protap k3-2009 rampung siap cetak.doc
Post on 03-Nov-2015
35 Views
Preview:
TRANSCRIPT
RSU BANYUMAS
PAGE
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN
No. Dokumen: 10/01/610/IK/2009
No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian Administrasi dan pengelolaan adalah pengelolaan organisasi yang yang didukung oleh administrasi yang handal.
Tujuan 1.Untuk mencapai tujuan organisasi K32. Menetapkan Tim yang bertanggung jawab atas program K3
Kebijakan Kebijakan Pengelolaan SDM P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana) di RSU Banyumas mengenai Pertemuan di Pokja K3 sesuai kebutuhan dan salah satu agendanya adalah pembahasan tentang prosedur tetap/Kebijakan dan lainnya sesuai kesepakatan
Prosedur1. Membuat SK Pembentukan Panitia Pembina K3
2. Membuat struktur Organisasi K3
3. Membuat Uraian Tugas
4. Menyusun dan menetapkan program tahunan, melaksanakan kegiatan bulanan
5. Mendokumentasikan kegiatan, evaluasi dan tindak lanjut.
6. Membuat laporan bulanan dan tahunan
Unit Terkait Bidang / Bagian, Sub Bidang / Sub Bagian, Instalasi, Ruang
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPEMERIKSAAN KESEHATAN KARYAWAN
No. Dokumen:
10/02/613/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/2
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian Pemeliharaan kesehatan karyawan merupakan upaya untuk meningkatkan dan menjamin kesehatan karyawan rumah sakit Banyumas.
Tujuan Untuk meningkatkan dan menjamin kesehatan serta produktivitas kerja pegawai.
Kebijakan 1. Pemeriksaan kesehatan dilakukan kepada calon karyawan dan karyawan rumah sakit.2. Pemeriksaan kesehatan karyawan meliputi : Pemeriksaan kesehatan pra-pekerjaan, berkala, khusus
3. Pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan kartu jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimiliki oleh karyawan
4. Prioritas pemeriksaan kesehatan adalah karyawan :
a. Usia > 40 tahun
b. Yang bekerja di unit kerja berisiko.
Prosedur1. Karyawan yang akan melakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu melakukan registrasi di Bagian Pendaftaran.
2. Karyawan melakukan pemeriksaan fisik di Poliklinik umum/pegawai3. Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan minimal 1 tahun sekali, dilakukan pada semua pegawai yang bekerja di RS4. Hasil pemeriksaan penunjang (oleh bagian lab & radiologi) diserahkan kepada dokter pemeriksa.
5. Hasil pemeriksaan kesehatan akan diberikan feedback kemasing masing karyawan
6. Pemeriksaan lanjutan dilakukan oleh dokter Internis di ruang Poliklinik VIP setelah mendapat rujukan dari dokter umum.
PEMERIKSAAN KESEHATAN KARYAWAN
No. Dokumen: 10/02/613/IK/2009No.Revisi
4Halaman
2/2
Pasien dengan membawa Kartu Askes / Jamsostek / Kartu Dana Sehat7. Hasil pemeriksaan Kesehatan karyawan dilaporkan kepada Ketua P2K3 dengan menggunakan formulir terlampir.8. Penggunaan obat untuk terapi sesuai ketentuan pada kartu askes, jamsostek dan dana sehat.
9. Untuk kasus kasus tertentu penanganannya dilakukan oleh Tim Dokter spesialis.
10. Bagi karyawan yang menderita penyakit tertentu dan setelah mendapatkan pengobatan rutin dinyatakan tidak sembuh maka atas rekomendasi dari Tim Dokter Spesialis, karyawan tersebut oleh Ketua P2K3 diserahkan kepada Tim Pembina Pegawai Rumah Sakit.
Unit Terkait :Bidang / Bagian, Sub Bidang / Sub Bagian, Instalasi, Ruang
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPELAPORAN KECELAKAAN KERJA
No. Dokumen:
10/03/614/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian Laporan kecelakaan kerja adalah kegiatan administrasi yang berfungsi untuk mendukung administrasi dan pengelolaan K3
Tujuan Untuk mengetahui kejadian kecelakaan kerja dan upaya pencegahan kecelakaan kerja pegawai.
Kebijakan Kebijakan Kesehatan Kerja, Kecelakaan Kerja dan Penyakit akibat kerja tentang Pelaporan Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja
Prosedur 1. Kepala Instalasi melaporkan kejadian kecelakaan kerja kepada Panitia P2K3 dengan menggunakan mengisi formulir pelaporan kecelakaan kerja
2. Formulir pelaporan diserahkan ke Panitia P2K3 melalui koordinator K3 di unit kerja terkait
3. Ketua P2K3 melakukan analisa dan memberikan rekomendasi kepada direktur tentang tindak lanjut penanggulangan kecelakaan kerja.
4. Ketua P2k3 menyebarluaskan ke unit kerja terkait, Rumah Sakit sekitar, Departemen Kesehatan dan Departemen Tenaga Kerja
5. Formulir pelaporan disimpan sebagai arsip dan bahan evaluasi Tim K3 untuk mencegah kecelakaan kerja
Unit Terkait Bidang / Bagian, Sub Bidang / Sub Bagian, Instalasi, Ruang
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENANGANAN KECELAKAAN KERJA
No. Dokumen:10/04/615/IK/2009 No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PengertianPenangaan kecelakaan kerja adalah upaya menanggulangi kecelakaan yang terjadi akibat kerja.
TujuanUntuk meminimalkan resiko akibat kecelakaan kerja
KebijakanKebijakan Kesehatan Kerja, Kecelakaan Kerja dan Penyakit akibat kerja tentang Pelaporan Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja
Prosedur 1. Setiap terjadi kecelakaan kerja segera dilakukan tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK)
2. Membuat kronologis kejadian kecelakaan kerja
3. Melaporkan kejadiaan kecelakaan kerja pada Direktur melalui ketua TIM K3 RSU Banyumas
4. Mengevaluasi kejadian kecelakan akibat kerja
5. Menindaklanjuti agar tidak terulang kembali kecelakaan akibat kerja
Unit TerkaitBidang, Sub Bidang, Instalasi, Ruang
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasKESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
No. Dokumen: 10/05/616/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/2
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian Keamanan kerja adalah terjaminnya kesehatan seseorang terhadap bahaya yang berkaitan dengan lingkungan kerja.
Tujuan Untuk melindungi keamanan kerja petugas laboratorium.
Kebijakan Kebijakan Kesehatan Kerja, Kecelakaan Kerja dan Penyakit akibat KERJA
Prosedur Prosedur keamanan kerja di Laboratorium Klinik dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
1. Tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk mencegah bahaya / kecelakaan :
a. Fisik :
Cuci tangan sesering mungkin dengan sabun desinfektan, jangan menyentuh mulut dan mata selama bekerja.
Jangan makan dan minum serta menyimpan makanan di ruang pemeriksaan.
Menghindari dari tusukan jarum suntik dan pecahan kaca (bekerja dengan hati-hati).
Membersihkan meja / tempat bekerja setelah digunakan dengan alcohol.
b. Kimia
Menghindari memipet, menghisap dan meniup cairan / reagen dengan mulut (pakai mikro pipet).
Menghindari bahan-bahan kimia yang mudah terbakar (tersedia alat pemadam kebakaran).
Penyimpanan reagen yang mudah terbakar disendirikan.
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
No. Dokumen: 10/05/616/IK/2009No.Revisi
4Halaman
2/2
c. Biologis
Beberapa petunjuk untuk menekan kesalahan yang dapat menimbulkan kontaminasi infeksi adalah :
Pakai baju pelindung
Pakai sarung tangan
Menangani limbah yang benar
Pengemasan spesimen yang baik
2. Tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memelihara kesehatan petugas laboratorium klinik :
a. Diadakan imunisasi hepatitis.
b. Diadakan foto thorax rutin setahun 1 x / periode.
c. Check up laboratorium 1 tahun sekali.
3. Tindakan-tindakan yang harus dilakukan bila telah terjadi kecelakaan :
a. Fisik :
Bila terkena tusukan jarum dibilas dengan air mengalir, diberi bethadin dan tensoplast.
Bila terkena pecahan tabung, diatasi seperti di atas bila lukanya kecil. Bila lukanya besar dan perlu dijahit dikirim ke IGD.
b. Kimia :
Bila terkena api pada kulit langsung dimasukkan ke dalam air dingin / es.
Bila kulit terkena asam / basa pekat segera kulit disiram / diguyur air mengalir.
c. Biologis :
Bila ketumpahan spesimen (sputum) langsung dicuci bersih lalu diberi alcohol.
Unit Terkait Laboratorium, Radiologi, ISS, ISPL, Ruang Isolasi, IBS, ICU, Farmasi, Instalasi, Ruang
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENATALAKSANAAN PASCA PAJANAN
No Dokumen10/06/617/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PengertianPajanan adalah terpaparnya bagian tubuh oleh benda / darah / duh pasien yang menderita penyakit menular.
