kelompok 8 peristiwa kriminalitas di kampus institut teknologi bandung

55
Peristiwa Kriminalitas di Kampus Institut Teknologi Bandung MAKALAH Disusun sebagai Tugas Mata Kuliah Antropologi Semester I Tahun Akademik 2012/2013 Oleh Kelompok 8 Kelas 02 Anggota : Aryo Prayudhana (15108070) Putri Brilian Octavia (10608035) Muh.Ery F (13108066) Nuke Putriyanti (10608029) M.Azwin Alfarisi (15508043) Widya Tania Artha (10510026) Darmawan Eko Nugroho (13110137) Albert Han T. (13110131) Aan Febrianto (12510020) Dea Novira H (17210013) Ridza Adhandra (10309003) Tito Ajiguno (12209069) Budi S. Ramli (12209082) Timothy Ivan (12209100) Yudyanto Hadiwijaya (12509004) Geraldy Sirait (15009043) Ni Wayan Dessy E. R. (18110012) Adi Praja A. R (19010064) Albayruni M. (12510014)

Upload: diantoro-fitridanadha

Post on 06-Aug-2015

217 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

Peristiwa Kriminalitas di Kampus Institut Teknologi Bandung

MAKALAH

Disusun sebagai Tugas Mata Kuliah Antropologi

Semester I Tahun Akademik 2012/2013

Oleh Kelompok 8 Kelas 02

Anggota :

Aryo Prayudhana (15108070) Putri Brilian Octavia (10608035)Muh.Ery F (13108066)Nuke Putriyanti (10608029)M.Azwin Alfarisi (15508043)Widya Tania Artha (10510026)Darmawan Eko Nugroho (13110137)Albert Han T. (13110131) Aan Febrianto (12510020)Dea Novira H (17210013)Ridza Adhandra (10309003)Tito Ajiguno (12209069)Budi S. Ramli (12209082)Timothy Ivan (12209100)Yudyanto Hadiwijaya (12509004)Geraldy Sirait (15009043)Ni Wayan Dessy E. R. (18110012)Adi Praja A. R (19010064)Albayruni M. (12510014)

Institut Teknologi Bandung

Jl. Ganesha 10 Bandung 40132

Page 2: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................2

DAFTAR TABEL...........................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................................4

1.1. Latar Belakang......................................................................................................................4

1.2. Identifikasi Masalah..............................................................................................................5

1.3. Rumusan Masalah.................................................................................................................5

1.4. Tujuan dan Manfaat..............................................................................................................5

BAB 2 LANDASAN TEORI........................................................................................................6

2.1. Teori untuk Rumusan Masalah “Mengapa terjadi tindakan kriminalitas di dalam

wilayah kampus ITB?”................................................................................................................6

2.2. Teori untuk Rumusan Masalah “Bagaimana pengaruhnya terhadap mahasiswa?”..............6

2.3. Teori untuk Rumusan Masalah “Apa solusi untuk menyelesaikan masalah kriminalitas

yang terjadi didalam wilayah kampus ITB?”...............................................................................7

BAB 3 METODE PENELITIAN..................................................................................................8

BAB 4 HASIL PENELITIAN.......................................................................................................3

BAB 5 ANALISIS.......................................................................................................................28

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN............................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................35

2

Page 3: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1.1 Perbandingan Metode Kuantitatif dengan Metode Kualitatif

TABEL 3.1.2 Penelitian Kualitatif sebagai Proses12

TABEL 3.7 Matriks Rumusan Masalah, Landasan Teori, dan Pedoman Wawancara21

TABEL 4.1.1 Narasumber Pihak Keamanan Kampus (K3L)25

TABEL 4.1.2 Narasumber Pihak Keamanan Kampus (Satpam)26

TABEL 4.1.3 Narasumber Korban Kriminal (Mahasiswa ITB)27

3

Page 4: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kriminalitas rawan terjadi setiap hari dan dapat terjadi di mana saja, baik dari

kasus yang ringan hingga kasus yang berat. Tindakan kriminalitas yang terjadi dapat

terjadi baik karena pelaku memiliki motif tersendiri, ataupun karena adanya

kesempatan sehingga pelaku memiliki keinginan untuk melakukan tindak

kriminalitas. Tentu saja wilayah kampus ITB pun tidak terlepas dari kasus

kriminalitas.

Seiring dengan perkembangan zaman, pelaku kriminalitas menjadi semakin

kreatif dan memiliki banyak ide dalam melakukan tindakan kriminal. Memiliki

sistem keamanan tersendiri pun tidak menutup kemungkinan akan terjadinya

peristiwa kriminalitas, seperti pencurian, tindakan asusila, dan lain-lain. Di dalam

kampus ITB pun masih banyak kasus kriminalitas yang terjadi, walaupun sudah

terdapat sistem keamanan. Hal ini tentunya akan menimbulkan keresahan di dalam

lingkungan kampus.

Sebagai antisipasi terhadap kasus kriminalitas di dalam kampus ITB, sudah

banyak tindakan yang diambil dan juga sanksi-sanksi yang diberlakukan. Tetapi hal

tersebut tidak dapat menghentikan kasus kriminalitas yang terjadi, karena pada

kenyataannya terus muncul kasus baru di dalam kampus ITB, baik dari pencurian

kendaraan, barang-barang berharga, tindakan asusila, dan lain-lain. Oleh karena itu,

perlu dilakukan pencegahan tindak kejahatan untuk menekan kasus kriminalitas yang

terus terjadi, karena pencegahan lebih baik dibandingkan dengan penindakan

terhadap pelaku kriminal. Tindakan pencegahan ini juga dapat dilakukan oleh semua

pihak, baik dari pihak keamanan itu sendiri maupun dari mahasiswa. Tentunya

diperlukan kesadaran dari mahasiswa itu sendiri untuk dapat mencegah kasus

kriminalitas yang terjadi di dalam lingkungan kampus ITB.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat beberapa masalah yang dapat

diidentifikasi, yaitu:

1) Sering terjadinya peristiwa kriminalitas di dalam wilayah kampus ITB.

2) Sering terjadinya kasus pencurian di dalam wilayah kampus ITB.

4

Page 5: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

3) Diperlukan upaya untuk mencegah terjadinya tindakan kejahatan di dalam

wilayah kampus ITB.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, didapatkan beberapa rumusan masalah,

yaitu:

1) Faktor apa yang menyebabkan terjadinya tindakan kriminalitas di dalam wilayah

kampus ITB?

2) Bagaimana dampak kriminalitas yang terjadi di dalam wilayah kampus ITB

terhadap mahasiswa?

3) Apa solusi untuk menyelesaikan masalah kriminalitas yang terjadi di dalam

wilayah kampus ITB?

1.4. Tujuan

Dari rumusan masalah, didapatkan tujuan dari laporan ini yaitu:

1) Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya tindakan kriminalitas di

kampus ITB.

2) Untuk mengetahui pengaruh kriminalitas yang terjadi di dalam wilayah kampus

ITB terhadap mahasiswa.

3) Untuk memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah kriminalitas yang

terjadi di dalam wilayah kampus ITB.

1.5. Kegunaan

Dengan melakukan penelitian ini, dapat diambil beberapa manfaat yang

nantinya akan berguna di masa yang akan datang, yaitu:

1) Memberikan informasi tentang faktor yang menyebabkan terjadinya tindakan

kriminalitas di dalam wilayah kampus ITB sehingga dapat dilakukan upaya

pencegahan.

2) Memberikan informasi tentang dampak kriminalitas yang terjadi di dalam

wilayah kampus ITB terhadap mahasiswa.

3) Memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah kriminalitas di dalam wilayah

kampus ITB.

5

Page 6: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

BAB II

LANDASAN TEORI

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, didunakan landasan teori sebagai berikut:

2.1 Rumusan masalah “Mengapa terjadi tindakan kriminalitas di dalam wilayah

kampus ITB?”

2.1.1 Teori Masalah Kriminal

Teori Masalah Kriminal menjelaskan bahwa tanpa adanya kontrol yang

efektif, pelaku kejahatan akan memangsa korbannya dengan mudah. Jika sasaran yang

diinginkan tidak berada ditempat yang sama dengan pelaku kejahatan, target

kejahatan tidak akan diserang. Seorang pengendali sangat dibutuhkan untuk

mencegah kejahatan. Jika pengendali tidak hadir atau hadir dengan ketidakmampuan,

kejahatan mungkin terjadi.

