sistem informasi geografis berbasis google maps...
Post on 03-Mar-2019
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS GOOGLE MAPS API UNTUK PEMETAAN PROFIL KRIMINALITAS TIPE KONVENSIONAL
DI WILAYAH HUKUM POLRESTA YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
diajukan oleh
Dini Bagus Prasetyo
10.11.3940
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AMIKOM YOGYAKARTA YOGYAKARTA
2014
2
3
GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM BASED ON GOOGLE MAPS API FOR CONVENTIONAL CRIME TYPE PROFILES MAPPING
IN JURIDICTION AREA OF YOGYAKARTA POLICE DISTRICT
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS GOOGLE MAPS API UNTUK PEMETAAN PROFIL KRIMINALITAS TIPE KONVENSIONAL
DI WILAYAH HUKUM POLRESTA YOGYAKARTA
Dini Bagus Prasetyo Sudarmawan
Jurusan Teknik Informatika STMIN AMIKOM YOGYAKARTA
ABSTRACT
This study was conducted to design and build a web-based Geographic Information System (GIS) about criminality profile in the city of Yogyakarta. The resulting system can be used by policeman or by the general public
This system integrates the spatial data management techniques to web-based programming. Language web pages are built using PHP, HTML and Javascript, with the help of Macromedia Dreamweaver. Configuration map done by using API facilities from Google Maps. As for handling the data attributes used MySQL.
The results of this research will forms the database management system wich capable of storing spatial and nonspasial data about criminal case packaged in a web-based geographic information system. System functions that can be performed include: information object display based on districts, data filtering by type of case, data filtering by time/period, and location of police stations (including Mapolres and Mapolsek). This system can also perform standard functions such as magnification and scaling maps, distance measurement, route search, spatial data and update them nonspasial, and user management. Keywords: geographical information systems, google maps API, php, crime
4
1. Pendahuluan
Kriminalitas atau tindak kejahatan merupakan salah satu persoalan penting dalam
kehidupan masyarakat yang menyangkut masalah keamanan dan ketentraman serta
mempengaruhi jalannya aktivitas soaial, ekonomi dan politik. Menurut Soerjono dalam
Saraswati, 1999, apapun usaha manusia untuk menghapuskan kejahatan, kegiatan itu
tidak akan mungkin tuntas karena kejahatan itu memang tidak dapat dihapus kecuali
dikurangi intansitas atau kualitasnya.
Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia dalam Indonesia Most Liveable City Index
2009, menempatkan aspek kriminalitas sebagai salah satu unsur penilaiannya. Menurut
penelitian ini Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota yang paling layak huni.
Meskipun demikian bukan berarti Kota Yogyakarta telah aman dari ancaman dan resiko
kriminalitas. Sebagai kota pendidikan dan kota pariwisata, Kota Yogyakarta tumbuh
menjadi media interaksi bagi masyarakat dari berbagai wilayah di Indonesia maupun
mancanegara. Hal ini dapat menjadi pemicu munculnya berbagai tindak kejahatan.
Sistem Informasi Geografis (SIG) akan sangat tepat jika digunakan sebagai sarana
untuk mengelola data kriminalitas yang cenderung dinamis dan harus selalu diperbarui.
SIG mampu mengolah data spasial ke dalam bentuk peta digital, sehingga lebih mudah
untuk dikelola. Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan sistem yang dapat
menangani data-data kriminalitas pada kepoliaian sehingga menjadi informasi
kriminalitas yang cepat, tepat, akurat, dan mudah dibaca.
2. Landasan Teori
2.1 Pengertian Sistem
Secara sederhana sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan
dari unsur atau variabel-variabel yang saling terorganisasi, saling berinteraksi, dan saling
bergantung satu sama lain (Al Fatta, 2007). Sementara, Murdick dan Ross dalam Al Fatta
(2007) mendefiniusikan sistem sebagai seperangkat elemen yang digabungkan satu
dengan lainnya untuk suatu tujuan bersama.
2.2 Konsep Dasar Sistem Informasi
Sistem informasi ini merupakan sebuah entitas (kesatuan) formal yang terdiri dari
berbagai sumber daya fisik maupun logika. Dari organisasi ke organisasi, sumber daya
ini disusun atau distrukturkan dengan beberapa cara (yang bisa jadi berbeda satu sama
lainnya), karena suatu organisasi dan sistem informasi terkait merupakan sumber daya
yang bersifat dinamis (Prahasta, 2009).
