referat fix bblr baru elin my love word 93
Post on 21-Dec-2015
39 Views
Preview:
TRANSCRIPT
REFERAT
Berat Badan Lahir Rendah
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kepaniteran Klinik Senior
SMF Ilmu Penyakit Anak Rumah Sakit Umum Kabanjahe
Disusun oleh :
ELIN NUGRAH PUTRI
10310127
Pembimbing :
dr. Sri Alemina Br Ginting, Sp.A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI – BANDAR LAMPUNG
SMF ILMU PENYAKIT ANAK
RS UMUM KABANJAHE
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah Nya penulis
dapat menyelesaikan paper yang berjudul “Berat Badan Lahir Rendah”.
Referat ini merupakan salah satu syarat dalam menjalani stase sub bagian Ilmu Penyakit
anak Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung di Rumah Sakit Umum Kaban
Jahe tahun 2015. Penulis menyadari bahwa paper ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran apabila terdapat banyak kekurangan dalam penulisan tinjauan
kepustakaan referat ini.
Terakhir penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Sri Alemina
Br Ginting, Sp.A. Yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama menjalani stase disub
bagian Ilmu Penyakit Anak, semoga menjadi kebaikan dan mendapatkan balasan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Kabanjahe, Februari 2015
Penulis
2
DAFTAR ISI
JUDUL………………………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….. 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………… 3
PEMBAHASAN
Definisi………………………………………………………………………………………. 4
Insiden……..…………..……………………………………………………………….…..... 4
Etiologi……...…………..…………………………………………………………………… 5
Patofisiologi……………..…………………………………………………………..……. 6
Klasifikasi…………………………………………………………………………………… 7
Permasalahan Pada Bblr…………………………………………………………………… 7
Gejala Klinis……………..………………………………………..……………………..…..... 10
Diagnosis………………….……………………………………………..…………………... 11
Penatalaksanaan…………………….…………………..…………………….………………... 11
Perawatan KMC………………………..………………………..…………….…………… 15
Komplikasi……………………………………………………………………………………. 18
Upaya Pencegahan Bblr…………………………………………………………………… 19
Prognosis…….………………………..…………………………………….………………. 19
Kesimpulan………………………………………………………………………………….. 20
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….…..….... 21
3
DEFINISI
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat
kelahiran kurang dari 2500 gram. dulu bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama
dengan 2500 gram (≤2500 gram) disebut bayi prematur. Tetapi ternyata morbiditas dan mortalitas
neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya, tetapi juga pada maturitas bayi itu.1 Untuk
mendapat keseragaman, pada kongres European Perinatal Medicine II di London (1970) telah
diusulkan defenisi berikut :1,2
- Bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu.
- Bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu sampai 42
minggu.
- Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih.1,2
INSIDENS
Angka bayi berat lahir rendah (BBLR) masih cukup tinggi, terutama di Negara dengan sosio
ekonomi rendah. Data statistik menunjukkan sekitar 90 kasus
BBLR terjadi di negara berkembang. Di negara berkembang, angka kematian BBLR mencapai 35
kali lebih tinggi di bandingkan bayi dengan berat lahir di atas 2500 gram.4
Sejak tahun 1981, frekuensi BBLR telah naik, terutama karena adanya kenaikan jumlah
kelahiran preterm. Sekitar 30% bayi BBLR di Amerika Serikat mengalami dismaturitas, dan
dilahirkan sesudah 37 minggu. Di negara-negara yang sedang berkembang sekitar 70% bayi BBLR
tergolong dismaturitas.4
Di Negara maju, angka kejadian kelahiran bayi prematur adalah sekitar 6-7%.Di Negara
sedang berkembang, angka kelahiran ini lebih kurang tiga kali lipat. Di Indonesia, kejadian bayi
prematur belum dapat dikemukakan, tetapi angka kejadian BBLR di Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24%. Angka kematian perinatal di rumah sakit pada tahun
yang sama adalah 70%, dan 73% dari seluruh kematian disebabkan oleh BBLR.1,2
ETIOLOGI
4
A. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum, preekelamsi
berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS,
TORCH, penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari
35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan keadaan gizi
dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah
B. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella
bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
C. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi
bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
D. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta
terpapar zat beracun7.