2.1.2 Teori Peran

Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor yang

bermain sesuai dengan yang ditetapkan oleh budaya.

2.2 Rumusan Masalah “Bagaimana pengaruhnya terhadap mahasiswa?”

2.2.1 Teori Niat dan Kesempatan

Dalam bukunya, Wilcox (1991) mengidentifikasikan tiga elemen yang harus

ada sebagai syarat terjadinya sebuah kejahatan. Ketiga elemen ini adalah desire (niat),

ability (kemampuan), dan opportunity kesempatan). Dengan ketiga elemen inilah

Wilcox membuat segitiga kejahatan (crime triangle). Tanpa adanya salah satu dari

elemen ini, kejahatan tidak akan terjadi.

2.2.2 Teori Masalah Kriminal

Teori Masalah Kriminal menjelaskan bahwa tanpa adanya kontrol yang

efektif, pelaku kejahatan akan memangsa korbannya dengan mudah. Jika sasaran yang

diinginkan tidak berada ditempat yang sama dengan pelaku kejahatan, target

kejahatan tidak akan diserang. Seorang pengendali akan sangat dibutuhkan untuk

mencegah kejahatan. Jika pengendali tidak hadir atau hadir dengan ketidakmampuan,

kejahatan mungkin terjadi.

2.3 Rumusan masalah “Apa solusi untuk menyelesaikan masalah kriminalitas yang

terjadi didalam wilayah kampus ITB?”

2.3.1 Teori Strain

6

Page 7: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

Dalam pencapaian cita-cita berupa kesuksesan materi, terdapat individu yang

berusaha mencapainya dengan cara melanggar undang-undang. Pada umumnya yang

melakukan pelanggaran tersebut adalah masyarakat golongan tertentu yaitu

masyarakat kelas bawah dan minoritas. Ketidaksamaan kelas atau kondisi sosial yg

ada pada masyarakat memicu terjadinya pelanggaran

2.3.1 C ontainment Theor y

Kemungkinan terjadinya penyimpangan berhubungan langsung dengan sejauh

mana dorongan internal (kebutuhan yg harus segera dipenuhi) dan tekanan eksternal

(kemiskinan, pengangguran, tertutupnya kesempatan) serta tarikan-tarikan eksternal

yang dikontrol oleh pengurungan dalam dan pengurungan luar

7

Page 8: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Penelitian Kualitatif

Penelitian atau riset dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode

penelitian kualitatif dan kuantitatif. Pada umumnya penelitian teknis dilakukan dengan

menggunakan data kuantitatif untuk menganalisis suatu masalah yang muncul, yaitu

dengan menggunakan cara matematis dan statistik. Namun dalam penelitian sosial,

masalah penelitian, tema, topik, dan judul penelitian berbeda secara kualitatif maupun

kuantitatif. Baik substansial maupun material kedua tipe penelitian tersebut sangatlah

berbeda. Baik berdasarkan filosofis dan metodologis, kedua tipe penelitian tersebut

memiliki banyak perbedaan yang sangat mendasar. Masalah kuantitatif memiliki cakupan

yang lebih umum, wilayah yang luas, tingkat variasi kompleks, namun terbatas informasi

permukaan saja.Berbeda dengan masalah kunatitatif, masalah-masalah kualitatif memliki

wilayah cakupan ruang yang sempit dengan tingkat variasi rendah, namun kedalaman

bahasan tak terbatas.

Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang

berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah

manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-

kata, laporan terperinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang

alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa

metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat

penemuan.Peneliti merupakan instrumen kunci dalam sebuah penelitian kualitatif.Oleh

karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas sehingga mampu

mengajukan pertanyaan, menganalisis, dan mengonstruksi obyek yang diteliti menjadi

lebih jelas.Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian

kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang

tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk

memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.

8

Page 9: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

3.1.1 Perbedaan Penelititan Kualitatif dan Penelitian Kuantitatif

Obyek dan masalah penelitian akan mempengaruhi pertimbangan mengenai

pendekatan yang akan diimplementasikan, desain ataupun metode penelitian yang akan

diterapkan. Tidak semua obyek dan masalah penelitian bisa didekati dengan pendekatan

tunggal, sehingga diperlukan pemahaman pendekatan yang berbeda pula.Ketika obyek

dan masalah yang akan diteliti tidak cocok atau kurang sempurna dengan satu pendekatan

maka metode pendekatan lainnya dapat digunakan, atau bahkan bila memungkin dapat

menggabungkan kedua metode pendekatanyang tersedia. Secara umum pendekatan

penelitian atau sering juga disebut paradigma penelitian yang cukup dominan adalah

paradigma penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.

Landasan filosofis merupakan hal mendasar yang sangat penting untuk dipahami

saat membandingkan penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif.Namunbagi

seorang peneliti, penguasaan tingkatan operasional lebih diperlukan agar dalam

melaksanakan penelitian tidak terjadi kerancuan metodologis.Selain itu penguasaan

tingkatan operasional juga diperlukan agar penelitian dilaksanakan dalam suatu bingkai

pendekatan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam tataran metodologis perbedaan landasan filosofis dapat telihat dalam

perbedaan metode penelitian, dimana positivisme dimanifestasikan dalam metode

penelitian kuantitatif, sedangkan fenomenologi dimanifestasikan dalam metode penelitian

kualitatif.Kedua pendekatan ini sering diposisikan secara diametral, meskipun belakangan

ini terdapat upaya untuk menggabungkannya baik dalam bentuk paralelisasi maupun

kombinasi.Adapun perbedaan antara metode kuantitatif dengan kualitatif dapat dilihat

pada Tabel 3.1.1.

Tabel 3.1.1 Perbandingan Metode Kuantitatif dengan Metode Kualitatif

No Metode Kuantitatif Metode Kualitatif

1Menggunakan hiopotesis yang

ditentukan sejak awal penelitian

Hipotesis dikembangkan sejalan

dengan penelitian/saat penelitian

2Definisi secara jelas dinyatakan sejak

awal

Definisi sesuai konteks atau saat

penelitian berlangsung

3 Reduksi data menjadi angka-angkaDeskripsi naratif/kata-kata,

ungkapan atau pernyataan

4 Lebih memperhatikan reliabilitas skor

yang diperoleh melalui instrumen

Umumnya menganggap cukup

dengan reliabilitas penyimpulan

9

Page 10: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

penelitian

5

Penilaian validitas menggunakan

berbagai prosedur dengan

mengandalkan hitungan statistik

Penilaian validitas melalui

pengecekan silang atas sumber

informasi

6Menggunakan deskripsi prosedur

yang jelas (terinci)

Menggunakan deskripsi prosedur

secara naratif

7 Sampel random Sampelpurposive

8Desain/kontrol statistik atas variabel

eksternal

Menggunakan analisis logis

dalam mengontrol variabel

ekstern

9Menggunakan desain khusus untuk

mengontrol bias prosedur

Mengandalkan peneliti dalam

mengontrol bias

10Menyimpulkan hasil menggunakan

statistic

Menyimpulkan hasil secara

naratif/kata-kata

11Memecah gejala-gejala menjadi

bagian-bagian untuk dianalisis

Gejala-gejala yang terjadi dilihat

dalam perspektif keseluruhan

12

Memanipulasi aspek, situasi atau

kondisi dalam mempelajari gejala

yang kompleks

Tidak merusak gejala-gejala yang

terjadi secara alamiah

/membiarkan keadaan aslinya

(Diadaptasi dari Jack R. Fraenkel & Norman E. Wallen. 1993 : 380)

Penelitian kualitatif memiliki ciri atau karakteristik yang membedakan dengan

penelitian jenis lainnya.Berdasarkan hasil penelaahan pustaka yang dilakukan Moleong

atas hasil sintesa pendapat Bogdan dan Biklen (1982:27-30) dengan Lincoln dan Guba

(1985 :39-44) ada sebelas ciri penelitian kualitatif, yaitu:

1. Penelitian kualitatif menggunakan latar alamiah sebagai (enity).

2. Instrumen utamanya adalah manusia, baik peneliti itu sendiri ataupun dengan

bantuan orang lain.

3. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif

4. Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif.

5. Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan  penyusunan  teori subtantif

yang berasal dari data.

