pkp_mat
Post on 04-Jul-2015
773 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BILANGAN ROMAWI MENGGUNAKAN
MEDIA KARBILNA PADA SISWA KELAS IV SDN BATOK 01 KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN
SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Mohamad Ridwan1
Abstrak
Pembelajaran matematika pada siswa kelas IV SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun pada materi bilangan romawi selama ini masih berpusat pada guru., belum menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik maupun karakteristik mata pelajaran yang disampaikan. Selain itu, faktor dari kinerja guru yang belum maksimal dan kurangnya keterlibatan serta aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran mengakibatkan minat dan hasil belajar siswa yang belum sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa menggunakan media KARBILNA yaitu berupa Kartu Bilangan Warna pada materi bilangan romawi yang diajarkan di dalam kelas. Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran selama dua siklus dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi pada setiap siklusnya, minat dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I, minat belajar siswa sebesar 33% meningkat pada siklus II menjadi 42%. Tingkat keberhasilan belajar siswa dilihat dari nilai rata-rata kelas pada siklus I meningkat dari 61,82(62%) menjadi 67,64 (68%). Selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat lagi menjadi 87,27 (87%). Dengan menggunakan media KARBILNA dapat meningkatkan minat dan hasil belajar matematika materi bilangan rimawi pada siswa kelas IV SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014.
Kata Kunci: Matematika, Minat dan Hasil Belajar Siswa, Media Belajar Karbilna
PENDAHULUAN
Kinerja guru dan aktifitas siswa dalam keterlibatnnya pada saat proses pembelajaran
berlangsung di dalam kelas, memiliki dampak pada minat dan hasil belajar siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Kinerja guru dan aktifitas siswa serta minat belajar siswa yang
tinggi akan mempunyai dampak pada ketuntasan hasil belajar siswa yang sesuai dengan
KKM yang ditetapkan. Sebaliknya, jika kinerja guru dan aktifitas siswa serta minat siswa
dalam proses pembelajaran kurang maka hasil belajar siswapun tidak optimal dan proses
pembelajaran tidak tuntas. Keadaan nyata yang tejadi di lapangan membuktikan bahwa
kinerja guru, aktifitas dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, serta minat yang
kurang mengakibatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Batok 01 pada mata pelajaran
matematika materi bilangan romawi tidak tuntas. Jika merujuk pada Undang-undang nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 20 bahwa pembelajaran
1 Mahasiswa Program S1 PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Terbuka, NIM 824363388, Email: ridwan.poerbo.sapoetro@gmail.com
2
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar, maka hal ini belum secara keseluruhan terwujud dalam kegiatan KBM
yang ada khususnya pada siswa kelas IV SDN Batok 01 pada mata pelajaran matematika
materi biolangan romawi.
Dari hasil tes individu pada saat ulangan harian materi bilangan romawi tersebut, nilai
rata-rata siswa masih dibawah KKM yang ditetapkan yaitu nilai 70 yaitu sebesar 61,82.
Dari 11 siswa yang ada pada kelas IV diketahui sebanyak 3 siswa (27%) tuntas dalam
pembelajaran, sebaliknya sebanyak 8 anak (73%0 tidak tuntas dan masih dibawah KKM
yang ditetapkan. Ketidaktuntasan hasil belajar tersebut setelah dilakukan refleksi,
diakibatkan karena minat belajar siswa rendah, tidak menggunakan media belajar, model
pembelajaran yang monoton dan bersifat konvensional dalam hal ini guru sebagai pusat
pembelajaran serta kinerja guru yang asal mengajar dan aktifitas siswa dalam
keterlibatannya pada proses pembelajaran masih kurang. Dengan kondisi demikian maka,
pada perbaikan pembelajatan yang dilakukan selama 2 siklus, pembelajaran matematika
pada materi bilangan romawi siswa kelas IV digunakan media KARBILNA untuk
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Fokus penelitian pada minat dan hasil belajar
siswa serta meningktkan faktor pendukunya seperti kinerja guru dan aktifitas siswa.
Karbilna singkatan dari Kartu Bilangan Warna yaitu berupa potongan kartu berwarna
pasangan yang terdiri dari angka romawi dan angka asli. Dengan cara memasangkan sesuai
dengan warnanya dan penggunaannya dengan cara bermain maka diharapkan minat dan
hasil belajar siswa dapat meningkat.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah 1) Apakah dengan media KARBILNA dapat
meningkatkan minat belajar siswa kelas IV SDN Batok 01 pada pelajaran matemetika
bilangan romawi?, 2) Apakah dengan media belajar KARBILNA dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IV SDN Batok 01 pada pelajaran matemetika bilangan romawi? . Tujuan
dari penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran
didalam kelas, mendiskripsikan dan menganalisa minat dan hasil belajar siswa pada
pelajaran matemtika bilangan romawi, meningkatkan minat belajar serta hasil belajar siswa
kelas IV SDN Batok 01 pada mata pelajaran matematika materi bilangan romawi dari nilai
rata-rata kelas 61,82 menjadi nilai sesuai dengan KKM atau lebih besar dari KKM yang
ditentukan yaitu 70 dengan menggunakan media Karbilna. Adapun manfaat dari penelitian
ini bagi siswa untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran, minat belajar
siswa dan hasil belajar siswa. Bagi guru sebagai tolak ukur dalam peningkatan kinerjanya
3
sebagai pendidik, meningkatkan profesionalitas, dan sebagai acuan dalam penelitian
selanjutnya. Bagi sekolah untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan yang ada, dan
sebagai referensi bagi guru lain dalam melaksanakan penelitian.
KAJIAN PUSTAKA
Minat Belajar
Adanya suatu kemauan atau minat pada diri seorang siswa, akan membantu
tercapainya sebuah tujuan yang diharapkan. Begitu juga dengan minat belajar yang ada
pada diri siswa atau peserta didik. Tanpa adanya minat, maka sebaliknya sesuatu yang
diharapkan itu tidak akan tercapai dengan hasil yang baik. Minat belajar siswa merupakan
faktor internal dari diri siswa sendiri. Karena dengan adanya minat, maka kemauan dan
keinginan untuk belajar pun ada. Sehingga dengan mengikuti suatu proses pembelajaran
yang diiringi dengan minat tinggi, maka hasil belajar juga akan mendapatkan hasil yang
optimal.
