proposal penelitian puskes tebet 1
Post on 29-Oct-2015
204 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PROPOSAL PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA INDEKS GLIKEMIK DENGAN KADAR GULA DARAH
PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI KECAMATAN TEBET TAHUN 2011
Pembimbing :
dr. Novi Indriani S.
Pembimbing Puskesmas :
dr. Amnur R. Kayo, MKM
Disusun oleh :
Anniza Komalasari 030.06.032
Ansi Rinjani 030.06.033
I Yuwanda C. 030.06.115
Barliansyah 030.94.092
KEPANITRAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE 21 NOVEMBER 2011 – 28 JANUARI 2011-12-09
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA 2011
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Banyak orang yang masih mengganggap penyakit diabetes
merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul
karena faktor keturunan. Padahal, setiap orang dapat mengidap
diabetes, baik tua maupun muda. Diabetes adalah kondisi yang kronis,
dimana tubuh tidak dapat mengubah makanan menjadi energi
sebagaimana harusnya. Hal ini berasosiasi dengan komplikasi yang
terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama yang kemudian
mempengaruhi hampir seluruh bahagian tubuh.
Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 juta
orang di seluruh dunia menderita diabetes , atau sekitar 2,8% dari
total populasi. Insidensnya terus meningkat dengan cepat, dan
diperkirakan pada tahun 2030, angka ini akan bertambah menjadi 366
juta atau sekitar 4,4% dari populasi dunia. Peningkatan prevalensi
terbesar terjadi di Asia dan Afrika, sebagai akibat dari tren urbanisasi
dan perubahan gaya hidup, seperti pola makan “Western-style” yang
tidak sehat.
Indonesia menjadi negara keempat di dunia yang memiliki angka
diabetes terbanyak. Diabetesi secara keseluruhan di Indonesia
mengalami peningkatan hingga 14 juta orang. Berdasarkan laporan
dari WHO, jumlah diabetes di Indonesia pada tahun 2000 adalah 8,4
juta orang setelah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta) dan Amerika
Serikat (17,7 juta). Diperkirakan jumlah tersebut akan meningkat pada
tahun 2030, India (79,4 juta), Cina (42,3 juta), Amerika Serikat (30,3
juta) dan Indonesia (21,3 juta). Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, dari 24417 responden
2
berusia >15 tahun, 10,2% mengalami Toleransi Glukosa Terganggu
(kadar glukosa 140-200 mg/dl setelah puasa selama 14 jam dan diberi
glukosa oral 75 gram). Sebanyak 1,5% mengalami Diabetes Melitus
yang terdiagnosis dan 4,2% mengalami Diabetes Melitus yang tidak
terdiagnosis. Baik DM maupun TGT lebih banyak ditemukan pada
wanita dibandingkan pria, dan lebih sering pada golongan dengan
tingkat pendidikan dan status sosial rendah. Daerah dengan angka
penderita DM paling tinggi di Indonesia yaitu Kalimantan Barat dan
Maluku Utara yaitu 11,1 %, di Jakarta sendiri sekitar 6,6 %, di
Kecamatan Tebet sebanyak 1.515 orang, sedangkan kelompok usia
penderita DM terbanyak adalah 55-64 tahun yaitu 13,5%. Beberapa hal
yang dihubungkan dengan risiko terkena DM adalah obesitas (sentral),
hipertensi, kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi sayur-buah kurang
dari 5 porsi perhari. Peningkatan jumlah diabetesi disebabkan
keterlambatan penegakan diagnosis penyakit tersebut. Pasien sudah
meninggal akibat kompikasi sebelum adanya penegakan diagnosis.
Untuk menegakkan diagnosis DM dipergunakan rujukan menurut WHO 1999 dan
American Diabetic Association 2003, yaitu kadar glukosa darah dua jam pembebanan: <
140 mg/dl : Tidak DM, 140 - < 200 mg/dl : Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), > 200
mg/dl : Diabetes Mellitus.
Penyakit DM dapat di kendalikan dengan pola/gaya hidup yang sehat seperti diet
dan pola gizi seimbang, tinggi serat dan rendah lemak, di sertai aktifitas fisik/latihan
jasmani yang teratur. Sselain itu apabila makanan yang sehat dan latihan jasmani
(nonfarmakologi) tidak dapat menurunkan kadar glukosa darah atau kontrol diabetes,
maka penderita di anjurkan mengkonsumsi obat – obatan atau insulin, atau keduanya di
bawah pengawasan atau konsultasi dokter.
Prinsip pengelolaan DM secara keseluruhan harus terpadu. Langkah pertama,
melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara berkala, baik dengan penggunaan
glukometer atau pemeriksaan laboratorium dan mentaati pola makan seimbang.
3
I.2 RUMUSAN MASALAH
Apakah ada hubungan antara konsumsi makanan indeks glikemik rendah dan tinggi
dengan kadar GDS penderita DM ?
I.3 TUJUAN PENELITIAN
I.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui makanan yang baik dan seimbang untuk penderita DM agar dapat
memberikan diet yang baik.
