajakan (Dowling, 2013).
Pergeseran fenomena penghindaran pajak dari aktivitas legal
mengarah pada aktivitas tidak legal (Slemrod & Yitzhaki, 2002) memberi
34
peluang penelitian dengan landasan teori kecurangan. Teori fraud
triangle menyatakan bahwa kecurangan terjadi ketika ada tekanan,
kesempatan, dan rasionalisasi (Cressey, 1950). Tekanan (presuure)
merupakan kesuksesan keuangan yang dapat mendorong produktivitas,
inovasi, tetapi juga menyebabkan perilaku curang eksekutif perusahaan.
Tekanan yang kuat terhadap kesuksesan keuangan cenderung
memberikan dorongan eksekutif perusahaan mengabaikan kontrol
regulasi untuk memperoleh keuntungan keuangan. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa manajer yang melakukan kecurangan dilandasi
oleh upaya pemanfaatan peluang mengabaikan aturan normatif dan
regulasi ketika aturan yang ada menghambat pencapaian kesuksesan
keuangan mereka (Suprapti, 2017).
Melihat penghindaran pajak sebagai penyalahgunaan tax shelters.
Penghindaran pajak yang dilakukan secara ilegal adalah tax evasion atau
dapat juga dianggap penggelapan pajak, yaitu melakukan penghindaran
pajak yang tidak diperbolehkan dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan. Perbedaan tax avoidance dan tax evasion adalah bahwa tax
evasion adalah ilegal, yang terdiri dari pelanggaran yang disengaja atau
pengakalan peraturan pajak yang berlaku untuk meminimalkan
kewajiban pajak. Tax avoidance merupakan penghindaran pajak yang
tidak ilegal, yaitu tindakan mengambil keuntungan pada kesempatan
yang ada dalam peraturan perpajakan untuk mengurangi kewajiban pajak
perusahaan.
35
Perencanaan pajak merupakan langkah awal dari manajemen pajak
yang digunakan untuk mengestimasi jumlah pajak yang akan dibayar dan
hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghindari pajak dengan cara
mengumpulkan dan meneliti peraturan pajak, dengan maksud dapak
diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang dilakukan. Sebuah
perusahaan menggunakan berbagai strategi untuk menurunkan pajak
yang harus dibayarnya, salah satunya dengan melibatkan jasa konsultan
(Huseynov & Klamm, 2012). Perusahaan dapat melakukan manajemen
pajak yang tujuannya untuk menekan serendah mungkin kewajiban
pajaknya. Manajemen pajak harus dilakukan dengan sebaik mungkin
agar tidak menjurus kepada pelanggaran peraturan perpajakan (tax
evasion). Perusahaan juga melakukan tindakan agresif perpajakan yaitu
dengan memanfaatkan celah-celah sekecil mungkin yang ada dalam
peraturan perpajakan untuk menekan beban pajaknya.
Zulma (2016) mengatakan, masih terdapat pro dan kontra mengenai
penghindaran pajak dalam perkembangannya. Terdapat pendapat bahwa,
penghindaran pajak dapat memberikan manfaat melalui penghematan
perusahaan, mengurangi resiko default bank, dan menurunkan biaya
pinjaman. Namun pendapat lain mengatakan sebaliknya, bahwa dampak
penghindaran pajak akan menimbulkan risiko pemeriksaan pajak dan
risiko agensi. Penghindaran pajak yang merupakan strategi pajak agresif
yang dilakukan untuk meminimalkan beban pajak akan dapat
36
menyebabkan meningkatnya risiko untuk perusahaan seperti denda dan
reputasi perusahaan yang buruk di mata publik.
3. Profitabilitas
Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan profit
ialah keuntungan, yang mana keuntungan ini dapat diperoleh dengan
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. pada
umumnya, risiko keuangan digunakan sebagai tolak ukur bagaimana
kondisi kesehatan perusahaan, terutama kondisi finansial. Rasio
keuangan dapat didefinisikan sebagai hubungan antara dua informasi
keuangan kuantitatif individual yang terhubung satu sama lain dalam
beberapa cara yang logis dan hubungan ini dianggap sebagai indikator
keuangan yang memiliki makna yang dapat digunakan oleh pengguna
informasi keungan yang berbeda.
Salah satu rasio yang sering digunakan dalam mengukur
profitabilitas suatu perusahaan adalah return on asset (ROA), yang mana
pengukuran ini digunakan untuk mengetahui bagaimana kemampuan
perusahaan dalam memanfaatkan asetnya utuk memperoleh laba
(keuntungan). Profitabilitas biasa juga digunakan sebagai ukuran unutk
laba yang dihasilkan oleh perusahaan selama periode waktu berdasarkan
tingkat penjualan, aset, modal yang digunakan, kekayaan bersih dan laba
per saham. Rasio profitabilitas mengukur kapasitas pendapatan
perusahaan dan dianggap sebagai indikator untuk pertumbuhan,
37
keberhasilan, dan kontrol. Rasio ini juga menunjukkan kemajuan dan
tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan oleh investor.
Tak hanya pemegang saham yang mendapatkan manfaat dari rasio
profitabilitas, melainkan pemangku kepentingan yang lainnya. Hal ini
dikarenakan pemangku kepentingan dapat mengetahui sejauh mana
efesiensi pemanfaatan aset yang dimilki perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan. Kreditur sebagai salah satu pemangku kepentingan juga
tertarik dengan rasio profitabilitas, kreditur dapat mengetahui bagaimana
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban bunganya.
Dengan melakukan penghindaran pajak, perusahaan dapat
memperoleh manfaat berupa penghematan kas, manfaat yang paling jelas
dari tindakan penghindaran pajak ialah penghematan kas dari pajak yang
dihindarkan. Penghematan kas mengarah pada peningkatan arus kas
perusahaan yang mana perusahaan dapat melakukan investasi
menggunakan kas yang dapat dihematnya, sehingga meningkatkan nilai
perusahaan dan kekayaan pemegang saham dengan bertambahnya
dividen. Oleh sebab itu, perusahaan yang memiliki keuntungan yang
tinggi cenderung akan melakukan penghindaran pajak, yang didukung
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Dewi & Noviari, 2017) dan
(Subagiastra et al., 2016) yang menemukan bahwa semakin tinggi
profitabilitas perusahaan akan berdampak positif terhadap CETR, yang
berarti semakin tinggi penghindaran pajak yang dilakukan.
38
4. Komite Audit
Menurut BAPEPAM-LK Nomor IX.I.5 yang dimaksud dengan
komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam
rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Diantaranya
membantu dewan komisaris dengan memberikan pendapat profesional
yang independen untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi
penyimpangan pengelolaan perusahaan.
Komite audit memiliki tugas memastikan independensi dan
objektivitas auditor eksternal, selain memonitor manajemen perusahaan.
Peran utama dan tanggung jawab komite audit yaitu: mengawasi
integritas laporan keuangan, melakukan review atas sistem kontrol
keuangan internal perusahaan, mengawasi dam melakukan review atas
efektivitas audit internal perussahaan, membuat rekomendasi kepada
dewan dalam hubungan dengan pertemuan dengan auditor eksternal dan
menyetujui remunisasi dan perjanjian dengan auuditor eksternal,
mengawasi dan melakukan review atas indepedemsi, efektifitas, dan
objektivitas auditor eksternal, serta mengembangkan dan melaksanakan
kebijakan dalam perjanjian dengan auditor eksternal untuk memenuhi
jasa non-audit.
Dalam surat edaran Direksi Bursa Efek Indonesia SSE
008/BEJ/12/2001 tanggal 7 Desember 2001 perihal keanggotaan komite
audit, disebutkan bahwa:
39
1) Jumlah anggoa komite audit sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang,
termasuk komite audit.
2) Anggota komite audit yag berasal dari komisaris hanya sebanyak 1
(satu) orang. Angota komite audit yang berasal dari komisaris
tersebut harus merupakan komisaris independen perusahaan tercatat
yang sekaligus menjadi ketua komite audit.
3) Anggota lainnya dari komite audit adalah berasal dari pihak
eksternal yang independen. Yang dimaksud pihak eksternal adalah
pihak diluar perusahaan tercatat yang bukan merupakan komisaris
direksi dan karyawan perusahaan tercatat, sedangkan yang
dimaksud independen adalah pihak diluar perusahaan tercatat yang
tidak memiliki hubungan usaha dan hubungan afiliasi dengan
perusahaan tercatat, komisaris, direksi dan pemegang saham utama
perusahaan tercatat dan mampu memberikan pendapat profesional
secara bebas sesuai dengan etika profesionalnya, tidak memihak
pada kepentingan siapapun.
Komite audit terdiri dari sedikitnya tiga orang, diketuai oleh
komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang
independen serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan
keuangan. Dalam pelaksanaan tugasnya, komite audit memiliki fungsi
sebagai berikut:
40
1) Meningkatkan kualitas laporan keuangan.
2) Menciptakan iklim disiplin dan pengendalian yang dapat
mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam
pengelolaan perusahaan.
3) Meningkatkan efektivitas fungsi audit internal maupun eksternal.
4) Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan
komisaris / dewan pengawas.
Komite audit bertugas untuk memberikan pendapat kepada dewan
komisaris atas laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada
dewan komisaris, mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian
komisaris, dan melaksanakan tugas-tuga lain yang berkaitan dengan
tugas dewan komisaris.
5. Kualitas Audit
Tugas utama auditor eksternal adalah untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan. Selain itu, dari analisis dan pengujian lainnya
yang dilakukan, auditor harus melaporkan kepada manajeman atas setiap
risiko yang teridentifikasi baik internal maupun eksternal, dan
memberikan saran untuk mengelola risiko-risiko tersebut (Wallace &
Zinkin, 2005).
Peran audit adalah untuk mengurangi asimetri informasi pada angka
akuntansi dan untuk meminimalkan kerugian residual yang dihasilkan
dari kesempatan manajemen dalam pelaporan keuangan. Agar
41
menghasilkan dampak yang bermanfaat sebagai alat pengawas, kualitas
yang efektif dan dapat dirasakan sangat diperlukan. Kualitas audit yang
dirasakan oleh pengguna laporan keuangan setidaknya sama pentingnya
dengan kualitas audit yang efektif. Kualitas audit berhubungan dengan
pemilihan auditor (Kasim, Hashim, & Salman, 2016), yang mana secara
umum diasumsikan bahwa perusahaan memilih kualitas audit mereka
sendiri melalui piliihan auditor mereka.
Untuk dapat memenuhi kualitas audit yang baik maka auditor dalam
menjalankan profesinya sebagai pemeriksa harus berpedoman pada kode
etik akuntan, standar profesi dan standar akuntansi keuangan yang
berlaku di Indonesia. Setiap auditor harus mempertahankan integritas
dan objektivitas dalam melaksanakan tugasnya dengan bertindak jujur,
tegas, tanpa pretensi sehingga auditor tidak bertindak adil, tanpa
dipengaruhi atau permintaan pihak tertentu untuk memenuhi kepentingan
pribadinya.
Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan audit dan
jasa lainnya yang diberikan oleh akuntan publik inilah yang akhirnya
mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang
dihasilkan. Tindakan dan sifat yang diambil seorang akuntan publik
haruslah sesuai dengan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yaitu
independen, objektif dan integritas. Ketiga syarat tersebut tertera di
dalam Standar Profesional Akuntan Publik tentang Aturan Etika
Kompartemen.
42
Kasim et al. (2016) menyebutkan bahwa indikator-indikator yang
umumnya digunakan penelti-peneliti untuk menilai kualitas audit seperti
ukuran auditor, biaya audit, dan reputasi auditor merupakan indikator
yang relevan dengan auditor the big four karena mereka dikenal dengan
reputasi terbaik dan KAP terbesar didunia.
6. Kecurangan (Fraud)
a. Definisi Fraud
Statement on Auditing Standards No. 99 mendefinisikan fraud
sebagai “an intentional act the result in a material misstatement in
financial statement that are the subject of an audit”. Sedangkan menurut
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE, 2010), fraud adalah
tindakan penipuan atau kekeliruan yang dibuat oleh seseorang atau badan
yang mengetahui bahwa kekeliruan tersebut dapat mengakibatkan
beberapa manfaat yang tidak baik kepada individu atau entitas.
Selain itu menurut Black Law Dictionary (8th Ed), definisi fraud
yaitu: The intentional use of deceit, a trick or some dishonest means to
deprive another of his money, property or legal right, either as a cause
of action or as fatal element in the action it self. Definisi tersebut dapat
diterjemahkan dengan suatu perbuatan sengaja untuk menipu atau
membohongi, suatu tipu daya atau cara-cara yang tidak jujur untuk
mengambil atau menghilangkan uang, harta, hak yang sah miliki orang
lain baik karena suatu tindakan atau dampak yang fatal dari tindakan itu
sendiri.
43
Dari beberapa definisi atau pengertian fraud (kecurangan) diatas,
maka dapat diketahui bahwa pengertian fraud sangat luas dan dapat
dilihat pada beberapa kategori kecurangan. Menurut Badan Pemeriksa
Keuangan (2008) secara umum, unsur-unsur dari kecurangan adalah:
1) Harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation);
2) Dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present);
3) Fakta bersifat material (material fact);
4) Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly
or recklessly);
5) Dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi;
6) Pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah
pernyataan tersebut (misrepresentation);
7) Yang merungikannya (detriment).
Ketika unsur-unsur yang telah diuraikan diatas ditemui dalam
kondisi suatu perusahaan, maka dapat disimpulkan kondisi tersebut
merupakan tindakan fraud. Karena jika tidak maka kondisi tersebut
masih berada pada posisi tahap kesalahan atau kelalaian, karena fraud
tersebut dilakukan dengan sengaja (Priantara, 2013:7).
b. Jenis-jenis Fraud
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) membagi
kecurangan (fraud) dalam 3 (tiga) jenis atau tipologi berdasarkan
perbuatan, yaitu:
44
1) Asset Misappropriation
Asset Misappropriation meliputi penyalahgunaan atau
pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan
bentuk fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang
tangible atau dapat diukur (defined value).
2) Fraudulent Statement
Fraudulent Statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh
pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau intansi pemerintah
untuk menutup kondisi keuangan yang sebenarnya dengan
melakukan rekayasa keuangan dalam penyajian laporan keuangan
untuk memperoleh keuntungan.
3) Corruption
Yang banyak terjadi di negara-negara yang penegakan
hukumnya lemah dan masug kurang kesadaran akan tata kelola
yang baik sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan.
Farud jenis ini seringkali tidak dapat dideteksi karena pihak yang
bekerja sama menikmati keuntungan. Termasuk didalamnya
adalah konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan
(bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities),
dan pemerasan secara ekonomi (economic extortion).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fraud tidak
hanya terbatas pada tindak pidana korupsi yang didalamnya termasuk
konflik kepentingan, penyuapan dan penerimaan yang tidak sah.
