potensi retribusi pasar di pasar petir kabupaten serang
Post on 06-Jan-2022
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
POTENSI RETRIBUSI PASAR DI PASAR PETIR KABUPATEN SERANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh
IRMA YUNINGSIH
NIM.6661100789
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, Mei 2015
ABSTRAK Irma Yuningsih. NIM. 6661100789. Skripsi. Potensi Retribusi Pasar di Pasar Petir Kabupaten Serang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I: Drs. Oman Supriadi, M.Si dan Pembimbing II: Maulana Yusuf, S.IP., M.Si. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan terkait pemungutan retribusi pasar di Pasar Petir Kabupaten Serang dimana potensi retribusi tersebut belum tergali secara maksimal dikarenakan adanya permasalahan dalam proses pemungutannya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan analisis mengenai potensi retribusi pasar di Pasar Petir Kabupaten Serang dengan harapan agar potensi retribusi pasar di Pasar Petir tersebut dapat tergali secara maksimal sehingga akan memberikan tambahan pemasukan untuk kas daerah. Penelitian ini menggunakan teori Potensi Retribusi Pasar dari Mahmudi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposive. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam, studi dokumentasi dan studi literature atau kepustakaan. Kemudian untuk uji keabsahan data dalam penelitian ini yaitu dengan cara triangulasi (teknik dan sumber) dan membercheck. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, pendapatan retribusi pasar di Pasar Petir masih sangat sedikit sehingga kekurangan setoran retribusi pasar masih mengandalkan pendapatan dari iuran yang lain, pedagang tidak mematuhi peraturan yang ada di Pasar Petir dikarenakan kurangnya sosialisasi dan karena belum ada sanksi tegas, Pedagang Kaki Lima (PKL) dan Pedagang Asongan belum termasuk ke dalam subjek retribusi pasar di Pasar Petir. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan agar pihak Pasar Petir beserta Dinas terkait agar melakukan sosialisasi secara maksimal kepada para pedagang dan memberikan sanksi tegas atas pelanggarannya, mengganti petugas pasar dengan tingkat pendidikan dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai, mendata Pedagang Kaki Lima (PKL) agar menjadi subjek retribusi pasar, sehingga bisa memperoleh pendapatan retribusi yang maksimal sehingga dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kata Kunci: Pasar Petir, Potensi, Retribusi
ABSTRACT
Irma Yuningsih. NIM. 6661100789. Script. Market Potency Retribution in Petir
Market Serang District. Public Administration Department. Faculty of Social
and Political Sciences. Sultan Ageng Tirtayasa University. 1st Advisor: Drs.
Oman Supriadi, M.Si and 2nd
Advisor: Maulana Yusuf, S.IP., M.Si. This research was motivated by the problem about retribution market collection in Petir Market Serang District that retribution potency not yet exploited maximally because still many problems in collection process. Therefore, researchers are interested for analysis about market retribution potency in Petir Market Serang District with hopes that market retribution potency in Petir Market Serang District can exploited maximally so will give add on income for local cash. This research used market retribution potency theory from Mahmudi. Methods used in this reserch is descriptive method with qualitative approach. In the selection of informants with purposive technique. The data collection technique used by the observation, in-depth interview, documentation and literature. Then for data legality test in this research is used triangulation (technique and source) and membercheck. This research showed that, market retribution revenue in Petir Market still very little so that shortage levy deposit market still rely on income from other dues, traders don’t comply with existing regulations on Petir Market due to lack of socialization and because there is no strict sanctions, street vendors and hawkers have not been included in the subject market levy in Petir Market. Therefore researcher recommend that the Petir Market along with relevant agencies in order to optimally disseminate to the traders and provide sanction after, replacing the market officers with high education level and quality of human resources are adequate, record vendors in order to be subject to levy market, so obtain the maximum levy income that can increase locally revenue. Key Word: Petir Market, Potency, Retribution
“Keberhasilan adalah mampu mengalahkan rasa malas dan mampu menghadapi
segala ujian” (Irma Yuningsih)
“Terkadang, apa yang paling kita inginkan dan cita-citakan dalam hidup ini,
itulah yang jadi ujian terberat untuk kita” (Irma Yuningsih)
“Semua yang ada pada diri kita adalah titipan Allah. Materi, kesehatan, nafas,
jasad, nyawa termasuk orang-orang tercinta semuanya adalah milik Allah. Ketika
Allah berkehendak untuk mengambil kembali titipanNya dari kita, yang bisa kita
lakukan hanyalah... Ikhlas” (Irma Yuningsih)
untuk
Ibu, Bapak & Orang-orang Tercinta
juga Masa Depanku
i
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim, Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillaahirobbil’alamiin, puji syukur marilah kita panjatkan ke
hadirat Ilahi Robbi yang telah melimpahkan rahmat, inayah dan anugerah-Nya
kepada seluruh umat manusia. Shalawat serta salam semoga tercurah limpah
kepada junjungan teladan insan yakni Nabi besar Muhammad SAW, kepada
keluarga dan sahabatnya serta tak lupa kita selalu menjunjung tinggi dan
meneladani untuk menjadi umatnya. Terima kasih yang terdalam peneliti ucapkan
kepada kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan do’a, motivasi dan kasih
sayang yang tak terhingga.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Skripsi ini berjudul “Potensi
Retribusi Pasar di Pasar Petir Kabupaten Serang”. Dalam proses penyusunan
skripsi ini tentu tak lepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak, baik secara
moril maupun materil. Maka dengan segenap ketulusan hati, peneliti ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang terdalam kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa (Untirta);
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta);
ii
3. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., selaku Wakil Dekan I Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta);
4. Ibu Mia Dwiana, S.Sos., M.Ikom., selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta);
5. Bapak Gandung Ismanto, S.Sos., M.Si., selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta);
6. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
(Untirta);
7. Ibu Ipah Ema Jumiati, S.Sos., M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa (Untirta);
8. Bapak Dr. Dirlanudin, M.Si., Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan arahan serta bimbingan selama proses perkuliahan;
9. Bapak Drs. Oman Supriadi, M.Si., Dosen Pembimbing I Skripsi. Terima kasih
atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan selama proses penyusunan
skripsi;
10. Bapak Maulana Yusuf, S.IP., M.Si., Dosen Pembimbing II Skripsi. Terima
kasih atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan selama proses
penyusunan skripsi;
11. Tim Penguji Proposal dan Sidang Skripsi: Ibu Titi Stiawati, M.Si., Ibu
Listyaningsih, M.Si., Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Terima kasih atas
bimbingan dan arahan yang telah diberikan;
iii
12. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta).
Terima kasih atas bimbingan, motivasi serta bantuan yang telah diberikan baik
selama proses penyusunan skripsi maupun selama proses perkuliahan;
13. Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten
Serang, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pasar Wilayah Tengah (Pasar
Petir, Pasar Ciruas dan Pasar Dukuh) Bpk. Ma’mun Dian Purnama,
Koordinator Pasar Petir (Kepala/Mantri Pasar) Bpk. H. Hasan beserta Para
Staf, Pedagang dan pihak-pihak lainnya yang telah membantu. Terima kasih
atas kesediaannya membantu dan memberikan data dan informasi dalam
proses penyusunan skripsi ini;
14. Kedua orang tuaku tercinta, kakak-kakak dan adik-adikku. Terima kasih yang
teramat mendalam atas segala dukungan, do’a, motivasi serta kasih sayang
yang tak terhingga;
15. Sahabat-sahabatku dan semua orang-orang terdekat, baik di dalam maupun di
luar lingkungan kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), terima
kasih atas kesediaannya untuk memberikan bantuan dan motivasi dalam
proses penelitian ini;
16. Kawan-kawan seperjuangan Program Studi Ilmu Administrasi Negara
khususnya Kelas A dan Kelas B Reguler. Terima kasih atas kebersamaan,
motivasi dan perjuangan selama proses perkuliahan;
17. Serta semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu, peneliti
mengucapkan banyak terima kasih.
iv
Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tak luput dari kesalahan.
Peneliti memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini.
Maka dari itu, dengan segala keterbukaan dan kelapangan dada, peneliti bersedia
menerima segala tegur sapa dan saran yang membangun guna perbaikan pada
skripsi ini. Akhir kata, peneliti ucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Serang, Mei 2015
Peneliti
Irma Yuningsih
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
ABSTRACT
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ……………………………….......…………..............
DAFTAR ISI ……………………………………………......................…….
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ........................………………....................……
1.1 Latar Belakang Masalah ……………………..........................………
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................................
1.3 Batasan Masalah ..................................................................................
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................
1.5 Tujuan Penelitian …………......…….....………………….....….........
1.6 Manfaat Penelitian ...............................................................................
i
v
viii
ix
x
1
1
16
17
17
17
18
vi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
ASUMSI DASAR PENELITIAN .......................................................
2.1 Tinjauan Pustaka .............................................................................….
2.1.1 Konsep Manajemen Publik .....................................................
2.1.2 Manajemen Penerimaan Daerah ..............................................
2.1.3 Konsep Retribusi Daerah .........................................................
2.1.4 Konsep Retribusi Pasar ............................................................
2.1.5 Potensi Retribusi Pasar ............................................................
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ..........................................................
2.4 Asumsi Dasar .......................................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..………..........................................
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ......................................................
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian .........................................................
3.3 Lokasi Penelitian ..................................................................................
3.4 Variabel Penelitian ...............................................................................
3.4.1 Definisi Konsep .......................................................................
3.4.2 Definisi Operasional ................................................................
3.5 Instrumen Penelitian ............................................................................
3.6 Informan Penelitian ..............................................................................
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................................
3.7.1 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .....................................
19
19
20
29
32
40
41
43
45
47
48
48
50
50
51
51
52
54
60
62
62
vii
3.7.2 Uji Keabsahan Data .................................................................
3.8 Jadwal Penelitian .................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN .........................………..........................................
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ..................................................................
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Serang .....................................
4.1.2 Gambaran Umum Keadaan Pasar Petir Kabupaten Serang .....
4.2 Deskripsi Data ......................................................................................
4.2.1 Daftar Informan Penelitian ......................................................
4.2.2 Deskripsi Data Penelitian ........................................................
4.2.3 Hasil Penelitian ........................................................................
4.3 Pembahasan .........................................................................................
BAB V PENUTUP ....................................………..........................................
5.1 Kesimpulan ..........................................................................................
5.2 Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
66
67
68
68
68
78
81
81
82
85
139
161
161
162
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Klasifikasi Jumlah Pedagang dan Jenis Tempat Usaha di
Pasar Petir Kabupaten Serang ................................................... 8
Tabel 1.2 Data Potensi Retribusi di Pasar Petir Kabupaten Serang .......... 9
Tabel 1.3 Potensi Retribusi Pasar Petir Per Tahun .................................... 10
Tabel 1.4 Tarif Retribusi Pelayanan Pasar ................................................ 14
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara ................................................................ 58
Tabel 3.2 Daftar Informan Penelitian ........................................................ 61
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ....................................................................... 67
Tabel 4.1 Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Serang ...... 70
Tabel 4.2 Jenis dan Jumlah Fasilitas yang Dimiliki oleh Pasar Petir
Kabupaten Serang 2013 ............................................................. 81
Tabel 4.3 Daftar Informan Penelitian ........................................................ 82
Tabel 4.4 Pengkodean (coding) ................................................................. 84
Tabel 4.5 Jenis dan Jumlah Fasilitas yang Dimiliki oleh Pasar Petir
Kabupaten Serang 2013 ............................................................. 92
Tabel 4.6 Kondisi Fasilitas yang Dimiliki oleh Pasar Petir Kabupaten
Serang 2013 ............................................................................... 140
Tabel 4.7 Hasil Penilaian mengenai Fasilitas Pasar Petir .......................... 141
Tabel 4.8 Hasil Penilaian mengenai Jenis Dagangan di Pasar Petir .......... 144
Tabel 4.9 Hasil Penilaian mengenai Petugas Pemungut Retribusi Pasar
di Pasar Petir .............................................................................. 148
Tabel 4.10 Hasil Penilaian mengenai Tarif Retribusi Pasar di Pasar Petir... 150
Tabel 4.11 Hasil Penilaian mengenai Jumlah Kios dan Los di Pasar Petir.. 154
Tabel 4.12 Hasil Penilaian mengenai Luas Pasar dan Area Kaki Lima di
Pasar Petir .................................................................................. 155
Tabel 4.13 Hasil Penilaian mengenai Jumlah Pedagang di Pasar Petir ....... 158
Tabel 4.14 Hasil Penilaian mengenai Data Penerimaan Retribusi di Pasar
Petir ........................................................................................... 160
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian .............................................. 47
Gambar 3.1 Analisis Data Menurut Miles dan Huberman ......................... 63
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Serang ........................................................... 69
Gambar 4.2 Pasar Petir ............................................................................... 78
Gambar 4.3 Bagan Struktur Organisasi UPT Pasar Wilayah Tengah ........ 80
Gambar 4.4 Kegiatan Pengangkutan Sampah di Pasar Petir oleh DTRBP
Kabupaten Serang ...................................................................
91
Gambar 4.5 Kios-kios di Pasar Petir yang Non Aktif ................................ 117
Gambar 4.6 Los-los di Pasar Petir yang Non Aktif .................................... 117
Gambar 4.7 Deretan Auning di Pasar Petir yang Masih Kosong / Belum
Dioperasikan ........................................................................... 124
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 Pedoman Wawancara
Lampiran 3 Daftar Informan penelitian
Lampiran 4 Transkrip Wawancara
Lampiran 5 Membercheck
Lampiran 6 Catatan Lapangan
Lampiran 7 Dokumentasi Observasi Penelitian
Lampiran 8 Dokumentasi Kegiatan Wawancara
Lampiran 9 Data-data Pendukung Hasil Penelitian
Lampiran 10 Lembar Bimbingan
Lampiran 11 Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Otonomi daerah membawa paradigma sistem pemerintahan dari
sentralisasi menjadi desentralisasi, yaitu dengan memberikan keleluasaan
kepada daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang luas dan
bertanggungjawab untuk mengurus semua urusan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai kondisi dan potensi wilayahnya. Kebijakan otonomi daerah
merupakan peluang sekaligus tantangan bagi daerah. Pemberian otonomi
daerah tersebut pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektiftas penyelenggaraan pemerintahan daerah, terutama dalam pelaksanaan
pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat.
Pemberian kewenangan kepada pemerintah daerah baik berupa
kebijakan otonomi daerah maupun desentralisasi fiskal menuntut pemerintah
daerah kabupaten untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam membiayai
kegiatan pembangunan dengan kapasitas fiskal yang dimiliki daerah. Salah
satu penyelenggaraan otonomi daerah adalah kemampuan pemerintah daerah
dalam mengelola keuangan daerah sebagai modal untuk penyelenggaraan
segala urusan pemerintahannya. Setiap daerah memiliki kewenangan untuk
menggali sumber keuangan sendiri secara mandiri. Pendapatan Asli Daerah
(PAD) diharapkan dan diupayakan dapat menjadi penyangga utama dalam
membiayai seluruh kegiatan pembangunan daerah. Pemerintah daerah oleh
2
karenanya harus dapat mengupayakan peningkatan penerimaan yang berasal
dari daerah sendiri. Berdasarkan hal itu, perlu adanya upaya peningkatan
pendapatan daerah, salah satunya dalam hal peningkatan retribusi sebagai
salah satu sumber penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Keuangan daerah merupakan faktor yang sangat menentukan dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Keuangan daerah merupakan salah
satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam
mengatur keuangan daerahnya. Selain itu, keuangan daerah juga memberikan
kontribusi yang tidak sedikit dalam pelaksanaan pembangunan daerah, maka
daerah harus mempunyai sumber-sumber keuangan sendiri yang memadai.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang telah diubah
kedua kalinya menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Pemerintahan Daerah, menjelaskan bahwa salah satu hak daerah dalam
menyelenggarakan otonomi yaitu memungut pajak daerah dan retribusi
daerah. Berdasarkan pasal tersebut berarti kabupaten atau kota memiliki
kewenangan yang luas untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang
dimiliki masing-masing. Daerah kabupaten atau kota juga memiliki
kewenangan untuk membuat kebijakan daerah dalam memberikan pelayanan
kepada publik dengan baik, meningkatkan peran serta, prakarsa, dan
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Selain itu, daerah juga diberikan kewenangan untuk melakukan
pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah sebagai salah satu sumber
pendapatan daerah.
3
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah maka
daerah memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan daerahnya
masing-masing dalam membiayai rumah tangganya sendiri serta untuk
pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, daerah harus dapat
menghimpun dana sebesar-besarnya untuk membiayai semua program
pembangunannya. Pembangunan akan berjalan dengan baik jika didukung
biaya dan sumber daya manusia yang baik pula. Untuk itu peningkatan sumber
pendapatan daerah dipandang sebagai salah satu cara yang efektif untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
salah satu sumber-sumber pendapatan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah
(PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dimaksud salah satunya yaitu
terdiri dari Retribusi Daerah. Berdasarkan pasal tersebut berarti Retribusi
Daerah memiliki peranan yang potensial sebagai sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Pengelolaan retribusi daerah dilakukan oleh masing-masing
daerah dan selanjutnya digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui pembangunan yang berkelanjutan. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
4
salah satu pungutan retribusi daerah adalah retribusi pasar. Retribusi pasar ini
termasuk dalam retribusi jasa umum yang memberikan kontribusi yang cukup
potensial terhadap peningkatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Retribusi merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang telah
dilaksanakan di Indonesia sejak awal kemerdekaan. Sumber penerimaan ini
tetap terus dipertahankan sampai era otonomi dewasa ini. Penetapan retribusi
daerah sebagai sumber penerimaan daerah ditetapkan dengan dasar hukum
yang kuat, khususnya undang-undang tentang pemerintahan daerah, maupun
tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah. Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, retribusi
dikelola oleh pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan objek-objek
retribusi daerah yang telah ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.
Dimana objek-objek retribusi yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha
dan retribusi perizinan tertentu.
Selanjutnya, menurut Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Serang
Nomor 1 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum, pada Bab II Bagian
Kesatu pasal 2, Jenis dan Golongan Retribusi Jasa Umum salah satunya
disebutkan yaitu Retribusi Pelayanan Pasar. Pada kutipan lampiran Peraturan
Daerah (Perda) tersebut di atas, jelas bahwa retribusi pasar atau pelayanan
pasar merupakan salah satu dari jenis atau golongan retribusi daerah yang
termasuk ke dalam retribusi jasa umum yang keberadaannya cukup
dimanfaatkan oleh masyarakat. Retribusi pasar memberikan banyak manfaat
baik untuk pengguna pasar maupun untuk pemerintah daerah itu sendiri.
5
Manfaat retribusi bagi para pengguna pasar antara lain untuk memenuhi
serta meningkatkan pelayanan dalam hal penyediaan, penggunaan dan
perawatan fasilitas pasar yang berupa halaman atau pelataran, kios dan los
yang dikelola oleh pemerintah. Sedangkan manfaat retribusi pasar untuk
pemerintah daerah adalah sebagai salah satu sumber pemasukan retribusi
daerah yang cukup potensial untuk mendongkrak Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Begitu pula halnya dengan Retribusi Pasar di Pasar Petir Kabupaten
Serang.
Kemudian, pada pasal 16 Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Serang
Nomor 1 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum, dijelaskan bahwa
Retribusi Pelayanan Pasar dipungut sebagai pembayaran atas jasa penyediaan
fasilitas pasar tradisional/sederhana berupa pelataran, los dan kios yang
dikelola oleh pemerintah daerah dan khusus disediakan untuk pedagang. Pada
pasal ini juga dijelaskan objek retribusi pelayanan pasar yaitu berupa
penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana berupa pelataran, los dan kios
yang dikelola oleh pemerintah daerah, bukan yang dikelola oleh Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau pihak
Swasta. Selanjutnya, pada pasal 17 dijelaskan, subjek retribusi pelayanan
pasar adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan fasilitas di pasar.
Sedangkan wajib retribusi pasar adalah pihak yang menerima atau
menggunakan fasilitas tempat berjualan di pasar serta pemungut (kolektor)
atau pemotong retribusi pelayanan pasar. Pengukuran tingkat penggunaan
6
jasa retribusi pelayanan pasar didasarkan atas luas, jenis tempat dan kelas
pasar yang digunakan.
Pasar Petir merupakan salah satu pasar tradisional yang ada di
Kabupaten Serang Provinsi Banten, tepatnya berada di Jalan Raya Petir-
Serang, Kampung Pasanggarahan, Desa Mekar Baru, Kecamatan Petir. Pasar
Petir merupakan salah satu pusat kegiatan jual beli bagi masyarakat
Kecamatan Petir dan sekitarnya mulai dari masyarakat menengah ke bawah
sampai masyarakat menengah ke atas. Sebagai pasar tradisional, Pasar Petir
memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian
khususnya dalam kegiatan perekonomian rakyat terutama bagi masyarakat
menengah ke bawah.
Ruang lingkup pangsa pasar di Pasar Petir cukup luas, mengingat Pasar
Petir merupakan pasar tradisional terbesar yang ada di Kabupaten Serang
wilayah tengah. Hal tersebut menjadi peluang besar bagi Pasar Petir untuk
menarik konsumen. Ruang lingkup pangsa pasar yang dimaksud adalah
masyarakat sekitar wilayah Kecamatan Petir yang merupakan konsumen
utama untuk Pasar Petir diantaranya yaitu masyarakat Desa Mekar Baru, Desa
Tambiluk, Desa Petir, Desa Sanding, Desa Sindang sari, Desa Cireundeu dan
seluruh Desa yang ada di Kecamatan Petir serta kecamatan-kecamatan di
sekitar Pasar Petir diantaranya yaitu Kecamatan Tunjung Teja, Kecamatan
Cikeusal dan Kecamatan Pamarayan.
Pasar Petir secara administratif berada di bawah Dinas Koperasi,
Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Serang, Unit
7
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pasar untuk Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Pasar Wilayah Tengah yang meliputi Pasar Petir, Pasar Baros dan Pasar
Dukuh. Pasar Petir merupakan pasar tradisional terbesar yang ada di Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Pasar wilayah tengah. Selain itu, lokasi pasar Petir
juga cukup strategis dan tempatnya mudah diakses. Pasar Petir berada pada
jalur khatulistiwa yang menghubungkan Kabupaten Serang, Kota Serang,
Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak.
Pasar Petir menyediakan dua jenis tempat usaha yaitu kios dan los.
Selain itu, Pasar Petir sudah dilengkapi dengan fasilitas listrik, toilet, mushola,
ruangan administrasi pasar, tempat penampungan sampah dan area parkir yang
cukup luas. Bentuk fisik bangunan Pasar Petir yaitu berupa barisan-barisan los
dan kios yang cukup rapi namum tidak berbentuk gedung, sehingga untuk kios
atau los yang berada di pinggir, ketika turun hujan airnya menyemprot ke
dalam kios atau los. Sebaliknya, ketika cuaca panas kondisi pasar menjadi
penuh debu bahkan sampai masuk ke dalam kios yang tentunya akan merusak
barang dagangan. Kemudian, area parkir yang luas belum dilengkapi dengan
atap dan paving block, sehingga ketika hujan tanahnya menjadi becek dan
ketika cuaca panas area parkir menjadi sangat gersang dan tidak nyaman.
Jenis dagangan yang tersedia di Pasar Petir diantaranya yaitu beras,
sembako, pakaian jadi, makanan ringan, makanan jadi, ikan, daging, sayur-
sayuran dan berbagai kebutuhan lainnya. Jumlah dan klasifikasi masing-
masing jenis dagangan yang ada di Pasar Petir untuk lebih jelas dapat dilihat
pada tabel berikut.
8
Tabel 1.1 Data Klasifikasi Jumlah Pedagang dan Jenis Tempat Usaha
di Pasar Petir Kabupaten Serang
No Jenis Dagangan Jumlah Jenis Tempat
1 Beras 7 Kios
2 Sembako 74 Kios 42 Los
3 Makanan Ringan 9 Kios 4 Bakso 5 Kios
5 Buah-Buahan 2 Kios 2 Los
6 Emas 30 Kios 7 Aksesoris 2 Kios 8 Kosmetik 11 Kios 9 Buku/Kitab 1 Kios 10 Elektronik 3 Kios 11 Jam 1 Kios 12 Kelontongan 3 Kios 13 Pakaian Jadi 129 Kios
14 Sendal, Sepatu, Tas 6 Kios 3 Los
15 Jahit 2 Kios 16 Pupuk 2 Kios 17 Pindang 2 Kios 18 Ikan Basah 16 Los 19 Ayam Potong 11 Los 20 Daging 2 Los 21 Sayuran 5 Los 22 Kue 1 Kios 23 Mainan 1 Kios
Jumlah Kios 290
Jumlah Los 88
Sumber: Diskoperindag UPT Pasar Kabupaten Serang, (Data Diolah, 2014)
9
Potensi retribusi di Pasar Petir cukup besar sebagai salah satu sumber
pendapatan retribusi daerah. Berdasarkan hasil observasi di lapangan,
didapatkan data objek retribusi pelayanan pasar di Pasar Petir yaitu terdiri dari
kios dan los. Kemudian, subjek retribusi pelayanan pasar di Pasar Petir yaitu
jumlah kios dan los atau pedagang yang ada di Pasar Petir, yaitu kios 290 unit
dan jumlah los 88 unit. Jumlah tersebut tentu dapat memberikan pendapatan
yang cukup besar bagi kas daerah. Daftar jumlah kios dan los di Pasar Petir
untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.2 Data Potensi Retribusi di Pasar Petir Kabupaten Serang
KIOS LOS Jumlah
Pedagang Hari Pasar
Aktif Non Aktif Jumlah Tarif
(Rp/Hari) Aktif Non Aktif Jumlah Tarif
(Rp/Hari)
200 90 290 2.000,- 50 38 88 1.500,- 250 Selasa & Sabtu
Sumber: Diskoperindag UPT Pasar Kabupaten Serang, (Data Diolah, 2014)
Berdasarkan data Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan
(Diskoperindag) Kabupaten Serang Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Pasar untuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pasar Wilayah Tengah (Pasar Petir,
Pasar Baros dan Pasar Dukuh) target perolehan retribusi pasar di Pasar Petir
dalam satu tahun yaitu berjumlah Rp. 108.168.000,-. Jumlah tersebut
merupakan hasil penghitungan dari jumlah pedagang yang buka pada hari
pasar (Selasa dan Sabtu) dan pada hari selain hari pasar (Senin, Rabu, Kamis,
10
Jum’at dan Minggu) dikalikan dengan besar tarif masing-masing jenis tempat
(Kios atau Los) dan dikalikan dengan jumlah hari dalam satu tahun. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.3 Potensi Retribusi Pasar Petir Per Tahun
Nama Hari
Jumlah Pedagang
Jumlah Hari dlm
1 Bln
Tarif Retribusi
(Rp)
Jumlah Bulan dlm
1 Thn
Jumlah Retribusi (Rp)
Hari Pasar
200 8 Hari 2.000,- 12 Bulan 38.400.000,-
50 8 Hari 1.500,- 12 Bulan 7.200.000,-
Non Pasar
90 22 Hari 2.000,- 12 Bulan 47.520.000,-
38 22 Hari 1.500,- 12 Bulan 15.048.000,-
Jumlah Pendapatan Retribusi dalam 1 Tahun 108.168.000,-
Sumber: Diskoperindag UPT Pasar Kabupaten Serang, (Data Diolah, 2014)
Jumlah pendapatan retribusi pasar di Pasar Petir seperti pada tabel di
atas dapat dikatakan belum sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.
Sebenarnya potensi retribusi pasar yang ada di Pasar Petir lebih dari jumlah
tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, peneliti melakukan
penghitungan terhadap potensi retribusi pasar di pasar Petir, hasil
penghitungan tersebut yaitu sebesar Rp. 256.320.000,- pertahun, dengan
rincian potensi retribusi perbulannya adalah Rp. 21.360.000,- dan potensi
11
retribusi perharinya yaitu sebesar Rp. 712.000,-. Sementara potensi retribusi
pasar di Pasar Petir yang ditentukan oleh Diskoperindag yaitu sebesar Rp.
108.168.000,- pertahun, Rp. 9.014.000 perbulan dan Rp. 300.467,-. Jadi,
selisih potensi retribusi pasar di Pasar Petir sebesar Rp. 148.152.000,-
pertahun, Rp. 12.346.000,- perbulan dan Rp. 411.533,- perhari.
Jumlah tersebut tentu bukan jumlah yang tidak sedikit. Pasar Petir dan
Daerah Kabupaten Serang secara umum kehilangan potensi retribusi pasar.
Namun, dibalik semua itu tentu ada permasalahan yang melatarbelakangi
kenapa potensi retribusi tersebut tidak dapat tergali. Permasalahan tersebut
tentu harus diatasi agar potensi retribusi pasar di Pasar Petir dapat tergali
secara maksimal. Sehingga dapat menambah pendapatan daerah Kabupaten
Serang.
Pemungutan retribusi pasar di Pasar Petir Kabupaten Serang bukan
tanpa kendala, terdapat berbagai permasalahan dalam pemungutannya.
Adanya permasalahan dalam pemungutan retribusi Pasar Petir tentu akan
berdampak pada hasil perolehan atau pendapatannya. Berdasarkan hasil
observasi ke lapangan yaitu tepatnya di Pasar Petir dan Dinas Koperasi,
Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Serang Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pasar untuk Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Pasar Wilayah Tengah (Pasar Petir, Pasar Baros dan Pasar Dukuh), peneliti
menemukan beberapa permasalahan dalam proses pemungutan retribusi pasar
di Pasar Petir.
12
Permasalahan yang ada dalam pemungutan retribusi di Pasar Petir
diantaranya yaitu, masih ada objek dan subjek retribusi pasar sebagai potensi
retribusi pasar di Pasar Petir yang belum masuk ke dalam data sumber
pendapatan retribusi pasar di Pasar Petir yang masuk ke Kas Daerah. Saat ini,
objek retribusi pasar di Pasar Petir hanya kios dan los, padahal di lapangan
peneliti menemukan satu lagi objek retribusi di Pasar Petir yaitu auning (unit-
unit yang berupa deretan los-los tanpa sekat yang ditujukan untuk tempat
berdagang para pedagang kaki lima). Selain para pedagang yang ada pada
kios dan los, masih banyak pedagang lain yang diminta pungutan retribusi,
namun belum masuk ke dalam wajib retribusi (Subjek Retribusi) Pasar Petir.
Pedagang yang dimaksud seperti pedagang kaki lima (PKL), pedagang
keliling yang mangkal di Pasar Petir misalya pedagang baso, pedagang es,
pedagang asongan dan sebagainya. Jumlah pedagang tersebut belum terdata
sebagai bagian dari subjek retribusi pasar di Pasar Petir, karena memang
mereka tidak memiliki tempat berjualan yang tetap seperti halnya pedagang
yang berada di kios atau los.
Masalah yang selanjutnya yaitu, kurangnya upaya dan sikap dari
petugas pemungut retribusi pasar di Pasar Petir dalam mengatasi
permasalahan retribusi. Sikap yang dimaksud dalam hal ini adalah ketegasan
dalam melakukan pemungutan retribusi, bagaimana agar pedagang mau dan
patuh bersedia membayar retribusi sesuai dengan peraturan yang ada di
Perda. Kemudian upaya yang dimaksud misalnya tindakan-tindakan atau cara
yang dilakukan untuk mengatasi karakter pedagang yang ada di Pasar Petir
13
khususnya dalam hal kepatuhannya dalam membayar retribusi pasar, mulai
dari memberitahukan (sosialisasi), pelaksanaan sampai dengan memberi
tindakan (sanksi) apabila ada penyimpangan terhadap aturan. Dalam hal ini,
Bapak Ma’mun Dian Purnama selaku Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah
Diskoperindag Kab Serang menyatakan bahwa memang petugas kurang tegas
dalam mengatasi masalah retribusi “Itu memang kurang ketegasan dari
petugas kita” (Wawancara: Senin 7 April 2014, Pukul 10.07 WIB, di UPTD
Pasar Diskoperindag Kabupaten Serang).
Masalah yang selanjutnya atau ketiga yaitu, masih banyak kios dan los
yang belum digunakan oleh pemiliknya untuk berjualan (non aktif). Unit-unit
tersebut dibiarkan kosong tanpa digunakan untuk kegiatan jual-beli oleh
pemiliknya. Kios dan los tersebut harusnya menjadi sumber pendapatan atau
potensi retribusi pasar di Pasar Petir. Kondisi tersebut mengakibatkan Pasar
Petir secara khusus dan Pemerintah Daerah Kabupaten Serang secara umum
menjadi kehilangan potensi retribusi pasar. Padahal jika semua kios dan los di
Pasar Petir aktif digunakan atau dibuka, maka tentu akan menambah
pendapatan retribusi Pasar Petir yang kemudian akan memberikan
peningkatan untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dari jumlah kios 290 unit
dan los 88 unit tidak semuanya aktif melakukan kegiatan jual-beli setiap
harinya, seperti yang ada pada tabel 1.2 dari jumlah kios 290 unit dan los 88
unit, yang aktif hanya 200 unit kios dan 50 unit los.
Permasalahan selanjutnya atau keempat yaitu, kurangnya kepatuhan
para wajib retribusi pasar (Pedagang) di Pasar Petir untuk membayar
14
kewajibannya (retribusi) sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
Peraturan yang dimaksud yakni peraturan yang telah ditetapkan di dalam
Perda (Perda Kab.Serang No.1 Th.2011) baik dalam hal jenis objek retribusi
maupun tarif retribusi yang harus dibayar. Misalnya, untuk kios ditetapkan
tarif retribusinya adalah Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah) dan untuk los tarif
retribusinya adalah Rp 1.500,- (seribu lima ratus rupiah), namun kebanyakan
pedagang hanya membayarkan Rp. 1.000,- (seribu rupiah). Seperti yang
diungkapkan oleh Bapak Ma’mun selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Pasar Wilayah Tengah (Pasar Petir), “Salah satu hambatan dalam
pemungutan retribusi yaitu banyaknya pedagang di Pasar Petir yang kurang
patuh pada aturan, misalnya tarif retribusi maunya semua pedagang tarifnya
dipukul rata Rp. 1.000,- padahal kan tarifnya bukan segitu, kan sudah jelas
tarif untuk kios Rp. 2.000,- dan untuk los Rp. 1.500,-” (Wawancara: 27
Maret 2014, di UPTD Pasar Diskoperindag Kabupaten Serang). Berikut
adalah rincian tarif retribusi pasar sesuai jenisnya:
Tabel 1.4 Tarif Retribusi Pelayanan Pasar
LOKASI JENIS BANGUNAN
LUAS (M2)
TARIF
Rp/M2 Rp/Hr Rp/Bln
PASAR a. Kios/Toko 2x2 300,- 1.200,- 36.000,- 2,5x2,5 300,- 2.000,- 60.000,- 2x3 300,- 2.000,- 60,000,- 3x3 300,- 3.000,- 90.000,- 4x5 300,- 6.000,- 18.000,- b. Los 2x2 250,- 1.000,- 30.000,- 2,5x2,5 250,- 1.500,- 45.000,- 2x3 250,- 1.500,- 45.000,-
15
LOKASI JENIS BANGUNAN
LUAS (M2)
TARIF
Rp/M2 Rp/Hr Rp/Bln
3x3 250,- 2.000,- 60.000,- c. Auning 1,5x1,5 200,- 500,- 15.000,- 2x1,5 200,- 500,- 15.000,-
Sumber: Lampiran V Perda Kabupaten Serang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum
Masalah yang terakhir atau kelima yaitu, potensi retribusi pasar di Pasar
Petir yang belum tergali secara maksimal. Target retribusi pasar di Pasar Petir
masih sulit tercapai dan jumlah nominal targetnya tidak/belum sesuai dengan
potensi yang ada. Hal inilah yang menjadi tolak ukur pencapaian retribusi
pasar di Pasar Petir. Ketercapaian target retribusi pasar di Pasar Petir
tergantung pada hasil pendapatan retribusi setiap harinya. Banyaknya
permasalahan yang ada dalam pemungutan retribusi ini akan menghambat
katercapaian target, baik permasalahan dari pedagang maupun dari petugas
atau pihak-pihak terkait lainnya. Target retribusi pasar secara umum
ditentukan dalam kurun waktu satu tahun, pada pelaksanaannya jumlah target
tersebut tidak langsung disetorkan dalam satu tahun tetapi disetorkannya bisa
per bulan, per minggu atau perhari. Retribusi yang telah dikumpulkan oleh
petugas pemungut akan disetorkan ke Kas Daerah melalui Dinas-dinas
terkait.
Mengingat retribusi pasar merupakan salah satu sumber penerimaan
daerah yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan melihat potensi retribusi pasar yang sangat besar di Pasar
16
Petir, maka potensi retribusi pasar di Pasar Petir harus digali secara maksimal
serta perlu adanya upaya untuk mengatasi permasalahan dalam pemungutan
retribusi pasar di Pasar Petir demi meningkatkan pendapatan retribusi pasar
tersebut yang kemudian akan memberikan peningkatan pada Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti
merasa tertarik untuk melakukan kajian melalui sebuah penelitian yang
berjudul “Potensi Retribusi Pasar di Pasar Petir Kabupaten Serang”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka peneliti
dapat mengidentifikasi masalah yang ada pada fokus penelitian dan hasil
observasi awal, maka identifikasi masalah-masalah pada penelitian ini
diantaranya:
1. Masih adanya objek dan subjek retribusi pasar yang belum termasuk
sebagai potensi retribusi pasar di Pasar Petir;
2. Kurangnya upaya dan sikap dari petugas pemungut retribusi di Pasar Petir
dalam mengatasi permasalahan retribusi;
3. Masih banyaknya kios dan los yang tidak aktif yang mengakibatkan
hilangnya potensi retribusi pasar di Pasar Petir;
4. Kurangnya kepatuhan para wajib retribusi pasar (Pedagang) di Pasar Petir
untuk membayar kewajibannya (retribusi) sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan;
5. Terdapat potensi retribusi pasar di Pasar Petir yang belum tergali.
17
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah penelitian ditujukan untuk memberikan batasan studi
yang dilakukan, oleh karena itu pembatasan masalah penelitian sangat penting
dalam proses penelitian. Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu dengan
mengetahui dan menganalisis potensi retribusi pasar di Pasar Petir Kabupaten
Serang serta menemukan solusi atas permasalahan yang ada dalam
pemungutan retribusi pasar di Pasar Petir Kabupaten Serang.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah rumusan permasalah dalam bentuk kalimat
pertanyaan yang dipergunakan untuk mencari jawaban atas masalah
penelitian. Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah
dipaparkan di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian. Adapun
perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: “Bagaimana Potensi Retribusi
Pasar di Pasar Petir Kabupaten Serang dalam meningkatkan pendapatan
daerah Kabupaten Serang?”.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada hakikatnya adalah rangkaian hasil penelitian
yang merupakan jawaban yang diharapkan akan didapatkan dari perumusan
masalah penelitian. Berkaitan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisis Potensi Retribusi
Pasar di Pasar Petir Kabupaten Serang dalam meningkatkan pendapatan
18
daerah Kabupaten Serang serta menemukan jawaban dan solusi atas
permasalahan yang ada dalam pemungutan retribusi pasar di Pasar Petir
Kabupaten Serang.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis bermafaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan
yang diharapkan dapat digunakan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan Ilmu Administrasi Negara
khususnya yang berkaitan dengan bidang Manajemen Publik, yaitu
tepatnya Manajemen Keuangan Daerah dan Retribusi Pasar.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Untuk meningkatkan kualitas belajar dan referensi berfikir serta
memberikan wawasan yang luas bagi seluruh mahasiswa
khususnya peneliti;
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan memberikan informasi terkait kondisi real yang terjadi di
lapangan serta dapat dijadikan sebagai masukan positif dan bahan
evaluasi bagi semua pihak terkait hasil penelitian yang telah
dilakukan;
3. Mengetahui secara langsung bagaimana Potensi Retribusi Pasar di
Pasar Petir Kabupaten Serang.
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Setiap penelitian selalu menggunakan teori. Teori berperan sebagai
acuan dalam pemecahan masalah dan sebagai pisau analisis dari permasalahan
yang ada dalam penelitian. Teori yang digunakan dalam ilmu sosial sama
peranannya dengan teori yang digunakan dalam ilmu lainnya seperti ilmu
pendidikan, biologi, fisika, kimia ataupun ilmu-ilmu yang lainnya. Menurut
Kerlinger (Basrowi dan Suwandi, 2008: 37), teori adalah seperangkat konstruk
(konsep), definisi dan proporsi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara
sistematik, melalui spesifikasi hubungan antarvariabel, sehingga dapat
berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Kemudian, menurut
oleh Hoy dan Miskel (Sugiyono, 2012: 54) yaitu, “Theory Is a set of
interrelated concepts, assumptions, and generalizations that systematically
describes and explains regularities in behavior in organizations”. Pendapat
tersebut menjelaskan bahwa, teori didefinisikan sebagai seperangkat konsep,
asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan
menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi baik organisasi formal
maupun organisasi informal. Berdasarkan definisi tersebut ada tiga kegunaan
teori di dalam penelitian yaitu:
20
1. Teori berkenaan dengan konsep, asumsi dan generalisasi yang logis;
2. Teori berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi
perilaku yang memiliki keteraturan;
3. Teori sebagai stimulant dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan.
2.1.1 Konsep Manajemen Publik
Pasolong (2011: 83) memberikan definisi bahwa pada dasarnya
manajemen publik yaitu manajemen instansi pemerintah. Kemudian
Keban mengatakan, manajemen publik bukan “policy analisis”, bukan
juga administrasi publik, atau kerangka yang lebih baru (2004: 85).
Selanjutnya, Overman dalam Keban (2004: 85), mengemukakan
bahwa manajemen publik bukanlah “scientific management”,
meskipun sangat dipengaruhi oleh “scientific management”. Dalam
pengertian ini lebih memfokuskan dari manajemen publik, dan
mengatakan bahwa adanya perbedaan dari administrasi publik dengan
manajemen publik atau policy analysis. Manajemen benar-benar
sebagai sebuah pengaturan yang berhubungan dengan permasalahan
sosial atau menunjang kinerja aktor dari pemerintah dalam bentuk
penataan organisasi.
Studi manajemen publik umumnya mengarah kepada masalah-
masalah kebijakan yang nyata dan diaplikasikan untuk meningkatkan
pelayanan publik. Manajemen publik secara mendasar dapat diartikan
sebagai penelitian interdisipliner aspek generik organisasi. Manajemen
21
publik merupakan perpaduan dari perencanaan, pengorganisasian, dan
pengendalian fungsi manajemen dengan manajemen sumber daya
manusia, keuangan, informasi fisik dan sumber daya politik. Dalam hal
ini dapat disimpulkan bahwa manajemen publik merupakan sebuah
kinerja kompleks dari aktornya yaitu pemerintah dan seluruh
pegawainya untuk melayani publik dengan sebaik-baiknya dan publik
merasa terpenuhi semua keinginannya dengan bagusnya kinerja atau
pengaturan dari dalam organisasi publik itu sendiri. Pengaturannya
yang bukanlah murni untuk sekedar mencapai profit organisasi
melainkan melayani konsumen yang berupa masyarakat sehingga
harus memperhatikan manajemen semua aspek yang menjadi
penunjang kinerja organisasi.
Definisi paling sederhana sekaligus paling klasik tentang
manajemen mengatakan bahwa manajemen adalah seni memperoleh
hasil melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang lain,
(Siagian, 2005: 1). Manajemen berasal dari kata to manage yang
artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur
berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen
itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang
diinginkan, (Hasibuan, 2007: 1).
Menurut Terry dan Leslie (2009: 1), Manajemen adalah suatu
proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau
pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan
22
organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Selain itu, manajemen
adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu, Andrew F. Sikula (Hasibuan, 2007: 2)
mengatakan bahwa:
“Management in general refers to planning, organizing, controlling, staffing, leading, motivating, communicating and decision making activities performed by any organization in order to coordinate the varied resources of the enterprise so as to bring an efficient creation of some product or service”. (Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien).
Selanjutnya, Harold Koontz dan Cyril O’Donnel (Hasibuan,
2007: 2) mendefinisikan bahwa:
“Management is getting things done through people. In bringing about coordinating of group activity, the manager, as a manager plans, organizes, staffs, direct and control the activities other people”. Artinya, manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan dan pengendalian. Manajemen mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan,
dilakukan oleh individu-individu yang menyumbangkan upayanya
yang terbaik melalui tindakan-tindakan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Hal tersebut meliputi pengetahuan tentang apa yang
harus mereka lakukan, menetapkan bagaimana cara melakukannya,
23
memahami bagaimana mereka harus melakukannya dan mengatur
efektifitas dari usaha-usaha mereka. Selanjutnya perlu menetapkan
dan memelihara pula suatu kondisi lingkungan yang memberikan
respon ekonomis, psikologis, sosial, politis dan sumbangan-
sumbangan teknis serta pengendaliannya, (Terry, 2008: 9).
Adapun asas-asas umum manajemen (general principles of
management), menurut Henry Fayol (Handoko, 2003: 46-47) yaitu
sebagai berikut:
1. Division of work (asas pembagian kerja); 2. Authority and responsibility (asas wewenang dan tanggung
jawab); 3. Discipline (asas disiplin); 4. Unity of command (asas kesatuan perintah); 5. Unity of direction (asas kesatuan jurusan atau arah); 6. Subordination of individual interest into general interest (asas
kepentingan umum di atas kepentingan pribadi); 7. Remuneration of personnel (asas pembagian gaji yang wajar); 8. Centralization (asas pemusatan wewenang); 9. Scalar of chain (asas hierarki atau asas rantai berkala); 10. Order (asas keteraturan); 11. Equity (asas keadilan); 12. Initiative (asas inisiatif); 13. Esprit de corps (asas kesatuan); 14. Stability of turn-over personnel (asas kestabilan masa jabatan).
Pada dasarnya setiap aktivitas atau kegiatan selalu mempunyai
tujuan yang ingin dicapai. Tujuan individu adalah untuk dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya berupa materi dan nonmateri dari
hasil kerjanya. Tujuan organisasi adalah mendapatkan laba (bussines
organization) atau pelayanan/pengabdian (public organization)
melalui proses manajemen itu.
24
Fungsi-fungsi Manajemen menurut Terry yaitu Planning,
Organizing, Actuating dan Controlling yang disingkat menjadi
(POAC):
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan langkah konkret yang pertama-tama
diambil dalam usaha pencapaian tujuan, karena perencanaan
sebagai fungsi organik manajerial yang pertama. Artinya,
perencanaan merupakan usaha konkretisasi langkah-langkah yang
harus ditempuh yang dasar-dasarnya telah diletakan dalam strategi
organisasi, (Siagian, 2005: 35). Menurut Hasibuan (2007: 40),
perencanaan adalah proses penentuan tujuan dan pedoman
pelaksanaan, dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif
yang ada. Selanjutnya, Harold Koonts and Cyril O’Donnel, dalam
Hasibuan, (2007: 40) mengatakan bahwa:
“Planning is the function of a manager which involves the selection from alternatives of objectives, policies, procedures, and program". (Perencanaan adalah fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan memilih tujuan-tujuan, kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-prosedur dan program-program dari alternatif-alternatif yang ada).
Planning ialah menetapkan pekerjaan yang harus
dilaksanakan oleh sekelompok untuk mencapai tujuan yang
digariskan. Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan,
karena termasuk pemilihan alternatif-alternatif keputusan.
Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat
ke depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan
25
untuk masa mendatang, (Terry, 2008: 17). Jadi, masalah
perencanaan adalah masalah “memilih” yang terbaik dari beberapa
alternatif yang ada.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Definisi sederhana pengorganisasian adalah keseluruhan
proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas serta
wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta
suatu organisasi yang dapat digerakan sebagai suatu kesatuan yang
utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya, (Siagian, 2005: 60).
Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan,
pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam aktifitas yang
diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada
setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan dan
menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada
setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut,
(Hasibuan, 2007: 40).
Terry (Hasibuan, 2007: 40):
“Organizing is the estabilishing of effective behavioral relationships among persons so that they may work together efficiently and again personal satisfactions for the purpose of the achieving some goal or objective”. (Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu).
26
3. Penggerakan/Pengarahan (Actuating)
Actuating dapat didefinisikan sebagai keseluruhan usaha,
cara, teknik dan metode untuk mendorong para anggota organisasi
agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi
tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif dan ekonomis,
(Siagian, 2005: 95). Selain itu, pengarahan adalah mengarahkan
semua bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk
mencapai tujuan, (Hasibuan, 2007: 41).
Terry memberikan definisi mengenai pengarahan (actuating),
yaitu:
“Actuating is setting all members of the group to want to achieve and to strike to achieve the objective willingly and keeping with the managerial planning and organizing efforts”. (Pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok agar mau bekerja sama dan bekerja sama secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian).
Selain itu, Actuating atau disebut juga “gerakan aksi”
mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manajer untuk
mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur
perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat
tercapai. Actuating mencakup penetapan dan pemuasan kebutuhan
manusiawi dari pegawai-pegawainya, memberi penghargaan,
memimpin, mengembangkan dan memberi kompensasi kepada
mereka, (Terry, 2008: 17).
27
4. Pengawasan (Controlling)
Fungsi pengawasan adalah fungsi terakhir dari proses
manajemen. Fungsi ini sangat penting dan sangat menentukan
pelaksanaan proses manajemen, karena itu harus dilakukan dengan
sebaik-baiknya. Pengawasan berkaitan erat dengan fungsi
perencanaan, kedua fungsi ini merupakan hal yang saling mengisi
karena:
a. Pengawasan harus lebih dahulu direncanakan;
b. Pengawasan baru dapat dilakukan jika ada rencana;
c. Pelaksanaan rencana akan baik jika pengawasan dilakukan
dengan baik;
d. Tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak,
setelah pengawasan atau penilaian dilakukan.
Titik tolak yang digunakan dalam membahas pengawasan
sebagai salah satu fungsi organik manajemen ialah definisi yang
mengatakan bahwa pengawasan merupakan proses pengamatan
dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua
pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya. Sebagai fungsi organik, pengawasan
merupakan salah satu tugas yang mutlak diselenggarakan oleh
semua orang yang menduduki jabatan manajerial, mulai dari
manajer puncak hingga para manajer rendah yang secara langsung
28
mengendalikan kegiatan-kegiatan teknis yang diselenggarakan oleh
semua petugas operasional, (Siagian, 125: 2005).
Earl P. Strong memberikan definisi:
“Controlling is the process of regulating the various factors in enterprise according to the requirement of its plans”. (Pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana).
Controlling mencakup kelanjutan tugas untuk melihat apakah
kegiatan-kegiatan telah dilakukan sesuai rencana. Pelaksanaan
kegiatan dievaluasi dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak
diinginkan diperbaiki supaya tujuan-tujuan dapat tercapai dengan
baik. Menurut Bohari dalam bukunya Pengawasan Keuangan
Negara, agar pelaksanaan pengawasan dapat dijadikan sebagai
suatu alat yang efektif, maka harus memperhatikan kriteria-kriteria
sebagai berikut:
1) Apa yang akan diawasi (objek yang perlu diawasi); 2) Mengapa perlu diadakan pengawasan; 3) Dimana dan bilamana diadakan pengawasan dan oleh siapa
pengawasan tersebut harus dilakukan: 4) Bagaimana pengawasan tersebut dapat dilakukan: 5) Pengawasan tersebut harus bersifat rasional, fleksibel, terus
menerus dan fragmatis.
Fungsi-fungsi manajemen merupakan rangkaian urutan
proses kegiatan suatu instansi atau organisasi dalam pencapaian
tujuannya dimana tujuan tersebut telah dirumuskan sebelumnya
pada proses perencanaan. Semua tahapan-tahapan dalam fungsi-
fungsi manajemen tersebut tidak boleh ada yang tertunda apalagi
29
sampai terlewatkan, karena hal tersebut akan berpengaruh pada
tujuan dan hasil yang akan dicapai. Oleh karena itu fungsi-fungsi
manajemen harus dijalankan sesuai prosesnya dan sesuai
tahapannya seperti yang telah direncanakan.
2.1.2 Manajemen Penerimaan Daerah
Secara garis besar manajemen keuangan daerah dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu manajemen penerimaan daerah dan
manajemen pengeluaran daerah, (Mardiasmo, 2004: 104). Meskipun
pemerintah daerah telah diberikan otonomi luas dan desentralisasi
fiskal, namun dalam pelaksanaannya harus tetap berada pada koridor
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) termasuk dalam
hal penerimaan sumber pendapatan yang menjadi hak pemerintah
daerah. Sumber Penerimaan Daerah yang dimaksud yaitu diatur dalam
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
sebagaimana dikutip dari Mahmudi (2010: 62-64) sumber dan
klasifikasi Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota yaitu:
1. Pendapatan Asli Daerah a. Pajak Daerah
1) Pajak Hotel 2) Pajak Restoran 3) Pajak Hiburan 4) Pajak Reklame 5) Pajak Penerangan Jalan 6) Pajak Pengambilan Bahan Galian C 7) Pajak Parkir 8) Pajak Air Bawah Tanah
30
9) Pajak Sarang Burung Walet 10) Pajak Lingkungan
b. Retribusi Daerah 1) Retribusi Jasa Umum
a) Retribusi Pelayanan Kesehatan b) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan c) Retribusi Biaya KTP dan Akte Catatan Sipil d) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan
Mayat e) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum f) Retribusi Pelayanan Pasar g) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor h) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran i) Retribusi Penggantian Alat Cetak Peta j) Retribusi Pelayanan Pendidikan
2) Retribusi Jasa Usaha 3) Retribusi Perizinan Tertentu
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan bagian laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan hasil kerja sama dengan pihak ketiga
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang Sah 2. Dana Perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari
pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanakan desentralisasi a. Dana Bagi Hasil
1) Bagi Hasil Pajak 2) Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)
b. Dana Alokasi Umum c. Dana Alokasi Khusus
3. Lain-lain Pendapatan yang Sah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang
diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan (Ahmad Yani, 2009: 51).
Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang
bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan pendapatan asli
daerah yang lain yang sah yang bertujuan untuk memberikan
31
keluluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam
pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.
Manajemen pendapatan/penerimaan daerah sangat erat
kaitannya dengan kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola
potensi fiskal daerah. Potensi fiskal daerah adalah kemampuan daerah
dalam menghimpun sumber-sumber pendapatan yang sah. Berhasil
tidaknya pemerintah daerah dalam memperoleh pendapatan daerah
sangat dipengaruhi oleh sistem manajemen pendapatan yang
digunakan. Pada dasarnya terdapat beberapa prinsip dasar yang perlu
diperhatikan pemerintah daerah dalam membangun sistem manajemen
daerah, sebagaimana dikutip dari Mahmudi (2010: 17), yaitu:
1. Peluasan basis penerimaan; 2. Pengendalian atas kebocoran pendapatan; 3. Peningkatan efisiensi administrasi pendapatan; 4. Transparansi dan akuntabilitas.
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi
fiskal, pemerintah daerah diharapkan memiliki kemandirian yang lebih
besar. Akan tetapi saat ini masih banyak masalah yang dihadapi
pemerintah daerah terkait dengan upaya meningkatkan penerimaan
daerah, seperti dikutip dari Soleh dan Heru (2010: 69) beberapa
masalah tersebut antara lain:
1. Tingginya tingkat kebutuhan daerah (fiscal need) yang tidak seimbang dengan kapasitas fiskal (fiscal capasity) yang dimiliki daerah, sehingga menimbulkan fiscal gap;
2. Kualitas layanan publik yang masih memperihatinkan menyebabkan produk layanan publik yang sebenarnya dapat dijual ke masyarakat direspon secara negatif. Keadaan
32
tersebut juga menyebabkan keengganan masyarakat untuk membayar pajak dan retribusi daerah;
3. Lemahnya infrastruktur prasarana dan sarana umum; 4. Tidak mencukupinya dana bantuan dari pusat terutama Dana
Alokasi Umum (DAU); 5. Belum diketahui potensi PAD yang mendekati kondisi riil.
Penerimaan sumber pendapatan daerah harus selalu berada pada
koridor hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
meskipun daerah sudah memiliki hak otonomi dan desentralisasi.
Klasifikasi sumber penerimaan tersebt telah diatur dalam Undang-
Undang seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Manajemen
pendapatan/penerimaan daerah pada hakikatnya merupakan
kemampuan daerah dalam menggali sebanyak-banyaknya potensi
daerah serta mengelolanya agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya
untuk pembiayaan pembangunan daerah.
2.1.3 Konsep Retribusi Daerah
Retribusi daerah pada umumnya merupakan salah satu sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan merupakan sumber pendapatan
penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) kedua setelah pajak
daerah. Dalam istilah asing retribusi ini disebut sebagai user charge,
eser fees atau charging for service (Mahmudi, 2010: 25). Retribusi
daerah mempunyai karakteristik yang berbeda dengan pajak daerah.
Pajak daerah merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah daerah
tanpa ada kontraprestasi langsung yang bisa diterima wajib pajak atas
pembayaran pajak tersebut. Sedangkan retribusi pajak imbalannya
33
dapat diterima secara langsung sesuai dengan nilai retribusi yang
dibayarkan.
Retribusi daerah adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada
negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi
penduduknya secara perorangan (Siahaan, 2005: 5). Kemudian
menurut Ahmad Yani (2009: 63), retribusi daerah adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan. Jasa tersebut dapat dikatakan
bersifat langsung, yaitu hanya yang membayar retribusi yang
menerima balas jasa dari negara.
Jasa yang dimaksud adalah kegiatan pemerintah daerah berupa
usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas atau
kemanfaatan lainnya, dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Bila seseorang ingin menikmati jasa yang disediakan oleh pemerintah
daerah, maka harus membayar retribusi yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Salah satu contoh jenis retribusi adalah
reribusi pasar yang dikelola oleh pemerintah. Setiap orang yang
memiliki tempat usaha di suatu pasar ingin mendapatkan pelayanan
atas tempat usaha yang dimilikinya di pasar tersebut baik berupa kios
ataupun los. Jumlah nominal retribusi yang dibayarkan disesuaikan
dengan objek yang diterima oleh masing-masing subjek retribusi pada
pasar tersebut.
34
Siahaan (2005: 7), menjelaskan beberapa ciri yang melekat pada
retribusi daerah di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-undang dan peraturan daerah yang berkenaan;
2. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah; 3. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontraprestasi
(balas jasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukannya;
4. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang dinikmasi oleh orang atau badan;
5. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan menerima jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
Objek retribusi adalah berbagai jenis jasa atau pelayanan
tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah. Tidak semua jasa
yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat dipungut retribusinya,
tetapi hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan
sosial-ekonomi layak dijadikan sebagai objek retribusi. Jasa tertentu
tersebut dikelompokan ke dalam tiga golongan, yaitu jasa umum, jasa
usaha dan perizinan tertentu.
1. Jasa umum, yaitu jasa yang yang disediakan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan
umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jasa
umum antara lain meliputi pelayanan kesehatan, pelayanan
persampahan dan pelayanan pasar. Jasa yang tidak termasuk jasa
umum adalah jasa urusan umum pemerintahan. Retribusi
pelayanan pasar merupakan salah satu jenis retribusi jasa umum
dari retribusi daerah. Pelayanan pasar adalah fasilitas pasar
35
tradisional/sederhana berupa pelataran dan los yang dikelola oleh
pemerintah daerah dan khusus disediakan untuk pedagang, tidak
termasuk yang dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta.
Subjek retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang
bersangkutan. Subjek retribusi jasa umum dapat ditetapkan
menjadi wajib retribusi jasa umum, yaitu orang pribadi atau badan
yang diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi jasa
umum.
2. Jasa usaha, yaitu jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah
dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya
dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Jasa usaha antara lain
meliputi penyewaan aset yang dimiliki/dikuasai oleh pemerintah
daerah, penyediaan tempat penginapan, usaha bengkel kendaraan,
tempat pencucian mobil dan penjualan bibit.
3. Perizinan tertentu, yaitu kegiatan tententu pemerintah daerah
dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan
yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian
dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan
sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu
guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan.
36
Besarnya retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang menggunakan jasa atau perizinan tertentu dihitung dengan cara
mengalikan tarif retribusi dengan tingkat penggunaan jasa. Tingkat
penggunaan jasa dapat dinyatakan sebagai kuantitas penggunaan jasa
sebagai dasar alokasi beban biaya yang dipikul daerah untuk
penyelenggaraan jasa yang bersangkutan, misalnya berapa kali masuk
tempat rekreasi, berapa kali/berapa jam parkir kendaraan dan
sebagainya. Akan tetapi ada pula penggunaan jasa yang tidak dapat
dengan mudah diukur. Dalam hal ini tingkat penggunaan jasa
mungkin perlu ditaksir berdasarkan rumus tertentu yang ditetapkan
oleh pemerintah daerah. Misalnya mengenai izin bangunan, dapat
diukur dengan luas tanah, luas lantai bangunan, jumlah tingkat
bangunan dan rencana penggunaan bangunan.
Tarif retribusi daerah adalah nilai rupiah atau persentase tertentu
yang ditetapkan untuk menghitung besarnya retribusi daerah yang
terutang. Tarif dapat ditentukan seragam atau dapat diadakan
pembedaan mengenai golongan tarif sesuai dengan prinsip dan sasaran
tarif tertentu, misalnya pembedan retribusi rekreasi antara anak dan
dewasa, retribusi parkir antara sepeda motor dan mobil dan retribusi
pasar antara kios dan los. Besarnya tarif dapat dinyatakan dalam
rupiah per unit tingkat penggunaan jasa. Pemungutan retribusi
dilakukan dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah
(SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan. SKRD adalah surat
37
ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi.
Dokumen lain yang dipersamakan antara lain berupa karcis masuk,
kupon dan kartu langganan.
Salah satu macam retribusi daerah adalah retribusi jasa umum.
Jasa umum merupakan jasa yang disediakan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan
masyarakat umum. Bentuk jasa umum yang disediakan atau diberikan
oleh Pemerintahan Daerah kepada masyarakat umum diwujudkan
dalam jasa pelayanan. Dengan demikian, Retribusi Jasa Umum adalah
retribusi yang dikenakan terhadap orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang disediakan atau
diberikan oleh Pemerintah.
Dalam menetapkan jenis retribusi ke dalam kelompok retribusi
jasa umum, kriteria yang digunakan adalah (Mardiasmo, 2006: 15):
1. Retribusi jasa umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa usaha atau retribusi perizinan tertentu;
2. Jasa tersebut termasuk dalam kelompok urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah dalam pelaksanaan desentralisasi;
3. Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar retribusi;
4. Jasa tersebut dianggap layak jika hanya disediakan kepada badan atau orang pribadi yang membayar retribusi;
5. Retribusi untuk pelayanan pemerintahan daerah itu tidak bertentangan dengan kebijakan nasional;
6. Retribusi tersebut dapat dipungut secara efektif dan efisien serta dapat merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial;
7. Pelayanan yang bersangkutan dapat disediakan secara baik dengan kualitas pelayanan yang memadai.
38
Jenis Retribusi Jasa Umum menurut Mardiasmo (2006: 15) yaitu:
1. Retribusi Pelayanan Kesehatan 2. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan 3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk
dan Akte Catatan Sipil 4. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat 5. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum 6. Retribusi Pelayanan Pasar 7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor 8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran 9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta 10. Retribusi Pengujian Kapal Perikanan
Adapun objek retribusi jasa umum adalah dalam bentuk
pelayanan, misalnya pelayanan kesehatan dan pelayanan persampahan
dengan pengecualian pelayanan mengenai urusan umum
pemerintahan. Untuk lebih jelas, berikut diuraian bentuk-bentuk objek
retribusi jasa pelayanan umum:
1. Pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan di puskesmas,
balai pengobatan dan rumah sakit umum daerah, tidak termasuk
pelayanan pendaftaran;
2. Pelayanan kebersihan dan persampahan meliputi pengambilan,
pengangkutan dan pembuangan serta penyediaan lokasi
pembuangan/pemusnahan sampah rumah tangga, sampah industri
dan sampah perdagangan, tidak termasuk pelayanan kebersihan
jasa umum, taman dan ruangan tempat umum;
3. Penggantian biaya cetak KTP dan akte catatan sipil. Akte catatan
sipil meliputi akte kelahiran, akte perkawinan, akte perceraian, akte
pengesahan dan pengakuan anak, akte ganti nama baik warga asing
dan akte kematian;
4. Pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat meliputi pelayanan
penguburan/pemakaman, pembakaran/pengabuan mayat dan sewa
39
tempat pemakaman atau penguburan/pengabuan mayat yang
dimiliki atau dikelola oleh pemerintah daerah;
5. Pelayanan parkir di tepi jalan umum adalah penyedian parkir di tepi
jalan umum yang ditentukan oleh pemerintah daerah;
6. Pelayanan pasar adalah fasilitas pasar tradisional/sederhana yang
berupa pelataran atau los yang dikelola oleh pemerintah daerah dan
khusus disediakan untuk pedagang, tidak termasuk yang dikelola
oleh perusahaan daerah pasar;
7. Pelayanan air bersih adalah pelayanan penyediaan fasilitas air
bersih yang dimiliki atau dikelola langsung oleh pemerintah
daerah, tidak termasuk pelayanan oleh perusahaan daerah air
minum (PDAM);
8. Pelayanan pengujian kendaraan bermotor meliputi pelayanan
pemeriksaan kendaraan bermotor sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku, yang diselenggarakan oleh pemerintah
daerah;
9. Pelayanan pemeriksaan alat pemadam kebakaran adalah pelayanan
pemeriksaan dan pengujian oleh pemerintah daerah terhadap alat-
alat pemadam kebakaran yang dimiliki atau dipergunakan oleh
masyarakat;
10. Pelayanan pengujian kapal perikanan adalah pelayanan pengujian
terhadap kapal penangkap ikan yang menjadi kewenangan
pemerintah daerah;
Selanjutnya, subjek retribusi jasa umum adalah orang pribadi
atau badan yang menerima dan menggunakan jasa atau pelayanan
40
yang diberikan oleh pemerintah daerah. Kemudian, dalam hal
penetapan tarif retribusi jasa umum pada dasarnya disesuaikan pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jenis-jenis
retribusi yang berhubungan dengan kepentingan nasional. Untuk
retribusi pelayanan pasar di Kabupaten Serang misalnya, diatur dan
ditentukan oleh Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Serang Nomor 1
Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum.
