review
Post on 02-Jan-2016
40 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PHYSIOLOGICAL RESPONSE TO EXERCISE
Sistem Kardiovaskuler
Cardiac output (curah jantung) adalah jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menit. Ini bisa naik sesuai dengan kenaikan tingkat kerja sampai pada titik kelelahan.
Selama latihan, cardiac output juga akan meningkat. Peningkatan ini tergantung dari beban kerja/ latihan (Work load) yang diberikan.
Meningkatnya Cardiac Output selama latihan terjadi akibat :
Peningkatan stroke Volume (S.V)
Peningkatan Heart rate (H.R)
Peningkatan Ukuran Jantung
Ukuran jantung pada atlit pada umumnya lebih besar bila dibandingkan dengan bukan atlet. Pada atlet untuk olahraga ketahanan (endurance/aerobic) maka peningkatan ukuran jantung disebabkan oleh peningkatan volume ventrikel tanpa peningkatan tebal otot. Sedangkan pada atlet untuk gerakan-gerakan cepat (non endurance/anaerobic) seperti lari cepat, gulat, dan lain-lainnya maka peningkatan ukuran disebabkan oleh penebalan dinding ventrikel dengan tanpa peningkatan volume ventrikel. Bersamaan dengan peningkatan ukuran jantung, juga didapatkan peningkatan jumlah kapiler (Fox 1993, Soekarman 1986, Fleck 1992, Sumosar).
Saat latihan, rongga jantung yang terpenting adalah ventrikel kiri. Rongga ini memompa darah ke seluruh organ dan jaringan tubuh, termasuk otot. Volume darah yang dipompa oleh ventrikel kiri setiap kali disebut stroke volume yang besarnya antara 70 s/d 120 ml. Sedangkan irama kontraksi atau frekuensi jantung (Heart rate = HR) dalam keadaan istirahat sekitar 50 s/d 70 kali per menit.Dalam keadaan latihan, jumlah darah yang dapat dipompa oleh jantung dapat meningkat dalam batas-batas tertentu sehingga keluaran darah oleh jantung bertambah secara sigifikan.
Peningkatan yang lebih besar ini tentu akan berpengaruh terhadap pengiriman bahan-bahan metabolisme ke sel otot.
Peningkatan Heart Rate
Penyebab peningkatan heart rate pada saat exercise adalah karena sistem saraf dan sistem hormonal yang berperan di dalam peningkatan stroke volume.
Sistem Respirasi Selama Latihan
Peningkatan ventilasi paru turut menyertai respon kardiovaskular saat latihan. Ini dilakukan untuk menjamin pemeliharaan oksigenasi arteri dan penghapusan karbon dioksida. Peningkatan ventilasi paru dicapai dengan peningkatan volume tidal dan frekuensi pernapasan.
Selama latihan, difusi cenderung meningkat. Peningkatan terjadi untuk difusi O2 maupun CO2. Peningkatan ini terjadi baik pada difusi yang berada di paru maupun jaringan. Peningkatan difusi selama latihan disebabkan oleh:
1. Naiknya temperatur tubuh yang mengakibatkan turunnya viskositas cairan tubuh.
2. Meningkatnya area difusi3. Ada perbedaan tipis antara laki-laki dan perempuan di dalam difusi, angka
difusi pada laki-laki umumnya lebih tinggi dibanding wanita. Hal ini tidak lepas dari luasnya area difusi laki-laki yang lebih lebar.
Mekanisme Kelelahan Ototkelelahan otot adalah suatu keadaan otot, dimana otot tidak dapat berkontraksi secara cepat dan kuat atau bahkan tidak dapat berkontraksi sama sekali. Kelelahan otot suatu saat pasti akan terjadi pada kita, terutama pada seseorang yang memiliki aktivitas fisik yang padat setiap harinya.
kontraksi merupakan hal terpenting dariotot. Hal ini berkaitan dengan penggunaan adenosin triposphate (ATP) sebagaienergi kontraksi. Mekanisme kontraksi otot berlangsung melalui daur reaksi yang kompleks. Hal ini dapat dijelaskan melalui teori pergeseran filamen (sliding filament theory). Keseluruhan proses membutuhkan energi yang diperoleh dari ATP yang disimpan dalam kepala miosin. Tahapan kontraksi otot hingga relaksasi. Pada neuromuscular junction, asetilkolin dilepaskan dari synaptic terminal menuju reseptor dalam sarkoma.
