praktikum 2 fixx
Post on 26-Oct-2015
212 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
PENENTUAN KELARUTAN ELEKTROLIT SECARA
KONDUKTOMETRI
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Kelas C
1. Adisty Caesari 0907133150
2. Bona Tua 0907136116
3. Ella Melyna 0907114082
4. Rahmat Afandi 0907114257
PROGRAM SARJANA TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS RIAU
2011
BAB I
TEORI
1.1. Hantaran Larutan
Penghantar listrik merupakan fenomena transport, yakni perpindahan
sesuatu yang bermuatan (baik dalam bentuk elektron maupun ion) melalui sistem.
Oleh karena itu, hukum atau persamaan yang berlaku untuk penghantar logam
juga berlaku untuk penghantar yang lainya termasuk elektrolit.
I=∆ ǿ/R...........................................................................(1.1)
Persamaan (1.1) dikenal sebagai hukum ohm. Pada persamaan tersebut, I
merupakan kuat arus yang mengalir melalui medium (konduktor), ∆ ǿ beda
potensial listrik sepanjang medium dan R tahanan dari medium. Dalam sistem SI,
kuat arus dinyatakan dalam ampere (A), perbedaan potensial dalam volt (v) dan
tahanan dalam ohm (Ω). Tahanan sepanjang medium bergantung pada ukuran dari
konduktor. Untuk konduktor dengan luas penampang yang sama:
R=pl/A............................................................................(1.2)
Dimana:
l =panjang (cm)
A= luas penampang (cm)
p= tahanan jenis (cm)
R= tahanan dari medium ohm (Ω)
Tahanan jenis merupakan sifat khas dari zat penyusun konduktor. Kebalikan dari
tahanan adalah hantaran, l dan kebalikan dari tahanan jenis adalah jenis atau daya
hantar jenis, dari symbol huruf Yunani , k (dibaca: kappa).
1.2. Daya Hantaran (k)
Tahanan (R) dari suatu penghantar listrik berbanding lurus dengan panjang
(l) dan berbanding terbalik dengan luas penampang (A). Jika R dinyatakan dalam
ohm (Ώ), l dalam meter (m) dan A dalam m2 maka satuan dari ρ adalah Ώ m,
sedangkan 1/ ρ adalah daya hantaran (k ) dengan satuan ohm-1 cm-1 (Ώ cm-1).
1L = ……………………………………..………(1.3)
R
L = Ls A ……………………………………….(1.4) l
Dimana,L= daya hantar (mho)
Ls= daya hantaran jenis (mho/cm)
A = luas penampang bahan, luas elektroda (cm2)
l = panjang bahan, jarak antar elektroda (cm)
Mekanisme Penghantar Listrik
Aliran listrik melalui suatu konduktor (penghantar) melibatkan
perpindahan elektron dari potensial negatif yang tinggi ke potensial lainnya yang
lebih rendah. Dalam penghantar elektronik, seperti padatan dan lelehan logam,
penghantaran berlangsung melalui perpindahan elektron langsung melalui
penghantar dengan pengaruh dari potensial yang di terapkan. Dalam hal ini atom-
atom penyusun penghantar tidak terlibat dalam proses tersebut. Akan tetapi pada
penghantar elektrolitik, yang mencakup larutan elektrolit dan lelehan garam-
garam, penghantaran berlangsung melalui perpindahan ion-ion baik positif
maupun negatif menuju elektroda-elektroda.
Mekanisme elektrolisis bahwa elektron masuk dan keluar dari larutan
terjadi melalui perubahan kimia pada elektroda-elektrodanya.
Pengukuran hantaran jenis larutan
Hantaran jenis larutan tidak dapat diukur langsung, yang dapat diukur
langsung adalah tahanan dari suatu larutan elektrolit. Selanjutnya hantaran jenis
dapat digunakan dengan menggunakan persamaan (1.5).
Ls = L l ................................................................(1.5) A
Tahanan (R) dari suatu larutan elektrolit tidak dapat diukur dengan baik jika
digunakan arus searah, karena akan terjadi peristiwa, karena akan terjadi
elektrolisis yang mengakibatkan perubahan konsentrasi elektrolit dan
penumpukan hasil elektrolisis pada elektroda akan mengubah tahanan larutan.