Seperti yang diungkapkan oleh Soediyanto, (dikuitp oleh Pramono Tukimin;
2001), menyebutkan bahwa minat adalah suatu keinginan atau keadaan dimana seseorang
menaruh perhatian pada seseuatu dan disertai hasrat untuk mengetahu, memperlajari dan
membuktikannya. Lebih lanjut Slameto dalam Anik Pujiati dan Nurhayati ( 2012),
menyatakan bahwa minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu
hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Dengan kata lain, minat merupakan suatu rasa
lebih senang dalam diri seseorang dalam memberikan perhatian yang lebih besar terhadap
objek tertentu. Dari pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa minat
belajar adalah suatu keinginan atau kemauan seorang siswa untuk melakukan kegiatan
belajar. Jika siswa mempunyai minat belajar yang tinggi maka secara tidak langsung
membawa pengaruh pada nilai hasil belajar siswa.
Terkait dengan penelitian yang dilaksanakan selaam dua siklus pada proses
pembelajaran matematika materi bilangan romawi pada siswa kelas IV SDN Batok 01
Kecamatan Gemarang KabupatenMadiun Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014, maka
minat belajar siswa diteliti dan diamati berdasarkan hasil angket yang telah dibagikan
kepada siswa. Dengan berbagai pernyataan positif dan negatif, maka dapat diketahui sejauh
mana minat siswa tersebut dalam mengikuti proses pebelajaran matematika materi bilangan
romawi menggunakan media belajar berupa Karbilna dengan hasil skor yang diperoleh dari
pengisian angket tersebut.
Hasil Belajar
4
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pada penelitian ini yang menjadi
fokus perbaikan adalah minat dan hasil belajar siswa. Adanya minat belajar siswa yang
tinggi maka hasil beajar siswapun juga akan meningkat. Hasil belajar diperoleh pada saat
siswa mengikuti proses pembelajaran atau telah menerima materi pelajaran kemudian
diadakan suatu tes atau evaluasi baik secara kelompok maupun invidu berupa tes tulis atau
tes non tulis. Tes tulis bisa diberikan berupa kumulan soal-soal yang terkait dengan materi
pelajaran, sedangkan tes non tulis dapat berupa pertanyaan lisan dari guru ataupun
pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil belajar siswa
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa tersebut dalam mengikuti atau menerima
materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru.
Hasil belajar berhubungan juga dengan penguasaan materi yang harus dimiliki
oleh siswa maupun guru sebagai seorang pengajar dan pelaku proses pembelajaran di dalam
kelas. Karena tanpa penguasaan materi yang baik, tentunya hasil belajar akan tidak
memuaskan. Menurut Dimyati dan Mudjiono ( 1999), hasil belajar merupakan hal yang
dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat
sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat
terselesikannya bahan pelajaran.
Oemar Hamalik dalam Isriyanto ( 2010 ), hasil belajar adalah bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Belajar dan mengajar merupakan
konsep yang tidak bisa dipisahkan. Bellajar merujuk pada apa yang harus dilakukan
seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang
seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang
dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi
interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja
harus bisa mendapatkan hasil dan bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya
intervensi orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima
perlakukan dari pengajar (guru),
Dari uraian dan pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah hasil penilaian guru terhadap siswa setelah siswa menjalani berbagai uji
kompetensi terkait hasil pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru, sedangkan hasil
5
belajar siswa bisa berupa instrumen tes tulis baik kelompok maupun individu, tes lisan,
observasi dan sebagainya. Dalam penelitian perbaikan pembelajatan ini, maka hasil belajar
siswa didasarkan pada perolehan penilaian atau skor akhir dari tes tertulis yang diberikan
oleh peneliti atau guru setelah menyampaikan materi pembelajaran matematika materi
bilangan romawi.
Karakteristik Matematika
Pelajaran matematika oleh sebagian siswa masih dianggap sebagai mata pelajaran
yang menyulitkan dan menakutkan. Banyak hasil belajar setelahnya mendapatkan hasil
yang belum memuaskan. Dari nilai evaluasi yang masih dibawah KKM, minat belajar yang
kurang, atau kurang pahamnya siswa terhadap materi yang disampaikan. Jika dilihat dari
sudut pandang mata pelajaran matemtika sendiri, maka mata pelajaran matematika
sebenarnya merupakan mata pelajaran yang dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari –
hari. Namun kenyataanya banyak orang yang tidak menyadari bahkan para peserta didik
seklipun. Siswa atau peserta didik terpaku pada rumus atau simbol – simbol yang bersifat
abstrak. Yang membutuhkan penjelasan dan contoh yang konkret sehingga mudah diterima
dan dipahami oleh siswa atau peserta didik. Oleh sebab itu maka mata pelajaran matemtika
mempunyai karakteritik atau ciri khusus yang membedakan antara mata pelajaran
matemtika dan mata pelajaran lainnya.
Musetyo (2013) menyatakan bahwa matematika mempunyai ciri – ciri yaitu a)
abstrak, b) dedukif, c) konsisten, d) hierarkis dan d) logis. Lebih jauh Sumardyono (2004)
menyebutkan bahwa matemtika mempunyai karakteristik sebagai a) memiliki kajian objek
yang abstrak, b) bertumpu pada kesepakatan, c) berpola pikir deduktif, d) konsisten dalam
sistemnya, e) memiliki simbol yang kosong dari arti, f) memperhatikan semesta
pembicaraan. Dengan demikian maka matematika dapat disimpulkan sebagai mata
pelajaran yang bersifat abstrak, konsisten, deduktif, konsiten dan memiliki simbol – sombol
dari arti. Sehingga pada pembelajaran matemtika khususnya di jenjang sekolah dasar
memerlukan sebuah strategi dan model pembelajaran yang mudah diserap dan dipahami
oleh peserta didik
Mengenal Bilangan Romawi
Bilangan romawi terdiri dari 7 angka dasar bilangan romawi yaitu terdiri dari huruf
alphabet I, V, X, L, C, D, dan M. Masing – masing simbol tersebut memiliki arti simbol
numerik yaitu 1, 5, 10, 50, 100, 500 dan 1.000. Bilangan romawi saat ini sering dipakai.
Misalnya pada tulisan Abad XXI artinya jika dibaca adalah abad ke 21. Banyak sekali
6
angka – angka romawi, namun pada umumnya yang digunakan untuk pembelajaran di
sekolah dasar adalah 7 buah angka dasar romawi sperti yang diuraikan diatas. Seperti
peneliti kutip dari http://www.bimbingan.org/sejarah-tentang-angka-romawi.htm (diakses
pada tanggal 31 maret 2014) disebutkan bahwa sejarah tentang angka romawi tidak lepas
dari peradaban romawi itu sendiri. Awal penggunaan angka tersebut dari bangsa Etruscan.