Retribusi daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD) terbesar kedua setelah pajak. Perbedaannya dengan
pajak yaitu berada pada kontraprestasi yang diterima oleh pihak yang
membayar. Retribusi merupakan pembayaran wajib atas jasa yang
diterima secara langsung. Terdapat tiga macam jenis retribusi, yaitu
retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan
tertentu. Retribusi pelayanan pasar merupakan salah satu jenis
retribusi jasa umum. Segala urusan mengenai pemungutan retribusi
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.1.4 Konsep Retribusi Pasar
Retribusi pasar atau retribusi pelayanan pasar merupakan salah
satu jenis retribusi jasa umum yang keberadaannya cukup
dimanfaatkan oleh masyarakat. Menurut penjelasan Peraturan
Pemerintah No. 66 Tahun 2001 yang dimaksud pelayanan pasar
adalah fasilitas pasar tradisional atau sederhana berupa pelataran, los
41
yang dikelola pemerintah daerah, yang khusus disediakan untuk
pedagang, tidak termasuk yang dikelola oleh Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) dan Pihak Swasta. Fasilitas-fasilitas lain yang
dikelola oleh pemerintah daerah untuk pedagang yaitu keamanan,
penerangan umum, penyediaan air, telepon, kebersihan dan
penyediaan alat-alat pemadam kebakaran.
Menurut Mahmudi dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Keuangan Daerah (2010: 73), retribusi pelayanan pasar adalah
pungutan sebagai pembayaran atas penggunaan, pemakaian dan
pemanfaatan kios, los atau toko di kawasan pasar dan tempat
perdagangan umum yang disediakan oleh pemerintah daerah. Salah
satu jenis pasar yang dikenakan retribusi pelayanan pasar adalah jenis
pasar umum.
2.1.5 Potensi Retribusi Pasar
Potensi adalah sesuatu yang sebenarnya sudah ada namun belum
didapat atau diperoleh di tangan (Mahmudi, 2010: 48). Untuk
mendapatkan atau memperolehnya diperlukan upaya-upaya tertentu.
Karena potensi tersebut sifatnya masih tersembunyi, maka perlu
diteliti besarnya potensi pendapatan yang ada. Analisis potensi
pendapatan bersifat luas sebab banyak faktor yang harus diidentifikasi
terkait dengan pendapatan. Identifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan merupakan bagian dari upaya mengenali
42
potensi pendapatan. Potensi pendapatan suatu daerah berbeda dengan
daerah lainnya, tergantung pada sumber daya yang dimiliki dan
kemampuan mengelolanya. Potensi tersebut dipengaruhi oleh faktor
demografi, sosiologi, ekonomi, budaya, geomorfologi dan lingkungan
yang berbeda-beda.
Menurut Mahmudi dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Keuangan Daerah (2010: 73), untuk menghitung potensi retribusi
pasar, perlu dikumpulkan data-data berikut:
1. Fasilitas pasar; 2. Jenis dagangan; 3. Jumlah petugas pemungut; 4. Tarif retribusi; 5. Jumlah kios dan los; 6. Luas pasar dan area kali lima; 7. Jumlah pedagang termasuk pedagang kaki lima; 8. Data penerimaan retribusi tahunan.
Adapun rumus dasar penghitungan potensi retribusi pasar umum
yang dikutip dari Mahmudi (2010: 73) yaitu:
[(Jml Kios x TR) + (Jml Los x TR) + (Jml K5 x TR)] x [Ʃ Aktivitas Pasar Sebulan x 12] Keterangan: Jml Kios : Jumlah Kios Jml Los : Jumlah Los Jml K5 : Jumlah Kaki Lima TR : Tarif Retribusi
Subjek dari retribusi pasar adalah orang pribadi atau badan yang
menerima dan menggunakan fasilitas pasar. Subjek retribusi pasar
dapat dikatakan pula sebagai wajib retribusi pasar. Sedangkan objek
retribusi pasar meliputi:
43
1. Penyediaan fasilitas pasar/tempat (Kios, Los, Front Toko, dan
Pelataran) pada pasar yang disediakan oleh pemerintah daerah;
2. Setiap kegiatan membongkar muatan hasil bumi, laut, ternak dan
barang dagangan lainnya pada radius 200 meter dari pasar;
3. Keramaian pasar;
4. Biaya balik nama pemakai.
Kemudian untuk mengetahui potensi pedagang yang ada di
pelataran (tidak terdaftar), maka perlu mengamati secara langsung
jumlah pedagang tersebut setiap harinya (Harun, 2003: 50). Cara
menghitungnya yaitu dengan mengalikan jumlah pedagang yang telah
diamati dikalikan dengan tarif retribusi per hari dan jumlah hari dalam
satu tahun, maka akan diperoleh jumlah potensi retribusi pasar untuk
pedagang pelataran atau kaki lima.
2.2 Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan acuan dalam penelitian ini, peneliti mengambil dua
acuan dari penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian ini.
Pertama, dari penelitian yang dilakukan oleh Betty Rahayu dalam sebuah
skripsi yang berjudul “Analisis Potensi Pajak Hotel terhadap Realisasi
Penerimaan Pajak Hotel di Kabupaten Gunung Kidul”, dari Universitas
Diponegoro Fakultas Ekonomika dan Bisnis tahun 2012. Dalam penelitian ini
Betty menggunakan teori/metode analisis dengan rumus perhitungan potensi
pajak hotel yang disampaikan oleh Harun (2011). Metode yang digunakan
44
yaitu kualitatif deskriptif dengan jenis data primer dan sekunder melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat selisih yang sangat besar antara potensi pajak hotel yang ada
dengan realisasi penerimaan pajak hotel yang terjadi serta penggalian potensi
pajak belum optimal.
Acuan yang kedua yaitu, dari penelitian yang dilakukan oleh Lina
Aliany, A. Yamang Peddere dan Muhammad Ashari dalam sebuah karya
penelitian yang berjudul “Menghitung Potensi Retribusi Parkir di Kota
Makassar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar potensi
retribusi parkir di Kota Makassar. Penelitian ini dilakukan di Kantor PD Parkir
Makassar Raya. Metode yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif dengan
jenis data primer dan sekunder melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa target dan realisasi parkir
setiap tahunnya mengalami peningkatan, Potensi Retribusi Parkir yang
dihitung lebih besar jika dibandingkan dengan realisasi pada Tahun 2011.
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini diantaranya yaitu PD
Parkir Makassar Raya harus selalu meningkatkan sosialisasi tentang retribusi
parkir dan pelayanan parkir kepada para pemakai jasa parkir, pihak PD Parkir
Makassar diharapkan terus memaksimalkan potensi penerimaan sehingga
dapat memberikan kontribusi pendapatan Kota Makassar, para juru pakir
(jukir) agar senantiasa transparan dalam melaporkan realisasi pendapatan
parkir kepada pihak manajemen PD Parkir.
45
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Salah satu isi dari kebijakan otonomi daerah adalah kewenangan untuk
menggali dan mengelola keuangan daerah sebagai modal untuk
penyelenggaraan segala urusan pemerintahannya. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang telah diubah kedua kalinya menjadi
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa
dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak yang diantaranya
yaitu hak mengelola kekayaan daerah dan hak memungut pajak daerah dan
retribusi daerah. Kemudian, berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah, sumber-sumber pendapatan daerah yaitu meliputi Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang
Sah. Sedangkan sumber Pendapatan Asli Daerah sendiri yaitu terdiri dari
Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
Retribusi Daerah memiliki peranan yang potensial sebagai sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, jenis retribusi daerah
yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan tertentu.
Kemudian, dalam Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Serang Nomor 1
Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum, pada Bab II Bagian Kesatu Pasal
2, salah satu jenis retribusi jasa umum adalah retribusi pasar atau retribusi
46
pelayanan pasar. Lokasi pasar yang diambil dalam penelitian ini yaitu Pasar
Petir di Kabupaten Serang.
Pasar Petir merupakan salah satu pasar yang ada di Kabupaten Serang
yang berada di bawah Diskoperindag Kabupaten Serang UPTD Pasar untuk
UPT Pasar Wilayah Tengah (Pasar Baros, Pasar Dukuh dan Pasar Petir).
Sebagai pasar tradisional Pasar Petir memiliki potensi yang cukup besar
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah, khususnya pendapatan retribusi
pasar atau pelayanan pasar. Retribusi pasar sebagai sumber potensial
penerimaan daerah harus dimaksimalkan perolehannya guna pembiayaan
pembangunan daerah.
Mengingat retribusi pasar merupakan salah satu sumber penerimaan
daerah yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan melihat potensi retribusi pasar yang sangat besar di Pasar
Petir, maka potensi retribusi pasar di Pasar Petir harus digali secara maksimal
serta perlu dilakukan upaya untuk mengatasi permasalahan dalam
pemungutan retribusi Pasar Petir demi meningkatkan pendapatan retribusi
pasar tersebut yang kemudian akan meningkatkan PAD. Penelitian yang
berjudul “Potensi Retribusi Pasar di Pasar Petir Kabupaten Serang”,
menggunakan teori/alat analisis dengan menggunakan Teori Penghitungan
Potensi Retribusi Pasar yang dikutip dari Mahmudi (2010: 73) dalam
bukunya yang berjudul Manajemen Keuangan Daerah. Teori tersebut
menggambarkan 8 (delapan) dimensi yang diperlukan dalam menganalisis
potensi retribusi pasar, kemudian peneliti menerapkan teori tersebut untuk
47
menemukan jawaban atas rumusan masalah dalam penelitian ini. Gambaran
kerangka pemikiran penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Peneliti: 2014
2.4 Asumsi Dasar
Berdasarkan hasil observasi awal dan kerangka pemikiran penelitian
yang telah dipaparkan, maka peneliti berasumsi bahwa Potensi Retribusi Pasar
di Pasar Petir Kabupaten Serang masih belum tergali secara maksimal
dikarenakan adanya permasalahan dalam pemungutan retribusi pasar di Pasar
Petir tersebut.
Potensi Retribusi Pasar di Pasar Petir Kabupaten Serang
Masalah dalam Pemungutan Retribusi Pasar di Pasar Petir Kabupaten Serang
8 Dimensi Potensi Retribusi Pasar (Mahmudi, 2010: 73)
1. Fasilitas pasar 2. Jenis dagangan 3. Jumlah petugas pemungut 4. Tarif retribusi 5. Jumlah kios dan los 6. Luas pasar dan area kaki lima 7. Jumlah pedagang termasuk PKL 8. Data penerimaan retribusi tahunan
Meningkatkan PAD
48
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Menurut Arikunto (2002: 136), metode penelitian adalah cara yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannnya. Sedangkan
menurut Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian
Administrasi (2005: 1), metode penelitian pada dasarnya merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Jadi
dapat dikatakan bahwa metode penelitian merupakan cara ilmiah yang
digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian.
Penelitian mengenai Potensi Retribusi Pasar di Pasar Petir Kabupaten
Serang ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dan berusaha
memahami makna di balik suatu peristiwa. Penelitian kualitatif dilakukan
karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena sosial yang bersifat
deskriptif.
Menurut Bogdan dan Taylor (Prastowo, 2011: 22) metode kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Menurut mereka, pendekatan ini lebih diarahkan pada latar dan individu
tersebut secara holistic (utuh). Kemudian, Kirk dan Miller dalam Moleong
49
Lexy (2005: 4) mendefinisikan kualitatif sebagai, tradisi tertentu dalam
pengetahuan ilmu sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan pada manusia dalam kawasan sendiri dan berhubungan dengan
orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Miles dan
Huberman (2009: 1) melanjutkan, data kualitatif yang lebih merupakan wujud
kata-kata daripada deretan angka-angka, senantiasa menjadi bahan utama bagi
ilmu-ilmu sosial tertentu, dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan
memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab-akibat dalam
lingkup pikiran orang-orang setempat dan memperoleh penjelasan yang
banyak dan bermanfaat. Objek dalam penelitian kualitatif terdiri atas tiga
komponen, yaitu place (tempat) dimana interaksi dalam situasi sosial
berlangsung, actor (pelaku) atau orang-orang yang sedang memainkan peran
tertentu dan activities (aktifitas) atau kegiatan yang telah dilakukan oleh aktor
dalam situasi sosial yang sedang berlangsung.
Melalui pendekatan kualitatif peneliti akan menjelaskan hasil temuan
lapangan dalam bentuk susunan kata-kata atau kalimat secara tertulis dan
dilengkapi dengan data-data dokumentasi seperti foto-foto atau gambar. Data
yang dikumpulkan dari lapangan adalah data yang didapatkan secara alamiah
dan apa adanya sesuai yang didapatkan oleh peneliti. Selain itu, peneliti
mengumpulkan data dengan cara bersentuhan langsung dengan situasi di
lapangan, misalnya dengan cara observasi berperanserta (Participant
Observation), wawancara mendalam (Indept Interview) serta diskusi dengan
informan.
50
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian
Secara ilmiah fokus penelitian digunakan sebagai dasar dalam
pengumpulan sata sehingga tidak terjadi bias terhadap data apa yang diambil.
Bagian ini membatasi dan menjelaskan substansi materi kajian penelitian yang
akan dilakukan. Penelitian yang berjudul Potensi Retribusi Pasar di Pasar Petir
Kabupaten Serang ini fokus penelitannya yaitu mengenai analisis potensi
retribusi pasar di Pasar Petir Kabupaten Serang serta menemukan jawaban atas
permasalahan yang ada dalam pemungutan retribusi pasar di Pasar Petir
tersebut, kemudian bagaimana agar potensi retribusi pasar tersebut dapat
tergali secara maksimal guna meningkatkan pendapatan daerah Kabupaten
Serang.
3.3 Lokasi Penelitian
Bagian ini menjelaskan lokasi atau tempat penelitian dilaksanakan.
Lokasi penelitian atau wilayah pencarian data dalam penelitian ini adalah di
Kabupaten Serang, yaitu pada instansi, lembaga, tempat-tempat dan pihak-
pihak yang terkait dalam Pemungutan Retribusi Pasar Petir Kabupaten Serang,
diantaranya yaitu, Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan
(Diskoperindag) Kabupaten Serang; Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Pasar; Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pasar Wilayah Tengah (Pasar Dukuh,
Pasar Ciruas dan Pasar Petir) - Pasar Petir dan pihak-pihak lainnya yang
terkait dengan Retribusi Pasar Petir.
51
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsep
1. Manajemen publik merupakan perpaduan dari perencanaan,
pengorganisasian dan pengendalian fungsi manajemen dengan
manajemen sumber daya manusia, keuangan, informasi fisik, dan
sumber daya politik. Manajemen publik merupakan sebuah kinerja
kompleks dari aktornya yaitu pemerintah dan seluruh pegawainya
untuk melayani publik dengan sebaik-baiknya dan publik merasa
terpenuhi semua keinginannya dengan bagusnya kinerja atau
pengaturan dari dalam organisasi publik itu sendiri.
2. Manajemen penerimaan atau pendapatan daerah sangat erat
kaitannya dengan kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola
potensi fiskal daerah. Potensi fiskal daerah adalah kemampuan
daerah dalam menghimpun sumber-sumber pendapatan yang sah.
Berhasil tidaknya pemerintah daerah dalam memperoleh
pendapatan daerah sangat dipengaruhi oleh sistem manajemen
pendapatan yang digunakan.
3. Retribusi daerah adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada
negara karena adanya jasa tertentu yang secarta langsung diberikan
oleh negara bagi penduduknya secara perorangan atau badan.
4. Pelayanan pasar adalah fasilitas pasar tradisional atau sederhana
berupa pelataran, los yang dikelola pemerintah daerah, yang
52
khusus disediakan untuk pedagang, tidak termasuk yang dikelola
oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Pihak Swasta.
5. Retribusi pasar atau pelayanan pasar adalah pungutan sebagai
pembayaran atas penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan kios,
los atau toko di kawasan pasar dan tempat perdagangan umum
yang disediakan oleh pemerintah daerah.
6. Potensi adalah sesuatu yang sebenarnya sudah ada namun belum
didapat atau diperoleh di tangan karena sifatnya yang cenderng
tersembunyi, maka perlu adanya upaya-upaya tertentu untuk
mendapatkannya.
7. Potensi retribusi pasar atau pelayanan pasar adalah potensi
pendapatan retribusi pelayanan pasar yang ada namun belum
tergali secara maksimal.
3.4.2 Definisi Operasional
1. Fasilitas pasar merupakan jenis pelayanan pasar yang disediakan
oleh Pemerintah Daerah dan diberikan kepada para pedagang atau
pengguna jasa pelayanan pasar. Fasilitas pasar dapat berupa fasilits
yang menjadi sumber retribusi pasar dan fasilitas pendukung
lainnya.
2. Jenis dagangan yaitu macam-macam rupa dan jenis barang
dagangan yang diperjualbelikan di pasar yang disesuaikan dengan
jenisnya serta penempatannya (zonasi). Misalnya, jenis dagangan
53
pakaian, bahan makanan (sembako), kelontongan, kantin dan
sebagainya.
3. Jumlah petugas pemungut yaitu para personil (kolektor) yang
ditunjuk atau ditugaskan oleh pihak yang berwenang untuk
memungut retribusi pada suatu pasar dimana jumlahnya
disesuaikan dengan luas area pasar. Selain petugas pemugut
retribusi ada juga petugas lain (Pejabat terkait) yang turut berperan
dalam retribusi pasar.
4. Tarif retribusi yaitu jumlah nominal tarif dalam satuan rupiah yang
harus dibayarkan oleh wajib retribusi kepada Pemerintah Daerah
sebagai penyedia jasa pelayanan pasar melalui petugas pemungut
(kolektor) sesuai dengan nilai jasa/pelayanan yang diterimanya.
5. Jumlah kios dan los yaitu jumlah unit fasilitas pasar yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah sebagai objek/sumber retribusi
pasar.
6. Luas pasar dan area kaki lima yaitu luas dari keseluruhan area
pasar termasuk area kaki lima dan area parkir yang digunakan
semaksimal mungkin untuk menjadi sumber potensi retribusi pasar
atau sumber pendapatan pasar secara umum.
7. Jumlah pedagang termasuk pedagang kaki lima yaitu jumlah
seluruh orang yang melakukan kegiatan berdagang atau jual beli di
pasar, baik pedagang yang di kios, los maupun pedagang kaki lima
54
dan pedagang asongan yang merupakan subjek utama sebagai
sumber/potensi retribusi pasar.
8. Data penerimaan retribusi mencakup data penerimaan retribusi
atau pendapatan retribusi pada suatu pasar termasuk target
pendapatannya, pencapaiannya serta proses penyetorannya ke Kas
Daerah.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri
(Human Instrument). Menjadi instrumen secara langsung, peneliti dituntut
untuk dapat memahami metode penelitian kualitatif dan masalah secara
mendalam. Menurut Irawan dalam bukunya yang berjudul Penelitian
Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial (2006: 17), satu-satunya
instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri.
Menurut Lofland dan Lofland (Basrowi & Suwandi, 2008: 169),
sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Jenis data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang diambil secara langsung tanpa perantara dari
sumbernya (Irawan, 2005: 55). Data primer dalam penelitian ini merupakan
data-data berupa kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati secara
langsung dari hasil wawancara dan observasi. Sedangkan data sekunder adalah
data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya (Irawan, 2005: 55).
55
Data sekunder dalam penelitian ini yaitu, data-data yang didapatkan berupa
dokumen tertulis, buku-buku, jurnal, peraturan-peraturan, surat kabar, karya
tulis ilmiah, gambar dan foto-foto hasil dokumentasi. Adapun alat-alat yang
digunakan dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu terdiri
dari pedoman wawancara, alat perekam (Handphone), buku catatan, alat tulis
dan kamera digital.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu:
1. Observasi
Observasi atau lebih umum dikenal dengan pengamatan. Observasi
dalam penelitian kualitatif merupakan teknik dasar yang biasa dilakukan
(Anis Fuad dan Nugroho, 2012: 18). Kemudian Moleong (2005: 175)
menjelaskan, alasan secara metodologis penggunaan observasi adalah,
pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif,
kepercayaan, perhatian, perilaku tidak sadar, kebiasaan dan sebagainya.
Melalui observasi ini, peneliti akan melihat sendiri pemahaman yang tidak
terucapkan (tacit understanding), bagaimana teori digunakan langsung
(theory-in use) dan sudut pandang responden yang mungkin tidak
tercungkil lewat wawancara atau survey (Alwasilah, 2006: 155).
Adapun, teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi berperanserta (Participant Observation) yang bersifat
pasif (Passive Participant Observation). Passive Participant Observation
adalah, peneliti datang ke kancah penelitian namun tidak ikut terlibat
dalam kegiatan narasumber yang diamati. Sehingga posisi peneliti dapat
56
dibedakan sebagai pihak luar, (Anis Fuad & Nugroho, 2012: 19). Ada
beberapa alasan mengapa dalam penelitian ini menggunakan teknik
observasi/pengamatam, seperti yang dikemukakan oleh Guba & Lincoln
dalam Moleong (2005: 174-175), diantaranya:
“Pertama, teknik ini didasarkan pada pengalaman secara langsung. Kedua, memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Ketiga, memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. Keempat, sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang didapatkannya ada yang bias. Kelima, memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit, karena harus memperhatikan beberapa tingkah laku yang kompleks sekaligus. Keenam, dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat”.
2. Wawancara
Peneliti menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur
(Unstructured Interview) untuk memperoleh data dalam penelitian ini.
Wawancara tidak terstruktur disebut juga wawancara terbuka. Wawancara
tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan instrumen yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya. Peneliti menggunakan pedoman wawancara
yang hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan,
(Sugiyono, 2009: 74).
Adapun wawancara yang dilakukan yaitu Indept Interview atau
wawancara secara mendalam dengan sumber data atau informan yang
menguasai dan memahami data yang akan dicari oleh peneliti. Wawancara
57
mendalam adalah suatu proses mendapatkan informasi untuk kepentingan
penelitian dengan cara dialog antara peneliti sebagai pewawancara dengan
informan atau yang memberi informasi dalam konteks observasi
partisipan, (Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2009: 131). Wawancara
mendalam dimaksudkan agar peneliti dalam melakukan pertanyaan-
pertanyaan dapat dilakukan secara bebas dan leluasa tanpa terikat oleh
suatu susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan. Wawancara mendalam
dilakukan dengan cara menciptakan suasana keakraban karena peneliti
membangun suasana “rapport” dengan lingkungan penelitian. Peneliti
berperan sebagai “tigger” yang menjadi pemimpin pemicu munculnya
jawaban-jawaban yang mendalam dan “crucial” yang diharapkan dari
informan yang menguasai dan memahami data/informasi yang diperlukan
dalam penelitian.
Pada proses wawancara mendalam, wawancara diawali dengan
pengantar, yaitu peneliti secara terbuka memperkenalkan diri dan
menjelaskan tujuan dari wawancara. Wawancara mendalam ini digunakan
untuk mencari data yang akan digunakan dalam mencari jawaban atas
perumusan masalah dalam penelitian ini. Pedoman wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa kisi-kisi wawancara yang
bersifat tidak terstruktur. Hal ini dimaksudkan agar pengambilan data
dalam penelitian kualitatif ini dapat berlangsung secara alami serta agar
peneliti dapat memperoleh informasi lebih mendalam mengenai objek
yang diteliti dan lebih banyak mendengarkan apa yang diungkapkan oleh
58
informan. Adapun pedoman wawancara dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara
No Dimensi Informan
1 Fasilitas pasar:
a. Apa saja fasilitas pasar yang menjadi potensi retribusi yang sekarang ada dan berapa jumlah masing-masing jenisnya
b. Selain jenis fasilitas tersebut adakah fasilitas pendukung lainnya yang memberikan kontribusi terhadap retribusi pasar atau pendapatan pasar secara umum (untuk parkir, MCK, kebersihan dan ketertiban)
I1, I2, I3, I4-1, I4-2
2 Jenis dagangan:
a. Bagaimana pengaturan jenis dagangan (zonasi) dan bagaimana kaitannya dengan pendapatan retribusi pasar
b. Apakah jenis dagangan mempengaruhi kemampuan membayar retribusi para pedagang
I1, I2, I3, I4-1, I4-2, I5-1, I5-2
3 Jumlah petugas pemungut: a. Apakah jumlah personil pemungut retribusi pasar
sudah sesuai/cukup dan bagaimana pembagian tugasnya
b. Apakah jumlah petugas pemungut retribusi pasar mempengaruhi pendapatan retribusi pasar, bagaimana kaitannya
c. Apakah sikap petugas pemungut retribusi pasar mempengaruhi pendapatan retribusi pasar, bagaimana kaitannya
d. Apakah perlu adanya petugas lain (pejabat terkait) selain pemungut retribusi untuk turun tangan dalam melakukan pemungutan retribusi pasar
e. Upaya apa saja yang sudah dilakukan petugas (pihak terkait) dalam hal retribusi pasar
I1, I2, I3, I4-1, I4-2, I5-1, I5-2
59
No Dimensi Informan
4 Tarif retribusi: a. Bagaimana kepatuhan pedagang dalam membayar
retribusi pasar sesuai dengan tarif yang ada pada Perda
b. Adakah rencana peningkatan tarif retribusi (untuk kios dan los) & bagaimana tanggapannya apabila ada peningkatan tarif (dari pedagang & petugas)
I1, I2, I3, I4-1, I4-2, I5-1, I5-2
5 Jumlah kios dan los: a. Seberapa banyaknya kios dan los yang aktif dan
non aktif b. Bagaimana untuk mengatasi kios dan los non aktif
agar menjadi aktif sebagai potensi retribusi pasar c. Adakah rencana penambahan unit baru pada jenis
objek yang sudah ada (kios dan los) untuk menambah potensi retribusi pasar
d. Adakah rencana penambahan jenis objek baru untuk menambah potensi retribusi pasar
I1, I2, I3, I4-1, I4-2
6 Luas area pasar: a. Bagaimana kesesuaian luas area pasar dengan
potensi/pendapatan retribusi yang ada b. Kesesuaian luas area pasar dengan jumlah unit
objek retribusi yang ada
I1, I2, I3, I4-1, I4-2
7 Jumlah pedagang: a. Bagaimana kesesuaian jumlah pedagang sebagai
subjek retribusi terhadap jumlah unit objek retribusi (kios dan los)
b. Apakah selain pedagang yang ada di kios dan los itu masih ada jenis pedagang lain yang bisa menjadi potensi retribusi pasar
c. Faktor apa saja yang melatarbelakangi kepatuhan pedagang dalam membayar retribusi
I1, I2, I3, I4-1, I4-2, I5-1, I5-2
8 Data penerimaan retribusi: a. Berapa target pendapatan retribusi pasar,
bagaimana jangka waktu penargetannya dan bagaimana pencapaiannya
b. Bagaimana proses penyetorannya ke Kas Daerah
I1, I2, I3
Peneliti: 2014
60
3. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan salah satu sumber data sekunder yang
diperlukan dalam sebuah penelitian. Menurut Guba & Lincoln dalam
Moleong (2005: 216-217), “dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun
film, gambar dan foto-foto yang dipersiapkan karena adanya permintaan
seseorang penyidik”. Selanjutnya, studi dokumentasi dapat diartikan
sebagai teknik pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis yang
diterbitkan oleh lembaga-lembaga yang menjadi objek penelitian, baik
berupa prosedur, peraturan-peraturan, gambar, laporan hasil pekerjaan
serta berupa foto ataupun dokumen elektronik (rekaman).
4. Studi Literature atau Kepustakaan
Studi literature atau kepustakaan adalah pengumpulan data
penelitian yang diperoleh dari berbagai referensi baik buku-buku ataupun
jurnal ilmiah yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.
3.6 Informan Penelitian
Informan merupakan sumber data kualitatif yang utama di samping
data-data lain yang diperoleh dari hasil studi pustaka. Informan merupakan
salah satu sumber data yang penting dalam penelitian ini. Teknik yang
digunakan dalam menentukan informan dalam penelitian ini adalah teknik
Purposive, yaitu teknik penentuan informan sebagai sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Artinya, peneliti mengambil sumber data dari beberapa
orang yang dianggap paling tahu, paling menguasai objek yang diteliti dan
61
mempunyai informasi yang relevan dengan penelitian. Seperti yang dikatakan
oleh Sugiyono (2009: 54), teknik Purposive adalah teknik pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Sugiyono melanjutkan,
pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu
tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga
akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.
Adapun informan yang telah peneliti tentukan dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
Tabel 3.2 Daftar Informan Penelitian
Kode Informan Informan Jumlah
I1
Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah (Pasar Petir) Dipskoperindag Kabupaten Serang
I1 : Bpk Ma’mum Dian Purnama
1 Orang
I2 Koordinator (Kepala) Pasar Petir
I2 : Bpk. H. Hasan 1 Orang
I3 Petugas Pemungut Retribusi (Kolektor) Pasar Petir
I3 : Bpk Wahyudi 1 Orang
I4 Staf Pasar Petir I4-1 : Bpk Mansur I4-2 : Bpk Saleh
2 Orang
I5 Pedagang (Wajib Retribusi) Pasar Petir
I5-1 : Ibu Siti Nasiroh I5-2 : Bpk Iwan Sopian
2 Orang
Total Informan 7 Orang
Peneliti: 2014
62
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Kegiatan analisis data dalam penelitian kualitatif, dimulai sejak
peneliti melakukan kegiatan pra-lapangan sampai dengan selesainya
penelitian. Analisis data dilakukan secara terus menerus tanpa henti
sampai data tersebut bersifat jenuh. Menurut Bogdan & Biklen dalam
Moleong (2005: 248), analisis data kualitatif adalah:
“Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain”.
Data yang terkumpul harus diolah sedemikian rupa sehingga
menjadi informasi yang dapat digunakan dalam menjawab perumusan
masalah yang diteliti. Aktifitas dalam menganalisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sampai datanya sudah jenuh. Model interaktif dalam
analisis data kualitatif dipakai untuk menganalisis data selama di
lapangan.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan
dan bahan-bahan lainnya sehingga dapat dengan mudah dipahami dan
temuannya dapat diinformasikan kepada yang lain. Teknik analisis
data kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap data-data non
angka, seperti wawancara atau catatan lapangan, buku-buku, artikel
63
juga termasuk non tulisan seperti foto, gambar atau film (Irawan,
2005: 19).
Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dimana
data yang diperoleh akan dianalisis dan dikembangkan menjadi
sebuah asumsi dasar. Kemudian data-data lain terus dikumpulkan dan
ditarik kesimpulan. Kesimpulan tersebut akan memberikan suatu hasil
akhir apakah asumsi dasar yang telah dibuat sesuai dengan data yang
ada atau tidak.
Gambar 3.1 Analisis Data menurut Miles & Huberman
Sumber: Bungin (2005: 69)
Data Collection
Conclution Drawing & Verifying
Data Display
Data Reduction
64
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa pada proses
penelitian peneliti akan melakukan kegiatan berulang-ulang secara
terus menerus. Bagian-bagian tersebut merupakan sesuatu yang jalin
menjalin pada saat, sebelum dan sesudah pengumpulan data. Untuk
lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Dalam proses penelitian kualitatif, data yang didapatkan dari
berbagai sumber tentu jumlahnya sangat banyak semakin lama
peneliti berada di lapangan, maka data yang didapatkan akan
semakin kompleks dan rumit, sehingga apabila tidak segera diolah
akan dapat menyulitkan peneliti. Oleh karena itu, proses analisis
data pada tahap ini harus dilakukan oleh peneliti. Untuk
memperjelas data yang didapatkan dan mempermudah peneliti
dalam pengumpulan data selanjutnya, maka dilakukan reduksi
data.
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang
muncul di lapangan. Reduksi data berlangsung dalam proses
pengumpulan data masih berlangsung. Pada tahap ini juga akan
berlangsung kegiatan pengkodean, meringkas dan membuat partisi
(bagian-bagian), proses transformasi ini berlanjut terus sampai
laporan akhir penelitian tersusun lengkap.
65
2. Penyajian Data (Data Display)
Langkah penting selanjutnya dalam kegiatan analisis data
kualitatif adalah penyajian data. Secara sederhana penyajian data
dapat diartikaan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Dalam sebuah penelitian kualitatif,
penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Namun
pada penelitian ini, penyajian data yang dilakukan adalah bentuk
teks narasi.
3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan (Verification)
Langkah ketiga dalam tahapan analisis interaktif adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan
pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti dari hubungan-
hubungan, mencari keteraturan, pola-pola dan menarik
kesimpulan.
Asumsi dasar dan kesimpulan awal yang dikemukakan di
awal masih bersifat sementara dan akan terus berkembang selama
proses pengumpulan data masih berlangung. Akan tetapi, apabila
kesimpulan tersebut didukung oleh bukti-bukti (data) yang valid
dan konsisten yang peneliti temukan di lapangan, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.
66
3.7.2 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif sebagai metode
primer atau metode utama yang digunakan oleh peneliti adalah uji
kredibilitas data, yaitu:
1. Triangulasi
Triangulasi adalah proses check and recheck antara satu
sumber data dengan sumber data lainnya. Triangulasi antara lain
terdiri dari: 1) Triangulasi Teknik, yaitu menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda, 2) Triangulasi Sumber, yaitu untuk
menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, 3) Triangulasi
Waktu, yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain
dalam waktu atau situasi yang berbeda. Dalam penelitian ini
triangulasi yang digunakan oleh peneliti adalah triangulasi teknik
dan triangulasi sumber.
2. Membercheck
Membercheck merupakan proses pengecekan data yang
diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck
adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai
dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Sehingga, data yang
diperoleh dapat terjamin keabsahannya.
67
3.8 Jadwal Penelitian
Adapun waktu penelitian yaitu dilaksanakan mulai Bulan Maret 2014
sampai dengan Bulan Mei 2015. Jadwal penelitian ini dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian
N
o Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Tahun 2014-2015
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
1 Pengajuan Judul
2
Proses Bimbingan
dan Penyusunan
Proposal
3 Seminar Proposal
4 Pengumpulan Data
di Lapangan
5 Penyusunan
Bab IV-V
6 Sidang Skripsi
7 Revisi Skripsi
Peneliti: 2015
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Serang
Kabupaten Serang terletak di ujung barat bagian utara Pulau
Jawa dan merupakan pintu gerbang utama yang menghubungkan Pulau
Sumatera dengan Pulau Jawa, berjarak ± 70 km dari Ibukota Jakarta.
Kabupaten Serang merupakan salah satu dari 4 Kabupaten dan 4 Kota
di wilayah Provinsi Banten yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten
Pandeglang, Kabupaten Tangerang, Kota Serang, Kota Cilegon, Kota
Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. Saat ini (sejak 28 Juli 2010),
Kabupaten Serang dipimpin oleh Bupati H. A. Taufik Nuriman dan
Wakil Bupati Hj. Rt. Tatu Chasanah.
Secara geografis wilayah Kabupaten Serang terletak pada
koordinat 5°50’ sampai dengan 6°21’ Lintang Selatan dan 105°0’
sampai dengan 106°22’ Bujur Timur. Jarak terpanjang menurut garis
lurus dari Utara ke Selatan adalah sekitar 60 Km dan jarak terpanjang
dari Barat ke Timur adalah sekitar 90 Km. Dengan luas wilayah
1.467,35 Km2, secara administratif Kabupaten Serang terdiri atas 28
Kecamatan dan 308 Desa.
Kedudukan batas administratif wilayah Kabupaten Serang yang
berbatasan langsung dengan wilayah lain adalah sebagai berikut:
69
1. Sebelah Utara dengan Laut Jawa
2. Sebelah Timur dengan Kabupaten Tangerang
3. Sebelah Barat dengan Kota Cilegon dan Selat Sunda
4. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Lebak dan Pandeglang.
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Serang
Sumber: serangkab.go.id, 2014
Secara fisik, Kabupaten Serang merupakan daerah yang sangat
potensial dan amat diuntungkan. Posisi geografis dalam aksesibilitas
keluar wilayah Kabupaten Serang cukup strategis, karena dilalui oleh
Jalan Tol Jakarta - Merak yang merupakan akses utama menuju
Sumatera melalui Pelabuhan penyeberangan Merak dan sebagai daerah
penyangga (hinterland) Ibukota Negara, mengingat jaraknya jika
diukur melalui jalan Tol Jakarta - Merak hanya 70 Km.
70
Luas wilayah administratif tercatat 1.467,35 Ha yang terbagi
atas 28 Wilayah Kecamatan, 308 Desa. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Serang
No Nama Kecamatan
Ibukota Kecamatan
Luas (Km²)
Jumlah Desa/
Kelurahan 1 Anyer Anyer 56,81 10 2 Bandung Bandung 25,18 8 3 Baros Baros 44,07 14 4 Binuang Binuang 26,17 7 5 Bojonegara Bojonegara 30,30 10 6 Carenang Panenjoan 36,40 10 7 Cikande Cikande 50,53 12 8 Cikeusal Cikeusal 88,25 15 9 Cinangka Cinangka 111,47 13 10 Ciomas Sukadana 48,52 10 11 Ciruas Citerep 40,61 16 12 Gunungsari Gunungsari 48,60 7 13 Jawilan Jawilan 38,95 9 14 Kibin Kibin 33,51 9 15 Kragilan Kragilan 51,56 14 16 Kramatwatu Kramatwatu 48,59 14 17 Kopo Kopo 44,69 10 18 Mancak Labuan 74,03 13 19 Pabuaran Pabuaran 79,14 7 20 Padarincang Padarincang 99,12 13 21 Pamarayan Pamarayan 41,92 9 22 Petir Petir 46,94 12 23 Pontang Pontang 64,85 15 24 Pulo Ampel Sumuranja 32,56 9 25 Tanara Cerukcuk 49,30 9 26 Tirtayasa Tirtayasa 64,46 14 27 Tunjung Teja Tunjung Teja 39,52 8 28 Waringin Kurung Waringin Kurung 51,29 11
Jumlah 1.467,35 308 Sumber: serangkab.go.id, 2011 (Data Diolah)
71
1. Topografi
Kondisi topografi Kabupaten Serang berada dalam
ketinggian 0 - 1.778 mdpl dan pada umumnya tergolong pada kelas
topografi lahan dataran dan bergelombang. Pada umumnya (>
97,5%) wilayah Kabupaten Serang berada pada ketinggian kurang
dari 500 mdpl. Ketinggian 0 m dpl membentang dari Kecamatan
Tirtayasa sampai Kecamatan Cinangka di pantai barat selat Sunda
dan ketinggian 1778 m dpl terdapat di puncak Gunung Karang
yang terletak disebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Pandeglang.
2. Hidrologi
Kondisi Hidrologi di Kabupaten Serang ditandai dengan
terdapatnya Daerah-daerah Aliran Sungai (DAS). Pengelolaan
sungai mengatur adanya Satuan Wilayah Sungai (SWS) dan
Daerah Aliran Sungai (DAS). Secara umum, baik SWS maupun
DAS yang ada di Kabupaten Serang relatif tidak luas. Sungai-
sungai yang terdapat di Kabupaten Serang memiliki lebar yang
relatif kecil (lebar kurang dari 50 m) dan pendek (panjang kurang
dari 100 km). Selain itu terdapat DPS (Daerah Pengelolaan
Sungai), yakni pengelolaan satu atau beberapa DAS secara
bersama yang dilakukan dalam pelaksanaan perencanaan dan
pengelolaan karena faktor efisiensi dana dan pelaksanaan. SWS
yang terdapat di Kabupaten Serang, yaitu Ciujung-Ciliman, terdiri
72
atas DAS-DAS Cidurian, Ciujung, Cibanten, dan Cidanau. DAS-
DAS tersebut terdiri dari sub-sub DAS dengan rincian luas sebagai
disajikan pada Tabel 1.3. Sungai yang besar adalah Cidurian dan
Ciujung. Sungai Cidurian berhulu di Kabupaten Tangerang.
Sebagian besar sungai mengalir ke arah utara menuju Laut Jawa.
DAS Cidanau mengalir ke barat, Selat Sunda. Di sebelah
selatannya terdapat DAS Ciliman di mana terdapat dua arah
pengaliran, yang pada umumnya mengalir ke utara menuju Laut
Jawa atau Teluk Banten, dan sebagian ke barat menuju Selat
Sunda.
Ditinjau dari fisiografi dan morfologi permukaan tanahnya,
sebagian besar (sekitar 35 %) bagian utara Kabupaten Serang
merupakan hilir tata air permukaan yang mengarah ke Laut Jawa
bagian barat daya, khususnya ke Teluk Banten. Dari 35 % tersebut,
sekitar 25 % merupakan daerah perbukitan sangat rendah atau
mengalami pendataran sangat aktif (peneplainisasi) dan 10 %
berupa dataran pesisir. Aliran air permukaan yang besar terutama
berasal dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidurian dan DAS
Ciujung. Sekitar 50 % merupakan perbukitan daerah hulu terutama
di bagian selatan dan sedikit di utara-barat laut, yaitu Kecamatan
Bojonegara dan Kecamatan Pulo Ampel. Sisanya sekitar 14 %
merupakan wilayah perbukitan yang mengarahkan aliran air
permukaannya ke arah barat di Selat Sunda terutama dari DAS
73
Ciliman, dengan dataran pesisir hilirnya di sebelah barat yang
sangat sempit (1 %).
3. Wilayah Pengembangan
a. Sentra Kawasan Pengembangan Serang Barat
SKP Serang Barat meliputi Anyar, Mancak, Cinangka,
Waringin Kurung dan Kecamatan Gunungsari. Pusat
pengembangan yang direncanakan adalah di Anyar. Arahan
pengembangan:
1) Pengembangan Pariwisata di Kec. Anyar dan Cinangka;
2) Pengembangan Jasa dan Perdagangan pendukung sektor
pariwisata;
3) Pengembangan Pemukiman;
4) Kawasan Konservasi DAS Cidano, Pertanian dan
Perikanan.
b. Sentra Kawasan Pengembangan Serang Selatan
SKP Serang Selatan meliputi Kecamatan Padarincang,
Ciomas, Pabuaran, Baros, Cikeusal, Petir dan Tunjung Teja
dengan Pusat Pengembangan di Kecamatan Ciomas. Arahan
pengembangan:
1) Pengembangan Pertanian Lahan Kering dan Pertanian
Lahan Basah, Pengembangan Ternak Besar, Ternak Kecil,
dan Unggas;
2) Pengembangan Konservasi Lahan untuk melindungi
catchment area Rawa Dano;
74
3) Pengembangan Kawasan Hutan Lindung dan Cagar Alam;
4) Pengembangan Industri dan Pariwisata;
5) Pengembangan Perikanan Air Tawar, Padi, dan Sayuran.
c. Sentra Kawasan Pengembangan Serang Utara
SKP Serang Utara meliputi Kecamatan, Pontang,
Tirtayasa, Tanara, Ciruas dan Carenang. Pusat Pengembangan
adalah Kecamatan Tirtayasa. Arahan pengembangan:
1) Pengembangan Pariwisata;
2) Pengembangan Pelabuhan;
3) Pengembangan Pusdiklat;
4) Pengembangan Pertanian Lahan Basah;
5) Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Pantai;
6) Pengembangan Perikanan dan Ternak Unggas;
7) Pengembangan Agro-Industri;
d. Sentra Kawasan Pengembangan Serang Timur
SKP Serang Timur meliputi Kecamatan Kragilan,
Cikande, Kibin, Kopo, Jawilan, Binuang, Bandung, Pamarayan
dengan pusat pengembangan di Kecamatan Cikande, Kragilan
dan Ciruas. Arahan pengembangan:
1) Pengembangan Aneka Industri, Agro Industri dan Industri
Kecil/Kerajinan Rakyat;
2) Pengembangan Permukiman;
3) Pengembangan Pertanian Lahan Kering;
75
4) Pengembangan Industri Peternakan, Perdagangan dan Jasa.
e. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bojonegara
KEK meliputi Kecamatan Bojonegara, Puloampel dan
Kramatwatu. Arahan pengembangan:
1) Pengembangan Pusat Pelabuhan Samudera;
2) Pengembangan Jasa dan Perdagangan;
3) Pengembangan Permukiman;
4) Pengembangan Pertanian Lahan Kering dan Kehutanan.
4. Potensi Unggulan Daerah
Dinamika investasi strategis di Kabupaten Serang pada
umumnya banyak mengalami perubahan yang cukup mendasar.
Pengaruh kebijakan pemerintah banyak membawa dampak bagi
pengembangan wilayah Kabupaten Serang. Salah satu
kebijaksanaan pokok yang membawa dampak tersebut adalah
reformasi politik yang membawa pengaruh bagi perkembangann
kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang menjadi
unsur pokok dalam berinvestasi.
Tingkat kegiatan perekonomian daerah sangat tergantung
pada faktor-faktor produksi, yaitu: modal, tenaga kerja, kekayaan
alam, dan teknologi. Keempat faktor tersebut diupayakan
pemanfaatannya agar berdampak pada peningkatan kondisi per
kapita. Pada umumnya dibarengi oleh alokasi sumber daya dengan
penurunan proporsi angkatan kerja yang dipekerjakan dalam
76
kegiatan primer dan kenaikan proporsi dalam kegiatan sekunder,
dan kemudian disusul dengan kenaikan dalam kegiatan tersier.
Kegiatan industri merupakan salah satu sektor yang diunggulkan
Kabupaten Serang. Pusat kegiatan industri terdapat di Kawasan
Bojonegara dan Serang Timur khususnya di Kawasan Cikande.
Jenis tanaman yang tumbuh di Kabupaten Serang, adalah
tanaman yang biasa hidup di daerah tropis seperti pisang, duren,
kecapi, jambu air, jambu batu, salak, nanas, pepaya. Tanaman
tersebut umumnya dikelola oleh masyarakat. Sedangkan tanaman
yang dikelola oleh perkebunan besar dan perkebunan rakyat
meliputi cengkeh, jambu mete, kelapa, kopi, kapuk, karet, kakau,
kemiri, lada, melinjo pala dan panili. Selain itu terdapat pula
tanaman obat-obatan seperti jahe, kunyit, kencur, kapulaga,
lengkuas dan temu lawak.
Jenis fauna di Kabupaten Serang terdapat lebih dari 50 jenis
burung pemakan ikan yang bermukim di Pulau Dua. Kawasan ini
merupakan tempat transitnya berbagi jenis burung dari kawasan
Asia, Australia dan Afrika. Di kawasan lain Kabupaten Serang
terdapat juga burung jenis bangau, blekok, elang putih, elang
hitam, kuntul, kokok beluk, pecuk ular dan tongtong. Binatang
mamalia banyak terdapat di Rawa Dano seperti babi hutan, kalong,
lutung, monyet dan tupai. Sedangkan binatang besar/buas sudah
jarang dijumpai, hal ini disebabkan tidak ada lagi hutan lebat
77
sebagai habitatnya. Dalam program pelestarian flora dan fauna, di
Kabupaten Serang tersedia cagar alam, hutan lindung, hutan
mangrove (bakau) dan kawasan suaka marga satwa.
5. Visi Kabupaten Serang
"Terwujudnya Masyarakat Yang Berkualitas Menuju Kabupaten
Serang Yang Agamis, Adil Dan Sejahtera"
6. Misi Kabupaten Serang
1) Memantapkan fungsi dan peran agama sebagai landasan moral
dan spiritual dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan
bernegara;
2) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sehat,
cerdas, berakhlaqulkarimah dan berbudaya;
3) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana, prasarana dan
fasilitas pelayanan dasar di semua wilayah;
4) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi berbasis potensi lokal
serta memperkuat struktur perekonomian daerah;
5) Meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan hidup;
6) Mengembangkan kawasan strategis, cepat tumbuh, pesisir dan
pulau-pulau kecil;
7) Meningkatkan penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang
baik serta didukung kondisi sosial, politik, keamanan dan
demokratis.
78
4.1.2 Gambaran Umum Keadaan Pasar Petir Kabupaten Serang
Pasar Petir merupakan salah satu pasar tradisional yang ada di
Kabupaten Serang Provinsi Banten, tepatnya berada di Jalan Raya
Petir-Serang, Kampung Pesanggrahan, Desa Mekar Baru, Kecamatan
Petir. Pasar Petir merupakan salah satu pusat kegiatan jual beli bagi
masyarakat Kecamatan Petir dan sekitarnya mulai dari masyarakat
menengah ke bawah sampai masyarakat menengah ke atas. Sebagai
pasar tradisional, Pasar Petir memegang peranan yang sangat penting
dalam kegiatan perekonomian khususnya dalam kegiatan
perekonomian rakyat terutama bagi masyarakat menengah ke bawah.
Gambar 4.2 Pasar Petir
Sumber: Peneliti (22-09-2014)
79
Ruang lingkup pangsa pasar di Pasar Petir cukup luas,
mengingat Pasar Petir merupakan pasar tradisional yang terbesar yang
ada di Kabupaten Serang wilayah tengah. Hal tersebut menjadi
peluang besar bagi Pasar petir untuk menarik konsumen dan untuk
mengembangkan Pasar Petir menjadi pasar tradisional percontohan.
Ruang lingkup pangsa pasar yang dimaksud yaitu diantaranya
masyarakat sekitar wilayah Kecamatan Petir yang merupakan
konsumen utama untuk Pasar Petir yang meliputi masyarakat Desa
Mekar Baru, Desa Tambiluk, Desa Petir, Desa Sanding, Desa Seuat,
Desa Sindang Sari, Desa Cireundeu dan seluruh Desa yang ada di
Kecamatan Petir serta kecamatan-kecamatan di sekitar Pasar Petir
diantaranya yaitu Kecamatan Tunjung Teja, Kecamatan Cikeusal dan
Kecamatan Pamarayan.
Pasar Petir secara administratif berada di bawah Dinas Koperasi,
Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Serang,
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pasar untuk Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Pasar Wilayah Tengah yang meliputi Pasar Petir, Pasar
Baros dan Pasar Dukuh. Pasar Petir merupakan pasar tradisional
terbesar yang ada di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pasar wilayah
tengah. Selain itu, lokasi pasar Petir juga cukup strategis dan
tempatnya mudah diakses. Pasar Petir berada pada jalur khatulistiwa
yang menghubungkan Kabupaten Serang, Kota Serang dan Kabupaten
Lebak. Luas Pasar Petir adalah 9.777 M2.
80
Gambar 4.3 Bagan Struktur Organisasi UPT Pasar Wilayah Tengah
Sumber: UPT Pasar Petir (2014)
Fasilitas yang ada di Pasar Petir yaitu berupa deretan kios dan
los, lahan parkir, kantor pengelola Pasar Petir, tempat penampungan
sampah, toilet dan mushola. Fasilitas yang dikelola oleh Diskoperindag
Kabupaten Serang UPTD Pasar yaitu berupa fasilitas tempat berjualan
yang saat ini hanya terdiri dari kios dan los. Fasilitas kebersihan Pasar
Petir melalui UPTD Pasar Diskoperindag Kabupaten Serang
bekerjasama dengan Dinas Tata Ruang, Bangunan dan Perumahan
(DTRBP) Kabupaten Serang. Kemudian untuk Fasilitas keamanan
Pasar Petir dikelola oleh petugas internal Pasar Petir. Sumber dana
untuk kemananan dan kebersihan Pasar Petir berasal dari iuran harian
para pedagang. Adapun kios dan los yang disediakan di Pasar Petir
Kepala UPT Ma’mum Dian Purnama
NIP. 196405111993031007
Kasubag TU Rosmawirna
NIP. 196405111993031007
Koordinator Pasar Petir H. Hasan
Petugas Kebersihan 1. Yusa 2. Dulmuti 3. Ro’i
Petugas Ketertiban 1. Mansur 2. M. saleh
Petugas Retribusi 1. Wahyudi 2. Teni Niteni
81
yaitu kios dengan ukuran 2,5 x 2,5 M2, lantai keramik, plafon triplek,
atap asbes dan penutup pintu rolling atas-bawah.
Tabel 4.2 Jenis dan Jumlah Fasilitas yang Dimiliki oleh Pasar Petir
Kabupaten Serang 2013
No Jenis Fasilitas Jumlah Fasilitas
1 Kios 290 unit
2 Los 88 unit
3 Kantor Administrasi Pasar 1 unit
4 Mushola 1 unit
5 Toilet Umum / MCK 2 unit (7 kamar)
6 Lahan Parkir 2 unit
7 Tempat Penampungan Sampah 1 unit Sumber: UPT Pasar Petir, 2014 (Data diolah)
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Daftar Informan Penelitian
Penelitian yang berjudul Potensi Retribusi Pasar di Pasar Petir
Kabupaten Serang ini, pada metode kualitatif sebagai metode primer,
teknik pemilihan informan yaitu menggunakan teknik Purposive
(bertujuan). Adapun informan yang peneliti tentukan merupakan
orang-orang yang menurut peneliti memiliki informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian ini, karena informan tersebut merupakan
orang-orang yang memang pekerjaannya berkecimpung atau berurusan
dengan permasalahan yang diteliti.
82
Informan dalam penelitian ini adalah semua pihak yang terlibat
dalam Pemungutan Retribusi Pasar Petir, mulai dari Kepala UPTD
Pasar Wilayah Tengah (Pasar Dukuh, Pasar Ciruas dan Pasar Petir),
Koordinator Pasar Petir (Kepala Pasar), Kolektor retribusi di Pasar
Petir, para pedagang di Pasar Petir (Wajib Retribusi). Adapun nama-
nama informan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.3 Daftar Informan Penelitian
No Nama Informan Jabatan Keterangan
1 Bapak Ma’mun Dian Purnama
Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah UPTD Pasar Diskoperindag Kabupaten Serang
Key Informan
2 Bapak Hasan Koordinator Pasar Petir (Kepala Pasar)
Key Informan
3 Bapak Wahyudi kolektor retribusi pasar di Pasar Petir
Key Informan
4 Bapak Mansur Staf Pasar Petir Key Informan
5 Bapak Saleh Staf Pasar Petir Secondary Informan
6 Ibu Siti Nasiroh
salah satu pedagang (Wajib Retribusi) yang menggunakan jasa kios di Pasar Petir
Secondary Informan
7 Bapak Iwan Sopian
salah satu pedagang (Wajib Retribusi) yang menggunakan jasa kios di Pasar Petir
Secondary Informan
Sumber: Peneliti (2014)
4.2.2 Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data
yang telah didapatkan dari hasil pencarian data penelitian di lapangan.
83
Sebagaimana diketahui metode kualitatif adalah sebagai metode
primer atau metode utama dalam metode kombinasi/campuran (mixed
method) yang digunakan dalam penelitian ini, maka deskripsi data
yang utama dilakukan adalam deskripsi data kualitatif. Maka data yang
diperoleh yaitu bersifat deskriptif dalam bentuk susunan kata-kata dan
kalimat dari hasil wawancara dengan informan penelitian, hasil
observasi lapangan, catatan lapangan serta hasil dokumentasi lainnya
yang relevan dengan penelitian ini.
Pencarian data dilakukan dengan mengumpulkan data-data
melalui wawancara kepada sejumlah informan yang memiliki
informasi tentang masalah yang diteliti. Data-data tersebut adalah data-
data yang berkaitan dengan potensi retribusi pasar di Pasar Petir
Kabupaten Serang. Data-data yang ditelah dikumpulkan kemudian
dianalisa sehingga menghasilkan suatu pemahaman dari data yang
didapatkan.
Selain data-data hasil wawancara dengan informan, ada juga
data-data lain yang peneliti kumpulkan seperti dokumen-dokumen baik
dalam bentuk hard copy ataupun soft copy yang peneliti dapatkan dari
Instansi-instansi yang menjadi lokasi penelitian serta data-data dari
internet yang relevan dengan masalah penelitian. Selain itu, data-data
lain yaitu berupa foto-foto hasil dokumentasi, baik dokumentasi yang
berkaitan dengan masalah penelitian maupun dokumentasi dalam
proses penelitian.
84
Penelitian kualitatif merupakan penelitian investigasi sehingga
data yang didapatkan harus dikonfirmasi ulang tidak hanya dari satu
sumber data atau informan, tetapi dari sumber lain yang memang
memiliki informasi yang sesuai dengan fokus penelitian. Sesuai
dengan teknik pengecekan data yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, maka data yang didapatkan kemudian diuji kembali
dengan metode triangulasi.
Data-data yang telah diperoleh dipaparkan ke dalam bentuk
tertulis kemudian dilakukan pengkodean (coding) untuk memudahkan
dalam menyusun jawaban penelitian. Pengkodean yang dimaksud
yaitu:
Tabel 4.4 Pengkodean (coding)
No Kode Keterangan
1 Q menunjukan item pertanyaan
2 A menunjukan item jawaban
3 I1 menunjukan informan Kepala UPT pasar Wilayah Tengah (Pasar Petir) UPTD Pasar Diskoperindag Kabupaten Serang
4 I2 menunjukan informan dari Koordinator (Kepala/Mantri) Pasar Petir
5 I3 Kolektor atau Pemungut Retribusi Pasar Petir 6 I4-1 - I4-2 menunjukan informan dari Staf Pasar Petir
7 I5-1 - I5-2 menunjukan informan dari pihak Pedagang (Wajib Retribusi) Pasar Petir)
Sumber: Peneliti (2014)
85
Hasil pengkodean yang telah dilakukan kemudian dikategorikan
berdasarkan jawaban-jawaban yang sama yang berkaitan dengan
pembahasan. Kategorisasi ini dilakukan untuk mempermudah peneliti
dalam membaca dan menelaah jawaban-jawaban tersebut sehingga
mudah dipahami.
4.2.3 Hasil Penelitian
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menganalisis data-data hasil wawancara, observasi maupun data-data
dari dokumen-dokumen yang didapatkan selama proses penelitian.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara terus
menerus sejak data awal dikumpulkan sampai dengan penelitian
berakhir. Untuk mengupas permasalahan dalam penelitian yang
berjudul Potensi Retribusi Pasar di Pasar Petir Kabupaten Serang
peneliti menggunakan teori Potensi Retribusi Pasar dari Mahmudi
(2010: 73) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Keuangan
Daerah yang memberikan 8 (delapan) dimensi dalam menganalisis
potensi retribusi pasar, yaitu:
1. Fasilitas Pasar; 2. Jenis Dagangan; 3. Jumlah Petugas Pemungut; 4. Tarif Retribusi; 5. Jumlah Kios dan Los; 6. Luas Pasar dan Area Kaki Lima; 7. Jumlah Pedagang termasuk PKL; 8. Data Penerimaan Retribusi Tahunan.
86
1. Fasilitas Pasar
Fasilitas pasar merupakan jenis pelayanan pasar yang
disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada para
pedagang atau pengguna jasa pelayanan pasar. Fasilitas pasar
tersebut dapat berupa sarana atau tempat berdagang maupun
fasilitas pendukung lainnya. Fasilitas tempat berdagang yang ada
di Pasar Petir saat ini yaitu berupa kios 290 unit dan los 88 unit
yang merupakan sumber potensi retribusi pasar di Pasar Petir.
Selain kios dan los ada juga fasilitas pendukung lainya yaitu
kantor administrasi pasar, mushola, toilet umum/MCK, lahan
parkir dan tempat penampungan sampah. Beberapa di antara
fasilitas pendukung tersebut ada yang berkaitan atau memberikan
kontribusi secara langsung maupun tidak langsung pada
pendapatan retribusi Pasar Petir maupun pendapatan Pasar Petir
secara umum. Hal ini dijelaskan oleh I1, sebagai berikut:
“Fasilitas yang ada di Pasar Petir itu kios 290 unit dan los 88 unit, selain itu kantor sebagai fasilitas pendukung, toilet dan mushola termasuk fasilitas umum atau fasilitas pendukung di Pasar Petir” (Wawancara dengan Bpk. Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kabupaten Serang, Selasa 26 Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB, Tempat UPTD Pasar Diskoperindag Kabupaten Serang).
Fasilitas yang ada di Pasar Petir terbagi dua jenis, ada
fasilitas utama yaitu tempat berjualan para pedagang yang berupa
kios dan los dan ada fasilitas pendukung yang diantaranya kantor
administrasi pasar, mushola, toilet, lahan parkir dan tempat
87
penampungan sampah. Fasilitas pasar yang termasuk ke dalam
objek retribusi pasar yaitu kios dan los dimana untuk
penggunaannya dikenakan retribusi sesuai tarif dan aturan yang
telah ditentukan dalam Perda. Sedangkan untuk fasilitas yang lain
tidak termasuk ke dalam objek retribusi pasar. Untuk hal ini I1
melanjutkan:
“Untuk fasum itu tidak boleh dikenakan retribusi, kalaupun ada pungutan itu untuk pemeliharaan dan uangnya tidak masuk ke kas daerah, pemeliharaannya misalnya untuk biaya air, listrik dsb” (Wawancara dengan Bpk. Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kabupaten Serang, Selasa 26 Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB, Tempat UPTD Pasar Diskoperindag Kabupaten Serang). Dalam perihal yang sama I2 memberikan pernyataannya
sebagai berikut:
“Fasilitas di Pasar Petir itu semacamnya MCK gitu ya, ada 4 kamar, di belakang ada 3 kamar. Peralatannya kalo di Kantor ya MCK ada, mushola ada. Mushola juga ada itu di ujung terus lahan parkir” (Wawancana dengan Bpk. Hasan - Koordinator Pasar Petir, Sabtu 6 September 2014, Pukul 09.49 WIB, di Pasar Petir). Fasilitas pendukung di atas memang bukan termasuk ke
dalam retribusi pasar, namun tetap memberikan kontribusi atau
pemasukan pada Kas Daerah. Salah satunya yaitu dari toilet/MCK
yang dikenakan tarif Rp. 1.000,- bagi penggunanya. Walaupun
sebelumnya I1 mengatakan fasilitas umum tidak boleh ada
pungutan, tetapi kenyataannya di lapangan fasilitas itu dikenakan
tarif, salah satunya toilet/MCK. Seperti diutarakan oleh I5-1 salah
88
satu pedagang di Pasar Petir, “Bayar Neng seribu rupiah, kalo ke
mushola gak usah bayar lagi udah termasuk dong ke situ”
(Wawancara dengan Ibu Siti Nasiroh - salah satu pedagang di Pasar
Petir, Sabtu 6 September 2014, Pukul 09.05 WIB, di Pasar Petir).
Seperti yang telah diungkapkan oleh I1 di atas, tarif yang
dikenakan dari fasilitas toilet/MCK tersebut digunakan untuk biaya
pemeliharaan untuk fasilitas tersebut, misalnya untuk biaya air,
listrik, pembersih toilet dan sebagainya. Namun di samping itu,
ternyata hasil lebih dari toilet/MCK itu juga disetorkan ke Kas
Daerah. Hal ini diunggkapkan oleh I3 selaku Petugas Pemungut
Retribusi di Pasar Petir:
“Oh itu dari sana, udah ada peraturannya dari Diskoperindag, itu kan targetnya bisa per tahun tapi gak ada jumlah targetnya berapa, ya sedapetnya aja, itu sama disetorin juga masuk ke Kas Daerah” (Wawancara dengan Bpk Wahyudi - Petugas Pemungut Retribusi di Pasar Petir, Minggu 7 September 2014, Pukul 10.06 WIB, di Pasar Petir). Kemudian untuk parkir, pendapatannya tidak masuk ke kas
pasar padahal pihak pasar (UPTD Pasar Diskoperindag Kabupaten
Serang) mengharapkan pendapatan parkir masuk ke kas pasar atau
setidaknya ada kontribusinya ke pihak Pasar Petir karena
wilayahnya ada di area Pasar Petir. Saat ini pendapatan parkir di
Pasar Petir disetorkan ke Kas Daerah oleh para petugas parkirnya
melalui Dinas Perhubungan jadi tidak melalui pihak Pasar Petir
atau Diskoperindag. Hal ini tengah dalam proses perundingan
89
antara pihak Diskoperindag dengan pihak Dishub Kabupaten
Serang. Wawancara dengan I1:
“Ada lagi parkir, itu kan lahannya punya pasar tapi pungutannya masuk ke Dinas Perhubungan, sebetulnya itu rugi untuk pihak pasar, makanya ini sedang diusulkan bagaimana agar ada jalan tengahnya” (Wawancara dengan Bpk. Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kabupaten Serang, Selasa 26 Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB, Tempat UPTD Pasar Diskoperindag Kabupaten Serang). Pernyataan senada diungkapkan oleh I3 - Petugas Pemungut
Retribusi di Pasar Petir:
“Itu kan sebenarnya bukan urusan pasar walaupun memang wilayahnya ada di pasar itu dananya masuk ke Dishub Perdanya juga Perda Dishub, tapi sama masuk ke Kas Daerah” (Wawancara dengan Bpk Wahyudi - Petugas Pemungut Retribusi di Pasar Petir, Minggu 7 September 2014, Pukul 10.06 WIB, di Pasar Petir).
