proposal ptk
Post on 24-Jul-2015
205 Views
Preview:
TRANSCRIPT
NAMA : Whiny Okta Faiza
NIM : 4301409016
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN : KIMIA
PROPOSAL SKRIPSI
I. Judul
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
INQUIRY TRAINING BERPENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA MATERI
LARUTAN ELEKTROLIT DAN LARUTAN NONELEKTROLIT
II. Latar Belakang
Secara tradisional, pembelajaran telah dianggap sebagai bagian menirukan suatu proses
yang melibatkan pengulangan siswa, atau meniru-niru informasi yang baru disajikan dalam
laporan atau quis dan tes. Menurut paradigma konstruktivistik, pembelajaran lebih diutamakan
untuk membantu siswa dalam menginternalisasi, membentuk kembali, atau mentransformasi
informasi baru.
Paradigma konstruktivistik merupakan basis reformasi pendidikan saat ini. Menurut
paradigma konstruktivistik, pembelajaran lebih mengutamakan penyelesaian masalah,
mengembangkan konsep, konstruksi solusi dan algoritma ketimbang menghafal prosedur dan
menggunakannya untuk memperoleh satu jawaban benar. Pembelajaran lebih dicirikan oleh
aktivitas eksperimentasi, pertanyaan-pertanyaan, investigasi, hipotesis, dan model-model yang
dibangkitkan oleh siswa sendiri. Secara umum, terdapat lima prinsip dasar yang melandasi kelas
konstruktivistik, yaitu (1) meletakkan permasalahan yang relevan dengan kebutuhan siswa, (2)
menyusun pembelajaran di sekitar konsep-konsep utama, (3) menghargai pandangan siswa, (4)
materi pembelajaran menyesuaikan terhadap kebutuhan siswa, (5) menilai pembelajaran secara
kontekstual.
Salah satu asas pembelajaran yang harus dipahami adalah “membawa dunia siswa ke dunia
guru dan menghantarkan dunia guru ke dunia siswa”. Tujuannya, adalah untuk mengenali
potensi siswa dan memberdayakan potensi tersebut sehingga melahirkan pencerahan bagi siswa
itu sendiri. Alternatif upaya pemberdayaan tersebut dapat dilakukan dengan penggubahan
lingkungan dan sumber belajar.
Oleh karena pembelajaran merupakan kegiatan rekayasa supaya terjadi peristiwa belajar,
maka penggubahan lingkungan dan sumber belajar di sini adalah terkait dengan upaya guru
memfasilitasi siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan dan sumber belajar tersebut. Upaya
ini dilakukan baik pembelajaran harus terjadi di dalam kelas atau di luar kelas. Jika
pembelajaran terjadi di kelas, sifat-sifat kelas yang cenderung multidimensi, keserentakan,
kesegeraan, memunculkan kejadian yang tak dapat diramalkan harus dipahami oleh guru agar
terjadi interaksi yang efektif dalam proses pembelajaran.
Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa terhadap mata
pelajaran kimia, salah satunya adalah rendahnya motivasi belajar siswa yang membuat siswa
pasif, sehingga hasil belajar yang didapat tidak sesuai dengan yang diharapkan. Rendahnya
tingkat motivasi belajar siswa tersebut dapat disebabkan karena faktor intrinsik dari dalam diri
siswa dan faktor luar seperti guru dan keluarga. Faktor luar tersebut misalnya dari pihak guru,
karena penyajian materi yang kurang menarik dan kurang bervariasi serta pemanfaatan sumber
belajar selain buku yang ada belum termanfaatkan secara maksimal.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan inovasi dalam pembelajaran yang dapat
mendorong siswa untuk berperan aktif dan inovatif dalam pembelajaran sehingga hasil belajar
dan aktivitas siswa sesuai dengan yang diharapkan. Model pembelajaran yang dapat
memunculkan masalah yang ada di kehidupan sehari-hari sangat cocok apabila diterapkan disini.
Pemunculan masalah ini dapat memotivasi siswa dalam proses pembelajaran serta membimbing
siswa untuk menguasai konsep dari penyelesaian suatu permasalahan, pendekatan pembelajaran
yang berkaitan dengan ketrampilan proses melatih siswa untuk menyelesaikan suatu masalah dan
memiliki ketrampilan-ketrampilan para ilmuwan dalam memperoleh penemuan.
Salah satu model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah tersebut adalah menerapkan Model Pembelajaran Inquiry Training
Berpendekatan Keterampilan Proses. Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Training
Berpendekatan Keterampilan Proses mendorong siswa untuk menghubungkan fakta–fakta
dengan konsep–konsep kimia sehingga diharapkan hasil belajar dan aktivitas siswa meningkat.
Untuk model pembelajaran inquiry training, terdapat tiga prinsip kunci, yaitu pengetahuan
bersifat tentatif, manusia memiliki sifat ingin tahu yang alamiah, dan manusia mengembangkan
indivuality secara mandiri. Prinsip pertama menghendaki proses penelitian secara berkelanjutan,
prinsip kedua mengindikasikan pentingkan siswa melakukan eksplorasi, dan yang ketiga
kemandirian, akan bermuara pada pengenalan jati diri dan sikap ilmiah.
Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan yang mengutamakan proses dan
keterampilan intelektual. Pendekatan ini bermula dari pengamatan terhadapa cara kerja para
ilmuwan sehingga berhasil memperoleh penemuan dalam berbagai bidang ilmu terutaa bidang
Ilmu Pengetahuan Alam. Dalam pendekatan keterampilan proses diperlukan kemampuas /
keterampilan dasar tertentu. Guru harus menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan-
kemampuan tersebut dalam diri siswa, sehingga diharapkan mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta nilai dan sikap yang dituntut.
Peneliti memilih materi larutan elektrolit dan non elektrolit karena pada sub materi ini
biasanya guru hanya menerangkan dengan metode ceramah dan tidak menunjukkan bukti
langsung perbedaan larutan elektrolit dan non elektrolit. Sehingga konsep larutan elektrolit dan
non elektrolit tidak tertanam baik di otak siswa.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian mengenai
“PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
INQUIRY TRAINING BERPENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA
MATERI SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ELEKTROLIT DAN LARUTAN
NONELEKTROLIT”
III. Identifikasi Masalah
Dari observasi dan analisis yang telah dilakukan maka diperoleh identifikasi masalah sebagai
berikut :
Kondisi siswa
1. Semangat belajar siswa kurang
2. Potensi siswa kurang dimanfaatkan secara optimal
3. Masih banyak siswa yang beranggapan bahwa pelajaran kimia sulit
4. Hasil belajar kimia siswa masih rendah
Kondisi guru
1. Cara guru mengajar masih secara konvensional sehingga kurang memberikan semangat dan
motivasi siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Kurang menggunakan media pembelajaran yang tersedia
Kondisi proses pembelajaran
1. Metode yang paling sering diterapkan adalah metode ceramah.
2. Penerapan metode pembelajaran masih kurang mengaktifkan siswa sehingga pembelajaran
cenderung hanya berlangsung dari satu arah (pihak guru).
