refleksi kasus asma
Post on 13-Feb-2016
47 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
REFLEKSI KASUS DESEMBER 2015
“DIAGNOSIS ASMA PERSISTEN SEDANG
PADA SEORANG ANAK”
Nama : Amelia Angelin Ligianto
No. Stambuk : N 111 15 002
Pembimbing : dr.Kartin Akune, Sp.A
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2015
PENDAHULUAN
Asma merupakan penyakit kronik yang paling sering dijumpai pada anak
dinegra maju. Sejak dua dekade terakhir, dilaporkan bahwa prevalensi asma
meningkat pada anak maupun dewasa. Asma memeberi dampak negatif bagi
kehidupan pengidapnya, seperti menyebabkan anak sering tidak masuk sekolah
dan membati kegiatan olahraga serta aktivitas seluruh keluarga.1
Asma merupakan penyakit respiratorik kronis yang heterogen dengan dasar
inflamasi kronik yang bervariasi luas dalam manifestasi klinis, mekanisme
inflamasi, patogenesis, dan perjalanan alamia dengan banyak sekali faktor yang
berperan. Diagnosis asma pada anak tidak mudah, hal ini seringkali
mengakibatkan under-diagnosis dan under-treatment. Tujuan dari pengobatan
asma adalah untuk mencapai dan mempertahankan kondisi dan menjamin
tercapainya tumbuh kembang anak secara optimal. Tatalaksana serangan asma
ditujukan untuk mengatasi segala penumbatan yang terjadi, sedangkan
tatalaksanan jangka panjang utnuk mencegah agar anak terbebas dari serangan
asma.2
Diperkirakan jumlah penderita asma di dunia adalah 334 juta orang tahun
2014, meningkat dari total 235 juta di tahun 2011. Asma merupakan penyakit
respiratorik kronik yang bervariasi luas dalam manifestasi klinis, mekanisme
inflamasi, patogenesis dan perjalanan alamiah dengan banyak sekali faktor yang
berperan. Kejadian utama pada serangan akut adalah obstruksi saluran respiratori
yang disebabkan oleh kombinasi dari spasme otot polos bronkus, edema mukosa
karena inflamasi saluran respirastori, dan sumbatan mukus. Sumbatan mukus
tidak terjadi secara merata di seluruh paru.3
KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Umur : 7 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Tanggal masuk / Pukul : 07 desesmber 2015 / 13:00
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Sesak
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien anak laki-laki umur 7 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan
sesak sejak 2 hari yang lalu, pasien mengeluh sesaknya timbul setelah
mengkonsumsi permen cokelat di sekolah dan diperberat setelah melakukan
aktivitas olahraga di sekolah. Sesaknya memberat pada malam hari sebelum
pasien masuk rumah sakit. Pada saat serangan pasien dapat berbicara berupa kata-
kata dan terdengar bunyi mengi saat pasien menarik napas. Kemudian untuk
meringankan sesaknya pasien duduk bertopang dengan kedua tangan. Serangan
asma ini dapat muncul dalam seminggu lebih dari sekali namun tidak setiap hari,
dan dialamai saat pasien kelelahan, terpapar debu, makan cokelat dan minum air
es. Pasien mengeluh batuk sejak 3 hari yang lalu, lendir (-), darah (-) dan pasien
telah berobat di puskesmas untuk batuknya dan mendapat ambroxol dan
salbutamol. Keluhan batuknya reda namun keesokan hari setelah aktivitas
olahraga pasien kembali mengeluh batuknya memberat dan sesak. Demam (-),
Muntah(-) BAB lancar setiap pagi, mual (-). BAK lancar warna kuning.
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat asma pertama kali muncul saat pasien berusia 2 bulan
Riwayat alergi debu
Riwayat penyakit keluarga :
Ibu pasien menderita asma
Riwayat sosial ekonomi :
Menengah keatas
Riwayat kebiasaan dan lingkungan :
Anak aktif bermain
Riwayat Kehamilan dan persalinan :
Bayi lahir normal dibantu oleh bidan. Bayi lahir cukup bulan 38 minggu
dengan berat badan lahir 2900 gram dan panjang badan lahir dilupa oleh ibunya.
