reviewteknologi peremajaan kelapa · pdf filepadi gogo 3,6 5,61 19,81 1-2 14,20 3,53 cabai...
Post on 28-Feb-2018
226 Views
Preview:
TRANSCRIPT
REVIEW TEKNOLOGI PEREMAJAAN KELAPA SAWIT DENGAN SISTEM
INTERCROPPING
1
Iman Yani HarahapEka ListiaM. Syarovy
PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS)
PermukaanTanah
PermukaanTanah
[Umur tanaman]
[Produktivitas]
30 ton/ha
15 ton/ha
Kapan waktu replanting ???
15 ton per ha per tahun Rp. 22,5 Juta10 ton per ha per tahun Rp. 15 Juta5 ton per ha per tahun Rp. 7,5 Juta
> 25 tahun
VS Biaya PemeliharaanRata-rata Rp. 8,5 Juta
per ha per tahun
8 ton per ha per tahun
Benih ilegitem/palsu
R/C ratio ≥ 2
UMUR TANAMAN/GENETIS
PRODUKTIVITASRENDAH
JUMLAH TEGAKANBERKURANG(SERANGAN GANODERMA)
TANAMAN TINGGIKESULITAN PANEN
BIBIT ILLEGITEM
Luas perkebunan Indonesia
11,5 Juta haDi Remajakan
Luas Areal Peremajaan
400 ribu ha/thn
PERMASALAHAN
3-4 tahun areal penanaman
Tidak Produktif
Dibutuhkan cadangan dana
Relatif besar
Faktor pembatas
Perkebunan Rakyat45% Perkebunan Rakyat
Intercropping
RENCANA
PERSIAPAN LAHAN
PENANAMANK.SAWIT
PEMELIHARAAN K.SAWIT
Ketersediaan BibitPengukuranPemetaan
Olah Tanah (Bajak & Garu)Menumbang & Mencacah
o Rencana rumpukano Menumbango Mencacah
Rehabilitasi infratruktur (Jalan & Parit)Pengendalian gulmaPenanaman Kacangan/ Tan. Sela
Pola Tanam (Populasi per ha)Penanaman k.sawit
oUkuran LubangoPerlakuan Pupuk DasaroPerlakuan Fungisida
Konsolidasi tanaman
KastrasiPengendalian hama dan penyakitPemupukan tanaman dan kacanngan
KEGIATAN UTAMAREPLANTING
Uraian Biaya Investasi Peremajaan K.Sawit (Rp. 000.000)
PO TBM1 TBM2 TBM3 Total
TENAGA 5,7 7,9 8,1 7,4 29,1
BAHAN 13,6 3,7 3,8 5,4 26,5
JUMLAH 19,3 11,6 11,9 12,8 55,6
BIAYA INVESTASI REPLANTING
TEKNIK PEREMAJAAN
Sistem peremajaan
(1) tumbang serempak
(2) underplanting
(3) tumbang bertahap
(4) tumpang sari (intercropping).
TEKNIK PEREMAJAAN
• Pengolahan lahan dilakukan intensif.
• Mengurangi serangan Ganoderma & Oryctes
1. Tumbang Serempak
Kelebihan
Kekurangan
• Pendapatan terputus selama masa TBM
TEKNIK PEREMAJAAN
• Pendapatan berkurang secara bertahap
2. Underplanting
Kelebihan
Kekurangan
• Pengolahan lahan kurangintensif.
• Rawan seranganGanoderma & Oryctes
• Tanaman TBM pertumbuhan tidak optimal akibat kekurangan cahaya
TEKNIK PEREMAJAAN
• Pendapatan berkurang secara bertahap
3. Tumbang Bertahap
Kelebihan
Kekurangan
• Kurang ekonomis untukluasan areal kecil.
