makalah kriminalitas 1

25
11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produk kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi dan urbanisasi memunculkan banyak masalah sosial. Usaha adaptasi atau penyesuaian diri terhadap masyarakat modern sangat kompleks itu menjadi tidak mudah. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, kebingungan, kecemasan dan konflik, baik konflik eksternal yang terbuka, maupun yang internal dalam batin sendiri yang tersembunyi dan tertutup sifatnya. Sebagai dampaknya orang lalu mengembangkan pola tingkah-laku menyimpang dari norma-norma umum, dengan jalan berbuat semau sendiri demi keuntungan sendiri dan kepentingan pribadi, kemudian mengganggu dan merugikan pihak lain. Dalam perkembangan masyarakat seperti ini, pengaruh budaya di luar sistem masyarakat sangat mempengaruhi perilaku anggota masyarakat itu sendiri, terutama anak-anak, lingkungan, khususnya lingkungan sosial, mempunyai peranan yang sangat besar terhadap pembentukan perilaku anak-anak, termasuk perilaku jahat yang dilakukan oleh anak-anak.

Upload: heru-joe

Post on 29-Nov-2015

253 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah kriminalitas 1

11

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produk kemajuan

teknologi, mekanisasi, industrialisasi dan urbanisasi memunculkan banyak

masalah sosial. Usaha adaptasi atau penyesuaian diri terhadap masyarakat modern

sangat kompleks itu menjadi tidak mudah. Kesulitan mengadakan adaptasi

menyebabkan banyak kebimbangan, kebingungan, kecemasan dan konflik, baik

konflik eksternal yang terbuka, maupun yang internal dalam batin sendiri yang

tersembunyi dan tertutup sifatnya. Sebagai dampaknya orang lalu

mengembangkan pola tingkah-laku menyimpang dari norma-norma umum,

dengan jalan berbuat semau sendiri demi keuntungan sendiri dan kepentingan

pribadi, kemudian mengganggu dan merugikan pihak lain.

Dalam perkembangan masyarakat seperti ini, pengaruh budaya di luar

sistem masyarakat sangat mempengaruhi perilaku anggota masyarakat itu sendiri,

terutama anak-anak, lingkungan, khususnya lingkungan sosial, mempunyai

peranan yang sangat besar terhadap pembentukan perilaku anak-anak, termasuk

perilaku jahat yang dilakukan oleh anak-anak.

Beberapa waktu terakhir ini, banyak terjadi kejahatan atau perilaku jahat di

masyarakat. Dari berbagai mass media, baik elektronik maupun cetak, kita selalu

mendengar dan mengetahui adanya kejahatan atau perilaku jahat yang dilakukan

oleh anggota masyarakat. Pelaku kejahatan atau pelaku perilaku jahat di

masyarakat tidak hanya dilakukan oleh anggota masyarakat yang sudah dewasa,

tetapi juga dilakukan oleh anggota masyarakat yang masih anak-anak atau yang

biasa kita sebut sebagai kejahatan anak atau perilaku jahat anak.

Fakta menunjukkan bahwa semua tipe kejahatan anak itu semakin

bertambah jumlahnya dengan semakin lajunya perkembangan industrialisasi dan

urbanisasi. Kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak pada intinya merupakan

produk dari kondisi masyarakatnya dengan segala pergolakan sosial yang ada di

dalamnya. Kejahatan anak ini disebut sebagai salah satu penyakit masyarakat atau

Page 2: Makalah kriminalitas 1

11

penyakit sosial. Penyakit sosial atau penyakit masyarakat adalah segala bentuk

tingkah laku yang di anggap tidak sesuai, melanggar norma-norma umum, adat-

istiadat, hukum formal , atau tidak bisa diintegrasikan dalam pola tingkah laku

umum.

Kejahatan dalam segala usia termasuk remaja dan anak-anak dalam

dasawarsa lalu, belum menjadi masalah yang terlalu serius untuk dipikirkan, baik

oleh pemerintah, ahli kriminologi , penegak hukum, praktisi sosial maupun

masyarakat umumnya.

Perilaku jahat anak-anak dan remaja merupakan gejala sakit (patologis)

secara sosial pada anak-anak yang disebabkan oleh salah satu bentuk pengabaian

sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah-laku yang

menyimpang. Pengaruh sosial dan kultural memainkan peranan yang besar dalam

pembentukan atau pengkondisian tingkah-laku kriminal anak-anak dan remaja.