Selain fasilitas yang telah disebutkan di atas ada juga fasilitas
pendukung lainnya yang berupa peralatan dan perlengkapan dalam
pemeliharaan pasar, seperti alat kebersihan yang diberikan setiap
satu tahun oleh Diskoperindag Kabupaten Serang. I2 selaku
Koordinator Pasar Petir mengungkapkan:
“Terus juga dapet peralatan seperti cangkul, golok, arit, sikup, sapu itu setiap tahun dikasih, ya namanya peralatan setiap hari dipake jadi setiap tahun harus dikasih. Ya untuk peralatan kebersihan, pengki juga dikasih” (Wawancana dengan Bpk. Hasan - Koordinator Pasar Petir, Sabtu 6 September 2014, Pukul 09.49 WIB, di Pasar Petir). Kemudian untuk pengelolaan kebersihan (sampah) pihak
Pasar Petir melakukan koordinasi dengan Dinas Tata Ruang dan
90
Bangunan bidang Pertamanan dan Kebersihan. Meskipun
wilayahnya ada di area pasar, namun untuk urusan sampah pihak
pasar atau Diskoperindag tidak mempunyai kewenangan untuk
mengurusnya tetapi melakukan koordinasi dengan Dinas terkait.
Untuk hal ini I1 menjelaskan:
“Unit kebersihan bukan kewenangan pasar tapi dikelola oleh pasar termasuk iurannya juga dikelola oleh pasar. Kebersihan itu kewenangan Dinas Tata Ruang dan Bangunan, tetapi karena wilayahnya ada di area pasar jadi dikelola oleh pasar dan koordinasi dengan Dinas tersebut” (Wawancara dengan Bpk. Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kabupaten Serang, Kamis 27 Maret 2014, Pukul 10.37 WIB, Tempat UPTD Pasar Diskoperindag Kabupaten Serang). Untuk mengangkut sampah dari Pasar Petir ke TPA pihak
Pasar Petir (Diskoperindag) melakukan pemungutan iuran
kebersihan kepada para pedagang kemudian disetorkan kepada
Dinas Tata Ruang dan Bangunan sesuai jumlah sampah yang
diangkutnya dimana tarif atau biaya per kubiknya sudah ada
aturannya di Perda. I1 dalam waktu yang berbeda melanjutkan:
“Kalo untuk sampah itu dikelola oleh pihak pasar sendiri juga koordinasi dengan Dinas Tata Ruang dan Bangunan bidang Pertamanan dan Kebersihan secara bersinergi, jadi kita yang menghimpun iurannya dia yang mengangkut sampahnya. Di sana ada biaya per kubiknya berapa sudah ada di Perda Persampahan itu” (Wawancara dengan Bpk. Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kabupaten Serang, Selasa 26 Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB, Tempat UPTD Pasar Diskoperindag Kabupaten Serang).
91
Gambar 4.4 Kegiatan Pengangkutan Sampah di Pasar Petir oleh DTRBP
Kabupaten Serang
Sumber: Peneliti, (22-09-2014)
Selanjutnya, untuk urusan keamanan atau ketertiban, pihak
Pasar Petir memberikan jasa keamanan atau ketertiban kepada
seluruh lingkungan Pasar Petir. Dana untuk keamanan atau
ketertiban tersebut dipungut dari para pedagang setiap hari dimana
dana itu akan dikelola untuk biaya keamanan dan ketertiban Pasar
Petir. Dana untuk keamanan dan ketertiban tidak termasuk ke
dalam retribusi pasar juga tidak masuk ke Kas Daerah, seperti
dikatakan oleh I1:
“Keamanan juga bukan tugas pasar sebenarnya, tapi dikelola oleh pasar jadi iuran yang dipungut itu digunakan untuk pengelola pasar dan tidak masuk ke Kas Daerah” (Wawancara dengan Bpk. Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kabupaten Serang, Kamis 27 Maret 2014, Pukul 10.37 WIB, di UPTD Pasar Diskoperindag Kabupaten Serang). Fasilitas pasar yang ada di Pasar Petir secara umum ada dua
jenis, yang pertama fasilitas utama berupa fasilitas tempat
92
berdagang (kios 290 unit dan los 88 unit) yang merupakan sumber
potensi retribusi pasar di Pasar Petir. Kemudian yang kedua adalah
fasilitas pendukung diantaranya Kantor Administrasi Pasar beserta
segala fasilitas yang ada di dalamnya, 1 unit Mushola, 2 unit
Toilet/MCK yang terdiri dari 7 kamar, 2 unit Lahan Parkir (parkir
depan dan parkir dalam) dan 1 unit Tepat Penampungan Sampah.
Untuk lebih memperjelas mengenai fasilitas Pasar Petir dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Jenis dan Jumlah Fasilitas yang Dimiliki oleh Pasar Petir
Kabupaten Serang 2013
No Jenis Fasilitas Jumlah Fasilitas
1 Kios 290 unit 2 Los 88 unit 3 Kantor Administrasi Pasar 1 unit 4 Mushola 1 unit 5 Toilet Umum / MCK 2 unit (7 kamar) 6 Lahan Parkir 2 unit 7 Tempat Penampungan Sampah 2 unit
Sumber: UPTD Pasar Diskoperindag Kab. Serang, 2014, (Data diolah)
Selain retribusi pasar, ternyata ada juga pendapatan lain dari
pasar yaitu dari Toilet/MCK dimana hasil lebih dari tarif yang
dikenakan pada fasilitas tersebut juga disetorkan ke Kas Daerah
melalui Diskoperindag setiap tahunnya dengan jumlah nominal
yang tidak ditentukan. Namun, untuk fasilitas parkir pihak Pasar
Petir sama sekali tidak mempunyai kewenangan untuk
mengelolanya meskipun lokasinya berada di area Pasar Petir
93
walaupun memang tetap dananya masuk ke Kas Daerah, karena
seperti yang kita ketahui urusan parkir adalah kewenangan Dinas
Perhubungan (Dishub).
Kemudian, selain fasilitas-fasilitas yang telah dipaparkan di
atas, Pasar Petir juga memberikan jasa pelayanan kebersihan dan
keamanan (ketertiban) yang mana dana untuk pengelolaannya
dipungut dari para pedagang setiap hari seperti halnya retribusi
pasar, namun tidak termasuk ke dalam retribusi pasar juga tidak
masuk ke Kas Daerah. untuk urusan kebersihan (pengangkutan
sampah) pihak Pasar Petir melalui Diskoperindag melakukan
koordinasi dengan DTRBP Kabupaten Serang.
2. Jenis Dagangan
Jenis dagangan yaitu macam-macam rupa dan jenis barang
dagangan yang diperjualbelikan di pasar yang disesuaikan dengan
jenisnya serta penempatannya (zonasi). Misalnya, jenis dagangan
pakaian, bahan makanan (sembako), kelontongan, kantin dan
sebagainya. Pedagang Pasar Petir menyediakan berbagai macam
janis barang kebutuhan, dari mulai bahan makanan, pakaian,
perabot rumah tangga, perlengkapan pertanian dan sebagainya.
Dulu sebelum Pasar Petir direvitalisasi, penempatan pedagang
belum diatur zonasinya sesuai janis dagangannya, tetapi masih
bercampur baur. Ada pedagang pakaian di samping pedagang ikan
94
asin, ada pedagang sayuran di samping toko emas dan sebagainya.
Kini, setelah Pasar Petir direvitalisasi, pengaturan zonasi mulai
dibenahi. Penempatan pedagang diatur disesuaikan dengan jenis
dagangannya. Misalnya pedagang pakaian ada di blok pakaian,
pedagang emas ada di blok emas, pedagang ikan ada di blok ikan,
pedagang sayuran ada di blok sayuran dan seterusnya. Namun,
pada pelaksanaannya sekarang memang belum sepenuhnya
terlaksanan dengan baik, masih banyak pedagang yang nggatur
belum mematuhi aturan. Padahal pengaturan zonasi ini sangat
berpengaruh pada keindahan dan ketertiban pasar yang kemudian
berpengaruh juga pada penjualan dan retribusi. Berikut adalah hasil
wawancara dengan I1 (Kepala UPT Pasar):
“Sebetulnya sudah ada itu zonasi blok-bloknya untuk kios dan los itu, tujuannya untuk mempermudah pembeli mencari barang yang dicarinya. misalnya toko emas ada di blok A, toko baju ada di blok D gitu. Itu semua sudah kita atur dalam peta pembagian blok atau zonasi” (Wawancara dengan Bapak Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kab. Serang, Selasa 26 Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB, di Kantor UPTD Pasar Diskoperindag Kab. Serang). Dari hasil wawancara di atas diketahui bahwa, zonasi tersebut
ditujukan untuk mempermudah pembeli mencari barang yang akan
dibelinya. Dengan adanya kemudahan tersebut diharapkan
pengunjung akan tertarik untuk berbelanja ke Pasar Petir sehingga
Pasar Petir akan menjadi ramai. Selain hal tersebut tentunya zonasi
tersebut juga akan membuat Pasar jadi terlihan rapi, teratur, tertib,
95
indah dan menarik. Hal ini diharapkan akan menjadi daya tarik
bagi Pasar Petir agar tidak kalah dengan pasar modern.
Sebagai salah satu pasar yang mendapatkan program
revitalisasi pasar dari Pemerintah Pusat, tentunya Pasar Petir ini
bukan tanpa tujuan tententu. Pasar Petir ini akan dijadikan pasar
percontohan di Kabupaten Serang. Unutk mengetahui hal ini
peneliti melakukan wawancara dengan I2 (Koordinator Pasar Petir)
yang mengungkapkan:
“Pasar Petir ini sebenarnya potensinya sangat bagus, punya pedagang emas terbanyak dan pedagang pakaian terbanyak dibandingkan dengan pasar tradisional lain yang ada di Kabupaten serang khususnya wilayah tengah sehingga menjadi ikon di Kabupaten Serang ini, bahkan rencananya akan dijadikan pasar percontohan se-Indonesia. Maka dari itu zonasi ini adalah cara agar Pasar Petir ini jadi rapi tertib dengan mengatur letak pedagang sesuai jenis dagangannya” (Wawancara dengan Bapak Hasan - Koordinator Pasar Petir, Sabtu 6 September 2014, Pukul 09.49 WIB, di Pasar Petir). Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa, Pasar
Petir ini memang akan dijadikan pasar percontohan tingkat se-
Indonesia untuk wilayah Kabupaten Serang - Provinsi banten.
Salah satu programnya adalah dengan mengadakan pengaturan
zonasi jenis dagangan. Untuk wilayah tengah kabupaten Serang,
Pasar Petir ini memang paling besar, potensinya sangat bagus,
memiliki pedagang pakaian dan pedagang emas terbanyak.
Namun, pada pelaksanaannya pengaturan zonasi ini masih
jauh dari sempurna. Masih banyak pedagang yang tidak/belum
mematuhi aturan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh I3 yaitu:
96
“Kalo zonasi benar-benar diterapkan sesuai aturan, pasti kan pasar
ini jadi tertib, rapi dan menarik, jadi rame. Yaa sekarang liat aja,
masih banyak yang ngatur sendiri” (Wawancara dengan Bapak
Wahyudi - Petugas Pemungut Retribusi Pasar di Pasar Petir,
Minggu 7 September 2014, Pukul 10.06 WIB, di Pasar Petir)
Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa, pengaturan
zonasi belum sepenuhnya dipatuhi oleh para pedagang, bahkan
masih banyak pedagang yang ngatur sendiri. Padahal, zonasi itu
bukan semata-mata hanya ingin memperindah pasar, tetapi juga
untuk menarik pengunjung agar Pasar Petir jadi ramai, penjualan
pedagang jadi meningkat yang diharapkan pembayaran retribusi
pun menjadi lancar. Karena memang selama ini alasan klasik para
pedagang adalah karena sepi pembeli, seperti yang dikemukakan
oleh I5-1 (Pedagang/Wajib Retribusi di Pasar Petir) “Yaa karena
jualannya sepi, kalo rame saya mah bayar aja sih” (Wawancara
dengan Ibu Siti Nasiroh - Pedagang/Wajib Retribusi di Pasar Petir,
Sabtu 6 September 2014, Pukul 09.05 WIB, di Pasar Petir).
Kurang patuhnya pedagang pada aturan zonasi ini bukan
tidak ditanggapi oleh pihak pasar, petugas sudah beberapa kali
memberikan teguran dan peringatan pada para pedagang yang
melanggar aturan tersebut. Namun, tidak ada satu pun pedagang
yang mau menurutinya. Sementara ini pihak pasar belum
memberikan tindakan lanjut untuk permasalahan tersebut sampai
97
menunggu Pasar Petir ini diresmikan. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh I4-2 (Staf Pasar Petir), yaitu sebagai berikut:
“Pasar Petir ini kan sebenarnya mau dijadikan pasar percontohan, jadi dibuatlah zonasi penempatan jenis dagangan supaya pasar ini tertib, rapi, indah dan menarik. Supaya menarik pengunjung, pasarnya rame, penjualan meningkat dan diharapkan retribusinya juga lancar, begitu... tapi ya kita lihat sendiri pelaksanaannya, masih banyak pedagang yang tidak nurut ke aturan. Ya untuk sementara ini sih hanya diberikan peringatan atau pemberitahuan saja, belum diberikan sanksi apa-apa. Pasar Petir ini kan sebenarnya belum diresmikan, nanti kalo sudah diresmikan pengaturan zonasi itu harus benar-benar dilaksanakan sesuai aturan. Pokonya nanti kalo sudah peresmian harus ada perubahan semuanya. Tempatnya di mana ya harus kembali ke tempatnya, yang belum ditempati harus diisi. Itu instruksinya dari Kementrian langsung” (Wawancara dengan Bapak Saleh - Staf Pasar Petir, Jum’at 19 September 2014, Pukul 07.35 WIB, di Pasar Petir). Dari hasil wawancara tersebut di atas dapat diketahui bahwa,
pelanggaran terhadap aturan zonasi ini baru sekedar peringatan
atau teguran saja, belum ada tindakan atau sanksi yang tegas.
Aturan zonasi ini akan benar-benar diterapkan ketika Pasar Petir
sudah diresmikan.
Selain masalah zonasi, jenis dagangan pun bisa
mempengaruhi kelancaran pembayaran retribusi oleh para
pedagang. Hal ini berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh
I4-1 (Staf Pasar Petir) yang mengungkapkan:
“Ya kalo sehari-hari kaya gini mah lebih lancar dari sembako dan sayuran, kalo dari pakaian mah ya liat sendiri ni saya muter baru dapat 5 orang. Tapi kalo pihak Dinas mah yang di atas taunya yang sejumlah kios dan los aja, gak tau kondisinya di lapangan seperti apa” (Wawancara dengan
98
Bapak Mansur - Staf Pasar Petir, Jum’at 19 September 2014, Pukul 09.37 WIB, di Pasar Petir). Dari hasil wawancara dengan I4-1 di atas jelas diketahui
bahwa jenis dagangan juga mempengaruhi pada kelancaran
pedagang dalam membayar retribusi. Terbukti pada keterangan
tersebut bahwa pedagang sayuran dan sembako (bahan makanan)
lebih lancar bayarnya dari pada pedagang pakaian. Seperti yang
telah dibahas si atas bahwa pedagang selalu menggunakan alasan
klasiknya untuk tidak membayar retribusi yaitu karena sepi pembeli
atau penjualan lagi kurang.
Kemudian, untuk lebih memperjelas fakta tersebut peneliti
melakukan triangulasi pada informan lain yaitu I4-2 (Staf Pasar
Petir) yang mengatakan:
“Memang tukang sayuran mah sih rapih bayarnya dari dulu juga lancar, kalo sayur mayur itu paking lancar, ikan juga kadang-kadang masih jarang bayar. Yang jarang bayar mah sembako, yang paling jarang bayar mah ya ini baju (pakaian) malah ada yang seminggu gak masuk/gak bayar” (Wawancara dengan Bapak Saleh - Staf Pasar Petir, Jum’at 19 September 2014, Pukul 07.35 WIB, di Pasar Petir). Hasil triangulasi kepada I4-2 tersebut telah memperkuat
kebenaran bahwa, memang pedagang bahan makanan (sayuran,
ikan, sembako, bumbu dapur dsb) lebih lancar membayar
retribusinya dari pada pedagang pakaian (baju, sepatu, aksesoris,
kerudung dsb). Bahkan pada kutipan wawancara tersebut
memberikan vonis bahwa pedagang pakaian paling jarang bayar
retribusi.
99
Jenis dagangan ternyata memang mempunyai kaitan atau
pengaruh yang cukup penting bagi potensi retribusi pasar. Untuk
masalah zonasi jenis dagangan memang sepintas terdengar sepele,
namun ternyata jika pada suatu pasar jenis dagangan yang tersedia
lengkap dan beragam apalagi jika penempatan pedagangnya diatur
sesuai dengan zonasi jenis dagangnnya, maka hal tersebut secara
tidak langsung dapat berpengaruh pada pendapatan potensi
retribusi pasar. Zonasi yang rapi dan teratur akan menciptakan
pasar yang tertib, rapi, indah dan menarik. Sehingga akan menarik
pengunjung/konsumen untuk datang ke Pasar Petir tersebut karena
pengunjung/konsumen akan lebih mudah menemukan barang-
barang yang akan dibelinya. Pasar akan ramai pengunjung dan
pendapatan pedagang pun akan bertambah. Sehingga, kelancaran
pembayaran retribusi pun diharapkan akan lancar.
Kemudian, jenis dagangan pun ternyata berpengaruh pada
kelancaran pedagang dalam membayar retribusi. Pedagang bahan
makanan terbukti lebih lancar retribusinya dari pada pedagang
pakaian. Alasannya adalah karena bahan makanan itu selalu pasti
laku setiap harinya karena itu merupakan kebutuhan pokok.
Sedangkan pakaian hanya pada waktu tertentu saja lakunya,
misalnya pada musim liburan, menjelang masuk sekolah atau
menjelang lebaran Idul Fitri maupun Lebaran Idul Adha.
100
3. Jumlah Petugas Pemungut
Jumlah petugas pemungut yaitu para personil (kolektor) yang
ditunjuk atau ditugaskan oleh pihak yang berwenang untuk
memungut retribusi pada suatu pasar dimana jumlahnya
disesuaikan dengan luas area pasar. Selain petugas pemugut
retribusi ada juga petugas lain (Pejabat terkait) yang turut berperan
dalam retribusi pasar. Beberapa hal tentang petugas pemungut
retribusi yang berkaitan dengan potensi retribusi yang telah peneliti
rumuskan diantaranya yaitu mengenai jumlah petugas pemungut,
pengaruh jumlah petugs pemungut, sikap petugas, keterlibatan
petugas lain serta upaya dari petugas tersebut.
Pertama, jumlah petugas pemungut retribusi pasar di Pasar
Petir apakah sudah cukup atau belum. Untuk menemukan jawaban
dari pertanyaan ini peneliti pertama-tama melakukan wawancara
dengan I1 yang mengatakan:
“Harusnya ada penambahan petugas, karena kadang kan gak ketanganan. Jumlahnya itu disesuaikan dengan luas wilayah dan dibagi per zona. Ada 2 orang itu semua sudah resmi melalui Surat Perintah. Pembagian tugas ada yang bagian depan, tengah dan belakang sesuai zonasinya” (Wawancara dengan Bapak Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kab. Serang, Selasa 26 Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB, di Kantor UPTD Pasar Diskoperindag Kab. Serang). Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa, menurut I1
jumlah petugas pemungut retribusi pasar di Pasar Petir masih
kurang yaitu kurang 1 orang dengan alasan agar pemungutan
101
retribusi dapat tertangani dengan baik. Beliau juga menjelaskan
bahwa, penugasan petugas tersebut resmi melalui Surat Perintah
dari Kepala UPT di bawah Diskoperindag Kabupaten Serang.
Hal senada juga diutarakan oleh I2, beliau mengatakan: “Ya
yang sedang mah tiga, ya karena yang 1 orang pindah itu si
Jumroni ke Baros” (Wawancara dengan Bapak Hasan -
Koordinator Pasar Petir, Sabtu 6 September 2014, Pukul 09.49
WIB). Pernyataan tersebut senada dengan apa yang dikatakan oleh
I1 di atas, dimana memang menurut mereka petugas pemungut
retribusi pasar untuk Pasar Petir seharusnya ada 3 orang. Dari
pernyataan I2 diketahui juga bahwa tadinya petugas pemungut
retribusi di Pasar Petir ini ada 3 orang, tapi yang 1 orang pindah ke
Baros yang bernama Jumroni.
Lain halnya dengan pernyataan dari I3, yang
mengungkapkan: “Kalo untuk pemungut retribusi mah udah cukup,
gak keteter ko’ malah kekecilan pasarnya” (Wawancara dengan
Bapak Wahyudi - Petugas Pemungut Retribusi Pasar di Pasar Petir,
Minggu, 7 September 2014, Pukul 10.06 WIB, di Pasar Petir). Dari
keterangan tersebut dapat diketahui suatu pernyataan yang berbeda
bahwa petugas pemungut retribusi merasa petugas pemungut
retribusi pasar di Pasar Petir sudah cukup 2 orang saja. Malah
beliau mengatakan pemungutannya tidak keteter bahkan masih
luang waktunya.
102
Kemudian, hal yang serupa juga diungkapkan oleh I4-1 yaitu:
“Cukup, soalnya ini aja masih banyak yang nganggur setiap
harinya, kadang ada 2 atau 3 orang yang nganggur” (Wawancara
dengan Bapak Saleh - Staf Pasar Petir, Jum’at, 19 September 2014,
Pukul 07.35 WIB, di Pasar Petir). Hal ini lebih menjelaskan
pernyataan dari I3 bahwa, petugas pemungut retribusi pasar di
Pasar Petir memang sudah cukup 2 orang saja, bahkan beliau
mengungkapkan saat ini masih ada yang kadang nganggur tidak
kebagian tugas antara 2 sampai 3 orang.
Kedua, apakah jumlah petugas pemungut retribusi pasar di
Pasar Petir berpengaruh pada pendapatan retribusi pasar. Untuk
mencari jawaban dari pertanyaan tersebut peneliti melakukan
wawancara dengan I4-1 yaitu:
“Yaa mempengaruhi.. justru kalo ditambah malah pendapatannya merosot, semakin banyak petugas kan semakin banyak orang yang harus dibayar sedangkan pendapatan atau potensinya segitu-gitu aja” (Wawancara dengan Bapak Mansur - Staf Pasar Petir, Jum’at, 19 September 2014, Pukul 09.37 WIB, di Pasar Petir). Hasil wawancara tersebut menjelaskan bahwa, semakin
banyaknya petugas pemungut retribusi, maka biaya yang harus
dikeluarkan pun semakin banyak. Biaya yang dimaksud adalah
biaya operasional harian petugas pemungut misalnya untuk makan
dan minum. Sehingga jika biayanya bertambah maka pendapatan
retribusi akan berkurang karena untuk biaya operasional harian
mengambil dari hasil pendapatan retribusi.
103
Pernyataan yang sama juga diugkapkan oleh I4-2 yang
mengungkapkan:
“Itu kalo diperbanyak itu target bisa hilang karena ya jadi banyak tangan, lebih banyak orang lebih banyak biaya lebih banyak resikonya, malah pendapatannya berkurang, bisa target hilang, kalo target kurang dari mana nombokannya kita” (Wawancara dengan Bapak Saleh - Staf Pasar Petir, Jum’at, 19 September 2014, Pukul 07.35 WIB, di Pasar Petir). Hasil wawancara tersebut lebih memperjelas pernyataan
sebelumnya dari I4-2, bahwa memang jika petugas pemungut
retribusi ditambah lagi maka akan menambah biaya operasional
harian petugas. Bukannya memperbaiki malah akan memperburuk
keadaan. Intinya menurut mereka ditambah atau tidaknya petugas
pemungut retribusi pasar, tidak akan memperbaiki kelancaran
pembayaran retribusi dari para pedagang. Hal tersebut berarti,
jumlah petugas pemungut retribusi pasar di Pasar Petir tidak
berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan retribusi, malah
akan mengurangi pendapatannya karena akan digunakan untuk
tambahan biaya operasional harian petugas.
Ketiga, mengenai sikap petugas pemungut, bagaimana sikap
petugas pemungut retribusi pasar di Pasar Petir, apakah sikap
petugas pemungut retribusi dapat mempengaruhi pendapatan
retribusi pasar di Pasar Petir, bagaimana kaitannya. Untuk
mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut peneliti
mengadakan wawancara dengan I2 yang mengungkapkan:
104
“Ketegasan ada, cuma ya pedagangnya itu cenderung menyepelekan harusnya bayar 2000 malah 1000, malah ada yang mau lewat aja. Memang belum sadar hukum masyarakat sini mah. Yaa memang sudah ada Perda, ya maksudnya itu harus ada perubahan supaya lebih kuat sebagai pegangan para petugas untuk menerapkan ketegasan. Kalo kita melihat dari sisi kemanusiaan atau rasa kasihan ya kaya gini terus, tapi kan kita bicara peraturan, bagaimana caranya peraturan bisa diterapkan secara tegas dan agar dipatuhi” (Wawancara dengan Bapak Hasan - Koordinator Pasar Petir, Sabtu 6 September 2014, Pukul 09.49 WIB). Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa,
selama ini petugas sudah memberikan sikap tegas kepada para
pedagang dalam melakukan pemungutan retribusi pasar, namun
beliau mengatakan ketegasan tersebut cenderung disepelekan oleh
para pedagang bahkan beliau mengungkapkan bahwa pedagang
belum sadar hukum.
Pernyataan berbeda dari I1 yang mengungkapkan secara
singkat mengenai sikap petugas pasar yaitu “itu memang kurang
ketegasan dari petugas kita” (Wawancara dengan Bapak Ma’mun
Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag
Kab. Serang, Selasa 26 Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB, di Kantor
UPTD Pasar Diskoperindag Kab. Serang). Hal ini berarti beliau
mengatakan bahwa sikap petugas Pasar Petir kurang tegas dalam
menangani pedagang.
Pernyataan lebih lanjut dipaparkan oleh I3 yaitu:
“Kalo saya sih belum menerapkan ketegasan, ketegasan itu harusnya dimulai dari pimpinan, kita bisa aja tegas, kalo dari atasnya memerintahkan saya harus tegas ya saya siap. Saya pernah memungut dengan cara tegas tapi ya ketika saya dapat
105
perlawanan ya saya mau gimana.. respon dari pimpinan kan gak ada. Kalo pedagang nggak, kita dari petugasnya dulu, ya dari Birokrasinya lah. Kalo dari atas tegas ya pedagang juga akan ikut. Kita harus punya solusi lah gimana caranya agar pedagang itu patuh untuk membayar retribusi, biar pedagang enak kita juga enak, dsb” (Wawancara dengan Bapak Wahyudi - Petugas Pemungut Retribusi Pasar di Pasar Petir, Minggu, 7 September 2014, Pukul 10.06 WIB, di Pasar Petir). Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa,
sikap tegas yang dilakukan oleh petugas harus dimulai dari atasnya
dulu atau dari pimpinan teratas yang kemudian petugas lapangan
akan secara luas bersikap dengan tegas dalam menghadapi
pedagang atau permasalahan retribusi pasar di Pasar Petir. Artinya,
petugas lapangan tidak ingin tegas sendiri apabila tidak ada
instruksi dari atasan. Dalam wawancara tersebut juga terlihat
perbedaan pandangan antara I2 dan I3 mengenai karakter pedagang.
I2 cenderung menyatakan bahwa pedaganglah yang kurang paham
atau kurang sadar hukum, sedangkan I3 mengatakan sebaliknya
bahwa tidak ada masalah pada pedagang. Hal ini menunjukan
adanya ketidaksinergian antara petugas atas dan bawah.
Selanjutnya yang keempat, apakah perlu adanya petugas lain
(pejabat terkait) yang harus langsung ke lapangan dalam mengatasi
permasalahan dalam pemungutan retribusi pasar di Pasar Petir.
Untuk masalah ini peneliti mencoba melakukan wawancara dengan
I2 sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut:
“Yaa mungkin sosialisasinya masih kurang, ya barang kali jangan cuma mantrinya doang. Bagusnya sih ada seminar
106
atau pertemuan dengan para pedagang. Sekarang kan sudah dibentuk Forum Pedagang, tujuannya untuk menampung keluhan-keluhan pedagang nanti koordinasi dengan saya (Koordinator Pasar) dan Pak Ma’mun. Bisa juga forum itu jadi media untuk sosialisasi dengan mengadakan pertemuan” (Wawancara dengan Bapak Hasan - Koordinator Pasar Petir, Sabtu 6 September 2014, Pukul 09.49 WIB). Dari hasil wawancara denngan I2 tersebut diketahui bahwa,
beliau menyadari bahwa sosialisai mengenai retribusi pasar di
Pasar Petir masih kurang sehingga para pedagang masih banyak
yang belum mengetahui apa dan bagaimana sebenarnya retribusi
para mulai dari tarifnya, jenis objeknya serta aturannya secara detil
yang sesuai dalam Perda. Beliau pun mengatakan seharusnya
diadakan suatu pertemuan secara rutin antara pedagang dan pihak
pasar untuk sosialisasi. Dalam kutipan wawancara tersebut beliau
mengatakan “Barangkali jangan mantrinya doang”, hal ini berarti
selama ini Mantri/Koordinator Pasar telah turun ke lapangan
melakukan sosialisasi kepada pedagang.
Keterangan lain diungkapkan oleh I3 melalui wawancaranya
dengan peneliti yang mengungkapkan:
“Kalo Kepala Dinas untuk sementara tidak perlu lah, itu kan ada Kepala UPT’nya. Turun ke lapangannya bukan untuk marah-marahin orang, kasih pengarahan.. gimana caranya supaya para pedagang taat pada retribusi, dsb. Selama ini belum ada yang turun ke lapangan secara langsung seperti itu” (Wawancara dengan Bapak Wahyudi - Petugas Pemungut Retribusi Pasar di Pasar Petir, Minggu, 7 September 2014, Pukul 10.06 WIB, di Pasar Petir). Dari uraian wawancara dari I3 di atas dapat diketahui bahwa,
I3 mengharapkan Kepala UPT Pasar datang berkunjung ke Pasar
107
Petir untuk memberikan pengarahan, sosialisasi atau pendekatan
kepada para pedagang di Pasar Petir secara rutin tanpa adanya
suatu hal yang menimbulkan emosi atau kemarahan. I3 ini juga
menekankan bahwa Peran Kepala UPT sangat penting dalam segala
urusan pasar khususnya masalah retribusi pasar. Kemudian beliau
juga mengatakan tidak perlu dulu ada petugas lain yang lebih tinggi
untuk turun langsung ke lapangan atau ke Pasar Petir.
Kemudian yang kelima atau yang terakhir adalah, mengenai
upaya pihak Pasar Petir dalam hal retribusi pasar. Untuk
mengetahui mengenai hal tersebut peneliti melakukan wawancara
dengan I1 yang mengungkapkan:
“Ya surat edaran, tapi pedagang suka pura-pura tidak tahu, ini kan pemberitahuan sudah diedarkan foto copyannya, tarifnya berapa bagaimana aturanya secara jelas sudah ada di edaran itu. Kemarin juga sudah minta lagi edarannya”, (Wawancara dengan Bapak Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kab. Serang, Selasa 26 Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB, di Kantor UPTD Pasar Diskoperindag Kab. Serang). Dari ungkapan di atas dapat diketahui bahwa upaya yang
telah dilakukan oleh pihak Pasar Petir dalam mensosialisasikan
mengenai retribusi pasar yaitu melalui surat edaran yang diberikan
kepada para pedagang di Pasar Petir. Namun, dalam kutipan
wawancara tersebut diungkapkan juga bahwa para pedagang sering
kali bersikap pura-pura tidak tau mengenai apa dan bagaimana
aturan mengenai retribusi pasar.
108
Kemudian, pernyataan lain diungkapkan oleh I3, sebagaimana
hasil wawancara dengan peneliti yaitu sebagai berikut:
“Sementara ini baru ada surat edaran aja. Ya seharusnya sih musyawarah dengan pedagang, di sini kan ada forum, ya harusnya ada lah pertemuan untuk sosialisasi, pengarahan, dsb. Sekarang kita urus dulu penertiban pedagang, seperti PKL ditempatkan dan ketertiban secara keseluruhan. Kalo untuk retribusi gak susah-susah amat kalo pedagangnya kita tentramkan kita bikin enak dan nyaman. Pasarnya juga kita bikin aman, tertib, nyaman supaya bisa menarik konsumen jadi kan jualannya rame maka pedagang juga bayar retribusinya lancar. Pokonya Kalo pemimpin pengen punya pendapatan yang bagus ya itu harus dari atasnya dulu”, (Wawancara dengan Bapak Wahyudi - Petugas Pemungut Retribusi Pasar di Pasar Petir, Minggu, 7 September 2014, Pukul 10.06 WIB, di Pasar Petir). Hasil wawancara dengan I3 di atas mengungkapkan bahwa,
sosialisasi yang dilakukan tidak cukup hanya melalui surat edaran
saja tapi juga perlu mengadakan musyawarah antara pihak pasar
(petugas) dengan pedagang. Selain itu I3 juga menjelaskan bahwa
permasalahan retribusi pasar bukanlah hal yang sulit apabila hal-
hal pendukung lainnya sudah dibenahi dengan benar, diantaranya
masalah pengaturan PKL, kebersihan, ketertiban zonasi kios dan
los, kenyamanan pasar dan sebagainya. Kemudian I3 juga
menekankan bahwa, keberhasilan pemungutan retribusi tidak
hanya dibebankan pada upaya-upaya yang dilakukan oleh staf
bawah dan petugas pemungut saja, namun juga harus dimulai dari
para pejabat atas.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pihak Pasar Petir
pernah beberapa kali mengundang para pedagang untuk
109
mengadakan musyawarah mengenai segala permasalahan yang ada
di Pasar Petir termasuk masalah retribusi pasar. Namun, para
pedagang cenderung menyepelekan ajakan tersebut dan hanya
sebagian kecil dari para pedagag yang menghadiri kegiatan
tersebut. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh I2 yaitu sebagai
berikut:
“Ya surat edaran dan sosialisasi dengan para pedagang secara langsung walaupun belum semua. Ya makanya saya kelayar keluyur di Pasar ya itu untuk apa, ya untuk itu, untuk pendekatan ke para pedagang (sosialisasi) secara tatap muka. Saya omongin, ngasih pengarahan. Ada mah ada pertemuan/musyawarah antara pedagang dan petugas, cuma kesadaran masyarakatnya itu untuk mengikuti kegiatan itu masih sangat kurang. Ya kesadaran itu sangat sulit, masyarakatnya belum sadar hukum”, (Wawancara dengan Bapak Hasan - Koordinator Pasar Petir, Sabtu 6 September 2014, Pukul 09.49 WIB). Pernyataan dari I2 di atas seolah menjadi jawaban atas
ungkapan dari I3, yaitu mengenai musyawarah antara pihak pasar
dan para pedagang. Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa
bukannya pihak pasar tidak mengadakan, namun memang
pedagangnya saja yang tidak mau ikut serta dalam musyawarah
tersebut sehingga informasi tidak tersampaikan sebagaimana
mestinya. Selain itu, I2 juga mengatakan bahwa beliau kerap kali
datang atau turun ke pasar untuk melakukan pendekatan atau
sosialisasi kepada para pedagang walaupun memang menurut
beliau belum semua pedagang dikunjungi.
110
Untuk memastikan kebenaran bahwa I2 (Koordinator/Mantri
Pasar) sering turun ke pasar untuk melakukan sosialisasi kepada
para pedagang, peneliti melakukan triangulasi sumber kepada I4-1
sebagaimana hasil wawancaranya yaitu sebagai berikut:
“Yaa sebetulnya kan ada selebaran surat, disamping juga kami tidak bosan-bosan memberitahukan kepada para pedagang, kalo Kepala Pasarnya saya kira juga sudah cuma mungkin belum semuanya”, (Wawancara dengan Bapak Mansur - Staf Pasar Petir, Jum’at, 19 September 2014, Pukul 09.37 WIB, di Pasar Petir). Dari hasil triangulasi di atas dapat diketahui bahwa, memang
benar Mantri Pasar (Koordinator Pasar) telah melakukan sosialisasi
dengan cara pendekatan secara langsung kepada para pedagang di
Pasar Petir walaupun memang belum semua pedagang dikunjungi.
4. Tarif Retribusi
Tarif retribusi yaitu jumlah nominal tarif dalam satuan rupiah
yang harus dibayarkan oleh wajib retribusi kepada Pemerintah
Daerah sebagai penyedia jasa pelayanan pasar melalui petugas
pemungut (kolektor) sesuai dengan nilai jasa/pelayanan yang
diterimanya.
Sub indikator pertama mengenai tarif retribusi pasar yaitu
masalah kepatuhan pedagang dalam membayar retribusi pasar
sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan di Peraturan Daerah
(Perda) yang berlaku. Untuk mengetahui mengenai hal ini peneliti
111
melakukan wawancara dengan I1 dengan hasil wawancara sebagai
berikut:
“Masih belum sesuai dengan tarif, di Perda kan sudah jelas tarif untuk kios 2.000 untuk los 1.500, itu juga harus sesuai dengan luas unitnya itu, mayoritas pedagang kan menggunakan tempat melebihi kios/losnya itu harusnya bayar lebih dari tarif itu”, (Wawancara dengan Bapak Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kab. Serang, Selasa 26 Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB, di Kantor UPTD Pasar Diskoperindag Kab. Serang). Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa, nominal
retribusi yang dibayarkan oleh para pedagang di Pasar Petir belum
sesuai dengan tarif yang ditentukan di Perda. Seharusnya untuk
kios bayar 2.000 dan untuk los bayar 1.500 itu pun harus sesuai
dengan luas unitnya (kios dan los), namun mayoritas pedagang
tidak menghiraukan Perda tersebut, bahkan mereka menggunakan
area berdagangnnya melebihi batas yang ditentukan.
Selanjutnya wawancara dengan I3 yang mengungkapkan:
“Berat, karena pedagang dengan alasan sepi beberapa tidak mau membayar atau bayar tapi tidak sesuai tarif, kita masih sering memaklumi dengan hati nurani kita, yang penting mencapai target”, (Wawancara dengan Bapak Wahyudi - Petugas Pemungut Retribusi Pasar di Pasar Petir, Minggu, 7 September 2014, Pukul 10.06 WIB, di Pasar Petir). Hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa,
pemungutan retribusi pasar di Pasar Petir dikatakan berat
dikarenakan pedagang tidak mau membayar sesuai tarif dengan
alasan sepi pembeli. Padahal. Di dalam Perda tidak ada ketentuan
bahwa apabila jualannya sepi maka pembayaran retribusi dapat
112
dihilangkan atau ditunda. Retribusi sifatnya wajib dan harus
dibayarkan oleh semua pedagang yang ada di kios dan los setiap
harinya.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, peneliti
menemukan bahw memang benar mayoritas para pedagang di
Pasar Petir tidak/belum membayar retribusi pasar sesuai dengan
tarif yang ada di Perda. Seperti yang diungkapkan oleh I5-1 yaitu
sebagai berikut:
“Kadang 1000 kadang 2000, pernah gak bayar sama sekali karena lagi gak dapet uang. Emang sih aturannya mah mau buka atau enggak tetap harus bayar, tapi ya keberatan lah, masa gak buka bayar aja, malah kalo lagi buka juga kalo gak dapet uang mah kadang gak bayar ya gak mau bohong. Tapi jarang sih gak bayarnya ya lebih sering bayar. Rata-rata sih Mamah bayarnya 1000 kalo 2000 mah jarang”, (Wawancara dengan Ibu Siti Nasiroh - Pedagang/Wajib Retribusi di Pasar Petir, Sabtu 6 September 2014, Pukul 09.05 WIB, di Pasar Petir). Hal senada juga diungkapkan oleh I5-1 yaitu, “Kalo saya sih
rata-rata bayar 1.000 per kios, kalo lagi rame saya bayar 2.000, tapi
saya gak pernah sampe gak bayar”, (Wawancara dengan Bapak
Iwan Sopian - salah satu pedagang di Pasar Petir, Jum’at 19
September 2014, Pukul 08.07 WIB, di Pasar Petir).
Berdasarkan hasil wawancara dari kedua informan tersebut
dapat diketahui bahwa, para pedagang di Pasar Petir memang
cenderung menyepelekan aturan Perda. Mereka melakukan
pembayaran retribusi hanya jika ada penjualan pada hari ketika
113
mereka buka unitnya (kios dan los). Jika mereka tidak buka maka
tidak akan bayar retribusi bahkan meskipun mereka buka tapi jika
tidak ada penjualan maka mereka tidak akan membayar retribusi.
Jumlah retribusi yang biasa mereka bayarkan adalah 1.000 baik
untuk kios maupun los.
Kemudian sub indikator kedua pada bagian ini yaitu masalah
rencana kenaikan tarif retribusi pasar. Untuk mengetahui mengenai
hal ini peneliti melakukan wawancara dengan I1 sebagaimana hasil
pemaparannya yaitu sebagai berikut:
“Ada, itu kita nanti koordinasi dengan Dewan yang nantinya juga akan ada perubahan Perda, itu sudah ada rencananya. Dasar pertimbagannya dari kemampuan atau daya beli masyarakat, kenaikan barang dagangan secara umum dan terutama untuk meningkatkan pemasukan ke PAD”, (Wawancara dengan Bapak Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kab. Serang, Selasa 26 Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB, di Kantor UPTD Pasar Diskoperindag Kab. Serang). Baerdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa,
rencana kenaikan terif retribusi pasar di Kabupaten Serang sudah
ada, namun rencana tersebut baru bersifat wacana belum ada
koordinasi secara khusus dengan Dewan terkait. Rencana kenaikan
tarif retribusi pasar menurut I1 harus disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi masyarakat khususnya kemampuan daya beli
masyarakat di pasar trasisional. Jika tarif retribusi naik maka
otomatis harga barang dagangan di pasar pun akan naik (mahal),
hal tersebut akan memberatkan masyaraat sebagai konsumen
114
dikarenakan mereka harus mengeluarkan budget lebih banyak
untuk membeli keperluan hidupnya di pasar tradisional.
Kemudian bagaimana tanggapan petugas retribusi mengenai
rencana kenaikan tarif retribusi pasar, berikut hasil wawancara
peneliti dengan I3, yaitu sebagai berikut:
“Boleh untuk kita peningkatkan pendapatan untuk Kas Daerah, tapi dengan catatan apabila ada keluhan dari staf di lapangan, kalo ada benturan segala macam, kalo memang pertanggungjawaban dari atasan oke, kita kan harus diberikan arahan dari atasan, terus kalo ada komplain, harus ada ketegasan dari petugas/atasan. Kalo yang saya rasakan Pemerintahan di Provinsi Banten kayanya kurang tegas, jadi tegasnya hanya ke staf aja gak langsung ke lapangan. Untuk 2500 belum bisa lah apalagi untuk pasar selevel kita, setidaknya yang tadinya belum mencapai 2.000 biar nyampe 2.000 lah, kalo lebih dari itu kayanya belum bisa”, (Wawancara dengan Bapak Wahyudi - Petugas Pemungut Retribusi Pasar di Pasar Petir, Minggu, 7 September 2014, Pukul 10.06 WIB, di Pasar Petir). Dari hasil wawancara di atas kita dapat melihat beberapa
fakta lain, bukan hanya mengenai rencana peningkatan tarif
retribusi, tetapi juga mengenai ketegasan pihak Pasar Petir.
Kutipan wawancara tersebut mengungkapkan bahwa pada dasarnya
petugas retribusi menyetujui rencana kenaikan tarif retribusi
tersebut, namun beliau mengatakan bahwa pelaksanaannya harus
benar-benar diawasi secara tegas oleh pihak Pasar Petir terutama
para pejabat di Dinas yang bersangkutan, jadi tidak hanya staf-staf
bawah saja. Selain itu I3 juga menegaskan, kenaikan tarif retribusi
pasar bisa dilakukan jika pencapaian retribusi yang sekarang sudah
tercapai secara maksimal.
115
Tanggapan lain diutarakan oleh I4-1 yaitu sebagai berikut:
“Kalo ada peningkatan tarif atau target yaa susah sih tapi gimana ketegasan kita supaya pedagang paham, apa dasarnya, bagaimana peraturannya diterangkan secara jelas pada pedagang, ya mungkin bisa aja kalo menaikan tarif/target”, (Wawancara dengan Bapak Saleh - Staf Pasar Petir, Jum’at, 19 September 2014, Pukul 07.35 WIB, di Pasar Petir). Menurut I4-1 kenaikan tarif retribusi pasar dirasa sangat berat,
karena memang seperti yang telah kita ketahui pendapatan retribusi
pasar di Kabupaten Serang khususnya di Pasar Petir masih sangat
minim. Namun, menurut beliau kenaikan tarif tersebut bisa saja
dilakukan, tapi harus adanya ketegasan dan sosialisasi yang
maksimal dari pihak Dinas terkait.
Pernyataan senada juga diungkapkan oleh I5-1 salah satu
pedagang di Pasar Petir yaitu sebegai berikut:
“Wih.. ulah, ulah.. tos sakitu bae. Keberatan lah kalo dinaikin mah. Soalnya kan pasarnya seperti ini kurang rame. Paling ramenya kalo lagi bulan puasa atau lagi musim mau masuk sekolah”, (Wawancara dengan Ibu Siti Nasiroh - Pedagang/Wajib Retribusi di Pasar Petir, Sabtu 6 September 2014, Pukul 09.05 WIB, di Pasar Petir). Pernyataan I5-1 tersebut mengungkapkan secara tegas dan
gamblang bahwa beliau merasa sangat keberatan jika tarif retribusi
pasar dinaikkan dengan alasan penjualannya sering sepi. Rencana
kenaikan tarif retribusi pasar sebenarnya bisa meningkatkan
potensi pendapatan retribusi pasar yang kemudian akan menambah
kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Daerah
akan mendapatlan tambahan penghasilan (modal) untuk
116
menjalankan pembangunan daerah. Namun, hal tersebut tidak
semudah membalikan telapak tangan dikarenakan pemerintah
harus menyesuaikan dengan kemampuan masyarakat.
5. Jumlah Kios dan Los
Jumlah kios dan los yaitu jumlah unit fasilitas pasar yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah sebagai objek/sumber retribusi
pasar.
Pertama, peneliti menanyakan berapa jumlah kios dan los
yang aktif dan non aktif. Untuk mencari jawaban dari pertanyaan
ini peneliti pertama kali melakukan wawancara dengan I1 dengan
hasil wawancara sebagai berikut:
“Yaa.. kurang lebih 80% kios aktif, 90% los aktif. Nah.. itu lah kelemahan para pedagang-pedagang kita, mau memiliki unit tapi tidak mau menggunakannya untuk berjualan, itu kan mempengaruhi juga terhadap perolehan retribusi kita.. seharusnya itu jadi pemasukan rutin untuk kita”, (Wawancara dengan Bapak Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kab. Serang, Selasa 26 Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB, di Kantor UPTD Pasar Diskoperindag Kab. Serang). Berdasarkan hasil wawancara dengan I1 di atas dapat
diketahui ternyata masih banyak kios dan los yang non aktif.
Pernyataan tersebut juga didukung oleh gambaran kondisi kios dan
los di Pasar Petir seperti yang terlihat pada gambar berikut:
117
Gambar 4.5 Kios-kios di Pasar Petir yang Non Aktif
Sumber: Peneliti, (22-09-2014)
Gambar 4.6 Los-los di Pasar Petir yang Non Aktif
Sumber: Peneliti, (22-09-2014)
118
Pernyataan senada juga diungkapkan oleh I2 yang secara
singkat mengungkapkan: “Yaa kira-kira 80% yang aktif, 20% yang
belum aktif”, (Wawancara dengan Bapak Hasan - Koordinator
Pasar Petir, Sabtu 6 September 2014, Pukul 09.49 WIB).
Kemudian, pernyataan lebih lanjut disampaikan oleh I3 dan I4-2
yaitu sebagai berikut:
“Kios yang belum aktif masih banyak.. Yaa itu dia, Pemda kan tidak mau tau jumlah kios dan los yang ada itu harus ada semua retribusinya, gak mau tau kios itu aktif atau tidak, bayar atau tidak. Dari kaki lima itu untuk menutupi kekurangan itu. Jadi PKL ini sekarang hanya sebagai solusi”, (Wawancara dengan Bapak Wahyudi - Petugas Pemungut Retribusi Pasar di Pasar Petir, Minggu, 7 September 2014, Pukul 10.06 WIB, di Pasar Petir). “Kalo jumlahnya belum pasti ada berapa yang jelas masih banyak lah.. karena kan para pedagang yang mau ngisi kiosnya atau mau dikontrakin itu gak pernah ada yang laporan ke petugas, jadi kan datanya gak pasti. Harusnya itu kan kalo kios dan los aktif jadi sumber pendapatan juga untuk retribusi dan salar”, (Wawancara dengan Bapak Saleh - Staf Pasar Petir, Jum’at, 19 September 2014, Pukul 07.35 WIB, di Pasar Petir).
Berdasarkan hasil wawancara dari kedua informan di atas
dapat diketahui bahwa memang masih banyak kios dan los di Pasar
Petir yang non aktif. Sebenarnya unit-unit tersebut sudah ada
pemiliknya masing-masing, namun para pemiliknya tidak/belum
menggunakannya untuk berdagang. Dari hasil pengamatan lebih
lanjut di lapangan, peneliti memang melihat secara jelas kios dan
los yang masih kosong tersebut. unit-unit tersebut dibiarkan begitu
saja oleh pemiliknya. Padahal jika kios dan los tersebut diisi atau
119
digunakan untuk berdagang, tentunya target pendapatan retribusi
pasar di Pasar Petir akan terealisasi dengan maksimal.
Kedua, bagaimana mengatasi kios dan los yang tidak/belum
aktif. Untuk mengetahui mengenai hal tersebut, peneliti melakukan
wawancara dengan I1 dengan hasil wawancara sebagai berikut:
“Ada, ada sanksinya itu. Yaa sanksinya kalo dia tidak buka dalam satu tahun otomatis harus dikembalikan kepada pemiliknya yaitu Pemerintah Daerah. Pedagang yang sekarang menempati unit di Pasar Petir itu bukan sebagai pemilik, tetapi hanya diberikan hak untuk menggunakan jasa atau fasilitas berdagang dari Pemerintah Daerah dan itu semua milik Pemerintah Daerah, mulai dari tanah, bangunan dan seluruh fasilitas yang ada di Pasar tersebut. Sementara ini peraturan tersebut belum ditegakkan, karena sebenarnya Pasar Petir ini belum diresmikan, walaupun sekarang sudah digunakan. Jadi nanti kebijakan atau peraturan itu berlaku ketika Pasar Petir sudah diresmikan”, (Wawancara dengan Bapak Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kab. Serang, Selasa 26 Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB, di Kantor UPTD Pasar Diskoperindag Kab. Serang). Berdasarkan hasil wawancara dengan I1 di atas dapat
diketahui bahwa, semua unit kios dan los termasuk tanah,
bangunan serta segala fasilitas yang ada di Pasar Petir adalah milik
Pemerintah Daerah, bukan milik masyarakat Petir atau pun milik
para pedagang di Pasar Petir. Semua pedagang yang berjualan di
Pasar Petir hanya mendapatkan Hak Guna Pakai yang dibuktikan
dengan Surat Hak Guna Pakai (HGP) yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah. Adapun, untuk kios dan los yang tidak dibuka
atau tidak digunakan untuk berdagang dalam satu tahun, maka kios
dan los tersebut akan ditarik kembali oleh Pemerintah Daerah.
120
Namun, saat ini kebijakan tersebut belum diterapkan dikarenakan
Pasar Petir belum melakukan peresmian dari Pemerintah Daerah
dan Pemerintah Pusat.
Pernyataan senada juga diutarakan oleh I4-2 yang
mengungkapkan:
“Yaa untuk sementara ini kan Pasar Petir belum peresmian, jadi belum ada tindakan secara tegas untuk mengatasi kios non aktif itu. Nanti kalo sudah diresmikan harus buka semua itu, kios yang belum aktif harus aktif, yang belum punya tempat akan ditempatkan, dsb”, (Wawancara dengan Bapak Saleh - Staf Pasar Petir, Jum’at, 19 September 2014, Pukul 07.35 WIB, di Pasar Petir). Jadi, memang belum ada tindakan yang tegas untuk kios dan
los yang non aktif tersebut. Sementara ini hanya dilakukan teguran-
teguran ringan saja dari para staf Pasar Petir. Seperti yang
diungkapkan oleh I1 di atas, bahwa memang Pasar Petir ini belum
diresmikan.
Pemaparan lebih lanjut disampaikan oleh I4-1 yaitu sebagai
berikut:
“Ya itu kan kios-kios yang kosong sudah dikasih peringatan dengan surat yang ditempel-tempel itu supaya diketahui oleh pemeliknya agar diaktifkan. Itu kan seharusnya jadi potensi pendapatan retribusi, kalo tutup aja ya kita kehilangan pendapatan untuk retribusi”, (Wawancara dengan Bapak Mansur - Staf Pasar Petir, Jum’at, 19 September 2014, Pukul 09.37 WIB, di Pasar Petir). Tindakan lain yang telah dilakukan oleh pihak Pasar petir
untuk mengatasi kos dan los yang non aktif yaitu dengan
menempelkan surat peringatan pada unit-unit yang non aktif.
121
Namun, sampai saat ini tindakan itu belum mendapatkan respon
dari para pedagang yang mendapatkan hak guna pakai dari unit-
unit tersebut. padahal, seharusnya unit-unit tersebut menjadi
sumber potensi pendapatan retribusi pasar di Pasar Petir. Namun
karena tidak digunakan untuk berdagang (non aktif) maka pihak
Pasar Petir (Pemerintah Daerah) kehilangan potensi pendapatan
retribusi pasar di Pasar Petir.
Selanjutnya (ketiga), mengenai rencana penambahan unit
baru untuk kios dan los. Pertama peneliti melakukan wawancara
dengan I1 yaitu: “Oh nggak itu sudah segitu jumlahnya, kan
mengikuti jumlah awal sebelum Pasar Petir direvitalisasi, jumlah
kios 290 jumlah losnya 88”, (Wawancara dengan Bapak Ma’mun
Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag
Kab. Serang, Selasa 26 Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB, di Kantor
UPTD Pasar Diskoperindag Kab. Serang). Berdasarkan hasil
wawancara tersebut diketahui bahwa tidak ada penambahan unit
baru baik untuk kios maupun untuk los di Pasar Petir. Jumlah unit
yang ada sudah ditentukan oleh Pemerintah jadi tidak dapat
ditambah atau pun dikurangi.
Pernyataan lebih lanjut disampaikan oleh I4-1 sebagaimana
hasil penuturannya yaitu sebagai berikut:
“Kalo kios dan los gak bisa nambah ya segini aja, bicara soal keramaian pasar, kalo bangunannya seperti dulu itu bisa memancing keramaian, ya ini lihat saja struktur bangunannya seperti ini dilihat dari depan aja sudah terbendung oleh kantor
122
pasar. Kalo dulu kan pintu masuk ada 3 jadi mantep itu bisa memancing keramaian”, (Wawancara dengan Bapak Mansur - Staf Pasar Petir, Jum’at, 19 September 2014, Pukul 09.37 WIB, di Pasar Petir). Senada dengan hasil wawancara dengan I1 di atas bahwa
jumlah unit kios dan los yang ada di Pasar Petir tidak dapat
ditambah. Namun, dalam kutipan wawancara tersebut, I4-1
mengungkapkan bahwa struktur bangunan Pasar Petir yang
sekarang tidak lebih baik dari yang sebelumnya (sebelum
direvitalisasi). Menurut beliau struktur bangunan Pasar Petir yang
dulu lebih baik karena memiliki tiga jalur masuk utama di depan,
dimana menurut beliau hal itu bisa menarik atau memancing
keramaian Pasar Petir. Namun sebaliknya, Pasar Petir yang
sekarang menurut beliau kurang mampu menarik pengunjung,
karena dari depan pasar sudah terbendung oleh Kantor
Administrasi Pasar, sehingga deretan kios dan los tidak secara
langsung terlihat dari depan.
Kemudian yang terakhir (keempat) yaitu mengenai rencana
penambahan jenis objek retribusi baru di Pasar Petir. Wawancara
pertama peneliti lakukan dengan I1 yaitu: “Paling penambahannya
itu untuk menampung PKL, jadi nanti dibuatkan ruang untuk PKL.
Sekarang sudah mulai dibangun namun belum dioperasikan”,
(Wawancara dengan Bapak Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT
Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kab. Serang, Selasa 26
Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB, di Kantor UPTD Pasar
123
Diskoperindag Kab. Serang). Hasil wawancara tersebut
menjelaskan bahwa, saat ini di Pasar Petir sudah dibuatkan unit
baru untuk menempatkan Pedagang Kaki Lima (PKL), namun saat
ini unit tersebut belum dioperasikan.
Kemudian, wawancara selanjutnya dilakukan dengan I3 dan
I4-1 sebagaimana hasil pemaparannya yaitu sebagai berikut:
“Yaa barangkal itu PKL kalo udah ditempatkan di auning. Tempat untuk kaki lima kan udah ada di belakang, sekarang sih belum ditempati karena pengunjungnya masih sepi. Sekarang kan pintu masuk Pasar Petir ini ada 2, dari depan dan dari belakang. Kalo pengunjungnya udah rame dari depan maupun dari belakang ya pasti mulai dipake. Itu auning namannya, jumlahnya 60 unit, bentuknya seperti los cuma tidak ada sekat-sekatnya dan tidak ada meja-mejanya, jadi datar aja”, (Wawancara dengan Bapak Wahyudi - Petugas Pemungut Retribusi Pasar di Pasar Petir, Minggu, 7 September 2014, Pukul 10.06 WIB, di Pasar Petir). “Ada itu auning di belakang tapi belum dioperasikan, sementara ini petugas pasar ditugaskan untuk mengarahkan para pedagang kaki lima untuk mengisi auning tersebut, tapi kan kalo pasarnya belum cukup ramai sampai ke belakang jadi auning itu belum bisa dioperasikan”, (Wawancara dengan Bapak Mansur - Staf Pasar Petir, Jum’at, 19 September 2014, Pukul 09.37 WIB, di Pasar Petir). Berdasarkan hasil wawancara dari kedua informan di atas
dapat diketahui bahwa, unit baru yang bernama Auning itu
ditempatkan di belakang Pasar Petir dengan jumlah sekitar 60 unit.
Bentuk atau struktur dari unit tersebut mirip seperti los namun
tnapa ada tembok-tembok penyekat. Seperti yang telah
diungkapkan oleh I1 pada wawancara pertama, saat ini auning di
Pasar Petir belum dioperasikan dikarenakan kondisi Pasar Petir
124
masih sepi. Meski saat ini pintu masuk Pasar Petir ada dua yaitu
dari depan dan belakang pasar, namun untuk mulai membuka atau
mengoperasikan auning tersebut adalah kondisi keramaian pasar.
Untuk lebih memperjelas data hasil wawancara di atas, dapat
dilihat gambaran mengenai deretan auning yang ada di Pasar Petir
sebagai berikut:
Gambar 4.7 Deretan Auning di Pasar Petir yang Masih Kosong / Belum
Dioperasikan
Sumber: Peneliti, (22-09-2014)
6. Luas Pasar dan Area Kaki Lima
Luas pasar dan area kaki lima yaitu luas dari keseluruhan
area pasar termasuk area kaki lima dan area parkir yang digunakan
semaksimal mungkin untuk menjadi sumber potensi retribusi pasar
atau sumber pendapatan pasar secara umum. Poin pertama yang
125
akan dibahas adalah bagaimana kesesuaian luas area pasar dengan
potensi/pendapatan retribusi yang ada.
Wawancara pertama dengan I1 , “Pasar Petir dengan luas
segitu sudah dimaksimalkan pembangunan unitnya dari mulai kios,
los, halaman, area parkir. Semuanya itu sudah ada aturannya di
peta”, (Wawancara dengan Bapak Ma’mun Dian Purnama - Kepala
UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kab. Serang, Selasa 26
Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB, di Kantor UPTD Pasar
Diskoperindag Kab. Serang).
Kemudian wawancara dengan I4-1 yaitu:
“Harusnya sih untuk pasar seluas ini ya pendapatnnya banyak, melihat jumlah unit kios dan los juga banyak, luas halaman parkir luas, pedagang kaki lima dan asongan banyak, tapi kan belum tentu semua itu menjamin pendapatan retribusi”, (Wawancara dengan Bapak Mansur - Staf Pasar Petir, Jum’at, 19 September 2014, Pukul 09.37 WIB, di Pasar Petir). Berdasarkan hasil wawancara dengan kedua informan di atas
dapat diketahui bahwa, jumlah unit bangunan yang ada di Pasar
Petir mulai dari kios, los dan berbagai fasilitas lainnya seperti
mushola, toilet, kantor administrasi pasar, lahan parkir dan tempat
penampungan sampah sudah diatur jumlah, luas dan ukurannya
oleh pemerintah. Seluruh lahan Pasar Petir sudah dimaksimalkan
untuk pembangunan unit-unit baik yang menjadi potensi retribusi
maupun sebagai fasilitas pendukung. Namun, menurut I4-1 luas
Pasar Petir yang ada tidak sesuai dengan pendapatan retribusi yang
126
diperoleh. Jumlah kios dan los yang merupakan sumber potensi
retribusi utama belum bisa mencapai target, jumlah PKL yang
banyak hanya menjadi alternatif untuk menutupi kekurangan target
akan retribusi kios dan los, kemudian lahan parkir yang luas pun
pendapatnnya tidak masuk sama sekali ke kas Pasar Petir.
Kemudian yang kedua mengenai kesesuaian luas area pasar
dengan jumlah unit objek retribusi yang ada, peneliti melakukan
wawancara dengan I2 dengan hasil wawancara sebagai berikut:
“Kalo untuk menambah unit baru mah gak bisa, ya buat apa, unit yang ada aja masih banyak yang kosong.. coba kalo semua aktif, itu kan potensi retribusi yang utama. Sekarang jangan dulu mikirin penambahan unit, maksimalkan dulu dari unit yang sudah ada ini”, (Wawancara dengan Bapak Hasan - Koordinator Pasar Petir, Sabtu 6 September 2014, Pukul 09.49 WIB). Hasil wawancara dengan I2 di atas menunjukan fakta bahwa
menurut beliau dari luas area Pasar Petir yang ada tidak perlu lagi
ditambah unit baru untuk dijadikan potensi retribusi. Karena
memang unit yang ada sekarang pun masih banyak yang kosong.
Belian menegaskan, dari pada menambah unit baru lebih baik
memaksimalkan pendapatan pada unit-unit yang sudah ada.
Hal yang senada pun diungkapkan oleh I4-1 dan I4-2, yaitu
sebagai berikut:
“Bisa saja menambah unit lagi di Pasar Petir ini, tapi kan kita lihat sekarang, jangankan mau nambah lagi ke belakang, unit yang ada aja masih banyak yang kosong di los dan kiosnya itu masih banyak yang kosong”, (Wawancara dengan Bapak Mansur - Staf Pasar Petir, Jum’at, 19 September 2014, Pukul 09.37 WIB, di Pasar Petir).
127
“Tapi kayanya gak bisa, karena yang ada aja masih banyak yang kosong, kecuali kios ini sudah penuh terisi semua kalo ada lahan yang kosong, itu boleh-boleh aja”, (Wawancara dengan Bapak Saleh - Staf Pasar Petir, Jum’at, 19 September 2014, Pukul 07.35 WIB, di Pasar Petir). Berdasarkan hasil wawancara dengan kedua informan di atas
peneliti dapat menganalisis bahwa, untuk saat ini luas area pasar di
Pasar Petir saat ini dikatakan sudah cukup maksimal
penggunaannya sebagai potensi retribusi pasar di Pasar Petir
terutama dari jumlah kios dan los. Saat ini penambahan unit untuk
kios dan los belum bisa dilakukan, terkecuali jika jumlah unit yang
ada sudah terisi semua dan permintaan akan unit baru masih ada,
mungkin luas area Pasar Petir masih bisa dimaksimalkan untuk
penambahan unit baru.
7. Jumlah Pedagang termasuk PKL
Jumlah pedagang termasuk pedagang kaki lima yaitu jumlah
seluruh orang yang melakukan kegiatan berdagang atau jual beli di
pasar, baik pedagang yang di kios, los maupun pedagang kaki lima
dan pedagang asongan yang merupakan subjek utama sebagai
sumber/potensi retribusi pasar.
Pertanyaan pertama untuk masalah pedagang adalah,
bagaimana kesesuaian jumlah pedagang sebagai subjek retribusi
Pasar Petir terhadap jumlah unit yang ada (kios dan los). Untuk
menjawab pertanyaan tersebut peneliti mencoba melakukan
128
wawancara dengan I1 sebagai berikut, “Yaa seperti yang kita
ketahui, kios dan los yang ada masih banyak yang belum aktif,
bukan karena tidak ada pemiliknya, tapi pemiliknya tidak/belum
menggunakannya untuk berjualan”, (Wawancara dengan Bapak
Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah
Diskoperindag Kab. Serang, Selasa 26 Agustus 2014, Pukul 09.07
WIB, di Kantor UPTD Pasar Diskoperindag Kab. Serang).
Dari hasil wawancara dengan I1 di atas dapat diketahui
bahwa, jumlah pedagang yang ada di Pasar Petir tidak sesuai
dengan jumlah unit yang ada baik di kios maupun di los. Hal
tersebut dikarenakan kios dan los yang ada belum atau tidak dibuka
atau digunakan untuk berdagang oleh pemilik hak guna pakainya
(HGP). Padahal seharusnya semua unit yang ada digunakan untuk
berdagang oleh pemilik HGP masing-masing.