Pembahasan mengenai sistem informasi memiliki kaitan dengan data dan
infomasi. John dalam Prahasta (2009) menyebutkan bahwa data merupakan bahasa
5
mathematical, dan atau simbol-simbol pengganti lain yang (telah) disepakati secara
umum di dalam (usaha) menggambarkan suatu obyek, manusia, peristiwa, aktivitas,
konsep, atau obyek-obyek penting lainnya. Sedangkan, informasi adalah data yang
(telah) ditempatkan pada konteks yang penuh arti oleh penerimanya.
2.3 Sistem Informasi Geografis
2.3.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis
Aronoff dalam Prahasta (2005) mendefinisikan Sistem Informasi Geografis (SIG)
sebagai sistem berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan
memanipulasi informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan,
menyimpan, dan menganalisis obyek-obyek dan fenomena dimana lokasi geografis
merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Secara umum proses
SIG terdiri atas tiga subsistem, yaitu: subsistem masukan data, subsistem manipulasi dan
analisis data, dan subsistem penyajian data.
2.3.2 Penanganan Basis Data SIG
SIG tidak dapat dilepaskan dengan basis data, sebab SIG sendiri memerlukan
data (spasial dan atribut) yang disimpan di dalam basis data spasial (dimana data atribut
terdapat di dalamnya). Selain itu, semua perangkat SIG-pun secara inherent telah
dilengkapi dengan kemampuan dalam mengelola basis data (Prahasta, 2009).
2.4 Pengembangan Sistem Informasi Geografis
2.4.1 WebGIS
WebGIS, atau sering disebut juga sebagai webbased GIS, online GIS, distributed
GIS, atau internet mapping, adalah SIG yang dikembangkan dengan memanfaatkan
teknologi Internet.
Menurut Nuryadin (2005), terdapat dua pendekatan dalam penyusunan arsitektur
aplikasi WebGIS, yaitu: Pendekatan Thin Client yang memfokuskan diri pada sisi server.
Hampir semua proses dan analisa data dilakukan berdasarkan request disisi server,
kemudian Pendekatan Thick Client dimana pemrosesan data dilakukan disisi klien
menggunakan beberapa teknologi seperti kontrol ActiveX atau applet
2.4.2 Google Maps
Google Maps merupakan salah satu fasilitas dari Google yang menyediakan
layanan pemetaan suatu daerah. Pemetaan tersebut dilengkapi dengan berbagai
kemampuan dan mudah digunakan. Kelengkapan lain pendukung peta tersebut seperti
layanan informs bisnis, jasa, layanan public, jalan, lokasi, dan lain-lain (Febrian, 2008).
6
Fitur-fitur yang terdapat dalam Google Maps adalah: Integrated business search
results, Dragable Maps, Satellite Imagery. Digunakan untuk melihat foto dari satelit.
Detailed directions, Keyboard shortcut, dan Scroll wheel zooming. (Febrian, 2008).
2.4.3 Google Maps API
API atau application programming interface adalah sekumpulan perintah, fungsi,
dan protokol yang dapat digunakan oleh programmer saat membangun perangkat lunak
untuk sistem operasi tertentu. Menurut web Google Maps for Bussines, Google Maps API
adalah kumpulan API yang memungkinkan pengguna menghamparkan data pada
Google Maps yang disesuaikan. Pengguna dapat membuat aplikasi web dan seluler
menarik dengan platform pemetaan canggih dari Google termasuk basis data citra satelit,
pemandangan jalan, profil ketinggian, petunjuk arah mengemudi, peta dengan sentuhan
gaya, demografi, analisis, dan tempat yang luas.
2.5 Kriminalitas
Kriminalitas atau sering disebut juga dengan kejahatan adalah suatu tindakan
antisosial yang menimbulkan kerugian, ketidakpatutan dalam masyarakat sehingga
dalam masyarakat sehingga dalam masyarakat terdapat kegelisahan dan untuk
menentramkan masyarakat negara harus menjatuhkan pidana kepada barangsiapa yang
melakukan tindakan tersebut. Kejahatan merupakan salah satu problema sosial yang
dihadapi oleh setiap masyarakat di dunia ini.(Soerjono, dalam Saraswati, 1999)
Kepolisian Negara Republik Indonesia membagi kejahatan menjadi empat jenis
tipe/golongan kejahatan, yaitu: Kejahatan konvensional (pencurian, penganiayaan,
penggelapan, penipuan, dan lain-lain), Kejahatan transnasional (narkoba, money
loundering, teror, human trafficking, cyber crime, penyelundupan), Kejahatan atas
kekayaan negara (illegal logging, penambangan tanpa ijin, korupsi, perbankan), dan
Kejahatan yang berimplikasi kontijensi (kerusuhan massa, konflik etnis, separatisme dan
unjuk rasa).