Perilaku anak-anak  dan remaja ini menunjukkan tanda-tanda kurang atau tidak

adanya konformitas terhadap norma-norma sosial.

Anak-anak dan remaja yang melakukan kejahatan itu pada umumnya

kurang memiliki kontrol-diri, atau justru menyalahgunakan kontrol-diri tersebut,

dan suka menegakkan standar tingkah-laku sendiri, di samping meremehkan

keberadaan orang lain. Kejahatan yang mereka lakukan itu pada umumnya disertai

unsur-unsur mental dengan motif-motif subyektif, yaitu untuk mencapai satu

objek tertentu dengan disertai kekerasan. Pada umumnya anak-anak dan remaja

tersebut sangat egoistis, dan suka sekali menyalahgunakan dan melebih-lebihkan

harga dirinya.

Adapun motif yang mendorong mereka melakukan tindak kejahatan itu

antara lain adalah :

1. Untuk memuaskan kecenderungan keserakahan.

2. Meningkatkan agresivitas dan dorongan seksual.

3. Salah-asuh dan salah-didik orang tua, sehingga anak tersebut menjadi

manja dan lemah   mentalnya.

4. Hasrat untuk berkumpul dengan kawan senasib dan sebaya, dan kesukaan

untuk meniru-niru.

Page 3: Makalah kriminalitas 1

11

5. Kecenderungan pembawaan yang patologis atau abnormal.

6. Konflik batin sendiri, dan kemudian menggunakan mekanisme pelarian

diri serta pembelaan diri yang irrasional.

Pakar kriminologi Van S. Lambroso dengan teori Lambroso, yang

menyebutkan sebab-sebab kejahatan seorang hanya dapat ditemukan dalam

bentuk-bentuk fisik dan psikis serta ciri, sifat dari tubuh seseorang. Sebab-sebab

kejahatan menjadi faktor utama dalam proses terbentuknya tindak pidana baik

secara langsung maupun tidak langsung.

Untuk mencari faktor yang lebih esensial dari bentuk tindak pidana/

kejahatan yang dilakukan secara sempurna kedudukan ini dapat diartikan dengan

faktor kejahatan yang timbul secara ekstern (faktor luar) maupun intern (faktor

dalam) dari pelaku tindak pidana kejahatan seseorang. Secara implisit berbagai

faktor dapat dijadikan sebagai sistem untuk merumuskan kejahatan pada

umumnya ataupun kejahatan anak pada khususnya. Berbeda dengan seseorang

anak atau pun  dalam melakukan kejahatan, tampak bahwa faktor-faktor apapun

yang di dapat pada diri anak dan remaja yang jelas semuanya tidak terstruktur

maupun disikapi terlebih dahulu.

Masyarakat yang baik di masa yang akan mendatang bergantung dan

diawali pada perilaku anak-anak dan remaja sekarang sebagai generasi penerus.

Anak-anak  atau pun remaja yang baik dalam berperilaku sangat menunjang

terbentuknya sistem sosial masyarakat. Oleh karena itu permasalahan perilaku

jahat anak-anak dan remaja  perlu segera mendapat ekstra perhatian demi

terbentuknya sistem sosial masyarakat yang baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut :

1.      Jenis-jenis kriminalitas yang dilakukan anak-anak, remaja, maupun dewasa

2.      Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku kriminalitas

3.      Dampak dari kriminalitas

4.      Solusi dari kriminaliatas

Page 4: Makalah kriminalitas 1

11

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Definisi Kriminalitas

Kriminalitas atau tindak kriminal segala sesuatu yang melanggar hukum

atau sebuah tindak kejahatan. Pelaku kriminalitas disebut seorang kriminal.

Biasanya yang dianggap kriminal adalah seorang pencuri, pembunuh, perampok,

atau teroris. Walaupun begitu kategori terakhir, teroris, agak berbeda dari kriminal

karena melakukan tindak kejahatannya berdasarkan motif politik atau paham.

Arti hukum menurut Immanuel Kant sendiri yaitu : “noch suchen die

yuristen eine definition zu ihrem begriffe von recht”.

Selama kesalahan seorang kriminal belum ditetapkan oleh seorang hakim,

maka orang ini disebut seorang terdakwa. Sebab ini merupakan asas dasar sebuah

negara hukum: seseorang tetap tidak bersalah sebelum kesalahannya terbukti.

