revisi sidang 1
Post on 21-Oct-2015
100 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam upaya mewujudkan pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya,
maka setiap warga Indonesia berhak memperoleh derajat sehat yang setinggi-
tingginya yang meliputi sehat jasmani, rohani, dan sosial. Tidak hanya bebas dari
penyakit, cacat, bahkan kelemahan maka dalam sistem kesehatan nasional
diupayakan pelaksanaan kesehatan yang bersifat terpadu, merata, menyeluruh,
dan dapat terjangkau masyarakat luas. (Depkes, 2005)
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat
diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive),
penyembuhan (curative), dan pemulihan (rehabilitative) yang diselenggarakan
secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (UU RI no.23/1992 Bab V
pasal 10).
Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam kerangka
mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara
sistematis dan berkesinambungan. (Depkes, 2005).
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada
individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan
memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,
mekanis dan terapeutik), pelatihan fungsi, dan komunikasi.(Kepmenkes RI
Nomor 376/MENKES/SK/III/2007)
A. Latar Belakang Masalah
Anggota gerak pada manusia merupakan anggota gerak yang sangat
penting sepanjang daur kehidupan manusia, baik anggota gerak atas
maupun anggota gerak bawah. Anggota gerak atas yang terdiri dari bahu,
siku, pergelangan tangan dan jari-jari merupakan salah satu alat gerak
utama untuk bekerja sepanjang daur kehidupan. Dari sejak lahir hingga
1
2
lansia lengan sangat membantu kita melakukan hal-hal yang kita inginkan
seperti makan minum, mandi, mengangkat atau mengambil benda,
mengendarai motor dan lain sebagainya. Oleh karena itu jika lengan atau
siku seseorang sakit, aktifitas dalam kehidupannya akan sangat terganggu,
misalnya aktifitas sebagai ibu rumah tangga di rumah seperti memasak,
mencuci, menyapu dan lain sebagainya. Seorang petenis yang harus
berlatih atau bertanding ia akan sangat memerlukan lengannya, maupun
orang yang tidak mengetahui dan tidak pernah tenis pun juga tak luput
terkena cidera ini tetapi jumlahnya tidak seberapa dibandingkan dengan
orang yang mempunyai hoby bermain tenis.(Jowir, 2009)
Gangguan sendi siku merupakan salah satu gangguan yang sering
terjadi dan sangat mengganggu aktifitas. Tennis elbow atau epicondylitis
lateralis salah satu gangguan siku yang paling sering di derita oleh orang
yang suka bermain tenis. Prevalensi atau angka kejadian yang ada di dunia,
tennis elbow dialami 1% hingga 3% penduduk secara keseluruhan dan
sebanyak 50% dari pemain tenis selama mereka berkarir, seringnya diderita
oleh pria dibandingkan dengan wanita. (Melissa, 2009)
Tennis elbow merupakan salah satu kondisi dimana sendi siku bagian
luar terasa nyeri akibat paradangan atau iritasi pada tempat melekatnya
tendon ekstensor carpi radialis pada epicondylus humeri (Dorlands, 2002).
Keadaan tersebut sering terjadi pada pemain tenis tetapi tidak sedikit juga
keadaan tersebut dialami oleh ibu rumah tangga dan juga montir. Pekerjaan
yang memerlukan gerak memutar ke arah luar pada lengan bawah seperti
mencuci, menyapu, mengepel, memutar obeng dan lain sebagainya, jika
dilakukan oleh seseorang secara terus-menerus mengakibatkan trauma
pada sendi siku, sehingga akan terjadi peradangan pada tendon ekstensor
carpi radialis. Meskipun keadaan tersebut tidak membahayakan bagi
penderita, tetapi keadaan tersebut dapat sangat mengganggu aktifitas
sehari-hari. Nyeri pada permukaan luar sendi siku tersebut dapat
menyebabkan penurunan kekuatan otot lengan akibat nyeri yang dialami.
Para penderita tennis elbow biasanya ditemukan pada kelompok usia antara
35 tahun sampai 55 tahun. Pada orang-orang yang berusia lebih dari 60
tahun atau berusia 30 tahun jarang dijumpai kasus tersebut, meskipun dalam
segala usia dapat terserang (De Wolf, 1994).
3
Fisioterapi sangat berperan penting dalam pemulihan gerak dan
fungsional pada kasus tennis elbow ini. Problematika fisioterapi pada kasus
tennis elbow meliputi impairment adanya nyeri di sekitar sendi siku, dan
penurunan kekuatan otot lengan. Problematika selanjutnya ialah functional
limitation atau fungsi yang terbatas misalnya keterbatasan fungsi dari sendi
siku untuk mencuci, menyapu, mengepel lantai, mengangkat barang berat
dan lain sebagainya karena nyeri. Ada beberapa modalitas fisioterapi yang
bisa diberikan pada problematik diatas, diantaranya Ultra Sound Therapy
(US) dan Terapi Latihan.
Berdasarkan uraian diatas penulis mempunyai keinginan untuk
mengetahui lebih dalam tentang kasus tennis elbow dan memperoleh
gambaran mengenai manfaat ultra sound therapy dan terapi latihan dalam
mengurangi nyeri, mengurangi spasme otot dan meningkatkan kekuatan otot
serta meningkatkan aktifitas fungsional. Sehingga penulis mengangkat judul
karya tulis ilmiah PENATALAKSANAAN ULTRA SOUND THERAPY (US)
DAN TERAPI LATIHAN PADA TENNIS ELBOW DEXTRA.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Penatalaksanaan Ultra Sound Therapy dan Terapi
Latihan pada Tennis Elbow?
2. Bagaimanakah Manfaat Ultra Sound Therapy dan Terapi Latihan pada
Tennis Elbow?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi persyaratan akademik pendidikan D-III Fisioterapi.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui Penatalaksanaan Ultra Sound Therapy dan
Terapi Latihan pada Tennis Elbow.
b) Untuk mengetahui manfaat Ultra Sound Therapy dan Terapi Latihan
dapat mengurangi nyeri, mengurangi spasme otot dan
meningkatkan kekuatan otot serta meningkatkan aktifitas
fungsional pada kasus Tennis elbow.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Definisi
Penatalaksanaan berasal dari kata tata dan laksana. Tata berarti
susunan, sistem dan cara. Sedangkan laksana menurut kamus besar
bahasa Indonesia artinya pengatur pelaksanaan. (Suharso, 2005)
Istilah Tennis Elbow digunakan untuk menggambarkan titik nyeri
tekan pada epicondylus lateralis siku, sering timbul secara spontan tetapi
bisa disebabkan oleh sejumlah puntiran lengan bawah sewaktu sendi
diekstensikan seperti sewaktu melakukan “service” Tennis.
(Hughes,1994). Tennis elbow adalah keadaan nyeri pada permukaan luar
siku, akibat peradangan atau iritasi pada tempat melekatnya tendon
ekstensor carpi radialis pada epicondylus lateralis humeri.(Dorlands,2002)
Tennis elbow atau sering disebut juga lateral epicondylitis merupakan
salah satu cidera karena penggunaan yang berlebihan (over use). Cidera
karena over use pada umumnya adalah karena penggunaan yang terlalu
banyak dan terlalu cepat melakukan latihan atau pekerjaan yang
sebenarnya melampaui kemampuannya. Epicondylitis lateralis
merupakan gangguan siku yang paling sering terjadi. Istilah siku tenis
memberi dugaan adanya epicondylitis terutama pada petenis tetapi tidak
demikian halnya, hanya sebagian jumlah kecil pasien yang mengalami
keadaan tersebut setelah bermain tenis. Sering kali penderita tennis
elbow berusia 35 tahun hingga 55 tahun. Pada lansia berusia lebih dari 60
tahun atau usia 30 tahun jarang mengalami kondisi tersebut (De
Wolf,1994).
Penderita tennis elbow yang mengalami sakit bukanlah pada siku,
tetapi pada tendon. Perlekatan otot pada tulang dari otot yang berada di
belakang dari lengan, otot-otot ini bertugas untuk membengkokkan
tangan dan pergelangan tangan. Peradangan terjadi pada otot ekstensor
carpi radialis brevis atau longus (Sidharta, 1984).
4
5
Ultra Sound Therapy merupakan modalitas fisioterapi yang
menggunakan gelombang suara yang dirubah menjadi gelombang
mekanik. Dengan menggunakan frekuensi lebih dari 20.000 Hz.(Sujatno,
2002)
Terapi latihan merupakan salah satu metode pengobatan dalam
fisioterapi yang pelaksanaannya menggunakan latihan-latihan gerak
anggota tubuh baik aktif maupun pasif (Kishner, 1995).
2. Anatomi Terapan
a) Persendian Pada Sendi Siku.
Sendi siku dibentuk oleh tiga tulang, yaitu humeri, radius, ulna yang
saling berhubungan. Bagian-bagian pembentuk sendi tersebut adalah
distal humerus, proksimal radius dan proksimal ulna. Sendi elbow
berbentuk engsel, selain itu memilki bentuk sendi pasak (pivot) atau sendi
trochoidea terdiri dari sendi pasak dan sendi putar.
Gambar 2.1
Sendi siku tampak dari anterior dan posterior ( R. Putz, R.Pabst, 2000).
