sistem pengelolaan keuangan negara pada waktu …
Post on 16-Oct-2021
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA PADA WAKTU SEKARANG DAN YANG AKAN DATANG
L _______ __ Oleh: Drs. Gandhi _________ ---!
PENDAHULUAN
S eeara umum telah diketahui bahwa pengertian tanggung jawab Keuangan Negara masih
perlu disepakati. Ada yang berpendapat bahwa tang
pmg jawab Keuangan Negara seperti yang dimaksudkan dalam Pasal 23 .yat (5) Undang Undang Dasar 1945 adalah tanggung jawab ten tang pelaksanaan APBN, sedang ketcntuan Pasal : aya t (I) , (2) dan (3) Undang Undang Somor 5 tahun 1973 merupakan roanglingkup pemeriksaan yang harus dilaksa nakan olch Badan Pemeriksa Keuangan.
Ada pula pihak lain yang berpen
dapat bahwa justru Pasal 2 ayat (I) , ( ~) dan (3) Undang-Undang Nomor 5 tahun 1973 merupakan perineian dari Pasal 23 ayat (5) Undang Undang Dasar 1945. Dalam makalah ini yang
akan dibahas dibatasi kepada pengeloIaan Anggaran Pendapatan dan Belanja _ -egara, yang secara kebetulan ter
masuk dalam pengertian Keuangan Negar. menurut kedu. golongan tersebut ill atas. Di sam ping itu pengertian apapun yang disepakati, sistem pengelolaan Keuangan Negara dalam arli APBN etap perlu dipikirkan mengingat pen
tmgnya peranan APBN dalam pembangunan. Sistem pengelolaan APBN diarur ' dalam lndisehe Comptabilireitswet Stlb. 1925 No.448 sebagaimana telah diubah dan ditambah ter-
akhir dengan Undang-Undang No.9
tahun 1968, disingkat ICW, sehingga apabila kita berbicara tentang sistem pengelolaan APBN yang akan datang, harus berarti suatu sistem yang dianut o leh Undang-undang yang akan datang seb agai pengganti dari LCW.
SIF AT UNIVERSALITAS APBN
Bijloo dalam bukunya Comptabiliteit memberikan definisi anggaran sebagai berikut:
"Anggaran adalah suatu rcncanu kerja kc uangan , bcrisikan di satu pihak jumlah pcngc luaran tcrtinggi yang da!J.m suatu jangka waktu di masa datang kira-kira akan diperlukan uotuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan Negara. dan di lain pihak jurnlah p endapatan (alat-alat keuangan) yang diperkirakan dalam jangka waktu yang sarna akan di terima o leh Negara" 1)
Dari definisi ini terlihat bahwa suatu anggaran negara hanya akan mem· punyai arti apabila di dalamnya dimuat semua pengeluaran dan semua penerimaan untuk membiayai penge· luaran-pengeluaran terse but. Ada dua car a penyusunan anggaran,
yaitu: Pertama, semua pengeluaran dimuat dalam anggaran taopa dikurangi
demikian juga penerimaan. Kedua. se-
1) TeIjemahan oleh Komisi Pen.erjmlah Departemen Keuangan Republik Indonesia.
Februari J 986
/
2
bag ian dari pengeluaran langsung dibiayai dari pendapatan tanpa disediakan lebih dahulu dalam angga ran sehingga penerimaan hanya dimuat dalam jumlah yang telah dikurangi itu, misalnya dalam pengeluaran untuk pemungutan pajak langsung dibiayai dari penerimaan pajak, sehingga anggaran hanya memuat penerimaan pajak setelah dikurangi dengan pengeluaran biaya pemungutannya. Anggaran yang disusun dengan ca ra yang pertama memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai penge\uaran dan pcnerimaan unggaran. baik mengen'i jumlah seluruhnya maupun mengenai perinciannya . Di samping it.u anggaran tidak bisa lagi dibebani oleh pengeluaran-penge luaran lain di luar yang telah dimuat di dalam anggaran dan atau dibebani dengan pengeluaran yang lebih tinggi dari anggaran pengeluaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian berarti penggunaan uang telah terikat seeara ketat dcngan perincian secara terbuka di bawah pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat. Demikian pula penerimaan akan dimuat sepenuhnya dari semua sumber pendapatan. Dengan demikian cara pertama ini yang biasa disebut cara menurut asas universalitas meme· nuhi syarat-syarat tentang sifat-sifat /engkap, terbuka dan ie/as').
Dalam cara kedua; pengeluaran dan penerimaan akan - dimuat lebih rendah sehingga diperoleh suatu gambaran yang tidak jelas daripada pengeluaran dan penerimaan yang sebenamya . Cara ini tidak memenuhi syarat-syarat tentang /engkap, terbuka danielas.
Indische Comptabiliteitswet Stb. 1925 No.448 sebagaimana telah di-
2) 1. Bijloo,Comptabiliteit.
Hukum dan Pembangunan
tambah dan dirubah , terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1968 (selanjutnya disingkat ICW) menganut asas universalitas tcrsebut, yang terlihat dalam ketentuan !'asal 28 yang berbunyi sebagai berikut:
"Kredit-kredit yang disediakan datam anggaran baik langsung maupun tidak langsung, tidak dinaikkan dcngan scsualu keuntungan (ba tcn ) yang menjadi hak Negara" .
Karena ICW menganut asas universalitas maka pembukuan anggaran Republik Indonesia menganut sistem bruto, artinya yang dibukukan adalah jumlah kotornya, sebelum dikurangi potongan-potongan. Seperti telah diuraikan di atas bahwa asas universalitas adalah memenuhi syarat·syarat tentang sifal-sifat /engkap, terbuka dan ie/as maka menu rut hemnt kami asas ini harus tetap dipcrtahankan dalam cara pengclolaan APBN yang akan datang.
ASASKAS
Asa s Kas ia lah suatu sistem pem· bakuan yang mcmbukukan penerin,"an dan pengeluaran sebagai keuntungan dan beban sesuai dengan waktu diterima dan dikeluarkan, lanpa memperhatikan untuk periode mana penerimaan dan pengeluaran itu dilakukan 3).
Keuntungan sistem ini ialah kese· derhanaannya. Para pelaksana pembukuan tidak perlu memikirkan mengenai periode mana penerimaan dan pengeluaran itu dilakukan. la akan membukukan sebagai keuntungan dan sebagai beban dari periode penerimaan dan pengeluaran itu diterima dan dikeluarkan.
3) Eric l.Kohler ,C.P.A:A Dictionary for Accountmr.