Pelaku tindak kriminal yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan harus

menjalani hukuman disebut sebagai terpidana atau narapidana.

Dalam mendefinisikan kejahatan, ada beberapa pandangan mengenai

perbuatan apakah yang dapat dikatakan sebagai kejahatan :

Secara kriminologi yang berbasis sosiologis kejahatan merupakan suatu pola

tingkah laku yang merugikan masyarakat (dengan kata lain terdapat korban)

dan suatu pola tingkah laku yang mendapatkan reaksi sosial dari masyarakat.

Reaksi sosial tersebut dapat berupa reaksi formal, reaksi informal, dan reaksi

non-formal.

Secara yuridis, kejahatan berarti segala suatu tindakan atau tingkah laku

manusia yang melanggar undang-undang atau ketentuan yang berlaku dan

diakui dapat dipidana secara legal,dan diatur dalam hukum pidana.

Dari segi kriminologi,setiap tindakan Dari segi kriminologi setiap tindakan

atau perbuatan tertentu yang tindakan disetujui oleh masyarakat diartikan

sebagai kejahatan. Ini berarti setiap kejahatan tidak harus dirumuskan terlebih

dahulu dalam suatu peraturan hukum pidana. Jadi setiap perbuatan yang anti

Page 5: Makalah kriminalitas 1

11

sosial,merugikan serta menjengkelkan masyarakat,secara kriminologi dapat

dikatakan sebagai kejahatan.

Arti kejahatan dilihat dengan kaca mata hukum, mungkin adalah yang paling

mudah dirumuskan secara tegas dan konvensional. Menurut hokum kejahatan

adalah perbuatan manusia yang melanggar atau bertentangan dengan apa

yang ditentukan dalam kaidah hokum; tegasnya perbuatan yang melanggar

larangan yang ditetapkan dalam kaidah hokum,dan tidak memenuhi atau

melawan perintah-perintah yang telah ditetapakan dalam kaidah hokum yang

berlaku dalam masyarakat bersangkutan bertempat tinggal.

Relatifnya kejahatan bergantung pada ruang,waktu,dan siapa yang

menamakan sesuatu itu kejahatan. “Misdad is benoming”, kata Hoefnagels; yang

berarti tingkah laku didefenisikan sebagai jahat oleh manusia-manusia yang tidak

mengkualifikasikan diri sebagai penjahat. (J.E. Sahetapy, Kapita Selekta

Kriminologi,Alumni, Bandung, 1979,hlm.67.). Dalam konteks itu dapat dilakukan

bahwa kejahatan adalah suatu konsepsi yang bersifat abstrak. Abstrak dalam arti

ia tidak dapat diraba dan tidak dapat dilihat,kecuali akibatnya saja.

B. Pengertian Penjahat dan Jenis-jenisnya

Orang yang bagaimana yang dimaksudkan sebagai seorang penjahat? Di

dalam pikiran umum,perkataan “penjahat” berarti mereka yang dimusuhi

masyarakat. Di dalam arti inilah Trade menyatakan bahwa para penjahat adalah

sampah masyarakat.

Berdasarkan tradisi hokum (peradilan) yang demokratis bahkan eorang

yang mengaku telah melakukan suatu kejahatan ataupun tidak dipandang sebagai

seorang penjahat sampai kejahatannya dibuktikan menurut proses peradilan yang

telah ditetapkan. Maka sesuai dengan itu, seorang penjaga penjara tidak akan

dapat dibenarkan menurut hokum kalau menerima sesorang yang tidak pernah

resmi dinyatakan bersalah dan dihukum,dan para pejabat Negara tidak akan dapat

secara benar-benar menghilangkan hak-hak sipil kepada orang-orang yang tidak

pernah dinyatakan bersalah mengenai suatu kejahatan. Begitu pula halnya,para

ahli kriminologi tidak dapat secara benar-benar dapat dipertanggung jawabkan

menetapkan sebagai penjahat kepada orang-orang yang bertingkah laku secara

Page 6: Makalah kriminalitas 1

11

antisocial,tetapi tidak melanggar suatu undang-undang pidana.(Ibid,hal 34,35).

            Di Indonesia secara tegas tidak dijumpai orang yang disebut penjahat;

dalam peruses peradilan pidana,kita hanya mengenal secara resmi istilah-istilah

tersangka,tertuduh,terdakwa dan terhukum atau terpidana. Sedangkan kata-kata

seperti penjahat,bandit,bajingan hanya dalam kata sehari-hari yang tidak mendasar

pada ketentuan hokum.