6. Penelitian kualitatif  mengumpulkan data deskriptif (kata-kata, gambar) bukan

angka.

10

Page 11: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

7. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil.

8. Penelitian kualitatif memiliki batas penelitian berdasarkan fokus  yang timbul

sebagai masalah dalam peneltian.

9. Penelitian kualitatif meredefinisikan validitas, realibilitas, dan objektivitas dalam

versi lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam penelitian klasik.

10. Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara berkelanjutan disesuaikan dengan

kenyataan lapangan (bersifat dinamis dan sementara).

11. Penelitian kualitatif menghendaki agar pengertian  dan hasil interpretasi yang

diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh orang yang dijadikan sumber data.

Penelitian kualitatif muncul karena adanya reaksi antara tradisi yang terkait

dengan positivisme dan pos-positivisme yang berupaya melakukan kajian budaya dengan

interpretasi sifatnya. Berbagai jenis metode dan pendekatan  dalam penelitian kualitatif,

tingkat perkembangan dan kematangan masing-masing metode ditentukan juga oleh

bidang keilmuan yang memiliki sejarah perkembangan. Penelitian kualitatif mempunyai

pengertian yang berbeda-beda untuk setiap momen, meskipun demikian definisinya

secara umum adalah penelitian kualitatif merupakan suatu metode berganda dalam fokus,

yang melibatkan suatu pendekatan interpretatif  dan wajar terhadap setiap pokok

permasalahan yang ada.Hal ini berarti penelitian kualitatif bekerja dalam keadaan alami,

yang berupaya untuk memahami, memberi tafsiran pada fenomena yang dilihat

berdasarkan arti yang diberikan orang-orang kepadanya. Penelitian kualitatif melibatkan 

penggunaan dan pengumpulan  berbagai bahan empiris, seperti studi kasus, pengalaman

pribadi, introspeksi, riwayat hidup, wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksional

dan visual, yang menggambarkan momen rutin dan problematis, serta maknanya  dalam

kehidupan individual dan kolektif (Denzin dan Lincoln,1994;2)

Penelitian kualitatif secara inheren merupakan multi-metode di dalam satu fokus,

yaitu yang dikendalikan oleh masalah yang diteliti.Penggunaan multi-metode atau yang

lebih dikenal triangulation, mencerminkan suatu upaya untuk mendapatkan pemahaman

yang lebih mendalam mengenai fenomena yang sedang diteliti.Realitas obyektif

merupakan suatu hal yang sebetulnya tidak pernah bisa ditangkap.Tringulation bukanlah

alat atau strategi untuk pembuktian, tetapi hanyalah suatu alternatif terhadap 

pembuktian. Kombinasi yang dilakukan dengan multi-metode, bahan-bahan empiris,

sudut pandang dan pengamatan yang teratur merupakan strategi yang lebih baik untuk

menambah kekuatan, keluasan dan kedalaman suatu penelitian.

11

Page 12: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

Konsep penelitian kualitatif sebenarnya menunjuk dan menekankan pada proses,

dan berarti tidak diteliti secara ketat atau terukur (jika memang dapat diukur), dilihat dari

kualitas, jumlah, intensitas atau frekuensi. Penelitian kualitatif menekankan sifat realita

yang dibangun secara sosial, hubungan yang intim antara peneliti  denganyang diteliti

dan kendala situasional yang membentuk penyelidikan. Penelitian kualitatif menekankan

bahwa sifat peneliti itu penuh dengan nilai (value-laden).

Sejarah penelitian kualitatif mengungkapkan bagaimana disiplin ilmu sosial

modern telah menampilkan  misinya untuk ”menganalisis dan memahami perilaku yang

terpola dan proses sosial dari masyarakatnya”. Asumsi yang diberikan adalah bahwa

ilmuwan sosial memiliki kemampuan  untuk mengamati dunia ini secara objektif, dan

metode kualitatif merupakan alat utama dari penamatan itu.Sepanjang sejarah, penelitian

kualitatif selalu mendefinisikan karya dengan melihat dari sudut harapan dan nilai-nilai,

keyakinan agama, ideologi okupasional dan profesionalisasi. Penelitian kualitatif (seperti

halnya  semua penelitian)  selalu dinilai berdasarkan atas “standar apakah karya tersebut

mengkomunikasikan atau mengatakan sesuatu mengenai diri kita?” berdasarkan atas

bagaimana cara mengkonseptualisasikan realita dan gambaran mengenai dunia. Standar

evaluasi kemudian dilakukan dengan cara berpikir  epistimologi, yaitu mengkaji hakikat

ilmu pengetahuan dari sudut sumber, batas, struktur dan keabsahan data secara umum.

Kegiatan generik  dalam penelitian kualitatif selalu menampilkan lima fase tataran

yang dimiliki oleh masing-masing pendekatan, yaitu

1. peneliti dan apa yang diteliti sebagai subjek multi-kultural

2. paradigma penting dan sudut pandang interpretatif

3. strategi penelitian

4. metode pengumpulan data dan analisis bahan empiris

5. seni interpretasi dan memaparkan hasil penelitian

secara lebih detil, penjelasan kelima fase dlam penelititan kualitatif dapat dilihat pada

Tabel 3.1.2.

12

Page 13: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

Tabel 3.1.2 Penelitian Kualitatif Sebagai Proses

Diadaptasi dari Denzin dan Lincoln (1994),”Introduction: Entering the Field of Qualitative

Research”  in Handbook of Qualitative Research, hlm.12. Dikutip penulis dari Agus Salim

(2001), hal.26.

Dibalik lima fase generik tersebut, terdapat peneliti yang berada secara biografis.

Individu ini memasuki proses penelitian dari dalam suatu masyarakat interpretatif yang

memasukkan tradisi penelitiannya sendiri ke dalam suatu sudut pandang yang berbeda.

Sudut pandang ini mengakibatkan para peneliti  mengadopsi pandangan “sebagai yang

lain” yang dipelajari. Pada saat yang sama, politik dan etika peneliti juga harus 

dipertimbangkan, karena permasalahan ini menembus fase penelitian.

Bentuknya yang interpretatif, penelitian kualitatif dihadapkan pada masalah yang

cukup mengganggu. Di satu sisi, peneliti kualitatif telah mengasumsikan  bahwa peneliti

13

No Fase/Langkah Uraian

1. Peneliti sebagai subjek

penelitian yang multi-kultural

Penelitian bersifat historis dan penelitian

tradisi, konsep dari diri dan semuanya,

tergantung pada etika dan politik peneliti.

2. Paradigma teoritis dan

Interpretatif

Positivisme, pospositivisme,

konstruktivisme, feminisme, Model etnik,

Model Marxis, Model Studi Budaya.

3. Strategi Peneliti Desain studi, studi kasus, etnografi,

observasi partisipasi, fenomenologi,

grounded theory, metode biografi,

metode historis, penelitian aksi dan

penelitian klinis.

4. Metode pengumpulan data

dan analisisan data empiris

Interview, observasi, artefak, dokumen

dan rekaman, metode fisual, metode

pengalaman pribadi, metode management

data, analisis data komputer dan analisis

tekstual.

5. Pengembangan interpretatif

dan pemaparan

Kriteria dari kesepakatan,seni dan politik

penafsiran, penafsiran tulisan, strategi

analisis, tradisi evaluasi  dan penelitian

terapan

Page 14: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

yang memiliki kualifikasi tertentu dan kompeten akan bisa melaporkan hasil temuannya

secara objektif, jelas dan akurat mengenai pengamatan mereka sendiri mengenai dunia

sosial, termasuk pengalaman orang lain. Di sisi lain, para peneliti berpegang pada

keyakinan terhadap subjek yang sebenarnya. Dengan berbekal pada hal tersebut, para

peneliti bisa mencampurkan pengamatan mereka dan pengamatan yang diberikan subjek

melalui wawancara dan cerita kehidupan, pengalaman pribadi, studi  kasus dan dokumen

lain.

Sedangkan menurut Strauss dan Corbin (2003) penelitian kualitatif dimaksud sebagai

jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau

bentuk hitungan lainnya.Selanjutnya, dipilihnya penelitian kualitatif karena kemantapan

peneliti berdasarkan pengalaman penelitiannya dan metode kualitatif dapat memberikan

rincian yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode

kuantitatif.