Wawancara selanjutnya dari I4-1 dengan hasi wawancaranya
yaitu: “Jumlah pedagang lebih sedikit dari jumlah unit yang ada,
jumlah unit mah banyak pedagangnya mah itu-itu juga”,
(Wawancara dengan Bapak Mansur - Staf Pasar Petir, Jum’at, 19
September 2014, Pukul 09.37 WIB, di Pasar Petir). Pernyataan dari
I4-2 tersebut mengungkapkan bahwa memang jumlah pedagang
yang ada di Pasar Petir tidak sesuai dengan jumlah unit kios an los
yang ada. Berdasarkan hasil pengamatan lebih lanjut yang peneliti
lakukan di lapangan, hal tersebut dikarenakan ada beberapa
129
pedagang yang memiliki unit lebih dari satu. Selain itu juga karena
unit-unit yang ada belum/tidak digunakan oleh pemiliknya.
Selanjutnya, Apakah selain pedagang yang ada di kios dan
los itu masih ada jenis pedagang lain yang bisa menjadi potensi
retribusi pasar. Untuk mendapatkan informasi atau data mengenai
masalah ini peneliti melakukan wawancara dengan 11 yaitu:
“PKL, itu dihitung/didata, baru pendataan, jumlahnya belum fix, ya sekarang ada lah sekitar 28 PKL. Harusnya mah PKL itu ijin dulu kepada pengelola pasar, misalnya Kepala UPTD atau Mantri Pasar atau Koordinator Pasar, mereka asal masuk aja langsung dagang aja, jadi petugas kalo mau mendata ya dihitung saat di lapangan aja. Ya pedagang kaki lima dan asongan kan belum masuk ke objek retribusi daerah karena memang jumlahnya tidak tetap setiap harinya, tetapi kan iuran tetap dilakukan jadi itu menjadi solusi untuk menutupi kekurangan target retribusi pasar”, (Wawancara dengan Bapak Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kab. Serang, Selasa 26 Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB, di Kantor UPTD Pasar Diskoperindag Kab. Serang). Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa,
ada jenis pedagang lain yang bisa dijadikan potensi retribusi pasar
yaitu Pedagang Kaki Lima dan Asongan. Kendalanya adalah
jumlah pedagang tersebut sulit ditentukan karena mereka
merupakan pedagang yang tidak tetap. Sementara ini belum ada
sistem atau cara yang dilakukan pihak terkait untuk mengatasi
permasalahan tersebut, hanya dilakukan penghitungan secara
langsung di lapangan dan itu pun jumlahnya masih tentatif.
Kemudian wawacara dengan I2 dan I3 yang mengungkapkan
hal hampir senada dengan hasil penuturannya sebagai berikut:
130
“PKL dan asongan itu kan dipungut juga, sementara ini buat nalangin yang retribusi kalo kurang, terus juga buat biaya harian petugas (operasional), masa petugas gak makan gak minum, masa “mati di lumbung padi”. Jadi belum masuk secara mandiri sebagai objek retribusi hanya untuk nombokin aja”, (Wawancara dengan Bapak Hasan - Koordinator Pasar Petir, Sabtu 6 September 2014, Pukul 09.49 WIB). “Kalo pendapatan retribusi untuk kios dan los sudah mencukupi ya mungkin pendapatan dari PKL juga bisa menjadi objek baru untuk retribusi. Ada datanya, yang di atas taunya PKL itu gak masuk retribusi ya itu masuk untuk nutupin kekurangan retribusi kios dan los”, (Wawancara dengan Bapak Wahyudi - Petugas Pemungut Retribusi Pasar di Pasar Petir, Minggu, 7 September 2014, Pukul 10.06 WIB, di Pasar Petir). Berdasarkan hasil wawancara dari kedua informan di atas
dapat diketahui bahwa memang saat ini pengutan terhadap PKL
dan asongan di Pasar Petir sudah dilakukan. Namun hasil
pendapatnnya digunakan untuk biaya operasional harian petugas
atau staf Pasar Petir serta untuk menutupi apabila ada kekurangan
target retribusi kios dan los. Sementara ini retribusi PKL dan
asongan belum masuk menjadi objek retribusi pasar.
Terakhir, mengenai faktor-faktor atau hal-hal yang
melatarbelakangi kepatuhan pedagang dalam membayar retribusi
pasar. Berikut hasil wawancara pertama dengan I1 yaitu sebagai
berikut:
“Ya permasalahannya kurang taatnya itu, kurang patuh pada aturan berapa tarifnya, bagaimana aturannya yang sesuai di Perda. Retribusi itu dipungut berdasarkan adanya kegiatan berjualan di pasar, jadi kalau tidak buka ya tidak bayar retribusi. Ya seharusnya sih ada atau tidaknya kegiatan berjualan ya tetap harus bayar retribusi seperti yang sudah diatur di Perda. Tetapi yaa kita lihat sendiri realitanya di
131
lapangan, kalo pedagangnya tidak buka ya kita mau gimana. Malah kalaupun pedagangnya buka, masih banyak yang tidak mau bayar dengan alasan sepi pembeli lah atau mau bayar tapi tidak sesuai tarif yang ditentukan”, (Wawancara dengan Bapak Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kab. Serang, Selasa 26 Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB, di Kantor UPTD Pasar Diskoperindag Kab. Serang). Hasil wawancara dengan I1 di atas sesuai dengan apa yang
peneliti lihat di lapangan, dimana memang pemungutan retribusi
pasar di Pasar petir hanya dilakukan apabila ada kegiatan berjualan
di unitnya baik kios atau los. Malah ketika ada kegiatan berjualan
pun para pedagang tetap tidak mau membayar retribusi pasar
dengan alasan belum ada penjualan atau penjualannya lagi sepi.
Seharusnya, ada atau tidaknya kegiatan berjualan dan ada atau
tidaknya penjualan, pemilik hak guna pakai kios dan los harus
membayar retribusi pasar sesuai dengan tarifnya dan jenis unitnya.
Wawancara selanjutnya mengenai kepatuhan pedagang di
Pasar Petir yaitu sebagai berikut:
“Kesadaran pedagang masih sangat kurang, kenyataannya sekarang, untuk zonasi aja sangat sulit karena sikap “Kumaha Aing”, jadi susah diatur. Para pedagang di Pasar Petir ini sangat kurang kesadarannya dalam mematuhi segala peraturan mengenai pasar, bukan hanya dalam membayar retribusi, semisal HGP saja surat Hak Guna Pakai itukan harusnya diperbarui setiap satu tahun, mana coba.. gak ada, hanya sedikit yang patuh. Terus kalo ada yang mau ngontrak apa pernah ada yang lapor ke petugas, ada lagi yang sampe membongkar tembok kios, mereka itu merasa kios ini milik sendiri seperti rumah, terserah mau diapain gimana sendirinya aja”, (Wawancara dengan Bapak Hasan - Koordinator Pasar Petir, Sabtu 6 September 2014, Pukul 09.49 WIB).
132
Faktor lain yang melatarbelakangi kepatuhan pedagang
dalam membayar retribusi yaitu diantaranya kurangnya kesadaran
para pedagang di Pasar Petir dan sikap para pedagang di Pasar
Petir yang selalu ingin mengatur sendiri. Bukan hanya dalam hal
kepatuhan membayar retribusi pasar, tetapi juga dalam hal
mematuhi peraturan-peraturan yang lain seperti pengaturan zonasi
kios dan los, Hak Guna Pakai (HGP), mekanisme pengontrakan
kios dan los, pindah tangan HGP dan sebagainya. Semua itu tidak
dipatuhi oleh para pedagang di Pasar Petir. Hal inilah yang menjadi
dilema yang sangat sulit diselesaikan bagi Pasar Petir.
Penuturan lebih lanjut disampaikan oleh I3 yaitu:
Kultur juga berpengaruh pada kesadaran pedagang untuk membayar, masyarakat di sini masih cenderung tradisional. Kalo pasar yang ada di kota mah sudah rata 2.000 untuk kios, jadi kalo ada rencana kenaikan masih bisa lah kalo untuk di kota walaupun prosesnya sulit, malah kalo di Jakarta kebersihan itu sampe 5.000 itu bisa diterapkan dengan ketegasan, kalo gak ngasih gak bisa jualan. Kalo di kita ada tarif segitu yang ada ribut”, (Wawancara dengan Bapak Wahyudi - Petugas Pemungut Retribusi Pasar di Pasar Petir, Minggu, 7 September 2014, Pukul 10.06 WIB, di Pasar Petir). Hasil wawancara dengan I3 di atas memberikan fakta baru
mengenai kepatuhan pedagang di Pasar Petir. Dalam wawancara
tersebut diketahui ada faktor lain yang melatarbelakangi kepatuhan
para pedagang di Pasar Petir yaitu kultur atau karakter masyarakat,
karena secara umum masyarakat pedagang Pasar Petir masih
sangat tradisional.
133
Kemudian fakta lain juga diungkapkan oleh I4-1 dalam
wawancaranya dengan peneliti yaitu sebagai berikut:
“Sebetulnya kalo melihat dari Perda kalo pedagang tidak membayar retribusi selama 3 bulan berturut-turut maka unitnya akan kembali pada Pemda. Faktor yang melatarbelakangi kepatuhan pedagang dalam membayar retribusi ya menurut saya yang jelas mah faktor pembeli, kalo sepi pembeli yaa pedagang mau bayar gimana. Kalo kesadaran pedagang menurut saya mah sudah cukup baik.. ya kalo dia gak punya bekal dari rumah ya mau bayar pake apa.. untuk sementara ini saya masih pake hati nurani aja selama targetnya masih bisa tercapai, tapi kalo seandainya targetnya naik lagi ya mau gak mau tarif yang ada di Perda itu harus diterapkan pada pedagang”, (Wawancara dengan Bapak Mansur - Staf Pasar Petir, Jum’at, 19 September 2014, Pukul 09.37 WIB, di Pasar Petir). Menurut I4-1 faktor yang melatarbelakangi kepatuhan para
pedagang di Pasar Petir dalam membayar retribusi pasar yaitu
faktor pembeli (penjualan). Beliau mengatakan bahwa kesadaran
para pedagang di Pasar Petir sudah cukup bagus, jika mereka
mendapatkan hasil penjualan yang cukup maka mereka akan
membayar retribusi, namun jika tidak ata belum ada penjualan
maka mereka tidak akan membayar retribusi.
Selanjutnya menurut I4-2 juga mengungkapkan hal yang lain
yaitu:
“Kurang paham, jadi retribusi ini kemana masuknya, kebersihan dan keamanan kemana masuknya jadi karena kurang pahamnya itu pedagang jadi kurang patuh bayar retribusi dan pungutan lainnya juga. Kalo kita sih sebagai petugas selalu memaklumi kalo memang penjualan lagi sepi selama target tercapai”, (Wawancara dengan Bapak Saleh - Staf Pasar Petir, Jum’at, 19 September 2014, Pukul 07.35 WIB, di Pasar Petir).
134
Menurut I4-2 faktor yang melatarbelakangi kepatuhan
pedagang di Pasar Petir dalam membayar retribusi pasar adalah
karena kurang paham. Para pedagang kurang memahami kemana
masuknya retribusi, untuk apa hasil pungutan retribusi tersebut.
beliau mengatakan apabila para pedagang sudah paham maka
mereka akan membayar retribusi sesuai dengan kewajibannya
masing-masing.
Untuk memastikan kebenaran data dari hasil wawancara
beberapa informan di atas, maka peneliti melakukan triangulasi
sumber kepada informan lain, yaitu kepada I5-1 & I5-2 sebagaimana
hasil wawancaranya adalah sebagai berikut:
“Yaa karena jualannya sepi, kalo rame saya mah bayar aja sih.. walaupun cuma 1.000, mungkin karena udah kebiasaan juga, biasanya bayar 1.000 ya segitu aja. Tapi kalo petugasnya bener-bener tegas mah mungkin bisa aja retribusi itu sesua tarifnya 2.000, tapi jangan tegas separo-separo doang, harus tegas secara total dan menyeluruh. Yaa kalo semuanya pada bayar 2.000 mah saya juga siap bayar 2.000. Terus juga bukan cuma giat minta retribusinya aja, pelayanannya juga diperbaiki, dimaksimalkan, masalah kebersihan, toilet biar nyaman, parkirnya juga, pokonya semuanya lah”, (Wawancara dengan Ibu Siti Nasiroh - Pedagang/Wajib Retribusi di Pasar Petir, Sabtu 6 September 2014, Pukul 09.05 WIB, di Pasar Petir). Kemudian wawancara dengan I5-2 yaitu sebagai berikut: “Ya tergantung penjualan aja, kalo gak ada penjualan ya kita mau bayar pake apa? Ya untuk bayar retribusi itu kan kita juga ada perhitungan. Saya sih gak pernah tidak bayar, saya selalu bayar, ya kadang 1.000 kadang 2.000, tapi lebih seringnya 1.000”, (Wawancara dengan Bapak Iwan Sopian -salah satu pedagang di Pasar Petir, Jum’at 19 September 2014, Pukul 08.07 WIB, di Pasar Petir).
135
Informan yang merupakan pedagang di Pasar Petir ini
mengungkapkan hal yang senada dengan hasil wawancara dari
beberapa informan di atas yang mengungkapkan bahwa para
pedagang membayar retribusi pasar hanya karena ada penjualan
saja, jika tidak ada penjualan mereka tidak akan membayar. Tarif
retribusi yang dibayarkan pun tidak sesuai dengan tarif yang
seharusnya. Para pedagang seolah-olah menentukan tarif sendiri
yaitu sebesar Rp. 1.000,-. Padahal seharusnya untuk kios Rp.
2.000,- dan untuk los Rp. 1.500,-.
Selain itu dalam kutipan wawancara tersebut pedagang
mengharapkan ketegasan dari para petugas atau pihak terkait
apabila memang tarif retribusi akan diterapkan sesuai peraturan di
Praturan Daerah (Perda). Di samping itu juga pedagang
mengharapkan perbaikan dari seluruh fasilitas yang ada dan
pelayanan di Pasar Petir sebagai timbal balik dari pembayaran
retribusi yang mereka lakukan.
8. Data Penerimaan Retribusi Tahunan
Data penerimaan retribusi mencakup data penerimaan
retribusi atau pendapatan retribusi pada suatu pasar termasuk target
pendapatannya, pencapaiannya serta proses penyetorannya ke Kas
Daerah.
136
Hal pertama yang peneliti tanyakan mengenai penerimaan
retribusi pasar di Pasar Petir ini yaitu mengenai target pendapatan
retribusi pasar di Pasar Petir, bagaimana jangka waktu
penargetannya dan bagaimana pencapaiannya. Untuk mengetahui
mengenai hal ini peneliti melakukan wawancara dengan I1 yaitu
sebagai berikut:
“Tidak per hari, ya bisa per bulan terus per tahun juga dihitung targetnya. Ada jumlah targetnya, tapi ini datanya tidak boleh diberikan, jadi hanya boleh dibacakan saja. Untuk tahun 2013 target 50juta dan target itu tercapai sampai 50juta, target 2014 sebesar 53juta realisasinya belum terdata karena sekarang kan baru bulan Agustus”, (Wawancara dengan Bapak Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kab. Serang, Selasa 26 Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB, di Kantor UPTD Pasar Diskoperindag Kab. Serang). Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui jumlah target
retribusi pertahun untuk tahun 2013 yaitu sekitar 50 juta rupiah dan
realisasinya tercapai, untuk tahun 2014 dinaikan menjadi 53 juta
rupiah namun realisasi atau pencapaiannya belum dapat diketahui
karena pada saat wawancara baru bulan Agustus 2013. Data asli
mengenai target dan realisasi retribusi pasar untuk wilayah
Kabupaten Serang khususnya Pasar Petir tidak dapat diberikan
copyannya kepada peneliti dikarenakan data tersebut bersifat
rahasia.
Kemudian, peneliti melakukan wawancara dengan I2 dengan
hasil wawancara yaitu: “Per tahun, dibagi 12 bulan, per tahunnya
67.500.000 kurang lebih”, (Wawancara dengan Bapak Hasan -
137
Koordinator Pasar Petir, Sabtu 6 September 2014, Pukul 09.49
WIB). Pada wawancara dengan I2 peneliti mendapatkan jumlah
nominal yang berbeda dengan I1. Target retribusi yang
disampaikan oleh I2 lebih besar dari yang disampaikan oleh I1 yaitu
sebesar Rp. 67.500.000,-.
Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara dengan I3 dengan
hasil wawancara sebagai berikut:
“310.000 per hari untuk satu pasar ini, jadi nanti hasil dari Saya dan Bu Teni digabungkan sampai mencapai jumlah yang sesuai target harian itu. Disetorkannya per minggu, kadang per hari. Pendapatan retribusi Pasar Petir dari keseluruhan itu per hari rata-rata 370.000”, (Wawancara dengan Bapak Wahyudi - Petugas Pemungut Retribusi Pasar di Pasar Petir, Minggu, 7 September 2014, Pukul 10.06 WIB, di Pasar Petir). Wawancara dengan I3 memberikan penjelasan yang berbeda
dengan kedua informan sebelumnya dimana I3 mengungkapkan
jumlah target retribusi Pasar Petir per hari yaitu sebesar Rp.
310.000,- per hari dengan jumlah pendapatan perhari yaitu rata-rata
Rp. 370.000,-.
Kemudian yang kedua adalah mengenai proses
penyetorannya ke kas daerah. Untuk mengetahui mengenai hal
tersebut peneliti melakukan wawancara dengan I1 yaitu: “Itu dari
petugas pemungut ke Kepala Pasar terus ke UPT Pasar kemudian
ke Dispenda melalui Bendahara”, (Wawancara dengan Bapak
Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah
Diskoperindag Kab. Serang, Selasa 26 Agustus 2014, Pukul 09.07
138
WIB, di Kantor UPTD Pasar Diskoperindag Kab. Serang). Hasil
wawancara tersebut menjelaskan mekanisme penyetoran retribusi
pasar di Pasar Petir yaitu dari petugas pemungut (kolektor) ke
Kepala Pasar kemudian ke UPT Pasar melalui bendahara dan
kemudian disetorkan ke Dispenda.
Kemudian peneliti melakukan wawancara kepada informan
lain yaitu I2 dan I3 yang mengungkapkan: “Disetorkannya per
bulan. Disetorkan oleh saya kan Mantri Pasar (Koordinator/Kepala
Pasar) ke Kantor ke Bagian Keuangan Ibu Ros itu terus ke Pak
Ma’mun”, (Wawancara dengan Bapak Hasan - Koordinator Pasar
Petir, Sabtu 6 September 2014, Pukul 09.49 WIB). “Penyetorannya
dari Saya ke Pak Mansur dia kan koordinatornya ke Mantri Pasar
terus ke Dinas dari Dinas ke Dispenda”, (Wawancara dengan
Bapak Wahyudi - Petugas Pemungut Retribusi Pasar di Pasar Petir,
Minggu, 7 September 2014, Pukul 10.06 WIB, di Pasar Petir).
Hasil wawancara dengan I2 dan I3 ini memberikan penjelasan
lebih lanjut mengenai proses penyetoran retribusi Pasar Petir yaitu,
petugas pemungut melakukan pungutan retribusi pasar di Pasar
Petir kemudian hasil dikumpulkan dan dihitung bersama dengan
staf lainnya yang ditugaskan. Selanjutnya retribusi diserahkan
kepada Kepala Pasar untuk disetoran ke UPT Pasar Diskoperindag
Kabupaten Serang melalui Ibu Ros selaku bendahara yang juga
dikoordinasikan oleh Pak Ma’mun sebagai Kepala UPT Pasar. Dari
139
hasil wawancara dengan beberapa informan di atas diketahui
penyetoran retribusi Pasar Petir dilakukan per hari, per minggu
juga per bulan.
4.3 Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian merupakan analisa secara mendalam
terhadap data-data dan fakta yang telah dikumpulkan dari lapangan kemudian
disesuaikan dengan teori yang digunakan dalam penelitian. Seperti yang telah
dipaparkan pada bab sebelumnya, teori yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu teori Potensi Retribusi Pasar dari Mahmudi (2010: 73) yang meliputi 8
(delapan) dimensi yaitu:
1. Fasilitas Pasar;
2. Jenis Dagangan;
3. Jumlah Petugas Pemungut;
4. Tarif Retribusi;
5. Jumlah Kios dan Los;
6. Luas Pasar dan Area Kaki Lima;
7. Jumlah Pedagang termasuk PKL;
8. Data Penerimaan Retribusi Tahunan.
Penelitian mengenai Potensi Retribusi Pasar di Pasar Petir Kabupaten
Serang dari hasil penelitian di lapangan dapat dilihat dari delapan indikator
untuk melihat atau mengetahui potensi retribusi tersebut. Adapun pembahasan
yang dapat peneliti paparkan adalah sebagai berikut:
140
1. Fasilitas Pasar
Tabel 4.6 Kondisi Fasilitas yang Dimiliki oleh Pasar Petir Kabupaten Serang
2013
No Jenis Fasilitas Jumlah Fasilitas Kondisi
1 Kios 290 unit 90% Baik, 10% Kurang Baik
2 Los 88 unit 97% Baik, 3% Kurang Baik
3 Kantor Administrasi Pasar 1 unit Baik
4 Mushola 1 unit Baik 5 Toilet Umum / MCK 2 unit (7 kamar) Kurang Baik 6 Lahan Parkir 2 unit Baik
7 Tempat Penampungan Sampah 2 unit Baik
Sumber: UPTD Pasar Diskoperindag Kab. Serang, 2014, (Data diolah)
Fasilitas pasar di Pasar Petir yang menjadi potensi retribusi pasar
adalah kios dan los. Kios berjumlah 290 unit dan los 80 unit. Selain itu ada
juga fasilitas pendukung lainnya diantaranya kantor administrasi pasar,
mushola, toilet umum/MCK 2 unit (7 kamar), lahan parkir 2 unit dan
tempat penampungan sampah 2 unit.
Diantara fasilitas pendukung tersebut diketahui ada yang
memberikan kontribusi terhadap pendapatan retribusi Pasar Petir baik
secara langsung maupun tidak langsung. Dari hasil penelitian diketahui
fasilitas pendukung Pasar Petir yang memberikan kontribusi terhadap
retribusi daerah diantaranya yaitu fasilitas kebersihan, dimana kelebihan
dari biaya kebersihan yang telah disetorkan ke Dinas Tata Ruang dan
Bangunan bidang Pertamanan dan Kebersihan digunakan untuk menutupi
141
kekurangan setoran retribusi kios dan los. Kemudian toilet/MCK juga
memberikan kontribusi terhadap pendapatan Pasar Petir, walaupun
memang tidak masuk ke retribusi pasar melainkan untuk biaya listrik dan
biaya air.
Hasil pendapatan dari fasilitas parkir tidak masuk ke kas Pasar Petir
melainkan ke Dinas Perhubungan. Padahal lahan parkirnya berada di
dalam area Pasar Petir. Seharusnya pendapatan parkir tersebut masuk ke
pendapatan Pasar Petir yang kemudian juga akan memberikan kontribusi
terhadap retribusi Pasar Petir. Dalam Perda No. 1 Tahun 2011 tantang
Retribusi Jasa Umum pasal 13 jelas tertulis bahwa, jasa parkir yang tertulis
adalah parkir di tepi jalan umum. Dalam hal ini, tentu pihak Pasar Petir
beserta Diskoperindag merasa kehilangan pendapatan dikarenakan lahan
parkirnya dikuasai oleh Dishub.
Untuk mempermudah pemahaman, peneliti membuat tabel hasil
penilaian mengenai fasilitas pasar di Pasar Petir, sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Penilaian mengenai Fasilitas Pasar Petir
Kriteria Penilaian Hasil Penilaian
Fasilitas Pasar Petir yang menjadi potensi retribusi
a. Terdapat 290 unit kios dan 80 unit los; b. Kios dan los masih banyak yang non aktif
yang mengakibatkan kehilangan pendapatan retribusi pasar;
c. Setoran retribusi pasar masih mengandalkan dari hasil iuran yang lain.
Fasilitas pendukung yang memberikan kontribusi
a. Pendapatan parkir tidak masuk ke kas Pasar Petir (Diskoperindag);
142
Kriteria Penilaian Hasil Penilaian
terhadap pendapatan retribusi
b. Hasil iuran kebersihan, ketertiban dan toilet/MCK masih digunakan untuk menutup kekurangan setoran retribusi kios dan los.
Sumber: Peneliti, 2014
Berdasarkan pemaparan dan tabel 4.7 di atas, diketahui bahwa
jumlah fasilitas Pasar Petir yang termasuk ke dalam potensi retribusi pasar
cukup banyak, yaitu 290 kios dan 80 los. Namun, dari semua jumlah
tersebut masih banyak unit-unit yang non aktif yang mengakibatkan pihak
pasar (Diskoperindag) kehilangan potensi pendapatan. Kios dan los yang
non aktif tersebut disebabkan karena pemilik Hak Guna Pakainya (HGP)
tidak menggunakan atau tidak membuka unitnya tersebut untuk kegiatan
berdagang. Mereka hanya ingin memiliki tetapi tidak mau
menggunakannya untuk berdagang, padahal Pemerintah menyediakan
fasilitas tersebut sebagai tempat usaha bagi para pedagang di Pasar Petir.
Pihak Pasar harus menutupi kekurangan setoran retribusi pasar dengan
mengambil hasil iuran dari fasilitas yang lain seperti kebersihan, ketertiban
dan tiolet/MCK. Hal tersebut bukan hanya dikarenakan masih banyak kios
dan los yang non aktif, namun juga karena faktor kepatuhan para
pedagang, faktor petugas dan pihak pasar (Dinas terkait). Sedangkan untuk
fasilitas parkir, pihak Pasar Petir (Diskoperindag) tidak mendapatkan hasil
dikarenakan pengelolaan dan hasilnya dipegang oleh Dinas Perhubungan
(Dishub).
143
2. Jenis Dagangan
Poin pertama mengenai jenis dagangan yaitu masalah zonasi. Zonasi
merupakan pengaturan zonasi penempatan kios dan los sesuai dengan jenis
dagangannya. Di Pasar Petir pengaturan zonasi jenis dagangan sebenarnya
sudah cukup baik, namun kepatuhan pedagang masih sangat kurang.
Bersadarkan hasil temuan dan pengamatan langsung di lapangan, peneliti
melihat bahwa masih banyak pedagang yang belum mematuhi pengaturan
zonasi sesuai dengan jenis dagangnnya. Mereka seolah tidak peduli akan
peraturan yang ada, tidak peduli adanya staf atau petugas pasar. Padahal,
pihak pasar sudah memberikan teguran dan peringatan, namun tindakan
tersebut tidak diindahkan oleh para pedagang. Seharusnya pihak Pasar
Petir beserta Diskoperindag sanksi kepada para pedagang yang melanggar
untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Zonasi sebenarnya sangat berpengaruh terhadap kerapihan,
keindahan dan ketertiban pasar sehingga dapat menarik pembeli yang
secara tidak langsung juga dapat meningkatkan pendapatan retribusi pasar.
Pasar yang rapi dan teratur tentu akan memudahkan para pembeli untuk
mencari barang yang akan dibelinya. Selain itu pasar juga akan terlihat
rapi, bersih, teratur dan indah seperti halnya pasar modern yang tentunya
kondisi tersebut akan lebih menarik pembeli sehingga pasar akan ramai
pembeli. Pasar yang ramai pembeli tentu akan meningkatkan pendapatan
para pedagang yang tentunya akan meningkatkan kepatuhan para
144
pedagang dalam membayar retribusi pasar. Sehingga potensi pendapatan
retribusi pasar dapat tergali secara maksimal.
Poin yang kedua mengenai jenis dagangan adalah kelancaran dalam
membayar retribusi pasar pada masing-masing jenis dagangan. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa pada hari-hari biasa jenis pedagang bahan
makanan lebih lancar dalam membayar retribusi dari pada jenis pedagang
yang lain, misalnya jenis dagangan sembako, sayuran, ikan asin dan
bumbu-bumbu masakan. Sebaliknya, pedagang yang paling jarang
membayar retribusi yaitu pedagang jenis pakaian seperti baju, sepatu, tas,
aksesoris dan kerudung. Jenis pedagang pakaian tersebut hanya ramai pada
saat musim liburan atau menjelang lebaran Idul Fitri saja karena pada saat-
saat tersebut penjualannya meningkat.
Berikut adalah hasil penilaian mengenai jenis dagangan:
Tabel 4.8 Hasil Penilaian mengenai Jenis Dagangan di Pasar Petir
Kriteria Penilaian Hasil Penilaian
Pengaturan jenis dagangan (zonasi) dan kaitannya
dengan pendapatan retribusi pasar
a. Masih banyak pedagang yang belum mematuhi pengaturan zonasi jenis dagangan;
b. Para pedagang yang melanggar zonasi tidak peduli pada peringatan dari pihak pasar;
c. Pihak pasar kurang tegas dalam menindak para pedagang yang tidak mematuhi pengaturan zonasi dan belum ada sanksi yang tegas;
d. Zonasi belum terlaksana dengan baik dan sempurna sehingga Pasar Petir masih terlihat berantakan.
145
Kriteria Penilaian Hasil Penilaian
Kepatuhan membayar retribusi pada masing-masing jenis dagangan
a. Pada hari-hari biasa pedagang jenis bahan makanan lebih patuh membayar retribusi;
b. Pedagang jenis pakaian lebih jarang membayar retribusi dengan alasan sepi pembeli;
c. Patokan para pedagang dalam membayar retribusi adalah tergantung pada adanya penjualan yang tentunya pada hari-hari biasa lebih ramai pada jenis dagangan bahan makanan.
Sumber: Peneliti, 2014
Berdasarkan hasil pemaparan dan tabel di atas diketahui hasil
penilaian terhadap indikator kedua yaitu jenis dagangan masih terdapat
beberapa permasalahan. Dimana pada poin pertama pengaturan zonasi
jenis dagangan masih belum terealisasi dengan baik, diantaranya masih
banyak pedagang yang belum mematuhi pengaturan zonasi jenis
dagangan. Hal ini disebabkan karena para pedagang ingin mempunyai
tempat berdagang yang lokasinya paling strategis dan ramai dikunjungi
pembeli. Para pedagang yang melangggar aturan zonasi tidak peduli
terhadap peringatan dari petugas pasar. Hal tersebut dikarenakan
peringatan atau tindakan yang dilakukan pihak pasar kurang tegas karena
memang belum ada sanksi yang tegas dari pihak pasar, sehingga tidak
membuat pedagang jera malah cenderung menyepelekan.
Untuk poin kedua diketahui bahwa pedagang dengan jenis dagangan
bahan makanan lebih rajin membayar retribusi dari pada pedagang pakaian
146
dan lainnya yang non pangan, terutama pada hari-hari biasa. Hal ini
dikarenakan bahan makanan merupakan bahan kebutuhan pokok sehari-
hari yang sudah pasti dicari dan dibeli oleh para pengunjung pasar.
Pendapatan pedagang bahan makanan lebih pasti dari pada pedagang
pakaian atau jenis lainnya yang non pangan. Maka, pendapatan retribusi
pada hari-hari biasa lebih lancar pada pedagang bahan makanan (jenis
pangan).
3. Jumlah Petugas Pemungut
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa jumlah
petugas pemungut retribusi pasar di Pasar Petir berjumlah 2 (dua) orang
yang penugasannya secara resmi langsung dari UPT Pasar Diskoperindag
Kabupaten Serang. Jumlah tersebut dikatakan sudah cukup dan tidak
perlu ditambah. Poin yang kedua mengenai jumlah petugas pemungut
retribusi diketahui bahwa, berdasarkan hasil data di lapangan penambahan
petugas pemungut retribusi tidak akan menambah pendapatan retribusi,
malah akan berkurang dikarenakan biaya operasional petugas menjadi
bertambah. Diperlukan petugas pemungut retribusi serta pejabat-pejabat
pasar yang baru dengan tingkat pendidikan dan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) yang memadai.
Ketiga, mengenai sikap petugas pemugut retribusi diketahui bahwa,
para pedagang di Pasar Petir cenderung menyepelekan ketegasan dari para
petugas pasar, dikatakan juga bahwa para pedagang belum sadar hukum.
147
Pihak Pasar Petir bersama Diskoperindag Kabupaten Serang harus lebih
tegas kepada para pedagang di Pasar Petir dan harus memberikan sanksi
tegas kepada para pedagang yang melanggar aturan, baik aturan mengenai
retribusi maupun peraturan lain dalam pasar agar bisa memberikan efek
jera kepada para pedagang.
Keempat, dari hasil data di lapangan diketahui bahwa sosialisasi
mengenai peraturan-peraturan retribusi pasar yang dilakukan di Pasar Petir
kurang maksimal. Masih banyak pedagang yang belum mengetahui dan
belum paham secara jelas apa dan bagaimana sebenarnya retribusi pasar
tersebut. Seharusnya ada petugas lain selain staf Pasar Petir yang masuk ke
Pasar Petir untuk melakukan sosialisasi secara maksimal melalui seminar,
rapat atau pertemuan, sehingga tidak ada alasan lagi bagi para pedagang
untuk mengatakan tidak tahu. Selain itu juga sosialisasi bisa menggunakan
papan reklame, spanduk dan surat edaran yang diberikan secara rutin
setiap bulan.
Terakhir adalah mengenai upaya yang dilakukan para petugas Pasar
Petir dalam hal retribusi pasar. Dalam hal ini didapatkan data bahwa,
sudah diberikan surat edaran kepada para pedagang, namun cara tersebut
sama sekali tidak memberikan efek yang baik. Seharusnya upaya yang
dilakukan untuk mengatasi permasalahan retribusi pasar di Pasar Petir
tidak hanya sosialisasi saja, apalagi kalau hanya dalam bentuk edaran,
belum tentu para pedagang membacanya. Selain sosialisasi, pihak Pasar
Petir (Diskoperindag) juga harus mencari upaya lain untuk mengatasi
148
permasalahan tersebut. mulai dari sosialisasi, penerapannya,
pengawasannya sampai kepada tindakan/sanksi atas pelanggaran yang ada.
Untuk lebih jelas hasil penilaian mengenai petugas pemungut
retribusi pasar dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9 Hasil Penilaian mengenai Petugas Pemungut Retribusi Pasar
di Pasar Petir
Kriteria Penilaian Hasil Penilaian Jumlah personil pemungut
retribusi pasar dan pembagian tugasnya
a. Jumlahnya sudah cukup, tidak perlu ada penambahan personel, namun diperlukan personel yang lebih tegas dengan tingkat pendidikan dan kualitas SDM yang memadai;
b. Penugasan dan pembagian tugasnya langsung secara resmi dari UPT Diskoperindag.
Penambahan petugas pemungut retribusi pasar
Penambahan personel tidak akan menambah pendapatan retribusi, malah akan meningkatkan biaya operasional petugas tersebut.
Sikap petugas pemungut retribusi pasar
Sikap tegas yang dilakukan oleh para petugas pemungut retribusi pasar cenderung disepelekan oleh para pedagang karena tidak adanya sanksi dan tidak memberikan efek jera kepada para pedagang yang melanggar aturan.
Keterlibatan petugas lain (pejabat terkait)
Diperlukan adanya atasan yang turun langsung ke lapangan, pejabat terkait lainnya untuk melakukan sosialisasi secara maksimal, perlu keterlibatan Satpol PP
Upaya pihak Pasar Petir (Diskoperindag)
Upaya sosialisasi yang dilakukan masih belum maksimal, sementara hanya menggunakan surat edaran dan penyampaian secara langsung dari petugas pemungut.
Sumber: Peneliti, 2014
149
Berdasarkan pemaparan tabel di atas diketahui bahwa jumlah
petugas pemungut retribusi pasar di Pasar Petir sudah cukup dan tidak
perlu ada penambahan personel, karena penambahan personel tidak akan
menambah atau meningatkan pendapatan retribusi pasar, malah akan
menghabiskan lebih banyak biaya operasional yang diambil dari
pendapatan retribusi dan iuran pasar lainnya. Namun yang harus dilakukan
adalah mengganti petugas pemungut retribusi serta staf-staf pasar dengan
orang-orang yang benar-benar mampu dan tegas dengan kriteria
pendidikan dan kualitas SDM yang memadai. Sikap tegas para petugas
pemugut retribusi pasar cenderung disepelekan oleh para pedagang karena
tidak diimbangi dengan sanksi yang tegas. Keterlibatan petugas lain dari
Dinas terkait selain petugas pemungut nampaknya sangat diperlukan agar
para pedagang lebih mematuhi pembayaran retribusi pasar.
4. Tarif Retribusi
Hal pertama yang akan dibahas mengenai tarif retribusi adalah
kepatuhan pedagang dalam membayar retribusi pasar sesuai denngan tarif
masing-masing yang telah ditentukan dalam Perda. Berdasarkan hasil
penelitian dan pengamatan peneliti di lapangan, peneliti memperoleh data
bahwa masih banyak pedagang yang belum patuh membayar retribusi
pasar sesuai dengan aturan yang ada dalam Perda. Jumlah nominal yang
dibayarkan belum sesuai dengan aturan. Untuk kios seharusnya Rp.2.000,-
namun para pedagang mayoritas membayar hanya Rp.1.000,- itu pun jika
150
mereka sudah mendapatkan penjualan, jika belum ada malah mereka tidak
bayar sama sekali. Sama halnya dengan pedagang pada los, seharusnya
bayar Rp.1.500,- tapi hanya bayar Rp.1.000,- bahkan jika penjualannya
sepi tidak bayar sama sekali.
Kedua, mengenai rencana peningkatan tarif retribusi pasar.
Berdasarkan fakta dan fenomena yang ada dapat diketahui bahwa, tarif
retribusi pasar di Pasar Petir untuk saat ini belum bisa dinaikkan
dikarenakann tarif yang sekarang ada pun masih sangat jauh dari sempurna
pencapaiannya. Berikut hasil penilaian peneliti mengenai tarif retribusi
pasar di Pasar Petir, yaitu:
Tabel 4.10 Hasil Penilaian mengenai Tarif Retribusi Pasar di Pasar Petir
Kriteria Penilaian Hasil Penilaian
Kepatuhan pedagang terhadap tarif retribusi pasar
Tarif yang dibayarkan para pedagang belum sesuai dengan tarif yang seharusnya.
Rencana peningkatan tarif retribusi pasar
Tarif retribusi pasar di Pasar Petir belum bisa dinaikkan dikarenakan tarif yang sekarang pun masih belum terealisasi secara maksimal.
Sumber: Peneliti, 2014
Berdasarkan hasil pemaparan pada tabel di atas dapat diketahui
bahwa, kepatuhan pedagang di Pasar Petir terhadap tarif retribusi pasar
masih kurang. Sebagaiman data yang telah diperoleh, tarif yang
dibayarkan para pedagang belum sesuai dengan tarif yang seharusnya,
baik untuk pedagang di kios maupun di los. Hal tersebut dikarenakan
151
kurangnya pengetahuan mengenai tarif retribusi dan aturan
pembayarannya, kurang kesadaran untuk membayar bagi yang sudah
mengetahui serta karena alasan penjualan yang sepi atau pendapatan
sedikit. Mengenai rencana peningkatan tarif retribusi pasar di Pasar Petir
secara khusus atau di Kabupaten Serang secara umum nampaknya belum
bisa diterapkan, mengingat kondisi saat ini yang mana tarif yang sekarang
ada pun masih belum tercapai secara maksimal.
5. Jumlah Kios dan Los
Jumlah kios dan los non aktif di Pasar Petir masih sangat banyak,
jumlahnya sekitar 20%. Sebenarnya unit-unit tersebut sudah ada pemilik
Hak Guna Pakainya (HGP), namun pemiliknya tersebut tidak/belum
menggunakannya untuk berjualan. Unit-unit tersebut dibiarkan
terbengkalai begitu saja. Seharusnya, semua jumlah unit kios dan los yang
ada di Pasar Petir menjadi sumber potensi retribusi pasar di Pasar Petir.
Namun, karena masih banyak yang non aktif, Pasar Petir jadi kehilangan
potensi pendapatan retribusi.
Untuk mengatasi kios dan los yang non aktif tersebut Pemerintah
Daerah melalui Diskoperindag Kabupaten Serang melakukan pengambilan
kembali unit-unit yang non aktif tersebut menjadi milik Pemerintah
Daerah Kabupaten Serang apabila unitnya non aktif selama lebih dari satu
tahun. Karena memang sebenarnya semua fasilitas yang ada di Pasar Petir
yang berupa kios, los termasuk tanah, bangunan dan seluruh fasilitas
152
pendukung yang ada merupakan milik Pemerintah Daerah Kabupaten
Serang. Para pedagang hanya diberikan Hak Guna Pakai (HGP) untuk
menggunakan fasilitas tersebut sebagai tempat atau fasilitas berdagang.
Namun, sementara ini kebijakan tersebut belum diterapkan dikarenakan
Pasar Petir belum diresmikan. Jadi, sementara ini upaya atau tindakan
yang dilakukan pihak Pasar Petir beserta Diskoperindag yaitu hanya
berupa teguran-teguran secara lisan maupun melalui surat edaran atau
surat peringatan.
Mengenai rencana penambahan unit baru untuk kios dan los.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, diketahui bahwa tidak ada
penambahan unti untuk kios dan los. Jumlah yang sudah ada itu tidak bisa
ditambah lagi karena memang jumlahnya sudah ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah. Selain itu juga karena jumlah unit yang sekarang
sudah ada pun belum semuanya aktif. Jadi, sementara ini tidak ada rencana
penambahan unit untuk kios dan los.
Melihat kondisi tersebut di atas, seharusnya pemerintah beserta
pihak-pihak terkait melakukan tindakan yang lebih tegas untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Pemerintah harus memberikan sanksi tegas para
pedagang mau menggunakan kios dan losnya untuk berdagang. Jadi tidak
hanya mau memiliki saja tetapi juga digunakan secara aktif untuk
berdagang. Karena memang Pemerintah membangun Pasar Petir tersebut
untuk memberikan fasilitas berdagang kepada para pedagang di Pasar Petir
yang kemudian fasilitas tersebut akan menjadi sumber potensi retribusi
153
pasar di Pasar Petir. Jika fasilitas tersebut terus dibiarkan non aktif, maka
Pemerintah Daerah akan kehilangan pendapatan atau potensi retribusi
pasar.
Dalam rencana penambahan jenis objek baru, di Pasar Petir sudah
ada penambahan jenis objek baru yaitu berupa Auning, yaitu unit-unit
yang berupa deretan los-los tanpa sekat yang ditujukan untuk tempat
berdagang para Pedagang Kaki Lima (PKL). Bentuk bangunannya yaitu
menyerupai deratan lapak berlantai semen, beratap asbes, hampir
menyerupai los namun untuk auning tidak ada dinding penyekat dan tidak
ada meja-mejanya. Jumlahnya sekitar 60 unit yang letaknya ada di bagian
belakang Pasar Petir. Namun, saat ini auning belum dioperasikan atau
belum digunakan dikarenakan pasarnya belum cukup ramai untuk mengisi
sampai ke area belakang.
Seharusnya pihak Pasar Petir beserta pihak terkait lainnya segera
melakukan sosialisasi secara maksimal agar auning bisa dioperasikan, baik
melalui surat edaran, papan reklame, spanduk, penyampaian secara
langsung kepada para pedagang atau melalui acara seminar dengan para
pedagang dan masyarakat setempat. Pihak pasar harus bisa mengarahkan
para PKL agar mau berdagang di area yang sudah ditempatkan (auning).
Dengan demikian para pembeli pun akan secara tertib melakukan kegiatan
berbelanja di pasar.
154
Tabel 4.11 Hasil Penilaian mengenai Jumlah Kios dan Los di Pasar Petir
Kriteria Penilaian Hasil Penilaian
Jumlah kios dan los yang aktif dan non aktif
Jumlahnya masih sangat banyak mencapai 20%
Upaya untuk mengatasi kios dan los non aktif
Sementara hanya upaya teguran secara lisan dan surat edaran, belum ada sanksi yang tegas
Rencana penambahan unit baru pada objek yang suah ada (kios dan los)
Belum ada rencana penambahan unit baru untuk kios dan los, karena masih banyak yang non aktif
Rencana penambahan jenis objek baru
Ada jenis objek baru yaitu Auning untuk Pedagang Kaki Lima (PKL) namun belum dioperasikan
Sumber: Peneliti, 2014
Berdasarkan pemaparan pada tabel di atas, diketahui bahwa
penilaian atas dimensi jumlah kios dan los di Pasar Petir yaitu masih
terdapat beberapa permasalahan. Dimana jumlah kios dan los non aktif
masih banyak dan upaya untuk mengatasinya pun masih kurang.
Kemudian untuk jenis objek baru (Auning) yang belum dioperasikan,
pihak terkait belum melakukan upaya apapun untuk mengoperasikan
auning. Sedangkan untuk penambahan unit untuk kios dan los nampaknya
belum ada, dikarenakan unit yang ada masih banyak yang non aktif.
6. Luas Pasar dan Area Kaki Lima
Dari luas area pasar yang ada yaitu 9,777 hektar dengan jumlah kios
290 dan jumlah los 88, pendapatan rata-rata retribusi pasar di Pasar Petir
155
hanya Rp. 370.000,-. Belum lagi lahan parkir yang cukup luas, area kaki
lima (Auning) yang cukup luas dan berjumlah 60 unit. Seharusnya,
pendapatan Pasar Petir baik untuk retribusi maupun untuk pendapatan dari
iuran lainnya bisa lebih banyak mengingat luas area Pasar Petir yang
cukup luas dengan jumlah fasilitas yang menjadi objek retribusi pasar
(kios, los, auning) cukup banyak. Kemudian mengenai kesesuaian luas
area pasar dengan jumlah unit objek retribusi yang ada, berdasarkan hasil
data yang diperoleh diketahui bahwa jumlah unit objek retribusi yang ada
di Pasar Petir dikatakan sudah cukup sesuai dengan luas area pasar yang
ada, dimana jumlah kios 290 unit dan jumlah los 88 unit. Terlebih lagi
sekarang sudah ada penambahan jenis objek retribusi baru yaitu berupa
Auning yang rencananya akan digunakan untuk Pedagang Kaki Lima
(PKL) yang jumlahnya 60 unit.
Tabel 4.12 Hasil Penilaian mengenai Luas Pasar dan Area Kaki Lima
di Pasar Petir
Kriteria Penilaian Hasil Penilaian
Kesesuaian luas area pasar dengan potensi/pendapatan retribusi yang ada
Masih belum sesuai
Kesesuaian luas area pasar dengan jumlah unit objek retribusi yang ada
Sudah cukup sesuai
Sumber: Peneliti, 2014
Berdasarkan hasil pemaparan dan tabel penilaian di atas, maka
diketahui bahwa hasil penilaian mengenai luas area pasar dan area kaki
lima di Pasar Petir, untuk kesesuaian luas area pasar dengan pendapatan
156
masih belum sesuai. Sedangkan untuk kesesuaian luas area pasar dengan
jumlah unit objek retribusi dikatakan sudah cukup sesuai. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan jumlah unit kios dan los yang cukup banyak yaitu
290 kios dan 80 los, area parkir yang cukup luas, kantor administrasi,
toilet, mushola, serta adanya unit baru yang berupa auning yang berjumlah
60 unit.
7. Jumlah Pedagang termasuk PKL
Kesesuaian jumlah pedagang sebagai subjek retribusi terhadap
jumlah unit objek retribusi (kios dan los) di Pasar Petir diketahui
belum/tidak sesuai. Dimana kios dan los yang ada belum atau tidak dibuka
atau digunakan untuk berdagang oleh pemilik hak guna pakainya (HGP).
Selain itu juga karena ada beberapa pedagang yang memiliki unit lebih
dari satu. Jadi jelaslah jumlah pedagang tidak sesuai dengan jumlah unit.
Sejauh ini belum ada upaya yang signifikan dari pihak Pasar Petir maupun
dari Dinas terkait untuk mengatasi permasalahan tersebut. jika kondisi ini
dibiarkan lebih lama, tentu Pemerintah Daerah Kabupaten Serang akan
kehilangan potensi pendapatan retribusi dari Pasar Petir.
Selain pedagang yang ada di kios dan los, ada jenis pedagang lain di
Pasar Petir yaitu Pedagang Kaki Lima, pedagang asongan dan pedagang
keliling yang mangkal di area Pasar Petir, seperti pedagang yang di
gerobak, pikul dan sebagainya. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa dari
beberapa jenis pedagang tersebut juga dilakukan pemungutan iuran,
157
namun iuran tersebut tidak secara langsung masuk ke retribusi pasar
karena jenis pedagang tersebut bukan sebagai subjek retribusi pasar.
Namun, secara tidak langsung hasil iuran dari pedagang-pedagang tersebut
dijadikan untuk memenuhi target retribusi kios dan los yang seringkali
tidak tercapai. Selain itu, hasil iurannya juga digunakan untuk biaya
operasional harian para petugas pemungut retribusi serta staf pasar di
Pasar Petir.
Mengenai kepatuhan para pedagang dalam membayar retribusi pasar
di Pasar Petir, berdasarkan hasil temuan di lapangan diketahui bahwa para
pedagang di Pasar Petir membayar retribusi pasar apabila kios atau losnya
buka dan jika ada penjualan saja. Bahkan meskipun kios atau losnya buka
tetapi tidak/belum ada penjualan, mereka tidak mau membayar retribusi.
Bahkan, meski sudah ada penjualan tetapi pedagang tetap tidak mau
membayar retribusi dengan alasan penjualannya hanya sedikit. Dari hasil
data penelitian yang diperoleh diketahui bahwa, kondisi tersebut karena
kurangnya kesadaran dan kepatuhan dari para pedagang di Pasar Petir
karena memang tidak ada sanksi tegas terhadap segala pelanggaran yang
ada. Selain itu juga karena kurangnya pengetahuan mengenai retribusi
pasar yang disebabkan oleh kurangnya sosialisasi dari pihak pasar.
Seharusnya pihak pasar beserta Pemerintah Daerah harus melakukan
upaya dan tindakan yang tegas dengan memberikan sanksi yang tegas
kepada para pedagang yang tidak mau membayar retribusi atau tidak
mematuhi peraturan pasar sesuai dengan peraturan yang ada (Perda).
158
Misalnya dengan menutup dan mengambil alih kembali unit kios atau los
yang tidak membayar retribusi atau tidak membuka kiosnya selama tiga
bulan berturut-turut.
Tabel 4.13 Hasil Penilaian mengenai Jumlah Pedagang di Pasar Petir
Kriteria Penilaian Hasil Penilaian
Kesesuaian jumlah pedagang sebagai subjek retribusi
terhadap jumlah unit objek retribusi (kios dan los)
Tidak sesuai karena masih banyak unit yang non aktif dan banyak pedagang yang memiliki unit lebih dari satu
Jenis pedagang lain yang bisa menjadi potensi retribusi pasar
Yaitu PKL dan Pedagang Asongan namun belum belum terdata
Faktor yang melatarbelakangi kepatuhan pedagang dalam
membayar retribusi
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran para pedagang karena kurangnya sosialisasi, tidak/belum ada sanksi tegas atas segala pelanggaran yang ada
Sumber: Peneliti, 2014
Berdasarkan pemaparan tabel hasil penilaian di atas dapat diketahui
bahwa, kesesuaian subjek dan objek retribusi pasar di Pasar Petir belum
sesuai, hal tersebut dikarenkan masih banyak unit yang non aktif, artinya
unitnya ada, pemilik Hak Guna Pakainya ada, namun tidak atau belum
digunakan untuk kegiatan berdagang, jadi subjeknya ada tetapi objeknya
tidak menghasilkan potensi retribusi karena unitnya belum digunakan.
Selain itu juga ada beberapa orang (pedagang/subjek) yang memiliki unit
(objek) lebih dari satu, sehingga jumlah retribusi yang dibayarkan hanya
berdasarkan jumlah pemiliknya saja bukan atas berapa jumlah unit yang
digunakanya.
159
Adapun mengenai adanya jenis pedagang lain selain yang ada di kios
dan los yang bisa menjadi subjek retribusi pasar di Pasar Petir, salah
satunya yaitu Pedagang Kali Lima (PKL). Kemudian, mengenai kepatuhan
pedagang dalam membayar retribusi pasar di Pasar Petir didapatkan,
kepatuhan pedagang disebabkan kurangnya pengetahuan dan kesadaran
para pedagang dikarenakan kurangnya sosialisasi dari pihak pasar serta
tidak/belum ada tindakan dan sanksi yang tegas dari pihak pasar.
8. Data Penerimaan Retribusi
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diketahui target retribusi
pasar di Pasar Petir pertahun dari berbagai sumber hasilnya berbeda-beda.
I1 mengatakan 53 juta rupiah pertahun, I2 mengatakan Rp. 67.500.000,-
pertahun, sedangkan I3 mengatakan Rp. 310.000,- perhari. Namun, dari
ketiga sumber tersebut nominalnya dapat dikatakan tidak realistis karena
tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Kemudian mengenai
proses penyetoran retribusi ke kas daerah yaitu, petugas pemungut
melakukan pungutan retribusi pasar di Pasar Petir kemudian hasil
dikumpulkan dan dihitung bersama dengan staf lainnya yang ditugaskan.
Selanjutnya retribusi diserahkan kepada Kepala Pasar untuk disetoran ke
UPT Pasar Diskoperindag Kabupaten Serang melalui Ibu Ros selaku
bendahara yang juga dikoordinasikan oleh Pak Ma’mun sebagai Kepala
UPT Pasar. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan proses penyetoran
160
retribusi pasar cenderung berbelit dan kurang parktis karena harus melalui
beberapa tangan.
Tabel 4.14 Hasil Penilaian mengenai Data Penerimaan Retribusi di Pasar Petir
Kriteria Penilaian Hasil Penilaian
Target pendapatan retribusi Pasar Petir
a. Data yang didapatkan berbeda-beda dari masing-masing sumber/informan
Proses penyetoran ke Kas
Daerah Proses penyetorannya kurang praktis
Sumber: Peneliti, 2014
161
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan di lapangan yang telah
dipaparkan pada bab sebelumnya, maka penyimpulan akhir mengenai Potensi
Retribusi Pasar di Pasar Petir Kabupaten Serang secara umum dapat dikatakan
belum tergali secara maksimal. Hal tersebut dikarenakan masih terdapat
berbagai permasalahan yang ada dalam proses pemungutan retribusi pasar di
Pasar Petir tersebut. Kesimpulan lebih lanjut dari hasil penelitian mengenai
Potensi Retribusi Pasar di Pasar Petir Kabupaten Serang yaitu sebagai berikut:
a. Pendapatan retribusi pasar di Pasar Petir masih sangat sedikit dikarenakan
mayoritas pedagang hanya membayar retribusi pasar ketika kios atau
losnya buka dan jika penjualannya banyak juga karena masih banyak kios
dan los non aktif, sehingga kekurangan setoran retribusi masih
mengandalkan dari pendapatan retribusi Pedagang Kali Lima (PKL) dan
asongan serta iuran kebersihan, keamanan/ketertiban dan Toilet/MCK;
b. Pedagang tidak mematuhi peraturan yang ada di Pasar Petir, dari mulai
peraturan zonasi (penempatan pedagang sesuai jenisnya), kios dan los
yang non aktif, auning (unit-unit yang berupa deretan los-los tanpa sekat
yang ditujukan untuk tempat berdagang para pedagang kaki lima) yang
belum dioperasikan, terutama peraturan mengenai retribusi pasar
dikarenakan kurangnya sosialisasi dan karena belum ada sanksi tegas;
162
c. Pedagang Kaki Lima (PKL) dan Pedagang Asongan dikenakan retribusi
namun belum termasuk ke dalam subjek retribusi pasar di Pasar Petir;
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran atau rekomendasi yang
peneliti ajukan yaitu sebagai berikut:
a. Pihak Pasar (Diskoperindag Kabupaten Serang) harus melakukan
sosialisasi secara maksimal mengenai peraturan zonasi agar bisa
diterapkan sebagaimana mestinya, permasalahan kios dan los non aktif
dapat diatasi, unit baru (auning) agar dapat dioperasikan dan menjadi
objek pendapatan retribusi baru di Pasar Petir, diantaranya melalui surat
edaran, spanduk, papan reklame, pertemuan secara langsung face to face
dengan para pedagang atau melalui forum pertemuan antara pihak pasar,
para pedagang, masyarakat setempat dan pihak-pihak terkait lainnya, serta
harus memberikan sanksi yang tegas atas pelanggarannya;
b. Mengganti petugas yang lebih tegas dengan tingkat pendidikan dan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai, dari mulai Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Pasar, Staf Pasar terutama Petugas Pemungut
Retribusi Pasar;
c. Pedagang Kaki Lima (PKL) harus didata dan terdaftar pada daftar
pedagang di Pasar Petir dan agar masuk menjadi subjek potensi retribusi
pasar di Pasar Petir;
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Alwasilah, A. Chaedar, 2006. Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. Arikunto, Suharsimin, 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta. Basrowi, Suwandi, 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Bohari, 1992. Pengawasan Keuangan Negara. Jakarta: Rajawali. Bungin, Burhan, 2005. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Fuad, Anis, Nugroho, S, Kandung, 2012. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif.
Serang: FISIP Untirta Press. Handoko, T, Hani, 2003. Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Harun, Hamrolie, 2003. Menghitung Potensi Pajak dan Retribusi Daerah.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Hasibuan, Malayu, 2007. Manajemen: Dasar Pengertian dan Masalah. Jakarta:
Bumi Aksara. Irawan, Prasetya, 2005. Materi Pokok Metodologi Penelitian Administrasi.
Jakarta: Universitas Terbuka. , 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: DIA FISIP Universitas Indonesia. Keban.T Yeremias, 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik.
Yogyakarta: Gava Media. Mahmudi, 2010. Manajemen Keuangan Negara. Jakarta: Erlangga. Mardiasmo, 2004. Otonomi dan Manajemen Kuangan Daerah. Yogyakarta: Andi. , 2006. Perpajakan. Yogyakarta: Andi.
Miles, Matthew. B dan A. Michael Huberman, 2009. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press.
Moleong, Lexy, J, 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Pasolong, Harbani, 2011. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta. Prastowo, Andi, 2011. Metode Penelitian Kualitatif: dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: Kanisius. Satori, Djam’an, Aan Komariah, 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta. Siagian, P. Sondang, 2005. Fungsi-Fungsi Manajerial. Jakarta: Bumi Aksara. Siahaan, P. Marihot, 2005. Pajak Daerah & Retribusi Daerah. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. Soleh, Chahib, Heru Rochmansjah, 2010. Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah: Sebuah Pendekatan Struktural Menuju Tata Kelola Pemerintahan yang Baik. Bandung: Fokusmedia.
Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. , 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. , 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Terry, George. R, 2008. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. Terry, George, Rue, Leslie. 2009. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi
Aksara. Yani, Ahmad, 2009. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers. Dokumen:
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 1 tahun 2011 tentang Retribusi Jasa
Umum Data Pedagang Kios dan Los Unit Pasar Petir Kabupaten Serang Tahun 2013 Data Potensi Pasar Tradisional di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Serang
Tahun 2014, Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Serang Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pasar Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pasar Wilayah Tengah.
Data Potensi Pasar di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pasar Wilayah Tengah (Pasar
Petir, Pasar Dukuh dan Pasar Baros). Sumber Lain:
Betty Rahayu. 2012. “Analisis Potensi Pajak Hotel terhadap Realisasi Penerimaan Pajak Hotel di Kabupaten Gunung Kidul”. Skripsi. Gunung Kidul. Universitas Diponegoro.
http://arifcintaselvia.wordpress.com/kuliah/manajemen-publik/apa-itu-manajemen-publik/, Senin, 5 Mei 2014, 20:27 WIB. http://birokrasi.kompasiana.com/2013/07/21/dari-definisi-manajemen-publik-sampai-semangat-kaizen-578471.html, Senin, 5 Mei 2014, 20:37 WIB. Lina Aliany, A. Yamang Peddere dan Muhammad Ashari. 2011. “Menghitung
Potensi Retribusi Parkir di Kota Makassar”. Makassar.
LAMPIRAN
Pedoman Wawancara
No Dimensi Informan 1 Fasilitas pasar:
a. Apa saja fasilitas pasar yang menjadi potensi retribusi yang sekarang ada dan berapa jumlah masing-masing jenisnya
b. Selain jenis fasilitas tersebut adakah fasilitas pendukung lainnya yang memberikan kontribusi terhadap retribusi pasar atau pendapatan pasar secara umum (untuk parkir, MCK, kebersihan dan ketertiban)
I1, I2, I3, I4-1, I4-2
2 Jenis dagangan: a. Bagaimana pengaturan jenis dagangan (zonasi) dan
bagaimana kaitannya dengan pendapatan retribusi pasar
b. Apakah jenis dagangan mempengaruhi kemampuan membayar retribusi para pedagang
I1, I2, I3, I4-1, I4-2, I5-1, I5-2
3 Jumlah petugas pemungut: a. Apakah jumlah personil pemungut retribusi pasar
sudah sesuai/cukup dan bagaimana pembagian tugasnya
b. Apakah jumlah petugas pemungut retribusi pasar mempengaruhi pendapatan retribusi pasar, bagaimana kaitannya
c. Apakah sikap petugas pemungut retribusi pasar mempengaruhi pendapatan retribusi pasar, bagaimana kaitannya
d. Apakah perlu adanya petugas lain (pejabat terkait) selain pemungut retribusi untuk turun tangan dalam melakukan pemungutan retribusi pasar
e. Upaya apa saja yang sudah dilakukan petugas (pihak terkait) dalam hal retribusi pasar
I1, I2, I3, I4-1, I4-2, I5-1, I5-2
4 Tarif retribusi: a. Bagaimana kepatuhan pedagang dalam membayar
retribusi pasar sesuai dengan tarif yang ada pada Perda
b. Adakah rencana peningkatan tarif retribusi (untuk kios dan los) & bagaimana tanggapannya apabila ada peningkatan tarif (dari pedagang & petugas)
I1, I2, I3, I4-1, I4-2, I5-1, I5-2
No Dimensi Informan 5 Jumlah kios dan los:
a. Seberapa banyaknya kios dan los yang aktif dan non aktif
b. Bagaimana untuk mengatasi kios dan los non aktif agar menjadi aktif sebagai potensi retribusi pasar
c. Adakah rencana penambahan unit baru pada jenis objek yang sudah ada (kios dan los) untuk menambah potensi retribusi pasar
d. Adakah rencana penambahan jenis objek baru untuk menambah potensi retribusi pasar
I1, I2, I3, I4-1, I4-2
6 Luas area pasar: a. Bagaimana kesesuaian luas area pasar dengan
potensi/pendapatan retribusi yang ada b. Kesesuaian luas area pasar dengan jumlah unit
objek retribusi yang ada
I1, I2, I3, I4-1, I4-2
7 Jumlah pedagang: a. Bagaimana kesesuaian jumlah pedagang sebagai
subjek retribusi terhadap jumlah unit objek retribusi (kios dan los)
b. Apakah selain pedagang yang ada di kios dan los itu masih ada jenis pedagang lain yang bisa menjadi potensi retribusi pasar
c. Faktor apa saja yang melatarbelakangi kepatuhan pedagang dalam membayar retribusi
I1, I2, I3, I4-1, I4-2, I5-1, I5-2
8 Data penerimaan retribusi: a. Berapa target pendapatan retribusi pasar,
bagaimana jangka waktu penargetannya dan bagaimana pencapaiannya
b. Bagaimana proses penyetorannya ke Kas Daerah
I1, I2, I3
Daftar Informan Penelitian
Kode Informan Informan Jumlah
I1
Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah (Pasar Petir) Dipskoperindag Kabupaten Serang
I1 : Bpk Ma’mum Dian Purnama
1 Orang
I2 Koordinator (Kepala) Pasar Petir
I2 : Bpk. H. Hasan 1 Orang
I3 Petugas Pemungut Retribusi (Kolektor) Pasar Petir
I3 : Bpk Wahyudi 1 Orang
I4 Staf Pasar Petir I4-1 : Bpk Mansur I4-2 : Bpk Saleh
2 Orang
I5 Pedagang (Wajib Retribusi) Pasar Petir
I5-1 : Ibu Iroh I5-2 : Bpk Wawan
2 Orang
Total Informan 7 Orang
TRANSKRIP WAWANCARA
Peneliti
Q1-a
Apa saja fasilitas pasar yang menjadi potensi retribusi yang sekarang ada dan berapa jumlah masing-masing jenisnya?
I1 Kios dan Los. 290 kios dan 88 los.
I2 Ya kios dan los.
I3 Kios dan los, itu kan jumlah rinciannya sudah ada di data
yang saya kasih itu.
I4-1 Sebetulnya mah semuanya juga dikatakan masuk ke retribusi, kaki lima segala itu kan, kios, los sama disetorin. Sebenarnya memang retribusi itu hanya kios dan los, mengingat sekarang ini target per tahunnya meningkat, jadi itu untuk menunjang kekurangan retribusi itu dari yang lain itu masuk retribusi juga.
I4-2 Kios sama los. Ya Kebersihan & keamanan sama masuk
juga.
I5-1 - I5-2 -
Pen
eliti Q1-b
Selain jenis fasilitas tersebut adakah fasilitas pendukung lainnya yang memberikan kontribusi terhadap retribusi pasar atau pendapatan pasar secara umum (untuk parkir, MCK, kebersihan dan ketertiban)?