Dari gambar 2.1 dapat dilihat bentuk atau struktur tulang pada sendi
siku yang terdiri dari tiga tulang yaitu humeri, radius dan ulna yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya. Sendi siku terdapat gerakan
6
kedua arah yaitu fleksi dan ekstensi yang terjadi pada bidang sagital dan
pronasi dan supinasi pada bidang rotasi. Fleksi dan ekstensi terjadi antara
humeri dan lengan bawah (radius dan ulna). Pronasi dan supinasi terjadi
karena radius berputar pada ulna, sementara itu radius juga berputar
pada porosnya.
b) Ligamentum Pada Sendi Siku.
Sendi siku diperkuat oleh ligamentum dan juga oleh otot-otot lengan
yang besar, sehingga saat bergerak atau mengangkat barang yang berat
sendi kuat mengangkat. Saat mengangkat benda posisi sendi masih tetap
rapat dengan dibantu otot yang berkontraksi. Sendi ini diperkuat oleh
ligamentum colaterale laterale, ligamentum colaterale mediale dan
ligamentum annulare radii yang menstabilkan caput radii.
(1) Ligamentum collaterale lateral
Ligamen ini merupakan ligamen yang kuat dan terletak pada
tepi radial. Ligamen tersebut merupakan bundle yang kuat melekat
pada epicondylus lateralis humeri dan berjalan kearah distal,
sebagian melekat pada ulna dan sebagian lagi melekat pada
ligamen annulare.
(2) Ligamentum collaterale medial
Ligamen ini berbentuk segitiga datar yang kuat. Ligamen ini
terdiri dari tiga bagian yaitu :
(a) Pars anterior melekat pada epicondylus medialis humeri ke
processus coronoideus humeri.
(b) Pars posterior melekat pada epicondylus humeri ke olecranon.
(c) Pars transversal yang menghubungkan kedua bagian ini,
membentang dari processus coronoideus ulnae menuju ke
olecranon.
(3) Ligamentum annulare radii
Bentuknya seperti cincin melekat pada ventral dan dorsal
incissura radius ulna, melingkari capitulum radii. Ligamen ini
berfungsi untuk menjaga tetap kontaknya capitulum radii dengan
incisura radius ulna. Serabut bagian atas berhubungan dengan
ligamen pada articulatio cubiti sedangkan serabut bagian bawah
berhubungan dengan colum radii.
7
c) Myologi Pada Sendi Siku.
Otot-otot yang berfungsi pada sendi siku ialah brachioradialis,
biceps brachii, triceps brachii, pronator teres dan supinator. Selain
otot-otot tersebut, sendi siku juga berasal dari sejumlah otot yang
berfungsi untuk pergelangan tangan seperti ekstensor carpi radialis
longus yang berfungsi sebagai penggerak utama ekstensi sendi
pergelangan tangan serta otot ekstensor carpi radialis brevis sebagai
penggerak utama ekstensi dan abduksi pergelangan tangan. Otot
ekstensor carpi ulnaris, fleksor carpi radialis, palmaris longus, fleksor
carpi ulnaris, fleksor digitorum superficialis, ekstensor digitorum,
ekstensor digiti minimi, fleksor carpi radialis. Berikut ini fungsi, origo
dan insertio dari otot-otot tersebut :
No Nama Origo Insertio Fungsi Inervasi
1 M .Biceps Brachii Caput Longum
(Tuberositas
supraglenoidalis
scapula)
Caput
Breve(Proc.cora
coideus
scapula)
Tuberositas
radii
Fleksi dan
supinasi
siku.
N
.Musculocutan
eus
C5-C6
2 M .Brachialis Facies anterior
humeri
Tuberositas
ulna
Fleksi siku N
.Musculocutan
eus
C5-C6
3 M .Triceps Caput
longum(Tuberos
itas
infraglenoidialis
scapula)
Caput
lateral(paruh
atas permukaan
Olecranon
Ulna
Ekstensi
siku
N .radialis
C6-C8
8
posterior corpus
humeri)
Caput
medial(paruh
bawah
permuakaan
posterior corpus
humeri)
4 M .pronator teres Caput
humerale(epico
ndylus medialis
humeri)
Caput
Ulnare(pinggir
medial
proc.coronoideu
s ulnae
Permukaan
lateral corpus
radii
Pronasi
dan fleksi
siku
N .medianus
C6-C7
5 M .brachioradialis Crista
supracondylaris
lateralis humeri
Basis
proc.styloide
us radii
Fleksi dan
supinasi
siku
N .radialis
C5-C6
6 M .supinator Epicondylus
lateralis humeri
Facies
anterior radii
Supinasi
siku
R .profundus
dan N.radialis
C6-C7
7 M .ekstensor carpi
radialis brevis
Epicondylus
lateralis humeri
Permukaan
posterior
basis os
metacarpal III
Ekstensi
wrist
R .profundus
dan N.radialis
C6-C8
8 M . ekstensor carpi
radialis longus
Margo lateral,
epicondylus
lateral humeri
Permukaan
posterior
basis os
metacarpal II
Ekstensi
wrist,
radial
deviasi
N .radialis
C6-C7
9 M.ekstensor
digitorum
Epicondylus
lateralis humeri
Phalang
tengah dan
Ekstensi
jari
R.profundus
N. radialis
9
distal 4 jari
sisi medial
C7-C8
10 M.ekstens
or digiti minimi
Epicondylus
lateralis humeri
Ekspansi
ekstensor jari
kelingking
Ekstensi
metacarpo
phalangea
jari
kelingking
R.profundus
N. radialis
C7-C8
11 M.ekstensor carpi
ulnaris
Epicondylus
lateralis humeri
Basis os
metacarpal V
Ekstensi
pergelang
an tangan
dan
abduksi
pergelang
an tangan
R.profundus
N. radialis
C7-C8
12 M. fleksor carpi
radialis
Epicondylus
medialis humeri
Basis
metacarpal II
dan III
Fleksi dan
abduksi
pergelang
an tangan
N. medianus
C6-C7
13 M.palmaris longus Epicondylus
medialis humeri
Fleksor
retinakulum
dan
aponeurosis
palmaris
Fleksi
pergelang
an tangan
N. medianus
14 M. fleksor carpi
ulnaris
Caput humeri :
epicondylus
medialis
Caput ulnaris :
permukaan
medial
olecranon dan
pinggir posterior
ulna
Os pisiforme Fleksi dan
abduksi
pergelang
an tangan
N. ulnaris
C7-T1
15 M.fleksor digitorum Caput humero Phalang Fleksi N. medianus
10
superficialis ulnaris :
Epicondylus
medialis humeri.
Caput radiale :
Linea obliqua
pada
permukaan
anterior corpus
radii
tengah 4 jari
medial
phalang
tengah
dan
membantu
phalang
proksimal
dan
tangan
C8-T1
Tabel 2.1
Origo, insertio, fungsi dan inervasi otot-otot sendi siku.
(snell, 1998)
Gambar 2.2
Otot-otot lengan bawah tampak dari lateral
(Putz, R.Pabst, 2000).
11
Keterangan Gambar 2.3 :
1. M .biceps brachii.
2. M .brachialis.
3. M .brachioradialis.
4. M .ekstensor carpi radialis
longus.
5. Epicondylus lateralis humeri.
6. M .ekstensor carpi radialis
brevis.
7. M . brachioradialis (tendon).
8. M .ekstensor carpi radialis
longus (tendon).
9. M .ekstensor carpi radialis
brevis (tendon).
10. M .abduktor policis longus.
11. M .abduktor policis longus
(tendon).
12. M .ekstensor policis brevis
(tendon).
13. M .ekstensor carpi radialis
brevis (tendon).
14. M .ekstensor carpi radialis
longus (tendon).
15. Os radius.
16. Retinakulum musculorum
ekstensorum.
17. M .ekstensor policis longus
(tendon).
18. M .ekstensor carpi ulnaris.
19. M .ekstensor digiti minimi.
20. M .ekstensor digitorum.
21. M .ekstensor policis brevis.
22. M .fleksor carpi ulnaris.
23. M .anconeus.
24. Olecranon.
25. M .tricep brachii (tendon).
26. M .tricep brachii caput mediale.
27. Septum intermusculare brachii
lateral.
28. M .tricep brachii caput lateral.
12
3. Biomekanik
a) Osteokinematika
Pada bagian ini akan dibahas mengenai gerakan aksis sendi dan
Lingkup Gerak Sendi (LGS)
(1) Sendi Siku.
(a) Fleksi dan Ekstensi
Bergerak pada bidang sagital dengan aksis
frontal,dari Lingkup Gerak Sendi normal yaitu dari posisi
awal 0O ditulis S : 00- 00 – 1450 (tidak ada hiperekstensi),
gerakan di luar batas 100 di bawah posisi dasar 00 disebut
hiperekstensi sehingga ditulis S : 100 – 00 – 1450
(b) Rotasi Lengan Bawah
Gerakan memutar kearah medial atau lateral, dengan
posisi awal 00 (posisi netral) bila dorsum tangan pararel
terhadap aksis longitudinal dari pergelangan tangan,
dengan siku menempel pada tubuh dengan fleksi 900,
supinasi 850 dan pronasi 900 ditulis R : 850 – 00 – 900
(2) Sendi Pergelangan Tangan
(a) Fleksi dan Ekstensi
Bergerak pada bidang sagital dengan aksis frontal
untuk ekstensi 800 dan fleksi 900, ditulis S : 800 - 00 – 900
(b) Radial dan Ulnar Deviasi
Bergerak pada bidang frontal dengan aksis sagital
Lingkup Gerak Sendi pada posisi 00 (netral) bila lengan
bawah dan jari ketiga dalam garis lurus. Radial Deviasi 200
(posisi anatomi dengan telapak tangan abduksi) dan ulnar
deviasi (adduksi) 300 ditulis F : 200 – 00 – 300 .(Russe
,1975).
b) Arthokinematik
Hukum cekung cembung (konkaf – konvek) yang berbunyi :
“ Apabila permukaan sendi cembung bergerak pada permukaan
sendi cekung, gerakan Roll selalu berlawanan arah dengan slide”.
dan “Apabila permukaan sendi cekung bergerak pada permukaan
sendi cembung, gerakan Roll dan Slide searah”.