TujuanMencegah penularan penyakit pada petugas
KebijakanKebijakan Pengadaan jasa dan barang berbahaya mengenai Cara Penanganan dan tindakan yang berhubungan dengan keadan darurat dalam penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
Prosedur 1. Jangan Panik ! Tapi selesaikan dalam waktu < 4 jam
2. Segera :a. Luka tusuk ( bilas air mengalir dan sabun / antiseptik
b. Pajanan mukosa mulut ( ludahkan dan kumur
c. Pajanan mukosa mata ( irigasi dengan air / garam fisiolofis
d. Pajanan mukosa hidung ( hembuskan keluar dan bersihkan dengan air
e. Jangan dihisap dengan mulut, jangan ditekan
f. Disinfeksi luka dan daerah sekitar kulit dengan salah satu:
g. Betadine (povidone iodine 2.5 %) selama 5 mnth. Alcohol 70% selama 3 mnt3. Laporkana. Catat dan laporkan
Panitia PIN, Panitia K3, Atasan langsung
Agar secepat mungkin diberi PPP
b. Perlakukan sebagai keadaan darurat ( Obat PPP harus diberikan sesegera mungkin bila diperlukan (dalam 1-2 jam)c. PPP setelah 72 jam tidak efektif
PENATALAKSANAAN PASCA PAJANAN
No Dokumen10/06/617/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
d. Tetap berikan PPP bila pajanan risiko tinggi meski hingga satu minggu setelah-nya (maks).e. Pantau sesuai dengan protokol pengo-batan ART
f. Hitung sel darah, LFT, kepatuhan, dukungan
4. PertimbangkanProfilaksis Pasca Pajanan (PPP) Didasarkan :
Derajat pajanan
Status infeksi dari sumber pajanan
Ketersediaan obat PPP
Konseling
Ruang LingkupRawat Inap, Rawat Jalan, IBS, IGD, Laboratorium, VK
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPEMAKAIAN BAJU KERJA
No. Dokumen:
10/07/618/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian Baju kerja adalah merupakan alat pelindung diri dari kontaminasi pada tubuh/ badan
Tujuan Untuk menghindari kontak langsung dengan tubuh
KebijakanKebijakan Penggunaan dan Pemeliharaan APD (Alat Pelindung Diri)
Prosedur1. Baju kerja dipakai untuk melapisi baju dinas harian
2. Baju kerja setelah dipakai diletakkan pada tempat tertentu, bila masih dalam keadaan bersih bisa dipakai lagi.
3. Bila sudah tidak memungkinkan (kotor) dibawa ke laundry untuk dicuci.
Unit Terkait Semua petugas Ruangan
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPEMAKAIAN ALAT PELINDUNG TELINGA
No. Dokumen:
10/08/619/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian Alat pelindung telinga merupakan alat yang dipakai untuk melindungi dari suara keras mesin/ alat
Tujuan Untuk melindungi gangguan gendang telinga akibat bekerja ditempat suara yang sangat keras
Kebijakan Kebijakan Penggunaan dan Pemeliharaan APD (Alat Pelindung Diri)
Prosedur 1. Alat pelindung telinga dipakai pada saat memasuki ruang mesin/ alat.
2. Alat pelindung telinga dimasukkan pada lubang telinga supaya tidak terganggu suara masuk.
3. Setelah keluar dari ruang, alat segera dilepas dan diletakkan pada tempat penyimpanan.
4. Alat bisa dipakai lagi
Unit Terkait IAPRS
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPEMAKAIAN ALAT PELINDUNG MATA
No. Dokumen:
10/09/620/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian Alat pelindung mata merupakan alat yang dipakai untuk melindungi mata dari gangguan akibat kerja
Tujuan Menjaga keamanan mata dari gangguan percikan logam dan cahaya yang sangat terang
KebijakanKebijakan Penggunaan dan Pemeliharaan APD (Alat Pelindung Diri)
Prosedur 1. Kaca mata dipakai pada setiap melakukan pengelasan besi atau penggergajian besi.
2. Tali diikatkan cukup erat di kepala.
3. Dilepas setelah pekerjaan selesai, disimpan.
4. Alat pelindung mata bisa dipakai kembali
Unit Terkait :IAPRS
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasKOMUNIKASI DAN LANGKAH LANGKAH ANTISIPASI TERJADINYA BENCANA
No. Dokumen: 10/10/621/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian
Sebelum terjadi bencana (banjir, gempabumi, kebakaran) diadakan koordinasi untuk antisipasi
TujuanSemua petugas jaga/Dinas mendapat informasi Siaga dan tugas antisipasi alat/ sarana ruang dan persiapan penanganan / pengaturan pasien yang dipimpin/diatur oleh supervisi jaga
KebijakanKebijakan penanggulangan bencana mengenai Penanggulangan bencana kebakaran dan atau bencana lainnya dilakukan secara koordionatif dan terpadu
Prosedur
1. Petugas Supervisi menerima informasi dari karyawan / karyawati, satpam atau petugas pemantau banjir secara lisan dan atau melalui telephon, alat komunikasi HT
2. Petugas Supervisi menghubungi instalasi komunikasi sentral komunikasi bencana (PABX 100).
3. Informasi diteruskan kepada Direktur (085227887444), Ketua umum Komite PBRS (081328800461), Ketua Pelaksana Harian PB(085227638882), Ketua I : Ops. Penanggulangan Bencana (08122960352), Ketua BSB Internal (081542677788)4. Bila bencana ada di dalam Rumah Sakit Ketua BSB Internal menghubungi & mengkoordinir komandan satgas.
5. BSB Eksternal bertugas membantu penanggulangan bencana diluar RSU Banyumas.
Unit terkait
Direktur, Sie Penanggulangan Bencana, Ka Instalasi IGD, Satgas
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasMOBILISASI PETUGAS BRIGADE SIAGA BENCANA ( INTERNAL )
No. Dokumen:
10/11/622/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PENGERTIAN
Mobilisasi Brigade Siaga Bencana (Internal) adalah upaya menggerakkan petugas / Tim siaga bencana Rumah Sakit pada saat dibutuhkan untuk mengatasi bencana / musibah di Rumah Sakit.
TUJUAN Untuk mengatasi, membantu dan menangani kejadian musibah bencana yang terjadi di Rumah Sakit Umum Banyumas.
KEBIJAKANKebijakan penanggulangan bencana
PROSEDUR1. Karyawan yang pertama kali mengetahui kejadian bencana segera menghubungi Komandan Satgas atau langsung menghubungi petugas Instalasi Komunikasi sentral yang sedang berjaga.
2. Petugas instalasi Komunikasi Sentral menghubungi Tim Brigade Siaga Bencana menggunakan nomor Telp 796031 ke HP / Telp yang bersangkutan.
3. Komandan Satgas dan atau Sie Penanggulangan Bencana dan atau Petugas Supervisi memimpin satgas pengendalian api/air (Satpam yang sedang dinas), satgas penyelamatan pasien (Karu yang sedang dinas), Satgas penyelamatan dokumen/alked (Petgas IPSRS yang sedang Dinas) untuk mengendalikan / mengatasi bencana yang terjadi.
4. Tim Brigade Siga Bencana yang telah datang langsung terjun ke lapangan dikoordinasikan oleh Komandan Satgas.
MOBILISASI PETUGAS BRIGADE SIAGA BENCANA ( INTERNAL )
No. Dokumen:
10/11/622/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
UNIT TERKAITInstalasi Komunikasi sentral
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPERMINTAAN BANTUAN KEPADA DINAS SATLAK PBP / TIM SAR SAAT TERJADI BENCANA ALAM
No. Dokumen:
10/10/623/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PENGERTIAN
Permintaan bantuan satlak PBP dan Tim SAR saat terjadi bencana alam (banjir / gempabumi) adalah pada saat kapan RSU Banyumas harus meminta bantuan kepada Satlak PBP dan Tim SAR agar tercapai hasil yang efektif dan efisien dalam pengelolaan bencana alam.
TUJUAN Untuk memadamkan api agar tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar.
KEBIJAKANKebijakan penanggulangan bencana yaitu Penanggulangan bencana kebakaran dan bencana lainnya dilakukan secara koordionatif dan terpadu
PROSEDUR1. Apabila banjir / gempa dalam kondisi SIAGA III dimana banjir dan gempa belum mengganggu aktifitas rumah sakit dan belum membahayakan .
2. Apabila banjir / gempa dalam kondisi SIAGA II dimana banjir dan gempa telah mengganggu aktifitas rumah sakit tetapi belum membahayakan.
3. Apabila banji dan gempa dalam kondisi SIAGA I dimana banjir dan gempa telah mengganggu aktifitas dan membahayakan dan diperkirakan tidak mampu diatasi oleh Tim Brigade Siaga Bencana / Sie Penanggulangan Bencana, segera menghubungi Satlak PBP dan Tim SAR untuk mohon bantuan secepatnya.
UNIT TERKAITInstalasi Komunikasi Sentral, Brigade Siaga Bencana, IGD
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPERMINTAAN BANTUAN KEPADA DINAS KEBAKARAN / KEPOLISIAN SAAT TERJADI KEBAKARAN
No. Dokumen:
10/13/624/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PENGERTIAN
Permintaan bantuan kepada Dinas Kebakaran saat terjadi kebakaran adalah pada saat kapan RSU Banyumas harus meminta bantuan kepada Dinas kebakaran agar tercapai hasil yang efektif dan efisien dalam pengelolaan musibah kebakaran.
TUJUAN Untuk memadamkan api agar tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar.
KEBIJAKANKebijakan penanggulangan bencana yaitu Penanggulangan bencana kebakaran dan bencana lainnya dilakukan secara koordionatif dan terpadu
PROSEDUR1. Apabila kebakaran dalam kondisi SIAGA III dimana api belum membesar, terlihat asap mengepul dan telah membakar sebagian kecil benda benda yang mudah terbakar diatasi terlebih dahulu dengan APAR atau alat pemadam api tradisional lain.
2. Apabila kebakaran dalam kondisi SIAGA II dimana api mulai membesar dan membakar sebagaian besar benda benda yang mudah terbakar, diupayakan dipadamkan semaksimal mungkin sehingga api terlokalisir tidak menjalar digedung sebelahnya.
3. Apabila kebakaran dalam kondisi SIAGA I dimana api sudah menjalar ke gedung sebelah / tempat tempat yang lain dan diperkirakan tidak mampu diatasi, segera menghubungi Dinas Kebakaran dan Kepolisian.
PERMINTAAN BANTUAN KEPADA DINAS KEBAKARAN / KEPOLISIAN SAAT TERJADI KEBAKARAN
No. Dokumen:
10/13/624/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
UNIT TERKAITInstalasi Komunikasi sentral, Rawat Jalan, Rawat Inap
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasMEMBUNYIKAN SIRINE TANDA BAHAYA
No Dokumen10/14/625/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PengertianMembunyikan Sirine tanda bahaya adalah tindakan membunyikan sirene pada saat terjadi bencana di rumah sakit.
