publikasi ilmiah pengembangan taman budaya …eprints.ums.ac.id/36303/26/naskah publikasi...
Post on 06-May-2018
241 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PUBLIKASI ILMIAH
PENGEMBANGAN TAMAN BUDAYA RADEN SALEH
SEBAGAI PUSAT BUDAYA DI KOTA SEMARANG
(Penekanan Arsitektur Neo-Vernakular)
Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun oleh :
SALEHA MA’ADIN
D 300 120 033
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
NASKAH PUBLIKASI ILMIAH DENGAN JUDUL PENGEMBANGAN
TAMAN BUDAYA RADEN SALEH SEBAGAI PUSAT BUDAYA DI
KOTA SEMARANG
(Penekanan Arsitektur Neo-Vernakular)
Naskah Publikasi ini Telah Disetujui oleh Pembimbing Skripsi untuk
Dipublikasikan di Universitas Muhammadiyah Surakarta
Diajukan oleh:
SALEHA MA’ADIN
D 300 120 033
Surakarta, 4 Agustus 2015
Pembimbing Utama
(Dr. Ir. Qomarun, MM.)
iii
PENGEMBANGAN TAMAN BUDAYA RADEN SALEH
SEBAGAI PUSAT BUDAYA DI KOTA SEMARANG
(Penekanan Arsitektur Neo-Vernakular)
SALEHA MA’ADIN
D300 120 033
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRACT
Taman Budaya Raden Saleh adalah taman budaya yang didirikan pada
tahun 1998, yang awalnya bernama Museum Raden Saleh. Perkembangan
selanjutnya, kawasan ini direncanakan menjadi kawasan budaya yang mampu
menampung kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebudayaan, maka
namanya berubah menjadi Taman Budaya Raden Saleh (TBRS),namun semenjak
krisis ekonomi pada tahun 1997-an, kegiatan seni budaya mulai menurun seiring
dengan menurunnya jumlah pengunjung, sehingga banyak fasilitas berkesenian
yang terbengkalai dan menjadi kumuh.
Kajian diawali dengan mempelajari tinjauan mengenai Taman Budaya,
tinjauan tentang teori perancangan kota dan kawasan, serta didukung dengan
studi banding pada Taman Budaya Jawa Tengah dan Taman Budaya Yogyakarta.
Dilakukan juga tinjauan mengenai Kota Semarang dan kondisi eksisting Taman
Budaya Raden Saleh dan perkembangan penyelenggaraan kesenian dan
kebudayan di kota tersebut. Pendekatan perancangan arsitektural dilakukan
dengan konsep Arsitektur Neo Vernakular Jawa Tengah. Selain itu dilakukan
pendekatan fungsional, kinerja, teknis, dan konstekstual.
Kata kunci : Taman Budaya, Semarang, Neo-Vernakular
iv
1.1 Latar Belakang
Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia
sekaligus kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta,
Surabaya, Bandung, dan Medan. Sebagai salah satu kota paling berkembang
di Pulau Jawa, Kota Semarang mempunyai jumlah penduduk yang hampir
mencapai 2 juta jiwa. Bahkan, Area Metropolitan Kedungsapur (Kendal,
Demak, Ungaran - Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, dan Purwodadi -
Grobogan) dengan penduduk sekitar 6 juta jiwa, merupakan Wilayah
Metropolis terpadat ke 4, setelah Jabodetabek (Jakarta), Bandung Raya dan
Gerbangkertosusilo (Surabaya).
Meskipun merupakan kota metropolitan, Kota Semarang pada
dasarnya memiliki seni dan budaya yang sangat kental, didukung dengan
beragamnya penduduk di kota ini. Sebagai kota yang memiliki jumlah
penduduk yang banyak, Kota Semarang juga memerlukan suatu wadah untuk
mengekspresikan seni dan budaya. Bahkan potensi Kota Semarang dapat
dikatakan unik, dengan karakter budaya kental pesisiran hasil akulturasi
kebudayaan Jawa, Arab dan Cina. Keunikan ini merupakan potensi
tersembunyi yang dapat digali, serta tidak mustahil, Kota Semarang dapat
menjadi suatu asset seni dan budaya yang diperhitungkan di Jawa Tengah
(www.infosemarang.net). Saat ini taman budaya yang ada di kota atlas itu
dirasa kurang memadai untuk kegiatan pementasan budaya dengan
pengunjung yang cukup banyak.