Hasil perubahan potensial transmembran dari serabut otot akan menghasilkan pontensial aksi yang menyebar melintasi seluruh permukaan dan sepanjang tubulus T. Retikulum sarkoplasma melepaskan cadangan ion kalsium, sehingga meningkatkan konsentrasi kalsium di sarkoplasma dan sekitar sarkomer. Ion Kalsium berikatan dengan troporin dan menghasilkan perubahan orientasi kompleks troponin-tropomiosin yang terlihat pada bagian yang aktif dari aktin, meosin cross bridge terbentuk pada saat kepala miosin berikatan dengan bagian yang aktif.
Kontraksi otot dimulai sebagai siklus yang berulang dari meosin cross bridge. Siklus ini terjadidengan adanya hidrolisa ATP. Proses ini menimbulkan pergeseran filamen dan pemendekan serabut otot. Pontensial aksi dibangkitkan dengan adanya pemecahan asetikolin oleh asitilkolinesterase. Retikulum sarkoplasma akan menyerap kembali ion kalsium sehingga konsentrasi ion kalsium menuru. Saat mendekati fase istirahat, kompleks troponin-tropomiosin akan kembali ke posisi awal. Sehingga mencegah interaksi cross bridge lebih lanjut.
Tanpa interaksi cross bridge lebih lanjut maka pergeseran filamen tidak akan timbul dan kontraksi akan berhenti. Relaksasi otot akan terjadi dan otot akan kembali
secara pasif pada resting lenght.
Selama ATP tersedia daur tersebut dapat terus berlangsung. Pada keaadan kontraksi, ATP yang tersedia didalam otot akan habis terpakai 1 detik. Oleh karena itu ada jalur metabolisme produktif yang menghasilkan ATP. ATP dengan bantuan kretin kinase akan segera menjadi kretin pospat. Persediaan kretin pospan ini hanya cukup untuk beberapa detik, selanjutnya ATP diperoleh dari posforilasi oksidatif.
Pengaruh Latihan Terhadap Tipe Serabut Otot
Dengan melakukan latihan secara teratur dan berkelanjutan mempunyai pengaruh yang besar terhadap tipe serabut otot. Walaupun pengaruh tersebut tidak terjadi pada tingkatan yang sama, baik pada serabut otot ST maupun serabut otot FT. Dengan kata lain latihan-latihan tertentu dapat memberikan rangsangan terhadap serabut ST dan FT. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat latihan adalah sebagai berikut:
1. Perubahan pada kapasitas aerobik2. Perubahan kapasitas glikolitik3. Perubahan tidak terjadi pada tingkatan yang sama4. Latihan tidak bisa mengkonversi serabut otot
Kardiovaskuler Respon To ExerciseLatihan Daya tahan/endurance (training) cenderung menurunkan tekanan systole, diastole dan tekanan rata-rata arteri. Penurunan tekanan darah ini penting untuk menghindari terjadinya resiko penyakitpenyakit jantung. (Fahey. 1984) Selama latihan daya tahan yang bersifat dinamis (lari, bersepeda, dll) terjadi dilatasi kapiler dalam otot yang sedang bekerja menurunkan tahanan arteri terhadap aliran darah, yang melebihi dari vasokonstriksi pembuluh darah pada jaringan yang tidak bekerja. Oleh karena itu pengaruh perubahan diameter pembuluh darah selama latihan menurunkan tekanan darah. (Lamb. 1984)
PHYSIOLOGICAL RESPONSES OF MUSCLE 2:
IMOBILISASI AND DETRAINING
Definisi
Imobilisasi yaitu aitu suatu keadaan tidak dapat bergerak yang dikarenakan akibat – akibat yang ditimbulkan oleh kondisi berbaring lama. Jadi bisa dikatakan bahwa immobilitas secara garis besar merupakan sindrom kemunduran fisiologis yang disebabkan oleh:
1. Penurunan Aktivitas2. Ketidakberdayaan
Detraining merupakan hilangnya kemampuan adaptasi terhadap latihan, baik itu secara parsial maupun menyeluruh, dalam merespon stimulus latihan yang tidak adekuat. Karakteristik detraining bisa berbeda bergantung pada lamanya penghentian latihan atau latihan yang tidak adekuat.Detraining terjadi karena adanya cedera pada jaringan tertentu yang membutuhkan immobilisasi sebagai salah satu upaya untuk mempercepat penyembuhan.
