prosedur sewa dan penagihan atas aset pada pt …
Post on 15-Oct-2021
19 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PROSEDUR SEWA DAN PENAGIHAN ATAS ASET PADA PT KERETA API INDONESIA (Persero) DIVRE 1 MEDAN
SUMATERA UTARA
TUGAS AKHIR
Disusun sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma 3
Oleh: EMY IYESKA SS BR SEMBIRING
NIM 1605092043
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
MEDAN 2019
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
laporan Tugas Akhir dengan baik dan dapat selesai tepat pada waktunya.
Tugas Akhir ini disusun berdasarkan data-data yang telah penulis
dapatkan selama melakukan pengamatan dan penelitian dalam melaksanakan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT Kereta Api Indonesi (Persero) DIVRE I
Sumatera Utara. Tugas Akhir ini disusun sebagai satu syarat untuk memenuhi
penyelesaian pendidikan program Diploma 3 di Politeknik Negeri Medan.
Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan dorongan berupa tenaga, pemikiran, materi, semangat dan juga
doa dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung sehingga
laporan ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada:
1. M. Syahruddin, S.T., M.T., selaku Direktur Politeknik Negeri Medan.
2. Agus Edy Rangkuti, S.E., M.Si selaku Ketua Jurusan Administrasi Niaga
Politeknik Negeri Medan.
3. Safaruddin, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Administrasi Niaga
Politeknik Negeri Medan.
4. Suri Purnami, S.E., M.A., selaku Kepala Program Studi Administrasi Bisnis
Politeknik Negeri Medan.
5. Erwinsyah S, S.Si, M.Kom., selaku Sekretaris Program Studi Administrasi
Bisnis.
ii
6. Enda Yunita S, S.E. Ak., M.Si., selaku dosen Pembimbing 1 dan Harris P
Nasution, S.E., M.M., dosen pembimbing 2
7. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar beserta Staf Administrasi Jurusan
Administrasi Politeknik Negeri Medan.
8. Mardion selaku Pembimbing Praktik Kerja Lapangan di PT KAI (Persero)
Medan dan seluruh staf PT KAI (Persero) Medan.
9. Sahabat terkasih Krismon Sihite yang selalu ada untuk penulis dalam
menyusun laporan tugas akhir ini, dan seluruh teman-teman penulis di
kelas AB-6E.
Terimakasih terkhusus penulis sampaikan kepada Ayahanda tercinta
Adna Sembiring, S.Pd., dan Ibu tercinta Deslita Br P.Sinurat serta adik dan
keluarga yang memotivasi penulis dalam menyusun laporan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan tugas akhir ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai kalangan
demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih
kepada pembaca dengan harapan laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, Juli 2019 Penulis,
Emy Iyeska SS Br Sembiring NIM1605092043
iii
ABSTRAK
PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang transportasi untuk umum dalam negeri yang mempunyai pendapatan dari pelayanan barang dan pengusahaan aset yang akan menambah saldo nilai kekayaan bersih dalam suatu periode yang bersangkutan. Tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana menyewa suatu barang/aset yang memerlukan prosedur sesuai dengan aturan yang diberikan oleh pihak perusahaan dan mengetahui proses penagihan atas asset. Dalam menyewa sesuatu tentu saja ada langkah-langkah dan syarat-syarat yang harus dipenuhi sesuai jalur hukum yang berlaku.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan dan studi lapangan. Jenis data yang diperoleh adalah data primer dan data sekunder, kemudian data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif.
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa PT Kereta Api Indonesia (Persero) berpedoman terhadap Standar Operasional Prosedur dalam melaksanakan kegiatan terutama dalam prosedur sewa dan penagihan atas aset.
Kata kunci: Prosedur sewa, Penagihan, Aset, pada PT Kereta Api
Indonesia (Persero)
iv
ABSTRACT
PT Kereta Api Indonesia (Persero) which is one of the State-Owned Enterprises (SOEs) which is engaged in domestic public transportation that has income from the service of goods and the operation of assets that will add to the balance of net worth in a given period. This final project aims to find out how to rent an item / asset that requires procedures in accordance with the rules given by the company and know the process of billing assets. In renting something, of course there are steps and conditions that must be met according to the applicable legal channels.
Data collection was carried out by means of library studies and field studies. The type of data obtained is primary data and secondary data, then the data are analyzed using descriptive analysis techniques.
Based on the results of data analysis, it can be concluded that PT Kereta Api Indonesia (Persero) is guided by Standard Operating Procedures in carrying out activities, especially in leasing and billing procedures for assets. Keywords: Rental procedures, Billing, Assets, at PT Kereta Api Indonesia
(Persero)
v
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ................................................................................... i ABSTRAK ................................................................................................... iii ABSTRACT ................................................................................................. iv DAFTAR ISI ................................................................................................. v DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul.................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 3 1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................ 3 1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................... 4 1.5 Sistem Penulisan ........................................................................ 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5 2.1 Pengertian Prosedur ................................................................... 5 2.2 Sewa-Menyewa ......................................................................... 5
2.2.1 Defenisi Sewa Menyewa ................................................... 5 2.2.2 Hak dan Kewajiban Penyewa dan Menyewakan ................ 6 2.2.3 Risiko dalam Sewa Menyewa ............................................ 10 2.2.4 Berakhirnya Sewa Menyewa .............................................. 11 2.3 Pengertian Aset .......................................................................... 13
2.3.1 Defenisi Aset ..................................................................... 13 2.3.2 Jenis Jensi Aset................................................................. 13 2.3.3 Hidup Siklus Aset .............................................................. 14 2.3.4 Penggunaan Aset .............................................................. 15
2.4 Pengertian Surat Penagihan ....................................................... 15 2.4.1 Defenisi Surat Penagihan .................................................. 15 2.4.2 Point Penting Dalam Surat Penagihan ............................... 15 2.4.3 Prosedur Penagihan Piutang Perusahaan ......................... 16
2.4 Pengertian Standar Operasional Prosedur.................................. 17 2.4.1 Defenisi SOP ..................................................................... 17 2.4.2 Manfaat Dan Tujuan SOP .................................................. 17 2.4.3 Prinsip Penyusunan Standart Operasional Prosedur ......... 18 2.4.4 Syarat Standar Operasional Yang Baik ............................. 20
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................... 21 3.1 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 21 3.2 Jenis Sumber Data ..................................................................... 23 3.3 Teknik Analisis Data ................................................................... 24
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 25 4.1 Gambaran Umum PT KAI (Persero) DIVRE I SU........................ 25
4.1.1 Sejarah Berdirinya PT KAI (Persero) DIVRE I SU .............. 25 4.1.2 Makna Logo PT KAI (Persero) DIVRE I SU ....................... 29 4.1.3 Visi dan Misi PT KAI (Persero) DIVRE I SU ....................... 30 4.1.4 Budaya Kerja PT KAI (Persero) DIVRE I SU ..................... 31
vi
4.1.5 Struktur Organisasi PT KAI (Persero) DIVRE I SU ............ 32 4.1.6 Uraian Fungsi Tugas Pokok Perusahaan .......................... 34 4.1.7 Unit Pengusahaan Aset PT KAI (Persero)DIVRE I
SU .................................................................................... 41 4.2 Tinjauan Prosedur Sewa dan Penagihan Atas Aset Milik
PT KAI (Persero) DIVRE I SU .................................................... 42 4.2.1 Prosedur Sewa Atas Aset Milik PT Kereta Api
Indonesia (Persero) DIVRE I SU ........................................ 42 4.2.2 Prosedur Penagihan Piutang Sewa Aset PT KAI
DIVRE I SU ........................................................................ 46 4.2.3 Standar Operating Prosedur (SOP) Kerjasama Atas
Aset PT KAI DIVRE I SU.................................................... 48
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 52 5.1 Simpulan .................................................................................... 52 5.2 Saran ......................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 54
LAMPIRAN
vii
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul
Lampiran 1. Bagan Struktur Unit Pengusahaan Aset.
Lampiran 2. Syarat dan Ketentuan perjanjian Sewa Aset PT Kereta Api
Indonesia (Persero).
Lampiran 3. Surat Pernyataan.
Lampiran 4. Berita Acara Negoisasi.
Lampiran 5. Formulir Aplikasi Permohonan Sewa Aset PT Kereta Api
Indonesia (Persero).
Lampiran 6. Alur Proses Bisnis Persewaan asset Divre I Sumatera Utara.
Lampiran 7. Surat nomor Virtuak Account atau Nota Dinas.
Lampiran 8. Daftar Wawancara.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
Suatu perusahaan di dalam melakukan aktivitasnya mempunyai tujuan dan
sasaran yang ingin dicapai. Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan suatu
perusahaan adalah memperoleh atau menghasilkan laba, baik itu perusahaan
yang bergerak dibidang jasa, transportasi maupun dibidang perbankan.
Berkembangnya suatu perusahaan sangat ditentukan oleh laba atau
pendapatan yang nantinya menjadi tolak ukur keberhasilan dari perusahaan
tersebut.
Begitu pula yang terjadi pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang
merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak
dalam bidang transportasi untuk umum dalam negeri yang mempunyai
pendapatan dari pelayanan barang dan Pengusahaan aset yang akan
menambah saldo nilai kekayaan bersih dalam satu periode yang bersangkutan.
Pengusahaan Aset tersebut merupakan sumber daya ekonomi yang dimiliki
oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
dan dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan perusahaan atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset yang dapat disewa tersebut terdiri
dari aset railway dan aset non railway. Aset Railway ini dikelompokkan dalam
aset yang dimiliki dengan maksud untuk digunakan dalam kondisi siap
digunakan. Aset tersebut mencakup tanah, rumah dinas, bangunan gedung,
halaman parkir. Seiring dengan perkembangan bisnis, tidak dapat dipungkiri
bahwa di daerah perkotaan banyak yang menggunakan sistem sewa tanah
2
atau sewa gedung (yaitu sebidang tanah dengan ukuran tertentu yang
disewakan oleh pemilik tanah kepada penyewa).
Hal ini biasanya disebabkan oleh mahalnya harga beli tanah atau gedung di
pusat perkotaan sehingga memungkinkan orang tidak berani berspekulasi,
apalagi arah perkembangan bisnis dewasa ini susah diprediksi. Sewa tanah
sendiri merupakan salah satu pendapatan penyerahan jasa di PT Kereta Api
Indonesia (Persero) yang sangat berpotensial. Dengan adanya hubungan sewa
menyewa ini, maka kedua belah pihak telah terikat dalam suatu perjanjian.
Menyadari bahwa dari pendapatan sewa tanah merupakan pendapatan
yang potensial, maka kehadiran pendapatan memerlukan analisis yang cukup
besar dan mengandung resiko yang cukup besar pula yang dapat merugikan
perusahaan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu manajemen pendapatan yang
memliki peranan yang sangat penting di dalam suatu perusahaan dalam
kaitannya terhadap prosedur order penyewaan (aset), prosedur persetujuan
kredit, prosedur penagihan, pencatatan piutang dan pencatatan pendapatan
sehingga dapat memberikan gambaran tentang untung ruginya dilaksanakan
sewa penyewaan tanah yang baik.
