seminar akhir lpm (yuti)
Post on 12-Apr-2017
246 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
Studi Direktori Klasifikasi Tingkat Kemandirian LUMBUNG PANGAN MASYARAKAT
tahun 2015
SYAHYUTIBadan Ketahanan Pangan - Kementerian Pertanian
Jakarta, 30 November 2015
2
Alasan pentingnya pengembangan Cadangan Pangan:
• Masih banyak penduduk miskin, yakni 11,37 % (BPS, 2013) dan Rawan Pangan 19,46% (tahun 2012),
• Dampak anomali iklim sulit diprediksi, berpotensi menimbulkan ketidakpastian produksi (gagal panen, banjir, kemarau panjang) dan kejadian bencana,
• Masa panen tidak merata antar waktu dan daerah, mengharuskan adanya cadangan pangan.
• Masuk banyak daerah kabupaten yang masuk ketegori rawan pangan.
• Banyak kejadian darurat memerlukan adanya cadangan pangan untuk penanganan pasca bencana, penanganan rawan pangan dan bantuan pangan wilayah.
3
Pasal 32 ayat 2 UU 18 tahun 2012 tentang Pangan:
Pemerintah dan Pemerintah daerah memfasilitasi pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat sesuai dengan kearifan lokal. Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat dilakukan dalam rangka pemberdayaan dan perlindungan masyarakat dari kerawanan pangan.
4
Lumbung Pangan Masyarakat (LPM)Permentan No 8 tahun 2014 tentang Pedoman Pengembangan LPM :
Tujuan :1. Meningkatkan volume stok cadangan pangan di kelompok lumbung
pangan untuk menjamin akses dan kecukupan pangan bagi anggotanya terutama yang mengalami kerawanan pangan.
2. Meningkatkan kemampuan pengurus dan anggota kelompok dalam pengelolaan cadangan angan, dan
3. Meningkatkan fungsi kelembagaan cadangan pangan masyarakat dalam penyediaan pangan secara optimal dan berkelanjutan.
Dilaksanakan dalam 3 tahapan:4. Tahap penumbuhan: identifikasi lokasi dan pembangunan fisik lumbung.5. Tahap pengembagan: identifikasi kelompok lumbung pangan dan
pengisian cadangan pangan6. Tahap kemandirian: penguatan kelembagaan kelompok melalui
pemberian dana bantuan sosial
5
Sebaran kegiatan LPM tahun 2011-2013:
Jumlah (unit)
Jumlah propinsi 32Jumlah kabupaten 300Jumlah kecamatan 1099LPM tahun 2011 (APBN 2009) 275LPM tahun 2012 (DAK 2010) 425LPM tahun 2013 (DAK 2010-2011) 607Tahun 2013 (DAK 2011) 247
Total 1.554
6
Tujuan studi :
