porto kegawatan
Post on 03-Apr-2018
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 Porto Kegawatan
1/19
PORTOFOLIO
KASUS KEGAWATAN
KEJANG DEMAM
Oleh:
dr. Lolla Samiah
RSUD PANDANARANG BOYOLALI
2012
-
7/28/2019 Porto Kegawatan
2/19
Berita Acara Presentasi Portofolio
Pada hari Kamis tanggal 10 Mei 2012 Telah di Presentasikan Portofolio, oleh:
Nama : Lolla Samiah
No. ID peserta : 2011.011.04.19 UNSOED
Dengan Judul/ topik : Kejang Demam
No.ID dan Nama Pendamping : dr.Siti Nur Rohmah
No.ID dan Nama Wahana : RSUD Pandanarang Boyolali
No Nama Peserta No. ID Peserta Tanda Tangan
1. Ajeng Destara W 2011. 011. 04.03. UNSOED
2. Lita Hati Dwi P. E 2011. 011. 04.07. UNSOED
3. Tri Subiantoro 2011. 011. 04.18. UNSOED
4. Lolla Samiah 2011. 011. 04.19. UNSOED
5. Dini Anggini 2011. 011. 04.27. UNSOED
Berita Acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan sesungguhnya
Pendamping,
(dr.Siti Nur Rohmah)
No. ID:
-
7/28/2019 Porto Kegawatan
3/19
KASUS 3
No.ID dan Nama Peserta : 2011.011.04.19 UNSOED/ dr.Lolla Samiah
No.ID dan Nama Wahana : RSUD Pandanarang Boyolali
Topik : Kejang demam
Tanggal (kasus) : 14 Februari 2012
Nama Pasien : An. Muh Alil BB: 10 kg (No. RM: 06179573)
Tanggal presentasi : 10 Mei 2012
Tempat presentasi : RSUD Pandanaranag Boyolali
Pendamping : dr.Siti Nur Rohmah
Obyek presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan
pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja
Dewasa Lansia Ibu Hamil
Deskripsi : Anak perempuan, usia 1 tahun 3 bulan datang dengan keluhan kejang
berulang disertai demam dan batuk. Tidak ada riwayat kejang
sebelumnya dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam.
Tujuan : Manajemen kegawatan
Bahan bahasan : Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas : Diskusi Presentasi&diskusi Email Pos
-
7/28/2019 Porto Kegawatan
4/19
Data Utama untuk bahan diskusi
Diagnosis kerja/Gambaran klinis : Kejang demam
Pasien datang ke IGD dengan keluhan kejang. Pasien mengalami kejang pertama pada
tangan kiri selama + 3 menit kemudian sadar dan menangis. Dalam perjalalan menuju IGD
pasien mengalami kejang kembali seluruh tubuh, tangan dan kaki kaku, dan mata melirik
ke atas. Kejang tetap berlangsung setelah pasien sampai di RS, kejang berlangsung selama
10 menit.
Satu hari sebelum masuk rumah sakit pasien panas, batuk, tidak pilek. Ibu mengatakan
anak masih mau makan dan minum. Tidak ada riwayat mimisan, gusi berdarah, maupun
BAB berwarna hitam. BAB dan BAK normal seperti biasa, tidak mencret, dan air kencing
berwarna kuning jernih.
Pemeriksaan Fisik:
KU : tidak menangis, kejang seluruh tubuh BB : 10 kg ; Pb : 76 cm Vital Sign : Nadi 120x, RR 32x, t 39C. Kepala : CA -/-, SI -/-, nafas cuping hidung -/-, Kaku Kuduk (-) Leher : otot bantu pernafasan -/-, faring hiperemis (+) Thorax : simetris, retraksi ()
Wheezing inspirasi -/-, RBK -/-, RBH -/-
Abdomen : dalam batas normal Ekstremitas : akral hangat, ptekie (-), RF (+)n /(+) n , RP -/-
Riwayat pengobatan : (-)
Riwayat kesehatan/penyakit : Tidak ada riwayat kejang yang disertai demam sebelumnya dan
tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.