Karakteristik mata pelajaran Kimia sub materi larutan elektrolit dan non elektrolit adalah sebagai
berikut :
1. Merupakan mata pelajaran yang baru bagi siswa
2. Banyak konsep yang harus dipahami
3. Perlu adanya banyak latihan secara langsung
IV. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah : apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dengan
model pembelajaran inquiry training berpendekatan keterampilan proses pada sub materi larutan
elektrolit dan larutan nonelektrolit?
V. Batasan Istilah
Demi kelancaran pembahasan pada penelitian ini dan agar topik lebih mengena pada hal
utama yang akan dibahas, maka penulis memberikan batasan-batasan agar tidak melenceng dari
yang dibahas.
1. Model yaitu pola, contoh, acuan.
2. Pembelajaran yaitu seperangkat peristiwa yang dirancang untuk memprakarsai,
menggiatkan dan mendukung kegiatan belajar siswa.
3. Konsep yaitu suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk mengklasifikasi
suatu objek dan menerangkan apakah objek tesebut merupakan contoh atau bukan dari
ide abstrak.
4. Pokok bahasan yaitu hal utama yang akan dikupas atau dibahas.
5. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik.
6. Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik.
VI. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Tujuan umum
Dalam penelitian tindakan kelas ini, secara umum bertujuan untuk mengetahui apakah
ada peningkatan hasil belajar (dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik) siswa dengan
menerapkan model pembelajaran inquiry training?
2. Tujuan khusus
Siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran dengan mendapatkan nilai minimal 65
dan sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa mampumencapai batas minimal tersebut.
VII. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
a. Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia pokok bahasan larutan
elektrolit dan non elektrolit
b. Menambah keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar
c. Menambah keberanian siswa untuk mengeluarkan pendapat, ide, dan gagasan
2. Bagi guru
Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan memilih strategi pembelajaran
yang bervariasi dan dapat memperbaiki sistem pembelajaran, sehingga dapat
memberikan pengajaran yang lebih baik kepada siswa serta dapat mengembangkan
model inquiry training ini pada konsep yang lain.
3. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam perbaikan proses pembelajaran yang
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya, dan perbaikan kualitas
sekolah pada umumnya.
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Belajar
Belajar menurut W.S. Winkel adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dan
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan –
pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap.
Berdasarkan pengertian belajar dari banyak ahli pendidikan tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengertian belajar secara umum adalah suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya
perubahan tingkah laku (Darsono, dkk, 2000: 24). Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku
akibat belajar adalah :
a. Perubahan yang disadari
Seseorang menyadari dan merasakan adanya perubahan pada dirinya misalnya,
pengetahuannya bertambah dan berubah. Jadi perubahannya disadari dan direncanakan.
b. Perubahan yang bersifat kontinyu dan fungsional
Perubahan itu secara berkelanjutan, misalnya seorang belajar menulis, maka tulisannya
bertambah baik dan bisa digunakan untuk menulis atau mencatat.
c. Perubahan yang bersifat positif dan aktif
Perubahan-perubahan dengan memperoleh sesuatu yang lebih dari sebelumnya.
Perubahan secara aktif karena hasil usahanya sendiri berorientasi dengan lingkungan
dan bukan hasil kematangan. Keaktifan ini terwujud karena individu memiliki berbagai
potensi untuk belajar, misalnya perhatian, minat, pikiran, emosi, motivasi dan lain-lain.
d. Perubahan bertujuan dan terarah
Berarti belajar itu bukan suatu hal yang kebetulan, tetapi disengaja dan bertujuan,
tujuan dipakai sebagai arah kegiatan dan sekaligus sebagai tolok ukur keberhasilan
belajar.
2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga
tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, dkk, 2000: 24). Menurut Sudjana
(2000). Pengertian pembelajaran adalah kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar guru
dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Ada empat persoalan yang menjadi komponen utama
yang harus dipenuhi dalam pembelajaran. Keempat komponen tersebut tidak berdiri sendiri,
tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Keempat
komponen tersebut yaitu tujuan, metode dan alat serta penilaian.
Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan
dalam proses pengajaran, tujuan tersebut berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran.
Komponen yang kedua yaitu metode dan alat. Metode dan alat digunakan dalam pengajaran
dipilih atas dasar tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Komponen yang lain adalah
penilaian, penilaian dilakukan untuk mengetahui ketercapaian suatu tujuan pembelajaran, yaitu
menghasilkan perubahan seperti yang disebut dalam pengertian belajar. Peranan guru dalam
kegiatan belajar dan pembelajaran adalah membentuk siswa mencapai tujuan belajar yang telah
ditentukan. Untuk tujuan tersebut siswa melakukan kegiatan belajar, dengan cara dan
kemampuan masing-masing. Siswa memiliki karakter yang berbeda satu sama lainnya, sesuai
dengan pendapat Darsono (2000) bahwa perbedaan antara siswa lainnya membawa
konsekuensi perolehan hasil belajarpun tidak sama. Dengan perkataan lain bahwa dalam
pengajaran yang menjadi persoalan utama ialah adanya proses belajar pada siswa yakni proses
berubahnya siswa melalui berbagai pengalaman yang diperolehnya yang biasa disebut sebagai
hasil belajar.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajar. Benyamin Bloom (dalam Anni, 2004: 6) membagi hasil belajar menjadi
tiga ranah yaitu :
a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
pengetahuan/ingatan, pemahaman, analisis, aplikasi, sintesis dan evaluasi. Keenam
tujuan ini sifatnya hierarkis, artinya kemampuan evaluasi belum tercapai bila
kemampuan sebelumnya belum dikuasai.
b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari penerimaan, penanggapan,
penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup.
c. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan
bertindak.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut :
a. Faktor pada diri orang yang belajar, yang masih dapat dibagi menjadi dua : 1) keadaan
fisik, keadaan fisik yang sehat, kuat, akan menguntungkan hasil belajar, 2) keadaan
mental atau psikologi, yaitu fungsi-fungsi yang berperan dalam hubungannya dengan
belajar yakni: ingatan, perhatian, minat, kecerdasan, motivasi, kemauan dan pikiran.
b. Faktor diluar diri orang yang belajar, yang terdiri dari tiga macam : 1) alam atau fisik
seperti iklim, sirkulasi udara, keadaan cahaya dan sebagainya, 2) faktor sosial atau
psikologis, disini yang terutama faktor pembimbing/guru yang mengarahkan serta
membimbing kegiatan orang yang belajar serta yang menjadi salah satu sumber materi
belajar, 3) sarana-prasarana baik fisik maupun non fisik memainkan peranan penting
dalam mencapai hasil belajar (gedung, kelas, perlengkapan, laboratorium, perpustakaan,
buku pelajaran, alat-alat peraga), sedang suasana yang paedagogis, tenang, gembira,
adalah sarana-prasarana yang non fisik.