Adapun tipe atau jenis-jenis menurut penggolongan para ahlinya adalah

sebagai berikut ;

1. Penjahat dari kecendrungan(bukan karena bakat).

2. Penjahat karena kelemahan(karena kelemahan jiwa sehingga sulit

menghindarkan diri untuk tidak berbuat).

3. Penjahat karena hawa nafsu yang berlebihan ; dan putus asa ; penjahat

terdorong oleh harga diri atau keyakinan.

Adapun Pembagian menurut Seelig :

1. Penjahat karena segan bekerja.

2. Penjahat terhadap harta benda karena lemah kekuatan bathin untuk

menekan godaan.

3. Penjahat karena nafsu menyarang.

4. Penjahat karena tidak dapat menahan nafsu seks.

5. Penjahat karena mengalami krisis kehidupan.

6. Penjahat terdorong oleh pikirannya yang masih primitive.

7. Penjahat terdorong oleh keyakinannya.

8. Penjahat karena kurang disiplin kemasyarakatan.

9. Penjahat campuran ( gabungan dari sifat-sifat yang terdapat pada butir 1

s/d 8 ).

C. Teori-Teori Terkait Kriminalitas

            Terdapat kesulitan untuk menjelaskan kriminalitas anak-anak maupun

remaja dari perspektif teoritis secara ketat, oleh karena itu lebih cenderung untuk

melihat kriminalitas anak-anak maupun remaja sebagai bentuk perilaku

menyimpang (deviant behavior) di masyarakat. Jika melihat dari sisi

Page 7: Makalah kriminalitas 1

11

penyimpangan (deviant), maka setidaknya terdapat tiga teori utama yang dapat

menjelaskan fenomena ini yaitu: struktural fungsional terutama anomie dari

Durkheim dan Merton, interaksi simbolik terutama asosiasi diferensiasi dari

Sutherland, danpower-confl ict terutama dari Young dan Foucault.

(a) Struktural Fungsional

            Struktural fungsional melihat penyimpangan terjadi pembentukan normal

dan nilai-nilai yang dipaksakan oleh institusi dalam masyarakat. Penyimpangan

dalam hal ini tidak lah terjadi secara alamiah namun terjadi ketika pemaksaan atas

seperangkat aturan main tidak sepenuhnya diterima oleh orang atau sekelompok

orang, dengan demikian penyimpangan secara sederhana dapat dikatakan sebagai

ketidaknormalan secara aturan, nilai, atau hukum. Salah satu teori utama yang

dapat menjelaskan mengenai penyimpangan ini adalah teori anomie dari

Durkheim dan dari Merton.

            Durkheim secara tegas mencoba meyakinkan bahwa terdapat hubungan

terbalik antara integrasi sosial dan penaturan sosial dengan angka bunuh diri.

Sekurangnya terdapat dua dimensi dari ikatan sosial (social bond), yakni integrasi

sosial dan aturan sosial (social regulation) yang masing-masing independen, atau

dalam3 istilah lain, besaran integrasi tidak menentukan besaran pengaturan,

demikian pula sebaliknya, namun keduanya mempengaruhi ikatan sosial. Integrasi

sosial dapat diterjemahkan sebagai keikutsertaan seseorang dalam kelompok dan

institusi di mana aturan sosial merupakan pengikat kesetiaan terhadap norma dan

nilai-nilai dalam masyarakat. Mereka yang sangat terintegrasi masuk dalam

kategori ‘altruism’, dan yang sangat tidak terinterasi dalam kategori ‘egoism’.

Demikian pula mereka yang sangat taat aturan masuk dalam kategori ‘fatalism’

dan mereka yang sangat tidak taat masuk dalam kategori ‘anomie’.

            Teori anomie dari Durkheim dikembangkan oleh Merton sebagai bentuk

alienasi diri dari masyarakat di mana diri tersebut membenturkan diri dengan

norma-norma dan kepentingan yang ada di masyarakat. Dalam menjelaskan hal

ini, Merton memfokuskan pada dua variabel, yakni tujuan (goals) dan ‘legitimate

means’ ketimbang integrasi sosial dan pengaturan sosial. Dua dimensi ini

Page 8: Makalah kriminalitas 1

11

menentukan derajat adaptasi masyarakat sesuai dengan tujuan-tujuan kultural (apa

yang diinginkan oleh masyarakat mengenai kehidupan ideal) dan cara-cara yang

dapat diterima di mana seorang individual dapat menuju tujuan-tujuan kultural.

