refleks
Post on 22-Jan-2016
29 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Refleksi KasusFakultas KedokteranUniversitas Mulawarman
GASTROENTERETIS AKUT
Disusun oleh:BOBBY FAISYAL RAKHMAN
Pembimbing:dr. Fatchul Wahab, Sp. A
PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN DOKTER UMUMFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN
RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA2015
REFLEKSI KASUS
GASTROENTERETIS AKUT
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian stase Anak
Disusun oleh:BOBBY FAISYAL RAKHMAN
Menyetujui,
dr. Fatchul Wahab, Sp. A
PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN DOKTER UMUMFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN
RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan refleksi
kasus yang berjudul “GASTROENTERITIS”.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan ini tidak lepas dari
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. dr. Fatchul Wahab, Sp. A., sebagai dosen pembimbing klinik selama stase
ilmu penyakit anak.
2. Seluruh pengajar yang telah mengajarkan ilmunya kepada penulis hingga
pendidikan saat ini.
3. Rekan sejawat dokter muda angkatan 2014 yang telah bersedia memberikan
saran dan mengajarkan ilmunya pada penulis.
4. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Akhir kata, ”Tiada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, penulis
membuka diri untuk berbagai saran dan kritik yang membangun guna
memperbaiki laporan ini.Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Samarinda, 6 Oktober 2015
Penulis
BAB I
RESUME PASIEN
2.1 Identitas
Identitas Pasien
Nama : An. AW
Umur : 4 tahun 4 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : 1 (anak tunggal)
Alamat : Jalan Loa Bakung Samarinda
MRS : 25 Februari 2015
Identitas Orang Tua
AYAH
Nama : Tn. F
Umur : 27 tahun
Alamat : Jalan Loa Bakung Samarinda
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan Terakhir : SMA
Ayah perkawinan ke : I
IBU
Nama : Ny. H
Umur : 25 tahun
Alamat : Jalan Bengkinang Samarinda
Pekerjaan : IRT
Pendidikan Terakhir : SMA
Ibu perkawinan ke : I
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2015 pukul 21.00 WITA, di
bangsal Melati RSUD AW. Sjahranie Samarinda. Aloanamnesa oleh ibu kandung
pasien.
Keluhan Utama
BAB cair dan muntah
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien di bawa ke IGD dengan keluhan buang air besar cair sejak 4 hari SMRS.
Keluhan ini muncul mendadak dengan frekuensi lebih dari 7 kali perhari sebanyak
+ ¼ gelas aqua setiap BAB, berwarna kuning kehijauan, ada lendir dan tidak ada
darah. Selama sakit, pasien menjadi sangat rewel dan gelisah. Pasien tidak mau
makan dan minum susu, hanya mau minum air putih. Pasien terlihat sangat lemas.
Apabila pasien menangis, masih ada air mata yang keluar. Muntah sejak 4 hari
sebelum MRS, dengan frekuensi + 2x/hari, sebanyak + ¼ gelas aqua setiap
muntah, berisi makanan, dan tidak menyemprot.Keluhan ini tidak disertai dengan
demam, batuk, pilek, sesak, dan sakit perut. Frekuensi buang air kecil pasien tidak
diketahui karena pasien menggunakan popok.
Riwayat Penyakit Dahulu
a. Faringitis : disangkal j. Polio : disangkal
b. Bronkitis : disangkal k. Enteritis : disangkal
c. Pneumonia : disangkal l. Disentri basilar : disangkal
d. Tuberkulosis paru : disangkal m. Disentri amoeba : disangkal
e. Pertusis : disangkal n. Cacingan : disangkal
f. Morbili : disangkal o. Operasi : disangkal
g. Varisela : disangkal p. Trauma otak : disangkal
h. Difteri : disangkal q. Tifoid : disangkal
i. Malaria : disangkal r. Alergi obat : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
a. Ayah : sehat, tidak pernah menderita tuberkulosis paru, tekanan
darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, penyakit
ginjal, penyakit infeksi menular
b. Ibu : ibu pasien mengalami hal serupa yaitu buang air besar cair
sejak 2 hari yang lalu. Ibu pasien sering melakukan kontak
dengan pasien dan tidak mencuci tangan.
c. Keluarga dekat : sehat, tidak pernah menderita tuberkulosis paru, tekanan
darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, penyakit
ginjal, penyakit infeksi menular
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah berobat di Puskesmas dan disarankan untuk berobat jalan oleh
dokter karena tidak ada tanda-tanda dehidrasi yang muncul pada pasien.