Untuk menghilangkan hal tersebut digunakan arus bolak-balik. Elektroda yang
digunakan adalah platina yang dilapisi platina hitam (Nugroho, 2010).
Untuk memaksimumkan kepekaan dalam pengukuran larutan dengan
hantaran tinggi diperlukan suatu sel dengan tetapan sel yang tinggi. Suatu larutan
dengan konsentrasi yang berbeda akan mempunyai hantaran jenis yang berbeda,
karena volume larutan dengan konsentrasi berbeda mengandung ion yang
berbeda. Karena itu, untuk memperoleh ukuran kemampuan mengangkut listrik
dari sejumlah tertentu elektrolit, disebut hantaran molar. Dalam hal ini hantaran
dinyatakan dalam bentuk jumlah muatan individual yang diangkut.
Hantaran molar
Meskipun hantaran jenis dapat diukur dengan mudah, tetapi besaran ini
tidak biasa digunakan dalam membahas proses penghantaran dalam suatu larutan
elektrolit. Suatu larutan dengan konsentrasi yang berbeda akan mempunyai
hantaran jenis yang berbeda karena volume larutan dengan konsentrasi berbeda
mengandung jumlah ion yang berbeda. Karena itu untuk memperoleh ukuran
kemampuan mengangkut listrik dari sejumlah tertentu elektrolit, di definisikan
hantaran molar (A).
Dengan C konsentrasi elektrolit (perhatikan bahwa hantaran molar bukan
hantaran jenis per mol), melainkan hantaran jenis persatuan konsentrasi molar.
Dapat dilihat dari persamaan (1.6) :
A = Ls ........................................................................
(1.6)
C
C = konsentrasi molar zat terlarut (mol dm-3 )
Ls = daya hantaran jenis (S m-1 )
A = hantaran molar(S m-1 )
Kebergantungan Hantaran Molar Terhadap Konsentrasi
Berdasarkan hantarannya, elektrolit dibedakan menjadi dua, yakni
elektrolit kuat (garam-garam dan sebagian asam seperti nitrat, sulfat, klorida) dan
elektrolit lemah (seperti asam asetat dan asam organik lainnya). Elektrolit kuat
mempunyai hantaran molar yang lebih tinggi dan dengan pengenceran mengalami
kenaikan yang tidak terlalu besar. Sedangkan elektrolit lemah mempunyai
hantaran yang jauh lebih rendah pada konsentrasi tinggi, tetapi nilainya meningkat
tajam dengan semakin encernya larutan (Nugroho, 2010).
Untuk elektrolit kuat yang tidak mengandung asosiasi ion, konsentrasi
ionnya berbanding lurus dengan konsentrasi elektrolitnya. Hal ini terjadi karena
ada antaraksi diantara ion-ion yang mempengaruhi hantaran jenisnya. Interaksi ini
berubah dengan berubahnya konsentrasi.
Menurut Kohlrausch, pada pengenceran tak hingga dimana disosiasi untuk
semua elektrolit berlangsung sempurna dan semua gaya antar ion hilang, masing-
masing ion dalam larutan bergerak bebas dan tidak bergantung pada ion
pasangannya. Kontribusinya terhadap daya hantar molar hanya bergantung pada
sifat dari ionnya tersebut. Jadi gaya hantar molar setiap elektrolit pada
pengenceran tak hingga merupakan jumlah dari daya hantar molar ion-ionnya
pada pengenceran tak hingga (Nugroho, 2010).
1.3. Titrasi konduktometri
Pengukuran daya hantar dapat digunakan untuk menentukan titik akhir
titrasi. Sebagai contoh kita tinjau titrasi asam basa. Pertama kita kaji dulu titrasi
asam kuat seperti HCI oleh basa kuat seperti NaOH. Daya hantar H+ dan OH- jauh
lebih besar dari pada kation-kation dan anion-anion lainnya. Sebelum
ditambahkan basa, larutan HCl mengandung banyak ion H+ yang menyebabkan
daya hantar larutan tersebut tinggi. Ketika ditambahkan basa ion H + dari HCl
akan bereaksi dengan OH- dari NaOH membentuk air dan H+ yang bereaksi
digantikan oleh Na (dari basa) yang daya hantarnya lebih rendah. Sehingga daya
larutan turun. Demikian seterusnya sampai penambahan basa mencapai titik
ekivalen. Penambahan basa selanjutnya akan meningkatkan kembali daya hantar
karena larutan sekarang kelebihan Na dan OH- (Nugroho, 2010).