3. Analisis
3.1 Tinjauan Umum
3.1.1 Kota Yogyakarta
Kota Yogyakarta merupakan ibukota dari Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak
pada koordinat 1100 24
1 19
11 – 110
0 28
1 53
11 BT dan 07
0 49
1 261
11 – 07
0 15
1 24
11 LS.
Kota Yogyakarta memiliki luas 30,5 Km2 (1,02% dari luas Daerah Istimewa Yogyakarta).
7
Wilayah administratif Kota Yogyakarta terbagi menjadi 14 kecamatan, yaitu:
Mantrijeron, Kraton, Mergangsan, Umbulharjo, Kotagede, Gondokusuman, Danurejan,
Pakualaman, Gondomanan, Ngampilan, Wirobrajan, Gedongtengen, Jetis, dan Tegalrejo.
3.1.2 Polresta Yogyakarta
Berdasarkan UU No.22 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia, Polresta Yogyakarta bertugas untuk melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat serta penegakan hukum. Markas Polresta Yogyakarta terletak di Jl.
Reksobayan No. 1 Kel. Ngupasan, Kec. Gondomanan, Yogyakarta dan saat ini dikepalai
oleh AKBP R.Slamet Santoso, SH, SIK.
3.1.3 Satuan Reserse Kriminal
Berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Resort
dan Kepolisian Sektor, Satuan Reserse Kriminal atau biasa disingkat Satreskrim adalah
unsure pelaksana tugas pokok fungsi reserse kriminal pada tingkat Polres yang berada di
bawah Kapolres..
Satreskrim memiliki tugas untuk melaksanakan penyelidikan, penyidikan, dan
pengawasan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi dan laboratorium
forensik lapangan serta pembinaan, pengawasan, dan koordinasi Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PPNS).
3.2 Analisis Sistem
3.2.1 Identifikasi Peluang
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, diperoleh data:
1. Tersedia data tindak kriminal yang lengkap pada Satreskrim Polresta Yogyakarta
yang dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan dalam bidang investasi,
rekomendasi pemilihan lokasi, serta untuk meningkatkan kewaspadaan dan
partisipasi masyarakat dalam penanganan tindak kriminal.
2. Perlu dirancang sebuah sistem yang mampu mengolah dan menyajikan data agar
mudah dan layak diakses oleh masyarakat umum.
3.2.2 Analisis SWOT
Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, sistem
ini diharapkan dapat menyediakan informasi untuk lebih meningkatkan partisipasi
masyarakat, baik dalam hal pengambilan kebijakan maupun strategi kewaspadaan dan
pencegahan tindak kriminaliitas.
8
3.2.2.1 Strengths (Kekuatan)
Situasi internal Polresta Yogyakarta yang mendukung proses implementasi sistem
baru ini adalah:
1. Satreskrim memiliki koleksi data kriminalitas yang lengkap, akurat dan up to date.
2. Tersedianya sarana pendukung teknologi informasi yang memadahi.
3. Tersedia personil yang dapat dilatih dan ditugaskan sebagai pengelola sistem.
4. Dukungan dana dari pemerintah untuk mengembangkan sistem baru.
3.2.2.2 Weaknesses (Kelemahan)
Kondisi internal Polresta Yogyakarta yang belum mendukung implementasi sistem
ini adalah penanganan sistem yang masih ditangani oleh personel Polri (reserse),
sehingga akan terhambat jika personel bersangkutan sedang mengadakan tugas di luar
kantor.
3.2.2.3 Opportunities (Peluang)
Peluang yang berhasil diidentifikasi::
1. Belum tersedia sistem yang memberikan informasi berupa peta sebaran lokasi
kejadian tindak pidana pada masyarakat.
2. Belum ada sistem yang menampilkan peta sebaran lokasi kantor polisi.
3. Belum ada sistem yang menampilkan peta sebaran lokasi pos polisi.
4. Belum ada sistem yang menyediakan informasi tabel dan grafik tindak kriminalitas di
Yogyakarta secara online.