45
Namun menurut ACFE kecurangan (fraud) terbagi dalam 3 jenis atau
tipologi berdasarkan perbuatan.
c. Dateksi Fraud
Langkah pertama untuk mendeteksi kecurangan adalah dengen
mengetahui dimana pertama kali harus memulai menerepkan kontrol,
setelah itu memahami faktor-faktor yang menyebabkan kecurangan dan
mendefinisikan area utama dengan melaksanakan pemeriksaan lebih
rinci untuk memperkirakan akun mana yang paling berisiko, hal
tersebut adalah cara mendeteksi kecurang yang paling efektif. Pada
tahap ini kecurigaan dan keraguan auditor adalah pokok penting.
Terlebih lagi auditor harus mengevaluasi semua proses dengan
keraguan yang profesional saat mendeteksi kecuragan (AICPA, 2002).
7. Segitiga Kecurangan (Fraud triangle)
Konsep segitiga kecurangan pertama kali diperkenalkan oleh
Cressey (1953). Melalui serangkaian wawancara dengan 113 orang
yang telah di hukum karena melakukan penggelapan uang perusahaan
yang disebutnya “trust violators” atau “pelanggar kepercayaan”,
Cressey (1953) menyimpulkan bahwa:
“Orang yang dipercaya menjadi pelanggar kepercayaan ketika ia
melihat dirinya sendiri sebagai orang yang mempunyai masalah
keuangan yang tidak dapat diceritakannya kepada orang lain,
sadar bahwa masalah ini secara diam-diam dapat diatasinya
dengan menyalahgunakan kewenangan sebagai pemegang
kepercayaan di bidang keuangan, dan tindak-tanduk sehari-hari
memungkinkannya menyesuaikan pandangan mengenai dirinya
sebagai seorang yang biasa dipercaya dalam menggunaka dana
atau kekayaan yan dipercayakan”.
46
Konsep ini sejalan dengan Statement On Auditing Standards
(SAS) No. 99 (2002:8) menjelaskan terdapat tiga kondisi umum yang
hadir ketika kecurangan atau fraud terjadi. Kondisi tersebut adalah:
1) Manajemen atau karyawan lainnya memiliki incentive atau
dalam tekanan, yang menyediakan mereka alasan untuk mereka
meakukan fraud.
2) Keadaan yang memungkinkan, seperti tidak adanya
pengendalian, pengawasan yang tidak efektif atau manajemen
atau manajemen yang mengesampingkan pengendalian.
3) Munculnya rasionalisasi saat melakukan fraud.
Konsep faktor resiko kecurangan yang terdiri dari pressure,
opportunity, dan rationalization dikenal sebagai “fraud triangle”.
Tiga faktor tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2
Fraud triangle
Sumber: Fraud triangle Theory oleh Cressey (Tuanakotta,2014)
Opportunity
Rasionalization Pressure
47
a. Incentive/Pressure (Tekanan)
Penggelapan uang perusahaan oleh pelakunya bermula dari
suatu tekanan yang menghimpitnya (Tuanakotta, 2014). Pada
umumnya tekanan muncul karena kebutuhan atau masalah financial
tapi banyak juga yang hanya terdorong oleh keserakahan. Tekanan
adalah dorongan seseorang dalam melakukan fraud.
Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk gaya
hidup, tuntutan ekonomi, dan lain-lain termasuk hal keungan dan non
keuangan. Dalam hal keuangan sebagai contoh dorongan untuk
memiliki barang-barang yang bersifat materi, sedangkan dalam hal
non keuangan misalnya tindakan untuk menutupi kinerja yang buruk
karena tuntutan pekerjaan untuk medapatkan hasil yang baik.
Dalam SAS No. 99 (2002) dan Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) SA 240 (2013) terdapat empat kondisi yang
menyebabkan terjadinya pressure atau tekanan dalam kecurangan
laporan keuangan:
1) Fiancial stability or profitability (stabilitas dan profitabilitas
keuangan) terencana oleh kondisi ekonomi, industri atau
keadaan operasi entitas, seperti:
a) Ketatnya kompetisi atau kejenuhan pasar, yang disertai
dengan penurunan margin.
48
b) Tingginya kerentanan terhadap perubahan yang pesat,
seperti perubahan dalam teknologi, keusangan produk,
atau tingkat bunga.
c) Penurunan signifikan dalam permintaan pelanggan dan
peningkatan kegagalan bisnis, baik dalam industri
maupun ekonomi secara keseluruhan.
d) Kerugian operasi menjadi ancaman terjadinya
kebangkrutan, penyitaan, atau pengambilalihan dengan
menggunakan tekanan dalam waktu dekat.
e) Arus kas negatif operasi yang berulang atau
ketidakmampuan untuk menghasilkan arus kas dari
operasi sementara entitas masih melaporkan laba dan
pertumbuhan laba.
f) Pertumbuhan profitabilitas yang pesat atau tidak biasa,
terutama ketika dibandingkan dengan entitas lain dalam
industri yang sama.
g) Kebijakan akuntansi atau peraturan perundang-undangan
yang baru.
Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
adanya tekanan financial stability lebih berkaitan dengan
kondisi perusahaan dan lingkungan bisnis disekitarnya, karena
berkaitan dengan persaingan bisnis dengan kompetitor untuk
49
menunjukkan bahwa perusahaan mereka memiliki kondisi yang
bagus.
2) Excessive pressure (tekanan yang eksesif) terhadap manajemen
untuk memenuhi ketentuan atau ekspektasi pihak ketiga yang
disebabkan oleh hal-hal berikut:
a) Ekspektasi tingkat profitabilitas atau tren dari analisis
investasi, investor institusional, kreditur signifikan, atau
pihak eksternal lainnya (terutakam ekspektasi yang terlalu
agresif atau tidak realistis), termasuk ekspektasi yang
diciptakan oleh manajemen, sebagai contoh, pesan yang
disampaikan dalam siaran pers atau laporan tahunan yang
terlalu optimis.
b) Kebutuhan untuk memperoleh pembiayaan utang atau
ekuitas tambahan untuk tetap kompetitif, termasuk
pembiayaan untuk riset dan pengembangan atau
pengeluaran modal yang besar.
c) Kemampuan marginal untuk memenuhi ketentuan di
pasar modal atau ketentuan pembayaran kembali utang
atau ketentuan perjanjian utang.
d) Efek yang terlihat atau nyata dari melaporkan kinerja
keuangan yang buruk atas transaksi yang belum
terealisasi yang signifikan, seperti penggabungan bisnis
atau penandatanganan kontrak.
50
Berdasarkan pemaparan diatas dapat dilihat bahwa faktor-
faktor yang menyebabkan adanya tekanan financial targets
lebih berkaitan dengan adanya tekanan dari pihak yang memiliki
kepentingan akan perusahaan tersebut dan untuk menarik agar
investasi tetap berjalan.
3) Informasi yang tersedia mengindikasikan bahwa situasi
keuangan personal manajemen atau pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola terancam oleh kinerja keuangan entitas,
yang disebabkan karena adanya hal-hal sebagai berikut:
a) Kepentingan keuangan yang signifikan dalam entitas.
b) Bagian yang signifikan dari konpensasi mereka (bonus,
opsi saham, dan pengaturan earn-out) tergantung dari
pencapain target yang agresif atas harga saham, hasil
operasi, posisi keuangan, atau arus kas
c) Jaminan personal atas utang entitas.
Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
adanya tekanan personal financial needs lebih berkaitan dengan
kebutuhan internal perusahaan terhadap motif keuangan,
sehingga mereka akan melakukan apa saja untuk mencapai
tujuan mereka.
4) Terdapat tekanan yang eksesif terhadap manajemen atau
personal operasi untuk memenuhi target keuangan yang
51
ditetapkan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,
termasuk target insentif penjual atau profitabilitas.
Berdasarkan uraian diatas maka kecurangan dapat disebabkan
oleh adanya tekanan yang berasal dari financial stability, external
pressure, personal needs, dan financial targets baik yang berasal dari
dalam maupun luar perusahaan.
b. Opportunities (Peluang)
Peluang menyebabkan para pelaku fraud percaya bahwa
aktivitas mereka tidak akan terdeteksi. Adanya peluang
memungkinkan terjadinya kecurangan. Peluang tercipta karena
adanya kelemahan pengendalian internal, ketidakefektifan pengawas
manajemen, atau penyalahgunaan posisi atau otoritas. Cressey
berpendapat peluang terdiri dari dua komponen yaitu general
information dan technical skill, sehingga memungkin bagi pelaku
untuk memanfaatkan komponen tersebut (Tuanakotta, 2014). Dalam
SAS No. 99 (2002) dan SPAP (2013) terdapat beberapa kondisi yang
menyebabkan terjadinya opportunity atau peluang dalam kecurangan
laporan keuangan:
a) Nature of industry (lingkungan industri) menyediakan peluang
untuk terlibat dalam penyusunan laporan keuangan yang
mengandung kecurangan.
52
b) Ineffective monitoring (pengawasan tidak efektif) oleh
manajemen sebagai akibat dari hal-hal berikut:
1. Dominasi manajemen oleh seseorang atau suatu kelompok
kecil (dalam bisnis yang tidak dikelola oleh pemilik) tanpa
disertai oleh pengendalian pengganti.
2. Pengawasan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola terhadap proses pelaporan keuangan dan
pengendalian internal yang tidak efektif.
Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya
peluang yang berasal dari ineffective monitoring lebih berkaitan
dengan kurangnya pengawasan yang seharusnya dilakukan sehingga
ada celah untuk melakukan kecurangan.
c) Organizational structure (struktur organisasi) yang kompleks
atau tidak stabil, yang dibuktikan dengan adanyan hal-hal
sebagai berikut:
1. Kesulitan dalam menentukan organisasi atau individu yang
memiliki kepentingan pengendalian dalam entitas.
2. Struktur organisasi yang kompleks yang melibatkan entitas
hukum atau garis wewenang manajerial yang tidak biasa.
3. Tingkat perputaran yang tinggi dari manajemen senior,
penasihat hukum, atau pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola.
53
Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya
peluang yang berasal dari organizational structure lebih berkaitan
dengan ketidakstabilan sturktur organisasi perusahaan yang
disebabkan karena pergantian posisi strategis, sehingga tugas
pengendalian tidak berjalan dengan baik.
d) Internal control (pengendalian internal) yang kurang baik yang
diakibatkan oleh hal-hal berikut:
1. Pemantauan pengendalian yang tidak memadai, termasuk
pengendalian otomatis dan pengendalian terhadap
pelaporan keuangan interim.
2. Tingangkat perputaran yang tinggi atau pengurangan yang
tidak efektif dari staf akuntansi, audit internal, atau
teknologi informmasi.
3. Sistem akuntansi dan sistem informasi yang tidak efektif,
termasuk situasi yang melibatkan defisiensi pengendalian
internal yang signifikan.
Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya
peluang yang berasal dari internal control lebh berkaitan dengan
tidak efektifnya sistem pengendalian yang dimiliki oleh
perusahaan sehingga tidak bisa mencegah terjadinya kecurangan.
Berdasarkan penjabaran diatas maka kecurangan dapat
disebabkan oleh adanya peluang yang berasal dari nature of industry,
54
ineffective monitoring, organizational structure, dan internal control
baik yang berasal dari dalam maupun luar perusahaan.
c. Rationalization (Rasionalisasi)
Rasionalisasi adalah komponen penting dalam banyak
kecurangan (fraud). Rasionalisasi menyebabkan pelaku kecurangan
mencari pembenaran atas perbuatannya. Rasionalisasi merupakan
bagian yang paling sulit diukur (Skousen et al., 2009).
Rasionalisasi atau mencari pembenaran sebelum melakukan
kejahatan merupakan bagian yang harus ada dari kejahatan itu sendiri,
bahkan merupakan bagian dari motivasi untuk melakukan kejahatan
(Tuanakotta, 2014). Faktor risiko yang merefleksikan attitude
rasionalisasi dewan direksi, manajemen atau karyawan yang
membiarkan kesalahan peyajian laporan keuangan yang mungkin
tidak ditemukan oleh auditor (SAS No.99, 2002). Meskipun demikian,
auditor menjadi lebih berhati-hati terhadap informasi tersebut dan
dapat mengidentifikasi kesalahan material dari laporan keuangan
tersebut. Auditor mungkin menjadi sadar dengan informasi yang ada
dalam keadaan sebagai berikut:
1. Kominikasi, implementasi, dukungan, atau penegakan nilai atau
standar etika entitas oleh manajemen yang tidak semestinya atau
tidak efektif.
55
2. Partisipasi atau campur tangan yang eksesif dari manajemen
yang tidak membawahi aspek keuangan dalam pemilihan
kebijakan akuntansi atau penentuan estimasi signifikan.
3. Riwayat yang diketahui tentang pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan tentang pasar modal, atau tuntutan
terhadap entitas, manajemen senior, atau pihak yang
bertanggung jawab atats tata kelola yang dicurigai terlibat dalam
kecurangan atau pelanggaran terhadap perundang-undangan.
4. Kepentingan manajemen yang eksesif dalam menjaga dan
meningkatkan harga saham atau tren laba entitas.
5. Praktik manajemen dalam memberikan komitmen kepada
analisis, kreditr, dan pihak ketiga lainnya untuk mencapai
perkiraan yang agresif atau tidak realistis.
6. Kegagalan manajemen dalam menggunakan cara yang tidak
tepat untuk meminimumkan laba yang dilaporkan untuk tujuan
perpajakan.
7. Kepentingan manajemen dalam menggunakan cara yang tidak
tepat untuk meminimumkan laba yang dilaporkan untuk tujuan
perpajakan.
8. Usaha yang berulang dari manajemen untuk membenarkan
suatu transaksi atau perlakuan akuntansi yang tidak signifikan
atau tidak tepat dengan menggunakan alasan materialitas.
56
9. Hubungan yang tegang atau cangung antara manajemen dengan
auditor pengganti atau auditor terdahulu, seperti yang
ditunjukkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a) Sering terjadi perbedaan pendapat dengan auditor
pengganti atau auditor terdahulu atas aspek akuntansi,
audit, atau pelaporan.
b) Permintaan yang tidak masuk akal kepada auditor, seperti
pembatas waktu yang tidak realistis mengenai penyelesaian
audit atau penerbitan laporan audit.
c) Pembatasan akses auditor secara tidak tepat terhadap pihak
atau informasi atau kemampuan untuk berkomunikasi
secara efektif kepada pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola.
d) Perilaku manajemen yang dominan dalam berhubungan
dengan auditor, terutama yang melibatkan usaha untuk
memengaruhi ruang lingkup pekerjaan auditor, atau
pemilihan atau keberlanjutan personel yang ditugaskan
dalam berkonsultasi dalam perikatan audit.
Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya
rationalization yang berasal dari hubungan auditor lebih berkaitan
dengan hubungan antara perusahaan dan auditor yang kurang baik.
Berdasarkan uraian diatas maka kecurangan dapat disebabkan oleh
adanya rasionalisasi berkaitan dengan adanya pengetahuan
57
manajemen tentang tindakan kecurangan tersebut yang dapat berasal
dari pengalaman dimasa lalu ataupun hubungan yang tidak baik
dengan auditor.
Ketiga faktor diatas merupakan elemen pembentuk dari perilaku
kecurangan yang terjadi dalam suatu kasus fraud. Menurut Priantara
(2013) dari ketiga elemen fraud triangle diatas, kesempatan
mengendalikan fraud terbesar adalah opportunity. Ini berarti
kecurangan terjadi tidak hanya karena adanya keinginan oleh
individu tersebut, tetapi karena adanya tekanan dan kesempatan
melakukan hal tersebut.
