proses terapi rasional
Post on 08-Apr-2016
80 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PROSES TERAPI RASIONAL
Prinsip dalam menentukan pengobatan pasien yang pertama adalah tetapkan
masalah pasien. Setelah diketahui diagnosis kerja dari penyakit pasien itu, hal kedua adalah
harus menegaskan tujuan terapi dan memilih terapi dari masalah pasien tersebut. Dalam
memilih tujuan terapi, harus diperlukan empat pendekatan dalam mengobati yaitu: informasi
atau nasihat; terapi non-obat; terapi obat; dan perujukkan. Kadang diperlukan pendekatan
kombinasi. Dalam memberikan informasi atau nasihat, harus diperhatikan tujuannya yaitu
untuk menimbulkan pengetahuan dan pemahaman pada diri pasien tentang tindakan medis
yang akan dialaminya sehubungan dengan masalah kesehatan yang dideritanya baik dari
tujuan sampai prognosis tentang masalah pasien. Ketika memberikan terapi obat harus
diperhatikan kemanjuran, keamanan, kecocokan dan juga biaya tentang obat itu sendiri.
Setelah memilih terapi, hendaknya harus melakukan hal ketiga yaitu diteliti cocok
tidaknya terapi-P untuk masalah pasien ini, apakah terapi ini manjur dan aman. Harus
dipikirkan dosis, sediaan dan efek sampingnya. Selain itu harus dipikirkan apakah obat
tersebut diperlukan atau tidak dalam pengobatan. Setelah dilakukan hal tersebut, lakukan hal
ke empat yaitu mulailah pengobatan sambil memberikan nasihat mengenai obat tersebut
dan mengajaknya untuk mematuhi jenis pengobatan yang telah ditentukan. Jelaskan secara
singkat dengan kata-kata yang mudah dimengerti oleh pasien, kemudian tuliskan resep dan
bubuhkan identitas pasien meliputi nama, usia dan alamat kalau perlu nomer indentitas dan
semua ditulis secara jelas
Langkah ke lima adalah memberikan penjelasan tentang obat, cara pakainya dan
peringatan. Dan jangan sampai lupa, ingatkan pasien tentang efek samping, aturan
pengobatan dan pantangan-pantangan saat meminum obatnya jika perlu. Untuk meyakinkan
bahwa pasien mengerti, ada baiknya diminta untuk mengulang penjelasannya dengan kata-
kata sendiri. Langkah terakhir adalah memantau pengobatan. Hal ini harus diperhatikan jika
memang pasien tidak datang kembali, ia mungkin sembuh. Namun apabila belum sembuh,
dipikirkan tiga kemungkinan yaitu (1) pengobatan tidak manjur, (2) pengobatan tidak aman
atau (3) pengobatan tidak nyaman. Intinya, yang harus dipikirkan jika pasien tidak sembuh
adalah mengkaji ulang apakah diagnosis, pilihan terapi dan pemantauan terapi apakah sudah
benar serta apakah obat tersebut sudah diminum sesuai aturan. Jika memang belum, harus
dimulai dari awal.
LANGKAH PRESKRIPSI YANG BENAR DAN RASIONAL
Merupakan langkah yang ke 4 pada proses terapi rasional yaitu langkah yang
diperlukan setelah dokter menentukan pengobatan dengan obat. Langkah tersebut meliputi
(1) pemilihan jenis bahan obat yang tepat, (2) menentukan dosis yang tepat, (3) menentukan
aturan pemberian meliputi frekuensi, waktu dan lamanya pemberian obat, (4) memilih BSO
dan jumlah yang diperlukan secara tepat, (5) memilih tipe formula resep yang tepat, (6)
menuliskan resepnya secara baik/ benar dan (7) memberikan informasi yang benar kepada
pasien.
1. Pemilihan jenis bahan obat yang tepat
Untuk terwujudnya terapi yang rasional, serta meningkatkan daya guna dan
hasil guna serta biaya yang ekonomis, maka perlu memahami criteria jenis bahan obat
dalam preskripsi. Bahan obat dalam resep termasuk bagian unsure inscription dan
dapat merupakan bahan baku, obat standart (obat dalam formula baku/ resmi, sediaan
generi) atau bahan jadi/ paten.
Nama obat dapat dipilih dengan nama generic (nama resmi dalam buku
farmakope Indonesia) atau nama paten (nama yang diberikan oleh pabrik obat).
Penggunaan jenis sediaan obat paten oleh praktisi medic perlu juga diperhatikan
kekuatan bahan aktif atau komposisi obat yang terkandung didalamnya agar pilihan
obat rasional dan pelayanan apotek dapat tidak memberikan masalah.