Lebih lanjut, Sumardyono (2013) menyatakan bahwa sistem angka romawi tidak mengenal
angka nol dan tidak menggunakan nilai tempat. Oleh sebab itu maka, guru herus benar –
benar memanfaatkan media belajar alat peraga dengan baik dan sesuai dengan materi yang
disampaikan. Sehingga siswa dengan mudah untuk menerima penjelasan guru. Selain itu
guru juga harus bisa menguasai materi sebelum disampaikan kepada siswa.
Menyatakan Bilangan Cacah ke Bilangan Romawi atau Sebaliknya
Dalam pembelajaran angka romawi di kelas 4 sekolah dasar seperti yang sesuai
dengan standar kompetensi dan kompetsni dasar serta indikatornya maka bilangan romawi
disampaikan dengan menyatakan bilangan cacah ke bilangan romawi atau sebaliknya.
Selain itu siswa kelas IV SD diharapkan dapat mengapilkasikannya dalam kehidupan sehari
– hari. Aturan – aturan yang berlaku dalam menyatakan bilangan asli ke romawi dan
sebaliknya yaitu dengan tiga aturan yang berlaku, yaitu a) aturan penjumlahan, b) aturan
Pengurangan, dan c) aturan Gabungan.
Aturan penjumlahan, yaitu angka romawi tidak boleh berjajar maksimal 3 angka
yang sama. Contoh 30, maka bilangan asli tersebut dijabarkan dari bilangan dasar yaitu 10
+ 10 + 10 = X + X + X = XXX. Sebaliknya untuk aturan pengurangan pada bilangan
romawi berlaku , jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di kiri, maka
lambang-lambang Romawi tersebut dikurangkan. Pengurangan paling banyak satu angka.
Contoh : 69, maka angka tersebut dijabarkan terlebih dulu menjadi 50 + 10 + 9. 50 = L, 10
= X dan 9 berasal dari 10 – 1 = X – I. Maka di bilangan romawi menjadi LXIX. Kemudian
untuk aturan gabungan dalam bilangan romawi terdiri dari 2 aturan, yaitu penjumlahan dan
pengurangan. Didahuukan untuk bilangan romawi yang besar kemudian dijumlahkan
dengan gabungan bilangan pengurangan. Contoh :
MCMXCVII = M + ( M – C ) + ( C – X ) + V + I + I
= 1000 + ( 1000 – 100 ) + ( 100 – 10 ) + 5 + 1 + 1
= 1000 + 900 + 90 + 5 + 1 + 1
= 1997
Media Belajar / Media Pembelajaran
7
Pengertian Media Belajar
Media belajar sangat diperlukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membantu
menyampaikan sebuah materi pelajaran. Oleh karena pemilihan media belajar yang sesuai
dengan materi belajar dan karakteritik peserta didik sangat diperhatikan. Sehingga tidak
terjadi kesalahan dan kesulitan dalam menggunakannya. Dalam penggunaan media belajar
dapat digunakan berbagai alat peraga sesuai dengan materi dan mata pelajaran yang ingin
disampaikan. Media belajar dapat berupa buku teks pelajaran, alat peraga, atau audio visual.
Tergantung bagaima guru memilih dan menerapkan media tersebut untuk pembelajaran di
dalam kelas. Alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran yang diartikan sebagai
semua benda (dapat berupa manusia, objek atau benda mati) sebagai perantara di mana
digunakan dalam proses pembelajaran (Sitanggang, 2013:4).
Lebih lanjut Sukayati dan Suhajana (2009) menyatakan bahwa media pembelajaran
diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran.
Berdasar fungsinya media dapat berbentuk alat peraga dan sarana. Dalam penyampaian
suatu mata pelajaran di kelas, masih banyak para yang tidak menggunakan alat perga
sebagai media pembelajaran. Masih banyak juga para guru yang menggunakan pengelolaan
kelas secara klasikal. Artinya, semua siswa diperlakukan sama untuk menerima materi
pembelajaran. Dari uraian dan pendapat beberapa ahli diatas, maka media pembelajaran
atau media belajar adalah suatu alat bantu yang digunakan untuk guru dalam
memyampaikan sebuah materi pelajaran agar siswa atau peserta didik mampu menerima
serta tercapai tujuan pembelajaran yang disampaikan.
Media Belajar Karbilna
Alat peraga ini merupakan salah satu alat peraga matematika yang dikembangkan
dari kartu bilangan. Penggunaan alat peraga kartu bilangan pada mata pelajaran matematika
sangat efektif. Karbilna ini mudah dibuat dan didesain sesuai dengan kebutuhan guru untuk
mengajar. Selain itu karbilna membantu mengingat dan menghafal bilangan romawi dengan
mudah dan dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran. Tidak memerlukan waktu
banyak dalam menyusunnya. Kartu Bilangan Warna atau peneliti menyebutnya dengan
Karbilna, merupakan sebuah alat peraga yang digunakan untuk menyampaikan materi
pokok bilangan romawi pada mata peajaran matemtika untuk siswa kelas IV SDN Batok 01
Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun semester II tahun pelajaran 2013/2014.
Untuk langkah – langkah membuat 1 set Karbilna adalah sebagai berikut:
1. Siapkan potongan kertas berwarna ukuran 8 x 5 cm. Setiap warna terdiri 8 potongan.
8
2. Warna bisa disesuaikan dengan kebutuhan, misal merah, kuning, hijau, biru, abu – abu,
putih, orange.
3. Setiap warna mewakili bilangan dasar romawi dan bilangan aslinya.
4. Kemudian setiap warna dibagi menjadi 8 bagian, masing – masing 4 bagian untuk
bilangan aslinya dan 4 bagian untuk bilangan romawi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat jumlah kartu untuk setiap siswa pada tabel berikut :
Tabel 1. Jumlah Kartu Setiap Siswa
No WarnaBilangan Jumlah
kartuRomawi Asli
1 Coklat I 1 82 Abu-abu V 5 83 Violet/Ungu X 10 84 Kuning L 50 85 Merah C 100 86 Hijau D 500 87 Biru muda M 1000 8
JUMLAH KARTU 56
Gambar 1. Contoh Karbila
Adapun langkah-langlah dalam pelaksanaan proses pembelajaran matematika
dengan menggunakan media Karbilna ini adalah :
1. Membagi kelas dalam beberapa kelompok, 3 – 5 kelompok. Satu kelompok 4 – 5
siswa.
2. Guru menjelaskan terlebih dahulu konsep bilangan romawi dengan mengenalkan dasar
bilangan romawi serta aturan – aturan yang berlaku.