Dampak Yang Disebabkan Karena Imobilisasi:
1. Timbulnya berbagai penyakit, contohnya : Otot menjadi kisut (atrofi) Sendi kaku Infeksi saluran nafas Infeksi saluran kencing dan sembelit Luka lecet pada jaringan kulit yang ditekan akibat tirah baring lama
2.Ketergantungan kepada orang lain
3. Rendahnya kualitas hidup4. Kematia
Efek Imobilisasi
1. Mengurangi nyeri
2. Proses perbaikan jaringan lebih cepat
3. Mengurangi cedera berulang
4. Rekontsruksi deformitas
5. Mencegah komplikasi yaitu semakin buruknya suatu kondisi.
6. Mempertahankan posisi pasca reposisi.
Penerapan Latihan Kekuatan
Kemampuan motorik kekuatan dibedakan dalam 3 komponen :
1. Kekuatan Maksimal (Maximum Strength),
2. Kekuatan yang Cepat (Speed Strength), dan
3. Daya tahan Kekuatan (Strength Endurance/Muscle Endurance).
SPORT EMERGENCY
PengantarSebagai tim yang berada di sekitar atlet, mengetahui respon emergency yang sesuai dengan cedera yang berhubungan dengan olahraga akan membantu team untuk menangani secara cepat dan efektif.
Cedera dapat terjadi karena penggunaan yang berlebihan secara bertahap. Hal ini karena Atlet rekreasional maupun profesional tersebut terkadang mendorong dirinya sendiri di luar batas kondisi fisiknya dan terjadilah cedera olahraga. Pada
penanganan emergency situation, prioritas penanganan pertama lebih diutamakan pada injury atau kondisi yang mengganggu fungsi fisiologik vital (mis: obstruksi jalan nafas).
Tujuan utama dari penanganan emergency situation adalah untuk mempertahankan hidup dan mencegah keadaan memburuk sebelum penanganan intensif diberikan.
Emergency situation1. Check Breathing2. Check Pulse3. Consciousness
Penanganan Sport Emergency1. Personel ----> Jika ada peserta yang terluka dibutuhkan 5 orang, 4 orang untuk mengangkut tandu, dan 1 orang untuk memberikan pertolongan pertam pertama, imobilisasi, serta mengawasi jalannya tandu tersebut.
2. Equipment ----> Alat-alat penting :
▪ Peralatan CPR harus selalu ada dalam setiap pertandingan olahraga. CPR ini digunakan untuk resusitasi kardiopulmonal.
▪ Oksigen viva dan air viva sejenis masker dan merupakan penyedia oksigen yang alirannya dapat di atur.
▪ Oropharingeal airway
▪ Tandu yang kuat namun ringan membawa pasien tidak sadar atau cedera berat.
▪ Spine board atau jordan frame diperuntukkan untuk spinal injury tapi dapat juga digunakan untuk non-spinal injury. Dapat dibongkar dan mudah disimpan.
▪ Ice atau minuman dingin untuk menangani heat injury
▪ Splint. Rigid collar untuk cervikal, air splint untuk ekstremitas dan bandages untuk compression.
▪ Tongkat dan sling (kain gendongan)
▪ Ambulans
3. Education ----> Prosedur standar harus sering dilatih ulang sehingga semua anggota tim tahu apa yang harus dilakukan. Semua trainer harus bersertifikat dan mampu memberikan perawatan pada penanganan sport emergency.
Beberapa Situasi Gawat Darurat dalam Olahraga1. DislokasiPenanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi
ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang, imobilisasi dengan spalk pada jari-jari, di bawa kerumah sakit bila perlu dilakukan resistensi jika terjadi fraktur.
2. Fraktur (Patah Tulang)Olahragawan tidak boleh melanjutkan pertandingan, pertolongan pertama dilakukan
reposisi secepat mungkin dalam waktu kurang dari lima belas menit, karena pada waktu itu olahragawan tidak merasa nyeri bila dilakukan reposisi, kemudian dipasang spalk balut tekan untuk mempertahankan kedudukan yang baru, serta menghentikan perdarahan.
3. Kram OtotAtlet diistirahatkan, diberikan semprotan chlor ethyl spray untuk menghilangkan rasa
nyeri/sakit yang bersifat lokal, atau digosok dengan obat-obatan pemanas seperti conterpain, dan salonpas gell untuk melebarkan pembuluh darah sehingga aliran darah tidak terganggu karena kekuatan/kekejangan otot pada terjadi kram.
Pada saat otot kejang sampai kejangnya hilang. Menahan otot waktu berkontraksi sama artinya dengan kita menarik otot tersebut supaya myiosin filament dan actin myosin dapat menduduki posisi yang semestinya sehingga kram berhenti. Pada waktu ditahan dapat disemprot dengan chlor etyl spray, hingga hilang rasa nyeri.
