refleksi kasus priska
Post on 12-Jul-2016
216 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
REFLEKSI KASUS
IDENTITAS
Nama : Nn. A
Usia :18 tahun
Alamat : Argamakmur Bengkulu
Tanggal kunjungna : 11 maret 2016
RANGKUMAN KASUS
Seorang pasien perempuan usia 18 tahun datang ke poli saraf untuk kontrol nyeri kepala.
Pasien mengeluhkan nyeri kepala sejak ± 5 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan berdenyut, hanya
satu sisi, saat nyeri kepala timbul bisa berjam-jam, tidak disertai mual, muntah, takut melihat
cahaya ataupun takut mendengar suara. Rasa nyeri semakin terasa berat bila pasien beraktifitas
dan sedikit berkurang bila pasien berbaring atau beristirahat. Pasien mengaku tidak ada tanda-
tanda khusus sebelum serangan nyeri datang. Nyeri kepala pertama kali muncul saat SMP, dan
pasien mengalami serangan terberat ketika SMA dan sudah berobat, tetapi masih sering kambuh.
Pasien mengaku mempunyai riwayat sering kejang demam ketika masih kecil, riwayat trauma
kepala (+) saat SMA karena mengikuti kegiatan tapak suci. Riwayat keluarga: ayah pasien juga
sering pusing, DM (-), Hipertensi (-). Riwayat personal sosial: Pasien mengaku sedang banyak
tugas kuliah, pasien khawatir tentang penyakitnya, pasien sudah mengurangi makanan yang
banyak mengandung MSG, sering makan bebakaran. Keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, TD 112/75, HR 76x/menit. Pemeriksaan fisik dan neurologis dalam batas normal.
Pemeriksaan EEG didapatkan abnormalitas gelombang. Diagnosis primer migrain tanpa aura,
diagnosis sekunder seizure headache. Terapi yang diberikan oleh dokter carbamazepin 2x1/2
tablet, asam folat 1x1 tablet.
PERASAAN TERHADAP PENGALAMAN
Bagaimana penegakan diagnosis migraine? Dan faktor pencetus apa yang dapat
menimbulkan serangan migren?
ANALISIS KASUS
Menurut International Headache Society, 2004, migren adalah nyeri kepala dengan
serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam. Nyeri biasanya unilateral, sifatnya berdenyut,
intensitas nyerinya sedang sampai berat dan diperberat oleh aktivitas, dan dapat disertai mual,
muntah, fotofobia dan fonofobia.
Diagnosis migren ditegakkan berdasarkan anamnesis. Berdasarkan International
Headache Society (IHS), migren dibagi menjadi migren tanpa dan dengan aura.
1. Kriteria migren tanpa aura berdasarkan HIS adalah:
Sekurang-kurangnya lima nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (belum
diobati atau sudah diobati namun belum berhasil)
Nyeri kepala mempunyai sedikitnya 2 dari gejala-gejala berikut:
Lokasi unilateral
Kualitas berdenyut
Intensitas nyeri sedang-berat
Keadaan diperberat oleh aktifitas fisik atau di luar kebiasaan rutin
Selama nyeri kepala disertai 1 dari gejala berikut: mual dan/muntah ATAU
fotobia dan fonofobia.
Tidak berkaitan dengan penyakit yang lain
2. Kriteria migren dengan aura
Sekurang-kurangnya dua kali serangan
Pasien mengalami migren dengan sedikitnya 3 dari 4 karakteristik:
Pasien mengalami aura yang reversible (meliputi gangguan visual, sensasi
abnormal pada kulit, sulit bicara, kelemahan otot)
Pasien mengalami aura yang berkembang secara bertahap lebih dari 4
menit atau 2 gejala aura berturut-turut
Gejala aura berakhir tidak lebih dari 60 menit
Aura terjadi tidak lebih dari 60 menit sebelum terjadinya sakit kepala
Menurut Harsono (2005), Kapita Selekta Neurologi, sampai saat ini belum diketahui
dengan pasti faktor penyebab migren, diduga sebagai gangguan neurobiologis, perubahan
sensitivitas sistem saraf dan aktivasi sistem trigeminal vaskular, sehingga migren
termasuk dalam nyeri kepala primer. Diketahui ada beberapa faktor pencetus timbulnya
serangan migren yaitu :
Perubahan hormonal
Beberapa wanita yang menderita migren merasakan frekuensi serangan akan
meningkat saat menstruasi. Bahkan ada diantaranya yang hanya merasakan
serangan migren saat menstruasi. Istilah ‘menstrual migraine’ sering digunakan
untuk menyebut migren yang terjadi pada wanita saat dua hari sebelum
menstruasi dan sehari setelahnya. Ini terjadi disebabkan penurunan kadar
estrogen.