3. Guru membagikan Karbilna yang telah dipisahkan antara bilangan romawi dengan
bilangan aslinya.
4. Guru memberikan contoh bilangan romawi.
5. Guru meminta siswa untuk mengubah ke bilangan asli dari bilangan romawi tersebut.
9
6. Dengan menggunakan Karbilna, guru melibatkan siswa untuk mencari bilangan
romawi dalam kartu.
7. Kemudian siswa diminta menyusun angka romawi yang sudah terdapat di Karbilna
seperti yang dituliskan oleh guru.
8. Siswa diminta untuk mencari kartu bilangan asli dengan memperhatikan warna yang
sama dengan kartu bilangan romawi.
9. Dari susunan kartu bilangan asli tersebut, guru meminta siswa untuk menjumlahkan
atau mengurangi sesuai dengan aturan penjumlahan, pengurangan dan gabungan.
10. Dari urutan tersebut guru menjelaskan kepada siswa untuk membaca bilangan asli atau
sebaliknya dengan benar.
Langkah – langkah pembelajaran diatas dapat disesuaikan menurut kondisi dan
situasi kelas yang ada. Kelebihan dari media Karbilna ini selain murah dan mudah, siswa
merasa senang dan gembira pada saat mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas. Selain
itu, media belajar ini dapat mengasah ketrampilan dan kreatfitas siswa dalam berpikir.
Sedangkan kelemahan dari media belajar Karbilna ini antara lain membutuhkan banyak
kertas warna, tidak dapat digunakan pada materi pelajaran lain, mudah rusak dan sobek dan
perlu penjelasan dengan benar dari guru sebelum digunakan.
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Penelitian perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media Karbilna ini
dilaksanakan dengan subyek penelitian sejumlah 11 siswa yang terdiri dari 5 siswa laki-laki
dan 6 siswa perempuan. Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan pada siswa
kelas IV SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun pada semester II tahun
pelajaran 2013/2014 selama 2 bulan dimulai pada bulan Maret – April 2014. Penelitian
terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2014 dan siklus II
dilaksanakan pada tanggal 03 April 2014. Pada penelitian ini guru berkolaborasi dengan
teman sejawat sebagai observator yang akan membantu mengamati, merefleksikan serta
menyimoulkan hasil penelilitian.
Prosedur penelitian mengacu pada penelitian tindakan kelas (PTK) dengan
menggunakan beberapa tahapan yaitu 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi dan 4)
refleksi. Pada tahap perencanaan, guru bersama dengan teman sejawat menetapkan topik
dan bahasan serta materi yang akan diajarkan. Dalam penelitian ini materi yang akan
disampaikan sesuai dengan pokok permasalahan yaitu pada materi biangan romawi.
Selanjutnya, guru bersama dengan teman sejawat menentukan model dan media
10
pembelajaran, menentukan waktu pelaksanaan tindakan, menyusun materi ajar, menyusun
instrumen penilaian dan menetapkan kriteria keberhasilan atau ketuntasan, serta
penyusunan RPP untuk pedoman pelaksanaan pembelajaran. pada tahapan tindakan terdiri
dari kegiatan tatap muka, observasi dan evaluasi. Kemudian pada tahap observasi dilakukan
analisis data sesuai dengan instrumen yang telah disusun sebelumnya. Langkah terakhir
yaitu refleksi, melakukan kajian terkait semua kejadian-kejadian yang mengakibatkan
berhasil atau tidaknya perbaikan pembelajaran dan menyimpulkan hasil penelitian tersebut.
Data yang dikumpulkan menggunakan instrumen observasi yaitu untuk mengamati
kinerja guru dan aktifitas siswa dalam mengikuti proses pembelaharan di dalam kelas.
Kinerja guru diobservasi dan dicatat dengan menggunakan lembar pengamatan kinerja guru
yang terdiri dari 6 aspek mewakili 18 indikator yang ada. Kriteria guru didasarkan pada
prosentase kemunculan indikator dengan kriteria kurang, cukup, baik dan amat baik.
Indikator keberhasilan yang ingin dicapai yaitu kinerja guru baik atau amat baik. Kriteria
kinerja guru dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Prosentase Kriteria Kinerja Guru
Skala Prosentase Sebutan
< 61 % Kurang
61 % - 70 % Cukup
71 % - 80 % Baik
> 80 % Amat Baik
Aktifitas siswa dicatat pada lembar observasi aktifitas siswa dengan 10 indikator yang
ada. Kriteria keberhasilan yang digunakan adalah dengan menggunakan rata-rata skor hasil
pengamatan. Pengamatan aktifitas siswa dinilai pada berapa jumlah siswa yang melakukan
aktifitas setiap indikator yang ada. Indikator pengamatan yang dimaksud yaitu, 1) siswa
memperhatikan penjelasan guru, 2) siswa mengikuti perintah guru dengan baik, 3) siswa
aktif dalam diskusi kelompok, 4)siswa aktif dalam menjawab pertanyaan yang
disampaikan, 5) siswa aktif dalam bertanya kepadaguru, 6) kerjasama siswa dalam
kelompok, 7) siswa sunguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran dengan metode
yang digunakan oleh guru, 8)tanggung jawab, disiplin dan jujur dalam proses
pembelajaran, 9) siswa disiplin dalam kehadiran, ketepatan waktu dan pengerjaan tugas,
dan 10) menanggapi dan menguraikan pendapat atas hasil kerja teman kelompok. Kriteria
11
penilian atau penskoran terhadap indikator adalah skor 1 jika siswa aktif berjumlah
kurang dari 5 anak, skor 2 jika siswa aktif berjumlah 6 – 7 anak, skor 3 jika siswa aktif
berjumlah 8 – 10 anak, dan skor 4 jika siswa aktif berjumlah > 10 anak. Sedangkan
kriteria yang digunakan untuk mengukur aktifitas siswa yaitu rendah, cukup, tinggi dan
sangat tinggi. Indikator keberhasilan yang ingin dicapai yaitu aktifitas siswa tinggi atau
sangat tinggi. Kriteria aktifitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Kriteria Aktifitas Siswa
No Rata – rata Keterangan keaktifan siswa1 1,00 – 1,99 Rendah2 2,00 – 2,99 Cukup3 3,00 – 3,99 Tinggi4 4,00 Sangat Tinggi
Instrumen penilaian minat siswa menggunakan lembar angket yang diberikan kepada
siswa setelah pembelajaran selesai. Penilaian angket didasarkan pada skor rata-rata hasil
perhitungan angket setiap siswa kemudian dimabil rata-rata kelas. Adapun kriteria yang
digunakan untuk mengukur minat siswa yaitu sangat rendah, rendah, cukup, tinggi dan