Sedang menurut Sudjana (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah
kualitas pengajaran di sekolah itu sendiri, yakni ada tiga unsur: kompetensi guru, karakteristik
kelas dan karakteristik sekolah. Karakteristik sekolah berkaitan dengan disiplin sekolah,
perpustakaan yang ada di sekolah, letak geografis sekolah, lingkungan sekolah, estetika dalam
arti sekolah memberikan perasaan nyaman, dan kepuasan belajar, bersih, rapi dan teratur.
Berkaitan dengan kompetensi guru yang merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi
kualitas belajar, maka dalam pembelajaran guru harus pandai-pandai memilih pendekatan dan
metode mengajar yang sesuai dengan isi materi pelajaran. Metode berfungsi sebagai media
transformasi pelajaran terhadap tujuan yang ingin dicapai sehingga metode pembelajaran yang
digunakan harus benar-benar efektif dan efisien.
5. Model Pembelajaran Inquiry Training
i. Model Pembelajaran Inquiry Training
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama Suchman.
Suchman meyakini bahwa anak-anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu
akan segala sesuatu. Adapun dasar teori mendukung model pembelajaran ini yaitu :
a. Secara alami manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu mencari tahu akan
segala sesuatu yang menarik perhatiannya.
b. Mereka akan menyadari keingintahuan akan segala sesuatu tersebut dan akan belajar
untuk menganalisis strategi berpikirnya tersebut
c. Strategi baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan/digabungkan dengan
strategi lama yang telah dimiliki siswa.
d. Penelitian kooperatif (cooperative inquiry) dapat memperkaya kemampuan berpikir
dan membantu siswa belajar tentang suatu ilmu yang senantiasa bersifat tentatif dan
belajar menghargai penjelasan atau solusi altenatif. Inkuiri adalah belajar mencari dan
menemukan sendiri.
Model pembelajaran inquiry training dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke
dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan meringkaskan proses ilmiah itu ke dalam
waktu yang relatif singkat. Pembelajaran inkuiri memberi kesempatan kepada siswa
untuk bereksplorasi dengan baik.
Pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu Question,
Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of
Resources.
a. Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang
memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena.
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke
pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan
pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab
pertanyaan ini siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi,
sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya di
dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi.
b. Student Engangement. Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan
suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara
pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada
akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk
yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam
melakukan sebuah investigasi.
c. Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan
atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa
bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat
muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar.
d. Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta
untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya
mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa
slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini
guru melakukan evaluasi.
e. Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar,
misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain
sebagainya.
Awalnya model pembelajaran ini digunakan untuk mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan
alam, akan tetapi dapat pula digunakan untuk semua mata pelajaran. Model ini sangat
penting untuk mengembangkan nilai dan sikap yang sangat dibutuhkan agar siswa
mampu berpikir ilmiah, seperti
a. Keterampilan melakukan pengamatan,pengumpulan dan pengorganisasian data
termasuk merumuskan dan menguji hipotesis serta menjelaskan fenomena.
b. Kemandirian belajar
c. Keterampilan mengekspresikan secara verbal,
d. Kemampuan berpikir logis, dan
e. Kesadaran bahwa ilmu bersifat dinamis dan tentatif.
ii. Langkah-Langkah Pembelajaran Inquiry Training
Pembelajaran model inquiry training memiliki lima langkah pokok yaitu :
a. Menghadapkan masalah : menjelaskan prosedur penelitian, menyajikan situasi yang
saling bertentangan
b. Menemukan masalah : memeriksa hakikat objek dan kondisi yang dihadapi,
memeriksa tampilnya masalah.
c. Mengkaji data dan eksperimentasi : mengisolasi variabel yang sesuai, merumuskan
hipotesis
d. Mengorganisasikan, merumuskan, dan menjelaskan
e. Menganalisis proses penelitian untuk memperoleh prosedur yang lebih efektif
Dalam model inquiry training terdapat tiga prinsip yaitu pengetahuan yang bersifat
tentatif, manusia memiliki sifat ingin tahu yang alamiah, dan manusia mengembangkan
indivualitas secara mandiri. Prinsip pertama menghendaki proses penelitian secara
berkelanjutan, prinsip kedua mengindikasikan pentingkan siswa melakukan eksplorasi,
dan yang ketiga akan bermuara pada pengenalan jati diri dan sikap ilmiah (kemandirian).
Prinsip-prinsip yang dikembangkan adalah pengajuan pertanyaan yang jelas dan lugas,
menyediakan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki pertanyaan, menunjukkan
butir-butir yang kurang sahih, menyediakan bimbingan tentang teori yang digunakan,
menyediakan suasana kebebasan intelektual, menyediakan dorongan dan dukungan atas
interaksi, hasil eksplorasi, formulasi, dan generalisasi siswa. Penerapan pembelajaran
model ini memerlukan materi yang mampu membangkitkan proses intelektual dan yang
menantang siswa untuk melakukan penelitian.