Pen6eloloan Keuan,an Ne6ara
S'efak (anun tg{4 (C If. teian menganut asas Kas ini seperti terliliat di dalam Pasal 8 yang berbunyi:
a. Semua jumlah uang yang merupakan penerimaan atau pengeluaran anggaran, yang selama t'hun itu dimasukkan dalam atau dikeluarkan dati Kas Negara atau kantor-kantor yang diserahi pekerjaan Kas Negara;
b. Semua perhitungan yang merupa· kan penerimaan atau pengeluaran anggaran, yang selama tahun itu dilakukan antara bagian-bagian ang· garan;
c. Semua jumlah uang, yang merupakan penerimaan atau pengeluaran anggaran, yang ,elama tahun itu di· lakukan atas daftar-daftar per hitungan tertentu, yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan;
d. Semua jumlah liang, yang mcrupakan penerimaan atuu pengeluaran .nggaran yang seloma tahun itu di· terima atau dikeluarkan oleh wakil· wakil Republik Indonesia di Luar Negeri.
lew sebelum tahun 1954 menganut stelsel verkregen rechten yang sama dcngan commitment basis. Menurut sistem mi, suatu commitment yang timbul di dalam suatu tahun anggaran yang sedang berjalan tetapi sam· pai berakhirnya tahun anggaran itu belum direalisasikan, boleh direalisasikan dalam semester pertama tahun anggaran berikutnya dengan tetap dibebankan pada tahun anggaran yang sudah lampau. lni berarti bahwa pada semester pertama tahun anggaran terjadillya realisasi .itu terdapat dua pembukuan anggaran, yaitu pembukuan dari realisasi commitment tahun anggaran yang lampau dan pembukuan realisasi cammitment tahun anggaran
3
Yflflgsed3ng berja13u. Deugau keadaan . demikian setiap ada realisasi ,
. para pelaksana pembukuan harus me· neliti dulu untuk beban tahun anggaran mana realisasi itu harus dibukukan.
Dari uraian tersebut di atas terlihat bahwa keuntungan yang menonjol dari dipakainya asas kas adalah kesederhanaannya, sehingga para pelaksana pembukuan yang mempunyai pengetahuan sederhana tentang pembukuan akan dapat melaksanakan tugasnya. Karena itu menurut hemat kami asas kas akan tetap harus dipergunakan dalam sistem pengelolaan APBN di waktu·waktu yang akan datang.
SUSUNAN ANGGARAN
Susunan anggaran rerjadi karcna adanya pembagian lebih lanjut dari anggaran, untuk memberikan gambaran yang Icbih terperinci sehingga mempunyai sifat jelas.
Ada tiga prinsip pcmbagian anggar· an4 ).
Menurut Objek
Pembagian pokok dilakukan me· nurut ani ekonomis dari pengeluaran, schingga terjadi pemisahan, misalnya gaji , tunjangan, pengeluaran untuk Iistrik dan seterusnya.
Menurut Fungsi
Pembagian pokok dilakukan menurut fungsi dari pengeluaran, yaitu menurut objek pembinaan tugas ne· gara yang merupakan tujuan daripada pengeluaran terse but , misalnya pengairan, perhubungan dan sebagainy •.
4) Bijloo, Comptabiliteit
Febrnan· 1986
4
Menurut Organisasi
Pembagian pokok pengeluaran di· lakukan menurut satuan orga nisasi yang merupakan bagian dari struktur keta tanegaraan,. misalnya menurut Departemen yang masing-masing dibagi lagi dalam Direktorat lenderal dan se· bagaillya.
Sering kita melihat bahwa pemba· gian anggaran menurut fungsi- menunjukkan banyak persamaan dengan pembagian menufut organisasi, yaitu dalam hal suatu unit organisasi melak· sanakan satu jenis fu ngsi secara penuh . Perbedaan akan jelas kelihatan andai· kata suatu fungsi dilaksanakan oleh Ie· bih dari satu unit organisasi atau dalam hal satu unit organisasi mengurus berbag.aijenis fungsi.
Menurut Bijloo dalam bukunya Complabiliteil tersebut di atas, yang terbanyak digunakan adalah pembagi· an menurut organisasi karena di kebanyakan negara mengharuskan taoggung jawab seorang Menteri yang memimpin suutu Departemen secara jelas teTgambaf dalam anggaran. Di indonesia , sesuai dengan Undang Undang Dasar 1945 , tergambarnya langgung jawab anggaran seorang Menteri tidak menjadi keharusan. Indonesia yang sedang membangun lebih memerlukan ler· gambarnya fungsi anggaran yang ber· arti tergambarnya kegiatan·kegiatan yang harus dilakukan oleh pemerintah dan biaya dari masing·masing kegiatan tersebut.
Susunan anggaran yang didasarkan atas pembagian anggaran menurut f ungsi ini memberikan kemungkinan untuk melihat hubungan antara penge· luaran dan tingkat·tingka t pekerjaan
Hullum dan PembonlUnan
yang akan dilakukan. S) Kiranya SUo
sunan anggaran seperti tersebut di atas akan dapat dikembangkan untuk me·· menuhi fungsi budget perusahaan me· nUTUt A Mey6).
a, Suatu rencana rumah tangga bagi masa beriku t
b. suatu otorisasi dan pemberian kre-dit
C. pember ian tugas d. suatu alat pengendalian.
A Mey juga berpendapat bahwa ang· garan negara dapat rnemenuhi fungsi budget perusahaan tersebut.
Susunan APBN, segi pengeluaran· nya pada saat ini baik rutin rnaupun pembangunan telah menunjukkan kegiatan yang direncanakan dan biaya dati rencana kegiatan terscbut. SusunalUlya adalah Sektor yang dibagi men· jadi Sub Sektor. Sclanjutnya dengan Kcputusan Presiden Sub Sektor dibagi menjadi program-program. Program di· bagi menjadi Proyek untuk anggaran Pernbangunan dan kegiatan untuk anggaran Rutin. Proyek!kegiatan tersebut
merupakan bagian dari seluruh kegiatan usaha program yang paling coeok untuk penghitungan ongkos dan man· faatnya, serta paling mudah untuk pembinaan keperluan anggarannya.? ) Sebagai contoh susunan anggaran sampai dengan proyek adalah sebagai ber· Ikut:
5) Bintoro Tjokroamidjojo , Penganlar Administrasi Pembangunan.
6) A Mey, Bedriifsbegroling en Bedriifsbeleid.
7). Bintoro Tjokroamidjojo, Pengantar"Ad.
ministrasi Pembongunan.
.-.&ola4n Keuangan Negara 5
Sektor Sub Sektor Program Kegiatan
i 1.0025 Kegiatan Program Kegiatan
Pertanian dan Pengairan Pertanian Pembinaan Produksi Pertanian Pembinaa n dan Pengembangan Pertani · an Tanaman Pangan Penyelenggaraan Karant ina Pertanian Pembinaan Produksi Peternakan. Pembinaan dan Pengembangan Peter· nakan
IBlbangunan9 )
..
Sektor Sub Sektor Program
cDI.37 Proyek
I D 1.43 . Proyek
.01.52. Proyek
Program Proyek Proyek Proyek
Pcrtanian dan Pengairan Pcrtani'an Peningkatan Produksi Tanaman Pa· ngan Pengembangan Produksi Padi dan Pala· wija Pusat Pcnyuluhan Produksi Tanaman Pangan
Peningkatan Produksi Tanaman Pangan di DKI Jakarta .