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
a. Berat badan lahir : 2.800 gram
b. Panjang badan lahir : 49 cm
c. Tersenyum : ibu lupa
d. Miring : 4 bulan
e. Tengkurap : 8 bulan
f. Duduk : 9 bulan
g. Gigi keluar : 12 bulan
h. Merangkak : 10 bulan
i. Berdiri : 12 tahun
j. Berjalan : 14 tahun
k. Berbicara dua suku kata : 20 bulan
l. Sekolah : belum sekolah
Makan Minum Anak
a. ASI pertama kali diberikan : Setelah lahir
b. Asi dihentikan : 24 bulan karena ASI sudah tidak bisa
diproduksi
c. Susu sapi buatan : Sejak usia 24 bulan
d. Buah : 7 bulan
e. Bubur susu : 7 bulan, diberikan 3 x 30-50 cc
f. Tim saring : 7 bulan, diberikan 3 x 1 mangkok
g. Makanan padat dan lauknya : 12 bulan, 3 x 1 piring kecil
h. Saat sakit : Tidak mau makan, hanya mau minum air
putih
Riwayat Prenatal
a. Pemeliharaan Prenatal : Rutin tiap bulan
b. Pemeriksa : Bidan di Puskesmas
c. Usia ibu saat hamil : 20 tahun
d. Penyakit kehamilan : Tidak ada
e. Obat-obatan yang sering diminum : Tablet asam folat dan zat besi
Riwayat Kelahiran
a. Tempat : Praktek bidan
b. Penolong : Bidan
c. Usia kehamilan : 38 minggu
d. Jenis partus : Spontan per vaginam
e. Penyulit : Tidak ada
Riwayat Postnatal
a. Pemeliharaan postnatal : Rutin
b. Periksa di : Bidan, praktek swasta
c. Keadaan anak : Sehat
d. Penggunaan KB : KB suntik 1 bulan
Jadwal Imunisasi
ImunisasiUsia saat imunisasi
I II III IV Booster I Booster II
BCG 1 bulan //////////// //////////// //////////// //////////// ////////////
Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan - -
Campak 9 bulan //////////// //////////// //////////// //////////// ////////////
DPT 0 bulan 2 bulan 4 bulan //////////// - -
Hepatitis B 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan - -
2.3 Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2015 pukul 21.00 WITA.
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : E4V5M6
Tanda Vital
a. Tekanan darah : 90/60
b. Nadi : 92 x/menit, reguler, kuat angkat
c. RR : 28 x/menit, reguler
d. Suhu (axila) : 36,1C
Antropometri
a. Berat Badan : 14 kg
b. Panjang Badan : 98 cm
c. Status Gizi : Gizi baik
BB/U
TB/U
BB/TB
Kepala/leher
Rambut : Warna hitam, tipis, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cowong (+/+),
kornea tampak suram (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor
(4mm/4mm)
Telinga : Sekret (-), darah (-)
Hidung : Sekret (-), pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Mukosa bibir normal, sianosis (-), lidah bersih
Tonsil : Normal, hiperemis (-/-), membesar (-/-)
Faring : Normal, hiperemis (-)
Gigi : Normal, karies (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax
Paru Inspeksi : Bentuk dada normal, tampak simetris D = S, retraksi
intercosta (-)
Palpasi : Pergerakan simetris D = S
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler (+/+) , rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung kiri = ICS V MCL Sinistra
Batas jantung kanan = ICS IV PSL Dextra
Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Flat, tidak terlihat kontur usus, kembung (-)
Palpasi : Soefl, nyeri tekan (+) daerah epigastrium, defens muskular (-),
organomegali (-), turgor kulit menurun
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Alat Kelamin
Normal, gatal (-), sekret abnormal (-), perdarahan (-), luka (-)
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, CRT <2 detik, pucat (-/-), edema (-/-),tidak ada
pembengkakan sendi atau tulang
Posterior : Akral hangat, CRT <2 detik, pucat (-/-), edema (-/-),tidak ada
pembengkakan sendi atau tulang,
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Analysis ItemTanggal
1/10/2015
Leukosit 8.400
Hb 11.4
Hct 37%
Trombosit 379.000
GDS 124
Na 135
K 4,8
Cl 100
2.5 Diagnosis Kerja
Diare akut dehidrasi ringan-sedang
2.6 Penatalaksanaan
Terapi pada pasien ini adalah:
1. IVFD RL 9800cc/5jam, dan dilanjutkan maintenance D5 ½ NS 1200 cc/24jam
2. Zinkid 1 x 1 tab
3. Oralit
2.7 Lembar Follow Up
Tanggal Subjective Objective Assesment Planning
2
Oktober
2015
BAB cair (+),
demam (-), sakit
kepala (-),
perdarahan (-),
muntah (-)
Kesadaran : cm
N : 80 x/menit,
kuat angkat
RR : 32 x/menit
T : 36,6o C
Mata cowong
Diare Akut
Dehidrasi
Ringan-
Sedang
1. IVFD D51/4NS 1200cc/jam
2. Zinkid 1 x 1 tab
3. Oralit
(-/-), turgor kulit
baik
3
Oktobe
r2015
BAB cair (+),
demam (-), sakit
kepala (-),
perdarahan (-),
muntah (-)
Kesadaran : cm
N :86 x/menit,
kuat angkat
RR : 28 x/menit
T : 36,8o C
Mata cowong
(-/-), turgor kulit