Merton sendiri membagi derajat adaptasi dengan lima kombinasi, yakni

‘conformity’, ‘innovation’, ‘ritualism’, ‘retreatism’, dan ‘rebellion’.

(b) Interaksi Simbolik

            Dalam pandangan interaksi simbolik, penyimpangan datang dari individu

yang mempelajari perilaku meyimpang dari orang lain.Dalam hal ini, individu

tersebut dapat mempelajari langsung dari penyimpang lainnya atau membenarkan

perilakunya berdasarkan tindakan penyimpangan yang dilakukan oleh orang lain.

Sutherland mengemukakan mengenai teori ‘differential association’, di mana

Sutherland menyatakan bahwa seorang pelaku kriminal mempelajari tindakan

tersebut dan perilaku menyimpang dari pihak lain, bukan berasal dari dirinya

sendiri. Dalam istilah lain, seorang tidak lah menjadi kriminal secara alami.

            Tindakan mempelajari tindakan kriminal sama dengan berbagai tindakan

atau perilaku lain yang dipelajari seseorang dari orang lain. Sutherland

mengemukakan beberapa point utama dari teorinya, seperti ide bahwa belajar

datang dari adanya interaksi antara individu dan kelompok dengan menggunakan

komunikasi simbol-simbol dan gagasan. Ketika simbol dan gagasan mengenai

penyimpangan lebih disukai, maka individu tersebut cenderung untuk melakukan

tindakan penyimpangan tersebut. Dengan demikian, tindakan kriminal,

sebagaimana perilaku lainnya, dipelajari oleh individu, dan tindakan ini dilakukan

karena dianggap lebih menyenangkan ketimbang perilaku lainnya

(c) Power-Conflict

            Satu hal yang harus diperjelas, meskipun teori ini didasarkan atas

pandangan Marx, namun Marx sendiri tidak pernah menulis tentang perilaku

menyimpang. Teori ini melihat adanya manifestasi power dalam suatu institusi

yang menyebabkan terjadinya penyimpangan, di mana institusi tersebut memiliki

Page 9: Makalah kriminalitas 1

11

kemampuan untuk mengubah norma, status, kesejahteraan dan lain sebagainya

yang kemudian berkonflik dengan individu. Meskipun Marx secara5

pribadi tidak menulis mengenai perilaku menyimpang, namun Marx menulis

mengenai alienasi. Young (wikipedia t.t.b) secara khusus menyatakan bahwa

dunia modern dapat dikatakan sangat toleran terhadap perbedaan namun sangat

takut terhadap konflik sosial, meskipun demikian, dunia modern tidak

menginginkan adanya penyimpang di antara mereka.

Kriminalitas Remaja: teori yang relevan

            Melihat tiga teori yang ada, maka penulis cenderung untuk memilih teori

struktural-fungsional, terutama yang berasal dari Merton sebagai teori yang dapat

menjelaskan mengenai kenakalan remaja. Secara khusus Merton memang

membahas mengenai deviant yang merupakan bentuk lanjut dari adanya

disintegrasi seorang individu dalam masayarakat.

      Bagi Merton, munculnya tindakan menyimpang yang dilakukan oleh individu

adalah ketidakmampuan individu tersebut untuk bertindak sesuai dengan nilai

normatif yang ada di masyarakat. Secara umum dapat dikatakan bahwa perilaku

menyimpang adalah bentuk anomie dalam masyarakat. Anomie terjadi dalam

masyarakat ketika ada keterputusan antara hubungan norma kultural dan tujuan

dengan kapasitas terstruktur secara sosial dari anggota kelompok untuk bertindak

sesuai dengan norma kultural (lihat Ritzer dan Goodman 2007).Secara umum

Merton menghubungkan antara kultur, struktur dan anomie. Kultur

didefinikasikan sebagai seperangkan nilai normatif yang terorganisir yang

menentukan perilaku bersama anggota masyarakat. Dalam hal ini, kultur menjadi

buku panduan yang digunakan oleh semua anggota masyarakat untuk berperilaku.