MANUAL THERAPYWHEN & WHY
Manual terapi berarti penanganan “menggunakan tangan" yang digunakan dalam gangguan yang mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan saraf. Ini termasuk mobilisasi pasif dan manipulasi sendi, teknik energi otot, peregangan pasif jaringan kontraktil, teknik relaksasi otot manual, teknik rehabilitasi otot, myofascial, mobilisasi sistem saraf dan massage.
Kapan Menggunakan Manual TerapiCedera olahraga tidak selalu mengikuti pola yang teratur terlihat pada gangguan muskuloskeletal nonathletic
Banyak cedera olahraga terjadi sebagai akibat dari overuse, mungkin terkait dengan biomekanik yang berubah-ubah, yang menyebabkan kerusakan jaringan microtrauma dan lokal (Jobe 1983).
Kajian terampil gerakan pasif bisa sangat berharga ketika mendiagnosis dan dapat digunakan untuk membedakan antara:
- soft tissue dan komponen sendi komponen intra-articular dan periarticular
- komponen musculoskeletal dan yang berhubungan dalam perubahan fungsi nervus system, dinyatakan sebagai neural tension.
- Lokal intrinsik yang merupakan sumber gejala dan yang dimaksud dari struktur yg jauh dari sumber gejala - Gerakan yang memprovokasi atau meredakan gejala, terutama nyeri. Jika
gerakan pasif yang tepat untuk pengobatan, gerakan tersebut dapat menentukan pilihan perawatan.
Maintenance of Optimal Level of FunctionManual terapi kemungkinan membantu managemen pada atlet yang mana ada peningkatan resiko cedera, dapat digunakan untuk mengurangi keterbatasan jangkauan lebih lanjut & yang mengganggu penampilan dalam olahraga.
- Mobilisasi pasif dpt dilakukan pd semua fase rehabilitasi, termasuk fase awal setelah cedera.
- Setelah cedera, dilakukan pemeriksaan dengan teliti. Jika tidak ada ruptur ligamen atau fraktur, segera dilakukan pasif movement namun tanpa adanya nyeri.
- Treatment dilakukan dengan hati-hati & terus melakukan monitoring terhadap perkembangan treatment, namun seringkali treatment yg dilakukan tidak memberikan efek yang baik pada cedera yang terjadi sehingga treatment harus dihentikan
- Tujuan dilakukannya treatment adalah untuk mengembalikan biomekanik normal dari atlet, tapi seringkali tujuan yang diinginkan tidak tercapai karena tidak selamanya prosesnya akan seperti yang diprediksi.
Efek Fisiologis Manual Therapy
Efek fisiologis manual therapy antara lain memperlancar peredaran darah, mencetuskan hormon endhorphin dan merilekskan otot. Secara keseluruhan proses tersebut kemudian dapat :
- Membantu mengurangi pembengkakan pada fase kronis.
- Mengurangi persepsi nyeri melalui mekanisme penghambatan rangsang nyeri (gate control)
- Meningkatkan relaksasi otot sehingga mengurangi nyeri.
- Meningkatkan jangkauan gerak, kekuatan, koordinasi, keseimbangan dan fungsi otot.
- Mengurangi atau menghilangkan ketegangan saraf dan mengurangi rasa sakit.
Indikasi Manual Therapy
Cedera : sprain, strain, dislokasi dan jenis trauma lain. Manual therapy biasanya dikombinasikan dengan metode lain seperti imobilisasi, obat dan jenis fisioterapi yang lain.
- Nyeri punggung dan nyeri leher merupakan kedua kasus nyeri yang paling sering dijumpai dan dapat diatasi dengan manual therapy. Nyeri leher yang sering terjadi adalah pada bagian dasar dan samping leher. Nyeri leher ini dapat menimbulkan nyeri kepala. Jenis nyeri leher yang paling sering dijumpai adalah whiplash akibat gerakan yang mendadak
- Arthritis yang merupakan kelompok peradangan sendi yang dapat berupa osteoarthritis, rhematoid arthritis maupun ankylosing spondilitis
- Nyeri bahu dalam bentuk bahu beku (frozen shoulder) merupakan gangguan
bahu yang umumnya dapat diperbaiki dengan manual therapy. Jenis lain
nyeri bahu adalah cedera rotator cuff (otot yang menghubungkan tendo
dengan tulang humerus) serta shoulder impingement syndrome yang terjadi
akibat penekanan tendon rotator cuff tendon dan bursa subacromial.
