pwplt_ppn lamongan
Post on 05-Feb-2018
247 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
1/37
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT TERPADU
KELAS I02
TIM INDUSTRI
KELOMPOK 2 :
Weny Fatmawati 115080601111004
Doni Fakih F. 115080601111006
Iwan Tri Wibowo 115080601111008
Aldila Galuh V. 115080601111016
Aziz Fahrizal 115080601111024
Andre Syafriotman 115080601111026
Mamik Melani 115080601111033
Dias Alfian N. 115080601111035
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
2/37
I | K E L O M P O K 2
LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN
LAUT TERPADU
LEMBAR PENGESAHAN
KELAS I02
KELOMPOK 2
MALANG, 2 MEI 2014
DOSEN PENGAMPU KOORDINATOR PRAKTIKUM
DR. H. RUDIANTO, MA AGUNG WICAKSONO
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
3/37
II | K E L O M P O K 2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... I
DAFTAR ISI ......................................................................................................... II
1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 3
1.4 Kegunaan ................................................................................................... 3
1.5 Waktu dan Tempat ..................................................................................... 4
2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5
2.1.2 Oseanografi ......................................................................................... 6
2.1.3 Kependudukan ..................................................................................... 7
2.2 Struktur Organisasi ..................................................................................... 8
2.2.1 Struktur Organisasi Kelembagaan Kabupaten Lamongan .................... 8
2.2.2 Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) .................................................................................................. 9
2.3 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut ..................................................... 12
2.3.1 Potensi Wilayah ................................................................................. 12
2.3.2 Ancaman Wilayah .............................................................................. 14
2.4 Kelembagaan (lingkungan hidup) ............................................................. 15
2.4.1 Keterkaitan stakeholder ..................................................................... 15
2.4.2 Konflik kepentingan............................................................................ 16
3. PEMBAHASAN ........................................................................................... 17
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
4/37
III | K E L O M P O K 2
3.1 Hasil Lapang ............................................................................................ 17
3.1.1 Ringkasan Wawancara BAPPEDA .................................................... 17
3.1.2 Kondisi Lapang .................................................................................. 19
3.2 RT/RW ..................................................................................................... 20
3.2.1 Ringkasan RT/RW ............................................................................. 20
3.2.2 Analisa RT/RW .................................................................................. 24
3.3 Studi Kasus dan Pembahasan ................................................................. 25
3.4 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut ..................................................... 28
3.4.1 Kendala Pengelolaan Wilayah Pesisir ................................................ 28
3.4.2 Solusi Penanggulangan ..................................................................... 30
4. PENUTUP .................................................................................................. 31
4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 31
4.2 Saran ....................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
5/37
1 | K E L O M P O K 2
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi di Pulau Jawa Timur terletak pada koordinat 111,00- 114,40BT
dan 7,120 - 8,480 LS dengan batas-batas wilayah adalah, sebelah utara
berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali,
sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, dan sebelah barat
berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah pada Provinsi
Jawa Timur mencapai 46.428 km2atau 4.642.800 ha yang terbagi ke dalam 29
kabupaten, 9 kota, dan 657 kecamatan dengan 8.497 desa/kelurahan. Wilayah
Propinsi Jawa Timur memiliki panjang pantai sekitar + 2.128 km. Pada sepanjang
pantai Provinsi Jawa Timur dapat dijumpai beragam sumberdaya alam mulai dari
mangrove, padang lamun, terumbu karang, migas, sumberdaya mineral dan
pantai berpasir putih yang layak untuk dikembangkan menjadi obyek wisata
(BAPPEDA Jatim,2012).
Provinsi Jawa Timur juga merupakan provinsi pionir di Indonesia dalam
penetapan Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Hal
tersebut tercantum dalam Peraturan Gubernur Jatim Nomor 97 Tahun 2011
tentang Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Tahun 2011-
2030. Kawasan pesisir dan laut Jawa Timur secara umum dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu kawasan pesisir utara, pesisir timur dan pesisir selatan. Untuk
kawasan pesisir utara dan timur umumnya digunakan untuk transportasi laut,
pelestarian alam, budidaya laut, pariwisata dan pemukiman bagi para nelayan.
Pesisir pantai Utara Jawa Timur terdiri dari Kabupaten Tuban, Lamongan,
Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo dan Situbondo (Lamongan
Kab,2014).
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
6/37
2 | K E L O M P O K 2
Lamongan merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang
memiliki sumberdaya perikanan yang cukup besar, terutama dalam bidang
perikanan budidaya tambak dan perikanan tangkap. Penentuan kebijakan yang
berkaitan dengan pengelolaan wilayah pesisir dan laut di wilayah Kabupaten
Lamongan pada kegiatan seperti tambak, budidaya laut, industri didasarkan
pada kepentingan Pemerintah serta mempertimbangkan kebutuhan masyarakat
sebagai pengguna sumberdaya. Kabupaten Lamongan juga memiliki potensi
untuk tumbuh menjadi Kawasan Industri Maritim baru (KIM). Sejak tahun 2004
telah terdapat 21 perusahaan yang beroperasi dengan total nilai investasi
sebesar Rp 12,738 triliun. Perusahaan-perusahaan tersebut terdiri dari industri
galangan kapal, jasa pengelolaan kepelabuhan, industri pengolahan ikan,
industri migas, industri pakan ternak, industri pupuk, industri gula, dan industri
wisata bahari. Adanya berbagai potensi dan perkembangan pada Kawasan
Industri Maritim (KIM) tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan yang harus
diperbaiki. Kekurangan tersebut meliputi rusaknya permukaan jalan
bergelombang, kurangnya suplai air bersih serta kurangnya energi listrik untuk
menunjang kegiatan operasi. Untuk itu sangat diperlukan pembangunan
infratruktur guna mendukung berkembangnya Kawasan Indistri Maritim
(Hakim,2013).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dari Praktikum Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut
Terpadu adalah sebagai berikut :
Bagaimanakah pengelolaan wilayah pesisir dan laut terpadu pada
Kabupaten Lamongan?
Apa saja permasalahan pengelolaan wilayah laut dan pesisir dalam
bidang Industri pada Kabupaten Lamongan?
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
7/37
3 | K E L O M P O K 2
Apa saja solusi yang digunakan untuk dapat diselesaikannya
permasalahan tersebut melalui perencanaan dan perumusan
kebijakan?
1.3 Tujuan
Tujuan dari Praktikum Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Terpadu
adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui rencana zonasi pengelolaan wilayah pesisir dan
laut terpadu pada Kabupaten Lamongan
Untuk mengetahui permasalahan pengelolaan wilayah pesisir dan
laut terpadu dalam bidang Industri pada Kabupaten Lamongan
Untuk mengetahui solusi yang digunakan untuk dapat
diselesaikannya permasalahan tersebut melalui perencanaan dan
perumusan kebijakan Kabupaten Lamongan
1.4 Kegunaan
Mahasiswa
Melatih Mahasiswa dalam kegiatan pengelolaan pesisir dan
laut secara terpadu dan berkelanjutan, melatih Mahasiswa dalam
kegiatan diskusi pembahasan isu dan permasalahan pada
pengelolaan wilayah pesisir dan laut pada suatu wilayah, serta
melatih Mahasiswa dalam kegiatan pembuatab rencana pengelolaan
suatu kawasan pesisir menggunakan Sistem Informasi Geografis.