I.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan antara konsumsi indeks glikemik rendah dan tinggi
dengan kadar GDS penderita DM di Kecamatan Tebet Jakarta Selatan
2. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pasien tentang pola makan sehat dan
seimbang dengan kadar GDS pada penderita DM
3. Untuk mengetahui hubungan antara olahraga dengan kadar GDS penderita DM
4. Untuk mengetahui hubungan antara obat DM dengan kadar GDS penderita DM
I.4 HIPOTESIS
1. Terdapat hubungan konsumsi makanan indeks glikemik rendah dan tinggi dengan kadar
GDS penderita DM
I.5 MANFAAT PENELITIAN
1.5.1 Bagi Akademik/Ilmiah
Memberikan informasi yang baru mengenai makanan yang dapat dikonsumsi untuk
penderita DM
1.5.2 Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang DM dan pola makan sehat dan
seimbang untuk penderita DM
I.5.3 Bagi Puskesmas
4
Institusi yang terkait dapat melakukan upaya promotif dan preventif berkenaan
dengan masalah diabetes melitus
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hubungan antara konsumsi
makanan indeks glikemik tinggi dan makanan indeks glikemik rendah dengan
diabetes melitus
I.5.4 Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai makanan indeks glikemik rendah
dan tinggi dan penerapannya di Masyarakat. Juga meningkatkan pengalaman,
ketrampilan komunikasi, dan kesempatan bersosialisasi di lapangan.
Agar dapat melengkapi penelitian selanjutnya dan menjadi bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya.
I.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian ini mengenai hubungan konsumsi makanan indeks glikemik
rendah dan tinggi dengan kadar GDS di Poliklinik DM Puskesmas Kecamatan Tebet.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional jenis analitik. Desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah potong-melintang (cross-sectional). Data yang dipergunakan
adalah laporan Puskesmas di Kecamatan Tebet tahun 2011. Sampel yang diteliti terbatas
pada laporan tahunan tersebut. Kegiatan penelitian berupa pengumpulan data primer dari
responden dan data sekunder dari laporan-laporan tahunan Puskesmas
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DIABETES MELLITUS
2.1.1. Definisi
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes mellitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980
dikatakan bahwa diabetes melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu
jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan
problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana didapat
defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin1.
2.1.2. Klasifikasi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk diabetes mellitus
berdasarkan perawatan dan simtoma1:
1. Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga rusaknya sel
beta di dalam pankreas yang disebabkan atau menyebabkan autoimunitas, dan
bersifat idiopatik.
Diabetesxmellitusxdengan patogenesis jelas,xseperti fibrosis sistikxatauxdefisiensi mitok
ondria, tidak termasuk pada penggolongan ini.
6
2. Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali
disertai dengan sindrom resistansi insulin
3. Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose
tolerance,pGIGTpdan gestationalxdiabetesxmellituspdan menurut tahap klinis tanpa
pertimbangan patogenesis, dibuat menjadi:
4. Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus defisiensi
peptida-C.
5. Insulinprequiringpforpcontrol diabetes.pPadaptahappini, sekresi insulin en
dogenus tidak cukup untuk mencapai gejala normoglicemia, jika tidak disertai dengan
tambahan hormon dari luar tubuh.
6. Not insulin requiring diabetes.
Kelas empat pada tahap klinis serupa dengan klasifikasi IDDM (bahasa Inggris: insulin-
dependent diabetes mellitus), sedang tahap kelima dan keenam merupakan anggota klasifikasi
NIDDM (bahasa Inggris: non insulin-dependent diabetes mellitus). IDDM dan NIDDM
merupakan klasifikasi yang tercantum pada International Nomenclature of Diseases pada tahun
1991 dan revisi ke-10 International Classification of Diseases pada tahun 1992.
Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1, diabetes anak-anak (bahasa Inggris: childhood-onset diabetes,
juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) adalah diabetes yang terjadi
karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta penghasil
insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun
orang dewasa.
Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan, bahkan
dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan
berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons
7
tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap
awal.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan
reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat
dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan
pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah.
Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah penggantian
insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa
mengakibatkan kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan
olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin
melalui pump, yang memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada
tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis (abolus) dari insulin
yang dibutuhkan pada saat makan.
Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 (bahasa Inggris: adult-onset diabetes, obesity-related diabetes,
non-insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi
bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan
metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen2, termasuk yang mengekspresikan
disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin3 yang
disebabkan oleh disfungsi GLUT104 dengan kofaktor hormon resistin yang menyebabkan sel
jaringan, terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin5 serta RBP4 yang menekan
penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati5. Mutasi
gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat yang
ditemukan pada manusia.
PadabNIDDMbditemukanbekspresi SGLT1 yangbtinggi,brasio RBP4 danbhormon resisti
n yangbtinggi,bpeningkatanblajubmetabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis pada hati,bpen
urunan laju reaksi oksidasi dan peningkatan laju reaksi esterifikasi pada hati.bNIDDM juga dapat
disebabkan oleh dislipidemia, lipodistrofi, dan sindrom resistansi insulin6.