B. Dismaturitas
5
Penyebab dismaturitas adalah setiap keadaan yang menganggu pertukaran zat
antara ibu dan janin (gangguan suplai makanan pada janin). Dismaturitas dihubungkan dengan
keadaan medik yang menggangu sirkulasi dan
insuffisiensi plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, atau kesehatan umum dan nutrisi
ibu.2,3
PATOFISIOLOGI
Bayi berat lahir rendah dibagi menjadi dua golongan yaitu prematuritas murni dimana masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badanya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut noenatus kurang bulan-sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK) dan dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu yang berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK). Penyebab prematuritas antara lain dari faktor ibu yaitu penyakit toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis, nefritis akut, diabetes mellitus, infeksi akut, tindakan operatif, usia dibawah 20 tahun, multigravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat, golongan soial-ekonomi rendah maupun bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, sedangkan dari faktor janin adalah hidramnion dan kehamilan ganda. Penyebab dismaturitas adalah segala keadaan yang menyebabkan gangguan pertukaran zat antara ibu dan janin. Karakteristik fisis bayi dismaturitas terutama pre-term sama dengan bayi premature mungkin ditambah dengan retardasi pertumbuhan dan wasting. Pada bayi cukup bulan dengan dismaturitas, gejala yang menonjol ialah wasting, demikian pula pada postterm dengan dismaturitas. System pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi premature.
Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsioonal paru-paru pada dasarny akecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat napas sering merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar lainnya pada bayi premature adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas bayilebih dari dua bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature harus menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature meliputi system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik sehingga bayi premature beresiko mengalami infeksi, system integumen dimana jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi dimana bayi premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan yang bertambah karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga beresiko mengalami hipotermi atau kehilangan panas dalam tubuh.
6
KLASIFIKASI
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010) :
A. Menurut harapan hidupnya
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500 gram.
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1000 gram.
B. Menurut masa gestasinya
1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk
masa kehamilan (NKB-SMK).
2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil
untuk masa kehamilannya (KMK)7.
Permasalahan pada BBLR
BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan yang banyak sekali
pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang belum stabil (Surasmi, dkk., 2002).
A. Ketidakstabilan suhu tubuh
Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36°C- 37°C dan segera setelah
lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini
memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia juga terjadi karena
kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat
terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, ketidakmampuan untuk
menggigil, sedikitnya lemak subkutan, produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak
memadai, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas permukaan tubuh relatif
lebih besar dibanding berat badan sehingga mudah kehilangan panas.
B. Gangguan pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas segera setelah lahir oleh
karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan surfaktan (zat di dalam paru dan
7
yang diproduksi dalam paru serta melapisi bagian alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps pada saat
ekspirasi).
Lumen sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas, insufisiensi
klasifikasi dari tulang thorax, lemah atau tidak adanya gag refleks dan
pembuluh darah paru yang imatur. Hal – hal inilah yang menganggu usaha bayi untuk bernafas
dan sering mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).
C. Imaturitas imunologis
Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui plasenta selama
trimester ketiga kehamilan karena pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada
minggu terakhir masa kehamilan. Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibodi menjadi
terganggu. Selain itu kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi
cukup bulan sehingga bayi mudah menderita infeksi.
D. Masalah gastrointestinal dan nutrisi
Lemahnya reflek menghisap dan menelan, motilitas usus yang menurun, lambatnya
pengosongan lambung, absorbsi vitamin yang larut dalam lemak berkurang, defisiensi enzim
laktase pada jonjot usus, menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam
tubuh, meningkatnya resiko NEC (Necrotizing Enterocolitis). Hal ini menyebabkan nutrisi yang
tidak adekuat dan penurunan berat badan bayi.