Masyarakat
Diharapkan dapat menjadi tambahan informasi untuk
masyarakat setempat mengenai pengelolaan wilayah pesisir dan laut
terpadu, sehingga masyarakat mampu berperan aktif dalam
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
8/37
4 | K E L O M P O K 2
membantu Pemerintah untuk dapat mewujudkan pengelolaan wilayah
pesisir dan laut secara terpadu dan berkelanjutan.
Institusi
Diharapkan dapat menjadi kumpulan tambahan data bagi
Institusi terkait mengenai pengelolaan pesisir dan laut terpadu serta
dapat dijadikan tambahan acuan dalam mewujudkan pengelolaan
wilayah pesisir dan laut secara terpadu dan berkelanjutan.
1.5 Waktu dan Tempat
Praktikum Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Terpadu dilaksanakan
pada hari Jumat 23 Mei 2014, pada pukul 05.00-17.30 WIB yang bertempat di
Badan Perencanaan Pengelolaan Daerah (BAPPEDDA) Lamongan dan di
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong Lamongan.
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
9/37
5 | K E L O M P O K 2
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Umum
2.1.1 Kondisi Geografis dan Peta Wilayah
Secara geografis Kabupaten Lamongan terletak pada 6o51 54 - 7o23
06 LS dan122o04 04- 112o 3312 BT. KabupatenLamongan memiliki luas
wilayah 1.812,80 Km2 atau 3,78% luas wilayah Provinsi JawaTimur.
Dengan panjang garis pantai sepanjang 47 km, maka wilayah perairan laut
Kabupaten Lamongan adalah seluas 902,4 km2, apabila dihitung 12 mil dari
permukaan laut. Adapun batasbatas wilayah Kabupaten Lamongan sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Laut Jawa
SebelahTimur : Kabupaten Gresik
Sebelah Selatan : Kabupaten Jombang dan Mojokerto
Sebelah Barat : Kabupaten Bojonegoro dan Tuban
Daratan Kabupaten Lamongan Dipisahkan oleh Sungan Bengawan
Solo, dan secara garis besar daratannya dibedakan menjadi 3 karakteristik
yaitu:
Bagian tengah Selatan merupakan daratan rendah relative agak
subur yang membentang dari Kecamatan Kedung pring, Babat,
Sukodadi, Pucuk, Lamongan, Deket, Tikung Sugio, Maduran, Siri rejo
dan Kembang bahu.
Bagian Selatan dan Utara merupakan pegunungan kapur berbatu
dengan kesuburan sedang. Kawasan ini terdiri dari Kecamatan
Mantub, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong,
Paciran dan Solokuro
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
10/37
6 | K E L O M P O K 2
Bagian Tengah Utara merupakan daerah Bonorowo yang merupakan
daerah rawan banjir. Kawasan ini meliputi Kecamatan Sakaran,
Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karang binagun dan Glagah.
2.1.2 Oseanografi
Kabupaten Lamongan sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa
yang termasuk dalam kawasan pantai utara jawa memiliki karakteristik kondisi
oseanografi khususnya gelombang, arus dan pasang surut. Secara morfologi,
garis pantai yang membentuk bagian pantai utara jawa terbentuk karena
proses erosi sungai-sungai yang mengalir dan bermuara di pantai utara jawa.
Hasil endapan erosi ini juga mempengaruhi morfologi dasar laut pantai utara.
Karena endapan erosi yang halus ini menjadi materi yang mendominasi
dasar laut pulau jawa, sehingga dasar laut pulau jawa cenderung datar
(Yarjohan, 2012).
Kondisi Gelombang dan Arus
Morfologi dasar laut yang cenderung datar di pantai utara
yang menjadi salah satu hal yang mempengaruhi karakteristik ombak
dimana ombak di pantai utara tidak sebesar di pantai selatan. Dapat
dilihat bahwa ombak di pantaiselatan lebih besar jika dibandingkan
dengan di pantai utara yang ombaknya lebih tenang.
Arus yang ada di pantai utara memiliki kekuatan yang tidak
terlalu kuat dibandingkan dengan arus yang ada di pantai selatan.
Sehingga kebanyakan pantai yang terletak di pantai utara banyak
digunakan sebagai tempat wisata.
Kondisi Pasang Surut
Gaya-gaya pembangkit pasut (pasang surut) gravitasi berasal dari
bulan dan matahari yang terjadi sekitar dua kali perhari (semi diurnal).
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
11/37
7 | K E L O M P O K 2
Menurut Lubis (2006) mengambarkan kondisi Pasang surut di pantai selatan
jawa adalah bertipe Mixed Semi diurnal, yaitu kondisi pasang surut yang
cenderung condong kearah pasut ganda, Harian, dua air yang tinggi dan dua
air yang rendah, tetapi dengan waktu yang berbeda, Hal ini berbeda dengan
pantai Utara Jawa yang bertipe diurnal dan mixed diurnal.
2.1.3 Kependudukan
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lamongan tahun
2009-2012 ditunjukkan oleh table berikut :
Tabel1. Jumlah Penduduk Kabupaten Lamongan Tahun 2009-2012
Tahun
Jumlah Penduduk
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2009 566.705 47,64 622.910 52,36 1.189.615 100.00
2010 568.210 48.16 611.560 51,84 1.179.770 100.00
2011 573.756 48.39 611.936 51,61 1.185.692 100.00
2012 578.704 48.58 612.535 51,42 1.191.239 100.00
(Sumber : BPS, Kab. Lamongan 2009-2012)
Berdasarkan kondisi sumber daya alam yang ada, potensi unggulan
daerah Kabupaten Lamongan di sektor pertanian khususnya nampak pada
sub sektor tanaman pangan dan sub sektor perikanan.
Sedangkan untuk sub sektor perikanan, Kabupaten Lamongan mampu
memberikan kontribusi sebesar 15,25 % dari total produksi ikan di Jawa Timur
atau merupakan penghasil ikan terbesar di Jawa Timur, yaitu sekitar
65.874,984 ton senilai kurang lebih Rp.446 milyard. Kontribusi terbesar
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
12/37
8 | K E L O M P O K 2
produksi ikan di Kabupaten Lamongan disumbangakan oleh produksi ikan air
tawar (sawah tambak) dan produksi perikanan laut.
Sedangkan untuk sektor jasa, khususnya sub sektor hiburan dan
rekreasi menunjukkan suatu perkembangan yang nyata/ significant untuk
memberikan kontribusi yang semakin meningkat terhadap perokonomian
daerah Kabupaten Lamongan. Pembangunan Wisata Bahari Lamongan
(WBL) nampak nyata memberikan pengaruh langsung terhadap besarnya
kontribusi sub sektor ini terhadap PDRB.