TujuanUntuk memberitahu bahwa di Rumah Sakit sedang dalam keadaan bahaya sehingga semua orang yang berada di lingkungan rumah sakit selalu dalam keadaan siaga.
KebijakanKebijakan penanggulangan bencana yaitu Penanggulangan bencana kebakaran dan bencana lainnya dilakukan secara koordionatif dan terpadu
Prosedur1. Sirine Tanda Bahaya hanya dibunyikan pada saat terjadi bencana.
2. Karyawan yang pertama kali mengetahui adanya kejadian bencana, segera memberitahu Bagian Informasi / Instalasi Komunikasi Sentral.
3. Bagian Informasi segera membunyikan alarm tanda bahaya
4. Alarm akan menyala dan berbunyi
Unit TerkaitSeluruh instalasi
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN
No Dokumen10/15/626/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PengertianPenanggulangan Bencana Kebakaran adalah tindakan koordinasi, komunikasi, permintaan bantuan, evakuasi pasien, penyelamatan dokumen/alked, pengendalian api
TujuanUntuk mencegah agar api tidak menimbulkan kerugian material yang lebih banyak, tidak menimbulkan korban nyawa.
KebijakanKebijakan penanggulangan bencana mengenai Penanggulangan bencana kebakaran dan atau bencana lainnya (antara lain : banjir, gempa bumi) dilakukan secara koordionatif dan terpadu
Prosedur1. Bila terjadi kebakaran, jangan panik, tetap tenang
2. Segera menghubungi Bagian Informasi / Instalasi Komunikasi Sentral melalui PABX No.100,
3. Bagian Informasi / Instalasi Komunikasi sentral membunyikan bel / sirine tanda bahaya
4. Bagian Informasi / Instalasi Komunikasi Sentral menghubungi Direktur, Ketua PBRS (Penanggulangan Bencana Rumah Sakit) dan BSB Internal5. Petugas Supervisi memimpin Satgas Pengendali Api, Satgas Penyelamatan Dokumen, Satgas Penyelamatan Dokumen / Alked untuk melaksanakan tugas sesuai fungsinya.
6. Satgas Pengendali Api melokalisir kebakaran di lokasi kebakaran untuk mematikan api.
7. Bagian Informasi mengumumkan agar pasien dan pengunjung tetap tenang karena kebakaran sedang diatasi
8. Satgas Evakuasi Pasien mengamankan pasien ke tempat yang aman (tempat evakuasi yang telah ditentukan)
9. Satgas Penyelamatan Dokumen / Alked mengamankan dokumen/barang milik Rumah Sakit/pasien ke tempat yang aman
PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN
No. Dokumen: 10/15/626/IK/2009No.Revisi
4Halaman
2/2
10. Permintaan bantuan yang melibatkan instansi terkait Dinas Kebakaran/Kepolisian diputuskan oleh Direktur RS atas saran Ketua Panitia K3/Komandan Satgas/Ketua Penanggulangan Bencana (diatur dalam prosedur tersendiri)
11. Apabila kebakaran telah diatasi, kepala instalasi / ruang membuat laporan kejadian bencana ditujukan kepada Ketua K3
Unit Terkait :IPCP, Instalasi Gawat Darurat
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasLARANGAN MEROKOK
No. Dokumen:
10/16/627/IK/2009No.Revisi
0Halaman
1/1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian Area Rumah Sakit sedapat mungkin bebas dari polusi apapun termasuk polusi asap rokok
Tujuan 1. Lingkungan Rumah Sakit baik rawat jalan maupun rawat inap bebas asap rokok
2. Mencegah kecelakaan kerja/kebakaran di daerah mudah terbakar
Kebijakan Kebijakan Larangan Merokok yaitu larangan merokok bagi semua pegawai dan pengunjung RSU Banyumas, tanda-tanda larangan merokok dan tanda area merokok
Prosedur 1. Membuat kebijakan larangan merokok di lingkungan RS
2. Memasang tanda tanda DILARANG MEROKOK di tempat yang mudah terbaca
3. Mengingatkan karyawan/pasien/pengunjung yang merokok untuk tidak merokok (mematikan rokok)
4. Menyiapkan tong pasir untuk mematikan rokok
5. Menyediakan area merokok yaitu di halaman perkir kendaraan, halaman masjid, kantin/kafe
Unit Terkait Bidang / Bagian, Sub Bidang / Sub Bagian, Instalasi, Ruang
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENGGUNAAN APAR
No. Dokumen:
10/17/628/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian Alat pemadam api ringan yang mudah dibawa / dipindahkan dan dipakai oleh satu orang. Alat tersebut hanya digunakan untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran pada saat api belum membesar.
Tujuan Agar karyawan mampu menggunakan alat pemadam api ringan dengan baik untuk mencegah kebakaran
Kebijakan Kebijakan penanggulangan bencana mengenai Penyediaan dan penggunaan alat pemadam api/kebakaran
Prosedur 1. Alat pemadam api ringan dibawa ke lokasi kebakaran
2. Beri jarak pemakai dengan api antara 3 6 m pada permulaan penyemprotan.
3. Lepaskan pin (kunci pengaman) dengan cara menarik pin
4. Satu tangan mengangkat tabung operating level dan satu tangan pada nozzle
5. Lepas slang dan arahkan ke sumber api
6. Tekan pengungkit atau picu dengan tembakkan pada satu titik
7. Lakukan penyapuan, penggiringan dan penyemprotan langsung ke sumber api
Unit Terkait : Bidang / Bagian, Sub Bidang / Sub Bagian, Instalasi, Ruang
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENGAMANAN PASIEN BILA BANJIR MASUK RUANG RAWAT
No. Dokumen: 10/18/629/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian
Pasien rawat inap diamankan ke tempat yang lebih tinggi pada kondisi siaga I ( Ke ruang Kanthil untuk pasien dengan label putih dan merah, ke SMP III untuk pasien dengan kondisi kuning dan hijau)
Tujuan
Seluruh Petugas Rumah Sakit mengetahui cara mengamankan pasien
Kebijakan
Kebijakan penanggulangan bencana tentang Penanggulangan bencana kebakaran dan bencana lainnya dilakukan secara koordionatif dan terpadu
Prosedur
1. Ambil kereta pasien
2. Pasien dinaikkan ke kereta beserta alat pertolongan medis
3. Bawa pasien ke tempat yang lebih aman sesuai kondisi pasien ( ruang Kanthil, SMP III ) dengan diantar 2 petugas ( depan dan belakang )
4. Hati-hati lantai licin
Unit terkait
Petugas ruang rawat inap, supervisor, satpam
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENANGANAN MUSIBAH MASAL DI DALAM LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM BANYUMAS
No. Dokumen:
10/19/630/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/4
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit 1 Mei 2009 DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian Keadaan tak terduga yang terjadi di lingkungan Rumah Sakit yang mengancam jiwa dan kesembuhan pasien serta orang-orang di lingkungan Rumah Sakit yang memerlukan penanganan segera dan terintegrasi oleh seluruhkomponen yang ada di Rumah Sakit.
Tujuan Untuk penyelamatan jiwa, pencegahan kecacatan dan menanggulangi korban bencana di dalam lingkungan Rumah Sakit
Kebijakan Kebijakan penanggulangan bencana tentang Penanggulangan bencana kebakaran dan bencana lainnya dilakukan secara koordionatif dan terpadu
ProsedurA. Fase Informasi
1. Informasi musibah masal datang dari masyarakat dalam rumah sakit (dokter, perawat, pasien maupun penunggu pasien).
2. Informasi bencana masuk sentral telpon / Pabx dibagian informasi RSU Banyumas dengan nomor 100 dan nomor 90281) 96511.
3. Petugas informasi meneruskan ke kepala / komandan jaga IGD, Kepala Matriks Hansip bila terjadi dalam jam dinas. Apabila terjadi di luar jam dinas informasi bencana diteruskan kepada Perawat supervisi / Duty Manager, Dokter Jaga IGD dan Satpam jaga.
4. Informasi yang didapat dilaporkan kepada Direktur RSU Banyumas
B. Fase Siaga
1. Tim Pengumpul
Jabatan ini dipegang oleh Ka. Matrik dengan tugas
a. Melakukan uji kebenaran informasi adanya bencana masal di dalam rumah sakit.
PENANGANAN MUSIBAH MASAL DI DALAM LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM BANYUMAS
No. Dokumen:
10/19/630/IK/2009No.Revisi
4Halaman
2/4
b. Melakukan koordinasi seluruh anggota satpam guna mengamankan lokasi penanganan musibah / bencana dan mengatur lalu lintas jalan di dalam rumah sakit
c. Mengerahkan seluruh petugas rumah sakit yang adauntuk mengambil alat transportasi baik brankart, kursi roda dan tandu menuju lokasi bencana
d. Melakukan koordinasi dengan petugas lain yang terkait
2. Kasi Perawatan / Perawat Supervisi merangkap Duty Manager.
Tugas :
a. Menyiapkan lokasi penampungan pertama bagi korban bencana yaitu :
Kebakaran :Korban ditampung di Aula RSU Banyumas
Gedung runtuh :Korban ditampung di Aula RSU Banyumas
Banjir :Ruang kanthil dan tempat-tempat luar RSU Banyumas (SMU, SMK, SMP III, Sekolah Dasar, Pendopo Kecamatan) yang tidak kena banjir.