sangat tinggi. Kriteria minat siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Kriteria Minat Siswa
NoNilai
Rata – Rata% Keterangan
1 1.00 - 1.99. < 20% - 39% Sangat Rendah2 2.00 - 2.99 40% - 59% Rendah3 3.00 - 3.99 60% - 79% Cukup4 4.00 - 4.99 80% - 99 % Tinggi5 5.00 100% Sangat Tinggi
Sedangkan untuk mengukur ketuntasan belajar siswa digunakan lembar tes individu
sebanyak 10 soal. Dari hasil nilai setiap siswa kemudian dijumlahkan dan dimabil nilai rata-
rata kelas dengan kriteria jika nilai rata-rata kelas > (lebih besar atau sama dengan) KKM
yaitu 70, maka pembelajaran dinyatakan tuntas. Adapun kriteria penilaian untuk tes
individu seperti pada tabel berikut :
Tabel 5. Kriteria Penilaian Tes Individu
NO SOAL
PENILAIAN SKOR
A 1 – 5 Benar dan Lengkap 3
12
Benar tidak lengkap 2 Salah 1 Tidak dijawab 0 SKOR MAKSIMAL A 15B
6 – 10 Benar 2 Salah 1 Tidak Dijawab 0 SKOR MAKSIMAL B 10
NILAI AKHIR ( A + B ) X 4 100
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian Siklus I
Kinerja Guru
Pada perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I, hasil observasi yang
telah dicatat pada lembar pengamatan kinerja guru didapatkan hanya 8 indikator atau
sebesar 44% yang muncul, sedangkan 10 indikator atau sebesar 56% belum nampak. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini,
Tabel 6. Jumlah Kemunculan Indikator Kinerja Guru
Siklus I
No Aspek yang dinilaiJml Indikator
yg Muncul%
Jml IndikatorTidak Muncul
%
1 Penguasaan Materi 2 11% 1 6%2 Sistematika penyajian 2 11% 1 6%3 Penerapan Metode 1 6% 2 11%4 Penggunaan Media 1 6% 2 11%5 Performance 2 11% 1 6%6 Pemberian Motivasi 0 0% 3 17% Jumlah 8 44% 10 56%
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa penerapan metode, penggunaan media dan
pemberian motifasi perlu ditingkatkan. Begitu juga dengan penguasaan materi, sistematika
penyajian, serta performance guru juga lebih ditingkatkan. Dengan demikian maka hasil
kinerja guru pada siklus I kinerja guru masih kurang dan belum sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan
Aktifitas Siswa
13
Faktor pendukung lainnya dalam penelitian ini adalah aktifitas siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran di dalam kelas. Hasil rata-rata skor yang diperoleh berdasarkan lembar
pengamatan aktifitas siswa adalah sebesar 2,30. Skor rata-rata tersebut berada pada kriteria
cukup. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat hasil skor setiap indikator pada tabel berikut :
Tabel 7. Jumlah Indikator sesuai Perolehan Skor
Siklus I
No Skor ∑ Indikator1 1 12 2 53 3 44 4 0
Jml 10
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa dari 10 indikator, yang mendapatkan skor 3 artinya
jumlah siswa yang melakukan aktifitas sesuai dengan indikator sebanyak 8 -10 siswa, hanya
4 indikator saja yaitu indikator 3, 8, 9 dan 10. Sedangkan 6 indikator lainnya perlu
ditingkatkan. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan yaitu aktifitas siswa tinggi atau sangat
tinggi, maka pada siklus I ini aktifitas siswa belum sesuai dengan kriteria dan perlu
peningkatan pada siklus selanjutnya.
Minat Belajar Siswa
Salah satu pokok permasalahn pada penelitian ini adalah pada minat belajar siswa.
Pada pembelajaran siklus I, minat siswa berdasarkan angket yang telah dibagikan dan
kemudian direkapitulasi dan diambil rata-rata secara klasikal mendapat skor rata-rata
sebesar 3,32 atau 33% dengan kriteria cukup. Dari skor rata-rata tersebut dapat dirinci
sebanyak 5 siswa ( 45 %) mendapatkan nilai rata-rata 2.00 – 2.99 dengan kriteria rendah, 4
siswa ( 36% ) mendapatkan nilai rata – rata 3,00 – 3.99 dengan kriteria cukup, sedangkan
yang mendapatkan nilai Tinggi dengan nilai 4.00 – 4.99 hanya 2 anak (18%). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Jumlah Perolehan Rata – Rata Minat per Siswa
Siklus I
NoNilai
Rata – RataKeterangan Jml %
1 1.00 - 1.99. Sangat Rendah 0 0%2 2.00 - 2.99 Rendah 5 45%3 3.00 - 3.99 Cukup 4 36%
14
4 4.00 - 4.99 Tinggi 2 18%5 5.00 Sangat Tinggi 0 0%
Berdasarkan tabel diatas maka minat siswa perlu ditingkatkan agar memenuhi kriteria tinggi
atau sangat tinggi dengan rentang skor rata-rata 4.00 – 5.00.
Hasil Belajar Siswa
Pokok permasalah kedua pada penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah terkait
dengan hasil belajar siswa. Dengan media Karbilna, maka pada pembelajaran siklus I ini
hasil belajar dari 11 siswa sebanyak 4 anak (36%) sudah sesuai dengan KKM yang
ditetapkan atau sudah tuntas. Sebaliknya sebanyak 7 anak (64%) masih di bawah KKM
yang ditetapkan atau tidak tuntas. Hasil yang dicapai tersebut kemudian direkapitulasi dan
diambil rata-rata seluruh kelas mendapatkan nilai sebesar 67,64 atau sebesar 68%,
meningkat sebanyak 5,82 atau sebesar 5,64% dari nilai pra siklus yaitu 61,82. Dari hasil
rata-rata kelas tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pada siklus I pembelajaran belum
tuntas dan perlu perbaikan pada siklus II. Hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 9. Jumlah Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Siklus I
No KetuntasanJml
Siswa%
1 Tuntas ( Nilai > 70 ) 4 siswa 36 %2 Tidak Tuntas ( nilai < 70 ) 7 siswa 64 %
Jumlah 11 Siswa 100 %
Berdasarkan refleksi yang telah dilakukan oleh guru dan teman sejawat, bahwa
ketidaktuntasan hasil belajar siswa serta minat siswa yang cukup hal ini dikarenakan kinerja
guru dalam proses mengajar belum maksimal. Guru masih menjadi pusat pembelajaran bagi
siswa dan hanya menggunakan media belajar tidak melibatkan siswa. Dari kinerja guru
tersebut aktifitas siswapun masih kurang. Walaupun siswa terlihat sungguh dalam
mengikuti pembelajaran tetapi masih banyak siswa yang belum memperhatikan penjelasan
guru dengan baik, masih banyak siswa yang bergurau dengan temannya, serta aktifitas
dalam kelompok juga masih kurang. Siswa belum sepenuhnya berinetraksi dengan guru
dalam hal menjawab pertanyaan ataupun mengajukan pertanyaan kepada guru. Begitu juga
dengan aktifitas siswa dalam menanggapi dan mengutarakan hasil pekerjaan, belum nampak
pada proses pembelajaran siklus I.
