kelompok 8 peristiwa kriminalitas di kampus institut teknologi bandung
TRANSCRIPT
Peristiwa Kriminalitas di Kampus Institut Teknologi Bandung
MAKALAH
Disusun sebagai Tugas Mata Kuliah Antropologi
Semester I Tahun Akademik 2012/2013
Oleh Kelompok 8 Kelas 02
Anggota :
Aryo Prayudhana (15108070) Putri Brilian Octavia (10608035)Muh.Ery F (13108066)Nuke Putriyanti (10608029)M.Azwin Alfarisi (15508043)Widya Tania Artha (10510026)Darmawan Eko Nugroho (13110137)Albert Han T. (13110131) Aan Febrianto (12510020)Dea Novira H (17210013)Ridza Adhandra (10309003)Tito Ajiguno (12209069)Budi S. Ramli (12209082)Timothy Ivan (12209100)Yudyanto Hadiwijaya (12509004)Geraldy Sirait (15009043)Ni Wayan Dessy E. R. (18110012)Adi Praja A. R (19010064)Albayruni M. (12510014)
Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha 10 Bandung 40132
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
DAFTAR TABEL...........................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1. Latar Belakang......................................................................................................................4
1.2. Identifikasi Masalah..............................................................................................................5
1.3. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
1.4. Tujuan dan Manfaat..............................................................................................................5
BAB 2 LANDASAN TEORI........................................................................................................6
2.1. Teori untuk Rumusan Masalah “Mengapa terjadi tindakan kriminalitas di dalam
wilayah kampus ITB?”................................................................................................................6
2.2. Teori untuk Rumusan Masalah “Bagaimana pengaruhnya terhadap mahasiswa?”..............6
2.3. Teori untuk Rumusan Masalah “Apa solusi untuk menyelesaikan masalah kriminalitas
yang terjadi didalam wilayah kampus ITB?”...............................................................................7
BAB 3 METODE PENELITIAN..................................................................................................8
BAB 4 HASIL PENELITIAN.......................................................................................................3
BAB 5 ANALISIS.......................................................................................................................28
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN............................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................35
2
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1.1 Perbandingan Metode Kuantitatif dengan Metode Kualitatif
TABEL 3.1.2 Penelitian Kualitatif sebagai Proses12
TABEL 3.7 Matriks Rumusan Masalah, Landasan Teori, dan Pedoman Wawancara21
TABEL 4.1.1 Narasumber Pihak Keamanan Kampus (K3L)25
TABEL 4.1.2 Narasumber Pihak Keamanan Kampus (Satpam)26
TABEL 4.1.3 Narasumber Korban Kriminal (Mahasiswa ITB)27
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kriminalitas rawan terjadi setiap hari dan dapat terjadi di mana saja, baik dari
kasus yang ringan hingga kasus yang berat. Tindakan kriminalitas yang terjadi dapat
terjadi baik karena pelaku memiliki motif tersendiri, ataupun karena adanya
kesempatan sehingga pelaku memiliki keinginan untuk melakukan tindak
kriminalitas. Tentu saja wilayah kampus ITB pun tidak terlepas dari kasus
kriminalitas.
Seiring dengan perkembangan zaman, pelaku kriminalitas menjadi semakin
kreatif dan memiliki banyak ide dalam melakukan tindakan kriminal. Memiliki
sistem keamanan tersendiri pun tidak menutup kemungkinan akan terjadinya
peristiwa kriminalitas, seperti pencurian, tindakan asusila, dan lain-lain. Di dalam
kampus ITB pun masih banyak kasus kriminalitas yang terjadi, walaupun sudah
terdapat sistem keamanan. Hal ini tentunya akan menimbulkan keresahan di dalam
lingkungan kampus.
Sebagai antisipasi terhadap kasus kriminalitas di dalam kampus ITB, sudah
banyak tindakan yang diambil dan juga sanksi-sanksi yang diberlakukan. Tetapi hal
tersebut tidak dapat menghentikan kasus kriminalitas yang terjadi, karena pada
kenyataannya terus muncul kasus baru di dalam kampus ITB, baik dari pencurian
kendaraan, barang-barang berharga, tindakan asusila, dan lain-lain. Oleh karena itu,
perlu dilakukan pencegahan tindak kejahatan untuk menekan kasus kriminalitas yang
terus terjadi, karena pencegahan lebih baik dibandingkan dengan penindakan
terhadap pelaku kriminal. Tindakan pencegahan ini juga dapat dilakukan oleh semua
pihak, baik dari pihak keamanan itu sendiri maupun dari mahasiswa. Tentunya
diperlukan kesadaran dari mahasiswa itu sendiri untuk dapat mencegah kasus
kriminalitas yang terjadi di dalam lingkungan kampus ITB.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi, yaitu:
1) Sering terjadinya peristiwa kriminalitas di dalam wilayah kampus ITB.
2) Sering terjadinya kasus pencurian di dalam wilayah kampus ITB.
4
3) Diperlukan upaya untuk mencegah terjadinya tindakan kejahatan di dalam
wilayah kampus ITB.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, didapatkan beberapa rumusan masalah,
yaitu:
1) Faktor apa yang menyebabkan terjadinya tindakan kriminalitas di dalam wilayah
kampus ITB?
2) Bagaimana dampak kriminalitas yang terjadi di dalam wilayah kampus ITB
terhadap mahasiswa?
3) Apa solusi untuk menyelesaikan masalah kriminalitas yang terjadi di dalam
wilayah kampus ITB?
1.4. Tujuan
Dari rumusan masalah, didapatkan tujuan dari laporan ini yaitu:
1) Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya tindakan kriminalitas di
kampus ITB.
2) Untuk mengetahui pengaruh kriminalitas yang terjadi di dalam wilayah kampus
ITB terhadap mahasiswa.
3) Untuk memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah kriminalitas yang
terjadi di dalam wilayah kampus ITB.
1.5. Kegunaan
Dengan melakukan penelitian ini, dapat diambil beberapa manfaat yang
nantinya akan berguna di masa yang akan datang, yaitu:
1) Memberikan informasi tentang faktor yang menyebabkan terjadinya tindakan
kriminalitas di dalam wilayah kampus ITB sehingga dapat dilakukan upaya
pencegahan.
2) Memberikan informasi tentang dampak kriminalitas yang terjadi di dalam
wilayah kampus ITB terhadap mahasiswa.
3) Memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah kriminalitas di dalam wilayah
kampus ITB.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, didunakan landasan teori sebagai berikut:
2.1 Rumusan masalah “Mengapa terjadi tindakan kriminalitas di dalam wilayah
kampus ITB?”
2.1.1 Teori Masalah Kriminal
Teori Masalah Kriminal menjelaskan bahwa tanpa adanya kontrol yang
efektif, pelaku kejahatan akan memangsa korbannya dengan mudah. Jika sasaran yang
diinginkan tidak berada ditempat yang sama dengan pelaku kejahatan, target
kejahatan tidak akan diserang. Seorang pengendali sangat dibutuhkan untuk
mencegah kejahatan. Jika pengendali tidak hadir atau hadir dengan ketidakmampuan,
kejahatan mungkin terjadi.
2.1.2 Teori Peran
Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor yang
bermain sesuai dengan yang ditetapkan oleh budaya.
2.2 Rumusan Masalah “Bagaimana pengaruhnya terhadap mahasiswa?”
2.2.1 Teori Niat dan Kesempatan
Dalam bukunya, Wilcox (1991) mengidentifikasikan tiga elemen yang harus
ada sebagai syarat terjadinya sebuah kejahatan. Ketiga elemen ini adalah desire (niat),
ability (kemampuan), dan opportunity kesempatan). Dengan ketiga elemen inilah
Wilcox membuat segitiga kejahatan (crime triangle). Tanpa adanya salah satu dari
elemen ini, kejahatan tidak akan terjadi.