I1 Kantor sebagai fasilitas pendukung, toilet, mushola. Toilet
dan mushola termasuk fasum (fasilitas umum). Untuk fasum itu tidak boleh dikenakan retribusi, kalaupun ada pungutan itu untuk pemeliharaan dan uangnya tidak masuk ke kas daerah, pemeliharaannya misalnya untuk biaya air, listrik dsb. Unit kebersihan bukan kewenangan pasar tapi dikelola oleh pasar termasuk iurannya juga dikelola oleh pasar. Kebersihan itu kewenangan Dinas Tata Ruang dan Bangunan, tetapi karena wilayahnya ada di area pasar jadi dikelola oleh pasar dan koordinasi dengan Dinas tersebut. Kalo untuk sampah itu dikelola oleh pihak pasar sendiri juga koordinasi dengan Dinas Tata Ruang dan Bangunan bidang Pertamanan dan Kebersihan
secara bersinergi, jadi kita yang menghimpun iurannya dia yang mengangkut sampahnya. Di sana ada biaya per kubiknya berapa sudah ada di Perda Persampahan itu. Keamanan juga bukan tugas pasar sebenarnya, tapi dikelola oleh pasar jadi iuran yang dipungut itu digunakan untuk pengelola pasar dan tidak masuk ke kas daerah. Ada lagi parkir, itu kan lahannya punya pasar tapi pungutannya masuk ke Dinas Perhubungan, sebetulnya itu rugi untuk pihak pasar, makanya ini sedang diusulkan bagaimana agar ada jalan tengahnya. Jadi untuk retribusi yang masuk ke kas daerah itu hanya dari retribusi kios dan los.
I2 Itu semacamnya MCK gitu ya, ada 4 kamar, di belakang ada
3 kamar. Peralatannya kalo di Kantor ya MCK ada, mushola ada, terus juga dapet peralatan seperti cangkul, golok, arit,sikup, sapu itu setiap tahun dikasih, ya namanya peralatan setiap hari dipake jadi setiap tahun harus dikasih. Ya untuk peralatan kebersihan, pengki juga dikasih. Mushola juga ada itu di ujung terus lahan parkir.
I3 MCK ada 2 unit, yang satu 3 yang satunya ada 4 yang deket
mushola, jadi semuanya ada 7 kamar. Untuk tarifnya itu dari sana, udah ada peraturannya dari Diskoperindag, itu kan targetnya bisa per tahun tapi gak ada jumlah targetnya berapa, ya sedapetnya aja, itu sama disetorin juga masuk ke Kas Daerah. Area parkir luasnya yang depan 20x30 M2, kalo yang dalam 20x10 M2, Itu kan sebenarnya bukan urusan pasar walaupun memang wilayahnya ada di pasar itu dananya masuk ke Dishub Perdanya juga Perda Dishub, tapi sama masuk ke Kas Daerah.
I4-1 Parkir itu masuk ke Dishub, jadi pasar sama sekali gak
punya kewenangan apa-apa, bahkan gak ada pembagian dana sama sekali dari parkir itu. Padahal kan wilayahnya ada di dalam Pasar Petir. Kalo MCK seharusnya masuk juga apa itu per bulan apa per tahun ke kas pasar atau ke daerah, tapi selama ini belum ada pemasukan. Yaa selama ini mungkin pendapatnnya hanya digunakan untuk biaya operasionalnya saja selebihnya untuk pribadi pengelolanya itu. Untuk kebersihan itu kan biayanya dibayarkan per bulan 1.200.000 ke Dinas PU, sebagiannya untuk biaya operasional, sebagian lagi untuk menutup kekurangan retribusi juga. Kemudian kalo biaya keamanan itu hanya biaya atau upah untuk petugas yang jaga terutama jaga malam, petugasnya yaa staf pasar ini sendiri karena sudah dimusyawarahkan jadi petugas keamanan dan ketertiban pasar ini tidak mengambil dari pihak luar tapi oleh staf pasar sendiri, yaa sebenarnya kami ini staf pasar tapi sekaligus ditugaskan untuk petugas kemananan dan ketertiban Pasar Petir. Dana hasil
pungutannya tidak ada pembagian untuk pihak-pihak lain karena yang tugas jaga kan staf-staf pasar sendiri. Kemudian sisa dari biaya keamanan itu ya untuk menutupi target retribusi juga bahkan sampai 50% lebih dari pendapatan keamanan masuk ke retribusi.
I4-2 Yaa kebersihan dan keamanan itu beda lagi dari retribusi.
Tapi kalo pendapatan retribusi belum mencapai target, jadi keamanan dan kebersihan ini untuk nombokin retribusi malah dari semuanya diambil dari PKL dan asongan juga. Parkir itu emang adanya di lingkungan pasar, tapi itu kewenangannya ada pada Dinas Perhubungan. Harusnya sih jadi hak pasar karena kan wilyahnya punya pasar. MCK juga ada pungutan, tapi untuk lebih jelasnya saya kurang paham itu ke Pak Wahyudi aja ya.
I5-1 Toilet semuanya ada 8 kamar, yang di pinggir 4 yang di
belakang 4 kamar. MCK Bayar Neng seribu rupiah, kalo ke mushola gak usah bayar lagi udah termasuk dong ke situ. Parkir juga Ya bayar Neng, kadang Rp.1000 kadang Rp.2000, kadang mah gak bayar kalo lagi gak ada uang mah.
I5-2 Bayar parkir ya tergantung, kalo bawa mobil ya kadang
5.000 kadang 3.000 atau 2.000 lah, kalo bawa motor ya 1.000 kadang 2.000. Kalo ke MCK ya saya bayar juga 1.000 kadang juga 2.000. Untuk salar kebersihan dan keamanan juga saya bayar 1.000 masing-masing. Kalo untuk retribusi kios saya lebih sering bayar 1.000 kadang kalo penjualan lagi bagus saya bayar 2.000.
Peneliti
Q2-a
Bagaimana pengaturan jenis dagangan (zonasi) dan bagaimana kaitannya dengan pendapatan retribusi pasar?
I1 Sebetulnya sudah ada itu zonasi blok-bloknya untuk kios dan
los itu, tujuannya untuk mempermudah pembeli mencari barang yang dicarinya. misalnya toko emas ada di blok A, toko baju ada di blok D gitu. Itu semua sudah kita atur dalam peta pembagian blok atau zonasi. Peraturannya kalau secara tertulis belum ada, ini hanya berupa kebijakan dari Diskoperindag dan UPTD Pasar saja.
I2 Pasar Petir ini sebenarnya potensinya sangat bagus, punya
pedagang emas terbanyak dan pedagang pakaian terbanyak dibandingkan dengan pasar tradisional lain yang ada di Kabupaten serang khususnya wilayah tengah sehingga menjadi ikon di Kabupaten Serang ini, bahkan rencananya akan
dijadikan pasar percontohan se-Indonesia. Maka dari itu zonasi ini adalah cara agar Pasar Petir ini jadi rapi tertib dengan mengatur letak pedagang sesuai jenis dagangannya.
I3 Kalo zonasi benar-benar diterapkan sesuai aturan, pasti kan
pasar ini jadi tertib, rapi dan menarik, jadi rame. Yaa sekarang liat aja, masih banyak yang ngatur sendiri.
I4-1 Zonasi itu kan dengan mengatur letak kios dan los sesuai
jenis dagangannya yang sudah diatur oleh pasar, tujuannya untuk memudahkan pembeli untuk belanja, jadi pembeli tau di mana letak barang yang dia cari. Secara tidak langsung hal itu bisa meningkatkan pendapatan retribusi juga, karena kalo zonasinya dipatuhi oleh pedagang, pasarnya jadi rapi, indah, bisa menarik pengunjung, pasarnya rame yaa Insya Allah pedagang yang bayar retribusinya juga lancar. Yaa sekarang kan lihat aja di blok emas masih ada pedagang sepatu dan pedagang pakaian. Semua itu kan perlu ketegasan dari petugas, saya kira kalo memang aturan itu dipatuhi oleh para pedagang ya bisa. Kepala UPT’y kurang detil dalam menegakan ketegasan, kalo saya kan hanya staf pasar menjalankan apa yang diperintahkan. Selebihnya kewenangan Kepala UPT dan Kepala Pasar. Kalo petugas kebersihan ngasih teguran ya paling diketawain...
I4-2 Yaa Pasar Petir ini kan sebenarnya mau dijadikan pasar
percontohan, jadi dibuatlah zonasi penempatan jenis dagangan supaya pasar ini tertib, rapi, indah dan menarik. Supaya menarik pengunjung, pasarnya rame, penjualan meningkat dan diharapkan retribusinya juga lancar, begitu... tapi ya kita lihat sendiri pelaksanaannya, masih banyak pedagang yang tidak nurut ke aturan. Ya untuk sementara ini sih hanya diberikan peringatan atau pemberitahuan saja, belum diberikan sanksi apa-apa . Pasar Petir ini kan sebenarnya belum diresmikan, nanti kalo sudah diresmikan pengaturan zonasi itu harus benar-benar dilaksanakan sesuai aturan. Pokonya nanti kalo sudah peresmian harus ada perubahan semuanya. Tempatnya di mana ya harus kembali ke tempatnya, yang belum ditempati harus diisi. Itu instruksinya dari Kementrian langsung.
I5-1 Ya bagus juga sih ada zonasi ini, supaya pedagang tau letak-
letak pedagang sesuai barang yang dia cari di mana. Harapannya sih zonasi ini berjalan sesuai peraturannya, terus juga mudah-mudahan dengan adanya zonasi ini pengunjungnya jadi rame biar pendapatan pedagang juga meningkat.
I5-2 Zonasi ya menurut saya itu bagus lah, jadi untuk
memudahkan pembeli menemukan barang yang akan dibelinya, mau beli baju sebelah mana, mau beli ikan sebelah mana, terus biar pasar juga terlihar rapi, tertib, teratur dan indah. Ya kalo mau tertib ya tertibkan lah.. Supaya menarik pengunjung pendapatan juga meningkat. Kalo keramaian mah relatif, yaa namanya pasar di kampung, yang jelas kalo adanya zonasi itu bisa memudahkan pembeli dalam berbelanja.
Peneliti
Q2-b
Apakah jenis dagangan mempengaruhi kemampuan membayar retribusi para pedagang?
I1 Oh tentu berbeda, antara pedagang sayuran dengan pedagang
pakaian misalnya, kalo sayuran kan orang setiap hari pasti beli jadi bayar retribusinya juga lancar, sedangkan pakaian tidak setiap hari orang beli baju, jadi bayar retribusinya jarang tergantung penjualan aja, itulah yang dijadikan alasan pedagang.
I2 Iya jelas, kalo pedagang bahan makanan seperti sayuran,
ikan, sembako itu kan penjualannya setiap hari jadi retribusiya juga lanvar, coba kalo pedagang pakaian, sendal sepatu paling kan ramenya pas mau lebaran atau musim liburan saja jadi retribsinya juga macet banyak yang lewat aja gak bayar.
I3 Yaa secara garis besar begitu, yang lebih lancar itu dari
pedagang bahan makanan, sayuran, ikan yang di belakang itu.
I4-1 Ya kalo sehari-hari kaya gini mah lebih lancar dari sembako dan sayuran, kalo dari pakaian mah ya liat sendiri ni saya muter baru dapat 5 orang. Tapi kalo pihak Dinas mah yang di atas taunya yang sejumlah kios dan los aja, gak tau kondisinya di lapangan seperti apa.
I4-2 Memang tukang sayuran mah sih rapih bayarnya dari dulu
juga lancar, kalo sayur mayur itu paking lancar, ikan juga kadang-kadang masih jarang bayar. Yang jarang bayar mah sembako, yang paling jarang bayar mah ya ini baju (pakaian) malah ada yang seminggu gak masuk/gak bayar.
I5-1 Yaa kalo saya sebagai pedagang pakaian memang merasa
bayar retribusinya lebih sering 1.000 rupiah ya harusnya mah kan 2.000, tapi kan kalo jualannya sepi mau gimana..
I5-2 Ya saya sendiri sebagai pedagang pakaian ya kalo jualan lagi
sepi gini paling bayar 1.000 aja. Kalo hari-hari biasa gini kan orang yang beli pakaian jarang, kecuali kali makanan, sayuran,
ikan, sembako itu mah tiap hari pasti laku.
Pen
eliti Q3-a
Apakah jumlah personil pemungut retribusi pasar sudah sesuai/cukup dan bagaimana pembagian tugasnya?
I1 Harusnya ada penambahan petugas, karena kadang kan gak
ketanganan. Jumlahnya itu disesuaikan dengan luas wilayah dan dibagi per zona. Ada 2 orang itu semua sudah resmi melalui Surat Perintah. Pembagian tugas ada yang bagian depan, tengah dan belakang sesuai zonasinya. Selain itu ada juga kolektor internal pasar yaitu unit keamanan dan kebersihan sekaligus sebagai pengelola keamanan dan kebersihan, pembagian tugasnya juga diatur oleh UPTD Pasar dan diperintahkan secara resmi melalui Surat Perintah.
I2 Ya yang sedang mah tiga, ya karena yang 1 orang pindah itu si Jumroni ke Baros. Sebenarnya jumlah personil itu cukup tapi harus ada kesinergian untuk mengatasi segala permasalahan yang ada di Pasar Petir, seperti masalah jual beli kios, kontrak, penggantian nama dsb. Kalo jumlahnya sih udah cukup, cuma kerjasamanya ini yang harus lebih ditingkatkan, misalnya gimana caranya kios yang sepi supaya jadi rame, kios yang tutup supaya buka jadi bisa menambah keramaian pasar. Ya istilahnya kita buat terobosan lah.. Kalo pasar rame kan bisa jadi potensi juga untuk Pasar Petir, Penjualan meningkat, kepatuhan bayar retribusi meningkat maka pendapatan retribusi juga meningkat, begitu.
I3 Kalo untuk pemungut retribusi mah udah cukup, gak keteter
ko’ malah kekecilan pasarnya, hee hee...
I4-1 Kalo petugas pemungut mah saya rasa sudah cukup.
I4-2 Cukup, soalnya ini aja masih banyak yang nganggur setiap harinya, kadang ada 2 atau 3 orang yang nganggur.
I5-1 - I5-2 Yang saya lihat sih petugas kebersihan yang belum cukup,
itu kan kerjaan yang berat, yaa kita lihat aja dimana-mana banyak sampah berserakan, jadi kebersihannya kurang terawat. Kalo untuk keamanan menurut saya 2 orang itu kurang tambah 1 bisa nanti kan dibagi masing-masing zona-zonanya.
Peneliti
Q3-b
Apakah jumlah petugas pemungut retribusi pasar mempengaruhi pendapatan retribusi pasar, bagaimana kaitannya?
I1 Tidak berpengaruh apa-apa kalo untuk pendapatan, tapi kalo
personilnya banyak otomatis biaya operasionalnya juga lebih banyak.
I2 Kalo dari segi pendapatan mah relatif, tapi tentunya kalo
petugas nambah, jadi biaya untuk ngopi dan rokoknya ini jadi nambah juga kan..
I3 Yaa jelas lah, nanti biaya operasionalnya jadi nambah, bukan
pendapatan retribusinya nambah, malah keambil. Pendapatan mah gak jauh beda segitu-gitu aja.
I4-1 Yaa mempengaruhi.. justru kalo ditambah malah
pendapatannya merosot, semakin banyak petugas kan semakin banyak orang yang harus dibayar sedangkan pendapatan atau potensinya segitu-gitu aja.
I4-2 Itu kalo diperbanyak itu target bisa hilang karena ya jadi
banyak tangan, lebih banyak orang lebih banyak biaya lebih banyak resikonya, malah pendapatannya berkurang, bisa target hilang, kalo target kurang dari mana nombokannya kita...
I5-1 - I5-2 -
Pen
eliti Q3-c
Apakah sikap petugas pemungut retribusi pasar mempengaruhi pendapatan retribusi pasar, bagaimana kaitannya?
I1 Pendapatan retribusi yang kurang karena kurang patuhnya
pedagang dalam membayar, itu memang kurang ketegasan dari petugas kita.
I2 Ketegasan ada, cuma ya pedagangnya itu cenderung
menyepelekan harusnya bayar 2000 malah 1000, malah ada yang mau lewat aja. Memang belum sadar hukum masyarakat sini mah. Yaa memang sudah ada Perda, ya maksudnya itu harus ada perubahan supaya lebih kuat sebagai pegangan para petugas untuk menerapkan ketegasan. Kalo kita melihat dari sisi kemanusiaan atau rasa kasihan ya kaya gini terus, tapi kan kita bicara peraturan, bagaimana caranya peraturan bisa diterapkan secara tegas dan agar dipatuhi.
I3 Kalo saya sih belum menerapkan ketegasan, ketegasan itu
harusnya dimulai dari pimpinan, kita bisa aja tegas, kalo dari atasnya memerintahkan saya harus tegas ya saya siap. Saya pernah memungut dengan cara tegas tapi ya ketika saya dapat perlawanan ya saya mau gimana.. respon dari pimpinan kan gak ada. Kalo pedagang nggak, kita dari petugasnya dulu, ya dari Birokrasinya lah. Kalo dari atas tegas ya pedagang juga akan ikut. Kita harus punya solusi lah gimana caranya agar pedagang itu patuh untuk membayar retribusi, biar pedagang enak kita juga enak, dsb.
I4-1 Yaa itu tinggal skill dari para petugasnya aja, mau secara
tegas atau gimana, tegas ini juga tidak pengaruh bagi para pedagang, dengan pedagang tidak ada masalah, kalo tegas ya dengan aturan, yang ada pedagang bukannya semakin mau ngasih malah tidak mau ngasih. Jadi bukan tegas untuk menimbulkan permasalahan. Jadi gimana caranya tegas untuk mencapai target tanpa menimbulkan masalah.
I4-2 Tegas gak tegas sama begitu aja, karena ya namanya juga
pedagang.. yaa begitu..
I5-1 Ya walaupun mau tegas kaya gimana kalo penjualannya belum ada mah mau bayar pake apa, kita kan bayar retribusi tu sesuai hasil penjualan itu.
I5-2 Yaa mungkin kalo petugasnya lebih tegas bisa aja para pedagang lebih patuh bayar retribusinya, jadi biar pedagangnya merasa berkewajiban/merasa takut, tapi tegas dengan cara yang baik jangan sampe bikin keributan.
Peneliti
Q3-d
Apakah perlu adanya petugas lain (pejabat terkait) selain pemungut retribusi untuk turun tangan dalam melakukan pemungutan retribusi pasar?
I1 - I2 Yaa mungkin sosialisasinya masih kurang, ya barang kali
jangan cuma mantrinya doang. Bagusnya sih ada seminar atau pertemuan dengan para pedagang. Sekarang kan sudah dibentuk Forum Pedagang, tujuannya untuk menampung keluhan-keluhan pedagang nanti koordinasi dengan saya (Koordinator Pasar) dan Pak Ma’mun. Bisa juga forum itu jadi media untuk sosialisasi dengan mengadakan pertemuan.
I3 Kalo Kepala Dinas untuk sementara tidak perlu lah, itu kan
ada Kepala UPT’nya. Turun ke lapangannya bukan untuk marah-marahin orang, kasih pengarahan.. gimana caranya supaya para pedagang taat pada retribusi, dsb. Selama ini belum ada yang turun ke lapangan secara langsung seperti itu.
I4-1 Yaa seharusnya Kepala Pasar juga rutin datang ke pasar
untuk memberikan pengarahan kepada para pedagang, terutama Kepala UPT juga harus turun langsung ke lapangan.
I4-2 Yaa boleh juga.. misalnya Kepala Pasar lah supaya dia tahu
permasalahan di lapangan gimana kondisinya di Pasar Petir ini.
I5-1 Yaa boleh lah pejabatnya pada turun ke sini ke pasar, untuk ngobrol-ngobrol, pendekatan, terutama ya untuk memberitahukan apabila memang ada yang perlu diberitahukan pada pedagang.
I5-2 Yaa seharusnya sih ada, misalnya Kepala Pasarnya lah rutin
ke sini, ngasih pengarahan, penjelasan kepada pedagang.
Peneliti
Q3-e
Upaya apa saja yang sudah dilakukan petugas (pihak terkait) dalam hal retribusi pasar?
I1 Ya surat edaran, tapi pedagang suka pura-pura tidak tahu, ini
kan pemberitahuan sudah diedarkan foto copyannya, tarifnya berapa bagaimana aturanya secara jelas sudah ada di edaran itu. Kemarin juga sudah minta lagi edarannya.
I2 Ya surat edaran dan sosialisasi dengan para pedagang secara langsung walaupun belum semua. Ya makanya saya kelayar keluyur di Pasar ya itu untuk apa, ya untuk itu, untuk pendekatan ke para pedagang (sosialisasi) secara tatap muka. Saya omongin, ngasih pengarahan. Ada mah ada pertemuan/musyawarah antara pedagang dan petugas, cuma kesadaran masyarakatnya itu untuk mengikuti kegiatan itu masih sangat kurang. Ya kesadaran itu sangat sulit, masyarakatnya belum sadar hukum.
I3 Sementara ini baru ada surat edaran aja. Ya seharusnya sih
musyawarah dengan pedagang, di sini kan ada forum, ya harusnya ada lah pertemuan untuk sosialisasi, pengarahan, dsb. Sekarang kita urus dulu penertiban pedagang, seperti PKL ditempatkan dan ketertiban secara keseluruhan. Kalo untuk retribusi gak susah-susah amat kalo pedagangnya kita tentramkan kita bikin enak dan nyaman. Pasarnya juga kita bikin aman, tertib, nyaman supaya bisa menarik konsumen jadi kan jualannya rame maka pedagang juga bayar retribusinya lancar.
Pokonya Kalo pemimpin pengen punya pendapatan yang bagus ya itu harus dari atasnya dulu.
I4-1 Yaa sebetulnya kan ada selebaran surat, disamping juga
kami tidak bosan-bosan memberitahukan kepada para pedagang, kalo Kepala Pasarnya saya kira juga sudah cuma mungkin belum semuanya.
I4-2 Surat edaran sering diberikan pada pedagang. Dengan
pendekatan secara halus dari petugas, terus juga teguran-teguran dari para petugas pemungut.
I5-1 Yang pernah saya lihat sih paling ada selebara surat
pemberitahuan, kadang saya juga lihat ada Kepala Pasar ke sini sama Kepala UPT’y itu pernah liat juga beberapa kali.
I5-2 Yang saya lihat sih paling ada surat edaran kaya gitu, gak
ada yang lain. Belum ada musyawarah apa-apa, ya mungkin ada, tapi undangannya atau pemberitahuannya itu kurang jelas atau kurag tegas, jadi pedagang ya cendeerung menyepelekan untuk menghadirinya.
Peneliti
Q4-a
Bagaimana kepatuhan pedagang dalam membayar retribusi pasar sesuai dengan tarif yang ada pada Perda?
I1 Masih belum sesuai dengan tarif, di Perda kan sudah jelas
tarif untuk kios 2.000 untuk los 1.500, itu juga harus sesuai dengan luas unitnya itu, mayoritas pedagang kan menggunakan tempat melebihi kios/losnya itu harusnya bayar lebih dari tarif itu..
I2 Pedagangnya itu cenderung menyepelekan harusnya bayar
2000 malah 1000, malah ada yang mau lewat aja.
I3 Berat, karena pedagang dengan alasan sepi beberapa tidak mau membayar atau bayar tapi tidak sesuai tarif, kita masih sering memaklumi dengan hati nurani kita, yang penting mencapai target.
I4-1 Sebetulnya untuk 1.000 saja para pedagang masih susah
jangankan untuk 2.000, karena dengan alasan keterbatasan yang belanja.
I4-2 Yaa kadang-kadang gitu lah.. gak nyampe, gak sesuai
dengan tarifnya. Kalo sayur mayur emang lancar itu tapi tetap
aja gak bisa mencapai target. Itu pedagang bila mana 3 bulan berturut-turut tidak bayar retribusi maka diambil kembali unitnya oleh Pemda, ini akan berlaku nanti setelah peresmian.
I5-1 Kadang 1000 kadang 2000, pernah gak bayar sama sekali
karena lagi gak dapet uang. Emang sih aturannya mah mau buka atau enggak tetap harus bayar, tapi ya keberatan lah, masa gak buka bayar aja, malah kalo lagi buka juga kalo gak dapet uang mah kadang gak bayar ya gak mau bohong. Tapi jarang sih gak bayarnya ya lebih sering bayar. Rata-rata sih Mamah bayarnya 1000 kalo 2000 mah jarang.
I5-2 Kalo saya sih rata-rata bayar 1.000 per kios, kalo lagi rame
saya bayar 2.000, tapi saya gak pernah sampe gak bayar.
Pen
eliti Q4-b
Adakah rencana peningkatan tarif retribusi (untuk kios dan los) & bagaimana tanggapannya apabila ada peningkatan tarif (dari pedagang & petugas)?
I1 Ada, itu kita nanti koordinasi dengan Dewan yang nantinya
juga akan ada perubahan Perda, itu sudah ada rencananya. Dasar pertimbagannya dari kemampuan atau daya beli masyarakat, kenaikan barang dagangan secara umum dan terutama untuk meningkatkan pemasukan ke PAD.
I2 Wah.. kayanya belum bisa, yang ini aja masih banyak yang
macet..
I3 Boleh untuk kita peningkatkan pendapatan untuk Kas Daerah, tapi dengan catatan apabila ada keluhan dari staf di lapangan, kalo ada benturan segala macam, kalo memang pertanggungjawaban dari atasan oke, kita kan harus diberikan arahan dari atasan, terus kalo ada komplain, harus ada ketegasan dari petugas/atasan. Kalo yang saya rasakan Pemerintahan di Provinsi Banten kayanya kurang tegas, jadi tegasnya hanya ke staf aja gak langsung ke lapangan. Untuk 2500 belum bisa lah apalagi untuk pasar selevel kita, setidaknya yang tadinya belum mencapai 2.000 biar nyampe 2.000 lah, kalo lebih dari itu kayanya belum bisa.
I4-1 Ya itu kan hasrus dimusyawarahkan dulu, terus stafnya juga
harus turun memberikan himbauan, ada selebarannya dijelaskan secara transparan, yaa miungkin bisa aja kalo kaya gitu.
I4-2 Kalo ada peningkatan tarif atau target yaa susah sih tapi
gimana ketegasan kita supaya pedagang paham, apa dasarnya, bagaimana peraturannya diterangkan secara jelas pada pedagang, ya mungkin bissa aja kalo menaikan tarif/target.
I5-1 Wih.. ulah, ulah.. tos sakitu bae. Keberatan lah kalo dinaikin
mah. Soalnya kan pasarnya seperti ini kurang rame. Paling ramenya kalo lagi bulan puasa atau lagi musim mau masuk sekolah.
I5-2 -
Pen
eliti Q5-a
Berapa jumlah kios dan los (aktif dan non aktif)?
I1 Yaa.. kurang lebih 80% kios aktif, 90% los aktif. Nah.. itu lah kelemahan para pedagang-pedagang kita, mau memiliki unit tapi tidak mau menggunakannya untuk berjualan, itu kan mempengaruhi juga terhadap perolehan retribusi kita.. seharusnya itu jadi pemasukan rutin untuk kita.
I2 Yaa kira-kira 80% yang aktif, 20% yang belum aktif.
I3 Kios yang belum aktif masih banyak.. Yaa itu dia, Pemda
kan tidak mau tau jumlah kios dan los yang ada itu harus ada semua retribusinya, gak mau tau kios itu aktif atau tidak, bayar atau tidak. Dari kaki lima itu untuk menutupi kekurangan itu. Jadi PKL ini sekarang hanya sebagai solusi.
I4-1 Yaa pokoknya kita lihat saja masih banyak kios dan los yang
belum buka.
I4-2 Kalo jumlahnya belum pasti ada berapa yang jelas masih banyak lah.. karena kan para pedagang yang mau ngisi kiosnya atau mau dikontrakin itu gak pernah ada yang laporan ke petugas, jadi kan datanya gak pasti. Harusnya itu kan kalo kios dan los aktif jadi sumber pendapatan juga untuk retribusi dan salar.
I5-1 - I5-2 -
Pen
eliti Q5-b
Bagaimana untuk mengatasi kios dan los non aktif agar menjadi aktif sebagai objek retribusi pasar?
I1 Ada, ada sanksinya itu. Yaa sanksinya kalo dia tidak buka
dalam satu tahun otomatis harus dikembalikan kepada
pemiliknya yaitu Pemerintah Daerah. Pedagang yang sekarang menempati unit di Pasar Petir itu bukan sebagai pemilik, tetapi hanya diberikan hak untuk menggunakan jasa atau fasilitas berdagang dari Pemerintah Daerah dan itu semua milik Pemerintah Daerah, mulai dari tanah, bangunan dan seluruh fasilitas yang ada di Pasar tersebut. Sementara ini peraturan tersebut belum ditegakkan, karena sebenarnya Pasar Petir ini belum diresmikan, walaupun sekarang sudah digunakan. Jadi nanti kebijakan atau peraturan itu berlaku ketika Pasar Petir sudah diresmikan.
I2 Sementara ini baru teguran aja dari pihak pasar, belum ada
upaya yang tegas karena kan pasarnya juga belum diresmikan.
I3 Yaa dicari pemiliknya siapa, dikasih surat pemberitahuan supaya dibuka.
I4-1 Ya itu kan kios-kios yang kosong sudah dikasih peringatan
dengan surat yang ditempel-tempel itu supaya diketahui oleh pemeliknya agar diaktifkan. Itu kan seharusnya jadi potensi pendapatan retribusi, kalo tutup aja ya kita kehilangan pendapatan untuk retribusi.
I4-2 Yaa untuk sementara ini kan Pasar Petir belum peresmian,
jadi belum ada tindakan secara tegas untuk mengatasi kios non aktif itu. Nanti kalo sudah diresmikan harus buka semua itu, kios yang belum aktif harus aktif, yang belum punya tempat akan ditempatkan, dsb.
I5-1 - I5-2 -
Pen
eliti Q5-c
Adakah rencana penambahan unit baru (untuk kios dan los)?
I1 Tidak ada. Itu sudah segitu aja, karena di peta yang direncanakan memang jumlahnya harus segitu sejumlah kios yang ada sebelumnya.
I2 Oh nggak itu sudah segitu jumlahnya, kan mengikuti jumlah
awal sebelum Pasar Petir direvitalisasi, jumlah kios 290 jumlah losnya 88.
I3 Oh ngggak itu udah segitu aja.
I4-1 Kalo kios dan los gak bisa nambah ya segini aja, bicara soal
keramaian pasar, kalo bangunannya seperti dulu itu bisa memancing keramaian, ya ini lihat saja struktur bangunannya seperti ini dilihat dari depan aja sudah terbendung oleh kantor pasar. Kalo dulu kan pintu masuk ada 3 jadi mantep itu bisa memancing keramaian.
I4-2 Sepertinya sih tidak ada, untuk kios dan los ya jumlahnya
udah segitu aja dari sananya.
I5-1 - I5-2 -
Pen
eliti Q5-d
Adakah rencana penambahan jenis objek baru dan berapa jumlahnya?
I1 Paling penambahannya itu untuk menampung PKL, jadi nanti dibuatkan ruang untuk PKL. Sekarang sudah mulai dibangun namun belum dioperasikan.
I2 Itu kan ada di belakang, auning, itu maksudnya untuk PKL,
cuma ya sekarang PKL masih belum bisa diarahkan untuk berjualan di auning, mungkin ya karena pasarnya juga belum rame.
I3 Yaa barangkal itu PKL kalo udah ditempatkan di auning.
Tempat untuk kaki lima kan udah ada di belakang, sekarang sih belum ditempati karena pengunjungnya masih sepi. Sekarang kan pintu masuk Pasar Petir ini ada 2, dari depan dan dari belakang. Kalo pengunjungnya udah rame dari depan maupun dari belakang ya pasti mulai dipake. Itu auning namannya, jumlahnya 60 unit, bentuknya seperti los cuma tidak ada sekat-sekatnya dan tidak ada meja-mejanya, jadi datar aja.
I4-1 Ada itu auning di belakang tapi belum dioperasikan,
sementara ini petugas pasar ditugaskan untuk mengarahkan para pedagang kaki lima untuk mengisi auning tersebut, tapi kan kalo pasarnya belum cukup ramai sampai ke belakang jadi auning itu belum bisa dioperasikan.
I4-2 Ya auning itu udah jadi tapi belum dioperasikan. Yaa karena
pasarnya belum belum begitu rame juga karena belum peresmian.
I5-1 - I5-2 -
Peneliti
Q6-a
Bagaimana kesesuaian luas area pasar dengan potensi/pendapatan retribusi yang ada?
I1 Pasar Petir dengan luas segitu sudah dimaksimalkan
pembangunan unitnya dari mulai kios, los, halaman, area parkir. Semuanya itu sudah ada aturannya di peta.
I2 Masih jauh, untuk mencapai target aja masih nombokin dari sana-sini.
I3 Area pasarnya cukup luas, tapi pendapatannya minim.
I4-1 Harusnya sih untuk pasar seluas ini ya pendapatnnya
banyak, melihat jumlah unit kios dan los juga banyak, luas halaman parkir luas, pedagang kaki lima dan asongan banyak, tapi kan belum tentu semua itu menjamin pendapatan retribusi.
I4-2 Sementara ini saya rasa Pasar Petir sudah cukup ya
bangunannya, sesuai antara luas dengan jumlah bangunan yang ada.
I5-1 - I5-2 -
Pen
eliti Q6-b
Kesesuaian luas area pasar dengan jumlah unit objek retribusi yang ada?
I1 Sudah tidak bisa lagi, sudah cukup. Malah yang ada aja
belum semua aktif.
I2 Kalo untuk menambah unit baru mah gak bisa, ya buat apa, unit yang ada aja masih banyak yang kosong.. coba kalo semua aktif, itu kan potensi retribusi yang utama. Sekarang jangan dulu mikirin penambahan unit, maksimalkan dulu dari unit yang sudah ada ini.
I3 Gak bisa, kalo pun bisa masih jauh kayanya untuk ke situ,
kita maksimalkan aja dulu dari unit yang ada.
I4-1 Bisa saja menambah unit lagi di Pasar Petir ini, tapi kan kita lihat sekarang, jangankan mau nambah lagi ke belakang, unit yang ada aja masih banyak yang kosong di los dan kiosnya itu masih banyak yang kosong.
I4-2 Tapi kayanya gak bisa, karena yang ada aja masih banyak
yang kosong, kecuali kios ini sudah penuh terisi semua kalo ada lahan yang kosong, itu boleh-boleh aja.
I5-1 - I5-2 -
Pen
eliti Q7-a
Bagaimana kesesuaian jumlah pedagang sebagai subjek retribusi terhadap jumlah unit objek retribusi (kios dan los)?
I1 Yaa seperti yang kita ketahui, kios dan los yang ada masih banyak yang belum aktif, bukan karena tidak ada pemiliknya, tapi pemiliknya tidak/belum menggunakannya untuk berjualan.
I2 Yaa jelas tidak sesuai, jumlah unitnya berapa.. jumlah
pedagang berapa.. ya jelas lebih sedikit..
I3 Belum sesua lah, ya tu kan kios sama losnya masih banyak yang kosong.
I4-1 Jumlah pedagang lebih sedikit dari jumlah unit yang ada,
jumlah unit mah banyak pedagangnya mah itu-itu juga.
I4-2 Ya seperti yang kita lihat unitnya masih banyak yang kosong, jumlah pedagangnya lebih sedikit dari jumlah unit di pasar ini.
I5-1 - I5-2 -
Pen
eliti Q7-b
Apakah selain pedagang yang ada di kios dan los itu masih ada jenis pedagang lain yang bisa menjadi potensi retribusi pasar?
I1 PKL, itu dihitung/didata, baru pendataan, jumlahnya belum
fix, ya sekarang ada lah sekitar 28 PKL. Harusnya mah PKL itu ijin dulu kepada pengelola pasar, misalnya Kepala UPTD atau Mantri Pasar atau Koordinator Pasar, mereka asal masuk aja langsung dagang aja, jadi petugas kalo mau mendata ya dihitung saat di lapangan aja. Ya pedagang kaki lima dan asongan kan belum masuk ke objek retribusi daerah karena memang jumlahnya tidak tetap setiap harinya, tetapi kan iuran tetap dilakukan jadi itu menjadi solusi untuk menutupi kekurangan target retribusi pasar.
I2 PKL dan asongan itu kan dipungut juga, sementara ini buat
nalangin yang retribusi kalo kurang, terus juga buat biaya harian
petugas (operasional), masa petugas gak makan gak minum, masa “mati di lumbung padi”. Jadi belum masuk secara mandiri sebagai objek retribusi hanya untuk nombokin aja.
I3 Kalo pendapatan retribusi untuk kios dan los sudah
mencukupi ya mungkin pendaparan dari PKL juga bisa menjadi objek baru untuk retribusi. Ada datanya, yang di atas taunya PKL itu gak masuk retribusi ya itu masuk untuk nutupin kekurangan retribusi kios dan los.
I4-1 Ya sebetulnya kalo menurut saya penghasilan mah dilihat
secara global aja gak ada pemisahan ini penghasilan kios, ini dari los, kaki lima dsb. Kaki lima itu sudah ada jumlah minimal 40 maksimal 50 itu sudah ada datanya. Ya saya kira kalo kai lima untuk di pasar petir ini gak terlalu banyak ya paling kira-kira 50 orang dan tarifnya 1.000, gak ada yang bayar 2.000 malah 500 perak.
I4-2 Mungkin kali lima dan asongan bisa saja itu juga potensi
retribusi juga. Jumlahnya cukup banyak itu tapi ya perlu diatur juga jenis dagangannya, jangan asal ngegelar dagangan aja barang jualannya juga diatur, kalo kue ya kue aja, masa jualan kue ada sayuran juga..
I5-1 - I5-2 -
Pen
eliti Q7-c
Faktor apa saja yang melatarbelakangi kepatuhan pedagang dalam membayar retribusi?
I1 Ya permasalahannya kurang taatnya itu, kurang patuh pada
aturan berapa tarifnya, bagaimana aturannya yang sesuai di Perda. Retribusi itu dipungut berdasarkan adanya kegiatan berjualan di pasar, jadi kalau tidak buka ya tidak bayar retribusi. Ya seharusnya sih ada atau tidaknya kegiatan berjualan ya tetap harus bayar retribusi seperti yang sudah diatur di Perda. Tetapi yaa kita lihat sendiri realitanya di lapangan, kalo pedagangnya tidak buka ya kita mau gimana. Malah kalaupun pedagangnya buka, masih banyak yang tidak mau bayar dengan alasan sepi pembeli lah atau mau bayar tapi tidak sesuai tarif yang ditentukan.
I2 Kesadaran pedagang masih sangat kurang, kenyataannya
sekarang, untuk zonasi aja sangat sulit karena sikap “Kumaha Aing”, jadi susah diatur. Para pedagang di Pasar Petir ini sangat kurang kesadarannya dalam mematuhi segala peraturan
mengenai pasar, bukan hanya dalam membayar retribusi, semisal HGP saja surat Hak Guna Pakai itukan harusnya diperbarui setiap satu tahun, mana coba.. gak ada, hanya sedikit yang patuh. Terus kalo ada yang mau ngontrak apa pernah ada yang lapor ke petugas, ada lagi yang sampe membongkar tembok kios, mereka itu merasa kios ini milik sendiri seperti rumah, terserah mau diapain gimana sendirinya aja.
I3 Kultur juga berpengaruh pada kesadaran pedagang untuk
membayar, masyarakat di sini masih cenderung tradisional. Kalo pasar yang ada di kota mah sudah rata 2.000 untuk kios, jadi kalo ada rencana kenaikan masih bisa lah kalo untuk di kota walaupun prosesnya sulit, malah kalo di Jakarta kebersihan itu sampe 5.000 itu bisa diterapkan dengan ketegasan, kalo gak ngasih gak bisa jualan. Kalo di kita ada tarif segitu yang ada ribut.
I4-1 Sebetulnya kalo melihat dari Perda kalo pedagang tidak membayar retribusi selama 3 bulan berturut-turut maka unitnya akan kembali pada Pemda. Faktor yang melatarbelakangi kepatuhan pedagang dalam membayar retribusi ya menurut saya yang jelas mah faktor pembeli, kalo sepi pembeli yaa pedagang mau bayar gimana. Kalo kesadaran pedagang menurut saya mah sudah cukup baik.. ya kalo dia gak punya bekal dari rumah ya mau bayar pake apa.. untuk sementara ini saya masih pake hati nurani aja selama targetnya masih bisa tercapai, tapi kalo seandainya targetnya naik lagi ya mau gak mau tarif yang ada di Perda itu harus diterapkan pada pedagang.
I4-2 Kurang paham, jadi retribusi ini kemana masuknya,
kebersihan dan keamanan kemana masuknya jadi karena kurang pahamnya itu pedagang jadi kurang patuh bayar retribusi dan pungutan lainnya juga. Kalo kita sih sebagai petugas selalu memaklumi kalo memang penjualan lagi sepi selama target tercapai.
I5-1 Yaa karena jualannya sepi, kalo rame saya mah bayar aja
sih.. walaupun Cuma 1.000, mungkin karena udah kebiasaan juga, biasanya bayar 1.000 ya segitu aja. Tapi kalo petugasnya bener-bener tegas mah mungkin bisa aja retribusi itu sesua tarifnya 2.000, tapi jangan tegas separo-separo doang, harus tegas secara total dan menyeluruh. Yaa kalo semuanya pada bayar 2.000 mah saya juga siap bayar 2.000. Terus juga bukan cuma giat minta retribusinya aja, pelayanannya juga diperbaiki, dimaksimalkan, masalah kebersihan, toilet biar nyaman,
parkirnya juga, pokonya semuanya lah.
I5-2 Ya tergantung penjualan aja, kalo gak ada penjualan ya kita mau bayar pake apa? Ya untuk bayar retribusi itu kan kita juga ada perhitungan. Saya sih gak pernah tidak bayar, saya selalu bayar, ya kadang 1.000 kadang 2.000, tapi lebih seringnya 1.000.
Peneliti
Q8-a
Berapa target pendapatan retribusi pasar, bagaimana jangka waktu penargetannya dan bagaimana pencapaiannya?
I1 Tidak per hari, ya bisa per bulan terus per tahun juga
dihitung targetnya. Ada jumlah targetnya, tapi ini datanya tidak boleh diberikan, jadi hanya boleh dibacakan saja. Untuk tahun 2013 target 50juta dan target itu tercapai sampai 50juta, target 2014 sebesar 53juta realisasinya belum terdata karena sekarang kan baru bulan Agustus.
I2 Per tahun, dibagi 12 bulan, per tahunnya 67.500.000 kurang
lebih.
I3 310.000 per hari untuk satu pasar ini, jadi nanti hasil dari Saya dan Bu Teni digabungkan sampai mencapai jumlah yang sesuai target harian itu. Disetorkannya per minggu, kadang per hari. Pendapatan retribusi Pasar Petir dari keseluruhan itu per hari rata-rata 370.000.
I4-1 - I4-2 - I5-1 - I5-2 -
Pen
eliti Q8-b
Bagaimana proses penyetorannya ke Kas Daerah?
I1 Itu dari petugas pemungut ke Kepala Pasar terus ke UPT Pasar kemudian ke Dispenda melalui Bendahara.
I2 Disetorkannya per bulan. Disetorkan oleh saya kan Mantri
Pasar (Koordinator/Kepala Pasar) ke Kantor ke Bagian Keuangan Ibu Ros itu terus ke Pak Ma’mun.
I3 Penyetorannya dari Saya ke Pak Mansur dia kan
koordinatornya ke Mantri Pasar terus ke Dinas dari Dinas ke
Dispenda.
I4-1 - I4-2 - I5-1 - I5-2 -
MEMBERCHECK
1. Wawancara dengan Bpk. Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar
Wilayah Tengah Diskoperindag Kabupaten Serang
Kode Informan : I1
Waktu : Selasa, 26 Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB
Tempat : UPTD Pasar Diskoperindag Kabupaten Serang
Q1-a : Apa saja fasilitas pasar yang menjadi potensi retribusi yang sekarang ada
dan berapa jumlah masing-masing jenisnya?
A : Kios dan Los. 290 kios dan 88 los.
Q1-b : Selain jenis fasilitas tersebut adakah fasilitas pendukung lainnya yang
memberikan kontribusi terhadap retribusi pasar atau pendapatan pasar secara
umum (untuk parkir, MCK, kebersihan dan ketertiban)?
A : Kantor sebagai fasilitas pendukung, toilet, mushola. Toilet dan mushola
termasuk fasum (fasilitas umum). Untuk fasum itu tidak boleh dikenakan
retribusi, kalaupun ada pungutan itu untuk pemeliharaan dan uangnya tidak masuk
ke kas daerah, pemeliharaannya misalnya untuk biaya air, listrik dsb. Unit
kebersihan bukan kewenangan pasar tapi dikelola oleh pasar termasuk iurannya
juga dikelola oleh pasar. Kebersihan itu kewenangan Dinas Tata Ruang dan
Bangunan, tetapi karena wilayahnya ada di area pasar jadi dikelola oleh pasar dan
koordinasi dengan Dinas tersebut. Kalo untuk sampah itu dikelola oleh pihak
pasar sendiri juga koordinasi dengan Dinas Tata Ruang dan Bangunan bidang
Pertamanan dan Kebersihan secara bersinergi, jadi kita yang menghimpun
iurannya dia yang mengangkut sampahnya. Di sana ada biaya per kubiknya
berapa sudah ada di Perda Persampahan itu. Keamanan juga bukan tugas pasar
sebenarnya, tapi dikelola oleh pasar jadi iuran yang dipungut itu digunakan untuk
pengelola pasar dan tidak masuk ke kas daerah. Ada lagi parkir, itu kan lahannya
punya pasar tapi pungutannya masuk ke Dinas Perhubungan, sebetulnya itu rugi
untuk pihak pasar, makanya ini sedang diusulkan bagaimana agar ada jalan
tengahnya. Jadi untuk retribusi yang masuk ke kas daerah itu hanya dari retribusi
kios dan los.
Q2-a : Bagaimana pengaturan jenis dagangan (zonasi) dan bagaimana kaitannya
dengan pendapatan retribusi pasar?
A : Sebetulnya sudah ada itu zonasi blok-bloknya untuk kios dan los itu,
tujuannya untuk mempermudah pembeli mencari barang yang dicarinya. misalnya
toko emas ada di blok A, toko baju ada di blok D gitu. Itu semua sudah kita atur
dalam peta pembagian blok atau zonasi. Peraturannya kalau secara tertulis belum
ada, ini hanya berupa kebijakan dari Diskoperindag dan UPTD Pasar saja.
Q2-b : Apakah jenis dagangan mempengaruhi kemampuan membayar retribusi
para pedagang?
A : Oh tentu berbeda, antara pedagang sayuran dengan pedagang pakaian
misalnya, kalo sayuran kan orang setiap hari pasti beli jadi bayar retribusinya juga
lancar, sedangkan pakaian tidak setiap hari orang beli baju, jadi bayar retribusinya
jarang tergantung penjualan aja, itulah yang dijadikan alasan pedagang.
Q3-a : Apakah jumlah personil pemungut retribusi pasar sudah sesuai/cukup dan
bagaimana pembagian tugasnya?
A : Harusnya ada penambahan petugas, karena kadang kan gak ketanganan.
Jumlahnya itu disesuaikan dengan luas wilayah dan dibagi per zona. Ada 2 orang
itu semua sudah resmi melalui Surat Perintah. Pembagian tugas ada yang bagian
depan, tengah dan belakang sesuai zonasinya. Selain itu ada juga kolektor internal
pasar yaitu unit keamanan dan kebersihan sekaligus sebagai pengelola keamanan
dan kebersihan, pembagian tugasnya juga diatur oleh UPTD Pasar dan
diperintahkan secara resmi melalui Surat Perintah.
Q3-b : Apakah jumlah petugas pemungut retribusi pasar mempengaruhi
pendapatan retribusi pasar, bagaimana kaitannya?
A : Tidak berpengaruh apa-apa kalo untuk pendapatan, tapi kalo personilnya
banyak otomatis biaya operasionalnya juga lebih banyak.
Q3-c : Apakah sikap petugas pemungut retribusi pasar mempengaruhi
pendapatan retribusi pasar, bagaimana kaitannya?
A : Pendapatan retribusi yang kurang karena kurang patuhnya pedagang
dalam membayar, itu memang kurang ketegasan dari petugas kita.
Q3-d : Apakah perlu adanya petugas lain (pejabat terkait) selain pemungut
retribusi untuk turun tangan dalam melakukan pemungutan retribusi pasar?
A : -
Q3-e : Upaya apa saja yang sudah dilakukan petugas (pihak terkait) dalam hal
retribusi pasar?
A : Ya surat edaran, tapi pedagang suka pura-pura tidak tahu, ini kan
pemberitahuan sudah diedarkan foto copyannya, tarifnya berapa bagaimana
aturanya secara jelas sudah ada di edaran itu. Kemarin juga sudah minta lagi
edarannya.
Q4-a : Bagaimana kepatuhan pedagang dalam membayar retribusi pasar sesuai
dengan tarif yang ada pada Perda?
A : Masih belum sesuai dengan tarif, di Perda kan sudah jelas tarif untuk kios
2.000 untuk los 1.500, itu juga harus sesuai dengan luas unitnya itu, mayoritas
pedagang kan menggunakan tempat melebihi kios/losnya itu harusnya bayar lebih
dari tarif itu..
Q4-b : Adakah rencana peningkatan tarif retribusi (untuk kios dan los) &
bagaimana tanggapannya apabila ada peningkatan tarif (dari pedagang &
petugas)?
A : Ada, itu kita nanti koordinasi dengan Dewan yang nantinya juga akan
ada perubahan Perda, itu sudah ada rencananya. Dasar pertimbagannya dari
kemampuan atau daya beli masyarakat, kenaikan barang dagangan secara umum
dan terutama untuk meningkatkan pemasukan ke PAD.
Q5-a : Berapa jumlah kios dan los (aktif dan non aktif)?
A : Yaa.. kurang lebih 80% kios aktif, 90% los aktif. Nah.. itu lah kelemahan
para pedagang-pedagang kita, mau memiliki unit tapi tidak mau menggunakannya
untuk berjualan, itu kan mempengaruhi juga terhadap perolehan retribusi kita..
seharusnya itu jadi pemasukan rutin untuk kita.
Q5-b : Bagaimana untuk mengatasi kios dan los non aktif agar menjadi aktif
sebagai objek retribusi pasar?
A : Ada, ada sanksinya itu. Yaa sanksinya kalo dia tidak buka dalam satu
tahun otomatis harus dikembalikan kepada pemiliknya yaitu Pemerintah Daerah.
Pedagang yang sekarang menempati unit di Pasar Petir itu bukan sebagai pemilik,
tetapi hanya diberikan hak untuk menggunakan jasa atau fasilitas berdagang dari
Pemerintah Daerah dan itu semua milik Pemerintah Daerah, mulai dari tanah,
bangunan dan seluruh fasilitas yang ada di Pasar tersebut. Sementara ini peraturan
tersebut belum ditegakkan, karena sebenarnya Pasar Petir ini belum diresmikan,
walaupun sekarang sudah digunakan. Jadi nanti kebijakan atau peraturan itu
berlaku ketika Pasar Petir sudah diresmikan.
Q5-c : Adakah rencana penambahan unit baru (untuk kios dan los)?
A : Tidak ada. Itu sudah segitu aja, karena di peta yang direncanakan
memang jumlahnya harus segitu sejumlah kios yang ada sebelumnya.
Q5-d : Adakah rencana penambahan jenis objek baru dan berapa jumlahnya?
A : Paling penambahannya itu untuk menampung PKL, jadi nanti dibuatkan
ruang untuk PKL. Sekarang sudah mulai dibangun namun belum dioperasikan.
Q6-a : Bagaimana kesesuaian luas area pasar dengan potensi/pendapatan
retribusi yang ada?
A : Pasar Petir dengan luas segitu sudah dimaksimalkan pembangunan
unitnya dari mulai kios, los, halaman, area parkir. Semuanya itu sudah ada
aturannya di peta.
Q6-b : Apakah luas area pasar yang ada masih bisa dimaksimalkan
penggunaannya untuk dijadikan potensi retribusi?
A : Sudah tidak bisa lagi, sudah cukup. Malah yang ada aja belum semua
aktif.
Q7-a : Bagaimana kesesuaian jumlah pedagang sebagai subjek retribusi
terhadap jumlah unit objek retribusi (kios dan los)?
A : Yaa seperti yang kita ketahui, kios dan los yang ada masih banyak yang
belum aktif, bukan karena tidak ada pemiliknya, tapi pemiliknya tidak/belum
menggunakannya untuk berjualan.
Q7-b : Apakah selain pedagang yang ada di kios dan los itu masih ada jenis
pedagang lain yang bisa menjadi potensi retribusi pasar?
A : PKL, itu dihitung/didata, baru pendataan, jumlahnya belum fix, ya
sekarang ada lah sekitar 28 PKL. Harusnya mah PKL itu ijin dulu kepada
pengelola pasar, misalnya Kepala UPTD atau Mantri Pasar atau Koordinator
Pasar, mereka asal masuk aja langsung dagang aja, jadi petugas kalo mau mendata
ya dihitung saat di lapangan aja. Ya pedagang kaki lima dan asongan kan belum
masuk ke objek retribusi daerah karena memang jumlahnya tidak tetap setiap
harinya, tetapi kan iuran tetap dilakukan jadi itu menjadi solusi untuk menutupi
kekurangan target retribusi pasar.
Q7-c : Faktor apa saja yang melatarbelakangi kepatuhan pedagang dalam
membayar retribusi?
A : Ya permasalahannya kurang taatnya itu, kurang patuh pada aturan berapa
tarifnya, bagaimana aturannya yang sesuai di Perda. Retribusi itu dipungut
berdasarkan adanya kegiatan berjualan di pasar, jadi kalau tidak buka ya tidak
bayar retribusi. Ya seharusnya sih ada atau tidaknya kegiatan berjualan ya tetap
harus bayar retribusi seperti yang sudah diatur di Perda. Tetapi yaa kita lihat
sendiri realitanya di lapangan, kalo pedagangnya tidak buka ya kita mau gimana.
Malah kalaupun pedagangnya buka, masih banyak yang tidak mau bayar dengan
alasan sepi pembeli lah atau mau bayar tapi tidak sesuai tarif yang ditentukan.
Q8-a : Berapa target pendapatan retribusi pasar, bagaimana jangka waktu
penargetannya dan bagaimana pencapaiannya?
A : Tidak per hari, ya bisa per bulan terus per tahun juga dihitung targetnya.
Ada jumlah targetnya, tapi ini datanya tidak boleh diberikan, jadi hanya boleh
dibacakan saja. Untuk tahun 2013 target 50juta dan target itu tercapai sampai
50juta, target 2014 sebesar 53juta realisasinya belum terdata karena sekarang kan
baru bulan Agustus.
Q8-b : Bagaimana proses penyetorannya ke Kas Daerah?
A : Itu dari petugas pemungut ke Kepala Pasar terus ke UPT Pasar kemudian
ke Dispenda melalui Bendahara.
Informan Kepala UPT Pasar
Ma’mum Dian Purnama NIP. 196405111993031007
2. Wawancara dengan Bapak H. Hasan - Koordinator (Kepala) Pasar Petir
Kode Informan : I2
Waktu : Sabtu, 6 September 2014, Pukul 09.49 WIB
Tempat : Pasar Petir
Q1-a : Apa saja fasilitas pasar yang menjadi potensi retribusi yang sekarang ada
dan berapa jumlah masing-masing jenisnya?
A : Ya kios dan los.
Q1-b : Selain jenis fasilitas tersebut adakah fasilitas pendukung lainnya yang
memberikan kontribusi terhadap retribusi pasar atau pendapatan pasar secara
umum (untuk parkir, MCK, kebersihan dan ketertiban)?
A : Itu semacamnya MCK gitu ya, ada 4 kamar, di belakang ada 3 kamar.
Peralatannya kalo di Kantor ya MCK ada, mushola ada, terus juga dapet peralatan
seperti cangkul, golok, arit,sikup, sapu itu setiap tahun dikasih, ya namanya
peralatan setiap hari dipake jadi setiap tahun harus dikasih. Ya untuk peralatan
kebersihan, pengki juga dikasih. Mushola juga ada itu di ujung terus lahan parkir.
Q2-a : Bagaimana pengaturan jenis dagangan (zonasi) dan bagaimana kaitannya
dengan pendapatan retribusi pasar?
A : Pasar Petir ini sebenarnya potensinya sangat bagus, punya pedagang
emas terbanyak dan pedagang pakaian terbanyak dibandingkan dengan pasar
tradisional lain yang ada di Kabupaten serang khususnya wilayah tengah sehingga
menjadi ikon di Kabupaten Serang ini, bahkan rencananya akan dijadikan pasar
percontohan se-Indonesia. Maka dari itu zonasi ini adalah cara agar Pasar Petir ini
jadi rapi tertib dengan mengatur letak pedagang sesuai jenis dagangannya.
Q2-b : Apakah jenis dagangan mempengaruhi kemampuan membayar retribusi
para pedagang?
A : Iya jelas, kalo pedagang bahan makanan seperti sayuran, ikan, sembako
itu kan penjualannya setiap hari jadi retribusiya juga lanvar, coba kalo pedagang
pakaian, sendal sepatu paling kan ramenya pas mau lebaran atau musim liburan
saja jadi retribsinya juga macet banyak yang lewat aja gak bayar.
Q3-a : Apakah jumlah personil pemungut retribusi pasar sudah sesuai/cukup dan
bagaimana pembagian tugasnya?
A : Ya yang sedang mah tiga, ya karena yang 1 orang pindah itu si Jumroni
ke Baros. Sebenarnya jumlah personil itu cukup tapi harus ada kesinergian untuk
mengatasi segala permasalahan yang ada di Pasar Petir, seperti masalah jual beli
kios, kontrak, penggantian nama dsb. Kalo jumlahnya sih udah cukup, cuma
kerjasamanya ini yang harus lebih ditingkatkan, misalnya gimana caranya kios
yang sepi supaya jadi rame, kios yang tutup supaya buka jadi bisa menambah
keramaian pasar. Ya istilahnya kita buat terobosan lah.. Kalo pasar rame kan bisa
jadi potensi juga untuk Pasar Petir, Penjualan meningkat, kepatuhan bayar
retribusi meningkat maka pendapatan retribusi juga meningkat, begitu.
Q3-b : Apakah jumlah petugas pemungut retribusi pasar mempengaruhi
pendapatan retribusi pasar, bagaimana kaitannya?
A : Kalo dari segi pendapatan mah relatif, tapi tentunya kalo petugas
nambah, jadi biaya untuk ngopi dan rokoknya ini jadi nambah juga kan..
Q3-c : Apakah sikap petugas pemungut retribusi pasar mempengaruhi
pendapatan retribusi pasar, bagaimana kaitannya?
A : Ketegasan ada, cuma ya pedagangnya itu cenderung menyepelekan
harusnya bayar 2000 malah 1000, malah ada yang mau lewat aja. Memang belum
sadar hukum masyarakat sini mah. Yaa memang sudah ada Perda, ya maksudnya
itu harus ada perubahan supaya lebih kuat sebagai pegangan para petugas untuk
menerapkan ketegasan. Kalo kita melihat dari sisi kemanusiaan atau rasa kasihan
ya kaya gini terus, tapi kan kita bicara peraturan, bagaimana caranya peraturan
bisa diterapkan secara tegas dan agar dipatuhi.
Q3-d : Apakah perlu adanya petugas lain (pejabat terkait) selain pemungut
retribusi untuk turun tangan dalam melakukan pemungutan retribusi pasar?
A : Yaa mungkin sosialisasinya masih kurang, ya barang kali jangan cuma
mantrinya doang. Bagusnya sih ada seminar atau pertemuan dengan para
pedagang. Sekarang kan sudah dibentuk Forum Pedagang, tujuannya untuk
menampung keluhan-keluhan pedagang nanti koordinasi dengan saya
(Koordinator Pasar) dan Pak Ma’mun. Bisa juga forum itu jadi media untuk
sosialisasi dengan mengadakan pertemuan.
Q3-e : Upaya apa saja yang sudah dilakukan petugas (pihak terkait) dalam hal
retribusi pasar?
A : Ya surat edaran dan sosialisasi dengan para pedagang secara langsung
walaupun belum semua. Ya makanya saya kelayar keluyur di Pasar ya itu untuk
apa, ya untuk itu, untuk pendekatan ke para pedagang (sosialisasi) secara tatap
muka. Saya omongin, ngasih pengarahan. Ada mah ada pertemuan/musyawarah
antara pedagang dan petugas, cuma kesadaran masyarakatnya itu untuk mengikuti
kegiatan itu masih sangat kurang. Ya kesadaran itu sangat sulit, masyarakatnya
belum sadar hukum.
Q4-a : Bagaimana kepatuhan pedagang dalam membayar retribusi pasar sesuai
dengan tarif yang ada pada Perda?
A : Pedagangnya itu cenderung menyepelekan harusnya bayar 2000 malah
1000, malah ada yang mau lewat aja.
Q4-b : Adakah rencana peningkatan tarif retribusi (untuk kios dan los) &
bagaimana tanggapannya apabila ada peningkatan tarif (dari pedagang & petugas)
A : Wah.. kayanya belum bisa, yang ini aja masih banyak yang macet..
Q5-a : Berapa jumlah kios dan los (aktif dan non aktif)?
A : Yaa kira-kira 80% yang aktif, 20% yang belum aktif.
Q5-b : Bagaimana untuk mengatasi kios dan los non aktif agar menjadi aktif
sebagai objek retribusi pasar?
A : Sementara ini baru teguran aja dari pihak pasar, belum ada upaya yang
tegas karena kan pasarnya juga belum diresmikan.
Q5-c : Adakah rencana penambahan unit baru (untuk kios dan los)?
A : Oh nggak itu sudah segitu jumlahnya, kan mengikuti jumlah awal
sebelum Pasar Petir direvitalisasi, jumlah kios 290 jumlah losnya 88.
Q5-d : Adakah rencana penambahan jenis objek baru dan berapa jumlahnya?
A : Itu kan ada di belakang, auning, itu maksudnya untuk PKL, cuma ya
sekarang PKL masih belum bisa diarahkan untuk berjualan di auning, mungkin ya
karena pasarnya juga belum rame.
Q6-a : Bagaimana kesesuaian luas area pasar dengan potensi/pendapatan
retribusi yang ada?
A : Masih jauh, untuk mencapai target aja masih nombokin dari sana-sini.
Q6-b : Apakah luas area pasar yang ada masih bisa dimaksimalkan
penggunaannya untuk dijadikan potensi retribusi?
A : Kalo untuk menambah unit baru mah gak bisa, ya buat apa, unit yang ada
aja masih banyak yang kosong.. coba kalo semua aktif, itu kan potensi retribusi
yang utama. Sekarang jangan dulu mikirin penambahan unit, maksimalkan dulu
dari unit yang sudah ada ini.
Q7-a : Bagaimana kesesuaian jumlah pedagang sebagai subjek retribusi
terhadap jumlah unit objek retribusi (kios dan los)?
A : Yaa jelas tidak sesuai, jumlah unitnya berapa.. jumlah pedagang berapa..
ya jelas lebih sedikit..
Q7-b : Apakah selain pedagang yang ada di kios dan los itu masih ada jenis
pedagang lain yang bisa menjadi potensi retribusi pasar?
A : PKL dan asongan itu kan dipungut juga, sementara ini buat nalangin
yang retribusi kalo kurang, terus juga buat biaya harian petugas (operasional),
masa petugas gak makan gak minum, masa “mati di lumbung padi”. Jadi belum
masuk secara mandiri sebagai objek retribusi hanya untuk nombokin aja.
Q7-c : Faktor apa saja yang melatarbelakangi kepatuhan pedagang dalam
membayar retribusi?
A : Kesadaran pedagang masih sangat kurang, kenyataannya sekarang, untuk
zonasi aja sangat sulit karena sikap “Kumaha Aing”, jadi susah diatur. Para
pedagang di Pasar Petir ini sangat kurang kesadarannya dalam mematuhi segala
peraturan mengenai pasar, bukan hanya dalam membayar retribusi, semisal HGP
saja surat Hak Guna Pakai itukan harusnya diperbarui setiap satu tahun, mana
coba.. gak ada, hanya sedikit yang patuh. Terus kalo ada yang mau ngontrak apa
pernah ada yang lapor ke petugas, ada lagi yang sampe membongkar tembok kios,
mereka itu merasa kios ini milik sendiri seperti rumah, terserah mau diapain
gimana sendirinya aja.
Q8-a : Berapa target pendapatan retribusi pasar, bagaimana jangka waktu
penagetannya dan bagaimana pencapaiannya?
A : Per tahun, dibagi 12 bulan, per tahunnya 67.500.000 kurang lebih.
Q8-b : Bagaimana proses penyetorannya ke Kas Daerah?
A : Disetorkannya per bulan. Disetorkan oleh saya kan Mantri Pasar
(Koordinator/Kepala Pasar) ke Kantor ke Bagian Keuangan Ibu Ros itu terus ke
Pak Ma’mun.
Informan Koordinator Pasar Petir
H. Hasan
3. Wawancara dengan Bapak Wahyudi - Petugas Pemungut Retribusi
Pasar Petir
Kode Informan : I3
Waktu : Minggu, 7 September 2014, Pukul 10.06 WIB
Tempat : Pasar Petir
Q1-a : Apa saja fasilitas pasar yang menjadi potensi retribusi yang sekarang ada
dan berapa jumlah masing-masing jenisnya?
A : Kios dan los, itu kan jumlah rinciannya sudah ada di data yang saya kasih
itu.
Q1-b : Selain jenis fasilitas tersebut adakah fasilitas pendukung lainnya yang
memberikan kontribusi terhadap retribusi pasar atau pendapatan pasar secara
umum (untuk parkir, MCK, kebersihan dan ketertiban)?
A : MCK ada 2 unit, yang satu 3 yang satunya ada 4 yang deket mushola,
jadi semuanya ada 7 kamar. Untuk tarifnya itu dari sana, udah ada peraturannya
dari Diskoperindag, itu kan targetnya bisa per tahun tapi gak ada jumlah
targetnya berapa, ya sedapetnya aja, itu sama disetorin juga masuk ke Kas Daerah.