            Struktur didefinisikan sebagai seperangkat hubungan sosial yang

terorganisir yang melibatkan seluruh anggota masyarakat untuk terlibat di

dalamnya. Sedangkan anomie didefinisikan sebagai sebuah keterputusan

hubungan antara struktur dan kultur yang terjadi jika ada suatu keretakan atau

terputusnya hubungan antara norma kultural dan tujuan-tujuan dengan kapasitas

yang terstruktur secara sosial dari anggota dalam kelompok masyarakat untuk

bertindak sesuai dengan nilai kultural tersebut (Merton, 1968: 216).

Page 10: Makalah kriminalitas 1

11

            Perilaku menyimpang dalam hal ini dilihat sebagai ketidakmampuan

seorang individu untuk bertindak sesuai dengan norma, tujuan dan cara-cara yang

diperbolehkan dalam masyarakat. Dalam hal ini, integrasi yang dilakukan oleh

individu tersebut tidak lah bersifat menyeluruh. Tentu saja hal ini tidak berarti

bahwa setiap orang dapat berintegrasi sepenuhnya. Dapat dikatakan bahwa tidak

ada masyarakat yang terintegrasi secara penuh, di mana Merton melihat bahwa

integrasi yang terjadi di masyarakat tidak lah sama baik secara kualitas maupun

kuantitas (Maliki 2003). Dalam analisa fungsionalnya, Merton melihat bahwa

motif-motif dalam integrasi tidak selalu membawa motif yang diinginkan

(intended motif), namun juga motif-motif yang tidak diinginkan (unintended

motif). Adanya fungsi manifes dan laten dalam integrasi berarti bahwa integrasi

menyebabkan adanya pihak yang mengalami disintegrasi, atau dalam bahasa yang

lebih kasar, integrasi justru memiliki pengaruh besar atas terjadinya disintegrasi.

            Pandangan ini tentu saja membawa konsekuensi yang lebih besar: anomie

yang terjadi di masyarakat, yang berujung dengan7 terjadinya penyimpangan,

adalah ‘efek samping’ atau motif yang tidak diinginkan (unintended motif) dari

integrasi dalam masyarakat. Merton membedakan antara fungsi dan disfungsi.

Bagi Merton, fungsi adalah seluruh konsekuensi yang terlihat dan berguna bagi

adaptasi atau pengaturan dari sistem yang telah ada,sedangkan disfungsi

merupakan konsekuensi yang terlihat yang mengurangi adaptasi atau pengaturan

dalam satu sistem (Merton, 1968:105). Selain membedakan antara fungsi dan

disfungsi,  Merton juga membedakan antara fungsi manifes dan fungsi laten.

Fungsi manifest didefinisikan sebagai seluruh konsekuensi obkektif yang

berpengaruh pada pengaturan atau adaptasi dari suatu sistem yang diinginkan dan

diakui oleh seluruh bagian sistem itu, sedangkan fungsi manifest adalah

kebalikannya, yakni konsekuensi objektif yang berpengaruh pada penaturan dan

adaptasi dari satu sistem yang tidak diinginkan dan tidak akui (Merton, 1968:105)

            Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa perilaku menyimpang yang

terjadi di kalangan remaja merupakan adanya konflik antara norma-norma yang

berlaku di masyarakat dengan cara-cara dan tujuan-tujuan yang dilakukan oleh

Page 11: Makalah kriminalitas 1

11

individu. Oleh karena itu, Merton membagi keadaan ini dalam lima kategori,

yaitu:

1. ‘Conformity’ atau individu yang terintegrasi penuh dalam masyarakat baik

yang tujuan dan cara-caranya ‘benar dalam masyarakat’

2. ‘Innovation’ atau individu yang tujuannya benar, namun cara- cara yang

dipergunakannya tidak sesuai dengan yang diinginkan dalam masyarakat.

3. ‘Ritualism’ atau individu yang salah secara tujuan namun cara-cara yang

dipergunakannya dapat dibenarkan.

4. ‘Retreatism’ atau individu yang salah secara tujuan dan salah berdasarkan

cara-cara yang dipergunakan.

5. ‘Rebellion’ atau individu yang meniadakan tujuan-tujuan dan cara-cara yang

diterima dengan menciptakan sistem baru yang menerima tujuan-tujuan dan

cara-cara baru.