E. Imaturitas hati
Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin menyebabkan timbulnya hiperbilirubin,
defisiensi vitamin K sehingga mudah terjadi perdarahan. Kurangnya enzim glukoronil
transferase sehingga konjugasi bilirubin direk belum sempurna dan kadar albumin darah yang
berperan dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar berkurang.
F. Hipoglikemi
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena
terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi
berat lahir rendah dapat mempertahankan kadar gula darah selama 72 jam pertama dalam kadar
40 mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Keadaan hipotermi
juga dapat menyebabkan hipoglikemi karena stress dingin akan direspon bayi dengan
melepaskan noreepinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi paru. Efektifitas ventilasi paru
menurun sehingga kadar oksigen darah berkurang. Hal ini menghambat metabolisme glukosa
dan menimbulkan glikolisis anaerob yang berakibat pada penghilangan glikogen lebih banyak
sehingga terjadi hipoglikemi.
8
Nutrisi yang tak adekuat dapat menyebabkan pemasukan Kalori yang rendah juga dapat memicu
timbulnya hipoglikemi8.
G. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan saraf pusat. Hal ini
disebabkan antara lain: perdarahan intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir,
perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat yang terjadi
pada BBLR juga sangat berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat (SSP) yang diakibatkan
karena kekurangan oksigen dan kekurangan perfusi.
H. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan janin, yaitu paten ductus
arteriosus, yang merupakan akibat intra uterine ke kehidupan ekstra uterine berupa
keterlambatan penutupan ductus arteriosus.
I. Sistem Pengelihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP) yang disebabkan
karena ketidakmatangan retina..
9
GEJALA KLINIK
A. Prematuritas murni Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama
dengan45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33 cm, masa
gestasi kurang dari 37 minggu. Kepala relatif besar dari badannya, kulitnya tipis, transparan,
lanugo banyak, lemak subkutan kurang. Ossifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura
lebar, genitalia imatur. Desensus testikulorum biasanya belum sempurna dan labia minora
belum tertutup oleh labia mayora. Rambut biasanya tipis dan halus. Tulang rawan dan daun
telinga belum cukup, sehingga elastisitas daun
telinga masih kurang. Jaringan mamma belum sempurna, puting susu belum terbentuk
dengan baik. Bayi kecil, posisinya masih posisi fetal, yaitu posisi decubitus lateral,
pergerakannya kurang dan masih lemah. Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun.
Tangisnya lemah, pernapasan belum teratur dan sering terdapat serangan apnoe. Otot masih
hipotonik, sehingga kedua tungkai selalu dalam keadaan abduksi,sendi lutut dan sendi kaki
dalam fleksi dan kepala menghadap ke satu jurusan.1,2
Refleks moro dapat positif. Refleks mengisap dan menelan belum sempurna, begitu juga
refleks batuk. Kalau bayi lapar, biasanya menangis, gelisah, aktivitas bertambah. Bila dalam
waktu tiga hari tanda kelaparan ini tidak ada, kemungkinan besar bayi menderita infeksi atau
perdarahan intrakranial. Seringkali terdapat edema pada anggota gerak, yang menjadi lebih
nyata sesudah 24-48 jam. Kulitnya tampak mengkilat dan licin serta terdapat ‘pitting
edema’. Edema ini seringkali berhubungan dengan perdarahan antepartum, diabetes
mellitus, dan toksemia gravidarum.1,2
Frekuensi pernapasan bervariasi terutama pada hari-hari pertama. Bila frekuensi pernapasan
terus meningkat atau selalu diatas 60x/menit, harus waspada kemungkinan terjadinya
penyakit membran hialin, pneumonia, gangguan metabolik
atau gangguan susunan saraf pusat. Dalam hal ini, harus dicari penyebabnya, misalnya
dengan melakukan pemeriksaan radiologis toraks.1,2
B. Dismaturitas
Dismaturitas dapat terjadi preterm, term, dan postterm. Pada preterm akan terlihat gejala
fisis bayi prematur murni ditambah dengan gejala dismaturitas. Dalam hal ini berat badan
kurang dari 2500 gram, karakteristik fisis sama dengan bayi prematur
dan mungkin ditambah dengan retardasi pertumbuhan
10
dan ‘wasting’. Pada bayi cukup bulan dengan dismaturitas, gejala yang menonjol adalah ‘wa
sting’,demikian pula pada post term dengan dismaturitas.1,3
Bayi dismatur dengan tanda ‘wasting’ tersebut, yaitu :
1. Stadium pertama Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering
seperti perkamen, tetapi belum terdapat noda mekonium.
