psikiatri forensik.pptx
Post on 29-Nov-2015
182 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
K E PA N I T E R A A N K L I N I K I L M U K E S E H ATA N J I WA RU M A H S A K I T P U S AT A N G K ATA N DA R AT
G ATOT S O E B ROTOP E R I O D E 2 2 O K TO B E R 2 0 1 2 – 2 5 N OV E M B E R
2 0 1 2
Psikiatri Forensik
PENGERTIAN
Merupakan sub-spesialisasi ilmu kedokteran
yang menelaah mental manusia dan berfungsi
membantu hukum dan peradilan.
Merupakan titik singgung antara ilmu
kedokteran dan ilmu hukum, selain ilmu hukum
kedokteran.
Banyak yg menganggap psikiatri forensik, cabang ilmu kedokteran forensik.
Psikiatri forensik merupakan cabang dari psikiatri.
Forensik digambarkan sbg pemanfaatan atau aplikasi cabang ilmu kedokteran ini (psikiatri) untuk keperluan hukum.
Psikiatri (kedokteran) forensik berfungsi sbg pemberi bantuan dlm hukum bersifat aktif.
Ilmu hukum kedokteran, dokter dan ilmu kedokteran berkedudukan sbg objek telaah yg bersifat pasif.
Kegiatan utama psikiatri forensik adalah
pembuatan Visum et Repertum
Psychiatricum.
Saat ini yang paling banyak adalah pembuatan
Visum et Repertum Psychiatricum untuk kasus
pidana
Kasus-kasus Hukum
Pidana•Terperiksa sebagai pelaku•Terperiksa sebagai korban
Perdata•Pembatalan kontrak•Pengampuan (curatelle)•Hibah•Perceraian•Adopsi
Kasus lain
•Kompetensi untuk diinterview•Kelayakan untuk maju sidang
Fungsi VeRP
Membantu menentukan apakah terperiksa mengalami
gangguan jiwa dengan upaya menegakkan diagnosis
Membantu menentukan kemungkinan adanya hubungan
antara gangguan jiwa pada terperiksa dengan peristiwa
hukumnya.
Membantu menentukan kemampuan bertanggung jawab
pada terperiksa
Membantu menentukan cakap tidaknya terperiksa bertindak
dalam lalu lintas hukum.
Pasal 44 ayat 1 dan 2
1. Barang siapa mengerjakan sesuatu perbuatan, yang tidak dapat dipertanggungkan kepadanya karena kurang sempurna akalnya atau karena sakit berubah akal tidak boleh dihukum.
2. Jika nyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggungkan kepadanya karena kurang sempurna akalnya atau karena sakit berubah akal, maka Hakim boleh memerintahkan menempatkan ia di rumah sakit gila selama-lamaya satu tahun untuk diperiksa.
Alat Bukti
Pasal 184 (1) KUHAP, antara lain : 1). Keterangan saksi 2). Keterangan ahli 3). Alat bukti surat 4). Alat bukti petunjuk 5). Alat bukti terdakwa.
KETERANGAN AHLI
1. Keterangan ahli adalah keterangan yang
diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian
khusus tentang hal yang diperlukan untuk
membuat terang suatu perkara pidana guna
kepentingan pemeriksaan (KUHAP Ketentuan
Umum pasal 1 butir 28)
2. Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli
nyatakan di sidang pengadilan (KUHAP pasal 186).
3. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai
ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli
lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi
keadilan. (KUHAP pasal 179 ayat 1)
KETERANGAN AHLI
Keterangan ahli Kedokteran jiwa ada dua bentuk yaitu :
Surat keterangan ahli kedokteran jiwa (VeRP ) yang
didahului sebutan PRO JUSTITIA yang dibuat dalam
bentuk menurut pedoman yang ditetapkan dan terikat
sumpah jabatan dokter Indonesia.
Keterangan ahli Kedokteran Jiwa lisan yang dinyatakan
dalam sidang pengadilan dibawah sumpah.
UU NO 36/2009 TENTANG KESEHATAN
Pasal 150 Ayat (1)
Pemeriksaan kesehatan jiwa untuk kepentingan
penegakan hukum (VeRP) hanya dapat dilakukan
oleh dokter Spesialis Kejiwaan pada fasilitas
pelayanan kesehatan
Alur pembuatan VeRP
Pelaku/korban tindak pidana↓
BAP (berita acara pemeriksaan) Polisi↓
Diduga menderita kelainan jiwa*
↓Surat Permohonan pembuatan
VeRP**↓
Institusi pelayanan kesehatan
Institusi Pelayanan Kesehatan↓
Observasi 2 minggu***↓
Psikiater + tim pemeriksa (psikolog, dll)
↓Pemeriksaan tambahan
↓Penyusunan VeRP
* MINTA PENDAPAT AHLI
Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus. (KUHAP pasal 120 ayat 1)
Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi dan atau seseorang yang memiliki keahlian khusus guna memberikan keterangan yang menguntungkan bagi dirinya. (KUHAP pasal 65)
Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.(KUHAP pasal 180 ayat 1).
