resume hormon
Post on 24-Jul-2015
103 Views
Preview:
TRANSCRIPT
RESUME HORMON
Nama : Nana Rustiana
NIM : 05-511-1111-024
Hormone merupakan suatu kelompok heterogen pesan-pesan kimia yang berperanan
mengkoordinasi aktivitas berbagai jaringan dalam tubuh. Secara struktural terdapat 4 tipe
hormon: hormon polipeptida, katekolamin, hormone tiroid, dan steroid. Bab ini menjelaskan
biosintesis masing-masing hormon dan gambaran umum kerja umum kerja hormon.
Hormon adalah suatu pesan kimia yang disinteisis pada sel-sel khusus dan transport
ke sel sasaran yang jauh letaknya melalui darah. Kebanyakan hormon disekresi langsung ke
dalam sirkulasi. Akan tetapi , beberapa hormon disekresi oleh jaringan yang secara primer
bukan jaringan endokrin. Hormon lainnya disekresi oleh lebih dari satu jaringan.
Norepinefrin, misalnya, dihasilkan oleh sel-sel medulla adrenal dan sistem saraf simpatis.
Suatu jaringan merupakan sasaran untuk hormon tertentu hanya bila jaringan tersebut
mengandung protein reseptor spesifik yang mengikat hormone dan menimbulkan respon
selular. Hormone mengatur aktivitas jaringan sasarannya melalui 2 cara umu: (1) dengan
mengatur aktivitas protein yang sudah ada dalam sel pada saat kerja hormonal, dan (2)
dengan mengatur sintesis atau degradasi protein. Kedua respon ini mengubah kapasitas
enzimatik sel; yang pertama berlangsung cepat (dalam beberapa menit), sedangkan yang
kedua terjadi lebih lambat (memerlukan waktu berjam-jam atau berhari-hari). Sekarang telah
jelas bahwa beberapa hormone menggunakan kedua mekanisme ini.
Reseptor-resptor hormone dapat dibagi dalam 2 golongan yang berbeda dipandang
letaknya dalam sel, sedangkan reseptor-reseptor untuk hormone polipeptida dan katekolamin
terletak pada permukaan sel, sedangkan reseptor-reseptor untuk hormon steroid dan
tiroidterletak di dalam sel. Banyaknya hormone yang terikat pada reseptor permukaan sel
menimbulkan efeknya pada sel melakukan second messenger- suatu molekul kecil yang
konsentrasi intraselnya diatur oleh hormone dan selanjutnya mengatur aktivitas satu atau
beberapa enzim yang beperan dalam respon terhadap hormone. Diantara molekul yang
bekerja sebagai second messenger untuk hormone adalah kalsium, inositol trifosfat,
diasilgliserol, cGMP dan cAMP. Reseptor hormone intraselular langsung mengadakan reaksi
dengan kromatin, oleh karena itu mengatur transkripsi. Hormone yang terikat pada reseptor
intraselular diduga tidak mengutamakan second messenger.
Hormone Polipeptida
Hormone polipeptida , yang panjangnya berkisar dari 3 sampai lebih dari 200 asam
amino, merupaka kelas terbear dari hormone. Walaupun hormone-hormone ini dihasilkan
oleh sejumlah jaringan dan mengatur banyak proses fisiologis, mereka mempunyai cara
sintesis yang bersama.karena hormone polipeptida merupaka protein yang disekresi, mereka
disintesis pada reticulum endoplasma kasar dan dimatangkan di apparatus golgi. Pada banyak
hal, proses proteolitik berperan pada pembentukan hormone matang. salah satu contoh dari
kelas ini adalah insulin.
Insulin terdiri dari 2 rantai polipeptida , dinamakan rantai A dan B, yang dihubungkan
oleh 2 jembatan disulfide. Jembatan disulfide tambahan dalam rantai membentuk lengkung
pada rantai A. insulin berasal dari prekusor polipeptida (preproinsulin) yang mengandung 2
rangkaian asam amino yang tidak ditemukan dalam hormone yang matang.
Reseptor insulin adalah protein permukaan yang terdiri atas 4 rantai-2 rantai α dan 2
rantai β- yang dihubungkan oleh jembatan peptide. Rantai α terletak pada permukaan sel.
Rantai β memcapai membrane plasma dan mempunyai domain intraselular dan ektraselular.
Melihat letak reseptor insulin didalam sel diduga bahwa insulin dapat bekerja melalui second
messenger, tidak ada satu pun senyawa yang telah diketahui sebagai second messenger untuk
hormone lain yang berperan dalam kerja insulin.
Sel sasaran mengadak kontak dengan insulin kadar tinggi mengakibatkan penurunan
jumlah reseptor insulin yang ada pada permukaan sel dan disertai penurunan kepekaan sel
yang sesuai terhadap insulin. Fenomena ini yang dikenal sebagai “pengaturan turun (down
regulation)” reseptor, adalah akibat internalisasi komplek reseptor-hormon via endositosis
Katekolamin
Katekolamin epinefrin dan norepinefrin memerantai respon fisiologik terhadap
keadaan gawat yang dikenal sebagai respon “bertempur atau lari (fight or flight)”. Respon ini
berupa perangsangan susunan saraf, peningkatan aliran darah pada otot, dan mobilisasi
energy. Epinefrin dan norepinefrin keduanya disintesis dan dikeluarkan oleh medulla adrenal.