Kafein
Kafein terkandung dalam banyak produk makanan seperti minuman ringan, teh,
cokelat, dan kopi. Kafein dalam jumlah yang sedikit akan meningkatkan
kewaspadaan dan tenaga, namun bila diminum dalam dosis yang tinggi akan
menyebabkan gangguan tidur, lekas marah, cemas dan sakit kepala.
Ketegangan jiwa (stres) baik emosional maupun fisik atau setelah istirahat
dari ketegangan.
Cahaya kilat atau berkelip
Cahaya yang terlalu terang dan intensitas perangsangan visual yang terlalu tinggi
akan menyebabkan sakit kepala pada manusia normal. Mekanisme ini juga
berlaku untuk penderita migren yang memiliki kepekaan cahaya yang lebih tinggi
daripada manusia normal.
Makanan
Penyedap makanan atau MSG dilaporkan dapat menyebabkan sakit kepala,
kemerahan pada wajah, berkeringat dan berdebar-debar jika dikonsumsi dalam
jumlah yang besar pada saat perut kosong. Fenomena ini disebut ‘Chinese
Restaurant Syndrome’.Aspartam atau pemanis buatan pada minuman diet dan
makanan ringan, dapat menjadi pencetus migren bila dimakan dalam jumlah besar
dan jangka waktu yang lama.
Banyak tidur atau kurang tidur
Gangguan mekanisme tidur seperti tidur terlalu lama, kurang tidur, sering terjaga
tengah malam, sangat erat hubungannya dengan migren dan sakit kepala tegang,
sehingga perbaikan dari mekanisme tidur ini akan membantu mengurangi
frekuensi timbulnya migren.
Penelitian yang dilakukan di RS. Dr. M. Djamil Padang menyebutkan bahwa nyeri kepala
migrain merupakan jenis nyeri kepala yang paling sering dialami oleh penderita epilepsi dalam
penelitian ini, yaitu sebanyak 20 pasien (40%). Pada penderita wanita, migrain merupakan
gambaran nyeri kepala yang terbanyak menyertai epilepsi, yaitu pada 14 pasien (28%).
Sedangkan pada pria gambaran nyeri kepala tipe campuran merupakan frekuensi yang terbanyak,
yaitu pada 9 pasien (18%).
Review jurnal yang berjudul Chronic disorders with episodic manifestations: focus on
epilepsy and migraine, menyimpulkan bahwa migrain dan epilepsi merupakan komorbiditas
yang cukup kuat. Disebutkan terdapat tiga hipotesis mekanisme komorbiditas antara migraine
dan epilepsy, yaitu migraine menyebabkan epilepsy dengan menginduksi kerusakan dan iskemik
otak, epilepsy dapat menyebabkan migraine dengan mengaktifkan system trigeminovaskular,
adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi komorbiditas, faktor genetic juga mempengaru
komorbiditas.
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas telah diketahui bahwa migren dibagi menjadi dua, yaitu migren
tanpa aura dan dengan aura, serta telah disebutkan criteria diagnosis dari masing-masing tipe.
Dan harus diketahui bahwa pencetus timbulnya migren bermacam-macam, yaitu perubahan
hormonal, kafein, stress, cahaya kilap atau berkelip, makanan, banyak tidur atau kurang tidur.
top related