Peningkatan Produksi Pcternakan Pembinaan Peternakan Pusat Panea Usaha Ternak Pusat Peningkatan Produksi Peternakan di DKI Jakarta.
a susunan anggaran pengeluaran, rutin maupun pembangunan telah
memberikan gambaran tentang ..,lC>Joa kegiatan dan biayanya. Karena
Perlu dieatat bahwa pacla program yang dilaksanakan o\eh berbagai ins· tansi dad berbagai departemen scr mg ,c kali timbul masalah koordinasi , se· hingga sering terjadi suatu program tidak clapat sepenuhnya berhasil karena salah satu instansi dari suatu de· partemen terIambat mulai melaksana-
surunan anggaran seperti itu masih memenuhi syarat untuk penge· APBN yang akan datang. ·
Diohb. dan lam piran Keppres No.731 <
9). Dio lah dari lampiran Keppres No.74/ t985 .
Februari 1986
6
kan pekerjaannya , atau tidak melaksanakan sama sekali, karena tidak termasuk dalam rencana instansi depar-' ternan tersebut. Kelemahan dalam koordinasi ini dapat terjadi dalam perencanaan dan dapat pula terjadi di dalam pelaksanaan.
Untuk mengatasi kelemahan koordinasi di dalam perencanaan perIu adanya peninjauan kembali cara kerja dalam pcnyusunan rencana kegiatan proyek. Apabila selama ini proyek-proyek yang merupakan bagian dad suatu program dalam penyelesaian rencananya dibahas oleh pelaksana penilai rencana yang berbeda menurut instansi dcpartemen masing-masing, maka perlu diusahakan agar seluruh proyek di dalam suatu program dinilai oleh petugas yang sarna . Dengan demikian akan dapat dicapai bahwa se mua pro yek yang merupakan bagian dari suatu program akan benar·benar mendukung program itl!. baik hasH yang harus di · capainya. jadwal pencapaiannya maupun lokasinya.
Hal mi mungkin mengharuskan susunan organisasi pacta instansi penilai rencana scdikit mengalami pCfubahan. Jika tadinya orga nisasi disusun untuk mclayani instansi departemen Gadi menurut departemen), maka sekarang susunan organisasi itu harus atas dasar program, se hingga suatu unit orgamsasi tertentu akan melayani program atau program-program tertentu ya ng mungkin pelaksanaannya dari berbagai instansi departemen.
Untuk mengatasi kelemahan koord inasi dalam pelaksanaan , dapat ditempuh dengan menunjuk pejabat yang bertanggung jawab dalam melaksanakan program tersebut. Penang· gung jawab program ini harus mempu-
Hukum dan Pembangunan
proyek-proyek mana di dalam programnya yang perlu mempercepat atau memperiambat kegiatannya, dengan perkataan lain ia harus se lalu menjaga jadwal pelaksanaan. . Di samping itu pen anggung jawab program harus mempunyai kewenangan untuk meminta diadakan revisi rencana kegiatan dan biayanya dari suatu proyek di dalam programnya untuk mcnyesuaikan dengan kegiatan program yang ber~ngkutan seeara keseluruhan.
Apabila suatu program dilaksanakan oleh bcrbagai instansi dari berbagai departemen maka ya ng harus ditunjuk sebagai penanggung jawab program adalah pejabat yang bertanggung jawab alas kegiatan yang menjadi pokok dalam program it u.
Anggaran pengeluaran menctap-kan perk iraa n jumlah-jumlahnya , sehingga sc telah dijadikan undang-undang memperoleh sifat Undang-Unda ng Krcdit , karena itu jumlah~jumlah anggaran pengeluaran merupakan jumlah-j umlah tc rtinggi yang boleh dike· luarkan.
Anggaran penerimaan hanya merupakan penunjukkan dari sumber-sumber penerimaan , sedang jumlah-j umlah dalam anggaran penerimaan hanya merupakan bahan pengetahuan pembua! undang-undang yang sifatnya tidak mengikat IO ).
Secara garis besar penerimaan aoggaran dibagi menjadi Pene rimaan Dalam Negeri dan Penerimaan Pembangunan. Penerimaan Dalam Negeri dibagi lagi menjadi:
I. Penerimaan Minyak Bumi dan Gas Alam dan
nyai kewenangan dalam menentukan 10) . Bijloo, Comptabilireit.
II. Penerimaan ill luar Minyak Bumi dan Gas Alam
Ptmrimaan Pembangunan dibagi men·
JOdi: Bantuan Program dan
:: Bantuan Proyek. L--ngkapnya Sllsunan anggaran peneri· maan" ) adalah sebagai berikut: A.. Penerimaan Dalam Negeri L Penerimaan Minyak Bumi dan Gas
AJam ;. Pajak Penghasilan Minyak Bumi c. Pajak Penghasilan Gas Alam
D. Penerimaan di luar Minyak Bumi dan Gas Alam I . Pajak Penghasilan 1.1. Pajak Penghasilan Perseorang.
an - HasH potongan pekerjaan - Usaha dan pekerjaan
1.2 . Paj ak Penghasilan Badan Badan Usaha Milik Negara Badan Usaha swasta Hasil pungutan kegia!an
"saha Hasil potongan bunga, de·
viden, royalty dan sebagainya
: . Pajak Pertambahan Nilai Barang dan jasa dan Pajak Penjualan at as Sarang Mewah
3_ Bea masuk dan Cukai 3 .1. Bea masuk j .2. Cukai
- cukai tembakau - cukai lainnya
~ . Pajak Ekspor : .I p e da
. Pajak Lainnya - . Penerimaan Bukan Pajak
• Penerimaan Pembangunan i _ Bantuan Program : . Bantuan Proyek
7
Dari gambaran tersebut terlihat bahwa anggaran penerimaan disusun menurut jenis penerimaan. Susunan seperti ini sesuai dengan pendapat Byloo seperti yang telah diuraikan di atas bahwa anggaran penerimaan hanya merupakan penunjukkan daripada sum· ber-sumber pcnerimaan. Di samping itu susunan anggaran penerimaan menurut sumber , akan dengan jelas tcr·
lihat apakah semua sumber yang po· tensial telah akan digal i. Karena itu menurut hemat kami susunan anggaran penerimaan menurut jenis-jenis penerimaan dapat tetap dipertahankan.