2.2.2 Teori Masalah Kriminal
Teori Masalah Kriminal menjelaskan bahwa tanpa adanya kontrol yang
efektif, pelaku kejahatan akan memangsa korbannya dengan mudah. Jika sasaran yang
diinginkan tidak berada ditempat yang sama dengan pelaku kejahatan, target
kejahatan tidak akan diserang. Seorang pengendali akan sangat dibutuhkan untuk
mencegah kejahatan. Jika pengendali tidak hadir atau hadir dengan ketidakmampuan,
kejahatan mungkin terjadi.
2.3 Rumusan masalah “Apa solusi untuk menyelesaikan masalah kriminalitas yang
terjadi didalam wilayah kampus ITB?”
2.3.1 Teori Strain
6
Dalam pencapaian cita-cita berupa kesuksesan materi, terdapat individu yang
berusaha mencapainya dengan cara melanggar undang-undang. Pada umumnya yang
melakukan pelanggaran tersebut adalah masyarakat golongan tertentu yaitu
masyarakat kelas bawah dan minoritas. Ketidaksamaan kelas atau kondisi sosial yg
ada pada masyarakat memicu terjadinya pelanggaran
2.3.1 C ontainment Theor y
Kemungkinan terjadinya penyimpangan berhubungan langsung dengan sejauh
mana dorongan internal (kebutuhan yg harus segera dipenuhi) dan tekanan eksternal
(kemiskinan, pengangguran, tertutupnya kesempatan) serta tarikan-tarikan eksternal
yang dikontrol oleh pengurungan dalam dan pengurungan luar
7
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Penelitian Kualitatif
Penelitian atau riset dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode
penelitian kualitatif dan kuantitatif. Pada umumnya penelitian teknis dilakukan dengan
menggunakan data kuantitatif untuk menganalisis suatu masalah yang muncul, yaitu
dengan menggunakan cara matematis dan statistik. Namun dalam penelitian sosial,
masalah penelitian, tema, topik, dan judul penelitian berbeda secara kualitatif maupun
kuantitatif. Baik substansial maupun material kedua tipe penelitian tersebut sangatlah
berbeda. Baik berdasarkan filosofis dan metodologis, kedua tipe penelitian tersebut
memiliki banyak perbedaan yang sangat mendasar. Masalah kuantitatif memiliki cakupan
yang lebih umum, wilayah yang luas, tingkat variasi kompleks, namun terbatas informasi
permukaan saja.Berbeda dengan masalah kunatitatif, masalah-masalah kualitatif memliki
wilayah cakupan ruang yang sempit dengan tingkat variasi rendah, namun kedalaman
bahasan tak terbatas.
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah
manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-
kata, laporan terperinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang
alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa
metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat
penemuan.Peneliti merupakan instrumen kunci dalam sebuah penelitian kualitatif.Oleh
karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas sehingga mampu
mengajukan pertanyaan, menganalisis, dan mengonstruksi obyek yang diteliti menjadi
lebih jelas.Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian
kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang
tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk
memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.
8
3.1.1 Perbedaan Penelititan Kualitatif dan Penelitian Kuantitatif
Obyek dan masalah penelitian akan mempengaruhi pertimbangan mengenai
pendekatan yang akan diimplementasikan, desain ataupun metode penelitian yang akan
diterapkan. Tidak semua obyek dan masalah penelitian bisa didekati dengan pendekatan
tunggal, sehingga diperlukan pemahaman pendekatan yang berbeda pula.Ketika obyek
dan masalah yang akan diteliti tidak cocok atau kurang sempurna dengan satu pendekatan
maka metode pendekatan lainnya dapat digunakan, atau bahkan bila memungkin dapat
menggabungkan kedua metode pendekatanyang tersedia. Secara umum pendekatan
penelitian atau sering juga disebut paradigma penelitian yang cukup dominan adalah
paradigma penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.
Landasan filosofis merupakan hal mendasar yang sangat penting untuk dipahami
saat membandingkan penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif.Namunbagi
seorang peneliti, penguasaan tingkatan operasional lebih diperlukan agar dalam
melaksanakan penelitian tidak terjadi kerancuan metodologis.Selain itu penguasaan
tingkatan operasional juga diperlukan agar penelitian dilaksanakan dalam suatu bingkai
pendekatan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam tataran metodologis perbedaan landasan filosofis dapat telihat dalam
perbedaan metode penelitian, dimana positivisme dimanifestasikan dalam metode
penelitian kuantitatif, sedangkan fenomenologi dimanifestasikan dalam metode penelitian
kualitatif.Kedua pendekatan ini sering diposisikan secara diametral, meskipun belakangan
ini terdapat upaya untuk menggabungkannya baik dalam bentuk paralelisasi maupun
kombinasi.Adapun perbedaan antara metode kuantitatif dengan kualitatif dapat dilihat
pada Tabel 3.1.1.
Tabel 3.1.1 Perbandingan Metode Kuantitatif dengan Metode Kualitatif
No Metode Kuantitatif Metode Kualitatif
1Menggunakan hiopotesis yang
ditentukan sejak awal penelitian
Hipotesis dikembangkan sejalan
dengan penelitian/saat penelitian
2Definisi secara jelas dinyatakan sejak
awal
Definisi sesuai konteks atau saat
penelitian berlangsung
3 Reduksi data menjadi angka-angkaDeskripsi naratif/kata-kata,
ungkapan atau pernyataan
4 Lebih memperhatikan reliabilitas skor
yang diperoleh melalui instrumen
Umumnya menganggap cukup
dengan reliabilitas penyimpulan
9
penelitian
5
Penilaian validitas menggunakan
berbagai prosedur dengan
mengandalkan hitungan statistik
Penilaian validitas melalui
pengecekan silang atas sumber
informasi
6Menggunakan deskripsi prosedur
yang jelas (terinci)
Menggunakan deskripsi prosedur
secara naratif
7 Sampel random Sampelpurposive
8Desain/kontrol statistik atas variabel
eksternal
Menggunakan analisis logis
dalam mengontrol variabel
ekstern
9Menggunakan desain khusus untuk
mengontrol bias prosedur
Mengandalkan peneliti dalam
mengontrol bias
10Menyimpulkan hasil menggunakan
statistic
Menyimpulkan hasil secara
naratif/kata-kata
11Memecah gejala-gejala menjadi
bagian-bagian untuk dianalisis
Gejala-gejala yang terjadi dilihat
dalam perspektif keseluruhan
12
Memanipulasi aspek, situasi atau
kondisi dalam mempelajari gejala
yang kompleks
Tidak merusak gejala-gejala yang
terjadi secara alamiah
/membiarkan keadaan aslinya
(Diadaptasi dari Jack R. Fraenkel & Norman E. Wallen. 1993 : 380)
Penelitian kualitatif memiliki ciri atau karakteristik yang membedakan dengan
penelitian jenis lainnya.Berdasarkan hasil penelaahan pustaka yang dilakukan Moleong
atas hasil sintesa pendapat Bogdan dan Biklen (1982:27-30) dengan Lincoln dan Guba
(1985 :39-44) ada sebelas ciri penelitian kualitatif, yaitu:
1. Penelitian kualitatif menggunakan latar alamiah sebagai (enity).
2. Instrumen utamanya adalah manusia, baik peneliti itu sendiri ataupun dengan
bantuan orang lain.
3. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif
4. Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif.
5. Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori subtantif
yang berasal dari data.
6. Penelitian kualitatif mengumpulkan data deskriptif (kata-kata, gambar) bukan
angka.
10
7. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil.
8. Penelitian kualitatif memiliki batas penelitian berdasarkan fokus yang timbul
sebagai masalah dalam peneltian.
9. Penelitian kualitatif meredefinisikan validitas, realibilitas, dan objektivitas dalam
versi lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam penelitian klasik.
10. Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara berkelanjutan disesuaikan dengan
kenyataan lapangan (bersifat dinamis dan sementara).
11. Penelitian kualitatif menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang
diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh orang yang dijadikan sumber data.