Sewa adalah perjanjian antara perusahaan dengan penyewa dimana
perusahaan menyerahkan pemanfaatan aset miliknya berupa tanah dan
bangunan, serta fasilitas operasional kereta api dalam jangka waktu tertentu
dengan suatu pembayaran yang dilakukan oleh penyewa kepada perusahaan.
Asset PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang disewakan meliputi tanah,
bangunan, serta fasilitas lainnya di lingkungan PT Kereta Api Indonesia yang
tidak dipergunakan untuk operasional, potensial dan dalam keadaan free and
clear. Serta lahan PT Kereta Api Indonesia diluar lingkungan stasiun yang
3
disewakan untuk gunakan sebagai rumah tinggal, warung/kios maupun fasilitas
lainnya.
Seperti yang diketahui bahwa dalam menyewa suatu barang/aset memerlukan
prosedur sesuai dengan aturan yang diberikan oleh pihak perusahaan. Dalam
meyewa sesuatu tentu saja ada langkah-langkah dan syarat-syarat yang harus
dipenuhi sesuai dengan jalur hukum yang berlaku.
Untuk mengetahui prosedur dalam menyewa aset milik PT KAI maka
penulis tertarik mengambil judul “Prosedur Sewa dan Penagihan Atas Aset
Milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional 1 Sumatera Utara”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah yang akan dibahas adalah : “Bagaimana prosedur sewa dan
penagihan atas aset milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional 1
Sumatera Utara”.
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui bagaimana prosedur sewa dan penagihan atas aset milik
PT Kereta Api Indonesia Divisi Regional 1 Medan.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penyusunan laporan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang prosedur sewa dan
penagihan atas aset dan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh di
Politeknik Negeri Medan dengan kondisi yang ada dalam dunia kerja.
4
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis meningkatkan wawasan berpikir ilmiah dan kemampuan
menganalisis suatu masalah khususnya dalam prosedur sewa dan
penagihan atas aset.
b. Bagi PT Kereta Api Indonesia Divisi Regional ! Medan dapat dijadikan bahan
pertimbangan dan bahan masukan untuk membuat keputusan, khususnya
dalam menangani jika suatu saat timbuknya permasalahan dalam menangani
prosedur penyewaan aset.
c. Sebagai bahan refrensi bagi para pembaca buat kemajuan ilmu pengetahuan
di Politeknik Negeri Medan khususnya jurusan Administrasi Niaga.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan tugas akhir memerlukan suatu sistematika yang telah disusun
agar menjadi lebih teratur. Sistematika yang ditetapkan juga berguna untuk
membuat keseragaman dalam suatu lembaga khususnya jurusan Administrasi
Niaga Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Medan.
Adapun sistematika penulisan tugas akhir adalah:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bagian ini berisikan latar belakang pemilihan judul, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan serta sistematika
penulisan tugas akhir.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bagian ini berisikan teori yang berhubungan dengan judul tugas
akhir yang terdiri atas: pengertian prosedur, pengertian sewa,
prosedur penagihan, dan indikator-indikator prosedur.
5
BAB 3 METODE PENELITIAN
Bagian ini berisikan metode-metode yang digunakan dalam
mengumpulkan data tentang prosedur sewa dan penagihan atas
aset. Penulis menggunakan metode penelitian lapangan yang
meliputi observasi dan wawancara. Penulis juga menggunakan
metode penelitian kepustakaan untuk mengutip dan mencatat
pembahasan yang berhubungan dengan judul tugas akhir. Dalam
penulisan tugas akhir ini, penulis menggunakan data primer dan
data sekunder.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian ini berisikan gambaran umum perusahaan seperti:
gambaran umum perusahaan, sejarah perusahaan, makna logo
perusahaan, visi, misi, dan motto perusahaan serta dijelaskan
bagaimana struktur organisasi perusahaan dan uraian tanggung
jawab pegawai perusahaan. Serta bagaimana tata laksana yang
dilaksanaka di perusahaan.
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini berisikan kesimpulan dari pembahasan serta saran yang
dianggap perlu sebagai masukan bagi PT Kereta Api Indonesia
(Persero) Divisi Regional 1 Medan Sumatera Utara.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Prosedur
Menurut Tambunan (2018:17) “prosedur merupakan langkah-langkah
maupun tahapan mekanisme yang harus diikuti oleh seluruh unit organisasi
untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam Tambunan
(2018:17), defenisi “prosedur adalah tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu
aktivitas, atau dengan kata lain, metode langkah demi langkah secara pasti
dalam memecahkan suatu masalah”.
Dari beberapa pendapat penulis dapat menyimpulkan bahwa prosedur
merupakan tahap-tahap yang dilakukan untuk menjalankan suatu kegiatan
yang dilakukan oleh sebuah organisasi.
2.2 Pengertian Sewa-Menyewa
2.2.1 Defenisi Sewa Menyewa
Menurut Muhammad (2014:345), “istilah sewa-menyewai menyatakan
bahwa terdapat dua pihak yang saling membutuhkan sesuatu”. Pihak pertama
disebut “yang menyewakan”, yaitu pihak yang membutuhkan sejumlah uang
sewa dan pihak kedua disebut “penyewa”, yaitu pihak yang membutuhkan atas
suatu benda yang ingin dinikmati melalui proses tawar-menawar (offer and
acceptance). Pihak pertama disebut pihak yang menyewakan dan pihak kedua
disebut pihak penyewa.
Sewa-menyewa dapat diartikan sebagai perbuatan sehari-hari yang
terjadi antara pihak yang menyewakan benda tertentu untuk sekedar
memperoleh sejumlah uang dan pihak penyewa untuk sekedar memenuhi
7
kebutuhan kenikmatan atas benda tertentu selama waktu tertentu. Akan tetapi,
secara khusus sewa-menyewa dapat menjadi mata pencaharian bagi pihak
yang menyewakan benda. Dalam hubungan ini menyewakan benda dapat
berstatus sebagai pengusaha, produsen (profit oriented), sedangkan pihak
penyewa dapat sebagai manusia pribadi, konsumen, badan hukum yang
menikmati benda.
Perbuatan sewa-menyewa melingkupi lima unsur yaitu sebagai berikut:
1. Persetujuan adalah perbuatan yang menyatakan tercapainya kata sepakat
antara pihak yang menyewakan dan pihak penyewa mengenai benda
sewaan, uang sewa, waktu sewa, dan persyaratan sewa-menyewa.
2. Penyerahan adalah perbuatan mengalihkan hak penguasaan benda sewaan
dari pihak yang menyewakan kepada pihak penyewa untuk dinikmati.
3. Pembayaran uang sewa adalah perbuatan memberikan sejumlah uang dari
pihak penyewa kepada pihak yang menyewakan sebagai kontra prestasi
atas benda yang dikuasai untuk dinikmati oleh pihak penyewa.
4. Waktu sewa adalah ukuran lamanya sewa-menyewa berlangsung.
5. Persyaratan sewa-menyewa adalah ketentuan yang disepakati bersama
untuk memungkinkan pemenuhan kewajiban dan memperoleh hak pihak
yang menyewakan dan pihak penyewa.
Muhammad (2014:346), menyatakan “objek sewa-menyewa adalah benda
dan sewa”. Benda yang menjadi objek sewa-menyewa adalah harta kekayaan
yang berupa benda bergerak dan tidak bergerak, berwujud tidak berwujud,
harus benda tertentu atau dapat ditentukan, dan benda itu memang benda yang
boleh disewakan atau diperdagangkan. Dengan demikian, benda yang
disewakan itu statusnya jelas dan sah menurut hukum, diketahui jelas oleh
8
calon penyewa atas tawaran dari pihak yang menyewakan, dan didukung oleh
alat bukti yang sah. Oleh karena itu, calon penyewa yang jujur tidak mencurigai
benda sewaan tersebut. Harga sewa selalu dinyatakan dalam jumlah uang,
tetapi boleh juga dinyatakan berupa benda atau jasa.
2.2.2 Hak dan Kewajiban Penyewa dan Menyewakan
Dalam melakukan proses sewa menyewa pihak penyewa dan pihak yang
menyewakan memiliki hak dan kewajiban. Adapun hak dan kewajiban tersebut
adalah:
1. Kewajiban pihak yang menyewakan
Menurut Muhammad (2014:357), pihak yang menyewakan memiliki tiga
kewajiban yang wajib dipenuhi yaitu sebagai berikut:
a. Penyerahan Benda Sewaan
Pihak yang menyewakan wajib menyerahkan benda sewaan dalam keadaan
terpelihara dengan baik. Selain itu, selama waktu sewa pihak yang
menyewakan juga wajib melakukan perbaikan-perbaikan pada benda
sewaan, kecuali perbaikan ringan yang dibebankan kepada pihak penyewa.
Dalam praktik sewa-menyewa, penyerahan benda sewaan bergantung pada
sifat sewa-menyewa yaitu secara harian, bulanan, tahunan, atau jangka
waktu yang sudah ditentukan. Pada sewa-menyewa yang sudah ditentukan
jangka waktunya, penyerahan terjadi ketika pembayaran sewa dilunasi.
b. Pemeliharaan Benda Sewaan
Menurut ketentuan Pasal 1550 butir (2) KUHPdt, pihak yang menyewakan
wajib memelihara benda sewaan sedemikian rupa sehingga benda itu dapat
dipakai untuk keperluan yang dimaksud. Pemeliharaan ini
9
berlangsung sejak diadakan sewa-menyewa sampai berakhirnya sewa-
menyewa tersebut. Tujuan utama pemeliharaan adalah keselamatan,
keamanan, dan kenikmatan penyewaan.
c. Penjaminan Benda Sewaan
Kewajiban ketiga pihak yang menyewakan adalah wajib menjamin pihak
penyewa terhadap cacat benda sewaan yang mengganggu pemakaian
meskipun pihak yang menyewakan itu sendiri tidak mengetahuinya ketika
sewa-menyewa. Apabila cacat itu telah menyebabkan kerugian bagi pihak
penyewa, pihak yang menyewakan wajib memberikan ganti kerugian (Pasal
1552 KUHPdt). Akan tetapi, pihak yang menyewakan tidak wajib menjamin
pihak penyewa terhadap gangguan pemakaiannya oleh pihak ketiga tanpa
menajukan suatu hak atas benda yang disewa, dengan tidak mengurangi
hak pihak penyewa untuk menuntut sendiri pihak ketiga tersebut (Pasal
1556 KUHPdt).
2. Kewajiban Pihak Penyewa
Menurut Muhammad (2014:358), pihak penyewa harus memenuhi empat
kewajiban utama yaitu sebagai berikut:
a. Pemakaian Benda Sewaan dengan Baik
Kewajiban pertama pihak penyewa adalah memakai benda sewaan sebagai
bapak rumah tangga yang baik, maksudnya sesuai dengan tujuan yang
diberikan pada benda itu menurut perjanjian sewa-menyewa atau jika tidak
ada perjanjian tentang hal itu, menurut tujuan yang dianggap sesuai dengan
keadaan.