Anamnesis Makanan :
Asi 0-1 tahun
Susu formula 1 tahun -2 tahun
Bubur saring 6 bulan - 1 tahun
Nasi 1 tahun – sekarang
Kemampuan dan Kepandaian Bayi :
Tengkurap 3 bulan
Jalan 1 tahun
Bilang “mama-papa” umur 8 bulan
Riwayat Imunisasi :
Imunisasi dasar lengkap
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
Berat badan : 17 kg
Tinggi badan : 114
Status gizi : CDC 90% gizi baik
2. Pengukuran Tanda vital :
Tekanan darah : 100/70
Nadi : 127x/menit
Suhu : 36,9 0C
Respirasi : 56x/menit
3. Kulit : Warna : sawo matang
Ruam : (-)
Turgor : cepat kembali (< 2 detik)
4. Kepala: Bentuk : Normocephal
Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal,
alopesia (-)
5. Mata : Palpebra : edema (-/-)
Konjungtiva : pucat (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Reflek cahaya : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Exophthalmus : (-/-)
Cekung : (-/-)
6. Hidung : Pernapasan cuping hidung : tidak ada
Epistaksis : tidak ada
Sekret : tidak ada
7. Mulut : Bibir : mukosa bibir basah, tidak hiperemis
Gigi : tidak ada karies
Gusi : tidak berdarah
8. Lidah : Tidak kotor
9. Leher
Pembesaran kelenjar leher : Getah bening -/-,
Pemesaran kelejar di ketiak : Getah bening -/-,
Faring : Tidak hiperemis
Tonsil : T1/T1 tidak hiperemis
10. Toraks
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Ekspansi paru simetris, Retraksi interkostal dan suprasternal
+/+
Palpasi : Vokal fremitus kesan meningkat
Perkusi : hipersonor +/+
Auskultasi : Bronchovesikuler +/+,RH -/-, WH +/+
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2 murni, regular
11. Abdomen
Inspeksi : Bentuk : datar
Auskultasi : bising usus (+) kesan normal
Perkusi : Bunyi : timpani
Palpasi : Nyeri tekan : (-)
Hati : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
12. Ekstremitas : akral hangat, edema (-), Rumple leede test (-)
13. Genitalia : dalam batas normal
14. Otot-otot : hipotrofi (-), kesan normal
15. Refleks : fisiologis +/+, patologis -/-
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Rutin :
RBC 4,99 x 106/mm3 4.10-5.50x 106/mm3
HB 13,0 g/dl 12.0-14.0 g/dl
HCT 37,4% 36.0-44.0 %
PLT 246 x 103/mm3 200-400x 103/mm3
WBC 14,2 x 103/ mm3 5.0-15.0x 103/mm3
Eosinofil 5,3% 2-4%
V. RESUME
Pasien anak laki-laki umur 7 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan
sesak sejak 2 hari yang lalu, pasien mengeluh sesaknya timbul setelah
mengkonsumsi permen cokelat di sekolah dan diperberat setelah melakukan
aktivitas olahraga di sekolah.
Sesaknya memberat pada malam hari sebelum pasien masuk rumah sakit.
Pada saat serangan pasien dapat berbicara berupa kata-kata dan terdengar bunyi
mengi saat pasien menarik napas. Kemudian untuk meringankan sesaknya pasien
duduk bertopang dengan kedua tangan.
Serangan asma ini dapat muncul dalam seminggu lebih dari sekali namun
tidak setiap hari, dan dialamai saat pasien kelelahan, terpapar debu, makan cokelat
dan minum air es.
Pasien mengeluh batuk sejak 3 hari yang lalu, lendir (-), darah (-) dan
pasien telah berobat di puskesmas untuk batuknya dan mendapat ambroxol dan
salbutamol. Keluhan batuknya reda namun keesokan hari setelah aktivitas olahraga
pasien kembali mengeluh batuknya memberat dan sesak.
Demam (-), Muntah(-) BAB lancar setiap pagi, mual (-). BAK lancar
warna kuning.
Riwayat asma pertama kali muncul saat pasien berusia 2 bulan.
Riwayat alergi debu. Ibu pasien menderita asma. Respirasi 56x/menit. Pada
pemeriksaan thorax, Inspeksi terdapat retraksi dinding dada. Palpasi vokal
fremitus kesan meningkat. Perkusi hipersonor +/+. Auskultasi WH +/+.
Pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan peningkatan eosinofil (5,3%).
DIAGNOSIS KERJA : Asma Persisten Sedang
TERAPI :
IFVD dextrose 5% 14 gtt
Oksigen 2 liter
Ambroxol 3x1 tablet
Nebulizer Nebulizer salbutamol 2 mg selang waktu 20 menit tiap
pemberiannya
ANJURAN
- Pemeriksaan spirometri
- Menghindari faktor pencetus seperti melakukan aktivitas berat, alergen
seperti debu,, minuman dingin dan cokelat.
DISKUSI
Patofisiologi asma.
Penegakkan diagnosis asma ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis memegang peranan sangat penting
meningat diagnosis asma pada anak sebagian besar ditegakkan secara klinis.
Anamnesis
Keluhan wheezing dan batuk berulang merupakan manifestasi klinis yang
diterima luas sebagai titik awal diagnosis asma. Gejala respiratori asma berupa
kombinasi dari batuk, wheezing, sesak napas, rasa dada tertekan, dan produksi
sputum. Chronic recurrent cought (batuk kronik berulang BKB) dapat menjadi
petunjuk awal untuk membantu diagnosis asma. Gejala dengan karakteristik yang
khas diperlukan untuk menegakkan diagnosis asma. Karakteristik yang mengarah
ke asma adalah:
Gejala timbul secara episodik atu berulang
Timbul bila ada faktor pencetus
Iritan: Asap rokok, asap bakaran sampah, asap obat nyamuk, suhu dingin,
udara kering, makanan dan minuman dingin, penyedap rasa, pengawet
makanan, pewarna makanan.
Alergen: Debu, tungau debu rumah, rontokan hewan, serbuk sari.
Infeksi respiratori akut karena virus, selesma, common cold,
rhinofaringitis.
Aktivitas fisis: Berlarian, berteriak, menangis, atau tertawa berlebihan.
Adanya riwayat alergi pada pasien atau keluarganya.
Variabilitas, yaitu intensitas gejala bervariasi dari waktu ke waktu, bahkan
24 jam. Biasanya gejala ebih berat pdaa malam hari (nokturnal)..
Reversibilitas, yaiu gejala dapat membaik secara spontan atau dengan
pemberian obat pereda asma.
Pada kasus, pasien ini memiliki keluhan berupa sesak. Batuk mulai dari 3
hari yang lalu, pasien juga mengalami kesulitan untuk tidur karena sesaknya dan
merasa nyaman kalau bantalnya ditinggikan, pasien hanya dapat berbicara per
kalimat-kalimat pendek karena sesak yang dialami. Sebelum sesak, pasien
mengaku telah melakukan aktivitas berat seperti olahraga dan sempat
mengkonsumsi permen cokelat. Dari keluhan tersebut, ini merupakan beberapa
gejala respiratori dari asma dan aktivitas yang berat maupun mengkonsunsi
permen cokelat merupakan faktor pencetus pada serangan asma pada kasus
ini.
Pemeriksaan Fisik
Dalam keadaan sedang bergejala batuk atau sesak dapat terdengar
wheezing, baik yang terdengar langsung (audible wheeze) atau yang terdengar
dari stetoskop. Dan dari hasil pemeriksaan fisis terdengar bunyi wheezing
ekspirasi dengan menggunakan stetoskop. Terdapat perkusi hipersonor pada
thorax dan juga vokal fremitus yang meningkat akibat dari udara yang
terperangkap dalam alveoli.
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat ilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis asma bronkhial adalah :
Pemeriksaan fungsi paru
Forced expiratory volume 1 second (FEV1) dan vital capacity (CV)
dengan alat spirometer serta pengukuran peak expiratory flow (PEV) atau
arus puncak ekspirasi (APE) dengan peak flow meter.
Pada Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) 2004, untuk mendukung
diagnosis asma maka dipakai batas berikut:
1. Variabilitas PEF atau FEV ≥15%
2. Kenaikan PEV atau FEV ≥15% setelah pemeberian inhalasi
bronkodilator
3. Penurunan PEF atau FEV ≥20% setelah provokasi bronkus.
Pemeriksaan hiperreaktivitas saluran nafas
Uji provokasi bronkus dengan histamin, metakoliin, latihan/olahraga,
udara kering atau dingin, atau denga salin hipertonik sangat menunjang
diagnosis.