Penelitian kualitatif muncul karena adanya reaksi antara tradisi yang terkait
dengan positivisme dan pos-positivisme yang berupaya melakukan kajian budaya dengan
interpretasi sifatnya. Berbagai jenis metode dan pendekatan dalam penelitian kualitatif,
tingkat perkembangan dan kematangan masing-masing metode ditentukan juga oleh
bidang keilmuan yang memiliki sejarah perkembangan. Penelitian kualitatif mempunyai
pengertian yang berbeda-beda untuk setiap momen, meskipun demikian definisinya
secara umum adalah penelitian kualitatif merupakan suatu metode berganda dalam fokus,
yang melibatkan suatu pendekatan interpretatif dan wajar terhadap setiap pokok
permasalahan yang ada.Hal ini berarti penelitian kualitatif bekerja dalam keadaan alami,
yang berupaya untuk memahami, memberi tafsiran pada fenomena yang dilihat
berdasarkan arti yang diberikan orang-orang kepadanya. Penelitian kualitatif melibatkan
penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan empiris, seperti studi kasus, pengalaman
pribadi, introspeksi, riwayat hidup, wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksional
dan visual, yang menggambarkan momen rutin dan problematis, serta maknanya dalam
kehidupan individual dan kolektif (Denzin dan Lincoln,1994;2)
Penelitian kualitatif secara inheren merupakan multi-metode di dalam satu fokus,
yaitu yang dikendalikan oleh masalah yang diteliti.Penggunaan multi-metode atau yang
lebih dikenal triangulation, mencerminkan suatu upaya untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih mendalam mengenai fenomena yang sedang diteliti.Realitas obyektif
merupakan suatu hal yang sebetulnya tidak pernah bisa ditangkap.Tringulation bukanlah
alat atau strategi untuk pembuktian, tetapi hanyalah suatu alternatif terhadap
pembuktian. Kombinasi yang dilakukan dengan multi-metode, bahan-bahan empiris,
sudut pandang dan pengamatan yang teratur merupakan strategi yang lebih baik untuk
menambah kekuatan, keluasan dan kedalaman suatu penelitian.
11
Konsep penelitian kualitatif sebenarnya menunjuk dan menekankan pada proses,
dan berarti tidak diteliti secara ketat atau terukur (jika memang dapat diukur), dilihat dari
kualitas, jumlah, intensitas atau frekuensi. Penelitian kualitatif menekankan sifat realita
yang dibangun secara sosial, hubungan yang intim antara peneliti denganyang diteliti
dan kendala situasional yang membentuk penyelidikan. Penelitian kualitatif menekankan
bahwa sifat peneliti itu penuh dengan nilai (value-laden).
Sejarah penelitian kualitatif mengungkapkan bagaimana disiplin ilmu sosial
modern telah menampilkan misinya untuk ”menganalisis dan memahami perilaku yang
terpola dan proses sosial dari masyarakatnya”. Asumsi yang diberikan adalah bahwa
ilmuwan sosial memiliki kemampuan untuk mengamati dunia ini secara objektif, dan
metode kualitatif merupakan alat utama dari penamatan itu.Sepanjang sejarah, penelitian
kualitatif selalu mendefinisikan karya dengan melihat dari sudut harapan dan nilai-nilai,
keyakinan agama, ideologi okupasional dan profesionalisasi. Penelitian kualitatif (seperti
halnya semua penelitian) selalu dinilai berdasarkan atas “standar apakah karya tersebut
mengkomunikasikan atau mengatakan sesuatu mengenai diri kita?” berdasarkan atas
bagaimana cara mengkonseptualisasikan realita dan gambaran mengenai dunia. Standar
evaluasi kemudian dilakukan dengan cara berpikir epistimologi, yaitu mengkaji hakikat
ilmu pengetahuan dari sudut sumber, batas, struktur dan keabsahan data secara umum.
Kegiatan generik dalam penelitian kualitatif selalu menampilkan lima fase tataran
yang dimiliki oleh masing-masing pendekatan, yaitu
1. peneliti dan apa yang diteliti sebagai subjek multi-kultural
2. paradigma penting dan sudut pandang interpretatif
3. strategi penelitian
4. metode pengumpulan data dan analisis bahan empiris
5. seni interpretasi dan memaparkan hasil penelitian
secara lebih detil, penjelasan kelima fase dlam penelititan kualitatif dapat dilihat pada
Tabel 3.1.2.
12
Tabel 3.1.2 Penelitian Kualitatif Sebagai Proses
Diadaptasi dari Denzin dan Lincoln (1994),”Introduction: Entering the Field of Qualitative
Research” in Handbook of Qualitative Research, hlm.12. Dikutip penulis dari Agus Salim
(2001), hal.26.
Dibalik lima fase generik tersebut, terdapat peneliti yang berada secara biografis.
Individu ini memasuki proses penelitian dari dalam suatu masyarakat interpretatif yang
memasukkan tradisi penelitiannya sendiri ke dalam suatu sudut pandang yang berbeda.
Sudut pandang ini mengakibatkan para peneliti mengadopsi pandangan “sebagai yang
lain” yang dipelajari. Pada saat yang sama, politik dan etika peneliti juga harus
dipertimbangkan, karena permasalahan ini menembus fase penelitian.
Bentuknya yang interpretatif, penelitian kualitatif dihadapkan pada masalah yang
cukup mengganggu. Di satu sisi, peneliti kualitatif telah mengasumsikan bahwa peneliti
13
No Fase/Langkah Uraian
1. Peneliti sebagai subjek
penelitian yang multi-kultural
Penelitian bersifat historis dan penelitian
tradisi, konsep dari diri dan semuanya,
tergantung pada etika dan politik peneliti.
2. Paradigma teoritis dan
Interpretatif
Positivisme, pospositivisme,
konstruktivisme, feminisme, Model etnik,
Model Marxis, Model Studi Budaya.
3. Strategi Peneliti Desain studi, studi kasus, etnografi,
observasi partisipasi, fenomenologi,
grounded theory, metode biografi,
metode historis, penelitian aksi dan
penelitian klinis.
4. Metode pengumpulan data
dan analisisan data empiris
Interview, observasi, artefak, dokumen
dan rekaman, metode fisual, metode
pengalaman pribadi, metode management
data, analisis data komputer dan analisis
tekstual.
5. Pengembangan interpretatif
dan pemaparan
Kriteria dari kesepakatan,seni dan politik
penafsiran, penafsiran tulisan, strategi
analisis, tradisi evaluasi dan penelitian
terapan
yang memiliki kualifikasi tertentu dan kompeten akan bisa melaporkan hasil temuannya
secara objektif, jelas dan akurat mengenai pengamatan mereka sendiri mengenai dunia
sosial, termasuk pengalaman orang lain. Di sisi lain, para peneliti berpegang pada
keyakinan terhadap subjek yang sebenarnya. Dengan berbekal pada hal tersebut, para
peneliti bisa mencampurkan pengamatan mereka dan pengamatan yang diberikan subjek
melalui wawancara dan cerita kehidupan, pengalaman pribadi, studi kasus dan dokumen
lain.
Sedangkan menurut Strauss dan Corbin (2003) penelitian kualitatif dimaksud sebagai
jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau
bentuk hitungan lainnya.Selanjutnya, dipilihnya penelitian kualitatif karena kemantapan
peneliti berdasarkan pengalaman penelitiannya dan metode kualitatif dapat memberikan
rincian yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode
kuantitatif.
Temuan akan bermanfaat jika proses penelitian kualitatif dilaksanakan secara serius
terhadap berbagai hal yang dipandang perlu. Dalam proses penelitian kualitatif
setidaknyaterdapat tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu kedudukan teori, metodologi
penelitian, dan desain penelitian kualitatif.
3.1.2 Metode Penelitian Terpilih
Setiap kegiatan penelitian sejak awal sudah harus ditentukan dengan jelas
pendekatan/desain penelitian apa yang akan diterapkan. Hal ini dimaksudkan agar
penelitian tersebut dapat benar-benar mempunyai landasan metodologi penelitian yang
kokoh. Disamping itu, pemahaman hasil penelitian akan lebih proporsional apabila
pembaca mengetahui pendekatan yang diterapkan.