8. Fraud Diamond Theory
Fraud Diamond Theory merupakan teori pengembangan dari
Fraud triangle Theory, dimana teori ini diharapkan dapat menambah
pencegahan dan pendeteksian fraud. Fraud Diamond Theory pertama
kali dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson pada bulan Desember
2004. Fraud triangle Theory dapat diperbesar peningkatan dalam
pncegahan dan pendeteksian fraud dengan mempertimbangkan
elemen keempat (Wolfe dan Hermanson, 2004, 38). Elemen keempat
tersebut adalah individual’s capability. Wolfe dan Hermanson (2004)
mengatakan banyak kecurangan tidak akan terjadi tanpa adanya orang
yang tepat yang emiliki kemampuan untuk melakukan kecurangan.
Sifat dan kemampuan seseorang yang memiliki peran utama dalam
58
sebuah organisasi dapat menghadirkan adanya fraud, diluar dari tiga
elemen dalam fraud triangle.
Dalam Fraud Diamond Theory, konsep ini mempertimbangkan
kemampuan individu untuk menjadi orang yang tepat dalam
melakukan fraud. Capability mempunyai beberapa komponen
didalamnya yang mendukung adanya fraud, yaitu position,
intelligence, ego, coercion, deceit, and stress (Wolfe & Hermanson,
2004). Yang dapat diartikan sebagai posisi, kecerdasan, ego,
keterpaksaan, ketidakjujuran, dan tekanan merupakan elemen-elemen
yang mendukung dari faktor Capability.
Gambar 2.3.
Fraud Diamond Theory
Sumber: Fraud Diamond Theory (Wolf dan Hermanson, 2004:38)
Wolfe dan Hermanson (2004) menjelaskan sifat-sifat terkait
elemen elemen capability yang sangat penting dalam pribadi perilaku
kecurangan, yaitu:
Opportunit
y
Rationalization
Capability Pressure
59
a) Positioning
Posisi atau fungs seseorang dalam organisasi dapat memberikan
kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan dalam
melakukan fraud. Posisi dan peran yang dimiliki oleh seseorang
bisa menjadi jalannya untuk membuat peluang fraud yang tidak
tersedia pada yang lain (Wolfe & Hermanson, 2004).
b) Intelligence and Creativity
Orang yang tepat dalam sebuah fraud adalah yang cukup pintar
untuk memahami dan memanfaatkan kelemahan pengendalian
internal dan menggunakan akses posisi, fungsi dan otoritas
untuk keuntungan besar bagi dirinya (Wolfe dan Hermanson,
2004:40). Orang yang melakukan fraud dengan intelligent yang
tinggi akan mudah dalam melakukan fraud.
c) Convidence / Ego
Individu yang memiliki ego yang kuat dan kepercayaan diri
yang besar bahwa dia tidak akan terdeteksi dalam melakukan
fraud, atau orang yang percaya bahwa dirinya akan dengan
mudah keluar dari permasalahan yang terjadi kepadanya, bisa
memotivasi dirinya dalam melakukan fraud bagi keuntungan
pribadinya (Wwolfe dan Hermanson, 2004:40).
d) Coercion
Pelaku kecurangan dapat memaksa orang lain untuk melakukan
atau menyembunyikan fraud. Tipe kepribadian yang umum
60
diantara penipu adalah “pengganggu” yang membuat
permintaan yang tidak biasa dan signifikan dari orang-orang
yang bekerja untuknya, meningkatkan rasa takut kepada dirinya
daripada rasa hormat, dan akibatnya menghindari tunduk pada
peraturan yang berlaku (Wolfe dan Hermanson, 2004:40).
e) Deceit
Penipu sukses harus berbohong secara efektif dan konsisten.
Dalam fraud, orang-orang dengan kriteria tidak jujur akan lebih
nyaman dalam melakukan fraud dengan segala kemampuannya
dan trik liciknya (Wolfe dan Hermanson, 2004). Wolfe dam
Hermanson (2004) juga menyatakan bahwa, untuk menghindari
deteksi fraud, seseorang yang melakukan fraud harus terlihat
meyakinkan dimata auditor, investor dan lainnya.
f) Stress
Individu yang melakukan fraud harus mampu mengendalikan
stres karena dalam melakukan tindakan fraud dan menjaganya
agar tetap tersembunyi sangat bisa menimbulkan stres.
9. Fraud Pentagon Theory
Teori terbaru yang mengupas lebih mendalam mengenai faktor-
faktor pemicu fraud adalah teori fraud pentagon (Crowe’s fraud
pentagon theory). Teori ini dikemukakan oleh Crowe Howart pada
tahun 2011. Teori fraud pentagon merupakan perluasan dari teori
61
fraud triangle yang sebelumnya dikemukakan oleh Cressey 1953, dan
teori fraud diamond yang dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson
2004, dimana kompetensi pegawai dan arogansi menjadi faktor yang
diperhitungkan dalam tiga kondisi umum yang telah hadir sebelumnya
ketika fraud terjadi. Berikut elemen-elemen penting dari fraud
pentagon theory:
Gambar 2.4.
Fraud Pentagon
Sumber: Fraud Pentagon Theory oleh Crowe Horwath (2011:1)
Konsep dari capability dan competence secara umum sama
definisinya, dalam fraud diamond dan Crowe’s fraud pentagon
theory. Competence merupakan perluasan pada elemen dari
opportunity yang meliputi kemampuan individu untuk mengabaikan
pengendalian internal dan untuk mengendalikan secara sosial situasi
tersebut untuk keuntungan pribadinya. Sedangkan arrogance
merupakan perilaku superitas dan hak atau keserakahan pada pelaku
Crowe’s
Fraud
Pentagon
Pressure
Opportunity
Rationalization
Arrogance
Capability
62
kejahatan yang mempercayai bahwa kebijakan perusahaan dan
prosedur tidak diterapkan kepadanya (Horwath, 2011:1).
Arrogance bisa berdampak buruk kepada perusahaan dan
seseorang, karena bisa menghancurkan karir atau perusahaan tersebut
(Horwath, 2011).
63
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Hasil penelitian terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul
Metode Penelitian Hasil
Keterbatasan
Penelitian
Saran
Persamaan Perbedaan
1. Eny Surapti
(2017)
Pengaruh
Tekanan
Keuangan
Terhadap
Penghindaran
Pajak
Variabel target
keuangan dan
tax avoidance
Responden,
variabel size,
stabilitas
keuangan,
leverage dan
arus kas
negatif
ROA
menunjukkan
pengaruh negatif
terhadap
penghindaran
pajak. Sementara,
leverage
menunjukkan
pengaruh positif
terhadap
penghindaran
pajak.
Sampel penelitian
hanya diambil
dari 1 tahun
periode yang
menyebabkan
kurangnya
perbandingan
dengan periode-
periode
sebelumnya.
Untuk
penelitian
selanjutnya
perlu dilakukan
penambahan
periode
penelitian agar
lebih general.
2. Reskino &
Fahri (2016)
Model
Pendeteksian
Kecurangan
Laporan
Keuangan oleh
Auditor Spesialis
Industri dengan
Financial
Target, Inefectif
monitoring,
Rationalization
Populasi dan
sampel,
auditor
Spesialis
Industri
Fraudulent
financial
reporting
Berdasarkan
model yang
ditawarkan
tersebut setelah
diuji dengan
analisis
diskriminasi,
hanya Financial
Fraud biasanya
sulit untuk
dideteksi oleh
faktor-faktor tidak
langsung,
sehingga
penelitian ini
hanya
Untuk
penelitian
selanjutnya
diharapkan
dapat
menggunakan
internal kontrol
sebagai proksi
64
Analisis Fraud
Triangle
Target yang di
proksikan dengan
ROA yang bisa
dijadikan model
dalam mendeteksi
kecurangan
dalam laporan
keuangan.
menggunakan
variabel proksi.
dari variabel
opportunity.
3. Safa et. al.
(2017)
Does Family
Ownership
Reduce Corporate
Tax Avoidance?
The Moderating
Effect of Audit
Quality
Variabel
kualitas audit
dan tax
avoidance
Family
ownership,
expropriation
, sampel dan
tahun
penelitian
Penelitian
menunjukkan
bahwa
kepemilikan
keluarga
memiliki
hubungan positif
dengan praktek
penghindaran
pajak perusahaan.
Sampel dalam
penelitian ini
perlu
dikembangkan
lagi karena baru
dilakukan pada
satu negara
sehingga belum
tercapai
generalisasi.
Perlu adanya
pengembangan
sampel pada
penelitian
selanjutnya.
4. Yuliesti
(2017)
Pengaruh
Profitabilitas,
Likuiditas dan
Corporate
Governance
terhadap
Penghindaran
Pajak
Variabel
profitabilitas,ku
alitas audit,
komite audit dan
tax avoidance
Current ratio,
kepemilikan
institusional,
dan komisaris
independen
Penelitian
menunjukkan
bahwa ROA,
current ratio,
kualitas audit
tidak berpengaruh
terhadap
penghindaran
pajak sedangkan
kepemilikan
Sampel penelitian
hanya terbatas
pada perusahaan
BUMN yang
mana hanya
terdapat sedikit
jumlahnya.
Akan lebih
baik jika
memperluas
obyek
penelitian dari
perusahaan
BUMN dan
menambah
variabel lain.
65
institusional,
komisaris
independen dan
komite audit
berpengaruh
negatif terhadap
penghindaran
pajak.
5.
Damayanti &
Susanto
(2015)
Pengaruh Komite
Audit, Kualitas
Audit,
Kepemilikan
Institusional,
Risiko Perusahaan
dan Return On
Asset terhadap
Tax Avoidance
Kualitas audit,
komite audit dan
ROA
Kepemilikan
institusional
dan risiko
perusahaan
Hasil penellitian
menunjukkan
bahwa risiko
perusahaan dan
ROA
berpengaruh
terhadap tax
avoidance.
Sedangkan,
komite audit,
kualitas audit, dan
kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh
terhadap tax
avoidance.
Periode penelitian
yang dilakukan 2
tahun sebelum
penelitian dan
sampel yang
digunakan adalah
property dan real
estate.
Untuk
penelitian
selanjutnya
perlu
ditambahkan
lagi sampel
penelitian dari
sektor lain.
6. Calvin & I
Made (2015)
Pengaruh
Karakter
Eksekutif,
Komite
Komite audit dan
Tax avoidance
Karakter
eksekutif, ukuran
perusahaan,
Hasil penelitian ini
menunjukkan
bahwa karakter
eksekutif dan
Variabel yang
digunakan dalam
penelitian ini
merupakan
Untuk
penelitian
selanjutnya
perlu adanya
66
Audit,
Ukuran
Perusahaan
, Leverage
dan Sales
Growth
pada Tax
Avoidance
leverage dan
sales growth
ukuran perusahaan
berpengaruh
positif pada tax
avoidance,
sedangkan
leverage
berpengaruh
negatif pada tax
avoidance.
Variabel komite
audit dan sales
growth tidak
berpengaruh pada
tax avoidance.
variabel yang
sudah umum
digunakan untuk
menguji
penhindaran
pajak.
penambahan
sampel dan
periode
penelitian agar
dapat
mengeneralisas
i penelitian.
Kartika et.
al., (2017)
Pengaruh
Kualitas
Audit,
corporate
social
responsibili
ty, dan
ukuran
perusahaan
terhadap
tax
avoidance
Kualitas audit dan
tax avoidance
Corporate social
responsibility
dan ukuran
perusahaan.
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa Kualitas
audit, corporate
social
responsibility,
ukuran perusahaan
secara simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap tax
avoidance. Secara
parsial, kualitas
audit dan
Penelitian ini
hanya
menggunakan
beberapa faktor
yang
mempengaruhi
tax avoidance.
Variabel-variabel
ini hanya dapat
menjelaskan
sedikit mengenai
tax avoidance.
Peneliti
selanjutnya
diharapkan
dapat
menambah
variabel lain
diluar variabel
dalam
penelitian ini.
67
corporate social
responsibility
berpengaruh
negatif terhadap
tax avoidance
sedangkan ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh
terhadap tax
avodance.
8.
Dewinta &
Setiawan
(2016)
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan
, Umur
perusahaan
,
Profitabilit
as,
Leverage,
dan
Pertumbuh
an
Penjualan
terhadap
Tax
Avoidance
Profitabilitas dan
Tax Avoidance
Ukuran
perusahaan,
umur
perusahaan,
leverage, dan
pertumbuhan
penjualan
Hasil analisis
menunjukkan
bahwa ukuran
perusahaan, umur
perusahaan,
profitabilitas dan
pertumbuhan
penjualan
berpengaruh
positif terhadap
tax avoidane.
Leverage tidak
berpengaruh
terhadap tax
avoidance.
Variabel-variabel
yang diguakan
dalam penelitian
ini masih terlalu
sedikit yang
berkaitan dengan
tax avoidance.
Peneliti
selanjutnya
diharapkan
dapat
melakukan
penelitian pada
perusahaan
yang terdaftar
di BEI yang
bergerak dalam
selain
manufaktur.
51
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefenisikan sebagai masalah
penting. Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka secara
skematis dapat diabuat kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.5
Kerangka Pemikiran Penelitian
Penerimaan negara tidak mencapai target dan
maraknya kasus penghindaran pajak
Skandal penghindaran pajak
Pengaruh Profitabilitas, Komite Audit, dan Kualitas Audit Terhadap Tax
Avoidance dengan Menggunakan Analisis Fraud Triangle
Basis teori: Teori Planned Behavior
Metode Analisis: Regresi Linier Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Profitabilitas
Penghindaran
Pajak
(Tax Avoidance)
)
Komite Audit
Kualitas Audit
Pressure
Opportunity
Rationalization
52
D. Perumusan Hipotesis
1. Keterkaitan Profitabilitas dengan Tax Avoidance
Dalam menjalankan kinerjanya, manajer selalu dituntut untuk
melakukan performa terbaik sehingga dapat mencapai target keuangan yang
telah direncanakan. Keuntungan yang tinggi tentu saja merupakan hal bagus
bagi perusahaan. akan tetapi, keuntungan yang tinggi berarti beban pajak
yang harus dibayarkan tinggi pula, sehingga perusahaan kemungkinan
melakukan penhindaran pajak untuk menghindari peningkatan jumlah
beban pajak (Rosalia & Sapari, 2017).
ROA merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimiliki (Skousen et al., 2008). Return On Asset
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh
keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA yang diperoleh,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan dan
semakin baik posisi perusahaan dari segi penggunaan aset, begitu juga
sebaliknya (Subagiastra et al., 2016).
Penelitian tentang Profitabilitas dengan menggunakan rasio ROA untuk
menganalisis penghindaran pajak (tax avoidance) sudah banyak dilakukan
oleh beberapa peneliti diantaranya dilakukan oleh Damayanti & Susanto
(2015) yang menemukan bahwa ROA berpengaruh terhadap penghindaran
pajak. Selain itu Dewinta & Setiawan (2016) juga menemukan profitabilitas
53
yang diproksikan dengan ROA berpengaruh positif terhadap penghindaran
pajak.