2.2 Struktur Organisasi
2.2.1 Struktur Organisasi Kelembagaan Kabupaten Lamongan
Susunan Organisasi
Pasal 3
(1) Susunan Organisasi Sekretariat Daerah, terdiri dari :
a. Sekretaris Daerah
b. Asisten Tata Praja
(2) Bagian Pemerintahan
a) Sub Bagian Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah
b) Sub Bagian Perangkat Kecamatan dan Kelurahan
c) Sub Bagian Agraria
(3) Bagian Pemerintahan Desa
a) Sub Bagian Tata Pemerintahan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan
Desa
b) Sub Bagian Perangkat dan Administrasi Desa
c) Sub Bagian Kekayaan dan Potensi Desa
(4) Bagian Hukum
a) Sub Bagian Perundang-Undangan
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
13/37
9 | K E L O M P O K 2
b) Sub Bagian Bantuan Hukum
c) Sub Bagian Dokumentasi dan Informasi Hukum
(5) Bagian Kesejahteraan Masyarakat
a) Sub Bagian Pemberdayaan Perempuan, Pemuda dan Olahraga
b) Sub Bagian Agama, Pendidikan dan Kebudayaan
c) Sub Bagian Bina Sosial dan Kesehatan
c. Asisten Ekonomi Pembangunan
1) Bagian Perekonomian
a) Sub Bagian Sumber Daya Alam
b) Sub Bagian Bina Usaha
c) Sub Bagian Pertambangan dan Energi
2) Bagian Bina Pengelolaan BUMD
a) Sub Bagian Pemberdayaan BUMD
b) Sub Bagian Monitoring dan Evaluasi BUMD
c) Sub Bagian Kerjasama
3) Bagian Pembangunan
a) Sub Bagian Bina Penyusunan Program
b) Sub Bagian Pengendalian
c) Sub Bagian Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
d. Asisten Administrasi
2.2.2 Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (BAPPEDA)
1) Bagian Umum
a) Sub Bagian Tata Usaha dan Keuangan Pimpinan
b) Sub Bagian Perlengkapan
c) Sub Bagian Rumah tangga
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
14/37
10 | K E L O M P O K 2
2) Bagian Organisasi
a) Sub Bagian Kelembagaan dan Analisis Jabatan
b) Sub Bagian Ketatalaksanaan
c) Sub Bagian Pendayagunaan Aparatur
3) Bagian Bina Pengelolaan Keuangan dan Asset
a) Sub Bagian Keuangan Sekretariat Daerah.
b) Sub Bagian Analisa, Monitoring dan evaluasi Keuangan Daerah
c) Sub Bagian Bina Asset
4) Bagian Humas dan Infokom
a) Sub Bagian Pemberitaan dan Infokom
b) Sub Bagian Protokol
c) Sub Bagian Pelayanan Informasi, Dokumentasi, Perpustakaan dan
Siaran Radio Daerah
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
15/37
11 | K E L O M P O K 2
Struktur Organisasi Kelembagaan Kabupaten Lamongan
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
16/37
12 | K E L O M P O K 2
2.3 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut
2.3.1 Potensi Wilayah
Dilihat dari sudut sumberdaya perikanan, Kabupaten Lamongan
mempunyai potensi yang cukup besar selain wilayahnya yang berbatasan
langsung dengan Laut Jawa, di Kabupaten Lamongan juga sangat cocok
untuk di kembangkan budidaya air payau (tambak). Potensi sumberdaya
perikanan yang cukup besar tersebut memberikan keuntungan yang cukup
besar pula, dimana dengan adanya kebijakan otonomi daerah Kabupaten
Lamongan sepenuhnya dapat mengelola sumberdaya perikanan yang ada
secara bertanggung jawab. Pengelolaan sumberdaya perikanan
diharapkan dapat mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya yang selama
ini dirasakan belum optimal dan nantinya juga diharapkan dapat menjadi
tumpuan perekonomian di Kabupaten Lamongan yang dapat digunakan
sebagai sumber biaya operasional pembangunan daerah
setempat.Sedangkan sektor perikanan merupakan salah satu potensi
terbaik dari Kabupaten Lamongan, karena sumberdaya perikanannya
cukup besar khususnya perikanan budidaya tambak dan perikanan
tangkap (laut). Dengan peran pasar dan petani ikan yang dikelola dengan
baik oleh pemerintah Lamongan, hal ini menjadikan Kabupaten Lamongan
menjadi salah satu sentra produksi perikanan terbesar di Jawa
Timur.Produksi hasil perikanan di Kabupaten Lamongan sebagian besar
merupakan hasil budidaya tambak dengan komoditi udang dan bandeng,
juga perikanan tangkap dengan komodb iti terbanyak adalah ikan layang,
kuningan, tembang, tongkol, dan tengiri. Penentuan kebijakan yang
berkaitan dengan pengelolaan wilayah pesisir dan laut untuk berbagai
kegiatan seperti tambak, budidaya laut, industri, dan lain - lain selain
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
17/37
13 | K E L O M P O K 2
didasarkan pada kepentingan pemerintah, juga mempertimbangkan
kebutuhan-kebutuhan masyarakat sebagai pengguna sumberdaya. Oleh
karena itu potensi sumberdaya perikanan ini perlu dilakukan pengelolaan
secara terpadu dan berkelanjutan dengan sebuah kegiatan pemetaan
wilayah pesisir dan laut sebagai langkah awalnya (DKP, 2003).
Kabupaten Lamongan merupakan penghasil ikan terbesar di Jawa
Timur. Berbagai jenis hasil tangkapan nelayan Kabupaten Lamongan
antara lain ikan laying, kuningan, tongkol, tengiri, kakap merah, rajungan,
dorang, dan cumi-cumi.Pemasarannya meliputi daerah-daerah Jawa Timur,
Jawa Tengah, Jogjakarta, dan Jakarta. Bahkan dengan pembangunan
Cold Storage (instalasi pendinginan) di Paciran, pemasarannya bisa
menembus pasar ekspor Taiwan, China, Jepang, Negara-negara Eropa
dan Amerika Serikat
Di sektor perikanan darat, para petani tambak yang difasilitasi
pemerintah Kabupaten Lamongan tergabung dalam Asosiasi
Pembudidayaan Ikan Lamongan (ASPELA) telah berhasil meningkatkat
harga jual ikan bandeng di Lamongan. Pada awal tahun 2004 ASPELA
berhasil memberangkatkatkan ekspor perdananya ke Jepang sebanyak 2
(dua) kontainer atau 48 ton pada pada 29 April 2004 lalu. Dan saat ini
setiap bulannya ASPELA mengekspor ke Jepang sebanyak 8 kontainer
atau 192 ton dengan total nilai sebesar 1,5 Milyar.
Pada tahun 2005 lalu lahan sawah tambak yang tersebar di beberapa
lokasi seluas 23.602 hektar, produksinya mencapai 23.216 ton lebih.
Selain dari sektor perikanan, sektor pertanian, perdagangan, dan
pariwisata adalah potensipotensi terbaik dari Lamongan. Karena sektor
sektor inilah yang menjadikan Lamongan lebih berkembang dan maju. Dari
sektor pariwisata, saat ini banyak investor-investor asing yang
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
18/37
14 | K E L O M P O K 2
menanamkan modal besar untuk berkembangan kawasan pariwisata
Lamongan. Menurut (BAPPEDA, 2014), banyaknya investor untuk
kawasan pariwisata yang masuk karena memang pariwisata di Lamongan
saat ini menjadi potensi terbaik, karena melalui pertimbangan lokasi yang
dekat pesisir dan laut serta masih rapinya tatanan wilayah kota Lamongan
sehingga ketika sektor pariwisata dikembangkan akan dapat menarik minat
wisatawan yang tentunya akan memberikan feedbackbaik untuk kemajuan
ekonomi dan kehidupan masyarakat Lamongan. Sektor pariwisata ini
terbagi menjadi berbagai macam, beberapa contoh sektor pariwisata yang
paling diminati adalah WBL (Wisata Bahari Lamongan), Goa Maharani,
makam Sunan Drajat dan masih banyak lagi.