Riwayat keluarga : Tidak ada keluarga yang mengalami kejang tanpa demam,
Ayah pasien pernah mengalami kejang saat demam sewaktu
kecil
Riwayat pekerjaan : (-)
Riwayat imunisasi : ibu pasien mengaku bayi di imunisasi lengkap dibidan
Lain-lain : (-)
-
7/28/2019 Porto Kegawatan
5/19
Daftar Pustaka:
1. UKK neurologi IDAI. Konsensus penatalaksanaan kejang demam. 2006. Jakarta: BadanPenerbit IDA
2. IDAI. Pedoman Pelayanan Medis Jilid I. 2010. Jakarta: Badan Penerbit IDA3. Staf Pengajar IKA FKUI. Buku Ajar Kesehatan Anak. 1995. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Hasil Pembelajaran:
- Diagnosis Kejang Demam- Penatalaksanaan Kejang Demam
-
7/28/2019 Porto Kegawatan
6/19
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio Kejang Demam (Kasus Kegawatan)
1. Subyektif (Allowanamnesis)Pasien datang ke IGD dengan keluhan kejang. Pasien mengalami kejang
pertama pada tangan kiri selama + 3 menit kemudian sadar dan menangis. Dalam
perjalalan menuju IGD pasien mengalami kejang kembali seluruh tubuh, tangan dan
kaki kaku, dan mata melirik ke atas. Kejang tetap berlangsung setelah pasien sampai
di RS, kejang berlangsung selama 10 menit.
Satu hari sebelum masuk rumah sakit pasien panas, batuk, tidak pilek. Ibu
mengatakan anak masih mau makan dan minum. Tidak ada riwayat mimisan, gusi
berdarah, maupun BAB berwarna hitam. BAB dan BAK normal seperti biasa, tidak
mencret, dan air kencing berwarna kuning jernih.
Tidak ada riwayat kejang yang disertai demam sebelumnya dan tidak ada
riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.
2. ObyektifKU : tidak menangis, kejang seluruh tubuh
BB : 10 kg; Pb: 76cm
Vital Sign : Nadi 120x, RR 32x, t 39C
Kepala : CA -/-, SI -/-, nafas cuping hidung -/-, Kaku Kuduk (-)
Leher : otot bantu pernafasan -/-, faring hiperemis (+)
Thorax : simetris, retraksi ()
Wheezing inspirasi -/-, RBK -/-, RBH -/-
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : akral hangat, ptekie (-), RF (+)n /(+) n , RP -/-
Darah : Hb : 13 g/dl
Lekosit : 6.700 / L
Hematokrit : 37 %
Eritrosit : 4,09 jt/ml
Trombosit : 345.000 /L
-
7/28/2019 Porto Kegawatan
7/19
3. Assessment : Kejang demam kompleks e.c faringitis akutkeluhan kejang berulang, seluruh tubuh disetai panas dan batuk dan tidak adanya
riwayat kejang yang disertai demam sebelumnya ataupun riwayat kejang tanpa
demam sebelumnya disertai hasil pemeriksaan fisik mengarah kepada kejang demam
kompleks e.c faringitis akut
4. PlanDiagnosis:
Diagnosis kerja pada pasien ini adalah Kejang demam kompleks e.c faringitis akut.
Untuk mendapat diagnosis yang pasti dibutuhkan EEG atau pemeriksaaan cairan
serebrospinal
Penangan :
Pkl 16.00 (saat datang) : O2 1-2 liter/menit Nasal kanul pediatric
Diazepam rectal 5 mg
Pkl 16.05 Evaluasi : anak menagis, kejang berhenti
IVFD RL 10 tpm makro
Inj. Diazepam 3 mg iv jika kejang
Paracetamol syr 3x1 cth
Pkl 17.15 Evaluasi: Anak kejang kembali, seluruh tubuh
Inj. Diazepam 3 mg iv
Pkl 17.20 Evaluasi: Anak menangis, Kejang berhenti (kejang + 3 menit)
Awasi keadaan umum dan vital sign
Konsul dr.sp.A jika kejang terjadi kembali
Konsultasi : -
Rujukan : -
Kontrol :
no kegiatan Periode Hasil yang diharapkan
1. Anamnesis Setiap hari dilakukan Keluhan berkurang
2. Pemeriksaan Fisik Setiap hari dilakukan Keadaaan umum baik,
tidak kejang
3. Laboratorium - -
-
7/28/2019 Porto Kegawatan
8/19
PEMBAHASAN
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rectal di atas 380C) yang disebakan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan
penyakit yang paling sering dijumpai di bidang neurologi khususnya anak. Kejang demam
terjadi pada 2%-4% dari populasi anak yang berusia 6 bulan hingga 5 tahun. Kejang demam
dibagi menjadi 2 yakni kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. 80% dari
kasus kejang demam merupakan kejang demam sedehana sedangkan 20% kasus adalah
kejang demam komplek. 8% berlangsung lama yakni lebih dari 15 menit. 16% berulang
dalam waktu 24 jam.