Adapun rumus yang dapat digunakan untuk mencari konsentrasi asam-
basa secara konduktometri ini dapat dilihat pada persamaan (1.7).
V1 x N1 = V2 x N2 …………………………..………..(1.7)
1.4. Konduktivitas
Dalam cairan atau gas, umumnya terdapat baik ion positif atau ion negatif
yang bermuatan tunggal atau kembar dengan massa yang sama atau berbeda.
Konduktivitas akan terpengaruh oleh semua faktor-faktor tersebut. Tapi kalau kita
anggap semua ion adalah sama, demikian pula ion positif, maka konduktivitasnya
hanya terdiri dari dua suku, seperti yang ditunjukkan Gambar 1.1.
Pada konduktor logam, hanya elektron valensi saja yang bebas bergerak.
Pada Gambar 1.1 (b) elektron-elektron itu digambarkan bergerak ke kiri.
Konduktivitas di sini hanya mengandung satu suku, yakni hasil kali rapat muatan
elektron-elektron muatan muatan konduksi (ρe) dengan mobilitas (µe) (Sinaga,
2010).
Dalam semikonduktor , seperti germanium dan silikon, konduksi tadi lebih
kompleks. Dalam struktur kristal, setiap atom mempunyai ikatan kovalen dengan
dua atom yang berdekatan. Seperti yang terlihat pada Gambar 1.1 (c),
konduktivitas (σ) disini terdiri dari dua suku, satu untuk elektron, lainnya untuk
lubang. Dalam konduktivitas (σ) salah satu kerapatan ρe dan ρh akan jauh
melampaui yang lainnya (Sinaga, 2010).
Gambar 1.1 Konduktivitas (a) cairan atau gas, (b) logam, (c) semi konduktor
(Sumber: Sinaga, 2010)
Konduktivitas Elektrik
Pengukuran konduktivitas elektrik adalah penentuan konduktivitas spesifik
dari larutan. Konduktivitas spesifik adalah kebalikan dari tahanan untuk 1 cm3
larutan. Pemakaian cara untuk pengukuran ini antara lain mendeteksi pengotoran
air karena zeolit atau zat kimia., seperti limbah industri, pengolahan air bersih dan
lain-lain. Karena ada relevansi antara konduktivitas dengan konsentrasi suatu
larutan, maka untuk menentukan konsentrasi larutan dapat dilakukan dengan cara
mengukur konduktivitas larutan tersebut. Dalam hal itu hubungan antara
konsentrasi dan konduktivitas larutan telah ditentukan (Sinaga, 2010).
Larutan asam, basa dan garam dikenal sebagai elektrolit yang dapat
menghantarkan arus listrik atau disebut konduktor listrik. Konduktivitas listrik
ditentukan oleh sifat elektrolit suatu larutan, konsentrasi dan suhu larutan.
Pengukuran konduktivitas suatu larutan dapat dilakukan dengan pengukuran
konsentrasi larutan tersebut, yang dinyatakan dengan persen dari berat, part per
million (ppm) atau satuan lainnya.
Jika harga konduktivitas dari bermacam konsentrasi larutan elektrolit
diketahui, maka untuk menentukan konsentrasi larutan tersebut dapat dilakukan
dengan mengalirkan arus melalui larutan dan mengukur resistivitas atau
konduktivitasnya. Gambar 1.2 menunjukkan grafik hubungan antara konduktivitas
dan konsentrasi untuk beberapa jenis larutan pada suhu tertentu.