baik
Diare Akut
Dehidrasi
Ringan-
Sedang
1. IVFD D51/4NS 1200cc/jam
2. Zinkid 1 x 1 tab
3. Oralit
2.8 Prognosis
Dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Diare akut menurut Cohen adalah keluarnya buang air besar sekali atau
lebih yang berbentuk cair dalam satu hari dan berlangsung kurang 14 hari.
Menurut Noerasid diare akut ialah diare yang terjadi secara mendakak pada bayi
dan anak yang sebelumnya sehat. Sedangkan American Academy of Pediatrics
(AAP) mendefinisikan diare dengan karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau
perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual,
muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3 – 7 hari.
3.2 Epidemiologi
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan
3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara
berkembang berkisar 3,5-7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama
kehidupan dan 2-5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan.
Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301
per 1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996
sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan penyebab utama
kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian bayi
9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan peringkat 2.
Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara
langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi
rotavirus ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunya di Inggris dan
352 juta dollar di Amerika Serikat.
3.3 Etiologi
Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh
gastroenteritis, keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik.
Etiologi diare pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi
kini, telah lebih dari 80% penyebabnya diketahui. Pada saat ini telah dapat
diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan
diare pada anak dan bayi.
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40-60%)
sedangkan virus lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus,
Minirotavirus.
Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia,
Bacillus cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium defficile,Clostridium
perfringens, E coli, Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella spp, staphylococus
aureus, vibrio cholerae dan Yersinia enterocolitica, Sedangkan penyebab diare
oleh parasit adalah Balantidium coli, Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium,
Entamoba hystolitica, Giardia lambdia, Isospora billi, Fasiolopsis buski,
Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercorlis, dan trichuris trichiura.
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk
melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi
dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru
yang fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat
mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan
koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang
berhubungan dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,cGMP,
dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli
agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama.
Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga
depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam
serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini
dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.
Sebuah studi tentang masalah diare akut yang terjadi karena infeksi pada
anak di bawah 3 tahun di Cina, India, Meksiko, Myanmar, Burma dan Pakistan,
hanya tiga agen infektif yang secara konsisten atau secara pokok ditemukan
meningkat pada anak penderita diare. Agen ini adalah Rotavirus,Shigella spp dan
E. Coli enterotoksigenik Rotavirus jelas merupakan penyebab diare akut yang
paling sering diidentifikasi pada anak dalam komunitas tropis dan iklim sedang.
Diare dapat disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan tertentu seperti susu,
produk susu, makanan asing terdapat individu tertentu yang pedas atau tidak
sesuai kondisi usus dapat pula disebabkan oleh keracunan makanan dan bahan-
bahan kimia. Beberapa macam obat, terutama antibiotika dapat juga menjadi
penyebab diare. Antibiotika akan menekan flora normal usus sehingga organisme
yang tidak biasa atau yang kebal antibiotika akan berkembang bebas. Di samping
itu sifat farmakokinetik dari obat itu sendiri juga memegang peranan penting.