Menurut pimpinan Teater Lingkar (Semarang), Suhartono, gedung
pertunjukan yang memadai sangat dibutuhkan terutama untuk pentas-pentas
berskala besar. Saat ini menurutnya satu-satunya gedung yang representatif
hanyalah Auditorium RRI Semarang, tetapi harga sewanya sangat mahal.
TBRS sangat mendesak direvitalisasi, mengingat fasilitas dan sarana yang
ada sekarang sangat kurang (Suara Merdeka, 13 februari 2012 ).
v
Tabel 1.1 Presentase Jumlah Pecinta Seni di Semarang
Gol.
Umur
JenisKesenianyangPalingSeringDilakukan
Jumlah Seni
Musik
Seni
Tari
Seni
Teater
Seni
Pahat
Seni
Lukis
Seni
Wayang
Seni
Lainnya
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10-14 37.98 53.62 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100%
15-19 40.23 44.83 6.90 2.30 1.15 1.15 3.45 100%
20-24 53.62 33.33 5.80 0.00 0.00 2.31 7.25 100%
25-29 59.32 25.42 5.08 0.00 0.00 3.45 10.17 100%
30-64 60.12 17.34 6.36 0.00 0.58 6.94 8.67 100%
65+ 66.67 0.00 0.00 0.00 0.00 1.15 3.33 100%
Rata-
rata
51.96 31.30 5.22 0.43 0.43 3.04 7.31 100%
Sumber: Direktorat Kesenian Ditjen. NBSF (2013)
Pemerintah Kota Semarang telah memulai langkah pengembangan
kesenian Semarang, dengan mendirikan Taman Budaya Raden Saleh (TBRS).
Taman budaya ini diperuntukkan bagi seniman Kota Semarang yang ingin
mengembangkan kreasinya. Fasilitas yang terdapat di taman ini berupa
gedung Ki Narto Sabdo, sanggar kesenian untuk melukis ataupun tari, dan
gedung pertemuan yang dapat dimanfaatkan untuk seminar maupun pameran.
Gambar 1.1
Tampak Depan Taman Budaya Raden Saleh
Sumber: www.seputarsemarang.com
vi
Gambar 1.2
Gedung Ki Narto Sabdo, Taman Budaya Raden Saleh
Sumber: www.seputarsemarang.com
Namun keberadaan Taman Budaya Raden Saleh kurang berkembang.
Joglo yang difungsikan sebagai sanggar, keadaannya sudah rusak, teater
terbuka yang kotor dan pedagang yang tidak rapi membuat taman ini kurang
diminati masyarakat. Namun begitu ditengah keterbatasan, TBRS tetap
menjalankan fungsinya sebagai taman budaya dengan mengadakan pagelaran
wayang orang secara rutin setiap malam minggu, yang disajikan oleh
kelompok Ngesti Pandowo.
Gambar 1.3
Bangunan Joglo, Taman Budaya Raden Saleh
Sumber: www.seputarsemarang.com
Bagi Kota Semarang yang memiliki luas sekitar 373,67 km2, pesona
keindahan wisata religi, budaya, dan kuliner dianggap mempunyai nilai jual
tersendiri. Demi mewujudkan dan membangkitkan pesona wisatanya, Pemkot
akan menggalakkan dan mengandalkan tiga potensi daerah, yaitu wisata
vii
religi, budaya, dan kuliner. Salah satunya adalah program ''Ayo Wisata ke
Semarang'' yang sudah diluncurkan sejak 11 November 2011.
Dalam mendukung program ''Ayo Wisata ke Semarang'', Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata akan mengadakan program wisata budaya.
Program Wisata Budaya ini berupa pertunjukan budaya dan kesenian di
Taman Budaya Raden Saleh, dengan dukungan kerjasama biro-biro travel
wisata di Semarang. Tentu untuk mendukung program wisata budaya ini,
dibutuhkan pelengkapan fasilitas pendukung di Taman Budaya sendiri,
seperti tempat penginapan, joglo terbuka untuk pertunjukan, dan lain.