2. Stadium kedua Didapatkan tanda stadium pertama ditambah dengan warna kehijauan
pada kulit, plasenta, dan umbilikus. Hal ini disebabkan oleh mekonium yang
tercampur dalam amnion yang kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilikus, dan
plasenta sebagai akibat anoksia intrauterin.
3. Stadium ketiga Ditemukan tanda stadium kedua ditambah dengan kulit yang berwarna
kuning, demikian pula kuku dan tali pusat. Ditemukan juga tanda anoksia intrauterine
yang sudah berlangsung lama.1,3
DIAGNOSIS
Diagnosa BBLR dengan menentukan usia kehamilan berdasarkan
a. Perhitungan HPHT (hari pertama haid terakhir). Untuk perhitungan HPHT harus ingat betul
tanggal dari pertama menstruasi misalnya HPHT nya 1-4-2000, maka hari persangkaan
lahirnya dapat dihitung dengan rumus HPHS : 1-04-2000 +7-3+1HPLB: 8-01-2001
b. Maturitas fisik dan neurologis bayi paska natal dengan skor Dubowitz, Ballard maupun
simplifed Dubowitz. Baik berdasarkan HPHT maupun skor Dubowitz dan modifikasinya.
jika usia kehamilan kurang dari 37 minggu (< 259 hari) disebut bayi kurang bulan
(BKB).Diagnosis BBLR, apabila BL (berat lahir) < 2500 gram / 2499 gram).
PENATALAKSANAAN BBLR
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang menyebabkan bayi BBLR cenderung
mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal.
Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun psikologis.
Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008; Pillitteri, 2003) :
11
A. Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan
mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen dan bantuan
ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan
oksigenasi karena pada BBLR beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu.
Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang pernafasan,
diposisikan miring untuk mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika mungkin karena
posisi ini menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan
kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat memberikan efek edema paru
dan retinopathy of prematurity.
B. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya respirasi adalah
pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan panas pada bayi distress sangat
dibutuhkan karena produksi panas merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem
kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan yang
netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal.
Menurut Thomas (1994) suhu aksilar optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C,
sedangkan menurut Sauer dan Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C – 37,3°C.
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan melalui beberapa
cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) :
1) Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi dengan ibunya.
Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain sebagai penggantinya.
2) Pemancar pemanas
3) Ruangan yang hangat
4) Inkubator
C. Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan semua bayi baru
lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi BBLR imunitas seluler dan humoral
12
masih kurang sehingga sangat rentan denan penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan
untuk mencegah infeksi antara lain :
1) Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus melakukan cuci
tangan terlebih dahulu.
2) Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara teratur.
Ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya.
3) Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki ruang
perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau disyaratkan untuk
memakai alat pelindung seperti masker ataupun sarung tangan untuk mencegah
penularan.
D. Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan kalori,
elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi preterm karena kandungan
air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi
preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis
terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang sempurna sehingga bayi tersebut
sangat peka terhadap kehilangan cairan.
E. Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR tetapi terdapat
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena berbagai mekanisme ingesti
dan digesti makanan belum sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode
pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui
parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.
Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam pemberian
makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha
memberi makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau
melebihi kapasitas mereka dalam menerima makanan. Toleransi yang berhubungan dengan
kemampuan bayi menyusu harus didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut jantung,
saturasi oksigen, dan variasi dari kondisi normal dapat menunjukkan stress dan keletihan.