Temuan akan bermanfaat jika proses penelitian kualitatif dilaksanakan secara serius

terhadap berbagai hal yang dipandang perlu. Dalam proses penelitian kualitatif

setidaknyaterdapat tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu kedudukan teori, metodologi

penelitian, dan desain penelitian kualitatif.

3.1.2 Metode Penelitian Terpilih

Setiap kegiatan penelitian sejak awal sudah harus ditentukan dengan jelas

pendekatan/desain penelitian apa yang akan diterapkan. Hal ini dimaksudkan agar

penelitian tersebut dapat benar-benar mempunyai landasan metodologi penelitian yang

kokoh. Disamping itu, pemahaman hasil penelitian akan lebih proporsional apabila

pembaca mengetahui pendekatan yang diterapkan.

Dalam penelitian mengenai membangun minat berwirausaha di kalangan

Mahasiswa ITB, metode yang digunakan adalah metode penelitian kulitatif dengan

jenis/tipe pendekatan studi kasus. Penelitian studi kasus merupakan penelitian yang

mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci. Selain itu, tipe pendekatan ini

juga memiliki kemampuan pengambilan data yang mendalam, serta menyertakan

berbagai sumber informasi. Dalam penelitian studi kasus dibutuhkan beberapa

pembatasan agar studi yang dilakukan tidak melenceng dari topik yang diteliti. Penelitian

ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang akan dipelajari.

14

Page 15: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

3.2 Tempat Penelitian

Penelitian ‘Peristiwa Kriminalitas di Kampus ITB’ dilakukan dengan

menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di dalam kampus

ITB. Dalam penelitian ini akan menggunakan beberapa sampel informan yang dianggap

memiliki keterkaitan dengan kasus yang diteliti dan sampel responden yang mungkin

memiliki sudut pandang penilaian berbeda. Pada penelitian ini, peneliti diharapkan

mampu menjalin hubungan yang baik dengan responden sehingga informasi yang

diperoleh dapat benar-benar akurat.Selain melalui teknik wawancara, pengumpulan data

juga dilakukan dengan melakukan observasi langsung ke TKP.

3.3 Sampel Sumber Data

Dalam penelitan kasus membangun minat berwirausaha di kalangan Mahasiswa

ITB, terdapat beberapa unit yang dapat digunakan sebagai sumber informasi dan data

yang potensial untuk menarik kesimpulan.Unit analisis pada penelitian studi kasus

membangun minat berwirausaha di kalangan Mahasiswa ITBberupa target/sasaran

responden dan berita-berita di media. Sedangkan sasaran/target responden yang akan

diwawancarai adalah:

1) Mahasiswa yang pernah mengalami tindak kriminal.

2) Satpam kampus ITB.

3) Pihak Rektorat ITB yang diwakili K3L ITB.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Keakuratan hasil penelitian sangat bergantung pada tipe/metode pengumpulan

data yang digunakan. Beberapa metode yang diterapkan dalam penelitan ini adalah:

3.4.1 Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi

atau keterangan yang telah diperoleh sebelumnya.Teknik wawancara yang digunakan

dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam (in-depth interview).

Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan informan (orang yang diwawancarai), dengan atau tanpa

menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan

terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.Dalam mencari informasi, peneliti

15

Page 16: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan

dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga

responden).

3.4.2 Observasi

Beberapa informasi yang dapat diperoleh dari hasil observasi adalah ruang

(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan

perasaan.Observasi yang dilakukan bertujuan untuk:

menyajikan gambaran realistik kejadian

menjawab pertanyaan

membantu memahami perilaku manusia

evaluasi, yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu serta mengkaji

umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat

digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak

terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.

Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data

yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan

pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian

responden.

Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa

menggunakan panduan observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat

harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu

objek.

Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok

terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah topografi,

jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respon, stimulus kontrol (kondisi

dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku.

3.4.3 Dokumen

Sebagian besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk

dokumentasi.Umumnya data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan

harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya.Sifat utama data ini tak

terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang untuk mengetahui hal-hal

yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi

16

Page 17: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian,

memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk,

data tersimpan di website, dan lain-lain.

3.4.4 Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang

umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna

sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk

mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil diskusi yang

terpusat pada suatu permasalahan tertentu.FGD juga dimaksudkan untuk

menghindari pemaknaan yang melencengdari fokus.

3.4.5 Narasumber

1. Ria (Farmasi) - (mahasiswi yang pernah kehilangan HP )

2. Gita (Biologi) - (mahasiswi yang pernah kehilangan HP )

3. Pak Aban (K3L) – ( Kabit Kantim yang Membawahi Keamanan)

4. Pak Taufik Muslih (Kepala Unit 1 Satpam ITB)

3.5 Teknik Analisis Data

Setelah seluruh data terkumpul, para peneliti kemudian akan meninventatirisir dan

mengkaji informasi-informasi tersebut secara bersama-sama. Hal ini dilakukan dengan

harapan dapat meminimalisir kekeliruan intepretasi data.Selanjutnya ketika seluruh data

telah berhasil dikaji maka dapat melakukan penarikan kesimpulan dengan melakukan

diskusi antara peneliti yang terlibat.Adanya diskusi ini diharapkan mampu membuat

kesimpulan yang tepat dan sesuai dengan sasaran penelitian.

Langkah-langkah analisis data yang akan dilakukan pada penlitian studi kasus

membangun minat berwirausaha di kalangan Mahasiswa ITB adalah:

1) Mengorganisir seluruh informasi yang telah diperoleh

2) Membaca keseluruhan informasi

3) Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya

4) Menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa kategori.

5) Mengkaji, melakukan interpretasi, dan mengembangkan generalisasi natural dari

kasus pembakaran

6) Menyajikan hasil pengkajian dan intepretasi data secara naratif

17

Page 18: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

3.6 Pengujian Keabsahan Data

Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal,

yakni (1) subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif,

(2) alat penelitian yang diandalkan (seperti wawancara dan observasi) mengandung

banyak kelemahan ketika dilaksanakan secara terbuka terutama bila tanpa kontrol, dan (3)

sumber data kualitatif yang kurang dapat dipecya (credible) akan mempengaruhi hasil

akurasi penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan keabsahan

data, yaitu:

3.6.1 Kredibilitas

Beberapa kriteria untuk menentukan tingkat kepercayaan dara atau informasi

yang diperoleh yaitu durasi penelitian, observasi yang detail, triangulasi, peer

debriefing, analisis kasus negatif, membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan

member check. Berikut ini adalah cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil

penelitian, yaitu:

Memperpanjang masa pengamatan

Masa pengamatan yang lebih panjang memungkinkan peningkatan derajat

kepercayaan data yang dikumpulkan, dapat mempelajari kebudayaan dan menguji

informasi dari responden, mampu membangun kepercayaan para responden

terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.

Pengamatan yang berkesinambungan

Pengamatan secara terus menerus bertujuan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur

dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti,

serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

Triangulasi

Pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu diluar data untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang dimiliki.

Peer debriefing

Peerdebriefing atau mensosialisasikan data dan hasil dengan orang lain adalah

kegiatan memaparkan hasil (baik hasil sementara maupun hasil akhir) yang

diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.

Mengadakan member check

Member check merupakan pengujian kemungkinan berbagai dugaan yang berbeda-

beda dan kemudian mengembangkannya untuk memeriksa hasil analisis, dengan

18

Page 19: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

cara mengaplikasikannya pada data, serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan

terkait data yang didapat.

3.6.2 Transferabilitas

Transferabilitas yaitu pemeriksaan hasil penelitian apakah dapat diterapkan pada

situasi lain atau tidak.

3.6.3 Dependability

Dependability yaitu pemeriksaan hasil penelitian apakah sesuai dengan

konsistensi peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk kosnep, dan

menggunakan konsep-konsep tersebut ketika membuat intepretasi untuk menarik

kesimpulan.

3.6.4 Konfirmabilitas

Konfirmabilitas yaitu pemeriksaan hasil penelitian apakah dapat dibuktikan

kebenarannya, dimana hasil penelitian harus sesuai dengan data yang dikumpulkan

dan dicantumkan dalam laporan lapangan.Hal ini dilakukan dengan membicarakan

hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam

penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.

3.6.5 Pertanyaan Narasumber

Bagi Mahasiswa ITB korban kriminal :

• Bagaimana kondisi keamanan di lingkungan di dalam ITB?