SISA ANGGARAN
Dapat dipcrki rakan bahwa banyak proyek tcrulama proyck besar yang tidak dapat sc lesai pada akhir tahun anggaran. Karcna itu kredit anggaran dad proyck yang tidak sclesai tersebut. pada akhir tahun anggaran masih mcnunjukkan sisa. Apabila sisa ang· garan ini tidak dapat dipindahkan ke tahun anggaran bcrikutnya, maka untuk IlIcnyclcsaikan proyek yang belum selesa i tadi tcrpaksa harus ill· mintakan kredit anggaran baru. Ke· adaan ini tidak hanya akan menye· babkan berlarut ·larutnya penyelesaian
proyek, tapi juga akan menimbulkan beban yang tidak perlu bagi pembuat undang-undang karena harus membicarakan sekali lagi hal yang telah di· putusnya.
leW setelah hapusnya Pasa] Iia (terkenal dengan sis tern veremenl) pada tahun 1954, tidak memungkin· kan lagi untuk memindahkan suatu kredit anggaran ke tahun anggaran ber· ikutnya. Hal ini mcnyebabkan timbul· nya gejala yang kurang baik yang ter · lihat dalam akhir tahun pertama Pelita
Febnuzr; 1986
8
I, yaitu timbulnya usaha para Pemimpin Proyek untuk mengeluarkan uang anggaran dari Kas Negara dengan menggunakan bahan keterangan (bukto yang Iidak benar, misalnya Berita Acara yang menyatakan proyek tclah seiesai, walaupun sebenarnya baru mulai dikcrjakan.
Karena itu mulai tahun ke II Pelita I, dalam seliap Undang Undang APBN dicantumkan kctentuan bahwa:
a. Sisa kredit anggaran Pembangunan (SlAP) yang ada pada akhir tahun anggaran dengan Perat uran Pemerinlah dipindahkan kepada tahun anggaran berikutnya dengan jalan menambahkannya kepada kredit anggaran tahun ber ikutnya .
b. Sisa kredit anggaran pembangunan yang dipindahkan itu dikurangkan dari anggaran pcmbangunan l a
hun ya ng bersangkutan. c. Saldo anggaran lebih (discout SAL),
selisih antara penerimaan da n pengeluaran, ditambahkan kcpada Iahun anggaran be rikutnya dan dipakai untuk membiayai anggar2.11 pembangunan.
Ketcntuan tersebut di atas yang kami sebut sistem SlAP tclah menghilangkan kekhawaliran para pimpinan proyek akan hangusnya angga ran pembangunannya, sehingga t idak dapal menyelesaikan proyeknya. Di dalam praktek terdapat kelemahan dari sistcm SlAP ini, yaitu:
Saldo anggaran lebih (SAL) ditambahkan kepada tahun angga ran berikutnya untuk membiayai pembangunan. Karena semua penerimaan dalam tahun berikut itu telah disediakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran dalam tahun berikut, maka jelaslah bahwa SAL itu dimaksudkan sebagai
Hukum dan Pembangunan
sumber pembiayaan SlAP, di samping penerimaan tahun yang bersangkutan yang lebih besar dari rencana dan dana yang belum dipakai karena timbulnya SlAP baru. Karena itu timbul bahaya, bahwa SlAP yang ada tidak didukung . olch dana yang cukup untuk membiayainya, yaitu apabila:
i. SAL yang dipindahkan lebih kecil dari SlAP
ii. Penerimaan tahun anggaran yang bersangkutan tidak naik lebih-Iebih jika turun
iii. SlAP baru Icbih kecil dari SlAP yang dipindahkan , karena pelaksanaan pekerjaan mcnjadi lebih lancar. Administrasi anggaran harus baik,
karena jika tidak didukung dengan administrasi anggaran ya ng baik, penumpukan SlAP melebihi dana yang tersedia tidak dapa< segera diketahui. Leb ih-Iebih lagi dengan adanya pcrubahan anggaran melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Tambahan dan Pcrubahan (APBN/TP), administrasi anggaran ya ng tidak baik/ kurang akural dapat menyebabkan program yang anggarannya telah dipindahkan ke program lain, terus berjala n seakan-akan tida k ada perubahan apa-apa. Dalam keadaan demikian adanya SlAP yang tidak ada dukungan dananya tidak dapat dihindarkan lagi . Yang Iebih penting lagi ialah adanya pclaksanaan anggaran di luar Undang-undang APBN dan Undang-undang APBN/TP. Untuk menghindarkan kelemahan tersebut di atas, menurut hcmat kami dapat ditempuh 2 cara, yaitu:
I. Di dalam Pasal 2 leW ditentukan bahwa setelah APBN disahkan/ menjadi Undang-undang, dengan Keputusan Presiden harus diperinci lebih
llajul sampai kepada proyek/kegiatan. kentuan ini harus dilaksanakan pula IIogi APBN/TP. Dengan adanya perin· eEIl lersobul akan diperinci pula pro· p1ll1 yang dipindahkan anggarannya ke program lain , dan karenanya ko·
. admin istrasi dengan sondirinya Han lerjadi.
: . Setiap akhir Pelita, SlAP yang ada harus dijadikan proyek
dalam anggaran tahun pertama I"ttll! berikutnya. Dengan demikian penerimaan dan dana yang tersedia
lahun anggaran penama ler· eb . terulama disediakan untuk -.wnpung proyek·proyek SlAP.
Cara yang pertama mengandung arti laeksi administrasi anggaran dilaku· .... setiap tahun, sedang cara yang Jr.ed merupaka n koreksi lima tahun__ Mekanisme umuk menjaga atau Ift-' k-tidaknya mengurangi kemung
n terjadinya se macam peristiwa ,...:.. akhir lahun pertama Peli ta I yang Dh diuraikan di atas , ialah melalui pmgendalian yang lebih hati·hati alas """,eluaran uang muka yang da· liE istilah perbendaharaan disebut
_ Untuk Diperlanggungjawabkan :t:DP) pada seliap tahun lerakhir
..., seliap Pelita. Dari uraian tersebut di atas, terlihat
sistem SlAP mengandung un· . '"",,,,ur yang menguntungkan, ka·
iIU rnasih perlu dipertahankan sistem pengelolaan APBN yang
datang, dengan catatan adanya ".c.LUn·tindakan untuk mengurangi j.*,naJllan.kelemahannya seperti telah "..,.-iit'D di atas.
Sebgai perbandingan kam i uraikan ~ =em virement yang dianut oleh 0- ",belum tahun 1954. Pasal Ila
.. belum lahun 1954 mengata· ... jika dari pos·pos pengeluar.
9
an yang khusus ditunjuk dalam anggar· an belanja masih ada sisa·sisa kredil · nya , karena atas beban lahun anggaran yang bersangkutan tidak timbul tagih· an·tagihan sampai seluruh jumlah yang diperkirakan bagi pos·pos itu , maka dengan surat keputusan Kepala Negara sisa·sisa kredit terse but dapat dipin. dahkan kepada anggaran belanja dari lahun anggaran berikutnya, yailu de· ngan menaikkan kredit·kredil pada pas·pos yang sudah ada atau dengan memuat pos·pos baru. Jadi dengan adanya )'asal II a ICW . dimungkin. kan unt uk memindahkan semua sisa anggaran dari suatu tahun anggaran ke tahun anggaran beriku tnya dengan jalan menaikkan pas anggaran yang bersangkutan atau menciptakan pas anggaran yang baru. Pos anggaran yang akan dipindahkan diberi keterangan pada Undang undang APBN·nya.