13
Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap, menelan, dan bernapas
sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan
reflek menghisap dan menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke
lambung. Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah mengalami distensi
abdomen yang dapat mempengaruhi pernafasan.
F. Penghematan energi
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah menghemat energi, Oleh
karena itu BBLR ditangani seminimal mungkin. Bayi yang dirawat di dalam inkubator tidak
membutuhkan pakaian , tetapi hanya membutuhkan popok atau alas. Dengan demikian
kegiatan melepas dan memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan. Selain itu, observasi dapat
dilakukan tanpa harus membuka pakaian.
Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan untuk aktivitas bernafas, minum, dan
pengaturan suhu tubuh, energi tersebut dapat digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Mengurangi tingkat kebisingan lingkungan dan cahaya yang tidak terlalu
terang meningkatkan kenyamanan dan ketenangan sehingga bayi dapat beristirahat lebih
banyak.
Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi bayi preterm dan menghasilkan
oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi makanan, pola tidur-istirahatnya lebih teratur.
Bayi memperlihatkan aktivitas fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan
telungkup.
PMK akan memberikan rasa nyaman pada bayi sehingga waktu tidur bayi akan lebih
lama dan mengurangi stress pada bayi sehingga mengurangi penggunaan energi oleh bayi.
G. Stimulasi Sensori
Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus. Mainan gantung
yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang diletakkan dalam unit perawatan dapat
memberikan stimulasi visual. Suara radio dengan volume rendah, suara kaset, atau mainan
yang bersuara dapat memberikan stimulasi pendengaran. Rangsangan suara yang paling baik
adalah suara dari orang tua atau keluarga, suara dokter, perawat yang berbicara atau
bernyanyi. Memandikan, menggendong, atau membelai memberikan rangsang sentuhan.
14
Rangsangan suara dan sentuhan juga dapat diberikan selama PMK karena selama
pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk mengusap dengan lembut punggung bayi dan
mengajak bayi berbicara atau dengan memperdengarkan suara musik untuk memberikan
stimulasi sensori motorik, pendengaran, dan mencegah periodik apnea.
H. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga
Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak diharapkan dan membuat
stress bila keluarga tidak siap secara emosi. Orang tua biasanya memiliki kecemasan
terhadap kondisi bayinya, apalagi perawatan bayi di unit perawatan khusus mengharuskan
bayi dirawat terpisah dari ibunya. Selain cemas, orang tua mungkin juga merasa bersalah
terhadap kondisi bayinya, takut, depresi, dan bahkan marah.
PERAWATAN METODE KANGURU/KANGAROO MOTHER CARE
1. PENGERTIAN
Perawatan metode kanguru merupakan suatu cara khusus dalam merawat bayi BBLR
dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu yang berguna untuk
membantu perkembangan kesehatan bayi melalui peningkatan kontrol suhu, menyusui,
pencegahan infeksi, dan kontak ibu dengan bayi (KMC India Network, 2004).
Depkes RI (2004) mendefinisikan perawatan metode kanguru sebagai suatu cara
perawatan untuk bayi BBLR terutama dengan berat lahir < 2000 gram melalui kontak kulit
dengan kulit antara ibu dengan bayinya dimulai di tempat perawatan diteruskan di rumah,
dikombinasi dengan pemberian ASI yang bertujuan agar bayi tetap hangat.
2. MANFAAT PERAWATAN METODE KANGURU
Perawatan metode kanguru memberikan manfaat tidak hanya untuk perkembangan
kesehatan bayi tetapi juga bagi penyembuhan psikologis ibu sehubungan dengan kelahiran
preterm dan memperoleh kembali peran keibuan. Adapun manfaat perawatan metode
kanguru sebagai berikut (Depkes RI, 2008; WHO, 2003) :
15
A. Manfaat pada bayi
1) Mempertahankan suhu tubuh, denyut jantung, dan frekuensi pernapasan relatif
terdapat dalam batas normal.