8
Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin,
yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Hiperglisemia dapat diatasi
dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi
produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin
berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan
penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namunobesitas sentral diketahui sebagai
faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam kaitan dengan pengeluaran
dari adipokines ( nya suatu kelompok hormon) itu merusak toleransi glukosa. Obesitas
ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing
manis. Faktor lain meliputi mengeram dan sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir
telah terus meningkat mulai untuk memengaruhi anak remaja dan anak-anak.
Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes tipe 2
biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya
pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan. Ini dapat memugar
kembali kepekaan hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban adalah rendah hati,,
sebagai contoh, di sekitar 5 kg ( 10 sampai 15 lb), paling terutama ketika itu ada di deposit
abdominal yang gemuk. Langkah yang berikutnya, jika perlu,, perawatan dengan lisan
[antidiabetic drugs. Dengan obat yang digunakan untuk meningkatkan produksi hormon insulin (
contoh: sulfonylurea) dan mengatur pelepasan yang tidak sesuai tentang glukosa oleh hati ( dan
menipis pembalasan hormon insulin sampai taraf tertentu ( contoh: metformin), dan pada
hakekatnya menipis pembalasan hormon insulin ( contoh: thiazolidinediones). Jika ini gagal,
ilmu pengobatan hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk memelihara normal atau dekat
tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang tertib tentang cek glukosa darah
direkomendasikan dalam banyak kasus, paling terutama sekali dan perlu ketika mengambil
kebanyakan pengobatan.
2.1.3. Diagnosis diabetes melitus
Tabel 3 Kriteria Diagnosis DM
9
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada pasien diabetes. Kecurigaan adanya DM perlu
dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti tersebut di bawah ini:
- Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
- Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
2.2.Gula Darah 7
Dalambilmu kedokteran, gulabdarah adalahbistilahbyangbmengacubkepadabtingkat glu
kosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di
dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel
tubuh.
Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8
mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level
terendah pada pagi hari, sebelum orang makan.
10
Diabetes mellitus adalah penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh gagalnya
pengaturan gula darah.
Meskipun disebut "gula darah", selain glukosa, kita juga menemukan jenis-jenis gula
lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun demikian, hanya tingkatan glukosa yang diatur
melalui insulin dan leptin.
2.2.1.Pengaruh langsung dari masalah gula darah
Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang bisa fatal
yang disebut hipoglikemia. Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah, fungsi mental yang menurun,
rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran.
Bila levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglikemia, nafsu makan akan tertekan untuk
waktu yang singkat. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah-masalah
kesehatan yang berkepanjangan pula yang berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada
mata, ginjal, dan saraf.
Peningkatan rasio gula darah disebabkan karena terjadi percepatan laju
metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis yang terjadi pada hati
2.2.2.Mekanisme pengaturan gula darah8
Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan
keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila
konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh,
pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-
sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa
dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah.
Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan glikogen, atau karena
pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam
pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa
menjadi glikogen. Proses ini disebut glikogenosis), yang mengurangi level gula darah.
Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan oleh tidak cukup atau tidak dihasilkannya insulin,
sementara tipe 2 disebabkan oleh respon yang tidak memadai terhadap insulin yang dilepaskan
11
("resistensi insulin"). Kedua jenis diabetes ini mengakibatkan terlalu banyaknya glukosa yang
terdapat di dalam darah
2.2.3.Pemeriksaan gula darah
Pemeriksaan gula darah terdiri dari 3 macam, diantaranya adalah pemeriksaan Gula
Darah Sewaktu (GDS), Gula Darah Puasa (GDP) dan Gula Darah 2 jam setelah makan (GD2PP).
Sepanjang hari, kadar gula seseorang bermilai fluktuatif, setelah makan akan terjadi peningkatan
dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Batas kadar gula darah puasa adalah 70-110 mg/dl
setelah malam sebelumnya berpuasa selama 8 jam. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-
140 mg/dl pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula
2.3. Indeks glikemik9
Indeks glikemik, atau GI adalah ukuran efek dari karbohidrat pada tingkat gula darah.
Karbohidrat yang memecah dengan cepat selama proses pencernaan, melepaskan glukosa dengan
cepat ke dalam aliran darah, memiliki nilai GI tinggi, karbohidrat yang memecah lebih lambat,
melepaskan glukosa secara bertahap ke dalam aliran darah, memiliki nilai GI rendah. Bagi
kebanyakan orang, makanan dengan GI rendah memiliki manfaat kesehatan yang signifikan.
Konsep ini dikembangkan oleh Dr David J. Jenkins dan rekan-rekan di 1980-1981 di University
of Toronto dalam penelitian mereka untuk mengetahui makanan yang terbaik bagi orang dengan
diabetes.
Respon terhadap makana dengan kadar glikemik rendah biasanya setara dengan
permintaan insulin yang lebih rendah tetapi tidak selalu dan dapat meningkatkan jangka panjang
kontrol glukosa darah dan lipid darah. Indeks insulin juga dapat berguna, karena menyediakan
ukuran langsung dari respon insulin untuk makanan.