Pengembangan sistem ini juga didukung oleh kondisi dan situasi di lingkungan
institusi Polri serta masyarakat pada umumnya, yaitu:
1. Diterbitkannya UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
2. Fasilitas dan infrastruktur penyedia informasi sudah dapat diperoleh secara mudah.
3. Tersedianya perangkat komunikasi canggih dengan harga terjangkau.
4. Masyarakat cenderung memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap informasi dan
perkembangan situasi terbaru.
3.2.2.4 Threats (Hambatan)
Hambatan yang mungkin akan dijumpai pada saat implementasi sistem ini antara
lain:
1. Penyebaran akses informasi melalui jalur koneksi jaringan publik (internet) masih
dibayangi oleh adanya aktifitas pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
9
2. Perlunya klasifikasi yang detil dan tepat agar informasi yang ditampilkan tidak
melangar undang-undang.
3.2.3 Analisis Kebutuhan Sistem
3.2.3.1 Kebutuhan Fungsional
Sistem baru akan memiliki fungsi-fungsi utama sebagai berikut:
1. Terhubung dengan server Google Maps.
2. Memiliki fasilitas administrator untuk pengelolaan data.
3. Mampu menampilkan peta persebaran tindak kriminal berdasarkan tempat
kejadian perkara dan jenis kriminalitas.
4. Mampu melakukan pencarian lokasi berdasarkan kejadian kriminal.
5. Mampu menampilkan lokasi markas polresta dan polsek beserta detil informasinya.
6. Mampu menampilkan lokasi pos polisi beserta detil informasinya.
3.2.3.2 Kebutuhan Nonfungsional
Kebutuhan nonfungsional sistem adalah sebagai berikut:
1. Sistem memiliki fasilitas otentifikasi untuk login ke halaman administrator.
2. Mampu menampilkan informasi dalam bentuk grafik dan tabel.
3. Sistem dapat diakses dari mana saja selama terkoneksi dengan internet.
4. Sistem dapat diakses melalui browser baik pada berbagai device.
3.2.3.3 Kebutuhan Hardware
Spesifikasi hardware yang dibutuhkan adalah:
- Processor Komputer minimal Pentium Dual Core
- Memori Komputer (RAM) minimal 1 Gb
- Modem internet
3.2.3.4 Kebutuhan Software
Software untuk pengembangan sistem:
- Sistem Operasi Windows7
- Notepad++
- Adobe Dreamweaver
- ArcView GIS 3.3
- Paket server XAMPP (PHP, MySQL, phpMyAdmin)
- Web browser (Mozilla Firefox dan Google Chrome)
10
3.2.3.5 Kebutuhan Informasi
Data Grafis
1. Peta Google Maps wilayah Kota Yogyakarta
2. Peta Administrai Kota Yogyakarta dalam format shapefile
Data Atribut:
1. Data administratif Kota Yogyakarta
2. Data kewilayahan Polresta Kota Yogyakarta
3. Data laporan kasus kriminal.
4. Data lokasi kantor polisi (Polres dan Polsek)
5. Data lokasi pos polisi
3.2.3.6 Kebutuhan User
Pengguna sistem ini terdiri atas tiga kelompok, yaitu:
1. Adminiatrator, pengelola utama sistem.
2. Staff, pembantu administrator.
3. Pengunjung web.
3.2.4 Analisis Kelayakan Sistem
3.2.4.1 Analisis Kelayakan Teknologi
Sistem ini dikembangkan sebagai SIG berbasis web dengan memanfaatkan
fasilitas Google Maps API yang memiliki fitur-fitur lengkap untuk mendukung publikasi
data spasial. Untuk pengembangan jangka panjang, dapat dilakukan studi untuk
integrasi maupun konversi antara sistem baru dengan sistem yang sudah berjalan di
internal kepolisian saat ini.
3.2.4.2 Analisis Kelayakan Operasional
Sistem ini memiliki kemampuan untuk mempublikasikan data kasus kriminal dan
sebarannya dalam peta berbasis web. Data kriminalitas sudah tersedia di Satreskrim
Polresta Yogyakarta, tetapi masih dalam format standar laporan kepolisian. Untuk dapat
digunakan dalam sistem, data tersebut terlebih dahulu harus diolah agar sesuai dengan
peruntukan konsumsi publik.
Sistem ini hanya memerlukan satu personel yang berfungsi sebagai administrator
sistem dan staff sebagai pendukung. Implementasi sistem tidak perlu diikuti adanya
perubahan pada organisasi yang sudah ada (reorganisasi).