Area parkir luasnya yang depan 20x30 M2, kalo yang dalam 20x10 M2, Itu kan
sebenarnya bukan urusan pasar walaupun memang wilayahnya ada di pasar itu
dananya masuk ke Dishub Perdanya juga Perda Dishub, tapi sama masuk ke Kas
Daerah.
Q2-a : Bagaimana pengaturan jenis dagangan (zonasi) dan bagaimana kaitannya
dengan pendapatan retribusi pasar?
A : Kalo zonasi benar-benar diterapkan sesuai aturan, pasti kan pasar ini jadi
tertib, rapi dan menarik, jadi rame. Yaa sekarang liat aja, masih banyak yang
ngatur sendiri.
Q2-b : Apakah jenis dagangan mempengaruhi kemampuan membayar retribusi
para pedagang?
A : Yaa secara garis besar begitu, yang lebih lancar itu dari pedagang bahan
makanan, sayuran, ikan yang di belakang itu.
Q3-a : Apakah jumlah personil pemungut retribusi pasar sudah sesuai/cukup dan
bagaimana pembagian tugasnya?
A : Kalo untuk pemungut retribusi mah udah cukup, gak keteter ko’ malah
kekecilan pasarnya, hee hee...
Q3-b : Apakah jumlah petugas pemungut retribusi pasar mempengaruhi
pendapatan retribusi pasar, bagaimana kaitannya?
A : Yaa jelas lah, nanti biaya operasionalnya jadi nambah, bukan pendapatan
retribusinya nambah, malah keambil. Pendapatan mah gak jauh beda segitu-gitu
aja.
Q3-c : Apakah sikap petugas pemungut retribusi pasar mempengaruhi
pendapatan retribusi pasar, bagaimana kaitannya?
A : Kalo saya sih belum menerapkan ketegasan, ketegasan itu harusnya
dimulai dari pimpinan, kita bisa aja tegas, kalo dari atasnya memerintahkan saya
harus tegas ya saya siap. Saya pernah memungut dengan cara tegas tapi ya ketika
saya dapat perlawanan ya saya mau gimana.. respon dari pimpinan kan gak ada.
Kalo pedagang nggak, kita dari petugasnya dulu, ya dari Birokrasinya lah. Kalo
dari atas tegas ya pedagang juga akan ikut. Kita harus punya solusi lah gimana
caranya agar pedagang itu patuh untuk membayar retribusi, biar pedagang enak
kita juga enak, dsb.
Q3-d : Apakah perlu adanya petugas lain (pejabat terkait) selain pemungut
retribusi untuk turun tangan dalam melakukan pemungutan retribusi pasar?
A : Kalo Kepala Dinas untuk sementara tidak perlu lah, itu kan ada Kepala
UPT’nya. Turun ke lapangannya bukan untuk marah-marahin orang, kasih
pengarahan.. gimana caranya supaya para pedagang taat pada retribusi, dsb.
Selama ini belum ada yang turun ke lapangan secara langsung seperti itu.
Q3-e : Upaya apa saja yang sudah dilakukan petugas (pihak terkait) dalam hal
retribusi pasar?
A : Sementara ini baru ada surat edaran aja. Ya seharusnya sih musyawarah
dengan pedagang, di sini kan ada forum, ya harusnya ada lah pertemuan untuk
sosialisasi, pengarahan, dsb. Sekarang kita urus dulu penertiban pedagang, seperti
PKL ditempatkan dan ketertiban secara keseluruhan. Kalo untuk retribusi gak
susah-susah amat kalo pedagangnya kita tentramkan kita bikin enak dan nyaman.
Pasarnya juga kita bikin aman, tertib, nyaman supaya bisa menarik konsumen jadi
kan jualannya rame maka pedagang juga bayar retribusinya lancar. Pokonya Kalo
pemimpin pengen punya pendapatan yang bagus ya itu harus dari atasnya dulu.
Q4-a : Bagaimana kepatuhan pedagang dalam membayar retribusi pasar sesuai
dengan tarif yang ada pada Perda?
A : Berat, karena pedagang dengan alasan sepi beberapa tidak mau
membayar atau bayar tapi tidak sesuai tarif, kita masih sering memaklumi dengan
hati nurani kita, yang penting mencapai target.
Q4-b : Adakah rencana peningkatan tarif retribusi (untuk kios dan los) &
bagaimana tanggapannya apabila ada peningkatan tarif (dari pedagang &
petugas)?
A : Boleh untuk kita peningkatkan pendapatan untuk Kas Daerah, tapi
dengan catatan apabila ada keluhan dari staf di lapangan, kalo ada benturan segala
macam, kalo memang pertanggungjawaban dari atasan oke, kita kan harus
diberikan arahan dari atasan, terus kalo ada komplain, harus ada ketegasan dari
petugas/atasan. Kalo yang saya rasakan Pemerintahan di Provinsi Banten kayanya
kurang tegas, jadi tegasnya hanya ke staf aja gak langsung ke lapangan. Untuk
2500 belum bisa lah apalagi untuk pasar selevel kita, setidaknya yang tadinya
belum mencapai 2.000 biar nyampe 2.000 lah, kalo lebih dari itu kayanya belum
bisa.
Q5-a : Berapa jumlah kios dan los (aktif dan non aktif)?
A : Kios yang belum aktif masih banyak.. Yaa itu dia, Pemda kan tidak mau
tau jumlah kios dan los yang ada itu harus ada semua retribusinya, gak mau tau
kios itu aktif atau tidak, bayar atau tidak. Dari kaki lima itu untuk menutupi
kekurangan itu. Jadi PKL ini sekarang hanya sebagai solusi.
Q5-b : Bagaimana untuk mengatasi kios dan los non aktif agar menjadi aktif
sebagai objek retribusi pasar?
A : Yaa dicari pemiliknya siapa, dikasih surat pemberitahuan supaya dibuka.
Q5-c : Adakah rencana penambahan unit baru (untuk kios dan los)?
A : Oh ngggak itu udah segitu aja.
Q5-d : Adakah rencana penambahan jenis objek baru dan berapa jumlahnya?
A : Yaa barangkal itu PKL kalo udah ditempatkan di auning. Tempat untuk
kaki lima kan udah ada di belakang, sekarang sih belum ditempati karena
pengunjungnya masih sepi. Sekarang kan pintu masuk Pasar Petir ini ada 2, dari
depan dan dari belakang. Kalo pengunjungnya udah rame dari depan maupun dari
belakang ya pasti mulai dipake. Itu auning namannya, jumlahnya 60 unit,
bentuknya seperti los cuma tidak ada sekat-sekatnya dan tidak ada meja-mejanya,
jadi datar aja.
Q6-a : Bagaimana kesesuaian luas area pasar dengan potensi/pendapatan
retribusi yang ada?
A : Area pasarnya cukup luas, tapi pendapatannya minim.
Q6-b : Apakah luas area pasar yang ada masih bisa dimaksimalkan
penggunaannya untuk dijadikan potensi retribusi?
A : Gak bisa, kalo pun bisa masih jauh kayanya untuk ke situ, kita
maksimalkan aja dulu dari unit yang ada.
Q7-a : Bagaimana kesesuaian jumlah pedagang sebagai subjek retribusi
terhadap jumlah unit objek retribusi (kios dan los)?
A : Belum sesua lah, ya tu kan kios sama losnya masih banyak yang kosong.
Q7-b : Apakah selain pedagang yang ada di kios dan los itu masih ada jenis
pedagang lain yang bisa menjadi potensi retribusi pasar?
A : Kalo pendapatan retribusi untuk kios dan los sudah mencukupi ya
mungkin pendaparan dari PKL juga bisa menjadi objek baru untuk retribusi. Ada
datanya, yang di atas taunya PKL itu gak masuk retribusi ya itu masuk untuk
nutupin kekurangan retribusi kios dan los.
Q7-c : Faktor apa saja yang melatarbelakangi kepatuhan pedagang dalam
membayar retribusi?
A : Kultur juga berpengaruh pada kesadaran pedagang untuk membayar,
masyarakat di sini masih cenderung tradisional. Kalo pasar yang ada di kota mah
sudah rata 2.000 untuk kios, jadi kalo ada rencana kenaikan masih bisa lah kalo
untuk di kota walaupun prosesnya sulit, malah kalo di Jakarta kebersihan itu
sampe 5.000 itu bisa diterapkan dengan ketegasan, kalo gak ngasih gak bisa
jualan. Kalo di kita ada tarif segitu yang ada ribut.
Q8-a : Berapa target pendapatan retribusi pasar, bagaimana jangka waktu
penagetannya dan bagaimana pencapaiannya?
A : 310.000 per hari untuk satu pasar ini, jadi nanti hasil dari Saya dan Bu
Teni digabungkan sampai mencapai jumlah yang sesuai target harian itu.
Disetorkannya per minggu, kadang per hari. Pendapatan retribusi Pasar Petir dari
keseluruhan itu per hari rata-rata 370.000.
Q8-b : Bagaimana proses penyetorannya ke Kas Daerah?
A : Penyetorannya dari Saya ke Pak Mansur dia kan koordinatornya ke
Mantri Pasar terus ke Dinas dari Dinas ke Dispenda.
Informan Petugas Pemungut Retribui Pasar Petir
Wahyudi
4. Wawancara dengan Bapak Mansur – Staf Pasar Petir
Kode Informan : 4-1
Waktu : Jum’at, 19 September 2014, Pukul 09.37 WIB
Tempat : Pasar Petir
Q1-a : Apa saja fasilitas pasar yang menjadi potensi retribusi yang sekarang ada
dan berapa jumlah masing-masing jenisnya?
A : Sebetulnya mah semuanya juga dikatakan masuk ke retribusi, kaki lima
segala itu kan, kios, los sama disetorin. Sebenarnya memang retribusi itu hanya
kios dan los, mengingat sekarang ini target per tahunnya meningkat, jadi itu untuk
menunjang kekurangan retribusi itu dari yang lain itu masuk retribusi juga.
Q1-b : Selain jenis fasilitas tersebut adakah fasilitas pendukung lainnya yang
memberikan kontribusi terhadap retribusi pasar atau pendapatan pasar secara
umum (untuk parkir, MCK, kebersihan dan ketertiban)?
A : Parkir itu masuk ke Dishub, jadi pasar sama sekali gak punya
kewenangan apa-apa, bahkan gak ada pembagian dana sama sekali dari parkir itu.
Padahal kan wilayahnya ada di dalam Pasar Petir. Kalo MCK seharusnya masuk
juga apa itu per bulan apa per tahun ke kas pasar atau ke daerah, tapi selama ini
belum ada pemasukan. Yaa selama ini mungkin pendapatnnya hanya digunakan
untuk biaya operasionalnya saja selebihnya untuk pribadi pengelolanya itu. Untuk
kebersihan itu kan biayanya dibayarkan per bulan 1.200.000 ke Dinas PU,
sebagiannya untuk biaya operasional, sebagian lagi untuk menutup kekurangan
retribusi juga. Kemudian kalo biaya keamanan itu hanya biaya atau upah untuk
petugas yang jaga terutama jaga malam, petugasnya yaa staf pasar ini sendiri
karena sudah dimusyawarahkan jadi petugas keamanan dan ketertiban pasar ini
tidak mengambil dari pihak luar tapi oleh staf pasar sendiri, yaa sebenarnya kami
ini staf pasar tapi sekaligus ditugaskan untuk petugas kemananan dan ketertiban
Pasar Petir. Dana hasil pungutannya tidak ada pembagian untuk pihak-pihak lain
karena yang tugas jaga kan staf-staf pasar sendiri. Kemudian sisa dari biaya
keamanan itu ya untuk menutupi target retribusi juga bahkan sampai 50% lebih
dari pendapatan keamanan masuk ke retribusi.
Q2-a : Bagaimana pengaturan jenis dagangan (zonasi) dan bagaimana kaitannya
dengan pendapatan retribusi pasar?
A : Zonasi itu kan dengan mengatur letak kios dan los sesuai jenis
dagangannya yang sudah diatur oleh pasar, tujuannya untuk memudahkan pembeli
untuk belanja, jadi pembeli tau di mana letak barang yang dia cari. Secara tidak
langsung hal itu bisa meningkatkan pendapatan retribusi juga, karena kalo
zonasinya dipatuhi oleh pedagang, pasarnya jadi rapi, indah, bisa menarik
pengunjung, pasarnya rame yaa Insya Allah pedagang yang bayar retribusinya
juga lancar. Yaa sekarang kan lihat aja di blok emas masih ada pedagang sepatu
dan pedagang pakaian. Semua itu kan perlu ketegasan dari petugas, saya kira kalo
memang aturan itu dipatuhi oleh para pedagang ya bisa. Kepala UPT’y kurang
detil dalam menegakan ketegasan, kalo saya kan hanya staf pasar menjalankan
apa yang diperintahkan. Selebihnya kewenangan Kepala UPT dan Kepala Pasar.
Kalo petugas kebersihan ngasih teguran ya paling diketawain...
Q2-b : Apakah jenis dagangan mempengaruhi kemampuan membayar retribusi
para pedagang?
A : Ya kalo sehari-hari kaya gini mah lebih lancar dari sembako dan sayuran,
kalo dari pakaian mah ya liat sendiri ni saya muter baru dapat 5 orang. Tapi kalo
pihak Dinas mah yang di atas taunya yang sejumlah kios dan los aja, gak tau
kondisinya di lapangan seperti apa.
Q3-a : Apakah jumlah personil pemungut retribusi pasar sudah sesuai/cukup dan
bagaimana pembagian tugasnya?
A : Kalo petugas pemungut mah saya rasa sudah cukup.
Q3-b : Apakah jumlah petugas pemungut retribusi pasar mempengaruhi
pendapatan retribusi pasar, bagaimana kaitannya?
A : Yaa mempengaruhi.. justru kalo ditambah malah pendapatannya merosot,
semakin banyak petugas kan semakin banyak orang yang harus dibayar sedangkan
pendapatan atau potensinya segitu-gitu aja.
Q3-c : Apakah sikap petugas pemungut retribusi pasar mempengaruhi
pendapatan retribusi pasar, bagaimana kaitannya?
A : Yaa itu tinggal skill dari para petugasnya aja, mau secara tegas atau
gimana, tegas ini juga tidak pengaruh bagi para pedagang, dengan pedagang tidak
ada masalah, kalo tegas ya dengan aturan, yang ada pedagang bukannya semakin
mau ngasih malah tidak mau ngasih. Jadi bukan tegas untuk menimbulkan
permasalahan. Jadi gimana caranya tegas untuk mencapai target tanpa
menimbulkan masalah.
Q3-d : Apakah perlu adanya petugas lain (pejabat terkait) selain pemungut
retribusi untuk turun tangan dalam melakukan pemungutan retribusi pasar?
A : Yaa seharusnya Kepala Pasar juga rutin datang ke pasar untuk
memberikan pengarahan kepada para pedagang, terutama Kepala UPT juga harus
turun langsung ke lapangan.
Q3-e : Upaya apa saja yang sudah dilakukan petugas (pihak terkait) dalam hal
retribusi pasar
A : Yaa sebetulnya kan ada selebaran surat, disamping juga kami tidak
bosan-bosan memberitahukan kepada para pedagang, kalo Kepala Pasarnya saya
kira juga sudah cuma mungkin belum semuanya.
Q4-a : Bagaimana kepatuhan pedagang dalam membayar retribusi pasar sesuai
dengan tarif yang ada pada Perda?
A : Sebetulnya untuk 1.000 saja para pedagang masih susah jangankan untuk
2.000, karena dengan alasan keterbatasan yang belanja.
Q4-b : Adakah rencana peningkatan tarif retribusi (untuk kios dan los) &
bagaimana tanggapannya apabila ada peningkatan tarif (dari pedagang &
petugas)?
A : Ya itu kan hasrus dimusyawarahkan dulu, terus stafnya juga harus turun
memberikan himbauan, ada selebarannya dijelaskan secara transparan, yaa
miungkin bisa aja kalo kaya gitu.
Q5-a : Berapa jumlah kios dan los (aktif dan non aktif)
A : Yaa pokoknya kita lihat saja masih banyak kios dan los yang belum
buka.
Q5-b : Bagaimana untuk mengatasi kios dan los non aktif agar menjadi aktif
sebagai objek retribusi pasar?
A : Ya itu kan kios-kios yang kosong sudah dikasih peringatan dengan surat
yang ditempel-tempel itu supaya diketahui oleh pemeliknya agar diaktifkan. Itu
kan seharusnya jadi potensi pendapatan retribusi, kalo tutup aja ya kita kehilangan
pendapatan untuk retribusi.
Q5-c : Adakah rencana penambahan unit baru (untuk kios dan los)?
A : Kalo kios dan los gak bisa nambah ya segini aja, bicara soal keramaian
pasar, kalo bangunannya seperti dulu itu bisa memancing keramaian, ya ini lihat
saja struktur bangunannya seperti ini dilihat dari depan aja sudah terbendung oleh
kantor pasar. Kalo dulu kan pintu masuk ada 3 jadi mantep itu bisa memancing
keramaian.
Q5-d : Adakah rencana penambahan jenis objek baru dan berapa jumlahnya?
A : Ada itu auning di belakang tapi belum dioperasikan, sementara ini
petugas pasar ditugaskan untuk mengarahkan para pedagang kaki lima untuk
mengisi auning tersebut, tapi kan kalo pasarnya belum cukup ramai sampai ke
belakang jadi auning itu belum bisa dioperasikan.
Q6-a : Bagaimana kesesuaian luas area pasar dengan potensi/pendapatan
retribusi yang ada?
A : Harusnya sih untuk pasar seluas ini ya pendapatnnya banyak, melihat
jumlah unit kios dan los juga banyak, luas halaman parkir luas, pedagang kaki
lima dan asongan banyak, tapi kan belum tentu semua itu menjamin pendapatan
retribusi.
Q6-b : Apakah luas area pasar yang ada masih bisa dimaksimalkan
penggunaannya untuk dijadikan potensi retribusi
A : Bisa saja menambah unit lagi di Pasar Petir ini, tapi kan kita lihat
sekarang, jangankan mau nambah lagi ke belakang, unit yang ada aja masih
banyak yang kosong di los dan kiosnya itu masih banyak yang kosong.
Q7-a : Bagaimana kesesuaian jumlah pedagang sebagai subjek retribusi
terhadap jumlah unit objek retribusi (kios dan los)?
A : Jumlah pedagang lebih sedikit dari jumlah unit yang ada, jumlah unit
mah banyak pedagangnya mah itu-itu juga.
Q7-b : Apakah selain pedagang yang ada di kios dan los itu masih ada jenis
pedagang lain yang bisa menjadi potensi retribusi pasar?
A : Ya sebetulnya kalo menurut saya penghasilan mah dilihat secara global
aja gak ada pemisahan ini penghasilan kios, ini dari los, kaki lima dsb. Kaki lima
itu sudah ada jumlah minimal 40 maksimal 50 itu sudah ada datanya. Ya saya kira
kalo kai lima untuk di pasar petir ini gak terlalu banyak ya paling kira-kira 50
orang dan tarifnya 1.000, gak ada yang bayar 2.000 malah 500 perak.
Q7-c : Faktor apa saja yang melatarbelakangi kepatuhan pedagang dalam
membayar retribusi?
A : Sebetulnya kalo melihat dari Perda kalo pedagang tidak membayar
retribusi selama 3 bulan berturut-turut maka unitnya akan kembali pada Pemda.
Faktor yang melatarbelakangi kepatuhan pedagang dalam membayar retribusi ya
menurut saya yang jelas mah faktor pembeli, kalo sepi pembeli yaa pedagang mau
bayar gimana. Kalo kesadaran pedagang menurut saya mah sudah cukup baik.. ya
kalo dia gak punya bekal dari rumah ya mau bayar pake apa.. untuk sementara ini
saya masih pake hati nurani aja selama targetnya masih bisa tercapai, tapi kalo
seandainya targetnya naik lagi ya mau gak mau tarif yang ada di Perda itu harus
diterapkan pada pedagang.
Q8-a : Berapa target pendapatan retribusi pasar, bagaimana jangka waktu
penagetannya dan bagaimana pencapaiannya
A : (Dijawab oleh Petugas Retribusi)
Q8-b : Bagaimana proses penyetorannya ke Kas Daerah
A : (Dijawab oleh Petugas Retribusi)
Informan Staf Pasar Petir
Mansur
5. Wawancara dengan Bapak Saleh - Staf Pasar Petir
Kode Informan : 4-2
Waktu : Jum’at, 19 September 2014, Pukul 07.35 WIB
Tempat : Pasar Petir
Q1-a : Apa saja fasilitas pasar yang menjadi potensi retribusi yang sekarang ada
dan berapa jumlah masing-masing jenisnya?
A : Kios sama los. Ya Kebersihan & keamanan sama masuk juga.
Q1-b : Selain jenis fasilitas tersebut adakah fasilitas pendukung lainnya yang
memberikan kontribusi terhadap retribusi pasar atau pendapatan pasar secara
umum (untuk parkir, MCK, kebersihan dan ketertiban)?
A : Yaa kebersihan dan keamanan itu beda lagi dari retribusi. Tapi kalo
pendapatan retribusi belum mencapai target, jadi keamanan dan kebersihan ini
untuk nombokin retribusi malah dari semuanya diambil dari PKL dan asongan
juga. Parkir itu emang adanya di lingkungan pasar, tapi itu kewenangannya ada
pada Dinas Perhubungan. Harusnya sih jadi hak pasar karena kan wilyahnya
punya pasar. MCK juga ada pungutan, tapi untuk lebih jelasnya saya kurang
paham itu ke Pak Wahyudi aja ya.
Q2-a : Bagaimana pengaturan jenis dagangan (zonasi) dan bagaimana kaitannya
dengan pendapatan retribusi pasar?
A : Yaa Pasar Petir ini kan sebenarnya mau dijadikan pasar percontohan, jadi
dibuatlah zonasi penempatan jenis dagangan supaya pasar ini tertib, rapi, indah
dan menarik. Supaya menarik pengunjung, pasarnya rame, penjualan meningkat
dan diharapkan retribusinya juga lancar, begitu... tapi ya kita lihat sendiri
pelaksanaannya, masih banyak pedagang yang tidak nurut ke aturan. Ya untuk
sementara ini sih hanya diberikan peringatan atau pemberitahuan saja, belum
diberikan sanksi apa-apa . Pasar Petir ini kan sebenarnya belum diresmikan, nanti
kalo sudah diresmikan pengaturan zonasi itu harus benar-benar dilaksanakan
sesuai aturan. Pokonya nanti kalo sudah peresmian harus ada perubahan
semuanya. Tempatnya di mana ya harus kembali ke tempatnya, yang belum
ditempati harus diisi. Itu instruksinya dari Kementrian langsung.
Q2-b : Apakah jenis dagangan mempengaruhi kemampuan membayar retribusi
para pedagang?
A : Memang tukang sayuran mah sih rapih bayarnya dari dulu juga lancar,
kalo sayur mayur itu paking lancar, ikan juga kadang-kadang masih jarang bayar.
Yang jarang bayar mah sembako, yang paling jarang bayar mah ya ini baju
(pakaian) malah ada yang seminggu gak masuk/gak bayar.
Q3-a : Apakah jumlah personil pemungut retribusi pasar sudah sesuai/cukup dan
bagaimana pembagian tugasnya?
A : Cukup, soalnya ini aja masih banyak yang nganggur setiap harinya,
kadang ada 2 atau 3 orang yang nganggur.
Q3-b : Apakah jumlah petugas pemungut retribusi pasar mempengaruhi
pendapatan retribusi pasar, bagaimana kaitannya?
A : Itu kalo diperbanyak itu target bisa hilang karena ya jadi banyak tangan,
lebih banyak orang lebih banyak biaya lebih banyak resikonya, malah
pendapatannya berkurang, bisa target hilang, kalo target kurang dari mana
nombokannya kita...
Q3-c : Apakah sikap petugas pemungut retribusi pasar mempengaruhi
pendapatan retribusi pasar, bagaimana kaitannya?
A : Tegas gak tegas sama begitu aja, karena ya namanya juga pedagang.. yaa
begitu..
Q3-d : Apakah perlu adanya petugas lain (pejabat terkait) selain pemungut
retribusi untuk turun tangan dalam melakukan pemungutan retribusi pasar?
A : Yaa boleh juga.. misalnya Kepala Pasar lah supaya dia tahu
permasalahan di lapangan gimana kondisinya di Pasar Petir ini.
Q3-e : Upaya apa saja yang sudah dilakukan petugas (pihak terkait) dalam hal
retribusi pasar?
A : Surat edaran sering diberikan pada pedagang. Dengan pendekatan secara
halus dari petugas, terus juga teguran-teguran dari para petugas pemungut.
Q4-a : Bagaimana kepatuhan pedagang dalam membayar retribusi pasar sesuai
dengan tarif yang ada pada Perda?
A : Yaa kadang-kadang gitu lah.. gak nyampe, gak sesuai dengan tarifnya.
Kalo sayur mayur emang lancar itu tapi tetap aja gak bisa mencapai target. Itu
pedagang bila mana 3 bulan berturut-turut tidak bayar retribusi maka diambil
kembali unitnya oleh Pemda, ini akan berlaku nanti setelah peresmian.
Q4-b : Adakah rencana peningkatan tarif retribusi (untuk kios dan los) &
bagaimana tanggapannya apabila ada peningkatan tarif (dari pedagang &
petugas)?
A : Kalo ada peningkatan tarif atau target yaa susah sih tapi gimana
ketegasan kita supaya pedagang paham, apa dasarnya, bagaimana peraturannya
diterangkan secara jelas pada pedagang, ya mungkin bissa aja kalo menaikan
tarif/target.
Q5-a : Berapa jumlah kios dan los (aktif dan non aktif)?
A : Kalo jumlahnya belum pasti ada berapa yang jelas masih banyak lah..
karena kan para pedagang yang mau ngisi kiosnya atau mau dikontrakin itu gak
pernah ada yang laporan ke petugas, jadi kan datanya gak pasti. Harusnya itu kan
kalo kios dan los aktif jadi sumber pendapatan juga untuk retribusi dan salar.
Q5-b : Bagaimana untuk mengatasi kios dan los non aktif agar menjadi aktif
sebagai objek retribusi pasar?
A : Yaa untuk sementara ini kan Pasar Petir belum peresmian, jadi belum ada
tindakan secara tegas untuk mengatasi kios non aktif itu. Nanti kalo sudah
diresmikan harus buka semua itu, kios yang belum aktif harus aktif, yang belum
punya tempat akan ditempatkan, dsb.
Q5-c : Adakah rencana penambahan unit baru (untuk kios dan los)?
A : Sepertinya sih tidak ada, untuk kios dan los ya jumlahnya udah segitu aja
dari sananya.
Q5-d : Adakah rencana penambahan jenis objek baru dan berapa jumlahnya?
A : Ya auning itu udah jadi tapi belum dioperasikan. Yaa karena pasarnya
belum belum begitu rame juga karena belum peresmian.
Q6-a : Bagaimana kesesuaian luas area pasar dengan potensi/pendapatan
retribusi yang ada?
A : Sementara ini saya rasa Pasar Petir sudah cukup ya bangunannya, sesuai
antara luas dengan jumlah bangunan yang ada.
Q6-b : Apakah luas area pasar yang ada masih bisa dimaksimalkan
penggunaannya untuk dijadikan potensi retribusi?
A : Tapi kayanya gak bisa, karena yang ada aja masih banyak yang kosong,
kecuali kios ini sudah penuh terisi semua kalo ada lahan yang kosong, itu boleh-
boleh aja.
Q7-a : Bagaimana kesesuaian jumlah pedagang sebagai subjek retribusi
terhadap jumlah unit objek retribusi (kios dan los)?
A : Ya seperti yang kita lihat unitnya masih banyak yang kosong, jumlah
pedagangnya lebih sedikit dari jumlah unit di pasar ini.
Q7-b : Apakah selain pedagang yang ada di kios dan los itu masih ada jenis
pedagang lain yang bisa menjadi potensi retribusi pasar?
A : Mungkin kali lima dan asongan bisa saja itu juga potensi retribusi juga.
Jumlahnya cukup banyak itu tapi ya perlu diatur juga jenis dagangannya, jangan
asal ngegelar dagangan aja barang jualannya juga diatur, kalo kue ya kue aja,
masa jualan kue ada sayuran juga..
Q7-c : Faktor apa saja yang melatarbelakangi kepatuhan pedagang dalam
membayar retribusi?
A : Kurang paham, jadi retribusi ini kemana masuknya, kebersihan dan
keamanan kemana masuknya jadi karena kurang pahamnya itu pedagang jadi
kurang patuh bayar retribusi dan pungutan lainnya juga. Kalo kita sih sebagai
petugas selalu memaklumi kalo memang penjualan lagi sepi selama target
tercapai.
Q8-a : Berapa target pendapatan retribusi pasar, bagaimana jangka waktu
penagetannya dan bagaimana pencapaiannya?
A : (Dijawab oleh Petugas Retribusi)
Q8-b : Bagaimana proses penyetorannya ke Kas Daerah?
A : (Dijawab oleh Petugas Retribusi)
Informan Staf Pasar Petir
Saleh
6. Wawancara dengan Ibu Siti Nasiroh - Pedagang di Pasar Petir (Wajib
retribusi)
Kode Informan : I5-1
Waktu : Sabtu, 6 September 2014, Pukul 09.05 WIB
Tempat : Pasar Petir
Q1-a : Apa saja fasilitas pasar yang menjadi potensi retribusi yang sekarang ada
dan berapa jumlah masing-masing jenisnya?
A : -
Q1-b : Selain jenis fasilitas tersebut adakah fasilitas pendukung lainnya yang
memberikan kontribusi terhadap retribusi pasar atau pendapatan pasar secara
umum (untuk parkir, MCK, kebersihan dan ketertiban)?
A : Toilet semuanya ada 8 kamar, yang di pinggir 4 yang di belakang 4
kamar. MCK Bayar Neng seribu rupiah, kalo ke mushola gak usah bayar lagi
udah termasuk dong ke situ. Parkir juga Ya bayar Neng, kadang Rp.1000 kadang
Rp.2000, kadang mah gak bayar kalo lagi gak ada uang mah.
Q2-a : Bagaimana pengaturan jenis dagangan (zonasi) dan bagaimana kaitannya
dengan pendapatan retribusi pasar?
A : Ya bagus juga sih ada zonasi ini, supaya pedagang tau letak-letak
pedagang sesuai barang yang dia cari di mana. Harapannya sih zonasi ini berjalan
sesuai peraturannya, terus juga mudah-mudahan dengan adanya zonasi ini
pengunjungnya jadi rame biar pendapatan pedagang juga meningkat.
Q2-b : Apakah jenis dagangan mempengaruhi kemampuan membayar retribusi
para pedagang?
A : Yaa kalo saya sebagai pedagang pakaian memang merasa bayar
retribusinya lebih sering 1.000 rupiah ya harusnya mah kan 2.000, tapi kan kalo
jualannya sepi mau gimana..
Q3-a : Apakah jumlah personil pemungut retribusi pasar sudah sesuai/cukup dan
bagaimana pembagian tugasnya?
A : -
Q3-b : Apakah jumlah petugas pemungut retribusi pasar mempengaruhi
pendapatan retribusi pasar, bagaimana kaitannya?
A : -
Q3-c : Apakah sikap petugas pemungut retribusi pasar mempengaruhi
pendapatan retribusi pasar, bagaimana kaitannya?
A : Ya walaupun mau tegas kaya gimana kalo penjualannya belum ada mah
mau bayar pake apa, kita kan bayar retribusi tu sesuai hasil penjualan itu.
Q3-d : Apakah perlu adanya petugas lain (pejabat terkait) selain pemungut
retribusi untuk turun tangan dalam melakukan pemungutan retribusi pasar?
A : Yaa boleh lah pejabatnya pada turun ke sini ke pasar, untuk ngobrol-
ngobrol, pendekatan, terutama ya untuk memberitahukan apabila memang ada
yang perlu diberitahukan pada pedagang.
Q3-e : Upaya apa saja yang sudah dilakukan petugas (pihak terkait) dalam hal
retribusi pasar
A : Yang pernah saya lihat sih paling ada selebara surat pemberitahuan,
kadang saya juga lihat ada Kepala Pasar ke sini sama Kepala UPT’y itu pernah
liat juga beberapa kali.
Q4-a : Bagaimana kepatuhan pedagang dalam membayar retribusi pasar sesuai
dengan tarif yang ada pada Perda?
A : Kadang 1000 kadang 2000, pernah gak bayar sama sekali karena lagi gak
dapet uang. Emang sih aturannya mah mau buka atau enggak tetap harus bayar,
tapi ya keberatan lah, masa gak buka bayar aja, malah kalo lagi buka juga kalo
gak dapet uang mah kadang gak bayar ya gak mau bohong. Tapi jarang sih gak
bayarnya ya lebih sering bayar. Rata-rata sih Mamah bayarnya 1000 kalo 2000
mah jarang.
Q4-b : Adakah rencana peningkatan tarif retribusi (untuk kios dan los) &
bagaimana tanggapannya apabila ada peningkatan tarif (dari pedagang &
petugas)?
A : Wih.. ulah, ulah.. tos sakitu bae. Keberatan lah kalo dinaikin mah.
Soalnya kan pasarnya seperti ini kurang rame. Paling ramenya kalo lagi bulan
puasa atau lagi musim mau masuk sekolah.
Q5-a : Berapa jumlah kios dan los (aktif dan non aktif)?
A : -
Q5-b : Bagaimana untuk mengatasi kios dan los non aktif agar menjadi aktif
sebagai objek retribusi pasar?
A : -
Q5-c : Adakah rencana penambahan unit baru (untuk kios dan los)?
A : (Dijawab oleh Pihak Pasar)
Q5-d : Adakah rencana penambahan jenis objek baru dan berapa jumlahnya
A : (Dijawab oleh Pihak Pasar)
Q6-a : Bagaimana kesesuaian luas area pasar dengan potensi/pendapatan
retribusi yang ada
A : (Dijawab oleh Pihak Pasar)
Q6-b : Apakah luas area pasar yang ada masih bisa dimaksimalkan
penggunaannya untuk dijadikan potensi retribusi
A : (Dijawab oleh Pihak Pasar)
Q7-a : Bagaimana kesesuaian jumlah pedagang sebagai subjek retribusi
terhadap jumlah unit objek retribusi (kios dan los)
A : (Dijawab oleh Pihak Pasar)
Q7-b : Apakah selain pedagang yang ada di kios dan los itu masih ada jenis
pedagang lain yang bisa menjadi potensi retribusi pasar?
A : (Dijawab oleh Pihak Pasar)
Q7-c : Faktor apa saja yang melatarbelakangi kepatuhan pedagang dalam
membayar retribusi
A : Yaa karena jualannya sepi, kalo rame saya mah bayar aja sih.. walaupun
Cuma 1.000, mungkin karena udah kebiasaan juga, biasanya bayar 1.000 ya segitu
aja. Tapi kalo petugasnya bener-bener tegas mah mungkin bisa aja retribusi itu
sesua tarifnya 2.000, tapi jangan tegas separo-separo doang, harus tegas secara
total dan menyeluruh. Yaa kalo semuanya pada bayar 2.000 mah saya juga siap
bayar 2.000. Terus juga bukan cuma giat minta retribusinya aja, pelayanannya
juga diperbaiki, dimaksimalkan, masalah kebersihan, toilet biar nyaman,
parkirnya juga, pokonya semuanya lah.
Q8-a : Berapa target pendapatan retribusi pasar, bagaimana jangka waktu
penagetannya dan bagaimana pencapaiannya?
A : (Dijawab oleh Pihak Pasar)
Q8-b : Bagaimana proses penyetorannya ke Kas Daerah
A : (Dijawab oleh Pihak Pasar)
Informan Pedagang (Wajib Retribusi) Pasar Petir
Siti Nasiroh
7. Wawancara dengan Bapak Iwan Sopian - Pedagang di Pasar Petir
(Wajib Retribusi)
Kode Informan : I5-2
Waktu : Jum’at, 19 September 2014, Pukul 08.07 WIB
Tempat : Pasar Petir
Q1-a : Apa saja fasilitas pasar yang menjadi potensi retribusi yang sekarang ada
dan berapa jumlah masing-masing jenisnya?
A : -
Q1-b : Selain jenis fasilitas tersebut adakah fasilitas pendukung lainnya yang
memberikan kontribusi terhadap retribusi pasar atau pendapatan pasar secara
umum (untuk parkir, MCK, kebersihan dan ketertiban)?
A : Bayar parkir ya tergantung, kalo bawa mobil ya kadang 5.000 kadang 3.000 atau 2.000 lah, kalo bawa motor ya 1.000 kadang 2.000. Kalo ke MCK ya saya bayar juga 1.000 kadang juga 2.000. Untuk salar kebersihan dan keamanan juga saya bayar 1.000 masing-masing. Kalo untuk retribusi kios saya lebih sering bayar 1.000 kadang kalo penjualan lagi bagus saya bayar 2.000. Q2-a : Bagaimana pengaturan jenis dagangan (zonasi) dan bagaimana kaitannya
dengan pendapatan retribusi pasar?
A : Zonasi ya menurut saya itu bagus lah, jadi untuk memudahkan pembeli menemukan barang yang akan dibelinya, mau beli baju sebelah mana, mau beli ikan sebelah mana, terus biar pasar juga terlihar rapi, tertib, teratur dan indah. Ya kalo mau tertib ya tertibkan lah.. Supaya menarik pengunjung pendapatan juga meningkat. Kalo keramaian mah relatif, yaa namanya pasar di kampung, yang jelas kalo adanya zonasi itu bisa memudahkan pembeli dalam berbelanja. Q2-b : Apakah jenis dagangan mempengaruhi kemampuan membayar retribusi
para pedagang?
A : Ya saya sendiri sebagai pedagang pakaian ya kalo jualan lagi sepi gini
paling bayar 1.000 aja. Kalo hari-hari biasa gini kan orang yang beli pakaian
jarang, kecuali kali makanan, sayuran, ikan, sembako itu mah tiap hari pasti laku.
Q3-a : Apakah jumlah personil pemungut retribusi pasar sudah sesuai/cukup dan
bagaimana pembagian tugasnya?
A : Yang saya lihat sih petugas kebersihan yang belum cukup, itu kan
kerjaan yang berat, yaa kita lihat aja dimana-mana banyak sampah berserakan,
jadi kebersihannya kurang terawat. Kalo untuk keamanan menurut saya 2 orang
itu kurang tambah 1 bisa nanti kan dibagi masing-masing zona-zonanya.
Q3-b : Apakah jumlah petugas pemungut retribusi pasar mempengaruhi
pendapatan retribusi pasar, bagaimana kaitannya?
A : -
Q3-c : Apakah sikap petugas pemungut retribusi pasar mempengaruhi
pendapatan retribusi pasar, bagaimana kaitannya?
A : Yaa mungkin kalo petugasnya lebih tegas bisa aja para pedagang lebih
patuh bayar retribusinya, jadi biar pedagangnya merasa berkewajiban/merasa
takut, tapi tegas dengan cara yang baik jangan sampe bikin keributan.
Q3-d : Apakah perlu adanya petugas lain (pejabat terkait) selain pemungut
retribusi untuk turun tangan dalam melakukan pemungutan retribusi pasar?
A : Yaa seharusnya sih ada, misalnya Kepala Pasarnya lah rutin ke sini,
ngasih pengarahan, penjelasan kepada pedagang.
Q3-e : Upaya apa saja yang sudah dilakukan petugas (pihak terkait) dalam hal
retribusi pasar?
A : Yang saya lihat sih paling ada surat edaran kaya gitu, gak ada yang lain.
Belum ada musyawarah apa-apa, ya mungkin ada, tapi undangannya atau
pemberitahuannya itu kurang jelas atau kurag tegas, jadi pedagang ya cendeerung
menyepelekan untuk menghadirinya.
Q4-a : Bagaimana kepatuhan pedagang dalam membayar retribusi pasar sesuai
dengan tarif yang ada pada Perda?
A : Kalo saya sih rata-rata bayar 1.000 per kios, kalo lagi rame saya bayar
2.000, tapi saya gak pernah sampe gak bayar.
Q4-b : Adakah rencana peningkatan tarif retribusi (untuk kios dan los) &
bagaimana tanggapannya apabila ada peningkatan tarif (dari pedagang &
petugas)?
A : -
Q5-a : Berapa jumlah kios dan los (aktif dan non aktif)?
A : -
Q5-b : Bagaimana untuk mengatasi kios dan los non aktif agar menjadi aktif
sebagai objek retribusi pasar?
A : -
Q5-c : Adakah rencana penambahan unit baru (untuk kios dan los)?
A : -
Q5-d : Adakah rencana penambahan jenis objek baru dan berapa jumlahnya?
A : -
Q6-a : Bagaimana kesesuaian luas area pasar dengan potensi/pendapatan
retribusi yang ada?
A : -
Q6-b : Apakah luas area pasar yang ada masih bisa dimaksimalkan
penggunaannya untuk dijadikan potensi retribusi?
A : -
Q7-a : Bagaimana kesesuaian jumlah pedagang sebagai subjek retribusi
terhadap jumlah unit objek retribusi (kios dan los)?
A : -
Q7-b : Apakah selain pedagang yang ada di kios dan los itu masih ada jenis
pedagang lain yang bisa menjadi potensi retribusi pasar?
A : -
Q7-c : Faktor apa saja yang melatarbelakangi kepatuhan pedagang dalam
membayar retribusi?
A : Ya tergantung penjualan aja, kalo gak ada penjualan ya kita mau bayar
pake apa? Ya untuk bayar retribusi itu kan kita juga ada perhitungan. Saya sih gak
pernah tidak bayar, saya selalu bayar, ya kadang 1.000 kadang 2.000, tapi lebih
seringnya 1.000.
Q8-a : Berapa target pendapatan retribusi pasar, bagaimana jangka waktu
penagetannya dan bagaimana pencapaiannya?
A : (Dijawab oleh Petugas Pasar)
Q8-b : Bagaimana proses penyetorannya ke Kas Daerah?
A : (Dijawab oleh Petugas Pasar)
Informan Pedagang (Wajib Retribusi) Pasar Petir
Iwan Sofian
CATATAN LAPANGAN
No Tanggal Jam (WIB) Kegiatan / Hasil Data
1 13-03-2014 09.29 Observasi Awal ke Diskoperindag Kabupaten Serang
Perda kabupaten Serang No.1/2011 tentang Retribusi Jasa Umum
2 14-03-2014 07.00 Observasi Awal ke Pasar Petir - Pengamatan Awal
3 27-03-2014 10.37 Observasi lanjutan ke Diskoperindag Kabupaten
Serang Wawancara Data Potensi Pasar Tradisional di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Serang Tahun 2014, Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Serang Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pasar Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pasar Wilayah Tengah.
Data Potensi Pasar di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pasar Wilayah Tengah (Pasar Petir, Pasar Dukuh dan Pasar Baros).
4 07-04-2014 10.07 Observasi lanjutan ke Diskoperindag Kabupaten
Serang Wawancara Data Pedagang Kios dan Los Unit Pasar Petir
Kabupaten Serang Tahun 2013
5 14-04-2014 07.00 Observasi Lanjutan ke Pasar Petir
6 17-05-2014 09.00 Observasi Lanjutan ke Pasar Petir
7 11-08-2014 09.27 Penyampaian Surat Izin Penelitian ke Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Serang
8 26-08-2014 09.07 Wawancara dengan Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah: Bpk. Ma’mun Dian Purnama di Kantor UPT Pasar Kabupaten Serang
9 06-09-2014 09.05 Wawancara dengan Ibu Iroh – Pedagang di Pasar Petir di Pasar Petir
10 09.49 Wawancara dengan Koordinator Pasar Petir: Bpk. H. Hasan di Kantor Pasar Petir
Struktur Organisasi Pasar Petir
11 07-09-2014 10.06 Wawancara dengan Bapak Wahyudi - Petugas Pemungut Retribusi Pasar Petir di Pasar Petir
Data Jumlah Pedagang di Pasar Petir
12 19-09-2014 07.35 Wawancara dengan Bapak Saleh – Staf Pasar Petir di Pasar Petir
Dokumentasi
08.07 Wawancara dengan Bapak Iwan – Pedagang di Pasar Petir di Pasar Petir
Dokumentasi
09.37 Wawancara dengan Bapak Mansur – Staf Pasar Petir di Pasar Petir
Dokumentasi Dokumentasi Informan Penelitian
13 22-09-2014 09.17 Dokumentasi LokasiPenelitian
13.47 Dokumentasi Lokasi Penelitian
14 23-09-2014 11.27 Dokumentasi Informan Penelitian Dokumentasi Kantor Pasar Petir
DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN
DOKUMENTASI OBSERVASI PENELITIAN “PASAR PETIR”
Pasar Petir (tampak depan)
Kantor Administrasi Pasar Petir
Ruang Kepala UPT Pasar
Ruang Koordinator Pasar Petir
Ruang Staf Pasar Petir
Area Parkir (Depan)
Area Parkir (Dalam)
Mushola (tampak luar)
Mushola (tampak dalam)
Toilet (Dalam)
Toilet (Belakang)
Tempat Penampungan Sampah (Dalam)
Tempat Penampungan Sampah (Belakang)
Deretan Kios
Deretan Los
Karcis Retribusi Kios
Karcis Retribusi Los
DOKUMENTASI KEGIATAN WAWANCARA DENGAN INFORMAN
Kegiatan Wawancara dgn Koordinator/Kepala Pasar Petir “Bpk H. Hasan”
Kegiatan Wawancara dengan Petugas Pemungut Retribusi Pasar Petir
“Bapak Wahyudi”
Kegiatan Wawancara dengan Staf Pasar Petir “Bapak Mansur”
Kegiatan Wawancara denngan Staf Pasar Petir “Bapak Saleh”
Kegiatan Wawancara dengan Pedagang di Pasar Petir “Ibu Iroh”
Kegiatan Wawancara dengan pedagang di Pasar Petir “Bapak Wawan”
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG
NOMOR 1 TAHUN 2011
TENTANG
RETRIBUSI JASA UMUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SERANG,
Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka sebagai implementasi pelaksanaannya, Peraturan Daerah yang mengatur retribusi jasa umum perlu dilakukan penyesuaian maupun pengaturan kembali dengan mengelompkkan semua jenis retibusi jasa umum yang menjadi kewenangan Daerah ke dalam Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Umum;
b. bahwa kebijakan Retribusi Jasa Umum dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Umum.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674);
6. Undang-undang ........
- 2 -
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 80, Tambahan lembaran Negara Reublik Indonesia Nomor 4736);
11. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 1 Tahun 2005 tentang Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2005 Nomor 705);
12. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2006 Nomor 736);
13. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 24 Tahun 2006 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2006 Nomor 745);
14. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah yang menjadi Kewenangan Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2008 Nomor 772);
15. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2008 Nomor 776);
16. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2008 Nomor 777).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG
dan BUPATI SERANG
MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Pemerintah Republik Indonesia. 2. Daerah adalah Daerah Kabupaten Serang. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah di Kabupaten Serang. 4. Pemerintahan ...........
- 3 -
4. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
5. Bupati adalah Bupati Serang. 6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Serang. 7. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Kabupaten Serang. 8. Peraturan Bupati adalah Peraturan Bupati Serang. 9. Dinas adalah satuan organisasi di lingkungan pemerintah daerah yang berkedudukan sebagai
unsur pelaksana pemerintah di daerah. 10. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang
melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
11. Retribusi Jasa Umum, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk orang pribadi atau Badan, dengan tujuan untuk kepentingan dan kemanfaatan umum.
12. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi perangkat Daerah yang mempunyai tugas mengelola dan mengatur tarif retribusi.
13. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.
14. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.
15. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.
16. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
17. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.
18. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.
19. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disebut SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan kelebihan retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
20. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.
21. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya.
22. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi daerah.
23. Penyidikan............
- 4 -
23. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
BAB II
RETRIBUSI JASA UMUM
Bagian Kesatu
Jenis dan Golongan Retribusi
Pasal 2 Jenis Retribusi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini terdiri dari : a. Retribusi Pelayanan Kesehatan; b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan; c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil; d. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum; e. Retribusi Pelayanan Pasar; f. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; g. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; h. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta; i. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus; j. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang; k. Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan l. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
Pasal 3 Jenis Retribusi sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.
Bagian Kedua
Retribusi Pelayanan Kesehatan Pasal 4
(1) Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas jasa pelayanan kesehatan yang disedikan di sarana pelayanan kesehatan pemerintah daerah.
(2) Objek Retribusi Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a adalah pelayanan kesehatan di puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan, rumah sakit umum daerah, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, kecuali pelayanan pendaftaran.
(3) Dikecualikan dari objek Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan kesehatan bagi warga miskin Kabupaten Serang dan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
(4) Pelayanan kesehatan bagi warga miskin sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 5
(1) Subjek Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan kesehatan yang disediakan di sarana pelayanan kesehatan pemerintah daerah.
(2) Wajib Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati jasa pelayanan kesehatan yang disedikan di sarana pelayanan kesehatan pemerintah daerah, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Pelayanan Kesehatan.
Pasal 6 ……….
- 5 -
Pasal 6 Cara mengukur tingkat penggunaan jasa Retribusi Pelayanan Kesehatan didasarkan atas pelayanan yang diberikan atas kualitas dan kuantitas pemeriksaan dan pengobatan sebagai alokasi beban biaya yang dipikul untuk penyelenggaraan fasilitas kesehatan.
Bagian Ketiga Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
Pasal 7 (1) Dengan nama Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dipungut retribusi sebagai
pembayaran atas jasa pelayanan persampahan/kebersihan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
(2) Objek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b adalah pelayanan persampahan/kebersihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, meliputi: a. pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi pembuangan sementara;
b. pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi pembuangan sementara ke lokasi pembuangan/pembuangan akhir sampah; dan
c. penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah. (3) Dikecualikan dari Objek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah pelayanan kebersihan jalan umum, taman, tempat ibadah, dan sosial. Pasal 8
(1) Subjek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati jasa pelayanan persampahan/kebersihan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
(2) Wajib Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati jasa pelayanan persampahan/kebersihan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan.
Pasal 9
Cara mengukur tingkat penggunaan jasa Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan didasarkan atas jenis dan volume sampah.
Bagian Keempat Retribusi Penggantian Biaya Cetak
Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil Pasal 10
(1) Dengan nama Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil dipungut retribusi atas penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil.
(2) Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf c adalah pelayanan: a. kartu tanda penduduk; b. kartu keterangan tempat tinggal; c. kartu identitas kerja; d. kartu penduduk sementara; e. kartu identitas penduduk musiman; f. kartu keluarga; dan g. akta catatan sipil yang meliputi akta perkawinan, akta perceraian, akta pengesahan dan
pengakuan anak, akta ganti nama bagi warga negara asing, dan akta kematian. (3) Bagi .....
- 6 -
(3) Bagi anak yang lahir dan dicatatkan sebelum 60 (enam puluh) hari dibebaskan dari retribusi Akta Catatan Sipil.
(4) Bagi penduduk warga negara Republik Indonesia yang melaporkan sebelum 14 (empat belas) hari dari kewajiban memiliki Kartu Keluarga dan/atau Kartu Tanda Penduduk dibebaskan dari retribusi biaya penerbitan Kartu Keluarga dan/atau Kartu Tanda Penduduk.
Pasal 11 (1) Subjek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil
adalah orang pribadi yang memperoleh jasa pencetakan Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil.
(2) Wajib Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil adalah orang pribadi yang memperoleh jasa pencetakan Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil
Pasal 12
Cara mengukur tingkat penggunaan jasa Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil didasarkan atas jumlah Kartu Tanda Penduduk dan atau Akta Catatan Sipil dicetak.
Bagian Kelima
Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum Pasal 13
(1) Dengan nama Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum dipungut retribusi sebagai pembayaran atas jasa penyediaan pelayanan tempat parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Objek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf d adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 14 (1) Subjek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah oang atau badan yang
menggunakan tempat parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh pemerintah daerah. (2) Wajib Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati jasa penyediaan pelayanan tempat parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh pemerintah daerah, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Pelayanan Parkir.
Pasal 15
Cara mengukur tingkat penggunaan jasa Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum didasarkan atas frekuensi penggunaan, jenis kendaraan dan lokasi/tempat.
Bagian Keenam Retribusi Pelayanan Pasar
Pasal 16 (1) Dengan nama Retribusi Pelayanan Pasar dipungut retribusi sebagai pembayaran atas jasa
penyediaan fasilitas pasar tradisonal/sederhana, berupa pelataran, los, dan kios yang dikelola oleh pemerintah daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang.
(2) Objek Retribusi Pelayanan Pasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e adalah penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana, berupa pelataran, los, kios yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang.
(3) Dikecualikan dari objek Retribusi Pelayanan Pasr sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Pasal 17 .........
- 7 -
Pasal 17 (1) Subjek Retribusi Pelayanan Pasar adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan
pelayanan fasilitas pasar tradisional/sederhana, berupa pelataran, los, kios yang dikelola pemerintah daerah.
(2) Wajib Retribusi Pelayanan Pasar adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan pelayanan fasilitas pasar tradisional/sederhana, berupa pelataran, los, kios yang dikelola pemerintah daerah, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Pelayanan Pasar.
Pasal 18
Cara mengukur tingkat penggunaan jasa Retribusi Pelayanan Pasar didasarkan atas luas, jenis tempat dan kelas pasar yang digunakan.
Bagian Ketujuh Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
Pasal 19 (1) Dengan nama Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor dipungut retribusi sebagai pembayaran
atas jasa penyediaan pelayanan pengujian kendaraan bermotor, termasuk kendaraan di air, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
(2) Objek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf f adalah pelayanan pengujian kendaraan bermotor, termasuk kendaraan bermotor di air, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 20
(1) Subjek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah, termasuk kendaraan di air, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
(2) Wajib Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.
Pasal 21 Cara mengukur tingkat penggunaan jasa Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor didasarkan atas jenis pelayanan dan kendaraan yang diuji.
Bagian Kedelapan
Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran Pasal 22
(1) Dengan nama Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran dipungut retribusi sebagai pembayaran atas jasa pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa oleh pemerintah daerah.
(2) Objek Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf g adalah pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah terhadap alat-alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa yang dimiliki dan/atau dipergunakan oleh masyarakat.
Pasal 23 (1) Subjek Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan pemeriksaan alat pemadam kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa oleh pemerintah daerah.
(2) Wajib .......
- 8 -
(2) Wajib Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan pemeriksaan alat pemadam kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa oleh pemerintah daerah, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran.
Pasal 24 Cara mengukur tingkat penggunaan jasa Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran didasarkan atas luas bangunan dan jenis alat pemadam kebakaran yang digunakan.
Bagian Kesembilan Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
Pasal 25 (1) Dengan nama Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta dipungut retribusi sebagai pembayaran
atas jasa penyediaan peta yang dibuat oleh pemerintah daerah. (2) Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf h
adalah penyediaan peta yang dibuat oleh pemerintah daerah. Pasal 26
(1) Subjek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati jasa penyediaan peta yang dibuat oleh pemerintah daerah.
(2) Wajib Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati jasa penyediaaan pembuatan peta oleh pemerintah daerah, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta.
Pasal 27
Cara mengukur tingkat penggunaan jasa Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta didasarkan atas jumlah dan ukuran peta yang dicetak.
Bagian Kesepuluh
Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus Pasal 28
(1) Dengan nama Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus dipungut retribusi sebagai pembayaran atas jasa pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
(2) Objek Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf i adalah pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
(3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta.
Pasal 29
(1) Subjek Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati jasa pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
(2) Wajib Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati jasa pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang dilakukan oleh pemerintah daerah, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus.
Pasal 30
Cara mengukur tingkat penggunaan jasa Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus didasarkan atas tempat dan volume.
Bagian Kesebelas ……..
- 9 -
Bagian Kesebelas Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
Pasal 31 (1) Dengan nama Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang dipungut retribusi sebagai pembayaran atas
jasa pelayanan tera, tera ulang, pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya dan pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Objek Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf l meliputi: 1. pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya; dan
2. pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 32 (1) Subjek Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan ulang pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya, dan pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Wajib Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan ulang pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya, dan pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang.
Pasal 33 Cara mengukur tingkat penggunaan jasa Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang didasarkan atas jenis dan jangka waktu penggunaan alat.
Bagian Keduabelas Retribusi Pelayanan Pendidikan
Pasal 34 (1) Dengan nama Retribusi Pelayanan Pendidikan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas jasa
pelayanan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh pemerintah daerah. (2) Objek Retribusi Pelayanan Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf j adalah
pelayanan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh pemerintah daerah. (3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pelayanan pendidikan dasar dan menengah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah; b. pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah;
c. pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh BUMN, BUMD, dan d. pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak swasta.
Pasal 35 (1) Subjek Retribusi Pelayanan Pendidikan adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh pemerintah daerah.
(2) Wajib Retribusi Pelayanan Pendidikan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh pemerintah daerah, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Pelayanan Pendidikan.
Pasal 36 .......
- 10 -
Pasal 36 Cara mengukur tingkat penggunaan jasa Retribusi Pelayanan Pendidikan didasarkan atas jenis pelayanan pada setiap semester.
Bagian Ketigabelas
Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi Pasal 37
(1) Dengan nama Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi dipungut retribusi sebagai pembayaran atas jasa pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan umum.
(2) Objek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf k adalah pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan umum.
Pasal 38 (1) Subjek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi. (2) Wajib Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati jasa pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
Pasal 39 Cara mengukur tingkat penggunaan jasa Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi didasarkan atas luas lahan yang digunakan untuk menara telekomunikasi.
BAB III
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI JASA UMUM
Pasal 40 (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya Tarif Retribusi Jasa Umum
didasarkan pada tujuan menutup sebagian atau seluruh biaya pelayanan yang berkaitan dengan kepentingan umum dan kemanfaatan umum.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasional dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.
Pasal 41 (1) Struktur dan besarnya tarif Retribusi dari masing-masing jenis Retribusi Jasa Umum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 tercantum dalam Lampiran I sampai dengan Lampiran XII yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(2) Tarif Retribusi Jasa Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.
(3) Peninjauan Tarif Retribusi Jasa Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan ekonomi.
(4) Penetapan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 42
(1) Besarnya Retribusi yang terutang, dihitung berdasarkan perkalian antara tingkat penggunaan jasa dengan tarif Retribusi.
(2) Tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah jumlah penggunaan jasa yang dijadikan dasar alokasi beban biaya yang dipikul pemerintah daerah untuk penyelenggaraan jasa yang bersangkutan.
(3) Apabila tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sulit diukur maka tingkat penggunaan jasa dapat ditaksir berdasarkan rumus yang dibuat oleh pemerintah daerah.
(4) Rumus .........
- 11 -
(4) Rumus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus mencerminkan beban yang dipikul oleh pemerintah daerah dalam menyelenggarakan jasa tersebut.
(5) Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah nilai rupiah atau persentase tertentu yang ditetapkan untuk menghitung besarnya Retribusi yang terutang.
BAB IV WILAYAH PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Pasal 43 Wilayah pemungutan Retribusi Jasa Umum meliputi wilayah Kabupaten Serang.
BAB V PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Bagian Kesatu Tata Cara Pemungutan dan Penagihan
Pasal 44 (1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.
(3) Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
(4) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didahului dengan Surat Teguran.
(5) Penetapan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 45
(1) Surat Teguran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44ayat (4) diterbitkan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
(2) Pengeluaran Surat Teguran/Peringatan/Surat lain yang sejenis sebagai tindakan awal pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak tanggal jatuh tempo pembayaran.
(3) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran/Peringatan/Surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.
(4) Surat Teguran/Peringatan/Surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.
(5) Tata cara penagihan dan penerbitan Surat Teguran/Peringatan/Surat lain yang sejenis diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kedua Tata Cara Pembayaran
Pasal 46 (1) Pembayaran Retribusi harus dilakukan secara tunai/lunas.
(2) Pembayaran retribusi dilakukan di Kas Umum Daerah atau tempat lain yang ditunjuk sesuai dengan SKRD.
(3) Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka hasil penerimaan Daerah dari retribusi tersebut harus disetor ke Kas Umum Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam.
(4) Retribusi ……
- 12 -
(4) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, tempat pembayaran, angsuran dan penundaan pembayaran Retribusi diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Ketiga Pemanfaatan
Pasal 47 Pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenis Retribusi diutamakan untuk mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan yang bersangkutan.
Bagian Keempat
Keberatan Pasal 48
(1) Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen yang dipersamakan.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan Wajib Retribusi.
(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi.
Pasal 49
(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh Bupati.
(3) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya Retribusi yang terutang.
(4) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
Pasal 50 (1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran
Retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) untuk waktu paling lama 12 (dua belas) bulan.
(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.
BAB VI
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 51
(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.
(3) Apabila …….
- 13 -
(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran Retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya, kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Retribusi tersebut.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.
(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran Retribusi.
(7) Penetapan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB VII KADALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 52 (1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui 3 (tiga)
tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah.
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila : a. diterbitkan Surat Teguran; atau
b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung maupun tidak langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasi kepada Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.
Pasal 53 (1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan
sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan. (2) Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh Bupati atau Pejabat yang berwenang. (3) Penetapan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati
BAB VIII PEMERIKSAAN
Pasal 54 (1) Bupati berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
Retribusi Daerah dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah.
(2) Wajib Retribusi Jasa Umum yang diperiksa wajib : a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan Objek Retribusi yang terutang; b. memberikan …..
- 14 -
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau
c. memberikan keterangan yang diperlukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan Retribusi Jasa Umum diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB IX
INSENTIF PEMUNGUTAN Pasal 55
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan perundang-undangan.
BAB X
PENYIDIKAN Pasal 56
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut : a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan
dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi; j. menghentikan penyidikan; dan/atau k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang
Retribusi Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Penyidik …..
- 15 -
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan saat dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 57
Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi Terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Pasal 58 Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57, merupakan penerimaan negara.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 59
Retribusi yang masih terutang berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serang yang mengatur retribusi jasa umum sebelum Peraturan Daerah ini ditetapkan, masih dapat ditagih selama jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutang.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP Pasal 60
Jenis Retribusi sebagaiaman dimaksud dalam Pasal 2 huruf j, huruf k, dan huruf l mulai berlaku efektif 1 (satu) tahun terhitung sejak berlakunya Peraturan Daerah ini.
Pasal 61 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka : 1. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Retribusi Pasar (Lembaran
Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Serang Tahun 1999 Nomor 459); 2. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 4 Tahun 2000 tentang Retribusi Biaya Cetak Peta
(Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2000 Nomor 468); 3. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 5 Tahun 2000 tentang Retribusi Pelayanan
Persampahan/Kebersihan (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2000 Nomor 469); 4. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2000 tentang Retribusi Pelayanan Parkir
di Tepi Jalan Umum(Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2000 Nomor 479); 5. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 13 Tahun 2000 tentang Retribusi Pemeriksaan Alat
Pemadam Kebakaran (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2000 Nomor 481); 6. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 14 Tahun 2006 tentang Retribusi Jasa Umum
Bidang Perhubungan Darat (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2006 Nomor 735); 7. Pasal-pasal yang memuat ketentuan retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk
dan Akta Catatan Sipil yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 3 Tahun 2007 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan masyarakat di Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2007 Nomor 752; dan
9. Peraturan Daerah ............
- 16 -
9. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 4 Tahun 2007 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan pada RSUD Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2007 Nomor 753);
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Pasal 62
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Serang.
Disahkan di Serang pada tanggal 18 Februari 2011
BUPATI SERANG, TTD
A. TAUFIK NURIMAN Diundangkan di Serang pada tanggal 18 Februari 2011 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SERANG, TTD LALU ATHARUSSALAM R LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG TAHUN 2011 NOMOR 803
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG
NOMOR 1 TAHUN 2011
TENTANG
RETRIBUSI JASA UMUM
I. UMUM
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Kabupaten Serang mempunyai hak dan kewajiban mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pelayanan kepada masyarakat.
Untuk menyelenggarakan pemerintahan daerah tersebut, daerah berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang menempatkan Retribusi sebagai salah satu perwujudan kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada masyarakat, seperti Retribusi dan pungutan lain yang bersifat memaksa diatur dengan Peraturan Daerah. Dengan demikian, pemungutan Retribusi Daerah harus didasarkan pada Peraturan Daerah.
Selama ini pungutan Daerah Kabupaten Serang yang berupa Retribusi didasarkan atas Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 4 Tahun 2007 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan, Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 5 Tahun 2000 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan, Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 6 Tahun 2003 tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil, Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2000 tentang Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum, Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Retribusi Pasar, Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 14 Tahun 2006 tentang Retribusi Jasa Umum Bidang Perhubungan Darat, Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 13 Tahun 2000 tentang Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran, dan Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 4 Tahun 2000 tentang Retribusi Biaya Cetak Peta. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Daerah Kabupaten Serang yang mengatur tentang Retribusi perlu dilakukan penyesuain-penyesuain yang dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah. Sehingga daerah diberi kewenangan untuk membuat kebijakan dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hasil penerimaan Retribusi diakui belum memadai dan memiliki peranan yang relatif kecil terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sebagian besar pengeluaran APBD dibiayai dana alokasi dari pusat. Dalam banyak hal, dana alokasi dari pusat tidak sepenuhnya dapat diharapkan menutup seluruh kebutuhan pengeluaran Daerah. Oleh karena itu, dukungan masyarakat melalui Retribusi Daerah masih harus terus digalakkan, dengan tetap menjaga kesetabilan iklim investasi dan menghindari adanya tumpang tindih dengan pungutan pusat, serta tidak merintangi arus barang dan jasa antar daerah.
Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah ini, Kabupaten Serang diharapkan akan semakin mampu membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam melaksanakan kegiatan pembangunan daerah, disisi lain akan dapat memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha yang selanjutnya diharapkan akan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban Retribusi Daerah.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2 ……..