2) Memperkuat sistem imun bayi sehingga menurunkan kejadian infeksi nosokomial,
penyakit berat, atau infeksi saluran pernafasan bawah.
3) Kontak dengan ibu menyebabkan efek yang menenangkan sehingga menurunkan
stress pada bayi.
4) Menurunkan respon nyeri fisiologis dan perilaku
5) Meningkatkan berat badan dengan lebih cepat dan memperbaiki pertumbuhan
pada bayi prematur.
6) Meningkatkan ikatan ibu dan bayi.
7) Memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan perkembangan kognitif bayi.
8) Waktu tidur bayi menjadi lebih lama.
9) Memperpendek masa rawat.
10) Menurunkan resiko kematian dini pada bayi.
11) Mencegah kolik pada bayi.
12) Meningkatkan perkembangan motorik bayi.
13) Mempertahankan homeostasis.
B. Manfaat bagi ibu
Berdasarkan beberapa penelitian, PMK memberikan manfaat pada ibu antara lain :
1) Mempermudah pemberian ASI
2) Ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi.
3) Hubungan lekat antara ibu dan bayi lebih baik.
4) Ibu lebih sayang pada bayinya.
16
5) Memberikan pengaruh psikologis ketenangan bagi ibu.
6) Meningkatkan produksi ASI.
7) Meningkatkan lama menyusui dan kesuksesan dalam menyusui.
3. KRITERIA PELAKSANAAN PMK
Pada umumnya bayi yang memenuhi kriteria untuk dilakukan PMK adalah bayi
BBLR dengan berat lahir ≤ 1800 gram, tidak ada kegawatan pernafasan dan sirkulasi, tidak
ada kelainan kongenital yang berat,dan mampu bernafas sendiri. PMK dapat ditunda hingga
kondisi kesehatan bayi stabil dan ibu siap untuk melakukannnya
Pada bayi yang masih dirawat di NICU atau masih memerlukan pemantauan
kardiopulmonal, oksimetri, pemberian oksigen tambahan atau pemberian ventilasi dengan
tekanan positif (CPAP), infus intra vena, dan pemantauan lain, hal tersebut tidak mencegah
pelaksanaan PMK melalui pengawasan dari petugas kesehatan.
17
KOMPLIKASI
Komplikasi prematuritas1,5,6
1. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik Disebut juga sebagai penyakit membran hialin
karena pada stadium akhir akan terbentuk membran hialin yang akan melapisi paru.
2. Pneumonia aspirasi Sering ditemukan pada bayi prematur karena refleks menelan dan
batuk belum sempurna.
3. Perdarahan intraventrikuler Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral karena anoksia
otak. Kelainan ini biasanya hanya ditemukan pada otopsi.
4. Fibroplasias retrolenta
Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur yang disebabkan oleh gangguan oksigen yang
berlebihan.
5. Hiperbilirubinemia
Bayi prematur lebih sering mengalami hiprebilirubinemia dibandingkan dengan bayi
cukup bulan. Hal ini disebabkan oleh faktor kematangan hepar yang
tidak sempurna sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum
sempurna.
6. Infeksi
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya IgG gammaglobulin.
Komplikasi dismaturitas1,2,5
1. Sindrom aspirasi meconium Keadaan hipoksia intrauterin mengakibatkan janin
mengadakan ‘gasping’ dalam uterus. Selain itu mekonium akan dilepaskan ke dalam
likuor amnion, akibatnya cairan yang mengandung mekonium yang lengket itu masuk ke
dalam paru janin
karena inhalasi. Pada saat lahir, bayi akan menderita gangguan pernapasan idiopatik.
2. Hipoglikemia simptomatik Tertama pada bayi laki-laki. Penyebabnya belum jelas, tetapi
mungkin sekali disebabkan oleh persediaan glikogen yang sangat kurang pada bayi
dismaturitas. Diagnosis dapat dibuat dengan melakukan pemeriksaan kadar gula darah.