- Arthritis yang merupakan kelompok peradangan sendi yang dapat berupa
osteoarthritis, rhematoid arthritis maupun ankylosing spondilitis
- Nyeri bahu dalam bentuk bahu beku (frozen shoulder) merupakan gangguan
bahu yang umumnya dapat diperbaiki dengan manual therapy. Jenis lain
nyeri bahu adalah cedera rotator cuff (otot yang menghubungkan tendo
dengan tulang humerus) serta shoulder impingement syndrome yang terjadi
akibat penekanan tendon rotator cuff tendon dan bursa subacromial.
- Tendinitis (radang pada tendon) yang pada umumnya diakibatkan oleh
penggunaan yang berlebihan.
- Bursitis (radang pada bursa yang merupakan kantong berisi cairan yang
berfungsi untuk melicinkan gerakan antar jaringan). Bursa yang mengalami
peradangan umumnya berada pada area bahu, siku, pinggang dan lutut.
- Nyeri kepala yang meliputi tension headache (perasaan kepala terasa penuh
dan seperti diikat), migraines (nyeri berdenyut yang sering disertai dengan
mual) dan cluster headache (yang merupakan nyeri kepala yang tajam yang
dirasakan pada satu sisi kepala.
- Carpal tunnel syndrome yang merupakan penekanan saraf pergelangan
tangan yang mengakibatkan nyeri pada area tersebut
- Fibromyalgia yang merupakan gangguan otot dan tulang yang sering
disertai dengan nyeri, kelemahan, dan gangguan tidur.
- Complex regional pain syndrome yang merupakan rasa nyeri yang timbul
setelah terjadi cedera pada lengan atau tungkai. Rasa nyeri sering
dideskripsikan sebagai rasa seperti terbakar.
ELECTROTHERAPHY IN SPORT
Elektroterapi meliputi thermal, electrical, mechanical, photobiological, magnetic, dan alat biofeedback digunakan dalam fisioterapi olahraga.Elektroterapi mungkin berkontribusi dalam penyembuhan jaringan dengan meminimalkan kerusakan selanjutnya dan memfasilitasi perbaikan, dapat mengurangi nyeri dan sebagai tambahan pada kunci modalitas terapi yaitu exercise.
Patofisiologi. Riset menunjukkan bahwa ada hubungan efek fisiologis dan efek biofisika modalitas elektroterapi dan interaksinya terhadap proses fisiologis yang berlanjut.
1. Thermotherapy: Perubahan temperatur dari temperatur tubuh yang normal naik hingga kira-kira 45o C dan turun hingga kurang dari 10 derajat C. Perubahan ini akan berpengaruh pada proses metabolik, aliran darah, flexibilitas dan elastisitas kolagen, dan viskositas cairan. Perubahan temperatur juga sebagai tanda bagi pengurangan nyeri dan protektif spasme otot.
2. Cold: Efek fisiologis pada jaringan:
- Penurunan tingkat metaboisme.
- Vasokontriksi arteriole yang timbul karena pengurangan terbentuknya zat metabolit ( CO2 dan asam laktat).
- Vasokontriksi pada pembuluh darah kulit yang berlangsung secara reflektoris, karena kulit sebagai thermoregulator.
- Dingin akan menginduksi pembuluh darah vena, sehingga terjadi vasokontriksi pada vena yang akan menaikkan tekanan darah venosa.
3. Pada organ dan sistem tubuh: - Kulit - Jantung dan Pembuluh darah - Respirasi - Jaringan Otot - Sirkulasi Darah - Sistem Saraf
HYDROTHERAPY
DEFINISIHidroterapi adalah suatu penanganan fisioterapi yang dilakukan di dalam air oleh fisioterapis dan melibatkan penggunaan medium dalam penanganan penyakit menggunakan prinsip hidrodinamik semaksimal mungkin
Prinsip FisikGaya yang terdapat di dalam air
Gaya Apung “Buoyancy”
Hukum Archimedes : “Jika suatu benda dicelupkan ke dalam sesuatu zat cair, maka benda itu akan mendapat tekanan keatas yang sama besarnya dengan beratnya zat cair yang terdesak oleh benda tersebut”
Efek Klinik
↑ Aliran balik vena (perifer ke pusat)
↓ Volume residu
↓ Heart Rate
↓ Swelling
Manfaat Efek Bouyancy
- Mengurangi gaya gravitasi
- Berfungsi sebagai support untuk vertebra dan ekstremitas
- Mengurangi denyut jantung
- Membantu ROM ke permukaan
- Memperbaiki pola jalan
- Koreksi postur
Termodinamika Air
PT. PELVIS, HIP & THIGH DISORDER
Pelvic Injuries
- Contusion
Etiologi: Memar dari krista iliaka atau otot perut Penyebab: pukulan langsung Tanda dan Gejala: Nyeri, kejang, dan kelumpuhan sementara. Karena nyeri
ROM menurunRotasi fleksi trunk, paha / pinggul
- Stress Fractures
Etiologi: Terlihat pada pelari jarak jauh Penyebab: Siklus berulang / trauma berulang terjatuh saat lari) daerah yang
terganggu: meliputi ramus pubis inferior, leher femoralis, dan daerah subtrochanteric femur.