15
Hasil Penelitian Siklus II
Kinerja Guru
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka diadakan perbaikan pembelajaran pada
siklus II. Dimulai dengan kinerja guru pada saat proses pembelajaran di dalam kelas, hasil
pengamatan atau observasi yang telah dilakukan dan dicatat dalam instrumen pengamatan
kinerja guru oleh teman sejawat menunjukan bahwa kinerja guru mengalami peningkatan
dibanding dengan proses pembelajaran pada siklus I. Dari 6 aspek yang mewakili 18
indikator penilaian kinerja guru, tercatat sebanyak 17 indikator (94%) sudah muncul atau
nampak pada kinerja guru. Sebaliknya hanya 1 indikator (6%) tidak nampak dan perlu
perbaikan untuk pembelajaran berikutnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 10. Jumlah Kemunculan Indikator Kinerja Guru
Siklus II
No Aspek yang dinilaiJml Indikator
Muncul%
Jml IndikatorTidak Muncul
%
1 Penguasaan Materi: 3 17% 0 0%2 Sistematika penyajian: 3 17% 0 0%3 Penerapan Metode: 3 17% 0 0%4 Penggunaan Media: 3 17% 0 0%5 Performance: 2 11% 1 6%6 Pemberian Motivasi: 3 17% 0 0% JUMLAH 17 94% 1 6%
Berdasarkan hasil seperti dalam tabel diatas, sudah nampak semua indikator muncul
pada perbaikan pembelajaran siklus II. Namun, hanya ada 1 indikator yang pada aspke
performance yang belum muncul dan perlu diperbaiki untuk proses pembelajaran
selanjutnya. Sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, maka kinerja guru pada siklus II
ini amat baik.
Aktifitas Siswa
Faktor pendukung berikutnya adalah aktifitas siswa. Pada proses pembelajaran siklus
II ini, aktifitas siswa setelah diamati atau dilakukan observasi serta dicatat dengan
menggunakan lembar pengamatan aktifitas siswa yang dilakukan oleh teman sejawat
mendapatkan skor rata-rata sebesar 3,30 dengan perincian seperti pada tabel berikut :
Tabel 11. Jumlah Indikator sesuai Perolehan Skor
16
Siklus II
No Skor ∑ Indikator1 1 02 2 23 3 34 4 5
Jml 10
Dari hasil pada tabel diatas terlihat 3 indikator yang mendapatkan skor 3, artinya
jumlah siswa yang melakukan aktifitas sesuai dengan indikator sebanyak 8-10 siswa.
Sedangkan 5 indikator mendapatkan skor 4, artinya seluruh siswa melakukan aktfitas sesuai
dengan indikator tersebut, dan hanya dua indikator yang dilakukan oleh 6-7 siswa. Dengan
hasil skor rata-rata tersebut, maka sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, aktifitas
siswa tinggi dalam proses pembelajaran siklus II.
Minat Belajar Siswa
Mengacu pada siklus I, maka pokok permasalahan pada penelitian ini yang pertama
adalah minat siswa. Berdasarkan hasil angket yang telah dibagikan kepada siswa dan telah
direkapitulasi, maka minat siswa mendapatkan nilai rata-rata skor sebesar 4,17. Dari hasil
tersebut dapat dirinci bahwa 11 siswa yang ada sebanyak 0 siswa (0%) mempunyai minat
sangat rendah, sebanyak 1 siswa (9%) mempunyai minat rendah, sebanyak 2 anak (18%)
mempunyai cukup, 7 anak (64%) mempunyai minat tinggi dan 1 anak (9%) mempunyai
minat sangat tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 12. Jumlah Perolehan Rata – Rata Minat per Siswa
Siklus II
NoNilai
Rata rataKeterangan
Siklus II
Jml %1 1.00 - 1.99. Sangat Rendah 0 0%2 2.00 - 2.99 Rendah 1 9%3 3.00 - 3.99 Cukup 2 18%4 4.00 - 4.99 Tinggi 7 64%5 5.00 Sangat Tinggi 1 9%
JUMLAH 11 100%
Mengacu pada tabel diatas, maka minat siswa pada proses pembelajaran siklus II ini sudah
tinggi, sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
17
Hasil Belajar Siswa
Pokok permasalahan kedua yang diperbaiki pada siklus II ini adalah hasil belajar
siswa dalam proses pembelajaran matematika bilangan romawi dengan menggunakan media
Karbilna. Hasil yang diperoleh setalah dilakukan tes individu seperti halanya pada siklus I,
dari 11 siswa sebanyak 10 siswa (91%) mendapatkan nilai > KKM (70) atau tuntas.
Sebalinya sebanyak 1 siswa (9%) masih dibawah KKM tidak tuntas karena faktor lain dan
memang mempunyai prestasi belajar rendah serta perlu bimbingan khusus. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat jumlah ketuntasan belajar siswa pada tabel berikut :
Tabel 13. Jumlah Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Siklus II
No Uraian Jml %
1 Tuntas ( Nilai > 70 ) 10 Siswa 91%
2 Tidak Tuntas ( nilai < 70 ) 1 Siswa 9%
Jumlah 11 100 %Dengan melihat jumlah ketuntasan belajar siswa tersebut, dan nilai rata-rata kelas yang
telah sesuai dengan KKM yang ditentukan yaitu > 70, maka hasil belajar siswa pada siklus
II dinyatakan tuntas.
Dari hasil refleksi yang telah dilakukan oleh teman sejawat dan guru, keberhasilan
atau ketuntasan hasil belajar siswa serta minat belajar siswa yang tinggi disebabkan karena
adanya peningkatkan kinerja guru pada siklus II walaupun ada kinerja guru yaitu pada
performance yang harus lebih ditingkatkan dan diperbaiki untuk pembelajaran berikutnya.