            Dalam hal ini Merton memberikan contoh yang sangat baik dalam melihat

perilaku menyimpang dalam masyarakat berupa tindak kriminal. Karena

dibesarkan dalam lingkungan Amerika, Merton dipengaruhi oleh keadaan

lingkungan sekitarnya. Menurut Merton, Amerika memberikan setiap warganya

‘the American Dream’, di mana Amerika memberikan kebebasan setiap warganya

untuk memperoleh kesempatan dan kesejahteraan, di mana hal ini menjadi

motivasi kultural setiap orang Amerika, yakni untuk mewujudkan cita-citanya.

Merton melihat adanya kesenjangan antara apa yang diinginkan dan

diharapkan oleh masyarakat atas anggotanya dengan apa yang sesungguhnya

dicapai oleh warga masyarakat. Jika struktur sosial ternyata tidak seimbang dalam

memberikan kesempatan bagi setiap warga masyarakat dan mencegah sebagian

besar dari mereka untuk mencapai mimpi mereka, maka sebagian dari mereka

akan mengambil langkah yang tidak sesuai dengan cara yang diinginkan, yakni

dengan melakukan tindakan kriminal untuk mewujudkan ‘mimpi’ tersebut (lihat

Merton 1968). Merton mencontohkan beberapa tindakan yang mungkin diambil

oleh mereka, terutama dengan menjadi subkultur penyimpang, seperti pengguna

obat-obatan, anggota gang, atau pemabuk berat. Tentu saja kasus yang

dicontohkan oleh Merton pun dapat

Page 12: Makalah kriminalitas 1

11

D. Faktor Penyebab Terjadinya Kriminalitas

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya kejahatan/pelanggaran yang

dilakukan oleh anak/ABG, diantaranya adalah faktor keluarga, faktor lingkungan

dan faktor ekonomi. Dari ketiga faktor tersebut, bisa ketiganya sekaligus menjadi

faktor penyebab atau hanya salah satunya saja.

Pertama, faktor keluarga. Faktor ini dapat terjadi karena beberapa hal,

seperti ketidakharmonisan dalam keluarga. Hal ini bisa membentuk anak kearah

negatif, karena keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam mengarahkan

perilaku, pergaulan dan kepatuhan norma si anak. Ketidakharmonisan bisa terjadi

karena perceraian orang tua, orang tua yang super sibuk dengan pekerjaannya,

orang tua yang berlaku diskriminatif terhadap anak, minimnya penghargaan

kepada anak dan dan lain-lain. Kesemua hal tersebut membuat anak merasa

sendiri dalam mengatasi masalahnya di sekolah dan lingkungannya, tidak ada

tauladan yang patut dicontoh dirumah, minimnya perhatian, selalu dalam posisi

dipersalahkan, bahkan anak merasa diperlakukan tidak adil dalam keluarga.

Faktor ketidakharmonisan keluarga yang memicu anak mudah melanggar

norma sebagaimana saya ungkapkan di atas, menurut kaca mata sosiologis

mungkin hal yang wajar dan sejalan dengan hukum sebab akibat. Namun

demikian lain halnya apabila yang memicu justru orang tua atau yang dituakan

oleh si anak. Artinya pelanggaran norma tersebut justru dilegalkan oleh orang tua

atau lebih berbahaya lagi kondisinya apabila pelanggaran norma tersebut

didukung, dikondisikan dan dikoordinir oleh orang tua sendiri.

Kedua, faktor lingkungan. Setelah keluarga, tempat anak bersosialisasi

adalah lingkungan sekolah dan lingkungan tempat bermainnya. Mau tidak mau,

lingkungan merupakan institusi pendidikan kedua setelah keluarga, sehingga

kontrol di sekolah dan siapa teman bermain anak juga mempengaruhi

kecenderungan kenakalan anak yang mengarah pada perbuatan melanggar hukum.

Tidak semua anak dengan keluarga tidak harmonis memiliki kecenderungan

melakukan pelanggaran hukum, karena ada juga kasus dimana anak sebagai

pelaku ternyata memiliki keluarga yang harmonis. Hal ini dikarenakan begitu

kuatnya faktor lingkungan bermainnya yang negatif.

Page 13: Makalah kriminalitas 1

11

Anak dengan latarbelakang ketidakharmonisan keluarga, tentu akan lebih

berpotensi untuk mencari sendiri lingkungan diluar keluarga yang bisa menerima

apa adanya. Apabila lingkungan tersebut positif tentu akan menyelesaikan

masalah si anak dan membawanya kearah yang positif juga. Sebaliknya, jika

lingkungan negatif yang didapat, inilah yang justru akan menjerumuskan si anak

pada hal-hal yang negatif, termasuk mulai melakukan pelanggaran hukum seperti

mencuri, mencopet, bahkan menggunakan dan mengedarkan narkoba.