Kejang demam terjadi pada 2-4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa
Barat, sedangkan di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kejang demam seringkali terjadi pada usia
6 bulan-3 tahun dengan insidensi tertinggi pada usia 18 bulan. Sekitar 6-15% terjadi pada
usia lebih 4 tahun.
Kejang pertama terbanyak terjadi antara usia 18-23 bulan, dimana anak laki-laki lebih
sering mengalami kejang demam. Bila kejang demam sederhana yang pertama terjadi pada
usia kurang dari 12 bulan, maka resiko kejang demam kedua 50%. Dan bila kejang demam
sederhana pertama terjadi pada usia 12 bulan/ lebih, maka resiko kejang demam kedua
menjadi 30%. Setelah kejang demam pertama, 2-4% anak akan berkembang menjadi epilepsi
dan ini 4 kali resikonya dibanding dengan populasi umum.
I. DEFINISIKejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rectal di atas 380 celcius) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Nilai
ambang kejang antara suhu (38,8 - 41,4)0C. Biasanya terjadi pada anak berusia 6 bulan
sampai dengan 5 tahun.
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam
kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berusia
kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam.
Bila anak berusia kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang
didahului demam, perlu dipikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau
epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.
-
7/28/2019 Porto Kegawatan
9/19
II. PATOFISIOLOGIUntuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan
suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang
terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan
melalui fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Melalui
proses oksidasi glukosa dipecah menjadi CO2 dan air.
Sel neuron dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam
adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal, membran sel
dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion (Na+)
dan elektrolit lainnya, kecuali ion (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi ion Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terjadi sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat
perbedaan potensial yang disebut sebagai potensial membran dari sel neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim
Na-K ATP-ase yang terdapat di permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini
dapat dirubah oleh adanya perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular, rangsangan
yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari
sekitarnya, dan perubahan pathofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.
Demam adalah meningkatnya suhu tubuh diatas nilai normal (35,8-37,2)0C
dalam rentang waktu tertentu. Demam merupakan salah satu keluhan dan gejala yang
paling sering terjadi pada anak dengan penyebab berupa infeksi dan non infeksi. Paling
sering penyebabnya adalah infeksi, dalam hal ini adalah infeksi saluran nafas disusul
dengan infeksi saluran cerna pada anak-anak.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 10 celsius akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak
usia 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan pada orang
dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi
perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat
terjadi difusi dari ion K+ maupun ion Na+ melalui membran tersebut, dengan akibat
akan terjadi lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga
dapat meluas ke seluruh sel maupun ke sel-sel tetangganya melalui bantuan
neurotransmitter dan terjadilah kejang.
-
7/28/2019 Porto Kegawatan
10/19
Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda. Tergantung dari ambang
kejang yang dimilikinya, seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.
Pada anak yang memiliki ambang kejang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38 0C
dan pada anak yang memiliki batas ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi
pada suhu 400C atau lebih. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa terulangnya
kejang demam lebih sering tejadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam
penanggulangannya perlu diperhatikan pada suhu berapa penderita kejang.
-
7/28/2019 Porto Kegawatan
11/19
III. MANIFESTASI KLINISTerjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan
kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh proses infeksi di luar
susunan saraf pusat. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu
demam, berlangsung singkat dan dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik,
tonik, klonik, fokal atau akinetik.
Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi
reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan
terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf.
IV. KLASIFIKASIKejang demam memiliki 2 bentuk yakni kejang demam kejang demam
sederhana dan kejang demam komplek. 80% dari kasus kejang demam merupakan
kejang demam sederhana sedangkan 20% kasus adalah kejang demam komplek.
Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure) menurut Livingstone
memiliki beberapa kriteria, yakni:
1. Terjadi pada usia 6 bulan4 tahun2. Lama kejang singkat kurang dari 15 menit3. Sifatnya kejang umum, tonik dan atau klonik4. Umunya berhenti sendiri dan pasien segera sadar5. Kejang timbul pada 16 jam pertama setelah timbulnya demam6. Tanpa adanya gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam7. Tidak ada kelainan neurologi sebelum dan setelah kejang8. Frekuensi kejang kurang dari 4x dalam 1 tahun9. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan adanya kelainan
Kejang Demam Komplek(Complex Febrile Seizure) memiliki ciricirri gejala
klinis sebagai berikut:
1. Kejang berlangsung lama lebih dari 15 menit2. Sifat kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum yang didahului oleh suatu
kejang parsial
3. Kejang berulang atau terjadi lebih dari 1 kali dalam 24 jam
-
7/28/2019 Porto Kegawatan
12/19
Menurut Livingstone, kejang demam komplek digolongkan sebagai epilepsi
yang diprovokasi oleh demam. Kejang tipe ini mempunyai suatu dasar kelainan yang
menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetus
saja.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama, lebih dari
15 menit, biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan
energi untuk kontraksi otot skelet yang pada akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea,
asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial, disertai
denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh yang makin meningkat, disebabkan
oleh meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak
meningkat.
Rangkaian peristiwa diatas adalah penyebab rusaknya neuron otak selama
berlangsung kejang yang lama. Faktor terpenting adalah terjadinya gangguan peredaran
darah yang menyebabkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan
timbulnya edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang
berlangsung lama, dapat terjadi serangan epilepsi yang spontan. Sehingga, kejang
demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan antomis di otak hingga
terjadi epilepsi.
V. Pemerikasaan dan DiagnosisPenegakan diagnosa kejang demam dapat diperoleh melalui beberapa langkah
yakni anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang terdiri dari
laboratorium dan pencitraan jika diperlukan.
1. AnamnesaAnamnesa adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik
langsung pada pasien (autoanamnesis) atau kepada orang tua atau sumber lain
(aloanamnesis) misalnya wali atau pengantar. Dalam anamnesa khususnya pada
penyakit anak dapat digali data data yang berhubungan dengan kejang demam
meliputi:
a. Identitas Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, nama orang tua,alamat, umur penndidikan dan pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa.
-
7/28/2019 Porto Kegawatan
13/19
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, epidemiologi kejang demam lebih
banyak terjadi pada anak laki-laki pada usia 6 bulan sampai dengan 5 tahun.
b. Riwayat Penyakit. Pada riwayat penyakit perlu ditanyakan keluhan utama danriwayat perjalanan penyakit. Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang
menyebabkan pasien dibawa berobat. Pada riwayat perjalanan penyakit
disusun cerita yang kronologis, terinci, dan jelas mengenai keadaan kesehatan
pasien sejak sebelum ada keluhan sampai anak dibawa berobat. Bila pasien
mendapat pengobatan sebelumnya, perlu ditanyakan kapan berobat, kepada
siapa, obat yang sudah diberikan, hasil dari pengobatan tersebut, dan riwayat
adanya reaksi alergi terhadap obat. Pada kasus kejang demam, perlu digali
informasi mengenai demam dan kejang itu sendiri. Pada setiap keluhan
demam perlu ditanyakan berapa lama demam berlangsung; karakteristik
demam apakah timbul mendadak, remitten, intermitten, kontinou, apakah
terutama saat malam hari, dsb. Hal lain yang menyertai demam juga perlu
ditanyakan misalnya menggigil, kejang, kesadaran menurun, merancau,
mengigau, mencret, muntah, sesak nafas, adanya manifestasi perdarahan, dsb.