Hasil yang berbeda ditemukan oleh Rosalia & Sapari (2017), dimana
dalam penelitiannya ia menemukan ROA tidak memiliki pengaruh terhadap
penghindaran pajak. Moses, et al., (2017) juga menemukan bahwa ROA
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penghindaran pajak.
Dapat dilihat pada penelitian sebelumnya ternyata masih ditemukan
perbedaan dalam penelitian profitabilitas, oleh karena itu berdasarkan hal
tersebut peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Tax Avoidance.
2. Keterkaitan Komite Audit dengan Tax Avoidance
Komite audit merupakan komite yang beranggotakan sekurang-
kurangnya tiga orang. Komite audit juga digambarkan sebagai mekanisme
monitoring yang dapat meningkatkan fungsi audit untuk pelaporan eksternal
perusahaan. Para dewan komisaris memberikan tanggung jawab kepada
komite audit terhadap kesalahan pelaporan keuangan agar laporan keuangan
dapat dipercaya (relevant dan realiable) (Damayanti & Susanto, 2015).
Oleh karena itu komite audit dapat memonitoring mekanisme yang dapat
memperbaiki kualitas informasi bagi pemilik perusahaan atau Shareholders
dan manajemen perusahaan. karena kedua pihak tersebut memiliki level
informasi yang berbeda.
Hasil penelitian Wibawa et. al., (2016) menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan dari komite audit terhadap penghindaran pajak.
54
Selain itu hasil penelitian Sarra (2017) juga menunjukkan bahwa komite
audit berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Rosalia & Sapari (2017) menunjukkan bahwa komite
audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.
Sedangkan penelitian Swingly & Sukartha (2015) menunjukkan bahwa
komite audit tidak berpengaruh terhadap penghiindaran pajak. Komite audit
yang beranggotakan sedikit, cendurung dapat bertindak lebih efisien, namun
juga memiliki kelemahan, yakni minimnya pengalaman anggota. Hal senada
juga ditunjukkan dengan penelitian Damayanti & Susanto (2015) bahwa
komite audit tidak berpengaruh terhadap pengindaran pajak.
Berdasarkan penelitian terdahulu ternyata masih ditemukan perbedaan
dalam penelitian komite audit, maka berdasarkan hal tersebut hipotesis
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
H2: Komite Audit berpengaruh positif terhadap Tax Avoidance
3. Keterkaitan Kualitas Audit dengan Tax Avoidance
Auditor merupakan salah satu pihak yang memberikan peranan penting
demi tercapainya laporan keuangan yang dapat dipercaya (relevant dan
realiable) yaitu dengan memberikan laporan keuangan yang di audit. Dalam
melakukan pengauditan hal yang terpenting dalam pelaksanaannya adalah
transparansi. Transparansi terhadap pemegang saham dapat dicapai dengan
melaporkan hal-hal terkait perpajakan pada pasar modal dan pertemuan para
pemegang saham (Damayanti & Susanto, 2015).
55
Laporan keuangan yang diaudit oleh auditor KAP The Big Four lebih
berkualias sehingga menampilkan nilai perusahaan yang sebenarnya
(Nurfadilah et al., 2015). Oleh karena itu perusahaan yang diaudit KAP The
Big Four lebih kompeten dan profesional dibandingkan KAP non The Big
Four yang memiliki banyak pengetahuan tentang tata cara mendeteksi dan
memanipulasi laporan keuangan (Rosalia & Sapari, 2017).
Penelitian yang dilakukan oleh Safa et. al., (2017) dan Feranika (2014)
menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap tax avoidance.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Khairunisa et. al., (2017)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara kualitas audit dengan
tax avoidance.
Sedangkan hasil penelitian Rosalia & Sapari (2017) menunjukkan
bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Begitu pula
dengan penelitian Damayanti & Susanto (2015) yang menunjukkan bahwa
kualitas audit tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
Dapat dilihat pada penelitian terdahulu ternyata masih ditemukan
perbedaan dalam penelitian kualiatas audit, maka berdasarkan hal tersebut
hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
H3: Kualitas Audit berpengaruh positif terhadap Tax Avoidance.
56
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengen jenis penelitian
kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
antara dua variabel atau lebih. Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah
dibatasi pada penghindaran pajak (Tax Avoidance). Populasi dalam
penelitian ini dibatasi pada perusahaan industri manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2014 sampai dengan 2017. Hal ini
dengan pertimbangan bahwa jumlah perusahaan yang termasuk dalam
industri manufaktur paling banyak dibandingkan dengan industri lain,
sehingga mampu mewakili perusahaan-perusahaan dari industri lain yang
terdaftar di BEI.
Periode penelitian yang digunakan adalah 4 tahun, yaitu dari tahun
2014 sampai dengan 2017. Hal ini dikarenakan di akhir 2014, terjadi
fenomena kasus penghindaran pajak yang menyangkut banyak perusahaan
multinasional yang melibatkan negara Luxembourg sebagai negara yang
memberikan fasilitas pajak dengan skema pajak yang rumit dengan dibantu
oleh kantor akuntan handal internasional (Santosa, 2015). Dan penggunaan
data yang up to date juga diharapkan mampu menggambarkan kondisi saat
ini, sehingga lebih relevan dengan tahun penelitian.
57
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar (listing) di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014-2017. Data tersebut merupakan data
sekunder yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) atau
www.idx.co.id dan situs perusahaan yang bersangkutan. Metode pemilihan
sampel penelitian yang digunakan peneliti adalah pemelihan sampel
bertujuan (purposive sampling), dengan teknik berdasarkan pertimbangan
(judgement sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak
acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan
tertentu (Sekaran, 2006:136) dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan bergerak di industri manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) secara konsisten dalam kurun waktu 2014-2017;
2. Memiliki tahun buku yang berakhir pada 31 Desember;
3. Menyajikan laporan keuangan dalam satuan mata uang rupiah selama
periode penelitian dan tidak memiliki laba yang negatif (mengalami
kerugian);
4. Menyajikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini secara lengkap
selama periode penelitian;
5. Memiliki CETR kurang dari 1 selama periode penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data sekunder,
yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media sebagai
perantara. Dalam memperoleh data-data yang digunakan dalam penelitian
58
ini, peneliti menggunakan metode dokumentasi. Metode ini dilakukan
dengan mengumpulkan data berupa laporan keuangan dan laporan tahunan
perusahaan sampel pada tahin 2014 sampai dengan tahun 2017. Data yang
dikumpulkan berupa data panel yang diperoleh melalui situs resmi Bursa
Efek Indonesia (BEI), www.idx.co.id dan situs resmi perusahaan sampel
terkait yang dapat diakses.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini melakukan analisis terhadap statistik deskriptif, uji
asumsi klasik, dan uji asumsi hipotesis. Keseluruhan uji dilakukan dengan
SPSS versi 23. Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan model regresi linier berganda. Tingkat kepercayaan dalam
penelitian ini ditentukan sebesar 95% dengan margin of error 0,05 atau 5%.
1. Statistik Deskriptif
Statistik dekriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai
karakteristik variabel penelitian yang utama dan daftar demografi
responden. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtois dan skewness (kemelencengan distribusi)
(Ghozali, 2009).
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan untuk memberikan
keyakinan bahwa data yang digunakan dan model penelitian dapat
59
mewakili ketepatan estimasi dan tidak bias. Untuk melakukan uji asumsi
klasik atas data sekunder ini, maka peneliti melakukan uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedaktisitas.
a. Uji Normalitas Data
Menurut Ghozali (2016) uji normalitas data bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau
residual dari variabel dependen (terikat) dan variabel independen
(bebas) memiliki distribusi normal. Hal ini dilakukan karena salah
satu asumsi dalam penggunaan statistik parametrik adalah
multivariate normality, yaitu asumsi bahwa setiap variabel dan semua
kombinasi linier dari variabel terdistribusi normal.
Terdapat dua cara untuk mendeteksi residual berdistribusi normal
atau tidak, yaitu dengan menggunakan analisis grafik melalui grafik
histogram dan grafik normal Probability Plot (P-Plot), dan dengan
menggunakan uji statistik (Ghozali, 2016). Penelitian ini
menggunakan kedua analisis baik dengan analisis grafik maupun uji
statistik.
Model regresi yang baik adalah data berdistribusi normal atau
mendekati normal, untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan
dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik.
Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Sebaliknya jika data menyebar menjauh dari garis diagonal dan/atau
60
tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2016).
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan. Oleh karena itu,
uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang dapat
digunakan untuk menguji normalitas residual dalam penelitian ini
adalah uji non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S
dilakukan dengan melihat nilai kurtois dan skewness dari residual
dengan membuat hipotesis:
H0: Data residual berdistribusi normal;
Ha: Data residual berdistribusi tidak normal.
Menurut Ghozali (2016), apabila nilai probabilitas asymp. Sig
residual lebih besar dari (>) dari signifikan 0,05, maka H0 diterima,
atau dengan kata lain data berdistribusi dengan normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi antar variabel bebas. Untuk mengetahu ada tidaknya suatu
masalah multikolinearitas dalam model regresi, dapat dilihat dari nilai
VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai Tolerance. Nilai cutoff yang
umum digunakan untuk menunjukkan adanya multikolineritas adalah
seperti berikut ini:
61
1) Jika nilai Tolerance di bawah 0,1 dan nilai VIF di atas 10, maka
nodel regresi mengalami masalah multikolinearitas.
2) Jika nilai Tolerance di atas 0,1 dan nilai VIF di bawah 10, maka
model regresi tidak mengalami masalah multikolinearitas.
(Ghozali,2016).
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear terdapat korelasi antara kesalahaan pengganggu (residal) pada
periode tertentu dengan kesalahan pengganggu pada periode
sebelumnya. masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari
suatu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah
regresi yang terbebas dari autokorelasi (Ghozali, 2016).
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, dalam penelitian
ini peneliti menggunakan uji Durbin-Watson (DW test), dimana
hasil pengujian ditentukan berdasarkan nilai Durbin Watson (DW),
yang secara umum dapat diambil kesimpulan:
1) Angka DW di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
2) Angka DW di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.
3) Angka DW di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif (Santoso,
2014).
d. Uji Heteroskedastiditas
Uji heteroskedastiditas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
62
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau jika
tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2016).
Penelitian ini menggunakan analisis grafik scatterplot untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada model
regresi. Jika pada grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak diatas maupun di bawah angka nol pada
sumbu Regression Studentized Residual, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Sama
halnya dengan uji normalitas, analisis grafik pada uji
heteroskedastisitas juga memiliki kelemahan yang signifikan karena
jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting (Ghozali, 2016).
3. Uji Hipotesis Penelitian
a. Uji Persamaan Linier Berganda
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah regresi linier
berganda. Analisis linier berganda adalah hubungan secara linier antara
dua atau lebih variabel independen (X1, X2,...Xn) dengan variabel
dependen (Y). Model regresi linier berganda bertujuan untuk
memprediksi besar variabel dependen dengan menggunakan data
variabel independen yang sudah diketahui besarnya (Santoso, 2014).
Model ini digunakan untuk menguji apakah ada hubungan sebab akibat
63
antara kedua variabel untuk meneliti seberapa besar pengaruh antara
variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen, adapun
rumus yang digunakan adalah:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε
Dimana:
Y = Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
X = Pressure (Profitabilitas)
X = Opportunity (Komite Audit)
X = Rationalitation (Kualitas Audit)
β = Konstanta
ε = error
Pengujian hipotesis dilakukan melalui:
1) Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel dependen.
Nilai (Adjusted R2) mempunyai interval antara o dan 1. Jika nilai
Adjusted R2 bernilai besar (mendekatii 1) berarti variabel bebas dapat
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen. Sedangakan jika nilai Adjusted R2
bernilai kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan
variabel dependen sangat terbatas. Secara umum koefisien
determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena
adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan,
64
sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai
nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2016).
2) Uji Signifikansi Parameter Individu (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2016).
Dasar pengambilan keputusan dalam penelitian ini menggunakan
taraf signifikansi 5% adalah sebagai berikut (Ghozali, 2016):
a) Apabila nilai signifikansi t < 0,05, berarti variabel independen
secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.
b) Apabila nilai signifikansi t > 0,05, berarti variabel independen
secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai definisi dari masing-masing
variabel penelitian yaitu variabel terikat (dependen variable) penghindaran
pajak (tax avoidance) dengan variabel bebas (independen variable)
profitabilitas, komite audit, dan kualitas audit. Berikut merupakan definisi
dari variabel dan cara pengukurannya:
a. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penghindaran pajak (tax
avoidance). Penghindaran pajak adalah melakukan tindakan meminimalkan
kewajiban pajak dalam koridor hukum, sedangkan penggelapan pajak
65
adalah melakukan tindakan ilegal untuk menghindari dari membayar pajak
(Aumeerun et al., 2016).
Penelitian ini menggunakan CETR (Cash Effective Tax Rate) sebagai
pengukuran agar dapat mengetahui perbandingan kas yang perusahaan
keluarkan untuk membayar pajak dengan laba sebelum pajaknya, sehingga
akan diketahui berapa pastinya tarif pajak perusahaan sesuai besarnya pajak
yang dibayarkan dan dapat membandingkannya dengan tarif pajak badan
dalam peraturan undang-undang perpajakan, yang mana semakin tinggi
CETR mengindikasikan semakin rendah aktivitas penghindaran pajak.
Dalam penelitian ini, penghindaran pajak diukur dengan menggunakan
Cash Effective Tax Rate (CETR) seperti yang dilakukan Huseynov &
Klamm, 2012; Taylor & Richardson, 2012; Dewinta & Setiawan, 2016;
Rosalia & Sapari, 2017; Moses, et al,. 2017 yang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
CETR =kas yang dibayarkan untuk beban pajak
laba sebelum pajak
b. Variabel Independen
1. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan alat ukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan
modal saham tertentu. Salah satu rasio yang sering digunakan dalam
mengukur profitabilitas adalah return on asset (ROA), yang mana
pengukuran ini digunakan untuk mengetahui bagaimana kemampuan
66
perusahaan dalam memanfaatkan asetnya untuk memperoleh
keuntungan (Subagiastra et. al. 2016).
Return on asset (ROA) dalam penelitian ini dihitung dengan
membandingkan laba bersih dengan total aset yang dimiliki perusahaan
seperti yang dilakukan Damayanti & Susanto, 2015; Citra & Maya,
2016; Reskino & Fahri, 2016; Yuliesti, 2017, yang dapat dirumuskan:
ROA =Laba bersih
Total aset
2. Komite Audit
Komite audit adalah komite yang bertanggung jawab mengawasi
audit eksternal dan merupakan kontak utama antara auditor dengan
perusahaan. Komite audit yang beranggotakan sedikit, cenderung dapat
bertindak lebih efisien, namun juga memilki kelemahan, yakni
minimnya pengalaman anggota, sehingga anggota komite audit
seharusnya memiliki pemahaman yang memadai tentang penyusunan
laporan keuangan dan pengawas prinsip-prinsip pengawasan internal
(Damayanti & Susanto, 2015).
Dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan proporsi
komite audit karena mereka merupakan orang diluar perusahaan dan
tidak memiliki kepentingan apapun terhadap keuntungan perusahaan.
Komite audit dihitung dengan menggunakan percentage of independent
audit committe atau IND sejalan dengan Swingly & Sukartha, 2015 ;
Wibawa, et al,. 2016; Reskino dan Fahri, 2016; Sarra, 2017, yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
67
IND = Jumlah anggota komite audit independen
Jumlah total komite audit
3. Kualitas audit
Kualitas audit adalah segala kemungkinan yang dapat terjadi saat
auditor mengaudit laporan keuangan klien dan menemukan
pelanggaran atau kesalahan yang terjadi dan melaporkannya dalam
laporan keuangan auditan (Kasim et al., 2016). Dalam menekan
pembayaran pajak agar tetap stabil maka perlu dilakukan perlakuan
tertentu, salah satunya dengan menggunakan diskresionari akrual dalam
manajemen pembayaran pajak. Penggunaan discresionary acrual
menyebabkan suatu perusahaan mungkin mendapat opini qualified
audit opinions atau wajar dengan pengecualian (Anshori, 2016).
Kualitas audit diukur dengan menggunakan variabel dummy yang
bernilai 1 apabila audit laporan keuangan dilakukan oleh Kantor
Akuntan Publik (KAP) The Big Four yaitu Price Water House Cooper–
PWC, Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG, dan Ernst & Young –E&Y,
dan bernilai 0 apabila audit laporaan keungan tidak dilakukan oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP) The Big Four. Hal ini sejalan dengan
Damayanti & Susanto, 2015; Feranika, 2015; Safa et. al., 2017; Kartika,
et al,. 2017; Yuliesti, 2017.
68
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Indikator Skala
Penghindaran
pajak
Ref: Huseynov
& Klamm
(2012); Taylor
& Richardson,
2012; Dewinta
& Setiawan,
2016; Moses,
et al,. 2017;
Yuliesti, 2017
Diproksikan dengan CETR, yaitu
pembayaran kas untuk beban pajak
dibagi laba sebelum pajak
= kas yang dibayarkan untuk beban pajak
laba sebelum pajak
Rasio
Profitabilitas
Ref:
Damayanti &
Susanto, 2015;
Citra & Maya,
2016; Reskino
& Fahri, 2026;
Yuliesti, 2017
Diproksikan dengan ROA, yaitu laba
bersih dibagi dengan total aset yang
dimiliki perusahaan.
ROA =Laba bersih
Total aset
Rasio
Komite audit
Ref: Calvin & I
Made,2015;
Wibawa, et al,.
2016; Reskino
dan Fahri,
2016; Sarra,
2017
Diproksikan dengan IND, yaitu
membagi jumlah anggota komite audit
independen dengan jumlah total komite
audit.
= Jumlah anggota komite audit independen
Jumlah total komite audit
Rasio
Kualitas audit
Ref:
Damayanti &
Susanto, 2015;
Feranika,
2015; Safa et.
al., 2017;
Kartika, et al,.
2017; Yuliesti,
2017.
Dihitung dengan menggunakan variabel
dummy, bernilai 1 apabila audit laporan
keuangan dilakukan oleh Kantor
Akuntan Publik (KAP) The Big Four dan
bernilai 0 apabila audit laporaan keungan
tidak dilakukan oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP) The Big Four.
Nominal
69
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang bersumber dari laporan keuangan dan tahunan emiten dengan
menggunakan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada periode tahun 2014-2017. Laporan keuangan
perusahaan tersebut diperoleh melalui situs resmi BEI dengan alamat
www.idx.co.id dan website resmi perusahaan. dalam penelitian ini metode
yang digunakan untuk menentukan sampel adalah metode purposive
sampling. Peneliti secara purposive sampling mengindikasikan bahwa
sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan repesentasi dari
populasi yang ada, serta sesuai dengan tujuan peneliti. Tahapan seleksi
sampel penelitian berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tampak pada
tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1
Tahapan Seleksi Sampel Penelitian
No. Kriteria Jumlah
1. Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar konsisten
selama empat tahun berturut-turut di BEI dari tahun
2014 hingga 2017
138
2. Perusahaan manufaktur yang tidak menyajikan laporan
keuangan menggunakan tahun buku yang berakhir 31
Desember
(3)
3. Perusahaan manufaktur yang tidak menyajikan laporan
keuangan dalam satuan mata uang rupiah selama
periode penelitian dan memiliki laba yang negatif
(mengalami kerugian)
(73)
Bersambung pada halaman berikutnya
70
Tabel 4.1
Tahapan Seleksi Sampel Penelitian (Lanjutan)
4. Perusahaan yang tidak menyajikan data yang
dibutuhkan dalam penelitian secara lengkap
(4)
5. Perusahaan yang memiliki CETR lebih dari 1 (8)
Jumlah sampel penelitian terpilih 50
Tahun penelitian 4
Jumlah sampel total dalam periode penelitiaan 200
Sumber: Data sekunder yang diolah
Namun, setelah data mengalami pengolahan uji asumsi klasik pada
program SPSS versi 24, data mengalami outlier sehingga terdapat beberapa
data yang dikelurkan dari sampel penelitian.
Tabel 4.1
Tahapan Seleksi Sampel Penelitian (Lanjutan)
Keterangan Jumlah
Jumlah sampel total dalam periode penelitian 200
Data outlier 24
Jumlah data yang dapat diolah 176
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa perusahaan
manufaktur yang dijadikan sampel sebanyak 176 perusahaan untuk 4 tahun
periode pengamatan. Periode penelitian yang digunakan adalah 4 (empat)
tahun, yaitu tahun 2014, 2015, 2016 dan 2017. Sehingga, total sampel yang
diteliti sebanyak 176 data laporan keuangan perusahaan manufaktur. Tetapi,
dengan adanya data outlier yang dikeluarkan dari sampel penelitian,
menyebabkan data yang dapat diolah berjumlah 24 data laporan keuangan.
Sampel tersebut dipilih karena telah memenuhi kriteria umum yang
ditentukan sesuai dengan kebutuhan analisis penelitian. Adapun daftar nama
perusahaan yang digunakan sebagai sampel penelitian terlampir dalam
lampiran 1.
71
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda (multiple regression analysis). Tujuannya untuk
memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai variabel independen,
yaitu profitabilitas (ROA), komite audit dan kualitas audit terhadap variabel
dependen, yaitu penghindaran pajak (CETR).
1. Hasil Analisis Deskriptif
Tabel deskriptif menjelaskan variabel dependen (Y) yaitu
penghindaran pajak serta variabel independen (X), yaitu profitabilitas,
komite audit dan kualitas audit yang dilihat dari nilai minimum,
maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi yang dihasilkan dari
variabel penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini diuji secara
statistik dengan menggunakan program SPSS seperti yang terlihat
dalam tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
ROA 176 ,00645 ,41502 ,1026370 ,07938914
IND 176 ,20000 1,00000 ,5227261 ,25709386
ADT 176 0 1 ,51 ,501
CETR 176 ,00000 ,69649 ,2782043 ,10915711
Valid N
(listwise)
176
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif pada tabel 4.2 diperoleh
sebanyak 176 data penelitian (N), analasis statistik deskriptif terhadap
72
variabel profitabilitas menunjukkan nilai minimum sebesar ,00645 dan
nilai maksimum sebesar ,41502 dengan standar deviasi sebesar
,07938914. Nilai mean atau rata-rata ROA sebesar ,1026370 atau 10,2%.
Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan di Indonesia dalam
memanfaatkan aset yang dimilikinya, laba bersih yang diperoleh sebesar
10,2%.
Pada variabel komite audit (IND), hasil analisis statistik deskriptif
menunjukkan nilai minimum sebesar ,20000 dan nilai maksimum sebesar
1,00000 dengan standar deviasi sebesar ,25709386. Nilai mean atau rata-
rata IND sebesar ,5227261. Hal ini menunjukkan perusahaan manufaktur
di Indonesia patuh dalam melaksanakan peraturan Keputusan Ketua
BAPEPAM nomor Kep-29/PM/2004 peraturan no. IX.1.5 tentang
Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
Pada variabel kualitas audit (ADT), berdasarkan hasil analisis statistik
deskriptif menunjukkan nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum
sebesar 1 dengan standar deviasi sebesar ,501. Nilai mean atau rata-rata
ADT sebesar ,51. Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan perusahaan
manufaktur di Indonesia yang menggunakan dengan yang tidak
menggunakan jasa auditor KAP the Big Four hampir berbanding sama
rata.
73
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
terhadap variabel independen dan variabel dependen.
a) Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuj menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal (Ghozali, 2016). Jika terdapat normalitas, maka residual
akan terdistribusi secara normal dan independen. Model regresi
yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal. Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan
dengan menggunakan analisis grafik dan metode uji non-
parametric Kolmogorov-Smirnov (K-S).
1) Analisis Grafik Histogram
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Sumber: Data sekunder yang diolah
74
Berdasarkan Gambar 4.1 diatas, grafik histogram membentuk
kurva seperti lonceng dan tidak menceng ke kiri ataupun kekanan.
Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal atau model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Analisis Grafik Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-P Plot
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan gambar 4.2 diatas, terlihat bahwa penyebaran
data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi
normal atau model regresi memenuhi asumsi normalitas.
75
3) Uji Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4.3
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-smirnov Tes
Unstandardized
Residual
N 176
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,10453320
Most Extreme Absolute ,055
Differences Positive ,055
Negative -,043
Test Statistic ,055
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of hte true significance
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, terlihat bahwa nilai Sig (2-tailed)
sebesar ,200 > 0,05 (Sig>α). Hal ini menunjukkan bahwa data
residual terdistribusi normal.
b) Hasil Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan guna menguji apakah terjadi
korelasi antara variabel independen. Pengujian dalam uji
multikolinieritas dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation
Factor) harus berada dibawah 10 dan nilai tolerance diatas 0,1,
maka data tersebut tidak ada multikolinieritas. Berikut ini disajikan
hasil uji multikolinieritas pada tabel 4.4.
76
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
ROA ,753 1,328
IND ,692 1,445
ADT ,554 1,804
a. Dependent Variable: CETR
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, hasil perhitungan nilai
tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang
memiliki nilai tolarance kurang dari 0,10 yaitu ,753 untuk
profitabilitas (ROA), ,692 untuk komite audit (IND), dan ,554
untuk kualitas audit (ADT).
Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan hal yang sama,
yaitu tidak ada varabel independen yang memiliki nilai VIF lebih
dari 10, yaitu 1,328 untuk profitabilitas (ROA), 1,445 untuk komite
audit (IND), dan 1,804 untuk kualitas audit. Hal ini menunjukkan
bahwa semua variabel independen dalam model persamaan regresi
tidak terdapat gejala multikolinieritas.
c) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
77
homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Diagnostik adanya heteroskedastisitas dalam uji regresi dapat
diidentifikasi dari pola scatterplot dan uji park.
a. Analisis Grafik dengan scatterplot
Gambar 4.3
Scatterplot
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tampilan Scatterplot dalam gambar 4.3 terlihat
bahwa plot menyebar secara acak diatas maupun di bawah
angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual. Namun
masih terdapat titik yang belum menyebar merata atau masih
berada pada satu tumpukan. Maka peneliti akan menggunakan
perhitungan uji white sebagai berikut.
78
b. Uji White
Tabel 4.5
Uji Heterokedastisitas dengan White
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,431a ,186 ,157 ,01712
a. Predictors: (Constant), X1X2X3, X2KUADRAT,
X3KUADRAT, X1KUADRAT, ROA IND
b. Dependent Variable: RES1KUADRAT
Berdasarkan tabel model summary maka dapat diketahui
nilai R Square yang akan digunakan untuk menghitung nilai C2.
Nilai R Square (R2) dikalikan dengan jumlah N yang akan
menghasilkan nilai C2.
Coefficienta
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std.
Error
Beta
1 (Constant) ,039 ,011 3,491 ,001
ROA -,250 ,053 -1,065 -4,752 ,000
IND -.033 ,040 -,454 -,821 ,413
X1KUADRAT ,416 ,141 ,623 2,949 ,004
X2KUADRAT ,011 ,030 ,200 ,378 ,706
X3KUADRAT ,001 ,004 ,016 ,148 ,882
X1X2X3 ,084 ,059 ,247 1,406 ,162
a. Dependent Variable: RES1KUADRAT
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel model summary tersebut menunjukkan
nilai R2 sebesar 0,186 dengan jumlah N = 176, maka diperoleh
nilai C2 = 176 x 0,186 = 32,736 dan nilai C2 tabel dengan df =
176 dan tingkat signifikan (α= 0,05) diperoleh nilai C2 adalah
79
207, 955. Karena nilai C2 hitung yaitu 32,736 < C2 tabel yaitu
207,955 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak atau model
persamaan analisis jalur antara variabel ROA (X1), IND (X2),
dan ADT (X3) terhadap CETR (Y) adalah terbebas dari asumsi
keterokedastisitas. Pengujian ini menggunakan rumus sebagai
berikut:
d) Uji Autokorelasi
Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki
masalah autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan
tersebut tidak baik/tidak layak dipakai sebai prediksi. Uji
autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk
mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi maka salah satu
caranya dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW test) yaitu
sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted
R Square
Std. Error of
the estimate
Durbin-
Watson
1 ,288a ,083 ,067 ,105441 2,144
a. Predictor: (Constant), ROA, IND, ADT
b. Dependent Variable: CETR
Sumber: Data sekunder yang diolah
U2t = b0 b1+ X1 + b2X2 +b3X3 + b4X12 + b5X2
2 +b6X32 + b7X1X2X3
80
Berdasarkan tabel 4.6 nilai Durbin-Watson (DW) sebesar
2,144. Niali DW akan dibandingkan dengan nilai tabel pada
signifikan 5%, jumlah sampel (N) 176 dan jumlah variabel
independen 3 (K=3) = 1,776. Tabel 4.6 menunjukkan uji
autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW test)
yaitu nilai DW sebesar 2,144 lebih besar dari pada batas atas (du)
1,776 dan kurang dari 4 – 1,776 = 2,224 (4 – du), sehingga dapat
disimpulkan nilai DW 1,776 < 2,144 ≤ 2,224 yang diperoleh
dalam model regresi ini bahwa tidak ada autokorelasi.
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien Determinasi (R2) mengukur seberapa jauh
keampuhan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai kofisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variabel dependen (Ghozali, 2016). Berikut adalah hasil uji
koefisien determinasi:
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the estimate
1 ,288a ,083 ,067 ,105441
a. Predictor: (Constant), ROA, IND, ADT
b. Dependent Variable: CETR
Sumber: Data sekunder yang diolah
81
Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa nilai Adjusted R Square
sebesar 0,067. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel
profitabilitas, komite audit, dan kualitas audit terhadap
penghindaran pajak adalah 6,7%, sedangkan sisanya sebesar 93,3%
(100%-6,7%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam penelitian ini, seperti capital intensity, karakter
eksekutif, inventory intensity, dan leverage.
Standar Error of Estimate (SEE) adalah sebesar 0,105441.
Makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat
dalam memprediksi variabel dependen.
b. Uji Statistik Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel independen (Ghozali, 2016). Berikut
adalah hasil uji statistik t:
Tabel 4.8
Hasil Uji Statistik t
Coefficienta
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T
Sig.
B
Std.
Error
Beta
1 (Constant) ,329 ,021 15,523 ,000
ROA -,433 ,116 -,315 -3,745 ,000
IND -,071 ,037 -,168 -1,918 ,057
ADT ,060 ,021 ,276 2,811 ,006
a. Dependent Variable: CETR
Sumber: Data sekunder yang diolah.
82
Dari tabel diatas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi
untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, komite audit, dan
kualitas audit terhadap penghindaran pajak sebagai berikut:
Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di atas
dapat diartikan, koefisien regresi untuk konstan sebesar 0,329
menunjukkan bahwa jika variabel independen bernilai nol atau
tidak naik ataupun turun atau bernilai konstan (tetap) maka rata-
rata penghindaran pajak adalah 0,329 satuan.
Variabel profitabilitas sebesar -0,433 menunjukkan bahwa jika
variabel profitabilitas berubah 1 satuan maka dapat menurunkan
penghindaran pajak sebesar 0,433. Variabel komite audit sebesar -
0,071 menunjukkan bahwa jika variabel komite audit berubah 1
satuan maka dapat menurunkan penghindaran pajak sebesar 0,071.
Variabel kualitas audit sebesar 0,060 menunjukkan bahwa jika
variabel kualitas audit berubah 1 satuan maka dapat meningkatkan
penghindaran pajak sebesar 0,060.
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, profitabilitas (ROA) secara
statistik menunjukkan nilai sig. lebih kecil dari α (0,000 < 0,05).
Oleh karena itu H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas (ROA) berpengaruh signifikan terhadap
penghindaran pajak (CETR).
Y=0,329 - 0,433X1 - 0,071X2 + 0,060X3
83
Komite audit (IND) secara statistik menunjukkan nilai sig.
lebih besar dari α (0,057 < 0,05). Oleh karena itu H2 ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa komite audit (IND) belum
mampu membuktikan adanya pengaruh terhadap penghindaran
pajak (CETR).
Kualitas audit (ADT) secara statistik menunjukkan nilai sig.
lebih kecil dari α (0,006 < 0,05). Oleh karena itu H1 diterima,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas audit (ADT)
berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak (CETR).
C. Pembahasan
1. Pengaruh profitabilitas terhadap penghindaran pajak
Hasil uji koefisien linier berganda menunjukkan bahwa nilai
sebesar -3,745 dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap
penghindaran pajak. Maka H1 dalam penelitian ini yaitu,
profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak,
diterima. Hasil penelitian ini mendukung penelitian dari Damayanti
& Susanto (2015), Putri & Launtania (2016), Richardson et al.,
(2016), Dewi & Noviari (2017), Arianandini & Ramantha (2018).
Damayanti & Susanto (2015) menggunakan ROA sebagai
variabel independen dalam penelitiannya yang menunjukkan bahwa
ROA memiliki hubungan yang signifikan dengan penghindaran
pajak. Berdasarkan tabel yang disajikan menunjukkan nilai koefisien
84
beta sebesar -1,812 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih
kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. ROA adalah salah
satu indikator bagi perusahaan dalam pencapaian laba perusahaan.
Dimana laba merupakan faktor terpenting dalam penentuan besaran
pembayaran tarif pajak (Damayanti & Susanto, 2015).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Putri &
Launtania (2016) yang menunjukkan bahwa profitability memiliki
nilai signifikansi sebesar 0,000 dibawah 0,05. Dengan nilai 0,000
profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak
yang dalam hal ini menggunakan proksi ETR. Perusahaan yang
memiliki peningkatan dalam profitabilitas dapat disebabkan oleh
peningkatan kapasitas perusahaan dalam menghasilkan laba atau
peningkatan sumber dana dalam menjalankan aktivitas bisnis (Putri
& Launtania, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
profitabilitas yang dimiliki perusahaan maka akan menghasilkan
ETR yang tinggi.
Richardson et al. (2016) menggunakan ROA sebagai variabel
kontol dalam penelitiannya yang menunjukkan bahwa ROA
memiliki hubungan yang signifikan dengan penghindaran pajak.
Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi
mengindikasikan kecenderungan perusahaan melakukan
penghindaran pajak semakin tinggi yang diukur dari semakin
85
kecilnya CETR. Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi
berarti semakin tinggi pula pajak yang harus dibayarkan. Beban
pajak yang tinggi akan menurunkan laba perusahaan, sehingga
perusahaan akan berusaha melakukan penghindaran pajak untuk
menurunkan tarif yang harus dibayarkan.
Hal ini sejalan dengan teori perilaku terencana, sebelum individu
melakukan sesuatu, individu tersebut akan memiliki keyakinan
mengenai hasil yang akan diperoleh dari keyakinan tersebut.
Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi, menyadari bahwa
harus membayar pajak yang tinggi pula dan akan meningkatkan
beban pajak.
Pemilik saham sebagai pemilik perusahaan akan mengharapkan
dividen yang tinggi, dividen yang tinggi akan dihasilkan dengan
profitabilitas yang tinggi. Dengan adanya target yang harus dicapai
oleh manajemen yaitu profitabilitas yang tinggi maka akan
cenderung melakukan kecurangan untuk menurunkan beban pajak.
Hal ini sejalan dengan penelitian (Anshori, 2016), yang
menunjukkan bahwa financial target yang diproksikan dengan ROA
dapat mendeteksi kecurangan laporan keuangan.
Berbeda dengan hasil penelitian yang menunjukkan arah positif,
penelitian Arianandini et. al., (2018) menunjukkan bahwa
profitabilitas berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Hal
tersebut menunjukkan semakin tinggi profitabilitas perusahaan
86
maka semakin bisa menekan tindakan penghindaran pajak.
Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi cenderung
akan melaporkan pajaknya dengan jujur dari pada perusahaan
dengan profitabilitas rendah. Perusahaan dengan profitabilitas
rendah pada umumnya mengalami kesulitan keuangan dan
cenderung akan melakukan ketidakpatuhan terhadap pajak (Slemrod
& Yitzhaki, 2002).
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Rosalia & Sapari (2017) dan Hanum & Zulaikha (2013) yang
menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak. Hal ini diindikasikan karena penelitian Rosalia
& Sapari (2017) menggunakan perusahaan BUMN yang terdaftar di
BEI, sedangkan penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI.
2. Pengaruh komite audit terhadap penghindaran pajak
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa komite audit belum
mampu membuktikan adanya pengaruh terhadap tindakan
penghindaran pajak. Jadi H2 dalam penelitian ini, yaitu komite audit
berpengaruh terhadap penghindaran pajak, ditolak. Hasil penelitian
ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Eksandy (2014),
Swingly & Sukartha (2015), Damayanti & Susanto (2015) dan Laily
(2017).
87
Hasil penelitian Eksandy (2014), Swingly & Sukartha (2015),
Damayanti & Susanto (2015), dan Laily (2017) menunjukkan bahwa
komite audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Dalam
penelitian ini, mayoritas perusahaan manufaktur memiliki 3 anggota
komite audit dan paling banyak 5 anggota . Berdasarkan penelitian
ini, komite audit menjadi bagian yang umum dalam sebuah
perusahaan. Hal ini berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM
nomor Kep-29/PM/2014 peraturan no. IX.1.5 tentang pembentukan
dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit, yang menyatakan
komite audit terdiri sekurang-kurangnya satu orang Komisaris
Independen dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota komite
audit.
Komite audit yang beranggotakan sedikit, cenderung dapat
bertindak lebih efisien, namun dalam penelitian ini, sedikit
banyaknya jumlah komite audit belum mampu membuktikan
pengaruhnya terhadap penghindaran pajak. Keberadaan komisaris
telah diatur BEI melalui peraturan BEI sejak tanggal 20 Juli 2001.
Peraturan tersebut juga menyebutkan bahwa salah satu persyaratan
pencatatan saham bagi calon emiten diharuskan memiliki sekurang-
kurangnya 30% komisaris independen dari jajaran dewan komisaris.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komite audit tidak
memiliki kekuatan penuh dalam pengawasan dan pengambilan
keputusan perusahaan. Peraturan yang mewajibkan adanya komite
88
audit di dalam perusahaan untuk menunjuk orang baru dari luar
perusahaan yang dianggap memenuhi kriteria sebagai dewan
komisaris independen maupun komite audit, dengan tujuan untuk
meningkatkan pengawasan dan perlindungan khususnya bagi
pemilik saham minoritas. Namun, pada praktiknya keberadaan
komite audit di perusahaan ini belum mempunyai kekuatan penuh
untuk turut serta dalam pengambilan keputusan. Keberadaan komite
audit hanya sebagai sebuah bentuk formalitas belaka.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wibawa et. al., (2016), Subagiastra et. al., (2016), Sarra (2017), dan
Rosalia & Sapari (2017). Hasil penelitian Wibawa et. al., (2016)
menyatakan bahwa komite audit berpengaruh signifikan terhadap
penghindaran pajak. Akan tetapi, hal ini kontradiktif dengan
justifikasi umum yang seharusnya bertambahnya jumlah komite
audit akan semakin mengurangi penghindaran pajak. Penelitian
Subagiastra et. al., (2016) juga menyatakan bahwa komite audit
berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Hal ini
mengindikasikan bahwa komite audit mampu memperbaiki
kesalahan manajemen dalam melakukan penghindaran pajak.
Berbeda dengan hasil penelitian yang menunjukkan arah positif,
penelitian Rosalia & Sapari (2017) menunjukkan bahwa komite
audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Hal itu
menunjukkan bahwa peningkatan jumlah komite audit akan
89
menurunkan tindakan penghindaran pajak. Bertambahnya jumlah
komite audit akan menyebabkan perusahaan bekerja lebih efektif
termasuk dalam penetapan kebijakan yang berkaitan dengan
perpajakan.
Perbedaan hasil penelitian dengan penelitian terdahulu
diindikasikan karena perbedaan penggunaan sampel dan periode
penelitian, serta proksi yang digunakan. Penelitian Wibawa et. al.,
(2016) menggunakan proksi Book Tax Difference (BTD) sebagai
proksi penghindaran pajak, juga menggunakan perusahaan yang
terdaftar pada indeks bursa SRI KEHATI tahun 2010-2014,
sedangkan dalam penelitian ini menggunakan CETR sebagai proksi
penghindaran pajak dan perusahan manufaktur yang terdaftar di BEI
periode 2014-2017. Penelitian Rosalia & Sapari (2017)
menggunakan perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2012-2015 sebagai populasi, sedangkan
dalam penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI periode 2014-2017.
3. Pengaruh kualitas audit terhadap penghindaran pajak
Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa kualitas
audit berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Jadi, H3 dalam
penelitian ini, yaitu kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap
penghindaran pajak, diterima. Hasil penelitian ini mendukung
90
penelitian dari Feranika (2014), Nurfadilah et. al, (2015), Gaaya et.
al,(2017), dan Khairunisa (2017).
Berdasarkan tabel 4.9, kualitas audit (ADT) memiliki koefisien
sebesar 0,060. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas audit
berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak, yang berarti
perusahaan yang menggunakan jasa auditor the big four
mengindikasikan tingkat kecenderungan perusahaan melakukan
penghindaran pajak semakin kecil yang diukur dari semakin
besarnya nilai CETR.
Segala kegiatan perusahaan akan dianalisis oleh auditor untuk
melihat apakah sudah baik dan sesuai dengan peraturan yang berlaku
atau tidak. Maka auditor eksternal the big four diasumsikan memiliki
kualitas yang lebih dibandingkan dengan auditor non big four.
Apabila suatu perusahaan diaudit oleh auditor KAP the big four,
kecenderungan perusahaan dalam melakukan penghindaran pajak
semakin kecil.
Pajak yang merupakan salah satu faktor penyumbang terbesar
APBN yang dapat digunakan untuk meningkatkan pembangunan
nasional, manajer maupun pemilik perusahaan tentunya sudah
mengetahui dan mengerti akan pentingnya pembayaran pajak.
Mengingat bahwa penghindaran pajak tidak menguntungkan negara
dan rakyat, menyebabkan tindakan penghindaran pajak tidak dapat
diterima oleh mayoritas orang. Auditor the big four sebagai KAP
91
yang dianggap memiliki kualitas yang lebih, mendorong perusahaan
untuk mengurangi penghindaran pajak dan juga untuk
mempertahankan reputasi global yang dimilikinya.
Penelitian yang dilakukan oleh Feranika (2014) menunjukkan
bahwa kualitas audit memiliki nilai signifikansi sebesar 0,013 (<
0,05). Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa kualitas
auditberpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa kualitas audit yang tinggi dapat
mengurangi penghindaran pajak. Perusahaan yang diaudit oleh KAP
the big four terbukti tidak melakukan penghindaran pajak, karena
auditor yang termasuk dalam the big four lebih kompeten dan
profesional dibandingkan dengan auditor yang termasuk dalam non
the big four, sehingga KAP memiliki pengetahuan yang lebih banyak
tentang cara mendeteksi dan memanipulasi laporan keuangan yang
mungkin dilakukan oleh perusahaan (Anshori, 2016).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurfadilah
et al., (2015) menunjukkan bahwa signifikansi kualitas audit sebesar
0,028 < 0,05, artinya bahwa variasi variabel kualitas audit secara
parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penghindaran
pajak. Berbeda dengan hasil penelitian yang menunjukkan hasil
positif, penelitian (Khairunisa et al., 2017) menunjukkan bahwa
koefisien regresi pada kualitas audit sebesar -6,5109 yang memiliki
nilai negatif menunjukkan bahwa adanya hubungan yang tidak
92
searah antara kualitas audit dengan penghindaran pajak, sehingga
apabila nilai kualitas audit mengalami peningkatan sebesar 1 satuan
dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menurunkan nilai
penghindaran pajak sebesar 6,5109 dan begitupun sebaliknya.
Penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Damayanti & Susanti (2015) menunjukkan bahwa kualitas audit
tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Begitu pula dengan
peneltian yang dilakukan oleh Rosalia & Sapari (2017) yang
menunjukkan bahwa nilai signifikansi kualitas audit sebesar 0,117
(> 0,05) dengan koefisien regresi yang bernilai positif sebesar 4,554.
Hal ini menunjukkan bahwa kualitas audit memiliki hubungan
positif dengan penghindaran pajak, artinya semakin tinggi kualitas
audit maka semakin tinggi pula tingkat penghindaran pajak, dan
sebaliknya. Hal ini diindikasi karena perusahaan BUMN yang
diaudit oleh KAP the big four cenderung dipercayai oleh fiskus
sebagai KAP yang mempunyai integritas kerja yang tinggi dengan
selalu menerapkan peraturan-peraturan yang berlaku.
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini membahas tentang pengaruh profitabilitas, komite
audit, dan kualitas audit terhadap tax avoidance dengan menggunakan
analisis fraud triangle. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis
regresi linier berganda dengan program SPSS. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
periode 2014-2017. Berdasarkan hasil pengujian ini, maka dapat
disimpulkan:
1. Profitabilitas yang diproksikan dengan ROA memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Damayanti & Susanto (2015), Putri &
Launtania (2016), Richardson et al., (2016), Dewi & Noviari (2017),
Arianandini & Ramantha (2018).