Gambar 1.2 Grafik Hubungan Konduktivitas dengan Konsentrasi
(Sumber: Sinaga, 2010)
Elemen pertama pada pengukuran konduktivitas listrik berbentuk
konduktivitas sel yang terdiri atas sepasang elektroda yang luas permukaannya
ditetapkan dengan teliti. Konduktivitas yang diukur dengan sel konduktivitas
dinyatakan dengan rumus:
..………………………………………(1.8)
dimana;
k = konduktivitas (mho/cm)
C = konduktansi (mho)
A = Luas elektroda (cm3 )
l = Jarak antara elektroda (cm)
Dari persamaan (1.8) suatu konduktansi dengan nilai 1 mho dapat
dinyatakan sebagai kemampuan hantar dari zat cair yang berukuran luas
penampang 1 cm2 dan jarak 1 cm atau volume zat cair sebesar 1 cm3 untuk arus 1
ampere dengan tegangan 1 volt. Jika arus yang dapat dihantarkan lebih besar lagi,
maka konduktansinya lebih besar pula. Jika pada suatu resistor dialirkan arus yang
membesar, maka tahanan atau resistansinya akan mengecil. Hal ini berarti bahwa
konduktivitas adalah kebalikan dari dari resistansi, mho = 1/ohm (Sinaga, 2010).
Tabel 1.1. Konduktivitas berbagai material
(Sumber: Sinaga, 2010)
Dalam satuan Sistem Internasional (SI), satuan mho diganti dengan
Siemens. Untuk suatu konduktivitas, mho/cm sama dengan mikro siemens per
centimeter (μS/cm). Namun karena pada SI satuan panjang yang digunakan
adalah dalam satuan meter maka satuan konduktivitas adalah mikro siemens per
meter, μS/cm = 100 S/m.
Pada peralatan ukur konduktivitas di industri, luas permukaan elektroda
dapat lebih ataupun kurang dari 1 cm dan jaraknya dapat lebih jauh ataupun lebih
dekat dari 1 cm. Hubungan satuan antara elektroda-elektroda dengan sel
konduktivitas standar disebut dengan konstanta sel (K). Hal itu dapat diturunkan
dengan persamaan :
………………………………………………(1.9)
……………..……………………………
(1.10)
Jarak l dan A besarnya tetap, sehingga l/A merupakan tetapan yang disebut
sebagai konstanta sel. Jika l/A = F, maka C=K/F. F adalah konstanta sel dengan
satuan 1/cm atau cm-1 . Konstanta sel berkisar antara 0,01 sampai 100 untuk sel
konduktivitas.
Untuk konstanta sel tertentu memilliki daerah ukur konduktivitas, seperti
yang tercantum pada tabel 1.2 di bawah ini.
Tabel 1.2. Konstanta sel dan rentang ukur konduktivitas
(Sumber: Sinaga, 2010)
Perbedaan Larutan Berdasarkan Daya Hantar Listrik
(Konduktivitas)
Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dibedakan menjadi 2 golongan
yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Perbedaan antara kedua larutan
ini terlihat pada tabel 1.3 berikut :
Tabel 1.3. Perbandingan larutan elektrolit dan larutan non elektrolit
(Sumber: Sinaga, 2010)
BAB II
PERCOBAAN
2.1. Alat-alat yang digunakan
Konduktometri
Gelas kimia
Buret
Statip
Erlenmeyer
Corong
Pipet tetes
2.2. Bahan-bahan yang dipakai
AgNO3 0.1N
NaOH 1N
HCl 1 N
Aquades
2.3. Prosedur percobaan
Persiapan bahan
1) Siapkan larutan NaOH 0.1 N 30 ml dengan cara pengenceran yang
teliti dari larutan induk NaOH 1 N.
2) Siapkan larutan HCl 0.1 N 10 ml engan cara pengenceran yang teliti
dari larutan induk HCl 1 N.
3) Siapkan larutan AgNO3 0.001 N 15 ml dengan pengenceran yang teliti
dari larutan induk AgNO3 0.1 N.
Titrasi asam-basa secara konduktometri
1) Pipet 10 ml HCl 0.1 N kedalam Erlenmeyer, encerkan dengan 100 ml
aquadest.
2) Ukur tahanan larutan HCl dengan mencelupkan elektroda
konduktometri.
3) Titrasi dengan larutan NaOH 0.1 N.
4) Pada 5 kali penambahan pertama, tiap kali penambahan gunakan 1ml
NaOH, kemudian pada saat 20 kali penambahan selanjutnya, tiap kali
penambahan gunakan 0.5 ml NaOH sampai volum penambahan 15 ml.