11
3.2.4.3 Analisis Kelayakan Hukum
Kebebasan publik untuk mendapatkan informasi telah diatur dalam UU No. 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Meskipun demikian, informasi yang
dipublikasikan tetap dibatasi pada informasi-informasi yang tidak dikecualikan. Informasi
yang dikecualikan dalam undang-undang tersebut antara lain informasi terkait rahasia
negara dan informasi yang dapat mempengaruhi jalannya proses penyelidikan atau
penyidikan tindak kriminal.
3.3 Perancangan Sistem
3.3.1 Perancangan Proses
Gambar Context Level Diagram
Sistem Informasi Profil Kriminalitas dibangun menggunakan model pemrograman
terstruktur, untuk itu hasil analisa sistem yang telah dibuat pada tahap sebelumnya
diterjemahkan ke dalam uraian proses bisnis menggunakan Diagram Aliran Data (Data
Flow Diagram / DFD). Proses akan dibagi menjadi tiga level DFD, yaitu: contect level
diagram, DFD level 0, dan DFD level 1.
12
Pada context level diagram digambarkan proses dan entitas eksternal yang terlibat
dalam sistem ini. Proses utama dalam tahap ini adalah kumpulan menu dan fasilitas yang
digambarkan sebagai proses tunggal dalam bentuk Sistem Informasi Profil Kriminalitas
(SIPOLKRIM). Entitas yang terlibat dalam system ini adalah: Admin, Staff, Pengunjung,
dan Server Google Maps.
3.3.2 Perancangan Basisdata
Basis data pada sistem ini dirancang dengan meodel Entity Relationship Diagranm
(ERD). Terdapat tujuh entitas yang terlibat dalam sistem, yaitu: admin (data
administrator), user (data staff), kecamatan (data kecamatan), kntr_pol (data kantor
polisi), jns_kntorpolosi (data jenia kantor polisi), jenis_pidana (jenis tindak kriminal), dan
lap_kasus (laporan ksus kriminalitas).
3.3.3 Perancangan Antarmuka
Sistem terdiri dari dua tampilan utama, yaitu halaman user (front end) dan halaman
administrator (back end). Halaman user menampilkan menu-menu system yang dapat
diakses secara bebas oleh pengunjung website. Menu yang disesiakan untuk user
adalah: Halaman Utama (Home), Halaman Peta, Halaman Laporan, dan Link ke website
utama Polresta Yogyakarta.
Halaman administrator menyediakan fasilitas pengelolaan isi (content) sistem yang
hanya dapat diakses oleh admin. Otorisasi untuk masuk (login) menggunakan data
username dan password. Akses ke halaman administrator dibuat dalam bentuk tombol
yang disembunyikan dan hanya diketahui oleh administrator.
Gambar Rancangan Halaman Laporan Kasus Administrator
13
Gambar Rancangan Halaman Home User
4. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan desain logikal pada diagram alir data, proses implementasi sistem
terbagi menjadi empat proses utama, yaitu: proses otentifikasi, proses pengolahan data
administrator, proses pengelolaan tampilan data, dan proses pengelolaan peta pada
Goggle Maps Server. Sebelum masuk ke tahap implementasi proses, terlebih dahulu
diawali dengan proses implementasi untuk penanganan basisdata sistem.
4.1 Implementasi dan Pembahasan Pengelolaan Basisdata
Proses pengolahan basis data dilakukan menggunakan bahasa SQL dengan
engine MySQL. Engine ini sudah sangat familiar dan sangat sering digunakan pada
pengembangan aplikasi berbasis web, khususnya menggunakan bahasa PHP. Untuk
lebih mempermudah, proses ini juga dibantu dengan penggunaan aplikasi PhpMyAdmin
untuk mengakses MySQL dapat platform antarmuka grafis (GUI).
Tabel-tabel basisdata yang digunakan pada sistem ini adalah: Tabel Admin
(admin), Tabel Staff (user), Tabel Jenis Pidana (jns_pidana), Tabel Kecamatan
(kecamatan), Tabel Laporan Kasus (lap_kasus), Tabel Kantor Polisi (kanpol.), dan Tabel
Jenis Kantor Polisi (jns_kanpol).
4.2 Implementasi dan Pembahasan Proses Otentifikasi
Implementasi proses otentifikasi bertugas menangani pengaturan hak akses
pengguna sistem sehingga tidak sembarang orang dapat melakukan modifikasi pada
14
sistem. Selain itu sistem ini juga didukung dengan penanganan data session sehingga
pengelolaan halaman administrator lebih efektif.