Dengan kata lain pos·pos yang akan dipindahkan berikutjumJah·jumlahnya sudah harus diketahui pada saat pe· nyusunan RAPBN. Hal ini akan me· nimbulkan kesulitan dalam praktek karen a untuk mengetahui sisa anggaran pacta akhir tahun anggaran secara tepat pada waktu penyusunan RAPBN baru hampir·hampir tidak mungkin di· laksanakan tanpa menimbulkan kesa· lahan·kesalahan penaksiran.
Apabila kita Iihat konsideran Un· dang.undang No.3 tahun 1954 tentang Mengubah Indische Comptabiliteitswet (Stlb. 1925 No.448) dan Indische Bedrijvenwet (Stlb. J927 No.4J 9) be· serta penjelasannya dapat dilihat bah · wa alasan utama lahirnya undang-undang terseb ut adalah karena ingin di· capainya kesederhanaan. Untuk men eapai kesederhanaan itu maka asas verkregen rechten atau dalam istilah akuntansi biasa disebut commitmen·
Februori 1986
10
basis diganti dengan asas kas (kasstel·sel) yang dalam istilah akuntansi disebut cash-basis.
Di samping itu juga sistem v~·re·
ment dihapuskan . Dlhapuskannya sis tern virement bersamaan dengan diberlakukannya asas kas bukan karena sistem ini bertentangan atau tidak konsisten dengan asas kas , karena sistern virement tidak lain dari suatu sistem penganggaran (menambah kredit anggaran atas pos yang telah ada atau menambah jumlah pos anggaran) dari suatu APBN , sedang asas kas adalah sistem pembebanan terhadap kredit anggaran . Dihapuskannya sistem virement ini tidak lain karena pembuat undang undang pada saat itu menganggap bahwa syarat -syarat yang hams dipenuhi sebelum suatu virement dapat diterapkan terlalu sukar untuk dapat dilaksanakan . a. Dalam RAPBN sudah harus ditun
juk pos-pos pengeluaran mana yang akan dikenakan virement dan sarnpai sejumlah berapa.
b. Tiga bulan sebelum dimulainya penyusunan APBN tahun baru harus diajukan konsep-konsep virement besluiten yang berkenaan dengan pos-pos pengeluaran termaksud di atas, sebab berdasarkan konsepkonsep itulah harus diadakan pe ngurangan dan penambahan atas kredit-kredit yang bersangkutan. Dalam sistem SlAP sekarang sisa
kredit pos anggaran pembangunan secara otomatis dipindahkan ke tahun anggaran berikutnya, sedang sisa kredit dari pos anggaran yang dipindahkan itu ditentukan sesudah RAPBN dijadikan undang-undang , selamhatlambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran ~ulai. Jadi penentuan sisa kredit anggaran akan dilaksanakan se-
Huhum dan Pembangunan
cara tepat, tanpa menghalangi proses penyusunan undang-undang APBN.
PENGELOLA ANGGARAN
Dalam melaksanakan tugas pengelolaan anggaran pada saat ini terdapat dua kelompok pejabat yang ditunjuk , yaitu kelompok pertarna yang ditunjuk sebagai prinsipal dan kelompok kedua yang ditunjuk sebagai maruiatIJris yang lebih biasa terdengar sebutan penguasa (beschikkers) dan penyimpan (bewaarders) yang dalam sehari-hari biasa disebut ordonatir dan korntabel. 12 ).
Ordonatir bertugas mengenai pengeluaran, menerima tagihan-tagihan
kepada Negara , menilainya untuk menentukan legalitasnya dan selanju]nya membcri perintah membayar tagihan-tagihan tersebut, sedang mengenai pencrimaan memberi pcrintah membaya r piutang Negara (melakukan penagihan). Komtabcl yang kita kenaI scbagai Bendaharaw3n bertugas scbagaJ pelaksana dari perintah-perintah ordonatir tersebut, yaitu melakukan pembayaran (atau, jika perintah tersebut mengenai barang , melakukan penyerahan) dan melakukan penerimaan.
Marldataris atau penyimpan disebut kOlTItabel karcna mereka merupakan pejabat-pejabat yang secara nyata merriegang sebagian dari kas negara , dan harus mempertanggung jawabkan bagian dari kas negara tersebut, jadi mereka wajib memperhitungkan atau komtabel 13
). Kewajiban Bendaharawan untuk memperhitungkan tersebut di atas di dalam ICW diatur dalam
. Pasal 77. leW Pasal 78 melarang di-
12) Bijloo, Comp tt1biUteit. 13) Bijloo , Comptabiliteit
__ .... Dan Keuanian Ne,ara
fungsi bendaharawan keeuali dalam
ordonalir dan dalam satu tahal-hal khusus_
..,..~ menjadi dasar daripada pemisahan ial:ah , bahwa urnumnya kurang baik,
menghubungkan mereka, yang" harus legalitas daripada tagihan pada ne
reara langsung deng.:an mereka, yang mendapat pcmbayaran dari ncgara.
jemikian itu untuk mencegah, bahwa yang tersebut pertama itu, pada peo
~=:~ itu menggunakan ukuran yang
dan olch karena itu menyalah-posisi mereka untuk mempcrkaya
kebanyakan dengan merugikan
kita perhatikan maka ternyata mengenai pcngcluaran negara
umumnya diperlukan 3 jenis tinpengurusan, yaitu:
engambil keputusan yang menye-"3bka n lagihan pada negara_ Wewe
g ini disebut wewcnang otorisasi .i.tau wewenang penguasaan. !Ilener ima dan menilai tagihan-ta-
tersebut dan selanjutnya mernberikan perintah untuk .membayarnya. Wewenang ini disebul .
ewen ang ordonansi atau wewec.mg mandat.
lal<sanakan perintah-perinlah ini gan membayar tagman·tagihan
rmg bersangkutan.
Dua t indakan pengurusan pertarna ~u. pengurusan administratif dan ... ~rrusan yang ketiga discbul pengu
komtabel (pcngurusan per benda). Dalam kejadian·kejadian terdan karena keadaan tenentu
Penerjemah Depar-
II
maka pengurusan terse but dapat menimbulkan alasan untuk mengenakan ganti rugi atas kerugian negara yang terjadi.
Pengenaan ganti rugi dalam pengurusan komptabel , oleh lew diserallkan kepada Badan Pemeriksa Keuangan biasa disebul Tuntutan Perbendaharaan , sedang pengenaan ganti rugi yang bukan dalam pengurusan komtabel diserahkan kepada Pemerintah sendiri yang biasa disebut Tuntutan Canti Rugi.