1. Menyusun kriteria klasifikasi kemandirian LPM.
2. Melakukan pengelompokan tingkat keberhasilan lumbung berdasarkan tahap kemandiriannya.
3. Menyusun exit strategy dan keberlanjutan LPM.
7
Hasil studi:
8
Sebaran sampel studi LPM (unit):
Prop
Tahun kemandirian
Total2012 2013 2014
Aceh 16 12 8 36
Babel 5 5
Bali 7 9 16
Banten 5 12 1 18
Bengkulu 10 6 6 22
DIY 7 5 12
Gorontalo 11 9 20
Jabar 22 12 2 36
Jambi 14 7 4 25
Jateng 21 44 29 94
Jatim 17 51 69 137
Kalbar 14 14 4 32
Kalsel 14 24 38
Kalteng 5 21 26
Lampung 16 37 11 64
Maluku 1 2 3
Prop
Tahun kemandirian
Total2012 2013 2014
NTB 9 22 3 34
NTT 13 49 9 71
Papua 3 3 6
Papua Barat 3 1 1 5
Riau 3 3
Sulsel 22 23 5 50
Sulteng 20 14 10 44
Sultra 14 8 1 23
Sulut 12 20 3 35
Sumbar 13 17 6 36
Sumsel 23 36 20 79
Sumut 19 14 11 44
Total 339 467 208 1014
9
Rata-rata jumlah anggota berdasar tahun kemandirian:
Tahun kemandirian
Jumlah anggota (orang)
2010 2011 2012 2013 2014
2012
33,9
32,7
34,9
37,2
38,8
2013
26,9
36,2
36,9
40,7
42,2
2014
23,8
38,0
36,8
47,0
48,2
Total
30,5
35,1
36,2
40,8
42,4
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 20140
10
20
30
40
50
60
201220132014Total
10
Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014
Aceh
38,4
36,5 36,0 34,8 36,9
Babel
25,0
24,3 24,3 24,0 24,0
Bali
70,8 71,9 72,4 73,0
Banten
28,3
28,2 34,1 33,6 33,3
Bengkulu
DIY
50,8 66,0 68,2 62,4
Gorontalo
54,0 50,1 55,7 59,7
Jabar
46,5
40,5 48,3 49,9 54,0
Jambi
19,3
26,9 27,2 28,0 30,4
Jateng
27,5
60,5 62,8 70,6 73,6
Jatim
114,5
43,8 44,9 63,5 63,5
Kalbar
13,0
22,5 29,6 33,3 46,0
Kalsel
26,3 25,9 25,7 26,4
Kalteng
9,5
18,5 28,4 29,4 29,4
Lampung
36,0
32,4 36,2 42,1 44,7
Maluku
23,0 21,5 20,0 13,7
Rata-rata jumlah anggota (orang):
Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014
NTB
26,0
15,0 25,7
NTT
25,9 24,2 24,5 24,4
Papua
21,7 22,2 22,2 22,2
Papua Barat
23,3 25,0 23,8 23,8
Riau
Sulsel
22,5
22,8 21,4 22,0 21,9
Sulteng
23,8 24,4 24,8 30,2
Sultra
21,5 20,7 20,3 19,9
Sulut
20,2 19,8 19,5 18,9
Sumbar
33,0 33,3 31,2 29,3
Sumsel
21,9
26,3 31,8 34,1 34,8
Sumut
28,0
29,7 27,7 27,6 27,6
TOTAL
30,5
35,1 36,2 40,8 42,4
11
Rata-rata anggota yang menerima manfaat tahun 2010-2014 (orang):
Tahun kemandir
ian 2010 2011 2012 2013 2014
2012
23,9
28,9
30,3
31,1
37,9
2013
19,9
33,3
34,1
36,3
39,3
2014
18,3
27,3
29,4
39,1
44,5
Total 22,2
30,7
32,0
35,2
40,0
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 20140
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
201220132014Total
12
Rata-rata anggota yang menerima manfaat tahun 2010-2014 (orang)
Propinsi 2010 2011 2012 2013 2014
Aceh
29,2 30,4
28,1
28,7
40,1
Babel
25,0 19,8
22,3
21,7
25,3
Bali 47,5
56,1
53,3
54,6
Banten
23,3 18,9
26,4
27,1
27,6
Bengkulu
DIY 49,0
47,0
58,8
57,4
Gorontalo
62,5
50,3
53,3
58,2
Jabar
23,3 28,2
36,8
40,3
50,0
Jambi
17,5 47,5
42,9
40,4
42,2
Jateng
24,0 45,0
46,4
52,6
59,9
Jatim 30,7