4.3 Implementasi dan Pembahasan Proses Pengelolaan Administrator
Setelah berhasil melakukan proses otentifikasi dan masuk ke halaman
administrator, maka pertama kali admin atau staff akan berada pada halaman panel
utama. Menu yang tersedia pada halaman admin adalah menu beranda, laporan kasus,
jenis pidana, kantor polisi, kecamatan, staff, keluar, dan lihat web.
Proses Pengolahan data administrator terdiri dari enam subproses, yaitu: proses
olah data laporan kasus, olah data jenis pidana, olah data kecamatan, olah data kantor
polisi, olah data jenis kantor polisi, dan olah data staff
Gambar Halaman Depan Administrator
4.3.1 Proses Olah Data Laporan Kasus
Implementasi proses olah data laporan kasus bertugas untuk menangani
pengelolaan data kasus pada sistem. Hasil proses ini terlihat pada berfungsinya tampilan
informasi baik pada peta, tabel, maupun grafik.
Informasi utama yang akan ditampilkan pada laporan ini adalah sebaran lokasi
tindak kriminal. Pada tahap perencanaan sudah didefinisikan bahwa sistem ini memiliki
kemampuan untuk melakukan proses pengolahan data kriminalitas. Data tersebut
dimasukkan ke dalam sistem melalui sebuah form yang terdapat pada halaman admin.
4.3.2 Proses Olah Data Jenis Pidana
Implementasi proses olah data bertugas menangai proses pengelolaaan data jenis
tindak kriminal, baik untuk digunakan kembali oleh sistem maupun untuk ditampilkan
sebagai informasi dalam bentuk peta maupun tabel.
15
Jenis-jenis tindak kriminal yang ditangani oleh sistem ini adalah: penipuan,
pencurian biasa, pencurian kendaraan bermotor, pencurian dengan kekerasan,
pencurian dengan pemberatan, penggelapan, pengrusakan, pengeroyokan, pemerasan,
dan judi.
4.3.3 Proses Olah Data Kantor Polisi
Implementasi proses olah data kantor polisi bertugas menangani proses
pengolahan data kantor polisi yang digunakan. Sistem mampu membedakan jenis-jenis
kantor polisi serta menampilkannya dalam benuk peta dan tabel. Untuk mendukung
pengembanan lebih lnjut, dapat ditambahkan fasilitas rute menuju kantor polisi terdekat.
Failitas google maps directoin yang ada saat ini belum mampu memberikan informasi
rute yang akurat.
4.3.4 Proses Olah Data Kecamatan
Sistem ini menampilkan informasi dalam basis wilayah kecamatan, sementara peta
google maps tidak memberikan informasi khusus mengenai batas administrativ wilayah.
Untuk itu, harus dilakukan proses tersendiri untuk menampilkan fitur batas kecamatan.
Data batas kecamatan diperoleh dengan konversi data shapefile (*.shp) menjadi file KML
yang berisi kumpulan pasangan koordinat latitude dan longitude. Data hasil konversi
kemudian di-import ke tabel kecamatan.
4.3.5 Proses Olah Data Jenis Kantor Polisi
Data jenis kantor polisi merupakan data pendukung yang digunakan untuk
mempermudah pengelolaan data kantor polisi secara dinamis. Data ini berisi tiga tipe
kantor polisi yang digunakan dalam sistem, yaitu kantor kepolisian resort kota, kantor
kepolisian sektor dan pos polisi. Dalam mplementasinya, data ini tidak memiliki
antarmuka baik untuk menampilkan maupum mengubahnya.
4.3.6 Proses Olah Data Staff
Siatem ini memiliki dua level admin, sehingga dapat dioperasikan oleh beberapa
orang. Hal ini untuk mengantisipasi apabila admin utama berhalangan sistem dapat tetap
berjalan. Admin akan memiliki hak akses penuh pada halaman administrator. Data akun
admin dan staff disimpan dalam dua tabel terpisah. Data admin disimpan pada tabel
admin sedangkan tabel staff pada tabel user.
16
4.4 Implementasi dan Pembahasan Proses Menampilkan Data
Proses menampilkan data terdiri dari proses-proses permintaan untuk
menampilkan informasi yang disediakan oleh sistem, baik informasi yang berupa
tampilan grafis maupun informasi tabular. Proses menampilkan data pengunjung web
tidak memerlukan otentifikasi untuk mengakses informasi pada sistem.