Selain itu aktifitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sudah tinggi, dengan
banyaknya siswa yang melakukan aktifitas sesuai dengan indikator yang ada yaitu antara 7
hingga 11 anak sudah aktif. Sehingga kinerja guru yang baik dan aktifitas siswa yang tinggi
menghasilkan minat belajar siswa yang tinggi dan hasil belajar siswa yang tuntas.
Pembahasan
Proses perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I ini dengan
meggunakan media belajar kartu biilangan warna pada mata pelajaran matemtika materi
bilangan romawi, dinilai dari instrumen yang terdiri lembar pengamatan kinerja guru,
lembar pengamatan aktifitas siswa, lembar angket minat belajar siswa dan hasil belajar
siswa. Kinerja guru, yang diamati dan dipantau selama proses pembelajaran berlangsung
oleh observer menggunakan lembar pengamatan kinerja guru, jika dilihat dari hasil analisis
18
menunjukkan bahwa kinerja guru belum begitu memuaskan. Catatan atau hasil pengamatan
menunjukkan bahwa dari 18 indikator yang mewakili 6 aspek belum sepenuhnya muncul
atau ada. Hal ini disebabkan dari kurangnya perencanaan dan kesiapan dari berbagai hal
pada guru sebelum mengajar. Terdapat 8 indikator saja, sebaliknya 10 indikator belum ada.
Namun setelah diadakan perbaikan pada siklus II dengan perencanaan yang baik,
penyusunan perangkat pembelajaran ( RPP, Materi, Media belajar), dan strategi mengajar,
maka dapat dilihat bahwa kinerja guru sudah mengalami peningkatan dan jauh lebih baik
dari siklus sebelumnya. Pada siklus II ini, berdasarkan 18 indikator yang menjadikan tolak
ukur dalam observasi menunjukkan bahwa semua indikator yang mewakili 6 aspek semua
telah muncul atau ada. Akan tetapi pada siklus II ini, masih ada beberapa hal yang perlu
diperbaiki lagi untuk pembelajaran selanjutnya. Salah satu contohnya adalah kesesuaian
waktu antara pembelajaran dan jadwal yang telah ada. Sehingga dengan waktu yang sesuai
dan cukup selain dapat mencapai tujuan yang diinginkan juga tidak akan mengurangi jam
pelajaran pada mata pelajaran lain. Dengan munculnya 18 indikator sesuai dengan lembar
pegamatan dan hasil observasi, maka pada siklus II ini kinerja guru tidak perlu diadakan
perbaikan, dan siklus II dinyatakan sebagai siklus pemantapan.
Tabel 14. Kemunculan Indikator Kinerja Guru per Siklus
No Indikator Siklus I Siklus II1 Ada 8 172 Tidak Ada 10 1
Aktifitas siswa pada pembelajaran sikkus I berdasarkan hasil lembar pengamatan
mendapatkan rata-rata skor sebesar 2,30 dengan kriteria cukup. Maka, berdasarkan kriteria
yang ditentukan aktifitas siswa belum maksimal dan perlu diperbaiki dan ditingkatkan pada
siklus II. Dengan menggunakan media belajar yang sama, dan kinerja guru yang lebih baik
ternyata pada siklus II akifitas siswa meningkat. Terlihat dari hasil observasi yang
dilakukan dengan memakai lembar pengamatan, mendapatkan skor rata-rata sebesar 3,30.
Dengan demikian pada siklus II aktifitas siswa meningkat sebesar 43,5 % dari siklus I.
Rata-rata tersebut jika dikonversikan dengan tabel kriteria, maka aktitifitas siswa pada
siklus II ini sudah tinggi.
Sesuai dengan target yang ingin dicapai peneliti untuk aktifitas siswa dalam proses
pembelajaran ini, maka pada siklus II ini aktifitas siswa sudah sesuai dengan harapan.
Dengan demikian siklus II untuk aktifitas siswa merupakan siklus pemantapan dan tidak
perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
19
Tabel 15. Rata-rata Skor Aktifitas Siswa per Siklus
No Pembelajaran Rata -Rata Skor Keterangan
1 Siklus I 2,30 Cukup
2 Siklus II 3,30 Tiggi
Minat belajar siswa yang dapat dilihat dari hasil angket, pada siklus I setelah di
rekapitulasi mendapatkan skor rata-rata sebesar 3,32 dengan krieria rendah. Kemudian
setelah diadakan perbaikan pada siklus II dengan menggunakan media belajar berupa kartu
bilangan warna, minat siswa meningkat sebesar 26% dari siklus I menjadi 4,17 dengan
kriteria tinggi. Dapat dilihat bahwa minat siswa dengan menggunakan media kartu bilangan
warna pada pembelajaran matematika materi bilangan romawi menjadi lebih baik.
Peningkatan minat belajar siswa ini, tentunya akan membawa dampak atau pengaruh pada
hasil belajar siswa.
Tabel 16.Rata-rata Skor Minat Siswa per Siklus
Pembelajaran
Skor Rata Rata
Keterangan
Kenaikan
Siklus I 3,32 Cukup26%
Siklus II 4,17 Tinggi
Grafik 1. Rata-rata Skor Minat Siswa per Siklus
Hasil belajar siswa setelah siklus II juga mengalami kenaikan perolehan nilai tes
individu dibanding dengan pra siklus dan siklus I. Jika pada pra siklus nilai rata- rata kelas
hanya sebesar 61,82. Pada pra siklus atau kondisi awal ini proses pembelajaran masih
menggunakan model konvensional dan tanpamedia belajar apapun, kinerja guru juga masih
rendah, dan aktifitas siswa masih monoton. Dari hasil pra siklus I, kemudian diadakan
perbaikan pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I, proses pembelajaran matematika
20
menggunakan salah satu ciri dari model pemelajaran koperatif, yaitu dengan memanffatkan
kelompok dan penggunaan media belajar yang konkret. Selain itu aktifitas kinerja guru dan
siswa juga akan berpengaruh sehingga minat dan hasil belajar siswa diharapkan mengalami
peningkatan dibanding siklus sebelumnya (pra siklus).