Apabila pihak penyewa memakai benda yang disewa untuk keperluan lain
dari yang menjadi tujuannya atau untuk keperluan sedemikian rupa
10
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pihak yang menyewakan,
menurut keadaan pihak yang menyewakan dapat menuntut pembatalan
sewa-menyewa (Pasal 1561 KUHPdt).
b. Pembayaran Uang Sewa
Kewajiban kedua pihak penyewa adalah membayar uang sewa. Dalam
Pasal 1560 butir (2) KUHPdt ditentukan, pihak penyewa wajib membayar
uang sewa pada waktu yang telah ditentukan. Pembayaran uang sewa
dapat dilakukan secara periodik atau sekaligus bergantung pada sifat sewa-
menyewa.
Dalam perjanjian sewa-menyewa tertulis, biasanya sudah disepakati dan
ditentukan jumlah uang sewa yang wajib dibayar oleh penyewa. Dalam
perjanjian sewa-menyewa tidak tertulis mungkin terjadi bahwa sewa-
menyewa sudah berjalan, tetapi jumlah uang sewa belum dapat dipastikan
sehingga timbul perselisihan mengenai jumlah uang sewa yang wajib
dibayar oleh penyewa.
c. Pengembalian Benda Sewaan
Kewajiban ketiga pihak penyewa adalah mengembalikan benda sewaan.
Kewajiban ini muncul setelah perjanjian sewa-menyewa berakhir. Jika pihak
penyewa menerima benda sewaan dalam keadaan baik, pengembaliannya
pun dalam keadaan baik, setidak-tidaknya sesuai isi kesepakatan.
d. Larangan Mengulangsewakan
Kewajiban ini dapat dicantumkan atau tidak dicantumkan dalam perjanjian
sewa-menyewa yang wajib dipenuhi oleh pihak penyewa. Penyewa tidak
boleh mengulangsewakan atau mengalihsewakan benda sewaan kepada
11
orang lain, dengan ancaman pembatalan sewa-menyewa dan pembayaran
ganti kerugian, sedangkan pihak yang menyewakan setelah pembatalan itu
tidak wajib menaati perjanjian ulang sewa.
2.2.3 Risiko Dalam Sewa-Menyewa
Menurut Muhammad (2014:364), dalam melakukan proses sewa-
menyewa tentunya ada risiko yang harus ditanggung oleh penyewa maupun
pihak yang menyewakan adapun risiko tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keadaan Memaksa dan Risiko
Dalam perjanjian sewa-menyewa dapat terjadi bahwa objek sewa-menyewa
mengalami kemusnahan akibat dari suatu peristiwa yang bukan karena
kesalahan pihak yang menyewakan atau tidak penyewa. Keadaan memaksa
adalah suatu peristiwa yang terjadi tidak disengaja dan terjadinya itu tidak
dapat diduga ketika mengadakan sewa-menyewa.
Yang dimaksud risiko adalah kewajiban menanggung kerugian yang timbul
karena keadaan memaksa.
2. Risiko Ditanggung Oleh Pemilik benda
Risiko adalah kewajiban untung menanggung kerugian yang disebabkan
oleh suatu peristiwa yang terjadi di luar kesalahan satu pihak, yang
menimpa benda objek perjanjian. Menurut ketentuan Pasal 1553 KUHPdt,
jika selama waktu sewa benda yang disewakan musnah sama sekali karena
suatu peristiwa yang bukan kesalahan satu pihak, perjanjian sewa-menyewa
gugur demi hukum. Jika bendanya hanya musnah sebagian, pihak penyewa
dapat memilih menurut keadaan, meminta pengurangan harga sewa atau
bahkan pembatalan perjanjian sewa-menyewa, tanpa berhak atas ganti
kerugian.
12
2.2.4 Berakhirnya Sewa-Menyewa
Menurut Muhammad (2014:365), perjanjian sewa-menyewa dapat
berakhir secara normal ataupun tidak normal, yakni:
1. Berakhir secara normal artinya perjanjian sewa-menyewa telah dipenuhi
sebagaimana mestinya sesuai dengan waktu yang disepakati dan kedua
belah pihak telah mencapai tujuannya.
2. Berakhir secara tidak normal artinya perjanjian sewa-menyewa tidak
terpenuhi sebagaimana mestinya karena ada beberapa faktor yang
memengaruhinya sehingga sebelum jangka waktu sewa habis, sewa-
menyewa dihentikan.
Ada tiga alasan perjanjian sewa-menyewa berakhir karena jangka waktu sewa
habis, benda sewaan musnah dan pembatalan sewa-menyewa.
1. Jangka Waktu Sewa Habis
Umunya sewa-menyewa berakhir karena jangka waktu sewa yang
ditetapkan dalam perjanjian sewa-menyewa habis atau karena unit waktu
yang dipakai sebagai dasar tarif sewa itu habis.
2. Benda Sewaan Musnah
Apabila dalam waktu sewa-menyewa benda sewaan musnah sama sekali
karena peristiwa yang bukan kesalahan satu pihak, perjanjian sewa-
menyewa gugur demi hukum. Yang dimaksud yakni perjanjian sewa-
menyewa itu berakhir bukan karena kehendak pihak-pihak, melainkan
karena keadaan memaksa. Akan tetapi jika salah satu pihak dalam
perjanjian sewa-menyewa meninggal dunia, perjanjian sewa-menyewa tidak
berakhir, ahli waris almarhum meneruskan sewa-menyewa.
3. Pembatalan Sewa-Menyewa
13
Pembatalan sewa-menyewa dapat berakhir karena pembatalan, naik
berdasarkan pada persetujuan antara pihak yang menyewakan dan pihak
penyewa maupun karena wanprestasi dengan atau tanpa putusan
pengadilan.
2.3 . Pengertian Aset
2.3.1 Defenisi Aset
Menurut Warren, dkk (2017:10) “sumber daya yang dimiliki atau
dikendalikan perusahaan disebut aset (asset)”. Sumber daya tersebut dapat
berupa benda yang mempunyai wujud fisik, seperti kas dan perlengkapan, atau
benda yang tidak berwujud tetapi memiliki nilai, seperti hak paten, hak cipta,
dan merek dagang. Beberapa contoh aset meliputi piutang usaha biaya dibayar
di muka (seperti asuransu), gedung, peralatan, dan tanah.
2.3.2 Jenis-Jenis Aset
Aset terdiri dari beberapa jenis yaitu asset tetap dan asset tak berwujud,
adapun penjelasan asset tersebut yaitu:
1. Aset Tetap
Menurut Warren, dkk (2017:486), “aset tetap (Fixed Asset) adalah aset yang
bersifat jangka panjang atau secara relatif memiliki sifat permanen seperti
peralatan, mesin, gedung, dan tanah. Nama lain yang biasa digunakan dalam
bahasa inggris untuk aset tetap adalah plant asset atau property, plant and
equipment. Aset tetap memiliki karateristik sebagau berikut:
a. Memilik bentuk fisik dan dengan demikian merupakan aset berwujud.
b. Dimiliki dan digunakan oleh perusahaan dalam kegiatan operasi.
c. Tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari kegiatan operasi.
14
2. Aset Takberwujud
Menurut IAS (Internasional Accounting Standards) 38 (atau PSAK (Pernyataan
Standart Akuntansi Keuangan) 19) dalam Warren, dkk (2017:503)
mendefenisikan “aset takberwujud adalah aset nonmoneter terudentifikasi
tanpa wujud fisik”. Agar diakui sebagai aset takberwujud, aset harus memnuhi
kondisi keterindetifikasian, pengendalian, dan adanya kemanfaatan ekonomis
masa depan. Contoh aset takberwujud adalah paten, hak cipta, merek dagang,
dan goodwill. Aset takberwujud umumnya digunakan dalam operasi
perusahaan dan tidak ditujukan untuk dijual.
2.3.3 Hidup Siklus Aset
Menurut Hindrawan, dkk bahwa siklus hidup dari aset atau kelompok
aset terdiri daeri empat fase yaitu sebagai berikut:
1. Fase Perencanaan, yaitu tahapan dimana perusahaan mengidentifikasi
kebutuhan akan adanya permintaan atas aset.
2. Fase Pengadaan, yaitu tahapan ketika aset dibangun atau dibuat, bahkan
dibeli pengadaan aset ini tergantung kebutuhan dan sesuai perencanaan.
3. Fase Operasi dan Pemeliharaan, yaitu tahapan ketika aset digunakan/
dimanfaatkan untuk tujuan yang ditetapkan.
4. Fase Penghapusan, yaitu tahapan dimana umur ekonomis suatu aset telah
habis atau ketika kebutuhan akan aset tersebut hilang.
2.3.4 Penggunaan Aset
Terdapat dua hal dalam penggunaan aset yaitu efesiensi pemakaian
aset dan optimalisasi keuntungan. Adapun penjelasan terhadap penggunaan
aset tersebut ialah:
15
1. Efesiensi Pemakaian Aset
Rasio penjualan/ total aset merupakan salah satu ukuran dalam menilai aset.
Asumsinya penggunaan aset dianggap efesien jika perusahaan dapat
mewujudkan penjualan yang semakin besar.
2. Optimalisasi Keuntungan
Angka laba harta atau laba investasi juga bisa menjadi ukuran dalam menilai
keuntungan atau profitabilitas. Angka ini berasal dari perbandingan angka
keuntungan (dari laporan laba-rugi) dan total harta/ total aset, dimana nilainya
sama dengan total investasi.
2.4 Pengertian Surat Penagihan
2.4.1. Defenisi Surat Penagihan
Menurut Finoza (2018:257), “surat penagihan adalah surat yang berisi
permintaan atau peringatan dari kreditor kepada debitor agar debitor membayar
utangnya”. Pengiriman surat penagihan dilakukan oleh kreditor bila debitor tidak
membayar utangnya pada tanggal jatuh tempo tanpa memberitahukan
penanggunghan pembayaran.
2.4.2. Point Penting Dalam Surat Penagihan
Menurut Finoza (2018:257), pokok-pokok yang perlu dikemukakan dalam
surat penagihan adalah:
1. Menyebutkan tanggal transasksi dan nomor faktur penjualan yang sudah
berlalu.
2. Menyebutkan tanggal jatuh tempo pembayaran, dan sudah berapa lama
tanggal tersebut berlalu.
3. Menyebutkan besarnya tunggakan yang harus dibayar oleh debitor.
16
4. Menyebutkan cara pengiriman uang atau cara pembayaran yang diinginkan
oleh kreditor.
5. Menyebutkan hal lain yang perlu, seperti teguran, peringatan, atau ancaman
akan melapor kepada bank yang mengeluarkan refrensi atau akan mengadu
ke kantor pengadilan, sesuai dengan sifat dan tahap penagihan.