Lima kali penambahan selanjutnya, tiap kali penambahan gunakan 1
ml NaOH sampai volum penambahan 20 ml. Setiap kali penambahan
NaOH, ukur tahanannya.
Menentukan kelarutan AgNO3 secara konduktometri
1) Ukur tahanan dari AgNO3 (0.01N) dan aquades.
2) Lakukan pengukuran/percobaan triplo.
2.4. Pengamatan
Titrasi asam-basa secara konduktometri
Sebelum titrasi dan pengukuran tahanan secara konduktometri dimula,
terlebih dahulu diukur tahanan aquades dan HCl, kemudian hasilnya dicatat.
Setelah itu barulah dimulai titrasi HCl dengan NaOH. Pada 10 kali penambahan
pertama, tahanan larutannya diukur, dan data hasil pengukuran selalu menurun
angkanya. Pada penambahan ke-11 data hasil pengukuran tahanan menunjukkan
peningkatan dan terus meningkat sampai pengukuran terakhir.
Kelarutan AgNO3 0.01N secara konduktometri
Pada percobaan ini dilakukan perlakuan secara triplo (pengujian hantaran
sebanyak 3 kali).
BAB III
HASIL DAN DISKUSI
3.1. Hasil
Titrasi Asam Basa Secara Konduktometri
Setelah percobaan selesai dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:
Daya hantar (L) Aquades = 1.2 mS = 1.2 mmho
Daya hantar (L) HCl 0.1 N = 1.95 mS = 1.95 mmho
ml NaOH L (mho)
1 0.001781 0.001641 0.001531 0.001261 0.00111
0.5 0.001030.5 0.00080.5 0.000790.5 0.000770.5 0.00070.5 0.000830.5 0.000850.5 0.000880.5 0.000920.5 0.000960.5 0.0010.5 0.001190.5 0.001250.5 0.001260.5 0.001390.5 0.001430.5 0.001460.5 0.001540.5 0.001570.5 0.001631 0.001791 0.001931 0.002161 0.00221 0.00222
Tabel 3.1 Data Konduktivitas yang Diperoleh Setiap Penambahan ml NaOH
Tahanan AgNO3 0.01 N Secara Konduktometri
Pada percobaan ini dilakukan pengujian tahanan terhadap AgNO3 0.01 N
dengan menggunakan alat konduktometer secara triplo (3 kali pengujian), hasil
yang diperoleh sebagai berikut:
Pengujian ke-1 : L=0.46 mS = 0.46 mmho = 0.00046 mho
Pengujian ke-2 : L=0.5 mS = 0.5 mmho = 0.0005 mho
Pengujian ke-3 : L=0.44 mS = 0.44 mmho = 0.00044 mho
3.2. Diskusi
Titrasi Asam Basa Secara Konduktometri
Dari hasil percobaan yang dilakukan, pada saat penambahan pertama
NaOH, daya hantar yang didapatkan langsung menurun dibandingkan sebelum
penambahan dengan NaOH, begitu seterusnya sampai pada penambahan ke-10.
Pada penambahan NaOH ke-11, daya hantar yang didapatkan langsung meningkat
dan terus meningkat sampai pada penambahan terakhir (penambahan ke-30). Hal
ini sesuai dengan teori “ Daya hantar terus menurun, karena ion H+ diganti ion
Na+ yang yang lebih lambat. Setelah titik ekivalen, kelebihan ion OH- sangat
memperbesar daya hantar”.
Dapat disimpulkan bahwa, titik ekivalen terjadi pada saat penambahan
NaOH yang ke-10 yaitu pada saat penambahan 7.5 ml NaOH.
Konsentrasi Asam-Basa Secara Konduktometri ( C )
Dari percobaan yang telah dilakukan, kita dapat menghitung konsentrasi
HCl selama titrasi berlangsung dan konsentrasi HCl pada titik ekivalen dengan
menggunakan rumus pengenceran pada persamaan (1.7). Untuk data hasil
perhitungan dapat dilihat pada lampiran.
Dari Tabel 3.3 (dapat dilihat di lampiran) didapatkan konsentrasi HCl
selama proses titrasi berjalan, dan dapat diambil kesimpulan bahwa konsentrasi
HCl ( C ) pada titik ekivalen adalah 0.000427 N.