Pada siklus I, setelah menggunakan media belajar berupa kartu bilangan warna
pada mata pelajaran matematika materi pokok bilangan romawi, rata-rata nilai belajar siswa
sebesar 67,64. Menunjukkan bahwa dengan menggunakan media belajar kartu bilangan
warna nilai belajar siswa meningkat. Namun, hasil tersebut belum sesuai dengan kriteria
ketuntasan minimal yang ditentukan. Dengan hasil pada siklus I yang belum maksimal
maka diadakan perbaikan kembali pada siklus II. Dengan perbaikan pembelajaran yang
lebih baik dan pemanfaatan media kartu bilangan yang maksimal, maka siklus II ini rata –
rata nilai belajar siswa meningkat menjadi 87,27. Sehingga dengan perolehan tersebut
kreteria ketuntasan belajar sudah terpenuhi. Dengan demikian maka siklus II ini sebagai
siklus pemantapan dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Tabel 17. Nilai Rata – rata Hasil Belajar Per Siklus
Pembelajaran Rata - Rata KeteranganPra siklus 61,82 Tidak TuntasSiklus I 67,64 Tidak TuntasSiklus II 87,27 Tuntas
Grafik 2. Nilai Rata – rata Hasil Belajar Per Siklus
Dari hasil instrumen penilaian yang digunakan selama perbaikan pembelajaran
yang dilaksanakan selama dua siklus, maka pembelajaran matematika dengan menggunakan
21
media belajar kartu bilangan warna dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas
IV SDN Batok 1 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun materi bilangan romawi.
SIMPULAN DAN SARAN
Proses pembelajaran yang dilaksanakan sebelum perbaikan pembelaajran, yaitu
pada saat pra siklus, menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa sebesar 61,82 dengan
perincian sebanyak 8 anak belum tuntas dan hanya 3 anak yang sudah tuntas. Melihat hasil
pada pra siklus maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan minat
dan hasil belajar siswa. Minat dan hasil belajar siswa secara tidak langsung dipengaruhi
oleh kinerja guru dalam proses pembelajaran, serta aktifitas siswa dalam megikuti proses
pembelajaran di dalam kelas. Selain itu model dan metode serta media belajar yang
digunakan belum maksimal. Dengan diadakan perbaikan selama 2 siklus, maka dapat
diambil beberapa simpulan, yaitu pada siklus I kinerja guru masih kurang, dari 18 indikator
hanya 8 indikator yang menjadi alat ukur nampak pada kinerja guru. Aktifitas siswa masih
tergolong cukup, artinya belum banyak siswa yang aktifitasnya sesuai dengan lembar
pengamatan sebagai instrumen penilaian sebesar 2,30
Minat belajar siswa sebagai pokok permasalahan dalam penelitian ini, pada siklus I
menggunakan media belajar berupa kartu bilangan warna, hanya mendapatkan rata-rata skor
sebesar 3,32 (cukup). Begitu juga dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat
dengan nilai 67,64 dengan perincian sebanyak 4 siswa tuntas dan 7 anak siswa belum
tuntas. Dengan hasil pada siklus I tersebut, maka perlu diadakan perbaikan lagi pada siklus
II. Maka, hasil dari siklus II ini dari aktifitas guru meningkat menjadi 17 indikator yang
sudah nampak, sedangkan 1 indikator perlu perbaikan. Aktifitas siswa juga meningkat
dengan perolehan rata-rata skor sebesar 3,30. Pada siklus II ini, penggunaan media kartu
bilangan warna juga masih diguakan sehingga ada peningkatan lagi pada minat belajar
siswa dengan rata-rata skor 4,17. Penigkatan juga terjadi pada hasil belajar siswa. Nilai rata-
rata hasil belajar siswa kelas IV dengan menggunakan kartu bilangan warna pada materi
pelajaran matematika bilangan romawi mendapatkan nilai 87,27.
Maka sesuai dengan target peneliti, bahwa minat belajar siswa dapat mencapai skor
3,00 – 5,00 dengan kriteria tinggi – sangat tinggi, pada siklus II ini minat belajar siswa telah
tercapai. Sedangkan untuk hasil belajar siswa, sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan
bahwa nilai belajar siswa lebih besar atau sama dengan KKM ( > 70), maka hasil belajar
siswa dinyatakan tuntas. Dengan demikian siklus II ini sebagai siklus pemantapan dan dapat
menjawab persoalan yang menjadi ruang lingkup penelitian. Oleh karena itu, dengan
22
menggunakan media belajar berupa kartu bilangan warna (KARBILNA), dapat
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang
Kabupaten Madiun pada mata pelajaran matematika materi bilangan romawi semester II
tahun pelajaran 2013/2014.
Untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran di dalam kelas pada suatu mat
pelajaran, hendaknya guru harus dapat menggunakan model, metode dan media belajar
yang tepat sesuai dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Paradigma lama yang
menyatakan bahwa pembelajaran terpusat pada guru, harus dirubah menjadi pembelajaran
yang terpusat pada murid, dimana guru hanya berperan sebagai fasilitator saja. Dengan
adanya kinerja guru, aktifitas siswa dalam proses pembelajaran secara tidak langsung akan
berdampak pada minat dan hasil belajar siswa. Minat yang tinggi pada siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran, maka hasil belajarpun juga akan tercapai sesuai dengan
kriteria yang ditentukan.Untuk ketuntasan minat dan hasil belajar siswa, khusunya pada
mata pelajaran matematika materi bilangan romawi kelas IV, kartu bilangan warna ini dapat
dijadikan sebagai media atau alat peraga dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro.T.M.dkk. (2011). Metodologi Penelitian. Jakarta. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Dirjendikdas.(2009).Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SD. Jakarta. Depdiknas.
Harijanto,M (2012). Konstruksi Tes Sebagai Alat Ukur Hasil Belajar Di Sekolah Dasar. ___________
Haryanto (2012). Klasifikasi Media Pembelajaran. Diakses tanggal 21 April 2014. http://belajarpsikologi.com/?s=Pengertian+MEdia+Pembelajaran&x=0&y=0.
Isriyanto. (2010). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III SD Negeri 10 Muntok Mata Pelajaran Matematika Tentang Sudut Siku-Siku, Sudut Lancip,Dan Sudut Tumpul Dengan MenggunakanMedia Gambar. Pangkal Pinang. UPBJJ Univeristas Terbuka.
Tukimin. (2001). Konstribusi Kreatifitas terhadap Minat belajar matematika beprestasi tinggi siswa kelas 1 SMK YPKK 1 Sleman Yogyakarta, Yogyakarta. UBJJ UT.
Sitanggang, A. (2013). Alat Peraga Matematika Sederhana Untuk Sekolah Dasar. Sumatera Utara. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan.
Supinah, dkk (2009). Strategi Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Sleman. PPPPTK Matemtika.
Sutirman,M.Pd. (2013). Media dan Model-model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta.Graha Ilmu.
23
Taufik, Agus. (2012). Pendidikan Anak di SD. Jakarta. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wardhani.dkk (2011). Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
top related