Bayi BBLR dinyatakan hipoglikemia bila kadar gula darah yang kurang dari 20 mg%.
3. Asfiksia neonatorum Bayi dismatur lebih sering menderita asfiksia neonatorum
dibandingkan dengan bayi biasa.
4. Penyakit membran hialin Terutama pada bayi dismatur yang preterm. Hal ini karena
surfaktan pada paru belum cukup sehingga alveoli selalu kolaps.
18
5. Hiperbilirubinemia Bayi dismatur lebih sering mendapat penyakit ini dibandingkan
dengan bayi yang sesuai dengan masa kehamilannya. Hal ini disebabkan gangguan
pertumbuhan hati.
UPAYA PENCEGAHAN BBLR
A. Melakukan ANC yang baik
B. Meningkatkan gizi masyarakat
C. Tingkat penerimaan gerakan KB
D. Anjurkan ibu untuk lebih banyak istirahat, bila kehamilan
mendekati aterm atau istirahat baring bila terjadi keadaan yang
menyimpang peraturan normal kehamilan.
E. Tingkat kerjasama dengan dukun beranak yang masih mendapat
kepercayaan masyarakat.
PROGNOSIS
Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masa perinatal,
misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat badan, makin tingggi
angka kematian), asfiksia atau iskemia otak, sindroma gangguan pernapasan, perdarahan intraventri
kuler, fibroplasias retrolental, infeksi, gangguan metabolik.
Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua
dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan suhu
lingkungan, resusitasi, makanan, pencegahan infeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia,
hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dan lain-lain).2,4
19
KESIMPULAN
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010) :
A. Menurut harapan hidupnya
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500 gram.
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1000 gram.
B. Menurut masa gestasinya
1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk
masa kehamilan (NKB-SMK).
2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil
untuk masa kehamilannya (KMK)7.
Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah sering mengalami masalah sukar bernafas,
sukar dalam pemberian minum, icterus berat dan infeksi. Bayi juga rentan mengalami hipotermi
jika tidak di dalam incubator. Bayi ini memerlukan perawatan khusus. Bila fasilitas tempat bayi
dilahirkan tidak memadai untuk perawatan bayi, maka bayi harus segera di rujuk ke rumas sakit
yang memiliki fasilitas khusus untuk bayi yang lahir dengan berat badan rendah. Selama perjalanan
ke tempat rujukan pastikan bahwa bayi terjaga tetap hangat . bungkus bayi dengan kain lembut,
kering, selimuti dan pakai topi untuk menghindari kehilangan panas. Prognosis BBLR akan baik
bila di tangani dengan cepat dan perawatan yang intensif.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Hasan R, Alatas H. Perinatologi. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak 3; edisi ke-4.Jakarta : FKUI,
1985;1051-
2. Wiknjosastro H, Saifuddin AB. Bayi Berat Lahir Redah. Dalam: Ilmu Kebidanan; edisi ke-
3. Jakarta : yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002;771-83.
3. Arifuddin J, Palada P. BBLR-LBW. Dalam : Perinatologi dan Tumbuh Kembang. Jakarta :
FKUI, 2004;9-11.
4. Behrman, RE, Kliegman RM. The Fetus and the Neonatal Infant, In : Nelson Textbook of
pediatrics; 17 th ed. California: Saunders. 2004; 550-8.
5. Saifuddin, AB, Adrianz, G. Masalah Bayi Baru Lahir. Dalam : Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal; edisi ke-1. Jakarta : yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2000;376-8.
6. Gomella, TL, Cunningham MD. Management of the Extremely Low Birth Infant During the
First Weekof Life. In : Lange Neonatology; 5 th ed. NewYork : Medical Publishing Division,
2002; 120-31.
7. Proverawati Atikah, & Ismawati Cahyo, S. (2010). BBLR : Berat Badan Lahir Rendah.
Yogyakarta: Nuha Medika.
8. Asrining Surasmi, Dkk, 2003, Perawatan Bayi Resiko Tinggi, Jakarta: EGC
21
22
top related