Menurut Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Semarang,
tentang informasi investasi kota Semarang, di tahun 2014 pengembangan
Taman Budaya Raden Saleh memiliki peluang investasi sebesar 300 miliar
(www.bppt.multisolusi.info).
Mengenai Cognitive Recreation diperkuat pula oleh pernyataan
seorang budayawan, Butet Kertarejasa, “sebuah syarat sebuah kondisi masih
layak disebut waras adalah ketika masih ada kesenian dan kebudayaan
sebagai medan pengabdian” (www.lintanglanang.blogspot.com). Ungkapan
Butet menimbulkan pertanyaan bagi warga Semarang berkaitan dengan
minimnya aktifitas seni dan budaya kota Semarang, kemana kita dapat
menikmati aktifitas seni di kota ini.
Namun, hal ini bukan berarti menunjukkan bahwa Semarang tidak
memiliki potensi, bahkan Semarang juga memiliki tarian khas dan musik
Gambang Semarangan. Selain itu Semarang juga memiliki budayawan,
sastrawan, penulis, pelukis dan pekerja seni yang memerlukan ruang untuk
berkesenian, Ruang ini perlu diorganisir sehingga dapat menjadi galeri,
daerah, atau bahkan kampung seni dan budaya. Sekaligus juga sebagai tempat
konservasi dan pengembangan budaya Semarang dan Jawa Tengah.
Keberadaan aset seni dan budaya, memerlukan pendokumentasian
agar tidak punah, pendokumentasian dapat berupa tersedianya galeri dan
perpustakaan kesenian untuk menyimpan dan memamerkannya. Kemudian
untuk seni pagelaran memerlukan ruang untuk mengajarkan dan
viii
mementaskannya secara rutin agar, dapat diketahui dan dikembangkan
masyarakat.
Sebenarnya pemerintah Kota Semarang telah berusaha membang-
kitkan kegiatan di TBRS dengan menyewakan sebagian lahan pada pihak
swasta untuk dibangun Wonderia. Namun pembangunan Wonderia tidak
memberikan manfaat yang signifikan bagi perkembangan TBRS. Bahkan
Wonderia yang merupakan fasilitas rekreasi ternyata berdiri sendiri dan tidak
menunjang keberadaan TBRS.
Potensi lain dari Taman Budaya Raden Saleh adalah letaknya yang
strategis, berada di pusat kota, dan dekat dengan Gedung Wanita dan
Perpustakaan Daerah Jawa Tengah. Gedung Wanita adalah fasilitas milik
pemprov, yang dimaksudkan untuk kegiatan wanita. Sedangkan Perpustakaan
Daerah Jawa Tengah, merupakan perpustakaan umum yang melayani
masyarakat untuk memperoleh informasi melalui dunia buku.
Dari uraian tersebut, disimpulkan bahwa potensi seni dan budaya
Semarang memerlukan ruang untuk melestarikannya. Taman Budaya Raden
Saleh sebagai ruang yang mewadahi perlu ditata ulang dan dikembangkan.
Penataan dengan memperhatikan potensi di sekitar tapak dan pengembangan
berupa penambahan fasilitas akan meningkatkan peran TBRS sebagai taman
budaya yang memiliki fungsi rekreatif dan edukatif dalam berkesenian.
Bukan hanya menjual dan memamerkan produk seniman, namun juga sebagai
tempat tumbuh dan berkembangnya kesenian di Semarang.
Adapun untuk penekanan desainnya adalah arsitektur Neo Vernakular.