**YANG BERHAK MENJADI PEMOHON
Penyidik ( KUHAP pasal 120 ) : Polisi, KPK Penuntut umum dalam hal tindak pidana
khusus ( pasal 120, pasal 284) : Jaksa, KPK Hakim pengadilan (pasal 180 ayat 1)
Tersangka/terdakwa/korban melalui pejabat sesuai dengan tingkatan proses pemeriksaan (pasal 65, pasal 180 ayat 1,2,3,4)
Penasehat hukum/pengacara melalui pejabat sesuai dengan tingkatan proses pemeriksaan ( pasal 180 ayat 1,2)
***JANGKA WAKTU OBSERVASI
UU Kesehatan Jiwa tahun 1965 :
jangka waktu observasi antara 3 minggu sampai 6
bulan, yang didasarkan pada kemungkinan penyesuaian
diri (adaptasi) terperiksa pada lingkungan perawatan.
KUHAP berdasarkan atas Hak Asasi Manusia
yang masa penahanan tidak boleh melebihi 90
hari maka jangka waktu observasi harus
diperpendek.
Pedoman pembuatan VeRP dari Direktorat Kesehatan Jiwa menyesuaikan jangka waktu observasi dengan yang ditentukan KUHAP.
Tatacara Permintaan VeRP
Surat permintaan tertulis dari penegak hukum
(pemohon) yang ditujukan kepada sarana yankeswa
pemerintah
Berisi : - identitas lengkap pemohon
- identitas lengkap tersangka
- alasan permintaan VeRP
- berita acara pemeriksaan (BAP)
Tersangka diobservasi selama-lamanya 14 hari dan dapat diperpanjang bila diperlukan dengan persetujuan tertulis pemohon, dengan memperhatikan masa tahanan.
Permohonan surat perpanjangan observasi dilakukan secara resmi dan tertulis
Selama diobservasi, tersangka mendapat penjagaan dari pihak pemohon dan tidak diperkenankan menerima kunjungan kecuali dengan persetujuan kepala sarana yankeswa
Selama observasi tidak dilakukan terapi, kecuali
dalam keadaan darurat medik tertentu.
Selama proses observasi, tersangka dilarang dibawa
keluar dari sarana yankeswa kecuali untuk
pemeriksaan penunjang medis.
Setelah proses observasi selesai, terperiksa harus
dibawa kembali oleh instansi pemohon dan VeRP
harus diserahkan dalam 7 hari pasca observasi selesai.
Pembiayaan ditanggung oleh instansi pemohon atau
keluarga tersangka.
Pemeriksaan dalam pembuatan Visum et Repertum
Psychiatricum
PEMERIKSAAN FISIK
Seluruh keadaan
fisik
Penampilan umum
Sistem Organ
Neurologis
Pemeriksaan psikiatrik : rangkaian pemeriksaan yang terdiri dari pemeriksaan pada fungsi psikomotor, afektif, dan kognitif.
Pemeriksaan fungsi psikomotor :
kesadaransikap
tingkah lakukontak psikis, dll.
Pemeriksaan afektifalam perasaan dasarstabilitas emosiekspresi dan emosionalempati, dan sebagainya.
Pemeriksaan kognitif :persepsi dan gangguan persepsidaya ingatdugaan taraf kecerdasankemampuan membatasi dan membedakan fakta, data, dan ide
(discriminative judgement )kemampuan menilik diri sendiri (discriminative insight)ada tidaknya kelainan pada isi pikiran, dankeadaan mutu pikiran.
Pemeriksaan tambahan : evaluasi psikologis, pemeriksaan laboratories, pemeriksaan radiologi, EEG, CT scan dll,
pemeriksaan psikiatri forensik
1. Pemeriksaan kemampuan bertanggung jawab a. Tahap kemampuan menyadari tindakan
Seharusnya pelaku dapat mempersepsi kemudian menginterpretasi dan mengambil konklusi dari suatu stimulus. Kesadaran disini dinilai dengan pemeriksaan kesadaran.
b. Tahap memahami tindakanStimulus → respons → menelaah nilai dan resiko terhadap diri dan lingkungan ( discriminative insight ) →alternative respon yang mempertimbangkan baik-buruk,tinggi-rendah, dosa-pahala (discriminative judgement)
c. Tahap pemilihan dan pengarahan tindakan Seseorang yang normal dan mampu bertanggung
jawab akan bebas mempertimbangkan dan memilih respons yang kemudian akan bebas mengarahkan respons yang dipilih sebagai suatu tindakan.