32,4
49,5
51,8
Kalbar 20,0
29,1
29,3
51,9
Kalsel 26,0
25,5
25,8
25,8
Kalteng
9,5 19,7
22,5
22,5
22,5
Lampung
26,3
40,2
35,5
42,6
Maluku 19,0
16,7
13,7
Propinsi 2010 2011 2012 2013 2014
NTB
20,0 15,0 23,7
NTT 31,4 31,0 27,0 32,7
Papua 21,7 22,2 22,7 22,7
Papua Barat 25,0 25,0 23,8 23,8 Riau
Sulsel 21,6 18,7 19,4 22,0
Sulteng 23,8 24,0 21,5 39,1
Sultra 20,9 19,3 18,6 19,2
Sulut 20,4 20,5 22,3 25,3
Sumbar 36,2 35,0 32,4 30,0
Sumsel
20,5 25,9 31,8 34,0 34,7
Sumut
20,0 20,4 17,3 18,2 18,9
Total
22,2 30,7 32,0 35,2 40,0
13
Volume gabah yang disimpan (kg) per tahun:
Thn kemandirian 2010 2011 2012 2013 2014
2012
1.603
2.865
3.403
3.939
3.871
2013
408
2.873
3.229
3.795
3.993
2014
200
1.377
2.629
3.044
3.299
Total
1.017
2.707
3.210
3.681
3.796
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 20140
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
201220132014Total
14
Volume gabah yang disimpan (kg) per tahun :
Prop 2010 2011 2012 2013 2014
Aceh
4.466,7
4.633,3
4.510,7
7.158,8
4.275,5
Babel 5.000,0
5.000,0
Bali 3.838,5
3.477,0
3.277,0
2.486,2
Banten 4.401,7
5.769,7
5.306,9
2.801,3
Bengkulu
DIY 2.800,0
2.800,0
2.875,0
2.875,0
Gorontalo 3.109,6
2.296,1
1.704,9
1.509,4
Jabar
2.689,4
3.437,9
3.421,2
3.400,3
2.780,9
Jambi 1.938,2
2.446,1
3.610,6
2.609,4
Jateng 3.214,3
3.758,7
4.551,9
5.248,8
Jatim 2.771,5
3.523,9
3.643,2
3.929,8
Kalbar 4.033,3
3.454,2
2.616,4
2.583,2
Kalsel 4.036,7
4.032,0
4.177,3
4.199,5
Kalteng 2.837,3
3.567,6
2.113,5
2.103,3
Lampung 2.947,8
3.761,0
5.100,9
5.247,0
Maluku
Prop 2010 2011 2012 2013 2014
NTB -
-
4.775,0
NTT
2.336,0
2.852,7
3.136,8
2.971,0
Papua
2.000,0
3.233,3
2.850,0
4.750,0
Papua Barat
1.410,0
1.767,5
1.767,5
1.914,0
Riau
Sulsel
2.916,5
2.889,4
3.565,6
4.505,2
Sulteng
3.100,0
1.866,7
2.592,7
3.961,3
Sultra
3.033,3
3.797,7
5.404,5
4.768,2
Sulut
2.333,5
1.626,0
2.396,5
3.276,6
Sumbar 7.000,0
4.491,2
Sumsel
265,3
363,6
1.853,3
3.073,9
3.218,0
Sumut
4.330,9
3.538,2
4.248,2
4.910,5
Total
1.017,2
2.707,5
3.210,3
3.681,6
3.796,9
15
Rata-rata akumulasi volume beras/gabah yang disalurkan (kg) tiap tahun:
Thn kemandirian 2010 2011 2012 2013 2014
2012
2.355
3.001
3.772
4.286
4.819
2013
1.350
3.074
3.323
3.863
4.631
2014
2.569
2.832
3.492
4.376
Total
2.229
2.996
3.422
3.908
4.625
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 20140
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
201220132014Total
16
Rata-rata jumlah bantuan sosial tahun 2010-2014 (kg):
Tahun kemandiria
n 2010 2011 2012 2013 2014 2012 384 417 396 705 1.222 2013 450 313 582 597 2014 108 694 350 603 Total 384 377 428 553 780
17
Metode penilaian kemandirian:
Terdiri atas 24 variabel:1. Aspek kelembagaan (var 1-
13)2. Aspek permodalan dan
pengembangan usaha (var 14-20)
3. Aspek kemanfaatan sosial (var 21-24)
• Nilai minimum = 100• Nilia maksimum = 336
Tingkat kemandirian:
1. Kurang berhasil (nilai: 100 - 178,7)