Nilai GI dari sebuah makanan ditentukan dengan cara member makan kepada 10 atau
lebih orang sehat, berupa makanan yang mengandung 50 gram karbohidrat yang dapat dicerna,
dan kemudian dilakukan pengukuran terhadap kadar gula darah dua jam kemudian., dan
didapatkan kurva glukosa. Daerah dibawah kurva dari makanan uji dibagi dengan Daerah
dibawah kurva makanan referensi, dan dikalikan dengan 100. Nilai rata-rata GI dihitung dari
12
data yang dikumpulkan dalam 10 subyek manusia. Baik standar dan makanan pengujian harus
mengandung jumlah yang sama karbohidrat tersedia. Hasilnya memberikan peringkat relatif
untuk setiap makanan yang diuji.
Metode divalidasi saat ini menggunakan glukosa sebagai referensi makanan, memberikan
nilai glikemik indeks 100 dengan definisi. Ini memiliki keuntungan menjadi universal dan
menghasilkan nilai maksimum sekitar 100 GI. Roti putih juga dapat digunakan sebagai makanan
referensi, memberikan nilai yang berbeda GI (jika roti putih = 100, maka glukosa ≈ 140). Bagi
orang-orang yang sumber karbohidrat pokok adalah roti putih, ini memiliki keuntungan untuk
menyampaikan langsung apakah penggantian pokok diet dengan makanan yang berbeda akan
menghasilkan respon darah lebih cepat atau lebih lambat glukosa.
2.4. Edukasi dan pola makan
Penyuluhan untuk rencana pengelolaan sangat penting untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan
ketrampilan bagi pasien diabetes, yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk
meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan
sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik. Edukasi
merupakan bagian integral dari asuhan perawatan pasien diabetes.10 Pasien yang mempunyai
pengetahuan cukup tentang diabetes, kemudian selanjutnya mengubah perilakunya, akan dapat
mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga ia dapat hidup lebih lama.11
Pola makan adalah suatu bentuk kebiasaan konsumsi makanan yang dilakukan oleh
seseorang dalam kegiatan makannya sehari-hari. Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia
atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makanan meliputi sikap, keturunan,
kepercayaan, kebiasaan makan Dikalangan masyarakat digolongkan menjadi dua yaitu kebiasaan
makan yang benar dan kebiasaan makan yang salah.12
Di Indonesia banyak sekali kebiasaan makan yang bisa memacu penyakit diabetes
mellitus, salah satunya adalah kebiasaan makan yang mengandung banyak karbohidrat tetapi
miskin serat yang berasal dari sayuran. Masih sering kita jumpai masyarakat Indonesia yang
13
mempunyai persepsi salah terhadap mutu bahan makanan, yang dalam mengkonsumsi sehari-
hari lebih mengutamakan nasi dengan lauk pauk, mereka menganggap bahwa dengan makan
nasi, semua zat gizi yang diperlukan tubuh bisa terpenuhi.1 Pola kebiasaan makan ini adalah
contoh kebiasaan makan yang salah, apalagi jika dihubungkan dengan penderita diabetes
mellitus, sebab dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung hidrat arang yang berlebihan
berarti meningkatkan masukan gula dalam tubuh.
Pengaturan pola makan disebut dengan “diet”. Diet pada penderita diabetes mellitus pada
intinya mengikuti rumus 3 J, jumlah yang dihabiskan, jadwal yang diikuti, dan jenis makan yang
dipatuhi.13
a) Jumlah kalori yang dibutuhkan
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
Komposisi energi adalah karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-25%. Jumlah kalori
disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur dan stres. Kegiatan jasmani untuk mencapai
dan mempertahankan berat badan Ideal.
Tabel 4. Kebutuhan kalori orang yang Diabetes Mellitus
Dewasa Kalori / Kg BB ideal
Kerja santai Sedang Berat
Gemuk 25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 45 40-50
Untuk penentuan status gizi dipakai Body Mass Indeks (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT).
Tabel 5. Body Mass Indeks (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT)
kg (BB)
BMI = IMT = _______
14
(TB m)2
IMT normal wanita = 18,5 – 22,9 kg/m2
IMT normal pria = 20,0 – 24,9 kg/m2
Untuk kepentingan klinis praktis dan menghitung jumlah kalori penentuan status gizi
menggunakan Broca yaitu :10
BB Idaman = (TB – 100) – 10% (TB – 150)
Keterangan :
BB : Berat Badan (kg)
TB : Tinggi Badan (cm)
Status gizinya :
Berat badan kurang : < 90% BB idaman
Berat badan normal : 90 – 110% BB idaman
Berat badan lebih : 110 – 120% BB idaman
Berat badan gemuk : > 120% BB idaman
Sebagai pedoman asupan kalori bagi penderita Diabetes Mellitus ke dalam berat badan
ideal dikalikan 25 kkal, ditambah 20 persen dari hasil kali perkalian tersebut untuk beraktivitas.10
b) Jadwal makan
Penderita harus makan tepat waktu sesuai dietnya. Diet diabetes mellitus diberikan
dengan jadwal 3x makanan utama dan 3 x makanan antara atau snack dengan interval 3 jam.