13
(1) Sendi Humeroradius
(a) Fleksi :
Fleksi siku, radius (konkaf) bergerak ke humerus
(konvek) maka roll dan slide kearah ventral.
(b) Ekstensi :
Ekstensi radius ulna (konkaf) bergerak ke humerus
(konvek) maka roll dan slide kearah dorsal.
(2) Sendi Radioulnar Proksimalis
(a) Pronasi :
Radius (konvek) bergerak ke ulnar (konkaf), maka
roll kearah ventro medial dan slide kearah dorso lateral.
(b) Supinasi :
Radius (konvek) bergerak ke ulnar (konkaf), maka
roll kearah dorso lateral, slide kearah ventro medial.
(3) Sendi Radioulnar Distal
(a) Pronasi :
Radius (konkaf) bergerak ke ulnar (konvek) maka
roll dan slide kearah ventral.
(b) Supinasi :
Radius (konkaf) bergerak ke ulnar (konvek) maka
roll dan slide kearah dorsal.
(4) Sendi Pergelangan Tangan
Radiokarpal : Radius (konkaf), karpal (konvek).
(a) Fleksi :
Karpal bergerak ke radius, roll kearah dorsal maka
slide palmar sedikit proksimal.
(b) Ekstensi :
Karpal bergerak ke radius, roll kearah palmar maka
slide palmar sedikit distal. (Syatibi, 2002)
Pada kasus ini tidak ada keterbatasan Lingkup Gerak Sendi
(LGS) atau ROM.
14
4. Perubahan Patologi
a) Etiologi
Etiologi adalah ilmu pengetahuan atau teori tentang faktor-
faktor yang menyebabkan penyakit (Dorlands, 2002). Tennis Elbow
sering disebabkan oleh :
(1) Penggunaan sendi yang melampaui batas (over use) atau juga
karena cidera otot yang berulang-ulang.
(2) Pembebanan yang terlalu berat pada otot-otot ekstensor
pergelangan tangan.
(3) Melakukan backhand yang berlebihan.
(4) Adanya trauma berulang-ulang di dalam aponeorosis dari otot
ekstensor. Sebagian tendon robek akibat peregangan mendadak
pada lengan bawah.
(Akraf, 2012)
b) Patologi
Patologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari
tentang sifat essensial penyakit khususnya perubahan struktural dan
fungsional pada jaringan dan organ.(Dorlands,2002). Keluhan yang
sering terjadi ialah nyeri bagian lateral siku pada epicondylus yang
terkadang menjalar hingga lengan bawah, punggung tangan atau
dapat juga menjalar ke lengan atas terutama pada pagi hari.
Merupakan gangguan gerak sendi dan otot di sekitar sendi siku yang
sering dialami oleh petenis tetapi sering terjadi juga pada orang yang
sering menggunakan lengannya secara berulang-ulang sehingga
terjadi pembebanan yang berlebihan. Patogenesisnya sering terjadi
pembebanan yang terlalu berat dari otot-otot ekstensor pergelangan
tangan serta trauma langsung pada siku. Disamping itu dapat
diakibatkan oleh permukaan radiohumeral yang tidak rata serta
terjadinya iritasi akar-akar saraf cervical. (DeWolf, 1994).
Peradangan pada jaringan ikat, peradangan ligamentum
annulare dan terbentuknya jaringan noduler di dalam ruangan
subtendinous diantara apponeurosis otot-otot ekstensor menimbulkan
microruptur yang dalam proses penyembuhannya meninggalkan
bekas-bekas luka pada jaringan. Dapat sobek sebagai akibat otot ini
15
dipakai secara normal atau sebagai trauma yang yang timbul
kembali, yang bisa mengakibatkan terjadinya lingkaran setan.
(DeWolf, 1994)
Gambar 2.3
Letak terjadinya tennis elbow
(Melissa, 2009)
Gambar 2.4 menunjukkan adanya cidera pada jaringan ikat atau tendon di
sekitar sendi siku akibat dari over use gerakan ke arah lateral. Tendon
ekstensor melekat pada epicondylus lateralis sehingga untuk terjadi cidera
tendon ekstensor carpi radialis lebih sering terjadi. Nyeri yang terjadi pada
tennis elbow timbul pada saat gerak ekstensi dan pergelangan tangan ke arah
atas, gerakan ini dilakukan oleh otot-otot ekstensor carpi radialis. Nyeri
dirasakan pada epicondylus lateralis humeri bila tinju dikepalkan. Keadaan ini
disebabkan iritasi periosteum pada daerah origo kedua M. Ekstensor radialis
karena pemakaian otot yang berlebihan. Nyeri tersebut akan bertambah
setelah beraktifitas, terutama pada gerakan dorso fleksi pergelangan tangan
dan terasa kaku saat siku diluruskan. (Platzer, 1997)
Ada beberapa tipe tennis elbow antara lain :
(1) Type 1 : letak cidera pada origo dari M. extensor carpi radialis
longus, tepatnya pada bagian proksimal dari epicondylus lateralis
humeri.
(2) Type II : letak cidera pada origo teno periosteal extensor carpi
radialis brevis.
16
(3) Type III : letak cidera pada tendon otot ekstensor carpi radialis
brevis.
(4) Type IV : letak cidera pada muscle belly ekstensor carpi radialis
brevis.
Gambar 2.4
Titik tipe-tipe Tennis Elbow
(Syatibi, 2002)
5. Tanda dan Gejala
Menurut Ovedoff (2002) tanda gejala yang sering dialami oleh penderita
tennis elbow antara lain adalah :
a) Adanya nyeri kira-kira 1-2 cm didaerah pingir luar dari sendi siku
tepatnya di area epicondylus lateralis humeri yang menjalar hingga
lengan atas dan bawah.
b) Terjadi kelemahan pada otot-otot pergelangan tangan sehingga terjadi
penurunan aktifitas fungsional seperti ketidakmampuan membuka pintu
yang bergagang sampai ketikmampuan melakukan aktivitas mengocok
suatu benda.
c) Nyeri terjadi di sendi siku bagian luar ketika tangan ekstensi dan sendi
pergelangan tangan melawan tahanan.
d) Nyeri terjadi ketika adanya tekanan (palpating) di epicondylus lateralis
humeri dan otot ekstensor carpi radialis.
e) Nyeri siku bertambah bila menggenggam dan memutar dilakukan
bersamaan, mungkin menjalar ke bagian luar lengan dan lengan bawah.
f) Walaupun terasa nyeri tetapi ketika dilakukan gerakan pasif masih dapat
dilakukan seluruhnya.
17
6. Pemeriksaan Spesifik pada Regio Elbow
a) Test instabilitas ligamen.
Stabilitasi lengan pasien di daerah siku oleh tangan pemeriksa,
sedang tangan lainnya diletakkan diatas pergelangan tangan pasien.
Selanjutnya pasien memfleksikan sikunya sekitar 20 – 30 derajat. Untuk
memeriksa ligamen collateral lateral, berikan penekanan kearah adduksi
/ varus dan penekanan kearah abduksi / valgus untuk memeriksa
ligamen collateral medial. Penekanan ditingkatkan dan perhatikan ada
tidaknya perubahan nyeri atau ROM.
b) Test tinel’s pada elbow.
Tempat dari nervus ulnaris di dalam celah antara processus
olecranon dan epicondylus medial. Apabila terdapat neuroma atau
entrapment neuritis disulkus n. ulnaris, maka penekanan pada nervus
ulnaris ditempat tersebut (sulkus n. ulnaris) akan menimbulkan nyeri
yang dirasakan berpangkal pada tempat penekanan dan menjalar
sepanjang perjalanan n. ulnaris.
c) Test untuk Tennis Elbow (metode I).
Stabilisasi siku dengan ibu jari pemeriksa, selanjutnya pasien
diminta untuk melakukan gerakan pronasi lengan bawah, radial deviasi
dan ekstensi pergelangan tangan sementara itu pemeriksa memberikan
resisted terhadap gerakan tersebut. Tanda positif indikasi tiba-tiba
muncul timbul nyeri yang hebat di area epicondylus lateral humeri.
Epicondylus dapat juga di palpasi untuk menentukan tempat nyeri. Test
ini dikenal dengan nama Cozen’s test.
d) Test untuk Tennis Elbow (metode II).
Sambil mempalpasi epicondylus lateral, pemeriksa mempronasikan
lengan bawah pasien disertai fleksi pergelangan tangan dan ekstensi
siku. Jika tes ini positif indikasi timbul nyeri diatas epicondylus lateral
humeri. Test ini dikenal dengan nama Manuver mill test.
e) Test untuk Golf Elbow.
Pemeriksa mempalpasi epicondylus medial pasien selanjutnya
pemeriksa menggerakkan lengan pasien kearah supinasi lengan bawah
disertai ekstensi siku dan pergelangan tangan. Tanda positif indikasi
timbul nyeri diatas epicondylus medial humeri.