2. Berhasil (nilai: 178,7 – 257,4)
3. Sangat Berhasil (nilai: 257,4 – 336)
18
Skor, bobot dan nilai
Var no. Skor Nilai
min mak Bobot (%) min mak1 1 3 3 3 92 1 3 2 2 63 1 3 2 2 64 1 4 2 2 85 1 4 2 2 86 1 3 2 2 67 1 3 3 3 98 1 3 2 2 69 1 3 2 2 6
10 1 4 3 3 1211 1 3 2 2 612 1 3 2 2 613 1 3 3 3 9
Jum aspek I 30 30 97
19
Var no.Skor Nilai
min mak Bobot (%) min mak14 1 4 7 7 2815 1 3 10 10 3016 1 3 4 4 1217 1 3 10 10 3018 1 3 4 4 1219 1 3 3 3 920 1 3 7 7 21
Jum aspek II 45 45 14221 1 4 7 7 2822 1 4 5 5 2023 1 4 8 8 3224 1 4 5 5 20
Jum aspek III 25 25 100TOTAL 100 100 339
20
Sebaran nilai kemandirian berdasarkan aspek:
Tahun kemandirian
Kelembagaan Modal dan usaha
Sosial Total
2012 60,7 77,4 49,3 187,4
2013 61,3 80,6 51,0 193,0
2014 63,2 81,7 52,3 197,2
Total 61,5 79,8 50,7 192,0
Nilai maks 97 142 100 339
Pencapaian (%) 63,4 56,2 50,7 56,6
21
Rangking nilai kemandirian :Prop
Kelembagaan
Modal dan
usaha
Sosial
Total Rangking
Riau 60,7
89,0
65,0
214,7
1
Jateng 67,2
90,0
56,0
213,2 2
Lampung 65,6
90,8
56,5
212,9 3
Sumsel 64,0
89,3
56,3
209,6 4
Bali 64,1
82,3
54,2
200,5 5
Jabar 65,1
79,5
54,1
198,7 6
Sumut 66,2
81,5
50,3
198,0 7
NTT 61,9
81,6
53,5
197,1 8
Bengkulu 67,0
75,7
53,5
196,3 9
Jatim 63,9
79,9
51,5
195,3 10
Sulteng 55,7
84,0
54,2
193,9 11
Jambi 62,6
76,5
54,6
193,7 12
NTB 61,2
78,1
50,6
190,0 13
DIY 57,8
82,8
48,2
188,7 14
Sulut 61,1
78,2
42,9
182,2 15
Prop
Kelembagaan
Modal dan
usaha
Sosial
Total Rangking
Gorontalo
55,1
71,5
54,3
180,8 16
Kalsel 57,4
74,5
46,1
178,0 17
Sumbar 57,0
75,8
45,1
177,9 18
Sultra 56,9
70,4
49,3
176,7 19
Sulsel 57,5
72,3
45,3
175,1 20
Banten 55,3
70,6
47,6
173,5 21
Kalbar 60,3
67,2
44,4
171,9 22
Aceh 54,7
70,9
43,4
169,0 23
Maluku 58,0
65,7
45,0
168,7 24
Papua Barat
55,6
67,4
44,6
167,6 25
Papua 49,5
68,8
41,0
159,3 26
Babel 54,0
59,8
38,8
152,6 27
Kalteng 52,1
64,3
30,2
146,7 28
22
Nilai per variabel kemandirian:
Variabel 2012 2013 2014 Total Nilai
Nilai maksimu
m
Pencapaian (%)
1. Keaktifan pengurus kelompok sehari-hari
6,1
6,1
6,5 6,2 9 68,6
2. Jumlah pengurus hadir dalam rapat LPM 4,6
4,7
4,8 4,7 6
78,3
3. Frekuensi regenerasi (pergantian) pengurus semenjak berdiri 2,8
2,8
2,7 2,8 6
46,4
4. Efektivitas pelaksanaan AD/ART 5,1
4,9
5,2 5,0 8
62,8
5. Jumlah pelaksanaan RAT 4,2
4,1
4,1 4,2 8
52,1
6. Pihak yang telah menerima pinjaman gabah/beras 3,3
3,2
3,5 3,3 6
55,0
7. Pelaksanaan kewajiban anggota dalam melunasi pinjaman 6,2
6,3
6,5 6,3 9
70,2
8. Pelaksanaan sanksi atas pelanggaran kewajiban 4,5
4,6
4,8 4,6 6
76,7
9. Jumlah anggota kelompok hadir dalam rapat 3,8
3,9
4,0 3,9 6
65,1
10. Partisipasi simpanan gabah/beras anggota di kelompok 5,5
5,6
5,5 5,5 12
46,2
11. Kelengkapan pengisian buku administrasi 4,4
4,4
4,6 4,4 6
74,0
12. Administrasi buku kegiatan pengelolaan cadangan pangan 4,2
4,3
4,4 4,3 6
71,8
13. Kelengkapan pengisian buku administrasi keuangan 6,0