Dalam penelitian mengenai membangun minat berwirausaha di kalangan
Mahasiswa ITB, metode yang digunakan adalah metode penelitian kulitatif dengan
jenis/tipe pendekatan studi kasus. Penelitian studi kasus merupakan penelitian yang
mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci. Selain itu, tipe pendekatan ini
juga memiliki kemampuan pengambilan data yang mendalam, serta menyertakan
berbagai sumber informasi. Dalam penelitian studi kasus dibutuhkan beberapa
pembatasan agar studi yang dilakukan tidak melenceng dari topik yang diteliti. Penelitian
ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang akan dipelajari.
14
3.2 Tempat Penelitian
Penelitian ‘Peristiwa Kriminalitas di Kampus ITB’ dilakukan dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di dalam kampus
ITB. Dalam penelitian ini akan menggunakan beberapa sampel informan yang dianggap
memiliki keterkaitan dengan kasus yang diteliti dan sampel responden yang mungkin
memiliki sudut pandang penilaian berbeda. Pada penelitian ini, peneliti diharapkan
mampu menjalin hubungan yang baik dengan responden sehingga informasi yang
diperoleh dapat benar-benar akurat.Selain melalui teknik wawancara, pengumpulan data
juga dilakukan dengan melakukan observasi langsung ke TKP.
3.3 Sampel Sumber Data
Dalam penelitan kasus membangun minat berwirausaha di kalangan Mahasiswa
ITB, terdapat beberapa unit yang dapat digunakan sebagai sumber informasi dan data
yang potensial untuk menarik kesimpulan.Unit analisis pada penelitian studi kasus
membangun minat berwirausaha di kalangan Mahasiswa ITBberupa target/sasaran
responden dan berita-berita di media. Sedangkan sasaran/target responden yang akan
diwawancarai adalah:
1) Mahasiswa yang pernah mengalami tindak kriminal.
2) Satpam kampus ITB.
3) Pihak Rektorat ITB yang diwakili K3L ITB.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Keakuratan hasil penelitian sangat bergantung pada tipe/metode pengumpulan
data yang digunakan. Beberapa metode yang diterapkan dalam penelitan ini adalah:
3.4.1 Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi
atau keterangan yang telah diperoleh sebelumnya.Teknik wawancara yang digunakan
dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam (in-depth interview).
Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan (orang yang diwawancarai), dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.Dalam mencari informasi, peneliti
15
melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan
dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga
responden).
3.4.2 Observasi
Beberapa informasi yang dapat diperoleh dari hasil observasi adalah ruang
(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan
perasaan.Observasi yang dilakukan bertujuan untuk:
menyajikan gambaran realistik kejadian
menjawab pertanyaan
membantu memahami perilaku manusia
evaluasi, yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu serta mengkaji
umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat
digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak
terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.
Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data
yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian
responden.
Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa
menggunakan panduan observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat
harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu
objek.
Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok
terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah topografi,
jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respon, stimulus kontrol (kondisi
dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku.
3.4.3 Dokumen
Sebagian besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi.Umumnya data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan
harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya.Sifat utama data ini tak
terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang untuk mengetahui hal-hal
yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi
16
beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian,
memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk,
data tersimpan di website, dan lain-lain.
3.4.4 Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang
umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna
sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk
mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil diskusi yang
terpusat pada suatu permasalahan tertentu.FGD juga dimaksudkan untuk
menghindari pemaknaan yang melencengdari fokus.
3.4.5 Narasumber
1. Ria (Farmasi) - (mahasiswi yang pernah kehilangan HP )
2. Gita (Biologi) - (mahasiswi yang pernah kehilangan HP )
3. Pak Aban (K3L) – ( Kabit Kantim yang Membawahi Keamanan)
4. Pak Taufik Muslih (Kepala Unit 1 Satpam ITB)
3.5 Teknik Analisis Data
Setelah seluruh data terkumpul, para peneliti kemudian akan meninventatirisir dan
mengkaji informasi-informasi tersebut secara bersama-sama. Hal ini dilakukan dengan
harapan dapat meminimalisir kekeliruan intepretasi data.Selanjutnya ketika seluruh data
telah berhasil dikaji maka dapat melakukan penarikan kesimpulan dengan melakukan
diskusi antara peneliti yang terlibat.Adanya diskusi ini diharapkan mampu membuat
kesimpulan yang tepat dan sesuai dengan sasaran penelitian.
Langkah-langkah analisis data yang akan dilakukan pada penlitian studi kasus
membangun minat berwirausaha di kalangan Mahasiswa ITB adalah:
1) Mengorganisir seluruh informasi yang telah diperoleh
2) Membaca keseluruhan informasi
3) Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya
4) Menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa kategori.
5) Mengkaji, melakukan interpretasi, dan mengembangkan generalisasi natural dari
kasus pembakaran
6) Menyajikan hasil pengkajian dan intepretasi data secara naratif
17
3.6 Pengujian Keabsahan Data
Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal,
yakni (1) subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif,
(2) alat penelitian yang diandalkan (seperti wawancara dan observasi) mengandung
banyak kelemahan ketika dilaksanakan secara terbuka terutama bila tanpa kontrol, dan (3)
sumber data kualitatif yang kurang dapat dipecya (credible) akan mempengaruhi hasil
akurasi penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan keabsahan
data, yaitu:
3.6.1 Kredibilitas
Beberapa kriteria untuk menentukan tingkat kepercayaan dara atau informasi
yang diperoleh yaitu durasi penelitian, observasi yang detail, triangulasi, peer
debriefing, analisis kasus negatif, membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan
member check. Berikut ini adalah cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil
penelitian, yaitu:
Memperpanjang masa pengamatan
Masa pengamatan yang lebih panjang memungkinkan peningkatan derajat
kepercayaan data yang dikumpulkan, dapat mempelajari kebudayaan dan menguji
informasi dari responden, mampu membangun kepercayaan para responden
terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
Pengamatan yang berkesinambungan
Pengamatan secara terus menerus bertujuan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur
dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti,
serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
Triangulasi
Pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu diluar data untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang dimiliki.
Peer debriefing
Peerdebriefing atau mensosialisasikan data dan hasil dengan orang lain adalah
kegiatan memaparkan hasil (baik hasil sementara maupun hasil akhir) yang
diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
Mengadakan member check
Member check merupakan pengujian kemungkinan berbagai dugaan yang berbeda-
beda dan kemudian mengembangkannya untuk memeriksa hasil analisis, dengan
18
cara mengaplikasikannya pada data, serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan
terkait data yang didapat.
3.6.2 Transferabilitas
Transferabilitas yaitu pemeriksaan hasil penelitian apakah dapat diterapkan pada
situasi lain atau tidak.
3.6.3 Dependability
Dependability yaitu pemeriksaan hasil penelitian apakah sesuai dengan
konsistensi peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk kosnep, dan
menggunakan konsep-konsep tersebut ketika membuat intepretasi untuk menarik
kesimpulan.
3.6.4 Konfirmabilitas
Konfirmabilitas yaitu pemeriksaan hasil penelitian apakah dapat dibuktikan
kebenarannya, dimana hasil penelitian harus sesuai dengan data yang dikumpulkan
dan dicantumkan dalam laporan lapangan.Hal ini dilakukan dengan membicarakan
hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam
penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.
3.6.5 Pertanyaan Narasumber
Bagi Mahasiswa ITB korban kriminal :
• Bagaimana kondisi keamanan di lingkungan di dalam ITB?
• Apakah pernah mengalami kasus kriminalitas didalam wilayah kampus ITB?
• Kasus seperti apa?
• Bagaimana terjadinya?
• Mengapa bisa terjadi?
• Apakah sistem kontrol keamanan yang telah ada di ITB telah efektif?
• Apa kekurangan sistem keamanan di ITB menurut anda?
Bagi Pihak Keamanan Kampus Satpam ITB :
• Tindakan kriminalitas apa yang paling sering terjadi dikampus ITB?
• Barang2 apa yang sering menjadi target pencurian?
• Di wilayah bagian mana sering terjadi pencurian?