Contoh : 15
Pukul 06.30 makan pagi (20% jumlah kalori)
Pukul 09.30 snack atau buah (7,5% jumlah kalori)
Pukul 12.30 makan siang (40% jumlah kalori)
Pukul 15.30 snack atau buah (7,5% jumlah kalori)
Pukul 18.30 makan malam (20% jumlah kalori)
Pukul 21.30 snack atau buah (5% jumlah kalori)
c) Jenis makan
Daftar makanan penukar adalah suatu daftar nama bahan makanan dengan ukuran
tertentu dan dikelompokkan berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak dan karbohidrat.14
Secara umum makanan bagi penderita diabetes melitus yang perlu diperhatikan adalah :
1. Komposisi kalori yang dianjurkan adalah karbohidrat 60-70 %, lemak 20-25%, dan protein
10-15%.
2. Hindari gula yang sudah diproses seperti yang terdapat dalam kue, biskuit, permen, es krim,
soda, madu, coklat, puding.
3. Protein sebaiknya diperoleh dari ikan serta sayuran yang berbentuk biji-bijian dan polong.
4. Makanlah apel dan buah-buahan yang kaya protein. Hindari buah-buahan yang dikeringkan.
5. Sayuran segar dapat disajikan dalam bentuk jus.
6. Mengurangi lemak atau makanan tinggi lemak, karena lemak dapat meninggatkan kolesterol,
dapat membuat kerja insulin tidak efisien, disamping mempertinggi risiko penyakit jantung
koroner.
16
7. Hindari konsumsi makanan yang diproses seperti hotdog, bacon, balogna, mayones, chicken
nugget, mie instan, kentang goreng.
8. Lengkapilah makanan dengan bahan makanan berserat kacang polong, bekatul beras atau
gandum dan makan-makanan lain yang banyak mengandung serat, dapat mengurangi glukosa
masuk kedalam aliran darah.
9. Lebih baik jika nasi putih diganti dengan nasi beras merah atau brown rice.
10. Makanlah makanan yang dapat membantu menstabilkan gula darah seperti spirulina, beri,
ikan, Bawang putih, kacang kedelai, tahu, timun, havermut dan sebagainya.
11. Kurangi atau lebih baik hindari konsumsi alkohol, karena berdasarkan penelitian alkohol
menyebabkan insulin resistence.
2.5. Olah raga
Pengaruh dan kegunaan olahraga bagi penderita diabetes mellitus diantaranya:
2.5.1. Pengaruh Olahraga Penderita Diabetes melitus terhadap Karbohidrat
Penyerapan glukosa oleh otot pada waktu olahraga sama antara penderita Diabetes
melitus dan orang sehat. Latihan fisik pada penderita diabetes melitus juga menunjukkan
kenaikan glukoneogenesis, dimana pada keadaan basal, pemakaian zat glikoneogenik pada
penderita DM tipe 1 sekitar 50-100% lebih cepat dibandingkan orang normal, selama olahraga
keadaan ini dipercepat. Pada penderita DM non-ketotik dengan glukosa darah sekitar 200-300
mg% maka olahraga sedang yang dilakukan selama 24 menit setelah penghentian insulin
menyebabkan penurunan glukosa darah sekitar 30-50 mg%.
Pengaruh lain olahraga pada penderita diabetes melitus adalah hipoglikemia, keadaan ini
paling sering timbul pada penderita diabetes melitus tipe 1, dan biasanya terjadi 12 jam setelah
pemberian long acting atau intermediate acting insulin. Hipoglikemia penderita DM yang terjadi
ketika olahraga disebabkan karena sekresi glukosa oleh hati tidak mampu memenuhi kebutuhan
17
otot yang sedang berolahraga sekaligus menjaga agar glukosa darah tidak turun hingga level
yang berbahaya.
2.5.2. Pengaruh Olahraga penderita diabetes melitus terhadap Lemak
Lemak yang dimaksud disini adalah asam lemak bebas, peranan asam lemak bebas
terhadap penderita DM yang melakukan olahraga hampir 50% lebih tinggi dibandingkan dengan
orang normal. Ketergantungan pada asam lemak bebas yang meningkat selama olahraga
mungkin disebabkan karena persediaanya memang meningkat, seperti juga persediaan glikogen
otot yang berkurang pada penderita dengan hiperglikemia.
Pengaruh peningkatan asam lemak bebas pada saat olahraga jangka pendek (40menit)
pada penderita DM sama dengan olahraga 4 jam pada orang normal.
2.5.3. Pengaruh Olahraga penderita diabetes melitus terhadap asam amino
Penderita Diabetes melitus yang melakukan olahraga pendek 40 menit akan mengalami
peningkatan penyerapan alanin dari daerah splanchnic, dimana pada orang normal peningkatan
ini baru terjadi setelah olahraga selama 2-4 jam. Selain kondisi tersebut, olahraga juga akan
menyebabkan pengeluaran asam amino rantai bercabang dari hati ke otot yang digunakan
sebagai tambahan energi pada saat olahraga.
2.5.4. Kegunaan Olahraga pada Penderita Diabetes Melitus
Beberapa kegunaan olahraga pada penderita diabetes melitus adalah:
Menurunkan berat badan terutama bagi penderita diabetes melitus yang gemuk,
Olahraga yang teratur disertai dengan diet akan menurunkan berat badan penderita
diabetes (terutama penderita yang gemuk) sehingga dengan sendirinya kebutuhan
insulin juga akan menurun.