18
f) Fleksi Elbow Test.
Minta pasien untuk fleksi siku maksimal dan pertahankan posisi
tersebut sampai 5 menit. Tanda positif indikasi adanya rasa kram atau
paresthesia sepanjang distribusi saraf ulnar di lengan bawah dan
tangan. Tes ini membantu untuk mengetahui adanya cubital tunnel
syndrome.(Indonesianrehab, 2012)
7. Problematik Fisioterapi
a) Impairment
Suatu gangguan setingkat jaringan atau keluhan yang dirasakan
pasien akibat penyakit yang dideritanya. Pada penderita tennis elbow
dapat berupa :
(1) Nyeri diam, nyeri tekan pada bagian sisi luar siku atau pada
epicondylus lateralis, nyeri gerak untuk gerakan ekstensi dan
supinasi siku secara pasif, aktif, maupun aktif melawan tahanan.
Adanya nyeri gerak untuk gerakan dorsal fleksi pergelangan tangan
dengan posisi lengan bawah ekstensi dan pronasi baik secara pasif,
aktif, maupun aktif melawan tahanan.
(2) Penurunan kekuatan otot ekstensor siku, supinator siku, dan
ekstensor pergelangan tangan.
(3) Spasme otot ekstensor carpi radialis.
b) Functional Limitation
Hambatan dalam aktifitas sehari-hari yang di alami oleh penderita
tennis elbow berupa gangguan fungsional misalnya mengangkat benda
berat, mengendarai sepeda motor terutama saat menambah gas, dan
gerakan yang menggunakan lengan dan pergelangan tangan karena
nyeri.
8. Diagnosis Banding
Diagnosis banding merupakan penentuan satu dari dua atau lebih
penyakit atau keadaan yang diderita pasien dengan membandingkan dan
mengadu penemuan klinik secara sistematik (Dorlands, 2002).
Diagnosis banding dari kondisi tennis elbow diantaranya trauma
lokal berupa tendinitis dan artritis yang mengenai siku. (Ovedoff, 2002).
19
Kemungkinan terjadi entrapment neuropati nervus radialis dan kelainan-
kelainan di daerah leher. Dapat juga terjadi corpus liberum intra artikuler
leher. (De Wolf, 1994).
9. Prognosis
Prognosis adalah pengetahuan akan kejadian mendatang atau
perkiraan keadaan akhir yang mungkin terjadi dari serangan penyakit
tersebut, berkaitan dengan kesembuhan dari penyakit yang diperkirakan
oleh sifat dan gejala kasus tersebut (Dorlands, 2002).
Prognosis dari kasus tennis elbow umumnya adalah baik, dengan
perawatan suportif dan fisioterapi serta latihan terus menerus dapat
mengurangi nyeri yang dirasakan dan juga dapat meningkatkan kerja
sendi siku . Beberapa penderita mungkin memerlukan pembedahan dan
menunjukkan hasil yang umumnya baik. Perbaikan teknik mungkin
mengurangi kejadian kekambuhan akut lebih lanjut. (Ovedoff, 2002).
10. Teknologi Fisioterapi
Ada beberapa Modalitas fisioterapi yang dapat digunakan untuk
mengatasi problematik pada Tennis Elbow diantaranya :
a) TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation).
b) IR (Infra Red).
c) US (Ultra Sound Therapy).
d) MWD (Micro Wave Dhiatermy).
e) Terapi Manipulasi.
f) Terapi Latihan.
B. Rencana Penatalaksanaan Fisioterapi
1. Ultra Sound
a) Sifat gelombang ultra sound
Bunyi atau suara adalah peristiwa rambatan getaran dari
sumber getaran mekanik dengan bentuk getaran bergelombang
longitudinal yang berjalan melalui medium tertentu dengan frekuensi
yang fariabel. Berdasarkan frekuensinya bunyi atau suara di bagi
20
menjadi 3 kelompok yaitu: Infra sonik (< 20 Hertz), Audio sonik (20 –
20.000 Hertz) dan Ultra sonik (> 20.000 Hertz).
Dalam dunia medis, gelombang ultra sound digunakan dalam
berbagai tujuan antara lain diagnosis, misalnya Doppler Blood Flow
(frekuensi 5 – 10 MHz intensitas 203 mW / cm2). Terapeutik disebut
juga ultra sound therapy (frekuensi 0,7 MHz – 3 MHz) digunakan
dalam bidang fisioterapi.
Karakter gelombang ultra sound adalah longitudinal yang
digerakkan oleh partikel-partikel yang berasal dari dan ke. Dengan
kata lain arah penyebaran sama dengan arah getaran. Untuk dapat
menyebarkan getaran longitudinal ini membutuhkan suatu medium
yang bersifat elastis. Agar partikel-partikel dapat berubah bentuk ke
bentuk semula untuk memungkinkan gerakan dari dan ke.
Panjang Gelombang sama dengan perbandingan antara
kecepatan penyebaran dibanding frekuensi. Frekuensi mesin ultra
sound adalah tetap dan kecepatan penyebaran tergantung medium,
maka panjang gelombang juga tergantung pada medium.
b) Sifat rambatan gelombang ultra sound
Sifat pancaran gelombang ultra sound dibagi dua area masing-
masing mempunyai karakter yang berbeda yaitu :
(a) Area divergen atau terpencar
(b) Area Kovergen atau mengumpul
c) Metode
Metode yang digunakan pada Ultra Sound ada dua macam
yaitu:
(a) Kontak Langsung
Cara ini paling banyak digunakan untuk mendapatkan
kontak yang sempurna antara tranduser dengan kulit diperlukan
kontak medium. Kontak medium yang banyak dipakai adalah :
i) Oil (minyak)
ii) Water – oli emulsions
iii) Aqueous – gels
iv) Ointments (Pasta)
21
(b) Kontak Tidak Langsung
Metode ini tranduser tidak langsung kontak dengan kulit
melainkan dengan perantara berupa :
i) Sub Aqual (dalam air)
ii) Water Pillow
d) Tranduser
Tranduser sirkuit merupakan rangkaian terakhir mesin ultra
sound. Arus yang diperoleh dari oscillator sirkuit dengan cara induksi
diterima oleh bahan piezoelektrik yang biasanya dibuat dari bahan
natural quart. Dalam tranduser sirkuit ini dipasang kondensator jenis
variabel yang fungsinya untuk tuning. Permukaan transduser
mempunyai area yang efektif untuk radiasi yang disebut the Efecting
Radiating Area (ERA). Area ini sangat penting untuk menentukan
waktu terapi. Tidak semua permukaan tranduser terjadi vibrasi, maka
ERA selalu mempunyai luas permukaan yang lebih kecil dari
permukaan tranduser. ERA sangat menentukan intensitas alat. Dosis
yang tepat pada penggunaan ultra sound ditentukan oleh permukaan
transduser, dalam hal ini adalah ERA.
e) Efek Mekanik
Gelombang ultra sound menimbulkan adanya peregangan dan
pemampatan di dalam jaringan dengan frekuensi dari ultra sound,
sehingga adanya variasi tekanan di dalam jaringan. Variasi tekanan ini
akan menimbulkan efek mekanik yang dikenal dengan istilah Micro
Massage. Di mana Micro Massage ini akan bermanfaat untuk
normalisasi atau relaksasi dari otot, sehingga nantinya tekanan dalam
jaringan akan berkurang.
f) Efek Panas
Micro Massage yang ditimbulkan oleh ultra sound akan
menimbulkan efek panas dalam jaringan. Terjadinya efek panas ini
akan bermanfaat untuk melancarkan sirkulasi darah.
g) Efek Biologis
(a) Memperbaiki sirkulasi darah.
(b) Rileksasi otot.
(c) Meningkatkan permeabilitas jaringan otot.
22
(d) Mengurangi nyeri.
h) Dosis
Dosis yang akan diberikan untuk ultra sound dapat ditentukan
oleh beberapa faktor yaitu :
(a) Intensitas dan waktu
Faktor ini bukan ukuran yang pasti sehingga diambil batas
relatif sebagai berikut : Derajat rendah lebih rendah dari 1
watt/cm2, derajat menengah (1-2) watt/cm2 sedangkan derajat
tinggi lebih dari 2 watt/cm2. Namun intensitas ditentukan oleh
nilai-nilai refleksi energi ultra sound. Waktu penggunaannya
diambil dari pedoman pengobatan jaringan parut dimana nilai
relatifnya adalah 1 cm2 per menit. Waktu terapi ditentukan
dengan cara, waktu = luas area jaringan : ERA tranduser .
(b) Sifat Gelombang ultra sound yang dipancarkan
Mesin ultra sound dapat menghasilkan mesin continue dan
Intermiten. Untuk itu dalam penggunaannya harus
memperhatikan kondisi yang diobati, luas daerah lesi, letak
struktur jaringan dan kondisi tersebut yaitu efisiensi dan
efektifitas penggunaan gelombang ultra sound dalam pemulihan
modalitas berdasarkan tujuan terapi.
i) Indikasi
(a) Kelainan-kelainan pada jaringan lunak seperti sendi, otot, dan
jaringan lunak lainnya.
(b) Rhematoid arthritis pada stadium kronis
(c) Kelainan atau penyakit pada sirkulasi kulit
j) Kontra Indikasi
(a) Absolut kontra indikasi pemberian ultra sound di daerah mata,
jantung, kehamilan, testis.