• Apakah pernah mengalami kasus kriminalitas didalam wilayah kampus ITB?

• Kasus seperti apa?

• Bagaimana terjadinya?

• Mengapa bisa terjadi?

• Apakah sistem kontrol keamanan yang telah ada di ITB telah efektif?

• Apa kekurangan sistem keamanan di ITB menurut anda?

Bagi Pihak Keamanan Kampus Satpam ITB :

• Tindakan kriminalitas apa yang paling sering terjadi dikampus ITB?

• Barang2 apa yang sering menjadi target pencurian?

• Di wilayah bagian mana sering terjadi pencurian?

• Siapa pelaku tindakan kriminal yang pernah tertangkap satuan keamanan ITB?

• Apa modus pelaku?

• Apa motivasi pelaku melakukan tindakan kejahatan tersebut?

• Apakah pelaku berasal dari masyarakat kelas bawah dan minoritas?

• Bagaimana status sosial pelaku?

19

Page 20: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

Bagi Pihak Keamanan Kampus K3L :

• Bagaimana kondisi keamanan di lingkungan di dalam ITB? Rentan, aman?

• Tindakan kriminalitas apa yang paling sering terjadi dikampus ITB?

• Contoh kasus yang pernah terjadi di ITB?

• Tindakan apa yang diambil oleh sistem keamanan di ITB?

• Apakah ada satuan pengendali keamanan di ITB?

• Siapa saja pemangku tugas dalam menjaga keamanan di ITB?

• Bagaimana Sistem Keamanan yg dimiliki ITB?

• Kontrol Keamanan seperti apa yang diterapkan di ITB?

• Apakah sistem kontrol keamanan yg telah ada di ITB telah efektif?

• Apa masalah yg masih sulit ditangani?

• Apakah Satuan keamanan di ITB telah berperan tepat dalam penanganan berbagai

kasus kriminal yg ada di ITB?

• Bagaimana solusi untuk menyelesaikan masalah kriminalitas yang masih sulit

ditangani didalam wilayah kampus ITB?

3.7 Matriks

Tabel 3.7 Matriks Rumusan Masalah, Landasan Teori, dan Pedoman Wawancara

Rumusan Masalah Landasan Teori Pedoman Wawancara

Mengapa terjadi

tindakan kriminalitas di

dalam wilayah kampus

ITB ?

TEORI MASALAH KRIMINAL

menjelaskan bahwa tanpa

adanya kontrol yang efektif, pelaku

kejahatan akan memangsa

korbannya dengan mudah. Jika

sasaran yang diinginkan tidak

berada ditempat yang sama dengan

pelaku kejahatan, target kejahatan

tidak akan diserang. Seorang

pengendali sangat dibutuhkan untuk

mencegah kejahatan. Jika

pengendali tidak hadir atau hadir

dengan ketidakmampuan, kejahatan

mungkin terjadi.

• Tindakan apa yang diambil

oleh sistem keamanan di

ITB?

• Apakah ada satuan

pengendali keamanan di

ITB?

• Siapa saja pemangku tugas

dalam menjaga keamanan di

ITB?

• Bagaimana Sistem

Keamanan yg dimiliki ITB

• Kontrol Keamanan seperti

apa yang diterapkan di ITB?

• Apakah sistem kontrol

20

Page 21: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

TEORI PERAN

menggambarkan interaksi sosial

dalam terminologi aktor yang

bermain sesuai dengan yang

ditetapkan oleh budaya.

keamanan yg telah ada di

ITB telah efektif?

• Apa masalah yg masih sulit

ditangani?

• Apakah Satuan keamanan di

ITB telah berperan tepat

dalam penanganan berbagai

kasus kriminal yg ada di

ITB?

Rumusan Masalah Landasan Teori Pedoman Wawancara

Bagaimana pengaruhnya

terhadap mahasiswa?

TEORI NIAT DAN KESEMPATAN

Dalam bukunya, Wilcox (1991)

mengidentifikasikan tiga elemen

yang harus ada sebagai syarat

terjadinya sebuah kejahatan. Ketiga

elemen ini adalah desire (niat), ability

(kemampuan), dan opportunity

kesempatan). Dengan ketiga elemen

inilah Wilcox membuat segitiga

kejahatan (crime triangle). Tanpa

adanya salah satu dari elemen ini,

kejahatan tidak akan terjadi.

TEORI MASALAH KRIMINAL

menjelaskan bahwa tanpa adanya

kontrol yang efektif, pelaku kejahatan

akan memangsa korbannya dengan

mudah. Jika sasaran yang diinginkan

tidak berada ditempat yang sama

dengan pelaku kejahatan, target

kejahatan tidak akan diserang.

Seorang pengendali akan sangat

• Bagaimana kondisi keamanan

di lingkungan di dalam ITB ?

• Apakah pernah mengalami

kasus kriminalitas didalam

wilayah kampus ITB?

• Kasus seperti apa?

• Bagaimana terjadinya?

• Mengapa bisa terjadi?

• Apakah sistem kontrol

keamanan yg telah ada di ITB

telah efektif?

• Apa kekurangan sistem

keamanan di ITB menurut

anda?

21

Page 22: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

dibutuhkan untuk mencegah

kejahatan. Jika pengendali tidak hadir

atau hadir dengan ketidakmampuan,

kejahatan mungkin terjadi.

Rumusan Masalah Landasan Teori Pedoman Wawancara

Apa solusi untuk

menyelesaikan masalah

kriminalitas yang

terjadi didalam wilayah

kampus ITB?

TEORI STRAIN

Dalam pencapaian cita-cita berupa

kesuksesan materi, terdapat individu

yang berusaha mencapainya dengan

cara melanggar undang-undang. Pada

umumnya yang melakukan

pelanggaran tersebut adalah

masyarakat golongan tertentu yaitu

masyarakat kelas bawah dan minoritas.

Ketidaksamaan kelas atau kondisi

sosial yg ada pada masyarakat memicu

terjadinya pelanggaran

CONTAINMENT THEORY

Kemungkinan terjadinya

penyimpangan berhubungan langsung

dengan sejauh mana dorongan internal

(kebutuhan yg harus segera dipenuhi)

dan tekanan eksternal (kemiskinan,

pengangguran, tertutupnya

kesempatan) serta tarikan-tarikan

eksternal yang dikontrol oleh

pengurungan dalam dan pengurungan

luar

• Siapa pelaku tindakan

kriminal yang pernah

tertangkap satuan keamanan

ITB?

• Apa modus pelaku

melakukan tindakan

kejahatan tersebut?

• Apakah pelaku berasal dari

masyarakat kelas bawah dan

minoritas?

• Bagaimana solusi untuk

menyelesaikan masalah

kriminalitas yang masih

sulit ditangani didalam

wilayah kampus ITB?

22

Page 23: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Wawancara

4.1.1 Narasumber Pihak Keamanan Kampus (K3L)

No Bagi Pihak Keamanan Kampus (K3L) Jawaban

1

Bagaimana kondisi keamanan di

lingkungan di dalam ITB? Rentan,

aman?

Selama 2 tahun terakhir ini kondisi keamanan

meningkat dibandingkan tahun-tahun

sebelumnya

2Tindakan kriminalitas apa yang paling

sering terjadi dikampus ITB

Tindakan pencurian, seperti kendaraan roda dua

(sepeda, motor), laptop, Tas, Dompet, Hp

3Contoh kasus yang pernah terjadi di

ITB?Kasus pencurian, Tindakan asusila, narkoba

4Tindakan apa yang diambil oleh sistem

keamanan di ITB?

Untuk mahasiswa : Satpam => K3L =>

Pimpinan K3L => Komisi disiplin => Aparat

Kepolisian

Untuk pihak luar : Satpam => Aparat

Kepolisian

5Apakah ada satuan pengendali keamanan

di ITB?Ada

6Siapa saja pemangku tugas dalam

menjaga keamanan di ITB?Satpam dan K3L

7Bagaimana Sistem Keamanan yg

dimiliki ITB?

ITB memiliki 11 pos keamanan yang tersebar di

semua tempat dalam wilayah kampus ITB.

Setiap Pos berisi 2 satpam, 1 patroli, 1 penjaga

pos. Terdapat juga intel (satpam tanpa seragam)

dan sistem keamanan terpadu seperti CCTV

8Kontrol Keamanan seperti apa yang

diterapkan di ITB?