6,2
6,7 6,3 9
69,5
Total Aspek Kelembagaan
60,7
61,3 63,2 61,5 97
63,4
23
Variabel 2012 2013 2014 Total Nilai
Nilai maksimu
m
Pencapaian
(%)Sumber permodalan LPM
11,0
11,9 11,5
11,5 28
41,1
Perkembangan modal 18,4
19,2
18,8
18,9 30
62,9
Kondisi gudang yang dimiliki 9,4
9,6
10,0
9,6 12
80,1
Jumlah cadangan yang dimiliki kelompok 17,1
18,3
19,0
18,0 30
60,1
Julah anggota yang memberi bantuan fasilitas secara sukarela
6,0
5,9
5,8
5,9 12
49,4
Pelaksanaan promosi dan advokasi dari Pemda 5,2
5,3
5,5
5,3 9
59,1
Bentuk kemitraan dengan pelaku swasta/pedagang 10,3
10,5
10,9
10,5 21
50,0
Total aspek permodalan dan usaha
77,4
80,6 81,7
79,8 142
56,2
Perkembangan jumlah anggota kelompok 14,8
14,5
15,0
14,7 28
52,5
Perkembangan jumlah anggota yang menerima bantuan sosial
9,5
9,6
9,7
9,6 20
47,9
Perkembangan volume beras/gabah yang telah disalurkan 16,6
17,9
18,3
17,5 32
54,8
Perkembangan bantuan sosial untuk masyarakat yang terkena bencana/musibah
8,4
9,1
9,3
8,9 20
44,5
Total aspek sosial
49,3
51,0 52,3
50,7 100
50,7
TOTAL 187,4
193,0
197,2
192,0 339
56,6
24
Sebaran LPM atas tingkat keberhasilan:
TahunKurang berhasil Berhasil
Sangat berhasil Total
2012 145 180 14 339
2013 161 283 23 467
2014 56 150 2 208
Total 362 613 39 1014
Tingkat keberhasilan LPM cukup tinggil, dimana 60,50 % pada kategori “berhasil”
Pada LPM tahun yang lebih lama, tingkat keberhasilan mulai menurun. Artinya, LPM cenderung bagus jika masih ada pembinaan dari luar secara
intensif
TahunKurang berhasil Berhasil
Sangat berhasil Total
2012 42,8% 53,1% 4,1% 100,0%
2013 34,5% 60,6% 4,9% 100,0%
2014 26,9% 72,1% 1,0% 100,0%
Total 35,7% 60,5% 3,8% 100,0%
25
Strategi ke DEPAN........
26
Beberapa langkah penting ke depan:
1. Internal: refresh pengurus, memperbanyak dari kalangan perempuan
2. Internal: penguatan internal pressure3. Internal: perluasan peran LPM (multi purpose) ke
bisnis4. Eksternal: pemanfaatan Dana Desa untuk penguatan
permodalan Lumbung5. Eksternal: penyatuan lembaga-lembaga permodalan
pedesaan (penyatuan LDPM, LPM, PUAP, koperasi, Gapoktan, Poktan, dll)
27
1. Refresh pengurus LPM:
Pengurus bekerja secara sosial, sehingga perlu penggantian untuk mendapatkan semangat baru
Bisa diterapkan kesepakatan “pergiliran”, dengan masa kepengurusan 2-3 tahun
Reward bagi pengurus dari pihak luar (mis dari BKP, Pemda, dll)
Komposisi pengurus perempuan agar ditingkatkan, karena LPM berkaitan dengan basic need di rumah tangga yang merupakan domain perempuan
28
“Keunggulan” perempuan:
• Buku “Rural Women’s Leadership Programme Madagascar, Nepal, the Philippines and Senegal: Good practices and lessons learned (2010-2013) – IFAD):
• “There is clear demand from women, especially at the grass-roots level, to have their priorities heard in farmers’ organizations”
• “Farmers’ organizations need to attract more women members ....”