2.4.3. Prosedur Penagihan Piutang Perusahaan
Menurut Finoza (2018:258), pengiriman surat penagihan dapat dilakukan
beberapa tahap setelah disesuaikan dengan kasus dan kondisi objektif yang
terjadi. Tahapan itu sebagai berikut:
1. Surat penagihan pertama, berisi permintaan agar debitor membayar
utangnya.
2. Surat penagihan kedua, berisi peringatan pertama karena debitor lalai
membayar utangnya.
3. Surat penagihan ketiga, berisi peringatan kedua, dan dapat disertai
ancaman: bila sampai tanggal tertentu debitor tidak membayar utangnya,
kreditor akan menagih melalui inkaso bank (bila bank dilibatkan dalam
transaksi) atau akan melapor kepada pihak yang memberi refrensi.
4. Surat penagihan keempat, berisi peringatan ketiga (peringatan terakhir) dan
dapat disertai ancaman: bila sampai tanggal tertentu debitor tidak
melakukan pembayaran, kreditor akan mengadu kepada pihak pengadilan
perdata.
2.5. Pengertian Standar Operasional Prosedur
2.5.1 Defenisi SOP
Menurut Tambunan (2019:16), “Standar Operasional Prosedur (SOP)
ialah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai proses
penyelenggaraan administrasi pemerintahan, bagaimana dan kapan harus
17
dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan”. SOP pada dasarnya merupakan
pedoman yang berisi prosedur operasional standar kegiatan yang dijalankan
dalam organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa semua keputusan
dan tindakan, serta penggunaan fasilitas proses yang dilakukan berjalan efektif
dan efesiensi, konsisten, standar, dan sistematis.
2.5.2 Manfaat dan Tujuan SOP
Menurut Tambunan (2019:19), adapun manfaat Standar Operasional
Standar sebagai berikut:
1. Standarlisasi proses dan hasil dalam penyelesaian suatu pekerjaan.
2. Meminimalisasi tingkat kesalahan yang mungkin dilakukan dalam
melaksanakan atau menyelesaikan pekerjaan.
3. Mendukung pencapaian efesiensi dan efektivitas dari pelaksanaa pekerjaan.
4. Mendukung tanggung jawab moral individual dalam melakukan pekerjaan.
5. Mendukung terciptanya kesesuaian pekerjaan, antara yang direncanakan
dengan realisasi.
Tujuan disusun nya SOP adalah sebagai berikut:
1. Supaya keseluruhan praktik kegiatan di setiap satuan kerja perangkat
daerah/instansi pemerintah/kementrian dapat dilaksanakan secara optimal
dan berkualitas.
2. Sebagai pemandu kegiatan dari awal hingga akhir, sehingga proses
kegiatan yang dilaksanakan dapat dijalankan secara berurutan, terarah,
tersistematis, teratur, dan produktif.
3. Menjaga konsistensi dan tingkat kinerja dari masing-masing instansi
pemerintah.
18
4. Memahami dengan jelas peran dan fungsi dari tiap-tiap posisi dalam
organisasi.
5. Menjelaskan jenjang atau alur tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari
masing-masing personel di dalam organisasi.
2.5.3 Prinsip Penyusunan Standar Operasional Prosedur
Menurut Tambunan (2019:150), bahwa prinsip penyusunan Standar
Operasional Prosedur yaitu sebagai berikut:
1. Kemudahan dan Kejelasan
Prosedur yang distandarkan harus dapat dengan mudah dimengerti dan
diterapkan oleh semua pegawai, bahkan oleh seorang yang sama sekali
baru dalam pelaksanaan tugasnya. SOP harus dibuat secara jelas dan
sederhana sehingga mudah dipahami dan diterapkan.
2. Efesiensi dan Efektivitas
Prosedur yang distandarkan harus merupakan prosedur yang paling
efesiensi dan efektiv dalam proses pelaksanaan tugas.
3. Keselarasan
Prosedur yang distandarkan harus selaras dengan prosedur standar lain
yang terkait.
4. Keterukuran
Output dari prosedur yang distandarkan mengandung standar kualitas
(mutu) tertentu yang dapat diukur pencapaian dan keberhasilannya.
5. Dinamis
Prosedur yang distandarkan harus dengan cepat dapat disesuaikan
dengan kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan yang berkembang
dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan.
19
6. Berorientasi pada Pengguna
Prosedur yang distandarkan harus mempertimbangkan kebutuhan
pengguna sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pengguna.
7. Kepatuhan Hukum
Prosedur yang distandarkan harus memenuhi ketentuan dan peraturan
perundang-undangan.
8. Kepastian Hukum
Prosedur yang distandarkan harus ditetapkan oleh pimpinan sebagai
sebuah produk hukum yang ditaati, dilaksanakan, dan menjadi instrumen
untuk melindungi pegawai dari kemungkinan tuntutan hukum.
2.5.4 Syarat Standar Operasional Prosedur Yang Baik
Menurut Tambunan (2019:26), Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang telah dibuat oleh setiap instansi pemerintah, sering diabaikan atau tidak
dipedomani oleh aparatur/pegawainya dengan berbagai alasan. Salah satu
alasan yang sering dijumpai adalah SOP tersebut dianggap sistem yang rumit
dan sulit untuk dilaksanakan, SOP mempersingkat ruang birokrasi, SOP yang
telah disusun kurang mendukung tercapainya tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya, SOP yang telah disusun mengakibatkan pengurangan
pemanfataan sumber daya manusia, dan alasan lainnya. Oleh karena itu, untuk
menghasilkan SOP yang baik, harus dipenuhi persyaratan, di antaranya adalah
sebagai berikut:
1. Mudah dilaksanakan dan diawasi oleh setiap individu di lingkungan kerja
instansi pemerintah.
2. Memenuhi apa yang telah tujuan, visi, dan misi dari satuan kerja instansi
pemerintah.
20
3. Memuat tahapan-tahapan jelas yang akan dilakukan dalam mendukung
pelaksanaan tugas-tugas. SOP harus bisa menjadi gambaran alur pekerjaan
yang akan dilaksanakan.
4. Memuat peningkatan pengetahuan dan kepribadian bagi setiap pegawai.
5. Memuat peningkatan kesadaran diri akan ketepatan waktu dan kualitas hasil
pekerjaan.
21
BAB 3
METODE PENELITIAN
Penulisan Tugas Akhir ini membutuhkan data yang berhubungan dengan
perumusan masalah. Hal ini dilakukan agar pada tahap berikutnya dapat
dilakukan perbandingan antara fakta yang ada di lapangan dengan teori yang
terdapat dalam pembahasan sebelumnya. Pada tugas akhir ini, penulis
melakukan pengumpulan data yang bersumber dari PT Kereta Api Indonesia
(Persero) Divisi Regional I Sumatera Utara.
Adapun cara pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis untuk
memperoleh data tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2018: 193), “kualitas pengumpulan data berkenan
dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data”.
Pengumpulan data dapat dilakukan oleh penulis untuk memperoleh data yang
dibutuhkan dalam menganalisis masalah menggunakan dua metode yaitu:
1. Studi Lapangan (Field Research)
Studi lapangan yang dilakukan penulis berdasarkan tinjauan langsung
dengan cara, yaitu:
a. Observasi
Menurut Sugiyono (2018:203), “teknik pengumpulan data dengan
observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku manusia
proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak
terlalu besar”.
Menurut Simanjuntak (2016:89), “observasi merupakan salah satu
metode perolehan data yang tidak terbatas pada orang seperti halnya
22
pada perihal wawancara atau penggunaan angket, akan tetapi juga
terhadap objek lainnya”.
Dapat disimpulkan bahwa observasi merupakan teknik
pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung objek
yang diteliti. Dalam hal ini, penulis melakukan pengamatan secara
langsung tentang prosedur kerja dalam penanganan aset milik PT
Kereta Api Indonesia (Persero) Medan.
b. Interview (Wawancara)
Menurut Sugiyono (2018:194), “wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil”.
Menurut Simanjuntak (2016:91), “wawancara merupakan alat re-
checking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang
diperoleh sebelumnya".
Penulis melakukan wawancara atau tanya jawab secara langsung
dengan staf bagian pengusahaan aset pada PT Kereta Api Indonesia
(Persero) Medan.
2. Studi Pustaka (Library Research)
Cara pengumpulan data berdasarkan studi pustaka, yaitu dengan
mengumpulkan data yang berhubungan dengan prosedur sewa-menyewa dan
surat penagihan. Bahan-bahan tersebut bersumber dari buku-buku ilmiah
sebagai bahan referensi yang berhubungan dengan Tugas Akhir.
23
Perolehan data berdasarkan cara ini nantinya akan dibandingkan secara
teoritis dengan penerapannya pada tempat penulisan melakukan praktik kerja
lapangan.
3.2 Jenis Sumber Data
Dalam Tugas Akhir ini, data diperoleh melalui hasil praktik kerja lapangan
yang terdiri dari dua jenis data yaitu:
1. Data Primer
Menurut Sugiyono (2018:193) “data primer adalah data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data”.
Menurut Simanjuntak (2016:97) “data primer adalah data yang diperoleh
dari sumber pertama seperti riset lapangan (langsung), melalui wawancara
atau penelitian laboratorium”. Penulis memperoleh data yang bersumber
secara langsung dari hasil pengamatan dan wawancara dari narasumber
yang berada pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) Medan.
2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2018:193) “data sekunder adalah sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya data yang
diperoleh dari buku referensi”.
Menurut Simanjuntak (2016:97) “data sekunder adalah data yang
diperoleh dari sumber kedua, melalui sumber-sumber tertulis (studi
pustaka)”. Penulis memperoleh data dari buku referensi atau buku-buku
bacaan yang berkaitan dengan pembahasan pada Tugas Akhir.
3.3 Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang penulis gunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini
adalah teknik analisis deskriptif. Teknik analisis deskriptif suatu teknik dimana
24
data yang diperoleh melalui penelitian, sehingga diperoleh gambaran yang jelas
tentang suatu masalah yang sedang diteliti. Teknik analisis deskriptif ini
dilakukan dengan menggambarkan seluruh data yang diperoleh dari PT Kereta
Api Indonesia (Persero) Medan melalui observasi dan wawancara, ditelaah
kemudian dibandingan dengan teori yang sesuai dengan penelitian ini, lalu
menarik kesimpulan dari proses tersebut.
25
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum PT Kereta Api Indonesia (Persero) DIVRE I Medan
4.1.1 Sejarah Berdirinya PT Kereta Api Indonesia (Persero) DIVRE I Medan
Divisi Regional I Medan (Divre I) adalah Divre KAI dengan wilayah Provinsi
Sumatera Utara yang dipimpin oleh seorang Kepala Divisi Regional (Kadivre) yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direksi PT Kereta Api Indonesia.
Perkeretaapian di Tanah Deli awalnya dikelola oleh operator terkenal, Deli
Spoorweg Maatschappij, sebelum digabung dengan Djawatan Kereta Api. J.T.