Konstanta Sel Konduktansi, Hantaran jenis, dan Hantaran Molar
Tahanan (R) dari suatu penghantar listrik berbanding lurus dengan panjang
(l) dan berbanding terbalik dengan luas penampang (A). Suatu larutan dengan
konsentrasi yang berbeda akan mempunyai hantaran jenis yang berbeda, karena
volume larutan dengan konsentrasi berbeda mengandung ion yang berbeda.
Adapun untuk mendapatkan nilai hantaran jenis (Ls) dapat digunakan persamaan
(1.5). Setelah mendapatkan nilai Ls, kita bisa mengetahui nilai hantaran molar
dengan menggunakan persamaan (1.6)
Tahanan AgNO3 0.01 N Secara Konduktometri
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan tahanan AgNO3
0.01 N yang diukur secara konduktometri adalah 2142.857143 ohm.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan:
1. Titik ekivalen pada percobaan titrasi HCl 0.1 N oleh NaOH 0.1 N terjadi
pada saat penambahan 7.5 ml NaOH
2. Hantaran = Hantaran jenis, karena nilai konstanta sel konduktansi nya = 1
3. Suatu larutan dengan konsentrasi yang berbeda akan mempunyai hantaran
jenis yang berbeda, karena volume larutan dengan konsentrasi berbeda
mengandung ion yang berbeda.
4. Tahanan AgNO3 0.01N adalah 2142.857143 ohm.
5.2. Saran
Setelah dilakukan praktikum, kami menyarankan supaya semua variabel
yang ada didalam buku penuntun praktikum agar kita bisa mengetahui semua
langkah-langkah percobaan dan mendapatkan hasil yang kita inginkan.
Selanjutnya, kami menyarankan agar larutan yang akan diuji kelarutannya
ditambah jenis larutannya, bukan hanya satu larutan.
BAB VI
JAWABAN PERTANYAAN
1. Kontanta Sel AgNO3 0.01 N
K = 1, karena l = 1 cm dan A = 1 cm2
2. Ls AgNO3 0.01 N dan Ls Aquades
Ls = L, karena K=1
Ls AgNO3 = L AgNO3 = 1/R
= 1/2142.857143 ohm
= 0.0004666 mho/cm
Ls Aquades = Ls Aquades
= 1.2 mmho = 0.0012 mho/cm
3. Lion AgNO3 0.01
Lion = Ls – L air
Lion = 0.0004666 - 0.0012
= -0.0007333334 mho/cm
4. Hantaran ekivalen AgNO3 0.01 N
A = Ls
C
A = 0.0004666 mho/cm
0.01 N
= 0.04666 mho cm2/mol
DAFTAR PUSTAKA
Arief. 2008. Larutan Koloid. (http://arifghokil.wordpress.com/) diakses pada 25
Maret 2011
Nugroho, Arya. 2010. Larutan Elektrolit.
(http://jawigo.blogspot.com/2010/03/larutan-elektrolit.html) diakses pada 24
Maret 2011
Sinaga. 2010. Studi Flowmeter Magnetik.
(repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18269/3/Chapter%20II.pdf.)