29
2. Pengembangan internal pressure:
Rasa pemilikan dan pengawasan dari internal perlu diciptakan terutama setelah external pressure menurun dari petugas pendamping/pembina dari BKP
Metoda nya adalah peningkatan partisipasi riel anggota, misalnya dengan penyetoran gabah/beras lebih banyak (mis. 100 kg per musim tanam per anggota)
Anggota akan lebih PERDULI terhadap LPMPengurus akan lebih hati-hati, dan bahkan bisa
menciptakan “honor” untuk pengurus
30
3. Perluasan peran LPM (multi purpose) ke “bisnis”:
Dari hasil studi: peningkatan gabah/beras yang disalurkan dan disimpan relatif lambat.
Pada kondisi kebutuhan peminjaman menurun, dan ada margin keuntungan yang menarik, dimungkinkan untuk menjual gabah/beras ke pasar
LPM dapat melengkapi dengan bisnis lain, terutama pemenuhan kebutuhan pokok anggota (Sembako): bisnis dua arah untuk peningkatan skala usaha.
31
4. Pemanfaatan Dana Desa:• UU No 6 Tahun 2014 tentang DESA• Jumlah Desa di Indonesia = 74.093 unit• Dana desa:
2015 = Rp 20,8 trilyun (rata-rata Rp 281,0 juta/desa)2016 = Rp 47 triyun (rata-rata Rp 628,5 juta/desa)
Potensinya: Rp, 1,4 milyar per desa per tahun
• Prioritas = mendanai pelaksanaan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat.
• Pasal 80: Desa harus mengutamakan “pengembangan ekonomi pertanian berskala produktif”
• Pasal 74: Belanja Desa diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan meliputi kebutuhan primer, pelayanan dasar, lingkungan, dan kegiatan pemberdayaan masyarakat Desa.
• Penjelasan Pasal 74 : Yang dimaksud dengan “kebutuhan primer” adalah kebutuhan pangan, sandang, dan papan.
32
• Siaran Pers Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (DPDTT), Marwan Jafar :
"Tidak ada lagi desa yang bermasalah dengan pemenuhan kebutuhan pangan
secara mandiri. Saya sebagai menteri yang mengurus desa tentu tidak akan tinggal diam
masih ada desa yang rawan pangan, seharusnya hal ini tidak terjadi di negara kita
ini yang kaya sumberdaya pangan. Untuk mengatasi persoalan itulangkah konkret yang
ditawarkan adalah pengembangan desa mandiri pangan”
33
5. Penguatan permodalan petani di desa dengan PENYATUAN berbagai Program:
• Pasal 4 dan 5 UU No 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM): pendirian LKM harus berbadan hukum dan mendapat izin usaha
• Bentuk badan hukum dimaksud adalah berupa Koperasi atau Perseroan Terbatas.
• Maka, formalitas harus sudah dilakukan selambatnya 8 Januari 2015 (= dua tahun setelah diundangkannya UU LKM).
• Jika masing-masing menjadi koperasi (5-8 unit koperasi) = biaya pembuatan mahal, pendapatan jasa (keuntungan) kecil, sehingga tidak cukup menggaji manajer, staf, dll. Tidak mencapai SKALA EKONOMI, tidak SUSTAIN (Pengurus tidak dapat insentif, honor manajer hanya Rp 300 ribu per bulan)
• Jika diSATUKAN = mencapai skala ekonomi, dan lebih SUSTAIN (bisa menggaji manajer dan staf minimal Rp 3 juta / orang/bulan)
34
Penyaturan organisasi permodalan di desa:Organisasi pengelola
permodalanJumlah modal
(Rp )Potensi pendapatan
(+ 10 %/tahun)Potensi
pendapatan Jika disatukan
1. LKMA-PUAP 100 juta 10 juta
+ Rp 100 juta
2. LDPM 225 juta 22,5 juta
3. LPM 50 juta 5 juta
4. Koperasi wanita 15 juta 1,5
5. KUD 300 juta 30 juta
6. koperasi pengrajin 200 juta 20 juta
Tingkat sustainabilitas
Keuntungan rendah, masing-masing tidak sustain
Mencapai skala ekonomi, SUSTAIN
35
Demikian, TERIMA KASIH
top related