Demam didapatkan pada penyakit infeksi dan non infeksi. Dari anamnesa
diharapkan kita bisa mengarahkan kecurigaan terhadap penyebab demam itu
sendiri. Pada anamnesa kejang perlu digali informasi mengenai kapan kejang
terjadi; apakah didahului adanya demam, berapa jarak antara demam dengan
onset kejang; apakah kejang ini baru pertama kalinya atau sudah pernah
sebelumnya (bila sudah pernah berapa kali (frekuensi per tahun), saat anak
umur berapa mulai muncul kejang pertama); apakah terjadi kejang ulangan
dalam 24 jam, berapa lama waktu sekali kejang. Tipe kejang harus ditanyakan
secara teliti apakah kejang bersifat klonik, tonik, umum, atau fokal.
Ditanyakan pula lamanya serangan kejang, interval antara dua serangan,
kesadaran pada saat kejang dan setelah kejang. Gejala lain yang menyertai
juga penting termasuk panas, muntah, adanya kelumpuhan, penurunan
kesadaran, dan apakah ada kemunduran kepandaian anak. Pada kejang
demam juga perlu dibedakan apakah termasuk kejang demam sederhana atau
kejang suatu epilepsi yang dibangkitkan serangannya oleh demam
(berdasarkan kriteriaLivingstone).
c. Riwayat Kehamilan. Ibu Perlu ditanyakan kesehatan ibu selama hamil, adaatau tidaknya penyakit, serta upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi
-
7/28/2019 Porto Kegawatan
14/19
penyakit. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu, merokok, minuman
keras, konsumsi makanan ibu selama hamil.
d. Riwayat Persalinan. Perlu ditanyakan kapan tanggal lahir pasien, tempatkelahiran, siapa yang menolong, cara persalinan, keadaan bayi setelah lahir,
berat badan dan panjang badan bayi saat lahir, dan hari-hari pertama setelah
lahir. Perlu juga ditanyakan masa kehamilan apakah cukup bulan atau kurang
bulan atau lewat bulan. Dengan mengetahui informasi yang lengkap tentang
keadaan ibu saat hamil dan riwayat persalinan anak dapat disimpulkan
beberapa hal penting termasuk terdapatnya asfiksia, trauma lahir, infeksi
intrapartum,dsb yang mungkin berhubungan dengan riwayat penyakit
sekarang, misalnya kejang demam.
e. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan. Perlu digali bagaimana statuspertumbuhan anak yang dapat ditelaah dari kurva berat badan terhadap umur
dan panjang badan terhadap umur. Data ini dapat diperoleh dari KMS atau
kartu pemeriksaan kesehatan lainnya. Status perkembangan pasien perlu
ditelaah secara rinci untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan. Pada
anak balita perlu ditanyakan perkembangan motorik kasar, motorik halus,
sosial-personal, dan bahasa
f. Riwayat Imunisasi. Apakah penderita mendapat imunisasi secara lengkap,rutin, sesuai jadwal yang diberikan. Perlu juga ditanyakan adanya kejadian
ikutan pasca imunisasi
g. Riwayat Makanan. Makanan dinilai dari segi kualitas dan kuantitasnyah. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita. Pada kejang demam perlu
ditanyakan apakah sebelumnya pernah mengalami kejang dengan atau tanpa
demam, apakah pernah mengalami penyakit saraf sebelumnya.
i. Riwayat Keluarga. Biasanya didapatkan riwayat kejang demam pada keluargalainnya (ayah, ibu, atau saudara kandung), oleh sebab itu perlu ditanyakan
riwayat familial penderita.
2. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik dibagi menjadi 2 yakni pemeriksaan umum dan
pemeriksaan sistematis. Penilaian keadaan umum pasien antara lain meliputi kesan
keadaan sakit pasien (tampak sakit ringan, sedang, atau berat); tanda tanda vital
pasien (kesadaran pasien, nadi, tekanan darah, pernafasan, dan suhu tubuh); status
-
7/28/2019 Porto Kegawatan
15/19
gizi pasien; serta data antropometrik (panjang badan, berat badan, lingkar kepala,
lingkar dada).