• Tanaman TBM pertumbuhan tidak optimal akibat kekurangan cahaya
TEKNIK PEREMAJAAN
• Pendapatan tetap selamaTBM
• Pertumbuhan TBM optimal
• Mengurangi seranganGanoderma & Oryctes
3. Intercroping
Kelebihan
Sistem penumbangan serentak, dimana pada persiapan lahan, tanaman kacangan penutup tanah diganti dengan tanaman sela
RadiasiSurya
BiomasaTumbuhan
Bagian Tan Lainnya
Hasil
PermukaanTanah
PermukaanTanah
POTENSI ENERGI RADIASI SURYA
PermukaanTanah
Tajuk Tanaman
58,4 Juta MJ /ha/thn
UMUR (THN) < 1 1-2 2-3 3-5 5-7 7-9 >9
Rad Surya 42,4 32,8 21,7 16,2 12,2 11,4 7,5
% 73 56 37 28 21 20 13
RAD SURYA DI PERMUKAAN TANAH PADA BERBAGAI UMUR TANAMAN K.SAWIT (JUTA MJ/HA/THN)
Indeks Panen(HI : 0,44)
ε k.sawit=3,5 g/MJ
PRODUKSI BIOMASA
Tanaman Lama per musim (hari)
Indeks panen ε (g/MJ) Hasil (ton/ha)
Jagung 60-70 0,49 2,96-3,84 5-7
Kedelai 75-100 0,53 1,46-1,93 2-3
Kc. Tanah 90-120 0,58 1,92-2,02 1,5-2,5
Padi Gogo 100-125 0,62 0,58-0,66 5,5-6,5
Ubi Kayu 180-360 0,60 1,09-4,42 20-30
A = ε . (1 – τ ) . QO . fW . fH . f(…)A : Biomasaε : Efisiensi penggunaan radiasi suryaτ : Proporsi cahaya matahari yg ditransmisikan tajuk tanamanQO : Radiasi mataharifW : Faktor ketersediaan airfH : Faktor ketersediaan hara N, P, K, Mg, mikrof(…) : Faktor lain-lain (hama dan penyakit)
Indeks panen dan efisiensi penggunaan radiasi surya berbagai tanaman semusim
*) dari berbagai sumber
Areal terbuka di antara KELAPA SAWIT
TBM 1: 75% areal total, TBM 2: 60% areal total
Areal terbuka di antara KELAPA SAWIT
TBM 1: 75% areal total, TBM 2: 60% areal total
INTERCROPPING DENGAN KELAPA SAWIT
• Tidak menjadi kompetitif terhadap tanaman kelapa sawit.
• Sistem perakaran berbeda dengan kelapa sawit, sehingga tidak bersaing dalam penyerapan hara dan air.
• Populasi kelapa sawit tidak berkurang karena penanaman tanaman sela.
• Bukan merupakan tanaman yang memiliki peluang terserang hama dan penyakitnya sama dengan kelapa sawit.
• Pengelolaan budidayanya tidak rumit (sederhana), bernilai ekonomis dan menguntungkan.
• Memiliki permintaan pasar yang baik, terutama pada pasar wilayah lokal.
• Jika memungkinkan, tanaman dapat meningkatkan kesuburan tanah dan memiliki efek alelopati positif terhadap kelapa sawit.
Pertimbangan memilih tanaman sela :
Tanaman Umur(hari)
lahan/tanah Iklim(R/C ratio)Ketinggian
(m dpl)pH Tekstur CH (mm/thn)
Penanaman
Msm hujan
Padi gogo 100 - 125 < 1.500 5,5-8,0 Liat - Lempung 1500-2.000 Awal 2,5
Jagung 60 - 70 1.000-1.800 5,5 -7,0 Lempung 500-700*) Awal/ akhir 2,1
Kedelai 75-100 < 650 6,0-6,5 Liat-Lempung 100-400**) Awal 1,7
Kacang
tanah90-120 50-500 6,0-6,5 Lempung-berpasir 800-1.300 Awal 1,3
Cabai 90 - 120 < 1.300 5,5-6,8 Lempung 600-1.250 Akhir 1,6
Pisang 360 < 300 Liat 1.500-2.500 Awal 2,0
Nanas 360-720 100-800 4,5-6,5 Lempung berpasir 1.000-1.500 Awal 1,6
Jahe ≥ 300 300 - 900 6,8-7,4 Lempung 2.500-4.000 Awal 3,0
Ubi jalar 100 - 120 < 500 5,5-7,5 Lempung berpasir 750-1.500 Akhir 1,2
Tanaman semusim yg dapat menjadi tanaman sela
*) dari berbagai sumber
UraianTanaman sela
Kedelai Jagung Kc. Tanah
Biaya (Rp. Juta) 6,3 – 9,5 3,3 – 4,1 11,5 – 11,5
Pendapatan (Rp. Juta) 12,2 – 17,5 12,9 – 16,2 21 - 25
Margin (Rp. Juta) 5,9 – 7,9 7,8 – 9,7 9,5 – 13,5
Analisis usaha secara ringkas untuk berbagai tanaman sela per musim
UraianBiaya Investasi Peremajaan K.Sawit (Rp. Juta)
PO TBM1 TBM2 TBM3 TOTAL
Kacangan 2,7 2,6 2,4 1,9 9,6
Total 19,3 11,6 11,9 12,8 55,6
% Kac/tot 14 % 30 % 25 % 17 % 17 %
Biaya pembangunan kacangan dan total investasi peremajaan kelapa sawit
“ subsidi “
T0
POTENSI MUSIM TANAM INTERCROPPING
BULAN KE-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
TBM1 TBM2 TBM3
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27...