Tanda dan Gejala: Selangkangan nyeri sakit sensasi di paha yang meningkat dengan aktivitas,dan berkurang dengan istirahat
- Osteitis pubis
Osteitis pubis adalah Stres yang berulang dan trauma mikro untuk daerah simfisis pubis (Tulang kemaluan mana kiri dan kanan datang bersama-sama di depan tubuh,) diperkirakan menjadi penyebab utama osteitis pubis atau "OP," namun beberapa luka OP dapat berasal dari satu yang spesifik trauma. Penyebab: Olahraga yang melibatkan menendang, melompat dan
menjalankan semua kegiatan yang melibatkan perubahan yang cepat dalam arah.
Gejala: Rasa sakit di daerah kemaluan, perut ke bawah, selangkangan, bagian dalam paha, pinggul dan kadang di testis
- Pointer pinggul
Hip pointer merupakan memar yang terasa sakit disebabkan oleh benturan pada bagian luar daerah batas pelvis, khususnya pada daerah garis ikat pinggang. Penyebab: adanya benturan pada bagian luar pinggul itu sendiri, yang lebih
dikenal dengan Greater Trochanter Gejala: Terasa sakit pada saat beraktivitas terutama pada saat berjalan,
memar, kulit hangat, adanya pembengkakan, dan terasa perih.
- Bursitis Pinggul
Sakit pinggul biasanya berasal dari trochanterik atau bursitis pada pinggul. Cairan yang jumlahnya lebih banyak tersebut dan adanya tekanan yang
bertambah pada kantung sebagai akibat adanya pembengkakan dan menimbulkan terasa sangat sakit. Keadaan seperti ini dinamakan bursitis.
Gejala: rasa sakit sepanjang pangkal pinggul, semakin parah apabila kita bangkit dari duduk. Rasa sakit tersebut akan menjalar ke bawah melalui bagian luar kaki sampai lutut, tetapi tidak terasa pada lutut bagian belakang.
Hip and Thigh
- Dislokasi Hip Joint
Dislokasi posterior disebabkan oleh trauma, terjadi pada axis longitudinal pada femur saat femur dalam keadaan fleksi 90 derajat dan sedikit adduksi. Bagian pemeriksaan adalah memeriksa kemampuan sensorik dan motorik extremitas bawah dari bagian bawah hingga ke panggul yang mengalami dislokasi, karena kurangnya kepekaan saraf pada panggul merupakan suatu komplikasi masalah yang tidak lazim pada kasus dislokasi hip joint.
Dislokasi Anterior. Pada cedera ini pederita biasanya terjatuh dari suatu tempat tinggi dan menggeserkan kaput femur di depan asetabulum.Pemeriksaan dislokasi anterior, kaki dibaringkan eksorotasi dan seringkali agak fleksi. Dalam posisi adduksi tapi tidak dalam posisi menyilang. Penderita tidak dapat bergerak fleksi secara aktif ketika dalam keadaan dislokasi. Kaput femur jelas berada di depan triangle femur.
Dislokasi central / obturator. Ini sangat tidak umum dijumpai. Dislokasi obturator disebabkan karena gerakan abduksi yang berlebih
(hiper-abduksi) dari panggul yang normal yang disebabkan karena trokantor mayor bergerak berlawanan dengan pelvis untuk mengungkit kaput femur keluar dari asetabulum.
DRUG IN SPORTS
THERAPEUTIC DRUGS
Analgesik
Obat2 seperti aspirin, paracetamol, dan codein merupakan jenis analgesik yang sering digunakan baik secara sendiri ataupun dikombinasikan dengan analgesik lainnya. Treatment untuk sport injuries, analgesik digunakan dalam fase akut setelah injury untuk menurunkan nyeri. Codein merupakan analgesik yang kuat. Merupakan narkotik analgesik dan masuk daftar obat yang dilarang dalam komite olimpiade intenasional (IOC).