18
Meningkatkan kepekaan jaringan perifer terhadap insulin. Efek ini terutama diperoleh
jika olahraga dilakukan setengah jam setelah makan, saat konsentrasi glukosa dalam
darah mencapai puncaknya.
Meningkatkan toleransi glukosa
Meningkatkan glikogen. Olahraga menyebabkan glikogen dalam otot dan hati
digunakan, sehingga akan terbentuk glikogen baru yang lebih banyak sebelum
olahraga
Menurunkan kolesterol total dan trigliserida.
Memperbaiki aliran darah perifer dan meningkatkan suplai oksigen
Perlu diperhatikan beberapa hal sebelum penderita melakukan olahraga, antara lain jenis
olahraga yang tepat, lama olahraga, dan intensitasnya.
Jenis olah raga yang dianjurkan pada penderita DM adalah olah raga aerobik yang
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh khususnya meningkatkan fungsi
dan efisiensi metabolisme tubuh. Olah raga aerobik seperti jogging, berenang, senam kelompok
dan bersepeda tepat dilakukan pada penderita DM karena menggunakan semua otot – otot besar,
pernapasan dan jantung. Pada senam aerobik misalnya, dari variasi gerakan - gerakan yang
banyak terutama gerakan dasar pada kaki dan jalan dapat memenuhi kriteria CRIPE (continous,
rhythmical, interval, progressive dan endurance training) sehingga sesuai dengan tahapan
kegiatan yang harus dilakukan. Disamping itu senam aerobik yang dilakukan secara
berkelompok akan memberi rasa senang pada anggota dan juga dapat memotivasi anggota yang
lain untuk terus melakukan olah raga secara kontinue dan teratur.11
Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30menit, olahraga
sedang adalah berjalan cepat selama 20 menit dan olahraga berat misalnya jogging.10
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3 - 4 kali seminggu) selama kurang lebih 30
menit, yang sifatnya sesuai CRIPE. Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75 - 85% denyut
nadi maksimal (220 - umur),disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta.10
19
2.6. Obat-obatan untuk diabetes mellitus
Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar gula darah
dalam kisaran yang normal. Namun, kadar gula darah yang benar-benar normal sulit untuk
dipertahankan. Meskipun demikian, semakin mendekati kisaran yang normal, maka
kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang menjadi semakin
berkurang.
Diabetes tipe 1 hanya bisa diobati dengan insulin tetapi tipe 2 dapat diobati dengan obat
oral. Jika pengendalian berat badan dan berolahraga tidak berhasil maka dokter kemudian
memberikan obat yang dapat diminum (oral = mulut) atau menggunakan insulin.
Berikut ini pengobatan untuk diabetes, yaitu:
2.6.1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Golongan sulfonilurea : Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi
insulin oleh sel beta pankreas. 10 Seringkali dapat menurunkan kadar gula darah secara adekuat
pada penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe I. Contohnya adalah
glipizid, gliburid, tolbutamid dan klorpropamid. Obat ini menurunkan kadar gula darah dengan
cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas dan meningkatkan efektivitasnya. Obat ini
merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang, namun masih
boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih. 10
Obat biguanid (metformin) : Obat golongan ini mempunyai efek utama mengurangi
produksi glukosa hati di samping juga efek memperbaiki ambilan glukosa perifer.10 Obat ini
tidak mempengaruhi pelepasan insulin tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya
sendiri. Obat ini terutama dianjurkan dipakai sebagai obat tunggal pada pasien gemuk. 10
20
Obat inhibitor glukosidase alfa (Acarbose) : Obat golongan ini mempunyai efek utama
menurunkan puncak glikemik sesudah makan.3 Obat ini bekerja dengan cara menunda
penyerapan glukosa di dalam usus.
Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita diabetes tipe II jika diet
dan oleh raga gagal menurunkan kadar gula darah dengan cukup. Obat ini kadang bisa diberikan
hanya satu kali (pagi hari), meskipun beberapa penderita memerlukan 2-3 kali pemberian.
Jika obat hipoglikemik per-oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan baik, mungkin
perlu diberikan suntikan insulin.
2.7.Aspek Metode
Data yang diperlukan dikumpulkan secara primer. Atas izin dari Kepala Puskesmas
Kecamatan Tebet, kami turun ke lapangan untuk mencari data dan dengan berbekal kuesioner
yang sudah baku dan telah di ujicoba, kami mencari data sampai memenuhi jumlah sampel pada
penelitian ini. Setelah data semua terkumpul, dilakukan editing dari data tersebut
2.8 Hasil-hasil studi sebelumnya:
Berdadarkan penelitian yang dilakukan oleh salmeron, diketahui bahwa konsumsi jangka
panjang dari makanan High GI telah diketahui meningkatkan permintaan insulin, meningkatkan
resistensi insulin dan mempengaruhi fungsi sel beta yang berujung pada diabetes mellitus tipe
dua. Tetapi bagaimanapun, penelitian mengenai diet Glycemic Index terhadap kadar gula darah
tetap memiliki hasil yang masih tidak konsisten. Dalam studi kohort Framingham pada musim
semi, didapatkan bahwa diet glycemic index dikaitkan secara positif terhadap resistensi insulin,
dimana pada penelitian yang dilakukan Zutphen, penelitian
McKeown,xvanxDamxRM,LiesexAD, Sahyoun NR, tidak ada kaitan yang dapat dipertemukan.