Pengukuran petanda inflamasi saluran nafas non-invasif
Dilakukan dengan cara memeriksa eosinofil sputum, baik yang spontan
maupun yang diinduksi dengan garam hipertonik. Selain itu, pengukuran
kadar NO ekhalasi juga merupakan cara menilai petanda inflamasi yang
non-invasif.
Penilaian status gizi
Uji kulit atau pemeriksaan IgE spesifik dalam serum tidak banyak
membantu diagnosis asma, tetapi pemeriksaan ini dapat membantu
menentukan faktor resiko atau pencetus asma.
Tabel 1. Kriteria diagnosis asma (GINA 2014)
Gejala Karakteristik
Wheezing, batuk, sesak nafas,
dada tertekan, produksi sputum
Biasanya lebih dari 1 gejala respiratori
Gejala berfluktuasi intensitasnya
seiring waktu
Gejala memberat pada malam atau
dinihari
Gejala timbul bila ada pencetus
konfirmasi adanya limitasi aliran udara ekspirasi
Gambaran obstruksi saluran
respirastori
Uji reversibilitas
Variabilitas
Uji provokasi
FEV1 rendah (<80% nilai prediksi)
FEV1/FVC≤90%
Peningkatan FEV1≥12%
Perbedaan PEFR harian >13%
Penurunan FEV1>20%, atau PEFR> 15%
Diagnosis
Pada kasus ini, diagnosis hanya dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik. Untuk derajat asma dapat dilihat pada tabel 2. Pada kasus
ini, berdasarkan anamnesis diketahui bahwa serangan asma yang terjadi sampai 2
kali dalam seminggu namun tidak setiap hari dan hal ini masuk dalam kriteria
derajat asma persisten sedang.
Tabel 2. Kriteria derajat asma berdasarkan kekerapan serangan
Derajat Asma Uraian kerapan gejala asma
Intermiten
Persisten ringan
Persisten sedang
Persisten berat
Episode gejala asma <6x/tahun atau jarak antara serangan ≥6mgg
Episode gejala asma >1x/bulan,<1x/minggu
Episode gejala asma >1x/minggu, namun tidak setiap hari
Episode gejala asma terjadi hampir tiap hari
Berdasarkan Konsensus Nasional Asma Anak (2015) dijabarkan mengenai
alur diagnosis Asma pada anak.
Pencegahan
Pencegahan untuk kasus asma dapat dilakukan dalam 2 cara yaitu4 :
Pada anak yang asmanya belum manifestasi:
1. Mencegah terjadinya sensitasi dengan menunda pemberian
makanan padat yang mempunyai tingkat alergenitas tinggi (telur,
susu sapi, udang, ayam, ikan)
2. Orang tua dianjurkan tidak merokok
3. Mencegah terjadinya infeksi saluran nafas
4. Pemberian Asi ekslusif pada bayi
Pada anak dengan gejala asma yang sudah bermanifestasi
1. Menghindari faktor pencetus berupa allergen makanan, allergen
hirup, bahan iritasn, tertular infeksi yang berat, perubahan cuaca
dan faktor emosi
2. Pemberian obat pengendali
Prognosis
Prognosis dalam jangka panjang asma anak secara umum baik. Sebagian
besar asma anak hilang atau berkurang dengan bertambahnya umur. Informasi
mengenai perjalanan klinis asma menyatakan bahwa prognosis baik ditemukan
pada 50-80% pasien, khususnya pasien yang penyakitnya ringan dan timbul pada
masa kanak-kanak.5
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarmono, P,S,S., Garna, H., Hadinegoro, S,R,S., 2002. Buku Ajar Ilmu
kesehatan Anak. Jakarta. IDAI
2. National Institute of Health. , 2005. National Heart, Lung and Blood Intitute.
Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and
Prevention. NIH Publication
3. Bogor Pediatric, Update, 2015. Ikatan Dokter Anak Indonesia perwakilan
Bogor, Depok, Sukabumi.
4. Suprianto, dkk, Manajemen Kasus Respiratorik Anak Dalam Praktek Sehari-
Hari, YAPNAS Suddhaprana, Jakarta
5. Penyakit Tropik Dan Infeksi Anak. Kapita Selekta Kedokteran, Ed III jilid 2
FKUI. 2004
top related