diakses pada 25 Maret 2011
Yelmida. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Pekanbaru: UNRI Press
LAMPIRAN
Lampiran A. Tabel
Tabel 3.2. Hasil Perhitungan
ml NaOH
∆ml NaOH
L (mho)
R (ohm) V0 (ml)
Vkor (ml) Lkor (mho)
1/L(V0+ml
NaOH)/V0 L*Vkor
1 1 0.00178 561.7977528 10 1.1 0.001958
1 2 0.00164 609.7560976 11 1.090909091 0.001789091
1 3 0.00153 653.5947712 12 1.083333333 0.0016575
1 4 0.00126 793.6507937 13 1.076923077 0.001356923
1 5 0.00111 900.9009009 14 1.071428571 0.001189286
0.5 5.5 0.00103 970.8737864 15 1.033333333 0.001064333
0.5 6 0.0008 1250 15.5 1.032258065 0.000825806
0.5 6.5 0.00079 1265.822785 16 1.03125 0.000814688
0.5 7 0.00077 1298.701299 16.5 1.03030303 0.000793333
0.5 7.5 0.0007 1428.571429 17 1.029411765 0.000720588
0.5 8 0.00083 1204.819277 17.5 1.028571429 0.000853714
0.5 8.5 0.00085 1176.470588 18 1.027777778 0.000873611
0.5 9 0.00088 1136.363636 18.5 1.027027027 0.000903784
0.5 9.5 0.00092 1086.956522 19 1.026315789 0.000944211
0.5 10 0.00096 1041.666667 19.5 1.025641026 0.000984615
0.5 10.5 0.001 1000 20 1.025 0.001025
0.5 11 0.00119 840.3361345 20.5 1.024390244 0.001219024
0.5 11.5 0.00125 800 21 1.023809524 0.001279762
0.5 12 0.00126 793.6507937 21.5 1.023255814 0.001289302
0.5 12.5 0.00139 719.4244604 22 1.022727273 0.001421591
0.5 13 0.00143 699.3006993 22.5 1.022222222 0.001461778
0.5 13.5 0.00146 684.9315068 23 1.02173913 0.001491739
0.5 14 0.00154 649.3506494 23.5 1.021276596 0.001572766
0.5 14.5 0.00157 636.9426752 24 1.020833333 0.001602708
0.5 15 0.00163 613.4969325 24.5 1.020408163 0.001663265
1 16 0.00179 558.6592179 25 1.04 0.0018616
1 17 0.00193 518.134715 26 1.038461538 0.002004231
1 18 0.00216 462.962963 27 1.037037037 0.00224
1 19 0.0022 454.5454545 28 1.035714286 0.002278571
1 20 0.00222 450.4504505 29 1.034482759 0.002296552Tabel 3.3. Konsentrasi HCl
Konsentrasi HCl atau C (N)V
NaOHN
NaOHV
HCl N HCl1 0.1 110 0.0009091 0.1 111 0.0009011 0.1 112 0.0008931 0.1 113 0.0008851 0.1 114 0.000877
0.5 0.1 115 0.0004350.5 0.1 115.5 0.0004330.5 0.1 116 0.0004310.5 0.1 116.5 0.0004290.5 0.1 117 0.0004270.5 0.1 117.5 0.0004260.5 0.1 118 0.0004240.5 0.1 118.5 0.0004220.5 0.1 119 0.000420.5 0.1 119.5 0.0004180.5 0.1 120 0.0004170.5 0.1 120.5 0.0004150.5 0.1 121 0.0004130.5 0.1 121.5 0.0004120.5 0.1 122 0.000410.5 0.1 122.5 0.0004080.5 0.1 123 0.0004070.5 0.1 123.5 0.0004050.5 0.1 124 0.0004030.5 0.1 124.5 0.0004021 0.1 125 0.00081 0.1 126 0.0007941 0.1 127 0.0007871 0.1 128 0.000781
1 0.1 129 0.000775
Tabel 3.4. Konstanta Sel Konduktansi dan Hantaran Molar
N HCl Ls K (mho
(mho/cm)cm2/mol)
Ls*R Ls/C0.0009091 0.00178 1 1.9580.0009009 0.00164 1 1.82040.0008929 0.00153 1 1.71360.000885 0.00126 1 1.42380.0008772 0.00111 1 1.26540.0004348 0.00103 1 2.3690.0004329 0.0008 1 1.8480.000431 0.00079 1 1.83280.0004292 0.00077 1 1.79410.0004274 0.0007 1 1.6380.0004255 0.00083 1 1.95050.0004237 0.00085 1 2.0060.0004219 0.00088 1 2.08560.0004202 0.00092 1 2.18960.0004184 0.00096 1 2.29440.0004167 0.001 1 2.40.0004149 0.00119 1 2.86790.0004132 0.00125 1 3.0250.0004115 0.00126 1 3.06180.0004098 0.00139 1 3.39160.0004082 0.00143 1 3.50350.0004065 0.00146 1 3.59160.0004049 0.00154 1 3.80380.0004032 0.00157 1 3.89360.0004016 0.00163 1 4.0587
0.0008 0.00179 1 2.23750.0007937 0.00193 1 2.43180.0007874 0.00216 1 2.74320.0007813 0.0022 1 2.816
0.0007752 0.00222 1 2.8638
Lampiran B. Kurva Percobaan
Gambar 3.1 Kurva Lkor vs ml NaOH
top related