Cremer, manajer Deli Maatschappij, adalah penginisiatif pengembangan jalur
kereta api di Tanah Deli. Ia menyarankan agar pembangunan jalur kereta api
dibuat sesegera mungkin untuk memperlancar perdagangan ekspor di lingkungan
perkebunan Deli, serta mengembangkan jalan yang menghubungkan Medan-
Berastagi. Selain itu, dilatarbelakangi pula dengan berlakunya Undang-Undang
Agraria 1870 yang mengizinkan penguasa colonial Belanda menyewa tanah
dalam jangka waktu lama dan tidak hanya diprioritaskan pada sektor perkebunan.
Adanya Belawan sebagai pelabuhan ekspor komoditas ke Eropa juga turut andil
dalam percepatan pembangunan jaringan jalur kereta api di Sumatera Utara dan
Timur. Kecuali itu, angkutan sungai dinilai cukup lambat dalam pengeksporan.
Pada tanggal 23 Januari 1983, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur
Jenderal Hindia Belanda, direalisasikanlah permohonan konsesi izin dari
Pemerintah Kolonial untuk membangun jalur kereta api Belawan-Medan-Delitua-
Timbang Langkat (Binjai). Baru enam bulan kemudian, konsesi tersebut dipindah
tangankan dari Deli
26
Maatschappij, ke perusahaan yang baru dibentuk bernama Deli Spoorweg
Maatschappij (DSM). Jalur pertamanya adalah Medan-Labuhan yang selesai
25 Juli 1886.
Rupanya, ekspansi pengusaha perkebunan telah turut andil dalam
pengembangan perkeretaapiaan di Tanah Deli. Pada tahun 1888, kawasan
Deli, Belawan, dan Binjai telah terhubung dengan rel kereta api. Tercatat Tjong
A Fie - Miliader Medan saat itu sebagai donatur dalam pembangunan jalur
Medan-Belawan. Tahun 1902-1904 jalur Lubukpakam-Bangunpura telah
dibangun. Berikutnya, 1916, dibangun jalur Medan-Siantar dalam rangka
pengangkutan teh dari perkebunan teh Siantar. Sementara itu, jalur Kisaran-
Rantauprapat dibangun tahun 1929-1937.
Maju dari kereta apinya, DSM berinisiatif menghubungkan jalurnya itu ke
jalur milik Atjeh Tram di Aceh, serta ke jalur milik Staatsspoorwegen ter
Sumatra’s Westkust di Sumatera Barat yang keduanya dikuasai oleh negara.
Selain itu ada ide untuk mengembangkan jalur Trans-Sumatera, namun tidak
terealisasi seiring memanasnya hubungan Indonesia-Belanda pada tahun1940.
Pada tanggal 28 September 1945, Djawatan Kereta Api Republik
Indonesia berhasil dibentuk. Padahal, di Sumatera Utara DSM masih
memepergunakan namanya dan sempat pula ada istilah Kereta Api Soematra
Oetara yang merupakan operator terpisah. DSM dan Kereta Api Soematra
Oetara kemudian dimerger dengan Djawatan Kereta Api dan dibentuklah
Eksploitasi Sumatera Utara yang kini menjadi Divisi Regional I Medan.
27
Gambar 4.1 Peta Jalur Kereta Api Divisi Regional I Sumatera Utara Sumber: PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional I Medan
1. Daftar Stasiun-Stasiun di Divre I Sumatera Utara
a. Jalur kereta api Medan-Tebingtinggi
1) Stasiun Medan (MDN)
2) Stasiun Medan Pasar (MDP)
3) Stasiun Bandar Khalipah (BAP)
4) Stasiun Batang Kuis (BTK)
5) Stasiun Araskabu (ARB) (percabangan ke Bandara Kualanamu)
6) Stasiun Lubuk Pakam (LBP)
7) Stasiun Perbaungan (PBA)
8) Stasiun Lidah Tanah (LDT)
9) Stasiun Teluk Mengkudu (TKD)
10) Stasiun Rampah (RPH)
11) Stasiun Bamban (BMB)
12) Stasiun Tebingtinggi (TBI)
b. Jalur kereta api Araskabu-Kuala Namu
28
1) Stasiun Araskabu (ARB)
2) Stasiun Bandara Kuala Namu (KNM)
c. Jalur kereta api Tebingtinggi-Kisaran
1) Stasiun Tebingtinggi (TBI)
2) Stasiun Lauttador (LTD)
3) Stasiun Bandartinggi (BDT)
4) Stasiun Bahlias (BA)
5) Stasiun Perlanaan (PRA)
6) Stasiun Limapuluh (LMP)
7) Stasiun Kisaran (KIS)
d. Jalur kereta api Kisaran-Rantauprapat
1) Stasiun Kisaran (KIS)
2) Stasiun Hengelo (HL)
3) Stasiun Telukdalam (TUK)
4) Stasiun Puluraja (PUR)
5) Stasiun Aekloba (AKB)
Keterangan :
a. Stasiun besar ialah Stasiun yang tertulis tebal miring.
b. Stasiun menengah ialah Stasiun yang tertulis tebal.
c. Stasiun kecil ialah Stasiun yang tertulis normal.
d. Stasiun dan jalur yang tak beroperasi ialah tulisan yang tertulis miring.
29
2. Jenis – Jenis Kereta Api
a. Kereta api penumpang
1) KA Sribilah: ke Rantauprapat
2) KA Putri Deli: ke Tanjung Balai
3) KA Siantar Ekspres: ke Siantar
4) KA ARS ke Stasiun Kualanamu
5) KRDI Sri Lelawangsa ke Binjai
6) KRD Perintis Aceh
b. Kereta barang
1) KA Ketel Minyak tujuan Labuhan-Siantar dan Labuhan-Kisaran.
2) KA crude palm oil relasi Belawan-Siantar dan Belawan-Rantauprapat.
3) KA kontainer tembakau Belawan-Dolokmerangsir (ujicoba).
4.1.2 Makna Logo PT Kereta Api Indonesia (Persero) DIVRE I Medan
Gambar 4.3 Logo PT Kereta Api Indonesia (Persero) Sumber: PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional I Medan
Adapun penjelasan terhadap logo pada PT Kereta Api Indonesia
(Persero) adalah sebagai berikut
1. Bentuk: Garis melengkung: Melambangkan gerakan yang dinamis PT KAI
dalam mencapai Visi dan Misinya.
30
Anak Panah: Melambangkan Nilai Integritas, yang harus dimiliki insan PT
KAI dalam mewujudkan Pelayanan Prima.
2. Warna ada dua yaitu orange dan biru, penjelasan terhadap warna tersebut
ialah:
Orange: Melambangkan proses Pelayanan Prima (Kepuasan Pelanggan)
yang ditujukan kepada pelanggan internal dan eksternal.
Biru: Melambangkan semangat Inovasi yang harus dilakukan dalam
memberikan nilai tambah ke stakeholders. Inovasi dilakukan dengan
semangat sinergi di semua bidang dan dimulai dari hal yang paling kecil
sehingga dapat melesat.
4.1.3 Visi dan Misi PT Kereta Api Indonesia (Persero) DIVRE I Medan
Adapu uraian visi dan misi PT Kereta Api Indonesia (Persero) ialah sebagai
berikut:
1. Visi
Visi menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada
pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders.
2. Misi
Misi menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha
penunjangnya, melalui praktek bisnis dan model organisasi terbaik untuk
memberikan nilai tambah yang tinggi bagi stakeholders dan kelestarian
lingkungan berdasarkan 4 pilar utama: Keselamtan, Ketepatan waktu,
Pelayanan dan Kenyamanan.
31
4.1.4 Budaya Kerja PT Kereta Api Indonesia (Persero) DIVRE I Medan
Gambar. 4.3 Budaya Perusahaan Sumber: PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional I Medan
Budaya kerja yang dimiliki oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) ada 5
(lima) yaitu sebagai berikut:
1. Integritas
Kami insan PT Kereta Api Indonesia (Persero) bertindak konsisten sesuai
dengan nilai-nilai kebijakan organisasi dan kode etik perusahaan. Memiliki
pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan dan
etika tersebut dan bertindak secara konsisten walaupun sulit untuk
melakukannya.
2. Profesional
Kami insan PT Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki kemampuan dan
penguasaan dalam bidang pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan,
mampu menguasai untuk menggunakan, mengembangkan, membagikan
pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan kepada orang lain.
3. Keselamatan
Kami insan PT Kereta Api Indonesia (Persero) memliki sifat tanpa kompromi
dan konsisten dalam menjalankan atau menciptakan sistem atau proses
kerja yang
32
mempunyai potensi resiko yang rendah terhadap terjadinya kecelakaan dan
menjaga aset perusahaan dari kemungkinan terjadinya kerugian.
4. Inovasi
Kami insan PT Kereta Api Indonesia (Persero) selalu menumbuh
kembangkan gagasan baru, melakukan tindakan perbaikan yang
berkelanjutan dan menciptakan lingkungan kondusif untuk berkreasi
sehinggan memberikan nilai tambah bagi stakeholders.
5. Pelayanan Prima
Kami insan PT Kereta Api Indonesia (Persero) akan memberikan pelayanan
yang terbaik yang sesuai dengan standar mutu yang memuaskan dan
sesuai harapan atau melebihi harapan pelanggan dengan memenuhi 6 A
unsur pokok: Ability (Kemampuan), Attitude (Sikap), Appearance
(Penampilan), Attention (Perhatian), Actoin (Tindakan), dan Accountability
(Tanggungjawab).
4.1.5 Struktur Organisasi dan Tugas
Divisi Regional 1 Sumatera Utara, adalah satuan organisasi yang berapa
di bawah Direktur Utama dan berkedudukan di Medan. Divisi Regional 1
Sumatera Utara dipimpin oleh seorang Vice President (VP) Divisi Regional 1
Sumatera Utara, yang selanjutnya dalam keputusan ini disebut Vice President,
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
Vice President mempunyai tugas merencanakan dan mengoptimalkan
penyelenggaraan kegiatan usaha Perusahaan di wilayah Provinsi Sumatera
Utara. Dalam melaksanakan tugasnya, Vice President menyelenggarakan
fungsi:
33
1. Merencanakan dan mengoptimalisasikan pencapaian target pendapatan
dan efisiensi biaya.
2. Merencanakan dan mengoptimalisasikan penyelengaraan sarana dan
prasarana perkeretaapian yang handal di wilayahnya.
3. Merencanakan dan mengoptimalisasikan penyelenggaraan angkutan
perkeretaapian berdasarkan 4 pilar utama yaitu: keselamtan, pelayanan,
kenyamanan, dan ketepatan waktu.
4. Merencankan dan mengoptimalisasikan pelaksanaan proses peningkatan
kualitas (quality improvement) secara berkelanjutan.
5. Merencanakan dan mengoptimalisasikan pelaksanaan Program Corporate
Social Responsibility (CSR) yang terdiri dari: Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) dan Community Relation (CR).