Di dalam praklek eli Indonesia , terlihat bahwa penguru~n anggaran se- . akan-akan bertumpu pada Bendaharawan. Hal ini disebabkan makin besamya uang untuk diperlanggung jawabkan (UUDP) seperti dimaksud da lam Pasal 42 leW Sebenarnya UUDP yang dimaksudkan di dalam pasal ilU hanyalah untuk keperluan pengurusan rumah tangga instansi Pcmerintah, sehingga jumlahnya tidak besar karena hanya untuk pengeluaran yang kecilkecil , seperti membeli sapu, kain pel, ongkos te\cpon , listrik dan sejenisnya. Karena perkembangan praktis Bendaharawan diberi kewenangan untuk menerima dan menilai tagihan-tagihan, dan melakukan pembayaran.
Di sini terlihat bahwa fungsi ordonatir dan fungsi komtabel dipegang dalam sa tu langan yang memang da pat dianggap sebagai " keadaan khu~us"
seperti yang dimaksudkan dalam Pasal 78 lew Keadaan telah berubah , lebih-lcbih setelah Indonesia melaksanakan pembangunan. Pengeluaran untuk rumah tangga instansi pemerintah tidak lagi merupakan jumlah keell, misalnya instansi pemerintah yang mem pergunakan gedung bertingkal, unluk pembersihannya tidak cukup dengan hanya menggunakan sapu dan kain pel.
Februari 1986
J2
Di samping itu para bendaharawan proyek pembangunan pada umumnya mengurus UUDP dalam jumlah yang sangat besar , terutama bagi prayek yang dilaksanakan sccara swakelola atau prayek yang memerlukan pembe· basan tanah yang luas. Dalam keadaan ini, Bendaharawan harus tidak dibiar· kan atas inisiatif sendiri mengambil UUDP dan Kas Negara dan memutus· kan scndiri untuk melakukan pemba· yaran.
Tindakan mengambil uang dari Kas Negara, menilai tagihan dan melakukan pembayaran, pada hakikatnya me· rupakan akibat dari .danya prestasi pihak ketiga yang diserahkan kepada suatu instansi pemerintah/ prayek pem· bangunan dalam rangka melaksanakan kegiatan yang harus dilakukan aleh instansi/proyek tersebu1. Karena itu akhir-akhir ini Pemerintah, dengan Ke· putusan Presiden mengharuskan ada· nya persetujuan daTi pimpinan instansi/proyek apabila scorang bendahara· wan akan melakukan pembayaran, mengajukan surat pertanggungan jawab dan mengajukan permintaan tambahan uang. Tanpa persctujuan pimpinan instansi/proyek , scorang bendahara· wan tidak boleh melakukan hal·hal tersebut di atas.
Surat pertanggungan jawab yang se· belumnya merupakan perhitungan bendaharawan, dirubah pula menjadi pertanggungan jawab pimpinan instansi/proyek kepada atasannya. Bendaha· rawan membuat laporan keadaan kas yang dianggap scbagai perhitungan bendaharawan. Menurut hemat kami ketentuan Keputusan Presiden ter· scbut teJah memberikan kemungkin· an untuk meletakkan tanggung jawab masing·masing pejabat sccara tepat , dan memberikan kemungkinan untuk
Hukum dan Pembanrunan
menata kembali tugas dan tanggung jawab pejabat·pejabat pelaksana APBN.
Pimpinan instansi/proyek bertugas melakukan kegiatan yang telah ditentukan oleh atasannya dan bertanggung jawab atas keberhasilan pelaksanaan kegiatan tersebul. Dalam melaksana· kan kegiatan terscbut , ia telah mengakibatkan adanya kewajiban pemba. yaran. Karena itu seharuSIlyalah ia mempertanggung-jawabkan sendiri pe· ngeluaran·pengeluaran tersebut. De· ngan perkataan lain, pimpinan ins· tansi/prayek bertanggung.jawab baik mengenai fisik maupun keuangan ke· pada atasannya.
Dalam keadaan ini bendaharawan hanya bertanggung·jawab atas ke· utuhan saldo uang yang ada di bawah pengurusannya. Apabila kita terapkan sistem pengurusan pcrbendaharaan menurut ICW terhadap kelentuan Ke· putusan Presiden lerscbut maka akan lerlihat bahwa pimpinan "1S1ansi/pro· yek bertindak juga sebagai pejabat yang menerima dan menilai tagihan dan sc lanjutnya memberi perintah ke· pada bend ahara wan untuk memba· yarnya, waJaupun sifatnya terbatas ke· pada jenis-jenis pengeluaran tertentu daJam jumlah tertentu pula.
Untuk pengeluaran·pengeluaran la· innya harus dilakukan melalui Kas Negara. Cara pembayaran ini yang biasa disebut beban tetap. Pengeluar· an-pengeluaran lainnya ini di samping gaji , pensiun dan sejenisnya biasanya merupakan pengeluaran yang besar· besar dan jumlah transaksinya di dalam suatu instansi /proyek tidak begitu banyak. Di samping itu pihak ketiga yang berpiu tang juga akan bersema berurusan dengan Kas Negara, karena mereka pada umumnya bukan pengu· saha.pengusaha kecil , atau perorangan
....... ' "'''OGem Keuan,an Ne,ara
kalau harus berurusan dengan NegaIa biayanya akan relatif besar dibandingkan dengan nilai transak,
t;ntuk pembayaran oleh Kas Negara '''!:I01mt di atas , pimpinan instansi/pro,
tidak dapat langsung memberikan i.l1IItah membayar , akan tetapi perin,
ini akan diperbaharui oleh pe, membayar dari pejabat lain
mempunyai wewenang memerinpembayaran kepada Kas Ne,
Berbarengan dengan memperba, perintah untuk membayar dari
lillpiJoan instansi/proyek tersebut , pe, yang berwenang tadi menilai apa,
Dmuk pembayaran yang diperin, oleh pimpinan instansi/proyek
,,_JIg tersedia atau masih tersedia
Dengan demikian tanggung jawab _llaIlg materi yang harus dibayar dan jIIo!liolm)'a, tetap berada pada pimpin,
mstansi/ proyek . Karena itu pejabat
,egara sebagai bendaharawan bertanggung,jawab atas utuh·
saldo uang yang seharusnya ada ..... ·ah pengelolaarmya , sedang per
yang berwenang memerintahkan • 'egara untuk membayar, ber-
~::;~:L~a,~ bahwa perintahnya itu II dalam balas·batas ang·
yang tersedia. Menteri Keuangan atas pengumpulan
anggaran dan mengelola dana ter· sehingga ia memegang fungsi
"*lIara Umum Negara . Kas Negara bagian dari dana yang di·
oleh Bendahara Umum Negara "_Ill)'a pejabat yang mempunyai __ IlaJ'gl"ntuk memberikan perintah
kepada Kas Negara akan di bawah Bendahara Umum
"'III"'L Menteri lainnya dapat dibeda· am.ara Menteri yang menguasai
13
anggaran dan Menteri yang tidak me· nguasai anggaran.