Tujuan umum dari model inkuiri adalah membantu siswa mengembangkan ketrampilan
intelektual dan ketrampilan-ketrampilan lainnya, seperti mengajukan pertanyaan dan
menemukan mencari jawaban yang berasal dari keinginan mereka. Dengan model
pembelajarn inkuiri training akan membawa pikiran siswa untuk melakukan eksperiman
dan mengumpulkan data. Dengan demikian berarti siswa telah terpancing untuk
mengeluarkan ide-ide ketika guru mengajukan suatu masalah.
iii. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Inquery Training
Kegiatan pembelajaran melalui pendekatan inquery training memiliki dampak positif
bahwa pencarian (inquiry) mengandung makna sebagai berikut:
a. Dapat membangkitkan potensi intelektual siswa karena seseorang hanya dapat belajar
dan mengembangkan pikirannya jika ia menggunakan potensi intelektuainya untuk
berpikir.
b. Peserta didik yang semula memperoleh extrinsic reward dalam keberhasilan belajar
(seperti mendapat nilai baik dari pengajar), dalam pendekatan inkuiri ini dapat
memperoleh intrinsic reward. Diyakini bahwa jika seorang peserta didik berhasil
mengadakan kegiatan mencari sendiri (mengadakan penelitian), maka ia akan
memperoleh kepuasan untuk dirinya sendiri.
c. Peserta didik dapat mempelajari heuristik (mengolah pesan atau informasi) dari
penemuan (discovery), artinya bahwa cara untuk mempelajari teknik penemuan ialah
dengan jalan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengadakan
penelitian sendiri.
d. Dapat menyebabkan ingatan bertahan lama sampai terinternalisasi pada diri peserta
didik.
Sedangkan kelemahan dari metode ini meliputi :
a. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa
b. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dalam kebiasaan siswa
dalam belajar
c. Kadang kadang dalam implementasimnya memerlukan waktu yang panjang sehingga
sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d. Selama ketentuan keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai
materi pelajaran, maka model pembelajaran ini akan sulit diimplementasikan oleh
setiap guru.
6. Pembelajaran Berpendekatan Proses
Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan yang mengutamakan proses dan
keterampilan intelektual. Pendekatan ini bermula dari pengamatan terhadapa cara kerja para ilmuwan
sehingga berhasil memperoleh penemuan dalam berbagai bidang ilmu terutaa bidang Ilmu
Pengetahuan Alam. Dalam pendekatan keterampilan proses diperlukan kemampuas / keterampilan
dasar tertentu. Guru harus menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut
dalam diri siswa, sehingga diharapkan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan
konsep serta nilai dan sikap yang dituntut.
7. Tinjauan Tentang Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan
Non-Elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Hantaran listrik
dapat ditunjukkan oleh alat uji elektrolit.
Perbedaan larutan Elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non-elektrolit dengan menggunakan alat
uji elektrolit.
a. Elektrolit kuat : lampu akan menyala terang, disekitar elektrode terdapat
gelembung gas yang banyak.
b. Elektrolit lemah : lampu menyala redup/tidak menyala sama sekali tetapi ada
gelembung-gelembung gas disekitar elektrode.
Contohnya Larutan yang berasal dari:
Non-elektrolit : lampu tidak menyala dan tidak terdapat gelembung gas disekitar
elektrode
Mengapa larutan elektrolit dapat mengahantarkan listrik?
Pada tahun 1884, svante Arrhenius mengajukan teorinya, bahwa dalam larutan elektrolit yang
berperan menghantarkan arus listrik adalah partikel-partikel bermuatan (ion) yang bergerak
bebas didalam larutan. Bila kristal NaCl dilarutkan dalam air,maka oleh pengaruh air NaCl
terdisosiasi(terion) menjadi ion positif Na +(kation) dan ion negatif Cl- (anion) yang bergerak
bebas. Ion-ion inilah yang bergerak sambil membawa muatan listrik ke dua ujung kawat (kutup
elektrode) alat uji elektrolit. Dimana “ion-ion positif bergerak menuju kekutup negatif dan ion-
ion negatif akan akan bergerak kekutup positif”.
Jadi, suatu zat dapat terurai menjadi elektrolit bila didalam larutannya zat tersebut terurai
menjadi ion-ion yang bebas bergerak.
Senyawa ion dan senyawa kovalen polar
Zat elektrolit dapat berasal dari senyawa ion atau beberapa senyawa kovalen yang didalam
larutan dapat terurai menjadi ion-ion.
a. Senyawa Ion
Senyawa ion sendiri dalam keadaan kristal sudah sebagai ion-ion, tetapi ion-ion itu terikat satu
sama lain dengan kuat dan rapat, sehingga tidak dapat menghantar listrik.
Sebaliknya, bila senyawa ion tersebut dalam bentuk leburan atau larutan, maka ion-ion nya
akan bebas bergerak, sehingga dapat menghantarkan listrik. Pada proses pelarutan, ion-ion
yang terikat dan tersusun rapat tersebut akan tertarik oleh molekul-molekul air, dan akan
menyusup disela-sela butir-butir ion tersebut (proses hidrasi) yang akhirnya akan terlepas satu
sama lain dan menyebar diantara molekul-molekul air. Peristiwa peruraian tersebut dapat
dituliskan dengan persamaan reaksi:
NaCl (aq) → Na+ (aq) + Cl- (aq)
Contoh:
b. Senyawa Kovalen
Senyawa kovalen yang dapat menghantarkan arus listrik adalah senyawa kovalen polar
contohnya:
HCl (aq) → H+ (aq) + Cl- (aq)
Elektrolit dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Elektrolit kuat adalah zat-zat yang dalam air akan terurai seluruhnya menjadi ion-ionnya
atau terionisasi sempurna dengan (derajat ionisasi) = 1. Daya hantar listrik pada
elektrolit kuat sangat tinggi, sehingga nyala lampu akan terang bila arus listrik yang
dihubungkan kelampu dilewati elektrolit ini.
Contoh-contoh elektrolit kuat:
Asam-asam kuat : asam halogen : HCl, HBr, HI
Asam oksi : HNO3, H2SO4
Basa-basa kuat : basa-basa alkali : NaOH, KOH, LiOH, Sr(OH)2, Ba(OH)2
Hampir semua garam : NaCl, KCl, KBr, CaCl2, MgCl2
2. Elektrolit lemah
Elektrolit lemah adalah zat-zat yang dalam air tidak seluruhnya atau sebagian terurai
menjadi ion-ionnya atau terionisasi sebagian dengan contoh elektrolit lemah:
Asam atau basa lemah yang tidak termasuk elektrolit kuat
Asam lemah : CH3COOH, HCOOH, HF dan H2CO3
Basa Lemah : NH4OH
Garam-garam merkuri (II) : HgCl2 dan Hg(NO)3
3. Larutan non-elektrolit
Larutan non-elektrolit adalah larutan yang tidak dpt menghantarkan arus listrik. Zat-zat
non elektrolit dalam air tidak dapat terionisasi( = 0)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan data pengamatan langsung
terhadap jalannya proses pembelajaran di kelas. Data tersebut kemudian dianalisis melalui beberapa
tahapan dalam siklus-siklus tindakan.
A. Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA N 10 Semarang yang terletak di Jl. Kapas Utara No.11, Genuk
Indah. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas X-3 dengan jumlah 44 orang, yaitu 20 putra dan
24 putri, sedang observer adalah guru mata pelajaran Kimia di kelas tersebut.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian tindakan kelas ini adalah hasil belajar kognitif siswa kelas X-3 semester 2
dalam proses pembelajaran Kimia melalui pembelajaran Inquiry Training. Meskipun demikian, hasil
belajar aspek psikomotorik dan afektif tidak terlepas dari pengamatan dan perhatian peneliti.
C. Rencana Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas
tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan refleksi. Secara garis besar kegiatan yang dilakukan
pada tiap-tiap tahapan adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini dilakukan persiapan yang berhubungan dengan pelaksanaan
pembelajaran seperti: pembuatan rencana pembelajaran, pembuatan lembar diskusi, lembar
pengamatan siswa dan guru, lembar penilaian aspek afektif dan psikomotorik serta soal-soal tes akhir
siklus.
2. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan merupakan kegiatan dilaksanakannya skenario pembelajaran yang telah di
rencanakan. Tahap ini terwujud dalam bentuk proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan
siswa.
3. Pengamatan
Pada tahap ini dilakukan proses pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan
lembar observasi yang telah dibuat. Pengamatan dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan
guru mitra.
4. Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mendiskusikan hasil tes akhir siklus dan hasil pengamatan/observasi
terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru dan siswa. Hasil refleksi siklus
I digunakan untuk penyempurnaan pada siklus-siklus berikutnya.
Prosedur kerja tersebut secara garis dapat dijelaskan dengan deskripsi umum penelitian tindakan
kelas.
Persiapan Penelitian
Hal-hal yang dilakukan peneliti sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas ini yaitu :
1. Observasi awal kelas yang akan diteliti melalui wawancara dengan guru mata pelajaran dan
melalui angket kondisi awal siswa kelas X SMAN 10 Semarang mengenai kondisi siswa, guru dan
proses pembelajaran serta melalui dokumentasi hasil belajar siswa pada materi sebelum siklus guna
memberi gambaran mengenai masalah yang terjadi.
2. Menyusun soal-soal evaluasi beserta kisi-kisinya yang kemudian dikonsultasikan pada ahlinya
(dosen dan guru Kimia), menyusun rencana pembelajaran, lembar penilaian afektif dan
psikomotorik siswa, dan lembar angket tentang tanggapan siswa terhadap pembelajaran inquiry
training.
Pelaksanaan Penelitian
Siklus I
1. Perencanaan
Rincian kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut :
a. Merancang skenario pembelajaran menggunakan metode Inquiry Training yang berupa rencana
pembelajaran dan lembar kerja siswa.
b. Mempersiapkan instrumen-instrumen penelitian yang diperlukan yang meliputi soal evaluasi
siklus I, lembar observasi aspek afektif dan psikomotorik, dan lembar observasi aktivitas siswa serta
lembar angket tanggapan siswa.
c. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk percobaan identifikasi larutan elektrolit
dan non elektrolit.
d. Mempersiapkan materi bahan ajar dan soal pre-tes.
2. Pelaksanaan
Rincian kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan adalah sebagai berikut :
a. Guru memberikan pre-test untuk mengetahui kesiapan siswa terhadap pokok bahasan yang akan
dipelajari.
b. Membentuk kelompok yang heterogen yang terdiri atas 11 kelompok secara acak.
c. Siswa duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
d. Guru membagikan lembar Kegiatan Siswa yang berisikan petunjuk praktikum identifikasi larutan
elektrolit non elektrolit.
e. Siswa melakukan percobaan tentang identifikasi larutan elektrolit dan non elektrolit.
f. Siswa mendiskusikan hasil percobaan dengan teman sekelompok dan perwakilan kelompok maju
untuk mempresentasikan hasil diskusi.
g. Siswa menyimpulkan hasil praktikum dengan bantuan guru.
h. Pada pertemuan berikutnya setiap awal pertemuan, siswa sudah duduk menurut kelompoknya
masing-masing selanjutnya guru memberikan materi secara singkat, untuk siklus I yaitu tentang
larutan elektrolit dan non elektrolit.
i. Guru membagikan tugas kelompok yang terangkum dalam lembar Kegiatan siswa untuk
didiskusikan dan memberikan bimbingan di setiap tahap kegiatan diskusi.
j. Perwakilan kelompok mempresentasikaan hasil diskusi dan ketua kelompok bertanggung jawab
atas keberhasilan setiap anggota kelompoknya.
k. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi dan materi yang telah dipelajari.
l. Guru memberikan tes akhir siklus dan angket tanggapan siswa serta tugas mandiri.
3. Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Guru dan observer mengamati
kemampuan siswa yang meliputi kemampuan afektif dan psikomotorik
4. Refleksi
Dari tindakan yang telah dilakukan kemudian dianalisa hasil pengamatannya. Jika hasil analisa
menunjukkan bahwa peningkatan yang dicapai belum sesuai dengan indikator, maka diadakan siklus
berikutnya. Hasil analisa digunakan sebagai acuan untuk langkah perbaikan siklus berikutnya.
D. Tehnik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Adalah subjek penelitian itu sendiri yaitu siswa kelas X-3 SMA N 10 Semarang tahun ajaran
2012/20013 dan seluruh anggota penelitian (guru dan peneliti).
2. Instrumen Penelitian
a. Lembar tes akhir siklus
b. Lembar observasi afektif dan psikomotorik siswa.
c. Lembar angket siswa.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Metode dokumentasi
Metode ini dilakukan dengan mengambil dokumen/data-data yang mendukung penelitian
meliputi data tentang siswa dan hasil belajar yang diperoleh serta foto-foto yang diambil saat
penelitian.
b. Metode tes akhir siklus
Metode tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Sebelum soal digunakan,
terlebih dahulu diujicobakan pada kelas di luar kelas penelitian. Uji coba tes dilaksanakan di
SMA N 2 Semarang dengan pertimbangan siswa di SMA N 2 Semarang sudah menerima
materi larutan elektrolit non elektroliit.
c. Metode observasi
Observasi yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi observasi
psikomotorik dan afektif siswa, observasi kinerja guru dan observasi aktivitas siswa.
Observasi kinerja guru (peneliti) dilakukan oleh guru mitra, sedangkan untuk observasi
terhadap siswa dilaksanakan secara kolaborasi oleh peneliti dan guru mitra.
d. Metode kuesioner/angket
Angket diberikan kepada siswa untuk diisi pada akhir siklus. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui tanggapan dari siswa mengenai model pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti
dan untuk mengetahui kesulitan siswa selama proses pembelajaran.