Diare juga berhubungan dengan penyakit lain misalnya malaria, schistosomiasis,
campak atau pada infeksi sistemik lainnya misalnya, pneumonia, radang
tenggorokan, dan otitis media.
3.4 Klasifikasi
Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare radang
dibagi lagi atas infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa karena hormonal,
anatomis, obat-obatan dan lain-lain. Penyebab infeksi bisa virus, bakteri, parasit
dan jamur, sedangkan non infeksi karena alergi, radiasi.
3.5 Patogenesis
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu
diare osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik
terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan
difermentasi oleh bahteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus meningkat
yang akan menarik cairan. Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan
menstimulasi c AMP dan cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan
elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya
gangguan pada kontrol otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi,
post reseksi usus serta hipertiroid.
Perbedaan diare Osmotik dengan diare Sekretorik
Diare Osmotik Diare Sekretorik
Jumlah tinja sedikit
PH <5
Bereaksi + terhadap substansi reduksi
Diare berhenti jika pasien dipuasakan
Jumlah tinja banyak >200ml
PH Normal
Konsistensi Tinja sangat cair
Diare tidak berhenti jika pasien
dipuaskan
3.6 Manifestasi Klinis
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering
disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat
diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit.
Dehidrasi ringan bila penurunan berat badan kurang dari 5%,dehidrasi sedang bila
penurunan berat badan antara 5%-10% dan dhidrasi berat bila penurunan lebih
dari 10%.
Derajat Dehidrasi
Gejala &
Tanda
Keadaan
UmumMata
Mulut/
LidahRasa Haus Kulit
BB
%
Estimasi
def.
cairan
Tanpa
Dehidrasi
Baik,
Sadar
Normal Basah Minum
Normal,
Tidak Haus
Turgor
baik
< 5 50 %
Dehidrasi
Ringan -
Sedang
Gelisah
Rewel
Cekung Kering Tampak
Kehausan
Turgor
lambat
5 –
10
50-100 %
Dehidrasi
Berat
Letargik,
Kesadaran
Menurun
Sangat
cekung
dan
kering
Sangat
kering
Sulit, tidak
bisa minum
Turgor
sangat
lambat
>10 >100 %
3.8 Diagnosis
Anamnesis
Riwayat pemberian makan anak sangat penting dalam melakukan tatalaksana anak
dengan diare. Tanyakan juga hal-hal berikut:
Diare
o frekuensi buang air besar (BAB) anak
o lamanya diare terjadi (berapa hari)
o apakah ada darah dalam tinja
o apakah ada muntah
Laporan setempat mengenai Kejadian Luar Biasa (KLB) kolera
Pengobatan antibiotik yang baru diminum anak atau pengobatan lainnya
Gejala invaginasi (tangisan keras dan kepucatan pada bayi).
Pemeriksaan fisis
Cari:
Tanda-tanda dehidrasi ringan atau dehidrasi berat:
o rewel atau gelisah
o letargis/kesadaran berkurang
o mata cekung
o cubitan kulit perut kembalinya lambat atau sangat lambat
o haus/minum dengan lahap, atau malas minum atau tidak bisa
minum.
Darah dalam tinja
Tanda invaginasi (massa intra-abdominal, tinja hanya lendir dan darah)
Tanda-tanda gizi buruk
Perut kembung.
Tidak perlu dilakukan kultur tinja rutin pada anak dengan diare.
3.9 Diagnosis Banding
DIAGNOSIS DIDASARKAN PADA KEADAAN
Diare cair akut Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang
dari 14 hari
Tidak mengandung darah
Kolera Diare air cucian beras yang sering dan banyak dan
cepat menimbulkan dehidrasi berat, atau
Diare dengan dehidrasi berat selama terjadi KLB
kolera, atau
Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V.
cholerae
Disenteri Diare berdarah (terlihat atau dilaporkan)
Diare persisten Diare berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare dengan gizi buruk Diare jenis apapun yang disertai tanda gizi buruk
Diare terkait antibiotik Mendapat pengobatan antibiotik oral spektrum luas
Invaginasi Dominan darah dan lendir dalam tinja
Massa intra abdominal (abdominal mass)
Tangisan keras dan kepucatan pada bayi.