Topikal Analgesik
Topikal analgesik sering digunakan oleh atlet dan sering dikenal sebagai ‘obat gosok’ atau ’iniment’. Secara komersil, obat ini berisi kombinasi menthol, methyl salicylate, camphor, dan eucalyptus oil. Berfungsi sebagai counter-irritant yang mengakibatkan inflamasi dan iritasi pada kulit. Kebanyakan produk mengandung dua atau lebih bahan yang dapat mengakibatkan redness (kemerahan), vasodilatasi, stimulasi reseptor nyeri dan reseptor panas dingin.
Topikal Anti-Inflamatory Agents
Topikal indomethacin efektif digunakan untuk menurunkan inflamasi dalam injuri superfisial.
NSAIDs (Non Steroid Anti Inflammatory Drugs)
Obat non-steroid anti-inflamatory drugs sering digunakan dalam treatment untuk sporting injury. Obat yang pertama kali digunakan adalah aspirin dan salicylate. Obat2 ini memiliki efek analgesik, anti inflamasi, dan anti piretik. Obat ini juga sering digunakan dalam treatment untuk penyakit arthritis.
Corticosteroid
Digunakan dalam penanganan sejumlah kondisi inflamasi. Penggunaannya dapat mengurangi risiko efek samping yang berhubungan dengan pemberian Corticosteroid sistemik
DRUGS ABUSE IN SPORT
Stimulan
Merupakan obat yang menigkatkan kewaspadaan dan aktivitas fisik melalui peningkatan detak jantung badan pernafasan serta fungsi otak (mempengaruhi sistem saraf sehingga menstimulasi mental dan fisik tubuh).
Stimulan digunakan atlet untuk mengurangi rasa lelah, meningkatkan kewaspadaan mental, konsentrasi, kecepatan, tenaga, dan daya tahan.
Narkotik Analgesik
Istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang digunakan sebagai penahan sakit. Obat analgesik termasuk oban antiradang non-steroid (NSAID) seperti salisilat, obat narkotika seperti morfin dan obat sintesis bersifat narkotik seperti tramadol.
Steroid Anabolik
Kelas dari hormon alami atau sintetik yang meningkatkan pertumbuhan dan pembelahan sel, yang ada di beberapa jenis jaringan, khususnya otot dan tulang.
β-blockers
β-blockers adalah salah satu obat yg secara umum digunakan untuk mengobati hipertensi, aritmia jantung, angina, dan tremor.
Diuretik
Diuretik, atau yg lebih dikenal sbg tablet larut, digunakan untuk mengatasi hipertensi ringan, gagal jantung, dan retensi cairan.
Hormon Peptida
Human Chorionic Gonadotrophine (HCG) digunakan oleh atlet untuk meningkatkan produksi steroid endogen seperti menetralkan atrofi testikular yg disebabkan pencernaan steroid anabolik.
Doping & Eritropoietin
Doping darah yg lazimnya meliputi kegiatan pengambilan darah dari atlet, kemudian di retransfusikan dlm periode waktu yg sesuai, biasanya 4-8 minggu (masa di mana jumlah eritrosit telah meningkat dari sebelumnya).
SHOULDER GIRDLE COMPLEX
Anatomi
Gerakan2 pada shoulder girdle dimungkinkan oleh persendian di bawah ini:
1. Art. Glenohumeral
2. Art. Acromioclavicular
3. Art. Sternoclavicular
4. Art. Scapulothoracic
5. Art. Costovertebral atas
Otot – otot yang ada pada shoulder:
1. Pectoralis
2. Coracobrachialis
3. Subscapularis
4. Biceps brachii
5. Deltoid
6. Supraspinatus
7. Infraspinatus
8. Latissimus dorsi
9. Teres major
Etiologi
Cedera olahraga, dimana lengan harus digerakkan melampaui kepala secara berulang.
Overuse dan Degenerasi.
Gejala klinis
1. Nyeri
2. Kehilangan kekuatan dan gerak
3. Kesulitan melakukan gerak yang melibatkan lengan
Pemeriksaan Spesifik
1. VAS
2. ROM Test
3. Sensorik
4. MMT
5. Painful Arc
6. Apley stratch test
7. Codman sign (drop arm) test
8. Mazion shoulder maneuver (shoulder rock test)
9. Mazion cuff maneuver (subacromial push-button sign)
10. Supraspinatus press test
11. X-Ray
12. Dapat di ketahui jenis frakturnya
13. MRI dan CT scan
14. Dapat diketahui gambarannya apakah menekan MS/struktur lainnya.
15. Tes lab
16.