Sedangkan pada studi yang dilakukan oleh Hodge AM mengatakan bahwa terdapat hubungan
antara pola makan glycemic indeks dengan kenaikan gula darah pasien diabetes mellitus.
21
2.9.Kerangka Teori:
22
Konsumsi makanan indeks glikemik rendah dan tinggi
Obat : oral atau insulin
Olahraga
Pengetahuan tentang DM dan makanan diet DM
GDS pada pasien DM
BAB III
KERANGKA KONSEP, VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL
III.1 KERANGKA KONSEP
Gambar 2. Kerangka konsep variabel-variabel yang berhubungan dengan
kadar GD2PP pada pasien DM dewasa
23
Pola makan : Konsumsi
makanan low GI dan high
GI
Pengetahuan mengenai
pola makan ( diit ) yang
baik untuk penderita
diabetes
Aktifitas fisik
Obat – obatan :
menggunakan obat oral
biguanide atau sulfonil
urea
GD2PP pasien DM
dewasa
III.2 VARIABEL PENELITIAN
a. Variabel Tergantung
Kadar gula darah 2 jam post prandial pada pasien DM dewasa
b. Variabel Bebas
Pola makan : makanan dengan indeks glikemik rendah dan tinggi
Pengetahuan mengenai pola makan (diit ) yang baik untuk penderita diabetes
Aktifitas fisik
Obat – obatan :menggunakan obat oral golongan Sulfonil urea atau Biguanide
III.3 DEFINISI OPERASIONAL
No Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukurSkala ukur
1.
2.
3.
GD2PP pasien DM
Pola Makan : Makanan dengan indeks glikemik rendah dan tinggi
Pengetahuan
Kadar glukosa dalam darah pasien DM yang diambil 2 jam setelah makan .
Indeks glikemik adalah besaran angka yang digunakan untuk mengukur kecepatan makanan diserap tubuh menjadi gula
Pengetahuan pasien tentang
Easy Touch GCU
the Block Food Frequency Questionnaire,
kuesioner The 29-question Interview
Mengambil satu tetes darah
Tanya jawab
wawancara
1. Rendah : ≤ 120-140 mg/dl2. Tinggi : ≥140mg/dl:
Rendah < 55Sedang 56-75Tinggi 76-100
1.Buruk (Skor 1 - 19)
ordinal
Ordinal
Ordinal
24
4. Aktifitas fisik
pola makan untuk penderita diabetes mellitus secara umum :-Pengetahuan tentang konsep diit dm-Persepsi tentang diit dm terhadap kesehatan-kemampuan untuk memasukan tatacara diit ke dalam pola hidup-Persepsi terhadap efektif atau tidaknya diit untuk mengontrol gula darah atau berat badan
Pengukuran aktivitas fisik dengan mengukur kegiatan olahraga, santai, dan bekerja.
Questionnaire
KuisionerInternational Physical Activity Questioner.
Tanya jawab danHitung
2.Kurang (Skor20-38)3.Baik (Skor 38-58)
1. rendah : tidak ada aktifitas atau beberapa ada tetapi tidak memenuhi kategori 2 atau 32. sedang : 3 hari atau lebih beraktifitas berat minimal 20 menit/hari, 5 hari/lebih beraktifitas sedang dan / atau berjalan minimal 30 mnt / hari , 3. tinggi : aktivitas berat
Ordinal
25
5.
Obat
Jenis obat yang digunakan pasien , apakah menggunakan obat oral golongan Sulfonil urea atau Biguanide
Kuisioner Wawancara
selama minimal 3 hari/minggu dan minimal 1500 MET menit / minggu atau 7 hari atau lebih melakukan kombinasi berjalan, aktivitas sedang , atau aktivitas berat yang minimal mengumpulkan 3000MET menit / minggu
1. Sulfonil urea2. Biguanide
Ordinal
26
BAB IV
METODE PENELITIAN
IV.1 JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dan rancangan
penelitian yang digunakan untuk menjawab masalah dan mencapai tujuan penelitian
adalah rancangan potong silang (cross sectional).
IV.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
IV.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
IV.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 12 Desember 2011 hingga 30 Desember 2011.