2.3.2 Ancaman Wilayah
Dari segi fisik, wilayah Lamongan dilewati oleh Bengawan Solo
dan sebagian wilayahnya berada pada dataran rendah, hal ini
menyebabkan sering terjadinya bencana banjir di wilayah Kabupaten
Lamongan. Sebagian wilayah Kabupaten Lamongan berada pada Daerah
Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo yang secara hidrologis merupakan
floodplain area. Pada tahun 2008 jebolnya tanggul Widang di Kabupaten
Tuban yang berada pada kawasan sungai yang lebih hulu, menjadi salah
satu isu utama penyebab banjir luapan Bengawan Solo di wilayah 8
Kecamatan di Kabupaten Lamongan diantara Laren, Maduran, Sekaran,
Babat, Kalitengah, Karangbinangun, Glagah dan Karanggeneng, dengan
kondisi terparah terpantau di Kecamatan Laren. Sedangkan pada
tahun2009, banjir yang terjadi di Kabupaten Lamongan menyebabkan
sedikitnya tujuh kecamatan terendam, yakni Kecamatan Babat, Laren, Turi,
Deket, Karanggeneng, Kalitengah, dan Glagah (ITS, 2010).
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
19/37
15 | K E L O M P O K 2
Selain ancaman banjir yang terjadi di Kabupaten Lamongan, saat
ini yang menjadi trending topic adalah mengenai ancaman kerusakan
wilayah pesisir akibat reklamasi pantai dan beberapa kegiatan
pembangunan perusahaan-perusahaan industri dan pariwisata. Masalah ini
akan menjadi dampak jangka panjang bagi kawasan konservasi dan
kelimpahan sumberdaya laut. Karena saat ini yang diterima oleh
masyarakat dan nelayan hanya keuntungan sektor ekonomi dari dampak
pembangunan, namun tidak mementingkan keberlanjutan jangka panjang
termasuk kelimpahan sumberdaya laut yang pasti nantinya akan terkena
dampak kegiatan industri seperti masuknya limbah cair ke perairan. Dari
hal dan permasalahan tersebut, maka adanya green zone dan Marine
Protected Area (MPA) sangat diperlukan ketika adanya kegiatan
pembangunan dan industri di wilayah pesisir Lamongan. Selain itu,
pemerintah hendaknya mewajibkan setiap perusahaan yang mengadakan
proyek di pesisir, untuk menggunakan standar operasional Internasional
sehingga limbah hasil industri mendapatkan treatment terlebih dahulu
sebelum dibuang ke perairan nantinya.
2.4 Kelembagaan (lingkungan hidup)
2.4.1 Keterkaitan stakeholder
Sektor pariwisata merupaka salah satu sector andalan bagi
pemerintah Indonesia untuk menghasilkan devisa Negara, oleh karena itu
pemanfaatan, pengembangan, pengolahan dan pembiayaan kawasan
wisata harus mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dengan
melibatkan peran lembaga-lembaga pemerintah, stakes holder yang terkait
serta partisipasi oleh seluruh masyarakat dalam berbagai hal kebijakan dan
program yang akan diambil.
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
20/37
16 | K E L O M P O K 2
Berdasarkan keterkaitan diatas, maka usaha pemerintah daerah
membangun pariwisata tidak lepas dari upaya peningkatan seperti retribusi
karcis masuk objek wisata, retribusi penjualan, parker, dan retribusi pajak
hiburan, hotel, restaurant. Sedangkan perluasan kesempatan berusaha
misalnya, penambahancafe, perusahaan travel, dan para pedagang kaki
lima lainnya. Dengan berkembangnya usaha ekonomi makaakan dengan
sendirirnya membuka peuang kesempatan kerja di sector tersebut yang
pada akhirnya dapat memberikan peningkatan pendapatan masyarakat itu
sendiri.
Hal ini semua dapat tercipta karena adanya hubungan baik
dankerjasama yang dilakukan pemerintah bersama pihak stake holder di
bidang pariwisataan. Untuk itu, perlu ditetapkan kebijakan-kebijakan yang
bertujuan untuk mendorong pengembangan kegiatan pariwisataan.
Kebijakan-kebijakan yang tersebut harsu mengakomodir prinsip-prinsip
pariwisata berkelanjutan, meliputi kesejahteraan local, penciptaan
lapangan kerja, konservasi sumber daya alam, pemeliharaan dan
peningkatan kualitas hidup, dan antar generasi dalam distribusi
kesejahteraan.
2.4.2 Konflik kepentingan
Dalam pembangunan semacam ini biasanya sering terjadi konflik
kepentingan antara pihak satu dan pihak yang lainnya. Kedudukan yang
tinggi juga dapat mempengaruhi adanya konflik ini. Para stake holder yang
memiliki jabatan lebih tinggi biasanya mencampur adukkan kepentingan
pribadi dan kepentingan proyek, ha ini yang dapat memicu adanya konflik.
Adanya kesalahpahaman antara pihak satu dan pihak lainnya dapat
menjadikan konflik yang didasari karena kepentingan pribadi.
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
21/37
17 | K E L O M P O K 2
3. PEMBAHASAN
3.1 Hasil Lapang
3.1.1 Ringkasan Wawancara BAPPEDA
Praktikum Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Terpadu
dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2014 yang bertempat di BAPPEDA dan
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), Lamongan. Pada praktikum yang
bertempat di BAPPEDA dilakukan sesi wawancara dengan Aris Wibawa
selaku Kepala BAPPEDA dan perangkat lainnya, adapun isi ringkasan
wawancara tersebut adalah sebagai berikut :
Banyak permasalahan yang terjadi di wilayah pesisir Kabupaten
Lamongan diantaranya adalah adanya illegal fishing, degradasi lingkungan,
kemiskinan, kerusakan ekosistem pesisir dan pencemaran lingkungan.
Terkait dengan adanya degradasi lingkungan yang telah terjadi, Pemerintah
setempat berupaya untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan melalui
setiap kegiatan atau usaha harus memilki perijinan dan menyangkut
kepedulian terhadap lingkungan. Bagi para pengusaha yang akan mendirikan
suatu usaha, setelah mendapatkan perijinan maka mereka akan selalu
dipantau atau diawasi oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan. Hal tersebut
dilakukan guna menghindari dan meminimalisir terjadinya kerusakan
lingkungan di Kabupaten Lamongan. Selain itu, apabila usaha yang telah
didirikan tersebut menimbulkan dampak pencemaran, maka pihak yang
terkait harus bertanggung jawab untuk mengatasi pencemaran yang
ditimbulkan.