TOCS
Gejala vaskuler antara lain:
1. Pembengkakan atau spasme pada lengan atau tangan
2. Perubahan warna kebiruan pada tangan.
3. Perasaan berat di lengan atau tangan.
4. Terdapat pulsating lump diatas clavikula.
5. Nyeri pada leher dan bahu yang meningkat pada malam hari.
6. Mudah lelah pada lengan dan tangan.
7. Distensi vena superficial pada tangan
Gejala Neurologi
1. parasthesia sepanjang lengan dan telapak (c8, T1 dermatom)
2. Kelemahan otot dan atrofi pada otot2 mencengkeram, thenar dan intrinsik tangan.
3. Kesulitan melakukan aktifitas motorik halus
4. Kram pada otot lengan.
5. Nyeri pada lengan dan tangan.
6. Kesemutan dan mati rasa pada leher, bahu, lengan dan tangan.
Pemeriksaan Spesifik
1. Test MP, Muscle Length
2. Test Defisit sensomotorik (segmental animal dan vegetatif), defisit saraf cranial serta pem. refleks
3. Test ROM aktif/pasif
4. Test Palpasi Oedem, Tonus, Taud Band Nodulus ( MPS )
5. Test VAS
6. Test ADL/ Koordinasi, Balance
7. Test Speech, menelan
8. Test : Vokasi
9. Hasil Radiologi ( MRI ) dan Lab
Bell's Palsy Complex
Definisi
Bell’s Palsy adalah suatu gangguan neurologi yang disebabkan oleh kerusakan saraf kranial ke 7, atau nervus fasialis, yang menyebabkan kelemahan atau paralisis pada satu sisi wajah. Paralisis ini menyebabkan distorsi wajah serta mengganggu fungsi normal, seperti menutup mata dan makan .
Penyebab
- Ischemic Vascular (gangguan sirkulasi darah)
- Infeksi Virus
- Imunologi
- Herediter (ketururan)
Tanda – tanda Bell's Palsy
- Wajah Asimetri
- Air mata tidak dapat dikontrol
- Sudut Mata Turun
- Reflex konjungtiva hilang
- Rasa sakit pada telinga terutama di bawah telinga
- Tidak tahan suara keras pada sisi yang terkena
- Sudut mulut turun
- Sulit untuk berbicara
- Air menetes saat minum atau setelah membersihkan gigi
- Kehilangan rasa di bagian depan lidah
Manajemen FIsioterapi
- Tujuan jangka panjang
Mengembalikan kemampuan fungsional otot wajah pasien
- Tujuan jangka pendek
Meningkatkan kekuatan otot wajah yang mengalami kelemahan
Mencegah kontraktur
Mengembalikan kesimetrisan mimik
THORACIC & ABDOMINAL DISORDER
Subjective Examination of thorax and abdomen
Atlet yang menunjukkan adanya gejala pada area thoracic dan abdomen menyebabkan physio tertantantang untuk membedakan antara penyebab muskuloskeletal dan non-muskuloskeletal
Tujuan utamanya adalah untuk menetapkan area sumber gejala.
Penting untu mengetahui adanya nyeri yang menjalar dan berasal langsung dari spine atau mengikuti garis kosta, atau berpusat pada bagian depan dada
indikasi intervertebral joint, costovertebral joint, atau lesi dskus.
Faktor yang memburuk misalnya nyeri dada saat deepbreathing, batuk, dll, akan membantu menegakkan diagnosis
Objective Examination of The Thoraks
Sebaiknya dilakukan dalam posisi duduk , diikuti pemeriksaan spine saat berdiri
Yang sering ditemukan skoliosis dan kifosis
Hal – hal yang perlu dilakukan yaitu:
1. Tes gerakan
2. Tes neurologic
3. Palpasi thoraks
4. Pemeriksaan abdomen
5. Palpasi abdomen
Sendi-sendi yang dapat cedera pada thorax yaitu:
1. Sendi sternocostal dan sternoclavicular
2. Costochondral junction
3. Sendi-sendi Intervertebral
Sumber nyeri dada non-cardiac
- Organ Thoraks
1. Aorta
2. Pulmonary artery
3. Broncho pulmonary tree
4. Pleura
5. Mediastinum
6. Aesophagus
7. diaphragm
8. Subdiaphragmatic organ
9. Perut
10. Duodenum
11. Pancreas
12. Kantong kemih
- Musculuskeletal
1. Cervikal spine
2. Thoracic spine
3. Thoracic joint: sternoclavicular, manubriosternal, costochondral, sternocostal, xiphoid, scapulathoracic
4. Ribs
5. Muscles
6. Skin
top related