b. Merekrut seluruh perawat terdekat guna melakukan evakuasi, transportasi korban / pasien serta tindakan keselamatan hidup korban (live saving, RKP)
Melakukan koordinasi dengan instalasi terkait3. Kepala IGD / Dokter Jaga
a. Melaksanakan koordinasi dan merekrut dokter RSU Banyumas
b. Menentukan tingkatan bencana yang terjadi dari tingkat I, II, III dan IV
c. Melaporkan kepada Direktur mengenai tingkat bencana serta jenisnya
PENANGANAN MUSIBAH MASAL DI DALAM LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM BANYUMAS
No. Dokumen:
10/19/630/IK/2009No.Revisi
4Halaman
3/4
C. Fase Triage (seleksi korban) dan pelajaran
1. Triage ini dilakukan oleh dokter jaga IGD dan dokter ahli bedah
Tugas :
a. Bertanggung jawab atas pemeriksaan pertama pada korban
b. Mengelompokkan korban sesuai dengan berat ringannya korban
c. Melakukan prioritas pertolongan dengan pemberian label korban
d. Melakukan prioritas pertolongan dengan pemberian label triage yaitu :
Label Hijau :Korban tidak luka / sehat
Label Kuning :Korban dengan luka ringan
Label Merah :Korban dengan cidera berat
Label Putih :Korban dengan keadaan shock
Label Hitam :Korban meninggal dunia
2. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, Radiologi, Farmasi)
Bertanggung jawab atas terselenggaranya penunjang terhadap korban
Melakukan koordinasi dengan dokter, perawat dan petugas lain yang terkait
Menyiapkan obat-obatan yang dibutuhkan
Melakukan koordinasi dengan petugas gizi guna menyiapkan makanan bagi korban dan personil yang terkait
3. Bagian Administrasi
Rekam Medik bertugas melaksanakan administrasi, identifikasi dan pencatatan Rekam Medik
Keuangan bertugas melaksanakan administrasi keuangan
PENANGANAN MUSIBAH MASAL DI DALAM LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM BANYUMAS
No. Dokumen:
10/19/630/IK/2009No.Revisi
4Halaman
4/4
4. Bagian Informasi / Penerangan
Tugas :
Melakukan koordinasi dengan Kasi Perawatan, Kepala Matrik, Kepala IGD atau dengan Perawat Supervisi / Duty Manager.
Mencatat serta mendokumentasikan semua jalannya penanganan korban sampai dengan selesai
5. Bagian IPSRS
Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penanggulangan korban bencana dalam rumah sakit
Mengoperasikan alat-alat yang dibutuhkan sesuai dengan penyebab bencana
Melakukan koordinasi dengan satpam, sopir ambulance serta petugas terkait
Unit TerkaitIGD,Instalasi Rawat Inap ,K3,IBS,ICU
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPELAPORAN KEJADIAN BENCANA
No. Dokumen:
10/20/631/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PENGERTIAN
Pelaporan Kejadian Bencana adalah kegiatan membuat laporan kejadian yang ditujukan kepada atasan unit yang bersangkutan
TUJUAN Untuk evaluasi dan tindak lanjut kejadian dengan harapan kejadian serupa tidak akan terulang lagi
KEBIJAKANKebijakan penanggulangan bencana mengenai Pelaporan terjadinya bencana ditujukan kepada Direktur dan instansi instansi terkait
PROSEDUR1. Unit Kerja yang mengalami kejadian bencana paling lambat 2 x 24 jam sudah melaporkan kejadian kepada Direktur RS dan Ketua Panitia K3. Pada kejadian yang melibatkan Dinas kebakaran dan kepolisian laporan dibuat oleh Pimpinan Rumah Sakit 2. Apabila dalam waktu tersebut laporan belum dibuat Ketua Panitia K3 wajib menanyakan kepada Kepala unit kerja tersebut.
3. Selambat lambatnya dalam 1 minggu setelah kejadian Ketua K3 berdasarkan disposisi dari pimpinan Rumah Sakit wajib memberikan umpan balik dan penyuluhan kepada seluruh karyawan di Unit Kerja ybs agar kejadian serupa tidak terulang kembali
UNIT TERKAITInstalasi Komunikasi Sentral, Admin
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENGAMANAN LOKASI BENCANA BILA TERJADI BENCANA DI RUMAH SAKIT
No. Dokumen:
10/21/632/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PENGERTIAN
Pengamanan lokasi bencana bila terjadi bencana di rumah sakit adalah tindakan larangan masuk ke lokasi bencana untuk memperlancar evakuasi, pertolongan korban dari gangguan lalu lintas orang yang tidak berkepentingan yang berada di lokasi bencana.
TUJUAN Untuk memberi perlindungan kepada korban dan memperlancar kegiatan evakuasi tim penolong dari gangguan orang lain yang tidak berkepentingan.
KEBIJAKANKebijakan penanggulangan bencana mengenai Pelaporan terjadinya bencana ditujukan kepada Direktur dan instansi instansi terkait
PROSEDUR1. Apabila terjadi bencana di suatu tempat didalam rumah sakit, petugas SATPAM melarang orang yang tidak berkepentingan masuk di lingkungan rumah sakit banyumas, kecuali Kepolisian, Tim PBP Kabupaten, Tim SAR, Dinas Kebakaran.
2. Daerah pusat bencana terbatas untuk tim penolong professional yang dilengkapai dengan peralatan memadai
3. Area didalam pagar rumah sakit hanya diperuntukkan bagi petugas penyelamatan pasien, perawatan, komando, control, komunikasi, pusat evakuasi dan tempat parkir kendaraan untuk kepentingan evakuasi dan keperluan teknis.
4. Area di luar pagar rumah sakit adalah area yang diperuntukkan bagi wartawan dan masyarakat pemerhati.
PENGAMANAN LOKASI BENCANA BILA TERJADI BENCANA DI RUMAH SAKIT
No. Dokumen:
10/21/632/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
UNIT TERKAITInstalasi Security, IPCP
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENDIDIKAN DAN PELATIHAN PANITIA K3
No Dokumen10/22/633/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PengertianPendidikan dan pelatihan Panitia K3 adalah program pendidikan dan pelatihan yang diberikan kepada Panitia K3 untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan.
TujuanUntuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan dalam bidang keselamatan kerja kebakaran dan kewaspadaan terhadap bencana
Kebijakan Kebijakan Pengelolaan SDM P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana) di RSU Banyumas mengenai Adanya program pendidikan dan pelatihan baik intern maupun ekstern Rumah Sakit
Prosedur1. Ketua Panitia K3 menerima informasi mengenai pendidikan dan pelatihan K3 dari Direktur, Ketua Panitia K3 menunjuk anggota untuk mengikuti pelatihan
2. Ketua Panitia K3 mendengar atau mengetahui adanya diklat tentang K3, mengusulkan anggotanya untuk mengikuti pendidikan dan latihan kepada Direktur melalui Kepala Bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan
3. Setelah selesai mengikuti Pendidikan dan Pelatihan, melapor kepada Direktur dan atau Ketua Panitia K3 dan atau Kepala Bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan
4. tentang hasil diklat untuk kemudian dipresentasikan / disosialisasikan di forum pertemuan rumah sakit dan forum pertemuan Panitia K3.
Unit TerkaitBidang Diklitbang
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPEMBUATAN ATAU REVISI PROSEDUR TETAP DAN KEBIJAKAN
No. Dokumen :
10/23/634/IK/2009Nomor Revisi :
6Halaman :
1 / 2
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian1. Apabila ada kegiatan yang belum ada prosedur maka Ketua PANITIA K3 membuat prosedur dan atau kebijakan bersama dengan stafnya.
2. Apabila ada prosedur atau kebijakan yang sudah tidak sesuai dengan pelaksanaannya maka Ketua PANITIA K3 merevisi prosedur atau kebijakan tersebut bersama dengan anggotanya.
3. Apabila ada perubahan format prosedur / kebijakan yang berlaku di RSU Banyumas maka diadakan revisi prosedur / kebijakan yang tidak sesuai lagi.
TujuanAgar Pelaksanaan Kegiatan PANITIA K3 dapat berjalan lancer tanpa kesulitan maupun hambatan - hambatan.
KebijakanKebijakan Pengelolaan SDM P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana) di RSU Banyumas mengenai Pertemuan di Pokja K3 sesuai kebutuhan dan salah satu agendanya adalah pembahasan tentang prosedur tetap/Kebijakan dan lainnya sesuai kesepakatan
Prosedur1. a. Anggota PANITIA K3 mengusulkan pembuatan
prosedur atau kebijakan pada pertemuan bila ada
kegiatan yang belum ada prosedurnya atau
kebijakannya.
b. Anggota PANITIA K3 mengusulkan revisi /
perubahan prosedur atau kebijakan pada pertemuan
bila ada kegiatan yang pelaksanaannya tidak sesuai
lagi dengan prosedur / kebijakan yang ada.
2. Hal diatas didiskusikan dalam pertemuan
PEMBUATAN ATAU REVISI PROSEDUR TETAP DAN KEBIJAKAN
No. Dokumen :
10/23/634/IK/2009Nomor Revisi :
6Halaman :
2 / 2
2. Petugas yang ditunjuk membuat rancangan prosedur/kebijakan4. Ketua Panitia K3 menyempurnakan prosedur yang dibuat / diperbaiki kemudian diserahkan kepada bagian pengetikan sesuai dengan format yang ada
5. Ketua K3 menyampaikan prosedur / kebijakan yang dibuat / diperbaiki kepada Direktur dan selanjutnya dimintakan penetapannya untuk diberlakukan.
6. Prosedur / kebijakan yang sudah ada ditetapkan oleh Direktur diinformasikan kepada semua staf lewat pertemuan Panitia K3.
Unit terkaitAdmin
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENGGUNAAN PESAWAT HT UNTUK K3
No. Dokumen:
10/24/635/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian Pesawat Handy Talky adalah sejenis alat komunikasi yang dipakai sebagai sarana penunjang dalam keadaan darurat untuk membantu menangani musibah / bencana yang terjadi di lingkungan rumah sakit Banyumas dengan melibatkan instansi terkait.
Tujuan Untuk memperlancar dan mempercepat informasi apabila terjadi musibah kecelakaan dan bencana dengan instansi terkait.