2. Komite audit yang diproksikan dengan proporsi komisaris independen
tidak memiliki pengaruh terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Eksandy (2014), Swingly
& Sukartha (2015) Damayanti & Susanto (2015) dan Laily (2017).
3. Kualitas audit yang diproksikan dengan variabel dummy KAP the big
four dan KAP non the big four memiliki pengaruh terhadap tax
avoidance. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
94
oleh Feranika (2014), Nurfadilah et. al., (2015) Gaaya et. al., (2017),
Khairunisa (2017).
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak luput dari keterbatasan dalam melakukan
penelitian. Berikut merupakan keterbatasan penelitian :
1. Penelitian ini hanya meneliti pada sektor manufaktur. Karena sektor
manufaktur merupakan salah satu penyumbang terbesar penerimaan
pajak negara.
2. Penelitian ini hanya menggunakan variabel profitabilitas, komite audit,
dan kualitas audit sebagai variabel independen. Masih terdapat banyak
variabel yang bisa ditambahkan untuk menguji pengaruh terhadap
penghindaran pajak.
3. Penelitian ini hanya menggunakan CETR sebagai proksi tax avoidance,
diamana masih terdapat banyak proksi yang dapat digunakan untuk
menghitung tax avoidance seperti ETR, BTD, dan lain sebagainya.
C. Saran
Penelitian ini diamasa yang akan datang diharapkan dapat
meyajikan hasil penelitian yang lebih baik lagi dengan adanya beberapa
saran yang penulis dapat sampaikan diantaranya:
1. Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan perusahaan-
perusahaan di sektor lain, seperti perbankan dan BUMN, sehingga
memberikan tingkat generalisasi yang lebih tinggi dalam menganalisis
95
pengaruh profitabilitas, komite audit, dan kualitas audit terhadap tax
avoidance.
2. Periode yang digunakan dalam penelitian ini hanya 4 tahun, untuk
penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan periode
penelitian menjadi lebih dari 4 tahun, sehingga dapat memberikan
tingkat generalisasi yang lebih tinggi.
3. Penelitian ini hanya menggunakan profitabilitas, komite audit, dan
kualitas audit untuk menilai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tax
avoidance. Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel
lain, seperti corporate governace, inventory intensity, leverage dan
ukuran perusahaan. Selain itu, dapat menambah proksi yang digunakan
untuk komite audit dengan frekuensi rapat komite audit. Begitu juga
dengan proksi untuk tax avoidance dapat menggunakan proksi lain,
seperti ETR, BTD, Book-Tax Gap, dan sebagainya.
96
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I. 1991. The theory of planned behavior. Orgnizational Behavior and
Human Decision Processes, 50, 179–211. https://doi.org/10.1016/0749-
5978(91)90020-T
Andayani, Wuryan dan Suparlan. 2010. “Analisis Empiris Pergantian Kantor
Akuntan Publik Setelah Ada Kewajiban Rotasi Audit”. Simposium Nasional
Akuntansi XIII.
Anggraeni, Kartika. 2018. Anwar Nasution: Pemerintah Bohong Sebut
Fundamental Ekonomi Kuat. Diakses 11 September 2018 dari
www.bisnis.tempo.co.
Anshori, M. F. 2016. Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan, (95),
256–269.
Aprillia, Orlin Cicilia, Rafaela Pertiwi Sergius. 2015. The Effectiveness Of Fraud
Triangle On Detecting Fraudulent Financial Statement: Using Beneish
Model And The Case Of Special Companies. Jurnal Riset Akuntansi dan
Keuangan, 3(3).
Arianandini, P. W., & Ramantha, I. W. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Leverage,
dan Kepemilikan Institusional pada Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 22(3), 2088–2116.
Aumeerun, B., Jugurnath, B., & Soondrum, H. 2016. Tax evasion: Empirical
evidence from sub-Saharan Africa. Journal of Accounting and Taxation, 8(7),
70–80. https://doi.org/10.5897/JAT2016.0225
Cavazos, Gerardo Peréz and Danreya M Silva. 2015. Tax-Minded Executives and
Corporate Tax Strategies: evidance from th 2013 Tax Hikes. Cambridge.
Cressey, D. R. 1950. “The Criminal Violation of Financial Trust”. American
Sociological Review, Vol. 15 No. 6, No., hlm: 738-743.
Damayanti, F., & Susanti, T. 2015. Pengaruh Komite Audit, Kualitas Audit,
Kepemilikan Institusional, Resiko Perusahaan, Dan Return On Assets
Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Bisnis Dan Manajemen, 5(2), 187–206.
https://doi.org/10.15408/ess.v5i2.2341
Daniel, Angga. 2015. 4.000 Perusahaan Milik Asing di RI Tak Pernah Bayar Pajak.
Diakses 01 Agustus 2018 dari www.m.detik.com.
Dewi, N. L. P. P., & Noviari, N. 2017. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage,
Profitabilitas, dan Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran
Pajak (Tax Avoidance). E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 21(1), 830–
859.
97
Dewinta, Ida A.R. dan Putu E. Setiawan. 2016. Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Umur Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Pertumbuhan Penjualan
terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 14(3).
Eksandy, A. (2014). Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit dan Kualitas
Audit Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) ( Studi Empiris Pada
Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2010-2014). Competitive, Vol. 1(No. 1), 1–20.
Feranika, Ayu. 2015. Pengaruh Kepemilikan institusional, Dewan Komisaris
Independen, Kualitas Audit, Karakter Eksekutif, dan Leverage terhadap Tax
Avoidance. Jurnal Akuntansi Universitas Jambi.
Gaaya, S., Lakhal, N., & Lakhal, F. (2017). Does family ownership reduce
corporate tax avoidance? The moderating effect of audit quality. Managerial
Auditing Journal, 32(7), 731–744. https://doi.org/10.1108/MAJ-02-2017-
1530
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS
23. Edisi 8. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, dan Scott Holmes.
2010. Acoounting Theory. Edisi 7. Australia: John Wiley & Sons, Inc.
Hanafi, U. 2014. Analisis pengaruh kompensasi eksekutif, kepemilikan saham
eksekutif dan preferensi risiko eksekutif terhadap penghindaran pajak
perusahaan. Journal of Accounting, 3, 1–11.
Hanum, H. R., & Zulaikha. (2013). Pengaruh Karakteristik Corporate Governance
Terhadap Effective Tax Rate (Studi Empiris pada BUMN yang Terdaftar di
BEI 2009-2011). Diponegoro Journal of Accounting, 2, 1–10.
Hidayat, w., dan A. A. Nugroho. 2010. Studi Empiris Theory Of Planned Bahvior
Dan Pengaruh Kewajiban Moral Pada Perilaku Ketidakpatuhan Pajak
Wajib Pajak Orang Pribadi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan 12 (2): 82-93.
Huseynov, F., & Klamm, B. K. 2012. Tax avoidance, tax management and
corporate social responsibility. Journal of Corporate Finance, 18(4), 804–827.
https://doi.org/10.1016/j.jcorpfin.2012.06.005
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2013. “Standar Profesional Akuntan
Publik”. Jakarta: Salemba Empat.
Jensen, Michael C. dan William H. Meckling. 1976. Theory of the Firm:
Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of
Financial Economics, 3.
98
Kasim, N., Hashim, N. A. B., & Salman, S. A. 2016. Conceptual Relationship
between Corporate Governance and Audit Quality in Shari’ah Compliant
Companies Listed on Bursa Malaysia. Modern Applied Science, 10(7), 106.
https://doi.org/10.5539/mas.v10n7p106
Kemenkeu. 2017. Informasi APBN 2016. Informasi APBN, 1–10. (Diakses dari
www.kemenkeu.go.id)
Khairunisa, K., Hapsari, D. W., & Aminah, W. (2017). Pengaruh Kualitas Audit ,
Corporate Social Responsibility ,. Journal Riset Akuntansi Kontemporer
(JRAK), 9(1), 36–43.
Komang Subagiastra, I Putu Edy Arizona, I. N. K. A. M. 2016. Governance
Terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal Ilimah Akuntansi, 1(2), 167–193.
Kurniawan, Alek. 2017. Tiga Skema Pembiayaaan Infrastruktur untuk Pemerataan
Ekonomi. Diakses 19 September 2018 dari www.properti.kompas.com.
Mahyarni. 2013. Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behavior
(Sebuah Kajian Historis tentang Perilaku). Jurnal Ekonomi Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim-Riau, 4(1), 13–23.
Martantya, Daljono. 2013. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Melalui
Faktor Risiko Keuangan dan Peluang. Diponegoro Journal of Accounting,
Vol. 2, No.2, h. 1-12.
Mustikasari, E. 2007. Kajian Empiris Tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan Di
Perusahaan Industri Pengolahan Di Surabaya. Simposium Nasional Akuntansi
X, 1–41.
Muzakki, M. R., & Darsono. 2015. Pengaruh Corporate Social Responsibility Dan
Capital Intensity Terhadap Penghindaran Pajak. Diponegoro Journal Of
Accounting, ISSN: 2337-3806, 4(3), 1–8.
Nakashima, M. 2017. Can The Fraud Triangle Predict Accounting Fraud?:
Evidance from Japan.
Nurfadilah, Mulyati, H., Purnamasari, M., & Niar, H. 2015. Pengaruh Leverage,
Ukuran Perusahaan, dan Kualitas Audit Terhadap Penghindaran Pajak ( Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2011-2015 ). Seminar Nasional Dan The 3rd Call for Syariah Paper,
(2010), 441–449.
Priantara, Diaz. 2013. Fraud Auditing & Investigation. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Putri, C. L., & Launtania, M. F. (2016). Pengaruh Capital Intensity Ratio, Inventory
Intensity Ratio, Ownership Structure dan Profitability terhadap Effective Tax
Rate (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2011-2014). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi,
1(1), 101–119.
99
Resmi, Siti. 2014. Perpajakan: Teori dan Kasus Edisi 8 Buku 1. Jakarta: Salemba
Empat
Rosalia, Y., & Sapari. 2017. Pengaruh Profitabilitas , Likuiditas Dan Corporate
Governance Terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi
ISSN:2460-0585, 6(3).
Santoso, Singgih. 2014. Statistik Multivariat Konsep dan Aplikasi dengan SPSS
Edisi Revisi. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Saputra, M. D. R. 2017. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Dan Corporate
Governance Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 6(8),
1–22.
Sarra, Hustna Dara. 2017. Pengaruh Konservatisme Akuntansi, Komite Audit, dan
Dewan Komisaris Independen terhadap Penghindaran Pajak (Studi
Empiris pada Industri Kimia dan Logam di BEI periode 2010-2014).
Competitive, 1 (1).
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business Metodologi Penelitian untuk
Bisnis Edisi 4 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Skousen, C. J., Smith, K. R., & Wright, C. J. 2008. Detecting and predicting
financial statement fraud: The effectiveness of the fraud triangle and SAS No.
99. Advances in Financial Economics, 13(99), 53–81.
https://doi.org/10.1108/S1569-3732(2009)000001300
Slemrod, J., & Yitzhaki, S. 2002. Chapter 22 Tax avoidance, evasion, and
administration. Handbook of Public Economics, 3, 1423–1470.
https://doi.org/10.1016/S1573-4420(02)80026-X
Suprapti, E. 2016. Pengaruh struktur kepemilikan, tekanan keuangan,
kesempatan dan rasionalisasi keuangan dengan corporate governance
sebagai variabel pemoderasi. Akuntansi. Universitas Brawijaya Malang.
Suprapti, E. 2017. Pengaruh Tekanan Keuangan Terhadap Penghindaran Pajak,
7(2), 1013–1022.
Suradi. 2012. Pertumbuhan Ekonomi Dan Kesejahteraan Sosial (Economic Growth
And Sosial Welfare). Informasi, Vol. 17, N(200).
Swingly, C., & Sukartha, I. M. 2015. Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit,
Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Sales Growth pada Tax Avoidance. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 1, 47–62.
Taylor, Grantley, dan Grant Richardson. 2012. “International Corporate Tax
Avoidance Practices: Evidence from Australian Firms.” International
Journal of Accounting 47 (4). University of Illinois: 469–96.
100
Tuanakotta, Theodorus M. 2012. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif Edisi
2. Jakarta: Salemba Empat.
Wallace, Peter dan John Zinkin. 2005. Mastering Business in Asia: Corporate
Governance. Singapura: John Wiley & Sons (Aisa) Pte Ltd.
Wibawa, Agung, Wilopo, dan Yusri Abdillah. 2016. Pengaruh Good Corporate
Governance terhadap Penghindaran Pajak (Studi pada Perusahaan
Terdaftar di Indeks Bursa SRI KEHATI tahun 2010-2014). Jurnal
Perpajakan (JEJAK),11 (1).
Wibowo, Farid Arif. 2017. Miningkatkan Kualitas APBN dengan Skema KPBU.
Info Risiko Fiskal, 2 (4).
Widi Hidayat, & Argo Adhi Nugroho. 2010. Studi Empiris Theory of Planned
Behavior dan Pengaruh Kewajiban Moral pada Perilaku Ketidakpatuhan Pajak
Wajib Pajak Orang Pribadi. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 12(2), 82–93.
Retrieved from
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/aku/article/view/18185
Wolfe, D. T., & Hermanson, D. R. 2004. The Fraud Diamond : Considering the
Four Elements of Fraud. CPA Journal, 74(12), 38–42. https://doi.org/DOI:
Yorke, Sally M., Mohammed Amidu, dan Cletus Agyemin-Boateng. 2016. The
Effect of Earning Management and Corporate Tax Avoidance on Firm
Value. Internasional Journal of Management Practice, 9(2).
Zulma, Gandy Wahyu Maulana. 2016. Pengaruh Kompensasi Manajemen
Terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan Dengan Moderasi Kepemilikan
Keluarga Di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XIX: 1–15.