TBM2
MT-1 MT-2 MT-3 MT-4 MT-5 MT-6
MT-1 MT-2 MT-3 MT-4
MT-1 MT-2 MT-3 MT-4
MT-1 MT-2 MT-3 MT-4
MT-1 MT-2
Jagung 60-70 hari
Kedelai 75-100 hari
Kc. Tanah 90-120 hari
Padi gogo 100-125 hari
Ubi kayu 180-360 hari
Keterangan :
TanamanProduksi(ton/ha)
Biaya Produksiper musim ( Rp juta/ha)
PendapatanPer musim (Rp juta/ha)
Jml. musimPer Tahun
Margin(Rp Juta)
R/C
Jagung 5,0 7,46 15,75 2-3 8,29 2,11
Kedelai 2,0 6,37 11,20 2-3 4,83 1,75
Kc. Tanah 1,5 1,97 5,78 2-3 3,80 2,93
Ubi Jalar 25,0 4,15 5,00 1-2 0,86 1,25
Padi Gogo 3,6 5,61 19,81 1-2 14,20 3,53
Cabai 15,0 93,84 150,00 1-2 56,16 1,60
ANALISIS USAHA TANI BERBAGAI TANAMAN PANGAN SEMUSIM
*) dari berbagai sumber
140
265
201176
90 97140
155
200
250289
230
0
50
100
150
200
250
300
350
Jan Peb Mrt Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Bulan
Cura
h H
uja
n (
mm
)
Faktor pembatas lahan
-Kesuburan tanah
-Kondisi fisiografis
-Iklim (Sebaran curah hujan)
Dua Musim tanam :Kendala Utama
Dua Musim tanam :Kendala Utama
• Hujan pada musim tanam pertama sulit di prediksi dan kebanyakan air di akhir panen .
• Air melimpah saat tanam musim ke-2, dan Air terbatas pada akhir musim.
PENGAPURANPENGAPURAN
KESUBURAN TANAH SANGAT RENDAHMISKIN BAHAN ORGANIKKEJENUHAN ALUMINIUM TINGGILAPISAN KONKRESI BESI
KESUBURAN TANAH SANGAT RENDAHMISKIN BAHAN ORGANIKKEJENUHAN ALUMINIUM TINGGILAPISAN KONKRESI BESI
KENDALA PENGEMBANGAN PANGAN DI LAHAN KERING PODSOLIK MERAH KUNING
(ULTISOL)
KENDALA PENGEMBANGAN PANGAN DI LAHAN KERING PODSOLIK MERAH KUNING
(ULTISOL)
TANAHTANAHSebaran jenis tanah K. SawitGambut 13 %Entisol 8 %Inceptisol 12 %Andosol 21 % Ultisol 46 %
Gambut Dalam
Gambut Dangkal
Pertumbuhan Tanaman Kacangan
Rendahan
Topografi bergelombang- berbukit
Kondisi areal• Gambut
• Rendahan
• Topografi bergelombang-berbukit( Kemiringan lereng > 15 %)
Fisiografi lahan
SEBARAN CURAH HUJAN
140
265
201176
90 97140 155
200
250289
230
0
50
100
150
200
250
300
350
Jan Peb Mrt Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Cura
h H
uja
n (
mm
)
kurang sesuai > 700 mm/3 bln< 200 mm/3 bln
sesuai 300 mm – 500 m/3 bln
Olah tanah
Musim Tnm I Musim Tnm II Bero
PERIODE TANAM : 75 – 110 HARI (RERATA 90 HARI)
KEDELAI
Olah tanah
182
235
335
146156
102
68
1526
114
162
303
0
50
100
150
200
250
300
350
Cu
rah
hu
jan
(m
m)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Bulan
PERIODE TANAM : 75 – 110 HARI (RERATA 90 HARI)
KEDELAI
Olah tanah
Olah tanah
Musim Tnm I Musim Tnm IIBero Bero
Hasil tanaman sela jagung selama 2-3 musim tanam
Keterangan Sumber
Hasil jagung pada musim pertama tanam, dimana curah hujan masih banyak dapat mencapai 7-8 ton per ha dan pada musim tanam berikutnya, ketika curah hujan mulai berkurang produksinya menurun menjadi 5-6 ton per ha
(Hadijah dan Zaini, 2010)
Hasil jagung pada masa tanaman belum menghasilkan (TBM), menurun dari 3,16 ton per ha biji kering pada TBM-1, menjadi 2,6 ton per ha pada TBM-2, dan 1,48 ton per ha pada TBM-3
(Nuertey 1999),
HASIL
KETERSEDIAAN AIR
KESUBURAN TANAH
MUSIM TANAM KE- I, II, III, .....