(b) Relatif :
i) Post Laminectomie
ii) Hilangnya Sensibilitas
iii) Endorprothese
iv) Tumor
v) Post Traumatik
23
vi) Tromboplebitis dan Varices
vii) Diabetes Melitus
(Sujatno, 2002).
k) Prosedur aplikasi
(a) Persiapan alat
i) Mesin di test untuk mengetahui dapat digunakan atau tidak
(caranya meneteskan air dipermukaan tranduser dan mesin
dihidupkan intensitas dinaikkan, mesin baik apabila air
bergetar seperti mendidih).
(b) Persiapan pasien
i) Posisi pasien diatur senyaman mungkin.
ii) Daerah yang akan diterapi bebas dari pakaian.
iii) Test sensibilitas kulit.
iv) Daerah yang diobati diberi gel (bila menggunakan metode
kontak langsung).
v) Perasaan yang timbul hanyalah hangat apabila nyeri harus
melapor ke terapis.
(c) Dosis
Dosis waktu dapat diberikan dengan perbandingan area
jaringan dan luas era di tranduser (luas daerah yang diterapi :
luas era = waktu). Contoh, luas jaringan 5 cm x 5 cm : era 5 cm =
5 menit.
(d) Pelaksanaan terapi
i) Nyalakan alat, atur timer, frekuensi dan jenis gelombang.
ii) Beri gel pada area yang akan diobati, diratakan dengan
tranduser.
iii) Tranduser kontak dengan kulit dan intensitas dinaikkan
perlahan,
iv) Perlu hati – hati bila kontak tidak begitu baik karena udara
memantulkan energi Ultra Sound.
v) Gerakan tranduser jangan terlalu cepat, gerakan dapat
melingkar / melintang secara dinamis .
24
vi) Setelah selesai, turunkan intensitas sampai 0 dan matikan
alat. Bersihkan gel pada daerah yang diobati dan tranduser
dengan tissue. (Sujatno, 2002).
2. Terapi Latihan
Terapi latihan merupakan salah satu metode pengobatan dalam
fisioterapi yang pelaksanaannya menggunakan latihan-latihan gerak
anggota tubuh baik aktif maupun pasif. Dapat pula didefinisikan sebagai
suatu usaha untuk mempercepat penyembuhan dari suatu injuri atau
penyakit tertentu yang telah merubah cara hidupnya yang normal. (Kishner,
1995)
Terapi latihan terdiri dari :
a) Latihan gerak pasif
Latihan gerak pasif adalah suatu latihan yang dilakukan dengan
bantuan tenaga atau kekuatan dari luar anggota tubuh yang bergerak
tanpa adanya kontraksi otot (Kishner,1995). Gerakan yang termasuk
dalam latihan ini adalah relaxed passive movement. Relaxed passive
movement yaitu gerakan pasif dimana gerakan hanya terbatas sampai
rasa nyeri, bila penderita sudah merasa nyeri pada batas ROM
tertentu, maka gerakan harus dihentikan. Efek dan penggunaannya
yaitu untuk mencegah perlengketan jaringan dan memelihara lingkup
gerak sendi, merangsang sendi, tulang, otot, memelihara
ekstensibilitas otot dan mencegah pemendekan otot, memperbaiki dan
memperlancar sirkulasi darah dan proses metabolisme dalam jaringan,
memperoleh efek rileksasi dan pelemasan otot. Pada kasus ini latihan
gerak pasif tidak dilakukan karena nilai kekuatan otot bernilai 4.
b) Latihan gerak aktif
Latihan gerak aktif yaitu latihan dengan menggerakan suatu
segmen pada tubuh yang dilakukan oleh kekuatan otot dari bagian
tubuh itu sendiri. (Kishner, 1995). Sedangkan menurut Heri priyatna,
latihan gerak aktif merupakan suatu gerakan yang diselenggarakan
dan dikontrol oleh kerja otot yang disadari. (Priatna, 1985). Latihan
gerak aktif ini dapat meningkatkan proses metabolisme di dalam
tubuh. Selama terapi latihan berlangsung, dinding kapiler yang terletak
pada otot akan melebar, sehingga permeabilitas dinding kapiler akan
25
naik, dengan demikian kapasitas darah bertambah, juga pertukaran
cairan dalam jaringan dan pembuangan zat-zat yang tidak berguna
menjadi lebih lancar. Hal ini akan berpengaruh terhadap relaksasi otot,
pengurangan nyeri, pengurangan spasme otot, serta perbaikan
sirkulasi darah. (Kishner, 1995)
Latihan gerak aktif terdiri dari :
(1) Assisted active exercise
Merupakan latihan aktif yang dibantu disamping dilakukan
oleh kerja otot dari bagian tubuh yang bersangkutan dan melawan
pengaruh gravitasi juga dibantu oleh kekuatan dari luar. (Kishner,
1995)
(2) Free active exercise
Merupakan latihan dengan gerakan yang dilakukan sendiri
oleh pasien tanpa adanya bantuan. Dimana gerak yang dihasilkan
adalah akibat kontraksi kelompok otot dari bagian tubuh yang
bergerak itu dengan melawan gaya gravitasi. (Kishner, 1995)
(3) Active resisted exercise
Merupakan latihan gerak yang dillakukan oleh pasien tanpa
bantuan orang lain dan melawan tahanan dari luar. Tahanan dapat
berasal dari terapis, pegas maupun dari pasien sendiri. (Kishner,
1995)
3. Pemeriksaan nyeri dengan skala VDS
Verbal Descriptive Scale (VDS) adalah cara pengukuran derajat nyeri
dengan tujuh skala penilaian yaitu :
1 = Tidak nyeri.
2 = Nyeri sangat ringan.
3 = Nyeri ringan.
4 = Nyeri tidak begitu berat.
5 = Nyeri cukup berat.
6 = Nyeri berat.
7 = Nyeri tak tertahankan.
(Mardiman, 2002)
26
4. Pemeriksaan kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing (MMT)
Manual Muscle Testing (MMT) adalah suatu usaha untuk menentukan
atau mengetahui kemampuan seseorang dalam mengkontraksikan otot
atau group ototnya secara voluntary atau disadari. (Mardiman, 2002)
Kriteria nilai kekuatan otot meliputi :
Nilai Keterangan
5 N (Normal) : subyek bergerak dengan LGS penuh, melawan
gravitasi dan melawan tahanan maksimal
100% : subyek bergerak dan mempertahankan posisi dengan
melawan gravitasi dan tahanan maksimal
4 + G + (Good plus) : subyek bergerak dengan LGS penuh, melawan
gravitasi dan tahanan hampir maksimal
4 G (Good) : subyek bergerak dengan LGS penuh, melawan
gravitasi dan tahanan sedang (moderat)
80% : subyek bergerak dan mempertahankan posisi dengan
melawan gravitasi dan tahanan kurang dari maksimal
4 - G – (Good minus) : subyek bergerak dengan LGS penuh
melawan gravitasi dan tahanan minimal
3 + F + (Fair plus) : subyek bergerak penuh melawan gravitasi, sedikit
melawan tahanan (LGS hampir penuh antara mide range)
3 F (Fair) : subyek bergerak dengan LGS penuh melawan gravitasi
tanpa melawan tahanan
50% : subyek bergerak dan mempertahankan posisi dengan
melawan gravitasi
3 - F - (Fair minus) : subyek bergerak melawan gravtasi dengan LGS
lebih besar dari posisi “ Mide Range”
2 + P + (Poor plus) : subyek bergerak sedikit dengan melawan
gravitasi atau bergerak dengan LGS penuh dengan tahanan
minimal tanpa melawan gravitasi
2 P (Poor) : subyek bergerak dengan LGS penuh tanpa melawan
gravitasi
2 - P - (Poor minus) : subyek bergerak dengan LGS tidak penuh
tanpa melawan gravitasi
1 T (Trace) atau 5 % : kontraksi otot bisa dipalpasi tetapi tidak ada
gerakan sendi
0 0 (Zero) atau 0 % : kontraksi otot tidak terdektesi dengan palpasi
Tabel 2.2
Kriteria nilai kekuatan otot
27
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Keterangan Umum Penderita
A. Nama : Tn. X
B. Umur : 54 Tahun
C. Jenis Kelamin : Laki-laki
D. Agama : Islam
E. Pekerjaan : PNS
F. Alamat : Colomadu, Surakarta.
II. Data – data Medis Rumah Sakit
A. Diagnosis medis : Tennis Elbow Dextra
B. Catatan Klinis : Tidak ada karena pasien tidak melakukan
pemeriksaan LAB dan Radiologi
C. Terapi Umum : Dokter, Medikamentosa, Fisioterapi.
D. Rujukan Fisioterapi dari dokter :
Mohon diberikan tindakan fisioterapi kepada pasien atas nama
Tn.Bambang Susanto (54 Th) dengan diagnosa Tennis Elbow Dextra.
III. SEGI FISIOTERAPI
TANGGAL : 21 Mei 2012
A. ANAMNESIS (AUTO / HETERO)
1. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh nyeri didaerah sisi luar siku kanan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Kurang lebih 2 minggu yang lalu pasien mengeluh nyeri pada siku
kanan bagian luar. Nyeri timbul kadang-kadang dan bersifat menusuk.