No Tingkah laku/ perbuatan Kompetensi pertanggungjawaban
disadari dipahami direncanakan
1. + + + Bertanggung jawab
2. + + - Bertanggung jawab
3. + + impulsif Diragukan tanggung jawabnya
4. + + Terpaksa Diragukan tanggung jawabnya
5. + - - Tidak dapat bertanggung jawab
6. - - - Tidak dapat bertanggung jawab
2. Pemeriksaan Kompetensi (cakap) dalam lalu lintas hukum
tindakan yang mungkin akan dilakukan oleh si terperiksa terutama yang bersangkutan dengan hartanya atau dalam hubungannya dengan hubungan sosial yang memiliki konsekuensi yuridis.
disebut pemeriksaan prognostik dimana tindakan diperkirakan akan segera dilakukan sesudah pemeriksaan
Pada gangguan jiwa yang dapat sembuh (reversible), penentuan kompetensi tidak begitu berarti. Pada gangguan jiwa yang menetap (irreversible), maka akan berlanjut pada kasus-kasus pengampuan, hibah atau pewarisan dan sebagainya.
3. Penetuan hubungan sebab-akibat (kausalitas) antara suatu kondisi dengan timbulnya gangguan jiwa.Kasus- kasus yang memerlukan pemeriksaan ini adalah
Kasus yang terperiksa adalah korbanKasus ganti rugi pada gangguan jiwa atau cacat
jiwa akibat suatu kondisi kerja.
4. kompetensi untuk ditanya (competence to be interviewed) dan kelayakan untuk diajukan di siding pengadilan ( fitness to stand trial)Seseorang (terperiksa) akan diajukan ke pengadilan harus memenuhi syarat-syarat berikut:Apakah sidang dapat dilaksanakan
(applicable)? Sidang dapat dilaksanakan apabila terperiksa dapat menaati peraturan ketertiban sidang.
Apakah sidang tidak berbahaya ( harmful) bagi terperiksa? Sidang tidak dapat dilaksanakan apabila suasana sidang terlalu menekan sehingga terperiksa dapat menjadi sakit atau bahkan meninggal
Apakah sidang bermanfaat ( beneficial)? Diharapkan dalam sidang, terperiksa mengerti akan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan dapat mengungkapkan pendapatnya dan dimengerti orang lain.
Contoh Visum et Repertum Psychiatricum
Nama Sarana Pelayanan Kesehatan Jiwa
demi keadilan (pro justitia)
Visum et Repertum PsychiatricumNo :…………………………..
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :Nama :Pangkat/NIP/NRP :Jabatan :Tempat dan alamat observasi:
Atas permintaan tertulis dari :
Nama :Pangkat/NIP/NRP :Jabatan :Instansi :Alamat :No surat :Tanggal :Perihal :
Telah melakukan pemeriksaan dan observasi kesehatan jiwa (psikiatri) pada tanggal ( ditulis dengan huruf)s/d tanggal (ditulis dengan huruf) terhadap….........................................
Nama :Umur :Jenis Kelamin :Agama :Alamat :Pendidikan :Status perkawinan :Pekerjaan :Status terperiksa : tersangka/terdakwa/korban/
narapidanaTuduhan :
Laporan Hasil Pemeriksaan1. Anamnesis didapat dari :
a. berita acara pemeriksaan dari kepolisianb. autoanamnesis (terperiksa)c. alloanamnesis (berbagai sumber)
2. Hasil pemeriksaan dan observasi psikiatrik
3. Hasil pemeriksaan fisik
4. Pemeriksaan penunjang
5. Kesimpulan :a. ada/tidaknya gangguan jiwa (diagnosis dan deskripsi)b. Apakah prilaku pelanggaran hukum merupakan
gejala/bagian dari gangguan jiwa.c. Ada tidaknya unsur-unsur kemampuan bertanggung
jawab berdasarkan :i. Apakah terperiksa mampu dan memahami resiko
tindakannya?ii. Apakah terperiksa mampu memaksudkan suatu
tujuan dengan sadar?iii. Apa pemeriksa mampu mengarahkan kemauan/
tujuan tindakannya?
6. Saran:
7. Penutupdemikianlah Visum et Repertum Psychiatricum ini dibuat mengingat sumpah sewaktu menerima jabatan.
Tempat / tanggal (dengan huruf) Dokter yang memeriksa
NIP/NRP
Terima kasih
top related