Pendekatan desain dipilih untuk tetap melestarikan kebudayaan lokal dalam
tampilan bangunan. Arsitektur Neo-Vernakular mempunyai arti ”bentuk-
bentuk yang mengacu pada bahasa setempat”, dengan mengambil elemen-
elemen arsitektur tradisional yang ada ke dalam bentuk modern. Salah satu
tujuan dari Arsitektur Neo-Vernakular adalah melestarikan unsur-unsur lokal
secara empiris dibentuk oleh tradisi turun-menurun hingga bentuk dan
sistemnya terutama yang berkaitan dengan iklim sesuai dengan alam
setempat.
ix
1.2 Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibutuhkan konsep
pengembangan Taman Budaya Raden Saleh sebagai pusat budaya di Kota
Semarang. Konsep ini harus mampu menampung berbagai pendapat, aspirasi
dan pertunjukan, baik dari seniman yang berkecimpung di dalam dunia seni
dan budaya, maupun para peminat dan penikmat kesenian dan kebudayaan.
Sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya kesenian di Semarang, maka
unsur-unsur budaya dan lingkungan, termasuk iklim setempat, yang
diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural berupa arsitektur neo-vernakular.
Bagaimana konsep pengembangan Taman Budaya Raden Saleh sebagai pusat
budaya di Kota Semarang?
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mendapatkan suatu landasan atau dasar konsep perencanaan dan
perancangan Pengembangan Taman Budaya Raden Saleh sebagai
Pusat Budaya di Kota Semarang.
b. Tujuan Khusus
Mendapatkan konsep perancangan Pengembangan Taman Budaya
Raden Saleh sebagai Pusat Budaya di Kota Semarang, dengan
suatu penekanan desain yang spesifik sesuai judul.
1.3.2. Sasaran
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang diambil
adalah pengkajian tentang Pengembangan Taman Budaya Raden
Saleh Semarang dengan pendekatan pada:
1) Konsep tata massa yang tepat yang mampu memaksimalkan
potensi alam pada site.
2) Konsep peruangan dan penzoningan dalam site yang sesuai
dengan kelompok kegiatan yang diwadahi.
x
3) Konsep ekspresi bangunan yang atraktif dengan pendekatan
arsitektur neo vernakular sehingga dapat menarik perhatian
masyarakat.
1.4 Tinjauan Pustaka
1.4.1 Pengertian Taman Budaya
Menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
0221/0/1991, Taman Budaya adalah sebuah institusi pemerintah yang
dibuat untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam berekspresi seni.
Institusi inilah yang kemudian harus bertugas memelihara dan
mengambil kebijakan yang tepat berkenaan dengan fasilitas seni yang
dikelolanya. Taman Budaya merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi atau
Pemerintah Kota. Taman Budaya pada dasarnya adalah pusat kesenian,
yaitu sebuah lokasi yang berisi fasilitas-fasilitas untuk berekspresi seni.
Fasilitas dalam Taman Budaya diberikan oleh pemerintah untuk
melayani kebutuhan masyarakat apabila mereka ingin berekspresi seni.
1.4.2 Peranan Taman Budaya
Taman Budaya mempunyai tugas melaksanakan pengolahan seni
sebagai unsur budaya daerah dan melakukan pengembangan daerah di
lingkup Provinsi. Fungsi Taman Budaya sebagai unit pelaksanan teknis
adalah (Keputusan Mendikbud No. 0221/0/1991):
1. Melaksanakan kegiatan, penggalian, penelitian dan peningkatan
seni dalam bentuk ceramah, temu karya, sarasehan dan sebagainya.
2. Melaksanakan kegiatan pengolahan dan eksperimentasi karya seni.
3. Melaksanakan pagelaran dan pameran seni, pekan seni sebagai
kegiatan seni dan budaya bagi masyarakat
4. Melaksanakan pendokumentasian, publikasi dan informasi seni
budaya baik tertulis, auditif (suara) maupun visual (gambar).
5. Melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga Taman Budaya.
xi
Sedangkan sebagai fasilitas publik, Taman Budaya memiliki
fungsi sebagai:
1. Menunjang keberadaan pusat komunitas kota.
2. Menampung aktifitas seni dan budaya tradisional maupun
kontemporer.
3. Menampung potensi kreatifitas masyarakat dalam bidang seni dan
budaya.
4. Pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah.
5. Tempat diselenggarakannya kegiatan festival budaya.
6. Tempat atraksi wisata budaya bagi wisatawan.
1.4.3 Struktur Organisasi Pengelola
Struktur organisasi pengelola Taman Budaya secara umum terdiri
dari (Keputusan Mendikbud No. 0221/0/1991):
1. Kepala Taman Budaya
Mempunyai tugas memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi Taman
Budaya.