Sebagai salah salah satu contohnya perusahaan yang menimbulkan
dampak pencemaran adalah oleh PT KL. Upaya yang dilakukan oleh
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
22/37
18 | K E L O M P O K 2
Pemerintah Kabupaten Lamongan untuk mengatasi terjadinya pencemaran
yang dilakukan oleh PT KL adalah memberikan pembinaan mengenai cara
mengatasi pencemaran, disamping itu juga melibatkan LSM dan masyarakat
setempat. PT KL juga bertanggung jawab terhadap terjadinya pencemaran
yang telah ditimbulkan yaitu, melalui ganti rugi terhadap masyarakat yang
mengalami kerugian akibat pencemaran, serta tambak masyarakat yang tidak
mengalami pencemaran juga diberi ganti rugi. Selain itu pihak PT KL
mendatangkan alat yang berasal dari Taiwan beserta teknisinya untuk
mengatasi pencemaran akibat dari kegiatan perusahaan tersebut.
Seperti yang telah kita ketahui pantai utara banyak mengalami abrasi
pantai, termasuk Kabupaten Lamongan salah satunya, dan upaya
Pemerintah setempat untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah
dengan cara membuat bangunan pemecah gelombang atau disebut juga
Breakwater. Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam setiap perencanaan
untuk mengelola lingkungan hidup selalu melibatkan masyarakat dalam hal
teknis, dimana masyarakat memilki tugas untuk melakukan pengawasan
terhadap lingkungan dan sebagai pelapor apabila terjadi kerusakan
lingkungan ataupun pencemaran, selain itu juga membentuk LSM untuk
membantu tercapainya pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik.
Adapun upaya lain yang dilakukan untuk mengatasi adanya abrasi
pantai, diantaranya dengan menanam kembali mangrove. Tetapi hal ini
menjadi masalah karena penanaman mangrove yang telah dilakukan
sebelumnya ditanam di tanah milik warga sehinga pemerintah tidak bisa
melindungi mangrove tersebut setelah dijual atau dialih fungsi lahan oleh
pemiliknya. Sehingga pemerintah kabupaten Lamongan berupaya untuk
untuk melakukan penanaman mangrove di bantu dengan masyarakat sekitar
yan peduli akan pentingnya mangrove bagi lingkungan dan juga melibatkan
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
23/37
19 | K E L O M P O K 2
LSM. Disamping itu untuk mengatasi kerusakan lingkungan di pesisir dan laut
ada beberapa tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Lamongan yaitu, membuat rumah ikan, melakukan sosialisasi menenai alat
tangkap yang ramah lingkungan dan mensosialisasikan nelayan setempat
untuk tidak menggunakan bahan peledak dan bahan kimia berbahaya dalam
aktivitas penangkapan ikan, dan membantu nelayan miskin dengan cara
memberikan alat tangkap bubu yang ramah lingkungan dengan tujuan untuk
menjaga keseimbangan lingkungan.
3.1.2 Kondisi Lapang
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Lamongan merupakan
salah satu unsur perencanaan penyelenggaraan Pemerintah yang
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah (BAPPEDA,2012).
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten
Lamongan terletak dipusat kota, dimana berhadapan langsung dengan Alun-
alun Kota Lamongan dan banyak bangunan - bangunan lain seperti Masjid,
dan kantor Pemerintahan Kabupaten Lamongan.
Kondisi lapang pada saat praktikum di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Brondong Lamongan adalah, banyak sampah yang berserakan
disekitar Pelabuhan serta kondisi perairan yang keruh dan sudah tercemar
akibat dari beberapa limbah perikanan tangkap maupun limbah industri yang
ada di Pelabuhan seperti minyak, oli, dan bahan bakar lain. Pada Pelabuhan
Perikanan tersebut juga banyak dijumpai kapal - kapal nelayan yang
bersandar, banyak pula aktivitas perdagangan dalam bidang perikanan
(seperti perdagangan hasil perikanan tangkap ikan, jenis Crustacea) dan
terdapat nelayan yang pulang dari aktivitas penangkapan ikan.
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
24/37
20 | K E L O M P O K 2
Gambar. Aktiv itas di Pelabuhan Perikanan (PPN) Brondong Lamongan
Adanya Operasional Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong
sangat diperlukan dalam pengembangan sektor perikanan setempat, karena
pelabuhan tersebut dapat memudahkan para nelayan penangkap ikan untuk
mengeksploitasi sumber daya perikanan, serta pelabuhan tersebut
merupakan lahan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Hal itu sangatlah
beralasan, karena selain menunjang aktivitas penangkapan ikan didaerah
setempat, pada pelabuhan tersebut juga merupakan pusat jual beli hasil
perikanan (Maiditama,2008).
3.2 RT/RW
3.2.1 Ringkasan RT/RW
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan suatu perencaan
pada penggunaan lahan pada suatu kawasan yang disertakan dengan
hukum atau aturan yang dibuat oleh daerah wilayah setempat. Tujuan
adanya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) adalah agar terwujudnya
pemanfaatan ruang yang berwawasanlingkungan serta berkualitas, dan
untuk terselenggarakannya pengaturan pemanfaatanruang kawasan
lindungdan kawasan budidaya. Pada Kabupaten Lamongan memiliki luas
ruang wilayah yang cukup dan banyak potensi untuk dikembangkan dan
http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkunganhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ruang_kawasan_lindung&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ruang_kawasan_lindung&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ruang_kawasan_lindung&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ruang_kawasan_lindung&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ruang_kawasan_lindung&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ruang_kawasan_lindung&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan -
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
25/37
21 | K E L O M P O K 2
dimanfaatkan. Potensi-potensi tersebut diantaranya adalah pada sektor
industri, perikanan, pertanian, dan pariwisata. Akan tetapi keberadaan
potensi tersebut belum dikelolan dan dimanfaatkan secara optimal.
Kabupaten Lamongan telah merencakan stuktur ruang pada
pengembangan sistem pedesaan sebagai kawasan agropolitan, minapolitan
serta sentra bahan baku pangan. Pada Kecamatan Brondong merupakan
salah satu lokasi dalam praktikum Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut
Terpadu termasuk dalam kawasan minapolitan bersamaan dengan
Kecamatan Paciran dan Kecamatan Glagah. Sedangan pada
pengembangan sistem perkotaannya terbagi menjadi beberapa kelompok
yaitu, sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang bertempat di Perkotaan
Lamongan, Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) yang bertempat di
Perkotaan Brondong-Paciran, Perkotaan Babat, Perkotaan Sukodadi, dan
Perkotaan Ngimbang PKLp ini nantinya akan ditetapkan sebagi Pusat
Perkotaan Lokal (PKL), dan yang terakhir sebagai Pusat Pelayanan
Kawasan (PPK) meliputi perkotaan Sukorame, perkotaan Bluluk, perkotaan
Sambeng, perkotaan Mantup, perkotaan Kembangbahu, perkotaan Sugio,
perkotaan Kedungpring, perkotaan Modo, perkotaan Pucuk, perkotaan
Tikung, perkotaan Sarirejo, perkotaan Deket, perkotaan Glagah, perkotaan
Karangbinagun, perkotaan Turi, perkotaan Kelitengah, perkotaan
Karanggeneng, perkotaan Sekaran, perkotaan Maduran, perkotaan laren
dan perkotaan Solokuro, yang berfungsi melayani kegiatan skala kecamatan
atau beberapa desa.