- 2 -
Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 Cukup jelas Pasal 11 Cukup jelas Pasal 12 Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Cukup jelas Pasal 18 Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Cukup jelas Pasal 23 Cukup jelas
Pasal 24 ……..
- 3 -
Pasal 24 Cukup jelas Pasal 25 Cukup jelas Pasal 26 Cukup jelas Pasal 27 Cukup jelas Pasal 28 Cukup jelas Pasal 29 Cukup jelas Pasal 30 Cukup jelas Pasal 31 Cukup jelas Pasal 32 Cukup jelas Pasal 33 Cukup jelas Pasal 34 Cukup jelas Pasal 35 Cukup jelas Pasal 36 Cukup jelas Pasal 37 Cukup jelas Pasal 38 Cukup jelas Pasal 39 Cukup jelas Pasal 40 Cukup jelas Pasal 41 Cukup jelas Pasal 42 Cukup jelas Pasal 43 Cukup jelas Pasal 44 Cukup jelas Pasal 45 Cukup jelas
Pasal 46 ……..
- 4 -
Pasal 46 Cukup jelas Pasal 47 Cukup jelas Pasal 48 Cukup jelas Pasal 49 Cukup jelas Pasal 50 Cukup jelas Pasal 51 Cukup jelas Pasal 52 Cukup jelas Pasal 53 Cukup jelas Pasal 54 Cukup jelas Pasal 55 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “instansi yang melaksanakan pemungutan” adalah SKPD yang
tugas pokok dan fungsinya melaksanakan pemungutan Retribusi. Ayat (2) Pemberian besarnya insentif dilakukan melalui pembahasan yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah dengan alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang membidangi masalah keuangan.
Ayat (3) Cukup jelas Pasal 56 Cukup jelas Pasal 57 Cukup jelas Pasal 58 Cukup jelas Pasal 59 Cukup jelas Pasal 60 Cukup jelas Pasal 61 Cukup jelas Pasal 62 Cukup jelas
LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 1 Tahun 2011 Tanggal : 18 Februari 2011 Tentang : Retribusi Jasa Umum
TARIF RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RSUD KABUPATEN SERANG
INSTALASI RAWAT JALAN
No. URAIAN TARIF UMUM PERUSAHAAN
1 2 3 4 1 PASIEN BARU ADMINISTRASI 10.000 12.500
JASA PELAYANAN 15.000 18.750 TOTAL BIAYA 25.000 31.250 2 PASIEN LAMA
ADMINISTRASI 2.500 3.125 JASA PELAYANAN 15.000 18.750
PRAKTEK SORE PASIEN BARU DAN LAMA No. URAIAN TARIF 1. PASIEN BARU DAN LAMA 10.000 2. JASA PELAYANAN 50.000-100.000
CATATAN : 1. (JASA PELAYANAN, PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN TINDAKAN MEDIS) CITO
DIKENAKAN BIAYA 11/2 (SATU SETENGAH) KALI DARI TARIF BIASA 2. UNTUK PASIEN KONTRAK/PERUSAHAAN DIKENAKAN BIAYA 1 ¼ (SATU
SEPEREMPAT) KALI DARI TARIP BIASA 3. PENGATURAN PEMBAGIAN JASA PELAYANAN DITETAPKAN LEBIH LANJUT
DENGAN KEPUTUSAN BUPATI.
TINDAKAN MEDIK DI INSTALASI GAWAT DARURAT
No JENIS TINDAKAN TARIF UMUM PERUSAHAAN
1 2 3 4
1. Tindakan Medik Ringan/ Pemeriksaan Dokter Umum 20.000
25.000
2. Tindakan Medik Sedang/ Pemeriksaan Dokter Spesialis 30.000
37.500
3. Tindakan Medik Observasi Kegawatan Kurang dari 24 jam
40.000
50.000
4. Pemeriksaan Kasus Trauma/pembunuhan dan lain-lain untuk visum
50.000
62.500
5. Pemasangan Ransel Verband 30.000
37.500
6. DC-Syok 125.000
156.250
7. Resusitasi Cardio Pulmonal 95.000
118.750
8. Intubasi 75.000
93.750
9.Tindakan ……
- 2 -
1 2 3 4
9. Tindakan Bedah Minor
Sirkumsisi/perdarahan Post Sirkumsisi/ekstraksi kuku/Corpus Alineum/
Eksplorasi Peluru/benda Tajam/Benda Tumpul/Ruptur Tendon Angkat Gram/Insisi Abses 100.000 125.000
10 Jahit Luka
Jahitan Luka kurang dari 5 jahitan 40.000
50.000
Jahitan Luka kurang dari 10 jahitan 70.000
87.500
Jahitan Luka lebih dari 10 jahitan 100.000
125.000
11. Debridement Luka tanpa jahitan 50.000
62.500
12. Eksplorasi luka 50.000
62.500
13. Nekrotomi Luka Bakar 50.000
62.500
14. Pemasangan Spalk 20.000
25.000
15. Perawatan Luka 10.000
12.500
16. Ambil darah vena 5.000
6.250
17. Ambil darah arteri 10.000
12.500
18 Pemasangan Elastik Verband 30.000
37.500
19. Maag Spoeling 20.000
25.000
20. Suntik IM/IV/SC/IC 6.000
7.500
POLIKLINIK MATA
No URAUAN TARIF UMUM PERUSAHAAN
1 2 3 4
A. Tindakan Operasi Mata
I 1. Slit Lamp
10.000
12.500
2. Strikretinoscopi
45.000
56.250
3. Funduscopi Direk
20.000
25.000
4. Funduscopi Indirek
55.000
68.750
5. Auto Refraktometer
15.000
18.750
6. Pemeriksaan Keratometer
50.000
62.500
7. Pemeriksaan Biometry
50.000
62.500
8. Aneltest
25.000
31.250
9. ………
- 3 -
1 2 3 4
9. Refraksi
10.000
12.500
10. Flouresin Test
15.000
18.750
11. Schemeer Test
15.000
18.750
12. Tes Buta Warna
10.000
12.500
13. Tonometer
10.000
12.500 II Operasi Kecil
1. Epilasi
25.000
31.250
2. Debridement/ spooling
50.000
62.500
3. Eksplorasi
50.000
62.500
4. Ekstirpasi corpal ekstra okuler
100.000
125.000
5. Ekstirpasi lithiasis
150.000
187.500
6. Ekstirpasi granuloma
170.000
212.500
7. Ekstirpasi millium
150.000
187.500
8. Ekstirpasi nevus Conjungtiva kecil
250.000
312.500
9. Ekstirpasi gram kornea
150.000
187.500
10. Simblevarektomi
75.000
93.750
11. Penjahitan konjungtiva
250.000
312.500
12. Insisi hordeolum/khalazion
150.000
187.500
13. Insisi Abses palpebra
100.000
125.000
14. Injeksi subconjungtiva
50.000
62.500
15. Ekstirpasi Xanthelasma kecil
250.000
312.500 III Operasi Sedang
1. Eksterpasi Corpal Kornea dengan Penjahitan
1.000.000
1.250.000
2. Eksterpasi Kista Konyungtiva
800.000
1.000.000
3. Eksterpasi Atheroma Palpebra
800.000
1.000.000
4. Penjahitan Margo Palpbra tanpa Avulsi
750.000
937.500
5. Injeksi Intra Vitreal
750.000
937.500
6. Ekstirpasi Pterigyum tanpa Graff Conjungtiva
750.000
937.500
7. Ekstirpasi Pterygium dengan Graff conjungtiva
1.500.000
1.875.000
8. SBL/ Tarsotomi
1.000.000
1.250.000
9. Ekstirpasi xantelasma sedang
1.000.000
1.250.000
11. Simblevarektomi dan Graf konyungtiva
1.500.000
1.875.000
IV …….
- 4 -
1 2 3 4
IV Operasi Besar
1. Jahitam Margo dengan Avulsi Palpebra
1.200.000
1.500.000
2. ECCE/ICCE/SICS
2.100.000
2.625.000
3. Vitrektomi Anterior
2.000.000
2.500.000
4. Trabekulektomi
2.100.000
2.625.000
5. Iridektomi Perifer
2.000.000
2.500.000
6. Parasentesa Hypema
2.000.000
2.500.000
7. Bleparoplasti
1.750.000
2.187.500
8. Jahit Kornea dengan Reposisi/Gunting Iris
2.000.000
2.500.000
9. Penjahitan Sklera,Kornea
2.000.000
2.500.000
10. Reposisi Ptosis Palpebra
2.200.000
2.750.000
11. Ekstirpasi Xantelasma dan Skin graff
2.000.000
2.500.000
12. Jahit palpebra dengan reposisi saluran air mata
2.000.000
2.500.000
13. Eviserasi Enukleasi 2000000
2.500.000 V Operasi Besar Khusus
1. Operasi katarak pheco
3.750.000
4.687.500
2. Triple Procedure
3.750.000
4.687.500
3. Exsentrasi
3.000.000
3.750.000 KULIT KELAMIN
No URAIAN TARIF UMUM PERUSAHAAN
1 2 3 4
1 Elektro Desikasi untuk melasma Flessboroik&kratesis
69.000
86.250
2 Elektro Cauterisasi Veruca Vulgaris, Planaveruca Plan
100.000
125.000
3 Eksterpasi Clavus
115.000
143.750
4 Elektrocauterisasi Syringoma Trichocolium
57.500
71.875
5 Elektrocauterisasi Condiloma Acuminata
143.750
179.688
6 Eksterpasi Fibroma Fole, Granuloma Ploginicum
115.000
143.750
7 Ekstraksi Kuku
69.000
86.250
8 Enukliasi Komedo
46.000
57.500
9 Insisi Abses Bartholin
69.000
86.250
10 Eksterpasi Total Bartholin
230.000
287.500
11. ………
- 5 -
1 2 3 4
11 Cosmetic Surgery
230.000
287.500
12 Eksterpasi Total Tumor Jinak non muka
172.500
215.625
13 Prock Test
143.750
179.688
14 Patch test
143.750
179.688
15 Eksterpasi Xantelasma Palpebra
172.500
215.625
16 TCA
115.000
143.750
17 Ekstepasi Kista besar
230.000
287.500
18 Ekstepasi Kista sedang
201.250
251.563
19 Ekstepasi Kista kecil
172.500
215.625
OBSTETRY & GYNECOLOGY
No URAIAN TARIF UMUM PERUSAHAAN
1 MOP ODS 1.150.000 1.437.500
2 Visum kasus Ginekologi
75.000 93.750
3 Angkat IUD
57.500 71.875
4 Pasang IUD
57.500 71.875
5 Pasang/Buka Implant
86.250 107.813
6 Pasang Pesarium
57.500 71.875
7 Hidrotubasi
115.000 143.750
8 Biopsi
115.000 143.750 BEDAH UMUM
No URAIAN TARIF UMUM PERUSAHAAN
1 2 3 4
1 Eksisi keloid Kecil
230.000
287.500
2 Eksterpasi Papiloma
172.500
215.625
3 Eksterpasi Veruca
172.500
215.625
4 Ekstraksi Kuku
115.000
143.750
5 Insisi abses
86.250
107.813
6 Eksterpasi kista
230.000
287.500
7 Sirkumsisi
172.500
215.625
8 Sirkumsisi Komplikasi
287.500
359.375
ORTOPEDI ……….
- 6 -
ORTOPEDI
No URAIAN TARIF UMUM PERUSAHAAN
1 Punksi/Aspirasi 1 lutut
115.000
143.750
2 Punksi/Aspirasi 2 lutut
230.000
287.500
3 Angkat Wire
115.000
143.750
4 Pasang Gips Short
115.000
143.750
5 Densitometri
50.000
62.500
6 Pasang Gips Long
230.000
287.500
THT
No JENIS TINDAKAN TARIF UMUM PERUSAHAAN
1 Caustic hidung/pharyng 23.000 28.750
2 Perawatan Epistaksis 28.750 35.938
3 Tampon Hidung 50.000 62.500
4 Spoeling Sinus Maksilaris 40.250 50.313
5 Indirect Laryngoscopy 17.250 21.563
6 Audometri 40.250 50.313
7 Test Garputala 8.000 10.000
8 Ekstraksi Granuloma/Cholesteatum, Liang hidung 17.250 21.563
9 Spoeling Serumen 13.800 17.250
10 Punksi Perichondritis/Othematum 11.500 14.375
11 Paresentese telinga/Miringotomi 28.750 35.938
12 Gips Telinga 28.750 35.938
13 Ekstraksi Corpus Alineum Telinga, Hidung, Oropharynx 28.750 35.938
14 Bellog Tampon 115.000 143.750
15 Suction Telinga (OMP) 15.000 18.750
16 Rhinoscopi Posterior 17.250 21.563
17 Insisi Abses Mastoid 23.000 28.750
18 Insisi Septum Nasi 23.000 28.750
19 Insisi Abses Peritonsil 23.000 28.750
20 Biopsi Cavum Nasi 57.500 71.875
21 Biopsi Nasopharynx 57.500 71.875
22 Biopsi Oropharynx 57.500 71.875
23 Lepas tampon hidung 30.000 37.500
24 Ekstraksi corpus alineum hypopharynx dengan Indirect Laryngoscop
50.000 62.500
GIGI ……….
- 7 -
GIGI & MULUT
No URAIAN TARIF UMUM PERUSAHAAN
1 2 3 4 I Penambalan
a. Tambal sementara
28.750
35.938
b. Tambal sementara perawatan endomanual/eksterpasi
34.500
43.125
c. Pulp Caping
40.250
50.313
d. Pengisian perawatan endo
46.000
57.500
e. Tambal amalgam simpleks
51.750
64.688
f. Tambal amalgam kompleks
74.750
93.438
g. Tambal light curig 1 permukaan besar
175.000
218.750
h. Tambal light curig 1 permukaan kecil
100.000
125.000
i. Tambal light curig 2 permukaan besar
225.000
281.250
j. Inlay/Uplay
69.000
86.250 II Pencabutan
a. Gigi sulung topikal
34.500
43.125
b. Gigi sulung dengan suntik
34.500
43.125
c. Gigi tetap tanpa komplikasi
46.000
57.500
d. Molar 3 tanpa komplikasi
80.500
100.625
e. Molar 3 dengan komplikasi
100.000
125.000
III Scalling/Pembersihan karang gigi (per-rahang)
90.000
112.500
IV Tindakan Lainnya
a. Alvelectomy
60.000
75.000
b. Operculectomy
60.000
75.000
c. Frenoktomi
60.000
75.000
d. Insisi Abses Intra oral
60.000
75.000
e. Insisi Abses Ekstaroral
60.000
75.000 Rmovible Prothese
a. Portese Partial gigi pertama
300.000
375.000
b. Portese Partial gigi berikutnya
60.000
75.000
c. Full / Prothese / rahang atas & Rahang bawah
2.400.000
3.000.000
d. Rebase prothese full rahang atas / bawah
480.000
600.000
e. Reparasi prothese
240.000
300.000
Fixed ……….
- 8 -
1 2 3 4
Fixed Prothese
a. Jacket Crown All Acrylic
480.000
600.000
b. Bridge acrylic metal procelin per-elemen
960.000
1.200.000
c. Procelin crown per-gigi
960.000
1.200.000
d. Full Cost Crown
600.000
750.000
Dental X-Ray
36.000
45.000
BEDAH MULUT
No URAIAN TARIP UMUM PERUSAHAAN
I Tindakan di Poliklinik
a. Kecil a
192.000
240.000
b. Kecil b
300.000
375.000
c. Sedang a
360.000
450.000
d. Sedang b
498.000
622.500
e. Besar a
624.000
780.000
f. Besar b
750.000
937.500 II Tindakan Medik di Ruang Operasi Bedah Sentral disesuaikan dengan Tarip Bedah Sentral POLIKLINIK ORTODONTI
No URAIAN TARIF UMUM PERUSAHAAN
1 2 3 4 I Konsultasi
a. Biasa
12.000
15.000
b.Sito
18.000
22.500
II Pencetakan
240.000
300.000 III Pemasangan
a. 1. Alat Ortodonri Lepas RA + RB
720.000
900.000
2. Alat Ortodonti Lepas RA/RB
540.000
675.000
b. 1. Alat Ortodonti Cekat Lepas RA + RB
1.680.000
2.100.000
2. Alat Ortodonti Cekat RA/RB
840.000
1.050.000
c. 1. Alat Ortodonti Cekat RA+RB
2.760.000
3.450.000
2. Alat Ortodonti Cekat RA/RB
1.800.000
2.250.000
3. Alat Ortodonti Secsional
1.200.000
1.500.000
IV. ……….
- 9 -
1 2 3 4
IV Kontrol
1. O Ring
24.000
30.000
2. Br Ulang 1
10.000
12.500
Br Ulang 2
20.000
25.000
Br Ulang 3
30.000
37.500
3. Power Chain 1
10.000
12.500
Power Chain 2
20.000
25.000
4 Arch Wire 1
15.000
18.750
Arch Wire 2
30.000
37.500
5. Spiral 1
10.000
12.500
Spiral 2
20.000
25.000 V Pemasangan Alat Tambahan
a. Alat Ekstra Oral
1.200.000
1.500.000
b. Bate Raiser Posterior/Anterior (removible)
240.000
300.000
c. Plat Retensi RA/RB
240.000
300.000
d. Trans Palatal Arch
240.000
300.000
e. Lip Bumper
240.000
300.000
PENUNJANG NON MEDIK
No URAIAN TARIF UMUM PERUSAHAAN
I TRANSPORTASI 1. Ambulance
a. Dalam Kota
100.000
125.000
b. Luar Kota non AC/Km (PP)
6.000
7.500
c. Luar Kota dengan AC/Km (PP)
7.500
9.375
2. Mobil Jenazah
-
a. Dalam Kota
100.000
125.000
b. Luar Kota non AC/Km (PP)
6.000
7.500
c. Luar Kota dengan AC/Km (PP)
7.500
9.375 II LAIN-LAIN Administrasi VER (Visum Et Revertum) 20.000 25.000
TARIF …………..
- 10 -
TARIF INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
No URAIAN TARIF UMUM PERUSAHAAN
KAMAR JENAZAH
1 Sewa KamarJenazah dengan Pengawet 25.000
31.250
2 Sewa KamarJenazah tanpa Pengawet 20.000
25.000
3 Pemeriksaan Luar Jenazah di dalam 150.000
187.500
4 Pemeriksaan Dalam Jenazah (OTOPSI) 750.000
937.500
5 Pemeriksaan Histopatologik 250.000
312.500
6 Pemeriksaan Toksikologik per-jenis 250.000
312.500
7 Pemeriksaan Obat Kualitatif per jenis 250.000
312.500
8 Pemeriksaan Obat Kuantitatif per jeis 250.000
312.500
9 Pemeriksaan Kerangka 750.000
937.500
10 Pemeriksaan Otopsi Klinis 900.000
1.125.000
11 Rekonstruksi Estetik Sederhana 200.000
250.000
12 Rekonstruksi Estetik Menengah 250.000
312.500
13 Rekonstruksi Estetik Luas 300.000
375.000
14 Pengawetan Jenazah 500.000
625.000
15 Pengawetan Jenazah Pasca Otopsi 750.000
937.500
16 Penggalian Kuburan (Otopsi di kuburan) 2.000.000
2.500.000
17 Memandikan dan Mengkafani Laki-laki 800.000
1.000.000
18 Memandikan dan Mengkafani Perempuan 900.000
1.125.000
KONSULTASI GIZI
No MACAM DIET URAIAN TARIF
Rawat Jalan Rawat Inap
Umum Perusahaan Umum Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7
1 DM Konsultasi 10.000 12.500
17.500 21.875
Leaflet 3 macam/lembar 7.500 9.375
2 DM + 1 Komplikasi Konsultasi 10.000 12.500
20.000 25.000
Leaflet 4 macam/lembar 10.000 12.500
3 DM + 2 Komplikasi Konsultasi 10.000 12.500 22.500 28.125
Leaflet 5 macam/lembar 12.500 15.625
4……………
- 11 -
4 DM + 3 Komplikasi Konsultasi 10.000 12.500
25.000 31.250
Leaflet 6 macam/lembar 15.000 18.750
5 DM + 4 Komplikasi Konsultasi 10.000 12.500
27.500 34.375
Leaflet 7 macam/lembar 17.500 21.875
6 DM + 5 Komplikasi Konsultasi 10.000 12.500
30.000 37.500
Leaflet 8 macam/lembar 20.000 25.000
7 Diet Lain Konsultasi 10.000 12.500
15.000 18.750
(DL, RG, RPm, dll Leaflet 2 macam/lembar 5.000 6.250
HEMODIALISA
No JENIS TINDAKAN TARIF
Umum Perusahaan
1 Hemodialisa Reguler
650.000
812.500
2 Hemodialisa Reguler Cito
812.500
1.015.625
3 Hemodialisa Re-use
500.000
625.000
4 Hemodialisa Re-use Cito
625.000
781.250
TARIF KAMAR ……..
- 12 -
TARIF KAMAR & PELAYANAN RAWAT INAP
No KELAS TARIF
FASILITAS DAN AKOMODASI AKOMODASI JASA PELAYANAN JUMLAH UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Paviliun Arafah 275.000
343.750
60.000
75.000
335.000
418.750
1 TT, AC, TV, Lemari Es,Sofa, Dispenser
Alat Minum, Water Heater, Visite Dokter, Makan 3 kali, Snack 2 kali
2 Paviliun Mina Besar 250.000
312.500
60.000
75.000
310.000
387.500
1 TT, AC, TV, Lemari Es, Sofa, Water Heater, Visite Dokter, Makan 3 kali, Snack 2 kali
Paviliun Mina Kecil 225.000
281.250
60.000
75.000
285.000
356.250
1 TT, AC, TV, Lemari Es, Sofa, Water Heater, Visite Dokter, Makan 3 kali, Snack 2 kali
3 Paviliun Muzdalifah Besar 250.000
312.500
60.000
75.000
310.000
387.500
1 TT, AC, TV, Lemari Es, Sofa, Water Heater, Visite Dokter, Makan 3 kali, Snack 2 kali
Paviliun Muzdalifah Kecil 225.000
281.250
60.000
75.000
285.000
356.250
1 TT, AC, TV, Lemari Es, Sofa, Water Heater, Visite Dokter, Makan 3 kali, Snack 2 kali
4 Kelas Utama Mawar 150.000
187.500
45.000
56.250
195.000
243.750 2 TT, AC, TV, Lemari Es, Sofa, Visite Dokter, Makan 3 kali, Snack 2 kali
5 Kelas Utama Flamboyan 150.000
187.500
45.000
56.250
195.000
243.750 2 TT, AC, TV, Lemari Es, Sofa, Visite Dokter, Makan 3 kali, Snack 2 kali
6 Kelas Utama Wijaya Kusuma 150.000
187.500
45.000
56.250
195.000
243.750 2 TT, AC, TV, Lemari Es, Sofa, Visite Dokter, Makan 3 kali, Snack 2 kali
7 Kelas I Mawar 100.000
125.000
30.000
37.500
130.000
162.500 2 TT, AC, TV, Lemari Es, Sofa, Visite Dokter, Makan 3 kali, Snack 2 kali
8 Kelas I AnggrekI 100.000
125.000
30.000
37.500
130.000
162.500
2 TT, AC, TV, Lemari Es, Kursi Tunggu, Visite Dokter, Makan 3 kali, Snack 1 kali
9 Kelas I Anggrek II 100.000
125.000
30.000
37.500
130.000
162.500
2 TT, AC, TV, Lemari Es, Kursi Tunggu, Visite Dokter, Makan 3 kali, Snack 1 kali
10. …….
- 13 -
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 Kelas I Melati I 100.000
125.000
30.000
37.500
130.000
162.500
2 TT, AC, TV, Lemari Es, Kursi Tunggu, Visite Dokter, Makan 3 kali, Snack 1 kali
11 Kelas I Melati II 100.000
125.000
30.000
37.500
130.000
162.500
2 TT, AC, TV, Lemari Es, Kursi Tunggu, Visite Dokter, Makan 3 kali, Snack 1 kali
12 Kelas I Flamboyan 100.000
125.000
30.000
37.500
130.000
162.500
2 TT, AC, TV, Lemari Es, Kursi Tunggu, Visite Dokter, Makan 3 kali, Snack 1 kali
13 Kelas I Wijaya Kusuma 100.000
125.000
30.000
37.500
130.000
162.500
2 TT, AC, TV, Lemari Es, Kursi Tunggu, Visite Dokter, Makan 3 kali, Snack 1 kali
14 Kelas II Flamboyan 45.000
56.250
20.000
25.000
65.000
81.250 6-8 TT, Fan, Kursi Tunggu, Visite Dokter, Makan 3 kali, Snack 1 kali
15 Kelas II Wijaya Kusuma 45.000
56.250
20.000
25.000
65.000
81.250 6-8 TT, Fan, Kursi Tunggu, Visite Dokter, Makan 3 kali, Snack 1 kali
17 Kelas III Cempaka 20.000
25.000
10.000
12.500
30.000
37.500 8 TT, Fan, Kursi Tunggu, Visite Dokter, Makan 3 kali, Snack 1 kali
18 Kelas III Dahlia 20.000
25.000
10.000
12.500
30.000
37.500 8 TT, Fan, Kursi Tunggu, Visite Dokter, Makan 3 kali, Snack 1 kali
19 Kelas III Flamboyan 20.000
25.000
10.000
12.500
30.000
37.500 8 TT, Fan, Kursi Tunggu, Visite Dokter, Makan 3 kali, Snack 1 kali
20 Kelas III Wijaya Kusuma 20.000
25.000
10.000
12.500
30.000
37.500 8 TT, Fan, Kursi Tunggu, Visite Dokter, Makan 3 kali, Snack 1 kali
*Untuk Pasien Kelas III yang berasal dari Kabupaten Serang dan tidak mempunyai kartu Jamkesmas tidak dikenakan biaya dan dialokasikan dari APBD Kab.Serang.
*Service 12,5% dari seluruh biaya pelayanan dari tindakan Rawat Inap kecuali pembelian obat-obatan
TARIF BIAYA ………
- 14 -
TARIF BIAYA RUANG PERAWATAN KHUSUS
No URAIAN
TARIF
KELAS III KELAS II KELAS I KLU PAV MUZDALIFAH & MINA (KCL)
PAV MUZDALIFAH & MINA (BSR) PAV ARAFAH
UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN
1 Status Pasien Rawat Inap 15.000 18.750 15.000 18.750 15.000 18.750 15.000 18.750 15.000 18.750 15.000 18.750 15.000 18.750
2 Rawat Gabung - - -
Perawatan ibu 20.000 25.000 45.000 56.250 100.000 125.000 150.000 187.500 200.000 250.000 250.000 312.500 275.000 343.750
Perawatan Bayi 10.000 12.500 22.500 28.125 50.000 62.500 75.000 93.750 100.000 125.000 125.000 156.250 137.500 171.875
3 Perawatan Khusus 22.500 28.125 56.250 70.313 125.000 156.250 187.500 234.375 250.000 312.500 312.000 390.625 343.750 429.687
4 Ruang ICU/ICCU/NICU 180.000 225.000 250.000 312.500 300.000 375.000 350.000 437.500 400.000 500.000 400.000 500.000 450.000 562.500
5 VISITE Dr. ICU/ICCU/NICU 12.500 15.625 30.000 37.500 60.000 75.000 90.000 112.500 100.000 125.000 100.000 125.000 100.000 125.000
6 Asuhan Keperawatan 2.500 3.125 3.000 3.750 6.000 7.500 9.000 11.250 12.000 15.000 12.000 15.000 15.000 18.750
7 Ruang ICU/ICCU/NICU (non kls) Umum Perusahaan
Kiriman IGD dan Terus Pulang 180.000 225.000
TINDAKAN MEDIK ……….
- 15 -
TINDAKAN MEDIK DI KELAS III, KELAS II, DAN KELAS I
A. TINDAKAN OPERASI DI RUANG BEDAH SENTRAL
NO JENIS TINDAKAN TARIF
KELAS III KELAS II KELAS I
UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN
1 Operasi Kecil 342.000 427.500 650.000 812.500 900.000 1.125.000
2 Operasi Sedang 708.000 885.000 1.350.000 1.687.500 2.000.000 2.500.000
3 Operasi Besar 1.164.000 1.455.000 1.650.000 2.062.500 3.000.000 3.750.000
4 Operasi Khusus I 1.350.000 1.687.500 2.150.000 2.687.500 3.750.000 4.687.500
5 Operasi Khusus II 1.548.000 1.935.000 2.700.000 3.375.000 4.000.000 5.000.000
6 Operasi Sectio Cesaria 1.344.000 1.680.000 1.897.500 2.371.875 3.462.000 4.327.500
7 Operasi cito 1 1/2 kali operasi sesuai dengan jenis dan kelasnya
B. PERSALINAN
NO JENIS TINDAKAN TARIF
KELAS III KELAS II KELAS I
UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN
1 Persalinan Normal 180.000 225.000 300.000 375.000 425.000 531.250
2 Perswalinan Abnormal (kelainan) tanpa tindakan 270.000 337.500 400.000 500.000 550.000 687.500
3 Persalinan Abnormal (kelainan) dengan tindakan 330.000 412.500 500.000 625.000 600.000 750.000
4 Partus Gemelli Normal x N persalinan sesuai kelasnya N= jumlah bayi yang dilahirkan
TINDAKAN ………..
- 16 -
TINDAKAN MEDIK DI KLU DAN PAVILIUN
A. TINDAKAN OPERASI DI RUANG BEDAH SENTRAL
NO JENIS TINDAKAN TARIF
KLU PAV MUZDALIFAH & MINA PAV. ARAFAH
UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN
1 Operasi Kecil 1.200.000 1.500.000 1.800.000 2.250.000 2.000.000 2.500.000
2 Operasi Sedang 2.500.000 3.125.000 3.250.000 4.062.500 3.500.000 4.375.000
3 Operasi Besar 4.000.000 5.000.000 6.000.000 7.500.000 6.250.000 7.812.500
4 Operasi Khusus I 4.500.000 5.625.000 7.250.000 9.062.500 7.500.000 9.375.000
5 Operasi Khusus II 5.000.000 6.250.000 7.350.000 9.187.500 7.600.000 9.500.000
6 Operasi Sectio Cesaria 4.617.000 5.771.250 6.939.000 8.673.750 7.200.000 9.000.000 7 Operasi cito 1 1/2 kali operasi sesuai dengan jenis dan kelasnya
B. PERSALINAN
NO JENIS TINDAKAN TARIF
K L U PAV MUZDALIFAH & MINA PAV. ARAFAH
UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN
1 Persalinan Normal 575.000 718.750 750.000 937.500 850.000 1.062.500
2 Perswalinan Abnormal (kelainan) tanpa tindakan 600.000 750.000 850.000 1.062.500 950.000 1.187.500
3 Persalinan Abnormal (kelainan) dengan tindakan 750.000 937.500 1.000.000 1.250.000 1.250.000 1.562.500
4 Partus Gemelli Normal x N persalinan sesuai kelasnya N= jumlah bayi yang dilahirkan
SMF SYARAF ………
- 17 -
SMF SYARAF, ANAK, BEDAH SYARAF, BEDAH TULANG
No URAIAN
TARIF TARIF
POLIKLINIK KELAS III KELAS II KELAS I KLU PAV Muzdalifah & Mina PAV ARAFAH
UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN
1 Punksi Lumbal
80.000
100.000
30.000
37.500
80.000
100.000
100.000
125.000
125.000
156.250
175.000
218.750
200.000
250.000
2 Punksi Sumsum Tulang
80.000
100.000
30.000
37.500
80.000
100.000
100.000
125.000
125.000
156.250
175.000
218.750
200.000
250.000
3 EEG
150.000
187.500
120.000
150.000
150.000
187.500
175.000
218.750
200.000
250.000
250.000
312.500
300.000
375.000
4 Myelografi
150.000
187.500
90.000
112.500
150.000
187.500
175.000
218.750
200.000
250.000
250.000
312.500
300.000
375.000
5 Vena Seksi -
60.000
75.000
100.000
125.000
125.000
156.250
150.000
187.500
175.000
218.750
200.000
250.000
6 Rsusitasi Cardio Pulmonal -
65.000
81.250
80.000
100.000
95.000
118.750
110.000
137.500
125.000
156.250
150.000
187.500
7 Decompresi Anak -
22.500
28.125
35.000
43.750
50.000
62.500
65.000
81.250
80.000
100.000
100.000
125.000
8 Punksi Cephal Hematom
125.000
156.250
9 Eksisi dengan Anestesi lokal
400.000
500.000
10 ARTHROSCOPY - -
1.000.000
1.250.000 1.500.000
1.875.000 2.000.000
2.500.000 2.250.000
2.812.500 2.500.000
3.125.000 2.750.000
3.437.500
11 C-ARM - -
150.000
187.500 170.000
212.500 190.000
237.500 210.000
262.500 230.000
287.500 250.000
312.500
TARIF TINDAKAN SMF JIWA
NO URAIAN
TARIF
POLIKLINIK KLS III KLS II KLS I KLU PAV Muzdalifah & Mina PAV ARAFAH
UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN
1 MMPI-2 150.000 187.500 130.000 162.500 150.000 187.500 170.000 212.500 175.000 218.750 180.000 225.000 200.000 250.000
2 Psikoterapi 50.000 62.500 30.000 37.500 50.000 62.500 70.000 87.500 75.000 93.750 80.000 100.000 105.000 131.250
3 Konseling perkawinan 60.000 75.000 40.000 50.000 60.000 75.000 80.000 100.000 85.000 106.250 90.000 112.500 105.000 131.250
SMF PENYAKIT ……….
- 18 -
SMF PENYAKIT DALAM, JANTUNG, PARU
No URAIAN
TARIF TARIF
POLIKLINIK KELAS III KELAS II KELAS I KLU PAV Muzdalifah & Mina PAV ARAFAH
UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN
1 Central Venus Pressure
45.000
56.250
75.000
93.750
90.000
112.500
110.000
137.500
125.000
156.250
150.000
187.500
2 EKG
40.000
50.000
20.000
25.000
25.000
31.250
40.000
50.000
45.000
56.250
50.000
62.500
55.000
68.750
3 Echo Cardiografhy
200.000
250.000
150.000
187.500
170.000
212.500
180.000
225.000
200.000
250.000
225.000
281.250
250.000
312.500
4 Treadmill
250.000
312.500
150.000
187.500
200.000
250.000
250.000
312.500
275.000
343.750
300.000
375.000
325.000
406.250
5 Punksi Pleura
125.000
156.250
75.000
93.750
150.000
187.500
200.000
250.000
250.000
312.500
275.000
343.750
300.000
375.000
6 Test Punksi Pleura
75.000
93.750
50.000
62.500
60.000
75.000
75.000
93.750
85.000
106.250
100.000
125.000
125.000
156.250
7 WSD
225.000
281.250
100.000
125.000
175.000
218.750
200.000
250.000
225.000
281.250
250.000
312.500
275.000
343.750
8 Bronchoscoi
150.000
187.500
75.000
93.750
125.000
156.250
195.000
243.750
225.000
281.250
250.000
312.500
275.000
343.750
9 Biopsi Pleura
100.000
125.000
60.000
75.000
90.000
112.500
125.000
156.250
150.000
187.500
175.000
218.750
200.000
250.000
10 Biopsi Kelenjar Leher
100.000
125.000
75.000
93.750
90.000
112.500
125.000
156.250
150.000
187.500
175.000
218.750
200.000
250.000
11 Bronchografi
120.000
150.000
70.000
87.500
100.000
125.000
120.000
150.000
150.000
187.500
200.000
250.000
250.000
312.500
12 Toracoscofi
150.000
187.500
90.000
112.500
125.000
156.250
150.000
187.500
175.000
218.750
225.000
281.250
250.000
312.500
13 Resusitasi Cardio Pulmonal
65.000
81.250
80.000
100.000
95.000
118.750
110.000
137.500
125.000
156.250
150.000
187.500
14 DC Syok,Cardio Versi
60.000
75.000
80.000
100.000
100.000
125.000
110.000
137.500
120.000
150.000
130.000
162.500
15 Punksi Ascites
50.000
62.500
60.000
75.000
75.000
93.750
90.000
112.500
100.000
125.000
110.000
137.500
TINDAKAN MEDIS ………..
- 19 -
TINDAKAN MEDIS KEPERAWATAN
No URAIAN
TARIF TARIF
POLIKLINIK IRD KELAS III KELAS II KELAS I KLU PAVILIUN
UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Buka Gips Short
10.000
12.500
12.500
15.625
15.000
18.750
17.500
21.875
20.000
25.000
22.500
28.125
25.000
31.250
2 Ganti Balutan, Up Hecting
25.000
31.250
30.000
37.500
20.000
25.000
25.000
31.250
30.000
37.500
35.000
43.750
40.000
50.000
3 Buka Gips Long
20.000
25.000
22.500
28.125
15.000
18.750
20.000
25.000
22.500
28.125
25.000
31.250
27.500
34.375
4 Nebuleizer/kali
25.000
31.250
40.000
50.000
30.000
37.500
35.000
43.750
40.000
50.000
45.000
56.250
50.000
62.500
5 Spirometri
40.000
50.000
20.000
25.000
25.000
31.250
40.000
50.000
45.000
56.250
50.000
62.500
55.000
68.750
6 Pemasangan Ransel Verband
40.000
50.000
50.000
62.500
30.000
37.500
40.000
50.000
50.000
62.500
55.000
68.750
60.000
75.000
7 Refraksi
10.000
12.500 -
-
-
-
-
-
8 Test Buta Warna
10.000
12.500 -
-
-
-
-
-
9 Pasang Folley Catheter -
20.000
25.000
10.000
12.500
15.000
18.750
20.000
25.000
25.000
31.250
30.000
37.500
10 Pasang Maagslang -
25.000
31.250
15.000
18.750
20.000
25.000
25.000
31.250
30.000
37.500
40.000
50.000
11 Pasang Infus Bayi -
20.000
25.000
15.000
18.750
17.500
21.875
20.000
25.000
22.500
28.125
25.000
31.250
12 Pasang Infus Dewasa -
15.000
18.750
10.000
12.500
12.500
15.625
15.000
18.750
17.500
21.875
20.000
25.000
13 Terapi Sinar/24 jam - -
35.000
43.750
37.500
46.875
40.000
50.000
42.500
53.125
45.000
56.250
14 Klisma -
25.000
31.250
10.000
12.500
15.000
18.750
20.000
25.000
25.000
31.250
30.000
37.500
15 Isap Lendir/hari -
15.000
18.750
10.000
12.500
12.500
15.625
15.000
18.750
17.500
21.875
20.000
25.000
16 Test Penisilin/Procain/Mantouk Test
15.000
18.750
20.000
25.000
15.000
18.750
17.500
21.875
20.000
25.000
22.500
28.125
25.000
31.250
17 Memberikan suntikan im,iv,ic,sc/hari
5.000
6.250
6.000
7.500
5.000
6.250
6.000
7.500
6.500
8.125
7.000
8.750
7.500
9.375
18. …….
- 20 -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
18 Ganti Balutan Combustio
35.000
43.750
40.000
50.000
25.000
31.250
30.000
37.500
40.000
50.000
45.000
56.250
50.000
62.500
19 Memberikan Oksigen
2.000
2.500
2.500
3.125
1.750
2.188
2.000
2.500
2.500
3.125
2.750
3.438
3.000
3.750
20 Spoeling Catheter
3.500
4.375
3.000
3.750
2.000
2.500
2.500
3.125
2.750
3.438
3.000
3.750
3.500
4.375
21 Sure Step
12.000
15.000
15.000
18.750
10.000
12.500
12.500
15.625
15.000
18.750
20.000
25.000
25.000
31.250
22 Angkat Drain
3.500
4.375
4.000
5.000
2.500
3.125
3.500
4.375
4.000
5.000
4.500
5.625
5.000
6.250
23 Ambil Darah Vena
4.000
5.000
5.000
6.250
3.000
3.750
4.000
5.000
5.000
6.250
6.000
7.500
7.000
8.750
24 Ambil Darah Arteri
8.000
10.000
10.000
12.500
8.000
10.000
10.000
12.500
12.000
15.000
15.000
18.750
20.000
25.000
25 Nekrotomi
35.000
43.750
40.000
50.000
25.000
31.250
30.000
37.500
40.000
50.000
45.000
56.250
50.000
62.500
26 Pasang Kondom Catheter
3.000
3.750
3.500
4.375
2.500
3.125
3.000
3.750
3.500
4.375
4.000
5.000
5.000
6.250
27 Injeksi Sitostatika/Infus Sitostatika
90.000
112.500
100.000
125.000
50.000
62.500
75.000
93.750
100.000
125.000
125.000
156.250
150.000
187.500
28 Angkat Tampon
5.000
6.250
6.000
7.500
4.000
5.000
5.000
6.250
6.000
7.500
7.000
8.750
8.000
10.000
29 Kompres Basah/Kering
2.000
2.500
2.500
3.125
1.500
1.875
2.000
2.500
2.500
3.125
3.000
3.750
3.500
4.375
30 Pemasangan Elastik Verrband
25.000
31.250
30.000
37.500
10.000
12.500
15.000
18.750
20.000
25.000
25.000
31.250
30.000
37.500
31 Maag Spoeling
15.000
18.750
20.000
25.000
7.500
9.375
10.000
12.500
15.000
18.750
20.000
25.000
25.000
31.250
32 Blader Training - -
3.000
3.750
3.500
4.375
4.000
5.000
4.500
5.625
5.000
6.250
PENUNJANG ………
- 21 -
PENUNJANG DIAGNOSTIK LABORATORIUM 1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK
No JENIS PEMERIKSAAN
TARIF TARIF
POLIKLINIK KELAS III KELAS II KELAS I KLU PAV Muzdalifah & Mina PAV ARAFAH
UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 HB
6.000
7.500
5.000
6.250
6.000
7.500
7.000
8.750
8.000
10.000
9.000
11.250
10.000
12.500
2 Leukosit
6.000
7.500
5.000
6.250
6.000
7.500
7.000
8.750
8.000
10.000
9.000
11.250
10.000
12.500
3 Diff Count
6.000
7.500
5.000
6.250
6.000
7.500
7.000
8.750
8.000
10.000
9.000
11.250
10.000
12.500
4 LED
6.000
7.500
5.000
6.250
6.000
7.500
7.000
8.750
8.000
10.000
9.000
11.250
10.000
12.500
5 DDR
6.000
7.500
5.000
6.250
6.000
7.500
7.000
8.750
8.000
10.000
9.000
11.250
10.000
12.500
6 Trombosit
6.000
7.500
5.000
6.250
6.000
7.500
7.000
8.750
8.000
10.000
9.000
11.250
10.000
12.500
7 BT/CT
6.000
7.500
5.000
6.250
6.000
7.500
7.000
8.750
8.000
10.000
9.000
11.250
10.000
12.500
8 Erytrosit
6.000
7.500
5.000
6.250
6.000
7.500
7.000
8.750
8.000
10.000
9.000
11.250
10.000
12.500
9 Hematokrit
6.000
7.500
5.000
6.250
6.000
7.500
7.000
8.750
8.000
10.000
9.000
11.250
10.000
12.500
10 BTA
10.000
12.500
7.500
9.375
10.000
12.500
11.000
13.750
12.000
15.000
15.000
18.750
17.000
21.250
11 Sekret Uretra/Mata
10.000
12.500
7.500
9.375
10.000
12.500
11.000
13.750
12.000
15.000
15.000
18.750
18.000
22.500
12 Widal
30.000
37.500
27.500
34.375
30.000
37.500
35.000
43.750
40.000
50.000
50.000
62.500
55.000
68.750
13 Hbs Ag/Anti Hbs Ag
30.000
37.500
25.000
31.250
30.000
37.500
35.000
43.750
40.000
50.000
45.000
56.250
47.000
58.750
14 VDRL
12.000
15.000
10.000
12.500
12.000
15.000
20.000
25.000
22.000
27.500
25.000
31.250
27.000
33.750
15 Gula Darah
12.500
15.625
11.000
13.750
12.500
15.625
15.000
18.750
17.500
21.875
20.000
25.000
22.000
27.500
16 Ureum
12.500
15.625
11.000
13.750
12.500
15.625
15.000
18.750
17.500
21.875
20.000
25.000
22.000
27.500
17 Creatinin
12.500
15.625
11.000
13.750
12.500
15.625
15.000
18.750
17.500
21.875
20.000
25.000
22.000
27.500
18 Colesterol Total, HDL/LDL
12.500
15.625
11.000
13.750
12.500
15.625
15.000
18.750
17.500
21.875
20.000
25.000
22.000
27.500
19. ……..
- 22 -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
19 Trigliserida
14.500
18.125
14.000
17.500
14.500
18.125
15.000
18.750
17.500
21.875
20.000
25.000 22.000
27.500
20 SGOT/SGPT
12.500
15.625
11.000
13.750
12.500
15.625
15.000
18.750
17.500
21.875
20.000
25.000 22.000
27.500
21 HVD Total/Direct
12.500
15.625
11.000
13.750
12.500
15.625
15.000
18.750
17.500
21.875
20.000
25.000 22.000
27.500
22 Protein Total/Albumin
12.500
15.625
11.000
13.750
12.500
15.625
15.000
18.750
17.500
21.875
20.000
25.000 22.000
27.500
23 Alkali Phospatase
16.000
20.000
12.000
15.000
16.000
20.000
18.000
22.500
20.000
25.000
22.000
27.500 24.000
30.000
24 Gamma GT
20.000
25.000
18.000
22.500
20.000
25.000
22.000
27.500
24.000
30.000
26.000
32.500 28.000
35.000
25 Asam Urat
12.500
15.625
11.000
13.750
12.500
15.625
15.000
18.750
17.500
21.875
20.000
25.000 22.000
27.500
26 Urine
15.000
18.750
12.000
15.000
15.000
18.750
17.000
21.500
19.000
23.750
21.000
26.250 23.000
28.750
27 Faeces
10.000
12.500
6.000
7.500
10.000
12.500
12.000
15.000
14.000
17.500
16.000
20.000 18.000
22.500
28 PP Test
14.000
17.500
12.000
15.000
14.000
17.500
16.000
20.000
18.000
22.500
20.000
25.000 25.000
31.250
29 IGG Dengue
80.000
100.000
60.000
75.000
80.000
100.000
90.000
112.500
100.000
125.000
100.000
125.000 110.000
137.500
30 IGM Dengue
80.000
100.000
60.000
75.000
80.000
100.000
90.000
112.500
100.000
125.000
100.000
125.000 110.000
137.500
31 Majelis Penguji Kesehatan
75.000
93.750
-
32 Na/Kalium
35.000
43.750
30.000
37.500
35.000
43.750
40.000
50.000
45.000
56.250
50.000
62.500 60.000
75.000
33 Astrup
100.000
125.000
75.000
93.750
100.000
125.000
110.000
137.500
120.000
150.000
130.000
162.500 140.000
175.000
34 Calsium
25.000
31.250
20.000
25.000
25.000
31.250
35.000
43.750
38.000
47.500
40.000
50.000 45.000
56.250
- 23 -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
35 CKMB
80.000
100.000
43.000
53.750
80.000
100.000
90.000
112.500
100.000
125.000
110.000
137.500 120.000
150.000
36 Narkoba (3 macam)
100.000
125.000
-
37 HIV
90.000
112.500
85.000
106.250
90.000
112.500
100.000
125.000
110.000
137.500
120.000
150.000 125.000
156.250
38 Morfologi
20.000
25.000
18.000
22.500
20.000
25.000
22.000
27.500
24.000
30.000
26.000
32.500 28.000
35.000
39 LPB
10.000
12.500
8.000
10.000
10.000
12.500
12.000
15.000
14.000
17.500
16.000
20.000 18.000
22.500
40 Astro/CRP/RF
15.000
18.750
14.000
17.500
15.000
18.750
17.000
21.250
18.000
22.500
19.000
23.750 20.000
25.000
41 IgG Anti TB
70.000
87.500
60.000
75.000
70.000
87.500
80.000
100.000
90.000
112.500
100.000
125.000 110.000
137.500
42 H C V 80.000 100.000 70.000 87.500 80.000 100.000 85.000 106.250 90.000 112.500 95.000 118.750 100.000 125.000
43 TPHA 30.000 37.500 25.000 31.250 30.000 37.500 35.000 43.750 40.000 50.000 45.000 56.250 50.000 62.500
44 CD4 100.000 125.000 90.000 112.500 100.000 125.000 105.000 131.250 110.000 137.500 115.000 143.750 120.000 150.000
45 ELEKTROLIT 90.000 112.500 80.000 100.000 90.000 112.500 95.000 118.750 100.000 125.000 105.000 131.250 110.000 137.500
46 A G D 130.000 162.500 120.000 150.000 130.000 162.500 135.000 168.750 140.000 175.000 145.000 181.250 150.000 187.500
47 Anti HAV Igm 125.000 156.250 120.000 150.000 125.000 156.250 130.000 162.500 135.000 168.750 140.000 175.000 150.000 187.500
48 C R F 35.000 43.750 30.000 37.500 35.000 43.750 40.000 50.000 45.000 56.250 50.000 62.500 55.000 68.750
49 RF 35.000 43.750 30.000 37.500 35.000 43.750 40.000 50.000 45.000 56.250 50.000 62.500 55.000 68.750
50 ASTO 35.000 43.750 30.000 37.500 35.000 43.750 40.000 50.000 45.000 56.250 50.000 62.500 55.000 68.750
51 PAPTB 75.000 93.750 70.000 87.500 75.000 93.750 80.000 100.000 85.000 106.250 90.000 112.500 95.000 118.750
52 HBeAg 105.000 131.250 100.000 125.000 105.000 131.250 110.000 137.500 115.000 143.750 120.000 150.000 125.000 156.250
Tarif cito : Masing-masing kelas ditambah 25 %
2. PEMERIKSAAN ………….
- 24 -
2. PEMERIKSAAN LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI
No JENIS PEMERIKSAAN
TARIF TARIF
POLIKLINIK KELAS III KELAS II KELAS I KLU PAV Muzdalifah & Mina PAV ARAFAH
UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Sitologi Biasa 50.000
62.500
40.000
50.000
50.000
62.500
55.000
68.750
60.000
75.000
70.000
87.500
75.000
93.750
2 Sitologi Cito 60.000
75.000
50.000
62.500
60.000
75.000
65.000
81.250
75.000
93.750
85.000
106.250
90.000
112.500
3 Histopatologi Biasa 80.000
100.000
60.000
75.000
80.000
100.000
85.000
106.250
95.000
118.750
105.000
131.250
110.000
137.500
4 Histopatologi Cito 95.000
118.750
75.000
93.750
95.000
118.750
105.000
131.250
115.000
143.750
130.000
162.500
135.000
168.750
5 Histopatologi Khusus 100.000
125.000
80.000
100.000
100.000
125.000
110.000
137.500
120.000
150.000
130.000
162.500
135.000
168.750
6 Histopatologi Khusus Cito 105.000
131.250
90.000
112.500
105.000
131.250
125.000
156.250
140.000
175.000
165.000
206.250
170.000
212.500
7 Potong Beku 260.000
325.000
220.000
275.000
260.000
325.000
290.000
362.500
310.000
387.500
330.000
412.500
340.000
425.000
3. RADIOLOGI
No JENIS PEMERIKSAAN
TARIF TARIF
POLIKLINIK KELAS III KELAS II KELAS I KLU PAV Muzdalifah & Mina PAV ARAFAH
UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
a. Foto Tanpa Bahan Kontras
1 Foto Thorax PA (AP) 50.000
62.500
42.000
52.500
50.000
62.500
60.000
75.000
70.000
87.500
85.000
106.250
90.000
112.500
2 Foto Thorax PA dan Lateral 100.000
125.000
90.000
112.500
100.000
125.000
110.000
137.500
125.000
156.250
160.000
200.000
175.000
218.750
3 Foto Abdomen/BNO 55.000
68.750
48.000
60.000
55.000
68.750
65.000
81.250
75.000
93.750
90.000
112.500
105.000
131.250
4 Foto Abdomen 2 Posisi 100.000
125.000
90.000
112.500
100.000
125.000
115.000
143.750
140.000
175.000
165.000
206.250
180.000
225.000
5 Foto Abdomen 3 Posisi 145.000
181.250
120.000
150.000
145.000
181.250
160.000
200.000
180.000
225.000
200.000
250.000
220.000
275.000
6 Foto Waters 45.000
56.250
42.000
52.500
45.000
56.250
60.000
75.000
70.000
87.500
85.000
106.250
100.000
125.000
7 Foto Oclusal 40.000
50.000
36.000
45.000
40.000
50.000
55.000
68.750
65.000
81.250
105.000
131.250
115.000
143.750
8. ………….
- 25 -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
8 Foto Temporal Mandibula Joint 105.000
131.250
84.000
105.000
105.000
131.250
115.000
143.750
130.000
162.500
156.000
195.000
165.000
206.250
9 Foto Basis Cranii 55.000
68.750
42.000
52.500
55.000
68.750
60.000
75.000
75.000
93.750
85.000
106.250
95.000
118.750
10 Foto Os Nasalis Lateral 55.000
68.750
42.000
52.500
55.000
68.750
60.000
75.000
75.000
93.750
85.000
106.250
95.000
118.750
11 Foto Os Nasalis AP/Lateral 105.000
131.250
90.000
112.500
105.000
131.250
120.000
150.000
130.000
162.500
160.000
200.000
175.000
218.750
12 Foto Eisler Ka atau Ki saja 40.000
50.000
36.000
45.000
40.000
50.000
55.000
68.750
65.000
81.250
75.000
93.750
85.000
106.250
13 Foto Eisler Ka dan Ki 75.000
93.750
72.000
90.000
75.000
93.750
90.000
112.500
110.000
137.500
130.000
162.500
145.000
181.250
14 Foto Schedell AP/Lateral 95.000
118.750
84.000
105.000
95.000
118.750
105.000
131.250
115.000
143.750
145.000
181.250
160.000
200.000
15 FotoMastoid 95.000
118.750
84.000
105.000
95.000
118.750
105.000
131.250
115.000
143.750
145.000
181.250
160.000
200.000
16 Foto Sinus Paranasalis (Water&AP) 145.000
181.250
114.000
142.500
145.000
181.250
155.000
193.750
170.000
212.500
195.000
243.750
205.000
256.250
17 Foto Ekstremitas AP & Lateral 75.000
93.750
66.000
82.500
75.000
93.750
85.000
106.250
105.000
131.250
130.000
162.500
145.000
181.250
18 Foto Ekstremitas bawah AP&Lateral 75.000
93.750
66.000
82.500
75.000
93.750
85.000
106.250
105.000
131.250
130.000
162.500
145.000
181.250
19 Foto Sendi AP&Lateral 90.000
112.500
78.000
97.500
90.000
112.500
105.000
131.250
125.000
156.250
145.000
181.250
160.000
200.000
20 Foto Vertebra Cervical AP&Lateral 95.000
118.750
78.000
97.500
95.000
118.750
105.000
131.250
125.000
156.250
145.000
181.250
160.000
200.000
21 Foto Vertebra Oblique kanan&kiri 95.000
118.750
84.000
105.000
95.000
118.750
110.000
137.500
130.000
162.500
155.000
193.750
165.000
206.250
22 Foto Vertebra Thoracal AP&Lateral 105.000
131.250
90.000
112.500
105.000
131.250
115.000
143.750
145.000
181.250
165.000
206.250
175.000
218.750
23 Foto Vertebra Lumbosacral AP 105.000
131.250
90.000
112.500
105.000
131.250
120.000
150.000
145.000
181.250
165.000
206.250
175.000
218.750
Lateral dan Oblique
No JENIS PEMERIKSAAN
TARIF TARIF
POLIKLINIK KELAS III KELAS II KELAS I KLU PAV Muzdalifah & Mina PAV ARAFAH
UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
b. Foto Dengan Bahan Kontras
1). Bahan Kontras TidakDisediakan
1 BNO/IVP 225.000
281.250
200.000
250.000
225.000
281.250
260.000
325.000
290.000
362.500
325.000
406.250
350.000
437.500
2. …………
- 26 -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
2 Cholesistography Oral/IV 165.000
206.250
156.250
195.313
165.000
206.250
185.000
231.250
215.000
268.750
235.000
293.750
250.000 312.500
3 HSG 195.000
243.750
168.750
210.938
195.000
243.750
220.000
275.000
250.000
312.500
285.000
356.250
300.000 375.000
4 Urethrocystography 155.000
193.750
137.500
171.875
155.000
193.750
195.000
243.750
225.000
281.500
260.000
325.000
275.000 343.750
5 Fistulography 165.000
206.250
137.500
171.875
165.000
206.250
185.000
231.250
195.000
243.750
220.000
275.000
250.000 312.500
6 Myelography 195.000
243.750
175.000
218.750
195.000
243.750
215.000
268.750
245.000
306.250
275.000
343.750
290.000 362.500
2). Bahan Kontras Disediakan
1 Oesophagography 135.000
168.750
125.000
156.250
135.000
168.750
145.000
181.250
175.000
218.750
195.000
243.750
210.000 262.500
2 Analisa Jantung 125.000
156.250
112.500
140.625
125.000
156.250
145.000
181.250
170.000
212.500
195.000
243.750
210.000 262.500
3 Maag Duodenum Foto 210.000
262.500
187.500
234.375
210.000
262.500
235.000
293.750
260.000
325.000
295.000
368.750
310.000 387.500
4 Colon Inloop Foto 240.000
300.000
225.000
281.250
240.000
300.000
275.000
343.750
300.000
375.000
340.000
425.000
360.000 450.000
3). Panoramic Foto 85.000
106.250
80.000
100.000
85.000
106.250
90.000
112.500
100.000
125.000
110.000
137.500
115.000 143.750
4). USG
1 USG Abdomen 180.000 225.000
162.500
203.125
180.000
225.000
200.000
250.000
240.000
300.000
260.000
325.000
275.000 343.750
2 USG Obstetri/Gynekologi 120.000
150.000
112.500
140.625
120.000
150.000
140.000
175.000
160.000
200.000
180.000
225.000
200.000 250.000
INSTALASI REHABILITASI MEDIK
No JENIS PEMERIKSAAN
TARIF TARIF
POLIKLINIK KELAS III KELAS II KELAS I KLU PAV Muzdalifah & Mina PAV ARAFAH
UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
I Micro Wafe Diathermi 20.000
25.000
10.000
12.500
18.000
22.500
20.000
25.000
30.000
37.500
40.000
50.000
45.000 56.250
Stimulasi Listrik 20.000
25.000
10.000
12.500
18.000
22.500
20.000
25.000
30.000
37.500
40.000
50.000
45.000 56.250
Latihan Umum 20.000
25.000
10.000
12.500
18.000
22.500
20.000
25.000
30.000
37.500
40.000
50.000
45.000 56.250
II. ………….
- 27 -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
II Short Wafe Diathermi 25.000
31.250
18.750
23.438
22.500
28.125
25.000
31.250
37.500
46.875
50.000
62.500
55.000 68.750
Ultra Sound Terapi 25.000
31.250
18.750
23.438
22.500
28.125
25.000
31.250
37.500
46.875
50.000
62.500
55.000 68.750
Prafin Bath 25.000
31.250
18.750
23.438
22.500
28.125
25.000
31.250
37.500
46.875
50.000
62.500
55.000 68.750
Nebuleizer 25.000
31.250
18.750
23.438
22.500
28.125
25.000
31.250
37.500
46.875
50.000
62.500
55.000 68.750
III Traksi Lumbal/Cervical 30.000
37.500
22.500
28.125
27.000
33.750
30.000
37.500
45.000
56.250
60.000
75.000
65.000 81.250
Infra Red Radiation 30.000
37.500
22.500
28.125
27.000
33.750
30.000
37.500
45.000
56.250
60.000
75.000
65.000 81.250
Latihan Spesifik 30.000
37.500
10.000
12.500
27.000
33.750
30.000
37.500
45.000
56.250
60.000
75.000
65.000 81.250
Manipulasi 30.000
37.500
22.500
28.125
27.000
33.750
30.000
37.500
45.000
56.250
60.000
75.000
65.000 81.250
Therapy Wicara 30.000
37.500
20.000
25.000
27.000
33.750
30.000
37.500
45.000
56.250
60.000
75.000
65.000 81.250
Therapy Okupasi 30.000
37.500
10.000
12.500
27.000
33.750
30.000
37.500
45.000
56.250
60.000
75.000
65.000 81.250
IV CPM 40.000
50.000
30.000
37.500
36.000
45.000
40.000
50.000
60.000
75.000
80.000
100.000
85.000 106.250
V 2 Tindakan 40.000
50.000
14.000
17.500
36.000
45.000
40.000
50.000
60.000
75.000
80.000
100.000
85.000 106.250
VI 3 Tindakan 50.000
62.500
20.000
25.000
45.000
56.250
50.000
62.500
75.000
93.750
100.000
125.000
110.000 137.500
Pelayanan Psikologi
TARIF
No JENIS PEMERIKSAAN POLI KLINIK KLS III KLS II KLS I KLU PAV Muzdalifah & Mina ARAFAH
UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN
1 Konsultasi 25.000 31.250 10.000 12.500 15.000 18.750 25.000 31.250 30.000 37.500 35.000 43.750 40.000 50.000
2 Tes Kepribadian 65.000 81.250 32.500 40.625 50.000 62.500 65.000 81.250 70.000 87.500 75.000 93.750 80.000 100.000
3 Tes IQ 45.000 56.250 30.000 37.500 35.000 43.750 45.000 56.250 50.000 62.500 60.000 75.000 65.000 81.250
4 Tes Minat dan Bakat 65.000 81.250 30.000 37.500 35.000 43.750 65.000 81.250 70.000 87.500 75.000 93.750 80.000 100.000
5 Terapi Psikologi 45.000 56.250 25.000 31.250 35.000 43.750 45.000 56.250 55.000 68.750 60.000 75.000 65.000 81.250
6 Klinik Teratai (VCT) 5.000 6.250
PEMERIKSAAN ……..
- 28 -
PEMERIKSAAN CT-SCAN
No JENIS PEMERIKSAAN
TARIF TARIF
POLIKLINIK KELAS III KELAS II KELAS I KLU PAV Muzdalifah & Mina PAV ARAFAH
UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
A. NON KONTRAS
1 Brain 400.000
500.000
350.000
437.500
375.000
468.750
400.000
500.000
425.000
531.250
450.000
562.500
475.000
593.750
2 Brain Trauma Kepala (HI) 425.000
531.250
375.000
468.750
400.000
500.000
425.000
531.250
450.000
562.500
475.000
593.750
500.000
625.000
3 Sella Tursika 400.000
500.000
350.000
437.500
375.000
468.750
400.000
500.000
425.000
531.250
450.000
562.500
475.000
593.750
4 Orbita 400.000
500.000
350.000
437.500
375.000
468.750
400.000
500.000
425.000
531.250
450.000
562.500
475.000
593.750
5 Mastoid 400.000
500.000
350.000
437.500
375.000
468.750
400.000
500.000
425.000
531.250
450.000
562.500
475.000
593.750
6 Thyroid 400.000
500.000
350.000
437.500
375.000
468.750
400.000
500.000
425.000
531.250
450.000
562.500
475.000
593.750
7 Sinus Paranasalis (SPN) 400.000
500.000
350.000
437.500
375.000
468.750
400.000
500.000
425.000
531.250
450.000
562.500
475.000
593.750
8 Nasipharynx 400.000
500.000
350.000
437.500
375.000
468.750
400.000
500.000
425.000
531.250
450.000
562.500
475.000
593.750
9 Larynx 400.000
500.000
350.000
437.500
375.000
468.750
400.000
500.000
425.000
531.250
450.000
562.500
475.000
593.750
10 Parsial Vertebrae Cervical 400.000
500.000
350.000
437.500
375.000
468.750
400.000
500.000
425.000
531.250
450.000
562.500
475.000
593.750
11 Parsial Vertebrae Thoracal 400.000
500.000
350.000
437.500
375.000
468.750
400.000
500.000
425.000
531.250
450.000
562.500
475.000
593.750
12 Parsial Vertebrae Lumbo Sacral 400.000
500.000
350.000
437.500
375.000
468.750
400.000
500.000
425.000
531.250
450.000
562.500
475.000
593.750
13 Upper Extermity 400.000
500.000
350.000
437.500
375.000
468.750
400.000
500.000
425.000
531.250
450.000
562.500
475.000
593.750
14 Lower Extermity 400.000
500.000
350.000
437.500
375.000
468.750
400.000
500.000
425.000
531.250
450.000
562.500
475.000
593.750
15. ……..