6. Merencankan dan mengoptimalisasikan pelaksanaan pengolahan,
pengaman, dan penertiban aset non produksi perusahaan.
7. Merencanakan dan mengoptimalisasikan pemanfaatan sumber daya
perusahaan.
8. Merencanakan dan mengoptimalisasikan pengusahaan aset non produksi.
9. Merencanakan dan mengoptimalisasikan pelaksanaan aktivitas operasi
layanan konsumen, penjualan, dan customer care.
10. Merencanakan dan mengoptimalisasikanpelaksanaan penyelenggaraan
kerjasama/kemitraan dengan pihak eksternal.
Susunan Organisasi di bawah Divisi Regional 1 Sumatera Utara terdiri atas:
1. Deputy Vice President
2. Unit Hubungan Masyarakat Daerah
34
3. Unit Hukum
4. Unit Sumber Daya Manusia dan Umum
5. Unit Keuangan
6. Unit Sistem Informasi
7. Unit Pengadaan Barang dan Jasa
8. Unit Sarana
9. Unit Jalan Rel dan Jembatan
10. Unit Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik
11. Unit Operasi
12. Unit Pengamanan
13. Unit Aset
14. Unit Angkutan Penumpang
15. Unit Pengusahaan Aset
16. Unit Kesehatan
4.1.6 Uraian Fungsi Tugas Pokok Perusahaan
Berikut ini merupakan uraian fungsi tugas pokok terhadap unit-unit yang
adapada PT Kereta Api Indonesia (Persero):
1. Deputy Vice President
Deputy Vice President mempunyai tugas membantu Kepala Divisi Regional
dalam memimpin pelaksanaan tugas Divisi Regional. Pembagian fokus tugas
pokok, fungsi dan tanggung jawab Deputy Vice President diselaraskan dan
disesuaikan dengan kebutuhan di Divisi Regional I Sumatera Utara yang
pengaturannya ditetapkan oleh Direktur Utama berdasarkan usulan Vice
President.
35
2. Hubungan Masyarakat Daerah
Bagian hubungan Masyarakat Daerah (Humasda) dipimpin oleh seorang
Manager Humasda yang bertanggung jawab kepada Vice President. Manager
Humasda mempunyai tugas menyelenggarakan program kegiatan kehumasan
meliputi hubungan kemasyarakatan, penyuluhan dan pembentukan citra
perusahaan internal dan eskternal di wilayah Divisi Regional I Sumatera Utara.
Manager Humasda dalam melaksanakan tugas, menyelenggarakan fungsi dan
tanggung jawab.
a. Penjabaran strategi dan kebijakan yang berkaitan dengan tugas dan
tanggung jawabnya yang telah ditetapkan Kantor Pusat, di Wilayah Divisi
Regional I Sumatera Utara;
b. Corporate Image Building;
c. Pengolahan informasi dan komunikasi di dalam perusahaan (internal) dan
menjalin hubungan dengan media massa di luar perusahaan (eksternal);
d. Membantu melaksanakan propgram Corporate Social Responsibility (CSR)
di wilayah Divisi Regional I Sumatera Utara.
3. Hukum
Bagian hukum dipimpin oleh seorang manager Hukum yang bertanggung
jawab kepada Vice President. Manager Hukum Divisi Regional I Sumatera
Utara mempunyai fungsi dan tanggung jawab:
a. Merumuskan penjabaran startegi dan kebijakan yang berkaitan dengan
tugas tan tanggung jawabnya yang telah ditetapkan Kantor Pusat, di
Wilayah Divisi Regional I Sumatera Utara;
36
b. Memberikan pertimbangan dan pendamping/bantuan hukum di dalam dan
di luar serta menjadi sumber informasi hukum dan peraturan bagi
pegawai/pejabar di Wilayah Divisi Regional I Sumatera Utara;
c. Menjalin hubungan dengan pihak-pihak eksternal terkait.
4. SDM dan Umum
Bagian SDM dan Umum dipimpin oleh seorang Manager SDM dan umum
yang bertanggung jawab kepada Vice President. Manager SDM dan umum
mempunyai fungsi dan tanggung jawab:
a. Merumuskan penjabaran strategi dan kebijakan yang berkaitan dengan
tugas dan tanggung jawabnya yang telah di tetapkan Kantor Pusat, di
Wilayah Divisi Regional I Sumatera Utara;
b. Terselenggaranya proses peningkatan kualitas (quality improvement)
secara berkelanjutan dan pengolahan dan evaluasi kinerja Sumber Daya
Manusia (SDM);
c. Menyusun program pengelolahan dan evaluasi kinerja Sumber Daya
Manusia (SDM);
d. Menyusun program pengendalian biaya pegawai Divisi Regional I
Sumatera Utara;
e. Mengelola kegiatan administrasi kerumahtanggaan, protokoler dan umum;
f. Mengelola dokumen perusahaan dan perpustakaan serta penatausahaan
arsip dan pusat arsip.
37
5. Keuangan
Bagian Keuangan dipimpin oleh seorang Manager Keuangan yang
bertanggung jawab kepada Vice President. Manager Keuangan mempunyai
fungsi dan tanggung jawab:
a. Merumuskan penjabaran strategi dan kebijakan yang berkaitan dengan
tugas dan tanggung jawabnya yang telah ditetapkan Kantor Pusat, di
Wilayah Divisi Regional I Sumatera Utara;
b. Terselenggaranya proses peningkatan kualitas (quality improvement)
secara berkelanjutan serta pengolahan resiko di Bagiannya;
c. Mengkoordinir penyusunan Rencana Kerja Anggaran Tahunan Divisi
Regional I Sumatera Utara; melaksanakan, mengendalikan serta
melaporkan rencana serta pelaksanaan anggaran;
d. Pelaksanaan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan Regional I
Sumatera Utara serta pembinaannya;
e. Melaksanakan pengelolahan administrasi keuangan, pengesahan
pembayaran non gaji pegawai, pengesahan pembayaran kepada pihak
ketiga serta penyelesaian dokumen analisa dan tata usaha keuangan serta
administrasi pelaksanaan petty cash.
6. Sistem Informasi
Bagian Sistem Informasi dipimpin oleh seorang Manager Sistem Informasi
yang bertanggung jawab kepada Vice President. Manager Sistem Informasi
Divisi Regional I Sumatera Utara mempunyai fungsi dan tanggung jawab
mengelola infrastruktur teknologi informasi (perangkat keras, perangkat lunak
pendukung, dan perangkat
38
jaringan) mengelola aplikasi disisi pengguna, melakukan penanganan jika
terjadi gangguan pada sistem informasi, serta memastikan kualitas layanan
sistem informasi terjaga dengan baik di wilayah Divisi Regional I Sumatera
Utara.
7. Pengadaan Barang dan Jasa
Bagian Pengadaan Barang dan Jasa dipimpin oleh seorang Manager
Pengadaan Barang dan Jasa yang bertanggung jawab kepada Vice President.
Manager Pengadaan Barang dan Jasa mempunyai tanggung jawab
melaksanakan pengelolaan administrasi pengadaan barang dan jasa,
menyusun Rencana Kerja dan Syarat (RKS) pengadaan barang dan jasa,
melaksanakan proses pengadaan barang dan jasa, evaluasi administrasi dan
teknis, serta membuat dan menyampaikan laporan pertanggung jawaban hasil
pengadaan barang dan jasa.
Untuk melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya, Ketua
Pengadaan barang dan jasa Divisi Regional I Sumatera Utara:
a. Merumuskan penjabaran strategi dan kebijakan yang berkaitan dengan
tugas pokok dan tanggung jawabnya yang telah ditetapkan Kantor Pusat;
b. Merumuskan dan menyusun program perencanaan pengadaan barang dan
jasa bidang sarana, prasarana dan umum berdasarkan Surat Perintah
Pelaksanaan Pengadaan (SP3);
c. Menyiapkan kelengkapan dokumen pengadaan barang dan jasa bidang
sarana, prasarana dan umum;
d. Menyusun sistem dan jadwal pelaksanaan proses pengadaan barang dan
jasa bidang sarana, prasarana, dan umum;
39
e. Menyusun dan menetapkan Rencana Kerja dan Syarat (RKS) pengadaan
barang dan jasa bidang sarana, prasarana dan umum, termasuk
persyaratan peserta pengadaan barang dan jasa.
8. Sarana
Bagian Sarana dipimpin oleh seorang Senior Manager Sarana yang
bertanggung jawab kepada Vice President. Senior Manager Sarana Divisi
Regional I Sumatera Utara mempunyai tanggung jawab melaksanakan
penyusunan program dan penyajian sarana siap operasi, melaksanakan
pemeliharaan dan perbaikan lokomotif, kereta Rel Diesel (KRD) kereta,
gerbong, dan fasilitas kerja di lintas dan Bagian produksi, pengendalian dan
evaluasi kinerja sarana serta menjaminkualitas hasil pemeliharaan dan
perbaikan, menampung dan menganalisis keluhan pengguna jasa, administrasi
logistik serta melaksanakan pembinaan teknis terhadap satuan organisasi di
bawahya.
9. Operasi
Bagian Operasi dipimpin oleh seorang Manager Operasi yang bertanggung
jawab kepada Vice President. Manager Operasi memiliki tanggung jawab:
a. Merumuskan penjabaran strategi dan kebijakan yang berkaitan dengan
tugas dan tanggung jawabnya yang telah di tetapkan Kantor Pusat, di
Wilayah Divisi Regional I Sumatera Utara;
b. Terselenggaranya proses peningkatan kualitas (quality improvement)
pelayanan operasional KA secara berkelanjutan, pengelolahan resiko di
bagiannya;
c. Melaksanakan pemantauan, pengawasan, pemeriksaan, dan pembinaan
mutu pekerjaan teknis operasi di Stasiun dan dalam Kereta Api,
administrasi teknis operasional dan keuangan di seluruh UPT Stasiun, UPT
Pelayanan Operasi
40
Sarana Telekomunikasi, UPT Crew KA dan Pusat Pengendalian Operasi
Kereta Api pada Wilayah Divisi Regional I Sumatera Utara;
10. Aset
Bagian Aset dipimpin oleh seorang Senior Manager Aset yang bertanggung
jawab kepada Vice President. Senior Manager Aset Divisi Regional I Sumatera
Utara yang mempunyai tanggung jawab dan fungsi:
a. Merumuskan, menyusun, melaksanakan program dan evaluasi penjagaan,
penertiban, pensertipikatan aset non railways, update/pembaharuan data
dan informasi aset non railways berupa aset tanah dan bangunan termasuk
aset prasarana di lintas non operasi di Divisi Regional I Sumatera Utara;
b. Melakukan mapping dan update data, informasi tentang aset non railways,
serta pembuatan profil asset non railways di Wilayah Divisi Regional I
Sumatera Utara;
c. Menyusun strategi dan melakukan koordinasi dengan pihak internal
maupun eksternal dalam penanganan aset bermasalah yang berkaitan
dengan persewaan/kerjasama operasi maupun stasus kepemilikan atas
aset non railways di Wilayah Divisi Regional 1 Sumatera Utara;
d. Melakukan koordinasi dan melaporkan kinerjanya kepada VP Non Railways
Assets Sumatera (EANS).