• Siapa pelaku tindakan kriminal yang pernah tertangkap satuan keamanan ITB?
• Apa modus pelaku?
• Apa motivasi pelaku melakukan tindakan kejahatan tersebut?
• Apakah pelaku berasal dari masyarakat kelas bawah dan minoritas?
• Bagaimana status sosial pelaku?
19
Bagi Pihak Keamanan Kampus K3L :
• Bagaimana kondisi keamanan di lingkungan di dalam ITB? Rentan, aman?
• Tindakan kriminalitas apa yang paling sering terjadi dikampus ITB?
• Contoh kasus yang pernah terjadi di ITB?
• Tindakan apa yang diambil oleh sistem keamanan di ITB?
• Apakah ada satuan pengendali keamanan di ITB?
• Siapa saja pemangku tugas dalam menjaga keamanan di ITB?
• Bagaimana Sistem Keamanan yg dimiliki ITB?
• Kontrol Keamanan seperti apa yang diterapkan di ITB?
• Apakah sistem kontrol keamanan yg telah ada di ITB telah efektif?
• Apa masalah yg masih sulit ditangani?
• Apakah Satuan keamanan di ITB telah berperan tepat dalam penanganan berbagai
kasus kriminal yg ada di ITB?
• Bagaimana solusi untuk menyelesaikan masalah kriminalitas yang masih sulit
ditangani didalam wilayah kampus ITB?
3.7 Matriks
Tabel 3.7 Matriks Rumusan Masalah, Landasan Teori, dan Pedoman Wawancara
Rumusan Masalah Landasan Teori Pedoman Wawancara
Mengapa terjadi
tindakan kriminalitas di
dalam wilayah kampus
ITB ?
TEORI MASALAH KRIMINAL
menjelaskan bahwa tanpa
adanya kontrol yang efektif, pelaku
kejahatan akan memangsa
korbannya dengan mudah. Jika
sasaran yang diinginkan tidak
berada ditempat yang sama dengan
pelaku kejahatan, target kejahatan
tidak akan diserang. Seorang
pengendali sangat dibutuhkan untuk
mencegah kejahatan. Jika
pengendali tidak hadir atau hadir
dengan ketidakmampuan, kejahatan
mungkin terjadi.
• Tindakan apa yang diambil
oleh sistem keamanan di
ITB?
• Apakah ada satuan
pengendali keamanan di
ITB?
• Siapa saja pemangku tugas
dalam menjaga keamanan di
ITB?
• Bagaimana Sistem
Keamanan yg dimiliki ITB
• Kontrol Keamanan seperti
apa yang diterapkan di ITB?
• Apakah sistem kontrol
20
TEORI PERAN
menggambarkan interaksi sosial
dalam terminologi aktor yang
bermain sesuai dengan yang
ditetapkan oleh budaya.
keamanan yg telah ada di
ITB telah efektif?
• Apa masalah yg masih sulit
ditangani?
• Apakah Satuan keamanan di
ITB telah berperan tepat
dalam penanganan berbagai
kasus kriminal yg ada di
ITB?
Rumusan Masalah Landasan Teori Pedoman Wawancara
Bagaimana pengaruhnya
terhadap mahasiswa?
TEORI NIAT DAN KESEMPATAN
Dalam bukunya, Wilcox (1991)
mengidentifikasikan tiga elemen
yang harus ada sebagai syarat
terjadinya sebuah kejahatan. Ketiga
elemen ini adalah desire (niat), ability
(kemampuan), dan opportunity
kesempatan). Dengan ketiga elemen
inilah Wilcox membuat segitiga
kejahatan (crime triangle). Tanpa
adanya salah satu dari elemen ini,
kejahatan tidak akan terjadi.
TEORI MASALAH KRIMINAL
menjelaskan bahwa tanpa adanya
kontrol yang efektif, pelaku kejahatan
akan memangsa korbannya dengan
mudah. Jika sasaran yang diinginkan
tidak berada ditempat yang sama
dengan pelaku kejahatan, target
kejahatan tidak akan diserang.
Seorang pengendali akan sangat
• Bagaimana kondisi keamanan
di lingkungan di dalam ITB ?
• Apakah pernah mengalami
kasus kriminalitas didalam
wilayah kampus ITB?
• Kasus seperti apa?
• Bagaimana terjadinya?
• Mengapa bisa terjadi?
• Apakah sistem kontrol
keamanan yg telah ada di ITB
telah efektif?
• Apa kekurangan sistem
keamanan di ITB menurut
anda?
21
dibutuhkan untuk mencegah
kejahatan. Jika pengendali tidak hadir
atau hadir dengan ketidakmampuan,
kejahatan mungkin terjadi.
Rumusan Masalah Landasan Teori Pedoman Wawancara
Apa solusi untuk
menyelesaikan masalah
kriminalitas yang
terjadi didalam wilayah
kampus ITB?
TEORI STRAIN
Dalam pencapaian cita-cita berupa
kesuksesan materi, terdapat individu
yang berusaha mencapainya dengan
cara melanggar undang-undang. Pada
umumnya yang melakukan
pelanggaran tersebut adalah
masyarakat golongan tertentu yaitu
masyarakat kelas bawah dan minoritas.
Ketidaksamaan kelas atau kondisi
sosial yg ada pada masyarakat memicu
terjadinya pelanggaran
CONTAINMENT THEORY
Kemungkinan terjadinya
penyimpangan berhubungan langsung
dengan sejauh mana dorongan internal
(kebutuhan yg harus segera dipenuhi)
dan tekanan eksternal (kemiskinan,
pengangguran, tertutupnya
kesempatan) serta tarikan-tarikan
eksternal yang dikontrol oleh
pengurungan dalam dan pengurungan
luar
• Siapa pelaku tindakan
kriminal yang pernah
tertangkap satuan keamanan
ITB?
• Apa modus pelaku
melakukan tindakan
kejahatan tersebut?
• Apakah pelaku berasal dari
masyarakat kelas bawah dan
minoritas?
• Bagaimana solusi untuk
menyelesaikan masalah
kriminalitas yang masih
sulit ditangani didalam
wilayah kampus ITB?
22
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Wawancara
4.1.1 Narasumber Pihak Keamanan Kampus (K3L)
No Bagi Pihak Keamanan Kampus (K3L) Jawaban
1
Bagaimana kondisi keamanan di
lingkungan di dalam ITB? Rentan,
aman?
Selama 2 tahun terakhir ini kondisi keamanan
meningkat dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya
2Tindakan kriminalitas apa yang paling
sering terjadi dikampus ITB
Tindakan pencurian, seperti kendaraan roda dua
(sepeda, motor), laptop, Tas, Dompet, Hp
3Contoh kasus yang pernah terjadi di
ITB?Kasus pencurian, Tindakan asusila, narkoba
4Tindakan apa yang diambil oleh sistem
keamanan di ITB?
Untuk mahasiswa : Satpam => K3L =>
Pimpinan K3L => Komisi disiplin => Aparat
Kepolisian
Untuk pihak luar : Satpam => Aparat
Kepolisian
5Apakah ada satuan pengendali keamanan
di ITB?Ada
6Siapa saja pemangku tugas dalam
menjaga keamanan di ITB?Satpam dan K3L
7Bagaimana Sistem Keamanan yg
dimiliki ITB?
ITB memiliki 11 pos keamanan yang tersebar di
semua tempat dalam wilayah kampus ITB.
Setiap Pos berisi 2 satpam, 1 patroli, 1 penjaga
pos. Terdapat juga intel (satpam tanpa seragam)
dan sistem keamanan terpadu seperti CCTV
8Kontrol Keamanan seperti apa yang
diterapkan di ITB?
Kontrol keamanan dibagi menjadi beberapa
zona , setiap zona diletakan satu pos
pengawasan dan Sistem keamanan terpadu
CCTV, Khusus untuk CCTV merupakan
logistik dari prodi masing-masing (Belum
disediakan ITB pusat)
23
9Apakah sistem kontrol keamanan yg
telah ada di ITB telah efektif?