- 29 -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
15 WholeVertebrae Cervical 600.000
750.000
525.000
656.250
550.000
687.500
600.000
750.000
625.000
781.250
650.000
812.500
675.000
843.750
16 WholeVertebrae Thoracal 600.000
750.000
525.000
656.250
550.000
687.500
600.000
750.000
625.000
781.250
650.000
812.500
675.000
843.750
17 WholeVertebrae Lumbo Sacral 600.000
750.000
525.000
656.250
550.000
687.500
600.000
750.000
625.000
781.250
650.000
812.500
675.000
843.750
18 Pelvis 600.000
750.000
525.000
656.250
550.000
687.500
600.000
750.000
625.000
781.250
650.000
812.500
675.000
843.750
No JENIS PEMERIKSAAN
TARIF TARIF
POLIKLINIK KELAS III KELAS II KELAS I KLU PAV Muzdalifah & Mina PAV ARAFAH
UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
B. DENGAN KONTRAS
1 Brain 700.000
875.000
650.000
812.500
675.000
843.750
700.000
875.000
725.000
906.250
750.000
937.500
775.000
968.750
2 Brain Trauma Kepala (HI) 700.000
875.000
650.000
812.500
675.000
843.750
700.000
875.000
725.000
906.250
750.000
937.500
775.000
968.750
3 Sella Tursika 700.000
875.000
650.000
812.500
675.000
843.750
700.000
875.000
725.000
906.250
750.000
937.500
775.000
968.750
4 Orbita 700.000
875.000
650.000
812.500
675.000
843.750
700.000
875.000
725.000
906.250
750.000
937.500
775.000
968.750
5 Mastoid 700.000
875.000
650.000
812.500
675.000
843.750
700.000
875.000
725.000
906.250
750.000
937.500
775.000
968.750
6 Thyroid 700.000
875.000
650.000
812.500
675.000
843.750
700.000
875.000
725.000
906.250
750.000
937.500
775.000
968.750
7 Sinus Paranasalis (SPN) 700.000
875.000
650.000
812.500
675.000
843.750
700.000
875.000
725.000
906.250
750.000
937.500
775.000
968.750
8 Nasipharynx 700.000
875.000
650.000
812.500
675.000
843.750
700.000
875.000
725.000
906.250
750.000
937.500
775.000
968.750
9 Larynx 700.000
875.000
650.000
812.500
675.000
843.750
700.000
875.000
725.000
906.250
750.000
937.500
775.000
968.750
10 Thorax 1.250.000
1.562.500
1.100.000
1.375.000
1.150.000
1.437.500
1.250.000
1.562.500
1.300.000
1.625.000
1.350.000
1.687.500
1.400.000
1.750.000
11 Upper Abdominal 1.050.000
1.312.500
950.000
1.187.500
1.000.000
1.250.000
1.050.000
1.312.500
1.100.000
1.375.000
1.150.000
1.437.500
1.200.000
1.500.000
12 Lower Abdominal 1.250.000
1.562.500
1.100.000
1.375.000
1.150.000
1.437.500
1.250.000
1.562.500
1.300.000
1.625.000
1.350.000
1.687.500
1.400.000
1.750.000
13 Whole Abdominal 1.400.000
1.750.000
1.250.000
1.562.500
1.300.000
1.625.000
1.350.000
1.687.500
1.400.000
1.750.000
1.500.000
1.875.000
1.550.000
1.937.500
Tarif ……..
- 30 -
Tarif Pelayanan CSSD
No Set Alat Tarif
1 Set Dasar 60.000
2 Set Laparatomi 60.000
3 Set Hystrek 60.000
4 Hand Set 60.000
5 Set Tenun 15.000
6 Set TE 60.000
7 LF 60.000
8 SF 60.000
9 Atroscopy 2.800.000
10 Craniotomi 60.000
TINDAKAN MEDIS KEPERAWATAN DI ICU/ICCU/NICU
No URAIAN
TARIF TARIF
KELAS III KELAS II KELAS I KLU PAVILIUN
UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN 1 2 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Pemasngan Folley Catheter
15.000
18.750
22.500
28.125
30.000
37.500
37.500
46.875
45.000
56.250
2 Pemasngan Maagslang
22.500
28.125
30.000
37.500
37.500
46.875
45.000
56.250
60.000
75.000
3 Pemasngan Infus Bayi
9.000
11.250
26.250
32.813
30.000
37.500
33.750
42.188
37.500
46.875
4 Pemasngan Infus Dewasa
15.000
18.750
18.750
23.438
22.500
28.125
26.250
32.813
30.000
37.500
5. ………..
- 31 -
1 2 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
5 Tarapi Sinar/24 jam
52.500
65.625
56.250
70.313
60.000
75.000
63.750
79.688
67.500
84.375
6 Klisma
15.000
18.750
22.500
28.125
30.000
37.500
37.500
46.875
45.000
56.250
7 Isap Lendir/hari
15.000
18.750
18.750
23.438
22.500
28.152
26.250
32.813
30.000
37.500
8 Nebuleizer/kali
45.000
56.250
52.500
65.625
60.000
75.000
67.500
84.375
75.000
93.750
9 Spirometri
37.500
46.875
45.000
56.250
52.500
62.625
60.000
75.000
65.000
81.250
10 Test Penisilin/Procain/Mantouk Test
22.500
28.125
26.250
32.813
30.000
37.500
33.750
42.188
37.500
46.875
11 Memberikan suntikan im,iv,ic,sc/hari
7.500
9.375
9.000
11.250
9.750
12.188
10.500
13.125
11.250
14.063
12 Ganti Balutan, Up Hecting
30.000
37.500
37.500
46.875
45.000
56.250
52.500
65.625
60.000
75.000
13 Ganti Balutan Combustio
37.500
46.875
45.000
56.250
60.000
75.000
67.500
84.375
70.000
87.500
14 Memberikan Oksigen
2.625
3.281
3.000
3.750
3.750
4.688
4.125
5.156
4.500
5.625
15 Spoeling Catheter
3.000
3.750
3.750
4.688
4.125
5.156
4.500
5.625
5.250
6.563
16 Sure Step
15.000
18.750
18.750
23.438
20.000
25.000
25.000
31.250
30.000
37.500
17 Angkat Drain
3.750
4.688
5.250
6.563
6.000
7.500
6.750
8.438
7.500
9.375
18 Ambil Darah Vena
4.500
5.625
6.000
7.500
7.500
9.375
9.000
11.250
10.500
13.125
19 Ambil Darah Arteri
15.000
18.750
22.500
28.125
30.000
37.500
37.500
46.875
45.000
56.250
20 ………..
- 32 -
1 2 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
20 Nekrotomi
37.500
46.875
45.000
56.250
52.500
65.625
60.000
75.000
62.500
78.125
21 Pasang Kondom Catheter
3.750
4.688
4.500
5.625
5.250
6.563
6.000
7.500
6.500
8.125
22 Injeksi Sitostatika/Infus Sitostatika
75.000
93.750
112.500
140.625
150.000
187.500
187.500
234.375
225.000
281.250
23 Angkat Tampon
6.000
7.500
7.500
9.375
9.000
11.250
10.500
13.125
12.000
15.000
24 Kompres Basah/Kering
2.250
2.813
3.000
3.750
3.750
4.688
4.500
5.625
5.250
6.563
25 Maag Spoeling
15.000
18.750
20.000
25.000
27.500
34.375
30.000
37.500
35.000
43.750
TARIF TINDAKAN DAN PENGGUNAAN ALAT KHUSUS DI LUAR PAKET PERAWATAN
NO TINDAKAN
TARIF TINDAKAN DAN PENGGUNAAN ALAT
KELAS III KELAS II KELAS I KLU PAVILIUN
UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN UMUM PERUSAHAAN 1 Penggunaan Ventilator mekanik/hari 125.000 156.250 150.000 187.500 175.000 218.750 200.000 250.000 225.000 281.250 2 Intubasi Trachea 50.000 62.500 75.000 93.750 100.000 125.000 125.000 156.250 150.000 187.500 3 Extubasi 20.000 25.000 30.000 37.500 40.000 50.000 50.000 62.500 60.000 75.000 4 Pasang Central Venous Catheter 130.000 162.500 140.000 175.000 150.000 187.500 16.000 20.000 175.000 218.750 5 Mengukur CV / hari 10.000 12.500 15.000 18.750 20.000 25.000 25.000 31.250 30.000 37.500 6 Tindakan Resusitasi Jantung Paru 65.000 81.250 80.000 100.000 95.000 118.750 110.000 137.500 125.000 156.250 7 Tindakan defibrilasi / cardioversi 37.000 46.250 80.000 100.000 100.000 125.000 110.000 137.500 120.000 150.000 8 Pemeriksaan EKG 30.000 37.500 35.000 43.750 40.000 50.000 45.000 56.250 50.000 62.500 9 Chest Fisioterapi 15.000 18.750 20.000 25.000 25.000 31.250 35.000 43.750 40.000 50.000 10 Perawatan ETT dan Oral Higiene 15.000 18.750 20.000 25.000 25.000 31.250 35.000 43.750 40.000 50.000 11 Penggunaan Continus Positive Airway Pressure 125.000 156.250 150.000 187.500 175.000 218.750 200.000 250.000 225.000 281.250 12 Penggunaan Radiant Warmer 30.000 37.500 30.000 37.500 40.000 50.000 45.000 56.250 50.000 62.500
- 33 -
TARIF RETRIBUSI DI LABKESDA DAN PUSKESMAS A. LABKESDA
NO PARAMETER TARIF (Rupiah) KETERANGAN PERUSAHAAN PERORANGAN
1 2 3 4 5 I FISIK
Rasa dan bau 5.500 3.000 Warna 10.000 3.000 TDS (Total Dispensi Solid) 8.500 4.000 Kekeruhan 7.500 3.000 Suhu 5.500 3.000 DHL/Conduktivity 7.500 3.000 TSS 8.500 4.000 II Kimia Air
Arsen 182.500 176.000 Fluorida 39.000 32.000 Total Kromium 29.000 22.000 Kadmium 95.500 89.000 Nitrit (NO2) 17.000 10.000 Nitrat (NO3) 37.000 30.500 Sianida 36.500 29.500 Selenium 55.000 48.000 Aluminium 42.000 35.000 Besi 26.000 19.000 Kesadahan 91.500 85.000 Kesadahan (titrasi) 23.000 16.000 Klorida 32.000 25.000 Klorida (titrasi) 25.500 19.000 Mangan 25.000 18.500 pH 13.000 9.000 Zink metode I 30.500 23.500 Zink metode II 74.500 67.500 Sulfat 26.000 19.000 Tembaga 31.000 24.000 Amoniak 42.000 36.000 Clorine/total klorin 17.000 10.500 III Kimia lingkungan Sulfide 39.500 33.000 COD 100.500 93.500 COD Titrasi 53.500 42.500 DO 36.500 29.500 O2 terabsorsi 91.000 84.500 BOD 116.000 109.000 PO4 90.500 89.000 Krom VI 31.000 24.000 KMnO4 51.000 44.000
Kebasaan/…….
- 34 -
1 2 3 4 5
Kebasaan/keasaman 26.500 19.500 Surfactan 76.000 69.000 IV Mikrobiologi BTA (SPS) 33.000 30.000 BTA 15.000 12.000 Leprae 14.000 11.000 Malaria 14.000 11.000 Faeces lengkap 14.000 11.000 Jamur Permukaan 17.500 14.500 Coliform 51.000 45.500 E.coli 51.000 45.500 Jumlah koloni 61.000 55.500 Salmonella 31.000 25.500 Shigella 31.000 25.500 Vibrio 31.000 25.500 E.coli pathogen 31.000 25.500 Bakteriologi Lingkungan Telur cacing 30.500 25.000 V lingkungan dan udara
CO/CO2 188.500 NOx 213.500 H2S 238.500 NH3 263.500 O3 238.500 TSP 113.500 Dusfal 213.500 Kebisingan 102.000 Cahaya 102.000
BAHAN TAMBAHAN MAKANAN
Uji Kuantitatif Formalin 242.500 215.000 Borax 242.500 215.000 Pewarna 246.000 218.500 Na.sacharin 242.500 215.000 Na. Siklamat 242.500 215.000 Benzoat 242.500 215.000 Lemak 242.500 215.000 Uji Kualitatif Pengawet Formalin 74.500 69.000 Pengawet Borak 59.000 53.500 Pewarna Rhodamin B 63.000 57.500 Pewarna Methanil Yellow 67.000 61.500 Pemanis Na.Siklamat 75.000 69.500
VI. Pathologi …….
- 35 -
1 2 3 4 5
VI Pathologi Klinis Albumin 16.000 13.000 Bilirubin direct 16.000 13.000 Bilirubin total 16.000 13.000 Globulin 16.000 13.000 Protein total 16.000 13.000 SGOT 16.000 13.000 SGPT 16.000 13.000 Asam Urat 18.500 15.500 Kreatinin 16.000 13.000 Ureum 16.000 13.000 Kolesterol Total 18.500 15.500 Kolesterol HDL 18.500 15.500 Kolesterol LDL 23.500 20.500 Triglyserida 23.500 20.500 Glukosa 18.500 15.500 Hematokrit 9.000 6.000 Leukosit 9.000 6.000 Erytrosit 9.000 6.000 Trombosit 9.000 6.000 Hitung jenis leukosit 9.000 6.000 Laju Endap Darah 9.000 6.000 Hemoglobin 9.000 6.000 Retraksi Bekuan 9.000 6.000 Waktu Pendarahan 9.000 6.000 Waktu Pembekuan 9.000 6.000 VII Urinalisa Urine lengkap 26.500 23.500 Warna 9.500 6.500 BJ 9.500 6.500 pH 9.500 6.500 Sedimen 9.500 6.500 Keton 9.500 6.500 Bilirubin 9.500 6.500 Darah Samar 9.500 6.500 Reduksi urine 9.500 6.500 Protein 9.500 6.500 Pemeriksaan Sperma Sperma 66.500 63.500 VII Imunologi Tes Kehamilan 14.500 11.500 Golongan darah 13.500 10.500 Widal 38.500 35.500 VDRL 24.000 21.000 HbsAg 33.500 30.500 HbsAb 39.500 36.500 HCV 56.500 53.500 HIV 114.500 111.500
- 36 -
B. PUSKESMAS
NO PENJELASAN TARIF
1 2 3 1 PEMERIKSAAN DAN PENGOBATAN
a. Satu kali pelayanan kesehatan dan pengobatan 1) Kunjungan Baru 5,000 2) Kunjungan Ulang 5,000 b. Kunjungan Gawat Darurat 12,500 c. Pelayanan kesehatan Gigi dan Mulut 1) Biaya Penambalan Gigi a) Tambalan sementara/Fletcher 5,000 b) Perawatan Endo Manual 10,000 c) Pengisian Perawatan Endo 15,000 d) Pulp Caping 7,500 e) Tambalan tetap Amalgam 10,000 f) Tambalan Glass Ionomer dan Komposit 17,500 g) Tambalan Komposit dengan Light Curing 40,000 2) Biaya Pencabutan Gigi a) Pencabutan Gigi Sulung 7,500 b) Pencabutan Gigi Tetap 12,500 c) Pencabutan Gigi Tetap dengan Komplikasi 20,000 3) Scalling/Pembersihan Karang Gigi/per Rahang 60,000 4) Incisi Abces intra Oral 15,000 d. Pelayanan kesehatan Mata 1) Refraksi a) Manual 5,000 b) Snellen 5,000 2) Tes Buta Warna 5,000 3) Pengangkatan Benda Asing 25,000 4) Washing 10,000 5) Episial 5,000
2 BIAYA PERAWATAN a. Biaya Perawatan Umum/ per hari rawat 40,000 b. Biaya rawat gabung Ibu dan Bayi 50,000
3 TINDAKAN MEDIK DI UGD a. Biaya Operasi Kecil 25,000 b. Biaya Pengobatan Luka 1) Luka tanpa jahitan 5,000 2) Luka dengan jahitan 1 s/d 5 10,000 3) Luka dengan jahitan 6 s/d 10 15,000 4) Luka dengan jahitan > 10 25,000 5) Pemasangan Spalk 25,000 6) Perawatan Luka Bakar 15,000 7) Buka Jahitan 5,000 c. Biaya Pertolongan Persalinan Normal 1) Persalinan oleh Bidan 200,000 2) Persalinan oleh Dokter 250,000 3) Persalinan dengan Penyulit oleh dokter/Poned 500,000 4) Perineum Plasty 100,000 5) Placenta Manual oleh Bidan 50,000 6) Placenta Manual oleh Dokter 75,000
8) Pelayanan ……
- 37 -
1 2 3
8) Pelayanan Keluarga Berencana (KB) a) Suntik 10,000 b) Pemasangan Implan 50,000 c) Pencabutan Implan 50,000 d) Pemasangan IUD 25,000 d. Biaya Tindakan Medis Perawatan 1) Lavement 20,000 2) Pemasangan Maagslang 20,000 3) Pemasangan Chatheter 15,000 4) Vena Sections 50,000 5) Punksi Lumbal 20,000 6) Nebulaizer 25,000 7) Pemakaian Oksimetri 20,000 7) Pemakaian O2 perjam 10,000 8) Tindakan Infus 10,000 e. Biaya Tindakan di Ruangan 1) Ruang Gawat Darurat a) Tindakan Medik Observasi Kegawatdaruratan 25,000 b) Pemasangan Infus 10,000 c) Pemasangan Ransel Verban 25,000 d) Pemasangan Intubasi 20,000 e) Pemasangan Chatheter 20,000 f) Tindakan Bedah Minor : (1) Circumsisi 100,000 (2) Perdarahan Post Circumsisi/Ekstraksi 25,000 Kuku,Luka Bakar dan lain-lain (3) Debridement Luka Tanpa Jahitan 10,000 (4) Explorasi peluru/Corpus Aleunium 40,000 (5) Incisi Abces 20,000 (6) Pengangkatan Lipoma, Atheroma, Ganglion, Clavus 50,000 2) Kesehatan Anak a) Fungsi Lumbal 20,000 b) Vena Section 25,000 c) Pemasangan Chatheter 10,000 d) Perawatan Incubator Sederhana 20,000
4 PEMERIKSAAN KESEHATAN (KEURING) a. Pemeriksaann Kesehatan Umum 10,000 1) Pemeriksaan Fisik dasar 2) Pemeriksaan lanjutan b. Pemeriksaan Kesehatan CPNS 15,000 1) Pemeriksaan Fisik dasar 2) Pemeriksaan lanjutan 3) Pemeriksaan status psikologis 4) Konsul/rujukan dan lain-lain c. Pemeriksaan Kesehatan Mahasiswa 20,000 1) Pemeriksaan Fisik dasar 2) Pemeriksaan lanjutan 3) Pemeriksaan status psikologis 4) Pemeriksaan Visus 5) Pemeriksaan Butawarna 6) Pemeriksaan Gigi 7) Konsul/rujukan dan lain-lain
d. Pemeriksaan …..
- 38 -
1 2 3
d. Pemeriksaan Kesehatan Izin Mengemudi 20,000 1) Pemeriksaan Fisik dasar 2) Pemeriksaan lanjutan 3) Pemeriksaan Status Psikologis 4) Pemeriksaan Visus e. Pemeriksaan Kesehatan Siswa/Pelajar 10,000 1) Pemeriksaan fisik dasar f. Pemeriksaan persyaratan PNS 100 % 30,000 1) Pemeriksaan fisik dasar 2) Pemeriksaan Status Psikologis 3) Pemeriksaan Butawarna 4) Pemeriksaan Gigi 5) Visus 6) Konsul/rujukan dan lain-lain g. Pemeriksaan Calon Jemaah Haji Tingkat Dasar 20,000 h. Pemeriksaan Calon Jemaah Haji Lanjutan 40,000
5 PEMERIKSAAN LABORATORIUM a. Hematologi 1) Hematologi Lengkap (manual) 15.000 2) Hematologi Rutin (manual) 12.500 3) Seri DBD (manual) 12.500 4) Hematologi Lengkap (Autolyzer SYSMEX Poch 1001) 25.000 5) Hematologi Rutin (Autolyzer SYSMEX Poch 1001) 20.000 6) Seri DBD (Autolyzer SYSMEX Poch 1001) 20.000 7) Laju Endap Darah (LED) 5.000 8) Retikulosit 5.000 9) Malaria / Microfilaria 5.000 10) Golongan Darah & Rhesus 10.000 11) Waktu Perdarahan 5.000 12) Waktu Pembekuan 5.000 b. Faeces 1) Faeces Lengkap 5.000 2) Darah Samar 10.000 c. Urine 1) Urine Lengkap 10.000 2) Reduksi Urine 7.500 3) Protein Urine 7.500 4) Test Kehamilan 10.500 d. Kimia Klinik 1) Protein Total 10.000 2) Albumin 10.000 3) Globumin 15.000 4) Bilirubin Total 10.000 5) Bilirubin Direct 10.000 6) Bilirubin Indirect 15.000
7) SGOT…………
- 39 -
1 2 3
7) SGOT 10.000 8) SGPT 10.000 9) Fosfatase Alkali 10.000 10) Gamma GT 15.000 11) Cholinesterase (CHE) 20.000 12) Glokosa Sewaktu 15.000 13) Glokosa Puasa 15.000 14) Glokosa Puasa 2 Jam PP 15.000 15) Ureum 10.000 16) Creatinine 10.000 17) Asam Urat 15.000 18) Cholesterol Total 20.000 19) Cholesterol HDL 15.000 20) Cholesterol LDL 20.000 21) Trigliserida 20.000 22) Lipid Total 20.000 e. Immunoserologi 1) Widal Test 35.000 2) VDRL/RPR 20.000 3) TPHA/Anti Syphilis IgG 30.000 4) HBsAg 30.000 5) HBs Anti 35.000 6) Anti TB IgG (PAP) 80.000 7) Anti Streptolysin O (ASO) 30.000 8) Rheumatoid Factor (RF) 30.000 9) C-Reaktif Protein (CRP) 30.000 10) Anti HCV 50.000 11) Anti HIV 100.000 12) Dengue IgG/IgM 90.000 f. Mikrobiologi 1) BTA Sputum 5.000 2) Hapus Vagina/GO Uretra 10.000 3) Hapus Diptheria 10.000 g. Lain-lain 1) Narkoba Test 3 Parameter 125.000 2) Mantoux Test 65.000 h. Paket Diagnosa 1) Paket TYPHOID (Hematology manual) 42.500
2) Paket TYPHOID (Hematology Autolyzer SYSMEX POCH 1001) 50.000
3) Paket DENGUE (Hematology manual) 92.500
4) Paket DENGUE (Hematology Autolyzer SYSMEX POCH 1001) 100.000
5) Paket TB Anak 65.000
6) Paket ………..
- 40 -
1 2 3
6) Paket TB Kelenjar 75.000 7) Paket RHEUMATIK 67.500 8) Paket KEHAMILAN 67.500 I. Paket Diagnosa 1) Paket HEPATITIS 90.000 2) Paket ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) 55.000 3) Paket SEKSUAL Inf 55.000 4) Paket DM Akut 30.000 5) Paket DM Kronis 35.000 6) Paket HIPERTENSI 112.500
6 PENUNJANG DIAGNOSTIK MEDIK a. Photo Rontgen 1) Thorax, Ekstremitas dan Abdomen 50.000 2) Biaya Baca Rontgen 15.000 b. USG Obstertic/Gynekolog 50.000 c. Dental X-Ray 35.000 d. EKG 25.000
7 ANGKUTAN / TRANSPORTASI
Ambulance per km 4.500 8 LAIN-LAIN
a. Sertifikat Laik Penyehatan 1) Rumah Makan dan Restoran 150.000 2) Damiu 150.000 3) PIRT (Produk Industri Rumah Tangga) 150.000 4) Jasaboga : a) Golongan A1 150.000 b) Golongan A2 200.000 c) Golongan A3 250.000 d) Golongan B 300.000 b. Laik Sehat Hotel 1) Hotel Berbintang 300.000 2) Hotel Melati 200.000
BUPATI SERANG,
TTD
A.TAUFIK NURIMAN
LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 1 Tahun 2011 Tanggal : 18 Februari 2011 Tentang : Retribusi Jasa Umum
TARIF RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN
No URAIAN TARIF
1 2 3 1. Pengangkutan, pembuangan, pengolahan dan pemusnahan sampah
rumah tangga :
a. Rumah Mewah 8.000,-/bln/KK b. Rumah Menengah 5.000,-/bln/KK c. Rumah Sederhana 2.000,-/bln/KK
2. Pengangkutan, pembuangan, pengolahan dan pemusnahan sampah khususnya bagi rumah tangga Real Esatate ditetapkan berdasarkan:
a. Luas bangunan sampai dengan 200 m2 13.500,-/bln/KK b. Luas bangunan lebih dari 200 m2 10.000,-/bln/KK
3. Pengangkutan, pembuangan, pengolahan dan pemusnahan sampah dari perkantoran :
a. Perkantoran Pemerintah 50.000,-/bln b. Perkantoran Swasta : 1) Perkantoran Swasta Besar 75.000,-/bln 2) Perkantoran Swasta Sedang 50.000,-/bln 3) Perkantoran Swasta Kecil 25.000,-/bln c. Bank, BUMN dan BUMD : 1) Bank Pemerintah, BUMN dan BUMD 50.000,-/bln 2) Bank Swasta 50.000,-/bln
4. Pengangkutan, pembuangan, pengolahan dan pemusnahan sampah dari Rumah Sakit, Poliklinik Bersalin, Poliklinik Umum, Puskesmas, Balai Pengobatan, Praktek Dokter, Praktek Bidan, Apotik dan Optikal :
a. Rumah Sakit Type B 100.000,-/bln b. Rumah Sakit Type C 75.000,-/bln c. Poliklink Bersalin Besar 60.000,-/bln d. Rumah Sakit Type D, Poliklinik Bersalin Sedang, Puskesmas,
Poliklinik Umum, Praktek Dokter Spesialis, Labolatorium 50.000,-/bln
e. Praktek Dokter Umum, Praktek Bidan, Balai Pengobatan, Apotik, Tempat Kebugaran dan Optik
30.000,-/bln
f. Pengobatan Alternatif/Tradisional 10.000,-/bln 5. Pengangkutan, pembuangan, pengolahan dan pemusnahan sampah
dari Lembaga Pendidikan, Perguruan Tinggi, Sekolah, Tempat Kursus dan sejenisnya :
a. Perguruan Tinggi dan Akademi 50.000,-/bln b. Tempat Kursus 30.000,-/bln c. SLTP dan SLTA Sederajat 20.000,-/bln d. SD dan Taman Kanak-Kanak 10.000,-/bln
6. Pengangkutan, pembuangan, pengolahan dan pemusnahan sampah dari Industri dan Pabrik-pabrik :
a. Industri Kecil/Home Industri 30.000,-/bln b. Industri Menengah 100.000,-/bln c. Industri Besar 500.000,-/bln d. Industri Berat 300.000,-/bln e. Limbah Industri Kecap, Saos berupa pecahan beling/kaca 300.000,-/bln
7. Pengangkutan, ………
- 2 -
1 2 3 7. Pengangkutan, pembuangan, pengolahan dan pemusnahan sampah
dari Pertokoan/Ruko, Dealer, Perbengkelan, SPBU, Pergudangan dan sebagainya :
a. Dealer, Perbengkelan Besar, SPBU, dan Pergudangan 50.000,-/bln b. Ruko, Penampungan Besi Tua, Panglong dan Usaha Bubut Besar 35.000,-/bln c. Toko, Bengkel Kecil, Tailr Outlet pada Toko Swalayan dan
Usaha Bubut Kecil 50.000,-/bln
d. Bengkel bubut kecil 20.000,-/bln
8. Pengangkutan, pembuangan, pengolahan dan pemusnahan sampah dari Hotel, Penginapan, Restoran, Rumah Makan dan sejenisnya :
A. Hotel/Penginapan 1) Hotel Bintang 5 150.000,-/bln 2) Hotel Bintang 3 dan 4 100.000,-/bln 3) Hotel Bintang 1 dan 2 75.000,-/bln 4) Villa dan Pesangrahan 25.000,-/bln 5) Hotel Melati III 50.000,-/bln 6) Hotel Melati I dan II, Losmen dan Penginapan 40.000,-/bln 7) Kontrakan dan Pondokan 20.000,-/bln b. Restoran Rumah Makan dsb 1) Kantin dan Café 35.000,-/bln 2) Restoran/Rumah Makan dengan jumlah meja s/d 10 50.000,-/bln 3) Restoran/Rumah Makan dengan jumlah meja s/d 25 75.000,-/bln 4) Restoran/Rumah Makan dengan jumlah meja di atas 25 150.000,-/bln 9 Pengangkutan, pembuangan, pengolahan dan pemusnahan sampah
dari Pedagang Kaki Lima, Warteg yang berada di luar Pasar, Terminal dikenakan Retribusi
1.000,-/hari
10 Pengangkutan, pembuangan, pengolahan dan pemusnahan sampah
dari tempat resepsi, seminar, hiburan/rekreasi dari penyelengaraan pertandingan
200.000,-/kegiatan
11. Pengangkutan, pembuangan dan pemusnahan sampah dari pasar, terminal dan sub terminal dibebankan kepada pengelola kebersihan di lingkungan yang bersangkutan sampai ke TPA
13.500,-/M3
12. Pengangkutan, pembuangan, dan pemusnahan sampah padat sampai ke TPA :
a. Bongkaran Bangunan 90.000,-/M3 b. Sampah Tebangan Pohon 100.000,-/M3
13. Penggunaan TPA oleh pribadi atau Badan, setelah mendapat izin dari Kepala Dinas dikenakan Retribusi berdasarkan jenis sampah :
a. Fasilitas Perekonomian/Perdagangan, Perumahan 20.000,-/M3 b. Industri 35.000,-/M3
BUPATI SERANG,
TTD
A. TAUFIK NURIMAN
LAMPIRAN III : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 1 Tahun 2011 Tanggal : 18 Februari 2011 Tentang : Retribusi Jasa Umum
TARIF RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK
DAN AKTA CATATAN SIPIL
No. URAIAN TARIF (Rp)
1. Biaya penerbitan Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi Warga Negara Indonesia yang melaporkan sebelum 14 (empat belas) hari dari kewajiban memiliki Kartu Keluarga dan/atau Kartu Tanda Penduduk
(Gratis)
2. Biaya Penerbitan Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk
(KTP) Warga Negara Indonesia yang melaporkan lewat dari 14 (empat belas) hari kewajiban memiliki Kartu Keluarga dan/atau Kartu Tanda Penduduk
10.000,-
3. Biaya penerbitan Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk
(KTP) bagi warganegara asing 400.000,-
4. Biaya Penerbitan Kartu Keterangan Bertempat Tinggal (Surat
Keterangan Tempat Tinggal / SKTT) 100.000,-
5. Biaya Penerbitan Kartu Sementara/Kartu Identitas Penduduk Musiman 10.000,- 6. Pencatatan Penerbitan Akta Perkawinan WNI :
a. Pada Jam Kerja di Kantor b. Pada Hari Libur
150.000,- 250.000,-
7. Pelayanan dan Pencatatan Penerbitan Akta Perkawinan WNA : a. Pada Jam Kerja di Kantor b. Pada Hari Libur
500.000,- 750.000,-
8. Pelayanan Pencatatan Penerbitan Akta Perceraian : a. Warga Negara Indonesia b. Warga Negara Asing
250.000,- 500.000,-
9. Pengesahan/Pengakuan Anak a. Warga Negara Indonesia b. Warga Negara Asing
200.000,- 500.000,-
10. Perubahan Akta/Penggantian Nama Warga Negara Asing 500.000,-
11. Penerbitan Akta Kematian a. Warga Negara Indonesia b. Warga Negara Asing
100.000,- 500.000,-
BUPATI SERANG,
TTD
A. TAUFIK NURIMAN
LAMPIRAN IV : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 1 Tahun 2011 Tanggal : 18 Februari 2011 Tentang : Retribusi Jasa Umum
TARIF RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM
No. JENIS KENDARAAN TARIF KETERANGAN
1. Sepeda Motor Rp. 1.000,- Per sekali parkir
2. Mobil penumpang ( Sedan, Jeep, Minibus, Pick-up dan sejenisnya)
Rp. 2.000,- Per sekali parkir
3. Bus, Truck dan Alat besar lainnya Rp. 3.000,- Per sekali parkir
BUPATI SERANG,
TTD
A. TAUFIK NURIMAN
LAMPIRAN V : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 1 Tahun 2011 Tanggal : 18 Februari 2011 Tentang : Retribusi Jasa Umum
TARIF RETRIBUSI PELAYANAN PASAR
LOKASI
JENIS BANGUNAN LUAS TARIF
Rp/M2 Rp/Hr Rp/Bln 1 2 3 4 5 6
PASAR a.Kios / Toko 2 X 2 M2 300,- 1.200,- 36.000,- 2,5 X 2,5 M2 300,- 2.000,- 60.000,- 2 X 3 M2 300,- 2.000,- 60.000,- 3 X 3 M2 300,- 2.000,- 90.000,- 4 X 5 M2 300,- 6.000,- 180.000,-
b. Los 2 X 2 M2 250,- 1.000,- 30.000,- 2,5 X 2,5 M2 250,- 1.500,- 45.000,-
2 X 3 M2 250,- 1.500,- 45.000,- 3 X 3 M2 250,- 1.000,- 60.000,- c. Auning 1,5 X 1,5 M2 200,- 500,- 15.000,- 2 X 1,5 M2 200,- 500,- 15.000,-
PEDAGANG YANG MEMANFAATKAN FASILITAS PASAR
JENIS PELAYANAN
T A R I F
Rp Pedagang Pelataran Pasar / Emprakan :
a. Pedagang Kaki 5 1000/ Hari / Pedagang
b. Gerobak Es/Baso dan sejenisnya 1000/ Hari / Pedagang
c. Pedagang Asongan 500/ Hari / Pedagang
BUPATI SERANG,
TTD
A. TAUFIK NURIMAN
LAMPIRAN VI : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 1 Tahun 2011 Tanggal : 18 Februari 2011 Tentang : Retribusi Jasa Umum
TARIF RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR
No. URAIAN TARIF
1. Pengujian pertama : a. Mobil Barang/Bus/Tracktor Head Rp. 40,500,- /Kend. b. Mobil Penumpag/Kereta Gadengan/Kereta Tempelan Rp. 38,000,- /Kend.
2. Pengujian Berkala : a. Mobil Barang/Bus/Tracktor Head Rp. 39,000,- /Kend. b. Mobil Penumpang/Kereta Gadengan/Kereta Tempelan Rp. 31,500,- /Kend.
3. Penilain Kondisi Teknis Kendaraan (penghapusan) : a. Mobil Barang/Bus/Tracktor Head Rp. 51,000,- /Kend. b. Mobil Penumpang/Kereta Gadengan/Kereta Tempelan Rp. 36,000,- /Kend. c. Sepeda Motor Rp. 21,000,- /Kend.
4. Penggantian Buku Uji Hilang Rp. 50,000,- /Kend. 5. Penggantian Tanda Uji yang Hilang atau Rusak Rp. 20,000,- /Kend. 6. Buku Uji Rp. 7,500,- /Kend. 7. Uji Asap Rp. 5,000,- /Kend. 8. Mutasi Pengujian Kendaraan Bermotor Rp. 50,000,- /Kend. 9. Numpang Uji Kendaraan Bermotor
Sama dengan tarif retribusi pengujian berkala
BUPATI SERANG,
TTD
A. TAUFIK NURIMAN
LAMPIRAN VII : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 1 Tahun 2011 Tanggal : 18 Februari 2011 Tentang : Retribusi Jasa Umum
TARIF RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN
No. JENIS PEMERIKSAAN TARIF 1. Pemeriksaan Visual (Bangunan) a. 1 m2 s/d 2.000 m2 45,-/m2 b. 2.001 m2 s/d 5.000 m2 35,-/m2 c. 5.000 m2 s/d 10.000 m2 30,-/m2 d. 10.000 m2 s/d 20.000 m2 20,-/m2 e. 20.000 m2 s/d 40.000 m2 15,-/m2 f. Lebih dari 40.000 m2 10,-/m2
2. Pemeriksaan Alat Pemadam jenis Hydrant 10.000,-/titik/tahun
3. Pemeriksaan Alat Pemadam jenis Sprinkler 2.500,-/titik/tahun
4. Pemeriksaan Unit Pemadam jenis satuan alat kendaraan 50.000,-/tahun
5. Pemeriksaan Alat Pemadam jenis auir bertekanan a. 1 liter s/d 9 liter 2.000,- perbuah/tahun b. lebih dari 9 liter 2.500,- perbuah/tahun
6. Pemeriksaan Alat Pemadam jenis Racun Api a.Jenis Dry Cemical : - 1 kg s/d 3,5 kg 2.000,-/tabung/tahun - 3,5 kg s/d 6 kg 2.500,-/tabung/tahun - 6 kg s/d 15 kg 3.000,-/tabung/tahun - Lebih dari 15 kg 7.000,-/tabung/tahun b. Jenis Halon : - 1 kg s/d 3 kg 2.000,-/tabung/tahun - 3 kg s/d 6 kg 2.500,-/tabung/tahun - Lebih dari 6 kg 5.000,-/tabung/tahun c. Jenis Carbon Dioksida (Co2) - 1 kg s/d 3 kg 2.000,-/tabung/tahun - 3 kg s/d 6 kg 2.500,-/tabung/tahun - Lebih dari 6 kg 5.000,-/tabung/tahun d. Jenis Foam Busa - 1 kg s/d 9 liter 2.000,-/tabung/tahun - lebih dari 9 liter 2.500,-/tabung/tahun
BUPATI SERANG,
TTD
A. TAUFIK NURIMAN
LAMPIRAN VIII : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 1 Tahun 2011 Tanggal : 18 Februari 2011 Tentang : Retribusi Jasa Umum
TARIF RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA
No. PETA TARIF
1 2 3 1. Peta Kabupaten dengan ukuran
1. Peta ukuran kertas ” A 0 ” Rp. 12.000,- / lembar. 2. Peta ukuran kertas ” A 1 ” Rp. 9.000,- / lembar. 3. Peta ukuran kertas ” A 2 ” Rp. 7.000,- / lembar. 4. Peta ukuran kertas ” A 3 ” Rp. 6.500,- / lembar.
2. Peta Kecamatan dengan ukuran 1. Peta ukuran kertas ” A 0 ” Rp. 12.000, - / lembar. 2. Peta ukuran kertas ” A 1 ” Rp. 9.000, - / lembar. 3. Peta ukuran kertas ” A 2 ” Rp. 7.000, - / lembar. 4. Peta ukuran kertas ” A 3 ” Rp. 6.500, - / lembar.
3. Peta Desa dengan ukuran 1. Peta ukuran kertas ” A 0 ” Rp. 12.000, - / lembar. 2. Peta ukuran kertas ” A 1 ” Rp. 9.000, - / lembar. 3. Peta ukuran kertas ” A 2 ” Rp. 7.000, - / lembar. 4. Peta ukuran kertas ” A 3 ” Rp. 6.500, - / lembar.
4. Peta Dasar dengan ukuran 1. Peta ukuran kertas ” A 0 ” Rp. 12.000, - / lembar. 2. Peta ukuran kertas ” A 1 ” Rp. 9.000, - / lembar. 3. Peta ukuran kertas ” A 2 ” Rp. 7.000, - / lembar. 4. Peta ukuran kertas ” A 3 ” Rp. 6.500, - / lembar.
5. Peta RTRW dengan ukuran 1. Peta ukuran kertas ” A 0 ” Rp. 17.000, - / lembar. 2. Peta ukuran kertas ” A 1 ” Rp. 14.000, - / lembar. 3. Peta ukuran kertas ” A 2 ” Rp. 12.000, - / lembar. 4. Peta ukuran kertas ” A 3 ” Rp. 11.500, - / lembar.
6. Peta RDTRKw dengan ukuran 1. Peta ukuran kertas ” A 0 ” Rp. 17.000, - / lembar. 2. Peta ukuran kertas ” A 1 ” Rp. 14.000, - / lembar. 3. Peta ukuran kertas ” A 2 ” Rp. 12.000, - / lembar. 4. Peta ukuran kertas ” A 3 ” Rp. 11.500, - / lembar.
7. Peta RUTRK dengan ukuran 1. Peta ukuran kertas ” A 0 ” Rp. 22.000, - / lembar. 2. Peta ukuran kertas ” A 1 ” Rp. 19.000, - / lembar. 3. Peta ukuran kertas ” A 2 ” Rp. 17.000, - / lembar. 4. Peta ukuran kertas ” A 3 ” Rp. 16.000, - / lembar.
8. Peta RDTRK dengan ukuran 1. Peta ukuran kertas ” A 0 ” Rp. 27.000, - / lembar. 2. Peta ukuran kertas ” A 1 ” Rp. 24.000, - / lembar. 3. Peta ukuran kertas ” A 2 ” Rp. 22.000, - / lembar. 4. Peta ukuran kertas ” A 3 ” Rp. 21.500, - / lembar.
9. Peta ..........
- 2 -
1 2 3 9. Peta RTRK dengan ukuran 1. Peta ukuran kertas ” A 0 ” Rp. 32.000, - / lembar. 2. Peta ukuran kertas ” A 1 ” Rp. 29.000, - / lembar. 3. Peta ukuran kertas ” A 2 ” Rp. 27.000, - / lembar. 4. Peta ukuran kertas ” A 3 ” Rp. 26.500, - / lembar.
10. Untuk Retribusi produk peta yang dicetak warna dengan skala 1 : 50.000 dikenakan biaya sebesar Rp. 40.000,-/lembar
BUPATI SERANG,
TTD
A. TAUFIK NURIMAN
LAMPIRAN IX : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 1 Tahun 2011 Tanggal : 18 Februari 2011 Tentang : Retribusi Jasa Umum
TARIF RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS
No. Tempat Tarif 1. Rumah tangga/ sosial
Rp. 30.000,-/M3 2. Kantor/ Instansi
Rp. 50.000,-/M3 3. Perusahaan/ Hotel
Rp. 50.000,-/M3
BUPATI SERANG,
TTD
A. TAUFIK NURIMAN
LAMPIRAN X : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 1 Tahun 2011 Tanggal : 18 Februari 2011 Tentang : Retribusi Jasa Umum
TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG
No.
Jenis Retribusi
Satuan
Tera Tera Ulang Pengujian/
Pengesahan/Pembatalan
Penjustiran Pengujian/ Pengesahan
Penjustiran
1 2 3 4 5 6 7
I. BIAYA PENGUJIAN . A. UTTP
1. UKURAN PANJANG a. Sampai dengan 2 m 1) Meter dengan Pegangan buah 1.000,- - 500,- - 2) Meter meja dari bahan logam buah 2.000,- - 1.000-, - 3) Meter Saku Baja buah 1.000,- - 500,- - 4) Salib Ukur buah 4.000,- - 2.000,- - 5) Gauge Block buah 5.000,- - 5.000,- - 6) Micrometer buah 6.000,- - 6.000,- 7) Jangka Sorong buah 6.000,- - 6.000,- - b. Lebih dan 2 m sampai dengan 10 m 1) Tongkat duga buah 5.000, - 2.500,-
-
2) Meter Saku Baja buah 2.000, - 1.000,- - 3) Ban Ukur kundang depth tape buah 5.000, - 2.500,- - 4) Alat ukur tinggi orang buah 5.000, - 2.500,- - 5) Komparator buah 30.000, - 30.000, - c. Lebih dari 10 m, biaya pada huruf b
angka ini ditambah untuk setiap 10 m atau bagian atas :
1) Ban Ukur Depth tape buah 5.000,- - 2.500,- - 2) Komparator buah 20.000,- - 10.000,- -
2. ALAT UKUR PANJANG DENGAN ALAT HITUNG (COUNTER METER)
buah 10.000,-
10.000,-
3. ALAT UKUR PERMUKAAN CAIRAN (LEVEL
GAUGE)
a. Mekanik buah 50.000, 12.500,- 50.000, 12.500,- b. Elektronik buah 100.000, 25.000,- 100.000, 25.000,-
4. TAKARAN (BASAH/KERING) a. Sampai dengan 2L buah 200,- - 200,- - b. Lebih dari 2 L sampai 25 L buah 400,- - 400,- - c. Lebih dari 25 L buah 2.000,- - 2.000,- -
5. TANGKI UKUR TETAP a. Bentuk Silinder Tegak 1) Sampai dari 500 kL buah 100.000,- - 100.000,- - 2) Lebih dari 500 kL dihitung sbb: a) 500 kL pertama buah 100.000,- - 100.000,- - b) Selebihnya dari 500 kL sampai dengan 1000
kL, setiap kL buah 150,- - 150,- -
c) Selebihnya dari 1000 kL sampai dengan 2000 kL, setiap kL
buah 100,- - 100,- -
d) Selebihnya dari 2000 kL sampai dengan 10.000 kL, setiap kL
buah 80,- - 80,- -
e)Selebihnya dari 10.000 kL sampai dengan 20.000 kL, setiap kL
buah 30,- - 30,- -
f) Selebihnya dari 20.000 kL setiap kL buah 20,- - 20,- - Bagian-bagian dari kL dihitung satu kL
b. bentuk ……
- 2 -
1 2 3 4 5 6 7 b. Bentuk Silinder datar 1) Sampai dengan 500 kL buah 150.000,- - 150.000,- - 2) Lebih dari 500 kL dihitung sbb : a) 500 kL pertama buah 150.000,- - 150.000,- - b) Selebihnya dari 500 kL sampai dengan 1000
kL, setiap kL buah 200,- - 200,- -
c) Selebihnya dari 1000 kL sampai dengan 2000 kL, setiap kL
buah 150,- - 150,- -
d) Selebihnya dari 2000 kL sampai dengan 10.000 kL, setiap kL
buah 100,- - 100,- -
e) Selebihnya dari 10.000 kL sampai dengan 20.000 kL, setiap kL
buah 50,- - 50,- -
f) Selebihnya dari 20.000 kL setiap kL buah 30- - 30- - Bagian-bagian dari kL dihitung satu kL c.Bentuk bola dan Speroidal 1) Sampai dengan 500 kL buah 200.000,- - 200.000,- - 2) Lebih dari 500 kL dihitung sbb : a) 500 kL pertama buah 200.000,- - 200.000,- - b) Selebihnya dari 500 kL sampai dengan 1000
kL, setiap kL buah 250,- - 250,- -
6. TANGKI UKUR GERAK a.Tangki ukur mobil dan tangki ukur wagon 1) Kapasitas sampai dengan 5 kL buah 20.000,- - 20.000,- - 2) Lebih dari 5 kL dihitung sbb : a) 5 kL pertama buah 20.000,- - 20.000,- - b) Selebihnya dari 5 Kl setiap kL buah 2.000,- - 2.000,- - Bagian-bagian dari kL dihitung satu kL b.Tangki ukur tongkang, tangki ukur pindah dan
tangki ukur apung dan kapal
1) Kapasitas sampai dengan 50 kL buah 80.000,- - 80.000,- - 2) Lebih dari 50 kL dihitung sbb : a) 50 kL pertama buah 80.000,- - 80.000,- - b) Selebihnya dari 50 kL sampai dengan 75 kL,
setiap kL buah 1.200,- - 1.200,- -
c) Selebihnya dari 75 kL sampai dengan 100 kL, setiap kL
buah 1.000,- - 1.000,- -
d) Selebihnya dari 100 kL sampai dengan 250 kL, setiap kL
buah 700,- - 700,- -
e) Selebihnya dari 250 kL sampai dengan 500 kL, setiap kL
buah 500,- - 500,- -
f) Selebihnya dari 500 kL sampai dengan 1000 kL, setiap kL
buah 200,- - 200,- -
g)Selebihnya dari 1000 kL, setiap kL buah 50,- - 50,- -
7. ALAT UKUR DARI GELAS a.Labu ukur, buret dan pipet buah 10.000,- - - b.Belas ukur buah 6.000,- - -
8. BEJANA UKUR a.sampai dengan 50 L buah 10.000,- - 10.000,- - b.Lebih dari 50 L sampai dengan 200 L buah 20.000,- - 20.000,- - c.Lebih dari 200 L sampai dengan 500 L buah 30.000,- - 30.000,- - d.Lebih dari 500 L sampai dengan 1000 L buah 40.000,- - 40.000,- - e.Lebih dari 1000 L biaya pada huruf d angka ini
ditambah tiap 1000 L buah 10.000,- - 10.000,- -
Bagian-bagian dari 1000 L dihitung 1000 L
9. METER TAKSI buah 10.000,- - 100,- -
10. THERMOMETER buah 6.000,- - 100,- -
11. DENSIMETER buah 6.000,- - 30,- -
12. VISKOMETER buah 6.000,- - 100,- -
13. ALAT UKUR LUAS buah 5.000,- - 200.000,- -
14. ALAT UKUR ...........
- 3 -
1 2 3 4 5 6 7
14. ALAT UKUR SUDUT buah 5.000,- - 200.000,- -
15. ALAT UKUR CAIRAN MINYAK a. Meter bahan bakar minyak a.1. Meter induk
untuk setiap media uji
1) Sampai dengan 25 m3/h buah 40.000,- 16.000,- 40.000,- 16.000,- 2) Lebi h dari 25 m3/h dihitung sbb :
a. 25 m3/h pertama buah 40.000,- 16.000,- 40.000,-
16.000,-
b. Selebihnya dari 25 m3/h sampai dengan 100 m3/h, setiap m3/h buah 1.600,- 800,- 16.000,- 800,- c.Selebihnya dari 100 m3/h sampai dengan
500 m3/h, setiap m3/h buah
800,-
400.-
800,-
400.- d.Selebihnya dari 500 m3/h setiap m3/h buah 400.- 200,- 400.- 200,- Bagian-Bagian dari m3/h dihitung satu m3/h a.2.Meter Kerja Untuk setiap jenis media uji Sampai dengan 15 m3/h buah 12.000,- 6.000,- 12.000,- 6.000,- Lebih dari 15 m3/h dihitung sbb : a. 15 m3/h pertama buah 12.000,- 6.000,- 12.000,- 6.000,- b. Selebihnya dari 15 m3/h sampai dengan 100 m3/h, setiap m3/h buah 600,- - 600,- - c.Selebihnya dari 100 m3/h sampai dengan
500 m3/h, setiap m3/h buah 400,- 200,- 400,- 200,-
d.Selebihnya dari 500 m3/h setiap m3/h buah 200,- 100,- 200,- 100,- Bagian-Bagian dari m3/h dihitung satu m3/h a.3.Pompa Ukur Untuk setiap badan ukur buah 20.000,- 10.000,- 20.000,- 10.000,- 16. ALAT UKUR GAS a.Meter induk 1) Sampai dengan 100 m3/h buah 20.000,- 10.000,- 20.000,- 10.000,- 2) Lebih dari 100 m3/h dihitung sbb : a. 100 m3/h pertama buah 20.000,- 10.000,- 20.000,- 10.000,- b. Selebihnya dari 100 m3/h sampai dengan 500 m3/h, setiap m3/h buah 100,- 50,- 100,- 50,- c. Selebihnya dari 500 m3/h sampai dengan
1000 m3/h, setiap m3/h
buah
50,-
20,-
50,-
20,- d. Selebihnya dari 10.000 m3/h setiap 2000
m3/h
buah
20,-
10,-
20,-
10,- e. Selebihnya dari 2000 m3/h dihitung
setiap m3/h
buah
10,-
5,-
10,-
5,- Bagian-Bagian dari m3/h dihitung satu m3/h b. Meter Kerja 1) Sampai dengan 50 m3/h buah 2.000,- - 2.000,- - 2) Lebih dari 50 m3/h dihitung sbb : a. 50 m3/h pertama buah 2.000,- - 2.000,- - b. Selebihnya dari 50 m3/h sampai dengan 500 m3/h, setiap m3/h buah 20,- - 20,- - c. Selebihnya dari 500 m3/h sampai dengan
1000 m3/h, setiap m3/h
buah
15,- -
15,-
-
d. Selebihnya dari 10.000 m3/h setiap 2000 m3/h
buah
10,-
-
10,-
-
e.Selebihnya dari 2000 m3/h dihitung setiap m3/h
buah
5,-
-
5,-
-
Bagian-Bagian dari m3/h dihitung satu m3/h c. Meter gas Orifice dan sejenisnya (merupakan satu
system/unit alat ukur)
buah
100.000,-
50.000,-
100.000,-
50.000,- d.Perlengkapan meter gas orifice (jika diuji
tersendiri), setiap alat perlengkapan)
buah
20.000,-
10.000,-
20.000,-
10.000,- e.Pompa ukur bahan bakar gas (BBG), elpiji, untuk
setiap bahan ukur
buah
30.000,-
15.000,-
30.000,-
15.000,-
17. METER AIR …….
- 4 -
1 2 3 4 5 6 7
17. METER AIR a.Meter Induk 1) Sampai dengan 15 m3/h buah 20.000,- 10.000,- 20.000,- 10.000,- 2) Lebih dari 15 m3/h sampai dengan 100 m3/h buah 40.000,- 20.000,- 40.000,- 20.000,- 3) Lebih dari 100 m3/h buah 50.000,- 25.000,- 50.000,- 25.000,- b.Meter Kerja
1) Sampai dengan 3 m3/h buah 1.000,- 500,- 1.000,- 500,-
2) Lebih dari 3 m3/h sampai dengan 10 m3/h buah 2.000,- 1000,- 2000,- 1000,- 3) Lebih dari 10 m3/h sampai dengan 100 m3/h buah 4.000,- 2.000,- 4.000,- 2.000,- 4) Lebih dari 100 m3/h buah 10.000,- 5.000,- 10.000,- 5.000,- 18. METER CAIRAN MINUM SELAIN AIR a.Meter Induk 1). Sampai dengan 15 m3/h buah 30.000,- 15.000,- 30.000,- 15.000,- 2). Lebih dari 15 m3/h sampai dengan 100 m3/h buah 50.000,- 25.000,- 50.000,- 25.000,- 3). Lebih dari 100 m3/h buah 60.000,- 30.000,- 60.000,- 30.000,- b.Meter Kerja 1). Sampai dengan 15 m3/h buah 3.000,- 1.500,- 3.000,- 1.500,- 2). Lebih dari 15 m3/h sampai dengan 100 m3/h buah 5.000,- 2.500,- 5.000,- 2.500,- 3). Lebih dari 100 m3/h buah 12.000,- 6.000,- 12.000,- 6.000,- 19. PEMBATAS ARUS AIR buah 1.000,- 500,- 1.000,- 500,- 20. ALAT KOMPENSASI : SUHU (ATC)/TEKANAN
KOMPENSASI LAINNYA buah 20.000,- 5.000,- 20.000,- 25.000,-
21. METER PROVER a.Sampai dengan 2000 L buah 50.000,- 25.000,- 50.000,- 25.000,- b.Lebih dari 2000 L sampai dengan 10.000 L buah 100.000,- 50.000,- 100.000,- 50.000,- c. Lebih dari 10.000 L buah 150.000,- 75.000,- 150.000,- 75.000,- Meter Prover yang mempunyai 2(dua) seksi atau
lebih, maka setiap seksi dihitung sebagai satu alat ukur
22. METER ARUS MASSA
Meter Kerja Untuk setiap jenis media uji :
1). Sampai dengan 15 kg/min buah 12.000,- 6.000,- 12.000,- 6.000,- 2). Lebih dari 1 kg/min dihitung sbb :
a. 15 kg/min pertama buah 12.000,- 6.000,- 12.000,- 6.000,- b. Selebihnya dari 15 kg/min sampai dengan
100 kg/min, setiap kg/min buah 600,- - 600,- -
c. Selebihnya dari 100 kg/min sampai dengan 500 kg/min, setiap kg/min
buah 400,-
200,- 400,- 200,-
d. Selebihnya dari 500 kg/min sampai dengan 1000 kg/min, setiap kg/min
buah 200,- 100,- 200,- 100,-
e. Selebihnya dari 1000 kg/min, setiap kg/min buah 100,- 12.000,- 100,- 50,- Bagian-bagian dari kg/min dihitung satu kg/min 23. ALAT UKUR PENGISI (FILLING MACHINE) Untuk setiap jenis media 1. Sampai dengan 4 alat pengisi buah 12.000,- 4.800,- 12.000,- 4.800,- 2. Selebihnya dari 4 alat pengisi, setiap alat pengisi
buah
2.500,-
1.000,-
2.500,-
1.000,- 24. METER LISTRIK (Meter kWh) a. Meter Induk 1). 3 (tiga) phasa buah 40.000,- 15.000,- 20.000,- 7.500,- 2). 1 (satu) phasa buah 12.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- b. Meter Kerja Kelas 2 1). 3 (tiga) phasa buah 3.000,- 1.200,- 3.000,- 7.500,- 2). 1 (satu) phasa buah 1.000,- 400,- 1.000,- 400,- c. Meter Kerja Kelas 1, Kelas 0,5 1). 3 (tiga) phasa buah 5.000,- 2.000,- 5.000,- 7.500,- 2). 1 (satu) phasa buah 1.500,- 600,- 1.500,- 600,-
25. Meter energi ………….
- 5 -
1 2 3 4 5 6 7
25. Meter energi listrik lainnya, biaya pemeriksaan, pengujian, peneraan atau penera ulangnya dihitung sesuai dengan jumlah kapasitas menurut tariff pada angka 24 huruf a,b dan c
buah
-
-
-
-
26. STOP WATCH buah 2.000,- 1.000,- 2.000,- 1.000,- 27. METER PARKIR buah 6.000,- 3.000,- 6.000,- 3.000,- 28. ANAK TIMBANGAN a. Ketelitian sedang dan biasa (kelas M2 dan M3) 1). Sampai dengan 1 kg buah 300,- 100,- 200,- 100,- 2). Lebih dari 1 kg sampai dengan 5 kg buah 600,- 300,- 300,- 200,- 3). Lebih dari 5 kg sampai dengan 50 kg buah 1.000,- 500,- 500,- 300,- b. Ketelitian halus (kelas F2 dan M1) 1) Sampai dengan 1kg buah 1.000,- 500,- 500,- 300,- 2) Lebih dari 1kg sampai dengan 5kg buah 2.000,- 1.000,- 1.000,- 500,- 3) Lebih dari 5kg samapi dengan 50kg buah 5.000,- 2.500,- 2.500,- 1.000,- c. Ketelitian khusus (kelas E2 dan F1) 1) Sampai dengan 1kg buah 5.000,- 2.500,- 2.500,- 1.000,- 2) Lebih dari 1kg sampai dengan 5kg buah 7.500,- 5.000,- 5.000,- 2.500,- 3) Lebih dari 5kg samapi dengan 50kg buah 10.000,- 7.500,- 7.500,- 5.000,- 29. TIMBANGAN a. Sampai dengan 3000kg
1) Ketelitian sedang dan biasa (kelas III dan IIII)
a) Sampai dengan 25kg buah 1.500,- 500,- 1.000,- 500,- b) Lebih dari 25kg sampai dengan 150kg buah 3.000,- 1.000,- 1.500,- 1.000,- c) Lebih dari 150kg sampai dengan
500kg buah 5.000,- 2.500,- 2.500,- 1.000,-
d) Lebih dari 500kg sampai dengan 1.000kg
buah 10.000,- 5.000,- 5.000,- 2.500,-
e) Lebih dari 1.000kg sampai dengan 3.000kg
buah 20.000,- 10.000,- 10.000,- 5.000,-
2) Ketelitian halus (kelas II) a) Sampai dengan 1kg buah 20.000,- 10.000,- 10.000,- 5.000,-
b) Lebih dari 1kg sampai dengan 25kg buah 25.000,- 12.500,- 12.500,- 7.500,-
c) Lebih dari 25kg sampai dengan 100kg buah 30.000,- 15.000,- 15.000,- 7.500,- d) Lebih dari 100kg sampai dengan
1.000kg buah 40.000,- 20.000,- 20.000,- 10.000,-
e) Lebih dari 1.000kg sampai dengan 3.000kg
buah 60.000,- 30.000,- 30.000,- 15.000
3) Ketelitian Khusus (kelas I) buah 75.000,- 30.000,- 40.000,- 15.000 b. Lebih dari 3000kg 1) Ketelitian sedang dan biasa setiap ton buah 4.000,- 2.000,- 2.000,- 1.000,- 2) Ketelitian khusus dan halus setiap ton buah 5.000,- 2.500,- 3.000,- 1.500, c. Timbangan ban berjalan 1) Sampai dengan 100 ton/h buah 100.000,- 50.000,- 100.000,- 50.000,- 2) Lebih dari 100 ton/h sampai dengan 500
ton/h buah 200.000,- 100.000,- 200.000,- 100.000,-
3) Lebih dari 500 ton/h buah 300.000,- 150.000,- 300.000,- 150.000,- d. Timbangan dengan dua skala (multirange) atau
lebih dan dengan sebuah alat penunjuk yang penunjukannya dapat deprogram untuk penggunaan setiap skala timbang,biaya, pengujian,penerapan, peneraan ulangnya dihitung sesuai dengan jumlah lantai timbangan dan kapasitas masing-masing serta menurut tarif pada angka 29 a, b, dan c.
buah - - - -
30. a. Dead Weight Testing Machine 1) Sampai dengan 100kg/cm buah 5.000,- - 5.000,- 2) Lebih dari 100 kg/cm2 sampai dengan
1000kg/cm2 buah 10.000,- - 10.000,-
3) Lebih dari 1000kg/cm2 buah 15.000,- - 1.000,-
b. 1) Alat …….
- 6 -
1 2 3 4 5 6 7
b. 1) Alat Ukur Tekanan Darah buah 5.000,- 2.500,- 5.000,- 2.500,- 2) Manometer Minyak
a.Sampai dengan 100kg/cm2 buah 5.000,- 2.500,- 5.000,- 2.500,- b.Lebih dari 100kg/cm2 sampai dengan
1000kg/cm2 buah 7.500,- 3.000,- 7.500,- 2.500,-
c. Lebih dari 1000kg/cm2 buah 10.000,- 5.000,- 7.500,- 5.000,- 3) Pressure Calibrator buah 20.000,- 10.000,- 20.000,- 10.000,-
4) Pressure Recorder
a) Sampai dengan 100kg/cm2 buah 5.000,- 2.500,- 5.000,- 2.500,-
b) Lebih dan 100kg/cm2 sampai dengan 1000kg/cm
buah 10.000,- 5.000,- 10.000,- 5.000,-
c) Lebih dari 1000kg/cm2 buah 15.000,- 7.500,- 15.000,- 7.500,-
31.
PENCAP KARTU (Printer/Recorder) OTOMATIS
buah
4.000,-
2.000,-
4.000,-
2.000,-
32. METER KADAR AIR a. Untuk biji-bijian tidak mengandung minyak
setiap komoditi buah 10.000,-
5.000,- 2.500,- 1.500,-
b. Untuk biji-bijian mengandung minyak, kapas dan tekstil, setiap komoditi
buah 15.000,-
7.500,- 7.500,- 300,-
c. Untuk kayu dan komoditi lain, setiap komoditi buah 20.000,-
10.000,- 10.000,- 5.000,-
33.
Selain UTTP tersebut pada angka 1 sampai dengan 32 atau benda/barang bukan UTTP yang atas permintaan untuk diukur, ditakar, ditimbang setiap jam dan bagian dari jam dihitung 1 jam
buah
2.000
-
2.000,-
-
B. KALIBRASI ALAT-ALAT METROLOGI TEKNIS
No Penggunaan untuk Klasifikasi Tarif 1. Industri Ketelitian Tinggi 50.000,-
Ketelitian Biasa 25.000,- 2. Lain-lain 5.000,-
II. PENGGUNAAN KAWAT BDKT
No. Jenis Pengujian Besaran Tarif per jam 1. Per nominal (produk mesin) Massa 50.000,- Volume 50.000,- Hitungan 10.000,-
2. Per nominal (produk manual) Massa 10.000,- Volume 10.000,- Hitungan 5.000,-
BUPATI SERANG,
TTD
A. TAUFIK NURIMAN
LAMPIRAN XI : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 1 Tahun 2011 Tanggal : 18 Februari 2011 Tentang : Retribusi Jasa Umum
TARIF RETRIBUSI PELAYANAN PENDIDIKAN
No. JENIS RETRIBUSI TARIF 1. Registrasi Rp. 50.000,-/semester 2. Penerimaan UPP Rp. 1.165.000,-/semester 3. Ujian Tengah Semester Rp. 45.000,-/semester 4. Ujian Akhir Semester Rp. 45.000,-/semester 5. Ikatan Keluarga Mahasiswa (IKM) Rp. 25.000,-/semester 6. Praktek Rp. 250.000,-/semester 7. Sarana Asrama Rp. 15.000,-/semester
BUPATI SERANG,
TTD
A. TAUFIK NURIMAN
LAMPIRAN XII : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 1 Tahun 2011 Tanggal : 18 Februari 2011 Tentang : Retribusi Jasa Umum
TARIF RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI Tarif Retribusi ditetapkan sebesar 2 % x Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) PBB Menara Telekomunikasi.
BUPATI SERANG,
TTD
A. TAUFIK NURIMAN
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
UPT PASAR WILAYAH TENGAH
Kepala UPT
Ma’mum Dian Purnama NIP. 196405111993031007
Kasubag TU
Rosmawirna NIP. 196405111993031007
Koordinator Pasar Petir
H. Hasan
Petugas Kebersihan
1. Yusa 2. Dulmuti 3. Ro’i
Petugas Ketertiban
1. Mansur 2. M. saleh
Petugas Retribusi
1. Wahyudi 2. Teni Niteni
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Irma Yuningsih 2. NIM : 6661100789 3. Tempat & Tanggal Lahir : Tangerang, 22 Juni 1992 4. Jenis Kelamin : Perempuan 5. Berat Badan & Tinggi Badan : 47 Kg / 157 Cm 6. Usia : 23 Tahun 7. Kewarganegaraan : Indonesia 8. Alamat : Jalan KH. A. Ghazali Kp. Pabuaran RT. 13
RW. 04 Desa Tambiluk Kecamatan Petir Kabupaten Serang 42172
9. Agama : Islam 10. Nomor Telepon / HP : 087775475789 11. Email : irmayuningsih3@gmail.com Pendidikan Formal 2010-2015 : Universitas Sultan Ageng Titrayasa (Untirta)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Program Studi Ilmu Administrasi Negara
2007-2010 : SMKN 1 Kota Serang Jurusan Administrasi Perkantoran
2006-2007 : MTs Nur-El Falah Kubang Petir Serang 2004-2006 : MTs Nurul Falah Cadasari Pandeglang 1998-2004 : SDN Pajarakan Petir Kabupaten Serang Prestasi Pemenang Dana Hibah Program Kreatifitas Mahasiswa Tingkat Nasional
(PKM) Bidang Kewirausahaan - Dikti Tahun 2011 Pemenang Dana Kewirausahaan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW)
Untirta Tahun 2011 Pemenang Dana Kewirausahaan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW)
Untirta - Tahun 2012 Penerima Beasiswa PPA/BBM Untirta Tahun 2011-2014
top related