PengolahanTanah
VarietasRataan
Anjasmoro (kg/ha) Lokal (kg/ha)
Tanpa Olah Tanah 1.808 1.123 1.465 a
Olah Tanah 2.262 1.660 1.961 b
Rataan 2.035 a 1.392 b 1.713
Pengaruh pengolahan tanah terhadap produktivitas kedelai (kg/ha) padapertanaman sistem Intercropping K.Sawit
1. PENGAPURAN2. OLAH TANAH
3. MERATAKAN HASIL BAJAKAN 4. PENANAMAN
5. PEMELIHARAAN
5.1. PEMUPUKAN
PUPUK DASAR- Urea- TSP- KCl
PUPUK SUSULAN - Urea
5.2. PENYIANGAN- 2 MST- SETELAH BERBUNGA ( 60 HST)
4.3. PENGENDALIAN- HAMA- PENYAKIT
DAMPAK INTERCROPPING
- Hara tanah dan daun Hara menurun dalam beberapa tahun ke depan Hara relatif tetap bahkan meningkat
- Pertumbuhan dan hasil K. Sawit Pertumbuhan tanaman tidak tertekan Hasil K. Sawit ( TM-1 dan TM-2) tidak menurun
Sumber
Intercropping dengan tanaman sela kedelai, jagung, dan talas, terjadi penurunan hara Nhingga 70 %.
(Erhabor dan Filson 1999)
Penurunan hara P hingga 71 % juga terjadi pada intercropping dengan tanaman kedelai.
Mg dan Ca cenderung tidak berubah pada periode pertanaman intercropping kelapa sawit selama 3 tahun berturut-turut.
Intercropping, tanaman pangan pada pertanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM), menyebabkan defisiensi hara N dan K, terutama pada area yang pemupukannya kurang baik.
(Rafflegeau et al. 2010),
Hara daun N, P, dan K tidak berubah, sepanjang tanaman kelapa sawit belum menghasilkan TBM 0 hingga TBM 3 pada pertanaman intercropping.
(Nuertey 1999),
Intercropping kacang kedelai pada pertanaman kelapa sawit tanaman belum menghasilkan berpengaruh tidak nyata terhadap kandungan unsur hara daun maupun tanah kelapa sawit kecuali unsur hara K.
Harahap et al. (2008)
PerlakuanKandungan Hara Daun ke-9 kelapa sawit
N (%) P (ppm) K (m.e/100 g) Mg (m.e/100 g)
Kedelai 2,62 tn 0,16 tn 0,87 b 0,22 tn
Kontrol 2,55 tn 0,16 tn 0,98 a 0,23 tn
PerlakuanKandungan Hara Tanah
N (%) P (ppm) K (m.e./100 g) Mg (m.e/100 g)Kedelai 0,12 tn 10,7 tn 0,43 a 0,44 tnKontrol 0,13 tn 8,3 tn 0,20 b 0,25 tn
Kandungan hara daun ke-9 tanaman kelapa sawit pada sistem Intercropping
Hara tanah pada Intercropping K. Sawit - Kedelai
PerlakuanParameter
T. Tanaman (cm)Jlh Pelepah
(frond)P.Rachis
(cm)Luas Daun (m2)
Anjasmoro 98,56 tn 38,67 tn 254,64 tn 1,66 tn
Lokal 88,92 tn 39,50 tn 244,83 tn 2,49 tn
Tanpa Olah Tanah 104,72 tn 39,33 tn 263,78 tn 2,28 tn
Olah Tanah 82,75 tn 38,83 tn 235,70 tn 1,87 tn
Kontrol 92,60 tn 39,00 tn 222,60 tn 1,94 tn
Pertumbuhan tanaman dan hasil kelapa sawit
Intercropping K.Sawit dg tanaman pangan (jagung, ubi kayu, pisang ):-Pertumbuhan vegetatif k.sawit tidak berbeda nyata dg monokultur k.sawit- Hasil TM-1 dan TM-2 k.sawit tidak berbeda nyata dg monokultur k.sawit
(Nuertey, 1999)
Hasil K. Sawit tidak berbeda nyata antara sistem Intercropping dg sistem monokultur, selama kultur teknis tanaman selanya dilakukan dengan baik dan susunan pola tanam dan jarak tanam dilakukan dengan tepat.
(Okyre et al., 2014)
Hasil review sistem intercropping menunjukkan bahwa sistem ini dapatdipertimbangkan dalam program peremajaan kelapa sawit, terutama padaperkebunan rakyat, karena
– secara teknis dapat dilakukan dengan mempertimbangkan pilihantanaman selanya yang disesuaikan kondisi lahan, terutama iklim danteknik budidayanya.
– sistem ini juga terbukti tidak memiliki dampak negatif terhadapkesuburan lahan dan hasil kelapa sawit ketika memasuki masa tanamanmenghasilkan.
– secara ekonomis, sistem ini juga dinilai menguntungkan, sehinggadapat dijadikan pendapatan petani selama masa tanaman belummenghasilkan.
Walaupun demikian, beberapa aspek yang masih memerlukan perhatian
– Penanganan pasca panen
– Pemasaran hasil
PENUTUP
Terima Kasih
top related