Telah cukup efektif apabila dilihat dari
penurunan persentase kejadian kriminalitas 2
tahun terakhir ini). Sistem keamanan meningkat
semenjak diadakannya pos keamanan dan
penerapan sistem kartu dan karcis di parkiran
ITB
10 Apa masalah yg masih sulit ditangani?Masalah yang sulit ditangani adalah mengawasi
orang dalam seperti pegawai TU dll
11
Apakah Satuan keamanan di ITB telah
berperan tepat dalam penanganan
berbagai kasus kriminal yg ada di ITB?
Ya, siapapun pelaku tindak kriminal tetap
ditindak lanjuti secara tegas. Termasuk apabila
pelaku adalah orang dalam
12
Bagaimana solusi untuk menyelesaikan
masalah kriminalitas yang masih sulit
ditangani didalam wilayah kampus ITB?
Penambahan sumber daya satpam , hingga saat
ini 1 orang satpam jangkauan pengawasannya
meliputi 4 gedung berlantai, akan lebih efektif
jika 1 orang satpam hanya mengawasi 1
gedung. Penambahan kamera CCTV di
koridor2
4.1.2. Narasumber Pihak Keamanan Kampus (Satpam)
N
o Bagi Pihak Keamanan Kampus (Satpam) Jawaban
1Tindakan kriminalitas apa yang paling
sering terjadi dikampus ITB ?
Hampir semua kasus kriminalitas (99%)
yang terjadi di kampus ITB adalah kasus
pencurian. Pernah satu kali kasus penipuan
tapi udah lama terjadi dan pelaku serta
korban bukan dari kalangan mahasiswa tapi
dari pegawai ITB
2
Hampir semua kasus kriminalitas (99%)
yang terjadi di kampus ITB adalah kasus
pencurian. Pernah satu kali kasus penipuan
tapi udah lama terjadi dan pelaku serta
korban bukan dari kalangan mahasiswa tapi
dari pegawai ITB
Hampir semua kasus kriminalitas (99%)
yang terjadi di kampus ITB adalah kasus
pencurian. Pernah satu kali kasus penipuan
tapi udah lama terjadi dan pelaku serta
korban bukan dari kalangan mahasiswa tapi
dari pegawai ITB
24
3Di wilayah bagian mana sering terjadi
pencurian?
Tempat parkir, mushola, tempat2 terbuka
seperti selasar ato plasa and spot2 buat
charging hp ato laptop
4Siapa pelaku tindakan kriminal yang pernah
tertangkap satuan keamanan ITB?
Hampir sebagian besar pelaku adalah orang
luar ITB luar ada dari sukajadi, cisitu, orang
jawa, Tapi ada juga orang dalam
5 Apa modus pelaku?Modus ny biasa ny pura2 berperilaku dan
berpenampilan mahasiswa
6Apa motivasi pelaku melakukan tindakan
kejahatan tersebut?
Terhimpit masalah ekonomi, Masalah gaya
hidup berjudi, mabok2an, dan kecanduan
narkoba
7Apakah pelaku berasal dari masyarakat
kelas bawah dan minoritas?Kelas menengah bawah, ga punya pekerjaan
8 Bagaimana status sosial pelaku? Terkucilkan
4.1.3. Narasumber Korban Kriminal (Mahasiswa ITB)
N
o Mahasiswa ITB 1Jawaban
1Bagaimana kondisi keamanan di lingkungan
di dalam ITB ?Masih sangat rentan kehilangan
2Apakah pernah mengalami kasus
kriminalitas didalam wilayah kampus ITB?Pernah
3 Kasus seperti apa? Kehilangan handphone
4 Bagaimana terjadinya?Saat saya ketinggalan HP saat saya ingat hp
saya sudah tidak ada lg
5 Mengapa bisa terjadi?Selain saya teledor, mngkin ada ada niat
orang pihak lain mencuri
6Apakah sistem kontrol keamanan yang telah
ada di ITB telah efektif?Belum
7Apa kekurangan sistem keamanan di ITB
menurut anda?Pengawasan masih kurang
25
N
o Mahasiswa ITB 2Jawaban
1Bagaimana kondisi keamanan di
lingkungan di dalam ITB?
Walaupun terlihat aman karena banyak
peraturan baru dari K3L, tetapi kondisi
keamanan di ITB ternyata masih rentan
2Apakah pernah mengalami kasus
kriminalitas didalam wilayah kampus ITB?Pencurian hp
3 Kasus seperti apa? Bagaimana terjadinya?
Beres kuliah, jam 11 siang kalau nggak
salah, naro HP depan saku tas soalnya buru2
mau jajan gorengan di kantin oktagon. Eh
pas udah beres jajan, jalan sampai labtek 7
baru sadar HP raib.
4 Mengapa bisa terjadi?
Pertama sayanya yg ceroboh, dan ada
kesempatan buat si pencuri di sela2 orang
yg jajan desek2an.
5Apakah sistem kontrol keamanan yg telah
ada di ITB telah efektif?Menurut saya masih kurang
6Apa kekurangan sistem keamanan di ITB
menurut anda?
Mungkin yang kurang sosialisasi-
nya,,,kayak misalnya kalau kehilangan
barang bisa langsung hubungi siapa, biar
langsung ditindaklanjuti, atau pengumuman
tempat2 mana yang rawan
Ringkasan Wawancara
Berikut ringkasan dari wawancara yang dilakukan terhadap keempat naraasumber
Kondisi keamanan di lingkungan ITB selama 2 tahun terakhir ini lebih baik
dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi kondisi keamanan ITB saat ini dapat dikatakan
masih rentan mengingat masih banyaknya kasus pencurian yang terjadi. Hal ini
dikarenakan keteledoran mahasiswa dan adanya kesempatan untuk melakukan tindak
kejahatan
Tindakan kriminalitas yang sering terjadi di kampus ITB adalah tindakan pencurian;
seperti kendaraan roda dua (sepeda, motor), laptop, tas, dompet, dan hp. Terdapat juga
kasus seperti tindakan asusila dan narkoba
26
Wilayah ITB yang sering menjadi lokasi pencurian antara lain adalah tempat parkir,
mushola, tempat terbuka seperti selasar atau plasa dan area yang tersedia steker
Pelaku tindakan kriminal yang pernah tertangkap satuan keamanan ITB hampir sebagian
besar adalah orang luar ITB, tetapi terdapat juga pelaku orang dalam. Modus yang umum
digunakan adalah berpura-pura berperilaku dan berpenampilan mahasiswa. Alasan
melakukan tindak pencurian antara lain karena terhimpit masalah ekonomi, masalah gaya
hidup (seperti berjudi, mabok-mabokan, dan kecanduan narkoba)
Pelaku pencurian umumnya berasal dari masyarakat kelas bawah dan minoritas dengan
status sosial terkucilkan
Tindakan yang diambil oleh sistem keamanan di ITB :
- Untuk mahasiswa : Satpam => K3L => Pimpinan K3L => Komisi disiplin => Aparat
Kepolisian
- Untuk pihak luar : Satpam => Aparat Kepolisian
Pemangku tugas dalam menjaga keamanan di ITB adalah Satpam dan K3L
Sistem keamanan yang dimiliki ITB yaitu 11 pos keamanan yang tersebar di semua
tempat dalam wilayah kampus ITB. Setiap pos berisi 2 satpam, 1 patroli, 1 bertugas
menjaga di tempat. Terdapat juga intel (Satpam tanpa seragam), dan sistem keamanan
terpadu seperti CCTV
Kontrol keamanan yang diterapkan di ITB adalah sistem keamanan zonasi dan terpadu.
Pemantauan dibagi menjadi beberapa zona , setiap zona diletakan satu pos pengawasan
dan untuk Sistem keamanan terpadu yaitu CCTV, Khusus untuk CCTV merupakan
logistik dari prodi masing-masing (Belum disediakan ITB pusat)
Sistem kontrol keamanan yg telah ada di ITB telah cukup efektif apabila dilihat dari
penurunan persentase kejadian kriminalitas 2 tahun terakhir ini). Sistem keamanan
meningkat semenjak diadakannya pos keamanan dan penerapan sistem kartu dan karcis
di parkiran ITB
Masalah yang masih sulit ditangani hingga saat ini adalah mengawasi orang dalam
seperti pegawai TU dll
Satuan keamanan di ITB telah berperan tepat dalam penanganan berbagai kasus kriminal
yg ada di ITB karena siapapun pelaku tindak kriminal tetap ditindak lanjuti secara tegas.