Kontrol keamanan dibagi menjadi beberapa

zona , setiap zona diletakan satu pos

pengawasan dan Sistem keamanan terpadu

CCTV, Khusus untuk CCTV merupakan

logistik dari prodi masing-masing (Belum

disediakan ITB pusat)

23

Page 24: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

9Apakah sistem kontrol keamanan yg

telah ada di ITB telah efektif?

Telah cukup efektif apabila dilihat dari

penurunan persentase kejadian kriminalitas 2

tahun terakhir ini). Sistem keamanan meningkat

semenjak diadakannya pos keamanan dan

penerapan sistem kartu dan karcis di parkiran

ITB

10 Apa masalah yg masih sulit ditangani?Masalah yang sulit ditangani adalah mengawasi

orang dalam seperti pegawai TU dll

11

Apakah Satuan keamanan di ITB telah

berperan tepat dalam penanganan

berbagai kasus kriminal yg ada di ITB?

Ya, siapapun pelaku tindak kriminal tetap

ditindak lanjuti secara tegas. Termasuk apabila

pelaku adalah orang dalam

12

Bagaimana solusi untuk menyelesaikan

masalah kriminalitas yang masih sulit

ditangani didalam wilayah kampus ITB?

Penambahan sumber daya satpam , hingga saat

ini 1 orang satpam jangkauan pengawasannya

meliputi 4 gedung berlantai, akan lebih efektif

jika 1 orang satpam hanya mengawasi 1

gedung. Penambahan kamera CCTV di

koridor2

4.1.2. Narasumber Pihak Keamanan Kampus (Satpam)

N

o Bagi Pihak Keamanan Kampus (Satpam) Jawaban

1Tindakan kriminalitas apa yang paling

sering terjadi dikampus ITB ?

Hampir semua kasus kriminalitas (99%)

yang terjadi di kampus ITB adalah kasus

pencurian. Pernah satu kali kasus penipuan

tapi udah lama terjadi dan pelaku serta

korban bukan dari kalangan mahasiswa tapi

dari pegawai ITB

2

Hampir semua kasus kriminalitas (99%)

yang terjadi di kampus ITB adalah kasus

pencurian. Pernah satu kali kasus penipuan

tapi udah lama terjadi dan pelaku serta

korban bukan dari kalangan mahasiswa tapi

dari pegawai ITB

Hampir semua kasus kriminalitas (99%)

yang terjadi di kampus ITB adalah kasus

pencurian. Pernah satu kali kasus penipuan

tapi udah lama terjadi dan pelaku serta

korban bukan dari kalangan mahasiswa tapi

dari pegawai ITB

24

Page 25: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

3Di wilayah bagian mana sering terjadi

pencurian?

Tempat parkir, mushola, tempat2 terbuka

seperti selasar ato plasa and spot2 buat

charging hp ato laptop

4Siapa pelaku tindakan kriminal yang pernah

tertangkap satuan keamanan ITB?

Hampir sebagian besar pelaku adalah orang

luar ITB luar ada dari sukajadi, cisitu, orang

jawa, Tapi ada juga orang dalam

5 Apa modus pelaku?Modus ny biasa ny pura2 berperilaku dan

berpenampilan mahasiswa

6Apa motivasi pelaku melakukan tindakan

kejahatan tersebut?

Terhimpit masalah ekonomi, Masalah gaya

hidup berjudi, mabok2an, dan kecanduan

narkoba

7Apakah pelaku berasal dari masyarakat

kelas bawah dan minoritas?Kelas menengah bawah, ga punya pekerjaan

8 Bagaimana status sosial pelaku? Terkucilkan

4.1.3. Narasumber Korban Kriminal (Mahasiswa ITB)

N

o Mahasiswa ITB 1Jawaban

1Bagaimana kondisi keamanan di lingkungan

di dalam ITB ?Masih sangat rentan kehilangan

2Apakah pernah mengalami kasus

kriminalitas didalam wilayah kampus ITB?Pernah

3 Kasus seperti apa? Kehilangan handphone

4 Bagaimana terjadinya?Saat saya ketinggalan HP saat saya ingat hp

saya sudah tidak ada lg

5 Mengapa bisa terjadi?Selain saya teledor, mngkin ada ada niat

orang pihak lain mencuri

6Apakah sistem kontrol keamanan yang telah

ada di ITB telah efektif?Belum

7Apa kekurangan sistem keamanan di ITB

menurut anda?Pengawasan masih kurang

25

Page 26: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

N

o Mahasiswa ITB 2Jawaban

1Bagaimana kondisi keamanan di

lingkungan di dalam ITB?

Walaupun terlihat aman karena banyak

peraturan baru dari K3L, tetapi kondisi

keamanan di ITB ternyata masih rentan

2Apakah pernah mengalami kasus

kriminalitas didalam wilayah kampus ITB?Pencurian hp

3 Kasus seperti apa? Bagaimana terjadinya?

Beres kuliah, jam 11 siang kalau nggak

salah, naro HP depan saku tas soalnya buru2

mau jajan gorengan di kantin oktagon. Eh

pas udah beres jajan, jalan sampai labtek 7

baru sadar HP raib.

4 Mengapa bisa terjadi?

Pertama sayanya yg ceroboh, dan ada

kesempatan buat si pencuri di sela2 orang

yg jajan desek2an.

5Apakah sistem kontrol keamanan yg telah

ada di ITB telah efektif?Menurut saya masih kurang

6Apa kekurangan sistem keamanan di ITB

menurut anda?

Mungkin yang kurang sosialisasi-

nya,,,kayak misalnya kalau kehilangan

barang bisa langsung hubungi siapa, biar

langsung ditindaklanjuti, atau pengumuman

tempat2 mana yang rawan

Ringkasan Wawancara

Berikut ringkasan dari wawancara yang dilakukan terhadap keempat naraasumber

Kondisi keamanan di lingkungan ITB selama 2 tahun terakhir ini lebih baik

dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi kondisi keamanan ITB saat ini dapat dikatakan

masih rentan mengingat masih banyaknya kasus pencurian yang terjadi. Hal ini

dikarenakan keteledoran mahasiswa dan adanya kesempatan untuk melakukan tindak

kejahatan

Tindakan kriminalitas yang sering terjadi di kampus ITB adalah tindakan pencurian;

seperti kendaraan roda dua (sepeda, motor), laptop, tas, dompet, dan hp. Terdapat juga

kasus seperti tindakan asusila dan narkoba

26

Page 27: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

Wilayah ITB yang sering menjadi lokasi pencurian antara lain adalah tempat parkir,

mushola, tempat terbuka seperti selasar atau plasa dan area yang tersedia steker

Pelaku tindakan kriminal yang pernah tertangkap satuan keamanan ITB hampir sebagian

besar adalah orang luar ITB, tetapi terdapat juga pelaku orang dalam. Modus yang umum

digunakan adalah berpura-pura berperilaku dan berpenampilan mahasiswa. Alasan

melakukan tindak pencurian antara lain karena terhimpit masalah ekonomi, masalah gaya

hidup (seperti berjudi, mabok-mabokan, dan kecanduan narkoba)

Pelaku pencurian umumnya berasal dari masyarakat kelas bawah dan minoritas dengan

status sosial terkucilkan

Tindakan yang diambil oleh sistem keamanan di ITB :

- Untuk mahasiswa : Satpam => K3L => Pimpinan K3L => Komisi disiplin => Aparat

Kepolisian

- Untuk pihak luar : Satpam => Aparat Kepolisian

Pemangku tugas dalam menjaga keamanan di ITB adalah Satpam dan K3L

Sistem keamanan yang dimiliki ITB yaitu 11 pos keamanan yang tersebar di semua

tempat dalam wilayah kampus ITB. Setiap pos berisi 2 satpam, 1 patroli, 1 bertugas

menjaga di tempat. Terdapat juga intel (Satpam tanpa seragam), dan sistem keamanan

terpadu seperti CCTV

Kontrol keamanan yang diterapkan di ITB adalah sistem keamanan zonasi dan terpadu.