Nyeri meningkat saat pasien melakukan aktivitas dan kelelahan.Nyeri
berkurang saat pasien istirahat. Kemudian pada tanggal 14 mei 2012
pasien datang ke rumah sakit untuk berobat, oleh dokter dirujuk ke poli
fisioterapi.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
1) Hipertensi : tidak ada keluhan (-)
2) DM : tidak ada keluhan (-)
3) Trauma : tidak ada keluhan (-)
27
28
4. Riwayat Penyakit Penyerta : Tidak ada
5. Riwayat Pribadi :
Pasien seorang PNS yang Hobinya bermain Tenis dan Badminton.
6. Riwayat Keluarga :
Diabaikan karena bukan penyakit keturunan.
7. Anamnesis Sistem :
a) Kepala & Leher : Tidak ada gangguan.
b) Kardiovaskuler : Tidak ada gangguan.
c) Respirasi : Tidak ada gangguan.
d) Gastrointestinalis : Tidak ada gangguan, BAB lancar dan
terkontrol.
e) Urogenitalis : Tidak ada gangguan, BAK lancar dan
terkontrol.
f) Muskuloskeletal :
a) Ada keluhan sakit pada otot sekitar siku kanan.
b) Adanya kelemahan otot lengan bawah kanan karena nyeri.
g) Nervorum : Tidak ada keluhan kesemutan.
B. PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Fisik
a) Tanda – tanda vital :
1) Tekanan Darah : 130/80 mmHg
2) Denyut Nadi : 80 x/menit
3) Pernapasan : 24 x/menit
4) Temperatur : 360 C
5) Tinggi Badan : 172 cm
6) Berat Badan : 65 kg
b) Inspeksi :
1) Statis :
Keadaan umum pasien baik.
Tidak nampak oedem pada siku kanan.
Tidak ada perubahan warna kulit siku kanan dan kiri.
2) Dinamis :
Pasien terlihat seperti menahan nyeri saat meluruskan
lengan bawah, menekuk pergelangannya ke atas dan
29
memutar lengan bawahnya ke arah luar dengan
mengepalkan tangan.
c) Palpasi :
1) Suhu Lokal Normal
2) Adanya spasme otot ekstensor carpi radialis lengan kanan.
3) Tidak ada oedem di daerah lengan kanan.
4) Adanya nyeri tekan di daerah epycondilus lateralis.
d) Perkusi : Tidak dilakukan.
e) Auskultasi : Tidak dilakukan.
f) Gerakan Dasar :
1) Gerak Aktif :
Pasien mampu menggerakkan siku kanannya secara full ROM,
ada nyeri pada gerakan ekstensi siku, supinasi siku dan dorsal
fleksi pergelangan tangan.
2) Gerak Pasif anggota gerak atas sisi kanan :
Sendi Gerakan ROM End Feel Nyeri
Elbow Fleksi Full ROM Soft endfeel Tidak nyeri
Ekstensi Full ROM Hard endfeel Nyeri
Radioulnar Pronasi Full ROM Hard endfeel Tidak nyeri
Supinasi Full ROM Hard endfeel Nyeri
Wrist Palmar fleksi Full ROM Firm endfeel Tidak nyeri
Dorsal fleksi Full ROM Firm endfeel Nyeri
Tabel 3.1
Pemeriksaan gerak pasif
3) Gerak Isometrik Melawan Tahanan anggota gerak kanan :
Sendi Gerakan Tahanan Nyeri
Elbow Fleksi Mampu maksimal Tidak nyeri
Ekstensi Mampu moderat Nyeri
Radius ulnar Pronasi Mampu maksimal Tidak nyeri
Supinasi Mampu moderat Nyeri
Wrist Palmar fleksi Mampu maksimal Tidak nyeri
Dorsal fleksi Mampu moderate Nyeri
Tabel 3.2
Pemeriksaan Isometrik Melawan Tahanan
30
g) Kognitif, Intrapersonal dan Interpersonal :
1) Kognitif : Pasien mampu memberikan informasi dan
menceritakan kembali penyakitnya.
2) Intrapersonal : Pasien mempunyai semangat dan keinginan untuk
sembuh.
3) Interpersonal : Pasien kooperatif dan komunikatif terhadap
terapis dan orang lain.
h) Kemampuan Fungsional & Lingkungan Aktivitas
b) Kemampuan Fungsional Dasar
Pasien mampu perawatan diri secara mandiri dengan diikuti rasa
nyeri di siku kanan.
c) Aktivitas Fungsional
Pasien mampu perawatan diri secara mandiri dengan diikuti rasa
nyeri di siku kanan.
d) Lingkungan Aktivitas
Lingkungan poliklinik Fisioterapi dan tempat tinggal pasien
mendukung untuk kesembuhan pasien.
2. Pemeriksaan Spesifik (FT B)
Tanggal 21 mei 2012
a) Pemeriksaan spesifik pada regio elbow
(1) Test instabilitas ligamen
Hasilnya tidak nyeri.
(2) Test tinel’s pada elbow
Hasilnya tidak nyeri
(3) Test untuk Tennis Elbow (metode I)
Hasilnya positif, timbul nyeri diarea epicondylus lateral humeri.
(4) Test untuk Tennis Elbow (metode II)
Hasilnya positif, timbul nyeri diatas epicondylus lateralis.
(5) Test untuk Golf Elbow
Hasilnya tidak nyeri.
(6) Test cubital tunnel syndrom (fleksi elbow)
Hasilnya negatif.
31
b) Nyeri dengan VDS
Waktu pemberian
terapi
Nyeri diam Nyeri tekan Nyeri gerak Aktif
T1 Nyeri sangat ringan (nilai 2)
Nyeri berat (nilai 6)
Nyeri cukup berat
(nilai 5)
T2 Nyeri sangat ringan (nilai 2)
Nyeri berat (nilai 6)
Nyeri cukup berat
(nilai 5)
T3 Tidak nyeri (nilai 1)
Nyeri cukup berat
(nilai 5)
Nyeri tidak begitu berat
(nilai 4)
T4 Tidak nyeri (nilai 1)
Nyeri tidak begitu berat
(nilai 4)
Nyeri ringan (nilai 3)
Tabel 3.3
Pemeriksaan nyeri dengan VDS
c) Kekuatan otot dengan MMT
Sendi Otot T1 T2 T3 T4
Kanan Kiri kanan Kiri kanan kiri kanan Kiri
Elbow Fleksor 5 5 5 5 5 5 5 5
Ekstensor 4 5 4 5 5 5 5 5
Radiu
s ulnar
Pronator 5 5 5 5 5 5 5 5
Supinator 4 5 5 5 5 5 5 5
Wrist Palmar fleksor 5 5 5 5 5 5 5 5
Dorsal fleksor 4 5 4 5 4 5 5 5
Tabel 3.4
Pemeriksaan kekuatan otot
32
C. Diagnosis fisioterapi
a) Impairment :
a) Adanya nyeri diam, nyeri tekan pada epicondylus lateralis
humeri dan adanya nyeri gerak untuk gerakan ekstensi dan
supinasi siku secara aktif, pasif, maupun aktif melawan
tahanan. Adanya nyeri gerak untuk gerakan dorsal fleksi
pergelangan tangan dengan posisi lengan bawah ekstensi
dan pronasi baik secara aktif, pasif, maupun aktif melawan
tahanan.
b) Adanya spasme otot-otot ekstensor carpi radialis.
c) Adanya penurunan kekuatan otot ekstensor siku, supinator
siku, dan ekstensor pergelangan tangan karena nyeri.
d) Potensial deformitas.
b) Fungsional Limitation :
Adanya gangguan aktivitas fungsional karena nyeri.
D. Program / rencana fisioterapi
1) Tujuan :
a) Jangka Pendek :
1. Mengurangi nyeri
2. Mengurangi spasme
3. Meningkatkan kekuatan otot
4. Mencegah deformitas lebih lanjut
b) Jangka Panjang :
1. Melanjutkan tujuan jangka pendek
2. Membantu meningkatkan aktivitas fungsional
2) Tindakan Fisioterapi :
a) Teknologi Fisioterapi :
1. Teknologi Alternatif
a. TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation)
b. IR (Infra Red)
c. US (Ultra Sound Terapi)
d. MWD (Mikro Wave Dhiatermy)
e. Terapi Manipulasi
33
f. Terapi Latihan
2. Teknologi yang dilaksanakan :
a. Ultra Sound Therapy
b. Terapi Latihan
3) Edukasi :
1. Menyarankan kepada pasien untuk melakukan latihan-latihan
yang diajarkan terapis dan agar terapi secara rutin dan teratur.
2. Menyarankan kepada pasien agar tidak mengangkat dan
memindahkan benda yang terlalu berat (beratnya melebihi
kapasitas kekuatan otot).
3. Menyarankan kepada pasien untuk melakukan pemanasan
sebelum melakukan olahraga, dilakukan dengan penguluran
otot-otot ekstensor wrist (pronasi + ekstensi elbow + palmar
fleksi wrist).
4. Menyarankan kepada pasien untuk melakukan latihan-latihan
di rumah guna menunjang keberhasilan terapi dengan tujuan
penguatan otot – otot pergelangan tangan.
a) Meluruskan lengan secara penuh dan mendorong telapak
tangan ke bawah (palmar fleksi) kemudian bergantian
atau kebalikan telapak tangan menghadap ke atas dan
mendorong telapak tangan ke bawah. dilakukan 6-8 kali
dengan 3 kali pengulangan.
Gambar 3.1
Latihan untuk Tennis Elbow
b) Menggunakan beban telapak tangan menghadap ke
bawah angkat beban ke atas tahan 2 hingga 5 detik
kemudian turunkan perlahan. Ganti posisi telapak tangan
menghadap ke atas dan lakukan gerakan yang sama.