E. Analisis Data
1. Uji Pendahuluan
Tes akhir siklus digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang
diberikan. Tes akhir siklus disusun berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat sebelumnya.
Tes akhir siklus yang digunakan berupa soal pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban.
Sebelum soal digunakan untuk mengukur hasil penelitian maka diujicobakan terlebih dahulu.
Uji coba soal berfungsi untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat
kesukaran dari soal. Hal ini bertujuan untuk mendukung kesahihan dan kevalidan dari soal
penelitian.
Tes uji pendahuluan meliputi :
a. Tingkat kesukaran, soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sulit (Arikunto, 2002: 207). Besarnya indeks dapat dihitung dengan rumus :
Klasifikasi Indeks kesukaran adalah sebagai berikut :
b. Daya pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang
pandai/berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh atau berkemampuan rendah
(Arikunto, 2002: 211). Daya pembeda ini dinyatakan dengan rumus :
Klasifikasi Daya pembeda adalah sebagai berikut :
2. Analisis Data Penelitian
Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil belajar
sebelum tindakan dengan hasil setelah tindakan. Data dihitung dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Hasil belajar kognitif
Hasil belajar kognitif dianalisis dengan menghitung nilai rerata dan ketuntasan belajar
klasikal ha sil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dan nilai tes akhir siklus I dan siklus
II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar.
Rata-rata hasil belajar siswa dihitung dengan menggunakan rumus :
Persentase ketuntasan belajar klasikal dihitung dengan menggunakan rumus :
b. Hasil belajar afektif dan psikomotorik
Hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa dihitung dengan menggunakan rumus :
Kemudian dicari rata-rata nilai da n persentase ketuntasan belajar klasikalnya menggunakan
rumus seperti pada hasil belajar kognitif.
c. Penentuan penghargaan kelompok
Penghargaan kelompok bisa diperoleh dari data nilai tes awal ( pre-test) dan nilai tes akhir
siklus dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Menghitung skor perkembangan individu
Berdasarkan selisih antara nilai pre-test dengan tes akhir siklus, maka skor perkembangan
individu dihitung dengan menggunakan tabel sebagai berikut :
2) Menghitung skor kelompok
Skor kelompok dihitung dengan menambahkan skor perkembangan tiap-tiap individu anggota
kelompok dan membaginya dengan jumlah anggota kelompok tersebut (Ibrahim, 2000: 62).
3) Penghargaan prestasi kelompok
1) Kelompok dengan rata-rata skor 15 – 19, kelompok baik (good team ).
2) Kelompok dengan rata-rata skor 20 – 24, kelompok hebat ( great team).
3) Kelompok dengan rata-rata skor 25 – 30, kelompok super ( super team ).
F. Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan hasil belajar siswa secara
klasikal yaitu siswa mampu mencapai nilai minimal 65 (lebih besar/sama dengan 65) dan
sekurangnya 85% dari jumlah siswa mampu mencapai batas minimal tersebut (Mulyasa, 2002: 99).
INSTRUMEN PENELITIAN
SOAL PRETEST
1. Jika suatu larutan memiliki data, antara lain lampu tidak menyala dan pada elektroda timbul
gelembung gas, berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa…
a. larutan tersebut nonelektrolit
b. larutan tersebut mengandung sedikit ion bebas
c. larutan tersebut tidak mengandung ion bebas
d. alat uji tidak bekerja dengan baik
e. dalam air semua berbentuk molekul
2. Kristal ionik tidak dapat menghantarkan arus listrik karena…
a. mengalami ionisasi dengan adanya arus listrik
b. ion-ionnya tidak dapat bergerak bebas
c. tidak dapat larut dalam air
d. bukan senyawaion
e. dalam airtidak dapat terionisasi
3. Kristal senyawa ionik dapat menghantarkan arus listrik jika…
a. dilelehkan
b. dibekukan
c. didinginkan
d. dikristalkan
e. didisosiasikan
4. Dari beberapa jenis air di bawah ini, yang tidak dapat menghantarkan arus listrik adalah…
a. air sungai
b. air laut
c. air sumur
d. air PAM
e. air suling
5. Pasangan senyawa berikut yang termasuk larutan elektrolit adalah…
a. glukosa dan garam dapur
b. asam cuka dan urea
c. asam klorida dan urea
d. asam sulfat dan garam dapur
e. asam sulfat dan alkohol
6. Pasangan yang termasuk larutan nonelektrolit adalah larutan…
a. etanol dan asam cuka
b. gula dan alkohol
c. urea dan garam
d. gula dan asam cuka
e. alkohol dan asam cuka
7. Senyawa di bawah ini apabila dilarutkan dalam air akan terionisasi sempurna adalah…
a. asam cuka
b. gula
c. ammonia
d. alcohol
e. asam klorida
8. Diantara larutan berikut ini yang menimbulkan nyala lampu paling terang adalah…
a. NH3
b. C2H5OH
c. CH3COOH
d. HNO3
e. CO(NH2)2
9. Kelompok senyawa berikut yang merupakan larutan elektrolit dan berikatan ion adalah…
a. Na2SO4, KCl, NaOH
b. NaCl, KBr,MgCl2
c. CH3COOH, CO(NH2)2, NaCl
d. KCl, MgBr2, H2SO4
e. H2SO4, CO(NH2)2, NaCl
10. Senyawa berikut yang terionisasi sempurna dan berikatan kovalen adalah…
a. H2CO3 dan H2SO4
b. H3PO4 dan HCl
c. H2SO4 dan CH3COOH
d. H2O dan NaCl
e. HNO3dan H2SO4
11. Diantara larutan berikut ini, yang tidak dapat menghantarkan arus listrik adalah…
a. CO(NH2)2 1M
b. H2SO4 1M
c. H2SO4 0,1M
d. CH3COOH 1M
e.CH3COOH 0,1M
12. Senyawa elektrolit yang menghasilkan 3 ion H+ dalam reaksi ionisasinya adalah…
a. H2CO3
b. H2S
c. HBr
d. H2SO4
e. H3PO4
13. Berikut ini hasil percobaan daya hantar listrik berbagai larutan:
Dari data di atas, pasangan yang digolongkan dalam larutan elektrolit kuat dan nonelektrolit
berturut-turut adalah…
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 1 dan 4
d. 2 dan 3
e. 3 dan 4
14. CH3COOH jika dilarutkan dalam air akan terurai menjadi ion-ion…
a. CH3+ dan COOH-
b. CH3CO- dan OH-
c. CH3COO- dan H+
d. CH3C+ dan OOH-
e. CH3COO+ dan H2O
15. Jika senyawa memiliki derajat ionisasi sama dengan 0, maka…
a. tidak ada zat yang terion
b. seluruh zat terurai menjadi ion
c. sebagian zat terurai menjadi ion
d. semua zat terdispersi menjadi molekul
e. sebagian zat terurai menjadi molekul
SOAL EVALUASI SIKLUS I
Materi : Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Kelas/Semester : X/2
Waktu : 30 menit
Jumlah Soal : 15
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat.