2. Sub Bagian Tata Usaha
Bertugas melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga.
3. Kelompok Tenaga Fungsional
Bertugas melaksanakan pengolahan seni dalam pelaksanaan
tugas dan fungsi Taman Budaya sesuai keahlian dan kebutuhan.
Kelompok ini terdiri dari tenaga teknis kebudayaan dan tenaga
fungsional.
1.5 Metode Pembahasan
1.5.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pembahasan yang dilakukan dalam pencarian data dan
penyusunan laporan DP3A ini adalah dengan cara studi literatur dan
survey langsung ke tempat yang akan dijadikan sebagai rujukan
perancangan bangunan. Selain itu juga survey langsung ke lokasi yang
akan dijadikan Site untuk perencanaan dan perancangan bangunan.
xii
Hal itu dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat, kemudian di
cocokkan dengan literatur-literatur yang ada.
Data-data tersebut ada 2 macam, yaitu:
a. Data Primer (Pencarian Langsung)
1) Wawancara, dilakukan untuk mendapatkan informasi dari
narasumber dan pihak terkait dengan Taman Budaya Raden
Saleh.
2) Survey Lapangan, dilakukan dengan pengamatan langsung
pada Taman Budaya Raden Saleh dan objek lainnya sebagai
studi banding.
b. Data sekunder (Studi Literatur dan Browsing Internet)
1) Studi literatur, diambil dari buku yang berkaitan dengan
Taman Budaya dan literatur lainnya.
2) Referensi, didapat dari pengumpulan data, peta, dan peraturan
dari instansi terkait.
1.5.2 Tahap Analisa
Merupakan penguraian dan penjelasan terhadap permasalahan
berdasarkan data-data yang diperoleh, kemudian diolah dan dianalisa
berdasarkan pada landasan teori-teori yang terkait terhadap
permasalahan kemudian ditarik kesimpulan.
1.5.3 Tahap Sintesis
a. Melakukan penyusunan dari hasil analisis dalam bentuk kerangka
yang terarah dan terpadu berupa diskripsi konsep perancangan
sebagai pemecahan masalah, yang selanjutnya menghasilkan
kesimpulan.
b. Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan Pengambangan
Taman Budaya Raden Saleh sebagai Pusat Budaya di Kota
Semarang berdasarkan hasil analisa dan sintesa yang telah
dilakukan.
xiii
1.6 Hasil
Rekapitulasi Luas Kebutuhan Besaran Ruang
Tabel. 4.5 Rekapitulasi Luas Kebutuhan Besaran Ruang
No Kelompok Ruang Luas (m2)
1. Kelompok Ruang Utama 4.524,76
2. Kelompok Ruang Pengelola 415,61
3. Kelompok Ruang Penunjang 2.974,09
4. Kelompok Ruang Service 332,47
5. Kelompok Area Parkir 7.710
TOTAL LUAS 15.956,93 ~ 16.000
Sumber : Analisa Penulis, 2015
Perhitungan Kebutuhan BCR (Ruang Hijau)
KDB/BCR = 60%
Luas Lahan = 89.926 m2
Luas Bangunan = 16.000 m2
Luas Lantai Dasar (Lansekap) = 60% x 89.926 m2
= 53.955,6 m2
xiv
1.7 Kesimpulan dan Saran
1.7.1. Kesimpulan
Perancangan Pengembangan Taman Budaya Raden Saleh di
Semarang menjadi sebuah sarana yang edukatif dan komersil untuk
dikembangkan dalam ruang arsitektural. Desain yang unik dan
komunikatif dapat memberikan daya tarik, serta memberikan dampak
yang positif untuk meningkatkan SDM serta menunjang
perekonomian baik lokal maupun nasional. Pemeliharaan kebudayaan
serta memperkenalkan kekayaan bangsa menjadi tolak ukur untuk
memajukan Bangsa Indonesia.