Pemantauan dibagi menjadi beberapa zona , setiap zona diletakan satu pos pengawasan

dan untuk Sistem keamanan terpadu yaitu CCTV, Khusus untuk CCTV merupakan

logistik dari prodi masing-masing (Belum disediakan ITB pusat)

Sistem kontrol keamanan yg telah ada di ITB telah cukup efektif apabila dilihat dari

penurunan persentase kejadian kriminalitas 2 tahun terakhir ini). Sistem keamanan

meningkat semenjak diadakannya pos keamanan dan penerapan sistem kartu dan karcis

di parkiran ITB

Masalah yang masih sulit ditangani hingga saat ini adalah mengawasi orang dalam

seperti pegawai TU dll

Satuan keamanan di ITB telah berperan tepat dalam penanganan berbagai kasus kriminal

yg ada di ITB karena siapapun pelaku tindak kriminal tetap ditindak lanjuti secara tegas.

Termasuk apabila pelaku adalah orang dalam

27

Page 28: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

BAB V

ANALISIS

Dalam analisis yang dilakukan, kami berusaha menjawab rumusan masalah yang telah

disampaikan sebelumnya. Analisis ini kami uraikan berdasarkan hasil dari menghimpun data

hasil wawancara kemudian dikaitkan dengan teori yang kami gunakan. Dalam bab ini, akan

dijabarkan 3 kajian utama yang menjadi pokok utama pembahasan dalam analisis. Pertama,

kami akan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindakan kriminalitas di

wilayah kampus ITB, berikutnya bagaimana dampak kriminalitas tersebut terhadap

mahasiswa, dan solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Gambar 5.1 Diagram alir analisis

5.1 Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Tindak Kriminalitas di Wilayah

Kampus ITB

Berdasar hasil wawancara dengan koresponden yang telah kami dapatkan, kami

mengkaji faktor-faktor penyebab kriminalitas menjadi 3 kelompok bahasan utama, yaitu :

5.1.1 Faktor Pihak Keamanan

28

Page 29: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

Sesuai dengan data-data yang didapatkan dari hasil wawancara maka

digunakan dua teori sebagai dasar untuk menganalisis. Pertama, berlandaskan Teori

Peran, kami mengganggap bahwa kinerja satuan pengamanan di ITB masih belum

efektif, setiap personil satpam melakukan penjagaan 4 gedung berlantai banyak, hal

ini dianggap bahwa ruang lingkup pengawasannya masih terlalu luas sehingga

dimungkinkan kinerja pengamanan para satuan pemgamanan ITB belum optimal.

Kedepannya diharapkan satu personil satpam hanya melingkupi satu gedung berlantai

banyak, dengan adanya pengendali kriminalitas yang kuat maka akan memperkecil

kesempataan, ruang gerak dan waktu bagi penjahat untuk melakukan tindakan

kriminalnya.

Kedua, kami menggunakan Teori Masalah Kriminalitas, CCTV menjadi

masalah yang paling tepat untuk dikaji. Masih kurangnya jumlah CCTV di kampus

ITB menjadi salah satu alasan tindak kriminalitas susah untuk diketahui dan

kemudian bisa dicegah. Selain itu masalah birokrasi dalam pengadaan maupun

pengelolaan fasilitas CCTV yang masih dilakukan di tingkat prodi tertentu juga

menjadi hal yang perlu dianalisis kemudian dicari solusi yang tepat, sehingga

kedepannya fasilitas CCTV sudah dapat dikelola secara terintegrasi dan menjangkau

semua area di ITB.

5.1.2 Faktor Pelaku

Kami menggunakan 3 teori sosiologi dalam penjabaran hasil analisis dari

faktor ini. Pertama, berlandasakan Teori Niat dan Kesempatan, tindak kriminalitas

atau pencurian yang dilakukan oleh para pelakunya timbul akibat ada niat dari dalam

dirinya, mereka mengganggap bahwa sebagian besar mahasiswa ITB berasal dari

kalangan keluarga dengan kondisi ekonomi menengah keatas, sehingga memunculkan

keinginan untuk mencuri barang-barang dari para mahasiswa ITB tersebut. Para

pencuri biasanya mempunyai kemampuan untuk berpura-pura berperilaku sebagai

mahasiswa untuk mengelabui para korban dan pihak keamanan.

Kedua, berdasarkan Teori Containment, motivasi para pelaku kriminalitas

atau pencuri timbul akibat terhimpitnya kondisi ekonomi pribadi atau keluarga. Tidak

terpenuhinya kebutuhan pokok untuk bertahan hidup memaksa para pelaku pencurian

untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan hukum yang berlaku. Selain itu

gaya hidup yang tidak baik dan cenderung melanggar hukum juga dapat menimbulkan

kehendak untuk melakukan pencurian. Berjudi, suka bermabuk-mabukan, dan

29

Page 30: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

menjadi pecandu narkoba membuat orang ingin memiliki uang atau materi berlebih

untuk memenuhi kebutuhan yang tidak baik tersebut.

Terakhir, kami menggunakan Teori Strain, dengan merujuk ke teori tersebut,

dapat diketahui bahwa sebagian besar para pelaku tindak kriminalitas atau pencurian

sebagian besar berasal dari pribadi atau keluarga dengan kondisi ekonomi menengah

kebawah. Dalam satu sisi kami melihat bahwa motivasi mencuri diakibatkan karena

terhimpitnya kondisi ekonomi seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya, namun

hal ini juga bisa memunculkan motivasi yang lain. Motivasi yang lain tersebut adalah

keinginan untuk mencapai posisi yang sama dengan orang yang lebih kaya sehingga

menimbulkan rasa gengsi dan iri yang mengakibatkan timbulnya tindakan-tindakan

instan untuk mencapainya.

5.1.3 Faktor Korban

Untuk menganalisis penyebab kriminalitas dari faktor ini, digunakan Teori

Niat dan Kesempatan sebagai dasarnya. Berlandaskan teori ini kami menilai bahwa

tindakan kriminalitas timbul karena keteledoran dan kecerobohan dari para

korbannya. Kurangnya pengawasan dan penjagaan terhadap diri sendiri ataupun

barang-barang yang dimiliki menimbulkan kesempatan bagi para pencuri untuk

melakukan aksinya. Kurangnya kemampuan para mahsiswa untuk mengatur dan

memilih jadwal dalam berkegiatan di kampus dengan tepat, seperti pada malam hari

atau waktu tertentu ketika keadaan kampus yang sepi, juga dapat menimbulkan

tindakan pencurian.

Selain itu, kurangnya rasa peduli kita terhadap barang-barang orang lain

disekitar kita atau sebaliknya, membuka kesempatan bagi para pencuri untuk

melakukan tindakannya. Hal ini sebenarnya mampu dicegah apabila kita bisa lebih

bersuara dan mau berkomunikasi dengan orang disekitar kita sehingga kita bisa saling

menjaga diri kita sendiri maupun barang-barang yang kita miliki.

5.1.4 Faktor Lingkungan

Adanya tindak kriminal yang terjadi di kampus ITB tidak lepas dari pengaruh

lingkungan. Teori "Niat dan Kesempatan" (Wilcox ,1991) mengidentifikasikan tiga

elemen yang harus ada sebagai syarat terjadinya sebuah kejahatan. Ketiga elemen ini

adalah desire (niat), ability (kemampuan), dan opportunity (kesempatan).

Faktor lingkungan adalah faktor yang sangat menentukan terjadinya

kriminalitas, yaitu terkait masalah opportunity (kesempatan). Menurut teori "Niat dan

Kesempatan" jelas dikatakan bahwa kejahatan tidak akan terjadi tanpa adanya salah

30

Page 31: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

satu dari ketiga komponen kejahatan, yang dalam hal ini adalah kesempatan

(opportunity). Adapun faktor lingkungan yang menyebabkan adanya kesempatan

berbuat kejahatan antara lain :

a) Kurangnya perhatian dari orang-orang sekitar

Perhatian orang sekitar sangat penting untuk mencegah adanya kemungkinan

munculnya niatan pelaku untuk berbuat kejahatan. Kurangnya perhatian orang sekitar

akan membuka peluang "emas" bagi pelaku untuk melaksanakan "niat"-nya.

Contoh kesempatan akibat kurangnya perhatian orang sekitar

Pelaku dapat dengan bebas berlalu-lalang dan bebas mengintai di kampus karena

pelaku merasa kurang aware-nya warga ITB terhadap gelagat-gelagat yang ia

lakukan.