Termasuk apabila pelaku adalah orang dalam
27
BAB V
ANALISIS
Dalam analisis yang dilakukan, kami berusaha menjawab rumusan masalah yang telah
disampaikan sebelumnya. Analisis ini kami uraikan berdasarkan hasil dari menghimpun data
hasil wawancara kemudian dikaitkan dengan teori yang kami gunakan. Dalam bab ini, akan
dijabarkan 3 kajian utama yang menjadi pokok utama pembahasan dalam analisis. Pertama,
kami akan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindakan kriminalitas di
wilayah kampus ITB, berikutnya bagaimana dampak kriminalitas tersebut terhadap
mahasiswa, dan solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Gambar 5.1 Diagram alir analisis
5.1 Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Tindak Kriminalitas di Wilayah
Kampus ITB
Berdasar hasil wawancara dengan koresponden yang telah kami dapatkan, kami
mengkaji faktor-faktor penyebab kriminalitas menjadi 3 kelompok bahasan utama, yaitu :
5.1.1 Faktor Pihak Keamanan
28
Sesuai dengan data-data yang didapatkan dari hasil wawancara maka
digunakan dua teori sebagai dasar untuk menganalisis. Pertama, berlandaskan Teori
Peran, kami mengganggap bahwa kinerja satuan pengamanan di ITB masih belum
efektif, setiap personil satpam melakukan penjagaan 4 gedung berlantai banyak, hal
ini dianggap bahwa ruang lingkup pengawasannya masih terlalu luas sehingga
dimungkinkan kinerja pengamanan para satuan pemgamanan ITB belum optimal.
Kedepannya diharapkan satu personil satpam hanya melingkupi satu gedung berlantai
banyak, dengan adanya pengendali kriminalitas yang kuat maka akan memperkecil
kesempataan, ruang gerak dan waktu bagi penjahat untuk melakukan tindakan
kriminalnya.
Kedua, kami menggunakan Teori Masalah Kriminalitas, CCTV menjadi
masalah yang paling tepat untuk dikaji. Masih kurangnya jumlah CCTV di kampus
ITB menjadi salah satu alasan tindak kriminalitas susah untuk diketahui dan
kemudian bisa dicegah. Selain itu masalah birokrasi dalam pengadaan maupun
pengelolaan fasilitas CCTV yang masih dilakukan di tingkat prodi tertentu juga
menjadi hal yang perlu dianalisis kemudian dicari solusi yang tepat, sehingga
kedepannya fasilitas CCTV sudah dapat dikelola secara terintegrasi dan menjangkau
semua area di ITB.
5.1.2 Faktor Pelaku
Kami menggunakan 3 teori sosiologi dalam penjabaran hasil analisis dari
faktor ini. Pertama, berlandasakan Teori Niat dan Kesempatan, tindak kriminalitas
atau pencurian yang dilakukan oleh para pelakunya timbul akibat ada niat dari dalam
dirinya, mereka mengganggap bahwa sebagian besar mahasiswa ITB berasal dari
kalangan keluarga dengan kondisi ekonomi menengah keatas, sehingga memunculkan
keinginan untuk mencuri barang-barang dari para mahasiswa ITB tersebut. Para
pencuri biasanya mempunyai kemampuan untuk berpura-pura berperilaku sebagai
mahasiswa untuk mengelabui para korban dan pihak keamanan.
Kedua, berdasarkan Teori Containment, motivasi para pelaku kriminalitas
atau pencuri timbul akibat terhimpitnya kondisi ekonomi pribadi atau keluarga. Tidak
terpenuhinya kebutuhan pokok untuk bertahan hidup memaksa para pelaku pencurian
untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan hukum yang berlaku. Selain itu
gaya hidup yang tidak baik dan cenderung melanggar hukum juga dapat menimbulkan
kehendak untuk melakukan pencurian. Berjudi, suka bermabuk-mabukan, dan
29
menjadi pecandu narkoba membuat orang ingin memiliki uang atau materi berlebih
untuk memenuhi kebutuhan yang tidak baik tersebut.
Terakhir, kami menggunakan Teori Strain, dengan merujuk ke teori tersebut,
dapat diketahui bahwa sebagian besar para pelaku tindak kriminalitas atau pencurian
sebagian besar berasal dari pribadi atau keluarga dengan kondisi ekonomi menengah
kebawah. Dalam satu sisi kami melihat bahwa motivasi mencuri diakibatkan karena
terhimpitnya kondisi ekonomi seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya, namun
hal ini juga bisa memunculkan motivasi yang lain. Motivasi yang lain tersebut adalah
keinginan untuk mencapai posisi yang sama dengan orang yang lebih kaya sehingga
menimbulkan rasa gengsi dan iri yang mengakibatkan timbulnya tindakan-tindakan
instan untuk mencapainya.
5.1.3 Faktor Korban
Untuk menganalisis penyebab kriminalitas dari faktor ini, digunakan Teori
Niat dan Kesempatan sebagai dasarnya. Berlandaskan teori ini kami menilai bahwa
tindakan kriminalitas timbul karena keteledoran dan kecerobohan dari para
korbannya. Kurangnya pengawasan dan penjagaan terhadap diri sendiri ataupun
barang-barang yang dimiliki menimbulkan kesempatan bagi para pencuri untuk
melakukan aksinya. Kurangnya kemampuan para mahsiswa untuk mengatur dan
memilih jadwal dalam berkegiatan di kampus dengan tepat, seperti pada malam hari
atau waktu tertentu ketika keadaan kampus yang sepi, juga dapat menimbulkan
tindakan pencurian.
Selain itu, kurangnya rasa peduli kita terhadap barang-barang orang lain
disekitar kita atau sebaliknya, membuka kesempatan bagi para pencuri untuk
melakukan tindakannya. Hal ini sebenarnya mampu dicegah apabila kita bisa lebih
bersuara dan mau berkomunikasi dengan orang disekitar kita sehingga kita bisa saling
menjaga diri kita sendiri maupun barang-barang yang kita miliki.
5.1.4 Faktor Lingkungan
Adanya tindak kriminal yang terjadi di kampus ITB tidak lepas dari pengaruh
lingkungan. Teori "Niat dan Kesempatan" (Wilcox ,1991) mengidentifikasikan tiga
elemen yang harus ada sebagai syarat terjadinya sebuah kejahatan. Ketiga elemen ini
adalah desire (niat), ability (kemampuan), dan opportunity (kesempatan).
Faktor lingkungan adalah faktor yang sangat menentukan terjadinya
kriminalitas, yaitu terkait masalah opportunity (kesempatan). Menurut teori "Niat dan
Kesempatan" jelas dikatakan bahwa kejahatan tidak akan terjadi tanpa adanya salah
30
satu dari ketiga komponen kejahatan, yang dalam hal ini adalah kesempatan
(opportunity). Adapun faktor lingkungan yang menyebabkan adanya kesempatan
berbuat kejahatan antara lain :
a) Kurangnya perhatian dari orang-orang sekitar
Perhatian orang sekitar sangat penting untuk mencegah adanya kemungkinan
munculnya niatan pelaku untuk berbuat kejahatan. Kurangnya perhatian orang sekitar
akan membuka peluang "emas" bagi pelaku untuk melaksanakan "niat"-nya.
Contoh kesempatan akibat kurangnya perhatian orang sekitar
Pelaku dapat dengan bebas berlalu-lalang dan bebas mengintai di kampus karena
pelaku merasa kurang aware-nya warga ITB terhadap gelagat-gelagat yang ia
lakukan.