IV.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
IV.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah pria dan wanita dewasa penderita diabetes melitus
yang datang ke Poli DM di Puskesmas Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
27
IV.3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi
a. Pria dan wanita dewasa, kondisi baik dan kooperatif
b. Pria dan wanita dewasa yang menderita diabetes melitus
c. Penderita diabetes melitus yang terdaftar di poliklinik DM Puskesmas
Kecamatan Tebet Jakarta Selatan pada tahun 2011
d. Orang dewasa yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian pada bulan
Desember 2011 – Januari 2012
2. Kriteria Eksklusi
a. Orang yang tidak sehat secara mental dan mmpunyai hendaya berbahasa
sehingga tidak sanggup untuk mengikuti penelitian
IV.3.3 Metode Sampling
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan pemilihan
berdasarkan peluang (probability sampling) jenis random cluster sampling. Setelah
dipilih secara random cluster sampling, di mana akan dilakukan pengambilan sampel dari
pasien yang terdaftar di Poliklinik DM Puskesmas Kecamatan Tebet pada tahun 2011
IV.3.4 Besar sampel
Perkiraan besar sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus.
coefficient correlation r
Rumus coefficient correlation r :
r = koefisien korelasi yang diperkirakan
C= 0,5 x ln(1+r)/(1-r)
N= total sampel yang dibutuhkan
28
Korelasi antara indeks glikemik makanan dengan konsentrasi gula darah setelah 120
menit menurut jurnal adalah r = 0,20 ( Burani J et al, 2006 )
C= 0.5 x ln (1+0,20)/(1-0,20) = 0,202
N= {(1.96 + 1.65)/0,202}2+ 3 = 323,372 (dibulatkan 323)
IV.4 INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian ini diambil dengan menggunakan angket yaitu kuesioner yang telah diujicoba, yaitu the Block Food Frequency Questionnaire, dan KuisionerInternational Physical Activity Questioner.
, yang berisi pertanyaan tertutup dan terbuka tentang variabel-variabel penelitian
yang diberikan langsung kepada responden untuk diisi, dan melalui proses wawancara.
Menggunakan pita ukur untuk pengukuran tinggi badan dan menggunakan timbangan
untuk pengukuran berat badan.
IV.5 PELAKSANAAN PENELITIAN
Peneliti terdiri dari 3 orang yang semuanya terjun ke lapangan untuk melakukan
survey pada setiap subjek penelitian. Peneliti juga melakukan diskusi kelompok terarah
(Focus Group Discussion) dengan para pria dewasa, wawancara dengan kader dan
melakukan observasi.
IV.6 PENGUMPULAN DATA
Data yang diperlukan dikumpulkan secara primer. Atas izin dari Kepala
Puskesmas Kecamatan Tebet, kami turun ke lapangan untuk mencari data dan dengan
berbekal kuesioner yang sudah baku dan telah di ujicoba, kami mencari data sampai
memenuhi jumlah sampel pada penelitian ini. Setelah data semua terkumpul, dilakukan
editing dari data tersebut.
Data Primer
Data yang diperoleh dengan cara langsung yaitu dengan menggunakan alat bantu
berupa kuesioner yang telah diujicoba kepada pria dan wanita dewasa yang datang ke
29
Poli Diabetes Melitus Puskesmas Kecamatan Tebet. Daftar pertanyaan yang digunakan
adalah pertanyaan yang berkaitan dengan variabel yang diteliti.
IV. 7 RENCANA PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Data yang telah berhasil diperoleh diolah secara elektronik setelah melalui proses
penyuntingan, pemindahan data ke komputer dan tabulasi. Data yang terkumpul dari
hasil kuesioner diolah, dianalisis, dengan menggunakan program SPSS Statistics 17.0.
IV. 8 ANALISIS DATA
Untuk menganalisa tentang pengaruh konsumsi makanan indeks glikemik rendah
dan tinggi dengan kadar GDS penderita DM digunakan uji korelasi dengan tingkat
kemaknaan sebesar p=0,05. Semua analisa dilakukan dengan menggunakan program MS-
Excel 2007 dan SP
IV.9. PENYAJIAN DATA
Data yang telah terkumpul dan diolah akan disajikan dalam bentuk:
Tabular : penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan tabel
Tekstular : penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan kalimat
Grafik : penelitian dari akan digunakan diagram batang yang menggambarkan
sifat-sifat yang dimiliki
BAB V
JADWAL PENELITIAN DAN LOGISTIK
30
V.1 JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
Tahapan KegiatanWaktu Dalam Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A Perencanaan
1 Orientasi dan Identifikasi Masalah
2 Pemilihan Topik
3 Penelurusan kepustakaan
4 Pembuatan Proposal
5 Konsultasi dengan pembimbing
6 Pembuatan questionnaire
7 Presentasi Proposal
B Pelaksanaan
1 Ujicoba questionnaire
2 Pengumpulan data dan Survey
3 Pengolahan data
4 Analisis data
5 Konsultasi dengan Pembimbing
C Pelaporan Hasil
1 Penulisan laporan sementara
2 Diskusi
3 Presentasi hasil laporan sementara
4 Revisi
5
Presentasi Hasil akhir
(puskesmas dan trisakti)
6 Penulisan laporan akhir
Tabel 2. Jadwal kegiatan
V.2 PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN
Penggandaan Kuesioner Rp. 250.000,-
31
Transportasi Rp. 200.000,-
CD Rp. 10.000,-
Kertas A4 Rp 30,000,-
Tinta Printer Rp. 220.000,-
Cenderamata Rp 200,000,-
Biaya tak terduga: Rp. 300.000,-
Rp. 1.300.000,-
32
top related