1. Data hasil pengujian daya hantar listrik beberapa larutan:
Larutan Nyala Lampu Gelembung Gas
1 Terang Ada
2 Tidak menyala Tidak ada
3 Tidak menyala Ada
4 Tidak menyala Tidak ada
5 Menyala Ada
Berdasarkan data tersebut, larutan nonelektrolit adalah larutan nomor ….
A. 1 dan 5
B. 2 dan 3
C. 3 dan 5
D. 1 dan 4
E. 2 dan 4
Untuk soal no. 2 dan 3 perhatikan tabel berikut.
Larutan Nyala Redup Mati
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
2. Berdasarkan data tersebut, larutan elektrolit kuat adalah larutan nomor
A. 1 dan 5
B. 2 dan 3
C. 3 dan 5
D. 1 dan 2
E. 2 dan 4
3. Berdasarkan data tersebut, larutan elektrolit lemah adalah larutan nomor ….
A. 1 dan 3
B. 2 dan 5
C. 3 dan 4
D. 3 dan 5
E. 5 saja
4. Di antara zat berikut, ketika di dalam air dapat membentuk larutan elektrolit kuat
adalah ….
A. gula pasir
B. alkohol
C. formalin
D. cuka
E. garam dapur
5. Di antara zat berikut, ketika di dalam air dapat membentuk larutan elektrolit lemah
adalah ….
A. gula pasir
B. alkohol
C. formalin
D. cuka
E. garam dapur
6. Di antara zat berikut, di dalam air yang bersifat elektrolit lemah dan berikatan
kovalen adalah ….
A. MgCl2
B. NH4Cl
C. CH3COOH
D. NaOH
E. CCl4
7. Di antara senyawa ion berikut, yang tidak dapat menghantarkan arus listrik di
dalam air adalah ….
A. CaCO3
B. MgCl2
C. KCl
D. Sr(NO3)2
E. CaCl2
8. Di antara zat berikut, ketika di dalam air dapat membentuk larutan elektrolit lemah
adalah ….
A. HCl
B. H2SO4
C. HNO3
D. NH3
E. NaOH
9. Di antara campuran berikut, ketika dalam air membentuk larutan nonelektrolit
adalah ….
A. CH3COOH + NaCl
B. C2H5OH + C12H22O11
C. Spiritus + HCl
D. C2H5OH + NaCl
E. C12H22O11 + CH3COOH
10. Jika MgNH4PO4 dilarutkan dalam air maka dalam larutan akan terdapat ion-ion ….
A. Mg2+ dan NH4PO42–
B. MgNH3+ dan PO4
3–
C. NH4+ dan MgPO4
–
D. H3PO4+ dan MgN–
E. Mg2+, NH4+ dan PO4
3–
11. Spesi kimia yang menghantarkan listrik di dalam larutan KSCN adalah ….
A. ion-ion S2– dan KCN2+
B. ion-ion KS+ dan CN–
C. ion-ion K+ dan SCN–
D. molekul KSCN dan H2O
E. ion-ion K+ dan H2O
12. Ke dalam air ditambahkan cuka dan alkohol kemudian diuji sifat listriknya. Spesi
kimia yang menghantarkan arus listrik adalah ….
A. C2H5OH
B. H2O
C. CH3COOH
D. C2H3O2– dan H+
E. C2H5OH dan H2O
13. NH3 adalah senyawa kovalen, tetapi dalam air membentuk elektrolit lemah,
alasannya adalah ….
A. terurai menjadi ion N- dan H+
B. bereaksi dengan air membentuk ion NH4+ dan OH–
C. NH3 senyawa kovalen yang bermuatan
D. terurai membentuk molekul NH3+
E. air terionisasi menjadi H+ dan OH–
14. Larutan elektrolit kuat yang digunakan dalam larutan aki
A. HCl
B. HCN
C. H2SO4
D. H2S
E. HNO3
15. Senyawa berikut yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion paling banyak
adalah.............
A. H2SO4 0,2 M
B. C2H5OH 0,2M
C. HCl 0,5M
D. NH4OH 0,2 M
E. HCl 1M
SOAL EVALUASI SIKLUS II
Materi : Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Kelas/Semester : X/2
Waktu : 30 menit
Jumlah Soal : 15
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat.
1) Pernyataan yang benar tentang elektrolit adalah . . . .
A. Zat yang dalam bentuk larutan, tidak terurai menjadi ion-ion
B. Zat yang dalam bentuk larutan, terurai menjadi atom-atom
C. Zat yang dalam bentuk larutan, terurai menjadi molekul-molekul
D. Zat yang dalam bentuk larutan, terurai menjadi ion-ion
E. Zat yang dalam bentuk larutan, terurai menjadi gas
2) Dari hasil pengujian daya hantar larutan diperoleh hasil sebagai berikut:
NoPengamatan
Nyala lampu Gelembung gas
1
2
3
4
5
Terang
Tidak menyala
Tidak menyala
Tidak menyala
Terang
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
ada
Berdasarkan data di atas yang merupakan larutan non elektrolit adalah larutan
nomor. . . .
A. 1 dan 5
B. 2 dan 3
C. 3 dan 5
D. 1 dan 4
E. 2 dan 4
3) Garam dapur padat tidak menghantarkan listrik, namun bila dilarutkan dalam air
dapat menghantarkan listrik. Hal ini disebabkan . . . .
A. Garam dapur dalam bentuk leburan dan larutan tidak terionisasi
B. Garam dapur merupakan senyawa ion yang terdiri atas ion Na+ dan Cl-
C. Garam dapur dalam bentuk leburan dan larutannya terionisasi
D. Molekul NaCl dalam leburan dan larutannya dapat bergerak bebas
E. Garam dapur padat non elektrolit, sedangkan dalam bentuk leburan dan
larutannya elektrolit
4) Larutan di bawah ini yang mempunyai daya hantar listrik paling baik adalah . . . .