Pelaku lebih mudah melancarkan aksi-nya karena warga ITB yang "teledor"
dalam meletakkan barang-barangnya, lupa mengunci sekretariat saat
tidur/menginap di unit/himpunan
dan sebagainya
b) Kurangnya komunikasi dengan lingkungan
Pentingnya komunikasi dengan lingkungan yaitu membuat mahasiswa lebih paham
seberapa tinggi tingkat kewaspadaan yang dibutuhkan oleh mahasiswa setiap waktu
dan setiap tempat ia berada.
Contohnya :
Jika berkegiatan malam hari di kampus, tingkat kewaspadaan mahasiswa lebih
tinggi daripada siang hari.
Mahasiswa lebih waspada saat melewati tempat-tempat yang mempunyai "track
record” rawan akan tindakan kriminalitas
5.2 Dampak Kriminalitas Terhadap Mahasiswa ITB
Seperti yang kita ketahui bahwa tindakan kriminalitas dapat terjadi di mana saja dan
kapan saja, serta bisa menyerang siapa saja. Telah dijelaskan pada bagian sebelumnya faktor-
faktor yang menyebabkan tindak kriminalitas di ITB. Begitu banyak kasus kriminalitas yang
telah terjadi di ITB, mulai dari hal kecil sampai hal yang besar. Hal ini tentu saja akan
membuat orang dari dalam ITB (dosen & mahasiswa khususnya). Terkadang seorang
mahasiswa merasa tidak nyaman dan aman ketika berada di ITB, padahal hampir sebagian
besar kegiatan sehari-hari dilakukan di kampus. Bahkan mungkin akan terjadi kecurigaan
31
terhadap sesama teman/kerabat. Sebagai contoh, mungkin ada mahasiswa yang enggan
menitipkan barang-barang berharganya kepada temannya karena ia merasa tidak nyaman dan
tidak percaya kepada temannya sendiri. Tentu saja hal ini merupakan salah satu kasus
terburuk yang mungkin terjadi akibat seringnya terjadi tindak kriminalitas di ITB.
Teori Peran menjadi dasar dan acuan yang paling tepat untuk menganalisis
bagaimana dampak kriminalitas terhadap mahasiswa ITB. Berlandaskan teori ini, masih
adanya kasus pencurian atau tindak kriminalitas di area kampus menimbulkan kekhawatiran
dan rasa tidak aman dari para mahsiswanya. Rasa kepercayaan para mahasiswa terhadap
pihak keamanan menjadi berkurang sehingga menuntut mereka untuk lebih berhati-hati dan
bisa menjaga diri sendiri. Sebenarnya, tingkat keamanan di ITB sudah semakin ditingkatkan
belakangan ini. Namun, kesempatan untuk melakukan tindakan kriminalitas tetap ada.
Semuanya itu berbalik kepada masing-masing individual yang harus bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri dan barang milik pribadi. Dengan begitu, kesempatan untuk
melakukan tindakan kriminalitas dapat diperkecil. Dan angka tindak kriminalitas di ITB bisa
terus diperkecil.
5.3 Solusi untuk Mengatasi Masalah Kriminalitas yang Terjadi Didalam Wilayah
Kampus ITB
Setelah dilakukan pengumpulan data wawancara dan kemudian menganalisis untuk
mengetahui sebab serta dampak dari permasalahan ini, kami kemudian berusaha mencari
solusi-solusi yang tepat untuk mengatasinya. Untuk menguraikan solusi-solusi tersebut,
digunakan 4 teori utama sebagai acuannya, yaitu Teori Containment, Teori Strain, Teori
Masalah Kriminalitas, dan Teori peran.
Berlandaskan Teori Containment dan Teori Strain, kami menjabarkan solusi-
solusinya berdasarkan sudut pandang dari pihak pelakunya. Solusi itu berupa pembukaan
lapangan kerja yang baru, pelatihan ketrampilan untuk membuat karya yang bisa diperjual-
belikan, dan penyuluhan pendidikan agama. Diharapkan dengan dilaksanakannya solusi-
solusi tersebut para pelaku pencurian yang hampir sebagian besar berasal dari kalangan
dengan kondisi ekonomi menengah kebawah mampu menghasilkan uang atau materi untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kesenjangan sosial ekonomi yang tinggi menyebabkan
tingkat kriminalitas yang tinggi, maka dengan membuka lapangan pekerjaan seorang yang
tunakarya akan merasakan manfaaat dari kehadiran kampus dari hal positifnya sehingga dia
merasa tidak perlu melakukan kriminalitas karena sebagian hidupnya didapat dari kampus
dari hal yang positif. Disamping itu, juga supaya para pelaku yang mempunyai gaya hidup
32
tidak baik bisa menemukan jalan hidup lurus dan benar sehingga mampu mengontrol
pengeluaran uang dengan baik.
Untuk bahasan solusi berikutnya, digunakan Teori Masalah Kriminalitas sebagai
acuannya.Untuk bahasan solusi ini, sesuai dengan bahasan tentang faktor penyebab
kriminalitas yang telah dijelaskan sebelumnya, maka yang perlu disoroti untuk mencari solusi
yang tepat adalah masalah dari pihak keamanan. Harus dilakukan penambahan SDM ato
personil satuan pengamanan di ITB untuk memeperkecil ruang lingkup pengawasan dan
penjagaan setiap satu personil, sehingga kinerjanya bisa lebih optimal. Selain itu masalah
CCTV juga menjadi hal yang harus dicari solusinya. Penambahan jumlah unit CCTV yang
ada di ITB mutlak dilakukan di semua area kampus sehingga kedepannya pengawasan
terhadap tindak kriminalitas bisa lebih ditingkatkan, disamping itu juga mampu
meningkatkan efiktifitas dan efisiensi kerja dari para satpam ITB.
Teori Peran menjadi dasar yang paling utama ketika kita ingin mencari solusi tepat
dari sudut pandang korbannya dalam hal ini mahasiswa. Untuk mencegah tindak kriminalitas
atau pencurian terjadi, korban harus ikut aktif dalam proses hukum yang berlaku, maksud
daripada hal ini adalah bahwa ketika sang pelaku telah tertangkap dan akan menjalani
pengadilan, korban beserta barang bukti harus hadir di pengadilan, maka proses peradilan
mampu bekerja sesuai dengan undang-undang yang berlaku sehingga sang pelaku dapat
dijebloskan di penjara. Mahasiswa dapat juga ikut berperan penting dalam pencegahan tindak
kriminalitas. Misalnya dengan membuat seminar, mentoring bakti sosial kemasyarakat
sehingga membuat lingkungan kampus lebih kondusif.
33
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini berdasarkan pada rumusan
masalah yang diambil dan dikaitkan dengan beberapa teori pendukung dapat dilihat
sebagai berikut:
1. Faktor yang menyebabkan terjadinya tindakan kriminalitas di dalam wilayah
kampus ITB adalah : Faktor korban, Lingkungan, pihak keamanan, dan pelaku
2. Dampak kriminalitas yang terjadi didalam wilayah kampus ITB terhadap
mahasiswa adalah mahasiswa ITB menjadi merasa tidak aman dan kurangnya
kepercayaan tehadap pihak keamanan
3. Solusi untuk menyelesaikan masalah kriminalitas yang masih sulit ditangani
didalam wilayah kampus ITB adalah penambahan sumber daya satpam dan cctv,
Membuka lapangan pekerjaan, memberikan penyuluhan untuk membuat produk,
training keterampilan khusus, penyuluhan pendidikan agama, dan mahasiswa
dapat ikut berpasitipasi dalam proses hukum yang seharusnya berlaku.
6.2. Saran
1. Menempel tanda-tanda peringatan untuk selalu berhati-hati meletakkan dan
membawa barang-barang.
2. Meningkatkan intensitan dan frekuensi patrol satpam
3. Satpam lebih vocal untuk memperingatkan para mahasiswa yang teledor dan lupa
akan barang pribadinya
4. Memberlakukan jam malam dalam berkegiatan di kampus
34
DAFTAR PUSTAKA
Adler, Freda et al, Criminology, 1998
JE Sahetapy, Teori Kriminologi Suatu Pengantar, 1992
Made Darma Weda, Kriminology, 1996
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminology, 2001
35