Gerakan ini bertujuan untuk penguatan otot-otot
ekstensor wrist.
34
Gambar 3.2
Latihan untuk Tennis Elbow
c) Pegang beban dengan ibu jari menunjuk ke atas.
Gerakan pergelangan tangan ke atas dan ke bawah,
seperti gerakan memukul paku. Semua gerakan harus
dilakukan oleh pergelangan tangan. Sedangkan untuk
penguatan otot pronator dan supinator pergelangan
tangan: pegang beban dengan ibu jari menunjuk ke atas.
Putar pergelangan tangan ke dalam secara maksimal dan
kemudian putar ke luar secara maksimal dapat dilihat
pada gambar 3.3. Tahan selama 2 hingga 5 detik dan
ulangi sebanyak 6-8 kali gerakan.
Gambar 3.3
Latihan untuk Tennis Elbow
d) Pijatan dilakukan pada daerah nyeri. Gunakan tekanan
yang lunak dengan menggunakan 2 jari pada daerah
nyeri dan pijatlah selama 5 menit
Gambar 3.4
Latihan untuk Tennis Elbow
(Yulianto, 2008)
35
4) Rencana Evaluasi :
1) Nyeri dengan VDS
2) Kekuatan Otot dengan MMT
E. Prognosis
1) Quo ad Vitam : Baik
2) Quo ad Sanam : Baik
3) Quo ad Fungsionam : Baik
4) Quo ad Cosmeticam : Baik
F. Pelaksanaan Fisioterapi :
Pelaksanaan fisioterapi dilakukan empat kali pada tanggal 21, 23, 25 dan
28 mei 2012. Pelaksanaan fisioterapi tersebut secara berurutan adalah :
1. Ultra Sound (US)
a) Persiapan tempat
Terapis harus menyiapkan tempat, bed dan kursi yang bersih dan
nyaman untuk pasien.
b) Persiapan alat sebelum pengobatan
Persiapan alat, periksa kabel dan tranduser, gel dan tissue.
c) Persiapan pasien
Posisi pasien diatur senyaman mungkin, yaitu pasien diposisikan
tidur terlentang di atas bed dengan siku kanan dalam keadaan
fleksi dan pronasi diganjal bantal, dan dilakukan tes sensibilitas
terhadap panas dan dingin. Terapis harus menjelaskan tentang
tujuan terapi, rasa yang akan dirasakan selama terapi.
d) Pelaksanaan terapi
Terapis duduk berada di samping bed ( sisi kanan pasien), berikan
gel pada area yang akan diterapi yaitu pada epicondylus lateralis
atau siku kanan bagian luar, ratakan gel dengan tranduser,
nyalakan alat kemudian atur waktu = 5 menit, intensitas 1 watt/cm
dan frekuensi 3 MHz, arus yang digunakan continus dengan arah
gerakan tranduser melingkar. Setelah terapi selesai, turunkan
intensitas pada posisi nol kemudian matikan alat dan bersihkan
gel dengan tissue baik pada tranduser maupun pada siku pasien.
36
2. Terapi Latihan
Latihan gerak aktif :
Pasien menggerakkan secara aktif untuk fleksi, ekstensi,
supinasi, pronasi elbow, palmar dan dorsal fleksi wrist.
a) Free active exercise
Posisi pasien duduk dan senyaman mungkin, kemudian
terapis meminta pasien untuk menekuk dan meluruskan lengan
kanannya (fleksi dan ekstensi elbow). Untuk gerakan pronasi dan
supinasi posisi siku 900 , dan pasien diminta untuk memutar
lengan bawahnya kedalam dan keluar, untuk gerakan palmar
dan dorsal fleksi wrist pasien diminta menekuk pergelangan
tangannya keatas dan kebawah 8 kali hitungan.
b) Resisted active exercise
(1) Untuk gerakan fleksi dan ekstensi siku.
Untuk gerakan fleksi, tangan terapis yang kiri
memfiksasi pada proksimal sendi siku kanan pasien dan
tangan kanan terapis berada di ventral lengan bawah.
Kemudian terapis meminta pasien untuk menekuk sikunya
dan terapis memberi tahanan. Untuk gerakan ekstensi,
posisi awal pasien fleksi. Tangan kanan terapis berada di
dorsal lengan bawah pasien, dan tangan kiri memfiksasi
pada proksimal sendi siku. Terapis meminta pasien untuk
meluruskan lengan bawahnya, terapis memberi tahanan. 8
kali hitungan.
Gambar 3.5
Resisted untuk gerakan fleksi dan ekstensi siku
(2) Untuk gerakan pronasi dan supinasi.
Untuk gerakan pronasi, tangan kiri terapis memfiksasi di
bagian lateral lengan bawah kanan pasien dan tangan kanan
terapis berada di bagian medial lengan bawah pasien
sebagai tahanan. Pasien di suruh memutar lengan
37
bawahnya ke dalam dan terapis memberikan tahanan ke
arah luar. Untuk gerakan supinasi tangan kiri terapis berada
di bagian lateral lengan bawah pasien, sebagai tahanan dan
tangan kanan terapis berada di bagian medial lengan bawah
pasien sebagai fiksasi. Pasien disuruh memutar lengan
bawahnya kearah luar, terapis menahan kearah dalam. 8
kali hitungan.
Gambar 3.6
Resisted untuk gerakan pronasi dan supinasi
(3) Untuk gerakan palmar dan dorsal fleksi wrist.
Tangan terapis yang kiri memfiksasi pada proksimal
sendi siku kanan pasien. Untuk gerakan dorsal fleksi wrist,
posisi lengan bawah pasien pronasi tangan kanan terapis
berada di punggung atas tangan pasien. Pasien disuruh
menekuk pergelangan tangannya ke atas dan terapis
memberi tahanan, 8 kali hitungan. Untuk gerakan palmar
fleksi wrist, posisi lengan bawah pasien supinasi. Tangan
kanan terapis berada di atas telapak kanan, pasien di suruh
menekuk pergelangan tangannya ke atas dan terapis
memberi tahanan, 8 kali hitungan.
Gambar 3.7 Resisted untuk gerakan palmar dan dorsal fleksi
pergelangan tangan
38
G. Evaluasi
Tanggal 28 mei 2012
1. Nyeri dengan VDS
Waktu pemberian
terapi
Nyeri diam Nyeri tekan Nyeri gerak Aktif
T1 Nyeri sangat ringan (nilai 2)
Nyeri berat (nilai 6)
Nyeri cukup berat
(nilai 5)
T4 Tidak nyeri (nilai 1)
Nyeri tidak begitu berat
(nilai 4)
Nyeri ringan (nilai 3)
Tabel 3.5
Evaluasi Nyeri
2. Kekuatan Otot dengan MMT
Sendi Otot T1 T4
Kanan Kiri kanan Kiri
Elbow Fleksor 5 5 5 5
Ekstensor 4 5 5 5
Radius ulnar
Pronasi 5 5 5 5
Supinasi 4 5 5 5
Wrist Palmar fleksi 5 5 5 5
Dorsal fleksi 4 5 5 5
Tabel 3.6
Evaluasi Kekuatan Otot
H. Hasil Terapi Akhir
Setelah dilakukan terapi sebanyak 4 kali pasien atas nama Tn.X (54 th)
diperoleh hasil :
1. Nyeri berkurang dan spasme otot juga berkurang.
2. Peningkatan kekuatan otot.
3. Peningkatan kemampuan fungsional karena nyeri berkurang.
39
BAB IV
PENUTUP
A. Pembahasan
Dalam bab ini membahas mengenai hasil terapi dan evaluasinya. Sesuai
dengan studi kasus yang dilakukan kepada Tn.X 54 tahun dengan kondisi tennis
elbow dextra, yang mendapatkan penanganan fisioterapi selama 4 kali yaitu
tanggal 21, 23, 25, dan 28 mei 2012. Setelah dilakukan penatalaksanaan
fisioterapi pada pasien ini ternyata didapatkan hasil yang cukup baik
dibandingkan dengan saat sebelum dilakukan tindakan fisioterapi. Hasil
peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil evaluasi sebagai berikut :
Waktu pemberian
terapi
Nyeri diam Nyeri tekan Nyeri gerak Aktif
T1 Nyeri sangat ringan (nilai 2)
Nyeri berat (nilai 6)
Nyeri cukup berat
(nilai 5)
T2 Nyeri sangat ringan (nilai 2)
Nyeri berat (nilai 6)
Nyeri cukup berat
(nilai 5)
T3 Tidak nyeri (nilai 1)
Nyeri cukup berat (nilai 5)
Nyeri tidak begitu berat
(nilai 4)
T4 Tidak nyeri (nilai 1)
Nyeri tidak begitu berat
(nilai 4)
Nyeri ringan (nilai 3)
Tabel 4.1
Hasil evaluasi nyeri dengan VDS
Pada kasus ini derajat nyeri diukur dengan menggunakan skala VDS
(Verbal Descriptive Scale). Adanya penurunan nyeri pada sendi siku kanan dapat
lebih jelas dilihat dari tabel di atas. Tabel di atas menjelaskan bahwa setelah
dilakukan terapi selama 4 kali terdapat penurunan nyeri saat diam berkurang dari
nilai 2 menjadi nilai 1. Nyeri tekan pada otot ekstensor carpi radialis berkurang
dari nilai 6 menjadi 4, nyeri gerak siku saat ekstensi dan supinasi baik aktif
maupun pasif berkurang dari nilai 5 menjadi 3, nyeri gerak ekstensi pergelangan
tangan baik aktif maupun pasif berkurang dari nilai 5 menjadi 3. Gelombang ultra
sound mencegah adanya perlengketan jaringan, gelombang tersebut akan
menyebabkan terjadinya variasi tekanan sehingga menimbulkan efek mekanik
39
40
yang di kenal dengan micro massage. Efek panas dalam jaringan akan
bermanfaat untuk melancarkan sirkulasi darah, relaksasi otot, peningkatan
kemampuan regenerasi jaringan serta untuk mengurangi nyeri. Durasi ultra
sound diberikan selama 5 menit dengan intensitas 1 watt/cm2 atau sesuai
dengan toleransi pasien jenis arus yang digunakan adalah continous dan
frekuensi 3 MHz. Menggunakan metode kontak langsung dengan media gel,
tranduser yang digunakan dengan luas ERA 5 cm dengan arah gerakan
tranduser melingkar.