4.4.1 Proses Tampilan Peta Kasus
Informasi utama pada sistem ini direpresentasikan dalam bentuk simbol peta.
Tampilan dasar peta menggunakan fitur street map dari Google Maps. Pada saat
mengakses URL, default tampilan pada saat pertama kali dibuka adalah seluruh titik
lokasi kasus, kantor polisi, dan pos polisi. Selanjutnya masing-masing obyek dapat
ditampilkan atau disembunyikan (hide) dengan member tanda cek pada radio button di
menu kiri aplikasi.
Gambar Halaman Utama SIPOLKRIM
Masing-masing titik yang tampil pada peta ini dapat menampilkan informasi detil
melalui fasilitas infowindow yang tampil jika titik tersebut dipilih (di-klik).
4.4.2 Proses Tampilan Peta Kantor Polisi
Peta ini sudah tampil bersama dengan informasi lokasi kasus pidana pada saat
aplikai dibuka. Informasi yang ditampilkan juga berupa simbol-simbol titik yang
menandakan lokasi obyek. Informasi detil mengenai lokasi akan tampil pada menu kanan
aplikasi jika salah satu titik dipilih (klik). Sama seperti peta lokasi kasus, peta ini
memanfaatkan fasilitas marker dengan customIcons pada google maps.
17
Tampilan pada peta merupakan hasil parsing dari data kantor polisi pada
basisdata dengan menggunakan bahasa XML pada file datakanpol.php.
4.4.3 Proses Tampilan Peta Kecamatan
Layer batas kecamatan tidak langsung tampil pada saat aplikasi dibuka, tetapi
baru tampil jika radio button pada legenda diberi tanda cek. Tampilan ini dihasilkan
dengan fasilitas polygon pada Google Maps dengan ditangani oleh script
datakecamatan.php sebagai berikut:
4.4.4 Proses Tampilan Grafik
Sistem ini dilengkapi fasilitas untuk menampilkan informasi dalam bentuk grafik.
Fasilitas tampilan grafik ini merupakan bagian dari menu pendukung pada halaman user.
Dalam sistem ini, grafik yang digunakan adalah grafik batang dua dimensi. Kategori
informasi yang ditampilkan dalam grafik adalah informasi berdasarkan kecamatan dan
jenis kasus. Implementasi menu ini dikembangkan dengan bahasa javascript dalam
modul fusionchart. Dengan JavaScript, grafik menjadi lebih interaktif.
4.4.5 Proses Tampilan Tabel Kasus
Selain dalam bentuk grafik, menu laporan juga menyajikan informasi dalam bentuk
tabel. Informasi ini lebih bersifat sebagai pendukung, sehingga pengguna dapat
membaca informasi dengan lebih jelas. Informasi ini akan tampil pada bagian bawah
aplikasi jika salah satu menu pada sisi kiri dipilih. Tabel-tabel yang ditampilkan pada
aplikasi ini adalah: tabel daftar kasus, tabel daftar jenis pidana, tabel daftar kantor polisi,
dan tabel daftar pos polisi.
4.5 Implementasi dan Pembahasan Pengelolaan Peta
Implementasi proses Google Maps pada sistem diwakili dengan penggunaan script
API yang sudah disediakan. Saat ini layanan Google Maps API sudah mencapai
pengembangan pada versi 3. Penggunaan API ini memungkinkan sistem untuk
menyertakan tampilan peta yang dihasilkan tanpa harus mengetahui proses sebenarnya
pada server. Pada penggunaan Google Maps Versi 3 bisa juga menggunakan fasilutas
API tanpa melalui proses registrafi terlebih dahulu. Fasilitas API yang digunakan dalam
aplikasi ini antara lain google markers, google polygon, dan customIcons.
4.6 Implementasi dan Pembahasan Aspek Desain dan Representasi Data
Dalam sistem ini, terdapat tiga kelompok besar simbol yang digunakan, yaitu:
simbol tindak pidana, simbol kantor polisi, dan simbol wilayah administratif. Jenis-jenis
18
pidana digambarkan dengan singkatan-singkatan huruf. Hal ini untuk menyiasati bentuk
simbol agar tetap bias terbaca dan dibedakan meskipun dalam ukuran kecil. Kantor
Polresta disimbolkan dengan lambing lencana (perisai), Kantor polsek dilambangkan
dengan gambar polisi, dan pos polisi mengguakan lambang bintang. Simbol batas
wilayah dibuat untuk mewakili suatu area tertentu, sehingga simbol dibuat dalam bentuk
area abstrak kualitatif. Masing-masing wilayah dibedakan berdasarkan warna yang
berbeda.