11. Kesehatan
Bagian Kesehatan dipimpin oleh seorang Manager Kesehatan yang
bertanggung jawab kepada Vice President. Manager Kesehatan mempunyai
fungsi dan tanggung jawab:
41
a. Merumuskan penjabaran pelaksanaan strategi dan kebijakan yang
berkaitan dengan tugas pokok dan tanggung jawabnya yang telah
ditetapkan Kantor Pusat, di Wilayah Divisi Regional I Sumatera Utara;
b. Menyusun program Anggaran Kesehatan di Wilayah Divisi Regional I
Sumatera Utara;
c. Mengelola pelayanan kesehatan di PKK Kerjasama/Provider yang sudah
ditetapkan sesuai perjanjian kerjasama serta melakukan verifikasi klaim
provider dan proses pembayarannya;
d. Mengelola pelayanan restitusi biaya pengobatan dimulai dari pengumpulan
berkas permohonan restitusi sampai dilakukan penghitungan/verifikasi dan
proses pembayarannya;
4.1.7 Unit Pengusahaan Aset PT Kereta Api Indonesia (Persero) DIVRE I
Medan
Aset tersebut merupakan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh PT
Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan
dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan perusahaan atau dimanfaatkan
oleh masyarakat umum. Aset yang dapat disewa tersebut terdiri dari aset
railway dan aset non railway. Aset Railway ini dikelompokkan dalam aset yang
dimiliki dengan maksud untuk digunakan dalam kondisi siap digunakan. Aset
tersebut mencakup tanah, rumah dinas, bangunan gedung, halaman parkir.
Seiring dengan perkembangan bisnis, tidak dapat dipungkiri bahwa di daerah
perkotaan banyak yang menggunakan sistem sewa tanah atau sewa gedung
(yaitu sebidang tanah dengan ukuran tertentu yang disewakan oleh pemilik
tanah kepada penyewa).
42
Hal ini biasanya disebabkan oleh mahalnya harga beli tanah atau gedung di
pusat perkotaan sehingga memungkinkan orang tidak berani berspekulasi,
apalagi arah perkembangan bisnis dewasa ini susah diprediksi. Sewa tanah
sendiri merupakan salah satu pendapatan penyerahan jasa di PT Kereta Api
Indonesia (Persero) yang sangat berpotensial. Dengan adanya hubungan sewa
menyewa ini, maka kedua belah pihak telah terikat dalam suatu perjanjian.
Bagian Pengusahaan Aset dipimpin oleh seorang Manager Pengusahaan
Aset yang bertanggung jawab kepada Vice President. Pengusahaan Aset juga
terdiri dari dua assisten manager yang bertanggung jawab pada manager yaitu
Assisten Manager Pengusahaan Railway dan Assisten Pengusahaan Aset
Nonrailway.
Serta Pengusahaan Aset juga terdiri dari lima supervisor yang
bertanggung jawab kepada assisten manager yaitu Supervisor pengusahaan
aset kawasan Stasiun Medan, Supervisor kawasan Stasiun Kisaran, Supervisor
kawasan Stasiun Rantauparapat, Supervisor kawasan Stasiun Tebingtinggi,
Supervisor kawasan Stasiun Binjai. Dan beberapa pelaksana dan pegawai
outsourching di bawah naungan manager Pengusahaan Aset. Bagan atau
struktur organisasi pada unit Pengusahaan Aset dapat dilihat pada (lampiran 1).
4.2 Tinjauan Prosedur Sewa dan Penagihan Atas Aset Milik PT Kereta Api
Indonesia (Persero) DIVRE I Medan
4.2.1 Prosedur Sewa Atas Aset PT Kereta Api Indonesia (Persero) DIVRE I
SU
Prosedur sewa merupakan langkah-langkah maupun mekanisme yang harus
dilaksanakan sebelum melakukan kegiatan sewa-menyewa aset. Adapun
prosedur sewa atas aset milik PT KAI (Persero) yaitu sebagai berikut:
43
1. Pihak unit penjagaan aset harus menyediakan aset yang sudah free and
clear, yang dimaksud dalam hal tersebut ialah aset yang ingin dipersewakan
harus dalam kondisi siap digunakan.
2. Pihak unit pengusahaan aset harus melakukan pemasaran atas aset yang
sudah siap dipersewakan untuk mendapatkan debitur.
3. Bagi calon debitur yang ingin menyewa aset milik PT KAI (Persero)
diwajibkan untuk mengisi formulir aplikasi permohonan sewa aset PT KAI
(Persero). Adapun formulir aplikasi tersebut dapat dilihat pada (lampiran 2).
4. Pihak unit pengusahaan aset melakukan permohonan gambar ke unit
penjagaan aset untuk mengukur dan menggambarkan aset yang ingin
disewa oleh debitur.
5. Pihak unit pengusahaan aset melakukan perhitungan tarif sewa dengan
cara negoisasi dengan debitur sampai tarif atas aset tersebut di sepakati
oleh kedua belah pihak. Negoisasi tersebut dituliskan pada lembar berita
acara negoisasi. Adapun lembar berita acara negoisasi dapat dilihat pada
(lampiran 3).
6. Debitur menandatangani surat pernyataan sebagai bukti bahwa debitur
sudah menyetujui syarat dan ketentuan perjanjian sewa aset PT KAI
(Persero). Adapun surat pernyataan dapat dilihat pada (lampiran 4) dan
syarat dan ketentuan perjanjian sewa aset PT KAI dapat dilihat pada
(lampiran 5).
7. Debitur melakukan pembayaran atas tarif yang sudah disetujui dengan dua
cara yaitu pembayaran lunas atau pembayaran bertahap. Dan debitur harus
membayar ke bank yang sudah di tentukan menggunakan nomor virtual
account yang dikeluarkan oleh unit penagihan aset.
44
8. Membuat buku kontrak atas nama debitur dan menginput ke dalam aplikasi
milik PT KAI (Persero).
Adapun bagan prosedur sewa atas aset milik PT KAI (Persero) Medan dapat
dilihat pada (lampiran 6).
Dalam melakukan proses sewa-menyewa harus memenuhi lima unsur yang
ada di dalam proses sewa-menyewa yaitu: persetujuan, penyerahan,
pembayaran uang sewa, waktu sewa, dan persyaratan sewa-menyewa. Dan
dapat dilihat bahwa PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional I Medan
sudah memenuhi lima unsur yang ada dalam proses sewa-menyewa.
Untuk menyewakan suatu benda/aset tentu pihak yang menyewakan
memiliki hak dan kewajiban yang wajib dipenuhi. Adapun hak dan kewajiban PT
KAI (Persero) dalam menyewakan aset adalah sebagai berikut:
a. Menyerahkan objek sewa kepada penyewa aetelah pembayaran diterima
dan PT KAI telah memberikan bukti kuitansi lunas
b. Menagih atau menerima pembayaran harga sewa dan atau denda dari
penyewa;
c. Menegur/memperingatkan penyewa secara tertulis apabila setelah 3 kali
peringatan penyewa tidak mengindahkan atau melakukan upaya apapun
terhadap pelanggarannya tersebut, maka pihak KAI berhak memutuskan
perjanjian secara sepihak;
d. Menerima kembali objek sewa pada saat berakhirnya perjanjian, dalam
kondisi baik serta terbebas dari segala macam hak dan kewajiban serta
tanggung jawab pihak lain;
45
e. Mengizinkan penyewa untuk menggunakan objek sewa sesuai
peruntukkannya dan sesuai batas waktu yang telah disepakati.
Menurut ketentuan pasal 1550 KUHPdt, pihak yang menyewakan
mempunyai tiga kewajiban yang wajib dipenuhi, yaitu:
1. Menyerahkan benda sewaan kepada penyewa;
2. Memelihara benda sewaan sedemikian rupa sehingga benda itu dapat
dipakai untuk keperluan yang dimaksud; dan
3. Menjamin penyewa untuk menikmati benda sewaan selama berlangsung
sewa-menyewa.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa PT Kereta Api Indonesia (Persero)
sudah mengikuti ketentuan pada pasal 1550 KUHPdt.
Dalam melakukan proses sewa menyewa hambatan yang sering terjadi
antara pihak penyewa dengan PT KAI (Persero) adalah pihak penyewa tidak
membayar tagihan atau terlambat dalam melakukan pembayaran atas sewa
aset PT KAI (Persero) yang telah disetujui. Hal tersebut menjadi kendala dalam
terlaksananya kegiatan proses sewa-menyewa antara penyewa dengan PT KAI
(Persero). Dan hal tersebut dapat merugikan pihak PT KAI (Persero) dalam
memperoleh laba yang sudah menjadi tujuan dari unit pengusahaan aset.
Dan berikut adalah cara penanganan yang dilakukan oleh PT KAI
(Persero) jika terjadinya hal tersebut:
1. Dalam hal adanya keterlambatan pembayaran harga sewa maka penyewa
dikenakan denda sebagaimana ditentukan dalam perjanjian.
46
2. PT KAI memberikan surat peringatan pembayaran sebanyak 3 (tiga) kali
berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 7 hari kalender.
3. Apabila dalam masa pemberian surat peringatan pembayaran penyewa
melakukan pembayaran, maka perjanjian menjadi berlaku kembali, namun
tetap dikenakan denda keterlambatan.
4. Apabila setelah diberikan surat peringatan pembayaran tetapi penyewa
tidak melakukan pembayaran maka KAI berhak memutuskan perjanjian
secara sepihak.
4.2.2 Prosedur Penagihan Sewa Aset PT Kereta Api Indonesia (Persero)
Regional I Medan
Adapun prosedur penagihan piutang yang dimiliki oleh PT Kereta Api
Indonesia (Persero) yaitu:
1. PT KAI akan menerbitkan tagihan/invoice 2 hari setelah penandatanganan
perjanjian. Adapun lembar invoice yang dimaksud dapat dilihat pada
(lampiran 6).
2. Tagihan/invoice yang dikeluarkan kemudian dikeluarkan nomor virtual
account. Yang dimaksud dengan virtual account adalah nomor rekening
virtual yang dibuat oleh bank untuk diberikan kepada penyewa sebagai
rekening tujuan untuk melakukan pembayaran harga sewa.
3. Pembayaran harga sewa dilakukan penyewa dengan transfer dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk pembayaran lunas dimuka dilakukan paling lambat 14 hari kerja
tagihan/invoice diterbitkan;
b. Untuk pembayaran secara bertahap:
47
1). Pembayaran tahap pertama dilakukan paling lambat 14 hari kerja
sejak tagihan/invoice diterbitkan;
2). Pembayaran tahap kedua dan selanjutnya dilakukan sesuai dengan
tanggal pembayaran sebagaimana ditentukan dalam perjanjian pada
berita negosiasi.