2. Menentukan dosis obat yang tepat
Agar obat memberikan efek terapi, maka jumlah (dosis) obat yang tepat
diperlukan untuk menghasilkan efek tersebut adalah sangat penting. Untuk dapat
menetapkan dosis yang tepat, perlu memahami macam-macam dosis (antara lain dosis
awal, dosis pemeliharaan dan dosis maksimal), cara menetapkan dosis dan faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi penentuan dosis obat bagi penderita. Besarnya dosis
setiap obat yang tercantum dalam pustaka, merupakan dosis lazim obat untuk
memberikan efek terapetik pada populasi. Dengan demikian kalau digunakan kadang
perlu penyesuaian secara individual.
Dosis yang tertulis dalam resep merupakan jumlah obat yang diperlukan
penderita (secara individual) agar obat memberikan efek yang diharapkan (=dosis
terapi), diwujudkan pada unsure signature yang menyatakan dosis per-kali pemberian.
Faktor yang sering dipertimbangkan untuk menentukan dosis (individual) terutama
sifat (fisika, kimia, toksisitas) obat, bioavailabilitas obat dalam sediaan obat, kondisi
penyakit (kronis, akut), kondisi penderita (anak, lansia, obesitas dll) dan cara
pemberian obat (oral, rectal, parenteral)
Perhitungan dosis selain menghitung dosis obat perhari, maka diperlukan
perhitungan dosis per kali pemberian. Hal ini diperlukan berkaitan dengan
kelengkapan yang diperlukan dalam menuliskan unsure signatura
3. Menentukan aturan pemberian
Frekwensi pemberian, dosis perkali pembagian, waktu pemberian obat
merupakan unsur signature dalam preskripsi dokter. Aturan tersebut disusun/ dipilih
secara tepat agar memberikan pengobatan yang efektif dan aman bagi pasien. Dalam
memberikan frewensi obat harus dipertimbangkan farmakokinetik oba, bentuk
sediaan yang dipilih dan yang paling mudah dilaksanakan pasien, agar pasien semakin
taat mengikuti jadwal pemberian obat. Adanya kemajuan teknologi kefarmasiaan, saat
ini obat-obat dengan t ½ pendek dapat diformulasikan sedemikian rupa sehingga
pemberian dapat diberikan hanya 1 -2 kali/ hari.
Waktu yang tepat dalam meminum obat perlu diperhatikan agar obat
memberikan efek yang optimal, aman dan mudah di ikuti pasien. Bila absorpsi obat
dilambung memerlukan dalam kondisi kosong agar memberikan konsentrasi obat
dalam darah memadai, maka perlu diberikan sebelum makan (1/2 – 1 h a.c) untuk
obat yang mengiritasi lambung sebaiknya diberikan waktu perut kosong (d.c p.c.)
untuk obat-obat yang diberikan dalam aturan sekali sehari, perlu dijelaskan kapan
obat tersebut diminum sehingga didapat hasil yang optimal.
4. Memilih BSO dan jumlah yang diperlukan secara tepat
Adanya bentuk sediaan obat (BSO) yang bermacam-macam, merupakan
tantangan bagi praktisi medic dalam memilih BSO yang tepat. Ada 4 faktor yang
perlu diperhatikan dalam menetapkan BSO, yaitu: (1) faktor obat, (2) faktor
bioavailabilitas obat, (3) faktor penyakit dan (4) faktor penderita.
5. Memilih tipe formula resep yang tepat
Ada 3 macam formula resep yang dapat digunakan dalam menyusun preskripsi
(formula magistralis, officinalis atau spesialitis). Pemilihan formula tersebut perlu
mempertimbangkan, yaitu:
a. Menjamin ketepatan dosis
b. Menjaga stabilitas obat
c. Menjaga kepatuhan pasien dalam meminum obat
d. Biaya/ harga terjangkau
6. Menuliskan preskripsi dalam blankoresep yang benar
Penulisan preskripsi perlu secara lege artis yang artinya ditulis secara jelas,
lengkap dan sesuai aturan/ pedoman baku, serta menggunakan singkatan bahasa latin
baku, pada blanko resep standart (ukuran lebar 10-12 cm, panjang 15-18 cm).
7. Memberikan informasi bagi penderita yang benar
Tujuan pemberian dan manfaat obat perlu dijelaskan secara edukatif kepada
pasien. Cara atau aturan pemberian walaupun sudah ditulis secara lengkap pada resep,
namun dokter perlu menjelaskan kepada pasien demikian tentang hal-hal atau
peringatan yang perlu disampaikan tentang obat dan pengobatan, misalnya perlu
diinformasikan tentang efek samping dan apakah obat tersebut diminum kalau perlu
atau dihabiskan. Dengan demikian dapat terjaga ketaatan pada sehingga terapi yang
rasional dapat terwujud.
top related