Selanjutnya dilanjutkan dengan pemeriksaan sistematik organ dari ujung
rambut sampai ujung kuku untuk mengarahkan ke suatu diagnosis. Pada
pemerikasaan kasus kejang demam perlu diperiksa faktor faktor yang berkaitan
dengan terjadinya kejang dan demam itu sendiri. Demam merupakan salah satu
keluhan dan gejala yang paling sering terjadi pada anak dengan penyebab bisa
infeksi maupun non infeksi, namun paling sering disebabkan oleh infeksi. Pada
pemeriksaan fisik, pasien diukur suhunya baik aksila maupun rektal. Perlu dicari
adanya sumber terjadinya demam, apakah ada kecurigaan yang mengarah pada
infeksi baik virus, bakteri maupun jamur; ada tidaknya fokus infeksi; atau adanya
proses non infeksi seperti misalnya kelainan darah yang biasanya ditandai dengan
dengan pucat, panas, atau perdarahan.
Pemeriksaaan kejang sendiri lebih diarahkan untuk membedakan apakah
kejang disebabkan oleh proses ekstra atau intrakranial. Jika kita mendapatkan
pasien dalam keadaan kejang, perlu diamati teliti apakah kejang bersifat klonik,
tonik, umum, atau fokal. Amati pula kesadaran pasien pada saat dan setelah kejang.
Perlu diperiksa keadaan pupil; adanya tanda-tanda lateralisasi; rangsangan
meningeal (kaku kuduk, Kernig sign, Brudzinski I, II); adanya paresis, paralisa;
adanya spastisitas; pemeriksaan reflek patologis dan fisiologis.
3. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang terdiri dari:
a. pemeriksaan laboratorium. pemeriksaan rutin tidak dianjurkan, kecuali untukmengevaluasi sumber infeksi/ mencari penyebab (darah tepi, elektrolit, dan
gula darah).
b. pemeriksaan radiologi. Foto X-ray kepala dan neuropencitraan CT scan atauMRI tidak rutin dan hanya dikerjakan atas indikasi.
c. pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS). Tindakan pungsi lumbal untukpemeriksaan CSS dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil, klinis meningitis tidak jelas, maka
tindakan pungsi lumbal dikerjakan dengan ketentuan sebagai berikut:
- bayi < 12 bulan : diharuskan- bayi antara 12-18 bulan : dianjurkan- bayi > 18 bulan : tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda meningitis
-
7/28/2019 Porto Kegawatan
16/19
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu lumbal pungsi.
d. Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG). Pemeriksaan EEG tidak dapatmemprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan kejadian
epilepsi pada pasien kejang demam,oleh sebab itu tidak direkomendasikan,
kecuali pada kejang demam yang tidak khas (misalnya pada kejang demam
komplikata pada anak usia > 6 tahun atau kejang demam fokal).
VI. Penatalaksanaan KejangPenatalaksanaan kejang demam meliputi penanganan pada saat kejang dan
pencegahan kejang:
a. Penanganan Pada Saat KejangBiasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada saat datang ke
tempat pelayanan kesehatan, kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan
kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang
diberikan secara intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali secara perlahan
dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 2 menit dengan dosis maksimal
20 mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan kepada orang tua atau di rumah
adalah diazepam rektal dengan dosis 0,5 - 0,75 mg/kgBB/kali atau diazepam rektal
5 mg untuk anak berat badan di bawah 10 kg dan 10 mg untuk anak dengan berat
badan diatas 10 kg. Atau diazepam rectal dengan dosis 5 mg untuk anak di bawah 3
tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak usia di atas 3 tahun.
Kejang yang tetap belum berhenti dengan diazepam rektal dapat diulang lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila 2 kali dengan
diazepam rektal masih kejang, dianjurkan orang tua untuk segera ke rumah sakit.
Dan disini dapat dimulai pemberian diazepam intravena dengan dosis 0,3 0,5
mg/kgBB/kali. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenithoin secara iv
dengan loading dose 10-20 mg/kgbb/kali dengan kecepatan 1 mg/kgbb/menit atau
kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti, selanjutnya diberikan dosis rumatan
4-8 mg/kgbb/hari (12 jam setelah pemberian loading dose). Bila kejang belum
berhenti, maka pasien harus dirawat di ruang intensif. Bila kejang telah berhenti,
pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demamnya dan faktor
resikonya apakah kejang demam sederhana atau kejang demam kompleks.
-
7/28/2019 Porto Kegawatan
17/19
b. Turunkan DemamAntipiretik pada saat kejang dianjurkan walaupun tidak ditemukan bukti
bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang demam.