Kebijakan Kebijakan komunikasi dan langkah-langkah antisipasi terjadinya bencana antara lain tata cara komunikasi dengan alat alat komunikasi yang ada di RSU Banyumas
Prosedur 1. Pesawat HT diutamakan untuk kepentingan emergensi / K3
2. Kondisikan setiap hari pesawat HT dalam keadaan siap pakai dengan cara melakukan pengisian baterai (charger).
3. Posisikan pesawat HT pada frekwensi 633 Hz sebagai pintu masuk dan keluar.
4. Gunakanlah bahasa baku orari atau bahasa lain yang sopan, baik dan singkat
5. Informasi frekwensi instansi terkait :
a. Polisi frekuensi 710 kode panggilan Badai Banyumas (Polsek Banyumas)
b. Dinas Kebakaran frekuensi 14.43
c. Satlak PBP Frek. 14.43
Unit Terkait Bidang / Bagian, Sub Bidang / Sub Bagian, Instalasi, Ruang
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPEMAKAIAN TELEPHONE UNTUK K3
No. Dokumen:10/25/636/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian Pemakaian telephone untuk K3 dimaksudkan apabila terjadi musibah / bencana telephone tsb tidak sedang digunakan untuk kepentingan lain. Nomor Telephone khusus untuk kepentingan K3 adalah 796511
Tujuan Untuk mempercepat dan memudahkan hubungan dengan intansi terkait K3.
Kebijakan Kebijakan komunikasi dan langkah-langkah antisipasi terjadinya bencana antara lain tata cara komunikasi dengan alat alat komunikasi yang ada di RSU Banyumas
Prosedur 1. Siapkan nomor telepon yang akan dituju
2. Siapkan catatan mengenai pokok pembicaraan
3. Angkat gagang telepon, tunggu sampai terdengar nada pilih, lalu tekan nomor yang dituju
4. Bila terdengar nada sibuk, tunggu sebentar, lalu tekan lagi
5. Ucapkan salam, kemudian bicaralah dengan singkat dan padat
6. Jika yang dihubungi tidak ada di tempat, tinggalkan pesan bahwa akan ditelpon kembali
7. Jika selesai bicara, letakkan gagang telepon pada tempatnya
Unit Terkait Bidang / Bagian, Sub Bidang / Sub Bagian, Instalasi, Ruang
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENGGUNAAN PENGAMAN PASIEN DI TEMPAT TIDUR
No. Dokumen: 10/26/637/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian
Pengaman tempat tidur digunakan untuk menjaga agar pasien tidak jatuh ke lantai
TujuanPetugas ruang rawat inap mengetahui cara mengamankan pasien di tempat tidur agar tidak terjadi kecelakaan/ pasien jatuh
KebijakanKebijakan Perlengkapan Keamanan Pasien
Prosedur
B. Menutup/memasang pengaman pasien di tempat tidur.
1. Angkat pengaman dari posisi bawah ke posisi atas sambil ditarik.
2. Pada posisi tegak lurus, pengaman ditekan ke bawah untuk mengunci
3. Chek pengaman dengan menggoyang sampai tidak membuka
C. Membuka pengaman pasien di tempat tidur
1. Tarik ke atas pengaman dari tempat tidur hingga pengaman dapat digoyang
2. Pindahkan posisi atas ke posisi bawah dengan memutar pengaman
Unit terkaitRawat Inap, rawat jalan, ICU, IBS, IGD, VK, Penunjang
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENGGUNAAN PENGAMAN WC/KAMAR MANDI
No. Dokumen:
10/27/638/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian
Pengaman WC/ pegangan tempel dinding berfungsi untuk alat bantu bagi pengguna WC yang mengalami kesulitan untuk berdiri/ jongkok
TujuanPengguna WC/ Pasien mengetahui cara penggunaan alat bantu keselamatan agar terhindar dari kecelakaan diri di WC
KebijakanKebijakan Perlengkapan Keamanan Pasien
Prosedur
1. Pegang tangkai pengaman dinding
2. Kaki melangkah naik ke atas closet
3. Jongkok sambil memegang tangkai dinding
4. Bila sudah selesai, berdiri sambil memegang tangkai dinding
5. Kaki melangkah turun closet
6. Lakukan dengan hati-hati agar tidak tergelincir
Unit terkaitPengguna WC/Kamar Mandi
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENGGUNAAN BEL DI KAMAR MANDI / WC
No. Dokumen: 10/28/639/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian
Bel ruang WC berfungsi untuk alat bantu panggilan kepada petugas/ untuk minta pertolongan
TujuanPengguna/ pasien WC dapat menggunakan bel untuk meminta pertolongan petugas dengan memencet tombol bel dinding
KebijakanKebijakan Perlengkapan Keamanan Pasien
Prosedur
1. Baca petunjuk
2. Pencet knop untuk minta pertolongan petugas
3. Bel berbunyi di sentral petugas
4. Petugas mengetahui posisi yang membutuhkan pertolongan
5. Petugas dating untuk menolong di lokasi kejadian
Unit terkait
Karyawan, Pasien dan Pengunjung
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENGGUNAAN PENGAMAN JALAN MIRING UNTUK PEJALAN KAKI
No. Dokumen: 10/29/640/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian
Pegangan dinding di jalan nanjak/ ram untuk alat bantu bagi pejalan kaki/ pembawa kereta
TujuanPetugas, pengunjung, pasien mengetahui fungsi pengaman jalan nanjak/ turun yang tersedia alat pengaman dinding dan cara penggunaannya
KebijakanKebijakan Perlengkapan Keamanan Pasien
Prosedur
A. Berjalan naik
1. Pegang tangkai dinding 1 X naik
2. Kaki melangkah 1 X naik
3. Lakukan langkah 1 dan 2 dengan langkah kaki pendek ( + 40 cm )
B.Jalan turun
1. Pegang tangkai dinding 1 X turun
2. Kaki melangkah 1 X turun
3. Lakukan langkah 1 dan 2 dengan langkah kaki pendek ( + 40 cm )
Unit terkaitPengguna jalan naik/turun dari dan ke ruang Kanthil dan ruang atas Melati
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENGGUNAAN PEGANGAN DINDING BANGSAL
No. Dokumen:
10/30/641/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian
Pegangan dinding ruang rawat sebagai alat bantu bagi pasien yang berjalan/ latihan jalan
TujuanPengguna pegangan dinding ( Pasien ) mengetahui cara dan fungsi alat pengaman
KebijakanKebijakan Perlengkapan Keamanan Pasien
Prosedur
1. Pasien dipandu berjalan ke tempat yang ada pengaman pegangan
2. Pasien memegang pengaman yang menempel di dinding untuk menjaga dirinya agar tidak jatuh
3. Pasien berjalan pelan-pelan sambil berpindah memegang pengaman
Unit terkaitPenderita yang menggunakan jalan ruangan ( latihan jalan )
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasBERJALAN DI JALAN TANGGA NAIK - TURUN
No. Dokumen: 10/31/642/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian
Pengguna jalan tangga mengetahui kemudahan cara menggunakannya agar selamat dari kecelakaan
TujuanPengguna jalan tangga naik dan turun mengetahui cara berjalan dengan benar dan terhindar/ dapat mengantisipasi diri bila terjadi hambatan/ gangguan dengan pengaman pegangan dinding
Kebijakan
Kebijakan Perlengkapan Keamanan Pasien
Prosedur
A. Berjalan naik
1. Pegang pengaman 1 X naik
2. Kaki melangkah naik 2 X tangga
3. Lakukan langkah 1,2 sampai akhir tangga
B. Berjalan turun
1. Pegang pengaman 1 X turun
2. Kaki melangkah turun 2 X tangga
3. Lakukan langkah 1,2 sampai akhir tangga
Unit terkait
Pengguna jalan naik/ turun ke dan dari ruang Kanthil dan Ruang atas Melati
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENGKAJIAN PROGRAM
No Dokumen10/32/643/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PengertianPengkajian prosedur dilakukan untuk evaluasi pelaksanaan prosedur K3
TujuanUntuk mengevaluasi prosedur keselamatan dan kesehatan kerja
Kebijakan Kebijakan Pengelolaan SDM P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana) di RSU Banyumas mengenai Pertemuan di Pokja K3 sesuai kebutuhan dan salah satu agendanya adalah pembahasan tentang prosedur tetap/Kebijakan dan lainnya sesuai kesepakatan
Prosedur1. Program / kegiatan diidentifikasi permasalahan / hambatan hambatannya.
2. Permasalahan / hambatan diuraikan sebab - sebabnya
3. Sebab permasalahan dicarikan alternative penyelesaiannya
4. Memilih Alternatif permasalahan yang mampu untuk dilaksanakan
5. Merekomendasikan tindak lanjut permasalahan
6. Melaksanakan tindak lanjut atas persetujuan Direktur.
Unit TerkaitAdmin
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENGADAAN BAHAN BERBAHAYA DI RSU BANYUMAS
No. Dokumen :
10/33/644/IK/2009Nomor Revisi :
2Halaman :
1 / 1
PROSEDUR TETAPTanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian Bahan berbahaya adalah bahan kimia H2SO4, H2O2, alkohol, fluorocuracil injeksi.
TujuanAgar diperoleh bahan berbahaya yang memenuhi syarat standar MSDS ( Material Safety Data Sheet ) atau LDP ( Lembar Data Pengaman ).
KebijakanPengadaan jasa dan barang berbahaya antara lain pengelolaan/penyimpanan Bahan Berbahaya
Prosedur1. Setiap awal pekan petugas gudang melaporkan sisa perbekalan farmasi yang tinggal lebih kurang 25% kepada Petugas pengadaan dan ditulis pada buku yang tersedia.
2. Petugas pengadaan membuat pesanan perbekalan farmasi yang diperlukan pada surat pesanan.
3. Pengiriman Bahan Berbahaya syaratnya harus dilampiri MSDS tercantum dalam SPK
4. Petugas pengadaan menyampaikan surat pesanan kepada Distributor baik secara langsung atau faxcimile atau telpon.
5. Pesanan yang datang diterima oleh petugas gudang / penerima barang sesuai dengan prosedur penerimaan perbekalan farmasi.