4. Apabila penyewa terlambat melakukan pembayaran harga sewa maka akan
dikenakan denda dengan besaran sebagaimana diatur dalam perjanjian.
5. Bagi penyewa yang tidak melakukan pembayaran maka unit penagihan dari
PT KAI akan melakukan pengiriman surat penagihan dengan beberapa
tahap dan disesuaikan dengan kasus dan kondisi objektif yang terjadi.
Tahapan itu sebagai berikut:
a. Surat penagihan pertama, berisi permintaan agar debitor/penyewa
membayar utangnya.
b. Surat penagihan kedua, berisi peringatan pertama karena
debitor/penyewa lalai membayar utangnya.
c. Surat penagihan ketiga, berisi peringatan kedua, dan dapat disertai
ancaman: bila sampai tanggal tertentu debitor/penyewa tidak membayar
utangnya, PT KAI akan menagih melalui inkaso bank (bila bank
dilibatkan dalam transaksi) atau akan melapor kepada pihak yang
memberi refrensi.
d. Surat penagihan keempat, berisi peringatan ketiga (peringatan terakhir)
dan dapat disertai ancaman: bila sampai tanggal tertentu
debitor/penyewa tidak melakukan pembayaran, PT KAI akan mengadu
kepada pihak pengadilan perdata.
48
4.2.3 Standar Operasional Prosedur (SOP) Perjanjian Kerja Sama (PKS)
atas Aset Milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional I
Medan
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu pedoman atau
acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat
penilaian kinerja untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan, pada Unit
Pengusahaan Aset milik PT Kereta Api Indoesia (Persero).
Dalam Peraturan Direksi PT Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor
Per.U/KL.104/I/2/KA-2018 tentang Standar Operasional Prosedur kerjasama PT
Kereta Api Indonesia (Persero) yang termasuk kedalam bentuk perjanjian
kerjasama jangka pendek. Berikut adalah prosedur perjanjian sewa-menyewa
tersebut:
1. Calon mitra mengajukan surat permohonan yang ditujukan kepada direktur
utama, direktur teknis, kepala daerah atau pejabat yang terkait dengan
dilampiri dokumen penjelasan paling sedikit memuat:
a. Identitas objek kerjasama yang akan disewa (dapat berupa alamat, jenis
dan nomor sarana titik lokasi yang diminati, fasilitas yang akan
digunakan lainnya.
b. Rencana pemanfaatan
2. Dalam waktu paling lama 10 hari kerja sejak surat permohonan diterima,
pejabat yang terjait mengirimkan surat kelengkapan dokumen administratif
persyaratan objek kerjasama yang akan disewa oleh mitra.
3. Mitra harus melengkapi dokumen administratif persyaratan objek kerjasama
paling lama 10 hari kerja sejak kelengkapan dokumen administratif diterima.
4. Kelengkapan objek administratif objek yang akan disewa sebagai berikut:
49
a. Apabila calon mitra berbentuk badan hokum (perseroan terbatas,
yayasan, koperasi, BUMN/BUMD):
1) Copy salinan akta pendirian dan anggaran dasar perusahaan berikut
pengesahan dari KEMENKUMHAM atau menteri lain sesuai
perundang-undangan;
2) Copy salinan Surat Izin Perdagangan (SIUP);
3) Copy salinan perubahan anggaran dasar terakhir berikut persetujuan
dari KEMENKUMHAM atau menteri lain sesuai perundang-undangan;
4) Copy salinan perubahan data badan hokum (susunan pengurus,
penerimaan laporan dari KEMENKUMHAM atau kementrian lain;
5) Tanda daftar perusahaan;
6) NPWP;
7) Surat pengukuhan pengusaha kena pajak;
8) Copy KTP penandatanganan perjanjian;
9) Copy salinan surat keterangan domisili perusahaan/skdp (jika ada),
b. Apabila calon mitra adalah badan usaha yang bukan badan hukum
1) Copy salinan akta pendirian dan anggaran dasar perusahaan berikut
pengesahan dari KEMENKUMHAM atau menteri lain sesuai
perundang-undangan;
2) Copy salinan Surat Izin Perdagangan (SIUP);
3) Copy salinan perubahan anggaran dasar terakhir berikut persetujuan
dari KEMENKUMHAM atau mentri lain sesuai perundang-undangan;
50
4) Copy salinan perubahan data badan hokum (susunan pengurus,
penerimaan laporan dari KEKEMKUMHAM atau kementrian lain).
(jika ada)
5) Tanda daftar perusahaan (jika ada)
6) NPWP;
7) Surat pengukuhan pengusaha kena pajak (PKP);
8) Copy KTP penandatanganan perjanjian;
9) Copy salinan surat keterangan domisili perusahaan/skdp.
c. Perseorangan:
1) Copy atau salinan kartu tanda penduduk/ kartu izin/ tinggal
sementara/ paspor penandatanganan perjanjian;
2) NPWP (jika ada);
5. Pejabat unit terkait menganalisa dan mengkaji surat permohonan sewa dan
dokumen administratif persyaratan objek kerjasama sesuai dengan rencana
pemanfaatan asset serta dengan mempertimbangkan data-data pendukung
untuk dilakukan perhitungan besaran kompensasi (baseline) dengan waktu
paling lama 10 hari kerja sejak dokumen administratif persyaratan objek
kerjasama diterima.
6. Setelah mendapatkan perhitungan besaran kompensasi (baseline)
sebagaimana pada huruf e, pejabat unit terkait mengirimkan undangan
kepada calon mitra untuk dilakukan negosiasi besaran kompensasi
(baseline) dewa dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Menawarkan tarif di atas besaran kompensasi (baseline) serta
disesuaikan dengan nilai komersial terbaik dan nilai pasar setempat.
51
b. Dalam hal calon mitra tidak sepakat dengan besaran kompensasi
(baseline) yang diharapkan maka negosiasi silakukan sampai ada
kesepakatan nilai sewa sesuai dengan besaran kompensasi
sebagaimana huruf e.
7. Pelaksanaan negosiasi dilakukan dalam waktu paling lama 30 hari kerja
sejak undangan pada huruf f di terima.
8. Dalam hal ini mitra tetap menghendaki nilai sewa dibawah besaran
kompensasi, pejabat unit terkait mengajukan permohonan persetujuan
kepada direktur teknis dengan melampirkan justifikasi atau pertimbangan
nilai sewa.
9. Dalam hal nilai sewa telah disepakati antara pejabat unit terkait dengan
mitra, atau telah mmendapat persetujuan dari direktur teknis terkait maka
selanjutnya kesepakatan tersebut dituangkan dalam perjanjian.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa PT Kereta Api Indonesia
(Persero) Divisi Regional I Medan sudah mengikuti syarat standar operasional
yang baik, serta dalam menyusun SOP PT Kereta Api Indonesia (Persero)
sudah mengikuti prinsip-prinsip dalam penyusunan Standar Opeasional
Prosedur yang tercantum pada Peraturan Menteri Perdayagunaan Aparatur dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor. PER/21/M.PAN/11/2008.
52
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Simpulan yang diperolehdari penulisan tugas akhir tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Prosedur sewa atas aset pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi
Regional I Medan mengacu pada Standar Operasional Prosedur (SOP).
Adapun Prosedur tersebut adalah sebagai berikut:
a. Aset yang akan dipersewakan harus sudah free and clear. Aset tersebut
kemudian di pasarkan untuk mendapat debitur.
b. Bagi calon debitur harus mengikuti tahap persewaan dan menyetujui
syarat-syarat yang diberikan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero)
Divisi Regional I Medan.
c. Selanjutnya pihak PT Kereta Api Indonesia (Persero) melakukan
pengukurann atas aset dan membuat tariff harga sewa atas aset
tersebut.
d. Setelah debitur melakukan pembayaran melalui nomor virtual account
yang diberikan perusahaan, selanjutnya aset yang sudah disewakan
dicetak buku kontrak.
2. Prosedur penagihan atas aset pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi
Regional I Medan telah sesuai dengan teori oleh Finoza, yang terdiri dari
beberapa tahap yaitu surat penagihan pertama, surat penagihan kedua,
surat penagihan ketiga, dan surat penagihan keempat.
53
5.2 Saran
Adapun saranyang dapat menjadi bahan pertimbangan pada saat membuat
tugas akhir ini adalah:
1. Prosedur sewa atas aset pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi
Regional I Medan sudah terlaksana dengan baik hendaknya ditingkatkan
lagi agar memaksimalkan produktivitas kerja.
2. Prosedur penagihan atas aset PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi
Regional I Medan sudah dilaksanakan dengan baik sebaiknnya perusahaan
mempertahankan hel tersebut agar meningkatkan kinerja pada perusahaan.
54
DAFTAR PUSTAKA
Finoza, Lamuddin. 2018. Aneka Surat Sekretaris & Bisnis Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Muhammad, Abdulkadir. 2014. Hukum Perdata Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Maxmanroe. 2019. Pengertian Aset Dalam Akuntansi, Jenis-Jenis Aset, Siklus, Perencanaan dan Penggunaan Aset. [Online]. https:// www.maxmanroe.com/vid/finansial/akuntansi/pengertian-aset.html.
Peraturan Direksi PT Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor Per.U.KL.104/i/2/KA-2018 tentang Standar Operasional Prosedur Kerjasama PT Kereta Api Indonesia (Persero).
Peraturan Menteri Perdayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor. PER/21/M.PAN/11/2008.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Simajuntak, Pantas. 2016. Tata Tulis Laporan. Medan: USU Press.
Tambunan, Toman Sony. 2018. Standar Operasional Prosedur (SOP). Bandung: Yrama Widya.
Warren, S.Carl, James M.Reeve, Jonathan E.Duchac, Esra Tri Wahyuni, dan Amir Abdi Jusuf. 2017. Pengantar Akuntansi 1. Jakarta: Salemba Empat.
Lampiran 1
BAGAN STRUKTUR UNIT PENGUSAHAAN ASET DIVRE I SU
Lampiran 6
ALUR PROSES BISNIS PERSEWAAN ASET DIVRE I SUMATERA UTARA
Lampiran 7
CONTOH NOTA DINAS
Lampiran 8
DAFTAR WAWANCARA
1. Bagaimana prosedur sewa atas aset PT Kereta Api Indonesia (Persero)
Divisi Regional I Medan?
2. Apakah PT Kereta Api Indonesia (Persero) sudah memenuhi hak dan
kewajiban dalam melakukan proses sewa-menyewa?
3. Apa resiko yang dapat di tanggung oleh PT Kereta Api Indonesia
(Persero) pada saat berlangsungnya proses sewa-menyewa?
4. Bagaimana Standar Operasional Prosedur kerjasama perjannjian mmilik
PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional I Medan?
5. Bagaimana Prosedur penagihan piutang sewa pada PT Kereta Api
Indonesia (Persero) Divisi Regional I medan?
6. Bagaimana penyelesaian jika pihak penyewa tidak membayar tagihan
atau terlambat dalam melakukan pembayaran atas sewa aset yang telah
dilakukan?
top related