3.10 Penatalaksanaan
DEPKES menetapkan 5 pilar penatalaksanaan diare untuk semua kasus
balita yang dirawat dirumah atau dirumah sakit, yaitu
-Rehidrasi
-Zinc
-Nutrisi
-Antibiotik
-Edukasi
Dehidrasi Ringan – Sedang
Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan
pemberian oral sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat
diberikan secara intravena sebanyak : 75 ml/kg bb/3jam. Pemberian cairan oral
dapat dilakukan setelah anak dapat minum sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya
dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-2 jam pada anak . Penggantian
cairan bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan sebanyak 10ml/kgbb
setiap diare atau muntah.
Secara ringkas kelompok Ahli gastroenterologi dunia memberikan 9 pilar
yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan diare akut dehidrasi ringan sedang
pada anak, yaitu :
a. Menggunakan CRO ( Cairan rehidrasi oral )
b. Cairan hipotonik
c. Rehidrasi oral cepat 3 – 4 jam
d. Realiminasi cepat dengan makanan normal
e. Tidak dibenarkan memberikan susu formula khusus
f. Tidak dibenarkan memberikan susu yang diencerkan
g. ASI diteruskan
h. Suplemen dnegan CRO ( CRO rumatan )
i. Anti diare tidak diperlukan
Dehidrasi Berat
Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi
dan anak dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh ( somnolen-koma,
pernafasan Kussmaul, gangguan dinamik sirkulasi ) memerlukan pemberian
cairan elektrolit parenteral. Penggantian cairan parenteral menurut panduan WHO
diberikan sebagai berikut:
Usia <12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam
Usia >12 bln: 30ml/kgbb/1/2-1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2-2½ jam
Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi kebutuhan
penderita akan kalori, namun hal ini tidaklah menjadi masalah besar karena hanya
menyangkut waktu yang pendek. Apabila penderita telah kembali diberikan diet
sebagaimana biasanya. Segala kekurangan tubuh akan karbohidrat, lemak dan
protein akan segera dapat dipenuhi. Itulah sebabnya mengapa pada pemberian
terapi cairan diusahakan agar penderita bila memungkinkan cepat mendapatkan
makanan / minuman sebagai biasanya bahkan pada dehidrasi ringan sedang yang
tidak memerlukan terapi cairan parenteral makan dan minum tetap dapat
dilanjutkan.
3.11 Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat
terjadi berbagai macam komplikasi seperti:
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektrokardiogram)
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa usus halus.
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita
mengalami kelaparan
8. Hiponatremi
9. Syok hipovolemik
10. Asidosis
3.12 Prognosis
Diare akut dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi yang mengancam nyawa dan
penurunan berat badan. Prognosis akan semakin buruk jika diare akut melanjut
menjadi diare persisten sebab menimbulkan malabsorpsi, malnutrisi hingga
gangguan pertumbuhan. Terjadinya diare persisten dapat kita cegah dengan
mengobati diare akut dengan cepat dan tepat. Oleh karena itu, WHO dan UNICEF
pada tahun 2003 membuat rekomendasi baru penatalaksanaan diare akut pada
anak yang telah diadopsi di Indonesia menjadi program Lintas Diare (lima
langkah tuntaskan diare).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama, karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian. Penyebab utama
diare akut adalah infeksi Rotavirus yang bersifat self limiting sehingga tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotika. Pemakaian antibitika hanya untuk
kasus-kasus yang diindikasikan. Masalah utama diare akut pada anak berkaitan
dengan risiko terjadinya dehidrasi. Upaya rehidrasi menggunakan cairan rehidrasi
oral merupakan satu-satunya pendekatan terapi yang paling dianjurkan.
Penggantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi
diare akut. Pemakaian anti sekretorik,probiotik, dan mikronutrien dapat
memperbaiki frekuensi dan lamanya diare. Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah pemberian makanan atau nutrisi yang cukup selama diare dan mengobati
penyakit penyerta.
4.2 Saran
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari refleksi kasus ini, baik dari segi
diskusi, penulisan tutorial dan sebagainya, untuk itu saya mengharapkan kritik dan
saran dari dosen-dosen yang mengajar, dari rekan-rekan sesama dokter muda dan
dari berbagai pihak demi kesempurnaan refleksi kasus ini.
top related