Selain terapi menggunakan ultra sound dilakukan juga modalitas lain
yaitu terapi latihan. Pemberian terapi latihan pada kasus tennis elbow dextra
bertujuan untuk mengurangi nyeri, mengurangi spasme, meningkatkan kekuatan
otot dan meningkatkan aktivitas fungsional pasien. Dimana latihan yang diberikan
adalah latihan gerak aktif karena latihan ini dapat meningkatkan proses
metabolisme didalam tubuh. Selama terapi latihan berlangsung, dinding kapiler
yang terletak pada otot akan melebar, sehingga permeabilitas dinding kapiler
akan naik, dengan demikian kapasitas darah bertambah, juga pertukaran cairan
dalam jaringan dan pembuangan zat-zat yang tidak berguna menjadi lebih
lancar. Hal ini akan berpengaruh terhadap relaksasi otot, pengurangan nyeri,
pengurangan spasme otot, serta perbaikan sirkulasi darah. Peningkatan
kekuatan otot dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Sendi Otot T1 T2 T3 T4
Kanan Kiri kanan Kiri kanan kiri kanan Kiri
Elbow Fleksor 5 5 5 5 5 5 5 5
Ekstensor 4 5 4 5 5 5 5 5
Radius ulnar
Pronator 5 5 5 5 5 5 5 5
Supinator 4 5 5 5 5 5 5 5
Wrist Palmar fleksor
5 5 5 5 5 5 5 5
Dorsal fleksor
4 5 4 5 4 5 5 5
Tabel 4.2
Hasil evaluasi kekuatan otot dengan MMT
41
Kekuatan otot diukur dengan MMT. Pada T1 nilai ekstensor, supinator
elbow dan dorsal fleksor wrist adalah 4. Pada T4 didapat peningkatan kekuatan
otot ekstensor, supinator elbow dan dorsal fleksor wrist menjadi nilai 5. Kekuatan
otot akan meningkat seiring dengan berkurangnya nyeri. Tetapi bila pasien tidak
dilatih maka dikhawatirkan setelah nyeri menghilang maka akan terjadi
penurunan kekuatan otot karena tidak pernah digunakan. Pada kasus ini, setelah
dilakukan active exercise telah terjadi peningkatan kekuatan otot. Menurut Kisner
dan Colby (1996) jika suatu tahanan diberikan pada otot yang berkontraksi maka
otot tersebut akan beradaptasi dan menjadi lebih kuat.
Berkurangnya nyeri yang dirasakan dan adanya peningkatan kekuatan
otot pada pasien ini akan berpengaruh pada aktifitas fungsional sehari-hari.
Motivasi pasien, dorongan dari keluarga dan terapis, serta lingkungan tempat
tinggal dapat mendukung kesembuhan pasien. Pada kasus ini, pasien
mempunyai motivasi dan keinginan sembuh yang tinggi, sehingga aktifitas
fungsional pasien tidak terganggu seiring adanya nyeri yang semakin berkurang.
B. Kesimpulan
Dari uraian bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
permasalahan yang dihadapi pada kasus ini adalah adanya nyeri pada daerah
sendi siku kanan, penurunan kekuatan otot, spasme otot ekstensor carpi radialis
serta penurunan kemampuan fungsional pasien. Sesuai dengan problematika
tersebut, maka fisioterapi dapat berperan dengan pemberian modalitas ultra
sound therapy dan terapi latihan yang dapat berupa latihan gerak aktif. Setelah
dilakukan terapi sebanyak empat kali didapatkan hasil berupa penurunan nyeri,
spasme otot berkurang, peningkatan kekuatan otot, serta peningkatan
kemampuan fungsional pasien.
C. Saran
Setelah melakukan proses fisioterapi yaitu dengan Ultra Sound Therapy
dan Terapi Latihan pada pasien tennis elbow dextra, maka penulis akan
memberikan saran kepada :
1. Kepada pasien
Kesungguhan pasien dalam melakukan latihan harus ada karena
tanpa adanya kesungguhan dan semangat untuk melakukan latihan secara
42
rutin maka keberhasilan sulit dicapai. Pasien disarankan untuk melakukan
latihan – latihan yang diajarkan terapis seperti menekuk dan meluruskan
siku, latihan menggunakan beban pada tangan dengan siku lurus kemudian
pergelangan tangan bergerak ke atas dan ke bawah. Selain itu pasien
dianjurkan untuk membatasi aktivitas yang membebani sendi siku kanan
yang berlebihan, seperti mengangkat beban yang terlalu berat dan
menggerakkan lengan ke sisi luar yang dipaksakan atau berlebihan.
2. Kepada fisioterapis
Dalam melakukan pelayanan hendaknya sesuai prosedur yang ada
oleh karena itu perlu suatu pemeriksaan yang teliti, sistematik dan terarah
sehingga permasalahan yang ditemui dapat ditangani dengan tepat agar
diperoleh hasil yang memuaskan. Selain itu hendaknya selalu meningkatkan
kemampuan diri baik secara teori maupun praktek untuk menghadapi
perkembangan IPTEK yang semakin maju.
3. Kepada masyarakat
Bagi masyarakat umum untuk berhati-hati dalam melakukan aktivitas
kerja yang mempunyai resiko untuk terjadinya trauma atau cidera.
Disamping itu, jika terjadi cidera atau merasakan sakit hendaknya langsung
berobat ke dokter atau ke rumah sakit agar mendapat pertolongan dan
pengobatan yang tepat.
43
DAFTAR PUSTAKA
Arif.RehabilitasiuntukTennisElbow.http://www.aspromedik.com/2008/03/rehabilita
si-untuk-tennis-elbow.html (04/06/12 - via google).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2006. Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005-2009. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
De Wolf AN and Mens.1994. Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh. Bohn Stafleu Von Loghum. Houte seventeen. hal 47-50.
Dorland. 2002. Kamus Kedokteran. Jakarta ; Buku Kedokteran EGC.
Hukum Kesehatan UU.RI.No 23 Tahun 1992. Polilteknik Kesehatan Surakarta.
Hughes, Sean. 1994. Kapita Selekta Traumatologik dan Orthopedik. Aston, J.N. Edisi 3.
Jowir,Rico.TennisElbow/LateralEpicondylitis.www.seripayku.blogspot.com/2009/03/cedera-pada-olahraga-tennis.html (01/06/12-via google)
Kisner, Carolyn, lynn Allen Colby. 1995. Therapeutik Exc Foundation and Techniques. 3ed edition. T.A. David Company Philadelpia.
Levesque, Marc, Athritis and Tennis Elbow. www.MedecineNet.com/2009-American-Academic-of-Orthopedic-Surgeons.html (30/05/12-via google)
Mardiman, Sri. 2002. Dokumentasi Persiapan Pratek Profesional Fisioterapi. Politeknik Kesehatan Surakarta.
Ovedoff, David, 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 1. Batam ; Binarupa Aksara. Hal 595-596.
Parjoto, Slamet. 2006. Terapi Listrik untuk Modulasi Nyeri. IFI Cabang Semarang .
Platzer, Werner. 1997. Sistem Lokomotor Muskuloskeletal dan Topografi . Jakarta : Hipokrates. Hal 162. Djilid 1.
Priatna, H. 1985. Exercise Therapy. Akademi Fisioterapi Surakarta.
Putz, R dan Pabst, R. 2000. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Edisi 20.
Russe, Otto A, et al. 1975. International SFTR Method of Measuring and Recording. Hans Huber Publisher Bern Stuttgart Vienna.
Sidharta, Priguna. 1984. Sakit Neuro Muskuloskeletal Dalam Paktek Umum. Jakarta : PT Dian Rakyat. Hal 145-146.
44
Snell , Richard. 1998. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Edisi 3.
Sujatno, et al. 2002. Sumber Fisis. Akademi Fisioterapi Surakarta.
Suharso. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang : CC Widya Karya.
Syatibi , Mudatsir. 2002. Terapi Manipulasi Ekstremitas. Akademi Fisioterapi Surakarta.
www.artikel.indonesianrehabequipment.com/2012/01/pemeriksaan-spesifik-pada-regio-elbow.html (02/06/12 - via google).
Wijarnoko, Bambang, et al. 2010. Masase Terapi Cidera Olahraga. Surakarta : Yuma Pustaka.
http://akrafpeduli.blogspot.com/2012/03/tennis-elbow-tipe-ii-epycondylitis.html (02/06/12 - via google).
top related