1.7.2. Saran
Dalam merancang sebuah Taman Budaya yang memiliki sarana publik
yang komersil memiliki banyak point penting yang harus
diperhatikan, faktor kemudahan akses, aspek sosial, fungsi dan
batasan penataan ruang serta situasi lingkungan sebagai sarana belajar.
Agar kualitas desain bangunan dapat lebih maksimal dalam segala hal.
1.8 Daftar Pustaka
Anshori, Muhammad. 2007. “Pusat Pagelaran Musik di Surakarta Dengan
Penekanan Pada Arsitektur Post-Modern”. Tugas Akhir Arsitektur.
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surakarta.
Astuti, Setyo. 2013. “Redesain Taman Budaya Raden Saleh”. Tugas Akhir.
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
D. K. Ching, Francis. 2007. Architecture Form, Space and Order. New Jersey:
Wiley.
De Chiara, Joseph. 2001. Time Saver Standarts for Building Types. New York:
Mc. Graw Hillbook Company.
Dirjen Kebudayaan Direktorat Kesenian. 1981. Standarisasi Taman Budaya.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Doelle, Leslie. 1986. Akustik Lingkungan. Jakarta: Erlangga.
xv
Ismunandar. 1986. Joglo, Arsitektur Rumah Tradisional Jawa. Semarang:
Dahara Prize.
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0221 th 1991 tentang
Klarifikasi Taman Budaya
Kota Semarang Dalam Angka 2009. BadanPusatStatistik, Kota Semarang
Manser, Martin H. 2000. Oxford Learner's Pocket Dictionary. Oxford: Oxford
University Press.
Moertjipto, dan dll. 1990. Bentuk-bentuk Peralatan Hiburan dan Kesesian
Tradisional Jawa. Yogyakarta: Depdikbud.
Neufert, Ernest. 1992. Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 1. Erlangga : Jakarta
Neufert, Ernest. 1992. Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 2. Erlangga : Jakarta
Peraturan Daerah Nomor 2 Tentang Perubahan Pertama Rencana Induk Kota
Semarang, Semarang : 1990
Peraturan Daerah Nomor 5 tentang RTRW tahun 2000-2010 : 2004
Pratiwi, Rani Putri. 2009. “Graha Seni dan Budaya di Surakarta”. Tugas Akhir
Arsitektur. Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surakarta
Revisi RTRW/RDTRK. 2000-2010. Kota Semarang
Santosa, Eko, dan dkk. 2008. Seni Teater Jilid 1. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMK.
Sedyawati, Edi. 1983. Seni Dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Setiawati, Rahmida. 2008. Seni Tari Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan
SMK.
Soedarsono, R. M. 1998. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi.
Jakarta: Depdikbud.
Soetarno, R. 1994. Ensiklopedia Wayang.
Sumalyo, Yulianto. 1996. Arsitektur Modern. Ujung Pandang: Gajahmada
University Press.
Yohanes, Ardian Yoseph. 2009. “Studi Persepsi Stake Holder Terhadap
Revitalisasi Kawasan Taman Budaya Raden Saleh Semarang”. Tugas
Akhir. Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
www.jalan2.com, diakses pada tanggal 25 Maret 2015
xvi
www.id.wikipedia.org, diakses pada tanggal 25 Maret 2015
www.infosemarang.net, diakses pada tanggal 27 Februari 2015
www.suaramerdeka.com, 13 februari 2012, diakses pada tanggal 27 Februari
2015
www.seputarsemarang.com, diakses pada tanggal 6 Maret 2015
www.bppt.multisolusi.info, diakses pada tanggal 27 Februari 2015
www.lintanglanang.blogspot.com, diakses pada tanggal 27 Februari 2015
www.jalansolo.com, diakses pada tanggal 5 April 2015
www.wikipedia.com, diakses pada tanggal 6 Maret 2015
www.blogspot.com, diakses pada tanggal 6 Maret 2015
www.itb.ac.id, diakses pada tanggal 25 Maret 2015
www.snipview.com, diakses pada tanggal 25 Maret 2015
www.skyscrapercity.com, diakses pada tanggal 25 Maret 2015
www.maps.google.com, diakses pada tanggal 25 Maret 2015
top related