4.7 Pengujian Siatem
4.7.1 Blackbox Testing
Pengujian sistem dengan metode blacbox testing dilakukan pada tiga fitur website:
1. Login Administrator
Dalam penanganan proses login disediakan fasilitas notifikasi yang akan tampil jika
username dan password yang dimasukkan tidak sesuai.
2. Session
Hasil pengujian menunjukkan tampilan error jika seseorang berusaha mengakses
halaman administrator ketika ada session yang belum selesai. Apabila akses dilakukan
hanya dengan memasukkan nama domain, maka secara otomatis akan masuk pada
session yang sedang berlangsung.
3. Input Data
Uji coba dilakukan pada tabel kasus dan tabel kantor polisi, data berhasil
dimasukkan.
4.7.2 Whitebox Testing
Pengujian dengan metode whitebox testing dilakukan bersamaan dengan proses
implementasi. Dalam proses ini ditemukan beberapa error yang disebabkan oleh
kesalahan kode program yang menyebabkan fungsi program terganggu.
Fokus utama oengujian ini adalah pada tampilan peta. Pengolahan peta dilakukan
dengan script dari Google Maps API yang menggunakan bahasa Javascript. API
bertugas melakukan komunikasi antara system dengan server google maps, sehingga
sifatnya sangat sensitive. Kesalahan kecil pada API mengakibatkan peta tidak dapat
ditampilkan oleh server.
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tahapan penelitian mengenai “Aplikasi Sistem Informasi Geografis
Berbasis Google Map untuk Pemetaan Profil Kriminalitas Tipe Konvensional di Wilayah
19
Hukum Polresta Yogyakarta” yang telah dilakukan serta uraian pada bab-bab di
dalamnya, diperoleh kesimpulan bahwa peluang yang diperoleh dari observasi pada
obyek penelitian dapat diimplementasikan menjadi sebuah sistem baru yang memiliki
kemampuan untuk mendukung layanan kepada masyarakat. Aplikasi yang dihasilkan
memiliki kemampuan:
1. Mampu menampilkan peta sebaran lokasi kasus tindak kriminal di wilayah hokum
polresta Yogyakarta secara online.
2. Mampu menampilkan peta sebaran lokasi kantor polisi dan pos polisi.
3. Mempunyai dukungan informasi berupa tabel dan grafik.
5.2 Saran
Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut, baik dengan menambah fitur baru
atau mengembangkan system menjadi lebih komplkes. Fitur-fitur yang dapat
ditambahkan lagi antara lain:
1. Faslitas pengelolaan data-data yang lebih dinamis pada halaman administrator.
2. Menambahkan fasilitas pencarian lokasi terdekat secara dinamis untuk
pengunjung.
3. Pengembangan fitur grafik yang dilengkapi dengan filter data.
4. Selain itu sistem dapat dikembangkan menjadi sistem penunjang keputusan di
bidang penanganan kriminaltas atau sebagai aplikasi pemodelan penentuan
daerah rawan kriminalitas.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAPI), 2009, Laporan Penelitian Indonesia Most Liveable City Index tahun 2009
Saraswati, E., 1999, Pemetaan Kriminalitas pada Waktu Sebelum dan Saat Krisis
Moneter di Daerah Istimewa Yogyakarta, Fakultas Geografi UGM – Lembaga Penelitian UGM, Yogyakarta
Al Fatta, H., Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk Keunggulan Bersaing
Perusahaan dan Organisasi Modern, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2007 Prahasta, E., Sistem Informasi Geografis: Konsep-konsep Dasar (Perspektif Geodesi dan
Geomatika), Penerbit Informatika, Bandung, 2009 Prahasta, E., Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis, Penerbit Informatika,
Bandung, 2005 Charter, D., dan Agtrisari, I., Desain dan Aplikasi Geograhic Information System, PT. Elex
Media Komputindo, Jakarta, 2003 Nuryadin, R., Panduan Menggunakan MapServer, Penerbit Informatika, Bandung, 2005 Febrian, J., Menjelajah Dunia dengan Google, Mesin Pencarian Informasi di Internet
Terbesar di Dunia, Penerbit Informatika, Bandung, 2008 _______, http://www.google.com/intl/id/enterprise/mapsearth/products/mapsapi.html,
diakses pada tanggal 10 Februari 2014
top related