Aktivitas kelompok atau biasa dikenal ”gang” sepertinya perlu mendapat

perhatian lebih dari orang tua, guru dan tokoh masyarakat, baik itu yang tumbuh

di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Sebuah komunitas gang biasanya

dipandang negatif. Bahayanya, komunitas ini memiliki tingkat solidaritas yang

tinggi, karena si anak ingin tetap diakui eksistensinya dalam gang tersebut, karena

dikeluarga maupun disekolah si anak merasa tidak diakui keberadaannya.

Akibatnya, penilaian mengenai apakah perbuatan gang itu salah atau benar tidak

lagi masalah, yang penting si anak memiliki tempat dimana ia diterima apa

adanya.

Ketiga, faktor ekonomi. Alasan tuntutan ekonomi merupakan alasan

klasik yang sudah menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kejahatan sejak

perkembangan awal ilmu kriminologi (ilmu yang mempelajari kejahatan). Mulai

dari kebutuhan keluarga, sekolah sampai dengan ingin menambah uang jajan

sering menjadi alasan ketika anak melakukan pelanggaran hukum.

Ketiga faktor di atas, hanyalah sebagian dari pemicu anak melakukan

pelanggaran hukum. Perlu perhatian yang serius oleh tiga institusi pendidikan

anak, yaitu keluarga, sekolah dan lingkungan. Orang tua harus memberikan

perhatian ekstra terhadap anak, baik itu pendidikannya maupun teman

bermainnya. Pihak sekolah juga harus melakukan pengawasan yang maksimal,

meskipun keberadaan anak disekolah tidak lama, minimal dapat mencegah

berkembangbiaknya ”geng-geng” yang nakal disekolah dan menghindari

terjadinya perkelahian antar siswa dan tawuran antar sekolah. Terakhir, sosial

kontrol dari tokoh masyarakat dan tokoh agama, serta peran pemerintah dan

Page 14: Makalah kriminalitas 1

11

swasta untuk memberikan ruang bermain bagi anak dilingkungannya, sehingga

anak tidak bermain dijalan dan membentuk komunitas yang negatif.

BAB III

PENUTUP

Page 15: Makalah kriminalitas 1

11

A. Kesimpulan

Kekerasan yang marak terjadi di kalangan pelajar khususnya untuk pelajar

sekolah menengah tak lepas dari peranan orang tua, guru, serta keadaan

lingkungan sekitar yang mendukung terjadinya kekerasan atau tindakan-tindakan

menyimpang yang banyak terjadi di dalam dunia pendidikan.

Banyak faktor yang dapat menimbulkan terjadinya kekerasan tersebut,

antara lain seperti; kesenjangan sosial, perbedaan stasus sosial pelajar sering kali

menjadi pemicu utama terjadinya tindakan kekerasan tersebut, mereka sulit untuk

menahan emosi apabila mereka dihina atau diejek status sosialnya, kemudian

peranan orang tua yang kurang sering kali membuat anak merasa dirinya bebas

dan menyepelekan orang, sehingga mereka merasa bebas untuk melakukan

tindakan-tindakan yang mereka inginkan tanpa memikirkan sebab dan akibat dari

tindakan atau perbuatan tersebut, lingkungan tempat tinggal merupakan tempat

mereka bersosialisasi dan membentuk kepribadian mereka. Perilaku, sikap dan

tindakan yang terbentuk merupakan cerminan atau contoh yang sering mereka

lihat di sekitarnya.

Oleh karena itu peranan orang tua dan lingkungan sekitar harus

memberikan contoh-contoh yang baik sebagai kepribadian yang terbentuk akan

baik pula.

B. Saran

a) Kita sebagai generasi muda harus memupuk nilai-nilai dan norma-norma

kepribadian Indonesia.

b) Kita juga harus dapat memilah lingkungan mana yang tidak sehat dan

lingkungan mana yang sehat buat kita.

c) Penanaman nilai-nilai agama juga sangat penting penting untuk

menghindari tindakan-tindakan yang sangat mungkin kita lakukan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: Makalah kriminalitas 1

11

http//www.google.com

bullying makin panas. Edisi xxxv Juli 2008. Majalah Gadis.