Berdasarkan sistem perwilayahan Wilayah Pengembangan (WP)
Kabupaten Lamongan yang terdiri dari 27 kecamatan dibagi kedalam lima
wilayah pengembangan. Tiap pusat wilayah pengembangan akan memiliki
fungsi dan peran yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Kecamatan
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
26/37
22 | K E L O M P O K 2
Brondong, sebagai lokasi penelitan masuk kedalam wilayah pengembangan
II. Berikut sistem perwilayahan wilayah pengembangan II (WP II) :
1. WP II Paciran-Brondong ini meliputi Kecamatan Paciran, Kecamatan
Brondong, Kecamatan Laren, dan Kecamatan Solokuro, dengan
pusat pelayanan di Perkotaan Paciran dan Brondong.
2. Fungsi dan peranan perkotaan sebagai pusat WP yaitu, sebagai
pusat pemerintahan skala kecamatan/lokal, sebagai pusat
perdagangan skala regional, sebagai pusat industri besar dan
strategis nasional, sebagai pusat transportasi nasional, sebagai pusat
pengembangan kawasan minapolitan, sebagai pusat pelabuhan dan
indusri perikanan skala regional dan nasional, sebagai pusat kegiatan
pariwisata skala regional, sebagai pusat pelayanan pelabuhan
barang skala regional, dan sebagai pusat pengembangan pendidikan.
3. Kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan di WP ini yakni,
Pengembangan pelayanan umum skala kecamatan, pengembangan
kegiatan perdagangan dan jasa, pengembangan industri besar,
pengembangan transportasi darat, pengembangan kegiatan
pelabuhan dan perikanan laut, pengembangan kegiatan wisata skala
regional, dan penggembangan kegiatan pendidikan.
4. Kegiatan utama sebagai pendukung WP ini yaitu, Pengembangan
kegiatan industri (Kerakinan Rakyat), pengembangan pertanian,
pengembangan pertambangan, pengembangan peternakan,
pengembangan kehutanan, dan perlindunagn kawasan lindung
(mangrove).
Rencana pola ruang untuk kawasan budidaya yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk membudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumber daya alam, sumberdaya manusia, dan sumber daya buatan yang
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
27/37
23 | K E L O M P O K 2
meliputi kawasan hutan, kawasan pertanian, kawasan pertambangan,
kawasan perindustrian, kawasan pariwisata dan kawsan pemukiman.
Kawasan peruntukan industri ditetapkan dengan kriteria berikut:
1. Berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri.
2. Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup.
3. Tidak mengubah lahan produktif.
Kawasan peruntukan perikanan ditetapkan pula sebagai wilayah
yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri yakni, industri pengolahan
hasil perikanan. Kawasan industri yang dikembangkan akan berpusat pada
dua lokasi, yakni di Utara (Kecamatan Paciran dan Brondong) dan Selatan
(Kecamatan Ngimbang dan Sambeng). Rencana pengembangan kawasan
peruntukan industri direncanakan seluas 6.085 ha, meliputi :
1. Pengembangan kawasan industri besar, merupakan kawasan industri
polutan yang terletak di wilayah :
Kecamatan Paciran dan Brondong beserta wilayah
pengembangan.
Kecamatan Ngimbang (kawsan agropolitan) beserta wilayah
pengembangannya.
2. Pengembangan industri UMKM, merupakan industri kerajinan yang
menyebar di 27 kecamatan. Pengembangan industri UMKM adalah
sebagai berikut:
Pengembangan kawsan sentra industri kecil terutama pada
kawasan pedesaan dan perkotaan.
Pengembangan fasilitas perekonomian berupa koperasi pada
setiap pusat kegiatan perkotaan dan perdesaan.
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
28/37
24 | K E L O M P O K 2
Pengembangan ekonomi dan perdagangan dengan
pengutamaan UKM.
Penetapan skenario ekonomi wilayah yang menunjukan
kemudahan dalam berinvestasi dan Penjelasan tentang
kepastian hukum yang menunjang investasi.
Secara umum, upaya pengembangan/pengolahan kawasan industri di
Kabupaten Lamongan, meliputi:
1. Pengembangan kawasan sentra industri kecil terutama pada
kawasan perdesaan dan perkotaan.
2. Pengembangan failitas perekonomian berupa koperasi pada setiap
pusat kegiatan perkotaan dan pedesaan.
3. Pengembangan ekonomi dan perdagangan dengan pengutamaan
UKM.
4. Penetapan skenario ekonomi wilayah yang menunjukan kemudahan
dalam berinvestasi dan penjelasan tentang kepastian hukum yang
menunjang investasi.
3.2.2 Analisa RT/RW
a. Kesusaian RT/RW dengan kondisi lapang
Berdasarkan data hasil lapang yang dilakukan di Pelabuhan
Perikanan Nusantara Brondong Kabupaten Lamongan, bila ditinjau dari
kriteria kawasan peruntukan sektor industri pada kawasan tersebut, dapat
dikatakan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang telah
ditetapkan. Hal tersebut sesuai pada poin 1 hingga poin 3, yaitu:
1. Kawasan industri berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan industri.
2. Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup.
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
29/37
25 | K E L O M P O K 2
3. Tidak mengubah lahan produktif.
Pada poin 1, jelas bahwa Kecamatan Brondong merupakan wilayah
yang digunakan sebagai kegiatan Industri. Hal ini berkaitan dengan
penetapan kawasan pengembangan Industri oleh pemerintah Kabupaten
Lamongan di kawasan Utara. Sedangkan pada poin 2 dan 3 , tidak
mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan/atau tidak mengubah
lahan produksi, menurut hasil pengamatan lapang, sesuai karena
perindustrian (Industri es batu, Industri bahan bakar/solar, dan Industri unit
bengkel dan Charge Accu) yang ada di kawasan Pelabuhan Perikanan
Nusantara Brondong berada dikisaran pantai sehingga tidak mengubah
lahan produksi, serta jauh dari pemukiman.
b. Ketidaksesuaian RT/RW dengan kondisi Lapang
Berdasarkan data dari hasil observasi lapang pada Pelabuhan
Perikanan Nusantara Brondong Lamongan, mengenai Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) pada bidang industri tidak terdapat Ketidaksesuaian pada
RTRWnya. Akan tetapi dalam bidang industri yang berada didaerah
tetsebut, perlu dilakukannya pemantauan secara intensif sehingga akan
terwujud sektor industri yang diinginkan, sesuai dengan RTRW yang telah
ditetapkan.