Menteri yang menguasai anggar· an mempunyai kewenangan untuk me· nentukan perineian tujuan pengguna· an anggaran dan target ·target yang harus dieapai oleh suatu instansi/ proyek. Scperti yang telah diuraikan di atas , bendaharawan tidak lagi me· nyampaikan pertanggungan jawab, akan tetapi hanya membuat laporan keadaan kas di bawah pengurusannya. Surat pcrtanggungan·jawab yang biasa dibuat oleh Bendaharawan telah di· rubah menjadi pertanggungan·jawab pimpinan instansi/proyek.
Dengan demikian tidak pada tern· patnya apabila terhadap bendaharawan masih diberlakukan ' tuntutan perben · daharaan menurut Pasal 78a, 79 dan Pasal 80 leW, sedang kepada pejabat lain dikenakan tuntutan ganti rugi seperti yang diatur dalam Pasal 74 ICW padahal kewenangan bendaha· rawan sebagian telah dialillkan kepada pimpinan instansi/proyek.
Karena itu menurut hemat kami se· harusnya terhadap semua pejabat per laksana pengurusan APBN berlaku sangsi yang sarna, melalui prosedur per nuntutan yang sarna untuk kesalahan yang sarna. Dalam hubungan ini tun· tutan ganti rugi merupakan sangsi yang w'ajar berlaku bagi semua pejabat per laksana pengurusan APBN. Di samping itu kepada yang terkena tuntutan ganti rugi harus diberi kemungkinan untuk mengajukan keberatan kepada suatu badan peradilan yang berwenang.
PENGELOLAAN TERSENDIRI ATAS SEBAGIAN APBN
Dari pengalaman selama bertahun· tahun ternyata bahwa ada instansi per merintah yang dari segi keuangan ber·
Febmori 1986
14
potensi untuk dijadikan perusahaan,
karena ia mempunyai penghasilan sen.
diri dan diperbrakan apabila dike lola secara ekonomis instansi terse but akan Japat mernbiayai dirinya sendiri.
[nstansi seperti ini dapat dibagi
mcnjadi 2 jenis , yaitu: Perlama, ya ng sifat kegiatannya memang dapat dijadi.
kan perusahaan dan akan dapat lebih berkembang apabila menjadi perusaha. an walaupun kegiatannya terse but merupakan jasa yang harus discdiakan olch Pemerintah untuk melayani rnasyarakat atau uwestasi yang dibutuh· kan demikian besarnya , dan rentabili·
tasnya demikian rendahnya , se hingga tidak ada pihak swasta ya ng tcr tarik.
Pada saat ini i..nstansi·instansi terse but di atas dapat d'ijadikan perusahaan yang termasuk kelom pok Pcrusahaan Jawatan sebagaimana dimaksud dalam Undang·undang Nomor 9 tahun 1969 ten tang Bentuk ·bentllk Usaha Negara.
Menurut Pasal 2 ayat (I) Undang·
undang ini , Perusahaan Jawatan didiri· kan dan diatur menurut ketentuan-ketcntuan yang tcrmaktub daIam lndichc Bedrijvenwcnt (Stb1. 1927 No.419 se·
bagaimana telah d iubah dan di ta mbah) disingkat lBW Seperti d iketahui
[e W lahir (I 925) Icbih dulu dari IBW (I 927). Di dalam [BW tidak
ada kelentuan yang memllngkinkan adanya bagian APBN dike lola sebagai
perusahaan. Kemungkinan ini dibuka oleh IBW (Pasa l [). Apabila diteliti
IBW ba nyak memuat keten tuan ten· tang prinsip·prinsip akuntansi, seperti
apa yang dimaksud dengan beban eks· ploitasi, pengeluaran modal, penerima·
an modal, hasil eksploitasi dan lain·lain
sedang ketenluan·ke tentuan tentang
prinsip·p rinsip pokok yang merupakan
penyimpangan dari lew tidak begitu banyak.
Hukum dan Pembangunan
Karena itu menurut hemat kami lBW sebaiknya dihapuskan; materi· nya sebagian dimasukkan ke dalam
undang·undang yang mengatur penge·
lolaan APBN yang akan datang, dan se· .' bag ian lagi diluangkan dalam Peratur·
an Pemerintah sebaga i peraturan pelak. sanaannya. Kedua , yang sifat kegiatan·
nya tidak layak untuk dijadikan peru· sahaan, tetapi mempunyai penerimaan, sehingga diperkirakan dapat membi· ayai dirinya sendi ri, atau kalaupun ti~
dak sepenuhnya bisa mem biayai diri·
nya sendiri , kekurangannya tidak terlalu ban yak.
lnstansi in i akan dapat me\ayaru masyarakat dengan lebih baik apabila
diberikan kewenangan untuk menggunakan $Ceara langsung semua penerimaannya untuk biaya operasinya . lew melarang sistem pembiayaan se·
per ti tersebut di atas, akan tetapi untuk lebih melancarkan/memudahkan pelayanan masyarakat , maka perlu di·
tampung da lam undang.undang yang mengatur pengelolaan APBN yang akan datang.
Perlu dicalat bahwa sislem bruto letap berjalan, artinya semua pcngelu·
arannya telah dimuat dalam APBN
demikian pula seluruh penerimaannya
dibukukan secara penuh. Di dalam praktek kita se ring menghadapi bahwa suatu komoditi terten tu, tiba-tiba naik tajam di pasaran dunia , sehingga eks·
por tir dari komoditi terscbut men·
dapat keuntungan ekstra besar. Karena besarnya keuntungan terse but , maka dengan segala daya eksportir akan me· lakukan ekspor sebanyak ·banyaknya
sehingga kebuluhan akan ko moditi ter·
seb ut untuk keperluan dalam negeri
terancam tidak dapat dipenuhi dengan harga yang wajar. Untuk mengurangi
gejala tersebut, maka Pemerintah mela·
pungutan tertentu untuk semenahan ekspor agar kebutuhan negeri dapat dipenuhi.
Hasil dari pungutan tersebut diper-untuk memperbaiki sarana
dapat meningkatkan produksi r-BI><lit , yang bersangkutan atau
memperbaiki sarana yang langberkaitan dengan komoditi ter -
Cara pembiayaan tersebut di oleh leW, akan tetapi agar
,.,mp'ata:n yang baik untuk mengumdana dalam keadaan khusus
mempergunakannya secara khusus untuk meningkatkan produksi
_~"'u menurunkan biaya , dapat diseba ik-baiknya, maka di
uodang-undang yang mengatur ~",ID,laa APBN yang akan datang
ditampung dengan ketentuan ~elepaskan sist em bruto.