Pelaku lebih mudah melancarkan aksi-nya karena warga ITB yang "teledor"

dalam meletakkan barang-barangnya, lupa mengunci sekretariat saat

tidur/menginap di unit/himpunan

dan sebagainya

b) Kurangnya komunikasi dengan lingkungan

Pentingnya komunikasi dengan lingkungan yaitu membuat mahasiswa lebih paham

seberapa tinggi tingkat kewaspadaan yang dibutuhkan oleh mahasiswa setiap waktu

dan setiap tempat ia berada.

Contohnya :

Jika berkegiatan malam hari di kampus, tingkat kewaspadaan mahasiswa lebih

tinggi daripada siang hari.

Mahasiswa lebih waspada saat melewati tempat-tempat yang mempunyai "track

record” rawan akan tindakan kriminalitas

5.2 Dampak Kriminalitas Terhadap Mahasiswa ITB

Seperti yang kita ketahui bahwa tindakan kriminalitas dapat terjadi di mana saja dan

kapan saja, serta bisa menyerang siapa saja. Telah dijelaskan pada bagian sebelumnya faktor-

faktor yang menyebabkan tindak kriminalitas di ITB. Begitu banyak kasus kriminalitas yang

telah terjadi di ITB, mulai dari hal kecil sampai hal yang besar. Hal ini tentu saja akan

membuat orang dari dalam ITB (dosen & mahasiswa khususnya). Terkadang seorang

mahasiswa merasa tidak nyaman dan aman ketika berada di ITB, padahal hampir sebagian

besar kegiatan sehari-hari dilakukan di kampus. Bahkan mungkin akan terjadi kecurigaan

31

Page 32: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

terhadap sesama teman/kerabat. Sebagai contoh, mungkin ada mahasiswa yang enggan

menitipkan barang-barang berharganya kepada temannya karena ia merasa tidak nyaman dan

tidak percaya kepada temannya sendiri. Tentu saja hal ini merupakan salah satu kasus

terburuk yang mungkin terjadi akibat seringnya terjadi tindak kriminalitas di ITB.

Teori Peran menjadi dasar dan acuan yang paling tepat untuk menganalisis

bagaimana dampak kriminalitas terhadap mahasiswa ITB. Berlandaskan teori ini, masih

adanya kasus pencurian atau tindak kriminalitas di area kampus menimbulkan kekhawatiran

dan rasa tidak aman dari para mahsiswanya. Rasa kepercayaan para mahasiswa terhadap

pihak keamanan menjadi berkurang sehingga menuntut mereka untuk lebih berhati-hati dan

bisa menjaga diri sendiri. Sebenarnya, tingkat keamanan di ITB sudah semakin ditingkatkan

belakangan ini. Namun, kesempatan untuk melakukan tindakan kriminalitas tetap ada.

Semuanya itu berbalik kepada masing-masing individual yang harus bertanggung jawab

terhadap dirinya sendiri dan barang milik pribadi. Dengan begitu, kesempatan untuk

melakukan tindakan kriminalitas dapat diperkecil. Dan angka tindak kriminalitas di ITB bisa

terus diperkecil.

5.3 Solusi untuk Mengatasi Masalah Kriminalitas yang Terjadi Didalam Wilayah

Kampus ITB

Setelah dilakukan pengumpulan data wawancara dan kemudian menganalisis untuk

mengetahui sebab serta dampak dari permasalahan ini, kami kemudian berusaha mencari

solusi-solusi yang tepat untuk mengatasinya. Untuk menguraikan solusi-solusi tersebut,

digunakan 4 teori utama sebagai acuannya, yaitu Teori Containment, Teori Strain, Teori

Masalah Kriminalitas, dan Teori peran.

Berlandaskan Teori Containment dan Teori Strain, kami menjabarkan solusi-

solusinya berdasarkan sudut pandang dari pihak pelakunya. Solusi itu berupa pembukaan

lapangan kerja yang baru, pelatihan ketrampilan untuk membuat karya yang bisa diperjual-

belikan, dan penyuluhan pendidikan agama. Diharapkan dengan dilaksanakannya solusi-

solusi tersebut para pelaku pencurian yang hampir sebagian besar berasal dari kalangan

dengan kondisi ekonomi menengah kebawah mampu menghasilkan uang atau materi untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Kesenjangan sosial ekonomi yang tinggi menyebabkan

tingkat kriminalitas yang tinggi, maka dengan membuka lapangan pekerjaan seorang yang

tunakarya akan merasakan manfaaat dari kehadiran kampus dari hal positifnya sehingga dia

merasa tidak perlu melakukan kriminalitas karena sebagian hidupnya didapat dari kampus

dari hal yang positif. Disamping itu, juga supaya para pelaku yang mempunyai gaya hidup

32

Page 33: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

tidak baik bisa menemukan jalan hidup lurus dan benar sehingga mampu mengontrol

pengeluaran uang dengan baik.

Untuk bahasan solusi berikutnya, digunakan Teori Masalah Kriminalitas sebagai

acuannya.Untuk bahasan solusi ini, sesuai dengan bahasan tentang faktor penyebab

kriminalitas yang telah dijelaskan sebelumnya, maka yang perlu disoroti untuk mencari solusi

yang tepat adalah masalah dari pihak keamanan. Harus dilakukan penambahan SDM ato

personil satuan pengamanan di ITB untuk memeperkecil ruang lingkup pengawasan dan

penjagaan setiap satu personil, sehingga kinerjanya bisa lebih optimal. Selain itu masalah

CCTV juga menjadi hal yang harus dicari solusinya. Penambahan jumlah unit CCTV yang

ada di ITB mutlak dilakukan di semua area kampus sehingga kedepannya pengawasan

terhadap tindak kriminalitas bisa lebih ditingkatkan, disamping itu juga mampu

meningkatkan efiktifitas dan efisiensi kerja dari para satpam ITB.

Teori Peran menjadi dasar yang paling utama ketika kita ingin mencari solusi tepat

dari sudut pandang korbannya dalam hal ini mahasiswa. Untuk mencegah tindak kriminalitas

atau pencurian terjadi, korban harus ikut aktif dalam proses hukum yang berlaku, maksud

daripada hal ini adalah bahwa ketika sang pelaku telah tertangkap dan akan menjalani

pengadilan, korban beserta barang bukti harus hadir di pengadilan, maka proses peradilan

mampu bekerja sesuai dengan undang-undang yang berlaku sehingga sang pelaku dapat

dijebloskan di penjara. Mahasiswa dapat juga ikut berperan penting dalam pencegahan tindak

kriminalitas. Misalnya dengan membuat seminar, mentoring bakti sosial kemasyarakat

sehingga membuat lingkungan kampus lebih kondusif.

33

Page 34: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini berdasarkan pada rumusan

masalah yang diambil dan dikaitkan dengan beberapa teori pendukung dapat dilihat

sebagai berikut:

1. Faktor yang menyebabkan terjadinya tindakan kriminalitas di dalam wilayah

kampus ITB adalah : Faktor korban, Lingkungan, pihak keamanan, dan pelaku

2. Dampak kriminalitas yang terjadi didalam wilayah kampus ITB terhadap

mahasiswa adalah mahasiswa ITB menjadi merasa tidak aman dan kurangnya

kepercayaan tehadap pihak keamanan

3. Solusi untuk menyelesaikan masalah kriminalitas yang masih sulit ditangani

didalam wilayah kampus ITB adalah penambahan sumber daya satpam dan cctv,

Membuka lapangan pekerjaan, memberikan penyuluhan untuk membuat produk,

training keterampilan khusus, penyuluhan pendidikan agama, dan mahasiswa

dapat ikut berpasitipasi dalam proses hukum yang seharusnya berlaku.

6.2. Saran

1. Menempel tanda-tanda peringatan untuk selalu berhati-hati meletakkan dan

membawa barang-barang.

2. Meningkatkan intensitan dan frekuensi patrol satpam

3. Satpam lebih vocal untuk memperingatkan para mahasiswa yang teledor dan lupa

akan barang pribadinya

4. Memberlakukan jam malam dalam berkegiatan di kampus

34

Page 35: Kelompok 8 Peristiwa Kriminalitas Di Kampus Institut Teknologi Bandung

DAFTAR PUSTAKA

Adler, Freda et al, Criminology, 1998

JE Sahetapy, Teori Kriminologi Suatu Pengantar, 1992

Made Darma Weda, Kriminology, 1996

Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminology, 2001

35