3.3 Studi Kasus dan Pembahasan
Dalam survei lapang yang dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Brondong, Lamongan, didapat beberapa unit usaha yang dijalankan oleh
masyarakat setempat, akan tetapi banyak pula ditemukan beberapa isu terkait
dengan unit-unit usaha yang ada. Isu permasalahan yang ditemukan diantaranya
adalah sebagai berikut :
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
30/37
26 | K E L O M P O K 2
NoNama
Tempat
KoordinatPotensi Pemanfaatan Isu
Lintang Bujur
1 Unit Bengkeldan Charge
Accu
Charge accu kapal
Setting Elektrik kapaldan pelabuhan
Bengkel reparasi &
servis mesin
Charging accu kapal
Pemasangan/perbaikanelektrisitas pada kapal
Reparasi mesin
Buid up permesinanpada kapal
Estetika rendah
Teknisi ahli kurangmemadai
Limbah mesin/besi
2 TankiPenyimpananBBM
Penyimpanan BBM Distribusi BBM Diperlukan penambahanunit tanki
Diperlukan pengecekan &perawatan
3 Unit TPIBrondong
Kapasitas produksitinggi
Ekspor hasil keEropa & Jakarta
Unit Pemasaran
Sebagai wadahpemasaran hasil laut
Nilai Estetika rendah(kumuh)
Kesan higenis tidak ada
Penataan stan penjualanburuk
Rawan konflik
4 Unit PabrikEs Brondong
Unit produksi es
multinasional
Produksi es unutkpengawetan ikan
Persaingan lokal enganpabrik lain
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
31/37
27 | K E L O M P O K 2
Pembahasan
Industri bengkel dan charge accu adalah usaha yang didirikan oleh
masyarakat sekitar TPI Brondong yang bergerak dibidang penyetruman dan
bengkel accu. Karena masih banyaknya warga dan nelayan yang
menggunakan accu untuk kapal atau mesin lainnya, sehingga usaha ini
sangat prospektif. Namun diantara latar belakang tersebut, terdapat
beberapa kendala yang muncul diantaranya kemampuan pegawai dan
teknisi yang belum begitu handal serta minimnya alat bantu yang digunakan
teknisi untuk kegiatan pekerjaan. Selain itu, limbah barang atau besi yang
tergeletak dan tidak terawat juga menjadi limbah padat yang menyebabkan
kerusakan lingkungan. Dari permasalahan tersebut, dapat diambil solusi
yaitu penambahan jumlah teknisi handal dan fasilitas bengkel yang memadai
sehingga meningkatkan kinerja bengkel yang lebih maksimal.
Selain usaha bengkel dan penyetruman accu, didekat lokasi
bengkel terdapat tangki penampungan solar dan bbm untuk mencukupi
kebutuhan kapal para nelayan. Namun jumlah tangki yang tersedia masih
sedikit, yaitu hanya satu tangki utama dan satu tangki cadangan. Mengingat
jumlah kapal besar sangat banyak dan jumlah tangki penampungan yang
hanya satu itu sangat kurang sehingga dibutuhkan pembangunan tangki
utama sekitar 2-3 unit lagi dan teknisi untuk pemantauan dan perawatan
tangki agar selalu terdeteksi setiap permasalahan yang mungkin timbul.
Unit usaha yang ketiga adalah TPI atau Tempat Pelelangan Ikan itu
sendiri. TPI Brondong ini adalah salah satu TPI terbesar di Jawa Timur. TPI
ini menghasilkan sekitar 15 ton ikan pada saat sepi dan mencapai lebih dari
100 ton ikan tiap hari pada saat ramai. Namun diantara beberapa kelebihan
TPI tersebut, terdapat banyak kekurangan yang timbul dari setiap
permasalahan tempat pelelangan ikan, yaitu adanya limbah. Limbah tersebut
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
32/37
28 | K E L O M P O K 2
berasal dari ikan-ikan hasil fillet seperti darah dan tulang yang dibuang
langsung ke laut sehingga menimbulkan bau yang sangat menyengat. Dari
permasalahan limbah yang timbul dapat dilakukan penyediaan fasilitas yang
menunjang untuk kebersihan lingkungan TPI Brondong, serta dilakukan
treatment pada limbah yang dihasilkan baik yang berasal dari hasil
penangkapan nelayan maupun hasil produksi perikanan.
Pada unit usaha pabrik es berfungsi sebagai penyimpanan maupun
pengawetan ikan hasil tangkapan nelayan setempat. Sehingga pabrik es
tersebut sangat penting keberadannya, akan tetapi pad unit pabrik es
tersebut terdapat permasalahan yang dihadapi yaitu adanya persaingan
antar pabris es satu dengan yang lain dan adanya kendala dalam
pemasaran yang hanya sampai pada daerah Gresik. Dengan adanya hal
tersebut dapat dicarikan solusi yaitu berupa mengembangkan produk yang
unggul serta mengoptimalkan kualitas, reduksi harga regional sehingga
permintaan local lebih tinggi.
3.4 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut
3.4.1 Kendala Pengelolaan Wilayah Pesisir
Menurut (Soemarno et all, 2014), Kendala Perkembangan Wilayah
Pesisir Pantai Tiga faktor utama yang menyebabkan lambatnya
perkembangan teknologi yang dapat berdampak pada perbaikan
kesejahteraan nelayan pendega adalah (i) faktor ekonomi, (ii) faktor sosial
budaya,(iii) faktor sosial politik. Beberapa kendala yang termasuk faktor
ekonomi adalah (1) sektor per- ekonomian wilayah yang masih didominasi
oleh sektor primer penangkapan ikan, (2) penguasaan skill, modal dan
teknologi oleh nelayan sangat terbatas, (3) distribusi pendapatan yang relatif
tidak merata,(4) prasarana penunjang perekonomian di pedesaan yang
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
33/37
29 | K E L O M P O K 2
masih terbatas, (5) hampir seluruh komoditi perikanan yang dihasilkan
dipasarkan keluar daerah sehingga sebagian besar nilai tambah komoditi
dinikmati oleh lembaga perantara yang terlibat dalam pemasaran. Beberapa
kendala sosial budaya adalah (1) struktur dan poal perilaku sosial budaya
yang masih berorientasi kepada kebutuhan subsisten,(2) sarana pelayanan
sosial yang masih terbatas, (3) proporsi penduduk usia muda cukup besar
dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah,(4) tingkat pengangguran
musiman yang cukup besar,(5) kualitas kehidupan rata-rata masih rendah.
Kendala sosial politik adalah partisipasi masyarakat pedesaan pantai di
dalam pembangunan belum dapat tersalurkan secara lugas (pen- dekatan
top down masih lebih kuat dibandingkan dengan bottom up).
Banyaknya limbah domestik dan tingginya tingkat sedimentasi yang
masuk ke Dalamwilayah pesisir Lamongan, perlu dilakukan suatu bentuk
pengendalian, pencemaran limbah dan pengaturan pengelolaan Daerah
Aliran Sungai (DAS). Hal ini merupakan masalahkritis, sehingga
perludilakukan tindakan langsung baik secara hukum formal
maupunhukumadat untuk menciptakan pengendalian terhadap kegiatan-
kegiatan yang dapat merusak lingkungan (Rahmawati,2004).
Dalam Implementasinya, pola pengelolaansumberdaya pesisir dan
lautan yang selama ini sangat bertentangan dengan apa yang telah
digariskan dalam pasal tersebut, pelaksanaannya masih bersifat top down,
artinya semua kegiatan pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan mulai
dari membuat kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
monitoring dilakukan sepenuhnya oleh pemerintahtanpa melibatkan
partisipasi masyarakat lokal, padahal apabiladilihat karakteristik wilayah
pesisir dan lautan baik dari segi sumberdaya alam maupun dari
masyarakatnya sangat kompleks danberagam, sehingga dalam pengelolaan
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
34/37
30 | K E L O M P O K 2
wilayah pesisir dan lautan seharusnya secara langsung melibatkan
masyarakat lokal
3.4.2 Solusi Penanggulangan
Menurut (Soemarno et all, 2014), upaya penataan kawasan ini perlu
dilakukan secara terpadu/terintegrasi dengan kontinuitas fisik kawasan tanpa
memandang batas wilayah administratif, serta memerlukan perlakuan
khusus terhadap wilayah-wilayah yang memiliki karakteristik tertentu. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun suatu pedoman
pengarutan ruang di Kawasan Pesisir Pantai(Yessy, 2014).