A. Asam cuka
B. Alkohol
C. Asam sulfat
D. Minyak tanah
E. Gula
5) Kumpulan senyawa yang tergolong elektrolit kuat adalah . . . .
A. NaOH, NaCl, NaBr
B. H2O, H2S, H2CO3
C. H2O, HCN, CH3COOH
D. H2S, HCN, NH4OH
E. H2CO3, HCN, H2S
6) Dari data eksperimen diperoleh data sebagai berikut:
Larutan Rumus zat Nyala lampu
Asam klorida
Gula
Asam cuka
HCl
C12H22O11
CH3COOH
Terang
Tidak menyala
redup
Kekuatan larutan elektrolit yang sesuai dengan data di atas adalah . . . .
A. CH3COOH < C12H22O11 < HCl
B. C12H22O11 < HCl < CH3COOH
C. HCl < CH3COOH < C12H22O11
D. C12H22O11 < CH3COOH < HCl
E. HCl < C12H22O11 < CH3COOH
7) Diberikan contoh larutan asam dan basa sebagai berikut:
1. NaOH
2. CH3COOH
3. H2SO4
4. H3PO4
5. Ca(OH)2
6. HCl
Yang termasuk larutan asam lemah adalah . . . .
A. H3PO4 dan HCl
B. NaOH dan H2SO4
C. CH3COOH dan H3PO4
D. H2SO4 dan Ca(OH)2
E. CH3COOH dan HCl
8) Larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik adalah . . . .
A. Larutan garam dapur
B. Larutan glukosa
C. Larutan air kapur
D. Larutan amonia
E. Larutan asam cuka
9) Dari larutan berikut ini yang diharapkan dapat menghantarkan listrik paling baik
adalah . . . .
A. Larutan urea 2 M
B. Larutan amonia 0,1 M
C. Larutan amonia 0,2 M
D. Larutan asam sulfat 0,1 M
E. Larutan asam sulfat 0,2 M
10) Senyawa di bawah ini jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion-ion, kecuali
. . . .
A. Larutan urea
B. Larutan asam fosfat
C. Larutan perak nitrat
D. Larutan asam sulfat
E. Larutan kalsium hidroksida
11) Senyawa yang dapat menghantarkan arus listrik bila dilarutkan dalam air dan
memiliki ikatan kovalen adalah . . . .
A. CaCl2
B. KBr
C. AlBr3
D. NaF
E. HCl
12) Dari hasil pengujian daya hantar listrik terhadap larutan A dan B diperoleh hasil:
Pada larutan A, lampu menyala dan terjadi gelembung-gelembung gas sedangkan
pada larutan B lampu tidak menyala dan tidak terjadi gelembung-gelembung gas.
Kesimpulannya adalah . . . .
A. Larutan A adalah elektrolit karena menghasilkan gelembung-gelembung gas
B. Larutan B adalah elektrolit karena tidak menghasilkan gelembung-
gelembung gas
C. Larutan A adalah elektrolit karena terurai menjadi ion-ion
D. Larutan B adalah elektrolit karena tidak terurai menjadi ion-ion
E. Larutan A adalah elektrolit karena mudah larut dalam air
13) Larutan yang mempunyai daya hantar paling lemah adalah . . . .
A. 0,1 M asam sulfat
B. 0,1 M asam asetat
C. 0,1 M natrium asetat
D. 0,1 M natrium klorida
E. 0,1 M natrium hidroksida
14) Berikut ini yang tidak termasuk elektrolit adalah . . . .
A. Asam kuat
B. Basa kuat
C. Garam yang larut dalam air
D. Asam lemah
E. Garam yang tidak larut dalam air
15) Pada percobaan daya hantar listrik terhadap berbagai sumber air diperoleh hasil
sebagai berikut:
No Jenis airNyala
lampuPengamatan lain
1
2
3
4
Air laut
Air hujan
Air sungai
Air sumur
Terang
Redup
Redup
Redup
Ada gelembung gas
-
-
Sedikit gelembung gas
Dari data tetsebut dapat disimpulkan . . . .
A. Air laut merupakan elektrolit lemah
B. Air sumur bersifat non elektrolit
C. Daya hantar air sungai lebih kecil daripada air hujan
D. Daya hantar air hujan paling lemah
E. Air dari berbagai sumber bersifat elektrolit
LEMBAR PENGAMATAN AFEKTIF
No. Nama Disiplin Aktifitas Kerjasama Kejujuran Etika Rata-rata
Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s/d 6
Penafsiran angka :
1 : sangat kurang
2 : kurang
3 : cukup
4 : baik
5 : amat baik
LEMBAR PENILAIAN PSIKOMOTORIK
No Nama Aspek Penilaian Jumlah
skor
Nilai
A B C D E
Aspek yang dinilai :
A : Ketrampilan merangkai alat
B : Ketrampilan mengatur alat dan bahan
C : Ketrampilan mengamati nyala lampu
D : Ketrampilan mengamati gelembung gas
E : ketrampilan membereskan dan membersihkan alat dan bahan
Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s/d 5
Penafsiran angka : 1 = 60, 2 = 70, 3 = 80, 4 = 90, 5 = 100
ANGKET TANGGAPAN PESERTA DIDIK
Nama :
Kelas/ No. Absen :
Petunjuk pengisian
1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan sebenar-benarnya.
2. Angket ini tidak berpengaruh terhadap hasil belajar Anda.
3. Baca dengan seksama petunjuk dan pertanyaan di bawah ini sebelum Anda mengisi.
4. Pilih salah satu jawaban yang sesuai dengan kenyataan yang Anda alami dengan cara memberi
tanda check (v) pada salah satu pilihan jawaban.
No. PernyataanKeterangan
SS S TS STS
1. Saya merasa kesulitan memahami materi larutan
elektrolit dan non elektrolit di awal pembelajaran
2. Saya berusaha mencari informasi tentang materi larutan
elektrolit dan non elektrolit di luar jam pelajaran sekolah
3. Pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan
4. Pembelajaran melibatkan saya untuk lebih aktif
5. Saya berani mengemukakan jawaban atau pendapat saya
6. Saya terlatih untuk berani bertanya atau menjawab
pertanyaan teman atau guru melalui pembelajaran ini
7. Saya menjadi lebih mudah memahami materi dan
menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan materi
8. Saya lebih termotivasi dan bersemangat untuk belajar
9. Saya menyukai cara guru mengajar
10. Jurusan eksak telah sesuai dengan minat dan bakat yang
saya miliki
Keterangan:
SS = sangat setuju, S = setuju, TS = tidak setuju, STS = sangat tidak setuju
top related