Unit TerkaitTim / Panitia Pengadaan Barang, SMF, Farmasi, Laboratorium
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENANGGULANGAN KERACUNAN ACETON
No Dokumen10/34 /645/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PengertianKontaminasi Aceton terjadi melalui pernafasan, iritasi mata, hidung dan tenggorokan. Konsumsi Aceton dalam jumlah 10 20 ml tidak menimbulkan gejala apapun, namun jika konsumsi sudah mencapai di atas 200 mL dapat menyebabkan koma yang serius bagi orang dewasa, walaupun 400 mL mungkin tidak serius, dan 2 3 mL / kg diketahui sebagai dosis keracunan bagi anak-anak. Gejala-gejala yang timbul pada korban keracunan zat golongan acetone adalah mual-mual, muntah, pendarahan lambung, kesemutan, batuk, sesak nafas, dan gejala-gejala yang timbul pada kasus keracunan golongan ethanol-methanol.
TujuanUntuk menjaga keselamatan dan kesehatan karyawan di lingkungan kerja
KebijakanPengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan dan tindakan yang berhubungan dengan keadan darurat dalam penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
Prosedur 1. Jika pasien tidak koma, rangsang muntah dengan menggunakan Charcoal dan Saline Catharsis.
2. Asidosis dapat diatur dengan sodium bikarbonat. Kehidupan acetone dalam plasma diperkirakan sekitar 28 jam.
3. Perubahan ke arah pembaikan kesadaran dan gejala lain dapat dilakukan sedikit demi sedikit secara perlahan-lahan.
Unit TerkaitInstalasi Laboratorium, Instalasi Farmasi, IGD
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENANGGULANGAN KERACUNAN KARBON MONO OKSIDA
No Dokumen10/35/646/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/1
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PengertianDi atmosfer terdapat berbagai macam gas. Salah satunya adalah gas karbon monoksida. Gas ini tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa, tidak menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan, dan tercampur di dalam udara, sehingga sering disebut sebagai gas pembunuh yang tidak berjejak. Sifat-sifat yang dimilikinya ini telah menyebabkan gas ini luput dari perhatian orang. Salah satu konsep yang salah yang beredar di masyarakat luas adalah bahwa selama tidak tercium asap, maka tidak ada gas karbon monoksida. Gejala-gejala yang timbul pada korban keracunan gas karbon monoksida adalah denyut nadi meningkat, gangguan penglihatan, gangguan kesadaran, kejang-kejang, pernafasan meningkat, pusing, dan sakit kepala.
TujuanUntuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja
KebijakanPengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan dan tindakan yang berhubungan dengan keadan darurat dalam penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
Prosedur 1. Penanganan terhadap kasus keracunan gas CO adalah dengan menjauhkan korban dari sumber gas yang berbahaya tersebut.
2. Korban kemudian dapat diusahakan beristirahat, karena setiap gerakan otot biasanya membutuhkan oksigen yang cukup banyak.
Unit TerkaitInstalasi Gizi, IGD
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENANGGULANGAN KERACUNAN SIANIDA
No Dokumen10/36/647/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/2
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PengertianSianida memiliki reaksi yang cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang sangat cepat. Bau khas dari sianida biasanya tidak terdeteksi oleh orang-orang lain. Gejala yang timbul dari keracunan ini tergantung pada cara masuknya racun ini ke dalam tubuh. Hydrogen sianida merupakan gas yang paling cepat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan kematian dalam waktu yang cepat. Kalau garam sianida tertelan, reaksi menjadi lebih lambat karena terhambat penyerapannya. Gejala yang ringan biasanya berupa lemas, ngantuk, sakit kepala, mual-mual, dan muntah. Gejala lanjutannya berupa denyut nadi meningkat, gangguan kesadaran, kebiruan, muka memerah, pernafasan dangkal, pelan serta kadang-kadang meningkat, pusing, sesak nafas, serta tekanan darah menurun. Gejala-gejala ini muncul dengan cepat dan biasanya tidak begitu spesifik. Karena reaksinya yang sangat cepat, pemberian antidotum juga harus tepat pada waktunya. Sianida ini memiliki antidotum berupa Methylene Blue.
TujuanUntuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja
KebijakanPengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan dan tindakan yang berhubungan dengan keadan darurat dalam penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
Prosedur 1. Memindahkan korban ke tempat yang udaranya tidak terkontaminasi
2. Pemberian amyl nitrite sebanyak 0.2 mL setiap 5 menit akan tetapi harus dihentikan bila tekanan darah turun menjadi 80 mm Hg,
3. Pemberian pemberian oksigen murni untuk mempertahankan tekanan darah.
PENANGGULANGAN KERACUNAN SIANIDA
No. Dokumen :
10/36/647/IK/2009Nomor Revisi :
4
Halaman :
2 / 2
4. Sedangkan untuk korban keracunan karena menelan sianida, segera berikan amyl nitrite secara inhalasi 0.2 mL setiap 5 menit. Prosesnya sama dengan keracunan sianida karena inhalasi
Unit terkaitInstalasi Farmasi, Instalasi Laboratorium
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENANGGULANGAN KERACUNAN HIDROKARBON
No Dokumen10/37/648/IK/2009No.Revisi
5Halaman
1/2
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian Dua cara masuknya hidrokarbon ke dalam tubuh adalah melalui inhalasi dan tertelan. Tertelan merupakan cara yang paling sering terjadi. Cara ini mengakibatkan hidrokarbon menghasilkan sejenis racun yang dapat merusak organ tubuh, seperti saraf pusat, lambung, hati, dan jantung. Klasifikasi hidrokarbon terdiri atas:1. Alifatik : Gas (hlorda, propane, butane), Cair (hexane, octane), Padat ( parafine). 2. Aromatik : benzene, toluene, xylene, stinena, vinyl chloride.
3. Halogen : Alifatik (chloroform, carbon tetrachloride, methylene chloride), Aromatik (D.D.T., Chlordane, lindane, paradichlorobenzene, polychlorinated biphenyls). 4. Petroleum Destilasi : petroleum eter, gasoline, kerosene, fuel oil, parafine, aspal. 5. Destilasi dari kayu cemara : turpentine. 6. Destilasi dari batubara tir :benzene,toluene,xylene. Gejala-gejala yang timbul pada korban keracunan zat golongan hidrokarbon adalah batuk-batuk, gemetaran, merasa bahagia, kejang-kejang, depresi, gangguan kesadaran, perasaan panas, pernafasan dangkal dan pelan, sakit kepala, sesak nafas, mual, muntah, merasa terbakar di lambung, pernafasan berbau, dan pusing-pusing.
TujuanUntuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja
KebijakanPengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan dan tindakan yang berhubungan dengan keadan darurat dalam penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
Prosedur 1. Memindahkan pasien dari udara yang terkontaminasi,
2. Pemberian pernafasan buatan dengan oksigen,
PENANGGULANGAN KERACUNAN HIDROKARBON
No. Dokumen :
10/37/648/IK/2009Nomor Revisi :
4
Halaman :
2 / 2
3. Pengeluaran hidrokarbon yang masuk ke dalam tubuh dengan bilas lambung.
4. Bila terjadi anemia, beri transfusi darah secara terus menerus
Unit terkaitInstalasi Farmasi, Instalasi Laboratorium, IAPRS, Gizi
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENANGGULANGAN KERACUNAN KARBON TETRAKLORIDA
No Dokumen10/38/649/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/2
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PengertianSenyawa ini banyak dipakai sebagai pelarut lemak untuk membersihkan alat rumah tangga dan industri, dan dalam kedokteran untuk melepaskan plester dan sebagai suatu antelmintik. Ia juga pernah dipakai dalam beberapa jenis alat pemadam kebakaran, tetapi karena ia terurai menjadi fosgen bila dipanaskan, ia sekarang telah digantikan oleh hidrokarbon polihalogen lainnya. Dosis fatal bagi orang dewasa dengan inhalasi atau ditelan dapat sampai sekecil 3 mL. Gejala-gejala yang timbul pada korban keracunan zat kimia golongan karbon tetraklorida adalah korban mengalami gangguan kesadaran, kesemutan, lemas, mual-mual, muntah, pendarahan lambung, pernafasan dangkal dan pelan, pusing, serta sakit perut.
TujuanUntuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja
KebijakanPengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan dan tindakan yang berhubungan dengan keadan darurat dalam penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
Prosedur 1. Lepaskan pakaian yang terkontaminasi.
2. Aspirasi dan bilas lambung bila racun tertelan.
3. Terapi suportif intensif.
4. Mungkin perlu dilakukan pengobatan kegagalan akut ginjal dan hati.
Unit TerkaitInstalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat jalan, IGD, Gizi
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENANGGULANGAN KERACUNAN INSEKTISIDA
No Dokumen10/39/650/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/2
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PengertianInsektisida merupakan bahan yang digunakan untuk membunuh serangga. Penggunaan insektisida secara meluas adalah dalam bidang-bidang pertanian dan keperluan rumah tangga. Insektisida juga digunakan untuk mengendalikan penyakit seperti malaria, penyakit pes, tifoid, dan penyakit lainnya yang disebarkan oleh serangga. Pembuatan insektisida biasanya menggunakan salah satu komponen, yakni organofosfat, karbamat, organoklorin, dan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Insektisida yang menggunakan senyawa organofosfat ini sangat toksik dan mungkin insiden keracunan oleh zat-zat ini akan meningkat karena senyawa organofosfat digunakan sebagai bahan pengganti untuk D.D.T, setelah pelarangan zat ini di berbagai evers. Satu tetes eversibl pekat di mata dapat mematikan. Kematian biasanya terjadi akibat absorpsi melalui kulit, atau jarang-jarang, per oz atau secara inhalasi. Toksisitas senyawa ini disebabkan oleh inhibisi kolinesterase; kerusakan yang diakibatkan mungkin berat dan tidak eversible bila penderita tidak diobati dalam beberapa jam. Gejala-gejala yang timbul pada korban keracunan zat golongan insektisida antara lain korban berkeringat, bicara pelo atau tidak jelas, denyut nadi menurun, diare, gangguan irama jantung, gangguan kesadaran, kejang-kejang, kelumpuhan otot, lemas, mata berair, mengeluarkan air liur, mual, muntah-muntah, pucat, pupil mengecil, sakit kepala, dan sesak nafas.
TujuanUntuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja
KebijakanPengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan dan tindakan yang berhubungan dengan keadan darurat dalam penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
Prosedur 1. Penanganan kasus keracunan insektisida yang mengandung senyawa organofosfat biasanya menggunakan antidotum berupa atropine dan pralidoxime. Atropine harus segera diberikan jika keracunan diperkirakan berat.
PENANGGULANGAN KERACUNAN INSEKTISIDA
No. Dokumen :
10/39/650/IK/2009Nomor Revisi :
4
Halaman :
2 / 2
2. Penanganan kasus keracunan insektisida yang mengandung senyawa karbamat cenderung lebih rendah toksisitasnya dibandingkan dengan insektisida yang mengandung senyawa organofosfat. Karbamat ini sering dipakai pada insektisida yang digunakan di rumah tangga dan pertanian. Gejala dan cara penanganan sama dengan insektisida yang mengandung senyawa organofosfat.
Unit terkaitInstalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat jalan, IGD, Gizi
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENANGGULANGAN KERACUNAN ETHYLENE GLYCOL
No Dokumen10/40/651/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/2
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PengertianTerdapat berbagai macam glycol yang digunakan dalam industri, seperti cairan ydraulic, pengganti suhu, dalam sintesa kimia, sebagai cairan, dan sebagai komponen dari kosmetik, tinta, dan berbagai bahan-bahan kimia. Dari sekian glycol yang digunakan, hanya Ethylene Glycol yang dianggap berbahaya. Dosis fatal dari Ethylene Glycol adalah sekitar 100 gr. Seperti ethanol dan isopropanol, ethylene glycol diubah ke bentuk metabolit yang lebih racun daripada bentuk dasarnya. Ethylene Glycol didistribusikan melalui cairan tubuh, dan sebagian terurai menjadi asam oksalat, di mana asam oksalat ini diduga memegang peranan penting dalam efek toksiknya. Zat ini cenderung menyebabkan kerusakan otak dengan mekanisme yang belum diketahui. Gejala-gejala yang timbul pada kasus keracunan Ethylene Glycol mirip dengan gejala keracunan golongan ethanol methanol, dengan beberapa gejala tambahan seperti mual-mual, muntah, sakit perut, diare, nyeri punggung, gagal ginjal, gagal jantung, dan edema paru-paru.
TujuanUntuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja
KebijakanPengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan dan tindakan yang berhubungan dengan keadan darurat dalam penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
Prosedur 1. Untuk mencegah asidosis dengan menggunakan sodium bikarbonat, meningkatkan eliminasi dengan menggunakan hemodialisis.
PENANGGULANGAN KERACUNAN ETHYLENE GLYCOL
No. Dokumen :
10/40/651/IK/2009Nomor Revisi :
4
Halaman :
2 / 2
2. Ethanol harus diberikan dalam waktu 8 jam sesudah keracunan ethylene glycol, dan berlangsung sampai 5 hari. Percobaan yang dilakukan terhadap hewan, telah membuktikan bahwa ethanol dapat menghambat metabolisme dari ethylene glycol, yang secara tidak langsung mengurangi kemungkinan keracunan yang lebih berat.
Unit terkaitInstalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat jalan, IGD, Gizi
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENANGGULANGAN KERACUNAN PENEKAN SSP
No Dokumen10/41/652/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/2
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PengertianKeracunan akut dengan obat ini sering terjadi dan insidennya makin bertambah. Tak dapat dihindarkan lagi, obat ini diberikan untuk orang-orang yang sangat mungkin meracuni diri atau mencoba bunuh diri. Resiko dosis berlebih besar sekali, terutama dalam periode laten selama kira-kira 14 hari sebelum obat trisiklik tersebut menjadi efektif. Gejala-gejala yang timbul pada korban keracunan zat golongan obat anti depresan antara lain denyut nadi menurun, diare, edema paru-paru, gangguan kesadaran, pernafasan dangkal dan pelan, pupil mengecil, suhu tubuh menurun, tekanan darah menurun, dan tidak ada produksi urine.
TujuanUntuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja
KebijakanPengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan dan tindakan yang berhubungan dengan keadan darurat dalam penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
Prosedur 1. Aspirasi dan bilas lambung hanya dapat dilakukan bila dilakukan dalam waktu kurang dari 12 jam sejak kemasukan racun ke dalam tubuh.
2. Hipotensi sebaiknya diobati dengan plasma expander.
3. Bila fisostigmin gagal mengontrol konvulsi, 10 mg diazepam intravena merupakan pengobatan terpilih. Bila diazepam tidak efektif, harus diberikan 200 mg natrium fenovbarbital intramuskuler.
Unit TerkaitInstalasi Rawat Inap (Ruang Sakura)
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENANGGULANGAN KERACUNAN PERANGSANG SSP
No Dokumen10/42/653/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/2
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PengertianYang termasuk golongan obat perangsang SSP yang paling sering digunakan adalah golongan amfetamin. Banyak dokter masih tetap memberikan golongan amfetamin sebagai penekan nafsu makan, tanpa etaln yang kuat. Di samping itu, obat-obat ini diberikan dalam pengobatan narkolepsi, depresi ringan, atau parkinsonisme. Golongan ini dapat menyebabkan kecanduan, dan juga toleransi cepat terjadi. Preparat yang paling terkenal adalah amfetamin sulfat ( Benzedrine ), deksamfetamin sulfat ( Dexedrine ), dan etal amfetamin ( Methedrine ). Pada dasarnya golongan amfetamin sangat mudah diabsorpsi, baik dari saluran pencernaan maupun dari tempat parenteral. Metabolismenya belum diketahui dengan jelas, tetapi terbukti bahwa sekitar 50% dari dosis ditemukan di dalam urin dalam bentuk tak berubah. Ekskresinya sangat tergantung kepada pH yaitu sangat meningkat bila urin asam.
Gejala-gejala yang timbul pada korban keracunan zat golongan obat stimulan adalah berkeringat, demam, denyut nadi meningkat, gangguan hati dan irama jantung, gangguan penglihatan, gangguan kesadaran, gelisah, halusinasi, gemetaran, insomnia, keadaan bahagia, kebiruan, kejang-kejang, kekakuan pada muka atau leher, mual, muntah-muntah, perasaan terbakar di mulut, bibir, tenggorokan, pernafasan dangkal dan pelan serta kadang-kadang meningkat, pupil melebar, sakit kepala, sesak nafas, tekanan darah meningkat, serta tidak ada produksi urine.
TujuanUntuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja
KebijakanPengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan dan tindakan yang berhubungan dengan keadan darurat dalam penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
Prosedur 1. Dilakukan sedasi dengan menggunakan klorpromazin pada anak-anak 1 mg / kg berat badan intramuskuler dan pada orang dewasa
PENANGGULANGAN KERACUNAN PERANGSANG SSP
No. Dokumen :
10/42/653/IK/2009Nomor Revisi :
4
Halaman :
2 / 2
100 mg intramuskuler. Bila perlu diulangi lagi dengan interval setengah jam.
2. Bila amfetamin telah diberikan bersama-sama dengan barbiturat, seperti yang sering terjadi, dosis klorpromazin harus dikurangi separuhnya.
3. Tidak ada informasi yang memadai mengenai penggunaan diuresis paksa, dialisis peritoneal, hemoperfusi norit, dan hemodialisis. Tetapi karena sebagian besar obat aktif diekskresikan di dalam urin, diuresis paksa asam mungkin efektif.
Unit terkaitInstalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat jalan, IGD, Gizi, SMF
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENANGGULANGAN KERACUNAN SENG
No Dokumen10/43/654/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/2
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PengertianSeng sangat luas dipakai pada bidang industri seperti cat, dan sebagai ZnCl2 pada produksi kayu. Pada dasarnya seng diperlukan pada reaksi enzim, sintesa protein, dan metabolisme karbohidrat. Seng juga merupakan salah satu komponen dari berbagai macam enzim seperti dehidrogenasi alkohol, karbon anhidrasi, karbosipeptidasi, dan dehidrogenasilaktik. Kasus keracunan yang dilaporkan biasanya terjadi karena inhalasi dari seng oksida ataupun tertelannya salah satu garam seng. Korban akan merasa mual dan muntah-muntah, demam, kejang otot-otot, depresi, menggigil, merasa haus, diare, gangguan kesadaran, gemetaran, sakit kepala, dan lemas. Uap gas seng klorida dapat menyebabkan kematian akibat dari edema paru-paru.
TujuanUntuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja
KebijakanPengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan dan tindakan yang berhubungan dengan keadaan darurat dalam penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
Prosedur 1. Pemindahan korban dari lokasi sumber racun, dan korban dirawat secara simptomatik.
2. Salisilat dapat digunakan untuk mengontrol gejala seperti influenza,
3. Corticosteroids dapat digunakan untuk mencegah edema paru-paru.
Unit TerkaitSemua Ruangan yang sedang dilakukan pengecatan, IGD
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENANGGULANGAN KERACUNAN ASAM KOROSIF
No Dokumen10/44/655/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/2
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PengertianZat korosif merupakan unsur yang menyebabkan kerusakan pada bagian tubuh bila terkena zat tersebut, yang disebabkan karena koagulasi protoplasma, pengendapan dan penguraian protein, serta penyerapan air. Zat asam akan bersifat korosif pada konsentrasi yang pekat, bersifat iritan jika pada konsentrasi yang agak pekat, serta akan bersifat perangsang pada konsentrasi rendah. Berikut ini adalah gejala yang terjadi jika meminum asam pekat yang bersifat korosif : batuk darah, depresi, diare berdarah, diare berlendir, edema paru- paru, gangguan kesadaran, gemetar, kebiruan, lidah mengalami kerusakan, kejang- kejang, kerusakan dinding lambung, kram otot, mata berair, mengeluarkan air liur, muntah-muntah, adanya noda di sekitar mulut, merasa terbakar di mulut, bibir, tenggorokan, radang mata, sakit waktu menelan, sesak nafas, takut melihat cahaya, serta tekanan darah menurun.
TujuanUntuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja
KebijakanPengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan dan tindakan yang berhubungan dengan keadaan darurat dalam penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
Prosedur 1. Tidak boleh melakukan tindakan bilas lambung dan perangsangan muntah karena akan dapat menyebabkan kerusakan pada tenggorokan yang lebih parah.
2. Selain itu, karbonat dalam konsentrasi yang pekat juga tidak boleh digunakan, karena akan terjadi pembentukan gas yang akan lebih berbahaya dan menyebabkan perforasi.
3. Batasi pemasukan cairan melalui mulut, melainkan melalui intravena.
PENANGGULANGAN KERACUNAN ASAM KOROSIF
No. Dokumen :
10/44/655/IK/2009Nomor Revisi :
4
Halaman :
2 / 2
4. Jika ada kegagalan pernafasan harus segera dilakukan tindakan trakeostomi.
5. Luka bakar yang terdapat pada kulit dibungkus dengan salep antibiotik.
Unit terkaitInstalasi Laboratorium, IGD, Gizi
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENANGGULANGAN KERACUNAN AIR RAKSA
No Dokumen10/45/656/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/2
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PengertianKeracunan akut air raksa biasanya karena penelanan merkuri klorida atau merkuri sianida, dan kurang sering oleh merkuroklorida karena walaupun dalam dosis besar, air raksa jenis ini sulit diabsorpsi. Merkuri klorida digunakan sebagai disinfektan yang kuat dan sangat toksik, dosis fatalnya dapat sekecil 500 mg. Keracunan akut air raksa dapat pula terjadi karena kecelakaan industri yaitu inhalasi uap air raksa. Kadang-kadang kasus keracunan juga dapat terjadi setelah absorpsi salep yang mengandung air raksa melalui kulit. Dan dengan tak diduga-duga setelah menelan obat yang dibuat secara ilegal seperti amfetamin yang tercemar air raksa. Dalam bentuk logam, air raksa tidak toksik bila ditelan karena ia tidak diabsorpsi. Gejala-gejala yang timbul pada korban keracunan zat air raksa adalah bicara ngawur, diare, emosi berlebihan, gangguan kesadaran, gemetaran, kejang-kejang, muncul kelainan kulit, kelumpuhan otot, kesemutan, lemas, lidah berasa logam, mengeluarkan air liur, radang mulut dan paru-paru, serta tidak mempunyai nafsu makan.
TujuanUntuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja
KebijakanPengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan dan tindakan yang berhubungan dengan keadaan darurat dalam penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
Prosedur 1. Pada keracunan per oz, bila mungkin harus dilakukan bilas lambung dengan menggunakan 250 mL larutan natrium folmaldehid sulfoksilat 5 %, kemudian 100 mL lagi harus ditinggalkan di dalam lambung setelah pembilasan. Zat ini mereduksi ion merkuri bivalen menjadi bentuk merkuro yang kurang larut, sehingga absorpsi air raksa berkurang.
2. Dimerkaprol ( BAL ) harus segera diberikan, seperti pada keracunan arsen.
PENANGGULANGAN KERACUNAN AIR RAKSA
No. Dokumen :
10/45/656/IK/2009Nomor Revisi :
4
Halaman :
2 / 2
3. Oliguri atau anuri harus diobati dengan tindakan medis rutin pada masa dini. Namun bila gagal, mungkin perlu dilakukan dialisis peritoneal atau hemodialisis.
4. Bila ada reaksi yang merugikan karena dimerkaprol, penisilamin harus dicoba.
5. Setelah inhalasi, mungkin diperlukan perawatan pernafasan intensif, dimana 100 mg hidrokortison intravena setiap 6 jam dapat mencegah atau mengurangi komplikasi pada paru-paru.
Unit terkaitSemua Ruangan yang memiliki Tensimeter air raksa, IGD
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENANGGULANGAN KERACUNAN FORMALDEHYDA
No Dokumen10/46/657/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/2
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PengertianBanyak industri yang menggunakan berbagai macam aldehydes, namun hanya dua macam aldehydes yang dianggap berbahaya, antara lain formaldehyde dan acetaldehyde. Formaldehyde adalah suatu gas yang tidak berwarna dan dapat terbakar serta berbau khas. Sebanyak 40% ditemukan dalam campuran air formalin untuk digunakan sebagai desinfektan dan antiseptik. Karena sifatnya yang sangat reaktif, formaldehyde banyak digunakan pada cat, adhesif, pengering, bensin, kertas, dan produk kimia lainnya. Dosis formaldehyde yang dapat menyebabkan keracunan adalah 60 sampai 90 mL. Dalam hitungan menit, pasien yang keracunan formaldehyde akan mengalami asidosis metabolisme. Gejala-gejala pada korban keracunan golongan formaldehide mirip dengan gejala keracunan ethanol-methanol, dengan tambahan seperti : keluar air mata, rinitis, mata terasa gatal, batuk dan serak, sakit perut, produksi urine berkurang, nafsu makan menurun, sakit kepala, dan susah tidur.
TujuanUntuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja
KebijakanPengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan dan tindakan yang berhubungan dengan keadaan darurat dalam penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
Prosedur 1. untuk mempertahankan tekanan darah dan mengurangi ketidakseimbangan acidbase. Karena formaldehyde menyebabkan aksi korosif,
2. Dialisis adalah cara yang efektif untuk mengeluarkan asam dari dalam darah, dan pengeluaran dengan cara ini dapat membantu penanganan dari asidosis.
PENANGGULANGAN KERACUNAN FORMALDEHYDA
No Dokumen10/46/657/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/2
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Unit TerkaitInstalasi Rawat Inap, Instalasi Pemulasaran jenazah, IGD
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENANGGULANGAN KERACUNAN METHANOL / ETHANOL
No Dokumen10/47/658/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/2
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
1 Mei 2009DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PengertianEthanol dan methanol adalah jenis alkohol yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Kedua jenis zat kimia ini sering disebut sebagai alkohol. Alkohol tidak berwarna dan menimbulkan suatu perasaan terbakar di mulut dan tenggorokan bila diminum. Pada dasarnya, alkohol bersifat racun bagi otak. Alkohol yang murni berupa cairan yang bening, mudah menguap, dan mempunyai aroma yang khas. Penyerapan dari alkohol biasanya dari usus halus dan lambung. Konsentrasi alkohol dalam darah sudah bisa ditemukan dalam waktu 5 - 10 menit setelah meminum alkohol, dan mencapai puncaknya setelah 30 menit meminum alkohol. Dibutuhkan waktu yang lama agar kadar puncak alkohol dalam darah ini bisa menyebabkan ketergantungan dan keadaan lainnya seperti gastritis dan hiperemia. Dosis fatal bukan hanya tergantung dari jumlah yang diminum tetapi juga tergantung pada kebiasaan seseorang dan jenis minumannya. Misalnya, alkohol absolut sebanyak 5 oz bisa berakibat fatal. Untuk anak-anak berusia di bawah 12 tahun, alkohol absolut sebanyak 2 oz juga sudah dapat berakibat fatal. Bila alkohol diminum dalam jumlah yang banyak oleh seseorang yang tidak mempunyai kebiasaan minum alkohol, bisa menyebabkan kematian dalam beberapa menit. Korban yang keracunan golongan Ethanol - Methanol biasanya banyak bicara, bicaranya ngawur, denyut nadi menurun, terjadi gangguan pengendalian diri, gangguan penglihatan, gangguan kesadaran, gangguan koordinasi, kejang-kejang, muka memerah, pernafasan berbau alkohol, biasanya dangkal dan pelan, pupil mata mengecil, serta suhu badan akan menurun.
TujuanUntuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja
PENANGGULANGAN KERACUNAN METHANOL / ETHANOL
No. Dokumen :
10/47/658/IK/2009Nomor Revisi :
4
Halaman :
2 / 2
KebijakanPengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan dan tindakan yang berhubungan dengan keadaan darurat dalam penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
Prosedur 1. Untuk mengeluarkan racun bisa diupayakan agar pasien muntah secara mekanis yaitu dengan menekan orofaring. Zat kimia perangsang muntah hanya digunakan jika keadaan umum pasien cukup baik.
2. Bilas lambung harus dilakukan walaupun pasien dalam keadaan tidak terkendali. Bahan yang diperoleh dari bilas lambung yang pertama diambil untuk pemeriksaan kimia, kemudian bilas lambung dilanjutkan sampai hasil bilas lambung tidak mengandung bau alkohol.
3. Berikan minuman hangat seperti teh atau kopi.
4. Pernafasan buatan serta oksigen diberikan jika ditemukan adanya tanda-tanda penekanan pernafasan.
5. Obat stimulan seperti coramine dan nikethamide diberikan dalam bentuk suntikan.
6. Upayakan suhu pasien selalu hangat.
7. Untuk mengatasi asidosis, diberikan soda bikarbonat melalui oral.
8. Jika pasien gelisah, berikan Mephenesin dengan dosis 1 - 3 gr.
9. Antibiotik diberikan sebagai tindakan profilaksis terhadap infeksi paru-paru.
Unit terkaitInstalasi Rawat Inap, IGD
Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl. Rumah Sakit No. 1BanyumasPENANGGULANGAN KERACUNAN BESI
No Dokumen10/48/659/IK/2009No.Revisi
4Halaman
1/2
PROSEDUR TETAP
top related