Untuk menangani banyaknya limbah domestik dan tingginya tingkat
sedimentasi yang mauk kedalam wilayah pesisir Lamongan dapat dilakukan
dengan pengelolaan dan pengusahaan kawasan wilayah pesisir yang
memiliki dimensi keterpaduan ekologis, sektoral, disiplin ilmu serta
keterpaduan antar stakeholders,sehingga tujuan pembangunan
berkelanjutan dapat tercapai yaitu pertumbuhan ekonomi, perbaikan kualitas
lingkungan serta adanya kepedulian antar generasi(Rahmawati,2004).
Kebijakan pemerintah Republik Indonesia tentang Otonomi Daerah
dan desentralisasi dalam pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan
lautan, maka sudah semestinya bila pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya pesisir secara langsung melibatkan partisipasi masyarakat lokal
baik dalam perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi, sehingga
mampu menjamin kesejahteraan dan kelangsungan hidup masyarakat lokal
serta kelestarian pemanfaatan sumberdaya pesisir tersebut (Yessy, 2014)
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
35/37
31 | K E L O M P O K 2
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kabupaten Lamongan terletak pada 6o51 54 - 7o23 06 LS dan122o
04 04- 112o 33 12 BT dengan luas wilayah mencapai 1.812,80 Km2 serta
panjang garis pantai sepanjang 47 km. Kabupaten Lamongan memiliki potensi
sumberdaya perikanan yang sangat besar, dimana potensi tersebut meliputi
perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri dan pariwisata. Namun potensi
tersebut juga terdapat beberapa permasalahan di daearh tersebut, termasuk
adanya illegal fishing, degradasi lingkungan, kemiskinan, kerusakan ekosistem
pesisir dan pencemaran lingkungan.
Ada beberapa sektor industri yang terletak pada TPI Brondong,
diantaranya adalah Unit Bengkel dan Charge Accu, Tanki Penyimpanan BBM,
Unit Pabrik Es Brondong. Pada Industri tersebur banyak permasalahan yang
harus diselesaikan. Pada Unit Bengkel dan Charge Acuu memiliki potensi untuk
menunjang reparasi dan servis mesin kapal, namun ada pula permasalahan
dapat menimbulkan dampak berupa limbah yang mengakibatkan pencemaran
pada perairan sekitar TPI Brondong. Pada Indusrti Tanki Penyimpanan, dapat
memunculkan suatu permasalahan yaitu dibutuhkannya penambahan unit tangki
untuk menunjang kegiatan operasional perikanan setempat. Sedangkan untuk
Industri Pabrik Es memiliki permasalahan yaitu terdapatnya persaingan local
antara pabrik es satu dengan pabrik es yang lain. Sehingga dari permasalahan
tersebut harus segera diselesaikan baik oleh Pemerintah maupun masyarakat
setempat guna menunjang terbentuknya zona kawasdan industry yang sesuai
dengan RTRW yang telah ditetapkan melalui upaya penataan kawasan yang
dilakukan secara terpadu/terintegrasi dengan kontinuitas fisik kawasan.
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
36/37
32 | K E L O M P O K 2
Kabupaten Lamongan juga mempunyai RTRW, dimana RTRW digunakan
unruk merencaan penggunaan lahan pada suatu kawasan yang disertakan
dengan hukum atau aturan yang dibuat. Bila ditinjau dari kriteria kawasan
peruntukan sektor industri pada Kabupaten Lamongan, dapat dikatakan sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang telah ditetapkan.
4.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam Peraktikum Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Laut terpadu adalah sebaiknya dalam pengambilan data dilapang
lebih terstruktur sehingga praktikum yang dilakukan dapat berjalan dengan
lancar.
-
7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan
37/37
DAFTAR PUSTAKA
BAPPEDA, 2014 Laporan Dalam Penyambutan Studi Banding Mahasiswa FPIK
UB, 23 Mei 2014
BAPPEDA Jatim, 2012.http://bappeda.jatimprov.go.id/2012/01/16/besar-potensi-
miskin-produksi/.Diakses pada tanggal 30 Mei 2014.
DKP, 2003 Laporan Statistik Perikanan Kabupaten Lamongan. Dinas Perikanan
dan Kelautan. Lamongan
Hakim, Arif R.2013.www,kompasiana.com Diakses pada tanggal 31 Mei 2014.
ITS, 2010 Penelitian dan Laporan Pengelolaan Tata Ruang dan Wilayah
Kabupaten LamonganLamongan.2013. Potensi Daerah Lamongan.http://www.lamongan.go.id/potensi-
daerah.aspx
Lamongan.2009. Data Kependudukan Daerah Kabupaten Lamongan Tahun
2009-2012. http://lamongankab.bps.go.id/ index.php?hal
=tabel_cetak & id =28
Lamongan Kab.2014http://lamongankab.go.id/instansi/bappeda/. Diakses pada
tanggal 31 Mei 2014.
Lubis, Saut Maruli, 2006. Oseanografi Indonesia. Program Studi Oseanografi.ITB : Bandung
Rahmawati. 2004. Pengelolaan Kawasan Pesisir Dan Kelautan Secara Terpadu
Dan Berkelanjutan.
Soemarno, et all. 2014. Coastal Zone Management: Resources Utilization.
Yarjohan, 2012. Kondisi Gelombang Pantai Utara. http://www.yarjohan.com/
2012/ 04/ peranan- gelombang- terhadap- dinamika.html.
Diakses pada tanggal 25 Mei 2014. Pukul 10.30 WIB.
Yessy, Nurmalasari. 2014. Analisis Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis
Masyarakat.
http://bappeda.jatimprov.go.id/2012/01/16/besar-potensi-miskin-produksi/http://bappeda.jatimprov.go.id/2012/01/16/besar-potensi-miskin-produksi/http://www.lamongan.go.id/potensi-daerah.aspxhttp://www.lamongan.go.id/potensi-daerah.aspxhttp://lamongankab.bps.go.id/%20index.php?hal%20=tabel_cetak%20&%20id%20=28http://lamongankab.bps.go.id/%20index.php?hal%20=tabel_cetak%20&%20id%20=28http://lamongankab.go.id/instansi/bappeda/http://www.yarjohan.com/%202012/%2004/%20peranan-%20gelombang-%20terhadap-%20dinamika.htmlhttp://www.yarjohan.com/%202012/%2004/%20peranan-%20gelombang-%20terhadap-%20dinamika.htmlhttp://www.yarjohan.com/%202012/%2004/%20peranan-%20gelombang-%20terhadap-%20dinamika.htmlhttp://www.yarjohan.com/%202012/%2004/%20peranan-%20gelombang-%20terhadap-%20dinamika.htmlhttp://lamongankab.go.id/instansi/bappeda/http://lamongankab.bps.go.id/%20index.php?hal%20=tabel_cetak%20&%20id%20=28http://lamongankab.bps.go.id/%20index.php?hal%20=tabel_cetak%20&%20id%20=28http://www.lamongan.go.id/potensi-daerah.aspxhttp://www.lamongan.go.id/potensi-daerah.aspxhttp://bappeda.jatimprov.go.id/2012/01/16/besar-potensi-miskin-produksi/http://bappeda.jatimprov.go.id/2012/01/16/besar-potensi-miskin-produksi/
top related