Dosis asetaminofen yang digunakan berkisar 10-15 mg/kgbb/kali diberikan
4 kali sehari dan tidak boleh diberikan lebih dari 5x per hari. Dosis ibuprofen 5-
10mg/kgbb/kali diberikan 3-4x per hari.
Asetaminofen dapat menyebabkan sindroma Reye terutama pada anak
kurang dari 18 bulan, meskipun jarang. Parasetamol 10 mg/kgbb sama efektifnya
dengan ibuprofen 5 mg/kgbb dalam menurunkan suhu tubuh (Van Esch A dkk,
1995). Kompres anak dengan suhu > 39 0C dengan air hangat, suhu > 38 0C
dengan air biasa.
c. AntikonvulsanPemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kgbb setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan resiko berulangnya kejang (1/3 s.d 2/3 kasus). Begitu pula dengan
diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgbb setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C.
Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel, dan sedasi
yang cukup berat pada 25-39% kasus. Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin
pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.
d. Pengobatan Penyebab. Antibiotik diberikan sesuai indikasi dengan penyakitpenyebabnya.
e. Penanganan supportif lainnya. Meliputi bebaskan jalan nafas, pemberian oksigen,menjaga keseimbangan air dan elektrolit, pertahankan keseimbangan tekanan darah
VII. PragnosaApabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi:
a. Kejang demam berulangKejang demam akan terjadi kembali pada sebagian kasus. Faktor resiko
terjadinya kejang demam berulang adalah:
- riwayat kejang demam dalam keluarga- usia kurang dari 15 bulan- temperatur yang rendah saat kejang- cepatnya kejang saat demam
-
7/28/2019 Porto Kegawatan
18/19
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulang 80% sedangkan bila
tidak terdapat faktor tersebut hanya 10% - 15% kemungkinan berulang.
Kemungkinan berulang adalah pada tahun pertama.
b. EpilepsiFaktor resiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor resiko
menjadi epilepsi adalah
- kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demampertama
- kejang demam kompleks- riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
Masing-masing faktor resiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi
sampai 4-6%. Kombinasi dari faktor resiko tersebut meningkatkan kemungkinan
epilepsi 10-49%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan
pemberian obat rumat pada kejang demam
c. Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan
VIII. Pemberian obat rumatPengobatan rumatan hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri
sebagai berikut (salah satu):
- kejang > 15 menit- adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang misalnya
hemiparesis, cerebral palsy, retardasi mental, dan hidrosephalus.
- Kejang fokalPengobatan rumat dipertimbangkan apabila
Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam Kejang demam terjadi pada bayi kurang 12 bulan Kejang demam 4 kali per tahun
Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang > 15 menit merupakan indikasi
pengobatan rumat. Kelainan neurologis tidak nyata misalnya keterlambatan
perkembangan ringan bukan merupakan indikasi. Kejang fokal atau fokal menjadi
umum menunjukkan bahwa anak mempunyai fokus organik.
-
7/28/2019 Porto Kegawatan
19/19
Terapi rumat kejang demam dibedakan menjadi pencegahan berkala
(intermitten) dan pencegahan kontinu. Pencegahan berkala diperuntukkan bagi kejang
demam sederhana, diberikan pada saat anak menderita penyakit yang disertai demam,
berupa diazepam 0,3 mg/kgbb/dosis per oral dan antipiretika. Pencegahan kontinu
diperuntukkan bagi kejang demam komplek, berupa asam valproat 15-40
mg/kgbb/hari per oral dibagi menjadi 2-3 dosis. Pengobatan rumat kejang demam
diberikan sampai1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama
1-2 bulan
IX. Edukasi pada Orang TuaKejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat
kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal.
Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara:
1. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya benign2. Memberikan cara penanganan kejang3. Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali4. Terapi memang efektif mencegah rekurensi tetapi memiliki efek samping5. Tidak ada bukti bahwa terapi akan mengurangi kejadian epilepsi
Beberapa hal yang harus dikerjakan orang tua di rumah bila anak kembali kejang:
1. Tetap tenang dan tidak panik2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher3. Bila tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit
jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut
4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang5. Tetap bersama pasien selama kejang6. Berikan diazepam rektal selama kejang. Dan jangan diberikan jika kejang telah
berhenti
7. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih.
top related