101
LAMPIRAN - LAMPIRAN
102
Lampiran 1
Daftar Nama Perusahaan Sampel
No. Nama Perusahaan Kode
1 PT Akasha Wira International Tbk ADES
2 PT Argha Karya Prima Industry Tbk AKPI
3 PT Asahimas Flat Glass Tbk AMFG
4 PT Arwana Citramulia Tbk ARNA
5 PT Astra International Tbk ASII
6 PT Astra Otoparts Tbk AUTO
7 PT Sepata Bata Tbk BATA
8 PT Budi Starch & Sweetener Tbk BUDI
9 PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk CEKA
10 PT Chitose International Tbk CINT
11 PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN
12 PT Delta Djakarta Tbk DLTA
13 PT Darya-Varia Laboratoria Tbk DVLA
14 PT Ekadharma International Tbk EKAD
15 PT Gudang Garam Tbk GGRM
16 PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP
17 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP
18 PT Champion Pacific Indonesia Tbk IGAR
19 PT Indal Aluminium Industry Tbk INAI
20 PT Intanwijaya Internasional Tbk INCI
21 PT Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
22 PT Indospring Tbk INDS
23 PT Indocement Tunggal Prakarsa INTP
24 PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk JPFA
25 PT Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF
26 PT KMI Wire and Cable Tbk KBLI
27 PT Kabelindo Murni Tbk KBLM
28 PT Kalbe Farma Tbk KLBF
29 PT Lion Metal Works Tbk LION
30 PT Lionmesh Prima Tbk LMSH
31 PT Merck Tbk MERK
32 PT Nipress Tbk NIPS
33 PT Pelangi Indah Canindo Tbk PICO
34 PT Ricky Putra Globalindo Tbk RICY
103
Lampran 1
Daftar Nama Perusahaan Sampel (lanjutan)
35 PT Nippon Indosari Corpindo Tbk ROTI
36 PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk SCCO
37 PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk SIDO
38 PT Sekar Bumi Tbk SKBM
39 PT Semen Baturaja (Persero) Tbk SMBR
40 PT Semen Indonesia (Persero) Tbk SMGR
41 PT Selamat Sempurna Tbk SMSM
42 PT Siantar Top Tbk STTP
43 PT Tunas Alfin Tbk TALF
44 PT Mandom Indonesia Tbk TCID
45 PT Surya Toto Indonesia Tbk TOTO
46 PT Trias Sentosa Tbk TRST
47 PT Tempo Scan Pacisic Tbk TSPC
48 PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk ULTJ
49 PT Unilever Indonesia Tbk UNVR
50 PT Wismilak Inti Makmur Tbk WIIM
104
Lampiran 2
Data Profitabilitas
No. KODE Profitabilitas
2014 2015 2016 2017
1 ADES 0,062 0,050 0,073 0,046
2 AKPI 0,016 0,010 0,020 0,005
3 AMFG 0,118 0,080 0,047 0,006
4 ARNA 0,208 0,050 0,059 0,076
5 ASII 0,094 0,064 0,070 0,078
6 AUTO 0,066 0,023 0,033 0,037
7 BATA 0,092 0,163 0,052 0,063
8 BUDI 0,012 0,006 0,013 0,016
9 CEKA 0,032 0,072 0,175 0,077
10 CINT 0,070 0,077 0,052 0,062
11 CPIN 0,083 0,074 0,092 0,102
12 DLTA 0,289 0,185 0,212 0,209
13 DVLA 0,066 0,078 0,099 0,099
14 EKAD 0,100 0,121 0,129 0,096
15 GGRM 0,093 0,102 0,106 0,116
16 HMSP 0,359 0,273 0,300 0,294
17 ICBP 0,103 0,110 0,126 0,112
18 IGAR 0,157 0,134 0,158 0,141
19 INAI 0,025 0,022 0,027 0,032
20 INCI 0,075 0,100 0,037 0,054
21 INDF 0,061 0,040 0,064 0,059
22 INTP 0,183 0,158 0,128 0,064
23 JPFA 0,025 0,031 0,113 0,053
24 KAEF 0,081 0,077 0,059 0,054
25 KBLI 0,054 0,074 0,179 0,119
26 KBLM 0,032 0,019 0,033 0,036
27 KLBF 0,171 0,150 0,154 0,148
28 LION 0,080 0,072 0,062 0,014
29 LMSH 0,054 0,015 0,038 0,080
30 MERK 0,256 0,222 0,207 0,184
31 NIPS 0,041 0,020 0,037 0,023
32 PICO 0,026 0,025 0,022 0,023
33 RICY 0,013 0,011 0,011 0,012
105
Lampiran 2
Data Profitabilitas (lanjutan)
34 ROTI 0,088 0,100 0,096 0,032
35 SCCO 0,083 0,090 0,139 0,067
36 SIDO 0,148 0,156 0,161 0,169
37 SKBM 0,138 0,053 0,023 0,016
38 SMBR 0,115 0,108 0,059 0,029
39 SMGR 0,162 0,119 0,103 0,042
40 SMSM 0,240 0,208 0,223 0,227
41 STTP 0,073 0,097 0,075 0,092
42 TALF 0,133 0,078 0,034 0,023
43 TCID 0,094 0,262 0,074 0,076
44 TOTO 0,143 0,117 0,065 0,099
45 TRIS 0,070 0,076 0,039 0,026
46 TRST 0,009 0,008 0,010 0,011
47 TSPC 0,104 0,084 0,083 0,075
48 ULTJ 0,097 0,148 0,167 0,137
49 UNVR 0,415 0,372 0,382 0,370
50 WIIM 0,084 0,098 0,079 0,033
106
Lampiran 3
Data Komite Audit
No. KODE Komite Audit
2014 2015 2016 2017
1 ADES 0,333 0,333 0,333 0,333
2 AKPI 0,333 0,333 0,333 0,333
3 AMFG 0,500 0,500 0,667 0,667
4 ARNA 0,500 0,500 0,250 0,500
5 ASII 1,000 1,000 1,000 1,000
6 AUTO 1,000 1,000 1,000 1,000
7 BATA 0,667 0,667 0,667 0,667
8 BUDI 0,333 0,333 0,333 0,333
9 CEKA 0,333 0,333 0,333 0,333
10 CINT 0,333 0,333 0,333 0,333
11 CPIN 0,400 0,400 0,400 0,200
12 DLTA 0,667 0,667 0,667 0,667
13 DVLA 0,500 0,667 1,000 1,000
14 EKAD 0,333 0,333 0,500 0,333
15 GGRM 0,667 0,667 0,667 0,667
16 HMSP 0,667 0,667 0,667 0,667
17 ICBP 1,000 0,667 1,000 1,000
18 IGAR 0,333 0,333 0,333 0,333
19 INAI 0,667 0,667 0,667 0,667
20 INCI 0,333 0,333 0,333 0,333
21 INDF 1,000 1,000 1,000 1,000
22 INTP 1,000 1,000 1,000 1,000
23 JPFA 0,667 0,667 1,000 1,000
24 KAEF 0,667 0,667 0,250 0,250
25 KBLI 0,667 0,667 0,667 0,667
26 KBLM 0,333 0,333 0,333 0,333
27 KLBF 1,000 1,000 1,000 1,000
28 LION 0,333 0,333 0,333 0,333
29 LMSH 0,333 0,333 0,333 0,333
30 MERK 0,333 0,333 0,333 0,333
31 NIPS 0,333 0,333 0,333 0,333
32 PICO 0,333 0,333 0,333 0,333
33 RICY 0,333 0,333 0,333 0,333
107
Lampiran 3
Data Komite Audit (lanjutan)
34 ROTI 0,333 0,333 0,333 0,333
35 SCCO 0,333 0,333 0,333 0,333
36 SIDO 0,333 0,333 0,333 0,333
37 SKBM 0,333 0,333 0,333 0,333
38 SMBR 1,000 1,000 1,000 1,000
39 SMGR 0,600 0,500 0,500 0,500
40 SMSM 0,333 0,333 0,333 0,333
41 STTP 0,333 0,333 0,333 0,333
42 TALF 0,333 0,333 0,333 0,333
43 TCID 0,500 0,750 1,000 1,000
44 TOTO 0,667 0,667 0,667 0,667
45 TRIS 0,333 0,333 0,333 0,333
46 TRST 0,667 0,667 0,333 0,333
47 TSPC 0,667 0,667 1,000 1,000
48 ULTJ 0,333 0,333 0,333 0,333
49 UNVR 0,333 0,333 0,333 0,333
50 WIIM 0,333 0,333 0,333 0,333
108
Lampiran 4
Data Kualitas Audit
No. KODE Kualitas Audit
2014 2015 2016 2017
1 ADES 0 0 0 0
2 AKPI 1 1 1 1
3 AMFG 1 1 1 1
4 ARNA 1 1 1 1
5 ASII 1 1 1 1
6 AUTO 1 1 1 1
7 BATA 1 1 1 1
8 BUDI 0 0 0 0
9 CEKA 1 1 1 1
10 CINT 0 0 0 0
11 CPIN 1 1 1 1
12 DLTA 1 1 1 1
13 DVLA 1 1 1 1
14 EKAD 0 0 0 0
15 GGRM 1 1 1 1
16 HMSP 1 1 1 1
17 ICBP 1 1 1 1
18 IGAR 0 0 0 1
19 INAI 0 0 0 0
20 INCI 0 0 0 0
21 INDF 1 1 1 1
22 INTP 1 1 1 1
23 JPFA 0 0 0 1
24 KAEF 0 0 0 0
25 KBLI 1 1 1 1
26 KBLM 0 0 0 0
27 KLBF 1 1 1 1
28 LION 0 0 0 0
29 LMSH 0 0 0 0
30 MERK 1 1 1 1
31 NIPS 0 0 0 0
32 PICO 0 0 0 0
33 RICY 0 0 0 0
109
Lampiran 4
Data Kualitas Audit (lanjutan)
34 ROTI 1 1 1 1
35 SCCO 0 0 0 0
36 SIDO 0 0 0 1
37 SKBM 0 0 0 0
38 SMBR 0 0 0 0
39 SMGR 1 1 1 1
40 SMSM 1 1 1 1
41 STTP 0 0 0 0
42 TALF 0 0 0 0
43 TCID 1 1 1 1
44 TOTO 1 1 1 1
45 TRIS 0 0 0 0
46 TRST 1 1 1 1
47 TSPC 0 0 0 0
48 ULTJ 0 0 0 0
49 UNVR 1 1 1 1
50 WIIM 0 0 0 0
110
Lampiran 5
Data Tax Avoidance
No. KODE Tax Avoidance
2014 2015 2016 2017
1 ADES 0,241 0,287 0,112 0,124
2 AKPI 0,121 0,671 0,352 1,018
3 AMFG 0,267 0,329 0,337 0,951
4 ARNA 0,286 0,696 0,245 0,210
5 ASII 0,207 0,356 0,244 0,218
6 AUTO 0,263 0,476 0,278 0,407
7 BATA 0,348 0,269 0,422 0,277
8 BUDI 0,187 0,427 0,318 0,088
9 CEKA 0,343 0,196 0,251 0,340
10 CINT 0,303 0,310 0,344 0,249
11 CPIN 0,479 0,287 0,142 0,446
12 DLTA 0,266 0,277 0,261 0,259
13 DVLA 0,460 0,244 0,190 0,237
14 EKAD 0,314 0,256 0,127 0,373
15 GGRM 0,228 0,212 0,269 0,253
16 HMSP 0,292 0,274 0,225 0,257
17 ICBP 0,321 0,297 0,307 0,358
18 IGAR 0,215 0,328 0,212 0,349
19 INAI 0,321 0,300 0,252 0,248
20 INCI 0,034 0,100 0,226 0,269
21 INDF 0,378 0,470 0,363 0,447
22 INTP 0,219 0,216 0,182 0,120
23 JPFA 0,706 0,190 0,152 0,388
24 KAEF 0,146 0,192 0,190 0,158
25 KBLI 0,461 0,300 0,157 0,245
26 KBLM 0,371 0,444 0,099 0,000
27 KLBF 0,235 0,257 0,243 0,241
28 LION 0,257 0,191 0,327 0,616
29 LMSH 0,423 0,390 0,102 0,212
30 MERK 0,349 0,289 0,318 0,307
31 NIPS 0,351 0,436 0,249 0,468
32 PICO 0,196 0,134 0,035 0,044
33 RICY 0,583 0,436 0,447 0,440
111
Lampiran 5
Data Tax Avoidance (lanjutan)
34 ROTI 0,190 0,202 0,273 0,264
35 SCCO 0,244 0,210 0,356 0,230
36 SIDO 0,438 0,240 0,216 0,216
37 SKBM 0,305 0,456 0,412 0,432
38 SMBR 0,170 0,142 0,232 0,232
39 SMGR 0,218 0,230 0,304 0,418
40 SMSM 0,251 0,258 0,205 0,232
41 STTP 0,318 0,221 0,208 0,210
42 TALF 0,247 0,291 0,239 0,293
43 TCID 0,277 0,090 0,151 0,274
44 TOTO 0,258 0,308 0,377 0,202
45 TRIS 0,438 0,278 0,418 1,422
46 TRST 0,614 0,655 0,921 1,199
47 TSPC 0,579 0,647 0,649 0,724
48 ULTJ 0,335 0,159 0,271 0,338
49 UNVR 0,235 0,244 0,241 0,257
50 WIIM 0,416 0,233 0,332 0,541
112
Lampiran 6
Output Hasil Pengujian Data
A. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
ROA 176 ,00645 ,41502 ,1026370 ,07938914
IND 176 ,20000 1,00000 ,5227261 ,25709386
ADT 176 0 1 ,51 ,501
CETR 176 ,00000 ,69649 ,2782043 ,10915711
Valid N
(listwise)
176
B. Hasil Uji Asumsi Klasik
1. Hasil Uji Normalitas
113
One-Sample Kolmogorov-smirnov Tes
Unstandardized
Residual
N 176
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,10453320
Most Extreme Absolute ,055
Differences Positive ,055
Negative -,043
Test Statistic ,055
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
e. Test distribution is Normal.
f. Calculated from data.
g. Lilliefors Significance Correction.
h. This is a lower bound of hte true significance
2. Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coeficients
Standardized
Coeficients
t
Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error
Beta
Tolerance
VIF
1 (Constant) ,329 ,021 15,523 ,000
ROA -,433 ,116 -,315 -3,745 ,000 ,753 1,328
IND -,071 ,037 -,168 -1,918 ,057 ,692 1,445
ADT ,060 ,021 ,276 2,811 ,006 ,554 1,804
b. Dependent Variable: CETR
3. Hasil Uji Heteroskedastisitas
114
Hasil Uji White
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,431a ,186 ,157 ,01712
a. Predictors: (Constant), X1X2X3, X2KUADRAT,
X3KUADRAT, X1KUADRAT, ROA IND
b. Dependent Variable: RES1KUADRAT
Coefficienta
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std.
Error
Beta
1 (Constant) ,039 ,011 3,491 ,001
ROA -,250 ,053 -1,065 -4,752 ,000
IND -.033 ,040 -,454 -,821 ,413
X1KUADRAT ,416 ,141 ,623 2,949 ,004
X2KUADRAT ,011 ,030 ,200 ,378 ,706
X3KUADRAT ,001 ,004 ,016 ,148 ,882
X1X2X3 ,084 ,059 ,247 1,406 ,162
a. Dependent Variable: RES1KUADRAT
4. Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted
R Square
Std. Error of
the estimate
Durbin-
Watson
1 ,288a ,083 ,067 ,105441 2,144
c. Predictor: (Constant), ROA, IND, ADT
d. Dependent Variable: CETR
115
C. Hasil Uji Hipotesis
Variables Enter/Removeda
Model
Variabel
Entered
Variabel
Removed
Method
1 ADT, ROA, . Enter
INDb
a. Dependent Variable: CETR
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the estimate
1 ,288a ,083 ,067 ,105441
c. Predictor: (Constant), ROA, IND, ADT
d. Dependent Variable: CETR
Coefficienta
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T
Sig.
B
Std.
Error
Beta
1 (Constant) ,329 ,021 15,523 ,000
ROA -,433 ,116 -,315 -3,745 ,000
IND -,071 ,037 -,168 -1,918 ,057
ADT ,060 ,021 ,276 2,811 ,006
b. Dependent Variable: CETR
top related