Norepinefrin juga dikeluarkan oleh neuron susunan saraf simpatis, sehingga fungsinya
sebagai hormone dan neurotransmitter.
Efek hormone katekolamin diperantarai oleh 4 reseptor protein permukaan sel:
reseptor adrenergic α1, α2, β1 dan β2. Epinefrin mempunyai afinitas tinggi terhadap reseptor α
dan β; norepinefrin terutama bereaksi dengan reseptor α. Banyak sel sasaran mempunyai
lebih dari satu tipe reseptor adrenergic, dan reseptor sel sasaran tertentu terhadap katekolamin
ditentukan oleh jumlah dan tipe resepto yang ada.
Bekerja melalui 4 tipe reseptor mengatur 2 second messenger, cAMP,dan kalsium.
Perangsangan reseptor adrenergic α1 mengakibatkan peningkatan kosentrasi kalsium intrasel.
Perangsangan reseptor β1 atau β2 mengakibatkan peningkatan adenilat siklase, sedangkan
perangsangan reseptor α2 mempunyai efek yang berlawanan.
Sebelum disekresi, katekolamin dikatabolisme dan diinaktifkan oleh katekol-O-
metiltransferase (COMT) dan monoamine oksidase (MAO)
Hormone Tiroid
Istilah “hormone tiroid” diberikan pada 2 derivat tirosin yang mengalami yodinasi,
triyodotiroin (T3) dan tetrayodotironim (T4, tiroksin) T3 dan T4 disintesis oleh kelenjar tiroid
dan bekerja pada kebanyakan jaringan untuk mengatur kecepatan metabolism dan
perkembangan jaringan . pada manusia kekurangan hormone tiroid (hipotiroidisme)
mengakibatkan kegagalan pertumbuhan dan retardasi mental, sedangkan kelebihan hormone
tiroid (hipertirodisme) mempercepat metabolisme.
Sintesis hormone tiroid berlangsung dalam folikel kelenjar tiroid berlangsung dalam
folikel kelenjar tiroid, yang terdiri atas satu lapisan sel epitel yang mengelilingi lumen. Sel-
sel folikel mensintesis protein prekusor yang kaya tirosin (tiroglobulin), yang disekresi ke
dalam lumen folikel. Sel juga memekatkan yodium dan mensekresinya ke dalam lumen.
Yodium mula-mula dioksidasi dan kemudian ditambahkan ke residu tirosin dari tiroglobulin,
karena itu mengubahnya menjadi residu mono- dan diyodotionin. Selanjutnya, sebagian
residu tirosin yang teryodinasi bergabung membentuk residu T3 dan T4. Bila sel-sel folikel di
rangsang untuk mengsekresi hormone tiroid, prekusor yang teryodinasi diambil oleh sel
dengan cara endisitosisdan ditranspor ke lisosom. Protease lisosom menghidrolisis prekusor,
menghasilkan T3 dan T4 yang kemudian di sekresi hormone.
Reseptor hormone tiroid terletak pada inti dan berhubungan dengan kromatin
perangsangan sel sasaran oleh hormone tiroid mengakibatkan perubahan ekspresi gen.
Hormon Steroid
Hormon steroid mengatur banyak proses fisiologik. Glukokortikoid, yang dihasilkan
dalam korteks terhadap stress. Dalam dosis besar, glukokortikoid menekan peradangan dan
respon kekebalan. Mineralkortikoid, yang juga dihasilkan oleh korteks adrenal, berperan
dalam pengaturan keseimbangan mineral dan air dengan merangsang reabsorbsi Na+ dan Cl-
oleh ginjal. Peningkatan osmolalitas yang ditimbulkan merangsang retensi air. Androgen,
progesterone, dan estrogen yang dihasilkan oleh testis dan ovarium, diperlukan untuk
perkembangan seksual.
Langkah pertama dan pembatasan kecepatan (rate-limiting) pada sintesis hormone
steroid adalah pembelahan rantai samping kolesterol untuk membentuk pregnenolon.
Kecepatan pembentukan pregnenon sebagian besar ditentukan oleh tersedianya kolesterol.
Kolesterol yang digunakan pada lintasan ini disediakan oleh cadangan ester kolesterol
intraseluler dan oleh partikel lipoprotein dala sirkulasi. Signal hormone dari hipofisis
mengatur kecepatan mobilisasi kolesterol cadangan dan partikel lipoprotein diambil oleh sel.
Efek hormone steroid diperantarai oleh reseptor intraseluler. Setiap kelas hormone
steroid mengadakan interaksi dengan resepto spesifik, misalnya estrogen berikatan dengan
reseptor estrogen. Bila hormone yang homolog tidak ada, reseptor steroid tersebar diseluruh
sitoplasma sasaran sel. Bila hormone masuk ke dalam sel dan berikatan dengan reseptornya
kompleks akan bermigrasi ke inti, melekat pada permukaan spesifik pada kromatin,
mengubah kecepatan transkripsi gen-gen yang terletaj dekat permukaan tersebut. Hormon
steroid juga mempengaruhi peristiwa posttranskripsional yang berperanan dalam ekspresi
gen, seperti pemrosesan RNA, transport mRNA ke sitoplasma dan translasi.
Sumber : Colby, Diane.1996.Ringkasan Biokimia Harper.Jakarta : EGC
top related