Da...Jm rangka pcmhiayaan suatu tertentu, pemcrintah dapat
~1Ip",olleb pinjaman luar negeri yang 1Ij~~a panjang dengan bunga yang
rendah. Program ini scring di~lIItllGtn oleh departemen-depar
dan sering juga dilaksanakan _Nan-badan usaha m ilik negara,
pelaksanaannya departemen , merupakan program untuk
!lllill!;i<allkan berbagai sarana, seperti dan lain-lain , sedangkan apabila
BUMN, biasanya un- gkatkan kemampuan usaha
. i peningkatan kapasitas pro;>engangkutan, pergudangan dan
"',",,13 kepasitas usahanya meningpada umumnya BUMN
te""but mampu untuk memkiombali dalam jangka wakt;'
lmib singkat dad jangka waktu ~"",rm war negerinya dan mampu
aanbayar bunga tertentu yang
15
biasanya lebili besar dad bunga pinjaman luar negeri terse but.
Dengan demikian kredit luar negeri yang dipinjamkan lag; kepada BUMN terse but dapat dipergunakan untuk membiayai BUMN lainnya sebelum dikembalikan, Ini berarti menggunakan krcdit luar negeri secara lcbih efisien. Karena kredit luar negeri tersebut dalam APBN dibukukan sebagai penerimaan pembangunan, maka perlu adanya ketentuan dalam undang-undang pengelolaan APBN yang akan datang yang mcmungkinkan dibentuknya suatu dana untuk membiayai suatu program tertentu yang dapat dipinjamkan kepada BUMN-BUMN yang sesuai dcngan program tersebut. Pembayaran kepada kreditur di luar negeri pokok dan bunganya dilakukan dari Idana ini yang disalurkan melalui APBN,
Di dalam praktek kita melihat pula bahwa terdapat proyek-proyck yang telah bckerja sebagai perusahaan yang merupakan bag ian dari APBN dijadikan modal perusahaan se bagairoana diatur dalam Undang -undang Nomor 9 tahun 1969 tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara , baik yang berbentuk Perusahaan Umum (perum) maupun yang bcrbentuk Perusahaan Perseroan (Persero). Baik Perum maupun Persera mempunyai modal sendiri yang merupakan kekayaan negara yang dipisahi<an. Arti dari kekayaan negara yang dipisahkan adalah terlepas dari lingkungan APBN atau dengan kata lain ketentuan-ketentuan l.ew. tidak berlaku lagi terhadap kekayaan terscbut.
Menurut Pasal 2 Undang-undang Nomor 9 tahun 1969, Perum adalah perusahaan Negara yang didirikan dan diatur berdasarkan ketentuan-keten-
Februari 1986
16
tuan yang termaksud dalam Undang. undang Nomm 19 Prp. Tahun 1960, sedang Persero adabih -perusahaan da· lam bentuk perseroan terbatas seperti diatur menurut ketentuan·ketentuan Kitab Undang·Undang Hukum Do._ gang, (Stb!. 1847 No.23) sebagaimana yang telah beberapa kali diubah dan ditambah), baik yang saham·saham· nya untuk sebagiannya maupun selu· ruhnya dimiliki oleh Negara.
Penjelasan Umum Undang·undang Nomor 19Prp. tahun 1960 menyebut· kan bahwa perusahaan.perusahaan yang diatur oleh ICW dapat diatur kern bali berdasarkan undang·undang tersebut.
Perusahaan.perusahaan itu yang di· anggap perlu untuk dimasukkan ke dalam struktur baru menurut undang· undang tersebut harus ditinjau dan di· atur kembali pendiriannya dengan Per· aturan Pemerintah. Pasal 3 aya! (l) Undang·u ndang Nomor 19 Prp tahun 1960 itu menyebutkan bahwa Peru· sahaan Negara didirikan dengan per· aturan pemerintah. Dengan demikian merubah bentuk dari proyek·proyek yang telah bertindak sebagai perusa· haan (perusahaan lCW) menjadi pe· rusahaan negara a tau memasukkan sebagai tambahan modal perusahaan ne· gara ex Undang-undang No .19 Prp. tao hun 1960 telah ada landasan hukum· nya .
Lain halnya untuk mengalihkan bentuk perusahaan lCW menjadi' Persero tidak terdapat ketentuan yang mengatur prosedur pengalihannya, ka· rena Kitab Undang·undang Hukum Da· gang (StbL 1847 ·No .23) jelas tidak mengatur tatacara -pengalihan bentuk perusahaan lCW menjadi perusahaan perseroan. lCW tidak mengatur tata· cara perrgaJihan bentuk inL Karena di·
Hukum dan Pembangunan
perkirakan pada waktu yang akan da· tang masih akan terjadi proyek·proyek yang akan dijadikan Perum atau Per· sero, maka tatacara pengalihan bentuk ini perlu diatur dalam lCW .
KESIMPULAN
Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pe· nyusunan undang·undang yang meng· atur pengelolaan APBN yang akan da· tang perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: .
I. Asas universalitas dan asas kas yang dianu! oleh LC.W. sekarang da· pat dipergunakan terus sebagai asas· asas.
2. Susunan anggaran menuru! fung· si bagi pengeluaran merupakan susun· an yang tepat dalam menjawab kebu· tuhan dalam pembangunan dengan ca· tatan di dalam pelaksanaannya diperlu· kan tindakan·tindakan yang mening· katkan koordinasi.
3. Susunan anggaran penerimaan menurut jenis penerimaan , telah sesuai dengan sifat anggaran penerimaan yang merupakan penunjukkan sumber·sum· ber untuk membiayai anggaran pengeluaran.
4. Sistem SlAP dapat terus dilak· sanakan dengan catatan bahwa pada akhir tahun ke lima dari setiap Pelita SlAP yang masih ada harus dijadikan proyek baru (sebagai lanjutan proyek yang lama) dalam anggaran tahun per· tama Pelita berikutnya.
5. Pengelola anggaran akan terdiri dari:
a. Pejabat yang mempunyai wewenang untuk menentukan perincian tujuan penggunaan anggaran dan target· target yang harus mcapai.
,._ ..... _ Keuanpn Nc,orc
l'ejabat yang . mempunyai keweangan memberi perintah untuk .xrobayar. l'ejabat yang mempunyai keweaogan melaksanakan kegiatan opeasional. hdaharawan.
"' .. :an yang tersebut dalam d tidak dirangkap oleh pejabat tersebut b atau c. Demikian juga jabatan boleh dirangkap oleh c.
Jqabat yang tersebut pada a umumadalah Menteri , setidak-tidakI!ya
l enderal , sehingga tidak merangkap Bendaharawan
pejabat pengelola anggaran lain-
17
dalam titik 5 diperlakukan tuntutan ganti rugi.
7.a. Indische Bedryvenwet Stbl 1927 No.419 dicabut.
b. Beberapa bagian dari APBN harus dimungkinkan untuk mengelola keuangan sendiri, sedang beberapa pungutan harus dimungkinkan untuk dipergunakan untuk tujuan tertentu satu dan lain dengan tetap memberIakukan sistem bruto .... .
c. Untuk program tertentu dimungkinkan dibr,ptuknya suatu dana yang dapat dipinjamkan kepada pihak ketiga yang melaksanakan program tersebut.
d. Harus ada ketentuan tatacara pemi. sahan kekayaan negara dari APBN.
FebrullTi 1986
top related